e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN PENILAIAN PROYEK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DALAM BAHASA INDONESIA DAN KEMAMPUAN PENALARAN TEMA CITA-CITAKU SISWA KELAS IVB SDP NEGERI TULANGAMPIANG DENPASAR Md Sances Prasiwi1, Ni Nym Ganing2, I Kt Adnyana Putra3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara dalam bahasa Indonesia dan kemampuan penalaran tema cita-citaku siswa kelas IVB SDP Negeri Tulangampiang Denpasar tahun ajaran 2014/2015 melalui penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, dengan subyek dalam penelitian ini terdiri dari 31 siswa. Data keterampilan berbicara dalam bahasa Indonesia dikumpulkan dengan menggunakan metode tes lisan, sedangkan data kemampuan penalaran siswa dikumpulkan dengan menggunakan metode tes tertulis. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif dan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan persentase rata-rata keterampilan berbicara dalam bahasa Indonesia pada pra siklus 63% dengan kategori rendah meningkat menjadi 77% dengan kategori sedang pada siklus I, dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 80,25% dengan kategori tinggi. Ketuntasan klasikal pada keterampilan berbicara dalam bahasa Indonesia pada siklus I mencapai 74,2% meningkat menjadi 87% pada siklus II. Selain itu juga terjadi peningkatan pada persentase kemampuan penalaran siswa pada siklus I, yaitu 71% dengan kategori sedang meningkat menjadi 80% pada siklus II dengan kategori tinggi. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek dapat meningkatkan keterampilan berbicara dalam bahasa Indonesia dan kemampuan penalaran tema Cita-citaku siswa kelas IVB SDP Negeri Tulangampiang Denpasar. Kata kunci: pendekatan saintifik, penilaian proyek, keterampilan kemampuan penalaran
berbicara,
Abstract This classroom action research aimed to determine the improvement of speaking skills in Indonesian and reasoning abilities theme cita-citaku of IVB students of SDP Tulangampiang Denpasar in the academic year 2014/2015 through the application of scientific approach to the project assessment. This study was conducted in two cycles, with the subjects in this study consisted of 31 students. The data of student’s speaking skills in Indonesian were collected using an oral test. Where as the data collected by the student’s reasoning abilities using written test method. The collected data were analyzed using quantitative descriptive analysis method and qualitative descriptive analysis. The results showed that the increase in the average percentage of speaking skills in Indonesian in pre-cycle 63% with low category increased to 77% by the middle category in the first cycle, and increased again in the second cycle to 80.25% with high category. Classical completeness on speaking skills in Indonesian in the first cycle reaches 74.2% increase to 87% in the
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 second cycle. There was also an increase in the percentage of student’s reasoning abilities in the first cycle of 71% with medium category increased to 80% in the second cycle with the high category. From the results, it can be concluded that the application of a scientific approach to assessment project improve speaking skills in Indonesian and reasoning abilities theme cita-citaku of IVB students SDP Tulangampiang Denpasar. Keywords: scientific approach, assessment project, speaking skills, reasoning abilities
PENDAHULUAN Suatu rancangan pendidikan dapat dipandang sebagai kurikulum. Kurikulum sebagai suatu rancangan pendidikan merupakan penentu pelaksanaan dan hasil pendidikan. Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2013 mengimplementasikan kurikulum baru sebagai penyempurnaan kurikulum sebelumnya, yakni KTSP yang diberi nama Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir, yakni pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa, pola pembelajaran yang satu arah menjadi pola pembelajaran yang interaktif, pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring, pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari, pola belajar sendiri menjadi pola belajar berkelompok, pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak, dan pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis. Dalam Kurikulum 2013 proses pembelajarannya berlangsung secara tematik dan menggunakan pendekatan saintifik. Pembelajaran tematik adalah “pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada para peserta didik” (Majid, 2014: 80). Pendekatan saintifik, dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, mencari informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan
pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Melalui pendekatan saintifik ini peserta didik bersama – sama untuk diajak mengamati, menanya, menalar, merumuskan, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan, sehingga peserta didik dapat dengan benar menguasai materi yang dipelajari dengan baik (Majid, 2014). Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang masuk ke dalam pembelajaran tematik integratip dalam Kurikulum 2013. Berdasarkan PP No. 32 tahun 2013 tentang Perubahan Standar Nasional Pendidikan menjelaskan bahwa bahan kajian bahasa mencakup bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing dengan pertimbangan bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional. Selain itu, Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 89) menyatakan bahasa memiliki peran yang penting dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang memiliki peranan penting dalam perkembangan komunikasi peserta didik. Belajar bahasa Indonesia untuk siswa SD pada dasarnya bertujuan untuk mengasah dan membekali mereka dengan kemampuan berkomunikasi atau kemampuan menerapkan bahasa Indonesia dengan tepat untuk berbagai tujuan dan dalam konteks yang berbeda. Ketika peserta didik belajar kemampuan berbahasa yang terkait dengan penggunaan dan konteksnya, peserta didik belajar tentang kaidah bahasa, dan sekaligus belajar menggunakan bahasa untuk mempelajari berbagai mata
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 pelajaran. Jika berbicara mengenai kemampuan berbahasa, pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar tidak akan pernah terlepas dari empat keterampilan berbahasa atau empat kemampuan berbahasa, yakni keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis (Susanto, 2013). Dari keempat keterampilan berbahasa tersebut, keterampilan berbicara memiliki pengaruh yang besar terhadap Bahasa Indonesia di sekolah dasar. Terbukti dari penemuan hasil survei T.Rankin terhadap 68 orang dari berbagai pekerjaan dan jabatan selama dua bulan. Hasil survey menunjukkan bahwa kegiatan berbicara menyita 30% dari semua kegiatan berbahasa lainnya, yakni menyimak 45%, membaca 16%, dan menulis 6% (Wendra, 2011). Keterampilan berbicara adalah “kemampuan mengucapkan bunyibunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan” (Wendra, 2011: 3). Terdapat beberapa faktor-faktor kebahasaan sebagai penunjang keefektifan berbicara, yakni ketepatan ucapan, penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai, pilihan kata (diksi), dan ketepatan secara pembicaraan, (Arjad dan Mukti, 1993). Pada ketepatan ucapan, sudah tentu pola ucapan dan artikulasi yang kita gunakan tidak selalu sama. Masingmasing dari kita memiliki gaya tersendiri dan gaya bahasa yang kita pakai berubahubah sesuai dengan pokok pembicaraan, perasaan, dan sasaran, sehingga ketepatan ucapan sangat mempengaruhi keefektifan kita dalam berbicara. Selain itu, kesesuaian terhadap tekanan, nada, sendi, dan durasi merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara. Bahkan kadang-kadang merupakan faktor yang sangat dapat mempengaruhi keefektifan dalam berbicara. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan tekanan nada, sendi, dan durasi yang sesuai, akan menyebabkan masalahnya menjadi menarik. Sebaliknya jika penyampaiannya datar saja, hampir dapat dipastikan akan menimbulkan kejemuan dan keefektifan berbicara tentu
berkurang. Dalam berbicara, pilihan kata dan pemakaian terhadap kalimat hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Pendengar akan lebih paham apabila kata-kata yang digunakan adalah katakata yang sudah dikenal oleh pendengar dan kalimat yang digunakan adalah kalimat efektif yang mampu membuat isi atau maksud yang disampaikan tergambar lengkap dalam pikiran pendengar persis seperti apa yang dimaksudkan oleh pembicara. Apabila kata-kata ataupun kalimat yang digunakan belum dikenal oleh pendengar, hal tersebut memang akan dapat membangkitkan rasa ingin tahu, akan tetapi hal tersebut juga dapat menghambat kelancaran dalam berkomunikasi. Pendengar akan lebih tertarik dan senang mendengarkan jika bebicara dengan pembicara yang jelas dalam bahasa yang dikuasainya, dalam arti yang betul-betul menjadi miliknya, baik sebagai perorangan maupun sebagai pembicara. Belajar bahasa Indonesia untuk siswa SD juga pada dasarnya bertujuan untuk mengasah dan membekali mereka dengan kemampuan berkomunikasi yang efektif. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada Rabu, 10 Desember 2014, wali kelas IVB menyatakan bahwa keterampilan berbicara siswa dalam bahasa Indonesia kelas IVB di SDPN Tulangampiang masih kurang optimal. Dari seluruh siswa yang berjumlah 31 orang, siswa yang tergolong tuntas berjumlah 17 orang (54,84%) dan siswa yang tergolong tidak tuntas berjumlah 14 orang (45,16%). Peserta didik yang dikatakan tidak tuntas merupakan peserta didik yang memperoleh keterampilan berbicara dalam bahasa Indonesia di bawah nilai KKM bahasa Indonesia yang telah ditetapkan sekolah, yakni nilai 70 (2,8 dengan predikat B). Tidak tuntasnya keterampilan berbicara dalam bahasa Indonesia pada siswa kelas IVB SDPN Tulangampiang ini dikarenakan guru kurang dapat memaksimalkan pengimplementasian pendekatan saintifik yang dianjurkan dalam Kurikulum 2013. Selain itu, guru juga menyatakan bahwa siswa kelas IVB mengalami kesulitan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 dalam setiap pengambilan kesimpulan pada tema-tema sebelumnya. Dalam hal ini terlihat siswa mengalami kesulitan dalam kemampuan penalarannya. Penalaran adalah “proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan (Majid, 2014: 223). Penalaran merupakan salah satu istilah dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang dianut dalam dalam Kurikulum 2013. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan guru dalam hal meningkatkan keterampilan berbicara dalam bahasa Indonesia dan kemampuan penalaran siswa ialah pendekatan saintifik dengan penilaian proyek. Berdasarkan Permendikbud No. 81A Lampiran IV menjelaskan kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik. Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan, sehingga dalam proses pembelajarannya, kurikulum 2013 menekankan pada pendekatan saintifik. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkontruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapantahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan” (Daryanto, 2014 : 51). Proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik terdiri atas 5 pengalaman belajar pokok, yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau menalar, dan mengkomunikasikan. Tahapan aktivitas belajar yang dilakukan dengan pembelajaran saintifik tidak harus dilakukan mengikuti prosedur yang kaku, namun dapat disesuaikan dengan pengetahuan yang hendak dipelajari.
Pada proses pembelajaran mungkin dilakukan observasi terlebih dahulu sebelum memunculkan pertanyaan, namun pada pelajaran yang lain mungkin siswa mengajukan pertanyaan terlebih dahulu sebelum melakukan observasi dan eksperimen. Pada kondisi pembelajaran seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah yang meliputi seperti intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan, melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis (Majid, 2014). Penilaian proyek merupakan “kegiatan penelitian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu” (Daryanto, 2014: 120). Dengan begitu, pembelajaran berbasis proyek dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan pembelajaran yang bertumpu pada upaya melaksanakan suatu kegiatan/pekerjaan dengan tujuan khusus dan memiliki saat penyelesaian yang tegas. Pemberian tugas berupa proyek merupakan cara untuk mencapai tujuan akademik dengan mengakomodasi berbagai perbedaan gaya belajar siswa, minat, serta bakat dari masing-masing peserta didik, dan tugas proyek yang diberikan berkaitan dengan konteks kehidupan nyata (Majid, 2014). Kelebihan-kelebihan dari penilaian proyek, yaitu (1) peserta didik lebih bebas mengeluarkan ide; (2) banyak kesempatan untuk berkreasi; (3) mendidik peserta didik lebih mandiri dan bertanggung jawab; (4) meringankan guru dalam pemberian materi pelajaran; (5) dapat meningkatkan kreativitas peserta didik; (6) ada rasa tanggung jawab dari peserta didik terhadap tugas-tugas yang diberikan; (7) guru dan peserta didik lebih kreatif. Berdasarkan kelebihan-kelebihan itulah pembelajaran dengan proyek dikatakan dapat meningkatkan antusiasme siswa dalam proses belajar (Daryanto, 2014). Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik dengan penilaian proyek merupakan suatu pendekatan pembelajaran dengan memberikan sebuah proyek pada jangka waktu tertentu kepada peserta didik, dengan menekankan pada 5 pengalaman belajar pokok, yaitu mengamati, menanya,
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau menalar, dan mengkomunikasikan. Dari proyek-proyek itulah akan mampu menumbuhkan sikap-sikap ilmiah dari diri peserta didik. Mengingat permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka akan dilaksanakan penelitian tindakan kelas melalui penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek untuk meningkatkan keterampilan berbicara dalam bahasa Indonesia dan kemampuan penalaran siswa kelas IVB SDP Negeri Tulangampiang Denpasar tahun ajaran 2014/2015. Keterampilan berbicara dan kemampuan penalaran siswa hanya dapat dikuasai dengan latihan-latihan atau praktik-praktik secara teratur dan berencana. Melalui pendekatan saintifik dengan penilaian proyek inilah akan dapat dilatih keterampilan berbicara dalam bahasa Indonesia dan kemampuan penalaran siswa secara lebih efektif. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dilaksanakan penelitian yang berjudul “Penerapan Pendekatan Saintifik dengan Penilaian Proyek untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara dalam Bahasa Indonesia dan Kemampuan Penalaran Tema Cita-Citaku Siswa Kelas IVB SDP Negeri Tulangampiang Denpasar”. METODE Jenis penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Tiap siklus dalam PTK terdiri dari 4 tahapan, yakni: (1) perencanaan tindakan yang terdiri dari koordinasi dengan kepala sekolah, membicarakan materi terkait pelaksanaan pembelajaran dengan guru kelas IVB SDP Negeri Tulangampiang Denpasar, menentukkan jadwal pelaksanaan pembelajaran, menganalisis kurikulum untuk menentukan Kompetensi Inti (KI), kompetensi dasar (KD), mengidentifikasi materi yang akan diajarkan, serta merencanakan proyek yang akan diberikan dalam proses pembelajaran, membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pendekatan saintifik dengan penilaian proyek, membuat instrumen yang digunakan dalam siklus penelitian tindakan kelas, yakni
perencanaan proyek yang akan diberikan kepada peserta didik, rubrik pedoman penskoran keterampilan berbicara, kisi-kisi dan soal-soal yang berkaitan dengan tes uraian kemampuan penalaran, dan pedoman penskoran tes uraian kemampuan penalaran; (2) pelaksanaan tindakan, yakni dengan melaksanakan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disiapkan; (3) pengamatan atau observasi yang berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan yang terkait; (4) refleksi, yakni tahapan yang mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan (Arikunto, 2014). Refleksi inilah yang digunakan sebagai dasar perencanaan dan tindakan pada siklus selanjutnya. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDP Negeri Tulangampiang Denpasar pada tanggal 9 Pebruari 2015 sampai 18 Pebruari 2015. Subjek Penelitian ini adalah siswa kelas IVB SDP Negeri Tulangampiang yang berjumlah 31 siswa. Siswa di kelas ini dipilih sebagai subjek penelitian karena pada kelas ini ditemukan permasalahanpermasalahan seperti yang telah diungkapkan pada pendahuluan. Objek dalam penelitian ini adalah keterampilan berbicara dalam bahasa Indonesia dan kemampuan penalaran siswa kelas IVB SDP Negeri Tulangampiang Denpasar dengan diterapkannya pendekatan saintifik dengan penilaian proyek. Dalam penelitian ini direncanakan pelaksanaan siklus yang masing-masing siklus terdiri dari tiga kali pertemuan, dengan dua kali pertemuan pemberian tindakan dan satu kali pertemuan pemberian evaluasi. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan metode tes. Metode tes adalah “cara untuk memperoleh data yang berbentuk suatu tugas yang dilakukan atau dikerjakan oleh seorang atau sekelompok orang yang dites, dan dari hasil tes tersebut dapat menghasilkan suatu data berupa skor” (Agung, 2012: 66). Tes digunakan untuk mengukur sejauh mana seorang peserta didik telah menguasai pelajaran yang telah disampaikan terutama yang meliputi aspek pengetahuan dan keterampilan (Jihad dan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 Abdul, 2012). Metode tes yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi metode tes lisan dan metode tes tertulis berbentuk tes uraian. Metode tes lisan digunakan untuk mengumpulkan data mengenai keterampilan berbicara dalam bahasa Indonesia dan metode tes tertulis berbentuk tes uraian digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kemampuan penalaran siswa. Data yang telah dikumpulkan ini dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif dan metode analisis deskriptif kualitatif. Metode analisis deskriptif kuantitatif adalah “suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyususn secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase, mengenai objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan secara umum” (Agung, 2012: 67), sedangkan deskriptif kualitatif adalah “suatu cara analisis/pengolahan data
dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk kalimat/kata-kata, kategorikategori mengenai suatu objek, sehingga akhirnya diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2012: 67). Secara keseluruhan tindakan ini dikatakan berhasil apabila keterampilan berbicara dalam bahasa Indonesia dan kemampuan penalaran peserta didik berada pada kriteria tinggi, ketuntasan klasikal pada keterampilan berbicara dalam bahasa Indonesia yaitu 80%, siswa memperoleh nilai keterampilan berbicara dalam bahasa Indonesia sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan oleh sekolah, yakni nilai 70 (2,8 dengan predikat B), dan terjadinya peningkatan kemampuan penalaran siswa pada akhir penelitian. Berikut kriteria tingkatan keterampilan berbicara dalam bahasa Indonesia dan kriteria tingkatan kemampuan penalaran siswa.
Tabel 1. Kriteria tingkatan keterampilan berbicara dalam bahasa Indonesia Persentase 90 - 100 80 – 89 65 – 79 55 – 64 0 – 54
Kriteria keterampilan berbicara dalam bahasa Indonesia Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah (Sumber : diadaptasi dari Agung, 2005: 97)
Tabel 2. Kriteria tingkatan kemampuan penalaran Persentase 90 - 100 80 – 89 65 – 79 55 – 64 0 - 54
Kriteria kemampuan penalaran Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah (Sumber : diadaptasi dari Agung, 2005: 97)
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus dalam penelitian ini tediri dari tiga kali pertemuan, dengan dua kali pertemuan untuk pelaksanaan pemberian tindakan dan satu kali pertemuan untuk evaluasi. Subjek penelitian dalam penelitian ini ialah siswa kelas IVB SDP
Negeri Tulangampiang Denpasar tahun ajaran 2014/2015, dengan jumlah subjek sebanyak 31 orang siswa. Secara umum pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas selama penelitian ini berlangsung, telah sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun dengan menggunakan pendekatan saintifik dengan penilaian
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 proyek. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap masing-masing siklus terdiri dari 3 kali pertemuan, dengan 2 kali pertemuan pemberian tindakan dan 1 kali pertemuan pemberian evaluasi berupa tes lisan dan tes tertulis berbentuk tes uraian. Adapun hasil dan analisis data mengenai keterampilan berbicara dalam bahasa Indonesia dan kemampuan penalaran dijelaskan sebagai berikut. Pada tahap refleksi awal diperoleh data mengenai keterampilan berbicara dalam bahasa Indonesia siswa pada tema sebelum penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan. Data ini digunakan untuk lebih menguatkan hasil wawancara dengan wali kelas IVB yang telah dilakukan, bahwa di kelas IVB SDP Negeri Tulangampiang Denpasar keterampilan berbicara dalam bahasa Indonesia dan kemampuan penalaran siswa masih belum sesuai dengan standar yang diharapkan. Berdasarkan hasil perhitungan pada data refleksi awal, rata-rata keterampilan berbicara dalam bahasa Indonesia siswa kelas IVB SDP Negeri Tulangampiang Denpasar sebesar 2,55 dengan persentase 63% dan masih berada pada kriteria “rendah”. Untuk ketuntasan keterampilan berbicara dalam bahasa Indonesia secara klasikal baru mencapai 54,84%. Pada siklus I dilaksanakan selama tiga kali pertemuan, dengan dua kali pertemuan pemberian tindakan, dan satu kali pertemuan untuk pemberian evaluasi. Berdasarkan hasil perhitungan pada siklus I, rata-rata keterampilan berbicara dalam bahasa Indonesia sebesar 3,07 dengan persentase rata-rata sebesar 77% dengan kriteria “sedang” karena masih berada pada interval 65-79%, serta untuk ketuntasan klasikal keterampilan berbicara dalam bahasa Indonesia baru mencapai 74,2%. Untuk kemampuan penalaran, rata-ratanya sebesar 2,84 dengan persentase rata-rata sebesar 71% dengan kriteria “sedang” karena masih berada pada interval 65-79%. Terdapat beberapa kendala-kendala yang muncul pada siklus I, seperti siswa belum terbiasa dalam mengerjakan proyek yang berkaitan dengan bahasa Indonesia, dalam proses pembelajaran masih
terdapat banyak siswa yang malu-malu dalam menyampaikan pendapat, siswa yang mewakili menyampaikan hasil diskusi kelompok ke depan kelas hanya siswa yang pintar-pintar saja, beberapa siswa masih belum mampu untuk menggunakan kata-kata baku dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya maupun hasil pekerjaannya yang secara individu, dan masih terdapat siswa yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) sehingga belum mampu mencapai ketuntasan klasikal yang ditetapkan. Untuk menindaklanjuti permasalahan ataupun kendala-kendala yang timbul pada siklus I, diperlukan perbaikan pelaksanaan tindakan yang selanjutnya dapat diterapkan pada siklus II, yakni seperti memberikan informasi kembali kepada siswa mengenai pembelajaran yang sedang diterapkan kepada siswa, yaitu pembelajaran yang cenderung menekankan pada penugasan proyek, memberikan motivasi berupa penambahan nilai kepada siswa yang mampu mengeluarkan pendapatnya dengan baik, pada pertemuan selanjutnya siswa secara bergilir mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, sehingga sedikit peluang siswa untuk mengandalkan teman yang lebih pintar dalam kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, memberikan pengertian kepada siswa pada saat mempresentasikan hasil kerja kelompok ataupun hasil kerja individu sebaiknya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, seperti menggunakan kata-kata yang baku, serta melakukan pendekatan secara individu, terutama kepada siswa yang hasil belajarnya belum mencapai nilai KKM. Pada siklus II juga dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan, dengan dua kali pertemuan pemberian tindakan, dan satu kali pertemuan pemberian evaluasi. Berdasarkan hasil perhitungan pada siklus II, rata-rata keterampilan berbicara dalam bahasa Indonesia sebesar 3,21 dengan persentase rata-rata sebesar 80,25% dengan kriteria “tinggi” karena telah berada pada interval 80-89%, serta untuk ketuntasan klasikal keterampilan berbicara
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 dalam bahasa Indonesia telah mencapai 87%. Untuk kemampuan penalaran, rataratanya sebesar 3,2 dengan persentase rata-rata sebesar 80% dengan kriteria “tinggi” karena telah berada pada interval 80-89%. Setelah pemberian tindakan pada siklus II melalui penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek, dapat direfleksi bahwa secara umum pembelajaran yang dilakukan telah dapat berjalan sesuai dengan perencanaaa yang telah disiapkan. Hal ini dapat terlihat dari siswa mulai terbiasa mengerjakan proyek
yang berkaitan dengan bahasa Indonesia, banyak siswa yang sudah mulai berani untuk mengeluarkan pendapatnya, dan dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok, siswa tidak lagi hanya mengandalkan siswa yang pandai dalam kelompok saja. Peningkatan keterampilan berbicara dalam bahasa Indonesia dan kemampuan penalaran siswa kelas IVB SDP Negeri Tulangampiang Denpasar pada siklus I dan siklus II dapat dilihat dari persentase rata-rata dan ketuntasan klasikal yang disajikan pada tabel sebagai berikut.
Tabel 3. Data keterampilan berbicara dalam bahasa Indonesia dan kemampuan penalaran siswa kelas IVB SDP Negeri Tulangampiang Denpasar pada pra siklus, siklus I dan siklus II No
Variabel Terikat
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Peningkatan dari siklus I ke Siklus II M% KK 3,25% 12,8%
M% KK M% KK M% KK Keterampilan 63% 54,84% 77% 74,2% 80,25% 87% berbicara dalam bahasa Indonesia 2 Kemampuan 71% 80% 9% Penalaran Keterangan : M% : Persentase rata-rata KK : Ketuntasan Kalsikal peningkatan pada pemberian tindakan Data peningkatan keterampilan yang telah dilaksanakan pada berbicara dalam bahasa Indonesia dan keterampilan berbicara dalam bahasa kemampuan penalaran siswa kelas IVB Indonesia dan kemampuan penalaran SDP Negeri Tulangampiang Denpasar siswa kelas IVB SDP Negeri pada siklus I dan siklus II juga dapat dilihat Tulangampiang Denpasar. pada grafik histogram berikut. Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus ini M% menunjukkan bahwa terjadi peningkatan 100% keterampil pada keterampilan berbicara dalam an 80% berbicara bahasa Indonesia dan kemampuan KK 60% penalaran siswa kelas IVB SDP Negeri keterampil 40% Tulangampiang Denpasar setelah an berbicara diterapkannya pendekatan saintifik 20% M% dengan penilaian proyek. kemampua 0% n Secara umum, penelitian yang telah Pra Siklus I Siklus II penalaran dilakukan ini sudah dikatakan berhasil dan siklus Gambar 1. Grafik histogram peningkatan sudah memenuhi kriteria yang ditetapkan. keterampilan berbicara dan kemampuan Namun, pelaksanaan tindakan pada siklus penalaran I belum dapat mencapai hasil yang optimal dan belum dapat memenuhi kriteria Dari tabel dan grafik histogram di keberhasilan yang telah ditetapkan. Data atas, dapat dilihat bahwa telah terjadi keterampilan berbicara dalam bahasa 1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 Indonesia pada siklus I menunjukkan dari 31 siswa, baru hanya 23 siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM). Sehingga ketuntasan klasikal pada siklus I adalah 74,2%. Persentase ratarata keterampilan berbicara dalam bahasa Indonesia siswa baru mencapai 77% dan masih berada pada kriteria “sedang”. Kemampuan penalaran siswa pada siklus I juga belum dapat memenuhi kriteria keberhasil yang telah ditetapkan. Persentase rata-rata kemampuan penalaran siswa pada siklus I adalah 71% dan masih berada pada kriteria “sedang”. Dengan begitu, pada pelaksanaan tindakan selanjutnya diperlukan perbaikan agar dapat terjadi peningkatan dan dapat mencapai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Terdapat banyak kendala-kendala yang dihadapi pada siklus I, seperti siswa belum terbiasa dalam mengerjakan proyek yang berkaitan dengan bahasa Indonesia, dalam proses pembelajaran masih terdapat banyak siswa yang malu-malu dalam menyampaikan pendapat, siswa yang mewakili dalam menyampaikan hasil diskusi kelompok ke depan kelas hanya siswa yang pintar-pintar saja, beberapa siswa masih belum mampu untuk menggunakan kata-kata baku dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya maupun hasil pekerjaannya secara individu di depan kelas, serta masih terdapat siswa yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) sehingga belum mampu mencapai ketuntasan klasikal yang ditetapkan. Berdasarkan kendala-kendala tersebut, maka pelaksanaan tindakan pada siklus II diupayakan untuk mengadakan perbaikan terhadap permasalahan-permasalahan yang muncul pada siklus I tersebut. Pada pelaksanaan tindakan di siklus II, peneliti kembali memberikan informasi kepada siswa mengenai pembelajaran yang cenderung menekankan pada penugasan proyek. Peneliti juga lebih banyak memberikan motivasi dan bimbinganbimbingan agar siswa mau memberanikan diri dalam mengeluarkan pendapatnya dengan baik. Bimbingan-bimbingan yang lebih intensif juga diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam
mengikuti proses pembelajaran. Selain itu juga peneliti sering memberikan arahanarahan kepada siswa saat melakukan presentasi di depan kelas. Hal ini dilakukan agar terjadi peningkatan pada keterampilan berbicara dalam bahasa Indonesia dan agar siswa tidak terus menerus hanya mengandalkan teman yang pandai saja dalam kelompoknya ketika melakukan presentasi hasil kerja kelompok di depan kelas. Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II, terjadi peningkatan pada keterampilan berbicara dalam bahasa Indonesia dan kemampuan penalaran siswa. Hal ini terlihat pada perolehan ketuntasan klasikal keterampilan berbicara dalam bahasa Indonesia pada siklus II yang mencapai 87%, dan persentase ratarata keterampilan berbicara dalam bahasa Indonesia pada siklus II juga telah mencapai 80,25% dan berada pada kriteria “tinggi”. Peningkatan juga terjadi pada kemampuan penalaran siswa. Peningkatan ini dapat terlihat dari persentase rata-rata untuk kemampuan penalaran siswa yang telah mencapai 80% dan berada pada kriteria “tinggi”. Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus II, kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan dalam penelitian ini sudah dapat dikatakan tercapai ataupun tuntas. Hal ini terlihat dari data yang diperoleh bahwa telah terjadi peningkatan keterampilan berbicara dalam bahasa Indonesia dan kemampuan penalaran siswa dari siklus I ke siklus II. Selain itu juga perolehan ketuntasan klasikal untuk keterampilan berbicara dalam bahasa Indonesia telah mencapai 87% serta keterampilan berbicara dalam bahasa Indonesia dan kemampuan penalaran peserta didik telah berada pada kriteria “tinggi”, dan ini telah sesuai dengan indikator keberhasil yang telah ditetapkan dalam penelitian tindakan kelas ini. Pada pelaksanaan tindakan siklus II tidak lagi muncul kendala-kendala ataupun permasalahan seperti yang terjadi pada siklus I. Hal ini terlihat dari kegiatan yang telah dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Siswa mulai dapat memahami bagaimana cara mengerjakan sebuah proyek dengan baik,
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 berani mengajukan pertanyaan, berani mempresentasikan hasil kerja kelompok ataupun individu di depan kelas, dan mulai dapat memberanikan diri untuk mengkomunikasikan pendapatnya di dalam kelas. Dengan mulai terlihatnya sikap-sikap siswa yang seperti itu, tentunya hal ini dapat meningkatkan keterampilan berbicara dalam bahasa Indonesia dan kemampuan penalaran siswa kelas IVB SDP Negeri Tulangampiang Denpasar..
diterapkan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek, 4) kepada peneliti lain, diharapkan agar peneliti lain tertarik untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara dalam bahasa Indonesia dan kemampuan penalaran siswa kelas IVB SDP Negeri Tulangampiang Denpasar dapat ditingkatkan melalui penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek. Hal ini dapat terlihat dari persentase rata-rata keterampilan berbicara dalam bahasa Indonesia pada siklus I mencapai 77% (kriteria “sedang”) dengan tingkat ketuntasan klasikal pada siklus I mencapai 74,2%, dan pada siklus II rata-rata persentase keterampilan berbicara dalam bahasa Indonesia pada siklus II mencapai 80,25% (kriteri “tinggi”) dengan ketuntasan klasikal mencapai 87%. Peningkatan juga terlihat pada kemampuan penalaran siswa yang pada siklus I persentase rata-ratanya mencapai 71% dengan kriteria “sedang” dan pada siklus II persentase rata-ratanya mencapai 80,25%. Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini, maka dapat diajukan saran kepada beberapa pihak sebagai berikut. 1) kepada kepala sekolah diharapkan dapat menggunakan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek sebagai alternatif dalam mengembangkan proses pembelajaran yang inovatif dan efisien, 2) kepada guru diharapkan profesionalisme guru dapat ditingkatkan dalam proses pembelajaran melalui penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek, 3) kepada siswa diharapkan agar dapat mengembangkan kreativitasnya dan dapat semakin termotivasi dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas, ketika
Arikunto, Suharsini, dkk. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
DAFTAR PUSTAKA Agung. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Arjad, Maidar G dan Mukti U.S. 1993. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan. Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media. Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.. Kemendikbud. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 81A Tahun 2013. Jakarta: Kemendikbud. Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset. Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Wendra, I Wayan. 2011. Buku Ajar Keterampilan Berbicara. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.