EVALUASI PROGRAM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) (Studi Deskriptif Tentang Evaluasi Program Penyelenggaraan TBM di Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya)
Oleh: Rasyuqa Widiantika (070916063)
ABSTRAK Program Penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat merupakan salah satu program yang dilaksanakan oleh Badan Arsip dan Perpustakaan (BARPUS) Kota Surabaya guna menyediakan bahan bacaan dalam rangka untuk membantu dan memberikan layanan kepada masyarakat sesuai dengan (1) kebutuhan, (2) kemampuan keaksaraan, dan (3) keterampilan membaca masyarakat merata, meluas, terjangkau dan mudah diakses oleh masyarakat dengan murah. Metode penelitian yang digunakan untuk mengukur evaluasi program tersebut yaitu menggunakan metodologi pendekatan kuantitatif deskriptif yang ditinjau berdasarkan 3 variabel, yaitu input, proses, dan output berdasarkan Model Evaluasi Richard Orr. Ukuran sampel dalam penelitian ini 10% yaitu 32 taman baca dari jumlah total populasi sebanyak 320 taman dengan menggunakan metode pengambilan sampel yaitu Cluster Sampling. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu berdasarkan hasil wawancara & kuesioner, dan menggunakan penghitungan berdasarkan kategori Tinggi, Sedang, dan Rendah. Berdasarkan hasil analisa, input yang meliputi kompetensi SDM atau pengelola TBM, sumber informasi yang disediakan, pengembangan koleksi TBM, layanan dan fasilitas, serta kurikulum kegiatan TBM dikatakan Tinggi. Dari variabel proses, yang meliputi kegiatan hiburan yang bersifat edukatif, pengembangan budaya baca, aktivitas pengguna, bimbingan terhadap masyarakat, kerjasama antar TBM dan/atau dengan lembaga lain, serta yang terakhir yaitu pengendalian program (monitoring, evaluasi, dan laporan) juga menunjukkan hasil Tinggi. Serta dari variabel output yang meliputi statistik kedatangan pengunjung, kepuasan pengguna, serta jumlah kegiatan yang dilakukan dan diadakan oleh TBM juga menunjukkan hasil Tinggi.
Kata Kunci: Taman Bacaan Masyarakat, Input, Proses, Output
1
ABSTRACT
Reading Corner Maintenance Program is one of the programs implemented by the Archives and Library (BARPUS) Surabaya City in order to provide reading material in order to assist and provide services to the community in accordance with (1) needs, (2) ability of literacy, and (3) reading skills throughout society, widespreadly, affordable and accessible to people. Research methods to evaluate tis program is descriptive quantitative approach based on 3 variabels, specifically input, process and output using Richars Orr’s Evaluation Model. Sample size in this study 10 % from 32 total populations of 320 reading corner with Cluster Sampling method. Data collection technique used based on the results of interviews & questionnaire and used High, Medium, and Low calculation. Based on the analysis, input which includes competency of human resources, sources of information available, development of collection, services and facilities, as well as extracurricular activities show the result High From process variabel, which includes educative entertainment activities, development of reading culture, user activity, guidance on community, collaboration between TBM and / or with other institutions, and management program (monitoring, evaluation, and reporting) also shows the results High. And from the output variable include visitors statistics, customer satisfaction, and the number of activities undertaken and conducted by TBM also shows the results of High. Keywords : Reading Corner, Input, Process, Output.
2
1. PENDAHULUAN Guna meningkatkan budaya membaca pada masyarakat, salah satu program yang saat ini tengah digalakkan oleh pemerintah kota Surabaya yaitu program pendirian Taman Bacaan Masyarakat, atau yang biasa dikenal dengan TBM. Berdasarkan pengertian dari buku Pedoman Penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat (2009:1), TBM merupakan sebuah tempat atau wadah yang didirikan dan dikelola baik oleh masyarakat maupun pemerintah yang berfungsi sebagai sumber belajar untuk memberikan akses layanan bahan bacaan yang sesuai dan berguna bagi masyarakat sekitar. Tepatnya, pada tahun 2008 Pemerintah Kota Surabaya mencanangkan program untuk membentuk TBM-TBM yang tersebar hampir di berbagai wilayah di kota Surabaya. Mudah sekali untuk menjumpai TBM di Surabaya, misalnya saja di tempat umum. Ada TBM yang terletak di mall, rumah sakit, taman kota, serta tidak ketinggalan pula TBM yang ditempatkan di tingkat RW. TBM yang pada mulanya hanya difungsikan guna meningkatkan minat membaca masyarakat Indonesia, saat ini telah banyak mengalami perkembangan yang cukup pesat. TBM bukan lagi suatu wadah yang diperuntukkan bagi masyarakat yang gemar membaca saja, melainkan bagi masyarakat yang juga ingin mengembangkan potensi dirinya melalui UKM, pelatihan ketrampilan, dan sebagainya. Dengan adanya program tersebut, salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah apakah program yang dibentuk oleh pemerintah melalui Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya ini telah mencapai kata efektif. Karena jika ditinjau berdasarkan fakta, di Surabaya sendiri minat baca masyarakat masih tergolong rendah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya, tercatat hanya 42% warga Surabaya yang gemar membaca, dengan indikator jumlah pengunjung Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dalam setahun terakhir (Bisnis Jatim, 2012). Di samping itu, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik masyarakat Indonesia berumur 10 tahun keatas lebih memilih untuk menonton televisi bila dibandingkan dengan membaca surat kabar/majalah. Data di tahun 2006, masyarakat yang lebih memilih untuk menonton televisi sebanyak 85.86%, dan mengalami peningkatan pada tahun 2009 sebanyak 90.27%. Sedangkan persentase penduduk yang memilih untuk membaca surat kabar/majalah pada tahun 2006 sebanyak 23.46%, dan mengalami penurunan pada tahun 2009 sebanyak 18.94%. Data tersebut dipertegas pula oleh pernyataan Arini Pakistyaningsih, SH., MM. selaku Kepala Badan Kearsipan dan Perpustakaan Surabaya bahwa rendahnya minat baca warga di Surabaya, khususnya generasi muda banyak dipengaruhi oleh lima hal. Pertama adalah masih kurangnya sarana baca; kedua, budaya masyarakat masih budaya lisan, belum budaya baca; ketiga, di sekolah belum ada program wajib baca; keempat, orangtua belum begitu menyosialisasikan anaknya untuk gemar membaca; yang terakhir, pengaruh TV, mall-mall dan tempat hiburan yang banyak bertaburan dapat menyita waktu sehingga tidak ada waktu untuk membaca (Surabaya Post, 2012). Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa masyarakat khususnya di Surabaya masih belum sepenuhnya berbudaya baca, karena kecenderungan masyarakat yang lebih menikmati budaya visual dan lisan, belum kepada budaya baca, yang mana kedua hal itu juga banyak dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang sangat pesat. Sehingga diharapkan dengan kehadiran TBM di 320 titik di Surabaya ini dapat meningkatkan minat membaca masyarakat. Dan berdasarkan hasil pengamatan penulis, masing-masing TBM rupanya memiliki pendekatan yang berbeda-beda untuk menarik minat pengunjung datang ke TBM, khususnya dari aktivitas dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di TBM tersebut. Oleh karena itu, penulis ingin meneliti 3
lebih jauh mengenai evaluasi program penyelenggaraan TBM di Surabaya, apakah telah memenuhi target sesuai yang telah ditentukan BARPUS dan juga untuk melihat bagaimana program penyelenggaraan TBM ini dikatakan berhasil, khususnya berdampak terhadap peningkatan minat baca warga Surabaya. 2. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimanakah evaluasi program penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang dibentuk oleh Badan Arsip dan Perpustakaan di Kota Surabaya berdasarkan input? 2. Bagaimanakah evaluasi program penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang dibentuk oleh Badan Arsip dan Perpustakaan di Kota Surabaya berdasarkan proses? 3. Bagaimanakah evaluasi program penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang dibentuk oleh Badan Arsip dan Perpustakaan di Kota Surabaya berdasarkan output? 3. TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Taman Bacaan Masyarakat Taman Bacaan Masyarakat atau yang lebih dikenal dengan TBM sendiri merupakan suatu lembaga yang melayani kebutuhan masyarakat akan informasi mengenai ilmu pengetahuan dalam bentuk bahan bacaan dan bahan pustaka lainnya (Kalida, 2012:2). Definisi lain mengenai TBM yaitu berdasarkan Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengelolaan Penyelenggaraan Keaksaraan Dasar, Keaksaraan Usaha Mandiri dan Taman Bacaan Masyarakat Rintisan (Kemendikbud, 2012), program penyelenggraaan TBM dimaksudkan untuk menyediakan bahan bacaan dalam rangka untuk membantu dan memberikan layanan kepada masyarakat sesuai dengan (1) kebutuhan, (2) kemampuan keaksaraan, dan (3) keterampilan membaca masyarakat merata, meluas, terjangkau dan mudah diakses oleh masyarakat dengan murah. Sedangkan fungsi TBM menurut Kalida (2012:3) yaitu sebagai sumber belajar bagi masyarakat melalui program pendidikan nonformal dan informal, tempat yang memiliki sifat rekreatif melalui bahan bacaan, memperkaya pengalaman belajar masyarakat, latihan tanggung jawab melalui ketaatan terhadap aturan-aturan yang ditetapkan, tempat pengembangan life skill, dan lain sebagainya 3.2 Definisi Evaluasi Menurut Stufflebeam (dalam Lincoln & Guba, 1981:14) evaluasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses menggambarkan, memperoleh, dan menerapkan informasi secara deskriptif mengenai manfaat beberapa objek seperti yang telah ditentukan berdasarkan tujuannya, struktur, proses, dan produk. Atau dengan kata lain, evaluasi merupakan salah satu bentuk proses yang dilakukan untuk beberapa tujuan yang berguna dalam hal pengambilan keputusan atau akuntabilitas. Stufflebeam (dalam Lincoln & Guba, 1981:14) membagi empat jenis kegiatan evaluasi, yaitu : 1. Konteks; membantu dalam hal perencanaan keputusan untuk menentukan apa saja kebutuhan program, sert merumuskan tujuan program.
4
2. Input; kegiatan ini bertujuan untuk membantu dalam hal mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber alternatif apa sajakah yang akan diambil, serta rencana dan strategi apa yang digunakan untuk mencapai kebutuhan, serta prosedur kerja untuk mencapai tujuan program tersebut. 3. Proses; membantu pelaksanaan dalam hal pengambilan keputusan. Bagaimana rencana tersebut dilaksanakan, apakah sesuai dengan prosedur kerja, dan apa saja yang harus diperbaiki. 4. Produk; Menentukan hasil apa yang telah dicapai dan apa yang dilakukan setelah program berjalan. Tak hanya itu evaluasi tidak hanya berakhir dengan suatu deskripsi terkait keadaan yang bersangkutan, tetapi harus sampai pada judgment sebagai kesimpulan dari hasil evaluasi yang bertujuan untuk mengambil keputusan guna menyempurnakan progrm secara keseluruhan. ditambahkan pula oleh bahwa evaluasi merupakan pengawasan yang dilakukan dengan mengadakan pengukuran terhadap keseluruhan penyelenggaraan yang juga dilakukan untuk menyiapkan lagi suatu perencanaan atas semua aktivitas yang akan datang (Sutarno, 2004:130). Sehingga dapat diambil kesimpulan berdasarkan pernyataan diatas bahwa evaluasi selain bertujuan untuk mengatur dan melakukan pengukuran terhadap program yang sedang dilaksanakan, maupun yang telah dilaksanakan. 3.3 Evaluasi Program Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Guna memahami fungsi dan layanan yang disediakan oleh suatu perpustakaan, kajian efektifitas program yang digunakan adalah evaluasi model yang mengacu pada pendapat Richard Orr. Hal tersebut dapat diukur melalui masukan (input), kegiatan-kegiatan yang dilakukan di taman baca tersebut (process), hasil yang dicapai TBM (output), sampai kepada dampak (impact or effect) baik terhadap masyarakat sekitar maupun komunitas. Gambar 1 Orr’s Evaluation Model Resources Input Measure
Capability Process Measures
Impact/Effect
Utilization Output Measures
Outcomes
Individual
Community
Berdasarkan pernyataan Robbins (1994:56) serta model evaluasi Orr, penulis mengambil kesimpulan bahwa efektivitas program TBM tidak bisa jika ditinjau melalui tujuan atau hasil akhirnya saja, karena TBM memiliki banyak aspek yang harus dilihat secara keseluruhan, bukan hanya dari hasil akhirnya saja sehingga penulis memfokuskan penelitian mengenai evaluasi program melalui 3 hal, yaitu input, proses, dan output. 3.2.1 Input Input atau masukan menunjukkan sumber daya yang disediakan untuk mendukung operasional sebuah taman baca, yang menjadi langkah dasar untuk melakukan banyak hal untuk mencapai tujuan. Menurut Matthews (2007:20), umumnya input dikelompokkan ke 5
dalam 5 kategori yaitu anggaran dana, staf, koleksi, fasilitas yang disediakan, serta teknologi informasi. Namun berdasarkan hasil observasi terhadap kondisi TBM disini penulis hanya akan melihat melalui 3 kategori saja, yaitu staf atau SDM (Sumber Daya Manusia), koleksi, serta fasilitas yang disediakan di TBM. 3.2.2 Proses Proses mencakup pelaksanaan program di lapangan, cara-cara yang ditempuh untuk melaksanakan program tersebut. Seperti yang nampak pada Gambar 1.2, mengukur proses berarti juga capability atau kemampuan. Yang dimaksud dengan kemampuan dalam hal ini yaitu menyangkut apa yang dilakukan daripada apa yang dicapai. Hal itu dapat dilihat dari aktivitas atau kegiatan yang dilakukan di taman baca tersebut, seperti yang dinyatakan oleh Matthews (2007:18) yang menyatakan bahwa proses merupakan langkah atau tindakan secara produktif yang memfokuskan pada kegiatan hasil dari mengubah sumber daya menjadi layanan yang disediakan meliputi kegiatan hiburan yang bersifat edukatif, pengembangan budaya baca, aktivitas pengguna, bimbingan terhadap masyarakat, kerjasama antar TBM dan/atau dengan lembaga lain, serta yang terakhir yaitu pengendalian program (monitoring, evaluasi, dan laporan) 3.2.3 Output Output merupakan hasil akhir setelah kegiatan pelaksanaan program dilakukan, serta bagaimana taman baca tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat setempat. Atau dengan kata lain mengukur output merupakan suatu langkah yang mencerminkan seberapa sering taman baca tersebut atau layanan yang disediakan digunakan oleh pengguna. Disamping itu, menurut mengukur output dapat dilihat dari layanan, serta kualitas. Dari segi layanan atau service Matthews (2004:83) menyatakan bahwa output measures generally rely on counts and use per capita. Hal tersebut berarti mengukur output umumnya meninjau pada jumlah layanan yaang digunakan oleh pengguna. Sedangkan dari segi kualitas berkaitan erat dengan kepuasan yang dirasakan oleh pengguna terhadap taman baca tersebut. Menilai output dalam hal ini meliputi meliputi kepuasan layanan dan kualitas, serta aktivitas pengembangan yang dilakukan. 4. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu menggunakan metodologi pendekatan kuantitatif deskriptif, yang bertujuan untuk menggambarkan secara keseluruhan mengenai keefektifan program penyelenggaraan TBM berdasarkan 3 varibel, yaitu input, proses, dan output. Ukuran sampel dalam penelitian ini 10% dari jumlah total populasi sebanyak 320 taman baca, yang berarti sampel yang digunakan adalah 32 taman baca dengan menggunakan metode pengambilan sampel yaitu Cluster Sampling. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu berdasarkan hasil wawancara & kuesioner. Analisis data yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu analisis deskriptif. Data yang diperoleh dari hasil kuesioner diproses dalam bentuk tulisan yang digunakan untuk memahami permasalahan yang diteliti. Sedangkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dan probing terhadap responden bertujuan untuk mempertajam dan memperkaya analisis, guna memberikan gambaran sistematik atau mendeskripsikan data tentang kenyataan dan karakteristik dari unit penelitian secara aktual dan faktual. Data dari kuesioner atau jawaban responden akan dianilisis 6
dengan cara memberikan score dari masing-masing item pertanyaan, kemudian menghitung jumlah rata-rata score tersebut (score jawaban responden : 32 jumlah responden) pada setiap item pertanyaan. Selanjutnya yaitu mengkelompokkan peringkat dari setiap indikator (input, process, output) berdasarkan tolak ukur yang telah ditentukan. Penghitungan skor tersebut dibuat interval untuk menentukan tingkat keefektifan program TBM dengan menggunakan kategori Tinggi, Sedang, dan Rendah. 5. ANALISIS DATA 5.1 INPUT NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
ITEM PERTANYAAN Pelatihan pada awal sebelum bertugas di lapangan Pelatihan tambahan dilakukan secara rutin Pelatihan terkait pengolahan koleksi Pelatihan terkait pengelolaan TBM Pelatihan guna menarik minat baca masyarakat Pelatihan terkait kemampuan pengelola TBM Jumlah pengelola TBM Koleksi yang sering dibaca/dipinjam fiksi Koleksi yang sering dibaca/dipinjam non fiksi Koleksi yang sering dibaca/dipinjam keterampilan Koleksi yang sering dibaca/dipinjam terbitan berkala Request collection Menyediakan koleksi yang diminta pengguna Variasi jenis koleksi Pembaruan koleksi secara rutin Sumber pembaruan koleksi dari barpus Sumber pembaruan koleksi dari donasi Sumber pembaruan koleksi dari pembelian sendiri Penyeleksian koleksi Layanan informasi Layanan sirkulasi Papan pengumuman Layanan komputer atau internet Tbm memiliki kurikulum kegiatan Kurikulum kegiatan dibuat secara rutin Kurikulum kegiatan tbm ditentukan pengelola TBM TOTAL SCORE Tabel 1 Input Score
SCORE 3.5 3.25 3.2 3.3 3.3 3.4 2.7 3.4 3 3.1 2.8 3.25 3.1 3.5 3.4 3.3 2.9 2.8 3.1 3.4 3.3 3.03 1.2 3.25 3.2 3.1 80.87
Setiap jawaban responden diberi skor terendah 1 (satu) sampai dengan skor tertinggi yaitu 4 (empat) sesuai standar pengukuran yang ditetapkan, dan selanjutnya menghitung ratarata jawaban responden responden di setiap item pertanyaan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa penghitungan skor untuk mengukur evaluasi program TBM dilihat dari segi input yaitu dengan menggunakan kategori Tinggi, Sedang, dan Rendah, yang terdiri 7
dari 26 item pernyataan dengan nilai tertinggi 104 dan terendah 26, dengan rentang skor sebagai berikut (interval 26): -
79 – 104 53 – 78 26 – 52
: Tinggi : Sedang : Rendah
Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa total score dari segi input yaitu 80.87, dan termasuk pada kategori Tinggi. Sehingga berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara terhadap responden, evaluasi program TBM dilihat dari kategori input dapat dikatakan tinggi, baik dari segi kompetensi SDM atau pengelola TBM, sumber informasi yang disediakan, pengembangan koleksi TBM, layanan dan fasilitas, serta kurikulum kegiatan TBM yang akan dijelaskan lebih lanjut berikut ini: 5.1.1 Kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) Menurut buku Penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat (2009:3), kompetensi minimal yang yang harus dimiliki oleh pengelola TBM disesuaikan dengan ketersediaan SDM, dan lebih baik jika pengelola TBM adalah sarjana atau seorang yang berpengalaman di bidang perpustakaan. Di samping itu, disebutkan juga bahwa peran pengelola TBM harus bersifat serba bisa atau multitasking yang mampu menjalankan berbagai tugas atau peran. Oleh karena itu, perlu adanya suatu kegiatan atau aktivitas yang mampu meningkatkan kompetensi sumber daya manusia, dalam hal ini yaitu pengelola TBM, diantaranya yaitu melalui pendidikan, pelatihan, dan pengembangan (Lasa Hs., 2008:75). Hal tersebut sama seperti yang dikatakan oleh pengelola TBM dimana para pengelola TBM diberikan pelatihan selama 1 bulan sebelum resmi ditugaskan turun ke lapangan. Selanjutnya yaitu diadakan pelatihan secara beerkala khususnya mengenai kemampuan story telling, komunikasi, dan peresentasi di depan masyarakat umum. IV.1.2 Sumber Informasi Yang Disediakan Untuk menentukan produk atau koleksi apa yang sesuai dengan pengguna, pengelola TBM harus memiliki pengetahuan mengenai kebutuhan masyarakat dan sejauh mana koleksi tersebut mampu menarik minat pengguna. Menurut Lasa Hs., 2008:8 ada beberapa macam bahan informasi, diantaranya yaitu buku teks, buku rujukan, kamus, ensiklopedi, terbitan berkala, karya fiksi dan non-fiksi, dan sebagainya. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis, koleksi yang terdapat pada TBM telah memiliki berbagai macam koleksi mulai dari koleksi fiksi yaitu (komik, novel, dongeng, fabel), nonfiksi (biografi), referensi (kamus, peta, atlas), buku-buku pelajaran, dan juga koleksi terbitan berkala yaitu majalah. Namun sayangnya koleksi terbitan berkala (koran dan majalah) yang dimiliki oleh TBM bersifat kurang update dan hampir di semua TBM lebih banyak ditemui majalah-majalah lama. IV.1.3 Pengembangan Koleksi TBM Koleksi TBM juga harus berkembang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Menurut Lasa Hs, 2005:122 bahan informasi atau koleksi yang disediakan di perpustakaan harus dipertimbangkan berdasarkan beberapa hal, 5 diantaranya yaitu relevansi, kemutakhiran, kualitas, objek keilmuan, serta kebutuhan koleksi. Di TBM sendiri, pembaruan koleksi dilakukan setiap 3-4 bulan sekali sebanyak kurang lebih 150 sampai dengan 200 koleksi yang diberikan oleh pihak BARPUS, selain itu ditambah pula dengan koleksi yang 8
diperoleh dari donasi dari masyarakat sekitar, serta pembelian sendiri yang dilakukan oleh beberapa pengelola TBM. Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan oleh suatu lembaga informasi guna melengkapi koleksi yang ada di TBM. Menurut Sutarno, 2004:162 hal-hal pokok yang harus dilakukan berkaitan dengan pengembangan koleksi TBM diantaranya adalah : (1) perumusan kebijakan koleksi; survei minat pemakai; survei bahan pustaka; menyeleksi bahan pustaka. Hasil penelitian yang dilakukan penulis melalui wawancara dan kuesioner kepada responden, TBM telah melakukan mulai survei bahan pustaka melalui kuesioner yang diberikan untuk TBM dari BARPUS dan diisi oleh dua orang pengunjung TBM guna mengetahui kebutuhan informasi masyarakat sekitar TBM. Di samping itu, penyeleksian bahan pustaka juga dilakukan oleh TBM jika terdapat koleksi yang tidak sesuai dengan TBM. Koleksi yang tidak lolos seleksi tersebut tidak di-display oleh penglola TBM, dan hanya dibiarkan dalam kardus. Serta terdapat juga beberapa pengelola TBM yang mengembalikan koleksi tersebut ke BARPUS untuk diproses lebih lanjut oleh pihak BARPUS sendiri. Kemudian pengembangan koleksi dalam hal ini termasuk juga menambah dan melakukan pengadaan koleksi-koleksi baru guna memenuhi kebutuhan pengguna. Menurut Sutarno, 2004:149 pembaruan koleksi bahan pustaka dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain: (a) Pembelian, baik pembelian langsung mapun melalui pihak ketiga, (b) melakukan tukar menukar, (c) mendapatkan bantuan/sumbangan, (d) menggandakan, misalnya membuat fotokopi, duplikasi, CD, dan sebagainya, (e) menerbitkan, termasuk di dalamnya membuat kliping koran. Di TBM sendiri, yang dilakukan oleh pengelola TBM guna menambah dan memperbarui koleksi yang ada yaitu dengan cara mencari donasi, baik dari suatu lembaga, badan, atau komunitas tertentu, masyarakat sekitar, serta melakukan rotasi koleksi antar TBM, dan terdapat juga beberapa TBM yang membeli buku sendiri. Sedangkan dari pihak BARPUS juga selalu memberikan koleksi baru berjumlah sekitar 150 sampai dengan 200 koleksi. IV.1.4 Layanan Dan Fasilitas Yang Disediakan Pengertian layanan menurut Sutarno, 2005:162 yaitu harus memiliki prinsip yang sama atau berdekatan, yang meliputi: (a) sesuai dengan atau untuk kebutuhan masyarakat yang dilayani, (b) diusahakan berlangsung cepat, tepat, mudah, dan sederhana, (c) diciptakan kesan yang menarik dan menyenangkan atau memuaskan pemakai atau penerima layanan. Ditambahkan juga oleh Sutarno, 2005:164 layanan perpustakaan pada umumnya bersifat layanan sosial atau nirlaba, dan tidak komersial. Hasil pengamatan penulis, dua layanan yang disediakan di TBM yaitu layanan sirkulasi dan informasi. Layanan sirkulasi yaitu suatu layanan dimana pengguna dapat membaca dan meminjam buku untuk dibawa pulang kerumah. Hal tersebut dijelaskan pula oleh Sutarno, 2005:73 bahwa layanan sirkulasi merupakan kegiatan melayani pemakai jasa perpustakaan dalam pemesanan, peminjaman, dan pengembalian bahan pustaka beserta penyelesaian administrasinya. Selain itu layanan sirkulasi menurut Lasa Hs., 2005:215 juga bertujuan untuk: (a) agar para pemakai mampu memanfaatkan koleksi perpustakaan secara optimal; (b) agar mudah diketahui identitas peminjaman, buku yang dipinjam, dan waktu pengembalian; (c) untuk menjamin pengembalian pinjaman dalam waktu yang telah
9
ditentukan; (d) untuk memperoleh data kegiatan pemanfaatan koleksi suatu perpustakaan; (e) untuk mengontrol jika terdapat pelanggaran. Sedangkan layanan informasi yang disediakan TBM dalam hal ini yaitu pengelola TBM memberikan konsultasi kepada pengguna terkait hal-hal yang mereka butuhkan. Konsultasi yang dimaksud disini sifatnya luas, mulai dari anak-anak yang mengalami kesulitan dalam sekolahnya, serta juga beberapa orang tua yang banyak membicarakan mengenai anaknya, khususnya dalam hal pendidikan. Menurut Sutarno, 2004:72 layanan informasi yaitu menyediakan dan memberikan informasi-informasi yang diperlukan oleh pengguna. Sedangkan terkait fasilitas serta sarana dan prasarana dalam suatu lembaga informasi merupakan semua barang, perlengkapan, dan perabot ataupun inventaris yang harus disediakan di perpustakaan (Sutarno, 2005:65). Hasil pengamatan penulis terhadap TBM salah satu fasilitas yang hampir dimiliki oleh seluruh taman baca yaitu adanya papan pengumuman yang berfungsi untuk memberi informasi kepada pengguna khususnya terkait kegiatan yang akan diadakan di TBM tersebut. Sedangkan untuk fasilitas berupa komputer dan internet, rupanya tidak semua TBM memiliki komputer atau internet yang dapat diakses gratis oleh pengguna TBM. Hanya terdapat beberapa TBM saja yang memiliki fasilitas komputer dan internet yang dapat digunakan oleh pengguna TBM. IV.1.5 Kurikulum Kegiatan TBM Kurikulum kegiatan yang dimaksud dalam hal ini yaitu berupa rancangan, pedoman, atau acuan yang telah ditentukan sebelumnya untuk melaksanakan suatu kegiatan di TBM. Berdasarkan hasil wawancara, kurikulum kegiatan selalu dibuat secara rutin, khususnya kurikulum kegiatan bulanan, dimana selalu ada kegiatan gabungan dengan TBM lain untuk mengadakan kegiatan besar dan ditentukan sendiri oleh pengelola TBM, pengelola TBM juga menentukan sendiri kegiatan-kegiatan yang akan diadakan oleh TBM tersebut selama beberapa hari ke depan seperti pada gambar berikut:
Gambar 4.1 Kurikulum Kegiatan TBM
10
5.2 PROSES NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
ITEM PERTANYAAN SCORE Promosi TBM kepada masyarakat sekitar melalui brosur/pamflet 3.2 Promosi TBM kepada masyarakat sekitar melalui SNS 2.5 Promosi TBM kepada masyarakat sekitar melalui perangkat desa 3.2 Kegiatan hiburan edukatif (kerajinan & kreativitas) 3.2 Kegiatan hiburan edukatif (nonton bersama) 2.3 Kegiatan hiburan edukatif (lomba) 3.1 Kegiatan pengembangan budaya baca (story telling, dongeng, dll) 3.3 Aktivitas pengguna TBM (membaca dan meminjam buku) 3.4 Aktivitas pengguna TBM (bersantai) 2.9 Aktivitas pengguna TBM (tempat diskusi) 2.9 Saya menjadi tempat konsultasi bagi para pengunjung TBM 3.1 TBM sebagai tempat interaksi bagi para pengunjung di seluruh 3.3 kalangan 13 TBM bekerjasama dengan lembaga lain 3.1 14 Bentuk kerjasama TBM (dalam hal pengadaan koleksi) 3.2 15 Bentuk kerjasama TBM (dalam hal kegiatan-kegiatan TBM) 3.3 16 Laporan berkala 3.6 17 Monitoring dan evaluasi 3.5 TOTAL SCORE 53.2 Tabel 2 Process Score
Setiap jawaban responden diberi skor terendah 1 (satu) sampai dengan skor tertinggi yaitu 4 (empat) sesuai standar pengukuran yang ditetapkan, dan selanjutnya menghitung ratarata jawaban responden di setiap item pertanyaan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa penghitungan skor untuk mengevaluasi program TBM dilihat dari segi proses yaitu dengan menggunakan kategori Tinggi, Sedang, dan Rendah, yang mana kategori proses terdiri dari 17 item pernyataan dengan nilai tertinggi 68 dan terendah 17, dengan rentang skor sebagai berikut (interval 17): -
53 – 68 35 – 52 17 – 34
: Tinggi : Sedang : Rendah
Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa total score dari segi input yaitu 53.2, termasuk pada kategori Tinggi. Sehingga berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara terhadap responden, efektivitas program TBM dilihat dari kategori proses dapat dikatakan tinggi, yang meliputi kegiatan hiburan yang bersifat edukatif, pengembangan budaya baca, aktivitas pengguna, bimbingan terhadap masyarakat, kerjasama antar TBM dan/atau dengan lembaga lain, serta yang terakhir yaitu pengendalian program (monitoring, evaluasi, dan laporan) yang akan dijelaskan lebih lanjut berikut ini: 5.2.1 Promosi TBM Kepada Masyarakat Sekitar Promosi TBM yang dimaksud dalam hal ini yaitu bagaimana pengelola TBM menginformasikan kepada masyarakat sekitar mengenai eksistensi TBM, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh TBM, maupun koleksi-koleksi yang terdapat di TBM. Beberapa 11
metode promosi menurut Baker & Wallace (2002:180) meliputi: (a) Personal selling; yaitu dengan cara menggunakan dirinya untuk mempromosikan produk taman bacanya, misalnya dengan cara menyarankan buku-buku baru atau koleksi kepada masyarakat tertentu; (b) Mass-media promotion; promosi TBM melalui media lokal atau internet; (c) Targeted information pieces; yang dimaksud dalam hal ini yaitu mempromosikan TBM melalui brosur, poster, tanda yang ditempatkan baik di dalam maupun di luar TBM. Berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara dengan beberapa pengelola TBM, mayoritas pengelola TBM melakukan promosi TBM melalui brosur, SNS, maupun gethok tular. Promosi TBM melalui brosur yaitu dilakukan oleh pengelola TBM dengan cara membuat sendiri brosur dan pamflet secara sederhana, kemudian menyebarkan dengan mendatangi rumah warga satu persatu. Sedangkan promosi TBM melalui SNS yaitu lebih kepada mengupload foto hasil kegiatan yang telah dilakukan bersama anak-anak TBM, serta promosi TBM melalui gethok tular yaitu dengan menyebarkan aktivitas TBM secara lisan kepada para pengguna dan pengunjung yang datang ke TBM. Selain itu, beberapa TBM juga mempromosikan taman bacanya serta kegiatan yang ada melalui bantun perangkat desa. 5.2.2 Kegiatan Hiburan Yang Bersifat Edukatif Kegiatan hiburan edukatif yang dimaksud dalam hal ini yaitu TBM mengadakan kegiatan-kegiatan yang bersifat hiburan, namun tetap mengandung nilai-nilai edukatif guna menumbuhkembangkan minat baca masyarakat. Terdapat beberapa konsep kegiatan membaca yang ditawarkan oleh Morrow, Michael W. Smith, dan Diane H. Tracey (dalam Suherman, 2009:155) secara lebih bebas dan menyenangkan, diantaranya yaitu: (1) memasak bersama, (2) berjalan-jalan bersama, (3) bercerita, (4) menonton, dan sebagainya. Hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan membaca dapat dilakukan juga dengan kegiatan lain yang sifatnya hiburan, namun tetap terdapat nilai edukatif di dalamnya seperti yang dilakukan oleh TBM yaitu menonton bersama, lomba, serta kegiatan-kegiatan di bidang kreativitas dan kerajinan tangan. 5.2.3 Kegiatan TBM Terhadap Pengembangan Budaya Baca Menurut Sutarno, 2004:229 terjadinya minat dan merupakan suatu proses sebagi berikut: (1) adanya dasar pengertian bahwa membaca itu perlu, (2) terpupuknya suatu kegemaran dan kesenangan, (3) terbentuknya suatu kebiasaan membaca, (4) terbentuknya suatu kondisi dimana membaca merupakan suatu kebutuhan, (5) tersedianya sumber bacaan yang memadai. Menumbuhkan minat dan budaya membaca juga membutuhkan proses, dan salah satunya mengenai kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di TBM, yaitu dengan story telling, mendongeng, read aloud, dan sebagainya Menurut Suherman, 2009:162 story telling merupakan sauatu seni untuk menyampaikan peristiwa dalam bentuk kata-kata, gambar, dan suara yang biasanya dibarengi dengan improvisasi atau rekaan. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan beberapa pengelola TBM, mereka menyatakan bahwa story telling atau mendongeng merupakan salah satu kegiatan rutin yang dilaksanakan tiap 2 minggu sekali. 5.2.4 Aktivitas Pengguna Saat Datang Ke TBM Berdasarkan hasil wawancara kepada pengelola TBM, aktivitas pengguna TBM bervariasi ketika mereka berkunjung ke TBM. Terdapat berbagai macam aktivitas 12
penggguna yang dilakukan ketika mereka mendatangi TBM. Selain membaca dan meminjam buku, benyak pengguna juga memanfaatkan TBM sebagai tempat bersantai, khususnya bagi anak-anak yang baru pulang dari sekolah. Di samping itu, terdapat juga masyarakat dan pengguna yang menjadikan TBM sebagai tempat diskusi, rapat, dan sebagainya 5.2.5 Bimbingan Terhadap Masyarakat Sekitar Di berbagai kelompok masyarakat perpustakaan atau taman baca memainkan peran penting dalam hal fasilitasi dan mendorong interaksi sosial dalam suatu masyarakat. Dalam hal ini, TBM juga memiliki peran sebagai suatu tempat berinteraksi bagi para pengunjung di seluruh kalangan, mulai dari anak-anak, sampai juga orang dewasa. Sebagai suatu lembaga yang bergerak di bidang informasi, interaksi yang terbentuk di perpustakaan dan juga taman baca juga berpotensi untuk mampu membentuk Focus Group Studies yang dapat menghasilkan beberapa keuntungan, diantaranya (Matthews, 2004); (a) interaksi yang terjadi dapat menyatakan apa yang dirasakan oleh masyarakat terhadap apa yang telah dilakukan (oleh TBM), termasuk juga didalamnya mengenai kepuasan pengguna terhadap layanan yang disediakan, (b) memberikan masukan terhadap bagaimana lembaga tersebut mampu secara efektif mempromosikan ‘produk’nya kepada pengguna yang membutuhkan, (c) pengguna dapat mempelajari lebih banyak sumber koleksi yang ada secara lebih sederhana dengan mendengarkan kolega atau rekannya berbicara. Berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara kepada beberapa pengelola TBM selalu memberikan bimbingan kepada para pengguna TBM. Bimbingan disini salah satunya yaitu dengan memberikan informasi, masukan, serta saran bagi para pengguna TBM yang kesulitan terhadap informasi yang sedang dibutuhkan, khususnya anak-anak yang seringkali kesulitan dalam hal pelajaran sekolah (lihat tabel III.29). Di samping itu, beberapa TBM juga mengadakan bimbingan belajar bersama seperti yang dilakukan oleh TBM RW 11 Sidotopo guna membantu pengguna TBM khususnya anak-anak yang kesulitan dalam penyelesaian tugas sekolah. Hal tersebut yang pada akhirnya mampu membentuk interaksi antar pengguna TBM. Karena, kelompok bimbingan belajar diadakan secara menyeluruh, dan tidak dibedakan berdasarkan tingkat pendidikan. 5.2.6 Kerjasama Antar TBM dan Kemitraan Dengan Lembaga Lain Membangun kerjasama ataupun kemitraan dengan lembaga lain memiliki keuntungan diantaranya yaitu dapat mempermudah serta memperoleh nilai tambah dari hasil kerjasama dan kemitraan tersebut. Menurut Sutarno, 2004:81, terdapat beberapa jenis pembinaan mitra kerja, diantaranya: (a) kerjasama dalam hal pengadaan koleksi bahan pustaka, (b) erjasama pengolahan koleksi, (c) kerjasama layanan antar sesama perpustakaan, melalui sistem silang layanan, (d) kerjasama promosi dan publikasi. Berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara penulis kepada beberapa orang responden mayoritas TBM telah mampu menjalin kerjasama dengan lembaga lain selain BARPUS, seperi yang dilakukan oleh TBM Ngagel Rejo yang bekerja sama dengan komunitas FFI (Forum for Indonesia), TBM RW 12 Putat Jaya yang bekerjasama dengan komunita Insan Baca, TBM Taman Flora dengan sekolah SD di Surabaya, dan juga TBM Kelurahan Kebraon yang bekerjasam dengan Nita, salah seorang anggota komunitas penulis. Bentuk kerjasama yang dilakukan di TBM terdapat dua hal, yaitu kerjasama dalam hal pengadaan koleksi, dimana TBM dalam hal ini
13
seringkali memperoleh donasi buku dari lembaga atau badan tersebut sdan yang kedua yaitu menjalin kerjasama untuk mengadakan kegiatan bagi para pengguna TBM. 5.2.7 Pengendalian Program (Monitoring, Evaluasi, Laporan) Pengendalian program yang dimaksud disini yaitu mulai dari monitoring, evaluasi, serta adanya laporan yang harus dilakukan secara periodik. Monitoring oleh pihak BARPUS dilakukan dengan cara sidak (inspeksi mendadak) sebanyak 2 atau 3 bulan sekali, dan sangat tergantung dari kinerja pengelola BARPUS itu sendiri. Sidak dilakukan tidak hanya sekedar mengecek keberadaan pengelola TBM, keramaian pengunjung, serta kegiatan yang dilakukan hari itu saja, melainkan juga ada beberapa poin penting lain seperti kebersihan TBM dan juga sharing mengenai kendala atau kesulitan apa yang dialami oleh pengelola TBM. Pengawasan atau monitoring yang dilakukan oleh BARPUS dalam hal ini termasuk dalam pengawasan preventif (preventive controlling), yaitu pengawasan yang dilakukan guna mengantisipasi terjadinya penyimpangan-penyimpangan (Manullang, 1990:176 dalam Lasa Hs., 2005:312). Sedangkan untuk evaluasi dilakukan setiap hari Senin pagi. Evaluasi merupakan pengawasan yang dilakukan dengan mengadakan pengukuran terhadap keseluruhan penyelenggaraan (Sutarno, 2004:130). Di BARPUS sendiri, pengelola TBM diwajibkan untuk menyerahkan laporan secara berkala berupa laporan administratif yang meliputi laporan kegiatan tiap minggu, laporan statistik pengunjung, serta laporan peminjaman dan pengembalian buku, seperti yang tampak pada gambar berikut:
Gambar 1 Laporan Kegiatan TBM
Gambar 2 Laporan Peminjaman dan Pengembalian Buku
14
5.3 OUTPUT NO.
ITEM PERTANYAAN
1
Target pengunjung Jumlah pengunjung TBM sesuai dengan yang 2 ditargetkan 3 Komplain dari pengunjung maupun pengguna TBM 4 TBM memiliki pengunjung tetap 5 TBM memiliki lebih dari 5 kegiatan tiap minggu 6 Pembaruan kegiatan di TBM 7 Kegiatan di TBM dihadiri lebih dari 10 orang TOTAL SCORE Tabel 3 Output Score
SCORE 4 3.5 3.1 3.6 2.7 3.2 3.1 23.2
Setiap jawaban responden diberi skor terendah 1 (satu) sampai dengan skor tertinggi yaitu 4 (empat) sesuai standar pengukuran yang ditetapkan, dan selanjutnya menghitung ratarata jawaban responden pada setiap item pertanyaan. Penghitungan skor untuk mengukur evaluasi program TBM dilihat dari segi output yaitu dengan menggunakan kategori kategori Tinggi, Sedang, dan Rendah, yang mana kategori output terdiri dari 7 item pernyataan dengan nilai tertinggi 28 dan terendah 7, dengan rentang skor sebagai berikut (interval 7): -
22 – 28 15 – 21 7 – 14
: Tinggi : Sedang : Rendah
Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa total score dari segi output yaitu 23.2, dan termasuk pada kategori Tinggi. Sehingga dapat diambil kesimpulan berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara terhadap responden bahwa evaluasi program TBM dilihat dari kategori output dikatakan sangat efektif, yang meliputi statistik kedatangan pengunjung, kepuasan pengguna, serta jumlah kegiatan yang dilakukan yang akan dijelaskan lebih lanjut berikut ini: 5.3.1 Laporan Statistik Kedatangan Pengunjung Laporan statistik pengunjung TBM merupakan salah satu bentuk laporan administratif yang harus dibuat oleh pengelola TBM, meliputi pencapaian pengunjung yang diperoleh oleh TBM dalam rentang waktu tertentu. Laporan statistik kedatangan pengunjung yang pertama yaitu dimana TBM memiliki target pengunjung yang telah ditentukan dan harus mampu mencapai target tersebut yaitu sebanyak 25 orang setiap harinya. Berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara terhadap beberapa orang responden, pada dasarnya TBM telah mampu memenuhi target tersebut setiap harinya, bahkan terdapat juga TBM yang mampu melebihi target yang telah ditentukan. Namun berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara penulis pada bulan Oktober lalu, rupanya beberapa bulan terakhir ini TBM mengalami penurunan dalam hal kedatangan pengunjung. Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya hal tersebut yaitu dikarenakan kesibukan pengelola TBM itu sendiri. Hampir seluruh pengelola TBM ditugaskan oleh BARPUS sebagai pendamping dan pembina di beberapa perpustakaan sekolah. Sehingga, jam buka TBM juga berkurang akibat bertambahnya aktivitas tersebut. 15
Kondisi TBM yang baru dibuka pada pukul 12.00 WIB, dan ditutup pada pukul 16.00 WIB itulah yang pada akhirnya menyebabkan jumlah pengunjung TBM setiap harinya tidak mampu mencapai jumlah yang ditargetkan di beberapa bulan terakhir ini. 5.3.2 Kepuasan Pengguna Mengukur kepuasan yaitu menanyakan kepada pengguna mengenai kualitas dan kegunaan layanan perpustakaan (Matthews, 2004:88). Di samping itu, menilai seberapa jauh kepuasan pengguna terhadap layanan yang diberikan juga dapat dilihat dari pelanggan atau pengguna yang melayangkan komplain, meskipun tidak mudah untuk memahami bagaimana memberikan kepuasan pada konsumen atau pengguna, karena memiliki berbagai macam karakteristik, baik pengetahuan, kelas sosial, pengalaman, pendapatan, dan juga harapan (Zuliyan, 2001:78). Dari hasil kuesioner dan wawancara yang dilakukan penulis kepada pengelola TBM, hasil menunjukkan bahwa jarang sekali ada pengguna yang melakukan komplain terhadap TBM. Jikapun ada, komplain yang diajukan oleh para pengguna tersebut hanya sebatas komplain terkait permintaan koleksi yang tidak tersedia di TBM. Fasilitas yang disediakan TBM berupa kotak kritik dan saran juga lebih banyak digunakan oleh pengguna untuk meminta koleksi yang diinginkan dibandingkan dengan memberi kritik dan masukan terhadap layanan, fasilitas, ataupun kegiatan yang dilakukan dan diberikan oleh TBM. 5.3.3 Jumlah Kegiatan Yang Dilakukan Output dalam TBM merupakan hasil dari penggunaan sumber daya yang terdapat di TBM. Output dalam hal ini juga dapat diukur salah satunya berdasarkan jumlah kegiatan yang diadakan oleh taman baca tersebut. Hasil kuesioner dan wawancara penulis kepada beberapa pengelola taman baca menyatakan bahwa terdapat beberapa TBM yang memiliki lebih dari 5 kegiatan setiap minggunya, serta terdapat pula beberapa TBM yang tidak. Disamping itu, pembaruan kegiatan juga dilakukan secara berkala guna menghindari kejenuhan, terutama kegiatan-kegiatan gabungan yang dilakukan dengan TBM lain setiap bulan. Dan yang terakhir yaitu mengenai jumlah pengguna yang hadir pada kegiatankegiatan yang diadakan oleh TBM. Beberapa TBM menyatakan bahwa kegiatan yang dilakukan selalu dihadiri oleh 10 orang, bahkan lebih, sementara beberapa TBM lain menyatakan bahwa kegiatan yang diadakan oleh tbm jarang dihadiri oleh 10 orang atau lebih. Oleh karena itu, menurut penulis pengelola TBM juga harus lebih variatif dan kreatif dalam mengadakan kegiatan yang diadakan. 7. PENUTUP 7.1 KESIMPULAN 7.1.1
Input
Total score dari segi input yaitu 80.87, dan termasuk pada kategori Tinggi (lihat tabel 1). Sehingga dapat diambil kesimpulan berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara terhadap responden dilihat dari kategori input dapat dikatakan tinggi, baik dari segi kompetensi SDM atau pengelola TBM, sumber informasi yang disediakan, pengembangan koleksi TBM, layanan dan fasilitas, serta kurikulum kegiatan TBM.
16
7.1.2
Proses
Total score dari segi proses yaitu 53.2, dan termasuk pada kategori Tinggi (lihat tabel 2). Dapat diambil kesimpulan berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara terhadap responden dilihat dari kategori proses juga dapat dikatakan tinggi, yang meliputi kegiatan hiburan yang bersifat edukatif, pengembangan budaya baca, aktivitas pengguna, bimbingan terhadap masyarakat, kerjasama antar TBM dan/atau dengan lembaga lain, serta yang terakhir yaitu pengendalian program (monitoring, evaluasi, dan laporan). 7.1.3
Output
Total score dari segi output yaitu 23.2, dan termasuk pada kategori Tinggi (lihat tabel 3). Sehingga dapat diambil kesimpulan berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara terhadap responden bahwa evaluasi program TBM dilihat dari kategori output dikatakan tinggi, yang meliputi statistik kedatangan pengunjung, kepuasan pengguna, serta jumlah kegiatan yang dilakukan dan diadakan oleh TBM. 7.2 SARAN 1. Dukungan lembaga induk, dalam hal ini yaitu Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya dalam hal peningkatan sarana dan prasarana layanan TBM, seperti pengadaan komputer guna lebih meningkatkan kehadiran pengunjung serta wadah untuk mempelajari teknologi informasi, dan juga sebagai jembatan untuk masyarakat menengah ke bawah yang tidak memiliki akses komputer dirumah. 2. Pengelola TBM dan pihak BARPUS diharapkan menambah jam buka dan layanan TBM, karena beberapa bulan tarakhir TBM mengalami penurunan yang dilihat dari statistik kedatangan pengunjung dikarenakan pengelola TBM yang ditugaskan untuk menjadi pembina perpustakaan di beberapa sekolah negeri Surabaya. 3. Memperbanyak dan lebih memperbarui khususnya koleksi terbitan berkala, salah satunya yaitu majalah. 4. Penulis berharap adanya penelitian lanjutan dari penelitian ini yang tidak hanya berfokus pada konteks input, proses, dan output saja, tetap adanya temuan baru dengan melakukan penelitian berdasarkan outcome (manfaat) atau dampak eksistensi TBM tersebut terhadap masyarakat sekitar agar semakin jelas gambaran mengenai evaluasi program taman baca yang dikelola oleh Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya
17
DAFTAR PUSTAKA
BUKU : Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana. Departemen Pendidikan Nasional, 2009. Pedoman Penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Kalida, Muhsin. 2012. Fundraisng Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Yogyakarta: Cangkruk Publishing. Lasa, Hs. 2005. Manajemen Perpustakaan. Yogyakarta : Gama Media. Matthews, Joseph R. 2004. Measuring for Results: the dimensions of public library effectiveness. United States: Libraries Unliminited. Matthews, Joseph R. 2007. The Evaluation and Measurement of Library Service. United States: Libraries Unliminited. Qalyubi, Syihabuddin, dkk. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Yogyakarta: Fakultas Adab. Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama. Silalahi, Ulber. 2011. Asas-Asas Manajemen. Bandung: Refika Aditama. Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES Siswanto, H.B. 2005. Pengamtar Manajemen. Bandung: Bumi Aksara Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sutarno, NS. 2006. Manajemen Perpustakaan (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Sagung Seto. Sutarno, NS. 2006. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Sagung Seto. Sutrisno, Edy, 2010. Budaya Organisasi. Jakarta: Kencana Tampubolon, Manahan P, 2004. Perilaku Keorganisasian. Jakarta: Ghalia Indonesia Terry, George, 2009. Prinsip-Prinsip Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara Triana, Rochyati Wahyuni, 2008. Prinsip-Prinsip Manajemen. Surabaya: Universitas Airlangga Usman, Husaini, 2009. Manajemen: teori, praktik, dan riset pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Wirjana, Bernardine R, 2007. Mencapai Manajemen Berkualitas: organisasi, kinerja, program. Yogyakarta: ANDI Yamit, Zulian, 2001. Manajemen Kualitas Produk dan Jasa. Yogyakarta: CV. Adipura
18
PENELITIAN : Heru, 2010. Taman Baca Rumah Pelangi: Studi Deskriptif Tentang Perpustakaan Komunitas di Bantul. Skripsi Ilmu Informasi dan Perpustakaan. Universitas Airlangga, Surabaya. Ihsanuddin, M., 2009. Motivasi Petugas Perpustakaan dalam Memberikan Pelayanan Prima. Skripsi Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Universitas Wijaya Kusuma, Surabaya. Nugroho, Dimas Wahyu, 2011. Strategi Pengembangan Taman Bacaan Arjuna Kabupaten Malang. Skripsi Ilmu Informasi dan Perpustakaan. Universitas Airlangga, Surabaya. WEBSITE : ______, 2012. Mall salah satu Penyebab Rendahnya Minat Baca. Tersedia di http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=440bfd59b5c8826dc74c3919f5 fc9197&jenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862c. Diakses pada 17 November 2012. Badan Pusat Statistik Indonesia, 2009. http://bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=27¬ab=36). Diakses pada 2 Oktober 2012. Bambang, 2011. MINAT BACA: Memprihatinkan, Hanya 42% Warga Surabaya Gemar Baca Buku.Tersedia di http://www.bisnis-jatim.com/index.php/2012/04/15/minat-bacamemprihatinkan-hanya-42-warga-surabaya-gemar-baca-buku/. Diakses pada 17 November 2012. Kemendikbud, 2012. Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengelolaan Penyelenggaraan Keaksaraan Dasar, Keaksaraan Usaha Mandiri dan Taman Bacaan Masyarakat Rintisan. Jakarta: Kemendikbud. Tersedia di http://pkbmindonesia.com/yahoo_site_admin/assets/docs/juknis_penyelenggaraan_keaksaraan_dasar_k um_dan_tbm_rintisan_dekonsentrasi_2012.184203130.pdf. Diakses pada 2 Oktober 2012. Listyanti, 2011. Pameran Komputer Lebih Diminati dari Pameran Buku. Tersedia http://m.suarasurabaya.net/kelanakota/detail.php?id=2f71af0157a90a4662213323877f010 6201193273. Diakses pada 17 November 2012.
19