Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL YANG BERBASIS TUTOR SEBAYA BERBANTUAN BAHAN AJAR TEHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD GUGUS 8 ABIANSEMAL BADUNG TAHUN AJARAN 2013 / 2014 I Wyn Edy Sumartana 1, I Wyn Sujana 2, I Km Ngurah Wiyasa 3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
E-mail:
[email protected] 1,
[email protected] 2,
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang melaksanakan pembelajaran kontekstual yang berbasis tutor sebaya dengan siswa yang melaksanakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD gugus 8 Abiansemal Badung tahun ajaran 2013 / 2014. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen semu (quasy experiment) menggunakan non equivalent control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua sekolah Gugus 8 Abiansemal Badung tahun ajaran 2013 / 2014. Sampel diambil dengan teknik random sampling. Data yang dikumpulkan adalah hasil belajar IPS yang merupakan penggabungan nilai kognitif dan afektif. Nilai kognitif dikumpulkan menggunakan tes hasil belajar dalam pilihan ganda biasa sedangkan nilai afektif dikumpulkan melalui teknik observasi sesuai dengan karakter yang dikembangkan. Data dianalisis dengan uji t. Rata-rata hasil belajar IPS yang diperoleh antara siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran kontekstual yang berbasis tutor sebaya lebih tinggi dari siswa yang dibelajarkan dengan konvensional (81,62>76,23). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang melaksanakan pembelajaran kontekstual yang berbasis tutor sebaya dengan siswa yang melaksanakan pembelajaran konvensional dengan thitung = 4,769 ; ttabel = 2,00 ini berarti t hitung > t tabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual yang berbasis tutor sebaya berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD gugus 8 Abiansemal Badung tahun ajaran 2013 /2014.
Kata-kata kunci : Pembelajaran Kontekstual, tutor sebaya, hasil belajar. ABSTRACT This research aimed at finding the the diference in Social (IPS) learning achievement between students which were taught by contextual learning based equal tutor with those who were taught by conventional instruction of the fifth grade of elementay students group 8 in Abiansemal – Badung Regency in academic year 2013/2014. This reasearch is a quasy experiment using non equivalent control group design. The population in this group is all the group 8 schools in Abiansemal – Badung regency in academic year 2013/2014. Sample was taken randomly bu using the simple random sampling technique. The data gained is the result of social learaning achievement which is the cognitive and affective scores are put together. Cognitive score is collected by using learning acahievement test in mulltiple choice type test while the affective score is collected by using observation technique based on the developed character. Then, the data was analysed by using T- test.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) The mean score of the social learning achievement gained by students which were taught by using contextual instruction based equal tutor is higher than those taught by using conventional instruction (81,62>76,23). The research’s esult shows that there is a significant difference of students’ social learning achievement between those who were taught by contextual instruction based equal tutor with those taught by conventional instruction with the T count = 4,769, T table = 2,00 which means that the T count is higher than T table Therefore, it can be concluded that the contextual instruction which based on equal tutorinfluence significantly to the elementary students’ social learning achievement of the fifth grade in group 8 Abiansemal – Badung in acadeamic year 2013/2014 Keywords: contextual instruction, equal (age) tutor, learning achievement PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu program yang berkesinambungan yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk mengembangkan kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik. Program pendidikan melibatkan sejumlah komponen yang bekerja sama dalam sebuah proses untuk mencapai tujuan yang diprogramkan. Sebagai sebuah program, pendidikan merupakan aktivitas sadar dan sengaja yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan mencegah problema kehidupan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani maupun potensi kompetensi peserta didik. Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan masyarakat dan dunia kerja, karena yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun yang akan datang. Sesungguhnya telah banyak usaha yang ditempuh pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan khususnya di tingkat sekolah dasar (SD), antara lain berupa alokasi dana pendidikan, perubahan kurikulum, peningkatan kualitas guru sekolah dasar, pengadaan sarana dan prasarana pembelajaran serta sumber belajar. Terdapat beberapa faktor penentu
keberhasilan dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah dasar antara lain: proses pembelajaran, guru, siswa, sarana dan prasarana pembelajaran, lingkungan sosial siswa di sekolah, kurikulum sekolah, dan sumber belajar (Dimyanti dan Moedjiono, 1994:248). Dari faktor penentu keberhasilan itu, proses pembelajaran merupakan salah satu faktor yang paling penting karena jika proses pembelajaran berjalan baik dengan didukung oleh faktor penentu keberhasilan yang lainnya, akan menghasilkan anak didik yang bermutu. Guru hendaknya secara ideal melaksanakan pembelajaran, dalam pembelajaran terjadi intertaksi antara gurusiswa, siswa-siswa, dan siswa-media. Untuk itu, antara siswa dan guru menjalankan perannya masing-masing. Guru membelajarkan siswa dan siswa belajar bagaimana belajar. Dengan kata lain dalam pembelajaran harus terjadi interaksi yang bersifat multi arah (Lindgren, dalam Dimyanti dan Mudjiono, 1994:120). Interaksi multi arah akan terjadi bila guru telah mempersiapkan administrasi, materi, dan media pembelajaran yang refresentatif yang akan digunakan dalam melaksanakan pembelajarannya. Saat melaksanakan pembelajaran guru telah terampil menggunakan delapan keterampilan mengajar dan pada akhir pembelajaran guru telah menemukan hasil belajar yang telah dilaksanakan (Sriudin,2009). Dalam pembelajaran di sekolah dasar, siswa dibelajarkan sejumlah mata pelajaran, salah satu di antaranya adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mengkaji
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) seperangkat fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.Pada jenjang sekolah dasar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) memuat materi Geografi, Sejarah, Antropologi, Sosiologi, Ekonomi dan Tata Negara.Melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan sosial (IPS), siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan bidang pengetahuan yang digali dari kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat.Masyarakat merupakan sumber serta objek kajian materi pendidikan IPS, yaitu berpijak pada kenyataan hidup yang riil (nyata). Pada hakekatnya sisiwa sekolah dasar merupakan bagian dari masyarakat dan sebagai anggota masyarakat sejak dini, anak sudah dilatih untuk belajar bagaimana cara berhubungan dengan sesama anggota keluarga, mengetahui aturan-aturan yang berlaku dalam keluarga, sehingga memahami hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Di masa yang akan datang siswa akan menghadapi tantangan karena kehidupan masyarakat selalu mengalami perubahan setiap saat. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) disusun secara sistematis, komprehensif dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan demikian siswa diharapkan akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Dari observasi yang dilakukan di kelas V SD Gugus 8 Abiansemal, khususnya tentang bagaimana cara guru membelajarkan pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang kenyataannya masih banyak pendidik yang menggunakan pembelajaran konvensional dimana pelaksanaan pembelajaran di kelas masih didominasi oleh guru sebagai faktor utama
pengetahuan. Sebagaimana dikatakan Nasution (Widiyanto, 2011) berpendapat bahwa dalam pembelajaran konvensional, komonikasi yang terjadi satu arah, peserta didik pasif, peserta didik hanya menggunakan satu alat indra yaitu pendengaran, peserta didik tidak diharuskan berpikir dan menggunakan hapalan tanpa ada hubungan dengan konteks kehidupan nyata mereka. Padahal IPS merupakan ilmu yang mempelajari konteks kehidupan nyata siswa di lingkungan sosial mereka masing-masing, maka dari itu, sebagai seorang guru hendaknya kita selalu bisa berinovasi dalam memberikan pembelajaran kepada siswa agar terciptanya pembelajaran yang efektif dan bermakna.Dapat juga dikatakan memberikan pembelajaran yang dapat mengaitkan materi pembelajaran dengan konteks kehidupan nyata mereka. Berdasarkan kesulitan pembelajaran yang dialami guru dan siswa, perlu didiskusikan permasalahan tersebut dengan wali kelas V. Untuk memperbaiki kesulitan pembelajaran yang dialami oleh guru dan siswa, maka diadakan pemilihan pola pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan menerapkan pembelajaran kontekstual yang berbasis tutor sebaya. Pembelajaran kontekstual ini dipilih karena sampai saat ini, pelaksanaan pembelajaran di kelas masih didominasi oleh guru sebagai faktor utama, dimana ceramah akan menjadi pilihan utama strategi belajar. Sering mengabaikan pengetahuan awal siswa, untuk itu diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang memberdayakan siswa. Salah satu yang dapat memberdayakan siswa adalah dengan pembelajaran kontekstual ( Nurhadi, dkk.,2004:13). Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannnya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi, 2002). Pembelajaran kontekstual memiliki beberapa keunggulan dari pembelajaran lainnya.Keunggulan utama dari pembelajaran kontekstual adalah real world learning, mengutaman pengalaman nyata, berpikir tingkat tinggi, pembelajaran berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis dan kreatif, pengetahuan diberi makna dan kegiatannya bukan mengajar tetapi belajar. Selain itu, keunggulan lain yakni kegiatannya lebih kepada pembelajaran bukan pengajaran, sebagai pembentukan manusia, memecahkan masalah, serta hasil belajar diukur dengan berbagai alat ukur tidak hanya test saja. Penerapan pembelajaran kontekstual akan sangat membantu guru menghubungkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata. Dengan penerapan pembelajaran kontekstual akan membantu siswa untuk dapat berpikir logis dan sistematik, sehingga siswa memiliki pola pikir yang diperlukan dalam mempelajari IPS. Dalam pembelajaran kontekstual ini, siswa akan dilatih berpikir secara kritis dan menjadi siswa yang aktif dan kreatif karena siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya. Dengan pembelajaran kontekstual, siswa akan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang lebih hidup serta hasil belajar dapat tercapai secara optimal. Lebih baik lagi jika pembelajaran kontekstual diterapkan dengan berbasis tutor sebaya, pembelajaran akan lebih menyenangkan dan efisien karena kedekatan teman dengan teman lebih dekat dari pada kedekatan siswa denganguru, sehingga mereka lebih leluasa dalam hal menukar informasi dan terciptalah pembelajaran yang sangat bermakna.Nurhadi, dkk. (2004:13) mengartikan pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa mengaitkan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan sedikit demi sedikit, dan dari
proses kontruksi sendiri, sebagai bekal memecahkan masalah dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. MenurutNurhadi dkk., (2004), ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas yaitu: (a) Kontrukstivisme (Constructivism)merupakan landasan berpikir (filosofi) pembelajaran kontekstual yang menekankan bahwa belajar tidak hanya menghafal, mengingat pengetahuan tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental membangun pengetahuannya,yang dilandasi oleh struktur pengetahuan yang dimilikinya. Maka dari itu guru memfasilitasi siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya dan bukan menstransfer pengetahuan dari guru ke siswa; (b)Menemukan (Inquiry) merupakan pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan dari hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan inquiri merupakan sebuah siklus. Siklus itu terdiri dari langkah-langkah: merumuskan masalah, mengumpulkan data melalui observasi, menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya, dan mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, atau audiens yang lain; (c) Bertanya (Questioning), bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiri, yaitu menggali informasi, mengkomunikasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. Aktivitas bertanya ditentukan ketika siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika menemui kesulitan, ketika mengamati dan sebagainya; (d) Masyarakat Belajar (Learning Community) merupakan konsep kegiatan pembelajaran dengan berbicara dan berbagi pengalaman dengan orang lain, disamping itu masyarakat belajar merupakan kegiatan bekerjasama dengan orang lain dibandingkan belajar sendiri.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Hasil belajar diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok dan antar yang tau ke yang belum tau.Dalam kelas, masyarakat belajar dilaksanakan dalam kelompok -kelompok belajar yang heterogen; (e) Pemodelan (Modeling), permodelan pada dasarnya membahasakan apa yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswa melakukannya. Dalam pembelajaran kontekstual guru bukan satusatunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa dan juga mendatangkan dari luar; (f) Refleksi (Reflection) merupakan gambaran dan respon terhadap apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu, catatan atau jurnal di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari ini, diskusi , dan asil karya; (g) Penilaian Sebenarnya (Authentic Assesment) merupakan proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Guru perlu mengetahuinya agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Penilaian autentik menitik beratkan pada penilaian prosestanpa mengesampingkan penilaian hasil. Asesmen menekankan pada proses pembelajaran maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa. Ketujuh komponen pembelajaran kontekstual di atas, akan melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kontekstual di dalam kelas. Ini seperti yang dijelaskan oleh Trianto (2011) bahwa sebuah kelas dikatakan menggunakan pembelajaran kontekstual jika sudah menerapkan ketujuh komponen dalam pembelajarannya. Pembelajaran IPS yang dilakukan dengan penerapan pembelajaran kontekstual dalam proses belajar mengajar
dapat membantu guru dalam menanamkan konsep dan membantu siswa mempermudah pemahaman materi yang dipelajarinya, sehingga pemahaman siswa akan lebih melekat lama, jelas bahkan lebih mempertajam pengertian tentang materi yang akan disampaikan. Pembelajaran akan lebih bermakna jika pembelajaran kontekstual dipadukan dengan tutor sebaya berbantuan bahan ajar. Program tutorial pada dasarnya sama dengan program bimbingan, yang bertujuan memberikan bantuan kepada siswa agar dapat mencapai hasil belajar optimal. Subjek atau tenaga yang memberikan bimbingan dalam kegiatan tutorial dikenal sebagai tutor. Tutor dapat berasal dari guru atau pengajar,pelatih,pejabat struktural, atau bahkan siswa yang dipilih dan ditugaskan guru untuk membantu teman-temannya dalam belajar di kelas. Siswa yang dipilih guru adalah teman sekelas dan memiliki kemampuan lebih cepat memahami materi yang diajarkan, selain itu memiliki kemampuan menjelaskan ulang materi yang diajarkan pada teman-temannya. Karena siswa dipilih menjadi tutor ini seumur (sebaya) dengan teman-temannya yang diberikan bantuan, maka tutor tersebut sering dikenal dengan sebutan tutor sebaya. Damayanti, dkk (2009) mengidentifikasi tutor sebaya adalah seseorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk oleh guru sebagai pembantu guru dalam melakukan bimbingan terhadap kawan sekelas kemudian Uno dan Masri Kuadrat Umar (2010:145) menjelaskan tutorial antar angkatan artinya siswa yang lebih senior membantu siswa yang lebih junior. Yang berarti, tutor sebaya adalah siswa yang sebaya membantu temantemanya yang sebaya juga namun memiliki kemampuan yang kurang. Untuk memperoleh siswa yang memenuhi berbagai persyaratan tersebut memang agak sulit. Akan tetapi hal ini dapat ditanggualangi dengan jalan memberikan petunjuk sejelas-jelasnya tentang apa yang harus dilakukan siswa. Petunjuk ini
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) memang mutlak diperlukan bagi setiap tutor karena hanya gurulah yang mengetahui kelemahan siswa, sedangkan tutor hanya membantu melaksanakan pembelajaran agar berjalan secara maksimal. Hubungan antara tutor dengan siswa adalah hubungan antar kakak adik atau antar kawan, kekakuan yang ada pada guru agar dihilangkan, namun siswa yang ditunjuk tidak sebagai tutor tidak sepenuhnya mengganti peran guru.Pembelajaran dengan tutor sebaya adalah suatu metode pembelajaran yang menempatkan siswa itu sendiri untuk melakukan kegiataan pembelajaran. Siswa yang memiliki kemampuan lebih cepat menyerap materi pelajaran akan bertindak sebagai tutor sebaya untuk membantu siswa lainya yang kurang cepat menyerap materi pelajaran. Dengan pelaksanaan tutor sebaya siswa lebih aktif dalam melakukan diskusi kelompok, karena jika siswa kurang paham dengan materi yang dibahas, siswa harus aktif untuk bertanya dengan tutor sebaya dikelompoknya. Kemudian, karena memiliki usia yang hampir sebaya, adakalanya seorang siswa lebih mudah menerima keterangan yang diberikan oleh siswa lain karena tidak adanya rasa canggung atau malu untuk bertanya. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Menurut Pannen (dalam Belawati, 2003) bahan ajar merupakan bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Bahan ajar juga merupakan wujud pelayanan satuan pendidikan terhadap peserta didik.Pelayanan individual dapat terjadi dengan bahan ajar.Peserta didik berhadapan dengan bahan yang terdokumentasi.Peserta didik berurusan dengan informasi yang konsisten. Peserta yang cepat belajar, akan dapat mengoptimalkan kemampuannya dengan mempelajari bahan ajar. Peserta didik yang lambat belajar, akan dapat mempelajari bahan ajarnya berulang-ulang. Dengan
demikian, optimalisasi pelayanan belajar terhadap peserta didik dapat terjadi dengan bahan ajar. Bahan ajar sangat penting artinya bagi guru maupun siswa dalam proses pembelajaran. Tanpa bahan ajar akan sulit bagi guru untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. Demikian juga halnya dengan siswa, tanpa bahan ajar akan sulit untuk menyesuaikan diri dalam belajar, apalagi jika gurunya mengajarkan materi dengan cepat dan kurang jelas. Oleh sebab itu, bahan ajar dianggap sebagai bahan yang dapat dimanfaatkan, baik oleh guru maupun siswa, sebagai suatu upaya untuk memperbaiki mutu pembelajaran. Bahan ajar memiliki posisi amat penting dalam pembelajaran, yakni sebagai representasi (wakil) dari penjelasan guru di depan kelas (Belawati 2003). Peranan bahan ajar menurut iskandar wassid dan dadang sunendar, meliputi: (a) Mencerminkan suatu sudut pandang yang tajam dan inovatif mengenai penajaran serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam bahan ajar yang disajikan, (b) Menyajikan suatu sumber pokok masalah yang kaya, mudah dibaca dan bervariasi, sesuai dengan minat dan kebutuhan para peserta didik, (c) Menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap, (d) Menyajikan metode-metode dan sarana-sarana pengajaran untuk memotivasi peserta didik, (e) Menjadi penunjang bagi latihan-latihan dan tugas-tugas praktis, (f) Menyajikan bahan/sarana evaluasi dan remedial yang serasi dan tepat guna. Dari beberapa pendapat diatas, maka pembelajaran kontekstual yang berbasis tutor sebaya berbantuan bahan ajar yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan suatu proses pembelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan nyata serta menuntut terciptanya siswa aktif dalam membangun pengetahuannya sendiri dengan tutor sebaya sebagai sumber informasi karena siswa bisa saling berdiskusi dan membagi pengetahuannya bersama teman sebayanya serta dapat meningkatnya efektivitas pembelajaran dengan berbantuan bahan ajar sehingga
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) terciptanya pembelajaran yang optimal dan lebih bermakna. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaran kontekstual yang berbasis
tutor sebaya berbantuan bahan ajar dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada kelas V Semester 1 SD Gugus 8 Abiansemal Badung Tahun Ajaran 2013/2014.
METODE Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kontekstual yang berbasis tutor sebaya berbantuan bahan ajar terhadap hasil belajar IPS siswa, dengan memanipulasi variable bebas, sedangkan variable lain tidak bisa dikontrol secara ketat sehingga desain penelitian yang digunakan adalah desain eksperimen semu (quasy exsperiment). Desain eksperimen semu yang digunakan dalam penelitian ini adalah non equivalent group desaign. Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas yaitu pembelajaran kontekstual yang berbasis tutor sebaya berbantuan bahan ajar dan variable terikat yaitu hasil belajar IPS. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V semester 1 pada SD Gugus 8 Abiansemal Badung tahun ajaran 2013/2014. Untuk pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling dan diperoleh SDN 1 Sibanggede dengan jumlah siswa 30 orang sebagai kelas eksperimen dan SDN 4 Sibanggede dengan jumlah siswa 30 orang sebagai kelas control. Untuk pengumpulan data digunakan metode tes dan observasi.Metode tes objektif dalam bentuk pilihan ganda biasa digunakan untuk mengumpulkan data pada ranah kognitif siswa dan lebar observasi digunakan untuk mengumpulkan data ranah afektif siswa yang disusun sendiri oleh peneliti. Data tentang hasil belajar yang merupakan penggabungan antara ranah kognitif dan afektif dikerjakan dengan bantuan program penggolah angka Microsoft office excel 2007. Untuk uji prasyarat analisis menggunakan uji normalitas sebaran data dengan uji ChiSquare, uji homogenitas varians
menggunakan uji F, dan uji hipotesis menggunakan uji beda mean (uji t). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasi perhitungan menunjukan nilai rata-rata hasil belajar IPS siswa kelompok eksperimen melalui pembelajaran kontekstual yang berbasis tutor sebaya berbantuan bahan ajar adalah 81,62 dengan varian sebesar 19,79 dan standar deviasi 4,45. Sedangkan nilai rata-rata hasil belajar IPS kelompok konrol dengan model pembelajaran konvensional adalah 76,23 dengan varian sebesar 18,34 dan standar deviasi 4,28. Dari data tersebut menunjukan bahwa kelompok eksperimen melalui pembelajaran kontekstual yang berbasis tutor sebaya berbantuan bahan ajar memiliki nilai rata-rata hasil belajar IPS yang lebih tinggi dari kelompok kontrol dengan model pembelajaran konvensional. Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analis. Uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians. Hipotesis penelitian yang diuji adalah tidak ada perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang melaksanakan pembelajaran kontekstual yang berbasis tutor sebaya berbantuan bahan ajar dengan siswa yang melaksanakan model pembelajaran konvensional. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji beda mean (uji t). Dengan kriteria pengujian adalah Ho ditolak jika t hitung> t (1-α) , di mana t (1-α) di dapat dari table distribusi t pada taraf signifikan (α) 5 % dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2-2). Untuk menguji hipotesis digunakan uji t.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Table 1. Tabel Uji Hipotesis Kelas
Varians
N
Kelas eksperimen
19,79
30
Kelas kontrol
18,34
30
Berdasarkan tabel 1, tampak bahwa thitung lebih besar dari pada ttabel yaitu 4,769 > 2,00 pada derajat kebebasan 58. Dengan hasil tersebut maka dapat dapat disimpulkan bahwa H0 yang berbunyi “tidak ada perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang melaksanakan pembelajaran kontekstual berbasis tutor sebaya dengan siswa yang melaksanakan model pembelajaran konvensional”, ditolak dan Ha yang menyatakan “adanya perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang melaksanakan pembelajaran kontekstual berbasis tutor sebaya dengan siswa yang melaksanakan model pembelajaran konvensional”, diterima. Pembahasan hasil-hasil penelitian dan pengujian hipotesis terkait dengan hasil belajar IPS siswa kelas V semester 1 khususnya pada materi kenampakan alam dan keragaman suku bangsa yang dibelajarkan dengan menggunakan Pembelajaran kontekstual maupun dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional. Pembelajaran kontekstual dan model pembelajaran konvensional yang diterapkan dalam penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh terhadap hasil belajar pada mata pelajaran IPS.Adanya pengaruh dapat dilihat dari post-test hasil belajar IPS siswa. Secara deskriptif kelompok siswa yang dibelajarkan dengan Pembelajaran kontekstual memiliki hasil belajar lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Berdasarkan uji hipotesis yang ditunjukkan oleh tabel 4.5 terlihat bahwa nilai thitung4,769> ttabel 2,00. Secara statistik hasil
db
ttabel
thitung
Kesimpulan
58
2,00
4,769
Ho ditolak
penelitian ini menunjukkan bahwa siswa yang dibelajarkan dengan Pembelajaran kontekstual dan model pembelajaran konvensional pada materi kenampakan alam dan keragaman suku bangsa terdapat perbedaan signifikan dalam hasil belajar IPS siswa pada taraf signifikansi 5%. Nurhadi, dkk. (2004:13) mengartikan pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa mengaitkan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan sedikit demi sedikit, dan dari proses kontruksi sendiri, sebagai bekal memecahkan masalah dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pembelajaran kontekstual merupakan pendidikan yang dapat diaplikasikan ke dalam proses pembelajaran di sekolah dasar (SD) karena informasi yang diterima siswa melalui konteks kehidupan yang ada di sekeliling siswa. lingkungan sekeliling siswa dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Sumber belajar dapat memanfaatkan lingkungan alam yang ada di sekitar sebagai sumber belajar yang relevan dan konkret yang menjadikan pembelajaran menjadi lebih bermakna, faktual serta hasil belajar pada mata pelajaran IPS meningkat sesuai dengan harapan yang diinginkan pendidik. Dikaji secara teoretik dan operasional empiris antara pembelajaran kontekstual dengan model pembelajaran konvensional.Dikaji secara teoretik, pembelajaran kontekstual dalam penelitian ini adalah konsep belajar yang membantu guru menghubungkan antara materi pelajaran yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari mereka.Pembelajaran dengan tutor sebaya dalam penelitian ini adalah suatu metode pembelajaran yang menempatkan siswa itu sendiri untuk melakukan kegiataan pembelajaran. Siswa yang memiliki kemampuan lebih cepat menyerap materi pelajaran akan bertindak sebagai tutor sebaya untuk membantu siswa lainya yang kurang cepat menyerap materi pelajaran. Jadi pembelajaran kontekstual yang berbasis tutor sebaya merupakan suatu proses pembelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan nyata serta menuntut terciptanya siswa aktif dalam membangun pengetahuannya sendiri dengan tutor sebaya sebagai sumber informasi karena siswa bisa saling berdiskusi dan membagi pengetahuannya dengan teman sebayanya sehingga pembelajaranakan lebih bermakna. Dikaji operasional empiris, pembelajaran kontekstual menggunakan LKS dan penyajian materi dibantu menggunakan media gambar dan memanfaatkan tutor sebaya sebagai sumber belajar serta dikombinasikan dengan metode diskusi dan penemuan pada materi yang mencakup pokok bahasan kenampakan alam dan keragaman suku bangsa, efektif diterapkan di SD N 1 Sibanggede sebagai kelompok eksperimen. Pada pembelajaran konvensional merupakan kegiatan pembelajaran yang terpusat pada guru (teacher center) dalam artian kegiatan pembelajaran lebih banyak didominasi oleh guru, guru sebagai sumber informasi dalam kegiatan pembelajaran dan pelajaran ditransformasikan langsung kepada siswa tanpa menggunakan alat bantu pendukung proses pembelajaran lain. Dalam proses pembelajaran guru cenderung menggunakan metode ceramah yang monotone serta siswa tidak dapat menyampaikan ide-ide, gagasan-gagasan dan informasi pengetahuan yang dimilikinya karena seluruh kegiatan pembelajaran sudah didominasi oleh guru. Pada model pembelajaran ini, pengetahuan awal siswa tidak banyak diperhatikan. Jadi perbedaannya pembelajaran kontekstual dan model pembelajaran konvensional
terletak pada sumber belajar, cara guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, cara siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran dan interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran. Pembelajaran kontekstual memberikan suatu perubahan paradigma pembelajaran yang mengutamakan proses dalam pembelajaran dengan pemanfaatan tutor sebaya sebagai sumber informasi yang optimal agar keefektifan pembelajaran dapat berjalan maksimal. Dengan demikian pembelajaran kontekstual dapat menjadikan siswa aktif, kreatif serta pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan bermakna. Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kontekstual berbasis tutor sebaya memiliki keunggulan yaitu dalam proses pembelajarannya siswa diajak untuk memahami materi dengan konsep relevan yang menggunakan tutor sebaya sebagai sumber informasi dan sumber belajar sehingga pembelajaran menjadi aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan dan terjadi pembelajaran multi arah. dibandingkan dengan pembelajaran konvensional yang menjadikan guru sebagai sumber belajar sehingga pembelajaran menjadi monoton dan membosankan yang berimplikasi dalam pencapaian hasil belajar yang mencakup penggabungan nilai kognitif dan afektif. Hal ini menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual memiliki perbedaan dengan pembelajaran konvensional yang diterapkan pada siswa kelas V semester 1 terhadap hasil belajar pada mata pelajaran IPS dengan materi pokok kenampakan alam dan keragaman suku bangsa. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilaksanakan maka dapat ditarik simpulan bahwa terdapat pebedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang mendapatkan treatment pembelajaran kontekstual berbasis tutor sebaya dengan kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V semester 1 tahun ajaran 2013/2014. Hasil penelitian
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
yang menunjukkan thitung lebih dari ttabel yaitu4,769> 2,00dan di dukung oleh perbedaan skor rata-rata yang diperoleh antara siswa yang mendapat treatment pembelajaran kontekstual berbasis tutor sebaya yaitu 81,62 dan siswa dengan pembelajaran konvensional yaitu 76,23. Oleh karena itu ada pengaruh hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaran kontekstual yang berbasis tutor sebaya berbantuan bahan ajar dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada kelas V semester 1 SD Gugus 8 Abiansemal Badung tahun ajaran 2013/2014. Berdasarkan simpulan yang dipaparkan, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut. Bagi guru, penelitian menjadi salah satu referensi bagi guru dalam merancang pembelajaran dengan tujuan memperoleh hasil belajar yang optimal. Kepada guru yang mengajar pada mata pelajaran IPS siswa kelas V pada khususnya disarankan untuk mampu mengembangkan inovasi pembelajaran yang memberikan kontribusi yang baik terhadap hasil belajar siswa. Dengan penerapan pembelajaran kontekstual berbasis tutor sebaya menjadi salah satu pendekatan yang dapat diterapkan guru dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS. Bagi siswa, dengan diterapkannya pembelajaran kontekstual berbasis tutor sebaya pada mata pelajaran IPS, diharapkan siswa untuk aktif dan kreatif dalam mengikuti pembelajaran serta mampu berinteraksi antar siswa dengan lingkungan, teman sebagai sumber informasi dan membangun pengetahuannya sendiri untuk meningkatkan hasil belajar dalam pengembangan kognitif yang dimiliki. Bagi peneliti lain bahwa penelitian ini hanya terbatas pada pokok bahasan kenampakan alam dan keragaman suku bangsa mata pelajaran IPS siswa kelas V. Untuk memperoleh hasil yang berbeda dan pada mata pelajaran yang berbeda peneliti menyarankan kepada peneliti lain untuk melakukan penelitian pada mata pelajaran dan pokok bahasan yang lebih beragam untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
Bagi sekolah, penelitian ini menunjukan bahwa hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran kontestual berbasis tutor sebaya lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran IPS siswa kelas IV khususnya. Diharapkan sekolah melaksanakan sosialisasi inovasi pembelajaran secara rutin. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi II. Jakarta : Rineka Cipta. Belawati,
Tian. 2003. Materi Pokok Pengembangan Bahan Ajar Edisi ke Satu. Jakarta: Universitas Terbuka.
Dimyati dan Moedjiono. 1994 . Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. ----------------------------. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Cetakan ketiga.Jakarta: Rineka Cipta. Damayanti, Elusi, dkk. 2009. “Pendekatan Tutor Sebaya”. Tersedia pada http://diskusicagur.blogspot.com/200 9/12/pendekatan-tutor-sebaya.html. (diakses pada 28 November 2011) Nurhadi dan Senduk, A,G. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang. Sriudin. 2009. ”8 Keterampilan Mengajar Untuk Membuat Pembelajaran Yang Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan”.Tersedia Padahttp://s1pgsd.blogspot.com/20 10/05/08. Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta ------------. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&B. Bandung : Alfabeta Uno,H. Hamzah B., dan Umar, Masri Kuadrat. 2010. Mengelola
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Kecerdasan Dalam Pembelajaran. Jakarta : PT. Bumi Aksara Widiyanto, Putu. 2011. Pembelajaran konvensional. Tersedia pada http://putuwidyanto.wordpress.com/ 2011/01/14/pembelajarankonvensional/(diakses pada tanggal 7 januari 2013)