e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)
PENERAPAN MODEL INTERACTIVE CONCEPTUAL INTRUCTION (ICI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NO. 2 SANGEH, ABIANSEMAL TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Ni Kadek Ery Nuraini1, Siti Zulaikha2, Ni Nyoman Ganing3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected], sitizulaikha349yahoo.com2,
[email protected] Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui penerapan model pembelajaran Interactive Conceptual Intruction (ICI) siswa kelas V SD No. 2 Sangeh, Abiansemal, Badung Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus. Desain penelitian adalah penelitian tindakan kelas model Kurt Lewin. Subjek penelitian adalah sebanyak 24 orang siswa kelas V SD No. 2 Sangeh Semester genap Tahun Ajaran 2013/2014. Data penelitian tentang hasil belajar dikumpulkan dengan menggunakan metode tes. Data dianalisis dengan dengan menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan persentase hasil belajar pada siklus I sebesar 63,33 % berada pada kriteria sedang mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 77,67 % tergolong pada kriteria tinggi Tahun Ajaran 2013/2014. Simpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran Interactive Conceptual Intruction (ICI) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD No. 2 Sangeh, Abiansemal, Badung. Kata-kata kunci : Model Pembelajaran Interactive Conceptual Intruction (ICI) dan hasil belajar Abstract This study aims to find out the improvement of learning result of mathematic through application of teaching-learning model of interactive conceptual instruction (ICI) at the student grade V of elementary school No. 2 Sangeh, Abiansemal, Badung in academic year of 2013 / 2014. This study was applied class action research that it has been conducted in two cycles. Research design was class action research by model of Kurt Lewin. Subject in this study were the student grade V of elementary school No.2 Sangeh even semester in academic year of 2013/2014 by number of samples were 24 students. Research data on learning result was collected by using test method. Data then analyzed with quantitative descriptive. The data analyzed result showed procentage of learning result at first cycle is 63,33% in moderat category, then it experience improvement at second cyle become 75,33% in high category. So. It can ben concluded that teachinglearning model of interactive conceptual instruction (ICI) can improve the learning result of mathematic in the student grade V of elementary school No.2 Sangeh, Abiansemal, Badung in academic year of 2013/2014. Keywords: Learning Model Of Interactive Conceptual Instruction (ICI), Learning Result
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) PENDAHULUAN Inovasi di bidang pendidikan telah banyak diupayakan oleh pemerintah, baik dalam pendidikan dasar, menengah sampai pendidikan tinggi guna meningkatkan kualitas pendidikan. Upaya yang dilakukan untuk menunjang terciptanya peningkatan kualitas sumber daya manusia mencangkup komponen-komponen pendidikan seperti pembaharuan kurikulum dan proses pembelajaran, peningkatan kualitas guru, penyempurnaan sistem pendidikan, pengelolaan sekolah, pengembangan tes dan penilaian hasil belajar serta hubungan sekolah dan masyarakat (Darianto, 2010 : 12) Untuk mewujudkan terciptanya peningkatan sumber daya manusia melalui pendidikan tidaklah mudah, banyak hambatan yang dialami khususnya dalam kegiatan pembelajaran. Hambatanhambatan yang dialami mengakibatkan hasil belajar siswa belum memenuhi tuntutan kurikulum, terutama pada pembelajaran matematika. Padahal kita tahu bahwa matematika banyak manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Ruseffendi (1993 : 59) menyatakan bahwa “Matematika memiliki nilai praktis, nilai disiplin dan nilai budaya”. Matematika memiliki nilai praktis artinya matematika sangat berguna dalam memecahkan masalah sehari-hari. Nilai disiplin dalam matematika adalah kemampuan matematika mendisiplinkan pikiran yaitu membentuk pola berfikir kritis, logis, sistematis dan konsisten sedangkan nilai budaya artinya bahwa perkembangan kebudayaan (terutama ilmu pengetahuan dan teknologi) tidak bisa dipisahkan dari matematika. Melihat begitu pentingnya matematika maka diharapkan pemahaman siswa dalam bidang matematika cukup baik. Pada jenjang sekolah dasar perlu diupayakan agar matematika betul-betul dikuasai dengan baik oleh siswa. Hal ini sangatlah logis mengingat matematika memiliki hubungan yang bersifat hirarkis, dimana matematika di jenjang sekolah dasar merupakan dasar atau pondasi yang amat penting untuk mempelajari matematika pada jenjang selanjutnya.
Membentuk pemahaman konsep, diperlukan pola belajar yang mampu mengembangkan pemikiran siswa yang efektif dan tanpa menghafal konsep tersebut. Penekanan ini dimaksudkan agar siswa tidak cepat melupakan tentang konsep yang telah dipelajari dan paling penting adalah membuat siswa belajar secara aktif dan cepat memahami konsep tersebut. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SD No.2 Sangeh ditemukan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas V Tahun Pelajaran 2012/2013 tergolong rendah, karena belum memenuhi standar kriteria ketuntasan minimal (KKM) sekolah. Nilai yang telah ditentukan di sekolah tersebut yakni 60,00, sedangkan nilai ratarata siswa 50,00. Beberapa gejala juga ditemukan dalam observasi yang dilaksanakan di kelas V seperti : penerapan model pembelajaran yang kurang maksimal, hanya beberapa siswa yang berani menyampaikan pendapatnya, metode pembelajaran yang menoton, penggunaan media pembelajaran yang kurang bervariasi sehingga siswa sulit memahami konsep matematika. Akibatnya banyak terjadi kesulitan siswa dalam menjawab soal-soal, baik soal ulangan harian maupun soal ulangan umum. Dengan proses pembelajaran tersebut wajarlah hasil belajar matematika siswa kelas V masih di bawah standar. Berdasarkan data tersebut dapat diambil simpulan bahwa hasil belajar matematika pada siswa kelas V di SD No. 2 Sangeh perlu ditingkatkan. Berdasarkan hasil tersebut, maka peneliti mengadakan diskusi dengan kepala sekolah dan wali kelas V di SD No. 2 Sangeh sebagai penyelenggara pembelajaran yang mempunyai peran penting dalam meningkatkan hasil belajar matematika dengan memberi gambaran mengenai model yang bisa digunakan dalam pembelajaran matematika, adalah model Interactive Conceptual Intruction (ICI). ICI merupakan landasan pembelajaran keterampilan berpikir, artinya model pembelajaran untuk membentuk konsep atau pengertian berdasarkan kemampuan berpikir. Dengan model pembelajaran ini siswa diharapkan mampu
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) membuat pengertian sesuatu setelah melihat data, fakta realitas untuk menghubungkan satu dengan lainnya sehingga menjadi suatu konsep. Model pembelajaran ini adalah salah satu alternative model pembelajaran perubahan konseptual yang berbasis konstruktivisme. Dipilihnya model ini adalah diharapkan siswa akan memiliki pola berfikir konstruktivis, siswa dapat menggabungkan pengetahuan awal mereka dengan temuantemuan dalam simulasi yang mereka lakukan, kemudian dapat melatih serta menjadikan kebiasaan berfikir kritis dan kreatif bagi siswa, meningkatkan kerjasama antar anggota kelompok sehingga siswa akan dapat meningkatkan pemahamannya terhadap konsep yang diajarkan melalui interaksinya dengan guru, dengan temannya dan dengan materi yang diajarkan serta dapat menimbulkan situasi belajar aktif. Pembelajaran konseptual interaktif atau Interactive conceptual intruction (ICI) merupakan landasan pembelajaran keterampilan berpikir, artinya model pembelajaran untuk membentuk konsep atau pengertian berdasarkan kemampuan berfikir. Dalam model pembelajaran ini siswa diharapkan mampu membuat pengertian sesuatu setelah melihat data, fakta realitas untuk menghubungkan satu dengan lainnya sehingga menjadi suatu konsep (Santyasa, dkk. 2008). Model pembelajaran ini adalah salah satu alternative model pembelajaran perubahan konseptual yang berbasis konstruktivisme. Dimana berdasarkan teori kontruktivisme, siswa sendiri yang mengkonstruksikan pengetahuanpengetahuan yang diperoleh dalam suatu kegiatan pembelajaran. ICI yang dikembangkan oleh Savinainen dan Scott 2002 (dalam Santyasa, 2008) sangat mendukung perkembangan keterampilan berpikir siswa, dimulai dari tingkatan pemahaman konsep yang memerlukan suatu proses interaktif yang memberi peluang mengembangkan gagasan melalui proses dialog dan berpikir. Ciri khas dari ICI adalah dalam proses pembelajaran terjadi interaksi kelompok yang melibatkan teman sebaya dan penggunaan buku teks, dimana
seorang guru dengan memberikan teks/kuis yang dikerjakan secara individu. Sehingga masing-masing anggota kelompok harus paham dengan hasil kelompoknya. Model ICI terdiri atas empat tahapan yang tidak dapat dipisahkan, yaitu 1). Conceptual focus, 2) Use of texts, 3). Research-based materials, dan 4). Classroom interaction. Dalam implementasinya, keempat tahapan ini membentuk pembelajaran yang utuh (Santyasa, 2004). Tahapan-tahapan Model Interactive Conceptual Instruction (ICI),yaitu (1) Conceptual focus yaitu pengembangan ide-ide baru yang berfokus pada pemahaman konseptual dengan sedikit pormulasi matematika. Pada tahap ini pembelajaran dimulai dengan pendemontrasian fenomena-fenomena yang berkaitan dengan pokok bahasan yang akan dipelajari. (2) Use of texts yaitu penggunaan buku teks dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman siswa secara lebih mendalam. Belajar yang melibatkan buku teks dapat melibatkan siswa menggunakan matakognisi, proses-proses berpikir, keterampilan berpikir kritis dan kreatif, keterampilan berpikir inti, dan menghubungkan keterampilan yang diperoleh melalui diskusi dengan pengetahuan yang didapat pada buku. (3) Research based materials yaitu latihan berbasis penelitian berfungsi mengembangkan pemahaman siswa. Latihan berbasis penelitian juga merupakan alat diagnostik yaitu asesmen yang dapat mengukur pemahaman siswa. Tahapan ini dapat mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dan berfungsi sebagai acuan dalam pembelajaran lebih lanjut. Pada tahap ini siswa dibentuk menjadi kelompok-kelompok yang berbeda dalam hal jenis kelamin, suku, agama, dan kemampuan. Dalam kelompok tersebut siswa bekerja sama menyelesaikan masalah/ LKS yang diberikan guru. (4) Classroom interactions yaitu pada tahap ini dilibatkan interaksi-interaksi kelas. Dalam interaksi kelas, terjadi pembelajaran yang melibatkan teman sebaya. Costa (dalam Santyasa, 2004) mengatakan bahwa pembelajaran teman sebaya ini sangat penting karena tidak seorang pun dapat memecahkan masalah kompleks secara
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) sendirian, tidak seorang pun dapat mengakses semua data yag diperlukan untuk mengambil keputusan kritis, tidak seorang pun dapat berpikir alternative sebaik yang dilakukan orang banyak. Guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep penting dengan pertanyaan-pertanyaan pancingan, sementara siswa malakukan pengkonstruksian pemahaman sendiri. Siswa diberikan waktu untuk menggali pengetahuan baik dari teman sekelompok maupun dari teman kelompok lain. Proses ini dapat mendorong siswa berpikir melalui argumentasi yang dikembangkan dan mengembangkan pemahaman konsep siswa. Menurut Mazur (dalam Sumitra, 2010:15) pembelajaran teman sebaya dapat menarik perhatian terfokus pada konsep, disamping juga untuk memecahkan masalah-masalah kompleks. Selain beberapa tahapan tersebut, terdapat komponen yang membangun penerapan model ICI (Rika, 2013) adalah sebagai berikut. (1) Sistem sosial dalam pembelajaran konseptual interaktif mempunyai pola hubungan tergolong tinggi baik antara guru dengan siswa ataupun antara siswa dengan siswa. Guru bertindak sebagai fasilitator, mediator, pemberi informasi, teman berpikir dan pembimbing pemerolehan konsep serta dalam pemecahan masalah. Guru dan siswa aktif dalam pembelajaran. Sumber informasi dapat bersumber dari guru dan siswa ataupun dari buku teks. Siswa juga lebih aktif dalam mengkonstruksi, mengungkapkan, dan menggunakan ide-ide yang ada dalam pikirannya. (2) Sistem Reaksi adalah sebagai berikut. (a) Komunikasi aktif, artinya siswa secara aktif mengungkapkan ide yang dimiliki sehingga akan berakibat aliran informasi terjadi lebih lancar. (b) Interaksi yang positif dengan semua individu dalam pembelajaran. Guru dan siswa bebas bertanya maupun merespon pertanyaan atau pendapat yang dikemukakan. Selain itu, setiap siswa punya peranan yang sama dalam kelompoknya yaitu memecahkan permasalahan yang ada. (c) Bimbingan dan penemuan, artinya dalam pembelajaran siswa memperoleh bimbingan dari guru
dalam menggali suatu konsep sehingga siswa akan menemukan, dan juga mengkonstruksi konsepnya sendiri. (3) Sistem Pendukung merupakan segala sesuatu yang dibutuhkan siswa untuk mendapatkan informasi yang sesuai dan diperlukan dalam mencapai tujuan pembelajaran, misalnya: LKS, buku teks atau buku penunjang, dan media pembelajaran yang relevan. (4) Dampak instruksional yang dimiliki model konseptual interaktif yaitu siswa dapat membangun dan mengembangkan konsep dan pengetahuannya sendiri. Sedangkan dampak pengiringnya yaitu siswa mempunyai rasa percaya diri dalam mengemukakan pendapat yang dimiliki, selain itu tumbuhnya minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran matematika, sehingga akan berujung pada peningkatan hasil belajar matematika siswa. Keunggulan dari model ICI adalah mendidik siswa agar memiliki pola berpikir konstruktivis, dimana siswa dapat menggabungkan pengetahuan awal mereka dengan temuan-temuan dalam simulasi yang mereka lakukan, dapat melatih serta menjadikan kebiasaan berfikir kritis dan kreatif bagi siswa, meningkatkan kerjasama antar anggota kelompok, dan dapat menimbulkan situasi belajar aktif (Rika, 2013). Seperti tercantum dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2009:19), matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Pembelajaran dalam penelitian ini dilaksanakan di kelas V. Ruang lingkup pembelajaran matematika adalah bilangan dengan materi pokok adalah mengubah pecahan dan operasi hitung pecahan. Tujuan pembelajaran matematika yaitu : (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam memecahkan masalah (memahami konsep matematika), (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) matematika (mengembangkan penalaran), (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model dan menafsirkan solusi yang diperoleh (memecahkan masalah), (4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah (mengembangkan kemampuan komunikasi matematis), (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam memecahkan masalah (Depdiknas, 2006). Adapun karakteristik pembelajaran matematika yaitu : (1) memiliki objek kajian yang bersifat abstrak : fakta, konsep, prinsip,skill, (2) bertumpu pada kesepakatan, (3) perpola pikir deduktif, (4) konsisten dalam sistemnya, (5) memiliki simbol yang kosong dari arti, (6) memperhatikan semesta pembicaraan (Sumardyono, 2004). Dalam teori belajar konstruktivisme, Hanbury (1996) mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya dengan pembelajaran matematika, yaitu : (1) Siswa mengkonstruksi pengetahuan matematika dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki. (2) Matematika menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti. (3) Strategi siswa lebih bernilai. (4) Siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya. Dengan demikian pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah pembelajaran dimana siswa diajak untuk memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan konsep, mengaplikasikan konsep, memecahkan masalah matematika serta dapat memiliki sikap menghargai kegunaan Matematika dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran matematika guru yang berperan sebagai fasilitator juga diharapkan dapat membangun rasa ingin tahu, perhatian, dan minat siswa dalam mempelajari matematika serta pemecahan masalah dalam matematika. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, hasil belajar terdiri dari dua kata yaitu “hasil” dan “belajar”. Hasil berarti
sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan) dan belajar berarti berusaha (berlatih) supaya mendapat suatu kepandaian. Menurut Nurkancana dan Sunartana (1990:11) mengatakan bahwa hasil belajar didefinisikan sebagai suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai keberhasilan belajar seseorang setelah ia mengalami proses belajar selama satu periode tertentu. Hasil belajar dapat dilihat dari hasil yang dicapai siswa, baik hasil belajar (nilai), peningkatan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah perubahan tingkah laku atau kedewasaannya. Untuk melihat pencapaian hasil belajar biasanya dapat diketahui melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan sampai dimana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dimyati dan Mudjiono (2002:3) berpendapat “hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru”. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor sedangkan dari sisi guru, hasil belajar saat terselesaikannya bahan pelajaran. Agung (2005:75) menyatakan bahwa “hasil belajar adalah hasil yang diperoleh setelah mengalami interaksi proses pembelajaran”. Menurut Sudjana (2010:22) “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan tingkat penguasaan yang dicapai oleh peserta didik dalam mengikuti program pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Rusman (dalam Indra, 2009) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu : (1) Faktor internal, yang menekankan faktor dari dalam diri individu yang belajar. Faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor psikologis yakni motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan, dan lain sebagainya. (2) Faktor eksternal, faktor
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) dari luar individu yang belajar dimana pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar diri siswa. Faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, serta pembentukan sikap. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom (dalam Rika, 2013) hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut. (1) Ranah kognitif terdiri dari enam perilaku, yaitu: Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir. Dalam taksonomi Bloom dikenal ada 6 jenjang ranah kognitif, yaitu Pengetahuan (knowledge), pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Keenam jenjang ini merupakan hierarki, dimana jenjang lebih tinggi dicapai apabila jenjang yang lebih rendah dikuasai. (2) Ranah afektif berhubungan dengan minat, perhatian, sikap, emosi, penghargaan diri dan pembentukkan karakter diri. (3) Ranah Psikomotor yakni keterampilan kemahiran, mengkoordinasikan pada tingkat kekuatan/kualitas keterampilan yang diminati oleh siswa serta hasil-hasil lainnya, seperti kebiasaan, penampilan serta respon yang ditampilkan oleh siswa, hasil belajar yang bersifat sosial, lingkungan dan keorganisasian yang dimiliki dan ditampilkan siswa. Pembelajaran matematika dikembangkan untuk menguasai tiga ranah belajar sesuai Bloom, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Pengembangan ranah pembelajaran ini dapat dilakukan dengan memberikan pembelajaran matematika yang senantiasa merangsang rasa ingin tahu siswa. Belajar matematika tidak hanya sekedar belajar tentang konsep-konsep tetapi belajar secara bermakna. Di dalam pembelajaran matematika, hasil belajar menunjukkan bagaimana peningkatan penguasaan siswa mengenai materi dalam matematika serta adanya perubahan dalam diri siswa baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotor. Hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah jika hasil belajar kognitif siswa pada pembelajaran matematika mengalami
perubahan yang positif, maka siswa tersebut bisa mendapatkan hasil belajar yang baik pada pembelajaran matematika. METODE Penelitian ini dilaksanakan di SD No. 2 Sangeh Tahun Pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang secara umum bertujuan meningkatkan dan memperbaiki kualitas proses pembelajaran di kelas yang bermuara pada peningkatan hasil belajar matematika siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada satu kelas yang mempunyai masalah pembelajaran. Arikunto (2011:3) menyatakan “penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa subuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa”. Subjek penelitian ini adalah semua siswa kelas V SD No. 2 Sangeh yang berjumlah 24 orang siswa, yang terdiri dari 17 laki – laki dan 7 perempuan. Objek penelitian ini adalah hasil belajar matematika siswa kelas V SD No. 2 Sangeh dengan penerapan Model Interactive Conceptual Intruction (ICI) Rencana penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Disebut penelitian tindakan kelas karena penelitian yang dilakukan berbasis kelas dan dilakukan di dalam kelas. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, menanggulangi problem-problem intruksional yang dihadapi atau menguji cobakan inovasi pembelajaran untuk meningkatkan pencapaian pebelajar. Sebaliknya pencapaian pebelajar akan menjadi indikasi kualitas pembelajaran yang dikembangkan (Kunandar, 2011). Desain atau Model yang dikembangkan dalam (PTK) ini adalah PTK Kurt Lewin. Model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin didasarkan atas konsep pokok bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yaitu, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian dilakukan dalam dua siklus sehingga benar-benar diperoleh hasil yang signifikan.
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) Penelitian dilakukan dalam dua siklus sehingga benar-benar diperoleh hasil yang signifikan. Pada setiap siklus penelitian ini terdiri dari empat pertemuan, yaitu tiga kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan dan satu kali pertemuan untuk tes hasil belajar. Untuk mencapai hasil yang optimal, hal-hal yang dipersiapkan dalam pembelajaran yang menggunakan model ICI Metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode tes. Dalam penelitian ini metode tes dilaksanakan pada akhir siklus dengan menggunakan tes hasil belajar untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa melalui penerapan model ICI. Tes yang digunakan berupa tes uraian. Nurkancana (1990:34) menyatakan “metode tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan oleh siswa atau sekelompok siswa sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi siswa tersebut yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh siswa-siswa lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan.” Menurut Agung (2005:59) “metode tes adalah cara memperoleh data yang berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan oleh seseorang atau kelompok orang yang di tes. Dari tes dapat menghasilkan skor yang selanjutnya dibandingkan dengan kriteria tertentu.” Sanjaya (2006:187) menyatakan “tes adalah teknik penilaian yang biasa digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam pencapaian suatu kompetensi tertentu. Dengan demikian, dapat dirangkum metode tes adalah suatu cara untuk mendapatkan data tentang hasil belajar berupa tugas yang harus dikerjakan oleh siswa ataupun sekelompok siswa. Tes yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi syarat-syarat tes yang baik yaitu dengan memenuhi validitas isi (content validity) sesuai dengan standar isi yang bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana suatu tes mampu mengukur sampel bahan ajar dan atau perubahan perilaku hasil belajar secara representatif. Arikunto (2011:128)
menyatakan bahwa “dalam penelitian tindakan kelas dikenal pula apa yang disebut practical validity, artinya sepanjang anggota kelompok penelitian tindakan memutuskan bahwa instrumen dinyatakan valid, maka dapat digunakan”. Dengan demikian, kepercayaan (trustworthiness) suatu hasil penelitian tindakan benar-benar dibangun oleh kualitas proses kolaborasi oleh masing-masing anggota kelompok. Selain itu tes yang baik juga dapat dirancang dengan meminta masukan dari teman sejawat, guru yang lebih senior, dan dosen matematika di lingkungan Undiksha dalam bidang matematika. Sumber yang dapat dijadikan acuan dalam menentukan instrumen adalah ruang lingkup materi yang dituangkan ke dalam bentuk kisi-kisi tes. Data dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif kuantitatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pencapaian hasil belajar matematika sebelum penelitian, didapat rata-rata perolehan hasil belajar yaitu 59,79% dan ketuntasan klasikal hanya 33,33% tercapai ketuntasan belajar pada kelas ini, karena dari 24 siswa hanya 8 siswa yang mendapatkan nilai diatas KKM yaitu 60,00. Sementara itu sisanya lagi 16 siswa nilainya berada di bawah KKM. Dengan demikian pengulangan materi atau remedial dilakukan secara klasikal agar tercapai ketuntasan maksimal. Data ini selanjutnya menjadi refleksi awal untuk memperbaiki proses pembelajaran melalui PTK secara bersiklus yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi Hasil analisis mengenai hasil belajar matematika pada siklus I, diperoleh persentase rata-rata (M%) yaitu 63,33% yang dikonversikan pada tabel kriteria persentase berada pada interval 55-69 dengan kriteria sedang. Ketuntasan klasikal pada siklus I diperoleh 66,67% dimana baru 16 siswa yang tuntas dari jumlah siswa yaitu 24 siswa. Karena hasil analisis data dari siklus I belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan, maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran matematika di kelas V pada siklus I ini
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) belum tuntas sehingga dilanjutkan ke siklus II. Hasil analisis mengenai hasil belajar matematika pada siklus II, diperoleh persentase rata-rata (M%) yaitu 75,33% yang dikonversikan pada tabel kriteria persentase berada pada interval 70-84 dengan kriteria tinggi. Ketuntasan klasikal pada siklus II diperoleh 87,5% dengan banyak siswa yang tuntas yaitu 21 siswa dari 24 siswa. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus II menunjukkan bahwa terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II. Persentase rata-rata hasil belajar siklus I yaitu 63,33% berada pada kriteria sedang dan pada siklus II mencapai 75,33%. Ini berarti terjadi peningkatan persentase hasil belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 12%. Ketuntasan klasikal sudah mencapai 87,5% pada siklus II dimana 21 siswa dari 24 siswa sudah mencapai KKM. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dengan menerapkan model pembelajaran ICI menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada hasil belajar matematika kelas V SD No. 2 Sangeh. Secara umum penelitian yang dilakukan sudah dikatakan berhasil karena sudah memenuhi kriteria yang diharapkan. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus I, hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 63,33% menjadi 75,33% pada siklus II. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar dari kriteria "sedang" menjadi kriteria "tinggi". Ketuntasan klasikal yang diperoleh pada siklus I masih belum memenuhi kriteria yang diharapkan yakni 80% siswa memperoleh nilai sesuai dengan KKM yaitu 60,00. Data ketuntasan klasikal siklus I menunjukkan bahwa dari 24 siswa hanya 16 siswa yang tuntas yaitu baru mencapai 66,67% sedangkan pada siklus II menunjukkan peningkatan menjadi 87,5% dimana 21 siswa sudah tuntas dan memenuhi nilai sesuai KKM. Hasil belajar merupakan tujuan akhir yang diharapkan dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Melalui penelitian dengan penerapan model pembelajaran ICI dapat meningkatkan hasil
belajar dari siklus I ke siklus II. Mencermati peningkatan yang terjadi ditinjau dari hasil belajar dengan penerapan model pembelajaran ICI memberikan konstribusi positif untuk peningkatan kualitas pendidikan. Keberhasilan penelitian ini ditandai dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari siklus I ke siklus II terlihat adanya peningkatan hasil belajar yang signifikan. Model pembelajaran ICI dapat meningkatkan hasil belajar matematika karena guru dan siswa aktif dalam proses pembelajaran. Siswa secara aktif mengungkapkan ide dan saling bertukar pikiran dengan anggota kelompoknya sehingga di dalam kegiatan belajar kelompok terjalin interaksi yang positif dengan semua individu. Guru dan siswa bebas bertanya maupun merespon pertanyaan atau pendapat yang dikemukakan. Selain itu, setiap siswa mempunyai peranan yang sama dalam kelompoknya yaitu memecahkan permasalahan yang ada dan dengan menggunakan media yang bervariatif dalam proses pembelajaran, mempermudah siswa untuk memahami materi pembelajaran dan menjadikan pembelajaran itu menarik bagi siswa sehingga membangkitkan rasa ingin tahu dan semangat belajar siswa. Dalam proses pembelajaran, guru secara aktif memberikan pertanyaan-pertanyaan yang membangun pengetahuan siswa dan siswa memperoleh bimbingan dari guru dalam menggali suatu konsep sehingga tercipta suasana proses pembelajaran yang inovatif, menyenangkan dan bermakna yang dapat menimbulkan situasi belajar aktif. Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran ICI dapat mendidik siswa memiliki pola berpikir konstruktivis, melatih kebiasaan berfikir kritis dan kreatif bagi siswa, meningkatkan kerjasama antar anggota kelompok, dan dapat menimbulkan situasi belajar aktif (Rika, 2013). Hal tersebut juga diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumitra (2010:56) menyatakan bahwa “dengan penerapan model pembelajaran Interactive Conceptual Intruction (ICI), dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD No. 5 Penarukan Tahun Pelajaran 2009/2010”.
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) PENUTUP Dari hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka simpulan yang didapatkan adalah sebagai berikut. Model Interactive Conceptual Intruction (ICI) dapat meningkatkan hasil belajar matematika kelas V SD No. 2 Sangeh. Hal ini terbukti dari peningkatan rata-rata hasil belajar, persentase rata-rata, dan peningkatan ketuntasan belajar secara klasikal. Pada refleksi awal hasil belajar siswa yaitu rata-rata 59,79, persentase rata-rata 59,79% berada pada kriteria rendah, presentase ketuntasan belajar siswa 33,33%, pada siklus I hasil belajar siswa yaitu rata-rata 63,33, persentase rata-rata 63,33% berada pada kriteria sedang, dan persentase ketuntasan belajar siswa 66,67%, sedangkan pada siklus II hasil belajar meningkat yaitu rata-rata 75,33, persentase rata-rata 75,33% berada pada kriteria tinggi, dan persentase ketuntasan belajar siswa mencapai 87,5%. Penelitian ini telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan pada akhir penelitian yaitu persentase rata-rata hasil belajar pada kriteria tinggi dan 80% siswa tuntas mencapai KKM yang telah ditetapkan.
Indra.
2009. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar. Tersedia pada http://indramunawar.blogspot.com/20 09/06/faktor-faktor-yangmempengaruhi-hasil.html. (diakses tanggal 15 September 2013)
Nurkancana, I W dan Sunartana, P.P.N. 1990. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional. Rika Cahyanti, Dewa Ayu Putu. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Konseptual Interaktif yang Berorientasi pada Kemampuan Penalaran Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Gugus Budi Utomo Denpasar Timur. Skripsi. Singaraja: Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha. Ruseffendi, ET. 1993. Pendidikan Matemtika 3. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi.
DAFTAR PUSTAKA Agung, A. A. Gede. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja : STKIP. Daryanto, Haji, 2010. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta. Depdiknas. 2006. Peraturan Pemerintah RI No.22 Tahun 2006 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta : Cemerlang. --------. 2009. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta: BSNP
Dimyati & Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Santyasa, Dkk. 2004. Penerapan Model ICI dalam Pembelajaran Fisika sebagai Upaya Perbaikan Miskonsepsi, Pemahaman Konsep dan Hasil Belajar Siswa Kelas I SMUN 1 Singaraja Tahun Pelajaran 2004/2005. Jurnal Penelitian Singaraja : IKIP Negeri. Santyasa, Dkk. 2008. Penerapan Model ICI untuk Perbaikan Miskonsepsi dan Hasil Belajar Fisika Siswa SMA. Jurnal Ikatan Keluarga Alumni Undiksha. Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press. Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) Sumardyono, 2004. Karakteristik Matematika Paket Pembinaan Penataran Pusat Pengembangan Penataran Guru Metematika. Yogyakarta. 2004. Sumitra, I Nyoman. 2010. Penerapan Model Interactive Conceptual Intruction (ICI) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Semester 2 Sekolah Dasar No. 5 Penarukan Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng. Skripsi. Singaraja : Undiksha.