UPAYA PEMBINAAN MINAT BACA DI TAMAN BACAAN MASYARAKAT Studi Kasus TBM Sanggar Baca Jendela Dunia dan TBM Jendela Ilmu
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
oleh: Ludfia NIM. 1110025000062
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2015 M
ABSTRAK
Ludfia (NIM. 1110025000062). Upaya dan Faktor Pembinaan Minat Baca di Taman Bacaan Masyarakat (TBM): Studi Kasus TBM Sanggar Baca Jendela Dunia dan TBM Jendela Ilmu. Di bawah bimbingan Fadhilatul Hamdani, M.Hum. Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2015.
Penelitian ini dilakukan di TBM Sanggar Baca Jendela Dunia dan TBM Jendela Ilmu. Tujuan penelitian ini adalah; pertama, untuk mengetahui upaya TBM SBJD dan TBM JI dalam menumbuhkan dan meningkatkan minat baca terhadap masyarakat melalui program-program yang dilaksanakan dan dikembangkan; kedua, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan programprogram minat baca terhadap masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang pengambilan datanya melalui observasi dan wawancara dengan informan terkait. Teknik penelitian ini menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya pembinaan minat baca melalui program-program di TBM SBJD dan TBM JI adalah menyelenggarakan pentas seni, membuat MADING, membaca buku selama 15 menit kemudian membuat ringkasan, mensirkulasi buku selama 1 minggu sekali dengan tema yang berbeda, menyelenggarakan kelas pekerjaan tangan, lomba memasak, pemutaran film/video, story telling, pameran buku dan bedah buku fiqih. Faktor pendukung minat baca secara internal dan eksternal di TBM SBJD dan TBM JI adalah sarana dan prasarana, dana operasional TBM, kualitas SDM, menyesuaikan program minat baca berdasarkan kelompok usia dan kerjasama dengan organisasi luar. Faktor penghambat minat baca di TBM SBJD dan TBM JI adalah kurangnya sosialisasi, perkembangan Teknologi Informasi, kurangnya dukungan dan kerjasama dari semua lapisan masyarakat, kurangnya dukungan dan kerjasama dari pemerintah, rendahnya sikap dan minat anak-anak terhadap bahan bacaan dan ketidakpedulian orang tua terhadap pendidikan anak.
Kata Kunci : Pembinaan Minat Baca, Minat Baca, Taman Bacaan Masyarakat
i
ABSTRACT Ludfia (NIM. 1110025000062). Effort and Development Factor of Interest in Reading in the Society of Library (TBM): The Case study are TBM Sanggar Baca Jendela Dunia (SBJD) and TBM Jendela Ilmu (JI). Supervised of Fadhilatul Hamdani, M.Hum. Department of Library Science Faculty of Adab and Humanities Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
This research is done at TBM Sanggar Baca Jendela Dunia and TBM Jendela Dunia. The purpose of this research are; first, to know TBM SBJD'S effort and TBM JI to improve and increases the interest in reading to society through executed and developed programs. Second, to understand the factors ofaffect in implementation of interest in reading programs to the society.The research uses descriptive qualitative method that take of data through observation and interviews with relevant informants. Technique of this research is using purposive sampling.The result shows that development effort of interest in reading through TBM SBJD and TBM JI programs are organizing art performances, making wall magazine, reading book up to 15 minutes then make a summary, circulating books up to 1 week with different theme, evening out handiwork class, cooking competitions, film/video showing, storytelling, book fairs and fiqh book review.Then, the supporting factor of interest in reading internally and externally at TBM SBJD and TBM JI are infrastructure, TBM’s operational fund, the quality of human resources, adjusting interest in reading program to base age and collaboration group with organisasitonal outer. Besides that, the inhibiting factors of interest in reading at TBM SBJD and TBM JI are its reducing socialization, informations technological developing, lack of support and collaboration of all society coat, lack of support and collaboration of government, low attitude and children interest to reading material and oldster doesn’t care of child education.
Key Word : Insert in Reading Development, Insert In Reading, Society Library
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Illahi Robbi, yang telah memberikan nikmat, hidayah dan inayahnya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga dilimpahkan kepada baginda Nabi Muahammad SAW. yang telah membawa umatnya dari kegelapan hingga terang benderang yang penuh cahaya hidayah, juga kepada keluarga dan para sahabatnya, semoga kami semua mendapatkan syafaatnya di hari kiamat nanti, aamiin. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan baik moril maupun materiil terhadap penulis. Ucapan terima kasih sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada : 1. Bpk. Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bpk. Prof. Dr. Oman Fathurahman, M. Hum, selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2014-2015. 3. Bpk. Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan. 4. Bpk. Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Pembimbing Akademik. 5. Ibu Fadhilatul Hamdani, M.Hum, selaku dosen pembimbing penulis yang membantu,
mengarahkan,
dan
menuntun
penulis
untuk
dapat
menyelesaikan skripsi ini. 6. Ayah Dr. Sihabudin Noor, MA selaku Pendiri Yayasan SBJD dan Bunda Karlina Helamanita, MA selaku Ketua Yayasan SBJD yang bersedia
iii
menerima penulis untuk melakukan penelitian. Terima kasih atas kerjasamanya, dan segala motivasi dan informasi yang berikan kepada penulis. Ibu Reni Muplihah, S. Ag selaku ketua TBM JI yang bersedia menerima penulis untuk melakukan penelitian. Terima kasih atas kerjasamanya, dan segala motivasi dan informasi yang berikan kepada penulis. 7. Seluruh Bapak dan Ibu dosen jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah mencurahkan ilmunya untuk masa depan penulis. 8. Keluarga besar Yayasan SBJD yaitu Kakak-kakak Mentor Kak Ida, Kak Najmah, Mba Sri, Kak Dion, Kak Zainul, Kak Aziz, Kak Faisal, Kak Ulin dan Adik-adik Yayasan SBJD yang sepenuh hati memberikan motivasi dalam proses penelitian ini. 9. Orang tua tercinta dan terbaik yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik, mencontohkan teladan yang baik, sabar dalam setiap permasalahan dan memberikan nafkah sejak kecil sampai saat ini, Bapak Muhammad Jamil Zein dan Mama Rosmani. 10. Kakak tercinta Miftahul Husna dan keponakan tercinta Nayra Safira Ma’uf, terima kasih atas segala perjuangan kakak untuk membantu adikmu berupa moril dan materil dalam menuntut ilmu sampai saat ini, kalian selalu menjadi semangat menjalani hidup. 11. Terima kasih kepada sahabat-sahabat tersayang yang telah menjadi penyemangat dalam pengerjaan skripsi ini Agista, Nia, Rinda, Winda, Rochmah, Nurun, Vidi dan Syifa. Teman-teman yaitu Ima, Mey, Vida,
iv
Tiwi, Dian dan lain-lain. Seluruh teman-teman Jurusan Ilmu Perpustakaan 2010, yang sama-sama berjuang untuk menyelesaikan skripsinya. 12. Terima kasih kepada ibu dan bapak kostan pink, kakak-kakak kostan tersayang kak eka, hafizah adha, kak erni, kak putri, kak tika, kak devi dan ipeh yang telah memberikan semangat dalam pengerjaan skripsi ini. 13. Sepupuku tercinta Uswatun Hasanah yang telah membantu dan memberikan motivasi selama pengerjaan skripsi, terima kasih juga kepada sahabatku di rumah Khalida Zahra dan Nazira. 14. Kepada teman-teman KKN SUPER UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terima kasih atas pengalaman dan dukungannya Agis, Karina, Kaka, Fanny, Diana, Ufi dan lain-lain. 15. Terima kasih kepada kakak senior IPI, Kak Doni, Kak Nia, Kak Nissa yang telah memberikan kesempatan untuk bekerja dan mencari pengalaman di bidang Ilmu Perpustakaan. 16. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi rasa hormat penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik sangat penulis perlukan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, aamiin.
Ciputat, 11 Desember 2014
Ludfia
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ABSTRAK……………………………………………………………….............
i
ABSTRACT………………………………………………………………….......
ii
KATA PENGANTAR …………………………………………………………..
iii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………......
vi
DAFTAR TABEL..................................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….........
xi
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….…….
xii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………………………………………….….... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……………………....... 9 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………..... 9 D. Definisi Istilah ……………………………………………….. 10 E. Sistematika Penulisan ……………………………................... 11
BAB II
TINJAUAN LITERATUR A. Taman Bacaan Masyarakat 1. Definisi Taman Bacaan Masyarakat ................................... 13 a. Sumber Daya Fisik ........................................................ 15 b. Sumber Daya Manusia .................................................. 15 2. Tujuan Taman Bacaan Masyarakat ..................................... 17 3. Fungsi Taman Bacaan Masyaarakat ................................... 18 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan TBM ..... 18
vi
B. Membaca 1. Definisi Membaca ............................................................... 21 2. Fungsi Membaca ................................................................. 23 3. Manfaat Membaca .............................................................. 23 C. Minat Baca 1. Definisi Minat Baca ............................................................ 26 2. Menumbuhkan dan Meningkatkan Minat Baca ................. 27 3. Faktor Pendukung Minat Baca ........................................... 28 4. Faktor Penghambat Minat Baca .......................................... 30 D. Upaya Pembinaan Minat Baca 1. Tujuan Pembinaan Minat Baca ............................................ 31 2. Ciri-ciri Pembinaan Minat Baca .......................................... 32 E. Upaya Pembinaan Minat Baca di TBM ..................................... 34 F. Penelitian Relevan ..................................................................... 40
BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian................................................. 43 B. Sumber Data............................................................................... 44 C. Pemilihan Informan................................................................... 44 D. Teknik Pengumpulan Data........................................................ 45 E. Teknik Analisis Data................................................................. 47 F. Jadwal Penelitian....................................................................... 49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Objek Penelitian 1. Profil TBM Sanggar Baca Jendela Dunia……………....... 51 a. Sejarah TBM SBJD……………………………………. 51 b. Motto……………………………………………........... 52 c. Visi dan Misi……………………………………........... 52 d. Tujuan………………………………………………....
vii
52
e. Kegiatan-kegiatan yang Pernah Diselenggarakan…….
52
f. Prestasi yang diraih…………………………………...
53
g. Mentor dan Relawan…………….………………........
54
h. Jejaring dan Kerjasama………………………….........
54
i. Mitra……………………………………..……….…...
55
j. Pengurus atau Sumber Daya Manusia…………...........
56
k. Layanan TBM SBJD…………………………….……
56
l. Koleksi TBM SBJD……………………………….….
57
m. Pengolahan Koleksi……………………………...…...
58
2. Profil TBM Jendela Ilmu a. Sejarah TBM JI……………………………………...
60
b. Visi dan Misi………………………………….……..
62
c. Struktur Organisasi………………………………….
62
d. Layanan TBM JI…………………………………….
62
e. Uraian Tugas Pengurus TBM JI…………………….
62
f. Program-Program yang Diselenggarakan…………...
63
B. Hasil Penelitian ……………….……………………………
63
1.
Upaya Pembinaan Minat Baca melalui Program-Program yang diselenggarakan ………………………................
2.
Faktor yang Mendukung Minat Baca di TBM SBJD dan TBM JI ………………..……………………...……..….
3.
BAB V
63
69
Faktor yang Menghambat Minat Baca di TBM SBJD dan TBM JI …………………………………………….…….
77
C. Pembahasan…………………………………………………..
87
PENUTUP A. Kesimpulan …………………………………………………… 92 B. Saran ………………………………………………….............. 93
viii
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….. LAMPIRAN-LAMPIRAN BIODATA PENULIS
ix
95
DAFTAR TABEL
1.
Tabel 1
Pola Pembinaan Minat Baca .................................. 37
2.
Tabel 2
Daftar Informan Penelitian .................................... 46
3.
Tabel 3
Jadwal Penelitian.................................................... 50
4.
Tabel 4
Klasifikasi .............................................................
x
58
DAFTAR GAMBAR
1.
Gambar 1
Nomor Punggung Buku ............................................ 58
2.
Gambar 2
Struktur Organisasi TBM JI ..................................... 61
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Lampiran 1
Pengajuan Proposal Skripsi
2.
Lampiran 2
Pengajuan Dosen Pembimbing Skripsi
3.
Lampiran 2
Surat Tugas Menjadi Pembimbing
4.
Lampiran 3
Surat Izin Penelitian
5.
Lampiran 4
Surat Penggantian Judul Skripsi
6.
Lampiran 5
Surat Penguji Skripsi
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perpustakaan adalah suatu kesatuan unit kerja yang terdiri dari beberapa bagian, yaitu bagian pengembangan koleksi, bagian pengolahan koleksi, bagian pelayanan pengguna, dan bagian pemeliharaan sarana-prasarana. Berbagai unsur terlibat dalam pengelolaan perpustakaan, antara lain sumber daya manusia, pengguna, sarana-prasarana, berbagai fasilitas pendukung, dan daya terpenting adalah koleksi yang disusun berdasarkan sistem tertentu. 1 Perpustakaan merupakan salah satu sarana dan sumber belajar yang efektif untuk menambah pengetahuan dan ketrampilan, perpustakaan menyediakan berbagai bahan pustaka yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan pemustaka. Setiap perpustakaan didirikan dengan tujuan tertentu dan dilandasi oleh visi-misi yang tertentu pula. Setiap perpustakaan mempunyai anggota yang berbeda, dikelola dengan sistem organisasi yang berbeda, dan melakukan kegiatan-kegiatan yang berbeda pula. Itulah yang menyebabkan timbulnya berbagai jenis perpustakaan dengan fungsinya masing-masing. 2 Perpustakaan umum seringkali diibaratkan sebagai Universitas Rakyat atau Universitas Masyarakat. Maksudnya adalah bahwa perpustakaan umum merupakan lembaga pendidikan bagi masyarakat umum dengan menyediakan berbagai informasi, ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya, sebagai sumber belajar untuk memperoleh dan meningkatkan ilmu pengetahuan bagi seluruh 1
Editor F. Rahayuningsih. Pengelolaan Perpustakaan. (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2007), h. 1 Ibid., h.3
2
1
2
lapisan masyarakat. Oleh karena itu posisi perpustakaan umum dalam mencerdaskan kehidupan bangsa sangat strategis. Sebab fungsinya melayani semua lapisan masyarakat dalam rangka memperoleh dan meningkatkan berbagai ilmu pengetahuan. Perpustakaan umum merupakan lembaga pendidikan yang dinyatakan sangat demokratis karena menyediakan sumber belajar sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan melayaninya tanpa membedakan suku bangsa, agama yang dianut, jenis kelamin, latar belakang dan tingkat sosial, umur dan pendidikan serta perbedaan lainnya. Pendek kata, perpustakaan umum memberikan layanan kepada semua orang, anak-anak, remaja, dewasa, pelajar, mahasiswa, pegawai, ibu rumah tangga, para usia lanjut, laki-laki maupun perempuan. Perpustakaan umum merupakan satu-satunya jenis perpustakaan yang masih dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Perpustakaan-perpustakaan yang termasuk di dalam kategori perpustakaan umum adalah: perpustakaan umum kabupaten / kota, perpustakaan umum tingkat kecamatan, perpustakaan umum desa / kelurahan, perpustakaan cabang, taman bacaan rakyat / taman bacaan masyarakat, dan perpustakaan keliling.3 TBM (Taman Bacaan Masyarakat) adalah lembaga pembudayaan kegemaran membaca masyarakat yang menyediakan dan memberikan layanan di bidang bahan bacaan, berupa: buku, majalah, tabloid, koran, komik, dan bahan muliti media lain, yang dilengkapi dengan ruangan untuk membaca, diskusi, bedah buku, menulis, dan kegiatan literasi lainnya, dan didukung oleh pengelola yang berperan sebagai motivator. Dalam rangka membangun masyarakat membaca untuk mewujudkan masyarakat pembelajar sepanjang hayat, arah
3
Sutarno NS. Perpustakaan dan Masyarakat. (Jakarta: Sagung Seto, 2006). h. 43
3
kebijakan Pembangunan Pendidikan Nasional 2010-2014 yang tertuang pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.48 Tahun 2010 adalah penguatan dan perluasan budaya melalui penyediaan taman bacaan masyarakat, bahan bacaan dan sumber informasi lain yang mudah, murah, dan merata serta sarana pendukungnya.4 Untuk meningkatkan minat dan kebiasaan membaca sehingga akan merubah pola berpikir masyarakat dan menambah wawasan. Maka diperlukannya dorongan kepada masyarakat yaitu pembinaan minat baca. Menurut Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 2001, pasal 1 (7) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan pembinaan atas penyelenggaraan pemerintah daerah adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan atau wakil pemerintah di daerah. Berdasarkan hasil survei lembaga internasional yang bergerak dalam bidang pendidikan, United Nations Education Society and Cultural Organization (UNESCO), minat baca penduduk Indonesia jauh di bawah negara-negara Asia. Hal itu seperti yang diungkapkan oleh Aditama yang menyatakan bahwa dua tahun sebelumnya, atau tahun 2006, UNESCO menempatkan posisi minat baca masyarakat Inonesia paling rendah di kawasan Asia. Sementara itu, International Educational Achievement mencatat kemampuan membaca siswa Indonesia paling rendah di kawasan ASEAN. Kesimpulan di atas diambil dari penelitian yang mendudukkan Indonesia di peringkat ke-38 dari 39 negara. Hal itu antara lain menyebabkan United Nations Development Program (UNDP) menempatkan Indonesia pada posisi rendah dalam hal pembangunan sumber daya manusia. Laporan UNDP tentang Human Development Index (HDI) tahun 2006 meyatakan 4 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat Bantuan Perluasan dan Penguatan Taman Bacaan Masyarakat (TBM).(Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal, 2012.), h. 4
4
bahwa HDI negara Indonesia berada pada peringkat ke 111 dari 177, dan berada jauh di bawah negara-negara di Asia Tenggara seperti Singapura yang berada pada peringkat 25, Brunei Darussalam peringkat 34, Malaysia peringkat 61, dan Filiphina yang berada pada peringkat 84. Hal ini menunjukkan bahwa standar hidup dan kualitas hidup bangsa Indonesia masih rendah.5 Terlepas dari itu segala suasana suram dalam dunia minat baca, perlu dipahami bahwa perubahan dari budaya dengar dan lisan ke budaya membaca dan menulis, diperlukan langkah-langkah yang strategis dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat, membaca dan kebiasaan membaca umumnya diperoleh melalui pengalaman belajar membaca. Karena kegiatan membaca merupakan kegiatan belajar dan merupakan kegiatan
integral
dari
kegiatan
pendidikan,
maka
tanggung
jawab
pengembangannya adalah pada keluarga, masyarakat dan pemerintah. Pihak-pihak yang ikut bertanggung jawab dalam segi pendidikan yaitu orang tua, guru, pustakawan, pengarang, penerbit, toko buku dan pemerintah. Minat baca merupakan kebiasaan yang diperoleh setelah seseorang dilahirkan. Dengan demikian minat baca bukanlah kebiasaan bawaan. Oleh karena itu minat baca dapat dipupuk, dibina, dan dikembangkan. Dalam era pembangunan dewasa ini peranan minat baca sangat penting karena dengan minat baca seseorang dapat memperoleh pengertian yang lebih mendalam tentang suatu gejala, dapat menganalisis aspek-aspek yang dibaca, serta dapat mengaitkan dengan berbagai gejala lain. Secara singkat dengan membaca akan diperoleh hasil,
5 Ifah Hanifah. Pembelajaran Membaca Permulaan Melalui Metode Analisis Glass Bagi Siswa Berkesulitan Membaca (Reading Difficulties) (Studi Kasus Pada Siswa Kelas III SDN Cinembeuy-Kuningan). (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2013), h. 1.
5
baik informasi, pengertian, pengetahuan, keterampilan, motivasi, maupun fakta seperti yang disajikan oleh bahan bacaan. Tahap selanjutnya dari hasil membaca ini adalah memanfaatkan hal-hal yang telah dibaca yang berguna baik bagi pembangunan diri pembaca, keluarga, maupun masyarakat yang lebih luas. Selain itu, juga dapat membina sikap menghargai waktu, sikap objektif dalam membahas suatu masalah, mementingkan fakta atau informasi, dan lain-lain. 6 Kegiatan membaca tidak mungkin dapat dipisahkan dari perpustakaan, karena perpustakaan pada dasarnya adalah sebuah lembaga yang mengoleksi berbagai jenis bahan pustaka dari berbagai disiplin ilmu, untuk seterusnya menyalurkan
informasi
yang terkandung di
dalamnya
bagi
pengguna.
Perpustakaan juga merupakan sarana penghimpun hasil karya budaya bangsa yang tertulis, tercetak maupun terekam, sehingga menjadi unsur perekat kesatuan bangsa. Mengingat betapa penting peran perpustakaan terhadap tumbuh kembangnya kemampuan dan kebiasaan membaca masyarakat, maka keberadaan perpustakaan di masyarakat perlu diprioritaskan dan ditingkatkan fungsinya sebagai penyedia informasi bagi pengguna.7 Untuk itu, penulis ingin memaparkan lebih dalam lagi penelitian ini tentang upaya pembinaan minat baca di taman bacaan masyarakat. Pemilihan objek penelitian yaitu di TBM Sanggar Baca Jendela Dunia dan TBM Jendela Ilmu. Pengamatan awal pada masyarakat sekitar TBM Sanggar Baca Jendela Dunia, peneliti mengamati masyarakat di sekitar TBM Sanggar Baca Jendela
6
Mudjito. Pembinaan Minat Baca. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2001), h. 1. Perpustakaan Nasional RI. Pencanangan Pemberdayaan Perpustakaan di Masyarakat. (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2001), h. 5 7
6
Dunia telah memberikan wadah kepada masyarakat melalui upaya layanan yang diberikan, terutama anak-anak dalam pendidikan islami yaitu Kelas Baca Qur’an dan Kelas Tahfidz. Anak-anak tidak hanya diberikan pengetahuan islami saja tetapi juga diberikan pengetahuan umum yaitu melalui buku-buku bacaan yang disediakan di perpustakaan. Anak-anak cukup antusias dengan adanya bahan bacaan untuk mereka, anak-anak memanfaatkan bahan bacaan yang disediakan. Pada saat ini TBM SBJD baru memberikan sosialisasi untuk anak-anak pustaka sanggar jadi hanya anak-anak sanggar yang bisa meminjam buku yang ada di perpustakaan. TBM SBJD menyediakan empat buah buku di teras sanggar, dan setiap minggu diganti untuk bahan bacaan ibu-ibu sambil menunggu anakanaknya selesai mengaji. Beberapa tahun yang lalu minat baca anak-anak di lingkungan sekitar sanggar cukup tinggi, berbeda zaman pada saat ini yang sudah serba instan dengan berbagai teknologi maka buku tidak lagi menjadi sumber informasi yang penting bagi anak-anak, remaja maupun dewasa, maka cukup sulit bagi kami untuk menyadarkan masyarakat, bahwa pentingnya bahan bacaan sebagai sumber informasi. Namun tidak semuanya minat baca anak-anak menghilang, dari kegiatan yang ada di TBM SBJD maka TBM SBJD lebih berperan aktif terhadap anak-anak yang mengikuti Kelas Baca Qur’an dan Kelas Tahfidz. Dari sinilah anak-anak belajar dan di latih untuk membiasakan diri dengan membaca buku-buku. Salah satu kegiatan rutin yang dilaksanakan anak-anak yaitu ketika anakanak
datang
untuk
belajar
mengaji,
sebelum
mengaji
mereka
selalu
menyempatkan diri untuk membaca buku sekitar 15 menit dengan didampingi oleh kakak mentor dan pustakawan sanggar. Setelah mereka selesai membaca
7
anak-anak mencatatnya di buku besar yang dinamakan “Pustaka Sanggar” dengan kriteria-kriteria yang tertulis di buku “Pustaka Sanggar” tersebut. Setelah selesai mengaji beberapa anak menyempatkan untuk meminjam buku untuk bahan bacaannya di rumah. Dalam pengamatan awal ditemukan permasalahan yang dihadapi yaitu pemustaka yang masih sedikit tidak adanya pemustaka dari masyarakat sekitar sanggar, hanya anak-anak sanggar, mentor dan ibu-ibu wali santri. Selain itu minimnya SDM, kegiatan-kegiatan TBM, serta fasilitas yang terbatas. Pengamatan awal pada masyarakat sekitar TBM Jendela Ilmu, peneliti mengamati masyarakat di sekitar TBM Jendela Ilmu telah memberikan wadah kepada masyarakat melalui layanan yang diberikan, pengelola TBM Jendela Ilmu mengungkapkan pada awal pendirian TBM Jendela Ilmu pada tahun 2010 dan masih tergabung kedalam PAUD, karena kegiatan TBM yang masih berada di bawah payung PAUD belum bisa merangkul semua kegiatan TBM karena keterbatasan dana. Maka TBM memisahkan diri dari PAUD, setelah memisahkan antara PAUD dan TBM, pengelola mulai memfokuskan diri untuk TBM. TBM Jendela Ilmu mendapatkan bantuan dana yang diberikan oleh pemerintah Tangerang Selatan dan bantuan buku dari Perpustakaan Nasional maka
dibuatlah
kegiatan-kegiatan
serta
program-program
untuk
TBM.
Masyarakat disekitar TBM Jendela Ilmu sangat antusias dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh TBM Jendela Ilmu, namun minat baca masyarakatnya masih rendah karena masyarakat disekitar lebih banyak dari kalangan menengah keatas, jumlah pengunjung dari tingkatan anak-anak juga hanya sedikit.
8
Maka pengelola berinisiatif
memperbanyak kegiatan-kegiatan dengan
merangkul masyarakat sekitar, dan berkolaborasi dengan ibu-ibu PKK, Majelis Ta’lim ibu-ibu dan Remaja Masjid. Dari kegiatan-kegiatan inilah masyarakat mulai bersentuhan dengan membaca. Adapun kegiatan-kegiatan tersebut ialah Lomba mewarnai, Bazar buku, Demo memasak, menyelenggarakan hiburan yang edukatif, menyelenggarakan kegiatan keterampilan dan kreatifitas, memperingati hari besar Nasional/hari besar Islam, menyelenggarakan kegiatan cinta alam dan olah raga. Namun kendala yang diungkapkan oleh pengelola yaitu karena kurangnya minat baca masyarakat yang masih rendah dan lebih tertarik dengan kegiatan-kegiatannya saja. Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji apakah upaya pembinaan minat baca pada TBM Sanggar Baca Jendela Dunia (SBJD) dan TBM Jendela Ilmu (JI) telah melakukan upaya pembinaan minat baca terhadap masyarakat melalui program-program yang dilaksanakan. Sehingga penulis mengajukan judul penelitian ini sebagai berikut : “Upaya Pembinaan Minat Baca di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) : Studi Kasus TBM Sanggar Baca Jendela Dunia dan TBM Jendela Ilmu”.
9
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.
Pembatasan Masalah Untuk mendapatkan hasil penelitian yang akan dicapai dan sesuai
dengan masalah yang telah dijabarkan diatas, maka dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian dengan batasan yang tidak terlalu luas pembahasannya maka penelitian ini hanya membahas mengenai Upaya Pembinaan Minat Baca di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) : Studi
Kasus
TBM Sanggar Baca Jendela Dunia dan TBM Jendela Ilmu. 2.
Perumusan Masalah Untuk memperjelas rumusan masalah yang sudah dipaparkan, maka
penulis menuangkan rumusan diatas ke dalam bentuk-bentuk pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana upaya TBM Sanggar Baca Jendela Dunia dan TBM Jendela Ilmu dalam menumbuhkan dan meningkatkan minat baca terhadap masyarakat
melalui
program-program
yang
dilaksanakan
dan
dikembangkan? 2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi pelaksanaan programprogram minat baca terhadap masyarakat di lingkungan sekitar TBM SBJD dan TBM JI?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui upaya TBM Sanggar Baca Jendela Dunia dan TBM Jendela Ilmu dalam menumbuhkan dan meningkatkan minat baca terhadap
10
masyarakat
melalui
program-program
yang
dilaksanakan
dan
dikembangkan. b. Untuk mengetahui
faktor-faktor
yang mempengaruhi pelaksanaan
program-program minat baca terhadap masyarakat di lingkungan
sekitar
TBM SBJD dan TBM JI.
Manfaat Penelitian ini adalah : a. Dengan harapan bisa menambah wawasan dan pengetahuan untuk penulis secara nyata tentang Upaya Pembinaan Minat Baca di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) : Studi Kasus TBM Sanggar Baca Jendela Dunia dan TBM Jendela Ilmu. b. Sebagai khazanah ilmu pengetahuan dalam menerapkan dan melaksanakan program-program perpustakaan khususnya Taman Bacaan Masyarakat. c. Memberikan masukan-masukan yang bermanfaat kepada perpustakaanperpustakaan
yang
ada
di
masyarakat
yaitu
khususnya
TBM
Sanggar Baca Jendela Dunia dan TBM Jendela Ilmu.
D. Definisi Istilah Minat baca ialah keinginan seseorang terhadap suatu sumber pengetahuan dengan cara membaca, yang berguna untuk menambah informasi yang dibutuhkan, sehingga membuka cakrawala pengetahuan, dan dapat diartikan sebagai kecendrungan hati yang tinggi orang tersebut kepada suatu sumber bacaan tertentu.
11
TBM (Taman Bacaan Masyarakat) adalah lembaga yang menyediakan berbagai jenis bahan belajar yang dibutuhkan masyarakat. Minat baca akan timbul karena tersedianya berbagai jenis koleksi yang beragam, bahan bacaan yang baik, menarik, memadai, baik jenis, jumlah, maupun mutunya. Maka TBM sebagai salah satu sarana dan akses informasi yang menunjang bagi masyarakat.
E. Sistematika Penulisan Dalam sistematika ini penulis membagi penulisan dalam lima bab, yang mana tiap bab membahas secara sistematis bagian-bagian yang dipaparkan, kelima bab itu adalah : BAB I Pendahuluan Dalam bab ini dikemukakan latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Literatur Bab ini membahas teori – teori yaitu berasal dari kajian kepustakaan yang berkaitan tentang penelitian ini. Pembahasan teori ini mencakup tentang definisi upaya pembinaan minat baca di taman bacaan masyarakat, tujuan dan fungsi upaya pembinaan minat baca di taman bacaan masyarakat. BAB III Gambaran Umum TBM Sanggar Baca Jendela Dunia Dan TBM Jendela Ilmu Bab ini memuat gambaran umum mengenai TBM Sanggar Baca Jendela Dunia dan TBM Jendela Ilmu yang meliputi sejarah singkat, visi dan misi,
12
struktur organisasi, koleksi perpustakaan, fasilitas dan kegiatan dalam upaya pembinaan minat baca. BAB IV Hasil dan Pembahasan Penelitian Bab ini membahas hasil penelitian yang terdiri dari keberadaan, fungsi dan manfaat, sistem dan manajemen, kegiatan-kegiatan serta pembinaan minat baca yang diteliti yaitu TBM Sanggar Baca Jendela Dunia dan TBM Jendela Ilmu sehingga mengetahui upaya pembinaan minat baca yang dilakukan untuk masyarakat lingkungan sekitar. BAB V Penutup Berisi kesimpulan penelitian dan saran-saran dari penulis tentang upaya pembinaan minat baca di taman bacaan masyarakat untuk TBM Sanggar Baca Jendela Dunia dan TBM Jendela Ilmu.
BAB II TINJAUAN LITERATUR
A. Taman Bacaan Masyarakat 1. Definisi Taman Bacaan Masyarakat Menelusuri asal-muasal kata Taman Bacaan, pertama kali digunakan untuk peminjaman buku perpustakaan yang dikelola oleh orang cina peranakan pada akhir abad ke-19 di Batavia. Dengan membahas awal dimulainya suatu sastra nasional Indonesia dalam bahasa yang nanti menjadi bahasa nasional, yang tidak dapat dipisahkan dari pendirian Balai Pustaka dan perpustakaan umum pertama, bahwa bahasa Indonesia memperoleh suatu posisi yang kuat sebagai bahasa nasional. Sepanjang abad ke-20 perpustakaan yang dapat dikunjungi oleh masyarakat umum dan Taman Bacaan terus berkembang, hingga perpustakaan yang dikunjungi masyarakat umum muncul kembali setelah periode kemerdekaan dengan usaha Sukarno untuk menjalankan ribuan perpustakaan-perpustakaan desa. Ada tiga reinkarnasi yang jelas berbeda di era modern sekarang ini, yang dapat ditelusuri kembali ke era persewaan buku Taman Bacaan, yang dimulai di Batavia pada akhir abad ke-19. Satu hal yang tidak banyak berubah, dan terus ada hingga saat ini adalah kios-kios kecil yang menyewakan buku dan komik. Yang kedua adalah persewaan buku yang dikombinasikan dengan suasana kafe, untuk menarik minat kelas menengah yang tengah tumbuh berkembang di Indonesia. Reinkarnasi yang ketiga, yang difokuskan di sini adalah pendirian perpustakaanperpustakaan umum skala besar berdasarkan kesukarelaan, merupakan suatu upaya singkat di era Orde Baru Suharto dengan mendirikan Taman Bacaan 13
14
Masyarakat (TBM) di desa-desa pada tahun 1990-an, dan pada akhirnya berubah menjadi Taman Bacaan seperti yang kita kenal saat ini.1 Perpustakaan rakyat dan taman bacaan rakyat yang dibentuk dan menjamur pada tahun 1950-an, tapi kemudian meredup. Pada tahun 1990-an, ada perkembangan mengembirakan karena sejak tahun itu mulai ada dan sekarang terus meningkat taman bacaan yang ada di masyarakat, baik yang didirikan secara pribadi atau oleh sebuah institusi.2 TBM dapat dinyatakan sebagai perpustakaan yang sangat dekat dengan masyarakat karena sasaran utamanya adalah warga masyarakat bahkan sering tumbuh langsung dari masyarakat, terutama di daerah yang sulit dijangkau oleh perpustakaan umum (perpustakaan kota maupun daerah). TBM hadir sebagai tempat baca dengan suasana sederhana dan terbuka bagi siapa saja yang ingin memanfaatkannya. Hal tersebut juga tidak terlepas dari peranan pemerintah setempat untuk mengembangkan TBM di wilayahnya, seperti dinyatakan dalam Undang-Undang nomor
43 tahun 2007 bab XIII pasal 49
tentang pembudayaan kegemaran membaca; “Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat mendorong tumbuhnya taman bacaan masyarakat dan rumah baca untuk menunjang pembudayaan kegemaran membaca. TBM pada hakikatnya memiliki fungsi yang hampir sama dengan perpustakaan, TBM yang ada beranekaragam keberadaannya, tergantung daerah setempat dan kondisi dana yang ada.
1 Stian Haklev.Mencerdaskan Bangsa-Suatu Pertanyaan Fenomena Taman Bacaan di Indonesia. (Toronto: IDS University of Toronto at Scarborough, 2008), h. 45 2 Asrorun Ni‟am Sholeh. Perpustakaan Jendela Dunia : Teks, Konteks, dan Dinamika Pembahasan UndangUndang tentang Perpustakaan. (Depok: eLSAS, 2008), h.117
15
Komponen-komponen yang ada di TBM untuk melaksanakan fungsinya sebagai sumber belajar, sumber informasi, dan tempat rekreasi edukasi. Komponen yang harus didukung oleh TBM ialah sumber daya fisik dan sumber daya manusia sebagai berikut:3 a. Sumber Daya Fisik 1) Sumber daya utama, merupakan bahan bacaan. yaitu: bahan bacaan dalam berbagai bentuk media seperti: buku, majalah, tabloid, koran, CD dan lainnya. Bahan bacaan yang disediakan perlu memperhatikan: karakteristik, kebutuhan nyata, dan kemampuan baca masyarakat. 2) Sumber daya pendukung, merupakan segala sesuatu yang diperlukan untuk mendukung pengelolaan TBM, antara lain: (1) rak/almari buku, (2) display buku baru, (3) rak majalah, (4) gantungan koran, (5 ) meja kerja, (6) fasilitas untuk membaca seperti: meja baca/bangku, alas duduk (tikar/karpet) (7) panggung kecil, (8) permainan edukatif untuk anak, dan (9) akses internet. b. Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia menjadi penentu optimalisasi fungsi layanan TBM sekurang-kurangnya terdiri dari unsur ketua pengelola, petugas layanan serta petugas administrasi dan teknis. 1) Ketua: (1) memimpin TBM, (2) menyusun dan menetapkan program, (3) memajukan dan mengembangkan TBM, (4) melakukan hubungan kerjasama, dan (5) mengelola keuangan,
3
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Petunjuk Teknis Pengajuan, Penyaluran, dan Pengolahan Bantuan Bacaan Masyarakat Ruang Publik. (Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal, 2013), h. 9
16
2) Petugas administrasi dan teknis: (1) mengurus administrasi dan surat menyurat, (2) mengadakan seleksi dan pengadaan bahan bacaan, (3) melaksanakan pengolahan bahan bacaan, dan (4) melaksanakan pengembangan bahan bacaan, 3) Petugas layanan: (1) melaksanakan tata tertib, (2) memberikan layanan TBM, dan (3) melaksanakan administrasi keanggotanaan. Untuk memahami kembali komponen-komponen yang sudah dijelaskan di atas, secara ringkas komponen yang ada dalam penyelenggaraan TBM terutama terdiri dari pola penyelenggaraan, sistem evaluasi, pengelola atau SDM, dukungan, jaringan kerja sama, motivasi, pembiayaan, koleksi bahan bacaan. Semua komponen tersebut kondisinya berbeda-beda tergantung dari lembaga penyelenggara masing-masing. Karena dalam pelaksanaannya, TBM mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing.4 Sehingga untuk memperjelas pemahaman tentang TBM dan perbedaannya dengan perpustakaan sebaiknya melihat kembali pengertian perpustakaan menurut Undang-Undang nomor 43 tahun 2007 dalam Bab I Pasal 1 angka 1 yang menyatakan bahwa; “Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi pemustaka.”5 TBM (Taman Bacaan Masyarakat) adalah lembaga pembudayaan kegemaran membaca masyarakat yang menyediakan dan memberikan layanan di
4 Melati Indri Hapsari. “Analisis Sistemik Penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat di Kabupaten Semarang”. Jurnal diakses pada 26 April 2014 dari http://andragogia.p2pnfisemarang.org/wpcontent/uploads/2010/10/andragogia1_2.pdf 5 Ratih Rahmawati dan Blasius Sudarsono. Perpustakaan untuk Rakyat Dialog Anak dan Bapak. (Jakarta: Sagung Seto, 2012), h. 29
17
bidang bahan bacaan, berupa: buku, majalah, tabloid, koran, komik, dan bahan multi media lain, yang dilengkapi dengan ruangan untuk membaca, diskusi, bedah buku, menulis, dan kegiatan literasi lainnya, dan didukung oleh pengelola yang berperan sebagai motivator. Dalam rangka membangun masyarakat membaca untuk mewujudkan masyarakat pembelajar sepanjang hayat, arah kebijakan Pembangunan Pendidikan Nasional 2010-2014 yang tertuang pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.48 Tahun 2010 adalah penguatan dan perluasan budaya melalui penyediaan taman bacaan masyarakat, bahan bacaan dan sumber informasi lain yang mudah, murah, dan merata serta sarana pendukungnya.6 2. Tujuan Taman Bacaan Masyarakat Tujuan TBM adalah untuk menyediakan akses sarana pembelajaran yang menyediakan dan memberikan layanan bahan bacaan yang merata, meluas dan terjangkau oleh masyarakat dengan mudah dan murah. Adapun tujuannya adalah: a. Meningkatkan kemampuan keberaksaraan dan keterampilan membaca b. Mengembangkan minat dan kegemaran membaca c. Membangun masyarakat gemar membaca dan belajar d. Mendorong terwujudnya masyarakat pembelajar sepanjang hayat e. Mewujudkan kualitas dan kemandirian masyarakat yang berpengetahuan, berketerampilan, berbudaya maju, dan beradab.7
6 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat Bantuan Perluasan dan Penguatan Taman Bacaan Masyarakat (TBM).(Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal, 2012.), h. 4 7 Ibid., h.6
18
3. Fungsi Taman Bacaan Masyarakat Fungsi yang melekat pada TBM adalah : a. Sebagai sumber belajar TBM dengan menyediakan bahan bacaan utamanya buku merupakan sumber belajar yang dapat mendukung masyarakat pembelajar sepanjang hayat, seperti buku pengetahuan untuk membuka wawasan, juga berbagai keterampilan praktis yang bisa dipraktekkan setelah membaca, misal praktek memasak, budidaya ikan, menanam cabe dan lainnya. b. Sebagai sumber informasi TBM dengan menyediakan bahan bacaan berupa Koran, tabloid, referensi, booklet-leaflet, atau akses internet dapat dipergunakan masyarakat untuk mencari berbagai informasi. c. Sebagai tempat rekreasi-edukasi Dengan buku-buku nonfiksi yang disediakan memberikan hiburan yang mendidik dan menyenangkan. Lebih jauh dari itu, TBM dengan bahan bacaan yang disediakan mampu membawa masyarakat lebih dewasa dalam berperilaku dan bergaul di masyarakat lingkungan.8 4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan TBM Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi terhadap pemanfaatan TBM adalah : a. Minat Masyarakat Faktor minat masyarakat sangat menentukan terhadap pemanfaatan TBM. Dengan adanya minat masyarakat terutama dalam hal membaca buku-buku
8
Ibid., h. 7
19
yang tersedia di TBM maka dengan sendirinya TBM tersebut turut membantu kebutuhan masyarakat akan informasi. Apabila sarana dan fasilitas di TBM lengkap dan baik maka akan bermanfaat sebagaimana yang diinginkan, terutama minat baca masyarakat terhadap buku-buku di TBM. TBM dapat menumbuhkan minat baca masyarakat dengan
menjadikan
TBM bersifat aktif dan kondusif. TBM dapat mengadakan kelompok baca, bedah buku, story telling, berbagai macam perlombaan misal: membuat cerpen, baca puisi dan bedah buku. Untuk merangsang masyarakat agar rajin berkunjung ke TBM dan meminjam buku, TBM dapat memberikan hadiah atau penghargaan kepada pengunjung atau anggota TBM yang paling rajin datang dan meminjam buku yang diadakan secara berkala. Misalnya tiap semester atau tiap tahun. b. Tenaga Pengelola Faktor ini sangat memegang peranan yang sangat menentukan berhasil tidaknya sebuah TBM. Oleh karena itu untuk membuat TBM yang bermanfaat sesuai dengan tugas, fungsi dan tujuannya, maka para pengelola, penyelenggara bisa menyadari akan kepentingan dan kedudukan TBM bagi masyarakat, memahami keperluan masyarakat dan kemudian menguasai liku-liku kegiatan dan teknik pekerjaan TBM itu sendiri. c. Koleksi TBM Keadaan koleksi TBM sebenarnya erat kaitannya dengan maksud didirikannya TBM itu sendiri.
20
d. Gedung dan fasilitas TBM Mengenai keadaan gedung TBM, yang harus diperhatikan adalah letak, jumlah ruangan dan tata ruangnya. Letak TBM diharapkan strategis sehingga mudah diakses oleh masyarakat yang menjadi sasaran. Fasilitas TBM merupakan hal yang penting, selain buku-buku dan bahan pustaka yang menjadi penunjang bagi masyarakat, yaitu perlengkapan atau fasilitas yang meliputi rak buku, rak surat kabar, rak majalah, meja sirkulasi, lemari/kabinet katalog, papan display, papan pengumuman, meja baca dan perlengkapan lainnya yang digunakan secara tidak langsung. Selain kelengkapan fasilitas TBM tersebut, yang perlu diperhatikan adalah penataan ruangan TBM sehingga memberikan kelancaran bagi pengelola dalam menyelenggarakan TBM, juga pengunjung pada umumnya. e. Pendanaan dan Pengadaan Pendanaan adalah masalah yang sering menjadi „momok‟ bagi sebagian pengelola TBM dalam mengembangkan TBM. Dana diperlukan dalam rangka pertumbuhan dan pengembangan TBM secara global. Agar TBM yang ada tetap eksis dan senantiasa tidak ditinggalkan oleh masyarakat penggunanya, maka pemerintah secara concent harus dapat menyuplai dana secara berkesinambungan. Untuk itu masalah pendanaan ini harus direncanakan sedini mungkin. Melalui sebuah „assesment‟ terhadap koleksi dan tujuan pengembangan program, sebuah rencana pendanaan dapat dilakukan dan dikeluarkan dalam sebuah dokumen perencanaan bagi TBM. Selanjutnya apabila dana tersebut sudah ada maka tugas dari pengelola TBM untuk merancang dan mengawal penggunaan dana yang ada. Hal itu
21
harus dilakukan sistematis dan sesuai dengan prosedur yang sudah ada. Kegiatan pendanaan ini sangat erat hubungannya dengan sebuah kegiatan pengadaan. Pengadaan di TBM dapat meliputi pengadaan koleksi, fasilitas, ruang, alat maupun lainnya. Kenyataan di lapangan, pendanaan menjadi faktor penghambat utama dalam penyelenggaraan TBM. TBM yang ada hanya mengantungkan bantuan sosial dari pemerintah yang jumlahnya sangat terbatas, bantuan dari penyelenggara. Karena TBM dalam melayani pengunjung biasanya gratis tanpa dipungut biaya karena yang dilayani merupakan masyarakat yang kurang mampu sehingga tidak ada pemasukan sama sekali bagi TBM. Tetapi ada juga TBM yang memunggut biaya peminjaman buku walaupun sangat sedikit untuk biaya perawatan buku.9
B. Membaca 1. Definisi Membaca Membaca adalah kegiatan seseorang dengan menggunakan pengamatan melalui mata untuk menterjemahkan dan menginterprestasikan tanda atau lambang di atas kertas atau bahan lainnya. Jadi membaca merupakan proses ingatan, penilaian, pemikiran, penghayalan, pengorganisasian pemikiran dan pemecahan masalah.10 “Membaca adalah hal yang sangat fundamental dalam proses belajar dan pertumbuhan intelektual. Kualitas hidup seseorang dapat dilihat dari bagaimana seseorang dapat memaksimalkan potensinya. Salah satu upaya untuk memaksimalkan potensi diri adalah dengan membaca. Dengan membaca maka akan memperoleh informasi, dimana informasi diproduksi keseluruh dunia melalui media cetak dan elektronik. Sementara dengan 9 Melati Indri Hapsari. “Analisis Sistemik Penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat di Kabupaten Semarang”. Jurnal diakses pada 26 April 2014 dari http://andragogia.p2pnfisemarang.org/wpcontent/uploads/2010/10/andragogia1_2.pdf 10 Khotijah Samsul. “Strategi Pengembangan Minat dan Kegemaran Baca”. Artikel diakses pada 22 Januari 2014 dari http://e-dokumen.kemenag.go.id/files/G4pKDLun1338123296.pdf
22
dibuktikannya kemajuan teknologi maka tradisi lisan beralih ke tradisi tulisan dan persebaran naskah tulisan semakin meluas, dengan membaca seseorang dapat menambah informasi dan memperluas ilmu pengetahuan serta kebudayaan. Oleh karena itu, tidak diragukan lagi apabila melek huruf menjadi salah satu indikator dalam indeks pembangunan yang akan mengukur kualitas suatu negara.11 “Menurut Ratnaningsih, membaca adalah memperoleh pengertian dari kata-kata yang ditulis orang lain dan merupakan dasar dari pendidikan awal. Dalam proses pembelajaran yang paling banyak dilakukan adalah kegiatan membaca, karena dengan membaca itulah orang bisa mendapatkan informasi, berita serta ilmu pengetahuan, yang tentunya akan menambah ilmu dan wawasan seseorang yang sekaligus dapat berpengaruh terhadap kemajuan dan perkembangan bangsa.”12 “Reading is a basic skill which should be developed at an early age and nurtured continuously to help individuals become lifelong learners. One established way for improving the overall reading skills is through encouraging leisure reading”.
“Membaca merupakan keterampilan dasar yang harus dikembangkan pada usia dini dan dipelihara terus menerus untuk membantu individu menjadi pembelajar seumur hidup. Satu cara untuk meningkatkan kemampuan membaca ialah dengan menciptakan kondisi baca yang menyenangkan.”13
Membaca sangat penting untuk pengembangan kualitas hidup manusia. Membaca juga dapat membawa seseorang ke suasana masa lalu, masa depan dan menjadi gerbang bagi seseorang untuk melihat dunia. Sebagaimana islam mengajarkan kepada ummatnya yaitu wahyu pertama yang diturunkan kepada 11 Melati Indri Hapsari. “Analisis Sistemik Penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat di Kabupaten Semarang”. Jurnal diakses pada 26 April 2014 dari http://andragogia.p2pnfisemarang.org/wpcontent/uploads/2010/10/andragogia1_2.pdf 12 Perpustakaan Nasional RI. Kajian Pembudayaan Kegemaran Membaca. (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2011), h.6 13 Shaheen Majid. “Understanding the Reading Habits of Children in Singapore.” Jurnal diakses pada 8 April 2014 dari http://www.vnseameo.org/zakir/Understanding-the-reading-habits-of-children-in-singapore.pdf
23
Rasulullah SAW yaitu perintah untuk membaca. Dengan membaca maka akan melahirkan generasi-generasi yang cerdas dan meningkatkan angka minat baca menjadi peringkat yang lebih baik di belahan dunia, dari hasil membaca seseorang dapat menambah kosa kata dalam berinteraksi dan bersosialisasi, dari hasil membaca seseorang dapat mahir dalam membuat tulisan, dengan membaca seseorang bisa menjadi seorang ilmuwan atau cendikiawan dan banyak manfaat dari hasil membaca. Informasi dari hasil membaca seseorang akan terus bertambah jika dibiasakan dan seseorang akan merasa haus akan informasi. Membaca merupakan proses penyerapan informasi yang lebih efektif dari pada mendengar. Hal ini akan berpengaruh positif terhadap kreativitas seseorang. 2. Fungsi Membaca Membaca pada umumnya memiliki fungsi sosial yakni: a) Achievement reading, yakni membaca untuk memperoleh keterampilan tertentu. b) Devotional reading, yakni membaca sebagai kegiatan ibadah. c) Cultural reading, artinya membaca sesuatu yang terkait dengan ibadah. d) Compensatory reading, yakni membaca untuk kepuasan pribadi.14 3. Manfaat Membaca Membaca merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai setiap individu. Dengan membaca, kita akan mendapatkan banyak manfaat di antaranya mengetahui perkembangan yang terjadi, memenuhi kebutuhan intelektual, spiritual dan emosional. Membaca dapat membuat kita
14
Perpustakaan Nasional RI. Kajian Pembudayaan Kegemaran Membaca. (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI,
2011), h. 6
24
memperoleh suatu informasi berdasarkan analisis pikiran kita sendiri. Dengan banyak membaca berarti akan membantu seseorang untuk melatih kemampuannya menuangkan suatu gagasan atau pesan terhadap apa yang dilihat, didengar dan dirasakan ke dalam sebuah tulisan. Manfaat membaca ini ternyata belum dirasakan betul oleh sebagian besar masyarakat, dimana terlihat bahwa minat dan kemampuan membaca bangsa kita rendah. Di sisi lain, membaca merupakan jendela
untuk
mendapatkan
pengalaman,
memperbaiki
wawasan,
dan
mempertajam daya nalar.15 Membaca memiliki manfaat dan banyak makna. Dengan banyak membaca kita akan memperoleh pengalaman dan pelajaran dari orang lain. Bahkan dengan membaca buku, seseorang dapat terhindar dari kerusakan jaringan otak di masa tua. Beberapa manfaat membaca antara lain:16 a. Merangsang Sel-Sel Otak Membaca merupakan proses berpikir positif karena menyerap ide dan pengalaman orang lain. Kegiatan ini akan merangsang sel-sel otak. Otak sebagai pengatur kegiatan manusia memiliki struktur dan sifat yang unik, misteri, dan penuh keajaiban. Otak memegang peran penting dalam kehidupan intelektual karena seluruh saraf diatur oleh otak ini. Maka otak perlu dijaga vitalitasnya, dijaga kesegarannya, dan dicegah proses penuaannya. Penuaan dan penyusutan otak sebenarnya dapat dikurangi bahkan bisa dicegah. Secara medis, kesegaran dan vitalitas otak dapat diatasi dengan cara mengatur pola makanan yang bergizi seimbang. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi beragam makanan 15
Muhammad Syarif Bando. Jadikan Membaca Sebagai Kebiasaan Sehari-hari. (Jakarta : Koran Tempo, 2014) Lasa HS. “Peran Perpustakaan dan Penulis Dalam Peningkatan Minat Baca Masyarakat”. Visi Pustaka. Volume 11 Nomor 2 Agustus 2009. h. 8 16
25
sayuran dan buah-buahan segar dapat mencegah penuaan dini dan memperbaiki kemampuan kognitif otak. Secara psikologis, agar otak terjaga vitalitasnya, hendaknya digunakan untuk berpikir positif, rasional, obyektif, khusnudzhan, dan rileks. Oleh karena itu perlu dijauhi pola pikir yang negatif, subyektif, dan emosional. Sebab pikiran-pikiran itu dapat menimbulkan stress dan merusak kesehatan. Orang yang mampu mengoptimalkan kerja intelektual otak dengan menghasilkan pemikiran yang positif (buku, artikel, kebjakan dll), inovatif,dan membawa kemaslahatan manusia adalah orang yang mampu memperpanjang usia otak secara fisik dan psikologis. b. Menumbuhkan Kreativitas Dengan membaca kita memeroleh wawasan, pandangan, penemuan, dan pengalaman orang lain. Hasil bacaan ini kemudian kita renungkan dan pikirkan untuk dipraktekan dan dikembangkan. Cara baca inilah sebenarnya merupakan cara baca yang berkualitas. Sebab dalam proses baca ini tidak saja terjadi proses penyerapan informasi, tetapi ada proses seleksi, pengolahan, dan usaha kreatif untuk dikembangkan. Maka dapat dipahami bahwa
mereka
yang
kreativitasnya
menonjol,
rata-rata
memiliki
kemampuan baca yang tinggi. Hanya orang-orang yang kreatif dan beranilah yang mampu membawa perubahan. c. Meningkatkan Perbendaharaan Kata Banyaknya kata-kata yang diserap seseorang memengaruhi kelancaran komunikasi lisan maupun tertulis. Maka membaca sebagai upaya penyerapan kosakata, pengetahuan tata bahasa, dan pengenalan ungkapan
26
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan perbendaharaan kata. Dengan membaca kita mengenal; persuasi, implikasi, sifat nada, unsur ekspresi lain. Unsur-unsur ini sangat penting bagi mereka yang bergerak di dunia kesenian, keilmuan, pendidikan, dan kemasyarakatan. d. Membantu Mengekpresikan Pemikiran Banyak orang yang lancar berbicara, ceramah, orasi, dan ngobrol dalam mengekspresikan pemikirannya. Tetapi begitu sedikitnya orang yang mampu menulis dengan baik. Hal ini sangat mungkin disebabkan kurangnya proses baca. Ekspresi melalui tulisan berbeda dengan ekspresi melalui lisan. Kegiatan menulis memerlukan penguasaan materi, pemilihan kata, perenungan masalah, dan penyusunan kalimat. Semua kegiatan ini dilakukan dengan cermat, teliti, dan penuh pertimbangan. Maka kualitas dan kuantitas bacaan akan memengaruhi kualitas tulisan.
C. Minat Baca 1. Definisi Minat Baca “Mengingat “minat” per-definisi adalah dorongan hati yang tinggi untuk melakukan sesuatu, maka “minat baca” adalah dorongan hati yang tinggi untuk membaca. Keinginan membaca bukan karena ada faktor eksternal sebagai pemaksa untuk membaca, melainkan karena ada faktor internal sebagai pendorong untuk membaca. Faktor internal itu ialah keinginan untuk mendapat pengalaman yang menyenangkan dari kegiatan membaca.17 Baca adalah ba.ca [v] , mem.ba.ca v (1) melihat serta memahami isi dari apa yg tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati).18
17 Melling Simanjuntak. “Memaknai Hakikat Minat Baca untuk Tujuan Praktis”. Visi Pustaka. Volume 13 No.3 Desember 2011. h. 47 18 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Diakses pada tanggal 23 April 2014 dari www.KamusBahasaIndonesia.org
27
Dengan demikian minat baca berarti adanya perhatian atau kesukaan (kecendrungan hati) untuk membaca. Perhatian atau kesukaan untuk membaca perlu dipupuk, dibina, diarahkan dan dikembangkan dari sejak dini mulai dari masa bayi dan pra sekolah (0-5 tahun), masa anak sekolah (6-12 tahun), masa remaja (13-18 tahun) sampai masa dewasa yang melibatkan peranan orang tua, sekolah dan masyarakat.19 “Reading behavior and interest are obtained skill after someone born. So, reading behavior and interest can be fertilized, build, and developed. With reading interest will be obtained a result, information, meaning, skill knowledge, motivation or fact as a served by reading matter. The substance has been read very useful for reader self development, family and wider community. Beside it, from reader result will also built a value at time attitude, objective attitude in discuss a problem, make important fact or information, and others. Reading interest building is needed to do early starting from family, school surroundings and further in community surrounding.”20 “Perilaku dan minat membaca diperoleh setelah seseorang lahir. Jadi, perilaku dan minat baca dapat dipupuk, dibangun, dan dikembangkan. Dengan minat baca akan diperoleh informasi, makna, pengetahuan keterampilan, motivasi atau fakta yang disajikan dengan materi bacaan. Bahan bacaan berguna untuk pengembangan diri pembaca, keluarga dan lebih luas lagi masyarakat. Selain itu, dari hasil membaca juga akan membangun sikap menghargai waktu, sikap objektif dalam membahas masalah, membuat fakta penting atau informasi, dan lain-lain. Minat baca dibangun mulai dari keluarga, sekolah, lingkungan dan lebih lanjut dalam masyarakat sekitar.”
2. Menumbuhkan dan Meningkatkan Minat Baca Menumbuhkan adalah Me-num-buh-kan [v] menjadikan (menyebabkan) tumbuh, memelihara dan sebagainya supaya tumbuh (bertambah besar, sempurna, dan sebagainya); memperkembangkan; menimbulkan (kebencian, perselisihan,
19
Syamsul Bahri. Pedoman Pembinaan Minat Baca. (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2009), h.8 Heri Hidayat dan Siti Aisah. “Read Interest Co-Relational With Student Study Performance In IPS Subject Grade IV (Four) In State Elementary School 1 Pagerwangi Lembang”. Artikel diakses pada 8 April 2014 dari http://www.ijstr.org/final-print/jan2013/Read-Interest-Co-relational-With-Student-StudyPerformance-In-Ips-Subject-Grade-Iv-Four-In-State-Elementary-School-1-Pagerwangi-Lembang.pdf 20
28
dan sebagainya).21 Menumbuhkan minat baca yaitu menjadikan, memelihara, mengembangkan, menimbulkan keinginan untuk membaca sehingga menjadikan seseorang bertambah wawasannya dan dengan membaca menjadi pengalaman yang menyenangkan bagi seseorang. Minat baca ibarat bibit yang jika ditanam pada lahan yang tepat akan tumbuh menjadi kebiasaan membaca dan pada waktunya akan berbuahkan budaya baca. Sebagai bibit, minat baca harus ditanam dan dipelihara agar tumbuh menjadi minat baca. Meningkatkan adalah Me-ning-kat-kan [v] menaikkan (derajat, taraf, dan sebagainya);
mempertinggi;
memperhebat
(produksi
dan
sebagainya);
mengangkat diri; memegahkan diri.22 Dengan meningkatkan keinginan membaca maka akan melahirkan sebuah kebutuhan dari kegiatan membaca dan bukan hanya sebuah pengalaman membaca yang menyenangkan, tetapi bisa menjadi kebiasaan dan budaya membaca.
3. Faktor Pendukung Minat Baca a. Faktor Internal Secara umum, terdapat dua faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya minat baca yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seperti pembawaan, kebiasaan dan ekspresi diri. Faktor
internal
meliputi
intelegensi,
usia,
jenis
kelamin,
kemampuan membaca, sikap, serta kebutuhan psikologis. Intelegensi merupakan kemampuan keseluruhan atau global individu untuk bertindak 21
Kamus Besar Bahasa www.KamusBahasaIndonesia.org 22 Ibid
Indonesia
(KBBI).
Diakses
pada
tanggal
23
April
2014
dari
29
sesuai dengan tujuan, berpikir logis atau rasional, dan berbuat secara efektif terhadap keadaan. b. Faktor Eksternal Faktor eksternal meliputi belum tersedianya bahan bacaan yang sesuai, status sosial, ekonomi, kelompok etnis, pengaruh teman sebaya, orang tua, guru, televisi, serta film. Belum tersedianya bahan bacaan yang sesuai, maksudnya masih memilih-milih bahan bacaan, padahal, sebetulnya untuk dapat meningkatkan minat membaca, tidak harus membaca buku yang sangat kita senangi, karena dengan cara membaca bahan bacaan apapun, secara tidak langsung kita sedang melatih diri agar terbiasa untuk membaca, sehingga kita akan senang membaca, karena membaca adalah untuk mendapat informasi, dan informasi itu dapat diperoleh dari berbagai macam bahan bacaan. Dalam rangka menumbuhkan minat membaca sebagai suatu kebiasaan, maka proses terbentuknya kebiasaan membaca memakan waktu yang cukup lama, karena proses terbentuknya minat baca seseorang selain dipengaruhi oleh faktor-faktor yang telah disebutkan diatas, juga secara khusus dipengaruhi oleh sosio-psikologis. Informasi yang mendukung dalam belajar adalah berupa bahanbahan yang tertulis yang mengharuskan kegiatan membaca sehingga apa yang dibutuhkan dapat tercapai. Sebagai sarana membaca, perpustakaan merupakan sumber informasi dan pengetahuan yang mengantar pemustaka ke dunia yang lebih luas, sebagai media yang dapat menghubungkan segala peristiwa pada masa lalu, sekarang dan masa
30
yang akan datang. Keberadaan perpustakaan sangat diperlukan karena perpustakaan dapat memberikan segala kebutuhan akan minat, khususnya minat dalam membaca koleksi-koleksi perpustakaan.23
4. Faktor Penghambat Minat Baca Kelompok masyarakat yang memiliki minat dan budaya baca rendah disebabkan karena: a. Akses informasi dari dan ke perpustakaan (sumber-sumber bacaan) terbatas. b. Tingkat pendidikan masyarakat yang masih banyak di bawah standar. c. Kondisi sosial dan ekonomi masyarakat yang kurang menguntungkan sehingga mempengaruhi daya beli mereka terhadap bahan bacaan d. Layanan perpustakaan kepada masyarakat yang belum merata, dan e. Apresiasi dan respon masyarakat terhadap perpustakaan yang masih rendah.24 Faktor tersebut dapat terpelihara melalui sikap-sikap, bahwa dalam diri tertanam komitmen membaca memperoleh keuntungan ilmu pengetahuan, wawasan atau pengalaman dan kearifan. Terwujudnya kondisi yang mendukung minat baca, adanya tantangan dan motivasi untuk membaca, serta tersedianya waktu untuk membaca, baik di rumah, perpustakaan ataupun di tempat lain. Dalam masyarakat kita yang telah berkembang budaya tutur, oral atau lisan, maka masih membutuhkan tekad dan semangat untuk mengubahnya menjadi budaya
23
Teguh Yudi Cahyono. “Peran Perpustakaan dalam Membina Kemampuan dan Minat Baca.” Artikel diakses
pada 14 November 2014 dari http://118.97.219.90/images/stories/pustakawan/pdfteguh/kemampuan dan minat baca.pdf. 24
Perpustakaan Nasional RI. Kajian Pembudayaan Kegemaran Membaca. (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2011), h. 6
31
baca-tulis. Namun yang paling penting adalah bahwa hal itu seharusnya dimulai dengan tindakan nyata, tidak terbatas wacana atau discourses.25
D. Upaya Pembinaan Minat Baca Upaya n usaha; ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, dsb); daya upaya: -- menegakkan keamanan patut dibanggakan.26 Menurut Intruksi Presiden no. 15 tahun 1974, tanggal 13 September 1974, pasal 4 bahwa yang dimaksud dengan pembinaan minat baca mencakup perencanaan, pengaturan, pengendalian, dan penilaian terhadap kegiatan penumbuhan dan pengembangan minat baca.27 Pembinaan minat baca adalah usaha yang dilakukan untuk meningkatkan minat
dan
kebiasaan
membaca
masyarakat,
antara
lain
dengan
cara
memperbanyak dan menyebarluaskan secara merata jenis-jenis koleksi yang dipandang dapat meningkatkan minat dan kebiasaan membaca serta mendorong masyarakat untuk mendapatkan koleksi yang ada. 1. Tujuan Pembinaan Minat Baca a. Tujuan Umum Tujuan pembinaan minat baca adalah untuk menciptakan masyarakat membaca (Reading Society), masyarakat belajar (Learning Society) dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Nation Educated) yang ditandai dengan terciptanya sumber daya manusia (SDM) yang
25
Sutarno NS. Perpustakaan dan Masyarakat. (Jakarta: Sagung Seto, 2006). h. 29 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Diakses pada tanggal 2 April 2014 dari http://kbbi.web.id/upaya
26 27
Mudjito. Pembinaan Minat Baca. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2001), h. 61
32
berkualitas sebagai piranti pembangunan nasional menuju masyarakat madani (Civil Society). b. Tujuan Khusus 1) Mewujudkan suatu sistem untuk menumbuhkan minat baca yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 2) Menyelenggarakan program untuk menumbuhkan minat baca yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan. 3) Menggerakan dan menumbuhkan minat baca semua lapisan masyarakat. 4) Mengusahakan penyediaan berbagai jenis koleksi yang terjangkau dan sesuai
dengan
kebutuhan
masyarakat
melalui
taman
bacaan
masyarakat. 2. Ciri-Ciri Pembinaan Minat Baca a. Pembinaan minat baca merupakan suatu proses yang berkelanjutan. Hal ini mengandung arti bahwa kegiatan minat baca bukan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara kebetulan, incidental, sewaktu-waktu, tidak sengaja, asal saja dan sebagainya, melainkan suatu kegiatan yang dilakukan secara sistematis, sengaja, berencana continue, dan terarah kepada tujuan. Setiap kegiatan pembinaan minat baca merupakan kegiatan yang berkelanjutan, artinya senantiasa diikuti terus-menerus sampai sejauh mana pengguna perpustakaan berkembang minat bacanya. b. Pembinaan minat baca merupakan suatu proses untuk membantu individu agar minat bacanya tumbuh dan berkembang. Berarti bukan suatu paksaan pembinaan minat baca tidak memaksakan seseorang untuk
33
menuju ke arah tujuan yang sesuai dengan yang ditetapkan oleh pembinaan
minat
baca,
melainkan
membantu
atau
menolong,
mengarahkan seseorang atau sekelompok orang ke arah suatu tujuan yang sesuai dengan minat mereka masing-masing. Jadi yang menentukan pilihan dalam buku-buku atau bahan yang akan dibaca adalah individu atau kelompok individu itu sendiri. c. Pembinaan yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu adalah untuk meningkatkan minat bacanya, baik individu itu berupa anak-anak, remaja maupun dewasa. Dengan demikian kalau ada pendapat bahwa pembinaan minat baca hanya untuk individu yang masih anakanak saja adalah pendapat yang kurang tepat, karena yang memerlukan pembinaan minat baca ada hakikatnya bukan hanya anak-anak saja, melainkan setiap individu, meskipun dalam situasi tertentu anak-anak akan membutuhkan pembinaan lebih banyak dibandingkan dengan individu-individu lainnya. d. Pembinaan yang diberikan agar individu dapat mengembangkan minat bacanya secara maksimal. Setiap individu mempunyai minat yang berbeda-beda dengan individu lainnya. Individu seringkali banyak menghadapi kesulitan dalam mengembangkan diri dan kemampuannya. Pembinaan
minat
baca
membantu
agar
setiap
individu
dapat
mengembangkan kemampuannya secara maksimal dan sebaik-baiknya. Ini berarti bahwa individu harus dapat memahami apa yang disukainya dalam
memilih
buku-buku
yang
dibacanya.
Pustakawan
dapat
mengerahkan individu untuk mengembangkan dirinya semaksimal
34
mungkin
dengan
membaca
buku-buku
yang
disediakan
oleh
perpustakaan. e. Untuk pelaksanaan pembinaan minat baca diperlukan adanya personal (petugas) baik pustakawan maupun petugas lainnya yang memiliki keahlian dan pengalaman khusus dalam membina minat baca. Ini berarti bahwa meskipun pembinaan minat baca dapat dilakukan oleh sembarang orang, tetapi juga memerlukan pembimbing atau petugas yang memiliki syarat-syarat dan kualifikasi tertentu, terutama pendidikan, latihan dan pengalaman. Itu dapat dilakukan oleh petugas perpustakaan yang professional. Karena itu setiap pustakawan harus mempunyai profesi tersebut.28 Agar tercapainya usaha pembinaan minat baca tersebut maka diperlukan adanya kerjasama yang baik dengan berbagai instansi atau unsur terkait, yaitu; masyarakat, guru, pengarang, penerbit, toko buku serta pustakawan dan organisasi/praktisi baik dari pihak swasta terlebih pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah.
E. Upaya Pembinaan Minat Baca di Taman Bacaan Masyarakat Bangsa yang maju dapat dilihat dari kebiasaan dan minat baca masyarakatnya. Dalam hal ini, perpustakaan berfungsi sebagai media yang memfasilitasi masyarakat untuk membaca. Perpustakaan sebagaimana yang ada dan berkembang sekarang telah dipergunakan sebagai salah satu pusat informasi, sumber ilmu pengetahuan, penelitian, rekreasi, pelestarian khazanah budaya
28
Ibid., h.74
35
bangsa, serta memberikan layanan jasa lainnya. Mengingat betapa pentingnya fungsi perpustakaan bagi kemajuan suatu bangsa, pemerintah saat ini sudah melakukan berbagai upaya.29 Maka upaya pembinaan minat baca di Taman Bacaan
Masyarakat
menyelenggarakan
kegiatan-kegiatan
yang
bertujuan
memberikan dorongan kepada masyarakat untuk meningkatkan minat baca. Idealnya, minat baca ditanamkan sejak anak dalam asuhan orang tua ketika mereka belum memasuki bangku sekolah. Kemudian, minat ini ditumbuhkan mengikuti perkembangan dan pendidikan anak selanjutnya, baik melalui kegiatankegiatan yang diadakan di perpustakaan sekolah maupun kunjungan ke perpustakaan umum. Dan seyognya kunjungan ke perpustakaan ini tidak semestinya dihentikan walaupun seorang anak kemudian tumbuh menjadi manusia dewasa yang telah menyandang sebuah profesi.30 Hal yang masih berkaitan dalam upaya pembinaan minat baca dan sama pentingnya dalam rangka meningkatkan minat baca adalah dengan mengadakan program-program yang dilakukan untuk menarik minat membaca. Program yang dilaksanakan untuk menarik anak datang ke perpustakaan dan sekaligus secara tak langsung memberitahukan kepada masyarakat sekitar akan adanya perpustakaan di kawasan tempat tinggal mereka. Program tersebut yaitu: 1. Mula-mula melalui acara yang tidak ada kaitan secara langsung dengan buku, tetapi karena dilaksanakan di perpustakaan maka diharapkan anak akan tertarik melihat-lihat dan akhirnya membaca buku. a. Menyelenggarakan kelas melukis, pameran lukisan dan lomba melukis.
29 Daniel Hermawan.”KOMPAS (Komunitas Pembaca Setia) : Peran Masyarakat Sebagai Agent of Change dalam Pengembangan Perpustakaan”. Visi Pustaka. Volume 12 Nomor 3 Desember 2010, h. 7 30 Murti Bunanta. Buku, Mendongeng dan Minat Membaca. (Jakarta: Kelompok Pecinta Bacaan Anak, 2008), h. 121.
36
b. Menyelenggarakan kelas seni: musik, tari, drama, dan nyanyi. c. Menyelenggarakan kelas pekerjaan tangan: membuat berbagai prakarya. d. Mengadakan kelas permainan, catur, kuis, congklak, dan lain-lain. e. Pemutaran film/video untuk anak dan remaja. 2. Mengadakan acara langsung yang langsung berhubungan dengan buku. a. Kegiatan mendongeng secara langsung tanpa alat peraga atau dengan jalan membacakan cerita. Kegiatan ini bisa melibatkan anak dengan memintanya ikut menjadi salah satu tokoh. Bisa juga mendongeng dengan boneka atau alat peraga. b. Kegiatan membicarakan buku/berdiskusi setelah acara mendongeng, baik mengenai buku yang bersangkutan ataupun mengenai buku dengan tema sejenis untuk memperluas wawasan anak. c. Mengadakan kegiatan penelitian kecil-kecilan untuk meningkatkan rasa ingin tahu dan menyalurkan kreativitas anak terutama setelah membaca buku non-fiksi. d. Pameran buku dengan tema-tema tertentu misal cerita petualangan, cerita tentang hantu, humor, dan sebagainya. e. Mengadakan pameran buku secara teratur misalnya datang buku baru. Pameran buku juga bisa dilakukan untuk memperingati berbagai peristiwa.31 Dalam hal ini setiap kelompok usia dibedakan jenis bacaan yang dibutuhkannya. Jika dilihat dari tabel di bawah ini terlihat bahwa pola pembinaan
31
Ibid., h. 99
37
untuk semua jenis usia tidak berbeda banyak. Tetapi strategi dan format pembinaannya perlu dibedakan diantara kelompok usia tersebut.32 Tabel 2. Pola Pembinaan Minat Baca USIA LINGKUNGAN JENIS BACAAN 1-3 Bimbingan Untuk anak-anak : alat-alat Tahun Keluarga yang mengandung unsur pendidikan, buku bacaan yang amat sederhana (satu, dua kata, gambar, warna-warni) 4-6 Taman kanakTahun kanak, Pendidikan Usia Dini (PAUD)
7-12 Sekolah Dasar Tahun 1 2
* )
Alat-alat bermain yang mengandung unsur pendidikan. Bacaan ringan (bahasa yang amat mudah difahami, bergambar/berwarna) Bahan alat peraga belajar menghitung dan membaca sesuai dengan tingkat usia dan pemahamannya Bacaan ringan (bergambar/tidak bergambar) Majalah populer/hiburan Surat kabar (harian/mingguan) terbitan pusat dan daerah
Kebiasaan Membaca
Buku cerita fiksi/novel Majalah hiburan dan olahraga Surat kabar (harian/mingguan) terbitan pusat dan daerah ≥ 19 Mahasiswa/masya Buku cerita/novel Tahun rakat Majalah hiburan dan olahraga Surat kabar (harian/mingguan) terbitan pusat dan daerah Buku-buku ilmu pengetahuan, agama, sejarah dll. *) Ket : 1 = Taman Bacaan 2 = Perpustakaan 13-18 SLTP/SLTA Tahun
32
Perpustakaan Nasional RI. Kajian Pembudayaan Kegemaran Membaca. (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI,
2011), h.15
38
Kebijakan pembinaan minat baca masyarakat diarahkan melalui lima jalur sebagai berikut: 1. Pembinaan melalui jalur rumah tangga berkeluarga; Pembinaan Minat Baca melalui jalur rumah tangga merupakan tanggung jawab orang tua terhadap anak-anak bahkan terhadap semua anggota keluarga termasuk dalam lingkungan keluarga tersebut; 2. Pembinaan melalui jalur masyarakat dan lingkungan (luar sekolah); Pembinaan Minat Baca melalui jalur masyarakat dan lingkungan (luar sekolah) merupakan tanggung jawab tokoh-tokoh masyarakat, Ketua RT/RW, Lurah/Kepala Desa, Camat dan Muspida setempat; 3. Pembinaan melalui jalur pendidikan (sekolah); Pembinaan Minat Baca melalui jalur pendidikan (sekolah) merupakan tanggung jawab Kepala Sekolah, Guru, termasuk Orang Tua Murid; 4. Pembinaan melalui jalur instansional (perkantoran); Pembinaan Minat Baca melalui jalur Instansional (perkantoran Pemerintah ataupun swasta) menjadi tanggung jawab instansi dan perangkat pimpinan pada instansi tersebut; 5. Pembinaan melalui jalur instansi secara fungsional (Perpustakaan Nasional, Badan Perpustakaan Provinsi dan Kantor Perpustakaan Kabupaten/Kota); Pembinaan Minat Baca melalui jalur instansi secara fungsional merupakan tanggungan secara nasional dari instansi pembina dalam hal ini. Perpustakaan Nasional RI, Badan Perpustakaan Provinsi serta Kantor Perpustakaan
Kabupaten/Kota.
Perpustakaan
Nasional
merupakan
39
penggerak utama terhadap semua (ke-empat) jalur di atas sebagai pemberi motivasi, bimbingan teknis, perencanaan, program dan sebagainya.33 Dalam uraian tersebut telah dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan upaya pembinaan minat baca adalah serangkaian kegiatan sebagai suatu sistem meliputi perencanaan program, pengaturan pelaksanaan program, pengendalian pelaksanaan program, serta penilaian pelaksanaan program di bidang penumbuhan dan pengembangan minat baca. Oleh karena itu dalam pembinaan minat baca telah direncanakan segala sesuatu yang menyangkut program kegiatan penumbuhan dan pengembangan minat baca, pembiayaan, infrastruktur yang diperlukan, ketenagaan yang terlibat di dalamnya, penyiapan bahan bacaan yang diperlukan, penentuan waktu pelaksanaan program, survey dalam rangka penilaian pelaksanaan program. Mengingat pentingnya pembinaan minat baca untuk menumbuhkan perhatian dan kesukaan membaca, maka fungsi pembinaan minat baca terutama sebagai berikut: a. Sumber terhadap pelaksanaan kegiatan menumbuhkan minat baca b. Pedoman atau referensi terhadap kegitan-kegiatan yang dilakukan dalam menumbuhkan minat baca c. Tolak ukur atau parameter terhadap keberhasilan menumbuhkan minat baca. Dengan demikian pembinaan minat baca sekurang-kurangnya mempunyai tiga fungsi, yaitu sebagai sumber kegiatan, pedoman pelaksanaan kegiatan, dan sekaligus sebagai tolak ukur atau parameter terhadap keberhasilan upaya
33
Syamsul Bahri. Pedoman Pembinaan Minat Baca. (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2009), h.28
40
menumbuhkan minat baca. Agar fungsi minat baca tersebut dapat diwujudkan, maka: a. Penyusunan program agar dibuat secara komprehensif, yang meliputi berbagai aspek yang terkait b. Program tersebut perlu didukung kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan seperti dana, bahan bacaan, tenaga yang membina, dan lain-lain c. Program tersebut perlu dipantau pelaksanaannya, agar tidak menyimpang dari program yang telah dilaksanakan d. Pelaksanaan program perlu diteliti dan dinilai apakah mencapai sasarannya atau tidak.34
F. Penelitian Relevan Penelitian ini terinspirasi dari penelitian yang dilakukan beberapa tahun sebelumnya, yaitu: 1. Peran Perpustakaan Komunitas dalam Pemberdayaan Masyarakat Studi Kasus Sanggar Baca Jendela Dunia yang di tulis oleh Nia Eka Sari Juliana, Mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang mengambil gelar sarjana tahun 2013. Perbedaan penelitian saya dengan penelitian ini adalah dari judul penelitiannya yang berbeda. Hasil dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran Sanggar Baca Jendela Dunia dalam pemberdayaan masyarakat melalui program-program di bidang pendidikan dan keagamaan bagi anak-anak dan keterlibatan masyarakat dalam program-program 34
Mudjito. Pembinaan Minat Baca. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2001), h. 69
41
pemberdayaan masyarakat tersebut serta solusi dari kendala-kendala yang dihadapi oleh Sanggar Baca Jendela Dunia. Persamaan penelitian saya dengan penelitian ini adalah lokasi penelitiannya yang serupa, jenis dan pendekatan penelitiannya yang serupa yaitu penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif melalui metode studi kasus, informan serta teknik pengambilan sampling yaitu purposive sampling. 2. Minat dan Kebiasaan Membaca Anak di Lingkungan Rumah Pintar Bhara Cendekia 1 yang di tulis oleh Erawati, Mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang mengambil gelar sarjana tahun 2012. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian saya ialah dari judul penelitian ini mengenai Minat dan Kebiasaan Membaca sedangkan penelitian yang saya lakukan mengenai Upaya Pembinaan Minat Baca, lokasi penelitiannya yang berbeda, jenis dan pendekatan penelitiannya yang berbeda, teknik pengambilan sample yang dilakukan penelitian ini adalah accidental sampling, peneliti akan mengkaji hal-hal mengenai minat baca anak seperti jenis-jenis bahan bacaan yang dibaca, koleksi buku yang diminati anak dan alasan anak membaca. Persamaan penelitian ini dengan penelitian saya ialah pembatasan dan perumusan masalah yang sedikit menyerupai.
3. Upaya Meningkatkan Minat Baca Masyarakat Melalui Taman Bacaan Masyarakat Area Publik Di Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang yang ditulis oleh Juniawan Hidayanto, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Semarang yang mengambil
42
gelar sarjana tahun 2013. Perbedaan penelitian saya dengan penelitian ini ialah judul yang diangkat dari penelitian ini yaitu mengenai Upaya Meningkatkan Minat Baca Masyarakat sedangkan penelitian yang saya lakukan ialah Upaya Pembinaan Minat Baca, latar penelitiannya yang berbeda. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang saya lakukan ialah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Permasalahan penelitian yang serupa. Hasil dari penelitian ini adalah Upaya yang dilakukan oleh Taman Bacaan Masyarakat dengan melakukan berbagai upaya yang antara lain dengan melakukan berbagai kegiatan literasi dan usaha kreatif, kendala yang dialami antara lain kurangnya pendampingan dan ruang atau tempat tempat menyimpan buku yang kurang luas, Solusi dalam meminimalisir kendala dengan melakukan berbagai kegiatan dan usaha produktif sehingga masyarakat lebih sering dan tidak canggung dalam mengunakan layanan TBM Area Publik.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis dari penelitian ini adalah deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang berlangsung, dengan tujuan agar objek yang dikaji dapat dibahas secara mendalam. Penelitian ini difokuskan pada wawancara mendalam, studi dokumentasi, serta observasi langsung terhadap objek penelitian.1 Pemilihan pendekatan penelitian disesuaikan dengan jenis penelitian yang dipergunakan,
pada
kesempatan
ini
pendekatan
penelitian
yang
akan
dipergunakan adalah pendekatan kualitatif, karena tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk memahami “makna” yang berada di balik fakta-fakta itu. Taman Bacaan Masyarakat yang terdapat di Tangerang Selatan sudah banyak tersebar di beberapa Kecamatan, TBM pada saat ini yang berada di bawah naungan Pemerintah Tangerang Selatan terdapat empat puluh Taman Bacaan Masyarakat yang sudah memiliki surat izin operasional. TBM di Tangerang Selatan ini didirikan, diantaranya atas gagasan dari Pemerintah Tangerang Selatan sendiri yaitu Ibu Hj. Airin Rachmi Diany. SH.MH karena keperihatinannya terhadap minat baca masyarakat di Tangerang Selatan yang masih minim. Alasan peneliti memilih dua lokasi penelitian ini karena kedua TBM ini sudah melaksanakan program-program pembinaan minat baca dan lokasi yang dipilih strategis dan cukup dekat yaitu TBM SBJD yang terletak di Ciputat Timur, Jl.
1
Prasetya Irawan. Logika dan Prosedur Penelitian. (Jakarta : STIA-LAN, 1999), h. 32.
43
44
Legoso Raya dan TBM JI di Pamulang, Jl. Lembah Pinus Sasmita Jaya, sehingga memberi kemudahan bagi peneliti untuk melakukan penelitian. B. Sumber Data a. Data Primer Data primer adalah data yang diambil langsung, tanpa perantara dari sumbernya. Sumber ini dapat berupa benda-benda, situs atau manusia. Seorang peneliti sosial bisa mendapatkan data-data primer dengan cara menyebarkan
kuisioner,
melakukan
wawancara,
atau
melakukan
pengamatan langsung terhadap suatu aktifitas masyarakat. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari sumbernya. Data sekunder biasanya diambil dari dokumen-dokumen (laporan, karya tulis orang lain, koran, majalah).2 C. Pemilihan Informan Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.3 Alasan penulis menentukan informan karena untuk mencari tahu pihak yang paling memahami objek penelitian di TBM Sanggar Baca Jendela Dunia dan TBM Jendela Ilmu. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan ialah purposive sampling, purposive sampling ialah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin
2
Prasetya Irawan. Logika dan Prosedur Penelitian. (Jakarta : STIA-LAN, 1999), h.86 Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif . (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), h. 3.
3
45
dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi sosial yang diteliti.4 Informan yang akan menjadi sumber data dalam penelitian ini, dengan beberapa kriteria pertimbangan yang dianggap relevan, yaitu : a.
TBM Sanggar Baca Jendela Dunia : 1.
Pendiri Yayasan Sanggar Baca Jendela Dunia, yaitu Bapak Dr. Sihabudin Noor, MA.
2.
Ketua Yayasan Sanggar Baca Jendela Dunia, yaitu Ibu Karlina Helmanita, MA.
b.
TBM Jendela Ilmu: 1.
Ketua TBM Jendela Ilmu, yaitu Ibu Reni Muplihah, S. Ag
D. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.5 Peneliti mengajukan beberapa pertanyaan yang telah peneliti siapkan kepada informan, lalu dijawab oleh pemberi data dengan bebas. Jenis wawancara ini adalah wawancara terpimpin, dimana pertanyaan yang diajukan berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disusun.6 Dalam melakukan wawancara kepada informan, ada beberapa
4
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta, 2012),
h. 218 5
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), h. 135. Riduwan. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. (Bandung : Alfabeta, 2010), h.102.
6
46
informan yang tidak ingin identitasnya dipublikasikan, maka peneliti menyamarkan dan menutupi identitas informan dengan menggunakan inisial.7 Rincian dari informan ini sudah dipilih dan disesuaikan di bawah ini, yaitu : Tabel. 2 Daftar Informan Penelitian No
Nama
Inisial
1
Dr. Sihabudin Noor, MA
SN
2
Karlina Helmanita, MA
KH
3
Reni Muplihah, S. Ag
RM
Jabatan Pendiri Yayasan Sanggar Baca Jendela Dunia Ketua Yayasan Sanggar Baca Jendela Dunia Ketua TBM Jendela Ilmu
b. Observasi Observasi adalah metode penelitian yang pengambilan datanya bertumpu pada pengamatan langsung terhadap objek penelitian.8 Observasi bertujuan untuk mendeskripsikan keadaan yang dipelajari dan aktifitas – aktifitas yang tengah berlangsung. Kemudian hasil dari observasi tersebut dicatat menjadi suatu catatan observasi yang berisi deskripsi hal – hal yang diamati secara lengkap dengan keterangan tanggal dan waktu. c. Kajian Kepustakaan Kajian kepustakaan adalah penelitian yang datanya diambil terutama atau seluruhnya dari kepustakaan (buku, dokumen, artikel, laporan dan sebagainya).9
7
Samiaji Samosa. Penelitian Kualitatif : Dasar-Dasar. (Jakarta: Indeks, 2012), h. 21 Ibid., h. 63. 9 Ibid., h. 65. 8
47
E. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam proposal. Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan mengggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam, dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Dengan pengamatan yang terus menerus mengakibatkan variasi data yang tinggi sekali. Berdasarkan hal tersebut yang telah dikemukakan, bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis, data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.10 Menurut Miles dan Huberman ada tiga tahapan dalam analisis data kualitatif, yaitu : a. Reduksi Data Reduksi data adalah data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang 10
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 87
48
lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. b. Data Display (Penyajian Data) Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah, mendisplaykan data. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Fenomena sosial bersifat kompleks, dan dinamis, sehingga apa yang ditemukan pada saat memasuki lapangan dan setelah berlangsung agak lama di lapangan akan mengalami perkembangan data. Untuk itu peneliti harus selalu menguji apa yang telah ditemukan pada saat memasuki lapangan yang masih bersifat hipotetik itu berkembang atau tidak. Bila setelah lama memasuki lapangan ternyata hipotesis tersebut terbukti, dan akan berkembang menjadi teori grounded. Teori grounded adalah teori yang ditemukan di lapangan, dan selanjutnya diuji melalui pengumpulan data yang terus menerus. Bila pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh data selama penelitian, maka pola tersebut menjadi pola yang baku yang tidak lagi berubah. Pola tersebut selanjutnya ditampilkan pada laporan akhir penelitian. Bila pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh data selama penelitian, maka pola tersebut sudah menjadi pola yang baku yang tidak lagi berubah. Pola tersebut selanjutnya ditampilkan pada laporan akhir penelitian. c. Verification (verifikasi) Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak
49
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pemgumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang credibel. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.11
F. Jadwal Penelitian Penelitian ini dilakukan di TBM SBJD dan TBM JI. Berdasarkan tema penelitian mengenai Upaya Pembinaan Minat Baca di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) : Studi Kasus TBM Sanggar Baca Jendela Dunia dan TBM Jendela Ilmu, maka penulis menentukan untuk melakukan penelitian ini di dua Taman Bacaan Masyarakat. Setelah penentuan tempat dipilih, penulis melakukan observasi serta permintaan izin untuk melakukan penelitian di tempat yang telah ditentukan. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari 2014 sampai dengan Januari 2015 berikut rinciannya.
11
Ibid., h. 92
50
Tabel. 3 Jadwal Penelitian
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Objek Penelitian 1. Profil TBM Sanggar Baca Jendela Dunia a. Sejarah TBM SBJD Sanggar Baca Jendela Dunia (baca SBJD) merupakan yayasan yang bergerak dalam bidang sosial-kemasyarakatan bervisi mewujudkan masyarakat minat baca. Ia adalah wadah keagungan moral dan intelektual dengan “baca” sebagai titik tekan. Sederetan kata “Sanggar”, “Jendela” dan “Dunia” tidak akan memiliki arti dan signifikansi tertentu tanpa ada nuansa lain yang mengisi ideologinya, visi-misinya dan mimpi-mimpinya, membaca. Tiga deretan kata “Sanggar”, “Jendela” dan “Dunia” akan muspra dan sia-sia jika tidak ada kata “baca” sebagai seperangkat cara pandang dalam melihat dunia. Membaca itulah yang mengisi arti, menemu-pijakan untuk menjadi “Jendela” dalam memahami “Dunia”. Namun, ibarat air yang akan berceceran tanpa ada gelas, membaca juga perlu wadah, perlu tempat untuk jadi rujukannya, dan dari situlah arti penting sebuah “Sanggar”. “Sanggar” itulah wahana berekspresi menemu jati diri. Bercermin dengan membaca sebagai cara pandang dalam melihat realitas objektif.. Namun Sanggar Baca Jendela Dunia bukan wadah baca sekedar “baca” tapi baca untuk berkarya. Membaca untuk memulung ide, merajut gagasan, menulis pengalaman dan melukiskannya melalui istana kata dan membentuk paradigma dengan pena sebagai sarananya.
51
52
b. Motto Kita Baca Kita Pintar, Kita Pintar Kita Kaya c. Visi dan Misi 1) Visi Menjadikan masyarakat gemar membaca, berwawasan luas dan terampil 2) Misi a. Meningkatkan minat baca di kalangan masyarakat b. Menyediakan buku-buku bermutu yang dibutuhkan masyarakat di semua jenjang usia c. Memberikan pelatihan-pelatihan keterampilan bagi masyarakat d. Tujuan Taman Bacaan mengandung unsur edukasi, edukasi dalam bidang pembelajaran, peningkatan kemampuan anak dan lingkungan. Bahwa membaca itu tidak lepas dari perpustakaan edukasi, kegiatan mengaji merupakan pembinaan akhlak. Sebagai laboratorium pemantapan, bagi para tutor untuk berkreasi dan memantapkan diri untuk lebih siap menghadapi masyarakat. Masyarakat juga mendapatkan imbas yang baik dari kegiatan yang diselenggarakan. e. Kegiatan – Kegiatan yang Pernah Diselenggarakan 1) Bedah buku bersama penerbit Hikmah Mizan dengan Andrea Hirata 2) Mengundang diskusi dan jumpa novelis di Sanggar Baca Jendela Dunia pada … a. Novelis Negeri 5 Menara
: Ahmad Fuadi
b. Novelis Sang Pencerah
: Akmal Basery Basral
53
3) Gerakan Baca anak Indonesia Sanggar Baca Jendela Dunia, 24-31 Juni 2010 4) Menggerakkan wakaf buku dari masyarakat dan Perpustakaan Madrasah Pembangunan UIN Jakarta, Juli 2010. 5) Peringatan Hari Pahlawan dan Hari Bahasa untuk TBM dan TKATPA se Tangerang Selatan kerjasama Ma’had UIN Jakara-Garuda Food dan Sanggar Baca Jendela Dunia, 10 November 2013. f. Prestasi yang diraih 1) Juara I, Story Telling pada peringatan Hari Pahlawan dan Hari Bahasa 10 November 2012 untuk TBM danTKA-TPA se Tangerang Selatan, kerjasama Ma’had UIN Jakara-Garuda Food dan Sanggar Baca Jendela Dunia 2) Juara II, Story Telling pada peringatan Hari Pahlawan dan Hari Bahasa 10 November 2012 untuk TBM danTKA-TPA se Tangerang Selatan, kerjasama Ma’had UIN Jakara-Garuda Food dan Sanggar Baca Jendela Dunia. 3) Juara II, mewarnai pada peringatan Hari Pahlawan dan Hari Bahasa 10 November 2012 untuk TBM dan TKA-TPA se Tangerang Selatan, kerjasama Ma’had UIN Jakara-Garuda Food dan Sanggar Baca Jendela Dunia. 4) Juara I, Tahfidz al-Qur’an Tingkat SMA Ramadhan Ceria 2013 5) Juara II, Tartil al-Qur’an Tingkat SMA Ramadhan Ceria 2013 6) Juara I, Adzan Tingkat SD pada Peringatan Bulan Muharram 1435/2013
54
g. Mentor & Relawan Mentor adalah pembimbing atau instruktur komunitas. Mentor tidak dipersepsikan sebagai guru yang harus ditakuti, karena sanggar baca ini mencoba menciptakan satu ruang komunikasi yang demokratis. Sehingga anggota komunitas dapat berbicara terbuka kepada semua mentor kapan saja dibutuhkan. Relawan adalah orang atau kelompok yang dengan sukarela menyediakan waktu dan tenaganya untuk membantu kegiatan ad hoc Sanggar Baca Jendela Dunia. h. Jejaring dan Kerjasama 1) Pemerintah Daerah Kota Tangerang Selatan 2) Ma’had ’Ali UIN Jakarta 3) Madrasah Pembangunan UIN Jakarta 4) Komunitas 1001 buku 5) Forum Indonesia Membaca 6) Center for Social Marketing Jakarta 7) Penerbit Hikmah MIZAN 8) Kompas Gramedia (Dana Kemanusiaan Kompas) 9) Dompet Dhu’afa 10) Teater Syahid UIN Syarif Hidayatullah 11) Garuda Food 12) BILQIS Centre 13) Radio Suara Edukasi 14) TVRI 15) Naml Foundation
55
i. Mitra Sanggar baca Jendela Dunia mengajak individu, komunitas, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), pemerintah, pusat-pusat kebudayaan, Corporate Social Responsibilty (CSR) perusahaan untuk berpartisipasi dalam upaya-upaya pengembangan literasi di Indonesia melalui bentuk kemitraan sebagai berikut: 1) Program Perencanaan dan pelaksanaan kegiatan bersama atau pertukaran sumber
daya
dalam
kegiatan
yang
memiliki
tujuan
untuk
pengembangan budaya literasi di Indonesia. 2) Donasi Dukungan dana untuk pengembangan pusat belajar masyarakat yang dikembangkan Sanggar Baca Jendela Dunia. 3) Ziswaf (zakat, infak, sedekah, wakaf) Menyalurkan dan memberdayakan dana ziswaf untuk kegiatan produktif yang dikembangkan Sanggar Baca Jendela Dunia. 4) Orang tua Asuh Memberikan kesempatan pada masyarakat yang mampu untuk menjadi orangtua asuh bagi satu anak yatim/piatu yang tidak mampu. Dengan menyisihkan Rp. 100.000/bulan selama 1 tahun berarti Anda telah mengadopsi satu anak untuk menjadi komunitas Sanggar Baca Jendela Dunia. Sanggar Baca Jendela Dunia akan memberikan laporan setiap 4 bulan sekali kepada orang tua asuh.
56
5) Sponsor Dukungan dana disesuaikan dengan program yang dipilih, dalam rangka mendukung pelaksanaan program Sanggar Baca Jendela Dunia dengan kesepakatan dan jangka waktu tertentu. Sanggar Baca Jendela Dunia akan mengirimkan laporan sesuai dengan standar operasional mitra literasi, termasuk memberikan laporan di akhir kegiatan. 6) Gerakan Baca dan Wakaf Buku Melakukan sosialisasi dan kampanye gerakan baca dan wakaf buku untuk menambah koleksi buku Pustaka Sanggar Baca Jendela Dunia. Anda dapat menyalurkan wakaf buku dengan in kind atau cash. j. Pengurus atau Sumber Daya Manusia Pendiri dan Pembina
: Dr. Sihabudin Noor, MA
Ketua
: Karlina Helmanita, MA
Sekretaris
: Najmah Aulia
Bendahara
: Fikriyah
Koordinator Kelas Qur’an
: Ida Daroyani
Mentor Kelas Qur’an
: Faisal Abdurrahman
Koordinator Kelas Tahfidz
: Abdul Aziz
Pustakawan Sanggar
: Ludfia
k. Layanan TBM Sanggar Baca Jendela Dunia 1) Sistem Layanan TBM SBJD ini memiliki prosedur bagi para murid dan pengunjung diantaranya: a. Jumlah murid pada saat ini terdapat anak
57
b. Pengunjung di kategorikan dari semua usia diantaranya anak-anak, remaja, dan ibu-ibu. Pada saat ini TBM SBJD baru memberikan sosialisasi untuk anakanak pustaka sanggar jadi hanya anak-anak sanggar, mentor dan orang tua murid yang bisa meminjam buku yang ada di perpustakaan. 2) Jam Layanan TBM SBJD memberikan pelayanan peminjaman buku bagi anak-anak TBM SBJD selama 7 hari, agar dapat meminjam buku, sanggar memberikan kartu anggota kepada anak-anak dan mentor. Jadwal pelayanan dilakukan selama 2 hari dalam seminggu, dengan rincian sebagai berikut : Selasa dan Jum’at
: 13.00-17.00
Sabtu – Minggu
: Libur
l. Koleksi TBM Sanggar Baca Jendela Dunia Dari semenjak berdiri hingga saat ini, koleksi yang tersedia di TBM SBJD merupakan hasil dari hadiah, donasi, sumbangan dan beli. Tidak ada metode khusus dalam pengolahan koleksi. Metode pengadaan buku diperoleh dari individu, sumbangan, jejaring dan kerjasama. Keseluruhan koleksi yang ada berdasarkan data terakhir, yaitu berjumlah 1.000 judul buku, 677 eksemplar. Koleksi yang ada di TBM SBJD di kategorikan menurut usia pembacanya, yaitu anak-anak, remaja dan dewasa. Buku-buku terdiri dari buku fiksi, Ensiklopedia, Agama Islam, Referensi, Biografi, Ilmu Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam, Matematika dan Majalah.
58
m. Pengolahan Koleksi Kegiatan pengolahan koleksi di TBM SBJD disusun berdasarkan masing-masing disiplin ilmu dengan menggunakan klasifikasi Dewey Desimal (Dewey Decimal Classification), kecuali buku-buku fiksi seperti novel, cerita rakyat, cerita bergambar, dongeng, dll yaitu diberikan nomor penyesuaian yaitu huruf ”F” dan Komik ”K”. Adapun kegiatan pengolahannya yaitu : 1) Pada saat buku diterima oleh pustakawan, buku-buku di sortir kemudian di catat dalam buku induk atau inventaris. 2) Setelah di catat dalam buku induk, buku-buku diberi cap atau stempel. 3) Setelah itu ditentukan nomor klasifikasinya. Untuk menentukan nomor klasifikasi maka cek judul buku dan daftar isi untuk disesuaikan nomor klasifikasinya. Setelah nomor klasifikasi selesai dan sesuai maka dicatat secara manual di buku tersebut. 4) Penambahan warna di punggung buku berdasarkan nomor klasifikasi. Pembuatan warna di punggung buku disertai dengan call number, penambahan warna untuk memudahkan anak-anak dalam menentukan jenis buku. Penambahan warna pada punggung buku memakai kertas origami. Contoh :
59
Tabel. 4 Klasifikasi No. 1 2 3 4 5 6 7
Nomor Klasifikasi Kelas 300 Kelas 500 Kelas 600 Kelas 900 Kelas 2 x 0 F (Nomor Penyesuaian) R (Nomor Penyesuaian)
Keterangan Ilmu Sosial (Kuning) Ilmu Alam dan Matematika (Biru) Ilmu Terapan dan Teknologi (Biru) Biografi (Hitam) Agama (Hijau) Fiksi (Ungu) Referensi (Merah)
5) Setelah pembuatan nomor klasifikasi selesai lalu dicetak untuk ditempel di punggung buku atau biasa disebut call number. 6) Setelah pembuatan warna selesai lalu ditempel dipunggung buku di bawah call number. 7) Penempelan call number dengan jarak 3 cm dari bawah punggung buku dan penempelan warna di bawah call number. 8) Pembuatan kantong buku yang ditempatkan di belakang buku setelah halaman terakhir. Kantong buku disertai kartu buku dan slip tanggal peminjaman dan pengembalian. 9) Agar buku-buku terlihat lebih rapih dan tidak mudah rusak maka buku-buku disampul plastik. 10) Setelah tahap 1 sampai 7 sudah selesai dikerjakan, maka pada tahap akhir buku-buku dapat disusun pada rak berdasarkan nomor klasifikasi dan warna yang sudah ditentukan. Contoh Nomor Punggung Buku: Nama Perpustakaan (nomer kelas; 3 digit) (inisial pengarang; 3 huruf awal) (huruf depan judul; 1 huruf)
SANGGAR BACA “JENDELA DUNIA” 025 BAS P
60
Ket: SANGGAR BACA “JENDELA DUNIA” = Nama Perpustakaan 025 = nomor kelas Ilmu Perpustakaan berdasarkan DDC BAS = inisial pengarang buku, Sulistiyo Basuki P = huruf depan judul buku, Pengantar Ilmu Perpustakaan
2. Profil TBM Jendela Ilmu a. Sejarah TBM Jendela Ilmu Buku adalah jendela ilmu dan membaca adalah kuncinya. Masyarakat yang gemar membaca dan mempunyai kebiasaan belajar, adalah masyarakat yang akan mampu beradaptasi dan bersaing di era globalisasi. Hal ini dikarenakan pada era ini ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi sangat pesat. Semua pihak dapat mengakses informasi dengan mudah dan cepat sehingga masyarakat dituntut untuk memiliki kemampuan menggali, memperoleh, memilih dan mengelola informasi secara cerdas. Menciptakan masyarakat cerdas adalah tugas semua pihak , baik pemerintah atau masyarakat. Cita-cita nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa adalah suatu wujud dari pembangunan masyarakat yang didalamnya terdapat dua unsur penting, yaitu partisipasi masyarakat dan peranan pemerintah dalam memberikan kesempatan dan dorongan kepada masyarakat untuk berpartisipasi. Sistem pendidikan formal yang sudah berjalan masih belum optimal dalam memenuhi kebutuhan pendidikan di masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Oleh karena itu dibentuklah sistem pendidikan alternatif untuk memenuhi kebutuhan yang belum terlayani oleh sistem pendidikan formal yaitu sistem
61
pendidikan nonformal dan informal, yang berfungsi sebagai pengganti, pelengkap, dan penambah pendidikan formal. Salah satu jenis layanan nonformal dan informal ini adalah Taman Bacaan Masyarakat (TBM). TBM ini bertujuan memberikan kemudahan akses kepada masyarakat untuk memperoleh bahan bacaan. Disamping itu TBM juga berperan dalam meningkatkan minat baca, menumbuhkan budaya baca dan cinta buku. Kondisi masyarakat Indonesia menurut Badan Pusat statistik (BPS) tahun 2006 bahwa budaya baca masyarakat Indonesia sangat rendah karena masyarakat belum menempatkan membaca sebagai sumber utama mendapatkan informasi. Penduduk Indonesia lebih memilih menonton TV dan mendengarkan radio dari pada membaca. Kondisi diatas tentunya disebabkan berbagai alasan, antara lain karena masih minimnya perpustakaan dan pasokan buku. Disinilah, peranan TBM sangat dibutuhkan. TBM adalah lembaga yang dibentuk oleh, dari dan untuk masyarakat dengan menyediakan berbagai jenis bahan bacaan yang dapat menjadi rujukan dalam informasi dan sumber pengetahuan bagi masyarakat. Dalam hal ini TBM Jendela Ilmu yang berada di Perumahan Lembah Pinus Sasmita Jaya, Pamulang Barat, Kota Tangerang Selatan, dapat menjadi salah satu solusi yang baik bagi warga perumahan yang datang dari berbagai latar belakang yang berbeda baik sosial, strata pendidikan, maupun ekonomi. Sarana pembelajarn masyarakat yang cukup membantu meningkatkan pengetahuan warga dan memberdayakannya serta memotivasi mereka untuk dapat tetap bersaing di era globalisasi sekarang ini.
62
b. Visi dan Misi Visi Mewujudkan masyarakat gemar membaca Misi 1. Meningkatkan minat baca di masyarakat 2. Memberdayakan masyarakat melalui membaca 3. Membudayakan membaca bersama dalam keluarga 4. Memotivasi masyarakat agar terbiasa membaca c. Struktur Organisasi
Reni Muplihah, S.Ag Ketua Deden Sofyan Sekretaris
Titin Nurlaela, S. Pd Bendahara
d. Layanan TBM Jendela Ilmu 1. Waktu Opersional : Setiap hari Senin sd Sabtu 2. Jam Operasional : 16:00 sd 19:00 WIB
e. Uraian Tugas Pengurus TBM Jendela Ilmu : Ketua : 1) Bertangungjawab kepada penyelenggaraan dan pengelolaan TBM 2) Mengorganisir dan mengendalikan pelaksanaan TBM Bidang Pelaksana Teknis : 1) Inventarisasi Buku 2) Katalogisasi Buku 3) Klasifikasi Buku
63
Bidang Pelayanan Membaca dan Usaha : 1) Melayani Keanggotaan 2) Melayani Peminjaman 3) Mengembangkan Usaha
f. Program-Program Yang Diselenggarakan a. Program inti yang diselenggarakan : 1. Indentifikasi sasaran dan Kebutuhan Baca Masyarakat. 2. Mengumpulkan dan menyediakan buku bacaan. 3. Mempersiapkan sarana dan prasarana TBM 4. Pengorganisasian dan penyusunan tata tertib TBM b. Program tambahan yang diselenggarakan : 1. Lomba mewarnai 2. Bazar buku 3. Demo memasak 4. Menyelenggarakan hiburan yang edukatif 5. Menyelenggarakan kegiatan keterampilan 6. Memperingati Hari Besar Nasional/Hari Besar Islam
B. Hasil Penelitian 1. Upaya Pembinaan Diselenggarakan
Minat
Baca
Melalui
Program-Program
yang
a. TBM SBJD Mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan membaca atau literasi itu bukanlah hal yang mudah, perlu adanya upaya atau suatu bentuk nyata untuk mewujudkan harapan tersebut, dengan adanya TBM SBJD di lingkungan sekitar masyarakat
Legoso
maka
TBM
SBJD
melakukan
upaya-upaya
untuk
64
meningkatkan minat baca melalui program-program. Berikut hasil wawancara dengan informan SN, selaku Pendiri Yayasan Sanggar Baca Jendela Dunia. Menurut informan SN upaya untuk menumbuhkan dan meningkatkan minat baca masyarakat, adalah : “Kita melakukan kegiatan-kegitan yang langsung ke lingkungan misalnya, pentas seni agar mereka wear gitu ya... agar mereka tau ini sanggar baca.” Menurut informan KH, selaku Ketua Yayasan Sanggar Baca Jendela Dunia juga memaparkan upaya untuk menumbuhkan dan meningkatkan minat baca masyarakat yaitu : “Menyediakan MADING untuk dibaca baik mahasiswa maupun kolega bahkan masyarakat sekitar, kemudian yang kedua kami menyediakan teras baca, jadi kami dalam setiap minggu kan, mensirkulasi buku-buku...” Menurut peneliti, TBM SBJD sudah melakukan beberapa upaya-upaya untuk meningkatkan minat baca seperti yang telah dijelaskan oleh informan SN dan KH diatas. Hal ini terlihat dari hasil wawancara yang telah disampaikan, bahwa minat bacanya yang masih rendah yaitu MADING dan teras baca yang sudah disediakan oleh TBM SBJD hanya sedikit pemustaka yang membacanya. Berikut beberapa upaya pembinaan minat baca melalui program-program yang diselenggarakan oleh TBM SBJD akan diuraikan di bawah ini. Programprogram tersebut diselenggarakan dengan tujuan agar menarik minat baca masyarakat. Karena TBM SBJD bagian dari Yayasan, maka Yayasan Sanggar Baca Jendela Dunia ini juga terdapat TK/TP Al-Qur’an dan Kelas Tahfidz maka semua program saling di integrasikan, program-program yang sesuai dengan TBM maka akan di masukan ke dalam kurikulum. Upaya untuk meningkatkan minat baca di
65
TBM SBJD memang diutamakan sasaran pemustakanya yaitu untuk anak-anak, dari hasil observasi yang telah dilakukan untuk pembinaan minat baca anak-anak yang bersifat rutin dilaksanakan yaitu ketika anak-anak datang untuk mengaji mereka dibiasakan untuk membaca buku selama 15 menit, kemudian disela-sela anak-anak selesai mengaji, secara bergantian mereka mengambil buku yang mereka sukai untuk dibaca. Menurut informan KH upaya untuk menumbuhkan dan meningkatkan minat baca masyarakat melalui program-program yang diselenggarakan, adalah : “Kan tadi saya nyatakan ada dua program, program jangka panjang dan program jangka pendek. Program jangka panjang itu adalah yang bersifat nonformal ya seperti TK/TP Al-Qur’an dan Taman Tahfidz. Kemudian kalau yang Ad Hoc tadi yaitu perlombaan jenis perlombaannya Story Telling. Story Telling Se-Jabodetabek tapi ya Alhamdulillah anak-anak sanggar bisa menjuarai Story Telling pada Hari Bahasa.” Dari jawaban informan KH yaitu lebih menekankan untuk menumbuhkan minat baca terhadap anak-anak sejak dini. Berikut hasil wawancara dengan informan KH : “Kemudian yang kedua anak-anak bukan hanya dibatasi waktu dan jam mereka bahkan sejak datang sebelum belajarpun kami selalu menginggatkan mereka untuk membaca di sanggar, jadi ya seperti itu yang kami lakukan.” Akan tetapi bukan menjadi halangan untuk TBM SBJD memberikan kesempatan yang sama bagi pemustaka yang lain yaitu baik para guru atau mentor dan ibu-ibu untuk mengakses informasi melalui sumber bacaan yang tersedia di TBM SBJD. Hal ini dinyatakan kembali oleh informan KH sebagai berikut : “Jadi baik anak-anak, para guru atau mentor, bahkan kepada ibu-ibu yang ingin menuangkan ide dan pikirannya melalui tulisan gitu, itupun sangat kami anjurkan walaupun kami mengalami hambatan untuk merealisasikannya secara total.”
66
Menurut
peneliti,
program-program
yang
diselenggarakan
masih
tergolong kurang bervariasi karena dengan semakin banyaknya variasi program yang diselenggarakan oleh TBM SBJD maka akan bertambah juga minat baca masyarakat terhadap bahan bacaan yang tersedia. Dengan program-program yang diadakan oleh TBM inilah masyarakat mulai membuka diri sedikit demi sedikit untuk bekerjasama dalam program-program yang ada. Program yang tidak ada kaitannya secara langsung dengan buku adalah menyelenggarakan pentas seni, menyelenggarakan kelas pekerjaan tangan dengan cara membuat MADING, menyelenggarakan kelas permainan dengan cara mewarnai gambar-gambar islami seperti Huruf Hijaiyah, Masjid, Lafadz Allah dan Gambar Orang berbusana Muslim, dll. Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti, TBM SBJD mengadakan program yang langsung berhubungan dengan buku seperti mengadakan kegiatan penelitian kecil-kecilan untuk meningkatkan kreativitas anak terutama setelah membaca buku, dengan cara membaca selama 15 menit, anak-anak ketika datang sebelum adzan ashar berkumandang mereka selalu di ingatkan oleh mentor untuk membaca buku atau mentor yang membacakannya, setelah mereka membaca buku, mentor menyediakan buku pustaka sanggar untuk diisi oleh anak-anak, buku tersebut berisi beberapa kriteria yaitu : judul buku, tanggal membaca, jumlah halaman, kesan dan pesan, dan lain-lain. Kemudian pameran buku dengan tema-tema tertentu yaitu dengan cara mensirkulasi buku-buku selama satu minggu sekali dengan tema yang berbedabeda setiap minggunya, ini dinamakan “Teras Baca”.
67
Pembaca buku terbanyak akan diberikan reward. Reward diberikan setiap 6 bulan sekali, reward tersebut berupa hadiah. Menurut peneliti, dari beberapa contoh program yang sudah dijelaskan di atas, TBM SBJD belum merencanakan penambahan program untuk saat ini. Program-program yang ada di TBM SBJD sifatnya lebih keagamaan. TBM JI Upaya pembinaan minat baca tidak terlepas dari program-program yang diselenggarakan oleh TBM. Program-program tersebut diselenggarakan dengan tujuan agar menarik minat baca masyarakat. Dengan ini masyarakat menjadi jaringan dan sumber untuk mengoptimalkan program-program yang ada di TBM. Berikut hasil wawancara dengan informan RM : “Untuk menumbuhkan minat baca itu Taman Bacaan itu harus punya program yang menarik. Kalo ibu membuat jaringan, jaringan pembelajaran partisipatif. Akhirnya ibu menjadikan jaringan masyarakat itu sebagai jaringan yang bisa mengeliatkan kegiatan-kegiatan yang ada disini.” Menurut peneliti, TBM JI dalam menumbuhkan dan meningkatkan minat baca dari program-program yang ada sudah direalisasikan dengan baik, agar dampak dari program-program yang ada di TBM dapat dirasakan dan memberikan manfaat bagi masyarakat pembelajar dalam menumbuhkan dan meningkatkan minat baca. Program-program yang ada di TBM JI diintegrasikan dengan kegiatankegiatan yang ada di masyarakat yaitu melalui PKK, PAUD dan Remaja Masjid, masyarakat yang ada di lingkungan sekitar TBM JI juga berapresiasi dengan program-program yang diselenggarakan. Berikut hasil wawancara dengan informan RM yaitu :
68
“Pertama PKK, kegiatan membuat kerajinan dari kain perca, seperti membuat gelang, bros-bros, dll. Kalau untuk ke PAUD kerjasamanya di mewarnai, pengenalan hardware melalui anak-anak,kemudian untuk Remaja Masjid kita kerjasamanya di outbond...” Dari program-program yang diselenggarakan TBM JI masyarakat menjadi tertarik dan mendukung program tersebut, program-program yang direalisasikan juga sudah bervariasi. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti dengan informan, informan hanya menyebutkan sebagian program yang ada di TBM. Namun, informan memberikan secara rinci program-program dalam bentuk laporan tertulis, yang dapat dilihat di lampiran. Program tersebut adalah TBM JI menyelenggarakan hiburan dan pentas seni, membuat prakarya seperti membuat gelang dari manik-manik, bros dari kain perca, kerajinan kertas kokoru, kerajinan dari limbah yang tidak terpakai, kerajinan dari bahan sedotan, kerajinan dari kain flanel dan demo memasak, mewarnai untuk PAUD, untuk remajanya yaitu outbound dan tadabbur alam dan yang terakhir pemutaran film/video untuk bapak-bapak yaitu nonton bareng piala dunia. Program di TBM JI yang berkaitan langsung dengan buku adalah kegiatan mendongeng dilakukan oleh informan sebagai ketua TBM JI untuk disampaikan langsung kepada anak-anak, TBM JI mengadakan pameran buku pada setiap peringatan Ulang Tahun Tangerang Selatan
yang dinamakan Jambore
Perpustakaan. Dalam Jambore Perpustakaan inilah semua TBM yang ada di Tangerang Selatan berkumpul dan membuka stand-stand, stand-stand tersebut terdapat pameran buku dan hasil karyanya, stand tersebut akan dilombakan. TBM JI termasuk stand yang terbaik dan sudah mendapatkan beberapa penghargaan
69
yaitu sebagai kategori stand terbaik dan terakhir bedah buku fiqih dan ini masuk ke dalam kategori yang sifatnya keagamaan, program bedah buku ini telah dintegrasikan dari kegiatan TBM ke dalam kegiatan Majelis Ta’lim yaitu bedah buku fiqih dengan kehidupan sehari-hari, bedah buku ini disampaikan satu minggu sekali.
2. Faktor yang Mendukung Minat Baca di TBM SBJD dan TBM JI a. TBM SBJD Taman Bacaan Masyarakat sebagai tempat pelestarian ilmu pengetahuan berupa media cetak seperti buku. Buku sebagai media komunikasi yang sangat penting antar manusia, buku merupakan suatu kebutuhan seseorang untuk menambah pengetahuan maka dari koleksi buku yang disediakan oleh TBM ini akan sangat bermanfaat apabila telah memenuhi kebutuhan masyarakat di lingkungan sekitar, TBM bisa dikatakan berhasil apabila telah menarik minat baca seseorang. Maka harus ada faktor yang mendukung minat baca di TBM SBJD, faktor yang mendukung minat baca di TBM SBJD yaitu sarana dan prasarana dan SDM. 1) Sarana dan Prasarana Ruangan yang tersedia sudah memberikan suasana yang nyaman, dari koleksi buku yang ada di TBM SBJD sudah cukup lengkap dan bervariasi untuk masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
informasinya.
Berikut
hasil wawancara dengan informan KH mengenai faktor pendukung berdasarkan sarana dan prasarana di TBM SBJD. Berikut hasil wawancara dengan informan KH :
70
“Suasana mungkin ya, karena untuk ruang baca sebenarnya anakanak sudah terfasilitasi...”
2) Kualitas SDM SDM yang ada di Yayasan SBJD berasal dari kalangan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, mahasiswa tersebut merupakan relawan yang biasa disebut mentor, mentor yang terdapat di Yayasan SBJD berbeda fakultas dan program studi. Mahasiswa yang menjadi relawan diseleksi menurut program studi di bangku kuliah, selain itu mahasiswa juga diberikan kesempatan belajar cara menangani anak-anak dan manajemen organisasi di Yayasan SBJD, sehingga Yayasan SBJD ini menjadi laboratorium nyata bagi mahasiswa yang ingin mengasah kemampuannya untuk mengembangkan Yayasan SBJD menjadi lebih baik. Maka mahasiswa diarahkan untuk melakukan pekerjaannya secara profesional. Berikut hasil wawancara dengan informan SN : “Teater Syahid, itu mereka membantu dalam kegiatan teater anak pengembangan teater anak. Nah lewat jaringan-jaringan inilah kemudian SBJD ini menjadi media, laboratorium bagi para aktivis mahasiswa untuk berekreasi di masyarakat jadi sebetulnya itu...” Dari beberapa faktor yang mendukung minat baca yang telah dijabarkan, faktor yang mendukung minat baca di TBM SBJD adalah karena di Yayasan SBJD sasaran utama dalam menumbuhkan dan meningkatkan minat baca yaitu kepada anak-anak dan yang menjadi kewajiban anak-anak ketika datang secara rutin yaitu mengaji atau membaca Iqra’ dan Al-Qur’an serta menghafal Al-Qur’an melalui program Kelas TK/TP Al-Qur’an dan Kelas Tahfidz. Jadi tidak hanya buku-buku umum saja yang menjadi media dalam menumbuhkan dan
71
meningkatkan minat baca, tetapi Iqra’ dan Al-Qur’an juga sangat penting maka, faktor yang mendukung minat baca ini masuk ke dalam faktor internal. Kemudian motivasi dan kecenderungan anak-anak terhadap bahan bacaan tiap anak berbeda karena seperti yang telah dikemukakan sebelumnya ada anak yang memang sudah dibiasakan membaca di dalam lingkungan keluarganya maka ketika anak tersebut ada di TBM SBJD tanpa mereka diberikan dorongan atau stimulus anak tersebut akan membaca secara mandiri. Karena kakak mentor selalu mengingatkan dan memberikan dorongan untuk membaca kepada anak-anak maka, kebiasaan anak-anak tersebut mulai berubah dari yang tidak suka membaca menjadi suka sedikit demi sedikit, sebagai contoh ketika anak-anak selesai mengaji dan telah menyelesaikan tugas yang diberikan, tanpa diingatkan oleh kakak mentor salah satu anak meminta izin untuk membaca buku, dan kemudian anak-anak yang lainnya, mengikuti temannya untuk membaca, faktor ini masuk ke dalam faktor internal. Menurut peneliti, untuk mendukung minat baca anak-anak secara internal mungkin langkah kedepannya bisa terus mempertahankan dan memberikan dorongan atau stimulus dalam menumbuhkan dan meningkatkan minat baca anakanak. Tidak hanya anak-anak tetapi juga untuk remaja, dewasa dan orang tua juga perlu disosialisasikan upaya pembinaan minat baca melalui program-program menarik yang diadakan di TBM SBJD. Baik program yang tidak berkaitan langsung dengan buku maupun yang berkaitan langsung dengan buku seperti yang telah di sampaikan sebelumnya. Sarana dan prasarana dan kualitas SDM merupakan faktor pendukung minat baca secara internal yang ada di TBM SBJD. Sarana dan prasarananya
72
adalah koleksi buku yang cukup beragam, dengan koleksi yang cukup beragam inilah anak-anak mendapatkan kesempatan untuk memilih-milih buku yang mereka senangi. Anak-anak menyukai buku-buku fiksi seperti : cerita dongeng, cerita fabel, komik, novel islami, kisah-kisah nabi, Ensiklopedia Islami, KKPK (Kecil-Kecil Punya Karya), dan lain-lain. Ruangan yang ada di TBM SBJD cukup memberikan suasana yang nyaman bagi pemustaka baik dari kebersihan dan kerapihannya. Kemudian SDM yang ada di Yayasan SBJD berasal dari kalangan mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, mahasiswa tersebut merupakan
relawan yang biasa disebut mentor, mentor yang terdapat di Yayasan SBJD berbeda fakultas dan program studi. Mahasiswa yang menjadi relawan diseleksi menurut program studinya di bangku kuliah, selain itu mahasiswa juga diberikan kesempatan belajar cara menangani anak-anak dan manajemen organisasi di Yayasan SBJD, sehingga Yayasan SBJD ini menjadi laboratorium nyata bagi mahasiswa yang ingin mengasah kemampuannya untuk mengembangkan Yayasan SBJD menjadi lebih baik. Maka mahasiswa diarahkan untuk melakukan pekerjaannya secara professional, faktor ini termasuk faktor internal. Menurut peneliti, dalam faktor pendukung minat baca secara internal sudah baik, dan untuk masa yang akan datang dalam mengembangkan dan memajukan TBM SBJD baik sarana dan prasarananya bisa terus memberikan suasana yang nyaman bagi pemustaka. Kemudian SDM yang ada juga sudah baik untuk menumbuhkan dan meningkatkan minat baca masyarakat, karena SDM yang ada di TBM SBJD memegang peranan penting dan merupakan faktor yang mendukung minat baca secara internal bagi masyarakat.
73
Hal yang penting dalam pembinaan minat baca melalui program-program yang akan diadakan yaitu tidak terlepas dari persoalan dana, maka TBM SBJD saat ini masih terus berusaha untuk melakukan kerjasama dengan organisasiorganisasi, semua lapisan masyarakat baik akademik maupun non akademik dan terutama pemerintah, karena kerjasama ini termasuk faktor yang mendukung minat baca secara eksternal. Kerjasama yang dilakukan pada saat ini yaitu dari KEMENAG, orang tua wali murid berupa financial serta bantuan buku-buku dari PERPUSNAS dan perorangan. b. TBM JI Faktor yang mendukung minat baca di TBM JI, faktor yang mendukung minat baca di TBM JI yaitu SDM, program yang menarik, kemampuan membaca masyarakat, kerjasama dengan organisasi-organisasi dan pengelompokkan usia masyarakat. 1) Kualitas SDM Pengelola TBM JI merupakan seorang yang aktif di masyarakat dan pengelola TBM merupakan seorang pendidik, sehingga memiliki semangat untuk memajukan sebuah TBM yang berguna untuk mencerdaskan kehidupan masyarakat di sekitarnya. Untuk memperkenalkan minat membaca kepada masyarakat, informan RM masuk ke dalam lingkup Majelis Ta’lim dengan menjadi pengisi materi, materi yang pertama kali dikenalkan ke dalam Majelis Ta’lim ibu-ibu yaitu fiqih, fiqih sehari-hari. Materi fiqih yang disampaikan kepada ibu-ibu rutin diberikan satu minggu sekali. Berikut hasil wawancara dengan informan RM mengenai faktor pendukung minat baca berdasarkan SDM yang ada di TBM JI :
74
“Kalau saya kan gini usahanya saya secara pribadi ya, kalau saya masuk ke Majelis Ta’lim, Alhamdulillah saya dipercaya disitu untuk bedah buku fiqih,bagaimana menanamkan orang tua suka dengan fiqih...”
2) Program-Program yang Menarik TBM JI untuk menumbuhkan dan meningkatkan minat baca lebih mengutamakan program yang menarik, karena program yang menarik sebagai modal utama dalam menarik minat baca masyarakat. Program menarik yang di adakan di TBM JI selalu merujuk ke buku sebagai bahan referensi untuk program yang akan diadakan. Berikut hasil wawancara dengan informan RM mengenai faktor pendukung berdasarkan program yang menarik di TBM JI: “Pertama kalau di TBM JI harus punya program yang menarik minat baca, misalnya kita punya program yang kaitannya dengan anak-anak PAUD ya, bagaimana anak-anak bisa datang ke TBM karena dia tertarik dengan buku-buku, dengan warna-warni ini mereka tertarik bisa membaca maka harus diperbanyak buku-buku cerita yang kaitannya dengan anak-anak ya...” 3) Kerjasama dengan Organisasi-Organisasi Untuk menjadikan sebuah TBM itu tetap efektif dan aktif, dalam upaya menumbuhkan dan mengembangkan minat baca masyarakat maka TBM JI membutuhkan kerjasama atau bermitra dengan organisasi-organisasi luar. TBM JI telah melakukan kerjasama dengan mahasiswa Sukabumi, Dinas Pendidikan, PERPUSDA, TBM MAGMA, TBM Al-Hidayah, dll. Berikut hasil wawancara dengan informan RM mengenai faktor pendukung berdasarkan kerjasama atau bermitra dengan organisasi-organisasi yang ada di TBM JI :
75
“Seperti ini kan dari bungkus kopi bekas ya, ini produk Jendela Ilmu kerjasama dengan mahasiswa Sukabumi. Eksternalnya bagaimana kita bisa merangkul atau bermitra dengan organisasi-organisasi luar supaya TBM itu tidak vakum...” 4) Pengelompokkan Usia Masyarakat Melalui program-program yang diselenggarakan oleh TBM JI, TBM JI menyesuaikan program berdasarkan kelompok usia dan berdasarkan kebutuhan masyarakat, karena dengan mengelompokkan program-program berdasarkan kelompok usia agar program-programnya lebih terarah dan disesuaikan
dengan
bahan
bacaan
yang
dibutuhkan.
Program
tersebut dibagi menjadi 3 kelompok yaitu PAUD, PKK dan Majelis Ta’lim, dan Remaja. Berikut hasil wawancara dengan informan RM mengenai
faktor
pendukung
berdasarkan
pengelompokkan
usia
masyarakat yang ada di TBM JI : “Saya menjadikan sekeliling mitra saya menjadi tiga minat baca, minat baca PAUD, minat baca PKK, minat baca Majelis Ta’lim...” Dari faktor pendukung minat baca yang telah dipaparkan oleh informan, yang menjadi faktor pendukung minat baca di TBM JI yaitu kualitas SDM, program-program yang menarik, kerjasama dengan organisasi-organisasi dan pengelompokkan usia masyarakat. Faktor pendukung minat baca secara internal yang dialami oleh TBM JI adalah kualiatas SDM, untuk menumbuhkan dan meningkatkan minat baca di TBM JI, pengelola TBM JI merupakan seorang yang aktif di masyarakat dan pengelola TBM merupakan seorang pendidik, sehingga memiliki semangat untuk memajukan sebuah TBM yang berguna untuk mencerdaskan kehidupan masyarakat di sekitarnya. Tanpa SDM yang baik untuk mengelola TBM maka
76
tidak akan menciptakan generasi-generasi yang cerdas dalam upaya pembinaan minat baca. Pengelompokkan usia masyarakatnya, maksudnya TBM JI menyesuaikan program minat baca berdasarkan kelompok usia dan berdasarkan kebutuhan masyarakat, kelompok usia tersebut dibagi menjadi tiga kelompok yaitu PAUD, PKK dan Majelis Ta’lim, dan Remaja. Untuk program minat baca PAUD yaitu mewarnai, untuk PKK dan Majelis Ta’lim yaitu membuat kerajinan tangan dan untuk remaja yaitu Tadabur Alam kerjasama dengan Remaja Masjid, dan TBM JI juga bekerjasama dengan mahasiswa mengumpulkan limbah plastik yang tidak terpakai untuk didaur ulang dan dijadikan kerajinan tangan. Program yang menarik, TBM JI untuk menumbuhkan dan meningkatkan minat baca lebih mengutamakan program yang menarik, program menarik yang di adakan di TBM JI selalu merujuk ke buku sebagai bahan referensi untuk program yang akan diadakan. Karena program yang menarik sebagai modal utama dalam menarik minat baca masyarakat, faktor pendukung minat baca ini masuk ke dalam faktor internal. Menurut peneliti, faktor yang mendukung minat baca secara internal yang dilakukan oleh TBM JI sudah baik dan sudah merata dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dengan mengelompokkan minat baca berdasarkan kelompok usia yang bertujuan agar program-program yang dijalankan lebih terarah, dan SDM di TBM JI untuk masa yang akan datang akan terus bertahan dan meningkatkan upaya pembinaan minat baca masyarakat melalui program-program menarik lainnya yang tidak berkaitan langsung dengan buku maupun yang berkaitan langsung dengan buku. Untuk program yang berkaitan langsung dengan buku
77
sebaiknya ditambah lagi dan divariasikan agar pengetahuan dan wawasan masyarakat bertambah dan semakin kaya dengan ilmu pengetahuan yang didapatkan dari semua buku yang ada di TBM JI. Faktor pendukung minat baca secara eksternal yang dialami oleh TBM JI adalah kerjasama dengan organisasi,
dalam
upaya
menumbuhkan dan
meningkatkan minat baca masyarakat maka TBM JI membutuhkan kerjasama dengan organisasi-organisasi luar. TBM JI telah bekerjasama dengan mahasiswa Sukabumi, Dinas Pendidikan, PERPUSDA, TBM MAGMA, dan CSR Smarfren. Kerjasama ini dilakukan untuk menunjang finansial dalam operasional TBM JI melalui program-program yang diadakan. Menurut peneliti, faktor yang mendukung minat baca secara eksternal yaitu kerjasama dengan organisasi sudah baik. Karena kerjasama dengan organisasi-organisasi luar memudahkan TBM JI dalam menjalankan kegiatan operasional TBM JI.
3. Faktor yang Menghambat Minat Baca di TBM SBJD dan TBM JI a. TBM SBJD Disadari bahwa kondisi minat baca masyarakat kita belum sejajar dengan bangsa
lain.
Kondisi
ini
akan
menghambat
tercapainya
masyarakat
pembelajar/learning society. Padahal terwujudnya masyarakat pembelajar merupakan syarat utama untuk menuju masyarakat yang maju. Untuk itu TBM perlu meningkatkan kuantitas dan kualitas layanannya, meningkatkan sarana prasarana, dan lainnya. Tetapi minat baca tidak selalu terlihat jelas sebab selalu
78
ada faktor yang mempengaruhinya. Faktor yang menghambat minat baca di TBM SBJD yaitu : 1) Kurangnya Sponsor Karena kekurangan sponsor, maka TBM SBJD mengalami masalah dana, karena kekurangan dana TBM SBJD pada saat ini belum menjalankan operasionalnya dengan baik dan ini juga berakibat kepada SDM yang ada di TBM SBJD pada saat ini. Berikut hasil wawancara dengan informan KH mengenai faktor penghambat berdasarkan sponsor dan SDM yang ada di TBM SBJD : “Pertama kekurangan ya kekurangan berimplikasi pada recruitment SDM.”
ini
sponsor,
itu
2) Terbatasnya Bangunan TBM Karena keterbatasan pengembangan, memang bangunan Yayasan SBJD menjadi satu di dalam rumah pribadi. Ruangan yang tersedia dibagi untuk beberapa bagian yaitu TK/TP Al-Qur’an dan Kelas Tahfidz. Berikut hasil wawancara dengan informan KH mengenai faktor penghambat karena terbatasnya bangunan TBM SBJD : “Masih menempati rumah ya?” 3) Kurangnya Sosialisasi Akses TBM SBJD terbuka untuk masyarakat, namun kurangnya sosialisasi kepada masyarakat maka pada saat ini hanya pemustaka dari anak didik, orang tua, dan mentor yang aktif dalam layanan sirkulasi koleksi buku yang ada di TBM SBJD. Berikut hasil wawancara dengan informan KH mengenai faktor penghambat minat baca:
79
“Kami sudah menyiapkan kartu perpustakaan, tetapi lagi-lagi orangorang yang tidak menjadi komunitas mungkin mereka tidak tau atau mereka tidak mengerti maka itu perlu sosialisasi.” 4) Perkembangan Teknologi Informasi Karena sekarang saat ini sangat dipengaruhi dengan perkembangan teknologi informasi, dengan perkembangan koleksi dan beberapa sumber informasi dapat diakses dengan sangat cepat , kapan saja dan dimana saja, sehingga buku-buku tercetak sudah mengalami pergeseran. Berikut hasil wawancara
dengan
informan
KH
mengenai
faktor
penghambat
berdasarkan teknologi informasi : “Buku-buku sekarang juga sudah cenderung bersifat digital, jadi untuk mencari buku yang cetak terjadi pergeseran, jadi mereka bisa akses langsung di internet kebutuhan dan informasi apapun itu juga bisa langsung unduh dari internet.” 5) Kurangnya
Dukungan
dan
Kerjasama
dari
Semua
Lapisan
Masyarakat Karena TBM SBJD adalah lembaga yang non profit dan masih dalam proses pengembangan, maka TBM SBJD memerlukan dukungan dan kerjasama dari semua lapisan masyarakat, baik dukungan akademik dan non akademik. Dukungan tersebut tidak hanya berupa materil tetapi juga imateril. Berikut hasil wawancara dengan informan KH mengenai faktor penghambat berdasarkan dukungan dan kerjasama dari semua lapisan masyarakat : “TBM di tempat kami, memerlukan dukungan sebenarnya, dukungan akademik maupun dukungan non akademik, dukungan dari semua lapisan, baik itu lapisan masyarakat maupun lapisan jaringan lain termasuk lapisan donasi pihak yang mendonasi...”
80
6) Kurangnya Dukungan dan Kerjasama dari Pemerintah. Tidak hanya dukungan dan kerjasama dari lapisan masyarakat, baik akademik dan non akademik, tetapi dukungan dan kerjasama dari pemerintah juga sangat diperlukan dalam upaya menumbuhkan dan meningkatkan
minat
baca
melalui
program-program
yang
akan
dilaksanakan oleh sebuah TBM, namun yang dirasakan oleh TBM SBJD sebaliknya yaitu tidak mendapatkan dukungan dari pemerintah Tangerang Selatan. Berikut hasil wawancara dengan informan KH mengenai faktor penghambat berdasarkan dukungan dan kerjasama dari pemerintah : “Ya sikap pemerintah Tangerang Selatan kurang memberikan pemerataan terhadap TBM. Ketika ada dana bantuan yang tadinya dijanjikan, tidak keluar...” 7) Rendahnya Sikap dan Minat Anak-Anak terhadap Bahan Bacaan Sikap dan minat anak-anak terhadap bahan bacaan memang belum maksimal, karena sebagian anak-anak belum bisa membaca secara mandiri, anak-anak membutuhkan dorongan untuk membaca buku-buku yang ada di TBM SBJD. Namun karena keterbatasan yang dimiliki pustakawan yang tidak menetap di Yayasan SBJD, maka belum bisa memberikan dorongan yang maksimal untuk menumbuhkan dan meningkatkan minat baca, maka minat baca cukup sulit dilaksanakan dan ditanamkan kepada anak-anak maupun masyarakat di sekitar. Dan hal yang tidak bisa dipungkiri lagi yaitu karena keterbatasan dana. Berikut hasil wawancara dengan informan KH mengenai faktor penghambat berdasarkan sikap dan minat anak-anak terhadap bahan bacaan yang ada di TBM SBJD :
81
“Sikap anak-anak belum maksimal, masalahnya untuk orang yang bertanggung jawab secara langsung juga tidak permanen ibaratnya seperti itu..”. 8) Waktu Kerja Mentor Fokus kerja mentor masih terbagi-bagi sehingga belum bisa maksimal. Maka diperlukannya kerjasama yang baik. Berikut hasil wawancara dengan informan KH mengenai faktor penghambat berdasarkan SDM yang ada di TBM SBJD : “Kami sulit untuk meng-higher petugasnya secara langsung untuk benar-benar bisa mendorong minat baca secara simultan...”
Menurut peneliti, kelebihan TBM SBJD yang ada memang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan bahan bacaan. Dalam pelaksanaannya, TBM SBJD mempunyai kekurangan dan kelebihan. Dimana kekurangan yang ada bisa menjadi pelajaran, untuk kita lebih mengoptimalkan kembali pengelolaan yang lebih baik kedepannya. Dari beberapa faktor penghambat minat baca di TBM SBJD yang ada yaitu kurangnya sponsor, terbatasnya bangunan TBM, kurangnya sosialisasi, teknologi informasi, kurangnya dukungan dan kerjasama dari semua lapisan masyarakat, kurangnya dukungan dan kerjasama dari pemerintah, rendahnya sikap dan minat anak-anak terhadap bahan bacaan dan waktu kerja mentor. Beberapa faktor yang menghambat minat baca di TBM SBJD adalah apresiasi dan respon masyarakat terhadap perpustakaan yang masih rendah, karena TBM SBJD adalah lembaga yang non profit dan masih dalam proses pengembangan, tidak hanya berupa materil tetapi juga imateril, maka TBM SBJD memerlukan dukungan dan kerjasama dari semua lapisan masyarakat, baik
82
dukungan akademik dan non akademik, dukungan dan kerjasama dari pemerintah. Akses TBM SBJD terbuka untuk masyarakat, namun kurangnya sosialisasi kepada masyarakat maka pada saat ini hanya pemustaka dari anak didik, orang tua, dan mentor yang aktif dalam layanan sirkulasi koleksi buku yang ada di TBM SBJD. Maka untuk kedepannya perlu mengadakan sosialisasi kepada semua masyarakat sekitar. Terbatasnya bangunan TBM, karena keterbatasan pengembangan, memang bangunan Yayasan SBJD menjadi satu di dalam rumah pribadi. Ruangan yang tersedia dibagi untuk beberapa bagian yaitu TK/TP Al-Qur’an dan Kelas Tahfidz. Jadi, ruangan TBM masih menyatu dengan kelas TK/TP Al-Qur’an. Kurangnya sponsor, maka TBM SBJD mengalami masalah dana, karena kekurangan dana TBM SBJD pada saat ini belum menjalankan operasionalnya dengan baik. Kemudian waktu kerja mentor yaitu pengelola yang ada di Yayasan SBJD belum menetap, maka fokusnya masih terbagi-bagi sehingga belum bisa maksimal. Karena TBM SBJD berada di Ciputat yang disebut sebagai kota pelajar maka TBM SBJD mempunyai harapan agar kerjasama antara masyarakat, Civitas Akademika UIN terutama pada Jurusan Ilmu Perpustakaan untuk bisa memberikan partisipasinya melalui program-program yang kreatif kepada TBM SBJD. TBM SBJD pada saat ini baru saja mendapatkan bantuan buku dari PERPUSNAS dan sumbangan perorangan, buku-buku yang diterima oleh TBM SBJD sudah banyak dan buku-buku tersebut membutuhkan dana untuk pengolahannya maka diperlukannya kerjasama ini. Kemudian teknologi informasi, saat ini anak-anak sangat dipengaruhi dengan perkembangan teknologi informasi dan lebih tertarik dengan game online,
83
gadget-gadget yang memudahkan semua orang untuk mengakses informasi, dan lain-lain. Dengan perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat bukubuku tercetak mengalami pergeseran. Sikap dan minat anak-anak terhadap bahan bacaan memang belum maksimal, karena sebagian anak-anak belum bisa membaca secara mandiri, anakanak membutuhkan dorongan untuk membaca buku-buku yang ada di TBM SBJD. Namun karena keterbatasan yang dimiliki pustakawan yang tidak menetap di Yayasan SBJD, maka belum bisa memberikan dorongan yang maksimal untuk menumbuhkan dan meningkatkan minat baca, maka minat baca cukup sulit dilaksanakan dan ditanamkan kepada anak-anak maupun masyarakat di sekitar. Menurut peneliti, faktor yang menghambat minat baca disadari memang dialami oleh semua TBM. Sebaiknya TBM SBJD melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar koleksi buku yang ada di TBM SBJD dapat dimanfaatkan untuk menambah pengetahuan dan wawasan masyarakat. Agar masyarakat berapresiasi dan merespon dengan adanya TBM disekitar lingkungannya, maka TBM membuat program yang menarik minat masyarakat untuk datang ke TBM dan pengelola TBM dapat mensosialisasikan tujuan adanya TBM SBJD ini. Kerjasama dengan sponsor memang sangat dibutuhkan karena dari kerjasama inilah TBM SBJD mendapatkan bantuan dana, untuk mendapatkan dana tersebut tidaklah mudah, TBM SBJD harus lebih aktif lagi untuk mengusahakan mencari informasi tentang bantuan dana TBM dan membuat proposal bantuan untuk TBM. Jika dana tersebut telah didapatkan maka dalam pelaksanaanya TBM SBJD bisa berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan sarana dan prasarananya, SDM, Pengelolaan TBM dan lain-lain. Kerjasama dan
84
dukungan dari pemerintah sangat dibutuhkan dalam hal ini, karena pemerintah mempunyai peranan yang sangat penting dalam memajukan bangsa. Jadi semua pihak terlibat tidak hanya satu pihak yang berperan, karena semua itu tidak mungkin terlaksana tanpa adanya kerjasama yang baik. Sikap dan minat anak-anak terhadap bahan bacaan memang seharusnya diberikan dorongan atau stimulus secara rutin baik dari tenaga pustakawan, mentor dan orang tua juga harus bekerjasama. Untuk perekrutan tenaga pengelola pada masa yang akan datang agar diusahakan yang menetap dan terkondisikan dengan baik, dalam menangani minat baca anak-anak di TBM SBJD. Teknologi informasi sebaiknya bisa diarahkan penggunaanya yaitu mentor mengarahkan dan memperkenalkan kepada anak-anak untuk mengakses informasi yang baik dan sesuai dengan kebutuhannya melalui gadget yang dimilikinya.
b. TBM JI Faktor yang menghambat di TBM JI yaitu ketidak pedulian orang tua terhadap pendidikan anak, pendanaan, dan ketidak pedulian masyarakat. 1) Ketidak Pedulian Orang Tua terhadap Pendidikan Anak Salah satu faktor yang mendukung minat baca ialah pendidikan dari keluarga, terutama orang tua, karena orang tua sangat memegang peranan penting dalam tumbuh kembangnya kemampuan belajar anak, namun banyak orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anak terutama minat baca anak. Hal ini diutarakan oleh informan RM mengenai ketidak pedulian orang tua : “Banyak, faktor penghambatnya diantaranya satu ketidak pedulian orang tua terhadap pendidikan anak ya, terutama minat baca...”
85
2) Dana yang Masih Terbatas Namun yang menjadi kendala dalam memenuhi kebutuhan operasional TBM JI yaitu dana yang terbatas, dan ini berdampak pada sarana dan prasarana yang dimiliki TBM JI juga terbatas. Dengan keterbatasan dana yang ada maka TBM JI melakukan kerjasama seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, dari kerjasama ini TBM JI sangat terbantu, TBM JI juga menjalin kerjasama dan mendapat perhatian dari pemerintah dengan keberadaan TBM JI yang ditempatkan di dalam rumahnya, kerjasama yang dilakukan yaitu dengan CSR Smarfren, PERPUSDA, MAGMA, PERPUSNAS dan Perusahaan dari Kerajinan Kertas Kokoru. Berikut hasil wawancara dengan informan RM mengenai faktor penghambat dari segi pendanaan : “Kemudian yang kedua kendala dengan keuangan, dana ya, karena TBM itu lembaga non-profit tidak menghasilkan, mungkin dari segi sarana dan prasarana, karna terbentur dana lagi, sarana dan prasarana kita ini ya apa adanya ya...” 3) Ketidak Pedulian Masyarakat Karena masih banyak masyarakat yang belum tahu dan belum meratanya sosialisasi tentang TBM, maka masyarakat yang tidak tahu maka masyarakat menjadi tidak peduli tersebut menanggapi keberadaan TBM menjadi negatif. Berikut hasil wawancara dengan informan RM mengenai faktor penghambat dari ketidak pedulian masyarakat : “Yang ketiga ada kendala lain adalah sikap cuek masyarakat sekitar terhadap TBM...”
86
Dari beberapa faktor penghambat minat baca di TBM JI yang ada yaitu ketidakpedulian orang tua terhadap pendidikan anak, dana yang masih terbatas, dan ketidak pedulian masyarakat. Beberapa faktor penghambat minat baca di TBM JI adalah tingkat pendidikan masyarakat yang masih banyak di bawah standar yaitu pendidikan dari keluarga, terutama orang tua, karena orang tua sangat memegang peranan penting dalam tumbuh kembangnya kemampuan belajar anak, namun banyak orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anak terutama minat baca anak. Karena orang tua hanya memberikan pendidikan formal saja kepada anak namun tidak diimbangi dengan pendidikan non formal. Apresiasi dan respon masyarakat terhadap perpustakaan yang masih rendah yaitu karena masih banyak masyarakat yang belum tahu dan belum meratanya sosialisasi tentang TBM, maka masyarakat yang tidak tahu tersebut menanggapi keberadaan TBM menjadi negatif. Maka diperlukannya sosialisasi dan arahan kepada masyarakat tentang keberadaan TBM di lingkungan mereka. Faktor penghambat minat baca di TBM JI yang lainnya adalah dana yang masih terbatas, dengan keterbatasan dana maka sarana dan prasarana yang dimiliki belum maksimal dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Maka TBM JI melakukan kerjasama seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, dari kerjasama ini TBM JI sangat terbantu, TBM JI juga menjalin kerjasama dan mendapat perhatian dari pemerintah dengan keberadaan TBM JI yang ditempatkan di dalam rumahnya, kerjasama yang dilakukan yaitu dengan CSR Smarfren, PERPUSDA, MAGMA, PERPUSNAS dan Perusahaan dari Kerajinan Kertas Kokoru.
87
Menurut peneliti, Pengelola TBM dalam meningkatkan kemampuan keterampilan dalam mengelola TBM dan memotivasi minat baca masyarakat sudah baik, untuk meningkatkan dan menumbuhkan minat baca masyarakat lebih baik dan lebih banyak lagi pemustaka yang berapresiasi kepada program-program yang ada di TBM JI maka dalam melakukan kegiatan promosi lebih efektif lagi kepada masyarakat.
C. Pembahasan Pada bagian ini penulis akan menjelaskan pembahasan dari hasil penelitian pada bab IV. Hasil penelitian upaya pembinaan minat baca yaitu suatu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan minat baca di Taman Bacaan Masyarakat dengan menyelenggarakan program-program yang bertujuan memberikan dorongan kepada masyarakat untuk meningkatkan minat baca. Dalam upaya pembinaan minat baca adalah dengan mengadakan programprogram yang dilakukan untuk menarik minat membaca. Program yang dilaksanakan untuk menarik anak datang ke perpustakaan dan sekaligus secara tak langsung memberitahukan kepada masyarakat sekitar akan adanya perpustakaan di kawasan tempat tinggal mereka. Program tersebut yaitu: 1. Mula-mula melalui acara yang tidak ada kaitan secara langsung dengan buku, tetapi karena dilaksanakan di perpustakaan maka diharapkan anak akan tertarik melihat-lihat dan akhirnya membaca buku. a. Menyelenggarakan kelas melukis, pameran lukisan dan lomba melukis. b. Menyelenggarakan kelas seni: musik, tari, drama, dan nyanyi. c. Menyelenggarakan kelas pekerjaan tangan: membuat berbagai prakarya.
88
d. Mengadakan kelas permainan, catur, kuis, congklak, dan lain-lain. e. Pemutaran film/video untuk anak dan remaja. 2. Mengadakan acara langsung yang langsung berhubungan dengan buku. a. Kegiatan mendongeng secara langsung tanpa alat peraga atau dengan jalan membacakan cerita. Kegiatan ini bisa melibatkan anak dengan memintanya ikut menjadi salah satu tokoh. Bisa juga mendongeng dengan boneka atau alat peraga. b. Kegiatan membicarakan buku/berdiskusi setelah acara mendongeng, baik mengenai buku yang bersangkutan ataupun mengenai buku dengan tema sejenis untuk memperluas wawasan anak. c. Mengadakan kegiatan penelitian kecil-kecilan untuk meningkatkan rasa ingin tahu dan menyalurkan kreativitas anak terutama setelah membaca buku non-fiksi. d. Pameran buku dengan tema-tema tertentu misal cerita petualangan, cerita tentang hantu, humor, dan sebagainya. e. Mengadakan pameran buku secara teratur misalnya datang buku baru. Pameran buku juga bisa dilakukan untuk memperingati berbagai peristiwa.1
Berikut hasil temuan upaya pembinaan minat baca melalui programprogram yang ada di kedua TBM, TBM SBJD dan TBM JI yaitu menyelenggarakan pentas seni, membuat MADING, membaca buku kemudian membuat ringkasan, mensirkulasi buku-buku dengan tema yang berbeda setiap
1
121.
Murti Bunanta. Buku, Mendongeng dan Minat Membaca. (Jakarta: Kelompok Pecinta Bacaan Anak, 2008), h.
89
minggunya, membuat gelang dari manik-manik, bros dari kain perca, kerajinan kertas kokoru, kerajinan dari limbah yang tidak terpakai, kerajinan dari sedotan dan kerajinan dari flannel, lomba memasak, pemutaran film/video, story telling, pameran buku dan bedah buku. Program-program lainnya yang ada di TBM SBJD dan TBM JI namun belum dibahas dalam teori ini adalah mewarnai, outbound dan tadabburr alam, pembaca buku terbanyak akan diberikan reward, TK/TP Al-Qur’an dan kelas Tahfidz. Faktor yang mendukung minat baca adalah : a. Faktor Internal Secara umum, terdapat dua faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya minat baca yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seperti pembawaan, kebiasaan dan ekspresi diri. Faktor internal meliputi intelegensi, usia, jenis kelamin, kemampuan membaca, sikap, serta kebutuhan psikologis. Intelegensi merupakan kemampuan keseluruhan atau global individu untuk bertindak sesuai dengan tujuan, berpikir logis atau rasional, dan berbuat secara efektif terhadap keadaan. Berikut hasil temuan faktor pendukung minat baca melalui programprogram yang ada di kedua TBM, yang termasuk ke dalam faktor internal ialah sarana dan prasarana yaitu koleksi buku yang beragam, ruangan yang memberikan suasana nyaman, kualitas SDM maksudnya kemampuan mengelola TBM dan membina minat baca masyarakat berdasarkan kelompok usia. Faktor eksternal yang belum dibahas dalam teori ini adalah mengaji atau membaca Iqra’ dan AlQur’an serta menghafalnya melalui program kelas TK/TP Al-Qur’an dan Kelas
90
Tahfidz dan mengadakan program yang menarik untuk masyarakat, seperti: membuat gelang dari manik-manik, bros dari kain perca, kerajinan kertas dari kokoru, kerajinan dari limbah yang tidak terpakai, kerajinan dari sedotan dan kerajinan dari flannel. b. Faktor Eksternal Faktor eksternal meliputi: belum tersedianya bahan bacaan yang sesuai, status sosial, ekonomi, kelompok etnis, pengaruh teman sebaya, orang tua, guru, televisi, serta film. Belum tersedianya bahan bacaan yang sesuai, maksudnya masih
memilih-milih
bahan
bacaan,
padahal,
sebetulnya
untuk
dapat
meningkatkan minat membaca, tidak harus membaca buku yang sangat kita senangi, karena dengan cara membaca bahan bacaan apapun, secara tidak langsung kita sedang melatih diri agar terbiasa untuk membaca, sehingga kita akan senang membaca, karena membaca adalah untuk mendapat informasi, dan informasi itu dapat diperoleh dari berbagai macam bahan bacaan. Informasi yang mendukung dalam belajar adalah berupa bahan-bahan yang tertulis yang mengharuskan kegiatan membaca sehingga apa yang dibutuhkan dapat tercapai. Sebagai sarana membaca, perpustakaan merupakan sumber informasi dan pengetahuan yang mengantar pemustaka ke dunia yang lebih luas, sebagai media yang dapat menghubungkan segala peristiwa pada masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang. Keberadaan perpustakaan sangat diperlukan karena perpustakaan dapat memberikan segala kebutuhan akan minat, khususnya minat dalam membaca koleksi-koleksi perpustakaan.2
2
Teguh Yudi Cahyono. “Peran Perpustakaan dalam Membina Kemampuan dan Minat Baca.” Artikel diakses
pada 14 November 2014 dari http://118.97.219.90/images/stories/pustakawan/pdfteguh/kemampuan dan minat baca.pdf.
91
Sedangkan faktor eksternal yang ada di kedua TBM ialah dana operasional TBM dan kerjasama dengan organisasi-organisasi luar. Faktor yang menghambat minat baca adalah kelompok masyarakat yang memiliki minat dan budaya baca rendah disebabkan karena : a. Akses informasi dari dan ke perpustakaan (sumber-sumber bacaan) terbatas. b. Tingkat pendidikan masyarakat yang masih banyak di bawah standar. c. Kondisi sosial dan ekonomi masyarakat yang kurang menguntungkan sehingga mempengaruhi daya beli mereka terhadap bahan bacaan d. Layanan perpustakaan kepada masyarakat yang belum merata, dan e. Apresiasi dan respon masyarakat terhadap perpustakaan yang masih rendah.3 Berikut hasil temuan faktor yang menghambat minat baca melalui program-program yang ada di kedua TBM adalah kurangnya sosialisasi, perkembangan Teknologi Informasi, kurangnya dukungan dan kerjasama dari semua lapisan masyarakat, kurangnya dukungan dan kerjasama dari pemerintah, rendahnya sikap dan minat anak-anak terhadap bahan bacaan dan ketidak pedulian orang tua terhadap pendidikan anak. Faktor penghambat lainnya di kedua TBM ini, namun belum dibahas dalam teori ini adalah kurangnya sponsor, terbatasnya bangunan TBM dan dana yang masih terbatas.
3 Perpustakaan Nasional RI. Kajian Pembudayaan Kegemaran Membaca. (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2011), h. 6
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti mengambil beberapa kesimpulan tentang Upaya Pembinaan Minat Baca di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) : Studi Kasus TBM Sanggar Baca Jendela Dunia dan TBM Jendela Ilmu, yaitu : 1. Upaya pembinaan minat baca melalui program-program di TBM SBJD yang sifatnya umum merupakan program jangka pendek, sedangkan yang sifatnya keagamaan merupakan program jangka panjang. Adapun program yang tidak ada kaitannya secara langsung dengan buku di TBM SBJD adalah menyelenggarakan pentas seni, menyelenggarakan kelas pekerjaan tangan dan menyelenggarakan kelas permainan. Sedangkan program yang langsung berkaitan dengan buku adalah mengadakan kegiatan penelitian kecil-kecilan, pameran buku dan pembaca buku terbanyak. Program yang diadakan di TBM JI yang sifatnya umum merupakan program jangka pendek dan lebih banyak program yang tidak berkaitan langsung dengan buku yaitu menyelenggarakan hiburan atau pentas seni, membuat prakarya, outbound dan tadabur alam. Untuk program yang langsung berkaitan dengan buku ialah mendongeng, pameran buku dan bedah buku. 2. Faktor pendukung minat baca secara internal yang ada di TBM SBJD adalah sarana dan prasarana yang terdiri dari tersedianya buku yang cukup beragam, ruangan yang memberikan suasana nyaman bagi pemustakanya serta kualitas
92
93
SDM yaitu pengelola seperti mentor yang berasal dari kalangan mahasiswa UIN. Faktor pendukung minat baca secara eksternal yaitu kerjasama dengan KEMENAG, orang tua wali murid berupa financial serta bantuan buku-buku dari PERPUSNAS dan perorangan. Faktor pendukung minat baca secara internal di TBM JI adalah kualitas SDM yang merupakan seorang pendidik dan aktif di masyarakat, mengadakan program-program yang menarik, dan pengelompokkan usia masyarakat yang terdiri dari tiga kelompok yaitu anakanak, remaja dan orang tua. Sedangkan faktor pendukung minat baca secara eksternal yaitu TBM JI telah bekerjasama dengan mahasiswa Sukabumi, Dinas Pendidikan, PERPUSDA, TBM MAGMA, PERPUSNAS dan CSR Smarfren berupa financial dan buku-buku. 3. Faktor penghambat minat baca di TBM SBJD yaitu kurangnya sponsor, terbatasnya bangunan TBM, kurangnya sosialisasi, teknologi informasi, kurangnya dukungan dan kerjasama dari semua lapisan masyarakat, kurangnya dukungan dan kerjasama dari pemerintah, rendahnya sikap dan minat anakanak terhadap bahan bacaan dan waktu kerja mentor. Sedangkan faktor penghambat minat baca di TBM JI adalah ketidakpedulian orang tua terhadap pendidikan anak, dana yang masih terbatas, dan ketidak pedulian masyarakat.
B. Saran Saran yang dapat diberikan oleh penulis untuk TBM SBJD dan TBM JI, dalam upaya pembinaan minat baca adalah sebagai berikut : 1. Untuk mendukung minat baca anak-anak di TBM SBJD dan TBM JI, langkah kedepannya bisa memberikan dorongan atau stimulus dan terus memotivasi
94
anak-anak secara rutin dalam menumbuhkan dan meningkatkan minat baca anak-anak. Tidak hanya anak-anak tetapi juga untuk remaja, dewasa dan orang tua juga perlu disosialisasikan upaya pembinaan minat baca melalui programprogram yang diadakan di TBM SBJD dan TBM JI. Baik program yang tidak berkaitan langsung dengan buku maupun yang berkaitan langsung dengan buku. 2. Dari faktor penghambat yang ada di TBM SBJD dan TBM JI membutuhkan sarana promosi yang lebih baik dan efektif yaitu memperbaharui programprogram secara berkala melalui jejaring sosial dan dengan media sosial inilah bisa memperkenalkannya melalui masyarakat di sekitar dan sekolah-sekolah agar koleksi buku yang ada di TBM SBJD dapat dimanfaatkan untuk menambah pengetahuan dan wawasan masyarakat.
Agar masyarakat
berapresiasi dan merespon dengan adanya TBM disekitar lingkungannya, maka TBM juga dapat membuat program yang menarik minat masyarakat agar masyarakat datang ke TBM dan pengelola TBM dapat mensosialisasikan tujuan adanya TBM ini. 3. TBM SBJD dan TBM JI untuk kerjasama dan dukungan dari pemerintah sangat dibutuhkan dalam hal ini, karena pemerintah mempunyai peranan yang penting dalam memajukan bangsa. Jadi semua pihak terlibat tidak hanya satu pihak yang berperan, karena semua itu tidak mungkin terlaksana tanpa adanya kerjasama yang baik. Untuk kedepannya TBM SBJD dan TBM JI tetap mempertahankan dan meningkatkan upaya pembinaan minat baca kepada masyarakat melalui program-programnya.
DAFTAR PUSTAKA Asrorun Ni’am Sholeh. Perpustakaan Jendela Dunia : Teks, Konteks, dan Dinamika Pembahasan Undang-Undang tentang Perpustakaan. Depok: eLSAS, 2008. Daniel Hermawan.”KOMPAS (Komunitas Pembaca Setia) : Peran Masyarakat Sebagai Agent of Change dalam Pengembangan Perpustakaan”. Visi Pustaka. Volume 12 Nomor 3 Desember 2010. Heri Hidayat dan Siti Aisah. Read Interest Co-Relational With Student Study Performance In IPS Subject Grade IV (Four) In State Elementary School 1 Pagerwangi Lembang. Artikel diakses pada 8 April 2014, 10.44 a.m dari http://www.ijstr.org/final-print/jan2013/Read-Interest-Co-relational-WithStudent-Study-Performance-In-Ips-Subject-Grade-Iv-Four-In-StateElementary-School-1-Pagerwangi-Lembang.pdf. Ifah Hanifah. Pembelajaran Membaca Permulaan Melalui Metode Analisis Glass Bagi Siswa Berkesulitan Membaca (Reading Difficulties) (Studi Kasus Pada Siswa Kelas III SDN Cinembeuy-Kuningan). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2013. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Diakses pada 2 April 2014, 5.24 p.m dari http://kbbi.web.id/upaya. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat Bantuan Perluasan dan Penguatan Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal, 2012. ___________________________________. Petunjuk Teknis Pengajuan, Penyaluran, dan Pengolahan Bantuan Bacaan Masyarakat Ruang Publi. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal, 2013. Khotijah Samsul. “Strategi Pengembangan Minat dan Kegemaran Baca,” diakses pada 22 Januari 2014, 10.34 p.m dari http://edokumen.kemenag.go.id/files/G4pKDLun1338123296.pdf. Lasa HS. “Peran Perpustakaan dan Penulis Dalam Peningkatan Minat Baca Masyarakat”. Visi Pustaka. Volume 11 Nomor 2 Agustus 2009. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001.
95
96
Melati Indri Hapsari. “Analisis Sistemik Penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat di Kabupaten Semarang”. Jurnal diakses pada 26 April 2014, 2.27 a.m dari http://andragogia.p2pnfisemarang.org/wpcontent/uploads/2010/10/andragogia1_2.pdf. Simanjuntak, Melling. “Memaknai Hakikat Minat Baca untuk Tujuan Praktis”. Visi Pustaka. Volume 13 No.3 Desember 2011. Mudjito. Pembinaan Minat Baca. Jakarta : Universitas Terbuka, 2001. Muhammad Syarif Bando. Jadikan Membaca Sebagai Kebiasaan Sehari-hari. Jakarta: Koran Tempo, 2014. Murti Bunanta. Buku, Mendongeng dan Minat Membaca. Jakarta: Kelompok Pecinta Bacaan Anak, 2008. Perpustakaan Nasional RI. Pencanangan Pemberdayaan Perpustakaan di Masyarakat. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2001. _______________________. Kajian Pembudayaan Kegemaran Membaca. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2011. _______________________. “Buletin Media Pustakawan: Strategi Promosi Gemar Membaca dan Gemar ke Perpustakaan melalui Kekuatan Media”. Volume 20 No.3 Tahun 2013. Prasetya Irawan. Logika dan Prosedur Penelitian. Jakarta: STIA-LAN, 1999. Rahayuningsih, F. Pengelolaan Perpustakaan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007. Ratih Rahmawati dan Blasius Sudarsono. Perpustakaan untuk Rakyat dialog Anak dan Bapak. Jakarta : Sagung Seto, 2012. Ratri Indah Septiana. “Perkembangan Perpustakaan Berbasis Komunitas : Studi Kasus Pada Rumah Cahaya, Melati Taman Baca dan Kedai Baca Sanggar Barudak.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia, 2007. Riduwan. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta, 2010. Samiaji Samosa. Penelitian Kualitatif : Dasar-Dasar. Jakarta: Indeks, 2012. Shaheen Majid. “Understanding the Reading Habits of Children in Singapore”. Jurnal diakses pada 8 April 2014, 8.23 a.m dari http://www.vnseameo.org/zakir/Understanding-the-reading-habits-ofchildren-in-singapore.pdf. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2012.
97
________. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2012. Sutarno NS. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Sagung Seto, 2006. Haklev, Stian. Mencerdaskan Bangsa-Suatu Pertanyaan Fenomena Taman Bacaan di Indonesia. Toronto: IDS University of Toronto at Scarborough, 2008. Syamsul Bahri. Pedoman Pembinaan Minat Baca. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2009. Teguh Yudi Cahyono. ” Peran Perpustakaan dalam Membina Kemampuan dan Minat Baca.” Artikel diakses pada 14 November 2014, 14.05 a.m dari http://118.97.219.90/images/stories/pustakawan/pdfteguh/kemampuan dan minat baca.pdf
TRANSKRIP WAWANCARA Informan Jabatan Tanggal Wawancara
: Dr. Sihabudin Noor, MA : Pendiri Yayasan Sanggar Baca Jendela Dunia : Jum’at, 6 Juni 2014
1. Peneliti : Bagaimana awal berdirinya Yayasan Sanggar Baca Jendela Dunia? Informan : Awal berdirinya SBJD itu diawali dulu ada beberapa kegiatan pertama kegiatan di lingkungan, awalnya itu menampung eh... anak-anak di lingkungan sekitar untuk ngaji di rumah nah eh... awalnya di Mushola nah tutor yang di Mushola itu nikah lalu kita tarik kemari mereka ngaji di rumah dan kebetulan juga eh... anak saya Nadia dan Shemil itu mempunyai buku-buku nah inisiatifnya terus kita coba satukan antara kegiatan mengaji dan membaca. Lalu eh... itu nah dari situlah kemudian eh... muncul ide membuat Sanggar Baca nah kegiatan Sanggar Baca ini tidak hanya membaca buku dalam arti pengertian membaca buku tetapi juga membaca lingkungan, membaca situasi, membaca perkembangan dan seterusnya. Nah dari ide Sanggar Baca bahwa kegiatan Sanggar Baca ini tidak hanya kemudian mendirikan perpustakaan, kegiatan mengaji tetapi juga ada kegiatan seni. Nah kegiatan seni ini eh... kita melibatkan para mahasiswa yang ada di lingkungan sekitar rumah. Lingkungan kampus jadi berkumpulah kemudian disini ada anak-anak UIN, anak UI yang mereka kemudian menjadi tenaga sukarela, nah itu awal mulanya. Nah eh... SBJD ini belum diformalkan jadi hampir setelah kemudian tiga tahun terfikir untuk membentuk Yayasan agar diformalkan di badan hukum maka kemudian tahun 2000 kalo ga salah 2012 ya? 2012 Sanggar Baca ini kita mulai dari tahun 2007,2005,2007,2006,2007 ya sekitar itulah, 2006,2007 lalu kita formalkan baru tahun 2000 kalo tidak salah 2012, 2013 dalam bentuk Yayasan. Itu aja kak. 2. Peneliti : Bagaimana upaya anda melakukan perkembangan terhadap Yayasan Sanggar Baca Jendela Dunia? Informan : Kebetulan jaringan Ayah, jaringan Bunda itu kan, eh... jadi yang terlihat itu bukan hanya Ayah dan Bunda disini tetapi juga dengan memanfaatkan jaringan nah misalnya pada tahun 2007 itu kemudian Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu pernah datang ke rumah meresmikan kegiatan Sanggar Baca. Nah dimana kita punya jaringan kesana yaitu lewat teman-teman juga. Nah teman-teman yang punya jaringan kesana lalu eh... misalnya jaringan ke penerbit mizan nah disana ada Ka Deden Ridwan, kemudian jaringan dengan Kelompok Gramedia lalu juga jaringan – jaringan yang lain termasuk dengan Teater Syahid, itu mereka membantu dalam kegiatan teater anak pengembangan teater anak. Nah lewat jaringan – jaringan inilah kemudian eh... SBJD ini menjadi media, laboratorium bagi para aktivis mahasiswa untuk berekreasi di masyarakat jadi sebetulnya itu. Misalnya ka ilut dari fakultas adab jurusan ilmu perpustakaan untuk eh... mengembangkan keahliannya gitu, sebelum terjun ke masyarakat yang lebih luas jadi dengan teman-temannya yaitu mengelola perpustakaan lalu teman-teman di teater
syahid mengembangkan jaringan seni anak dan seterusnya begitu, jadi seperti itu. 3. Peneliti : Bagaimana memberdayakan Yayasan Sanggar Baca Jendela Dunia secara optimal? Informan : ya dengan jaringan tadi disamping juga. Misalnya gini pengelolaan Yayasan itu juga sangat terkait dengan persoalan dana. Eh... persoalan dana itu ya untuk hari-hari di samping infaq, zakat, sodakoh, Ayah, Bunda itu juga mungkin dibantu, bantuan misalnya KEMENAG, orang tua wali murid, terus masyarakat yang bersimpati jadi seperti itu. Nah eh... kita juga sebetulnya ingin memperluas jaringan. Eh... agar eh... yayasan ini lebih terberdaya, artinya terberdaya itu dari segi financial itu ga ada masalah, dari pengembangan organisasi untuk masyarakatnya, kegiatan sosialnya itu juga lebih eh... lebih luas gitu jadi sampai saat ini masih terus diupayakan pengembangannya lewat berbagai jaringan gitu kan. Kita membuka jaringan termasuk juga PERPUSNAS untuk bantuan buku-buku, juga mungkin perorangan atau individual. 4. Peneliti : Menurut pandangan anda apakah maksud dan tujuan pembentukan taman bacaan masyarakat? Informan : Jadi apa yang kita lakukan ini tidak konvensional misalnya TBM hanya sekedar Taman Bacaan saja tetapi ini juga mengandung unsur edukasi, edukasi dalam bidang pembelajaran, peningkatan kemampuan eh... anak, lingkungan lalu juga edukasi, ya intinya lebih pada edukasi gitu. Bahwa membaca itu tidak lepas dari perpustakaan edukasi, terus kegiatan mengaji itu merupakan pembinaan akhlak itu juga berkaitan juga dengan edukasi. Eh... para tutor yang datang kemari mereka juga sebetulnya dalam kerangka edukasi juga mempersiapkan mereka untuk lebih siap menghadapi tantangan kedepan. Jadi sebetulnya disini juga sebagai laboratorium pemantapan jadi para tutor sambil berkreasi mereka memantapkan diri untuk lebih siap menghadapi masyarakat. Masyarakat juga mendapatkan imbas yang baik dari eh... kegiatan di sanggar. 5. Peneliti : Menurut pandangan anda bagaimana sebuah Taman Bacaan Masyarakat dapat berjalan dengan baik? Informan : Keberadaaan Taman Bacaan Masyarakat berjalan baik dengan itu sebetulnya harus didukung paling tidak ada tiga unsur : Pertama sih, pengolah sendiri kesiapan diri sendiri itu dalam arti kesiapan sendiri, itu baik eh... kesiapan materi, kesiapan imateri. Materi itu misalnya semangat untuk mengembangkan Taman Bacaan, gitu kan.... Yang kedua, kesiapan masyarakat untuk menerima dan memanfaatkan Taman Bacaan itu gitu... Jadi, unsur masyarakat ini menjadi penting ya... karena kalo pengolah ini sendiri dan seterusnya.. dan masyarakat tidak bisa memanfaatkan itu menjadi lembaga yang mubazir. Yang ketiga adalah eeh... dorongan dan stimulus dari pemerintah, terutama dari pemerintah setempat, terutama dalam eeh... mengapresiasikan gerakan-gerakan NGO (Non Government Organization). Ini kayak Taman Bacaan ini, bahwa mereka itu kan sebetulnya membantu tugas pemerintah gitu loh.. dan bukan
tugas masyarakat tapi sebetulnya tugas pemerintah dalam mencerdaskan bangsa. Nah, eh... ini semestinya pemerintah lebih apresiatif termasuk juga memberikan bantuan eh... melakukan dialog, memfasilitasi kegiatan Taman Bacaan ini adalah dari mitra pembangunan daerah. Semestinya begitu. Jadi, eh... tiga unsur tadi, badan pengolah, badan penggunanya, masyarakat, pemerintah melakukan sinergi. Dengan adanya sinergi itu kemudian tujuan dari alat. Taman Bacaan itu sebenarnya alat untuk mencerdaskan bangsa untuk bisa tercapai. 6. Peneliti : Menurut pandangan anda bagaimana problematika minat baca di lingkungan masyarakat TBM Sanggar Baca Jendela Dunia? Informan : Minat baca masyarakat disekitar TBM Jendela Dunia ini yaa... relative ya. Jadi, tidak tinggi betul tidak rendah betul juga tidak ya... Nah, eh... kegiatan membaca kan merupakan budaya. Jadi, budaya masyarakat kita, masyarakat disini itu kan lebih banyak bertutur dari pada membaca kan ya. Nah, bagaimana kita merubah kondisi dari bertutur dengan membaca tadi, itu juga butuh tantangan, tidak hanya dengan adanya sanggar baca tetapi juga ada media lain. Media lain misalnya, media cyber begitu ya. Cyber ini yaa... mereka juga membaca lewat media cyber ya kan? dan internet. Masalahnya sekarang, faktor lain misalkan TV yang penuh dengan hiburan itu meninakbobokan masyarakat untuk menjadi malas membaca. Nah, ini.. ini.. yang perlu di semua sanggar baca itu terutama yang ada di daerah-daerah perkotaan seperti ini menjadi tantangan merubah culture dari masyarakat yang bertutur. Masyarakat yang menyaksikan menjadi masyarakat yang membaca, kemudian berkreasi, apalagi dalam tahapan menulis. Jadi, itu merupakan sebuah upaya perubahan budaya atau perubahan culture. Nah, jadi membutuhkan waktu untuk melakukan hal seperti itu, tidak hanya dalam bilangan waktu satu tahun, dua tahun, lima tahun, tetapi dalam bilangan waktu generasi, kita sudah mulai dari generasi awal ini, dari anak-anak ini untuk biasa membaca sehingga ketika mereka sudah dewasa, mereka punya anak, kebiasaan ini akan menular pada anaknya. Nah, upaya inilah yang terus kita usahakan bersama teman-teman TBM lainnya. 7. Peneliti : Bagaimana minat baca di TBM dapat terlaksana dengan baik di lingkungan masyarakat TBM Sanggar Baca Jendela Dunia? Informan : Jadi caranya adalah memotivasi gitu. Kalo tadi kan eh... targetnya kan kita tidak membentuk generasi yang masih dapat dibentuk gitu ya... Mendorong anak-anak untuk membaca. Salah satunya misalnya apa? Misalnya eeh... mempersilahkan mencari buku-buku yang menarik buat mereka trus kita lombakan siapa yang membaca buku paling banyak, trus kita berikan hadiah lalu juga misalnya mereka mencoba menceritakan kembali apa yang sudah mereka baca gitu loh pada kawan-kawannya. Jadi, itulah salah satu upaya disamping upaya yang kan eh... pokok upaya-upaya yang lain, misalnya juga kalo dulu kita pernah ajak anak-anak itu, mereka yang berprestasi diberikan hadiah uang misalnya, tapi uang itu harus dibelikan buku. Itu salah satu upaya untuk membentuk minat baca mereka.
8. Peneliti : Bagaimana upaya menumbuhkan dan meningkatkan minat baca masyarakat di TBM Sanggar Baca Jendela Dunia? Informan : ya... pendekatan itu tentunya masyarakat itu tentunya tidak bisa dengan mengajak secara formal ya. Seringkali kita lakukan kegiatan yang nonformal. Yang non-formal itu misalnya apa? Kita melakukan kegiatan-kegitan yang langsung ke lingkungan misalnya, pentas seni agar mereka wear gitu ya... agar mereka tau ini sanggar baca. Oh... mereka kemudian ingin agar anaknya juga bisa nongkrong di sanggar baca. Ah, bentuk-bentuk semacam itu. Nah, eh... tiap tahun tantangannya selalu berbeda ya kak ya. Tiap tahun tantangannya selalu berbeda, generasinya pun juga berbeda. Jadi, eh... harus si pengolahnya pun harus mempunyai kemampuan untuk memodifikasi pengajar untuk masyarakat. Karena sasarannya kan anak-anak nih, agar membaca bukan hanya bermain gitu kan ya, tetapi juga membaca adalah bagian dari bermain. Jadi, bagaimana me...me... mengkreasikan agar anak-anak bisa eh... mereka punya hobi membaca. 9. Peneliti : Apa saja kendala dan cara mengatasi minat baca masyarakat dalam menumbuhkan dan meningkatkan minat baca? Informan : Kendalanya lagi-lagi juga bisa jadi faktor di masyarakat itu kebiasaan mereka itu tadi. Kebiasaan bertutur, menonton, tapi malas membaca. Nah, eh... salah satunya tadi itu eh... potong generasilah ya. Potong generasi maksudnya kalo orang tuanya tidak suka membaca, anaknya yang kita ajak mengaji dan membaca, sehingga eh... apa yang bisa kita peljari di al-qur’an ini bernilai plus. Sebetulnya, Sanggar ini tidak hanya sekedar membaca al-qur’an tapi juga membaca buku. Nah, ini membiasakan mereka dengan membaca buku dengan membawa ke rumah dari sini. Lalu, eh... membaca dan terus membaca. Memotong generasi itu artinya apa? Eh... mendidik generasi awal ini agar gemar membaca. Kendalanya itu yaa... generasi tua itu ya tadi, yang gemar bertutur, nonton tv gitu ya, ngomong sana-sini tetapi minim pengetahuan mereka dari membaca. 10. Peneliti : Apa saja harapan anda untuk TBM Sanggar Baca Jendela Dunia? Informan : Nah, eh... paling gini TBM SBJD ini paling tidak mengilhami teman-teman yang lain untuk mengembangkan TBM ini di rumah masingmasing. Jadi itu. Dan yang kedua, butuh kesabaran untuk mengembangkan TBM ini gitu. Apalagi untuk merubah culture yang ada di masyarakat. Nah, eh... TBM ini juga eh... menjadi sarana atau media terutama bagi eh... kalo saya kan akademisi nih, dengan lingkungan agar terjembatani gitu, agar antara seorang akademisi, seorang kampus dengan masyarakat tidak berjarak gitu loh. Di rumah ini kan selalu welcome, selalu dibuka. Kalo dulu kan awal bulan, Sabtu-Minggu kita buka untuk masyarakat. Nah, kalo sekarang ini kan setiap hari kita buka untuk masyarakat, dengan ya.... mau gak mau pengurangan privasi di rumah ini. Yah, itulah yang kita korbankan untuk lingkungan. Sehingga, Alhamdulillah sampai sekarang ini hubungan saya, istri dengan lingkungan tidak begitu kentara jaraknya melalui TBM ini.
TRANSKRIP WAWANCARA Informan Jabatan Tanggal Wawancara
: Karlina Helmanita, MA. : Ketua Yayasan Sanggar Baca Jendela Dunia : Jum’at, 6 Juni 2014 dan Senin, 17 November 2014
1. Peneliti : Menurut pandangan anda bagaimana cara menarik minat baca masyarakat sekitar dengan adanya Taman Bacaan Masyarakat? Informan : Karena lingkungan kita lingkungan pendidikan ya ka ya, eh... apalagi kita mengenal bahwa ciputat itu sendiri kan kota pendidikan dimana sekolah-sekolah eh... ternama cukup ada beberapa tingkat, segi eh... SD, SMP, bahkan Aliyah sampai Perguruan Tinggi tadinya saya berfikiran minat baca masyarakat tentunya sudah baik tapi ternyata setelah kita mencoba mengamati minat baca masyarakat itu lemah. Nah karena minat baca masyarakat itu lemah maka kami mencoba untuk memberikan pancingan kepada masyarakat untuk membaca eh... cinta membaca sejak dini gitu loh. Kemudian kami buka Sanggar Baca Jendela Dunia agar masyarakat di sekitar dapat berapresiasi, mengapa demikian ? kami tinggal di tengah-tengah masyarakat eh... ternyata tetangga-tetangga di sebelah rumah kami, di belakang rumah kami, satu RT dengan kami, eh... anak-anaknya belum terbiasa baca buku ka, eh... bahkan mereka merasa eh... buku itu sebagai sesuatu eh... sesuatu apa ya? Sesuatu konsumsi yang terlalu mewah eh... sehingga mereka eh... tidak mempunyai tradisi membaca dari kecil mungkin, yah eh... ya jadi ketika ditawarkan untuk membaca secara gratis gitu, anak-anak kecil ya gini senang eh... tapi yah minat baca itu masih perlu terus dibina gitu loh ya, kalau gay a eh... minat bacanya tidak akan eh... apa ya? Terkondisikan dengan baik itu aja kali ya. : Menurut pandangan anda bagaimana minat baca 2. Peneliti masyarakat di lingkungan TBM Sanggar Baca Jendela Dunia? Informan : Tadi sebagian seperti yang saya telah jelaskan tadi. Minat baca masyarakat di sekitar TBM Jendela Dunia itu rendah gitu loh tetapi eh... tetap saja kita berharap, eh... minat baca itu bertambah dari tahun ke tahun, yah jadi begitu eh... kalau seandainya mereka disuruh baca kadang. Karena kebetulan Sanggar ini eh... membuka kesempatan untuk anak untuk belajar membaca AlQur’an maka melalui media dan kegiatan proses belajar mengajar itu anakanak di apa? Di dorong eh... minat bacanya gitu, yah hampir tiap hari kalau ga ayo baca bukunya ayo baca, ya kalau ga begitu buku-buku mengangur kan? Jadi minatnya masih rendah sebenarnya tapi untuk anak-anak Sanggar yah... sedikit banyak mungkin sudah punya culture untuk membaca yang agak berbeda dengan masyarakat sekitar. : Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pemanfaatan 3. Peneliti TBM Sanggar Baca Jendela Dunia dalam menumbuhkan dan meningkatkan minat baca di lingkungan Sanggar Baca Jendela Dunia? Informan : yah... eh... Sanggar Baca ini kemudian eh... apa? membuka kesempatan tadi, kegiatan pertama itu Kelas Baca Qur’an dan sekarang sudah menjadi TK/TP Al-Qur’an kalo tidak ada komunikasi TK/TP Al-Qur’an maka
memang Taman Bacaan ini kurang eh... mendapat perhatian terhadap masyarakat sekitar, jadi melalui proses belajar mengajar itu mereka bisa di apa? di kondisikan untuk mencintai buku sejak dini, di samping itu SBJD juga membuka Taman Tahfidz, Taman Tahfidz ini juga eh... memberikan apa? pengkondisian tersendiri kepada anak-anak kepada segmen yang agak berbeda walaupun sama-sama kajian Al-Qur’an gitu eh... di samping itu juga kelas Taman Tahfidz misalnya eh... bukan hanya anak-anak saja yang apa? memiliki minat baca itu tetapi para orang tua pun kemudian menjadi konsumen bukubuku di SBJD. Itu kegiatan yang sifatnya jangka panjang ya, eh... kegiatankegiatan yang bersifat insidentil misalnya eh... kami sempat melakukan gerakan membaca untuk masyarakat sekitar gitu loh, itu pernah kita lakukan atau pernah coba kita mengundang para novelis untuk member stimulus agar anak-anak cinta terhadap ilmu pengetahuan gitu. Eh... sehingga mereka mempunyai minat yang sama seperti orang-orang yang mereka lihat sekarang gitu loh seperti Ahmad Toha kemudian Akmal Basery Basral gitu loh atau juga teman-teman dari mizan jadi sempat juga kami undang eh... teman-teman eh... jurnalis baik tokoh-tokoh buku maupun media elektronik seperti halnya televise eh... seperti SCTV misalnya kami mengundang seorang teman yang memberikan satu perspektif positif, perspektif yang tercerahkan untuk anakanak SBJD ini, kemudian juga kegiatan untuk eh... menjaring eh... apa? TBM TBM serupa gitu loh seperti misalnya 1001 buku itu sempat juga, eh... semangat. Kadang-kadang kan kita juga merasa sendiri akhirnya kami mencoba mencari orang-orang yang mempunyai satu visi dan misi yang sama agar saling menjaga dan saling eh... saling mendorong satu dengan yang lain. Termasuk kita mengadakan kegiatan-kegiatan Hari Bahasa, Hari Pahlawan dengan mengundang eh... anak-anak eh... apa TBM? yang ada di TBM maupun yang ada di TPA melalui perlombaan pernah Se-Jabodetabek tetapi ya sifatnya sangatlah insidentil disitu kami mencoba mencari apa ya kami mencoba mencari jaringan yang memang punya perhatian terhadap dunia ini. tetapi lagilagi kegiatan-kegiatan seperti itu hanyalah kegiatan sesaat gitu loh. Kalau yang bersifat eh... apa lebih bersifat bertujuan jangka panjang itu seperti tadi itu, Kelas Baca Qur’an sekarang menjadi TK/TP Al-Qur’an dan Kelas Tahfidz dan sekarang menjadi Taman Tahfidz Jendela Dunia gitu loh. 4. Peneliti : Bagaimana upaya menumbuhkan dan meningkatkan minat baca masyarakat di TBM Sanggar Baca Jendela Dunia? Informan : Ya kita coba pertama eh... Sanggar Baca ini terbuka untuk umum jadi eh... siapapun anak-anak, remaja bahkan orang tua bisa menjadi anggota perpustakaan SBJD sebenarnya standardnya ya, standard aja gitu loh. Nah kami juga sudah menyiapkan eh... kartu perpustakaan, tetapi lagi-lagi orangorang yang tidak eh... menjadi komunitas mungkin mereka tidak tau atau mereka tidak mengerti maka itu perlu sosialisasi, eh... kemudian yang kedua apa eh... menyediakan MADING untuk dibaca baik mahasiswa maupun kolega bahkan masyarakat sekitar, tapi lagi-lagi kadang-kadang MADING juga eh... ya paling hanya dilihat dan tidak dibaca tetapi setidak-tidaknya ada yang membaca tulisan-tulisan yang ada di MADING, kemudian yang kedua kami menyediakan teras baca, jadi kami eh... dalam setiap minggu kan, mensirkulasi buku-buku agar bisa dibaca masyarakat disini dan untuk peserta didik yang
belajar disini eh... mereka diberikan reward misalnya untuk eh... mereka yang paling rajin dan mereka yang mempunyai eh... tradisi yang paling banyak dari pada yang lain, dengan eh... ya eh... dengan ini kalau di ingetin untuk membaca buku dengan semangat, kalau ga di ingetin membaca buku ya akhirnya redup lagi, itulah usaha-usaha yang kami untuk mencipatakan minat baca baik di dalam maupun di sekitar atau di luar sana. 5. Peneliti : Apa saja upaya pembinaan minat baca TBM Sanggar Baca Jendela Dunia dalam menumbuhkan dan meningkatkan minat baca masyarakat melalui program-program yang diselenggarakan? Informan : Kan tadi saya nyatakan ada dua program, program jangka panjang dan program jangka pendek. Program jangka panjang itu adalah yang bersifat nonformal ya seperti TK/TP Al-Qur’an dan Taman Tahfidz, ada kelompok yang eh... jangka panjang itu seperti ini kami masukan ke dalam kurikulum jadi untuk menumbuhkan minat baca anak-anak itu kita selipkan kurikulum lokal pada eh... apa? eh... ya sekolah non formal ini gitu loh, eh... misalnya anak-anak ya dalam satu minggu atau bahkan dua minggu satu kali itu ada story telling begitu ya, atau kemudian baik harus dipandu oleh para mentor disini atau anak-anak eh... story telling secara bergantian. Kemudian yang kedua eh... anak-anak bukan hanya dibatasi waktu dan jam mereka bahkan sejak datang sebelum belajarpun kami selalu eh... menginggatkan mereka untuk membaca di sanggar, jadi ya eh... ya seperti itu yang kami lakukan. Di samping anak-anak kami juga menganjurkan kepada para guru untuk cinta baca juga gitu dan bahkan di samping cinta baca kami harapkan bisa eh... mengejawantahkan budaya baca ke menulis jadi mereka diharapkan bisa menulis, jadi baik anak-anak, para guru atau mentor, bahkan kepada ibuibu yang ingin menuangkan ide dan pikirannya melalui tulisan gitu, itupun sangat kami anjurkan walaupun kami mengalami hambatan untuk merealisasikannya secara total, nah anak-anak juga begitu eh... kami di dalam kurikulum kami juga sebenarnya ada apa untuk karangan yang terbaik dan apa eh... ya untuk karangan yang terbaik kami harapkan bisa ditempel di MADING Jendela Dunia, begitu juga eh... cuman karena anaknya masih kecil-kecil, anakanak Taman Tahfidz itu ya masih anak di bawah 5 Tahun ya, satu orang yang sudah SD. Eh... untuk membaca langsung itu ya tadi itu para orang tuanya yang sering , dari konsumsi bacaan yang ada di sanggar bisa dibaca oleh orang tua kemudian bacaan yang diceritakan atau dibacakan kepada anak-anak. Itu kalau secara meningkatkan minat baca anak-anak di sanggar, kemudian kalau yang Ad Hoc tadi yaitu perlombaan jenis perlombaannya Story Telling. Story Telling Se-Jabodetabek tapi ya Alhamdulillah anak-anak sanggar bisa menjuarai Story Telling pada Hari Bahasa. : Apa saja faktor yang mendukung minat baca di TBM SBJD ? 6. Peneliti Informan : Suasana mungkin ya, karena untuk ruang baca sebenarnya anakanak sudah terfasilitasi tetapi sarana yang demikian belum begitu hidup sebenarnya karena akibat apa ya, terbatasnya pengembangan ya eh... Sanggar Baca ini, jadi memang kelihatannya kurang, apa ya progresif ya kondisinya jadi pada satu sisi untuk fasilitas bangunan karena masih menumpang dalam
rumah eh... kami ya cukup terjaga baik kebersihan, kerapihan begitu juga dengan dokumentasi yang tertib lah, mungkin itu ada lagi? Peneliti : Mungkin dari sikap dan minatnya itu bagaimana bun, sikap anakanak terhadap bahan bacaan? Informan : Sikap anak-anak belum maksimal, masalahnya untuk eh... orang yang bertanggung jawab secara langsung juga eh... tidak apa ya tidak permanen ibaratnya seperti itu artinya adalah lagi-lagi karena kekurangan eh... apa ya eh... dana ya, kami sulit untuk meng-higher, meng-higher petugasnya secara langsung untuk benar-benar bisa me... mendorong minat baca secara simultan, simultan kecuali hanya bisa hanya memanggil tenaga pustakawan untuk apa gitu loh, untuk melakukan klasifikasi, membuat katalog, dsb. Tetapi orang yang benar-benar mempunyai apa ya? Eh... gairah ya untuk me... mendorong anak-anak baca baca, membaca di sanggar kami, ya timbul tenggelam misalnya kayak ka ilut ya lagi sedang bertugas dia bisa mengkondisikan anak-anak tetapi kalau seandainya dia mempunyai pekerjaan lain di kampus ya tentunya itu juga menjadi kendala, dengan demikian menurut saya sekalipun ini TBM haruslah dikelola dengan baik, dengan eh... fokus yang total tidak mungkin hanya sambil berlalu gitu loh... tetapi ya itu lagi sebuah organisasi apapun namanya itu perlu uang bensin untuk menjaga eh... keberlangsungan program sebuah organisasi TBM seperti ini, begitu. Peniliti : Itu masuknya ke dalam faktor internal ya bun? Informan : Ya, internal dan eksternal, secara eksternal, secara eksternal ya mungkin karena eh... secara internal fasilitas yang diberikan juga terbatas seperti itu, ya... daya tarik eh... TBM kami pun ya seperti ini. Peneliti : Eh... kalau dari faktor eksternal dari lingkungan masyarakatnya itu seperti apa ya bun? Misalnya bahan bacaannya gitu bun eh... terhadap anakanaknya itu sudah sesuai belum dengan yang disediakan oleh sanggar? Informan : Bagi eh... orang yang eh... membutuhkan saya pikir sangat ya, sangat berhubungan dengan, berkaitan, berhubungan dengan ke kebutuhan anak-anak di sekitar sini. Tetapi masalahnya itu tadi, daya tarik masyarakatnya untuk membaca itu minim, gitu loh, nah itu masalahnya. Kalau secara internal kami sudah memfasilitasi dengan keragaman buku yang yang yang cukuplah gitu lah, apalagi terakhir ini kami menerima eh... sumbangan kan, ka ilut yang yang mempersuasikan program ini. Tetapi lagi-lagi gitu loh, dengan keterbatasan dana, pengelolaan kami belum bisa mengelolanya secara baik, karena hampir separohnya kan. Kalau seribu eh... buku sudah ter...apa? ter apa namanya ka ? sudah dikelola gitu loh ya mungkin hampir seribu buku lagi yang lain ya seribu nya sih belum mungkin kurang ya tujuh ratusan mungkin ya. Tujuh ratusan artinya sudah mau mencapai seribu lagi, kami belum bisa mengelola seperti itu. Ya keliatannya memang perlu di, apa ya di eh... dikelola ka antara semangat, tujuan dan keinginan hendaknya bisa berjalan simultan gitu loh, apa lagi kami belum punya gedung ya. Peneliti : Kalau dari eh... motivasi dan kecenderungan anak-anaknya itu terhadap bahan bacaannya itu gimana bun, anak-anaknya semangat atau ga bun? Informan : ya... tergantung tadi saya bilang, kalau eh.. mereka di dorong bisa, tapi kalau ga ga, memang ya kami kami tidak punya tenaga pustakawan yang permanen. Ka ilut sibuk eh... apa bimbingan skripsi yak an? Harus
menyelesaikan studynya gitu ya. Kemudian saya juga eh... sudah lelah juga gitu loh, untuk terjun langsung karena pekerjaan kampus, belum penelitian, jadi memang tidak punya waktu khusus buat anak-anak ya. Kalau saya berharap generasi-generasi muda ini mempunyai gairah untuk itu. Tapi pada kenyataannya tidak berjalan seperti yang diharapkan. Peneliti : Berarti memang dari SDM nya ya bun? Informan : Ya dari SDM nya ya, sebenarnya saya berharap untuk program KKN misalnya ada kontribusi yang diberikan oleh universitas kepada masyarakat, tidak saja masyarakat dari dunia kampus yang jauh tetapi masyarakat di sekitar kampus UIN termasuk di tempat kami di daerah Legoso itu. Kalau lah nanti saya pikir untuk jurusan ilmu perpustakaan, akan lebih eh... apa ya kontributif gitu loh, bila mahasiswa diterjunkan di tempat-tempat TBM seperti di tempat kami, disana mungkin mereka bisa memberikan programprogram yang kreatif gitu loh eh... sehingga suara-suara untuk menggerakan gerakan baca itu berjalan ya dan UIN dalam hal ini secara nyata memberikan kontribusinya itu kepada masyarakat mungkin itu harapan saya, harapan selaku ketua Yayasan SBJD dan sekaligus harapan dari orang yang bergaul langsung dengan masyarakat kampus karena saya kebetulan saya mengajar di fakultas Adab dan Humaniora. Sekalipun saya bukan dosen jurusan IPI eh... tetapi gairah perpustakaan, gairah membaca, menggerakan bacaan buku pada dunia kampus maupun non kampus menjadi pekerjaan saya, mungkin eh... ada yang pernah mengambil mata kuliah kampanye – kampanye untuk rajin baca, rajin baca, baik itu dari literatur Arab, maupun literature-literaur Indonesia dan bahkan Inggris itu menjadi sebuah kemestian gitu loh, semua orang apalagi mahasiswa UIN Jakarta. Eh... bahkan buku-buku SBJD sebenarnya juga bisa memfasilitasi eh... ya sebagian kecil kebutuhan mahasiswa eh... UIN Jakarta. 7. Peneliti : Apa saja faktor yang menghambat minat baca di TBM SBJD? Informan : Pertama eh... kekurangan ya kekurangan ini eh... sponsor, itu berimplikasi pada recruitment eh... SDM dan yang ketiga yaitu tadi eh... masih menempati rumah ya? Yang terkadang juga masyarakat eh... menerima dengan nyaman kegiatan-kegiatan eh... TBM karena masih menyatunya antara kegiatan TBM dengan aktivitas personal. Ya berimplikasi pada recruitment SDM, ga mungkin kita mendapatakan SDM yang bagus, tetapi eh... itu tidak akan berumur panjang karena walau bagaimanapun tidak dapat dipungkiri setiap orang membutuhkan kebutuhan-kebutuhan primer seperti makan, bagaimana mereka bisa bertahan kalau kita sendiri tidak bisa memberikan eh... kebutuhan primernya. Peneliti : Kalau dari akses TBM ini terhadap masyarakatnya itu bagaimana bun? Informan : Kita terbuka, aksesnya sebenarnya sangat strategis di depan jalan, minat baca masyarakat yang rendah, kemudian yang kedua eh... buku-buku sekarang juga sudah cenderung bersifat digital, jadi untuk mencari buku yang yang cetak juga gitu kadang-kadang eh... terjadi pergeseran ya, jadi mereka bisa akses langsung di internet kebutuhan dan informasi apapun itu juga bisa langsung unduh dari internet jadi ya, yaitu tadi pengelolaan eh... TBM di tempat kami, memerlukan dukungan sebenarnya, dukungan akademik maupun
dukungan non akademik, dukungan dari semua lapisan, baik itu lapisan masyarakat maupun lapisan, lapisan eh... jaringan lain termasuk lapisan donasi pihak yang mendonasi eh... termasuk lapisan akademik ya. Saya berharap sebenarnya jurusan IPI sendiri mempunyai program yang lebih apa ya? Yang lebih progresif lah untuk memberikan kontribusi ilmunya yang langsung dapat dimanfaatkan dan dirasakan oleh masyarakat-masyarakat sekitar, apalagi kan Ciputat itu kan dikenalnya sebagai eh... kota pelajar, kota pelajar yang salah satu implikasinya menjadikan buku sebagai ikon dalam mengakses informasi maupun ilmu pengetahuan lainnya. Peneliti : Faktor penghambat yang lainnya ada lagi bun, selain yang sudah dijelaskan sebelumnya? Informan : Ya, kita kan masih menggerakan yah... menggerakan, kita tidak apa ya, kita tidak melakukan kegiatan seperti halnya dicanangkan oleh belum ya, belum melaksanakan program yang dicanangkan eh... oleh pemerintah Tangerang Selatan yang kemarin itu gitu kan. Ya kami melihat eh... itu perlu tetapi terkadang kami melihat program pemerintah sifatnya sangat ad hoc gitu loh. Eh... rame sebentar tapi kemudian sepi lagi. Apalagi eh... sikap pemerintah Tangerang Selatan kurang memberikan pemerataan terhadap TBM, yang bukan TBM di bawah eh... TBM langsung Ibu Airin, jadi sepertinya Tangerang Selatan sendiri gerakan TBM ya terlihat sebagai gerakan politisasi. Ya mungkin keberadaan kami eh... karena tidak masuk dalam jaringan kesitu. Maka ketika ada dana bantuan yang tadinya eh... dijanjikan, tidak keluar ya kekuatan kami dipangkas di tengah jalan. Karena kami melihat, kami tidak dikehendaki oleh pemerintah Tangerang Selatan. Saya melihat itu politisasi yang mungkin tidak seharusnya dirasakan oleh masyarakat kota pelajar ini Tangerang Selatan ini khususnya di Ciputat ini. 8. Peneliti : Bagaimana manajemen, fungsi dan tujuan yang dilaksanakan oleh TBM Sanggar Baca Jendela Dunia? Informan : Eh... kami mencoba untuk membuat sistem manajemen yang transparan gitu loh dan juga professional tetapi karena eh... apa manajemennya kita masih tertatih-tatih dengan eh... financial jadi kami melakukan manajemen yang apa adanya tetap memberikan prinsip yaitu tadi, prinsip transparan kemudian professional tetapi dengan batasan-batasan yang sangat sederhana sebenarnya tetapi kami tidak mau sembarangan, tetapi kadang-kadang yang membuat antara keinginan dan antara kenyataan membuat besar Sanggar Baca Jendela Dunia, dan kenyataan minimnya eh... sumber daya infrastruktur maka kemudian ya tidak berjalan mulus artinya antara kenyataan dan impian yang masih berjalan seperti yang kakak lihat lah. Kakak sebagai pustakawan di Sanggar Baca Jendela Dunia akan merasakan eh... terseak seoknya perjuangan Sanggar Baca Jendela Dunia. : Apa saja kendala dan cara mengatasi minat baca masyarakat 9. Peneliti dalam menumbuhkan dan meningkatkan minat baca? Informan : Tidak mudah dan tidak gampang mendorong minat baca itu, caranya ya seperti tadi itu yang saya katakana memasukan eh... program Sanggar Baca Jendela Dunia ke dalam kurikulum atau kemudian perlombaan membaca, Story Telling seperti itu.
10.Penelti : Apa saja harapan anda untuk TBM Sanggar Baca Jendela Dunia? Informan : Sanggar Baca Jendela Dunia semakin berkembang, semakin dicintai dan Sanggar Baca Jendela Dunia bisa menjadi sebuah gapura untuk mengenal. Kemampuan dan dapat merangakai mimpi anak-anak muda eh... mereka bisa merangkai mimpi-mimpi itu, mereka bisa mencintai ilmu melalui budaya baca itu. Eh... hal yang apa ya? Harapan kami anak-anak dan semua komunitas yang masuk ke sanggar ini adalah orang-orang yang cinta baca, ilmu pengetahuan dan agama. Cinta untuk membaca nilai-nilai yang ada di AlQur’an juga nilai-nilai yang bersifat duniawi ya melalui keduanya itu saya juga berharap komunitas Sanggar Baca Jendela Dunia bisa sukses. Suksesnya tidak pada satu kehidupan tetapi dua kehidupan yang lain yaitu sukses dunianya maupun sukses akhiratnya.
TRANSKRIP WAWANCARA Informan Jabatan Tanggal Wawancara
: Reni Muplihah, S. Ag : Ketua TBM Jendela Ilmu : Sabtu, 24 Mei 2014, Minggu, 25 Mei 2014 dan Kamis, 20 November 2014
1. Peneliti : Bagaimana awal berdirinya TBM Jendela Ilmu? Informan : Awal berdirinya itu karena ada benang merah dari kakek, beliau kalau ke, kan sering kunjungan kemana gitu itu yang dipaket itu kitab, yang dikirim itu buku, paling apa sih yang dikirim atau oleh-oleh ke rumah itu kitab dan buku, karena memang beliau minat bacanya tinggi, makanya awalnya minat baca tinggi itu beliau itu benang merah ke anak, ke cucu. Terus kalau misalnya eh... di meja itu jarang ada meja rapih kayak gini yang ada berantakan buku, berantakan kitab, terus beliau itu ciri khasnya itu suka ada secarik kertaskertas, lembaran-lembaran itu, itu selalu ditulis itu untuk yang beliau akan sampaikan di khutbah gitu, apa sih kayak semacam eh... ide-ide eh... atau subyek-subyek yang mau disampaikan, sampai kalau kita itu ketemu kitabnya beliau yang sekarang tersimpan disana itu ya, buku-bukunya, kitab-kitabnya selalu ada lembaran misalnya eh... untuk Majelis Ta’lim A di sampaikan tanggal segini intinya apa yang mau disampaikan, itu sampai suka saya kliping ya, saya streples itu untuk saya sampaikan kembali gitu, itu kan ide-ide jarang itu kayak gitu. Benang merahnya ya dari kakek, terus bapak saya termasuk yang kemaren lima kali juga ke Mekah itu, lima kali ke Mekah sama itu, yang dikirim yang dikargo itu kitab karena mungkin gini ya, beli kitab disini mahal mungkin atau mungkin karena tidak asli, keasliannya gitu mungkin gitu ya, eh... jadi bapak mah yang dibawa kitab gitu kan, kita tuh protes, yah biarin bapak seneng baca gitu, jadi ketika bukunya berantakan saya kan senengnya rapih, saya tumpuk rapih gitu marahnya bapak itu. Bapak tuh Hanca, Hanca tau ga itu kalau dalam buku itu kan jadi sampai mana tuh, mana ada tanda tuh, itu namanya Hanca dalam bahasa sunda itu. Hanca bapak hilang yah mana yah tadi, Reni nih biasa. Saya kan kalau pulang dari pesantren saya rapihin kitabnya tapi ga saya pindahin cuman bapak tuh paling marah kalau kitab yang dia dibaca hilang tandanya sampai dimananya itu, itu benang merahnya nah kemudian ketika bapak meninggal itu yang di tangisin oleh bapak itu buku oleh kita itu. Ade saya kan ada disini, ya Allah jadi kita itu mau cari kenangan tentang bapak itu yang dicari yang dibaca itu yaitu kitabnya, oh... ternyata ada lembaran ini, oh... disini ada sejarah Reni melahirkan anaknya, yah saya yang pertama, nama ini ini ini itu namanya dari beliau tapi Azka Nissa El Kamilah, tapi dari Reni Azka nya. Nissa El Kamilahnya dari bapak. Jadi kita baca-baca sambil nangis, Ya Allah, Subhanallah ternyata bapak itu masih menyimpan lembaran-lembaran, sofhah-sofhah kalau orang Arab bilang yah. Al-qur’an juga dikoding setelah melalui, pengkodian itu setelah melalui pendataan, pengklasifikasian, dari sofhah-sofhah itu kan dari lembaran-lembaran itu, jadi itu sejarahnya. Kemudian akhirnya teh mau dikemanain nih buku-buku, kitabkitab gitu yah kata ade saya, ya udah kita bikin perpustakaan pribadi, perpustakaan KH. Zainudin di rumah, masih ada di Sukabumi. Tapi ternyata gini yah minat baca itu di masyarakat itu memang agak sulit kalau dia memang
tidak ada kebutuhan dengan buku, jadi hanya orang-orang tertentu kayak Ludfia misalnya yah, kemudian temen-temen yang mencari literatur untuk skripsi lah untuk apa baru datang, dan temen-temen juga melihatnya Ya Allah, Subhanallah ini kitab masih ada loh, itu disini masih ada, yaitu yang melek hanya beberapa orang saja. Akhirnya nyambungnya kenapa disini ada Taman Bacaan tahun 2010 itu kan eh... apa namanya saya di telpon oleh Ibu Herlina yang dari MAGMA, Bu Reni katanya punya perpustakaan yah gitu, oh iya tapi kan ga disini bun, kalau disini saya hanya beberapa buku yang ada kaitannya dengan keperluan saya aja, kan saya suka ngasih materi fiqih yah di Majelis Ta’lim, itu kan saya ngambilnya dari fiqih sunah yang enam jilid itu selalu saya baca, kemudian kaitannya dengan fiqih-fiqih wanita tentang haid, nifas dan sebagainya. Itu penting banget yah untuk disampaikan ke masyarakat karena itu kan ibadah harian yang kalau kita tidak paham itu nonsen ibadahnya ga diterima gitu kan, kita mau Sholat ga tau cara-cara wudhu, sah ga Sholatnya?, ya cape-cape Sholat, dia ternyata yang mana sih yang sunah wudhu yang mana yang wajib gitu, yang itu tu ga tau. Nah saya sampaikan itu di Majelis Ta’lim, itu udah setiap dua minggu kita sampaikan itu, itu kaitannya dengan itu. Akhirnya Bu Herlina telpon itu, bun mau bikin TBM? TBM itu apa sih? Saya ga tau, Taman Bacaan Masyarakat untuk mengeliatkan minat baca disitu. Nyambung gitu akhirnya, oke siap kita dikirim buku-buku yang kaitannya dengan buku-buku yang masih bukan buku baru yah, jadi kan MAGMA itu dulu buka semacam eh... gerakan sumbang buku, jadi masyarakat yang punya buku-buku lebih yang udah ga dibaca atau bekas-bekas kuliah bekas-bekas itu, dikumpulkan semua jadi tanpa, tanpa ada di seleksi, ini langsung brek kesini itu dua dus besar itu buku. Kemudian rak-raknya udah pada rusak, ini mah rak baru yang beli. Nah akhirnya yaudah akhirnya kita terima gitu, nah yah terlepas di saat itu mau jadi kendaraan politik atau apa ibu mah yang penting manfaatnya untuk masyarakat disini. Alhamdulillah pada 14 April diresmikan oleh Ibu Airin saat itu. Nah Alhamdulillah saya kan ga mau tanpa ada legalitas ya, saya urus legalitasnya, kita punya akte Yayasan kemudian kita juga punya izin operasional ada izin operasionalnya, kemudian juga kita kegiatankegiatannya per enam bulan, selalu meng-update kegiatannya. Jadi gitu ya ada benang merahnya dari kakek, bapak, kemudian anak jadi menggenerasi. Disini juga masyarakatnya hidup mendukung kemudian juga disini banyak sekali yah orang-orang pentolan lah ibaratnya, temen-temen disini kan pendatang semua yah. Kemudian yang pendatang ini yang hidup itu yang bisa mengeliatkan adalah orang-orang yang kelompoknya. Yang kita juga nyambung aja dengan Majelis Ta’lim, dengan PKK, dengan PAUD. Dengan itu dijadikan jaringan oleh ibu untuk TBM. Makanya judul kemaren ibu presentasi di provinsi itu adalah JALAPATI, JALAPATI itu Jaringan Pembelajaran Partisipatif Berbasis IT, karena IT temanya. : Menurut pandangan anda bagaimana minat baca di TBM 2. Peneliti dapat terlaksana dengan baik di lingkungan masyarakat? Informan : Minat baca di Indonesia itu kita ada di urutan ke-96 se-dunia itu dari beberapa ratus Negara itu kita ada di posisi ke-96. Ke-96 itu kita sejajar dengan Suriname dan Kamboja, di bawah kita itu ada Laos ya. Tapi kan itu Negara-Negara yang di bawah kita banget ya. Kita lihat Malaysia yang lebih
tinggi, kita lihat Singapura gitu. Jadi di Asia Tenggara kita itu ada pada tataran yang paling bawah juga termasuknya, terus kalau minat baca ini ya eh... di 13 negara itu, kita itu ada pada posisi nol, sangat mengkhawatirkan. Kenapa karena eh... di 13 SMA di Negara-Negara lain itu mewajibkan baca, membaca buku diwajibkan sementara di Indonesia itu tidak diwajibkan, padahal pada tahun kurun waktu 1930-1940 itu di Jogjakarta sudah diwajibkan 25 buku, itu pada masa penjajahan Belanda. Jadi Belandanya yang di lihat bukan Indonesia ya kan. Pada masa penjajahan Belanda di Malang mewajibkan 15 buku itu untuk SMA saat itu ya, apa ya SMA nya saat itu, semacam HIS gitu. Itu sudah mewajibkan kenapa justru kenapa justru sudah ada modal kan itu, paling tidak sudah ada geliatnya, sekarang malah. Makanya kemarin itu Ismail Marzuki kan ingin mengusulkan ke Dinas Pendidikan itu untuk mewajibkan anak SMA untuk membaca buku. Silahkam bukunya sesuai dengan minat apa, sukanya sastra baca bukunya, sukanya nonfiksi baca, gitu. Paling tidak satu bulan misalnya dua buku diwajibkan itu kan ada tahap gitu ya. Ya karena apa sudah kalah dengan teknologi informasi. Makanya kemaren temanya IT, bagaimana IT bisa meningkatkan minat baca. Kalau ibu sih pakainya TBM online itu, kemudian rencana disini mau bikin warnet cerdas, warnet cerdas itu warnetnya yang sudah di cut ya dari pornografi. Mudah-mudahan jendela ilmu punya kas pribadi untuk warnet cerdas itu. Yang ketiga kita itu mengeliatkan helpfull community, helpfull community itu semangat gotong royong dari komunitas, jadi komunitas yang ada dijadikan sebagai partner untuk kemajuan TBM. Komunitas yang sudah bekerjasama dengan ibu yaitu CSR Smartfriend itu CSR yang kemaren juga termasuk mengajak ibu wawancara di radio, kemudian kedua PERPUSDA, ketiga MAGMA, keempat perusahaan yang bisa mendukung kita untuk memberikan semacam bantuan ya, kemaren itu ka nada kerajinan kokoru, kokoru itu dari kertas ya, nah kertas ini mereka sumbang. Ibu ingin mengadakan pelatihan lagi untuk bulan juni-juli ke depan dan hasilnya akan ibu kliping di kertas kemudian di jilid, terus hasil-hasilnya akan ibu eh... simpan. Kalau selama ini kan hasilnya mereka bawa. Kemarin rajutan kemudian dari apa sih eh... dari bahan-bahan yang bekas, terakhir itu pelatihannya. Tapi susahnya ibu ga mau nyimpen untuk dokumentasi, file atau apa itu. Ibu kaitannya dengan keadministrasian justru fisiknya itu yang harus di lihat. : Menurut pandangan anda bagaimana cara menarik minat 3. Peneliti baca masyarakat di sekitar dengan adanya Taman Bacaan Masyarakat? Informan : kenapa sih mesti ada TBM gitu lah, kalau ibu gini pertama ingin mencerdaskan kehidupan bangsa, masyarakat tidak akan cerdas tanpa dia bisa menggali, menggali itu dengan apa dengan membaca. Kenapa karena membaca itu makanan untuk otak ya, sekarang kita kalau ga makan lemes, sakit kemudian mati. Otak juga gitu tanpa ada rangsangan membaca, membaca itu ga harus buku, internet juga bisa dibaca dan sebagainya. Itulah kemajuan teknologi yang tidak bisa kita cut, cuman bagaimana sekarang mengeliatkan membaca melalui buku itu yang berat. Nah berarti kita harus punya jurus, kita harus punya karakteristik, kita harus punya program, kita harus punya kegiatan yang menarik bagaimana bisa mendatangkan masyarakat ke TBM untuk meminjam buku, membaca buku itu yang sulit. Nah akhirnya kita punya trik,
kita punya strategi. Strateginya dengan apa, dengan membikin kegiatan yang menarik bagi masyarakat. Akhirnya ibu menjadikan jaringan masyarakat itu sebagai jaringan yang bisa mengeliatkan kegiatan-kegiatan yang ada disini. Pertama PKK, ibu masuk ke PKK karena ibu juga ketua PKK, apa sih bu kegiatan bulan depan? Yuk kita bikin kegiatan membuat kerajinan dari kain perca itu kan kegiatan PKK tapi kegiatan TBM juga akhirnya, kenapa karena TBM lembaga nirlaba tidak punya uang kita untuk membuatnya, di PKK ada uang kas, uang kasnya dari PKK tapi kegiatannya dari kita, ilmunya dari kita. Bu loh, saya sudah pernah membuat kerajinan kokoru yuk kita buat seperti ini. caranya gimana? Mereka membuat sendiri kalimat-kalimatnya pertama kita membeli ini seharga segini caranya seperti apa mereka bikin sendiri, kegiatan seperti ini mereka seneng membuatnya. Kayak membuat gelang, bros-bros, dll. Karena gini ibu kan punya buku-buku cara membuat apa kita buka bukunya, bedah buku langsung dengan mereka cuman kekurangannya di waktu ya, karena di PKK punya poin-poin acara makanya ibu minta waktu satu jam untuk kegiatan ini Alhamdulillah karena ibu ketua PKK juga kan, jadi ibu bisa melegalkan acara itu. Terus kalau untuk ke PAUD kita kerjasamanya di mewarnai misalnya, pengenalan hardware melalui anak-anak, kemudian untuk Remaja Masjid itu kita lebih ke yang outdoor, kita kerjasamanya di outbond ke Sukabumi terakhir itu kita, ke curug tangkap ikan, mandi di sungai. Itu kan yang langsung ke alam itu kegiatan remajanya. Memang itu dananya besar makanya itu perlu kerjasama. Ibu kerjasama dengan Masjid, Masjid punya kas DKM, nah mereka juga punya program maka dipadukan. Jadi berjalan semuanya sesuai dengan rencana, Ya Alhmadulillah, kalau ga gitu vakum, kita juga ga punya kegiatan apa-apa, itu ibu bikin per- enam bulan ya, kenapa perenam bulan, karena per-satu tahun terlalu lama untuk dievaluasi. Misalnya kita membuat program seperti kerajinan kokoru, belum terlaksana karena mengalami kesulitan, kesulitan di bahan kemudian waktu satu jam tidak cukup untuk ini, nah akhirnya program seperti ini perlu dievaluasi belum terlaksana. Kesalahannya apa, kekurangannya apa dan kapan akan dilaksanakan kembali, kita akan program lebih lanjut di enam bulan kemudian. Jadi yang mudahmudah saja yang jalan, ini lagi ini lagi. Itu juga jadi evaluasi untuk TBM kita ya supaya apa? Eh... mungkin gini oh... ternyata masyarakat ini sudah sangat mampu disini masa mau digodok itu-itu lagi, kan ga bisa itu yah untuk program. TBM tanpa program nonsense sama aja dengan sekolah ya kayak gitu. : Menurut pandangan anda bagaimana minat baca 4. Peneliti masyarakat di lingkungan TBM Jendela Ilmu? Informan : Disini baik banget minat bacanya tinggi, tapi ya namanya manusia itu kalau menurut ibu kembali ke tradisi di keluarga masing-masing, itu kembali sangat-sangat berkaitan ya, kalau ibu Alhamdulillah punya anak tiga-tiganya seneng baca. Seneng baca tiga-tiganya ya, yang pertama Azka itu juga seneng baca tapi dia bacaannya itu yang kaitannya dengan anak remaja, dia seneng baca komik, dia seneng baca buku-buku lucu itu yang itu yang kayak itu ya eh... bukan doraemon apa sih spogebob yang kayak gitu, jadi kalau ke gunung agung itu dia di tempat yang seperti itu gitu. Teteh mah bukunya gitu, biarin aku suka, oh... salah juga ya kalau ngelarang. Biarin aja ya
berarti dia suka dengan buku-buku seperti itu. Tapi sekarang itu lebih kalah dengan dunia internet ya, kalau remaja itu ibu juga agak sulit gitu ya, cuman ibu bombing aja. Teteh kalau mau buka internet, ga teteh ga suka buka-buka yang dan sebagainya gitu ya bla bla itu, yaudah ibu arahkan juga. Terus yang kedua yang Azhar itu juga suka sekali buku-buku yang kayak gitu yang luculucu. Mamah beli buku yang lucu-lucu dong aku suka gitu, ya nanti. Kemaren itu makanya dapat sumbangan dari pemerintah dari walikota itu Rp 10.000.000,- . Rp 5.000.000,- sendiri itu untuk perbaikan TBM kemudian untuk pembelian buku, ibu juga beli laptop disitu, jadi ya memang yang harus yang mendukung gitu ya, yang kegiatan mendukung gitu. Terus apalagi yang kecil, yang kecil itu yang Azkia ini, Azkia itu masih TK dia sudah baca buku yang kelas dua yang bekas kakaknya, makanya ibu berusaha menyimpan bukubuku bekas kakaknya itu disana di TBM, ga ibu buang ga ibu jual ke tukang ini ga. Karena itu jadi dari pagi juga mamah mamah aku mau baca buku aa yang kelas tiga ini ya mah IPA, eh... terus dia baca sendiri gitu, terus dia bikin eh... semacam tulisan ya, pertanyaan yang ada dia jawab sendiri, mamah nilai aku dong, saya tidak menilai benar atau tidaknya justru usahanya dia, kasih nilai 100, asik aku dapet 100, itu tanpa ibu suruh, makanya dia selalu berantakan buku ya. Cuman ga ibu dokumentasikan karena memang itu eh... bagian dari apa ya, bagian dari pendidikanlah ga papa itu anggap eh... pendidikan luar sekolah bagi ibu gitu. Itu eh... yang ada di rumah ya, jadi dia juga sering bawa temen-temennya yuk ke TBM aku yuk baca buku gitu, yaudah ajak temennya nak, tapi ibu ga mau kalau bukunya berantakan ayo dirapihkan kembali, ya loh mamah aku ga suka berantakan loh, kamu tadi nyimpen buku dimana? Jadi dia dengan seperti polisi kamu ambil buku dari mana tadi, 600 ya 600 itu disini tempatnya, jadi dia yang mengatur itu, kamu ngambil buku 700 ya seni tentang cerita-cerita ya, disini tempatnya. Jadi dia sudah tau tempat-tempat seperti itu. Ya Alhamdulillah klasifikasi dewey itu ibu ga kasih tau, tapi dia sudah tau 600 itu dia tentang kesehatan dan sebagainya, oh... adanya disini ya mah ya? Oh... kalau aku mau cari buku cerita-cerita itu di 800 ya mah, kalau aku cari buku tentang komputer-komputer umum di 000 ya mah. Jadi tanpa ibu kasih tau ya ibu biarin dia dengan nalarnya sendiri, eh... otodidark dan sebagainya biarin aja dulu gitu ga papa. Ibu pengen sih salah satu dari mereka menjadi generasi ibu ke depan, soalnya siapa nanti yang meneruskan. Tapi ibu berharap ya disini juga ada, ibu sebelah ini seneng banget baca, sebelah rumah ini, dia itu semangat, itu bisa tiga novel, yang dia baca lebih baca-baca ke sastranya aja, ya ga papa jadi dia, bun ada ini dong novel terbaru gitu ya kemarin itu ya, ayatayat cinta, di bawah naungan ka’bah kemudian apa tu yang terbaru tu yang karangan Habiburahman El Shirazy itu. Ya saya beli ya nanti saya beli, jadi saya berusaha mencari uang untuk membeli buku-buku itu supaya mereka eh... tersalurkan minat bacanya itu. Tapi kadang gitu bu bu jangan yang itu mulu dong bu yang lainnya, ya dia juga suka baca-baca buku kesehatan tentang kehamilan kemudian bagaimana eh... apa namanya memelihara kesehatan anak kan ada disitu ya banyak. Seneng juga gitu, jadi habis aja buku sama dia itu. Kemudian ibu yang sebelah juga seneng banget ah aku mah maunya ceritacerita nabi soalnya dulu jarang diceritakan sama mamah gitu ya. Ayo dong apa? Tentang perang khandak , perang ini. ya Alhamdulillah seneng ya, yang tidak suka juga banyak, datang kesini cuman ngobrol doang dan sebagainya
yaudah lah biarin kita juga merasa kesulitan. Tapi paling tidak eh... dampak dari keberadaan TBM disini ya masyarakat disini makin cerdas. Mereka juga adakan yang memang tipenya mendengarkan, kalau tipe mendengarkan ya otomatis kita yang harus membedah. Makanya ada acara bedah buku, bedah buku itu termasuk yang kegiatan di Majelis Ta’lim ya. Ibu punya buku tentang fiqih wanita, fiqih itu. Itu setiap minggu eh... setiap dua minggu. Insya Allah, malem jum’at kemaren itu banjir, pengajiaannya ditunda jadi malam nanti ibu bagian materi eh... kemaren kajiannya itu tentang wudhu ya, Insya Allah berlanjut tentang sunah-sunah wudhu, mereka itu kan taunya mencuci apa mencuci eh... telinga itu wajib mencuci ini tu wajib taunya gitu. Oh... ternyata, oh... yang wajib itu cuman itu ya bu gitu, jadi rame sekali jadi interaktif kalau lagi ngaji begitu. Apalagi kaitan-kaitannya dengan eh... apa ibadah mandi junub kayak gitu-gitu kan mereka belum tau ya. Bu kalau lagi haid terus mau mandi ah, abis sebelum mandi kita hubungan suami istri dulu ga papa ya? Ga boleh ibu harus mandi dulu, yah... ga tau, bros rame semuanya gitu, jadi ya namanya ibu-ibu gitu ya, jadi ketika kita menyampaikan ya bu ga tau, ya ga tau ga papa. Terus bu saya kan udah sholat ni pas di salam terakhir mau salam yang kedua kentut bu, terus sholatnya di ulang ga? Ga usah kan sudah salam terakhir, salam yang wajib itu salam pertama, ya saya ulang lagi bu gitu, kan berr... lagi ketawa, jadi bedah buku itu ternyata lebih interaktif karena mereka banyak pertanyaan, seneng banget gitu, kadang saya juga eh... Rabbisyrohlii Shodrii Wa Yassirlii Amrii mudah-mudahan yang saya sampaikan ga salah, kalau ya salah itu dari diri saya yang benar itu dari Allah, saya sering begitu aja, mudah-mudahan sesuai dengan apa yang disampaikan, ya saya juga mempelajari dulu dong, saya baca dulu, ga mungkin saya menyampaikan tanpa saya harus tau ilmunya gitu. Gitu ya sekelumit tentang TBM Jendela Ilmu, mungkin banyak masyarakat yang belum tau dimana sih TBM nya bu Reni dan sebagainya. Karena begini ya saya sih lebih tidak terlalu muluk-muluk semua orang harus tau itu ga, paling tidak personil-personil itu yang bisa saya cerdaskan. Dari sepuluh, satu aja bisa saya cerdaskan, dari dua puluh, lima aja, ga terlalu banyak gitu, itu justru yang akan membekas nanti ketimbang kita bress... ngadain kegiatan yang ah... muluk-muluk doang kemudian mereka juga ga tau dampak dan sebagainya, itu justru cape doang gitu aja. Kita kerjasama dengan PUSTELING (Pusat Teknologi Keliling) dari PERPUSNAS itu anakanak rame banget, nah itu salah satu yang mengemparkan yang mereka tuh terjun langsung, itu kalau kayak gitu. Tapi ya itu kan ga bisa setiap bulan, setiap minggu mengadakan ya, karena kan itu kaitannya dengan pekerjaan disana kemudian mereka kan punya penjadwalan khusus kan. Kalau dengan PERPUSDA ibu sudah kerjasama juga tapi mereka kan PUSTELING nya belum selengkap PERPUSNAS ya, jadi bun ga papa nanti kita datang harus mempersiapkan apa, ga usah disiapin apa-apa pokoknya anak-anak, anak-anak mah gampang, sudah ada kerjasama dengan PERPUSDA itu lah, tanpa kerjasama itu kita nonsense, kita kan butuh orang lain gitu, tanpa kerjasama tidak ada kegiatan, kegiatan sendiri itu apa sih, susah kan kita tuh butuh interaksi ya orang-orang sekitar. Kalau dulu sih ibu juga bingung mau ngapain bikin TBM itu apa sih gitu nya, karena taunya perpustakaan pribadi disana ga ada kegiatan apa-apa kecuali baca, jadi ada orang yang datang bun pinjem buku, boleh sok pinjem, baca kitab aja disitu diem aja bacanya, kegiatannya
hanya membaca aja, ternyata kegiatan Taman Bacaan itu lebih semarak sebetulnya kalau kita bikin semarak. 5. Peneliti : Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pemanfaatan TBM Jendela Ilmu dalam menumbuhkan dan meningkatkan minat baca di lingkungan TBM Jendela Ilmu? Informan : Mungkin eh... masyarakat sekitar ya, dukungan tokoh masyarakat karena kan ketika kita, ibu tuh salah salah satu yang tidak di dukung oleh RW, karena ya itu kan tarik menarik eh... yang namanya orang ketika membuat sesuatu itu kan eh... saya mau dukung apa ga ya? Tapi dari dukungan itu saya dapat apa nih? Yaitu ya kan ada pamrih ya. Ada pamrih, pamrih itu bukan hanya materi imateril itu pun pamrih, jadi ketika kita menampilkan seseorang di depan walikota itu mereka merasa tersanjung gitu ya, itu kaitannya dengan itu. Nah ibu itu termasuk orang yang, ah... udah lah kalau mereka ga mau dukung udah yang penting jalan, kalau ibu orangnya kayak gitu, gitu ya. Jadi yang pertama itu eh... dukungan dari tokoh yang memang ada yang mendukung ibu gitu kan, termasuk pak RT mendukung, kemudian ketua DKM mendukung, kemudian ibu juga punya ade ya, ade itu juga termasuk calon legislatif kemaren, yang satu-satunya supported banget untuk Taman Bacaan kemudian dia yang mengusulkan ke Bu Herlina kan, di Pamulang Barat belum ada TBM itu bu Herlina coba di bikin, kakak saya itu bisa dia gitu. Jadi dia salah satu yang support banget untuk itu, tuh dukungan masyarakat, tokoh ya. Dukungan masyarakat sekitar juga Alhamdulillah untuk TBM, respektif banget gitu, walaupun eh... lupa ya aku pinjem belum dikembaliin ya gapapa yang penting sudah ada kegiatan, sudah ada respon gitu ya. Kemudian yang ketiga eh... dukungan dari keluarga, suami ibu juga pendukung besar gitu ya, kemudian temen-temen juga banyak, itu faktor yang pertama, faktor kedua mungkin eh... yang kaitannya dengan keuangan ya, dana dan sebagainya itu tidak ibu jadikan kendala yg eh... apa ya yang menyulitkan karena itu tadi ibu bisa mencari celah-celah untuk walaupun tidak ada dana kita bisa melaksanakan kegiatan, gitu kalo ibu, makanya ibu cari celah-celah, oh... ternyata kegiatan ini bisa dilaksanakan di PAUD, oh... kegiatan ini bisa dilaksanakan di Majelis Ta’lim, oh... ternyata kegiatan ini bisa di laksanakan di PKK misalnya. Jadi ibu kerjasama dan ibu berusaha untuk menjadi pengurus juga disitu gitu kan. Kalo kita tidak jadi pengurus kita tidak bisa memasukan program gitu, itu faktor yang kedua ya, dana tidak terlalu menjadi. Tetapi ibu juga berusaha menjadi TBM yang mandiri ya. TBM yang mandiri dengan cara ya bagaimana ibu bisa menjual pernak-pernik ini gitu, tapi eh... ini kan cuman satu tahun satu kali paling ada jambore untuk penjualan itu. Nah kita kan belum bisa tembus ke pasar dan sebagainya, karena memang ibu belum punya ilmunya mungkin itu ya. Kalau temen-temen yang punya ilmunya gampang sebetulnya ada sekarang kan ada penjualan online, ada disini ibu punya rajutan pelangi itu di facebook itu, itu dia kan menjual pernak pernik itu, rajutan yang yang kayak gitu kemudian dia ini dijual melalui online, itu kan dia pemesanan persatu kodi berapa ya kayak gitu. Ya itu sebetulnya sudah ad aide di sini, tapi kaitannya dengan kesempatan, kemudian dengan waktu ibu tu kadang aduh ya Allah terlalu banyak eh... apa ide, banyak untuk aktualisasi untuk aplikasinya agak kesulitan, itu dana ya. Kemudian faktor yang terakhir mungkin eh... yang
kaitannya dengan apa ya namanya eh... lokasi ya, lokasi Alhamdulillah TBM kita ini ada di lokasi yang strategis, strategis dalam artian kita punya masyarakat yang majemuk, majemuk itu kan ada yang memang sangat bodoh sekali, kemudian dia datang dari yang ga punya sama sekali minat baca, ada juga yang memang dari masyarakat yang dulunya memang dia hanya lulusan SMA tapi punya minat tinggi untuk belajar ada yang kayak gitu. Jadi eh... enak banget gitu, enak banget mengelompokannya, pengelompokannya kondisi masyarakat yang nol ke bawah kemudian satu ke lima, lima ke tujuh gitu, tujuh ke sepuluh itu sudah terkotak-kotak disini. Jadi ibu sih tinggal masuk kesini, oh ya kita bisa menyesuaikan dari disini, masuk kesini oh... ternyata ibu juga termasuk orang yang bisa dikatakan bunglon juga, bunglon dalam artian positif ya. Kita memang harus begitu, kita harus lebur tapi kita tidak meleburkan diri disitu. Ketika kita ada di mereka yang seneng oh... apa namanya ngobrol aja ada yang kayak gitu, ya ibu juga masuk disitu, ngobrol juga disitu, ga mungkin kan kita disitu diem aja, ya ibu juga masuk ke tema mereka ibu masuk juga. Kadang ikut juga ngomongin orang, ikut juga, makanya sesudah itu kita Sholat Istighfar Ya Allah, “Rabbanaa Dzhalamnaa Anfusanaa Waillamtaghfirlanaa” gitu ya. Jadi ketika kita masuk kesitu oh... memang harus disitu gitu. Ketika kita masuk di yang eh... dalam tanda kutip tiga sampai lima oh... ternyata dia lebih, lebih wawasannya lebih baik lagi, masuk kesini memang wawasannya lebih luas, masuk lagi ke level yang pamong-pamong yang ada disini ya seperti guru-guru ngaji, guru-guru labschool ini banyak di Masjid ini, guru-guru kemudian mereka dosen dan sebagainya, ibu juga bisa masuk disitu karena kita punya basicly punya ilmu, punya ini. Masuk disitu karena kita juga jadi pengurus disitu, jadi Alhamdulillah variasi masyarakat yang majemuk ini bisa dijadikan modal juga untuk kita lebih mencerdaskan diri ya, nah itu faktorfaktornya ya. 6. Bagaimana upaya menumbuhkan dan meningkatkan minat baca masyarakat di TBM Jendela Ilmu? Jawab : Menumbuhkan minat baca itu harus dirangsang dengan berbagai program yang menarik itu yang intinya, tanpa program menarik mereka ga mau datang ke TBM gitu ya. Salah satunya adalah ibu selalu menghadirkan mereka di ibu mengundang mereka dengan kegiatan pengajian kalo untuk ibu-ibu, ibu hadirkan eh... ibu datangkan mereka kesini kan, yah otomatis kita harus menyiapkan program yang mau disampaikan, ibu bikin sampai ke detail gitu ya kayak semacam, ibu sih ga buatin mereka makalah ga, percuma ga bakal dibaca tapi cara menyampaikan yang ibu sampaikan itu yang bikin mereka menarik gitu kalau ibu ya, jadi akhirnya mereka melek, oh... bu disini ada buku ya, minjem dong bu, paling tidak itu minat mereka untuk membuka buku aja itu udah penting, ya mudah-mudahan datang ke rumah dibaca masa ga dibaca sih paling tidak dilihat gambarnya gitu ya. Nah itu kan salah satu cara meningkatkan minat baca itu untuk ibu-ibu. Ya untuk PAUD ya itu tadi ibu kerjasama dengan kepala PAUD disini, karena ga kepegang ibu limpahkan ke Ibu Nurhakimah, bu nur gimana ni kerjasama dengan TBM, yuk bu ngadain lomba, lomba apa sih, atau ibu ikut kegiatan mereka di akhir tahun ini. Ada haplah akhir ya, haplah akhir itu biasanya dengan pentas seni , nah ibu juga ikut mendanai, misalnya dipentas seninya apa sih yang dibutuhkan misalnya
ibu juga ikut disitu buka stand buku nah. Ibu misalnya buka stand buku, bukubuku yang siapa sih ibu sesuaikan objek yang ada disini apa objeknya ibu-ibu ternyata oh... buku-buku tentang masakan, ibu bawa cara membuat kerudung yang menarik itu kan ada ya majalah-majalah hijabers itu, kemudian ibu juga menghadirkan cara eh... pengolahan apa-apa itu yang kaitannya dengan mereka itu. Terus untuk anak-anak ibu bawa buku anak-anak, buku yang anak-anak mewarnai PAUD dan sebagainya, itu buka stand disitu, itu kerjasama. Itu misalnya mereka, ibu bisa ngasih apa nih untuk membuat stand ini, yaudah saya membantu untuk konsumsinya denga 50 box makanan atau mereka menjadikan kita menjadi panitianya kemudian dari kepanitiaan itu ibu menyumbang misalnya uang Rp 1.000.000,- untuk panitia sih A Rp 200.000,- , sih ini, itu bagian dari kegiatan , ya emang harus kegiatan gitu. Atau ibu itu mengadakan yaitu tadi bedah buku, bedah buku yang menarik itu yang hijabers itu. Ibu mendatangkan eh... kerjasama dengan eh... apa namanya yang punya majalahnya misalnya. Nah sih majalah itu mendatangkan model. Nah ini kerjasama salah satu bagian dari program, ibu rencana seperti itu, itu juga justru menarik kan acaranya. Emang acara monoton cuman sambutan aja kayak gitu, itu karena duh malah ga ada itu justru di poin-poin acara-acara seperti yang penuhnya. Tidak bisa berjalan kalau tidak ada program, dan kembali lagi ke kerjasama. Ga bisa kita mengadakan sendiri semua sendiri, aduh berat dananya minimal harus punya uang Rp 3.000.000,- sampai Rp 4.000.000,untuk satu kali acara. Nah kalau kayak gitu kan ibu cukup dengan pesen kue 50 box misalnya. Saya mau nyumbang kue bu 50 box tapi saya punya program mau bikin stand, kan mereka juga Alhamdulillah nih Bu Reni mau nyumbang nih, gapapa stand toh mereka tidak rugi, orang kita juga bikin stand sendiri, ngangkut sendiri gitu kan. Ya Alhamdulillah gitu gayung bersambut akhirnya mereka juga mau. Oh... ya jangan lupa itu dokumentasi, bahwa kita mengadakan kegiatan ada dokumentasinya, yang kadang terlupa itu dokumentasi karena memang ibu kekurangannya ini, kekurangan staff ya. Karena ibu kan eh... bener-bener ga muluk-muluk ya menggunakan otak sendiri, tenaga ibu sendiri, suami yang kadang mendukung, anak ibu, kemudian ibu punya adik, bener-bener keluarga aja yang mendukung. Jadi dulu sih bener pernah kerajasama dengan guru-guru PAUD tapi kadang gini kaitannya dengan dana ya, jadi kalo mereka maunya ketika ada bantuan itu dana bagikan, dana bagikan ibu saya dapat berapa kan itu kan pada akhirnya ga mendukung program pada akhirnya, programnya juga kita harus mencari lagi. Kalo ibu ga gitu ketika mendapat bantuan Rp 2.000.000,- misalnya, Rp 2.000.000,- bu ini ini untuk kegiatan kita benar-benar alokasikan untuk kegiatan, oh... kita beli kayak gininya berapa coba kan kayak gini-gininya kan berapa, kita kan perhitungan biji itu berapa gitu ya, itu kan beli ke ASEMKA kita, itu kan kita harus meluangkan uangnya kan disitu, kemudian kita juga perlu ongkos kesana, beli bensinlah, mobilnya harus dibensinin, semuanya pake perhitungan. Ini mah ada Rp 2.000.000,- bun kemaren dapet sumbangan berapa? Rp 2.000.000,- , ada sepuluh orang, seratus seratus seratus seratus, Rp 1000.000,nya disimpan habis aja ga karu-karuan, akhirnya ketika ini udah ibu mau tarik TBM tidak ada PAUD lagi asalnya di PAUD. Karena itu jadi ibu agak keberatan juga. Keberatan dalam artian kesannya uang itu ga boleh sama ibu gitu, padahal justru ibu itu nyimpen uangnya itu nge savenya untuk enam bulan
ke depan, ini mah jadi begitu acara selesai duit habis udah deh jadi untuk bulan depannya lagi aduh ibu harus berpikir cerdas lagi ni kemana ni nyari keuangan. Ya akhirnya kita keluar duit sendiri, ga papa berkahnya banyak. Tapi kan paling tidak pertanggung jawaban bantuan itu kepada mereka itu dengan apa gitu, kalaupun misalnya ada uang lelah gitu kan ya ga harus habis itu tadinya, ya ini kan secretnya ya, secretnya namanya manusia selalu kaitan dan kelemahannya seperti itu. 7. Peneliti : Apa saja upaya pembinaan minat baca TBM Jendela Ilmu dalam menumbuhkan dan meningkatkan minat baca masyarakat melalui program-program yang diselenggarakan? Informan : Untuk menumbuhkan minat baca itu Taman Bacaan itu harus punya program yang menarik. Kalo ibu membuat jaringan, jaringan pembelajaran partisipatif, terserah temanya mau apa, partisipatif dalam artian kita memakai jaringan yang ada itu sebagai sarana untuk sosialisasi program, itu harus disesuaikan dengan objeknya, nah objeknya untuk anak usia dini berarti ga mungkin dong programnya memasak, boleh memasak ga papa tapi masakan anak-anak tuh apa sih ya gitu atau misalnya ibu kerjasama dengan posyandu pemberian vitamin A kita kerjasama lagi dengan puskesmasnya bun saya mau minta vitamin A nih untuk posyandu A, oh... iya kita juga mensuplai apanya makanan PMT nya, ibu beli dua dus susu, dua dus eh... biscuit misalnya itu, yaitu kaitannya dengan dana lagi itu selalu harus ada kerjasama, tanpa ada kerjasama nonsense ga bisa, itu namanya helpfull Comunity, tanpa helpfull Comunity tanpa gotong royong cape deh, masyarakat itu harus dirangsang minatnya tanpa rangsangan itu mereka yang memang suka baca buku mah ga usah dirangsang datang sendiri. Bun aku mau pinjem buku sore-sore, bun aku pinjem tiga ya, jangan lupa yuk tulis ya. Ibu kan harus ada administrasi, mereka menulis sendiri dengan kejujuran toh, mereka menulis namanya A membawa buku ini ini ini, pengarangnya ini, nanti dikembalikan tanggal segini ya bun, tanda tangan. Jadi harus ada program yang menarik supaya mereka tertarik untuk paling tidak untuk membaca buku ya, untuk datang hadir sudah datang mah ada buku ga mungkin dia ga megang sama sekali gitu. 8. Peneliti : Apa saja faktor yang mendukung minat baca di TBM SBJD ? Informan : Banyak, kalau internalnya kemauan si pengelolan terutama untuk berjuang bagaimana caranya membuat program yang menarik, eh... supaya masyarakat paling tidak mau datang dulu, orang kan bagaimana mau datang kalau dia tidak punya program yang menarik, masa cuman lihat buku doing itu misalnya, nanti kita dengan punya program yang menarik, pertama kalau di TBM JI harus punya program yang eh... menarik minat baca itu misalnya kita punya program yang kaitannya dengan eh... anak-anak PAUD ya bagaimana anak-anak bisa datang ke TBM karena dia tertarik dengan buku-buku yang kayak gini misalnya, bagaimana dengan warna-warni ini mereka tertarik bisa membaca maka harus diperbanyak buku-buku cerita yang kaitannya dengan anak-anak ya, jadi buku itu harus disesuaikan dengan konsumen yang ada keperluannya, kalau buku kaitannya dengan ibu-ibu kita punya program menarik yang kaitannya dengan ibu-ibu misalnya kita eh... kita punya bedah buku eh... buku tentang cara memasak, cara membuat kue kering, cara
memproduksi sesuatu yang dari hal yang eh... rendah dan tidak ada harganya sampai kepada yang eh... kelihatannya gede gitu ya. Dompet-dompet yang ada di TBM JI tu dari kertas daur ulang dari kopi dari cangkang kopi, tau cangkang kopi? Eh... Maryati ambilin dompet satu deh, ambilin dompet satu, nah itu kan dari daur ulang sampah, bagaimana bisa menjadi sebuah dompet yang cukup mempunyai kecukupan hidup yang dia tiru, itu kan menarik itu program dari internal ya, nah eksternalnya nah ini seperti ini kan dari bungkus kopi bekas ya, ini produk Jendela Ilmu kerjasama dengan mahasiswa Sukabumi yang mereka punya cita-cita ingin bagaimana ni limbah di masyarakat jadi sesuatu yang bermakna, sesuatu yang tidak terbuang gitu saja. Eksternalnya bagaimana kita bisa merangkul atau bermitra dengan organisasi-organisasi luar supaya TBM itu tidak vakum di bawah atau gitu tidak menclep ke bawah. Nah kalau TBMTBM itu kerjasama dengan mitra seperti ini, mengadakan seperti ini, kita menjadi terlihat di luar kan, ya kan ini dengan mitra-mitra yang ada, dengan dinas pendidikan yang ada, dengan PERPUSDA, dengan TBM MAGMA, dengan TBM Al-Hidayah, dengan yang lainnya. Ini kita faktor eksternal yang pada akhirnya kita menjadi eh... ter... terkemuka apa ya terlihat di permukaan, kalu kita diem aja di dalam ga bakalan terliha gitu loh ya, TBM kita Alhamdulillah bahwa kita juga sudah upload beberapa kegiatan di internet tentang TBM itu muncul ya, ada beberapa tabloid yang datang wawancarain ibu kemaren terakhir di Koran Tang-Sel ibu bawa ga ya, tentang kunjugan ke TBM-TBM, itu dari tabloid PERPUSDA. Jadi gini ketika kita punya program internal otomatis secara eksternal juga orang akan melihat oh... ternyata disini ada kegiatan, ada TBM. Peneliti : Kalau faktor internalnya eh... kemampuan membaca anaknya itu atau masyarakatnya itu gimana bu? Informan : Eh... sebetulnya gini ya kita itu kan tradisi membaca di masyarakat itu sangat rendah saya akui itu, tapi bagaimana sikap orang tua bisa mengajak anaknya eh... untuk ke tradisi membaca itu, kalau orang tuanya itu ya sulit cuman eh... bagaiamana usaha si pembuat TBM untuk bisa menanamkan gitu ya menanamkan paling tidak, kalau saya kan gini usahanya saya secara pribadi ya, kalau saya masuk ke Majelis Ta’lim, Alhamdulillah saya dipercaya disitu untuk bedah buku fiqih, nah bagaimana menanamkan orang tua nih suka dengan fiqih kita ngomong dulu, loh... fiqih ini eh... katannya dengan wukuf tapi dengan ubudiah sehari-hari, bagaimana ibu-ibu ga bisa, ga mau baca kalau, kalau apa akan mau tau, akan bisa berhasil untuk mengetahui ini itu, kalau tidak membaca, silahkan ibu datang ke TBM saya, itu banyak buku-buku yang mengenai fiqih pada akhirnya kan setelah ketertarikan itu mereka tau jadi gitu. Jadi kalau eh... minat membacanya sendiri memang sulit sekali ya, ini saya yakin hanya 50% aja yang mau membukabuku disini. Misalnya semuanya dengan acara meriahnya aja itu rame, itu hanya beberapa. Peneliti : Kalau usia masyarakatnya itu dibedakan ga bu minat bacanya? Informan : Jelas dong, itu kan itu, itu yang menjadi eh... daya ketertarikan eh... apa namanya ya, orang-orang dinas misalnya eh... ada sesuatu gitu yang di TBM JI karena memang ada ke khususan ketika menangani eh... minat baca, jadi saya menjadikan eh... sekeliling mitra saya menjadi tiga minat baca, minat baca PAUD, minat baca PKK, minat baca Majelis Ta’lim, kenapa minat baca PAUD? Itulah pemisahan usia, jadi disitu kan saya memakai bukunya juga
beda cara menyampaikan juga beda, koordinasi dengan guru-gurunya beda, caranya saya dengan mendongeng, dengan main mewarnai, dengan main apa balok, itu kan caranya berbeda kita menyampaikannya juga dengan cara yang lebih meriah. Lalu kepada ibu-ibu PKK itu kan eh... kaum ibu ya caranya dengan apa?, otomatis sesuai dengan keinginan dan kemampuan mereka, mereka suka memasak ya kita ga mungkin mengajari mereka komputer, itu kan eh... mereka sukanya dengan membuat bunga, membuat sesuatu seperti ini. Ini kan menarik, saya aja suka ko ini, saya simpen untuk alat-alat sabun misalnya kalau saya pergi atau untuk alat-alat sabun misalnya kalau saya pergi atau untuk alat make up kan bisa disini, atau untuk uang sekalipun ini ga bakalan jatoh. Kalau kendala di saya ya ngerangkul bapak-bapak yang agak sulit, tapi saya punya cara jadi ada momen-momen tertentu untuk menarik bapak-bapak misalnya ketika kemaren eh... memperebutkan juara bola itu kemaren ya, caranya dengan nonton bareng, nonton bareng mereka kita suplai dengan kopi, suplai dengan eh... apa tontonan yang menarik nah disitu kita persiapkan buku yang kaitannya dengan bapak-bapak. Untuk remajanya jendela ilmu ya ini kerjasama dengan mahasiswa dalam rangka membuat limbah, tahun ini pokoknya eh... judulnya limbah, kalau tahun kemaren membuat gelang-gelang ya, kemudian membuat bros, jadi saya setiap tahun saya ada prioritas supaya kita fokus, jadi tidak semua dipegang. 9. Peneliti : Apa saja faktor yang menghambat minat baca di TBM SBJD? Informan : Banyak, faktor penghambatnya diantaranya eh... satu ketidak pedulian orang tua terhadap pendidikan anak ya, terutama minat baca, orang tua itu mau anaknya udah sekolah udah aja lah gimana gurunya, jadi menanamkannya lagi “ayo nak baca lagi” itu jarang, kecuali kalau ada PR, kalau sekarang dunia les, dunia bimbel sudah menjamur dimana-mana, anak cukup di lesin pulang malem, selesai orang tua. Termasuk saya kalau saya ga terjun di dunia pendidikan mungkin saya termasuk orang tua yang cuek. Kemudian yang kedua kendala dengan keuangan, dana ya, karena TBM itu lembaga non-profit tidak menghasilkan, mungkin dari segi eh... eh... sarana dan prasarana, karna terbentur dana lagi, sarana dan prasarana kita ini ya apa adanya ya. Saya sudah 5 tahun ini TBM berjalan. Ketika Kami tidak punya danapun, Kami tetap berjalan dengan atau tanpa dana tetap berjalan. Ketika ada dana, kita gunakan dana itu. Tapi ketika ga ada, kita yang harus mengeluarkan sendiri. Suatu saat Insya Allah itu akan tetap berjalan, tetap baik itu aja. Tapi lagi-lagi itu tidak menjadi hambatan. Tapi dengan ini Insya Allah bisa membantu, cuman lagi-lagi bagaimana kita bisa bekerjasama dengan mitramitra yang eh... dalam tanda kutip setelah kerjasama itu bisa menghasilkan gitu, selama ini si itu aja eh.... kendalanya. Yang ketiga ada kendala lain adalah eh... sikap cuek masyarakat sekitar terhadap TBM. kadang suka ada yang arogan apaan sih ngumpulin buku doang gitu ya, padahal dia ga tau ya, kalau kita punya misi terselubung untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, kemudian sikap-sikap seperti eh... tidak mau mendorong, tidak ada dukungan aja secara moril dan materil.
10. Peneliti : Bagaimana manajemen, fungsi dan tujuan yang dilaksanakan oleh TBM Jendela Ilmu? Informan : Sebenernya kalo manajemennya agak sulit sih, apa ya yg penting kita mempunyai tali program kemudian kita juga harus tau secara administrasi itu harus ada ketua, ada sekretaris ada bendahara itu kan memang yang di secara administrasi yang diminta oleh bank itu juga itu kan. Ibu kan eh... sekarang eh secara adminstrasi itu sebagai ketua pengelola TBM. Nah ibu juga punya eh... akta notaris untuk TBM ini kebetulan ibu memang gabung dengan MAGMA, akta notarisnya itu Yayasan Menata Tangsel ya. Kemudia juga ibu punya izin operasional, karena memang tanpa izin operasional kita tidak akan punya legalitas ke dinas, kita tidak akan juga di izinkan untuk mengikuti lomba misalnya, itu lomba itu disertakan izin operasionalnya. Bahwa ibu resmi secara administrasi punya izin dari dinas pendidikan untuk mengadakan PLS (Pendidikan Luar Sekolah) itu secara administrasi seperti itu. Struktur organisasi ada, ibu sebagai ketua, bendahara ibu titin, bendahara. Sekretaris suami ibu sendiri, kemudian untuk panataan, perawatan dan sebagainya, ada si mba. Jadi bener-bener ibu me manajemen sendiri, pengelolaan sendiri, dan sebagainya. Tapi dasyat sekali kalo misalnya eh... apa namanya punya akses ke masyarakat luas, kemudian dampaknya juga baik itu adalah suatu keberhasilan yang eh... apa namanya membahagiakanlah apa ya ga speechless lah tidak bisa dengan kata-kata gitu. Fungsinya kalo menurut saya eh... apa ya kita sesuaikan aja dengan kondisi yang ada ya. Ketika fungsi TBM untuk instansi yang ada di sekitarnya ya berfungsi dengan baik kalo menurut saya. Kita bisa mendukung program RT, kita bisa mendukung program RW yang mencerdaskan kehidupan. Terutama yang kaitannya meningkatkan minat baca disini. Subhanallah loh disini ada bedah kitab setiap sabtu pagi kajiannya itu, kita di Mesjid itu mendatangkan narasumber, narasumber dari luar yang memang mampu. Ga semua orang bisa baca kitab kuning ya. Disini Alhamdulillah ada beberapa orang yang eh... yang punya kekhasan punya kemampuan itu dan mereka juga mau difungsikan gratis tanpa dibayar, banyak orang – orang yang kayak Alhamdulillah kerjasamanya juga baik dengan kami eh... apa namanya kalo saya sendiri juga menjadi narasumber untuk fiqih ya, untuk terjemah AlQur’an di Mesjid itu juga gratis itu bagian dari fungsi TBM mencerdaskan kehidupan bangsa, kemudian juga TBM itu bisa berfungsi sebagai salah satu sarana untuk eh... meningkatkan minat baca di masyarakat. Ini kan sarana ya, tanpa buku-buku itu apakah mereka bisa mencari ilmu yang dia cari. Ya fungsi TBM itu tiga kan saya melihatnya : 1. Sarana edukasi untuk masyarakat 2. Sarana sebagai rekreasi, rekreasinya disini dijadikan tempatlah. Rekreasi ilmu, rekreasi mata, rekreasi tangan. 3. Sebagai sarana informasi 11. Peneliti : Apa saja kendala dan cara mengatasi minat baca masyarakat dalam menumbuhkan dan meningkatkan minat baca? Informan : Kalo kendalanya sih ya gitu, TBM itu suka dianggap enteng oleh warga, ada juga yang nganggap baca buku itu bisa di rumah. Terus kendala lainnya minat baca itu dikalahkan oleh elektronik terutama anak-anak, game online, gadget, itu lebih dipilih dan diberikan oleh orang tua ketimbang
mengarahkan anak-anaknya untuk membaca. Maka saya anggap satu orang yang datang saya anggap seperti seribu orang yang datang. 12. Peneliti : Apa saja harapan anda untuk TBM Jendela Ilmu? Informan : harapannya yaitu TBM dapat mendukung program masyarakat agar masyarakat lebih melek terhadap informasi dan ingin meningkatkan minat baca di Indonesia.
TBM SBJD
Gambar I. Wawancara
Gambar II. Suasana Kelas TK/TP AlQur’an
Gambar III. Koleksi Buku
Gambar IV. Kegiatan Membaca
TBM JI
Gambar I. Wawancara
Gambar II. Kegiatan Membaca
Gambar III. Koleksi Buku
Gambar IV. Kegiatan Majelis Ta’lim & PKK
BIODATA PENULIS
Ludfia lahir di Jakarta, pada tanggal 05 Februari 1992, putri ketujuh dari Bapak M. Jamil Zein dengan Rosmani. Penulis bertempat tinggal di Jln. Desa Putra Gg. Delima II RT 008/005 No.13 Kel. Srengseng Sawah, Kec. Jagakarsa, Jak-Sel. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah di Jakarta Selatan, SDN 08 Pagi (tahun 2004). Kemudian, melanjutkan sekolah menengahnya di MTSN4 (tahun 2007) dan MAN 13 (tahun 2010). Pada tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan pada program studi (S1) Jurusan Ilmu Perpustakaan pada Fakultas Adab dan Humaniora di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan menulis skripsi berjudul “Upaya Pembinaan Minat Baca Di Taman Bacaan Masyarakat (TBM): Studi Kasus TBM Sanggar Baca Jendela Dunia dan TBM Jendela Ilmu”. Penulis pernah melakukan Praktek Kerja Lapangan di Perpustakaan Nasional selama satu bulan pada tahun 2013. Selama kuliah penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Himpunan Mahasiswa Jurusan IPI pada tahun 2011. Penulis pernah melakukan magang di Perpustakaan STEI SEBI selama satu bulan. Volunteer di Yayasan Sanggar Baca Jendela Dunia. Penulis pernah melakukan magang di Perpustakaan Sekolah Kharisma Bangsa selama satu bulan.