KERAGAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT BOGOR DAN PERMASALAHANNYA Khayatun Perpustakaan Institut Pertanian Bogor, Jalan Meranti, Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680 Telp. (0251) 8621073, 8627853, Faks. (0251) 8623166 E-mail:
[email protected]. Diajukan: 7 Januari 2011; Diterima: 11 Februari 2011
ABSTRAK Taman bacaan masyarakat (TBM) sebagai jantung pendidikan masyarakat diharapkan mampu memotivasi dan mengembangkan minat serta kegemaran membaca bagi warga belajar dan masyarakat melalui bahan bacaan dan sarana ruang baca yang disediakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan TBM, mengidentifikasi permasalahan dan kendala dalam penyelenggaraan TBM, dan menyusun rencana pengembangan TBM. Penelitian dirancang dengan menggunakan metode deskriptif. Penelitian dilakukan di enam TBM yang berlokasi di desa sekitar lingkar Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB), baik di Kabupaten maupun Kota Bogor, mulai bulan Mei sampai Juni 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa TBM pada umumnya belum dikelola dengan baik, jumlah koleksi sangat sedikit, dan belum memiliki sarana dan prasarana yang memadai. Untuk mengembangkan TBM diperlukan sinergi beberapa pihak, yaitu pemerintah desa, tokoh dan anggota masyarakat, pos pemberdayaan keluarga (posdaya), pustakawan, instansi terkait, dan para donatur. Kegiatan yang dapat diusulkan antara lain adalah rekruitmen SDM pengelola, menggalang dana/ sumbangan, pendampingan dan pembinaan, sosialisasi TBM dan penyuluhan gemar membaca, pelatihan teknis pengelolaan TBM, dan kerja sama dengan lembaga pendidikan terdekat.
ABSTRACT The Profile of Community Reading Gardens in Bogor and Their Problems Community Reading Garden (CRG) as the heart of public education, is expected to motivate and develop reading interest for learning community and society through reading materials and reading room facilities provided. This study aimed to determine the profile of Community Reading Garden in Bogor on identifying problems and obstacles found in the administration, and setting the development plan. The study was designed by using descriptive method. The study was conducted in six CRG located in villages surrounding campus of Bogor Agricultural University in Bogor Regency and Bogor City, in May to June 2010. The results showed that Community Reading Gardens were generally not well managed, had few number of collections and lack of adequate facilities and infrastructures. To develop the Community Reading Garden, it needs synergies of several parties, namely the village government, community leaders and community members, family empowerment centers, librarians,
10
relevant agencies, and donors. Proposed activities to develop Community Reading Garden are recruitment of human resources, raising fund/donation, mentoring, socialization and counseling for reader, technical training for managing the Community Reading Garden, and cooperation with nearby educational institutions. Keywords: Community Reading Garden, village library, reading interest
PENDAHULUAN Kementerian Pendidikan Nasional RI (Kemendiknas) telah menggulirkan program taman bacaan masyarakat (TBM) dan penguatan minat baca pada tahun 2010. Program TBM merupakan bentuk dukungan pemerintah untuk meningkatkan minat dan kegemaran membaca pada masyarakat. Program ini dapat diakses oleh satuan pendidikan nonformal, unit pelaksana teknis pendidikan nonformal, perkumpulan, perhimpunan, dan perserikatan yang memenuhi persyaratan (Kemendiknas 2010). TBM sebagai jantung pendidikan masyarakat diharapkan mampu memotivasi dan menumbuhkembangkan minat dan kegemaran membaca bagi aksarawan baru, warga belajar, dan masyarakat melalui bahan bacaan dan sarana ruang baca yang disediakan. Pembangunan TBM, rumah baca atau perpustakaan desa seharusnya tidak hanya dilaksanakan oleh pemerintah, tetapi juga masyarakat, pengusaha maupun lembaga swadaya masyarakat (LSM). Pendirian TBM dapat dipadukan dengan program yang sudah ada di masyarakat, seperti program desa dan program pos pemberdayaan keluarga (posdaya), karena melalui lembaga terkecil inilah kegiatan kemasyarakatan dilaksanakan. Salah satu program bidang pendidikan posdaya untuk mengentaskan kebodohan masyarakat adalah mendirikan taman bacaan warga, di samping program pendidikan anak usia dini (PAUD), TK/TPA, dan majelis taklim. Kegiatan ini pada umumnya menggunakan bangunan/ruangan
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 20, Nomor 1, 2011
yang dapat dimanfaatkan menjadi ruang baca, yang semula berupa beranda rumah, ruang tamu, garasi atau gudang; dengan pengelolanya adalah tenaga sukarela (Muljono 2010). TBM merupakan salah satu program nyata dari Direktorat Pembinaan Budaya Baca, Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah (PLS), Kemendiknas. TBM juga menjadi sarana pendukung yang cukup efektif dalam pemberantasan buta aksara. Ini dilakukan dengan memberikan layanan pendidikan nonformal bagi masyarakat. Sejak tahun 1990-an, TBM telah banyak didirikan dan sampai saat ini jumlahnya sekitar 5.000 unit yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Hasil inventarisasi Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (Bapusda) Jawa Barat menunjukkan bahwa dari 300-an unit TBM yang ada di Jawa Barat, yang terdaftar hanya 82 taman bacaan dan hanya 24 unit yang mampu bertahan dan tetap eksis. Lainnya dalam keadaan terlantar, padahal idealnya minimal ada satu taman bacaan di setiap kelurahan. Lokasi TBM sebagian besar juga kurang layak, misalnya berada di gang atau bersatu dengan pedagang. TBM merupakan sarana pembelajaran bagi masyarakat, sarana hiburan (rekreasi), dan pemanfaatan waktu secara efektif dengan memanfaatkan bahan bacaan dan sumber informasi lain. Dengan demikian, warga masyarakat dapat memperoleh pengetahuan dan informasi baru guna meningkatkan kehidupan mereka dan sarana informasi berupa buku dan bahan bacaan lain yang sesuai dengan kebutuhan warga dan masyarakat setempat. Manfaat yang diperoleh adalah menumbuhkan minat, kecintaan, dan kegemaran membaca, memperkaya pengalaman belajar dan pengetahuan, menumbuhkan kegiatan belajar mandiri, membantu mengembangkan kecakapan membaca, menambah wawasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), dan meningkatkan pemberdayaan masyarakat. Sasaran TBM adalah anak putus sekolah dan tidak melanjutkan di tingkat SD/MI/SLTP/MTs dan SMU/Madrasah Aliyah serta warga masyarakat yang memerlukan peningkatan pengetahuan dan keterampilan tertentu. Pengelolaan TBM bertujuan untuk: (1) memelihara kemampuan warga belajar yang telah bebas buta huruf sehingga tidak buta huruf kembali; (2) memberikan pelayanan belajar pada warga belajar pendidikan luar sekolah dan masyarakat dengan menyediakan bahan bacaan sesuai kebutuhan setempat; dan (3) membangkitkan dan meningkatkan budaya baca masyarakat sebagai bagian dari aktivitas belajar mandiri sehingga
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 20, Nomor 1, 2011
tercipta masyarakat gemar belajar yang berdampak pada peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM). Menurut Natadjumena (2005), salah satu alternatif yang perlu menjadi perhatian bersama agar berhasil meningkatkan kualitas SDM adalah pembangunan di sektor perpustakaan. Membangun TBM atau rumah baca seharusnya tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, tetapi juga masyarakat, konglomerat ataupun LSM. Pustakawan sebaiknya berperan dalam memberikan motivasi, pembinaan, dan pelatihan, sedangkan kelanjutan pengelolaan TBM dilaksanakan oleh masyarakat sendiri. Pendirian TBM dapat dikombinasikan dan dikoordinasikan dengan program yang sudah ada, misalnya PAUD, majelis taklim, masjid, posdaya, posyandu, PKK, serta lembaga pendidikan formal dan nonformal lainnya. Dali (2008) menjelaskan bahwa TBM merupakan sarana untuk pembelajaran dan pendidikan masyarakat secara nonformal. TBM diarahkan untuk memberikan pelayanan kepada warga masyarakat yang belum sekolah, buta aksara, putus sekolah, dan warga masyarakat yang kebutuhan pendidikannya tidak dapat terpenuhi melalui pendidikan formal. Pendidikan nonformal bertujuan memberikan layanan pendidikan agar warga belajar mampu mengembangkan potensi diri dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan vokasional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Salah satu program pendidikan nonformal adalah wajib belajar pendidikan dasar dan kesetaraaan melalui pendidikan anak usia dini, pemberantasan buta aksara, peningkatan budaya baca, dan pembangunan TBM. Studi yang dilakukan oleh Perpustakaan Nasional (2010) terhadap TBM mengungkapkan bahwa daya tarik suatu taman bacaan berkaitan dengan lima faktor, yaitu: (1) pelayanan yang ramah sehingga dapat menarik minat masyarakat untuk memanfaatkan taman bacaan; (2) bahan bacaan yang beragam, semakin banyak ragam bacaan, semakin banyak masyarakat yang berminat untuk datang ke taman bacaan; bacaan yang menarik minat masyarakat adalah agama, komik, dan keterampilan; (3) tempat sederhana sehingga membuat masyarakat lebih akrab, yang penting bersih dan cukup luas; (4) koleksi terus diperbarui; dan (5) bahan bacaan bersifat populer, tidak terlalu serius, dan disertai dengan ilustrasi gambar. Ketersediaan taman bacaan seperti itu diharapkan meningkatkan minat baca masyarakat. Menurut Kristyarini (2007), bimbingan membaca dapat dilakukan melalui pendekatan langsung oleh guru atau pustakawan dengan berhadapan langsung dengan
11
siswa atau masyarakat, baik secara berkelompok maupun individual. Dalam bimbingan tidak langsung, pustakawan atau guru menciptakan suasana belajar yang kondusif sehingga siswa dapat membaca dan belajar dengan tenang, serta menyediakan buku/bahan pustaka yang menarik, baik fiksi maupun nonfiksi. Hasil penelitian tahun 2007 yang dilakukan oleh Kemendiknas dan Perpustakaan Nasional RI tentang pemetaan minat baca masyarakat di tiga provinsi, yaitu Sulawesi Selatan, Riau, dan Kalimantan Selatan, merekomendasikan beberapa hal sebagai berikut: (1) perlu disediakan lebih banyak TBM di taman-taman tempat pertemuan komunitas; (2) perlu dikembangkan kebijakan lokal yang kondusif untuk meningkatkan semangat belajar dan minat baca masyarakat; dan (3) perlu dilakukan pembentukan kelompok baca di perkampungan, perumahan atau desa. Pembinaan, penyuluhan, dan pelatihan terhadap pengelola TBM dan masyarakat sangat diperlukan untuk keberlanjutan TBM yang umumnya minim sumber daya. Upaya pengelolaan TBM dan perpustakaan desa perlu mendapat perhatian, termasuk dari para pustakawan. Pustakawan dapat berperan dalam memberikan motivasi, pembinaan, dan pelatihan, tetapi kelanjutan pengelolaan dilaksanakan oleh masyarakat sendiri. Pemerintah Pusat melalui berbagai program telah menyalurkan dana untuk TBM, namun belum diketahui apakah TBM/perpustakaan desa yang dikelola oleh posdaya maupun desa pernah mendapat dana tersebut. Demikian pula dengan pelatihan tenaga pengelola yang diadakan oleh instansi pemerintah, belum diketahui apakah pengelola taman bacaan masyarakat yang benarbenar tumbuh dari kepedulian warga masyarakat bawah ini pernah dilatih. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menginventarisasi keragaan TBM di sekitar Bogor; (2) mengidentifikasi permasalahan dan kendala dalam penyelenggaraan TBM; dan (3) menyusun rencana pembinaan dan pengembangan TBM. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan dalam pembinaan dan pengembangan taman bacaan di lokasi yang menjadi tempat penelitian dan sebagai bahan pertimbangan dalam membina dan mengembangkan taman bacaan di tempat lain dalam rangka meningkatkan minat baca masyarakat.
METODE Penelitian dilaksanakan di enam TBM atau perpustakaan desa yang terletak di wilayah Kabupaten Bogor dan Kota
12
Bogor pada bulan Mei sampai Juni 2010. Pemilihan TBM atau perpustakaan desa dilakukan secara purposif, yakni di lokasi desa/kelurahan di sekitar Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) yang menjadi binaan IPB. Penelitian dirancang dengan menggunakan metode deskriptif. Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan panduan wawancara terstruktur untuk mengetahui keragaan TBM, potensi dan permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan TBM, serta rencana pengembangan TBM ke depan. Data diperoleh melalui wawancara dengan pengurus posdaya dan pengelola TBM. Informasi tambahan diperoleh dari tokoh masyarakat dan melakukan pengamatan terhadap kondisi fisik dan kinerja masing-masing TBM. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaan Taman Bacaan Masyarakat Berdasarkan pengamatan terhadap enam TBM/perpustakaan desa yang terletak di desa/kelurahan lingkar Kampus IPB dapat diketahui keragaan atau profil masingmasing TBM seperti disajikan pada Tabel 1. Informasi keragaan TBM yang diperoleh dari pengamatan di lapangan meliputi nama TBM, tahun berdiri, alamat sekretariat, sarana, sistem layanan, waktu layanan, jumlah koleksi, jenis koleksi, dan sistem pengolahan bahan pustaka. Secara umum TBM yang ada di sekitar Kampus IPB, baik yang dikelola oleh pemerintah desa maupun pengurus posdaya belum dikelola dengan baik, kemampuan staf pengelolanya masih terbatas, jumlah koleksi relatif sedikit, dan belum memiliki sarana dan prasarana yang memadai. Meskipun kondisinya demikian, terdapat beberapa potensi yang diharapkan dapat mendukung pengembangan TBM ke depan, yaitu: (1) dukungan tokoh masyarakat, kepala desa, dan pengurus posdaya; (2) tanggapan positif masyarakat yang mengharapkan minat baca anak-anaknya meningkat; dan (3) tingginya keinginan pengelola dan pengguna TBM agar koleksi buku yang dipinjamkan lebih banyak, baik jumlah, jenis maupun subjeknya. Keberadaan TBM di desa/kelurahan di sekitar Kampus IPB memberikan manfaat, antara lain dapat menumbuhkan minat, kecintaan, dan kegemaran membaca, memperkaya pengalaman belajar dan pengetahuan bagi masyarakat, menumbuhkan kegiatan belajar man-
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 20, Nomor 1, 2011
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 20, Nomor 1, 2011
13
2007
2005
2010
2010
2009
2008
Pustaka Hikmah
Pustaka Benteng Harapan
Puspa Lestari
Pustaka Kecilku
Perpustakaan Desa Neglasari
Tahun berdiri
Pustaka Keliling
Nama
Kampung Paringga RT 05 RW 03 Desa Neglasari, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor
Desa Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor
Babakan, RW VII, Desa Pasirkuda, Kota Bogor
Posdaya Benteng Harapan, Desa Benteng, Ciampea, Kabupaten Bogor
Posdaya Semai Mulia, Kp. Kebon Kopi RT 02 RW 02 Cibanteng, Ciampea, Kabupaten Bogor
SMA Rimba Raya dan Posdaya Bina Sejahtera, Kelurahan Pasir Mulya, Kota Bogor
Alamat
Ruang baca, meja, kursi, rak buku, buku induk, kartu anggota dan daftar pengunjung
Ruang baca, 1 meja panjang, 6 kursi, 2 rak buku dua muka, buku induk dan buku catatan peminjaman
Rak buku, belum ada ruang baca khusus dan perangkat administrasi
Ruang baca alas karpet, dua rak buku, buku induk, dan buku catatan peminjaman
Ruang baca alas karpet, dua rak buku, buku induk dan buku catatan peminjaman
Rak buku, koper, buku registrasi, buku catatan peminjaman
Sarana
Buku bisa dipinjam selama 1 minggu, maksimal 3 judul, ada denda keterlambatan dan buku peminjaman
Semua bahan bacaan bisa dipinjam, ada buku catatan peminjaman
Sistem layanan terbuka, baca di tempat, sekali ketika posyandu buka pukul 8.00–11.00
Terbuka, baca di tempat
Terbuka, dapat dipinjam pulang
Dilayankan keliling di lingkungan warga sekitar SMA
Sistem layanan
Tabel 1. Profil taman bacaan di sekitar Kampus Institut Pertanian Bogor, Mei-Juni 2010
Setiap hari kerja pukul 8.0011.00 bersamaan dengan jam belajar PAUD
Setiap hari kerja pukul 8.00-14.00
Setiap sebulan
Setiap hari, pukul 09.0016.00
Setiap hari
Sabtu, pukul 09.0013.00
Waktu layanan
400
300
75
176
200
1.000
Jumlah koleksi (eksemplar)
Buku cerita anak, buku pertanian, kamus, buku agama, pendidikan, dan buku paket
Buku bacaan anak, buku cerita rakyat, bacaan remaja, bacaan keluarga dan bacaan umum yang bersifat infotainment atau edutainment
Buku bacaan anak, buku umum
Buku cerita anak, buku pertanian, peternakan, agama, pendidikan, dan buku paket SD, SMP, SMA
Buku bacaan anak, remaja, dan umum
Buku umum, bacaan anak-anak, referensi dan majalah
Jenis koleksi
Belum diolah sesuai standar
DDC (Dewey Decimal Classifications)
Belum diolah sesuai standar
Belum diolah sesuai standar
Belum diolah sesuai standar
DDC (Dewey Decimal Classifications)
Pengolahan
diri, membantu mengembangkan kecakapan membaca, menambah wawasan tentang perkembangan iptek, dan meningkatkan pemberdayaan masyarakat. Namun, dukungan dari pemerintah dalam pengembangan TBM belum optimal. Dana dekonsentrasi dari Pemerintah Pusat yang telah disalurkan untuk TBM ternyata belum mencapai sasaran, khususnya para pengelola TBM/perpustakaan desa yang terletak di sekitar Kampus IPB. Demikian pula pelatihan yang diadakan oleh instansi pemerintah, belum menyentuh semua pengelola TBM yang sementara ini pengembangannya benar-benar tumbuh dari kepedulian warga masyarakat di pedesaan.
Kendala Pengelolaan TBM SDM Pengelola Pengelolaan TBM umumnya terkendala oleh ketersediaan tenaga pengelola dan kompetensi yang dimilikinya. Dari enam TBM/perpustakaan desa yang dikaji, hanya dua yang memiliki tenaga pengelola yang telah mengikuti pelatihan teknis pengelolaan perpustakaan yang diselenggarakan oleh Bapusda Jawa Barat dan Kemendiknas, yaitu pengelola Pustaka Kecilku dan Pustaka Keliling Bina Pustaka. Ketersediaan tenaga pengelola juga menjadi kendala dalam pengelolaan TBM. Karena tumbuh dari masyarakat maka TBM sangat memerlukan SDM yang memiliki jiwa sosial tinggi yang bekerja tanpa gaji karena posdaya belum mampu memberikan gaji kepada pengelola TBM. Ketiadaan tenaga pengelola yang kompeten sangat memengaruhi pengelolaan dan pengembangan TBM. Hal ini dapat dilihat dari pengamatan di lapangan, bahwa TBM/perpustakaan desa yang pengelolanya pernah mengikuti pelatihan teknis perpustakaan telah menggunakan perangkat administrasi yang cukup baik, seperti buku registrasi, buku catatan peminjaman, cap kepemilikan, dan kartu buku. Buku telah diolah menggunakan klasifikasi standar (DDC) dan diberi label dengan penjajaran di rak menurut penempatan relatif. Sarana dan Prasarana Sebagian besar TBM belum memiliki tempat khusus yang digunakan sebagai ruang baca dan prasarana lainnya, seperti meja baca, kursi baca, dan rak buku. Umumnya TBM masih menumpang pada kantor desa, sekolah,
14
majelis taklim, PAUD atau posyandu. Untuk membangun tempat TBM sendiri tentunya memerlukan biaya yang besar. Oleh karena itu, beberapa pengurus posdaya mengharapkan dukungan dari warga masyarakat yang memiliki rumah/lahan yang luas untuk merelakan sebagian rumah/lahan yang dimiliki untuk tempat TBM. Beberapa harapan ini telah terwujud dengan didirikannya saung serba guna yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan posdaya termasuk taman bacaan, atau teras rumah warga sebagai lokasi taman bacaan. Namun, ketersediaan sarana dan prasarana lain, seperti rak buku dan meja baca masih menjadi kendala. Beberapa posdaya telah memiliki lokasi dan sarana lainnya, tetapi tenaga pengelola dan koleksinya belum tersedia.
Dukungan Pihak Luar Salah satu penentu keberhasilan TBM adalah dukungan pihak luar, yaitu pengurus posdaya, pengurus RT/RW, aparat desa, tokoh masyarakat, pustakawan, dan instansi yang terkait dengan pemberdayaan masyarakat. Beberapa TBM mendapat dukungan dari tokoh masyarakat dan aparat desa, namun sebagian yang lain belum pernah mendapat perhatian dari tokoh masyarakat maupun aparat desa/kelurahan. Bentuk dukungan pihak luar yang lain adalah donatur, baik dalam bentuk sumbangan buku maupun dana untuk operasional TBM. Selama ini, koleksi buku yang ada merupakan sumbangan dari masyarakat setempat, hanya sedikit yang berasal dari sumbangan lembaga atau dana desa. Pada umumnya pengelola TBM belum pernah mengajukan usulan/proposal kepada donatur. Salah satu upaya yang perlu dicoba adalah mengajukan usulan melalui Program Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dan Penguatan Minat Baca yang digulirkan oleh Kemendiknas yang merupakan bentuk dukungan pemerintah untuk meningkatkan minat dan kegemaran membaca. Program ini dapat diakses oleh satuan pendidikan nonformal, unit pelaksana teknis pendidikan nonformal, perkumpulan, perhimpunan, dan perserikatan yang memenuhi persyaratan.
Rencana Pengembangan TBM Berdasarkan keragaan dan kendala yang dihadapi enam TBM yang diamati serta memerhatikan keinginan dan harapan pengelola maupun pengurus posdaya dalam mengelola TBM/perpustakaan desa, program yang dapat
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 20, Nomor 1, 2011
diimplementasikan dalam upaya mengembangkan TBM/ perpustakaan desa di beberapa desa lingkar Kampus IPB adalah sebagai berikut: 1. Posdaya/desa/kelurahan perlu mengangkat tenaga pengelola dari kader posdaya/masyarakat yang berminat mengelola taman bacaan. 2. Pendampingan taman bacaan untuk pembinaan rutin. Upaya ini dapat dilakukan oleh pustakawan sebagai penunjang kegiatan kepustakawanan. 3. Pelatihan kader posdaya sebagai pengelola taman bacaan/perpustakaan desa melalui kerja sama antarorganisasi profesi (Ikatan Pustakawan Indonesia) dan instansi terkait (Perpustakaan IPB, Perpusda, dan lainnya). 4. Penggalangan dukungan dana atau sumbangan buku dari masyarakat, pustakawan, donatur dan instansi/ lembaga. 5. Sosialisasi taman bacaan melalui penyuluhan, brosur maupun poster. 6. Penyuluhan gemar membaca kepada masyarakat secara rutin melalui forum pertemuan yang ada di lokasi setempat (rapat desa, pengajian, posyandu, PAUD, dan lain-lain) 7. Kerja sama dengan sekolah terdekat, dengan membentuk kegiatan ekstrakurikuler siswa cinta perpustakaan. Siswa dapat membantu mengelola taman bacaan, dan sekolah meminjamkan koleksi bahan pustakanya kepada masyarakat sekitar. Beberapa kegiatan pemasyarakatan perpustakaan tersebut dapat dilakukan oleh pemerintah, organisasi profesi pustakawan maupun instansi yang terkait langsung dengan perpustakaan atau taman bacaan. Pelaksanaannya dapat dikaitkan dengan kegiatan tertentu, seperti Bulan Buku Nasional (Mei), Hari Kunjung Perpustakaan (17 Juli), dies natalis perguruan tinggi, maupun bakti sosial pustakawan/perpustakaan besar yang ada di Bogor.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Empat taman bacaan masyarakat (TBM) yang berada di beberapa desa lingkar Kampus IPB dikelola oleh bidang
pendidikan posdaya dan dua TBM dikelola oleh pemerintah desa. TBM yang ada di beberapa desa lingkar Kampus IPB, baik yang dikelola oleh posdaya maupun desa umumnya belum dikelola dengan baik, jumlah koleksi sangat sedikit, dan belum memiliki sarana dan prasarana yang memadai. Permasalahan umum dan kendala yang dihadapi TBM adalah ketiadan tenaga pengelola yang memiliki kompetensi yang memadai (sebagian besar pengelola TBM belum pernah mengikuti pelatihan, merangkap pengurus (posdaya atau guru), jumlah dan jenis koleksi sangat sedikit, waktu layanan terbatas, buku belum dapat dipinjam untuk dibawa pulang, serta belum tersedia ruang baca dan sarana lain yang memadai. Saran Pengembangan TBM di beberapa desa lingkar kampus dapat diupayakan melalui program penggalangan dukungan atau bantuan, pendampingan dan pelatihan pengelola TBM, sosialisasi dan penyuluhan gemar membaca bagi masyarakat, serta kerja sama dengan berbagai pihak untuk pengembangan TBM.
DAFTAR PUSTAKA Dali, D. 2008. Taman bacaan masyarakat sebagai jantung pendidikan masyarakat. Makalah Seminar Membangun Masyarakat Jawa Barat Berbasis Pengetahuan yang diselenggarakan oleh DPW-PKS Jawa Barat, Medan, 29 Juni 2008. Kemendiknas (Kementerian Pendidikan Nasional RI). 2010. Acuan Pengajuan Dana Program Taman Bacaan Masyarakat dan Penguatan Minat Baca. Jakarta: Direktorat Pendidikan Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Non Formal dan Informal. Kristyarini, E.D. 2007. Peran pustakawan dalam menanamkan minat baca sejak usia dini. Media Pustakawan 14(3 & 4): 3337. Muljono, P. 2010. Pemberdayaan Masyarakat Akar Rumput: Posdaya sebagai model pemberdayaan masyarakat. Bogor: P2SDM-IPB dan Yayasan Damandiri. Natadjumena, R. 2005. Masyarakat dan minat baca. Media Pustakawan 12(2): .... (hlm?). Perpustakaan Nasional RI. 2010. Studi tentang Perkembangan Taman Bacaan Masyarakat di Indonesia. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI. Mohon dilengkapi dengan halamannya.
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 20, Nomor 1, 2011
15