KESUKSESAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT RUMAH DUNIA DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM LITERASI INFORMASI
Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh: Gita Rizki Hastari NIM : 1111025100009
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2015
ABSTRAK Gita Rizki Hastari (NIM: 1111025100009). Kesuksesaan Taman Bacaan Masyarakat Rumah Dunia dalam Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Literasi Informasi. Dibawah bimbingan Pungki Purnomo, MLIS, Program Studi Ilmu Perpustaaan Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015 Tujuan penelitian ini adalah pertama, untuk mengetahui penyebab usaha taman bacaan masyarakat Rumah Dunia sukses dalam pemberdayaan masyarakat melalui program literasi informasi. Kedua, untuk mengetahui solusi mengatasi kendala dalam melakukan pemberdayaan masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa usaha yang menyebabkan Rumah Dunia sukses dalam pemberdayaan masyarakat yaitu karena dua faktor. Pertama, faktor dari program Rumah Dunianya sendiri, yaitu program-program literasi informasi. Kedua, nama besar Gol A Gong juga tidak dapat terlepas dari suksesnya Rumah Dunia. Sedangkan usaha yang dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat melalui program literasi informasi ada enam usaha, yaitu: kelas menulis Rumah Dunia, jurnalisme warga, Gong travelling, pertunjukkan teater, bedah buku dan ode kampung. Untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi Rumah Dunia, yaitu karakter yang berbeda-beda dari masyarakat yang dating ke Rumah Dunia. Solusi untuk mengatasi masalah tersebut dengan mengubah karakter masyarakat yang kurang baik menjadi lebih baik. Sedangkan untuk sarana dan prasarana, Gol A Gong dan relawan Rumah Dunia berupaya mencari dana untuk memperbaiki sarana dan prasarana di Rumah Dunia, caranya dengan menerbitkan buku dan membuat film layar lebar. Hasil dari royalti tersebut akan disumbangkan untuk memperbaiki fasilitas di Rumah Dunia.
Kata Kunci: Kesuksesan, Taman Bacaan Pemberdayaan Masyarakat, Literasi Informasi
Masyarakat,
Rumah
Dunia,
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam tak lupa dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntut kita dari zaman kegelapan hingga zaman terang benderang, serta para sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman. Penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, M. Ag selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Bapak Pungki Purnomo, MLIS selaku ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan dan dosen pembimbing. Terima kasih atas saran-saran dan bimbingan yang diberikan kepada penulis, sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. 3. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku sekretaris Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Parhan Hidayat, M.Hum, selaku pembimbing akademik IP A 2011 dan penguji dua, terima kasih atas waktu dan saran yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
iii
5. Ibu Ida Farida, MLIS selaku dosen penguji satu. Terima kasih untuk kesediaan waktu dan sarannya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. 6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah mengajar dan memberikan ilmu kepada penulis semasa perkuliahan. 7. Pendiri TBM Rumah Dunia, Gol A Gong beserta istrinya, Tias Tatanka yang telah memberikan waktunya selama penulis berada di Rumah Dunia. 8. Presiden TBM Rumah Dunia, Ahmad Wayang, beserta relawan Rumah Dunia: Abdul Salam, Muhzen Den, Suni Ahwa dan relawan Rumah Dunia lainnya, yang telah direpotkan dan memberikan bantuan, motivasi dan kesediaan waktunya untuk wawancara serta saran-saran yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 9. Keluarga penulis, Kedua orang tua, Rusmadi dan Haslin Marianti, S.pd yang sangat teristimewa dan selalu melantunkan doa-doa untuk penulis demi kesuksesan masa depan penulis. Kedua kakak penulis Yogi Satya Hardi dan Rheza Prima Yoga serta keluarga besar penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu memberikan dukungan dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Teman-teman seperjuangan JIPers 2011, khususnya IP A. Terima kasih atas kebersamaannya selama ini. Kalian tidak akan terlupakan. 11. Teman-teman Forum Lingkar Pena cabang Ciputat: Kak Amal, Akma, Kiki, Azmi, Belda, Rifki, Oliq, Said, Ocol, Andik dan teman-teman yang lainnya, tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih telah menjadi
iv
keluarga baru selama penulis berada di Ciputat, bantuan dan saran dari teman-teman selama ini sangat membantu penulis. 12. Teman-teman dan kakak-kakak di tim MOTION FLP Ciputat, terima kasih atas dukungannya dan maaf belum bisa menjadi manager yang baik untuk kalian. Terus berkarya! 13. Teman-teman peserta Kelas Menulis Rumah Dunia angkatan 25. Terima kasih untuk waktu dan kebersamaan selama penulis belajar di Rumah Dunia. 14. Teman-teman BPH HMJ Ilmu Perpustakaan periode 2013-2014, Rizca Amelia Akbar, Imroatus Solihah, Muthia Fariza, Eko Raharjo dan AlMaliki serta segenap pengurus HMJ Ilmu Perpustakaan periode 20132014. 15. Teman-teman KKN Momentum 78, terima kasih untuk kebersamaannya selama ini. 16. Teman-teman University Day Out Banten, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Titin, Ikna, Aji, Shinta, Tika dan yang lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih, kalian yang terindah. 17. Teman-teman di Komunitas Pencinta Bacaan Anak (KPBA) dan Ibu Murti Bunanta, SS., MA, terima kasih telah memberikan ilmu baru bagi penulis. 18. Sahabat seperjuangan dari SMP dan SMA: Ratna, Veni, Fauziah, Tiara, Tria, Diesty, Siti, Pida Afif, Pras dan Qochar. Terima kasih untuk persahabatan yang sampai detik ini masih terjaga. 19. Untuk orang-orang terdekat penulis selama masa kuliah: Dini Hafidzah, Linna Lathifah, Astrid Brenda Maharani dan Firman Faturrahman. Terima
v
kasih atas kesediannya mendengarkan keluh kesah, serta dukungan dan sarannya selama ini, tanpa kalian penulis bukanlah apa-apa.
Serta seluruh teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas ketulusan dan kebaikan hati kalian, semoga Allah membalasnya. Penulis tahu, dalam penulisan skripsi ini masih ada kekurangan, oleh karena itu segala bentuk kritik dan saran penulis terima dengan senang hati. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang memberikan kontribusi untuk ilmu pengetahuan.
Waalaikumsalam Wr. Wb Jakarta, Juni 2015
Gita Rizki Hastari
vi
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ABSTRAK ................................................................................................... i ABSTRACT ................................................................................................. ii KATA PENGANTAR ................................................................................. iii DAFTAR ISI ................................................................................................ vii DAFTAR TABEL ........................................................................................ x DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................ C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................... D. Definisi Istilah ................................................................ E. Sistematika Penulisan ....................................................
1 6 7 8 9
BAB II
TINJAUAN LITERATUR A. Kesuksesan 1. Definisi Kesuksesan ................................................. 11 2. Faktor Pendukung Kesuksesan ................................ 12 B. Taman Bacaan Masyarakat 1. Pengertian Taman Bacaan Masyarakat .................... 14 2. Tujuan Taman Bacaan Masyarkat ............................ 18 3. Fungsi Taman Bacaan Masyarakat .......................... 19 4. Manfaat Taman Bacaan Masyarakat ........................ 22 C. Pemberdayaan Masyarakat 1. Definisi Pemberdayaan Masyarakat ......................... 24 2. Strategi Pemberdayaan Masyarakat ......................... 25 3. Kendala dalam Pemberdayaan Masyarakat ............. 27 D. Literasi Informasi 1. Definisi Literasi Informasi ....................................... 29 2. Manfaat Literasi Informasi ...................................... 32 3. Karakteristik Orang Literat Informasi ...................... 34 4. Literasi Informasi di Taman Bacaan Masyarakat .... 36 E. Penelitian Terdahulu ...................................................... 40
BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ..................................... 42 B. Sumber Data ................................................................... 42 C. Pemilihan Informan ........................................................ 43 D. Teknik Pengolahan Data ................................................ 44 E. Teknik Analisis Data ...................................................... 46 F. Jadwal Penelitian ............................................................ 48
vii
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Taman Bacaan Masyarakat Rumah Dunia 1. Sejarah Berdirinya Taman Bacaan Masyarakat Rumah Dunia ............................................................ 49 2. Visi dan Misi ............................................................ 51 3. Personalia ................................................................. 52 4. Susunan Pengurus .................................................... 52 5. Koleksi Buku ........................................................... 53 6. Sarana dan Prasarana ............................................... 54 7. Program Kegiatan .................................................... 59 B. Hasil Penelitian .............................................................. 61 C. Pembahasan .................................................................... 76
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................... 85 B. Saran .............................................................................. 86
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 87 LAMPIRAN-LAMPIRAN BIODATA PENULIS
viii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1
Jadwal Penelitian ................................................................... 48
2. Tabel 2
Sarana di Taman Bacaan Masyarakat Rumah Dunia ............ 54
3. Tabel 3
Prasarana di Taman Bacaan Masyarakat Rumah Dunia ........ 55
4. Tabel 4
Kegiatan Reguler di TBM Rumah Dunia .............................. 59
5. Tabel 5
Kegiatan Unggulan di TBM Rumah Dunia ........................... 60
x
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Lampiran 1
Surat Tugas Menjadi Pembimbing
2.
Lampiran 2
Surat Izin Penelitian
3.
Lampiran 3
Surat Pergantian Judul Skripsi
4.
Lampiran 4
Pedoman Wawancara
5.
Lampiran 5
Transkrip Wawancara
6.
Lampiran 6
Transkrip Obrolan Non-Formal
7.
Lampiran 7
Transkrip Obrolan Lewat Facebook Messenger
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dengan berkembangnya zaman, kemudahan dan penyebaran informasi menjadi lebih pesat. Hal ini disebabkan karena melimpahnya informasi yang tersedia, baik informasi tercetak, terekam maupun digital yang setiap harinya terus bertambah.
Masyarakat pun dituntut untuk berubah menjadi masyarakat informasi, di mana setiap individu harus memperlakukan informasi dan pengetahuan sebagai sumber yang penting. Agar masyarakat dapat hidup lebih unggul, maka setiap individu harus memiliki kemampuan dan kemauan untuk terus belajar. Hal ini bertujuan agar pengetahuan yang dimilikinya tidak usang terlindas kemajuan.
Orang-orang yang memiliki keterampilan literasi informasi, pasti memiliki karaktersitik
lainnya.
Selain
mampu
mengakses,
mengevaluasi
dan
menggunakan informasi dengan bijak, mereka juga belajar tentang hal-hal yang baru. Mampu mencari informasi untuk memenuhi kebutuhan pribadi, menghormati hukum hak cipta dan kebebasan intelektual, menggunakan wawasan untuk memprediksi hasil atau membuat keputusan.1 Apabila hal-hal
1
Helen M Thompson dan Susan A. Henley. Fostering Information Literacy: Connecting National Standards Goals 200, and the SCANS Report (Colorado: Teacher Ideas Press, 2000), h. 3.
1
tersebut sudah kita miliki, pastinya kita sudah mampu menjadi masyarakat literasi informasi.
Dalam dunia nyata, apabila kita mampu memiliki kompetensi literasi informasi, maka kita bisa menjadi seseorang yang dapat sukses dalam menjadi masyarakat informasi dan secara khusus dalam penerapan kurikulum berbasis kompetensi di sekolah dan perguruan tinggi. Sebagai contoh, apabila kita dihadapkan dalam dua pilihan ketika ingin membeli barang, maka kita memerlukan informasi mengenai kedua merek tersebut. Disini kita membutuhkan informasi. Setelah tahu produk mana yang bagus, kita membeli, menggunakan informasi dan memakai sabun tersebut sambil memikirkan apakah kita akan kembali membeli produk itu atau tidak-mengevaluasi hasil.
Literasi informasi sendiri memiliki arti bagaimana kita belajar, mencari informasi, mengevaluasi, dan menggunakannya dengan bijak dan efektif.2 Selain itu, literasi informasi dapat juga berarti kemampuan seseorang untuk memanajemen pengetahuan dan kemampuan untuk belajar terus-menerus.3 Dengan kata lain, literasi informasi adalah kemampuan seseorang untuk belajar, mencari informasi, mengevaluasi dan menggunakannya secara efektif.
Penguasaan literasi informasi dipandang penting sebagai proses pembelajaran, sehingga menjadi sebagai sebuah kebutuhan di masyarakat. Dalam hal yang 2
Helen M Thompson dan Susan A. Henley. Fostering Information Literacy: Connecting National Standards Goals 200, and the SCANS Report (Colorado: Teacher Ideas Press, 2000), h. 1. 3 Diao Ai Lein dkk. Literasi Informasi: Tujuh Langkah Knowledge Management. (Jakarta: Universitas Atma Jaka, 2010), h. 2.
2
lebih
luas,
program
literasi
informasi
sebenarnya
adalah
program
pemberdayaan masyarakat, khususnya dalam bidang informasi.
Pemberdayaan masyarakat yang dimaksud disini yaitu sebagai upaya memberikan wewenang dan kepercayaan kepada setiap individu dalam sebuah organisasi, serta mendorong mereka untuk terus kreatif dan berkaraya agar dapat menyelesaikan tugas mereka dengan baik.4 Bila kita telusuri lebih lanjut lagi, sebenarnya konsep pemberdayaan masyarakat ini lebih mengacu pada kepedulian seseorang, komunitas atau lembaga dalam memerangi kebodohan, kemiskinan, pengangguran serta keterbelakangan masyarakat. Cara yang dilakukan bisa berupa menindaklanjuti dan memberdayakan masyarakat, hal ini ditujukan agar masyarakat bisa berkembang serta mempunyai semangat kerja untuk kelangsungan hidup mereka.
Salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat yang bisa dilakukan yaitu dengan cara membangun sebuah taman bacaan masyarakat (selanjutnya disingkat dengan TBM). TBM merupakan sebuah wadah atau tempat pembelajaran nonformal, dimana masyarakat dapat belajar atau hanya sekedar mencari sebuah informasi yang mereka butuhkan. Sebenarnya TBM dan perpustakaan sama-sama merupakan tempat mencari informasi, hanya saja yang membedakannya yaitu TBM bisa menjadi tempat pemberdayaan masyarakat, dimana masyarakat dapat mengembangan kreatifitas mereka melalui programprogram yang diadakan oleh pihak pengurus TBM. 4
Agus Purbathin Hadi, “Konsep Pemberdayaan, Partisipasi dan Kelembagaan dalam Pembangunan,” artikel diakses pada 1 April 2015 dari www.suniscome.50webs.com
3
Menjamurnya TBM pada saat ini juga perlu diperhatikan. Hal ini membuktikan bahwa kesadaran masyarakat dalam mencari kebutuhan informasi sudah mulai berkembang. Sehingga bukan hanya perpustakaan saja yang bisa menyediakan kebutuhan informasi, namun dari masyarakat sendiri pun ingin menyediakan fasilitas yang sama guna memenuhi kebutuhan informasi khayalak maka dibangunlah TBM yang pendiriannya berada di lingkungan masyarakat.
TBM berperan penting membantu masyarakat dengan menyediakan sumber informasi dan memberikan layanan dibidang bahan bacaan, berupa; buku, majalah, tabloid, koran, komik dan bahan multimedia lainnya, juga dilengkapi dengan ruangan untuk membaca. Taman bacaan tidak hanya menyediakan layanan bacaan saja, melainkan juga menyediakan layanan baca di tempat, layanan
peminjaman
buku,
layanan
pembelajaran,
layanan
praktik
keteramplilan, melaksanakan berbagai macam perlombaan dan mengadakan kegiatan literasi.
Dalam hal ini, TBM dapat dijadikan sebagai sarana untuk pemberdayaan masyarakat sekaligus mempelajari kegiatan-kegiatan literasi infomasi. Pemberdayaan masyarakat di TBM bisa berupa kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan menurut visi dan misi TBM sendiri, misalnya mengadakan kegiatan daur ulang kertas, budidaya lele, mengajari anak-anak menggambar dan sebagainya. Sedangkan kegiatan literasi informasi yang dimaksud pada
4
TBM yaitu merupakan kegiatan yang menyenangkan dan bermanfaat, seperti; bedah buku, diskusi mengenai isu yang sedang berkembang, workshop kepenulisan, temu penulis dan belajar menulis cerpen atau puisi.5
Salah satu TBM yang menggabungkan kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan kegiatan literasi informasi adalah taman bacaan masyarakat Rumah Dunia. Taman bacaan masyarakat ini terletak di Komp. Hegar Alam 40, Ciloang, Serang Banten 42118. TBM ini dibangun atas kegelisahan Gol A Gong yang merasa bahwa di Banten tidak ada tempat yang bisa memacu kreatifitas masyarakat.6 Kemudian atas kegelisahannya itu, Gol A Gong dan istrinya; Tias Tatanka beserta sahabat mereka Toto ST Radik dan (alm) Rys Revolta, Maulana Wahid Fauzi dan Andi ST Trisnahadi mendirikan taman bacaan masyarakat Rumah Dunia.7
Rumah Dunia merupakan “lerarning centre”; pusat belajar jurnalistik, sastra, menggambar, teater, musik, dongeng dan film bagi anak-anak, pelajar, mahasiswa bahkan umum yang digulirkan sejak 2002.8 Banyak anak-anak di lingkungan sekitar yang memanfaatkan fasilitas Rumah Dunia sebagai sarana belajar. Rumah Dunia sendiri tidak memungut biaya untuk anak-anak yang ingin belajar menggambar, menonton film dan wisata dongeng.
5
Kemendikbud, Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informasl, 2012), h. 4. 6 Wawancara pribadi dengan Ahmad Wayang., Serang, Pada 16 November 2014. 7 Gol A Gong, “Rumah Dunia.” Diakses pada 1 April 2015 dari rumahdunia.com/isi/profilrumah-dunia 8 Gol A Gong, “Redaksi,” diakses pada 20 Desember 2014 dari rumahdunia.com/isi/about
5
Rumah Dunia mempunyai program unggulan yaitu kelas menulis. Dimana kelas menulis ini sudah sampai pada angkatan 25 dan sudah banyak mencetak penulis-penulis yang mampu menggetarkan dunia literasi. Salah satunya adalah Endang Rukmana. Dia adalah seorang anak dari kuli bangunan dan tukang cuci yang mempunyai hobi gemar membaca sejak anak-anak. Endang Rukmana sendiri merupakan angkatan pertama kelas menulis Rumah Dunia dan hingga sekarang dia telah melahirkan sepuluh novelnya yang diterbitkan oleh Gagas Media dan Bentang Pustaka. Beberapa novelnya yang diterbitkan oleh GagasMedia yaitu; sakit ½ Jiwa, Gotcha, Pahe Telecinta, Blackforest Blossom dan masih banyak lagi. Selain itu, Gol A Gong yang mempunyai misi untuk terus menggerakkan taman bacaan masyarakat sebagai wadah masyarakat untuk terus berkarya dan menggetarkan dunia literasi.
Bagi penulis, hal ini sangat menarik, karena taman bacaan masyarakat yang lain belum begitu terlihat kesuksesannya dalam pemberdayaan masyarakat. Bahkan cendrung TBM Rumah Dunia ini dijadikan acuan oleh TBM yang lain dalam program kegiatan atau yang lainnya. Hal tersebut yang membuat penulis tertarik untuk mengajukan judul penelitian Kesuksesan Taman Bacaan Masyarakat Rumah Dunia dalam Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Literasi Informasi.
6
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini, penulis hanya membatasi masalah pada usaha yang dilakukan dan solusi untuk mengatasi hambatan dalam melakukan program pemberdayaan melalui literasi informasi.
2. Perumusan Masalah Setelah objek penelitian difokuskan pada pemberdayaan masyarakat melalui program literasi informasi saja dan agar penelitian ini lebih terorganisir serta terarah, maka dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana usaha yang menyebabkan Rumah Dunia sukses dalam pemberdayaaan masyarakat melalui program literasi informasi? 2. Bagaimana solusi untuk mengatasi kendala dalam melakukan pemberdayaan masyarakat?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian a. Untuk mengetahui usaha yang menyebabkan Rumah Dunia sukses dalam pemberdayaan masyarakat melalui program literasi informasi. b. Untuk mengetahui solusi mengatasi kendala dalam melakukan pemberdayaan masyarakat.
7
2. Manfaat Penelitian a. Bagi Taman Bacaan Masyarakat Penelitian ini diharapkan mampu memberikan motivasi kepada peneliti untuk memberikan saran dan masukan yang bermanfaat bagi pihak taman bacaan masyarakat Rumah Dunia. Dengan adanya saran dan masukan dari peneliti, diharapkan pihak taman bacaan masyarakat dapat
dijadikan
pertimbangan
saran
dan
dan
evaluasi
masukan dalam
untuk
dijadikan
bahan
menjadikan
taman
bacaan
masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat melalui program literasi informasi. b. Bagi Peneliti Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
peneliti
mengenai
kesukseksesan
taman
bacaan
masyarakat Rumah Dunia dalam pemberdayakan masyarakat melalui program literasi informasi.
D. Definisi Istilah Taman bacaan masyarakat adalah lembaga pembudayaan kegemaran membaca masyarakat yang menyediakan dan memberikan layanan di bidang bahan bacaan, berupa; buku, majalah, tabloid, koran, komik dan bahan multimedia lain yang dilengkapi dengan ruangan membaca, diskusi, bedah buku, menulis dan kegiatan literasi lainnya yang didukung oleh pengelola yang berperan sebagai motivator.9 9
Kemendikbud, Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat. (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Non Formal dan Informal., 2012) h. 4
8
Pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai upaya memberikan wewenang dan kepercayaan kepada setiap individu dalam sebuah organisasi, serta mendorong mereka untuk terus kreatif dan berkaraya agar dapat menyelesaikan tugas mereka dengan baik.10
literasi informasi adalah kemampuan seseorang untuk memanajemen pengetahuan dan kemampuan untuk belajar terus-menerus.11
E. Sistematika Penulisan Dalam sistematika ini penulis membagi penulisan dalam lima bab, yang mana tiap bab membahas secara sistematis bagian-bagian yang dipaparkan, kelima bab itu adalah : BAB I
Pendahuluan Dalam bab ini akan dikemukakan latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, manfaat penelitian, definisi istilah dan sistematika penulisan.
BAB II
Tinjauan Literatur Bab ini
membahas
teori-teori
yang berasal
dari kajian
kepustakaan. Pembahasan teori ini mencakup tentang definisi taman bacaan masyarakat, tujuan taman bacaan masyarakat, fungsi taman bacaan masyarakat, manfaat taman bacaan masyarakat,
definisi
pemberdayaan
masyarkaat,
strategi
10
Agus Purbathin Hadi, “Konsep Pemberdayaan, Partisipasi dan Kelembagaan dalam Pembangunan.” Artikel diakses pada 1 April 2015 dari www.suniscome.50webs.com 11 Diao Ai Lein dkk., Literasi Informasi: Tujuh Langkah Knowledge Management. (Jakarta: Universitas Atma Jaka, 2010), h. 2.
9
pemberdayaan
masyarakat,
kendala
dalam
pemberdayaan
masyarakat, definisi literasi informasi, manfaat literasi informasi, karakteristik orang yang literat informasi dan literasi informasi di taman bacaan masyarakat. BAB III
Metode Penelitian Bab ini akan membahas tentang jenis dan pendekatan penelitian, sumber data, pemilihan informan, teknik pengolahan data, teknik analisis data dan jadwal penelitian.
BAB IV
Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada bab ini dibagi menjadi dua pembahasan, yang pertama terdiri dari; sejarah berdirinya taman bacaan masyarakat, visi dan misi taman bacaan masyarakat, personalia, susunan pengurus, koleksi buku, sarana dan prasarana dan program kegiatan. Selain itu, pada bab ini juga akan membahas tentang hasil penelitian yang terdiri dari usaha yang dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat melalui program literasi informasi dan solusi untuk mengatasi kendala dalam melakukan program pemberdayaan masyarakat.
BAB V
Penutup Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari keseluruhan pokok bahasan dan saran-saran yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian.
Daftar Pustaka Lampiran-lampiran
10
BAB II TINJAUAN LITERATUR
A. KESUKSESAN 1. Definisi Kesuksesan Bila kita memikirkan makna „sukses‟ tentulah banyak definisi yang terlintas dipikiran. Banyaknya definisi mengenai kesuksesan, membuat orang semakin bingung dengan arti kesuksesan. Merujuk pada salah satu buku, Percy mendefinisikan sukses sebagai pencapaian akan hal-hal yang telah didambakan, direncanakan, atau diusahakan; Pencapaian ketenaran dan kemakmuran atau hal-hal semacamnya; hasil yang sudah lama diharapkan.12
Sedangkan, Ralph Waldo Emerson dalam buku success, menjelaskan bahwa kesuksesan itu sebagai sebuah simbol untuk tertawa, untuk mendapatkan penghargaan dari orang-orang terhormat dan kasih sayang dari anak-anak, untuk mendapatkan kritik yang jujur dan mengatasi teman yang berkhianat, untuk menghargai keindahan, untuk dapat melihat sisi baik orang lain, untuk melihat dunia menjadi tempat yang lebih baik, baik dengan adanya generasi yang sehat, kebun yang terawat atau lingkungan yang aman dan untuk mengetahui bahwa kehidupan orang lain menjadi lebih mudah karena kehadiran anda.13
12
Percy “Master P” Miller, Guaranteed Success: Bila anda pantang menyerah. Penerjemah Isma Noor Anggraini (Bandung: PT. Salamadani Pustaka Semesta, 2008) h. 19 13 J. Pincott, Success. Penerjemah Ratih Purnamasari (Bandung: Salamadani, 2008) h. 2-3
11
Lain lagi dengan Deepak Chopra dalam success, dia mendefinisikan kesuksesan sebagai kemampuan untuk mencintai dan mendapatkan perhatian. Kesuksesan adalah kapasitas untuk merasakan kebahagiaan dan menyebarkannya kepada orang lain. Kesuksesan adalah rasa aman untuk mengetahui bahwa hidup ini berharga dan memiliki tujuan. Kesuksesan adalah rasa terhubung dengan kekuatan besar yang ada di alam. Kesuksesan kemampuan untuk memenuhi
tujuan2 hidup. Kesuksesan
berarti realisasi progresif atas tujuan-tujuan yang berharga. Kesuksesan berarti pula perluasan kebahagiaan. Ketika semua itu telah dimiliki, keuntungan
berupa
materi,
kenyamanan,
dan
kemewahan
akan
mengikuti.14
Berdasarkan dari beberapa definisi diatas, kesuksesan dapat diartikan sebagai sebuah keberhasilan dari hal-hal yang telah direncanakan atau didampakan. Bukan hanya itu saja, dapat bermanfaat bagi orang lain, membuat orang lain tertawa, melihat sisi baik orang lain juga dapat dikatakan sukses. Sehingga kesuksesan bukan hanya diri sendiri saja yang merasakan, melainkan orang disekitar kita ikut merasakan kesuksesan yang kita capai.
14
Success h. 4
12
2. Faktor Pendukung Kesuksesan Banyak hal yang menyebabkan seseorang sukses atau berhasil. Salah satu yang menyebabkan seseorang sukses adalah dukungan dari orang lain. Berikut merupakan faktor kesuksesan menurut Relcky Saragih:15 a. Bekerja dengan hati Yang dimaksud dengan‟bekerja dengan hati‟ yaitu bukan hanya bekerja berdasarkan perintah atau SOP. Tapi berikan yang terbaik terhadap apa yang kita kerjakan, bahkan kalau bisa lakukan melebihi apa yang diharapkan oleh orang lain. b. Selalu mengandalkan Tuhan di setiap kesempatan Dalam melakukan kegiatan apapun dan sebagai makhluk ciptaan-Nya, sebaiknya disertai dengan doa. Karena segala usaha dan hasil yang diperoleh merupakan izin dari Tuhan. Dengan begitu, jalur menuju pintu kesuksesan akan terbuka semakin lebar. c. Menggali pengalaman sedalam-dalamnya Dalam hal ini, yang dicari bukanlah pengalaman yang sebanyakbanyaknya. Sedalam-dalamnya yang dimaksud yaitu fokus dan asah kemampuan yang ada pada diri sendiri sehingga bukan hanya sekedar tahu atau bisa, melainkan menjadi ahli. d. Disiplin waktu, tempat dan pekerjaan Salah satu hal yang membedakan karyawan teladan dengan yang tidak teladan adalah soal disiplin. Karyawan yang teladan umumnya masuk kantor tepat waktu, tidak pernah terlambat jika mengatur janji, dan dia akan menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu. e. Percaya terhadap diri sendiri Percaya diri yang dimaksud adalah ketika seseorang telah dapat mengenal diri dengan baik, maka akan dapat mengetahui batas kemampuan saat ini. Jadi, jika seseorang dapat menempatkan diri di tempat yang tepat dengan percaya diri karena sudah tahu bahwa dia mampu melakukan itu. 15
Relecky Saragih. What Is Success (Jakarta: Grasindo, 2015) h. 128
13
f. Mampu bersosialisasi dengan baik Jika seseorang mampu bersosialisasi dengan baik, itu artinya dia dapat membuat networking atau jaringan yang lebih luas lagi. g. Mengenal batas kemampuan diri sendiri Kalau seseorang telah mampu mengenal diri dengan baik, tentunya dia akan tahu batas kemampuannya sampai di mana, kelebihan dan kekurangannya. Misalnya, si A pandai dalam matematika tetapi tidak paham Bahasa Indonesia. Suatu saat si adik meminta untuk mengerjakan PR Bahasa Indonesia, tetapi si A tidak dapat membantu karena kurang paham. Daripada salah, lebih baik minta tolong kepada teman atau orang yang paham tentang Bahasa Indonesia. Jangan hanya karena masalah gengsi atau malu, jadi memaksakan. h. Rendah hati Hal yang terakhir ini merupakan yang paling penting untuk menuju pintu kesuksesan. Sebagai makluk ciptaan-Nya, manusia tidak boleh sombong. Hal itu disebabkan karena segala bentuk kegiatan atau keberhasilan yang kita capai, ada peran orang lain yang turut membantu. Jika seseorang sombong, maka akan hancurlah segala hal yang telah dicapai.
B. TAMAN BACAAN MASYARAKAT 1. Pengertian Taman Bacaan Masyarakat Banyak masyarakat yang berpendapat bahwa antara perpustakaan dengan taman bacaan masyarakat (selanjutnya disingkat dengan TBM) sebenarnya sama saja, sama-sama menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Tapi apabila ditelusur lebih dalam lagi, sebenarnya antara perpustakaan dengan TBM mempunyai perbedaan, walaupun tidak terlihat signifikan.
14
Taman bacaan masyarakat atau yang biasa kita kenal dengan sebutan TBM, sebenarnya bukanlah sebuah perpustakaan pada umumnya yang harus memenuhi standar koleksi, sarana dan prasarana, layanan dan tenaga perpustakaan nasioal. TBM merupakan fasilitas membaca yang berada di tengah-tengah masyarakat dan komunitas yang dikelola secara sederhana oleh masyarakat yang bersangkutan.16
Perbedaan antara perpustakaan dengan TBM terdapat dari segi pengelolaanya. Jika perpustakaan dikelola oleh pemerintah dan diatur dengan sistem pelayanan yang baku, mulai dari pengunjung sampai pengelolaan bahan pustaka. Sedangkan TBM merupakan lembaga non formal yang dikelola secara swasembada oleh masyarakat, sistem pengelolaan bahan pustaka dan pengunjungnya pun kadang tidak diatur. Namun, karena pengelolaan bahan pustaka tidak diatur itulah sering terjadi kehilangan buku di TBM.
Dari kedua perbedaan tersebut, dapat didefinisikan bahwa TBM merupakan sebuah lembaga yang berdiri di lingkungan masyarakat guna melayani kebutuhan informasi ilmu pengetahuan dalam bentuk bacaan atau bahan pustaka lainnya.17 Dengan disediakannya bahan bacaan oleh TBM, diharapkan dapat menyadarkan masyarakat sekitar tentang pentingnya membaca serta diharapkan mampu menjadikan membaca sebagai sebuah kebiasaan. 16
Sutarno NS, Membina Perpustakaan Desa (Jakarta: Sagung Seto, 2008), h. 127. Muhsin Kalida, Jogja TBM Kreatif (Yogyakarta: Forum Taman Bacaan Masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta, 2012), h. 3. 17
15
Taman bacaan masyarakat dapat juga diartikan sebagai sebuah perpustakaan yang posisinya sangat dekat dengan masyarakat. Hal ini disebabkan karena sasaran utama TBM adalah masyarakat di lingkungan sekitar, bahkan TBM sering tumbuh langsung dari masyarakat, terutama di daerah yang sulit dijangkau oleh perpustakaan umum.18
Menurut Departemen Pendidikan Nasional, TBM merupakan sebuah lembaga atau tempat yang digunakan untuk mengelola bahan kepustakaan, seperti buku dan bahan-bahan bacaan lainnya yang dibutuhkan oleh masyarakat. TBM juga dapat digunakan sebagai tempat penyelenggaraan program pembinaan kemampuan membaca dan belajar sekaligus sebagai tempat untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat sekitar.19
Sedangkan
menurut
Kemendikbud,
TBM
merupakan
lembaga
pembudayaan gemar membaca yang menyediakan dan memberikan bahan bacaan kepada masyarakat. Bahan bacaan tersebut bisa berupa buku, majalah, koran, komik serta bahan bacaan lainnya. Selain itu TBM juga dilengkapi dengan ruangan atau pendopo untuk membaca dan diskusi,
18
Ratih Rahmawati dan Blasius Sudarsono, Perpustakaan Untuk Rakyat Dialog Anak dan Bapak (Jakarta: Sagung Seto, 2012), h. 29. 19 Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, 2006), h. 1.
16
bedah buku, kegiatan menulis serta berbagai kegiatan literasi lainnya yang didukung oleh pihak pengelola yang berperan sebagai motivator.20
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa TBM merupakan sebuah lembaga pendidikan non-formal yang didirikan oleh masyarakat, untuk para pembelajar dan masyarakat sekitar guna menyediakan kebutuhan informasi dan bahan bacaan yang mereka butuhkan. TBM juga dilengkapi dengan fasiltas-fasilitas lainnya seperti ruangan untuk membaca, menulis, diskusi, bedah buku dan kegiatan literasi lainnya.
Taman bacaan masyarakat didirikan bersama masyarakat di lingkungan sekitar. Masyarakat yang belum mendapatkan kesempatan untuk belajar secara formal dapat belajar di TBM. Sebagaimana layaknya sebuah perpustakaan, TBM juga merupakan sebuah tempat belajar untuk masyarakat sepanjang hayat. TBM didirikan untuk siapa saja tanpa membedakan golongan, ras, agama serta kelompok masyarakat tertentu.21 Hal ini disebabkan karena TBM merupakan sebuah lembaga non-profit, dimana masyarakat dibebaskan untuk membaca dan mencari kebutuhan informasi.
20
Kemendikbud, Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat Tahun 2012 (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Non Formal dan Informal, 2012), h. 4 E-book diunduh pada 28 Februari 2015 www.paudni.kemdikbud.go.id 21 Tri Hardiningtyas, “Taman Bacaan Masyarakat: sebagai mitra perpustakaan,” artikel diakses pada 17 Maret 2015 dari http://pustaka.uns.ac.id/
17
Taman bacaan masyarakat dibangun atas kerjasama masyarakat sekitar yang sadar akan pentingnya pendidikan dan ilmu pengetahuan. Diharapakan
dengan
adanya
TBM,
masyarakat
sekitar
dapat
mengembangkan dan meningkatkan kemampuan minat baca. Selain itu, TBM juga bisa dikatakan sebagai pendidikan non formal, dimana masyarakat yang tidak sempat mendapatakan pendidikan formal di sekolah, dapat belajar di TBM, tentunya didukung dengan programprogram literasi yang diadakan oleh pihak pengelola.
2. Tujuan didirikannya Taman Bacaan Masyarakat Dengan didirikannya taman bacaan masyarakat, diharapkan baik kaum pembelajar atau masyarakat sekitar bisa mendapatkan informasi secara mudah. Hal ini disebabkan karena salah satu tujuan didirikannya taman bacaan masyarakat yaitu untuk menyediakan berbagai jenis bahan bacaan.
Tujuan didirikannya taman bacaan masyarakat menurut Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta sebagai berikut:22 a. Mencerdaskan kehidupan masyarakat dan menumbuhkan daya kreasi, prakarsa dan swadaya masyarakat melalui peningkatan b. Menjadikan masyarakat gemar membaca dan bersemangat dalam belajar. c. Menunjang pelaksanaan wajib belajar dan program-program pendidikan keterampilan masyarakat 22
Republika Indonesia, “Undang-undang tentang Taman Bacaan Masyarakat No. 169 Tahun 2009, Pasal II, Bab 2.” Artikel diakses pada 17 Maret 2015 dari http://bpadjakarta.net
18
d. Menyediakan sarana edukasi, rekreasi, penerangan, informasi dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi masyarakat.
Sedangkan menurut Kemendikbud dalam Petunjuk Teknis Pengajuan Taman Bacaan Masyarakat Tahun 2012, Tujuan taman bacaan masyarakat adalah untuk:23 a. Meningkatkan kemampuan membaca dengan tujuan agar tidak ada lagi masyarakat yang buta aksara. b. Membangun masyarakat gemar membaca dan belajar. c. Menumbuhkembangkan minat dan kegemaran membaca untuk masyarakat sehingga tercipta masyarakat yang cerdas. d. Mewujudkan
kualitas
dan
kemandirian
masyarakat
yang
mempunyai ilmu pengetahuan, keterampilan, berbudaya maju dan beradab. e. Mendorong terciptanya masyarakat yang cerdas sepanjang hayat.
Dengan kata lain, tujuan didirikannya TBM yaitu untuk meminimalisir masyarakat yang buta aksara. Caranya dengan menjadikan masyarakat yang gemar membaca, supaya tercipta masyarakat yang cerdas. Selain itu, TBM dapat juga berfungsi sebagai sarana edukasi dan rekreasi.
3. Fungsi Taman Bacaan Masyarakat Pada dasarnya, antara taman bacaan masyarakat dan perpustakaan memiliki fungsi yang hampir sama. Dari segi persamaannya, keduanya 23
Kemendikbud, h. 1
19
mempunyai tujuan yang sama yaitu memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi, baik untuk memupuk kegemaran membaca maupun berbagai fungsi seperti pendidikan hingga rekreasi. Akan tetapi, keduanya pasti mempunyai perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Perbedaannya terdapat
pada
segi
pengelolaannya.
Kalau
perpustakaan
tenaga
pengelolanya orang yang profesional dan mengelola dengan sistem yang baku. Sedangkan taman bacaan masyarakat tenaga pengelolanya hanya berperan sebagai motivator dengan menyediakan koleksi maupun kegiatan literasi lainnya.24 Berikut ini merupakan fungsi taman bacaan masyarakat atau People Reading Park menurut Manifesto UNESCO:25 a. Menjadi tempat mengumpulkan atau menghimpun informasi secara aktif. Dengan arti lain, Taman Bacaan Masyarakat tersebut mempunyai kegiatan secara terus-menerus untuk mengumpulkan sumber informasi untuk di koleksi. b. Sebagai tempat mengola semua bahan pustaka dengan metode tertentu,
seperti
registrasi,
klasifikasi,
katalogisasi
serta
kelengkapan lainnya dengan maksud agar koleksi mudah digunakan. c. Menjadi tempat memelihara dan menyimpan bahan bacaan. Artinya, ada kegiatan untuk mengatur, menyusun, menata, memelihara dan merawat koleksi agar tidak mudah rusak dan hilang.
24
Ratih Rahmawati h. 29-30 Alexandra Landmann “Taman Bacaan Masyarakat dan Budaya Lisan Masyarakat Adat Kanekes,” Artikel diakses pada 17 Maret 2015 dari http://wiwitan.org 25
20
d. Sebagai salah satu pusat informasi, sumber belajar, penelitian serta kegiatan lainnya. e. Membangun tempat informasi yang up to date bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Sedangkan menurut Kemendikbud, fungsi taman bacaan masyarakat adalah sebagai berikut:26 a. Sebagai sumber belajar. Taman bacaan masyarakat menyediakan buku sebagai bahan bacaan utama yang mendukung masyarakat pembelajar sepanjang hayat, seperti buku pengetahuan sebagai penambahan wawasan, juga beberapa keterampilan praktis yang bisa dipraktekkan setelah membaca, misalnya praktek memasak, budidaya ikan dan sebagainya. b. Sebagai sumber informasi. Taman bacaan masyarakat juga menyediakan bahan bacaan lainnya seperti koran, tabloid, referensi, booklet atau leaflet dan akses internet yang digunakan untuk mencari berbagai informasi. c. Sebagai tempat rekreasi-edukasi. Dengan buku-buku fiksi dan nonfiksi yang disediakan oleh pihak TBM, diharapkan dapat memberikan hiburan yang mendidik dan menyenangkan.
Secara garis besar, fungsi taman bacaan masyarakat dengan perpustakaan nyaris sama. Hanya saja, pada TBM pengunjung bebas datang kapan saja
26
Kemendikbud. h. 2
21
dia mau, bahkan hari libur pun masyarakat bisa datang ke TBM. Sedangkan perpustakaan, jam kunjung dibatasi oleh jam kerja rata-rata. Selain itu, TBM juga bisa dijadikan sebagai tempat sarana belajar, dimana setelah masyarakat membaca buku mengenai budidaya lele, cara menanam cabai dan sebagainya, mereka bisa langsung mempraktekkannya, tentu dengan pengawasan para motivator di taman bacaan masyarakat
4. Manfaat Taman Bacaan Masyarakat Taman bacaan masyarakat selain memiliki tujuan dan fungsi, tentunya mempunyai manfaat tersendiri, baik itu manfaat untuk masyarakat sekitar ataupun manfaat untuk pengelola TBM sendiri.
Menurut direktorat pendidikan masyarakat, TBM dapat memberikan manfaat bagi warga sekitar maupun masyarakat luar, diantaranya:27 a. Taman bacaan masyarakat dapat menumbuhkan minat baca serta kecintaan terhadap budaya membaca. b. Memperkaya kegemaran membaca bagi masyarakat. c. Menumbuhkembangkan kegiatan belajar mandiri. d. Mempercepat proses penguasaan teknik membaca bagi masyarakat yang ingin belajar membaca. e. Membantu pengembangan masyarakat dalam hal kecakapan membaca.
27
Departemen Pendidikan Nasional. h. 2
22
f. Menambah dan membuka wawasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. g. Membantu kelancaran dalam hal penyelesaian tugas sekolah atau kuliah melalui diskusi bersama pengurus TBM atau sesama anggota TBM. h. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam berbagai bidang.
Sedangkan menurut Gol A Gong, manfaat taman bacaan masyarakat bagi pihak pengelola atau bisa juga disebut sebagai pihak motivator yaitu TBM bisa dijadikan sebagai sarana untuk belajar dan mengembangkan bakat yang dimiliki oleh masing-masing pengelola TBM. Seperti pada TBM Rumah Dunia yang didirikan oleh Gol A Gong, selain memberikan ilmu bagaimana mengelola TBM, beliau juga memberikan beasiswa untuk pengelola yang ingin kuliah di perguruan tinggi negeri. Sudah ada beberapa pengelola TBM Rumah Dunia yang berhasil dikuliahkan TBM Rumah Dunia melalui program beasiswa.28
Jika dipahami lebih dalam lagi, manfaat TBM bisa lebih terlihat langsung pada diri masyarakat daripada perpustakaan. TBM bukan hanya dijadikan sebagai tempat rak dan buku-buku yang dipajang begitu saja, bukan juga sebagai tempat untuk penelitian seperti perpustakaan. TBM dapat dijadikan sebagai tempat mengembangkan kemampuan diri untuk
28
Gol A Gong dan Agus M. Irkham, Gempa Literasi: Dari Kampung untuk Nusantara (Jakarta, Kepustakaan Populer Gramedia, 2012), h. 288.
23
masyarakat sekaligus pihak pengelolanya melalui berbagai program kegiatan yang diadakan di TBM.
C. Pemberdayaan Masyarakat 1. Definisi Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat, dimana kondisi masyarakat tersebut apabila mengandalkan dirinya sendiri mereka tidak mampu untuk keluar dari perangkap kemiskinan.29 Dengan adanya program pemberdayaan masyarakat, masyarakat yang tergolong kurang mampu baik secara ekonomi, sosial maupun ilmu pengetahuan, mereka dapat dibantu untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri masing-masing.
Menurut Ife dalam Rafi Ramadhan, pemberdayaan masyarakat berarti menyiapkan sumber daya, ilmu pengetahuan serta keahlian untuk meningkatkan kualitas diri dalam menentukan masa depan. Selain itu, dapat mengarahkan masyarakat untuk berpartisipasi dan mempengaruhi kehidupan mereka agar lebih terarah dan maju.30
Dengan kata lain, pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan ilmu pengetahuan serta
29
Anwar, Manajemen Pemberdayaan Perempuan: Perubahan Sosial Melalui Pembelajaran Vocational Skills pada Keluarga Nelayan. (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 1. 30 Rafi Ramadhan, “Analisis Aktifitas Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan Minat Baca pada Komunitas Insan Baca,” Media Libri-Net Vol. 2 No. 2 (Juli, 2013)
24
meningkatkan keahlian individu masing-masing agar menjadi masyarakat yang kreatif dan bisa terbebas dari perangkap kemiskinan.
2. Strategi Pemberdayaan Masyarakat Berdasarkan pengertian mengenai pemberdayaan masyarakat, dapat diambil kesimpulan bahwa salah satu tujuan pemberdayaan masyarakat yaitu untuk memandirikan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan dasar, keterbelakangan ilmu pengetahuan dan kesenjangan sosial.
Dari situ, dapat diciptakan strategi atau cara yang dapat diterapkan dalam pemberdayaan masyarakat, diantaranya:31 a. Menciptakan suasana, memperkuat potensi dan melindungi Pertama-tama, yang harus dilakukan adalah menciptakan suasana bagaimana masyarakat menyadari bahwa setiap individu memiliki potensi yang dapat dikembangakan.
Selanjutnya memperkuat potensi atau daya yang dimiliki dalam masyarakat. Perlu diketahui, bahwa pemberdayaan masyarakat bukan hanya pada individunya saja, melainkan pada sarana dan prasarana dasar, misalnya pembuatan jalan, irigasi, listrik maupun sekolah atau fasilitas kesehatan yang dapat dijangkau oleh masyarakat. Selain itu, perlu juga menanamkan nilai-nilai budaya modern, seperti kerja keras, hemat, keterbukaan dan tanggung jawab. Itu semua merupakan bagian 31
Cholisin. “Pemberdayaan Masyarakat,” artikel diakses pada 6 April 2015 dari staff.uny.ac.id
25
pokok dalam pemberdayaan. Yang terpenting adalah partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan masyarakat.
Terakhir, melindungi. Dalam konsep pemberdayaan masyarakat, harus ada pencegahan kaum yang lemah agar bisa menghadapi kaum yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan terhadap kaum yang
lemah
sifatnya
sangat
mendasar
dalam
pemberdayaan
masyarakat. b. Program pembangunan desa Pemerintah di Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia telah merencanakan program pembangunan desa, diantaranya pembangunan pertanian, industrialisasi pedesaan, pembangunan masyarakat desa terpadu dan strategi pusat pertumbuhan.
Dalam program pembangunan pertanian, merupakan program untuk meningkatkan output dan pendapatan para petani. Selain itu diharapkan juga untuk memenuhi kebutuhan dasar industri kecil dan rumah tangga.
Tujuan program industrialisasi pedesaan yaitu untuk mengembangkan industri kecil dan kerajinan. Program ini merupakan jalan alternatif untuk menjawab persoalan mengenai sempitnya pemilikan dan penguasaan lahan dan lapangan kerja di pedesaan.
26
Sedangkan tujuan program pembangunan masyarakat terpadu untuk memperbaiki kualitas hidup penduduk dan memperkuat kemandirian.
Dengan adanya strategi pemberdayaan masyarakat, diharapkan masyarakat dapat tersadarkan bahwa dirinya mempunyai potensi yang dapat dikembangkan. Hal itu disadarkan melalui strategi-strategi pemberdayaan masyarakat seperti membuat rasa nyaman pada setiap individu, menyiapkan sarana dan prasarana dasar yang dibutuhkan, melindungi
dari
ketertindasan
serta
mengadakan
program
pembangunan desa.
3. Kendala dalam pemberdayaan masyarakat Lowe menyampaikan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Harbridge Consulting Grup mengenai “individu dalam organisasi atau komunitas merasa terancam oleh proses perubahan.” Ternyata hasil dari penelitian tersebut muncul pandangan tentang pemberdayaan sebagai suatu ancaman (personality threatening) yang muncul dalam bentuk sebagai berikut:32 a. Ketakutan (fear) Merupakan sebuah bentuk pemberdayaan yang lebih menunjukkan rasa takut. Bentuk ketakutan ini diperlihatkan oleh: 1. Individu pada level menengah dan yunior. Ditunjukkan ketika mereka takut akan hukuman jika melakukan kesalahan. Selain itu 32
A. Priyatna “Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Pengukuran Keberdayaan Komunitas Lokal,” artikel diakses pada 16 Mei 2015 dari file.upi.edu
27
juga menghalangi atau secara penuh memblok kemajuan pemberdayaan
yang
menekankan
pada
kebebasan
untuk
mengambil resiko. 2. Jika terjadi kesalahan, individu takut apabila tidak mendapatkan dukungan atau perlindungan yang dijanjikan atasannya. 3. Takut akan kehilangan pekerjaan. 4. Takut kegagalan, hal ini bukan disebabkan karena hukuman, namun karena secara nyata nampak „kebodohannya.‟ b. Kejelasan peran (role clarity) Muncul
ketika
seseorang
merasakan
ketidaknyamanan
dalam
pekerjaan dan kebingungan atas rasa kurang senangnya terhadap peran baru setelah pemberdayaan. Pada aspek ini pun, ditunjukkan hasil penelitian
yang
dilakukan
olrh
Harbridge
Consulting
Grup,
menyatakan bahwa: 1. Masyarakat merasa dilangkahi oleh suatu kebijakan pemberdayaan. Apabila ada penyerahaan kekuasan dari tingkat di atas mereka kepada tingkat di bawah mereka dan ditambah dengan tidak membebankan sesuatu apapun kepada mereka. 2. Masyarakat merasa kurang memiliki pemahaman untuk mengenal sesuatu hal yang diperlukan mereka dengan penerapan sistem baru. 3. Masyarakat yang merasa tidak mempunyai apa-apa untuk menggantikan kewenangan, merasa bahwa mereka sudah kalah.
28
4. Masyarakat merasa sulit menerima suatu perubahan dalam peran sebagai „polisi‟ dan cendrung berkeinginan untuk melawan dengan tetap mempertahankan metode control mereka sendiri.
c. Kecendrungan untuk memilih Disini munculnya kecendrungan yang terlihat pada beberapa organisasi baik pada pemimpin atau masyarakat untuk mempertahankan apa yang sudah dimilikinya dalam mengerjakan sesuatu. Misalnya, organisasi atau komunitas yang lebih menekankan pada manajemen kerja daripada manajemen perorangan, maka yang berorientasi pada manajemen orang tidak diperlukan.
Dalam sebuah organisasi atau komunitas, jika ada sesuatu hal yang terlihat baru, sering disikapi dengan rasa takut dan tidak akan ada pengecualian, sehingga muncul anggapan bahwa pemberdayaan merupakan perubahan yang tidak serius. Yang lebih di khawatirkan masyarakat curiga bahwa kebijakan pemberdayaan yang didukung adalah yang dirancang untuk membuatnya terlihat berlebihan.
D. Literasi Informasi 1. Definisi Literasi Informasi Kata literasi berasal dari Bahasa Inggris literacy yang berarti kemampuan untuk membaca dan menulis. Sedangkan literacy berasal dari kata latin littera yang berarti huruf, sehingga literacy sering diterjemahkan sebagai
29
melek huruf. Karena huruf sama artinya dengan dengan aksara, maka diperkenalkan istilah melek huruf. Selain itu, literate juga dapat diartikan sebagai educate yang berarti terdidik atau berpendidikan. Hal ini dikarenakan untuk bisa membaca dan menulis, seseorang perlu mendapatkan pendidikan dari orang lain.33 Pengertian yang luas tentang literasi sebagai terdidik mengakibatkan kata literasi banyak digunakan untuk berbagai istilah, termasuk istilah literasi informasi.
Dalam Rosa Widyawan, literasi informasi pertama kali dilaporkan oleh Paul G Zurkowski pada tahun 1974 dalam proposalnya yang ditujukan kepada The National Commission on Libraries and Information Science (NCLIS). Zurkowski mengungkapkan bahwa literasi informasi merupakan keterampilan dan teknik yang dimiliki oleh seseorang yang literat informasi untuk memanfaatkan sejumlah sarana informasi yang juga sebagai sumber utama dalam membuat solusi informasi terhadap masalah mereka.34
Sedangkan menurut Burchinal pada tahun 1976, dalam makalah presentasinya di Perpustakaan Universitas Texas A&M menjelaskan bahwa untuk menjadi seseorang yang literat informasi harus memiliki satu paket keterampilan. Termasuk bagaimana menemukan dan menggunakan informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah dan mengambil
33
Arif Rifai Dwiyanto, “Peran Perpustakaan Nasional RI dalam Mengembangkan Literasi Informasi sebagai Amanat Konstitusi,” artikel diakses pada 1 April 2015 dari www.pnri.go.id 34 Rosa Widyawan, Pelayanan Referensi Berawal dari Senyuman. (Bandung: CV. Bahtera Ilmu, 2012), h. 166-167
30
keputusan secara efektif dan efisien.35 Melihat perkembangan zaman yang semakin maju dan banyaknya informasi yang dikemas dalam berbagai macam bentuk yang bisa diakses secara mudah, masyarakat diharuskan memiliki
kemampuan
literasi
informasi
agar
mampu
mengikuti
perkembangan informasi.
Sedangkan menurut Chartered Institution for Library and Information Professional (CILIP) dalam Rhoni Rodin, literasi informasi merupakan cara mengetahui kapan dan bagaimana membutuhkan informasi, di mana menemukannya, dan bagaimana menyaring informasi yang didapat, juga menggunakan dan berkomunikasi dengan cara yang baik.36
Merujuk pada salah satu definisi yang diberikan oleh UNESCO dalam Diao Ai Lein, maka literasi informasi dapat berarti sebagai kemampuan untuk menyadari kebutuhan informasi saat informasi tersebut diperlukan, mengidentifikasi dan menemukan lokasi informasi yang diperlukan, mengevaluasi
informasi
secara
kritis,
mengorganisasikan
dan
mengintegrasikan informasi dalam pengetahuan yang sudah ada, memanfaatkan serta mengkomunikasikannya secara efektif, legal dan etis.37
35
Michael B Eisenbe.rg, dkk., Information Literacy: Essential Skills for the information Age. (Libraries Unlimited: Westpost, 2004), h. 3. 36 Rhoni Rodin, “Literasi Informasi di Perpustakaan Perguruan Tinggi,” Media Pustakawan, Vol. 20 No. 4 (2013), h. 41. 37 Diao Ai Lein dkk., Literasi Informasi: Tujuh Langkah Knowledge Management. (Jakarta: Universitas Atma Jaya, 2010), h. 2.
31
Berbeda dengan UNESCO, ODLIS (Online Dictionary for Library and Information Science) menjelaskan bahwa literasi informasi merupakan keterampilan dalam mencari satu kebutuhan, termasuk pemahaman tentang bagaimana mengorganisasian, pemahaman tentang sumber daya informasi yang mereka berikan (termasuk format informasi dan alat pencarian otomatis), dan pengetahuan teknik penelitian yang umum digunakan. Konsep ini juga mencakup keterampilan yang diperlukan untuk mengevaluasi secara kritis konten informasi dan menggunakannya secara efektif.38
Apabila kita telusuri lebih lanjut, kata literasi sebenarnya dapat diartikan sebagai kemampuan membaca dengan memaknai dan memahami bacaan. Namun, memaknai bacaan disini bukan hanya sekedar membaca teks, tetapi juga memahami isi dari bacaan tersebut.
Dengan kata lain, literasi informasi dapat diartikan sebagai keterampilan dan kemampuan seseorang untuk belajar terus-menerus dalam mencari kebutuhan
informasi,
mengevaluasi
informasi
yang
ada
serta
menggunakan informasi dalam memecahkan masalah. Apabila seseorang telah berhasil menjadi orang yang literat informasi, tentunya bisa menghadapi ledakan informasi yang semakin cepat.
2. Manfaat Literasi Informasi
38
Rhoni Rodin, h. 41
32
Kehidupan saat ini merupakan sebagai proses belajar mengajar. Dimana kita dihadapkan pada sebuah keadaan yang menuntut kita untuk memahami lingkungan. Meskipun kita tidak suka pada keadaan tersebut, tetapi setidaknya kita harus mencoba memahaminya, karena pasti disetiap kejadian mengandung pelajaran yang dapat dipetik.
Pada saat seperti itulah literasi informasi diperlukan untuk membantu kita menemukan masalah utama dan merumuskannya, serta memecahkannya. Dalam setiap sisi kehidupan, kita harus memutuskan suatu pilihan. Sebelum memutuskan suatu pilihan ada beberapa tahap yang perlu dikaji, yaitu
merumuskan
masalahnya,
mengumpulkan
informasi
dan
menggunakan informasi.39
Menurut Adam, bahwa terdapat beberapa manfaat literasi informasi40 yaitu: a. Membantu mengambil keputusan Literasi informasi berperan dalam membantu memecahkan suatu permasalahan. Kita harus mengambil suatu keputusan ketika memecahkan masalah, sehingga dalam mengambil keputusan tersebut seseorang harus memiliki informasi yang cukup. b. Menjadi manusia pembelajar di era ekonomi pengetahuan
39
Diao Ai Lein dkk., h. 2. Yusuf Dzul Ikram Al-Hamidy, “Kemampuan Literasi Informasi Mahasiswa pada Layanan American Corner di UPT Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang menurut Association Of College and Research Library” artikel diakses pada 2 April 2015 dari ejournal-s1.undip.ac.id 40
33
Kemampuan literasi informasi berperan penting dalam membantu meningkatkan kemampuan seseorang menjadi manusia pembelajar. Semakin terampil dalam mencari, menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi, semakin terbukalah kesempatan untuk selalu melakukan pembelajaran sehingga dapat belajar secara mandiri.
c. Menciptakan pengetahuan baru Suatu negara dapat dikatakan berhasil apabila dapat menciptakan pengetahuan baru. Seseorang yang memiliki literasi informasi akan mampu memilih informasi mana yang benar dan mana yang salah. Sehingga tidak mudah percaya dengan informasi yang diperoleh.
3. Karakteristik Orang Literat Informasi Biasanya, seseorang yang literat informasi atau sudah mempunyai kemampuan literasi informasi dia dapat memecahkan masalah dan menyampaikan masalah tersebut kembali dengan baik. Dalam hal penyampaian ide tersebut, biasanya orang yang literat informasi akan mempertahankan argumentasinya dengan alasan-alasan yang logis. Selain itu, orang yang literat informasi apabila ada suatu hal yang baru, dia akan mempelajarinya dengan baik. Apabila ada pendapat yang salah, dia tentu akan menolaknya.
Menurut American Library Association Presidential Committee on Information Literacy, untuk menjadi seorang yang literat informasi,
34
seseorang harus dapat bisa sanggup untuk mengakui ketika informasi diperlukan dan harus mempunyai kemampuan untuk
menemukan,
mengevaluasi, dan menggunakan informasi yang diperlukan secara efektif.41
Pada tahun 1992, Doyle menerbitkan hasil penelitiannya bahwa ciri-ciri orang yang literat informasi adalah sebagai berikut:42 a. Mengakui bahwa informasi yang akurat dan lengkap adalah dasar pengambilan keputusan yang tepat. b. Mengenali kebutuhan informasi apa saja yang dibutuhkan secara tepat. c. Merumuskan pertanyaan berdasarkan kebutuhuhan informasi. d. Mengidentifikasi secara potensial mengenai sumber informasi yang sudah didapatkan. e. Mengembangkan strategi pencarian dengan sukses. f. Mengakses sumber-sumber informasi yang ada, termasuk sumber informasi berbasis komputer dan teknologi lainnya. g. Mengevaluasi informasi yang sudah didapat. h. Mengatur informasi untuk diterapkan dan disebarkan kembali. i. Mengintegrasikan informasi yang baru ke dalam ilmu pengetahuan yang sudah ada. j. Menggunakan informasi dengan cara berpikir secara kritis untuk memecahkan masalah yang ada.
41 42
Michael B. Eisenberg, dkk. h.4 Michael B. Eisenberg, dkk. h.4
35
Sedangkan Australian and New Zealand Information Framework (2004) menyatakan bahwa orang yang melek informasi adalah mereka yang dapat mengenal akan informasi yang dibutuhkan dan dapat menentukan informasi mana yang bisa disampaikan kembali, bisa menggunakan informasi secara efektif dan efisien, dapat mencari informasi dan mengevaluasi informasi secara kritis, bisa menggunakan informasi yang baru terlebih dahulu untuk memulai ide yang baru atau ide yang suda ada, serta
dapat
menggunakan
informasi
dengan
pemahaman
ilmu
pengetahuan, budaya, ekonomi dan isu sosial.43
Dari beberapa pendapat para ahli terhadap karakteristik orang yang literat informasi, dapat disimpulkan bahwa orang yang literat informasi yaitu orang yang dapat mengenali informasi di sekelilingnya dengan baik, kemudian informasi yang telah didapat bisa di evaluasi kembali agar bisa disampaikan kepada masyarakat. Selain itu, orang yang literat informasi juga menggunakan informasi yang baru kemudian diintegrasikan ke dalam ilmu pengetahuan yang sudah ada.
4. Literasi Informasi di Taman Bacaan Masyarakat Tidak hanya perpustakaan, perguruan tinggi atau sekolah saja yang mempunyai literasi informasi. Taman bacaan masyarakat juga memiliki
43
Philllips Imam HW, “Studi Komparatif Pentingnya Literasi Informasi Bagi Mahasiswa,” Visi Pustaka, Vol. 15 No. 2 (Agustus, 2013)
36
program-program
yang
mendukung
kegiatan
literasi
informasi,
diantaranya:44
a. Membaca bersama Membaca merupakan salah satu bentuk dari literasi informasi. Dengan membaca, kita bisa tahu peristiwa masa lalu dan masa sekarang yang terjadi di lingkungan sekitar. Begitu juga dengan kegiatan literasi informasi yang satu ini di taman bacaan masyarakat.
Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan bisa dengan membaca bersama mengenai satu buku yang sama. Minta pengunjung untuk menuliskan komentar sekitar empat sampai enam paragraf tentang buku yang dibacanya, lalu tempel didinding.
Kegiatan seperti ini, secara tidak langsung dapat merangsang pengunjung atas rasa keingintahuan mereka terhadap apa yang dibacanya dan juga dapat memberanikan pengunjung untuk mulai mengajukan pendapatnya. b. Menulis bersama penulis Menulis merupakan salah satu bentuk dari literasi informasi. Dengan menulis berarti kita berusaha menjadi orang yang literat informasi, karena menulis merupakan cara menyebarkan informasi dengan bentuk tulisan. 44
Ella Yulaelawati, ed., Taman Bacaan Masyarakat Kreatif (Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional, 2010) h. 49
37
Kegiatannya bisa dimulai dengan menulis resensi, berita, cerita, esay, opini dan sebagainya. Bila tak mampu mengundang penulis, carilah guru atau orang yang setidaknya mengerti bagaimana teknik menulis. Lalu ajaklah mereka untuk menulis satu hal mengenai peristiwa yang mereka lihat, atau bisa juga dengan menulis satu hal yang sudah diketahui. Dengan begitu, keterampilan dalam hal penyebaran informasi sudah berhasil dikuasai. c. Pertunjukkan teater Pertunjukkan teater, bukan hanya sekedar kegiatan bermain peran saja. Melainkan sebuah bentuk kegiatan menerjemahkan teks ke dalam bentuk ekspresi, yaitu dengan cara pementasan atau pertunjukkan teater.
Bentuk kegiatannya seperti meminta beberapa orang anak-anak atau pengunjung yang ada di TBM untuk memerankan tokoh favorit yang ada dalam buku bacaan yang mereka sukai, memakai kostum dan mengucapkan beberapa dialog pendek di depan penonton. d. Bedah buku Mengacu pada Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat, bedah buku merupakan salah satu kegiatan literasi. Dengan adanya bedah buku, masyarakat bisa mengenali informasi apa saja yang ada pada buku tersebut.
38
Pihak pengelola TBM baiknya dapat mengundang penulisnya langsung. Namun apabila hal ini tidak memungkinkan, bisa juga dilakukan share sesama pembaca untuk mengulas isi satu buku tersebut. e. Belajar jurnalisme warga Jurnalisme warga atau yang biasa dikenal dengan sebutan citizen journalism, bisa dikategorikan sebagai salah satu bentuk kegiatan literasi informasi. Karena secara tidak langsung, masyarakat belajar menyebarkan informasi dari warga untuk warga. Contoh sehari-hari yang biasa kita lihat di televisi adanya kiriman video amatir.
Dengan adanya citizen journalism, masyarakat bisa belajar mencari informasi, kemudian disampaikan lagi kepada masyarakat lain, tentunya setelah ditelusuri, apakah berita itu benar-benar ada.
Pada TBM, kegiatan ini bisa dilakukan dengan cara melatih beberapa orang warga yang tertarik pada dunia jurnalistik untuk menjadi wartawan kampung. Setelah itu, masyarakat diajari untuk mendalami informasi yang disampaikan oleh masyarakat lain apabila informasi yang pertama kali didapat belum terasa valid. Perlu diingatkan juga, agar masyarakat hati-hati dengan sebuah isu atau gosip. Disinilah, diperlukan keterampilan literasi informasi.
39
Berdasarkan uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa literasi informasi bukan hanya sekedar proses mencari dan menelusur informasi saja. Melainkan literasi informasi dapat juga menjadikan seseorang mempunyai skill untuk mengevaluasi, mengelola dan menyebarluaskan informasi yang telah diperoleh. Hal ini diperkuat dengan teori model empowering 8, disebutkan bahwa salah satu kemampuan literasi informasi yaitu dapat menciptakan informasi menggunakan kata-kata sendiri, kemudian informasi yang telah dihasilkan dapat dipresentasikan dan disebarluaskan.
D. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan suatu studi tentang pemberdayaan masyarakat disebuah komunitas atau TBM. Penelitian terdahulu dijadikan sebagai acuan yang diharapakan dapat memberikan gambaran tentang pemberdayaan masyarakat melalui program literasi informasi. 1. Jurnal Rafi Ramadhan pada tahun 2013. “Penelitian ini berjudul “Analisis Aktivitas Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan Minat Baca pada Komunitas Insan Baca.” Tipe penelitian yang digunakan pada artikel ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif. Skripsi ini membahas tentang aktivitas yang dilakukan oleh komunitas Insan Baca dengan menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat.45
45
Rafi Ramadhan, “Analisis Aktifitas Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan Minat Baca pada Komunitas Insan Baca,” Media Libri-Net Vol. 2 No. 2 (Juli, 2013)
40
2. Skripsi Syamsul Bahri (2013) jurusan Pengembangan Masyarakat Islam fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Penelitiannya berjudul “Peran TBM Cakruk Pintar dalam Pemberdayaan Masyarakat Nologaten Caturtunggal Sleman, Yogyakarta.” Dalam skripsi ini jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif, menggunakan metode deskriptif yang sumber datanya berasal dari teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Yang membedakan pada penelitian ini terletak diperumusan masalahnya. Peneliti membahas skripsi tentang upaya TBM dan solusi mengatasi hambatan dalam pemberdayaan masyarakat melalui program literasi informasi. Sedangkan Syamsul Bahri memfokuskan pada peran dan perubahan masyarakat setelah mengikuti program pemberdayaan masyarakat.
41
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis peneliti deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat yang berhubungan antara fenomena yang di teliti.46 Dalam penelitian ini, peneliti menggambarkan permasalahan yang ada dengan menganalisis objek yang akan diteliti dan memaparkannya secara detail. 2. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan sebuah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang akan diamati.47 Pada penelitian ini, instrument utama dalam pengumpulan data adalah wawancara. Selain itu, teknik pendukung lainnya berupa observasi dan dokumentasi.
46 47
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian (Jakarta: STIA-LAN, 1999), h. 60. Muhammad, Metode Penelitian Bahasa (Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2011), h. 30.
42
B. Sumber Data Sumber data dalam suatu penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam
penelitian
untuk
dijadikan
sebagai
pertimbangan
dalam
mengumpulkan data. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah: 1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, tanpa perantara. Sumber yang dimaksud disini adalah benda, situs atau manusia.48
Pada penelitian ini, peneliti melakukan wawancara
langsung kepada narasumber yang dianggap dapat memberikan informasi yang relevan. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari sumbernya, biasanya data diambil dari dokumen-dokumen seperti laporan, karya tulis, majalah dan koran.49 Pada penelitian ini, sumber data yang diambil yaitu dari bahan pustaka seperti buku, majalah, koran, artikel dari internet dan sebagainya yang berkaitan dengan penulisan penelitian ini.
C. Pemilihan Informan Informan adalah orang yang diwawancari dan dijadikan sebagai narasumber untuk memberikan informasi yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini, peneliti memilih beberapa narasumber yang dapat memberikan informasi untuk membantu peneliti dalam mendapatkan data 48 49
Prasetya Irawan h. 86 Prasetya Irawan h. 87
43
yang diperlukan. Informan pertama dalam penelitian ini adalah Gol A Gong (Heri Hendrayana Harris) selaku pendiri TBM Rumah Dunia, kedua; Ahmad Wayang (Sobirin) selaku presiden TBM Rumah Dunia.
Dalam pemilihan informan, peneliti menggunakan cara purposive sampling,
yaitu
salah
satu
strategi
penentuan
sampel
dengan
mempertimbangkan kriteria pengumpulan data berdasarkan maksud dan tujuan penelitian.50 Informan yang dimaksud merupakan orang yang terlibat dengan objek yang di teliti dan mengerti dengan permasalahan yang terkait dengan objek penelitian.
D. Teknik Pengolahan Data Teknik pengolahan data dalam penelitian ini adalah: 1. Wawancara Dalam
penelitian
kualitatif,
wawancara
merupakan
teknik
pengumpulan data yang sering digunakan. Wawancara pada penelitian kualitatif tidak seperti percakapan pada umumnya, melainkan ditujukan untuk menggali pertanyaan-pertanyaan lebih mendalam untuk memenuhi informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.
Wawancara adalah suatu percakapan yang dengan sengaja diarahkan pada satu permasalahan tertentu, ini merupakan proses tanya jawab secara lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara
50
Sari Wahyuni, Qualitative Research Method (Jakarta: Salemba Empat, 2012), h. 32.
44
fisik.51 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara sebagai teknik pengeumpulan data utama. Wawancara dalam penelitian ini peneliti lakukan dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan langsung kepada informan yang berhubungan dengan masalah yang ada di taman bacaan masyarakat Rumah Dunia.
Dalam teknik wawancara ini, peneliti melakukan wawancara dengan dua tipe. Pertama wawancara tersturktur, dimana wawancara ini dilakukan secara sistematis menggunakan pedoman wawancara yang sudah terstruktur dan pertanyaan-pertanyaannya sudah tidak dapat diganggu gugat lagi. Kedua, wawancara tidak terstruktur, yaitu wawancara yang dilakukan seacara ilmiah untuk menggali idea tau gagasan baru secara alamiah dan tidak perlu mengacu pada pedoman wawancara. 2. Observasi Observasi merupakan salah satu teknik penelitian yang melakukan kegiatan memperhatikan atau mengamati dan mencatat fenomena yang sedang terjadi secara langsung.52 Dari pengamatan secara langsung itulah, dapat memberikan manfaat dan pengalaman langsung di lapangan. Serta memungkinkan bagi peneliti untuk
mengamati
berbagai peristiwa yang berkaitan dengan pengetahuan yang relevan maupun pengetahuan yang berasal dari data.
51
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif; Teori dan Praktik (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 160. 52 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial: Suatu teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 69.
45
Observasi pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati secara langsung fenomena tentang pemberdayaan masyarakat melalui program literasi informasi yang ada pada TBM Rumah Dunia yang berlokasi di Serang, Banten. Dalam observasi, peneliti melakukan pengamatan secara langsung dari Januari 2015. Peneliti telah mencermati berbagai kegiatan di TBM Rumah Dunia yang berhubungan dengan program literasi informasi. 3. Dokumentasi Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung dilakukan pada objek penelitian. Teknik ini dimaksudkan untuk melengkapi data-data penelitian, baik itu data beruba tulisan, film, gambar dan karya-karya lainnya yang dapat memberikan informasi dalam proses penelitian. Dalam penelitian kali ini, peneliti mengumpulkan data melalui dokumen, foto dan catatan yang terkait dengan penelitian di TBM Rumah Dunia.
E. Teknik Analisis Data Setelah melakukan teknik pengolahan data, langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Analisis data adalah menguarai dan mengolah data mentah menjadi data yang dapat ditafsirkan dan dipahami secara lebih spesifik serta diakui dalam perspektif yang sama. Data-data yang didapat dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi akan diteliti dan dianalisis terlebih dahulu, kemudian baru diolah dan disajikan dalam
46
bentuk deskriptif yang bertujuan untuk mengemukakan permasalahan dalam penelitian serta menemukan solusinya. Analisis data yang dilakukan dengan: 1. Reduksi Data Reduksi data adalah kegiatan pemilihan hal-hal pokok, merangkum serta memfokuskan pada hal yang penting saja. Pada tahap ini, hal yang harus dilakukan adalah pemilihan kerelevanan antara data dengan tujuan penelitian. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas untuk memudahkan penyajian data. Data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi semuanya akan peneliti gunakan, namun akan direduksi terlebih dahulu. 2. Penyajian Data Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah penyajian data. Penyajian data merupakan pemaparan data yang telah disusun sebagai kumpulan informasi. Penyajian data dilakukan untuk meningkatkan pemahaman dan acuan dalam mengambil tindakan berdasarkan pada pemahaman. Penyajian data pada penelitian ini akan dipaparkan dalam bentuk teks yang bersifat narasi. 3. Penarikan Kesimpulan Setelah reduksi data selesai, hal yang dilakukan selanjutnya adalah penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan merupakan hasil dari penelitian yang menjawab dan menyimpulkan hasil penelitian berdasarkan wawancara dan observasi. Setelah data-data terakum dan
47
dijabarkan, peneliti akan membuat kesimpulan yang nantinya dapat digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang sudah dibuat sebelumnya.
F. Jadwal Penelitian Penelitian ini dilakukan di taman bacaan masyarakat Rumah Dunia, yang terletak di Komp. Hegar Alam 40, Ciloang, Serang Banten 42118 penelitian dilakukan dari bulan Maret 2015 sampai Mei 2015 dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 1 Jadwal Penelitian No
Kegiatan
2014 Desember
1
Penyusunan
2015 Maret
April
Mei
Juni
Juli
Proposal 2
Pengajuan
Proposal 3
Bimbingan
Skripsi 4
Penelitian
5
Penyusunan
Skripsi 6
Pengajuan Sidang
7
Sidang Skripsi
48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Taman Bacaan Masyarakat Rumah Dunia 1. Sejarah berdirinya taman bacaan masyarakat Rumah Dunia Rumah Dunia bukanlah keinginan satu malam. Rumah Dunia sudah menjadi obsesi Gol A Gong di usia SMA (1982). Kehendak itu dikolaborasikan dengan teman-teman SMA-nya: Toto ST Radik dan Rys Revolta (alm). Kemudian dia mendapat penyaluran obsesinya dengan mendirikan organisasi sosial dan kepemudaan bernama Cipta Muda Banten (1989) bersama Roni Chaeroni, Toni Bule, Edi Setiady, Reni Arifin, Romli Taufik Rohman, Andi T. Trisnahdi, Maulana Wahid Fauzi dan Mhaex Rangkuti. Tapi itu ternyata tidak memuaskan Gol A Gong.
Kemudian, pada 6 Februari 1998, Gol A Gong menunggui istrinya, Tias Tatanka yang baru melahirkan anak pertama mereka, Nabila Nurkhalishah Harris, di sebuah klinik bersalin di Neglasari, Serang. Saat itu Gong terinspirasi ketika melihat banyak ibu yang melahirkan “Klinik ini tempat di mana manusia pertama kali melihat dunia. Berarti ini adalah „Rumah Dunia‟ tempat para bayi pertama kali melihat dunia.” Begitu Gong beranalogi.
Sejak saat itu, Gong sudah mereka-reka nama yang akan disematkan di gelanggang remaja idamannya. Kemudian pada tahun 2000 Gol A Gong
49
bersama istrinya, Tias Tatanka mendirikan Rumah Dunia. Toto, Rys, Andi, Uzi dan Abdul Malik mendukung. Dengan visi “membentuk dan mencerdaskan generasi baru” yang kreatif dan kritis di Banten lewat dunia baca tulis. Rumah Dunia terus menyebarkan semangat literasi untuk warga sekitar. Pada awal berdiri, Rumah Dunia menempati area seluas 1000
(milik pribadi di halaman belakang Gol A Gong).
Rumah Dunia diresmikan tiga tahun berikutnya, ketika struktur organisasi pertama Rumah Dunia terbentuk pada 3 Maret 2002. Sampai akhirnya sekarang Rumah Dunia berlindung di lini sosial Yayasan Pena Dunia, berakta notaris Fachrul Kesuma Dharma, SH, nomor 006 pada 12 Juni 2006.
Rumah Dunia disebut sebagai “learning centre” pusat belajar jurnalistik, sastra, menggambar, teater, musik dan film bagi anak-anak, pelajar mahasiswa bahkan umum yang didirikan sejak 2002. Di halaman Rumah Dunia terdapat beberapa fasilitas penunjang segala aktivitas yang terdiri dari: panggung utama serbaguna (untuk ragam diskusi dan pementasan), perpustakaan ruang sekretariat, laboratorium kursus komputer gratis, mes relawan, mushala, pendopo, teater terbuka, audiotorium surosowan, dan lapangan badminton terbuka.
Melihat persoalan daya tampung yang kerap kali kurang setiap kali menggelar kegiatan berskala nasional, pada tahun 2008 Rumah Dunia
50
melakukan penggalangan dana baik di dunia nyata maupun di dunia maya untuk membebaskan tanah seluas 3.000
.
Pada tahun 2010, Rumah Dunia mendapat penghargaan sebagai TBM Kreatif dari Kementrian Pendidikan Nasional RI sebagai pusat pendidikan masyarakat nonformal yang bergerak di bidang jurnalistik, sastra, teater, seni rupa, film bagi masyarakat luas, terutama kalangan pelajar dan mahasiswa. Hingga pada tahun 2011, Rumah Dunia tidak lagi menempati areal di halaman belakang rumah Gol A Gong, tapi di areal seluas 3.000
, persis di depan Rumah Dunia.53
2. Visi dan Misi Visi : Mencerdaskan dan membentuk generasi baru. Misi : 1. Menyelenggarakan kegiatan literasi seperti bazar buku, pelatihan menulis, penerbitan buku, peluncuran dan bedah buku. 2. Menyelenggarakan lomba literasi seperti mengarang cerita pendek, menggambar dan pembacaan puisi. 3. Mendorong pendirian taman bacaan masyarakat.
53
Jang Ru Dun, “Rumah Dunia: Spirit Banten untuk Dunia,” dalam “Relawan Dunia” Firman Venayaksa dkk., (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2011) h. 178
51
3. Personalia Isitilah personalia, personel atau kepegawaian mengandung suatu arti yang berkaitan dengan keseluruhan orang-orang yang bekerja pada suatu organisaasi. Seperti halnya di TBM Rumah Dunia. Namun dalam hal ini personalia di TBM Rumah Dunia lebih akrab disebut dengan „relawan Rumah Dunia.‟ Personalia di TBM Rumah terdiri dari: a. Pendiri TBM Rumah Dunia b. Dewan Penasihat c. Presiden TBM Rumah Dunia d. Sekretaris TBM Rumah Dunia e. Bendahara TBM Rumah Dunia f. Penanggung jawab kegiatan
4. Susunan Pengurus Dewan Penasihat
: 1. Gol A Gong 2. Toto ST. Radik 3. Firman Venayaksa 4. Ahmad Mukhlis Yusuf 5. Jay Teroris 6. Agus Setiawan 7. Das Albantani 8. Abdul Hamid 9. Andi Suhus 10. Jaya Komarudin Cholik
52
Presiden Rumah Dunia
: Ahmad Wayang
Sekretaris
: Hilman Sutedja
Bendaraha
: Aeni Asma
Pj. Pudekdok
: Jack Alawi
Pj. Kegiatan
: Ariep Baehaqi
Pj. Jurnalistik
: Ardian Je
Pj. Sastra
: Abdul Salam
Pj. Peralatan
: Zaenal dan Farhan
5. Koleksi Buku Koleksi merupakan salah satu unsur yang sangat penting untuk mendapatkan informasi. Selain itu, koleksi dapat dijadikan sebagai daya tarik sendiri untuk menarik minat baca dan perhatian pengunjung untuk datang ke perpustakaan atau taman bacaan. Begitu juga dengan taman bacaan masyarakat Rumah Dunia.
Taman
bacaan
masyarakat
Rumah
Dunia
memiliki
tiga
buah
perpustakaan; yaitu „perpustakaan pink,‟ perpustakaan surosowan dan perpustakaan keliling. Ketiga perpustakaan tersebut
memiliki koleksi
lebih dari 10.000 judul. Terdiri dari berbagai macam jenis buku, diantaranya: buku sastra, agama, filsafat, sosial politik, cerita anak, novel remaja sampai dewasa, komik, seri flora dan fauna, cerita berbahasa inggris, cerita bergambar tentang nabi-nabi, majalah anak dan buku-buku lainnya yang memacu kreativitas.
53
Ketiga perpustakaan tersebut diperuntukan untuk siapa saja yang ingin membaca dan mencari informasi. Sistem pengelolaan koleksi pada perpustakaan Rumah Dunia sama sekali belum menggunakan sistem DDC atau LC. Mereka hanya mengelompokkan koleksi berdasarkan subjek bukunya saja. Misalnya buku politik, pada raknya diberi label „politik‟, buku sastra, pada raknya diberi label „sastra‟, buku agama, diberi label „agama,‟ Dan buku anak-anak, ada di raknya tersendiri, begitu seterusnya.
6. Sarana dan Prasarana a. Sarana Berikut ini beberapa sarana yang terdapat di TBM Rumah Dunia: Tabel 2. Sarana di TBM Rumah Dunia No.
Nama Barang
Jumlah
1
Rak buku kayu
8 buah
2
Etalase
5 buah
3
Meja lipat
1 buah
4
Papan tulis
1 buah
5
Kursi plastik
2 buah
6
Kulkas
1 buah
7
Dispenser
1 buah
8
Proyektor
1 buah
9
Komputer
1 unit
54
b. Prasarana Rumah Dunia dibangun di area seluas 3.000 meter persegi di Komp. Hegar Alam 40, Ciloang, Serang Banten 42118. Adapun prasarana yang disediakan oleh Rumah Dunia sebagai berikut: Tabel 3 Prasarana TBM Rumah Dunia No.
Keterangan
Jumlah
1
Rumah relawan
1 unit
2
Teater terbuka
1 buah
3
Mushola
1 buah
4
Perpustakaan
3 buah
5
Pendopo
1 buah
6
Auditorium Surosowan
1 buah
7
Laboratorium komputer
1 buah
8
Kamar mandi
2 buah
9
Saung
3 buah
Adapun fungsi serta keterangan prasarana di TBM Rumah Dunia sebagai berikut: 1. Rumah relawan Rumah relawan, disediakan untuk para relawan Rumah Dunia. Sampai saat ini ada sepuluh orang yang tinggal di rumah relawan. Namun tidak semua orang yang ingin tinggal di rumah relawan diizinkan oleh Gol A Gong. Mereka adalah orang-orang yang dipilih sendiri oleh Gol A Gong untuk tinggal di rumah relawan dan siap mendedikasikan dirinya untuk Rumah Dunia.
55
2. Teater terbuka Letak teater terbuka atau yang biasa disebut sebagai teater terbuka tasik kardi, letaknya persis di depan gedung „perpustakaan pink‟. Teater ini berbentuk lingkaran dengan tempat duduk disekelilingnya yang berbentuk seperti anak tangga. Biasanya digunakan untuk pementasan teater. 3. Mushola Dibangun pada tahun 2004 dengan lebar sekitar 5x6 meter. Letak mushola berada di dalam Rumah Dunia. Biasanya sering digunakan oleh masyarakat umum apabila di Rumah Dunia sedang ada acara. 4. Perpustakaan Perpustakaan yang disediakan di TBM Rumah Dunia terdiri dari tiga macam, yaitu perpustakaan yang kini disebut „perpustakaan pink‟, perpustakaan
surowoswan
dan
perpustakaan
keliling.
Untuk
perpustakaan pink diberi nama rintisan balai belajar bersama. Didirikan pada tahun 2010 dan pernah direnovasi pada tahun 2014. Perpustakaan ini merupakan perpustakaan istana komik dan perpustakaan untuk orang dewasa.
Kedua, perpustakaan surosowan yaitu perpustakaan yang ada di auditorium surosowan. Didirikan dengan tujuan untuk mendekatkan buku kepada anak-anak di lingkungan sekitar. Koleksi di perpustakaan ini sebagian besar merupakan koleksi buku anak-anak, namun tidak
56
menutup kemungkinan kalau perpustakaan ini disediakan untuk umum.
Sedangkan perpustakaan keliling, merupakan hadiah dari Majalah Ummi pada 31 Mei 2014 sebagai wujud syukur merayakan ulang tahun yang ke-25. Mobil baca ini kemudian dijadikan sebagai salah satu program dan diberi nama „Pusling Rumah Dunia‟ (Perpustakaan Keliling Rumah Dunia). Pusling Rumah Dunia dilaksanakan sebulan sekali pada Sabtu dan Minggu. Crew dari Pusling Rumah Dunia berjumlah sepuluh orang, kesepuluh orang tersebut adalah relawan Rumah Dunia. Mereka nantinya akan merangkap sebagai mentor di setiap kegiatan di lokasi tempat singgah.
Pusling Rumah Dunia diadakan di kampung-kampung di wilayah Banten. Tidak sekedar singgah dan membuka layanan peminjaman buku saja, tapi ada kegiatan lain berupa: rolling buku, eksebishi menggambar bagi 50 anak, pertunjukkan seni (baca puisi, teater dan musik), pemutaran film dan pelatihan menulis, teater dan teknologi. 5. Pendopo Bangunan yang terletak di halaman Rumah Dunia ini didirikan pada tahun 2013. Pendopo sering digunakan untuk acara diskusi terbuka. 6. Auditorium Surosowan Auditorium surosowan berada di halaman depan Rumah Dunia. Didirikan pada tahun 2013. Biasanya auditorium ini digunakan ketika
57
ada acara besar di Rumah Dunia, seperti acara rapat persiapan dan pembentukan komunitas film banten dan berbagai macam acara seminar. 7. Laboratorium Komputer Rumah Dunia Pada Novermber 2008, laboratorium komputer didirikan. Ada sekitar lima buah komputer sumbangan dari XL dan Yayasan Nurani Dunia yang
disimpan
diruangan
itu.
Adapun
tujuan
didirikannya
laboratorium komputer tersebut agar masyarakat sekitar tidak gagap teknologi.
Sedangkan ukuran laboratorium komputer sendiri sekitar 3 x 7 meter (24 meter persegi). Dinding luarnya ditempeli batu alam, atap asbes, dua pintu (sisi utara dan selatan) serta 4 jendela. Namun kini laboratorium komputer sudah jarang digunakan, hal itu disebabkan karena banyak komputer yang sudah rusak dan tidak diperbaiki. 8. Lapangan Badminton Terbuka Lapangan badminton biasanya digunakan oleh masyarakat umum, terutama dipakai oleh anak-anak di sekitar Rumah Dunia untuk bermain.
58
7. Program Kegiatan Taman bacaan masyarakat Rumah Dunia, mempunyai beberapa program kegiatan yang nantinya dibagi menjadi program kegiatan regular dan kegiatan unggulan. Adapun program kegiatan tersebut sebagai berikut: a. Kegiatan Regular Rumah Dunia mempunyai kegiatan regular, di mana kegiatannya dilaksanakan hampir setiap hari di Rumah Dunia. Adapun rincian kegiatannya sebagai berikut: Tabel. 4 Kegiatan Regular No. 1.
Hari Senin dan
Waktu
Kegiatan
13.00-17.00 WIB
Wisata Gambar
Selasa 2.
Rabu
13.00-17.00 WIB
Wisata Mengarang
3.
Kamis
13.00-17.00 WIB
Wisata Lakon
4.
Jumat
5.
Sabtu
13.00-17.00 WIB
Wisata Dongeng dan English on Friday Klub Diskusi Rumah Dunia
6.
Minggu
Kelas Bahasa Inggris dan Bahasa Jerman Kelas Menulis Rumah Dunia oleh Gol A Gong dan Majelis Puisi oleh Toto ST Radik
59
b. Kegiatan Unggulan Diluar kegiatan regular yang dilaksanakan hampir setiap hari, Rumah Dunia juga mempunyai kegiatan unggulan. Kegiatan ini diadakan untuk merayakan hari besar nasional dan program rutin yang dilaksanakan sebulan sekali atau setahun sekali. Adapun rincian kegiatannya sebagai berikut:
Tabel. 5 Kegiatan Unggulan No.
Bulan
Kegiatan
1
Maret
Pesta ulang tahun Rumah Dunia
2.
April
Hari Kartini World Book Day
3.
Mei
Hari Buku Nasional
4.
Juli
Pesta Anak
5.
Agustus
Proklamasi RI Keranda Merah Putih
6.
Nyenyore (biasanya diadakan setiap bulan puasa) dan kado lebaran
Selain itu ada juga kegiatan lainnya seperti: 1. Gong traveling 2. Jambore taman bacaan masyarakat 3. Ode kampung 4. Bazar buku 5. Jumpa pengarang 6. Pelatihan menulis
60
7. Lomba pembacaan puisi 8. Pertunjukan teater
B. HASIL PENELITIAN Berdasarkan tujuan penelitian, penulis akan memaparkan hasil penelitian yang penulis peroleh melalui metode wawancara. Adapun hasil penelitian yang diperoleh sebagai berikut: 1. Usaha
yang
dilakukan
oleh
TBM
Rumah
Dunia
dalam
pemberdayaan masyarakat melalui program literasi informasi. Sebagai salah satu komunitas yang ada di Banten, TBM Rumah Dunia mempunyai program-program yang di laksanakan setiap hari atau setiap bulannya untuk pemberdayaan masyarakat. Usaha yang dilakukan oleh TBM yaitu dengan melaksanakan program tersebut dengan sebaikbaiknya. Adapun program pemberdayaan masyarakat yang diterapkan oleh TBM Rumah Dunia sebagai berikut:54 a. Kelas Menulis Menulis merupakan salah satu keterampilan dan teknik yang dimiliki oleh seseorang untuk memanfaatkan sarana informasi. Pada TBM Rumah Dunia, kelas menulis merupakan program unggulan yang disediakan
agar
masyarakat
mempunyai
kemampuan
lebih
dibandingkan dengan masyarakat lain. Kelas menulis di Rumah Dunia diadakan selama enam bulan sekali. Dalam waktu enam bulan itu, peserta diajarkan teknik menulis, mulai dari menulis feature, essay,
54
Wawancara dengan Gol A Gong, Serang, 26 April 2015
61
artikel sampai cerpen dan puisi. Sampai saat ini, Kelas Menulis Rumah Dunia (selanjutnya disingkat KMRD) sudah mencapai pada angkatan 25.55
Tentunya selama pelatihan enam bulan itu, ada manfaat yang dirasakan oleh peserta kelas menulis. Salah satunya seperti: peserta KMRD mempunyai ilmu baru dibidang jurnalistik. Selain jurnalistik, manfaat lain yang dirasakan oleh peserta KMRD selama mengikuti pelatihan yaitu bisa menghasilkan beberapa tulisan berbentuk cerpen atau puisi.
Dari pelatihan menulis itulah, Gol A Gong berharap, bahwa kelas menulis yang dia selenggarakan bisa bernilai ekonomi jika dijalankan dengan serius. Selama pelatihan, peserta akan dikasih tugas-tugas, lalu diuji, kemudian direkomendasikan ke penerbit.56
Manfaat tersebut mulai dirasakan oleh salah satu peserta KMRD angkatan 25, sebagaimana dalam perbincangan non formal melalui voice note whatsapp antara penulis dengan salah satu peserta KMRD, sebagai berikut: “Manfaat yang saya dapatkan selama mengikuti kelas menulis di Rumah Dunia angkatan 25 ini sangat banyak. Diantaranya melalui materi jurnalistik, saya banyak belajar mengenai bagaimana cara menjadi seorang wartawan, cara mewawancari dan bagaimana cara membuat berita yang baik hingga saya bisa menghasilkan sebuah 55
Hasil keterlibatan dan pengamatan penulis dalam beberapa kegiatan di TBM Rumah
Dunia. 56
Wawancara dengan Gol A Gong, Serang, 26 April 2015
62
berita yang kemudian saya publikasikan dan Alhamdulillah mendapat pujian dari beberapa teman saya. Selain itu, dari materi fiksi saya mendapatkan banyak hal berupa bagaimana cara membuat cerpen yang baik, dengan menerapakan rumus 5 W + 1 H, hingga saya dapat menghasilkan beberapa cerpen yang Alhamdulillah menurut teman saya cukup baik. Hal itu tentunya nggak pernah saya dapatkan di kampus. Hanya saya dapatkan di kelas menulis Rumah Dunia ini.”57 Jika dikaitkan dengan harapan Gol A Gong terhadap peserta kelas menulis, Ari Aksara belum mampu menjadikan kemampuan yang dia miliki agar dapat bernilai ekonomi atau diterbitkan di media masa atau dalam bentuk buku. Namun Ari Aksara sudah mampu menyerap ilmu yang disampaikan oleh Gol A Gong selama pelatihan penulis yang sudah berjalan sekitar lima bulan.
b. Citizen Journalism atau Jurnalisme Warga Secara tidak langsung, TBM Rumah Dunia mengajarkan kepada peserta KMRD untuk melakukan kegiatan citizen journalisme. Seperti apa yang dituturkan oleh salah satu peserta KMRD sebelumnya, bahwa dia bisa belajar jurnalistik ketika pelatihan menulis.
Biasanya Gol A Gong mengajarkan kepada peserta KMRD untuk menuliskan berita tentang apa yang peserta KMRD lihat di lingkungan tempat tinggalnya. Misalnya saat pertemuan kedua pelatihan jurnalistik di Rumah Dunia, Gol A Gong meminta teman-teman KMRD untuk menuliskan berita seputar masjid di tempat teman-
57
Karena posisi narasumber berada di Kabupaten Tangerang, sedangkan penulis berada di Cilegon, maka perbincangan dilakukan melalui voice note whatsapp antara penulis dengan Ari Aksara, pada 27 April 2015
63
teman KMRD tinggal. Kemudian apabila ada hasil tulisan yang bagus, tulisan tersebut akan dimuat di www.rumahdunia.com.
Kemudian pada acara-acara selanjutnya, Gol A Gong dan para relawan Rumah Dunia menekankan pada teman-teman KMRD untuk terus menuliskan berita di sekitar rumah, sekolah atau kampus mereka. Hal ini dimaksudkan untuk mengasah kemampuan menulis temanteman KMRD.58
c. Gong Travelling Kegiatan Gong travelling merupakan sebuah kegiatan yang bukan sekedar jalan-jalan saja, melainkan jalan-jalan sambil menulis buku. Nantinya hasil dari jalan-jalan tersebut akan ditulis dalam bentuk cerita kemudian dijadikan sebuah buku. Saat ini Gong travelling sudah pergi ke dua negara, yaitu Singapore dan Bangkok. Biasanya acara Gong travelling diadakan sebulan dua kali.59
Kegiatan Gong travelling bukanlah kegiatan yang menghamburhamburkan uang dan senang-senang saja. Selama perjalanan di Singapore atau Bangkok, Gol A Gong berperan sebagai tour guide yang akan berbicara dan memperkenalkan tentang sejarah dan kebudayaan negara yang dituju.60
58
Hasil keterlibatan dan pengamatan penulis dalam beberapa kegiatan di TBM Rumah
Dunia. 59 60
Wawancara susulan dengan Ahmad Wayang, Serang, 30 April 2015 Wawancara dengan Gol A Gong, Serang, 26 April 2015
64
Dengan adanya program Gong travelling, diharapkan masyarakat dapat memahami kebudayaan negara yang dituju. Dari situ, nantinya mereka akan mengungkapkan apa yang mereka cari dan lihat melalui sebuah tulisan.
Tentunya acara Gong travelling ini memberikan manfaat untuk masyarakat yang mengikutinya. Seperti apa yang dituturkan oleh salah satu masyarakat yang mengikuti kegiatan Gong travelling. Dia jadi mempunyai cita-cita untuk kuliah di luar negeri. Hal ini dituturkan ketika terjadi perbincangan non-formal antara penulis dengan masyarakat yang mengikuti kegiatan Gong travelling ke Singapore:
Salam menuturkan bahwa setelah dia mengikuti kegiatan Gong travelling, dia yang berasal dari kampung jadi mempunyai spirit untuk kuliah di luar negeri. Selain itu, dia mempunyai paradigma baru tentang Indonesia di luar Bagaimana Indonesia yang secara geografis lebih besar, ternyata ketika di luar negeri begitu kecil. Selain itu, Salam bisa membandingkan bagaimana pendidikan di Indonesia dengan di luar negeri, yang pada akhirnya bermuara pada cita-cita Salam untuk kuliah di luar negeri.61
61
Hasil perbincangan non-formal antara penulis dengan Abdul Salam, Serang, 30 April 2015
65
d. Pertunjukkan teater Pertunjukkan teater di Rumah Dunia biasanya diadakan setiap sebulan sampai dua bulan sekali, namun kadang tidak tentu juga. Dulu, Rumah Dunia aktif dalam melaksanakan pertunjukkan teater, namun sekarang Rumah Dunia lebih memfokuskan hanya sebagai fasilitator. Misalkan ada dari komunitas lain yang ingin menampilkan pertunjukan teaternya, maka pihak Rumah Dunia mengundang mereka untuk tampil di Rumah Dunia.62 Biasanya mereka tampil di depan pinky library, tempat yang sengaja disediakan untuk pertunjukkan teater.
Namun kalau dari pihak Rumah Dunia sendiri, ada juga kegiatan teater. Biasanya yang melatih teater ada Sauni dan teman-teman. Mereka melatih anak-anak di sekitar kampung Ciloang untuk berakting. Sedangkan bentuk teater yang ditampilkan dari Rumah Dunia, biasanya pementasan teater dalam bentuk dramatisasi puisi atau cerpen. Mereka tampil ketika ada acara besar di Rumah Dunia, seperti launching dan bedah buku.63
e. Bedah buku Taman bacaan masyarakat Rumah Dunia juga mempunyai program bedah buku. Dalam hal ini, biasanya buku-buku yang di bedah di TBM Rumah Dunia merupakan buku populer dan buku baru.
62 63
Wawancara susulan dengan Ahmad Wayang, Serang, 30 April 2015 Wawancara susulan dengan Ahmad Wayang, Serang, 30 April 2015
66
Untuk buku populer, biasanya yang di bedah merupakan buku-buku dari pengarang populer seperti: Helvy Tiana Rosa, Pipit Senja, Habiburrahman El Shirazy dan masih banyak lagi. Ada juga buku baru yang di launching saat itu dan langsung di bedah.
Kegiatan ini biasanya dilakukan supaya pembaca tahu apa kelebihan buku tersebut, terutama untuk buku yang baru terbit. Waktu pelaksanaan acara bedah buku yang diadakan oleh Rumah Dunia tidak tentu, tergantung pada permintaan orang yang ingin bukunya di bedah di
Rumah
Dunia
atau
ada
buku
populer
seperti
bukunya
Habiburrahman El Shirazy, maka mereka mendatangkan penulisnya langsung.64
f. Ode kampung Ode kampung merupakan agenda paling favorite di Rumah Dunia, karena skalanya kegiatannya yang tingkat nasional. Bentuk dari kegiatan ini adalah diskusi tentang sastra dengan mendatangkan sastrawan-sastrawan se-Indonesia, misalnya seperti Budi Darma, Putu Wijaya, Taufiq Ismail, Gunawan Muhammad dan sebagainya.65
Ode kampung berlangsung selama tiga hari. Selama tiga hari tersebut, para sastrawan diinapkan di rumah warga sekitar Rumah Dunia. Kegiatan ode kampung ini dilaksanakan dengan tujuan untuk 64 65
Wawancara susulan dengan Ahmad Wayang, Serang, 30 April 2015 Wawancara susulan dengan Ahmad Wayang, Serang, 30 April 2015
67
memberikan pengaruh yang cukup besar bagi regenerasi kesusasteraan di Indonesia. Selain itu, masing-masing komunitas yang hadir pada acara ode kampung, diharapkan dapat memacu adrenalin kesustraan dan menjadi studi banding. Ode kampung bukan hanya sekedar kegiatan diskusi sastra saja, melainkan ada kegiatan lainnya seperti workshop menulis dan teater, pertunjukkan, bedah buku dan lain-lain.
Sampai saat ini, kegiatan ode kampung sudah sampai pada ode kampung ke lima, yaitu dilaksanakan pada 3-5 Desember 2010. Sebelumnya kegiatan ode kampung ini diadakan hampir setiap tahun, namun karena keterbatasan dana, maka sampai pada tahun 2015, ode kampung belum diadakan lagi.
Dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Rumah Dunia, baik itu kegiatan regular atau unggulan, tentunya TBM Rumah Dunia melalukan kegiatan promosi dalam memperkenalkan atau memberitahu kegiatan yang akan dilaksanakan. Adapun usaha yang dilakukan dalam memperkenalkan kegiatan yang ada di Rumah Dunia melalui media online seperti facebook, twitter atau rumahdunia dot com. Selain itu, Rumah Dunia juga melakukan kegiatan promosi dengan cara menyebarkan undangan atau leaflet. Sering juga Rumah Dunia bekerja sama dengan tv lokal atau nasional. Untuk tv nasional biasanya acara yang diliput berupa acara talk show tentang profil Rumah Dunia.66
66
Wawancara dengan Gol A Gong, Serang, 26 April 2015
68
Antusias masyarakat dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh Rumah Dunia cukup banyak. Misalnya dari acara untuk anak-anak, banyak anak-anak yang datang ke Rumah Dunia. Seperti acara ulang tahun Rumah Dunia yang baru dilaksanakan sebulan lalu, banyak anak-anak yang ikut serta dalam perlombaan menggambar dan mewarnai.67
Adapun ditinjau dari segi perubahan yang dirasakan oleh masyarakat sekitar sebelum adanya TBM Rumah Dunia dan sesudah adanya TBM Rumah Dunia sebagai berikut: a. Segi pendidikan Sebelum adanya Rumah Dunia, masyarakat sekitar belum begitu peduli terhadap pendidikan. Anak-anak lebih memilih untuk membantu orang tua mereka daripada sekolah dan kebanyakan masyarakat sekitar masih lulusan SD. Para orang tua di kampung Ciloang pun sebagian besar berprofesi sebagai pedagang, tukang becak, tukang ojeg dan petani.
“Keberadaan Rumah Dunia pada awalnya sudah didukung oleh masyarakat sekitar. Sehingga ketika Rumah Dunia dibangun di kampung Ciloang, pola pikir masyarakat mulai berubah. Masyarakat mulai menganggap bahwa pendidikan itu penting. Para orang tua mulai memperdulikan nasib anak-anak mereka dan mulai menyekolahkan anakanak mereka hingga SMA bahkan sampai kuliah.”68
67
Wawancara dengan Ahmad Wayang, Serang, 26 April 2015 Karena narasumber berada di Jakarta dan saat itu kondisinya tidak bisa ditemui, obrolan dilakukan menggunakan fasilitas facebook messenger dengan Muhzen Den, Cilegon, 1 April 2015 68
69
Seperti apa yang dirasakan oleh salah satu masyarakat kampung Ciloang yang kini telah sukses setelah belajar di Rumah Dunia.
Muhzen Den, atau yang akrab disapa dengan kang Deden menuturkan bahwa dia bergabung di Rumah Dunia sejak kelas 2 SMP. Kang Deden mendedikasikan dirinya ke Rumah Dunia untuk mengubah hidupnya dengan terus belajar, sehingga dia bisa menikmato pendidikan sampai perguruan tinggi. Manfaat secara pribadi, dia bisa mengakses buku dengan mudah, sehingga jadi gemar membaca dan menulis. Kemudian perubahan yang dia rasakan ketika bergabung di Rumah Dunia adalah dia jadi memiliki keluarga sosial yang sama-sama mempunyai mimpi untuk berubah. Melihat latar belakang keluarga kang Deden yang sebagai anak pemulung, sehingga dia terbantu dengan adanya Rumah Dunia. Dengan begitu, dia mempunyai harapan besar untuk semangat belajar dan bercitacita. 69
Muhzen Den ini merupakan generasi pertama di kampung Ciloang yang pertama kali berhasil mendapatkan gelar sarjana pendidikan dari program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan sampai sekarang mulai banyak teman-teman Muhzen Den yang mengikuti jejaknya, belajar sampai perguruan tinggi. Kini Muhzen Den telah menjadi seorang editor di koran Seputar Indonesia.
69
Karena narasumber berada di Jakarta dan saat itu kondisinya tidak bisa ditemui, obrolan dilakukan menggunakan fasilitas facebook messenger dengan Muhzen Den, Cilegon, 1 Mei 2015
70
Jelas sekali, perubahan yang dirasakan oleh masyarakat kampung Ciloang setelah berdirinya TBM Rumah Dunia. Berkat adanya Rumah Dunia, kini banyak masyarakat yang melanjutkan pendidikannya sampai perguruan tinggi.
b. Seni Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, sebelum adanya Rumah Dunia, masyarakat cendrung untuk bekerja. Namun setelah adanya Rumah Dunia, masyarakat mulai kreatif dalam bidang seni. Meskipun belum terlihat begitu signifikan, namun Rumah Dunia berhasil menjadikan seni sebagai kegiatan yang menyenangkan.
Adapun kegiatan dalam bidang seni di Rumah Dunia ada dua, yaitu: seni musik dan seni teater. Untuk seni musik, Rumah Dunia lebih memfokuskan pada musikalisasi puisi. Bentuk kegiatan ini berupa menjadikan puisi sebagai sebuah lagu yang nantinya bisa dinyanyikan dengan diiringi alat musik gitar. Kegiatan ini pertama kali ini rintis oleh Firman Venayaksa. Kemudian sekarang diteruskan oleh Muhammad Arif Baehaqi dan teman-teman.70
Selain itu ada juga seni pertunjukkan teater. Seni teater di Rumah Dunia sudah ada sejak pertama kali Rumah Dunia dibangun, yaitu pada tahun 2002. Yang pertama kali merintis seni teater ini merupakan relawan
70
Hasil keterlibatan dan pengamatan penulis dalam beberapa aktivitas di Rumah Dunia
71
Rumah Dunia terdahulu seperti Teh Nazlah, Kak Budi, Kak Peter, Teh Mut, Kak Dedi dan Teh Ade.71 Setelah ke enam relawan tersebut, barulah generasi Suni dan Aeni yang meneruskannya.
Rumah Dunia sudah sering menampilkan pertunjukkan teater, baik tampil di Rumah Dunia, kampus-kampus di Banten dan pernah juga beberapa kali tampil di Jakarta. Terakhir pentas pada acara jambore TBM se-Indonesia yang kebetulan acaranya bertempat di Rumah Dunia. Kemudian setelah acara itu, mereka diundang oleh dompet dhuafa ke Bulungan, Jakarta Timur, mereka menampilkan pementasan teater yang berjudul “Dampu Awang Rumah Dunia.”72
2. Solusi
mengatasi
kendala
dalam
melakukan
pemberdayaan
masyarakat Dalam pemberdayaan masyarakat, TBM Rumah Dunia sebagai fasilitator di lingkungan sekitar, tentunya ada berbagai macam kendala yang dihadapi. Adapun berbagai macam kendala yang dihadapi oleh TBM Rumah Dunia dalam melakukan pemberdayaan masyarakat sebagai berikut:
71
Karena penulis berada di Jakarta, sedangkan narasumber di Serang, sehingga tidak memungkinkan untuk bertemu. Maka obrolan dilakukan melalui facebook messenger dengan Suni Ahwa, pada 4 Mei 2015 72 Karena penulis berada di Jakarta, sedangkan narasumber di Serang, sehingga tidak memungkinkan untuk bertemu. Maka obrolan dilakukan melalui facebook messenger dengan Suni Ahwa, pada 4 Mei 2015
72
1) Karakter Karakter merupakan kendala utama yang dihadapi oleh TBM Rumah Dunia dalam hal pemberdayaan masyarakat. Adanya berbagai sifat yang datang silih berganti ke Rumah Dunia setiap tahunnya, merupakan tugas utama Gol A Gong sebagai pendiri sekaligus penasihat di TBM Rumah Dunia.
Misalnya pada satu kejadian, masyarakat di sekitar Rumah Dunia, menginginkan Rumah Dunia bisa menyejahterakan masyarakat dalam hal materi. Namun Rumah Dunia tidak bisa memberikan itu semua. Hal itu disebabkan karena keterbatasan dana yang dimiliki oleh Rumah Dunia. Rumah Dunia hanya bisa memberikan ilmunya saja, lalu mereka yang menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kasarnya, Rumah Dunia hanya bisa memberikan umpan, bukan ikan.73 Itu merupakan salah satu contoh karakter yang ada, jadi tugas Gol A Gong dan relawan Rumah Dunia yaitu perlahan mengubah karakter dan pola pikir masyarakat.
Untuk mengatasi masalah perbedaan karakter tersebut, Rumah Dunia memberikan pengertian kepada masyarakat atau orang luar yang datang ke Rumah Dunia untuk belajar agar mereka bisa mengubah karakter yang tidak baik menjadi baik. Karakter yang dibawa dari
73
Wawancara dengan Ahmad Wayang, Serang, 26 April 2015
73
rumah ke Rumah Dunia didiskusikan bersama sampai akhirnya masyarakat menyadari bahwa kolektifitas itu penting.74
Selain itu, Gol A Gong terus berupaya untuk memberikan yang terbaik kepada masyarakat yang ingin belajar. Meskipun tidak dapat memberikan bantuan secara materi, namun Gol A Gong mengajarkan kepada relawan untuk memberikan tenaga, pikiran dan waktunya untuk didedikasikan kepada masyarakat. Menurut Gol A Gong, ini merupakan jihad di jalan Allah, karena dia sebagai orang yang dituakan di Rumah Dunia harus mencontohkan bahwa harus total dalam mengurusi Rumah Dunia, termasuk menghadapi perbedaan karakter yang ada di masyarakat.75
2) Sarana dan prasarana Kendala selanjutnya yang dihadapi TBM Rumah Dunia yaitu sarana dan prasarana. Meskipun jika dilihat sekilas mata, TBM Rumah Dunia sudah mempunyai gedung yang terlihat mewah, tapi menurut Gol A Gong gedung tersebut belum selesai. Di dalam gedung tersebut, ada sarana yang sebenarnya belum lengkap, misalnya audio visual. Gol A Gong menginginkan di Rumah Dunia bisa memutar film setiap minggunya, sehingga ada kegiatan nonton bersama di Rumah Dunia.76 Namun karena karena ketebatasan infocus yang ada satu buah dan kadang dipakai untuk kegiatan perpustakaan keliling 74
Wawancara dengan Gol A Gong, Serang, 26 April, 2015 Wawancara dengan Gol A Gong, Serang, 26 April 2015 76 Wawancara dengan Gol A Gong, Serang 26 April 2015 75
74
juga, menyebabkan kegiatan nonton bersama di Rumah Dunia belum terlaksana sepenuhnya.
Selain itu, fasilitas seperti komputer dan ruang sekretariat masih apa adanya. Meskipun dulu Rumah Dunia sempat mendapatkan komputer beberapa unit dari sponsor, namun untuk saat ini komputer yang ada di Rumah Dunia hanya tinggal satu buah. Itu pun kadang sering rusak dan terkena virus. Kemudian, sekretariat yang belum sempurna juga merupakan salah satu kendala di Rumah Dunia. Gol A Gong menginginkan ruang sekretariat bisa diperbaiki lagi supaya bisa digunakan untuk kegiatan rapat pengurus atau hal yang lainnya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Gol A Gong berupaya untuk mencari dana tambahan dari usahanya sendiri. Hal ini disebabkan karena dari pihak pemerintah kurang mendukung pada komunitas yang terlalu mengkritik Banten. Gol A Gong beserta Rumah Dunia memang kurang suka terhadap pemerintah Banten, apalagi terhadap masalah korupsi.
Oleh karena itu, Gol A Gong lebih senang mencari dana sendiri, misalnya dengan cara para relawan atau peserta Rumah Dunia menerbitkan buku, lalu keuntungan dari hasil penjualan buku tersebut disumbangkan ke Rumah Dunia untuk membantu acara-acara selanjutnya. Selain itu, saat ini Gol A Gong sedang merintis film layar
75
lebar, kalau box office sebagian dananya akan disisihkan untuk memperbaiki sarana dan prasarana di Rumah Dunia.77
Meskipun ada beberapa kendala yang dihadapi oleh Rumah Dunia, Gol A Gong berharap bisa menjadikan Rumah Dunia dan kampung Ciloang sebagai kampung kreatif. Konsepnya dengan menyediakan kios-kios di sekitar Rumah Dunia. Dengan adanya kampung kreatif, nantinya orangorang yang datang ke Rumah Dunia dan ingin membeli oleh-oleh khas Banten, Rumah Dunia bisa menyediakannya. Seperti kaos Banten, buku karya anak-anak Banten dan sebagainya. Tentu semua itu butuh usaha dan kerja keras, terutama modal yang tidak sedikit.78 Oleh karena itu, Gol A Gong terus berupaya untuk mengumpulkan dana demi harapannya tersebut.
C. PEMBAHASAN 1. Usaha yang dilakukan oleh TBM Rumah Dunia dalam pemberdayaan masyarakat melalui program literasi informasi. Taman bacaan masayarakat (selanjutnya disingkat TBM), dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan secara gratis. TBM dapat lebih berarti apabila dapat memberdayakan masyarakat di lingkungan sekitar agar lebih maju dan peduli akan pentingnya pendidikan.
77 78
Wawancara dengan Gol A Gong, Serang, 26 April 2015 Wawancara dengan Gol A Gong, Serang, 26 April 2015
76
Begitu juga pada TBM Rumah Dunia. TBM Rumah Dunia ini merupakan TBM yang berada di daerah Banten, tepatnya di kampung Ciloang, Serang, yang bisa dikatakan cukup terkenal sehingga namanya sudah menyebar ke nasional.
Menurut Gol A Gong, selaku Presiden taman bacaan masyarakat periode 22 April 2010-22 April 2015, menuturkan bahwa salah satu usaha yang dilakukan TBM Rumah Dunia dalam pemberdayaan masyarakat melalui program literasi informasi, yaitu dengan cara memberitahu bahwa kelas menulis yang ada di Rumah Dunia dapat bernilai ekonomis, jika para peserta mengikuti silabus dan mengerjakan tugas-tugas yang dikasih, maka Gol A Gong akan merekomendasikan ke penerbit.79
Berikut ini penjelasan mengenai pemberdayaan masyarakat melalui program literasi informasi pada TBM Rumah Dunia, jika dikaitkan berdasarkan teori
mengenai
literasi
informasi
pada TBM
yang
diungkapkan oleh Ella Yulaelawati diantaranya: a. Membaca bersama Membaca merupakan salah satu bentuk dari literasi informasi. Dengan membaca, kita bisa tahu peristiwa masa lalu dan masa sekarang yang terjadi di lingkungan sekitar. Begitu juga dengan kegiatan literasi informasi yang satu ini di taman bacaan masyarakat.
79
Wawancara pribadi dengan Gol A Gong, Serang, 25 April 2015
77
Bentuk kegiatan yang ada pada TBM Rumah Dunia biasanya dilakukan ketika para relawan menyuruh teman-teman KMRD untuk membaca satu buah novel atau cerpen. Dari hasil membaca tersebut kita menuliskannya ke dalam bentuk narasi yang kemudian dibacakan dan disampaikan kepada teman-teman yang lain.
b. Menulis bersama penulis Menulis merupakan salah satu bentuk dari literasi informasi. Dengan menulis berarti kita berusaha menjadi orang yang literat informasi, karena menulis merupakan cara menyebarkan informasi dengan bentuk tulisan.
Begitu juga pada TBM Rumah Dunia. Rumah Dunia mempunyai program unggulan, yaitu kelas menulis. Kelas menulis di Rumah Dunia ini diajarkan langsung oleh Gol A Gong.80 Tentunya nama Gol A Gong sudah cukup dikenal oleh orang-orang penggiat literasi.
Kelas menulis Rumah Dunia diadakan enam bulan sekali, saat ini sudah mencapai pada angkatan 25. Di kelas menulis inilah, Gol A Gong mengajarkan peserta KMRD cara menulis, mulai dari menulis berita, esay, artikel, opini, cerpen, puisi sampai novel.
c. Pertunjukkan teater
80
Penulis Balada si Roy dan telah menulis lebih dari 50 buku.
78
Pertunjukkan teater, bukan hanya sekedar kegiatan bermain peran saja. Melainkan sebuah bentuk kegiatan menerjemahkan teks ke dalam bentuk ekspresi, yaitu dengan cara pementasan atau pertunjukkan teater.
Taman bacaan masyarakat Rumah Dunia juga memiliki program teater. Biasanya Rumah Dunia menampilkan teater ke dalam bentuk dramatisasi puisi atau cerpen. Namun tidak jarang juga Rumah Dunia menampilkan pertunjukkan teater dalam bentuk bermain peran. Anakanak di sekitar Rumah Dunia, biasanya diajarkan oleh relawan Rumah Dunia untuk beradu akting. Teater Rumah Dunia pernah juga tampil di berbagai kampus di Serang dan diundang ke Jakarta dalam berbagai acara.
d. Bedah Buku Mengacu pada Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat, bedah buku merupakan salah satu kegiatan literasi. Dengan adanya bedah buku, masyarakat bisa mengenali informasi apa saja yang ada pada buku tersebut. Pihak pengelola TBM baiknya dapat mengundang penulisnya langsung. Namun apabila hal ini tidak memungkinkan, bisa juga dilakukan share sesama pembaca untuk mengulas isi satu buku tersebut.
79
Pada TBM Rumah Dunia, juga memiliki program bedah buku. Biasanya buku-buku yang dibeda di TBM Rumah Dunia merupakan buku populer dan buku baru. Untuk buku populer, biasanya yang dibedah merupakan buku-buku dari pengarang populer seperti Helvy Tiana Rosa, Pipit Senja, Habiburrahman El Shirazy dan masih banyak lagi. Yang lebih menariknya lagi, TBM Rumah Dunia mendatangkan langsung penulis-penulis ternama tersebut.
e. Belajar Jurnalisme warga Jurnalisme warga atau yang biasa dikenal dengan sebutan citizen journalism, bisa dikategorikan sebagai salah satu bentuk kegiatan literasi informasi. Karena secara tidak langsung, masyarakat belajar menyebarkan informasi dari warga untuk warga. Contoh sehari-hari yang biasa kita lihat di televisi adanya kiriman video amatir.
Pada TBM Rumah Dunia, Gol A Gong mengajarkan kepada setiap peserta KMRD untuk menuliskan berita tentang apa yang peserta KMRD lihat di lingkungan tempat tinggalnya. Misalnya saat pertemuan ke dua pelatihan jurnalistik di Rumah Dunia, Gol A Gong meminta teman-teman KMRD untuk menuliskan berita seputar masjid di tempat teman-teman KMRD tinggal. Hasil berita yang bagus akan dimuat di www.rumahdunia.com.
80
2. Solusi
mengatasi
kendala
dalam
melakukan
pemberdayaan
masyarakat Menurut Lowe, dalam artikelnya yang berjudul Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Pengukuran Pemberdayaan Masyarakat Komunitas Lokal, secara umum ada tiga hal yang menjadi kelemahan TBM di Indonesia, diantaranya: Fear, Role Clarity dan Resistance to Change.81 Dari ke tiga hal tersebut, sevara umum role clarity lah yang menjadi kendala utama pada TBM Rumah Dunia.
Sebagai wadah untuk mencerdaskan dan membentuk generasi baru, ada dua hal yang menjadi kendala yang dihadapi oleh TBM Rumah Dunia, diantaranya: karakter dan sarana. Jika dikaitakan dengan teori, penjelasannya sebagai berikut: d. Ketakutan (fear) Fear atau ketakutan merupakan bentuk pemberdayaan yang lebih menunjukkan pada rasa takut yang dialami oleh individu. Pada TBM Rumah Dunia, ditunjukkan pada peserta KMRD yang baru pertama kali belajar di Rumah Dunia. Gol A Gong sering memberikan tugas kepada peserta KMRD, ketika seminggu kemudian Gol A Gong atau relawan Rumah Dunia meminta untuk mengumpulkan tugas, ada beberapa peserta KMRD yang merasakan ketakutan karena tidak mengumpulkan tugas. 81
A. Priyanta, Pemberdayaan Masyarakat dalam Persepektif Pengukuran Pemberdayaan Masyarakat Komunitas Lokal
81
Ada juga, jika peserta KMRD melakukan kesalahan dalam mengerjakan tugasnya, selanjutnya mereka takut tidak didukung lagi. Padahal pada kenyataanya, baik Gol A Gong ataupun relawan Rumah Dunia sangat toleran kepada peserta KMRD. Jika mereka tidak mengumpulkan tugas, itu terserah mereka. Gol A Gong dan relawan Rumah Dunia hanya memfasilitasi saja.
Solusi untuk mengatasi masalah tersebut yaitu hampir setiap pertemuan Gol A Gong dan relawan Rumah Dunia selalu memberikan motivasi kepada peserta KMRD untuk selalu mengerjakan tugas yang diberikan. Gol A Gong mengatakan jangan takut salah kalau mengerjakan tugas yang diberikan, di Rumah Dunia ini sama-sama belajar. Jadi diharapkan kepada peserta KMRD untuk selalu mengerjakan tugas yang diberikan. Dengan begitu, keahlian dalam membaca dan merangkai kata bisa semakin terasah. e. Kejelasan peran (role clarity) Role clarity atau kejelasan peran merupakan ketidaknyamanan dan kebingungan atas rasa kurang senangnya akibat pemberdayaan masyarakat. Pada TBM Rumah Dunia, ditunjukkan dengan perbedaan karakter setiap individu yang datang ke Rumah Dunia. Misalnya, karena
masyarakat
tahu
bahwa
nama
Rumah
Dunia
telah
berkumandang secara nasional atau internasional, maka masyarakat ingin Rumah Dunia mensejahterakan mereka dalam materi.
82
Namun, Rumah Dunia tidak dapat memenuhi itu semua. Rumah Dunia hanya bisa memberikan ilmunya saja, bukan materi atau uang kasarnya. Disini masyarakat kurang terhadap pemahaman untuk mengenal sesuatu hal yang diperlukan.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Gol A Gong terus berupaya mencari dana dengan merintis film box office. Selain itu, para relawan Rumah Dunia, peserta KMRD atau masyarakat lain apabila mereka menerbitkan buku, sebagian dananya disisihkan untuk masuk ke kas Rumah Dunia. f. Kecendrungan untuk memilih Resistance to change atau kecendrungan untuk memilih, terlihat pada beberapa organisasi baik pada pemimpin atau masyarakat untuk mempertahankan apa yang sudah dimilikinya dalam mengerjakan sesuatu. Pada masyarakat sekitar TBM Rumah Dunia, dulunya orang tua tidak peduli dengan apa yang dilakukan oleh anak-anak mereka. Orang tua hanya tahu kalau anak-anaknya sekolah, pulang dan bermain. Tetapi tidak tahu apa yang dilakukan anak-anak ketika mereka bermain, keinginan mereka dan apa anak-anak mereka sudah bisa membaca atau belum. Orang tua cendrung memikirkan diri sendiri dan mencari uang, sehingga anak-anak mereka kurang diperhatikan.
83
Solusi untuk mengatasi masalah tersebut yaitu Rumah Dunia ingin memfokuskan pendidikan kepada anak-anak terlebih dahulu. Setelah itu, bertahap ke remaja dan dewasa.82
Ada baiknya pemerintah ikut serta memberikan bantuan dalam kegiatan yang diadakan oleh Rumah Dunia. Karena setelah saya berada di Rumah Dunia kurang lebih sekitar lima bulan dan mengikuti beberapa kegiatan yang diadakan oleh Rumah Dunia, kegiatan tersebut sangatlah bagus. Sangat disayangkan jika pihak pemerintah kurang peduli terhadap kegiatan yang ada di Rumah Dunia. Kegiatan tersebut sangat membantu masyarakat, apalagi ketika Rumah Dunia berhasil mengubah pandangan masyarakat terhadap pentingnya pendidikan dan sudah ada masyarakat yang berhasil melanjutkan pendidikan sampai perguruan tinggi bahkan sekarang sudah ada yang bekerja di koran atau televisi nasional. Setidaknya, pemerintah sadar dan memberikan dukungannya terhadap Rumah Dunia.
82
Wawancara dengan Muhzen Den, Cilegon, 18 Mei 2015
84
BAB V PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis tentang kesuksesan taman bacaan masyarakat Rumah Dunia dalam pemberdayaan masyarakat melalui program literasi informasi, maka diperoleh kesimpulan dan saran sebagai berikut:
A. Kesimpulan 1. Sebagai sebuah TBM yang mempunyai visi mencerdaskan dan membentuk generasi baru, TBM Rumah Dunia telah sukses dalam hal melakukan pemberdayaan masyarakat melalui program literasi informasi. Program pemberdayaan masyarakat yang ada pada TBM Rumah Dunia terdiri dari enam program literasi informasi. Adapun ke enam program literasi informasi sebagai berikut: kelas menulis Rumah Dunia, Jurnalisme warga atau citizen journalism, Gong travelling, pertunjukkan teater, bedah buku dan Ode kampung. 2. Dalam melakukan program pemberdayaan masyarakat, tentunya TBM Rumah Dunia memiliki kendala yang dihadapi, diantaranya: karakter dan sarana dan prasarana. Karakter yang berbeda-beda mengharuskan Gol A Gong dan para relawan Rumah Dunia untuk mengubah karakter yang kurang baik menuju karakter yang lebih baik. Sedangkan sarana dan prasarana, TBM Rumah Dunia masih belum sempurna. Gedung yang belum selesai serta ruangan sekretariat dan jumlah komputer
85
yang hanya satu buah menjadikan TBM Rumah Dunia belum maksimal dalam melaksanakan program pemberdayaan masyarkat. 3. Untuk mengatasi kendala yang dihadapi, TBM Rumah Dunia melakukan berbagai macam cara, diantaranya: untuk kendala karakter, TBM Rumah Dunia memberikan pengertian kepada masyarakat atau orang luar yang datang ke TBM Rumah Dunia untuk bisa mengubah karakter yang kurang baik menjadi baik. Sedangkan untuk sarana dan prasarana, Gol A Gong dan relawan Rumah Dunia berupaya untuk mencari dana tambahan. Yaitu dengan cara menerbitkan buku yang nantinya royalty dari buku tersebut akan disumbangkan kepada TBM Rumah Dunia. Selain itu, Gol A Gong juga sedang merintis film layar lebar, kalau box office, sebagian dananya akan disumbangakan untuk memperbaiki sarana dan prasarana di TBM Rumah Dunia.
B. Saran 1. Program pemberdayaan masyarakat yang ada pada TBM Rumah Dunia sudah sangat bagus. Untuk program gong travelling, alangkah baiknya disediakan secara gratis untuk masyarakat yang berprestasi dan kurang mampu. Hal itu bisa berguna agar masyarakat yang berprestasi tersebut bisa mengenal budaya selain Indonesia. 2. Lebih ditingkatkan lagi dalam hal pembentukkan karakter masyarakat. Misalnya dengan cara membuat program pendidikan karakter, agar masyarakat bisa berpikir lebih luas lagi.
86
3. Taman bacaan masyarakat Rumah Dunia harus lebih giat lagi membuat wirausaha, seperti: memjual kaos Banten, makanan khas Banten atau kerajinan tangan Banten. Nantinya keuntungan dari usaha tersebut bisa digunakan untuk menambah kas Rumah Dunia dan bisa memperbaiki fasilitas yang ada di Rumah Dunia.
87
DAFTAR PUSTAKA
BUKU Anwar, Manajemen Pemberdayaan Perempuan: Perubahan Sosial Melalui Pembelajaran Vocational Skills pada Keluarga Nelayan. Bandung: Alfabeta, 2007.
Diao Ai Lien dkk. Literasi Informasi: Tujuh Langkah Knowledge Management. Jakarta: Universitas Atma Jaya, 2010.
Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, 2006.
Ella Yulaelawati, ed., Taman Bacaan Masyarakat Kreatif. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional, 2010
Firman Venayaksa, dkk., Relawan Dunia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2011.
Gol A Gong dan Agus M. Irkham, Gempa Literasi: Dari Kampung untuk Nusantara. Jakarta, Kepustakaan Populer Gramedia, 2012
88
Helen M Thompson dan Susan A. Henley. Fostering Information Literacy: Connecting National Standards Goals 200, and the SCANS Report. Colorado: Teacher Ideas Press, 2000.
Irawan Soehartono. Metode Penelitian Sosial: Suatu teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011.
Imam Gunawan. Metode Penelitian Kualitatif; Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara, 2013.
J. Pincoot. Success. Penerjemah Ratih Purnamasari. Bandung: Salamadani, 2008.
Kemendikbud. Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat Tahun 2012. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Non Formal dan Informal, 2012.
Michael B Eisenberg, dkk., Information Literacy: Essential Skills for the information Age. Libraries Unlimited: Westpost, 2004.
Muhammad. Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2011.
Muhsin Kalida, Jogja TBM Kreatif. Yogyakarta: Forum Taman Bacaan Masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta, 2012.
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian. Jakarta: STIA-LAN, 1999.
89
Percy “Master P” Miller, Guaranteed Success: Bila Anda Pantang Menyerah. Penerjemah Isma Noor Anggraini. Bandung: PT. Salamadani Pustaka Semesta, 2008.
Ratih Rahmawati dan Blasius Sudarsono, Perpustakaan Untuk Rakyat: Dialog Anak dan Bapak. Jakarta: Sagung Seto, 2012.
Relecky Saragih. What Is Success. Jakarta: Grasindo, 2015.
Rosa Widyawan. Pelayanan Referensi Berawal dari Senyuman. Bandung: CV. Bahtera Ilmu, 2012.
Sari Wahyuni. Qualitative Research Method. Jakarta: Salemba Empat, 2012.
Sutarno, NS. Membina Perpustakaan Desa. Jakarta: Sagung Seto, 2008.
ARTIKEL JURNAL Philllips Imam HW, “Studi Komparatif Pentingnya Literasi Informasi Bagi Mahasiswa,” Visi Pustaka, Vol. 15 No. 2 (Agustus, 2013)
Rafi
Ramadhan,
“Analisis
Aktifitas
Pemberdayaan
Masyarakat
dalam
Meningkatkan Minat Baca pada Komunitas Insan Baca,” Media Libri-Net Vol. 2 No. 2 (Juli, 2013)
90
Rhoni Rodin, “Literasi Informasi di Perpustakaan Perguruan Tinggi,” Media Pustakawan, Vol. 20 No. 4 (2013)
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Republika Indonesia, Undang-undang tentang Taman Bacaan Masyarakat No. 169 Tahun 2009, Pasal II, Bab 2, dalam Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
WEB Agus Purbathin Hadi. “Konsep Pemberdayaan, Partisipasi dan Kelembagaan dalam Pembangunan.”
Artikel diakses pada 1 April 2015 dari
www.suniscome.50webs.com
Arif Rifai Dwiyanto, “Peran Perpustakaan Nasional RI dalam Mengembangkan Literasi Informasi sebagai Amanat Konstitusi.” Artikel diakses pada 1 April 2015 dari www.pnri.go.id
Alexandra Landmann, “Taman Bacaan Masyarakat dan Budaya Lisan Masyarakat Adat Kanekes,” Artikel diakses pada 17 Maret 2015 dari http://wiwitan.org
A.
Priyatna
“Pemberdayaan
Masyarakat
dalam
Perspektif
Pengukuran
Keberdayaan Komunitas Lokal,” artikel diakses pada 18 Mei 2015 dari file.upi.edu
91
Cholisin. “Pemberdayaan Masyarakat.” Artikel diakses pada 6 April 2015 dari staff.uny.ac.id
Gol
A
Gong.
“Redaksi”
diakses
pada
20
Desember
2014
dari
2015
dari
rumahdunia.com/isi/about
Gol
A
Gong.
“Rumah
Dunia.”
Diakses
pada
1
April
rumahdunia.com/isi/profil-rumah-dunia
Tri Hardiningtyas, “Taman Bacaan Masyarakat: sebagai mitra perpustakaan,” artikel diunduh pada 17 Maret 2015 dari http://pustaka.uns.ac.id
Yusuf Dzul Ikram Al-Hamidy, “Kemampuan Literasi Informasi Mahasiswa pada Layanan American Corner di UPT Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang menurut Association Of College and Research Library” artikel diakses pada 2 April 2015 dari ejournal-s1.undip.ac.id
HASIL WAWANCARA Wawancara pribadi dengan Gol A Gong. Serang, 26 April 2015 Wawancara pribadi dengan Ahmad Wayang. Serang, 26 April 2015 Wawancara pribadi dengan Ahmad Wayang. Serang, 30 April 2015 Wawancara pribadi dengan Gol A Gong. Serang, 31 Juli 2015
92
OBROLAN NON-FORMAL Obrolan non formal dengan Ari Aksara melalui voice note whatsapp, Cilegon, 27 April 2015 Obrolan non formal dengan Abdul Salam, Serang, 30 April 2015 Obrolan non formal dengan Muzen Den melalui facebook messenger, Cilegon 1 Mei 2015 Obrolan non formal dengan Muzen Den melalui facebook messenger, Cilegon 18 Mei 2015 Obrolan non formal dengan Suni Ahwa melalui facebook messenger, Cilegon 1 Mei 2015
93
Lampiran Sarana dan Prasarana
Rak koleksi
Ruang baca
Tempat pementasan teater
Pinky library
Auditorium Surosowan
Kelas menulis Rumah Dunia *)
Kunjungan mahasiswa ke Rumah Dunia
Pertunjukkan teater **)
Kegiatan Gong Travelling *)
Musikalisasi Puisi
Perpustakaan keliling Rumah Dunia *)
Launching dan bedah buku
Temu penulis
*)
Ketetangan: *) Foto diambil dari facebook Gol A Gong dan Tias Tatanka **) Foto diambil dari facebook Suni Ahwa
TRANSKRIP WAWANCARA Informan
: Gol A Gong (inisial G)
Jabatan
: Pendiri Taman Bacaan Masyarakat Rumah Dunia
Tanggal Wawancara : 26 April 2015 Waktu
: 09.25-10.00
A. Pertanyaan Umum Penulis
: Bagaimana arti literasi informasi sendiri menurut bapak?
G
: Literasi itu kan kalau secara terminologi itu keaksaraan, ya; keaksaraan difungsikan. Jadi literasi buat saya, satu upaya dari kita untuk meningkatkan kualitas hidup. Jadi bagaimana, ehem… literasi itu kita berdayakan memiliki e… daya guna, berdaya gunalah. Apalagi jika bisa bernilai ekonomi. Nah maka untuk mencapai nilai ekonomi sebenarnya ada profesi literasi informasi itu, yaitu wartawan, script writer, eee… apalagi, pengarang ya, esayes, pokoknya semua pekerjaan yang berhubungan dengan literasi, copy writer penulis iklan. Kalau tour guide literasi bukan, Ned? Heh. Tour Guide. Tour guide juga sebenarnya bagian dari literasi karena ada proses membaca disana. Nah itu yang sebetulnya yang ingin saya bagikan di Rumah Dunia. Juned salah satu eee… berbeda dari yang lain. Eee… Selain wartawan dia meniru jejak saya tuh sebagai tour guide. Hehehe.
Penulis
: Jadi dari kemampuan literasi informasi itu dapat meningkatkan kualitas hidup ya?
G
: He.. Eh kualitas hidup. Dengan literasi. Terus apa literasi informasi, dengan apa ya tadi, keterampilan menulis.
Penulis
: Program literasi informasi apa saja yang ada di TBM Rumah Dunia?
G
: Gimana?
Penulis
: Program literasi informasi yang ada di TBM Rumah Dunia apa saja?
G
: Di Rumah Dunia maksudnya? Kelas menulis sudah pasti. Wisata mengarang untuk anak-anak. Eee… Diskusi ya diskusi… Eee… Merayakan hari-hari besar misalnya kaya world book day hari ini. Terus ada… yang sifatnya kegiatan regular yang tadi kelas menulis, majelis puisi, wisata mengarang, ada wisata study. Terus ada yang sifatnya perayaan. Disitu lebih ke out comenya ya. Bagaimana manfaatnya dari proses eee… apa stimulus-stimulus tadi disimulasikan dalam bentuk perayaan, yaitu launching buku, disitu udah ada manfaatnya, dampaknya, impactnya itu. Launcing buku, pembacaan puisi terus pementasan teater; bagaimana teks di eee… teks ditafsirkan lalu dikonfersi menjadi bentuk lain yaitu pementasan teater. Itu sebenarnya. Seni ya. Jadi berat. Eee… pada akhirnya bersinggungan dengan seni literasi itu
Penulis
: Kalau Gong travelling itu termasuk?
G
: He… Eh… Gong travelling itu aaa… betul-betul literasi. Pertama misalnya yang tadi meningkatkan kualitas hidup. Orang selalu menganggap jalan-jalan itu menghambur-hamburkan uang. Dengan 2 juta setengah ke Singapore bisa dapat buku ya, bisa menulis buku. Disana eee… saya jadi tour guide juga berbeda bukan hanya sekedar senang-senang tapi bicara soal sejarah, kebudayaan karakter, eee… ada transformasi eee… apa ya, transformasi nilailah disana. Itu sebetulnya. Jadi Gong travelling bagian dari varian produk eee… dari saya ya yang nanti diupayakan untuk mensubsidi kegiatan literasi tingkat
dasar
disini, di Rumah Dunia.
Penulis
: Terus kalau selain meningkatkan kualitas hidup ada nggak tujuan lain dari program literasi informasi ?
G
: Program apa?
Penulis
: Program literasi informasinya
G
: Eee… Sebuah gerakan kebudayaan. Di Rumah Dunia bukan masjid. Secara konsisten terus menerus memberikan eee… memberitahu komitmen yang ada di Rumah Dunia bahwa eee… apa bahwa eee… apa… kita kampanye literasi, berkegiatan di literasi sesuatu kegiatan yang diwajibkan oleh Allah dan jika apa, jika kita mengikuti perintah Allah, maka Allah akan membalas. Kaya gitu.
B. Pertanyaan usaha yang dilakukan oleh TBM Rumah Dunia dalam pemberdayaan masyarakat Penulis
: Bagaimana usaha yang dilakukan oleh TBM Rumah Dunia dalam
memperkenalkan
kegiatan
yang
ada
kepada
masyarakat? G
: Eee… pake komunikasi masa tadi, ya. Misalnya publikasi eee… kita memakai metode tadi ya komunikasi masa dengan leaflet, dengan eee… online dot com, website ya, faebook, twitter, caracara seperti eee… yang sangat yang konvensional ya leaflet, nyebar-nyebarin undangan, SMS. Oh iya satu lagi, eee… program TV, networking. Kita sering bikin program TV lokal, kalau program tv nasional kita di support dengan cara talk show, eee… apa feature, mereka membuat feature profil Rumah Dunia. Itu bagian dari sosialisasi, dokumentasi, publikasi itu, bagian dari promosinya.
Penulis
: Terus kalau dari pemberdayaan masyarakat sendiri?
G
: Ya. Ehm. Pemberdayaannya misalnya eee… ketika ada kelas menulis saya memberitahu bahwa kelas menulis ini bisa bernilai ekonomi jika serius. Ya, maka ikuti silabus ini, penuhi tugastugasnya nanti tanpa disadari kualitas dari para peserta itu meningkat.
Memiliki
keterampilan, lalu diuji,
kan, saya
rekomendasikan ke penerbit, selebihnya terserah masing-masing. Kalau dia, aah ituu! Pemberdayaannya di sana sebenarnya. Saya
hanya membuka pintu-pintu, setelah itu, selebihnya kualitas dari masing-masing peserta. Penulis
: Itu dari kelas menulisnya ya?
G
: Ya, terutama kelas menulis.
Penulis
: Bagaimana perubahan yang dirasakan di masyarakat sebelum adanya TBM Rumah Dunia dan sesudah adanya TBM Rumah Dunia?
G
: Dalam pendidikan, literasi, ada. Mereka mulai menganggap bahwa
pendidikan
itu
penting
dan
seni
itu
ternyata
menyenangkan. Itu yang saya lihat. Pertama, eee… kami, keberadaan kami didukung, tidak ada masalah, persoalan anak kecil nakal kaya gitu, soal sampah kaya gitu, itu bagian dari dinamika lah. Itu semua tempat ada. Itu bagian dari perjuangan relawan. Itu pembentukkan karakter relawan. Tapi secara keseluruhan, eee… pola mikir masyarakat bahwa pendidikan yang waktu awal saya datang ke sini tidak jadi urusan pertama, sekarang saya lihat mereka eee… mulai mementingkan sekolah, anak-anak banyak yang sekolah, walaupun kemudian pada akhirnya masing-masing anak menentukan eee… pilihannya. Dengan generasi Deden, Sauni si Aeni itu generasi pertama yang memang mulai mendapatkan apa, manfaat dari literasi yang ada di Rumah Dunia. Penulis
: Jadi dalam pendidikan ya, yang lebih terasa?
G
: He eh… dan tadi dari seni yang tadi yang kata saya seni lebih menyenangkan. Mereka senang berteater.
Penulis
: Bagaimana peran pemerintah dalam menyelenggarakan kegiatan yang ada?
G
: Eee… saya melihat diskriminatif pemerintah itu. Kalau komunitas itu tukang ngeritik maka tidak perlu diperhatikan. Itu tampak sekali, terasa dan saya rasakan itu sejak SMA. Jadi sulit kalau
saya harus mengubah diri saya agar saya tidak kritis, sulit! Mendingan saya nggak usah baca buku, nggak usah baca buku ikut saja. Karena saya suka baca buku sehingga saya kritis, itu susah. Itu manfaat dari membaca buku. Nah kemudian itu menjadi karakter saya. Itu yang saya lihat diskriminatif, pemerintah Banten. Ya, diskriminatif. Eee… ya rasanya tidak masuk akallah kalau komunitas seperti Rumah Dunia tidak di support ya, misalnya dalam eee… penganggaran misalnya, tidak… tidak… mereka tidak berpihak ke gerakan yang kami selenggarakan. Penulis
: Jadi tidak pernah ya, pemerintah ikut serta?
G
: Kalau disebut nggak pernah, nggak juga. Pernah misalnya… Tapi itu lebih ke secara pribadi saja. Misalnya, kepala dinas yang memahami itu, maka kami diraih, didekati lalu mereka sering bilang bahwa ini urunan, kaya gitu. Nggak murni dari anggaran. Karena kami tidak pernah mengajukan proposal. Itu apa… Sering orang menganggap kalau itu kelemahan kami, ya nggak apa-apa. Kami tidak… tidak aktif membuat proposal, mengajukan sana sini, karena itu bahaya buat eee… apa… anak-anak yang belajar di sini, nanti saya mengajarkan cara modus mendapatkan uang, jadi programnya enggak. Saya lebih kepada program lalu meyakini jika program itu bagus, maka rezeki itu akan datang. Dan itu kamu bisa riset, orang yang sering dapat dana hibah sama yang tidak seperti Rumah Dunia, Rumah Dunia mah jalan aja terus sampai dapat gedung. Itu yang… Jadi artinya bukan pada eee… penting tidaknya hibah, tapi pada SDMnya, relawannya menjadi kuat, menjadi kreatif, nyetak lah disitu. Nah itu literasi.
Penulis
: Berarti kalau dari pemerintahnya langsung nggak ada ya?
G
: He…eh nggak. Kecuali di pusat ya. Kebanyakan, kan di pusat tu, gedung itu dari Menpora, ya bagian dari apresiasi mereka. Mereka jelas cara kerjanya, ada tim lit… apa… development, input-input data dari media masa, mereka kelola lalu menjadi… menjadi basic untuk eee… apa… untuk penyaluran dana. Nah disini nggak ada,
input-input datanya hanya… Itu komunitas itu mendukung nggak, mendukung nggak.
Penulis
: Sejauh
ini,
adakah
masyarakat
yang
sudah
berhasil
menerapkan atau melaksanakan dari program literasi informasi tersebut? G
: Masyarakat atau perorangan? Kalau masyarakat sebetulnya berhasil, secara keseluruhan. Saya melihat sering kami nih, menyebut bahwa Rumah Dunia ini episentrum, titik gempa literasi maka saya lahir buku gempa literasi itu. Indikatornya Rumah Dunia sering dijadikan tempat berkumpul… tempat berkumpul, lalu Rumah Dunia sering menginisiasi, mendukung pendirian taman bacaan-taman bacaan. Jadi… Kelompok… Masyarakatmasyarakat ini kemudian membuat komunitas mereka terinspirasi Rumah Dunia, membuatlah itu di kampung-kampung mereka. Nah kami men-suport, men-suport, membantu, distribusi buku, saya datang memotivasi mereka ya Rumah Dunia lah ya, menghibur. Kita membuat pertunjukkan di sana. Bayangkan kalau misalkan kami dapat… tidak diberlakukan diskriminatif, dapat dana seperti komunitas lain, apa yang terjadi. Mungkin programnya bisa lebih dinamis ya, lebih continu, apa… lebih konsisten.
Penulis
: Kalau dari perorangannya sendiri?
G:
Perorangan sendiri… eee… juga kurang maksimal. Lebih pada orang-orang Banten yang sukses di luar. Jadi ciri-ciri, orang yang mendukung Rumah Dunia tuh biasanya dia sekolah di luar Banten, sukses di luar. Lalu mereka eee… yakin bahwa Rumah Dunia steril, membantu. Kalau orang yang tinggal di sininya, saya lihat begitu kuat muatan politisnya, kaya gitu. Banyak temanteman dekat saya sama sekali tidak menggubris apa yang saya lakukan disini, padahal itu dekatnya luar biasa. Karena berbeda
orientasi politik, kemudian eee… mereka tidak peduli dengan apa yang kami lakukan disini. Penulis
: Kalau misalkan dari relawannya sendiri, sukses dalam melaksanakan atau menerapkan program literasi informasi? Kaya wartawan gitu?
G
: Ada-ada, he eh… ada banyak. Tiap angkatan banyak. Bisa… yang sekarang tadi ya. Hilman sama Wayang masuk ke Banten Raya, ada Ali Sobri di majalah Hai, Deden di koran Seputar Indonesia, ada yang di tv lokasl, ada yang mendirikan PH PH, eee… apa… itu mungkin yang membuat Rumah Dunia bertahan hingga hari ini, karena banyak orang merasakan manfaatnya. Gitu. Jadi, apa yang dipelajarin oleh mereka, aplikatif gitu.
C. Solusi untuk mengatasi hambatan Penulis
: Bagaimana kendala yang dihadapi TBM Rumah Dunia dalam proses pemberdayaan masyarakat?
G
: Karakter. Karakter hehehe yang dari rumah itu yang sedang… yang selalu. Kan tiap, tiap ang… tiap tahun itu datang yang baru lagi baru lagi, ya itu pekerjaan rumah saya. Tapi so far so good lah. Jadi selalu harus… nah itu mungkin bagian dari interaksi eee… apa komunikasi antar relawan. Jadi justru lebih bagus, banyak ketemunya, dibereskan… kalau ada karakter dari rumah di bawa ke sini lalu kita… kita diskusikan sampai eee… sampai mereka menyadari bahwa kolektifitas itu penting.
Penulis
: Selain itu?
G
: Eee… sarana, sarana mungkin ya disini yang belum maksimal. Karena tadi dana kurang. Kita banyak di kegiatan-kegiatan program, ada sarana yang kurang tidak mendukung sebetulnya Misalnya lab komputer eee… selalu rusak ya di sini, faktor alam. Terus misalnya…
Penulis
: Tapi itu lab komputer masih digunakan?
: Eee… sekarang udah nggak ada komputernya, udah tinggal
G
berapa karena rusak tadi, karena kami tidak punya dana rutin jadi nggak… itu yang sering saya kasih tau. Tapi itu kan karakter, jadi susah ya. Nah saya salah satunya mengenalkan cara berpikir modern juga. Dengan kondisi digital ini, serba digital di Rumah Dunia sekarang masuk ke era digital sebetulnya. Udah mulai ada… Dulu kita simulasinya bikin… kelas menulis bikin majalah. Itu… biasanya saya suka dapat rezeki lalu saya eee… apa modalin. Jadi kenapa Rumah Dunia ini bisa sampai bertahan? Karena saya yang dituakan ini mencontohkan bahwa harus total dalam mengurusi Rumah Dunia. Nabi Muhammad aja hartanya buat perang kan di… apa dikorbankan. Selayaknya begitu di jalan Allah. Sering orang melupakan bahwa sebetulnya… kami yang lakukan disini itu sebetulnya di jalan Allah, yang Allah perintahkan membaca menulis itu. Dua hal itu. Nah saya meyakini kurang orang, relawan nggak… nggak mampu dalam materi, tenaga pikirannya, waktunya, dedikasikan. Ini jihad di jalan Allah ini. Nah alhamdulillah walaupun tidak banyak yang eee… yang memahami itu, dari yang sedikit itulah Rumah Dunia bisa bertahan. Apa banyak! Penulis
: Berarti
kendalanya
selain
karakter,
sarana
yang
kurang
mendukung? G
: Bukan sarana yang kurang mendukung kali ya, kurang komplit kali ya. Karena orang pasti eee… wah gedung udah bagus, bagi saya gedung itu belum selesai itu. Cuma harusnya disitu eee… ada yang sarana penunjangnya. Misalnya audio visualnya tuh kurang apa, kurang komplit. Harusnya bisa muter film tiap minggu misalnya. Eee… kemudian apa, hmm… apa lagi ya di sini. Ya tadi sekretariat kita belum punya yang apa… yang representative lah. Ya sekretariatnya masih… begitu.
Penulis
: Bagaimana solusi untuk mengatasi kendala tersebut?
G
: Eee… pertama mensyukuri yang ada sambil berupaya… ya kalau saya secara pribadi, secara kolektif sebetulnya agak sulit. Karena eee… kesenjangan ekonomi terutama ya. Tidak semua mapan. Sambil saya secara pribadi berupaya misalnya membuat film layar lebar sedang merintis, nanti mudah-mudahan box office, kalau box office mungkin ya ada yang disisihkan. Nanti diperbaiki sarana. Ya bagi saya eee… selalu mengatakan bahwa inisiatif itu harus dimulai dari yang punya ide. Maka yaa… nanti kalau saya nggak mampu eee… disebarkan ke teman-teman.
Penulis
: Bagaimana planning TBM Rumah Dunia ke depannya dalam pemberdayaan
masyarakat
melalui
program
literasi
informasi? G
: Ehem… eee… saya ingin ke sosial preneur tadi. Misalnya eee… beberapa orang sudah ada yang memahami bahwa Rumah Dunia itu arahnya ke sana. Bahwa berbisnis itu pakai ilmu sedekah itu. Misalnya eee… dulu sebenarnya pernah dicoba memberi modal ke beberapa apa, penduduk, ada berapa orang, satu dua tiga empat. Ada e… dimodalin jualan siomay. Ya mungkin bisnis itu tidak semudah apa yang kita bayangkan. Eee… saya lebih tertarik sebenarnya mengajak entah bagaimana ya, mengajak ke eee… menjadikan ini kampung kreatif. Kampung kreatif… Apa, ada ekonomi kreatifnya di sana. Lalu mereka misalnya kampung Ciloang ini, saya dari dulu terobsesi ingin menjadikan kampung Ciloang ini salah satu eee… destinasi wisata eee… ekonomi budaya atau ekonomi kreatif tadi. Jadi di sini ada… ada unsur seninya. Orang-orang datang ke Rumah Dunia misalnya, saya pengen satu blok itu kios buku semua, satu blok itu kaos semuaa... merchandise. Jadi orang kalau pengen belanja merchandise Banten, ke sini. Udah ada batik Banten kan? Sudah ada batik Banten, nanti kaosnya, bukunya. Nah… itu sulit juga kalau berurusan dengan pemerintah. Karena banyak aturan… nah
otomatis pertama saya harus punya uang sendiri dulu, kedua mengajak teman-teman. Baru setelah itu pemerintah biasanya melihat. Jadi seperti Rumah Dunia itu diawali semuanya dari dalam, setelah itu baru pemerintah melihat. Eh sebentar… Jadi kampung kreatif. Pernah saya coba ya mungkin… eee… apa… sesuatu hal yang baru ya, di sini tuh send of art nya kurang, mereka lebih pada ke pekerjaan-pekerjaan kasar ya. Eee… ke kinestetis, lebih ke fisik, buruh, sopir ojeg, ketika eee… apa rasanya itu diajak untuk melakukan sesuatu yang sifatnya seni, harus… harus… butuh waktu yang banyak. Mudah-mudahan nanti saya ada rezeki. Harus dimulai dulu. Bikin kios di sana, sablon. Mengajari anak-anak muda ke sana, membuat kaos. Kaos Banten misalnya.
Informan
: Ahmad Wayang (inisial W)
Jabatan
: Presiden Taman Bacaan Masyarakat Rumah Dunia
Tanggal Wawancara : 26 April 2015 Waktu
: 12.00-12.25
A. Pertanyaan Umum Penulis
: Bagaimana pemahaman literasi informasi menurut anda?
W
: Kenapa, Git?
Penulis
: Pemahaman literasi informasi?
W
: Eee… Gimana? Untuk?
Penulis
: Eee… Bagi Masnya sendiri?
W
: Bagi saya? Arti literasi informasi, itu kan kegiatan menulis ya. Maksudnya lebih pribadi?
Penulis
: Ya, pemahaman pribadi dulu?
W
: Hmmm… literasi informasi itu kan menulis ya… hmm… teeet… boleh pas nggak? Hehehe.
Penulis
: Engga. Hehehe. Ayo
W
: Hmm… Pemahaman literasi informasi ya. Saya suka menulis dan menulis itu seperti kata Pram itu buat keabadian. Dari situ saya nggak tahu kenapa tiba-tiba pas baca buku… baca buku cerita gitu, ya, kaya tertantang aja, kaya pengen bisa. Eee… masa orang lain bisa saya nggak bisa gitu. Saya ketemu Rumah Dunia dan belajar dan saya memperdalam ilmu itu, tentang literasi. Jadi yang suka.
Penulis
: Seberapa penting pengaruh TBM Rumah Dunia dalam proses pemberdayaan masyarakat?
W
: Hmm… Sangat penting. Karena di sini, apa ya… Semua diajarkan. Langsung diposisikan apa ya… sebagai guru sekaligus sahabat. Jadi kita merasa dekat dan nggak ada sekat gitu ya. Di… informasi atau ilmu-ilmu yang Mas Gong berikan itu langsung ya… asik bisa menyerap, cepat diserap pada relawan dan sangat
penting soal peran dunia, khususnya pada relawan. Eee… itu di sini diajarin salah satunya untuk berani, berani karena benar ya. Dan… apa ya, mengkritisi sebuah… misalnya pemerintahan yang kacau, yang salah dengan sebuah tulisan. Tanpa anarki. Penulis
: Terus kalau dilungkangan masyarakat sekitar ini, ada nggak pengaruhnya Rumah Dunia ini?
W
: Hemm… Kalau itu harus tanya ke masyarakatnya.
Penulis
: Ya, menurut yang anda lihat, bagaimana?
W
: Eee… gitu. Saya rasa, ada. Pasti ada ya. Meskipun sedikit. Nanti itu kamu harus… langsung tanya ke masyarakatnya. Nanti kalau ke saya, ke dalamnya, ntar dikira ngarang-ngarang, iya nggak? Hehe. Atau gimana gitu… Harus dari narasumber di luar, jadi yang merasakannya langsung.
B. Pertanyaan
usaha yang dilakukan
TBM Rumah
Dunia
dalam
pemberdayaan masyarakat Penulis
: Bagaimana usaha yang dilakukan oleh TBM Rumah Dunia dalam
memperkenalkan
kegiatan
yang
ada
kepada
masyarakat? W
: Usahanya kita lewat media. Eee… lewat media, nulis, leaflet. Eee… ini ya perannya?
Penulis
: Usahanya dalam memperkenalkan kegiatan yang ada?
W
: Hmm… awal-awal kita ada ini… di rubrik salam Rumah Dunia. Saya waktu belum ke sini, tahunya dari situ. Jadi di media lokal, teman-teman relawan Rumah Dunia itu nulis tentang kegiatan kecil apa pun di Rumah Dunia. Itu di koran Radar Banten. Terus ada juga di media online, di… Rumah Dunia dot net sekarang jadi dot com sama facebook sama leaflet sama speaker masjid… Eh nggak, Teh hehe.
Penulis
: Bagaimana antusias masyarakat sekitar dalam mengikuti setiap program literasi informasi yang diadakan oleh TBM Rumah Dunia?
W
: Antusiasnya cukup banyak, cukup baik. Eee… kalau ada acaraacara kegiatan, kita ini ya tergantung acaranya ya. Karena ada acara untuk orang dewasa, buat anak-anak. Kalau kegiatan buat anak-anak, ya rame juga Alhamdulillah. Kaya misalnya nanti ada… apa, kemarin ulang tahun Rumah Dunia itu kan acaranya buat anak-anak. Buat anak-anak jadi ada… menggambar dan sebagainya, mendongeng, nggak. Menggambar, mewarnai itu lah. Tergantung ininya.
Penulis
: Sejauh ini, adakah masyarakat yang sudah berhasil menerapkan atau melaksanakan dari program literasi informasi tersebut?
W
: Hemm… Ada. Itu angkatan pertama di… ada si di facebook, di apa… di dot com, itu Endang dia angkatan pertama yang udah nulis puluhan buku, terus… banyak sih ya. Kang Langlang, lulusan Belanda, Kang Deden.
Penulis
: Terus kalau dari masyarakat sekitarnya sendiri, ada nggak sih yang berhasil?
W
: Ya sebenarnya Kang Deden juga dari masyarakat situ ya, hehe. Nanti bisa ditanyain ke Kang Deden. Kang Deden jadiin sebagai sampel masyarakat aja yang apa… dapat pendidikan di Rumah Dunia. Yang tadi itu. Orangnya di depan Rumah Dunia itu, di seberang.
Penulis
: Program unggulan yang ada di Rumah Dunia apa saja?
W
: Yang unggulan kita ada… Ode kampung, itu… acara besar. Awal-awal tiap satu tahun sekali, tapi karena ke sini-sini membutuhkan dana yang besar ya, jadi dua tahun, tiga tahun sekali sekarang. Karena itu melibatkan, mengundang kita
sastrawan-sastrawan dari luar, kita inapkan disini dan berdiskusi dan apa, ngomongin tentang sastra di sini. Semua sastrawan dimulai dari yang senior-senior bisa di cek di rd com, mudahmudahan masih ada. Itu terus jamboree TBM, terus hmm… Penulis
: Kalau jambore TBM itu berapa tahun sekali?
W
: Hmm… itu tahunan, setahun sekali. Itu bergilir. Eee… jadi ada komunitas apa, @TBM ya, Forum Taman Bacaan Masyarakat, kemarin Rumah Dunia yang menjadi tuan rumah, eee… besoknya bisa diserahkan ke yang lain, TBM yang lain. Itu perkumpulan TBM khusus, jadi eee… apa, teman-teman TBM dibuka stand, ada diskusinya juga, pentas seni sasta gitu. Tadinya mau ini ni, mau ngadain Mei tapi nggak keburu, dananya juga belum ada. Jambore TBM dicancel.
Penulis
: Selain itu?
W
: Selain itu ada nyenyore, terus kado lebaran sama ulang tahun RD. Salah satunya ini, perayaan world book day sama… kalau lebaran itu kado lebaran ya.
Penulis
: Itu kalau kado lebaran kaya gimana acaranya?
W
: Tiap lebaran. Itu… perayaan biasa buat anak. Ada lomba-lomba. Sama biasanya kita ngasih apa ya, pemenangnya nggak hanya dikasih hadiah, eee… misalnya buku tulis, tapi ada angpao itu yang unggulan. Kalau biasanya menggambar sama ini aja, buat anak-anak. Gambar menulis, bikin-bikin apa tuh, origami kaya gitulah.
C. Pertanyaan solusi mengatasi hambatan Penulis
: Bagaimana kendala yang dihadapi TBM Rumah Dunia dalam porses pemberdayaan masyarakat?
W
: Kendalanya… masyarakat
itu… apa
ya. Eee… pengen
maksudnya… adanya Rumah Dunia, Rumah Dunia tuh bisa mensejahterakan mereka dalam hal… materi ya. Kami tetap nggak bisa. Jadi… jadi Rumah Dunia, apa, istilahnya. Bisa
ngasih ilmu, eee... di… soal menulis ya buat teman-teman, intinya ngasih pancing, nggak ngasih ikan ya. Nah masyarakat pengennya dikasih ikan, itu. Cuma kita nggak bisa, karena kita… dananya juga dari pribadi, dari donatur, bukan dari pemerintah. Penulis
: Kalau pemerintah memangnya nggak ngasih dana ya?
W
: Beberapa ada. Kan ambil dananya buat bangunan, gedung yang di depan itu.
Penulis
: Terus selain itu, kendala yang lain ada nggak?
W
: Kendala yang lain. Hmm… ya pasti ya. Apa, masyarakat eee… nggak semua senang sastra ya, karena kita memperkenalkan sastra.
Penulis
: Bagaimana solusi untuk mengatasi kendala tersebut?
W
: Kalau kita lagi, dapat ada dana, kaya kemarin rintisan balai belajar bersama ada… apa ya… beuh… ada pos-pos eee… dana buat pemberdayaan masyarakat di sana. Misalnya dikasih uang segini, tapi bikin warung, bikin koperasi kaya gitu. Nah kita kemarin tidak sempat gitu. Tapi akhirnya karena uangnya udah abis, nggak balik modal, akhirnya berhenti. Dulu di depan. Yang warung-warung Teh Amal itu dulunya ke sini, nih, ke RD yang di… yang kita sapu-sapuin itu. Lama-lama ya mereka pengen terus dibantu ya, ya susah. Ehem…
Penulis
: Selain itu, ada nggak lagi nggak solusinya?
W
: Solusinya… Ya kita… Ehem… Mencoba apa, yang aktif di Rumah Dunia menular ke kampung-kampung gitu ya. Ya itu, apa… kita… Kaya Kang Deden ini kan, yang aktif di sini kita kasih beasiswa. Kaya si Aen, kan.dari kelas menulis juga itu. Gitu.
Penulis
: Bagaimana planning TBM Rumah Dunia ke depannya dalam pemberdayaan informasi?
masyarkat
melaui
program
literasi
W
: Rumah Dunia ke depan… Pengennya sih jadi pusat apa, belajar, pusat kebudayaan, pusat literasi di Banten. Dan bukan cuma buat orang Banten, lebih luasnya buat Indonesia. Jadi intinya Rumah Dunia ini buat warisan bersama lah. Regenerasi. Saya nanti juga kalau udah punya istri bisa pulang ke sini kan? Regenerasi, buat warisan bersama.
Penulis
: Planning yang lain?
W
: Planningnya ya itu tadi, bisa lebih… apa yaa.. jadi… lebih pusat literasi atau kegiatan belajar tentang menulis. Ya intinya bisa bermanfaat buat masyarakat luas.
TRANSKRIP WAWANCARA SUSULAN Informan
: Ahmad Wayang (inisial W)
Jabatan
: Presiden Taman Bacaan Masyarakat Rumah Dunia
Tanggal Wawancara : 30 April 2015
Penulis
: Pertunjukkan teater biasanya diadainnya kapan?
W
: Kalau pertunjukkan teater… pokoknya intinya Rumah Dunia itu setiap bulan ada aja kegiatannya. Antara dua sampai tiga kegiatan. Kalau teater… kalau dulu aktif, kalau sekarang kita lebih ke fasilitator. Jadi… ada teman-teman teater dari mana, datang ke sini, bentuknya lebih kerja sama. Kalau dulu ada Kang Depi, dia tutor teater… tutor sekaligus pelaku teater. Jadi aktif tuh dulu kalau sama Kang Depi yang di Banten TV, sekarang mah udah d Jakarta. Sekarang mah generasinya Sauni CS itu, Sauni… Aeni… mereka yang ngajarinnya, setiap minggu sore atau pagi.
Penulis
: Kalau pementasnnya bagaimana? Rutin?
W
: Rutin. Pokoknya sebulan itu kadang ada, kadang nggak gitu…
Penulis
: Kalau yang main anak-anak sini atau orang luar?
W
: Kalau acara dari luar, orang luar. Kalau ada acara bedah buku atau launching… Kaya kemarin ada air mata kopi, kita tampil. Eee… dramatisasi puisi… apa… dari buku itu.
Penulis
: Jadi teaternya bentuknya dalam dramatisasi puisi gitu ya?
W
: Kalau dari kita, iya... Pernah juga pementasan teater, tapi udah lama. Apa itu ya… merah putih atau setengah tiang apa itu ya…
Penulis
: Terus kalau launching buku dengan bedah buku satu kegiatan atau nggak?
W
: Launching buku sama bedah buku… eee… beda ini ya… kalau launching, launching. Kalau bedah, bedah. Biasanya kalau yang launching tu yang baru, ada buku baru. Terus ada yang di launching doang, ada yang dibedah. Kalau dibedah, ada pematerinya
Penulis
: Kalau launching buku itu kegiatannya bagaimana? Orang Rumah Dunia yang launching atau dari luar?
W
: Orang sini, sama kita dari luar juga…
Penulis
: Kalau bedah buku yang dibedah buku-buku populer atau yang seperti apa?
W
: Iya yang populer ada… yang baru ada. Eee… kita menyediakan juga untuk orang-orang dari luar juga…
Penulis
: Itu waktunya kapan?
W
: Waktunya setiap sabtu minggu. Antara sabtu dan minggu. Kenapa sabtu minggu, karena Relawan Rumah Dunia ada yang kerja ada yang… kebanyakan mahasiswa, jadi ngambil waktu libur.
Penulis
: Itu sabtu dan minggu, launching bukunya atau bedah buku?
W
: Macam-macam… ada yang… nanti bisa dilihat di jadwal. Itu kan tergantung… yang dari luar. Gita aja misalnya, dari luar misalnya, mau… dari misalnya, dari kaya… FLP Ciputat, mau bedah buku disini… ya tergantung Gitanya… Siapnya kapan gitu… terserah penulisnya. Tapi kalau nantinya Gitanya siapnya sabtu, eh misalnya senin. Nah senin itu kita kesulitan masa. Anak-anak pada sekolah, kuliah. Jadi kita tawarkan pada hari sabtu dan minggu.
Penulis
: Kalau diskusi kegiatannya setiap hari minggu atau gimana?
W
: Diskusi? Diskusi... yang kemarin diskusi tentang rektor. Terus… Dulu sempat diskusi perbulan. Perbulan berapa kali ya. Pokoknya intinya dalam sebulan Rumah Dunia. Eee… kegiatannya yang kita susun antara dua sampai tiga perbulan. Kebanyakan sih dari luar yang minta kalau diskusi.
Penulis
: Kalau yang ode kampung, lebih detailnya seperti apa sih kegiatannya?
W
: Ode kampung. Ode kampung itu… Agenda yang paling eee… paling favorit sebenarnya. Itu agenda nasional, cakupannya. Sekarang udah ode kampung yang ke empat atau lima ya, agak lupa.
Penulis
: Yang terakhir kapan?
W
: Terakhir dua ribu… lupa, Git. Dua ribu berapa ya. Dua ribu sebelas atau dua ribu sepuluh. Ntar cari google ya
Penulis
: Berarti udah lama ya?
W
: He eh. Kenapa? Dulu ode kampung setiap setahun sekali. Terus dua tahun sekali, sampai sekarang… nggak tahu nih belum… bisa tiga tahun, bisa mundur ya… Kenapa? Karena ode kampung itu membutuhkan dana yang besar. Kalau dulu kan mas Gong masih di RCTI, ya. Terus ada pemasukan, jadi bisa di handle mas Gong. Ode kampung itu kegiatan besar, eee… melibatkan sastrawan nasional juga. Kemarin itu kita undang sastrawan senior ke sini. Mulai dari Budi Darma, terus eee… yang sakit kemarin itu siapa ya. Aduh... Siapa. Putu Wijaya, Gunawan Muhammad, terus Taufik Ismail. Kita undang ke sini.
Penulis
: Itu dananya dari Rumah Dunia semua?
W
: Dari Rumah Dunia. Ada juga yang beberapa kerja sama, kemarin itu… dari Dindik, atau apa gitu… Tapi kita lebih sering iuran.
Penulis
: Itu diskusinya tentang apa? Sastra?
W
: Di temain, kan… Setiap moment ada temanya masing-masing. Itu banyak mengundang apa… teman-teman yang lain dan yang ini… yang dari luar nginep selama tiga hari. Kita inapkan di rumah warga. Konsep kita gitu, nggak ke hotel.
Penulis
: Nextnya kapan?
W
: Eee… belum tentu. Tapi kalau ada suatu perusahaan atau dari mana. Kaya kemarin… kemarin kita dapat dana rintisan balai belajar bersama. Kita undang Habiburrahman, bikin buku juga. Jadi acara besar.
Penulis
: Itu tahun kapan?
W
: Tahun dua ribu… lupa saya, Git, kalau soal tahun-tahun. Saya sudah pikun ya ternyata. Nanti sambil cari di buku aja, ya.
Penulis
: Lalu yang Gong travelling?
W
: Ya. Itu juga Gong travelling salah satu, apa ya… cara Rumah Dunia ehem… mencari dana tambahan. Berapa persennya disumbangin ke Rumah Dunia, hasil dari keuntungan itu.
Penulis
: Itu ke Singapore dan ke Bangkok aja? Atau ada yang lain? Perasaan waktu itu ada yang ke ekspedisi anak gunung Krakatau, benar?
W
: Ya. Itu bulan depan kalau nggak salah.
Penulis
: Kalau Gong travelling itu berapa bulan sekali diadakannya?
W
: Sebulan dua. Sebulan dua kali kayanya. Dulu itu ada website kita rumah dunia dot net. Tapi di rumah dunia dot com juga ada.
TRANSKRIP WAWANCARA SUSULAN
Informan
: Gol A Gong
Jabatan
: Pendiri TBM Rumah Dunia
Tanggal Wawancara : Jumat, 31 Juli 2015 Waktu
: 10.40
Penulis
: Faktor apakah yang menyebabkan TBM Rumah Dunia Sukses? Dari nama besar Gol A Gongnya sendiri atau program kegiatan yang ada di Rumah Dunia?
Gol A Gong (G)
: Program yang dibuat oleh pakar-pakar birokrat atau teknokrat di Indonesia programnya itu programnya bagus-bagus. Misalnya kalau kita lihat, eee… program pengentasan kemiskinan bagus-bagus. Nah saya lihat operatornya nih yang kadang kala… K13 gimana nggak bagus coba. Tapi SDM dari guru-gurunya kadang kala harus di upgrade lagi, workshop lagi. Nah. Ketika saya membuat Rumah Dunia, saya merujuk ke Al-Qur’an itu… bahwa sesuatu yang dilakukan oleh bukan ahlinya maka kehancuran akan tiba. Nah saya tidak pernah beranjak pada membuat program yang tidak saya kuasai. Kemudian agar regenerasi jalan, maka saya mendidik aaa… relawan
dengan
apa
yang saya
kuasai.
Kemudian
untuk
memperkaya maka saya mendatangkan ahlinya. Narasumber didatangkan. Iya kan? Kemudian saya menjadi fasilitator. Jadi saya tidak akan mengajarkan seni tari, tapi ahli tari yang datang ke sini. Eee… tutor menggambar, eh menggambar misalnya yang datang saya panggil sarjana seni. Nah sekali waktu saya jadi fasilitator atau memanage itu, sekali waktu saya menjadi mentornya. Saya hati-hati tidak akan membuat program yang tidak eee… dibarengi SDM mentornya tadi. Kaya ini bambu, ya… saya datangkan ahlinya. Saya nggak menyuruh relawan ayo bikin eee… instalasi bambu. Itu program dan eee… yang kita sebut mentor ya, yang ahli dibidang tersebut. Harus ada relevansinya.
Informan
: Abdul Salam
Jabatan
: Relawan TBM Rumah Dunia
Tanggal Wawancara : Jumat, 31 Juli 2015 Waktu
: 13.15
Penulis
: Faktor apakah yang menyebabkan TBM Rumah Dunia Sukses? Dari nama besar Gol A Gongnya sendiri atau program kegiatan yang ada di Rumah Dunia?
Abdul Salam (A)
: Saya menjawab tidak akan langsung, ya. Tapi dengarkan sendiri. Eee… kalau melihat sekarang kan Rumah Dunia sedang dalam tahapan proses ya. Kalau dilihat… eee… program-program Rumah Dunia sudah sukses… tidak begitu kita katakan sukses karena ada beberapa kawan-kawan yang ikut bergabung juga, bergabung akhirnya tertarik di depan lebih baik. Tapi kalau kita langsung mengatakan dengan program Rumah Dunia sukses, dalam tahap ini sebenarnya Rumah Dunia masih dalam tahap proses. Ya mungkin sampai akhirnya Rumah Dunia itu sebuah proses. Kalau di programprogram ya berjalan. Tapi kalau dikatakan sukses, tidak bisa diambil kesimpulan dalam waktu singkat. Pertanyaan ini seperti halnya lahirnya… Seperti perkataan ini lahir ‘Rumah Dunia itu golnya apa.’ Karena Rumah Dunia bukan permainan bola, ya otomatis bukan mencari gol. Tapi ya maksudnya sesuai Mas Gol A Gong visinya ya khoirunnas … tadi, jadi selama kita hidup, ya berikanlah kebaikan ya mungkin disitu. Kalau… Tapi kalau kita targetin gol terus kita berhenti itu tidak baik. Jadi kalau kita golnya kapan, entah kapan golnya karena proses manusia itu proses lahir dan tidak akan berhenti sampai nanti pada suatu titik kita kembali. Ceileeeh hahaha
Penulis
: Jadi kalau dikatakan sukses, belum ya?
A
: Tidak bisa. Apa namanya… Mengatakan sesuatu itulah… Memunculkan eee… apa ya, statement itu lah untuk mengatakan sukses. Tapi disatu sisi, program eksis. Tapi kalau dikatakan sukses, ya belum.
Penulis
: Berarti, dikatakan sukses karena programnya ya bukan karena nama Gol A Gongnya?
A
: Iya karena programnya. Kan program Rumah Dunia itu program kemanusiaan ya. Jadi dimana untuk membentuk generasi bukan program untuk membikin gerabah. Kalau gerabah bisa dilihat hasilnya. Kalau generasi kan belum. Walaupun ketika program tersebut berjalan Mas Gong nggak ada ditempat itu… tapi tetap jalan. Tapi orang melihat Mas Gol A Gong.
Penulis
: Jadi, programnya atau nama Gol A Gongnya nih?
A
: Saling berpengaruhanlah. Ada simbosis. Ada saling mendukung. Eee… Program jalan oke karena nama Mas Gol A Gong ada di sana. Kalau Mas Gongnya ada juga tapi programnya nggak ada, eee… kira-kira ketimpangan juga. Jadi jawabannya simbiosis, saling mendukung antara program dan… Saling support. Dengan adanya Mas Gol A Gong, program jadi mudah dan berjalan.
Informan
: Muhzen Den
Wawancara melalui Facebook Messenger pada 4 dan 5 Agustus 2015
Penulis
: Menurut Kang Deden, sukses itu apa?
Muhzen Den (D)
: Sukses itu adalah kemampuan menggali potensi diri sehingga dapat meraih harapan dan keinginan yang dicita-citakan. Dengan begitu apa yang didapatkan dalam proses pembelajaran dan pengalaman bisa bermanfaat bagi diri sendiri dan orang banyak.
Penulis
: Faktor apakah yang menyebabkan TBM Rumah Dunia Sukses? Dari nama besar Gol A Gongnya sendiri atau program kegiatan yang ada di Rumah Dunia?
D
: Figur Mas Gong tidak dapat dilepaskan dari Rumah Dunia. Tapi kesuksesan Rumah Dunia tidak hanya oleh Mas Gong, tapi juga konsistensi program kegiatan yang diselenggarakan para relawan. Keberadaan masyarakat kampung dan para donator juga andil dalam kesuksesan Rumah Dunia. Kesuksesan Rumah Dunia bukan hanya karena satu orang, tapi semua orang saling berkaitan.
Informan
: Ahmad Wayang
Wawancara melalui Facebook Messenger pada 4 dan 5 Agustus 2015
Penulis
: Menurut Kak Wayang, sukses itu apa?
Ahmad Wayang (W) : Sukses ya… bagi saya sukses itu punya banyak karya ratusan, ribuan dan best seller semua dan di filmin.
TRANSKRIP OBROLAN NON-FORMAL
1. Ari Aksara (inisial A), peserta KMRD angkatan 25 Pada 27 April 2015 melalui voice note whatsapp Penulis : Apa manfaat yang dirasakan setelah mengikuti kegiatan kelas menulis Rumah Dunia selama kurang lebih empat bulan ini? A : Manfaat yang saya dapatkan selama mengikuti kelas menulis di Rumah Dunia angkatan 25 ini sangat banyak. Diantaranya melalui materi jurnalistik, saya banyak belajar mengenai bagaimana cara menjadi seorang wartawan, cara mewawancari dan bagaimana cara membuat berita yang baik hingga saya bisa menghasilkan sebuah berita yang kemudian saya publikasikan dan Alhamdulillah mendapat pujian dari beberapa teman saya. Selain itu, dari materi fiksi saya mendapatkan banyak hal berupa bagaimana cara membuat cerpen yang baik, dengan menerapakan rumus 5 W + 1 H, hingga saya dapat menghasilkan beberapa cerpen yang Alhamdulillah menurut teman saya cukup baik. Hal itu tentunya nggak pernah saya dapatkan di kampus. Hanya saya dapatkan di kelas menulis Rumah Dunia ini.
2. Abdul Salam (inisial S) , peserta Gong travelling Serang, 30 April 2015 Penulis : Apa manfaat setelah mengikuti kegiatan Gong travelling? S : Banyak banget manfaat yang saya dapati setelah ikut Gong travelling. Pertama, karena saya berasal dari kampung saya jadi mempunyai spirit untuk kuliah di luar negeri. Kedua, saya mempunyai paradigma Indonesia di luar, bagaimana Indonesia secara geografis yang lebih besar ternyata ketika di luar negeri begitu kecil. Selain itu, saya bisa membandingkan bagaimana pendidikan di Indonesia dengan di luar negeri. Pada akhirnya bermuara pada cita-cita saya agar bisa kuliah di luar negeri.
TRANSKRIP OBROLAN LEWAT FACEBOOK MESSENGER 1. Muhzen Den (inisial D), warga kampung Ciloang yang pertama kali berhasil mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Mengambil prodi di jurusan bahasa dan sastra Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Cilegon, 1 Mei 2015 Penulis : Kalau menurut Kang Deden sendiri, perubahan dan manfaat yang dirasakan sebelum dan sesudah adanya Rumah Dunia bagaimana? D : Manfaat secara pribadi, saya bisa mengakses buku dengan mudah, sehingga jadi gemar membaca dan menulis. Kemudian perubahan yang saya rasakan ketika bergabung di Rumah Dunia adalah saya memiliki keluarga sosial yang sama-sama mempunyai mimpi untuk berubah. Melihat latar belakang saya sebagai anak pemulung, sehingga terbantu dengan adanya Rumah Dunia. Saya bergabung di Rumah Dunia sejak keals 2 SMP. Saya mendedikasikan diri ke Rumah Dunia untuk mengubah hidup saya dengan terus belajar. Sehingga saya bisa menikmati pendidikan sampai perguruan tinggi. Penulis : Kalau dari masyarakatnya, sebelum adanya Rumah Dunia, bagaimana, Kang? D : Kampung saya itu bisa dikategorikan terbelakang. Meskipun akses ke kota Serang dekat, tetapi secara pendidikan masyarakatnya masih lulusan SD. Para orang tua di kampung saya kebanyakan berprofesi pedagang, tukang becak, tukang ojek dan petani waktu dulu. Tetapi setelah ada RD, yang awalnya tidak begitu peduli dengan terhadap pendidikan, mulai tampak menyekolahkan anak-anaknya hingga SMA bahkan kuliah. Saya dikatakan pemuda yang pertama kali bergelar sarjana dan sampai sekarang mulai banyak teman-teman saya yang kuliah. 2. Suni Ahwa (inisial S), warga kampung Ciloang yang mengajarkan seni pertunjukkan teater Penulis : Kalau teater yang ada di Rumah Dunia itu sejak kapan? Awalnya yang merintis pertama kali siapa? Bentuk penampilannya seperti apa? Pernah tampil di mana saja? S : Sejak saya gabung, berarti dari tahun 2002-an atau 2003-an. Hmm… relawan Rumah Dunia, misalnya Teh Nazlah, Kak Budi, Kak Peter, Teh Mut, Kak Dedi dan Teh Ade. Wah nggak kehitung. Dari pentas di Rumah Dunia, kampus dan di Jakarta. Lalu setelah mereka, barulah kami yakni Aeni dan saya sendiri yang mentutori teater.
Penulis : Beberapa pementasan aja, Teh. Yang terakhir aja. Kalau yang di Jakarta pas acara apa? Oh iya, kalau musik, biasanya dalam bentuk musikalisasi puisi kan? Yang pertama kali merintis musikalisasi puisi siapa ya? S : Yang dibina sama saya terakhir pentas di acara jamboree TBM dan diundang oleh dompet dhuafa ke Bulungan, Jakarta Timur. Acara yang di Bulungan itu saya lupa. Tapi kalau yang jambore TBM se-Indonesia. Firman Venayaksa, yang pertama kali mengenalkan musikalisasi puisi. Penulis : Itu bulan apa yang ke Bulungan, Jakarta Timur? Yang ditampilkan pementasan apa? Judulnya mungkin. S : Bulan puasa tahun lalu. Ya pementasan teater “Dampu Awang” Rumah Dunia.
Cuplikan Dari Hasil Wawancara No. Kategori 1. Definisi Kesuksesan
2.
Faktor Penyebab Kesuksesan
Sub Kategori Banyak karya
Uraian “Sukses adalah punya banyak karya ratusan, ribuan dan best seller semua dan di filmkan”. (Ahmad Wayang) Mampu menggali “Sukses adalah kemampuan potensi menggali potensi diri sehingga dapat meraih harapan dan keinginan yang dicita-citakan. Dengan begitu apa yang didapatkan dalam proses pembelajaran dan pengalaman bisa bermanfaat bagi diri sendiri dan orang banyak.” (Muhzen Den) Pola pikir “Sebelum adanya Rumah Dunia, masyarakat mulai pola pikir masyarakat mulai berubah. berubah Masyarakat mulai menganggap bahwa pendidikan itu penting. Para orang tua mulai memperdulikan nasib anak-anaknya dan mulai menyekolahkan sampai SMA bahkan kuliah.” (Muhzen Den) Program Rumah “Program yang ada di Rumah Dunia Dunia sudah bagus. Untuk mendukung kemajuan program, maka saya mendatangkan para ahli dibidangnya masing-masing. Jadi kesuksesan Rumah Dunia ikut dibantu oleh orang-orang luar.” (Gol A Gong) Simbiosis “Kalau dilihat, program-program mutualisme antara yang ada di Rumah Dunia belum program Rumah bisa dikatakan sukses. Sebenarnya Dunia dan nama Rumah Dunia masih dalam tahapan besar Gol A Gong proses, karena kita hidup di dunia ini adalah sebuah proses. Namun jika dikatakan antara Program dan nama besar Mas Gong, menghasilkan simbiosis mutualisme, sama-sama mendukung untuk kesuksesan Rumah Dunia.” (Abdul Salam) Nama Gol A Gong, “Figur Mas Gong tidak dapat relawan, donatur dilepaskan dari Rumah Dunia. Tapi dan masyarakat kesuksesan Rumah Dunia tidak hanya oleh Mas Gong, tapi juga konsistensi program kegiatan yang diselenggarakan para relawan. Keberadaan masyarakat kampung dan para donator juga andil dalam
3.
Program Kegiatan
4.
Definisi Literasi Informasi
5.
Perubahan yang dirasakan sebelum dan sesudah adanya Rumah Dunia
kesuksesan Rumah Dunia. Kesuksesan Rumah Dunia bukan hanya karena satu orang, tapi semua orang saling berkaitan.” (Muhzen Den) Kelas menulis, “Kelas menulis sudah pasti, wisata wisata mengarang mengarang untuk anak-anak, diskusi. untuk anak-anak, Terus merayakan hari-hari besar diskusi, world book seperti world book day hari ini. day, majelis puisi, Terus ada kegiatan regular yang kaya wisata study, tadi, yaitu kelas menulis, majelis launching buku, puisi, wisata study. Ada juga yang pementasan teater, sifatnya perayaan, seperti: launching gong travelling. buku dan pementasan teater. Ada juga Gong travelling.” (Gol A Gong) Ode kampung, “Selain program harian, Rumah jambore TBM, Dunia juga mempunya program nyenyore dan kado unggulan. Yaitu ode kampung yang lebaran diadakan tiga tahun sekali. Bentuk acara ini seperti diskusi tentang sastra. Biasanya kami mendatangkan sastrawan-sastrawan dari luar dan kita inapkan di sini. Lalu jamboree TBM. Dan ketika lebaran ada acara nyenyore ala Rumah Dunia, biasanya dilakukan untuk menunggu buka puasa. Kalau kado lebaran, perayaan biasa buat anak-anak.” (Ahmad Wayang) Berdaya guna dan “Literasi informasi itu dapat meningkatkan berdayaguna dan meningkatkan kualitas hidup kualitas hidup. Selain itu berkegiatan di literasi merupakan kegiatan yang diwajibkan oleh Allah dan jika mengikuti perintah Allah, maka Allah akan membahas.” (Gol A Gong) Kegiatan menulis “Literasi informasi itu sebagai kegiatan menulis. Karena dengan menulis bisa membuat dirinya abadi.” (Ahmad Wayang) Dalam pendidikan “Mereka mulai menganggap bahwa pendidikan itu penting dan seni itu ternyata menyenangkan. Masyarakat mulai mementingkan sekolah dan anak-anak banyak yang sekolah. Walaupun pada akhirnya masingmasing anak menentukan
Pola pikir masyarakat mulai berubah
6.
Promosi Kegiatan
Promosi secara online
Media online
7.
Peran Pemerintah
Pemerintah diskriminatif
8.
Kendala Pemberdayaan Masyarakat
Karakter yang berbeda-beda
Pola pikir
9.
Planning Rumah Dunia
Sosial preneur
pilihannya.” (Gol A Gong) “Keberadaan Rumah Dunia pada awalnya sudah didukung oleh masyarakat sekitar. Sehingga ketika Rumah Dunia dibangun di kampung Ciloang, pola pikjir masyarakat mulai berubah. Masyarakat mulai menganggap bahwa pendidikan itu penting. Para orang tua mulai memperdulikan nasib anal-anak mereka dan mulai menyekolahkan anak-anak mereka hingga SMA bahkan kuliah.” (Muhzen Den) “Lewat online, seperti: facebook, twiiter dan website. Melalui leaflet dan SMS juga. Lalu membuat networking dengan bikin program TV.” (Gol A Gong) “Melalui media online seperti facebook. Kemudian leaflet. Ada juga yang nulis di radar banten. Dan dulu ada rumah dunia dot net dan rumah dunia dot com.” (Ahmad Wayang) “Kalau komunitas itu tukang ngeritik, tidak perlu diperhatikan. Itu tampak sekali, terasa dan saya rasakan itu sejak SMA. Tapi kalau dibilang tidak pernah, nggak juga. Pernah misalnya, tapi itu atas nama pribadi bukan instansi. Misalnya kepala dinas yang memahami, maka memberikan bantuan.” (Gol A Gong) “Karakter yang berbeda-beda dan sulit untuk diubah menjadi lebih baik dan sarana dan prasaran yang masih kurang memadai.” (Gol A Gong) “Pola pikir masyarakat yang masih ingin diberikan materi oleh Rumah Dunia. Padahal Rumah Dunia tidak mampu memberikan itu. Rumah Dunia hanya mampu memberikan ilmunya saja.” (Ahmad Wayang) “Saya ingin Rumah Dunia menjadi sosial preneur. Seperti menjadikan kampung Ciloang sebagai destinasi wisata. Dimana ada unsure seninya. Nantinya disediakan kios-kios untuk
Pusat belajar, pusat kebudayaan dan pusat literasi
merchandise Banten.” (Gol A Gong) “Pengennya Rumah Dunia jadi pusat belajar, pusat kebudayaan, pusat literasi di Banten. Dan bukan hanya untuk orang Banten saja, lebih luasnya untuk Indonesia. Jadi intinya, Rumah Dunia ini warisan bersama lah, regenerasi. Saya nanti juga kalau udah punya istri bisa pulang ke sini kan?” (Ahmad Wayang)
BIODATA PENULIS Gita Rizki Hastari. Dilahirkan di Serang, 22 April 1993. Penulis merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara, pasangan Rusmadi dan Haslin Marianti, S.pd. Penulis beralamat di Lingkungan Tegal Wangi Sambi Payung RT 04/RW 02 No. 58, Kelurahan Rawa Arum, Kecamatan Grogol, Cilegon-Banten 42436. Penulis mempunyai hobi travelling, fotografi dan menulis. Pada tahun 1998, penulis menempuh pendidikan di TK Bina Athfal Merak dan lulus pada tahun 1999. SDN Bujang Gadung pada tahun 1999 dan lulus pada tahun 2005. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 3 Cilegon dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikan ke SMA N 4 Cilegon, namun pada semester dua, penulis pindah ke SMA N 2 KS Cilegon dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun 2011, penulis sempat diterima di Politeknik Negeri Media Kreatif prodi konsentrasi penerbitan. Kemudian penulis ikut tes di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang Alhamdulillah diterima dan memilih untuk kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan mengambil program studi ilmu perpustakaan, fakultas adab dan humaniora (FAH). Selama kuliah penulis pernah melaksanakan praktek kerja lapangan di Pusat Layanan Pustaka Universitas Terbuka. Selama masa sekolah dan kuliah, penulis pernah mengikuti organisasi, diantaranya: 1. Pramuka, tahun 2005-2011 2. Kordinator tim ketertiban Karya Ilmiah Remaja (KIR) IPS, tahun 20102011 3. Bendahara umum di HMJ Ilmu Perpustakaan, tahun 2013-2014 4. FLP Ciputat, tahun 2011-2015 5. Komunitas Pencinta Bacaan Anak (KPBA), tahun 2014-sekarang 6. Kelas menulis Rumah Dunia angkatan 25, tahun 2015-sekarang Adapun semasa kuliah, penulis pernah menulis cerita atau pun artikel yang sudah diterbitkan atau dijadikan sebagai antalogi, diantaranya: 1. Antalogi Cerpen: Terpana#2. Judul: Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama #11projects11days. nulisbuku.com, November 2011 2. Antalogi Cerpen: Salah. Judul: Bukan Kamu tapi Aku #11projects11days. nulisbuku.com, November 2011 3. Antalogi Cerpen: Menari#2 Judul: Happy Anniversary 4 tahun Fitri, Sayang #11projects11days. nulisbuku.com, November 2011 4. Antalogi Cerpen: Lagu Pilihan#4. Judul: Aku Pulang, Rosa #11projects11days. nulisbuku.com, November 2011 5. Antalogi Cerpen: Cemburu#2. Judul: Aku Menunggumu, Lisa #11projects11days. nulisbuku.com, November 2011 6. Antalogi Cerpen Gilalova#4: Kado Untuk Ratu Judul: Mereka yang Terlupakan. Serang: Gong Publishing, 2011
7. Antalogi Cerpen Primadona Judul: Sesuatu di tanggal satu. Yogyakarta: LeutikaPrio, 2012 8. Cerpen: Malu. Harian Radar Banten. Minggu, 4 Maret 2012 9. Cerpen: Dua Puluh. Harian Radar Banten: Minggu, 8 September 2013 10. Antalogi Cerpen: Public Transportation Stories Vol. 3 Judul: Sepenggal kisah di 510. Bandung: Ellunar, 2014 11. Motion. Jurus Edan Menaklukkan Ujian Mandiri UIN Jakarta. Bogor: Herya Media, 2015 12. Artikel: Pemberdayaan Masyarakat Melalui TBM. Harian Radar Banten. Sabtu, 6 Juni 2015 13. Artikel: Mantan dan Patah Hati. Dimuat di www.jombloo.co pada Minggu, 14 Juni 2015 14. Artikel: Tiga Alasan Kenapa Mahasiswa Semester Akhir Pantas dijadikan Pacar. Dimuat di www.jombloo.co pada 3 Juli 2015 15. Gita Rizki Hastari. Dua ekor kambing. Ciputat: Motion Publishing, 2015 Dan masih ada beberapa karya penulis yang akan datang