e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 6 No: 3 Tahun: 2016
PENERAPAN METODE TAKE AND GIVE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 PENGLATAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017 KECAMATAN BULELENG, KABUPATEN BULELENG Ni Putu Windha Adiani1, Ni Ketut Suarni2, Putu Nanci Riastini3 1,3Jurusan
PGSD, 2Jurusan BK, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Penglatan setelah penerapan metode Take and Give. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri 1 Penglatan tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 21 orang. Objek penelitian adalah hasil belajar IPA. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode tes. Data yang didapatkan selanjutnya dianalisis dengan teknik deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan terhadap hasil belajar IPA siswa. Sebelum tindakan, persentase rata-rata hasil belajar IPA siswa sebesar 62%. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, persentase hasil belajar IPA siswa mengalami peningkatan menjadi 72,3%. Pada siklus II, terjadi peningkatan persentase rata-rata hasil belajar menjadi 82,3%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Take and Give dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 1 Penglatan. Kata kunci: take and give, hasil belajar. Abstract This study aims to improve science learning outcomes in the fourth grade students of SD country 1 Penglatan after application of the method of Take and Give. This research is a classroom action research (PTK) is conducted in two cycles. The research subject is the fourth grade students of SD country 1 Penglatan 2016/2017 school year totaling 21 people. The object of research is the result of learning science. Collecting data in this study conducted with test method. The data obtained are analyzed to obtain the mean and the mean percentage. The results showed an increase of the IPA student learning outcomes. Before the action, the average percentage of students' learning outcomes by 62% IPA. After the action in the first cycle, the percentage of students' learning outcomes IPA increased to 72.3%. In the second cycle, an increase in the average percentage of learning outcomes to 82.3%. Based on these results, it can be concluded that the application of the method of Take and Give to improve learning outcomes IPA fourth grade students of SD country 1 Penglatan. Keywords: take and give, learning outcomes.
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 6 No: 3 Tahun: 2016
PENDAHULUAN Peningkatan mutu pendidikan khususnya Sekolah Dasar merupakan salah satu fokus perhatian dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Menurut Waini (dalam Taufiq, 2011:1.7) “Sekolah Dasar pada hakikatnya merupakan satuan atau unit lembaga sosial (social institution) yang diberi amanah atau tugas khusus (specific task) oleh masyarakat untuk menyelenggarakan pendidikan dasar secara sistematis”. Artinya, SD sebagai salah satu lembaga pendidikan memberi andil yang besar dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara guru, orang tua maupun siswa itu sendiri. Salah satu indikator mutu pendidikan di SD tercermin dari hasil belajar siswa yang merupakan perwujudan dari proses pembelajaran. Taufiq (2011:5.7) menyatakan, Di dalam proses pembelajaran, terkandung proses mengajar dan belajar sebagai dua proses yang saling tergantung, mengajar hanya akan ada jika terjadi proses belajar. Tugas utama guru bukan hanya mengajar tetapi membelajarkan anak, yaitu membuat anak aktif melakukan berbagai bentuk kegiatan, bukan hanya mendengarkan guru berbicara di depan kelas atau menuliskan sesuatu. Berdasarkan pendapat tersebut, pembelajaran yang dirancang oleh guru pada setiap mata pelajaran di SD hendaknya tidak hanya mempelajari konsep, teori, dan fakta. Pembelajaran yang dilaksanakan harus juga berpusat pada siswa, sehingga peran aktif siswa lebih banyak dari pada peran guru. Guru hendaknya berperan sebagai fasilitator, mediator, dan motivator dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, pengalaman yang diperoleh oleh siswa dapat lebih bermakna. Begitu juga dengan kegiatan pembelajaran untuk mata pelajaran IPA di SD, keterlibatan siswa dalam pembelajaran IPA mengharuskan kegiatan pembelajaran yang dilakukan agar semenarik mungkin untuk dapat memancing keaktifan serta minat belajar
siswa. Sapriati (2008:2.5) menyatakan bahwa “Siswa SD pada umumnya berada dalam usia yang masih senang bermain, senang melakukan kegiatan, dan memiliki rasa ingin tahu yang besar”. Artinya, dalam proses pembelajaran IPA di SD, guru hendaknya mampu menciptakan suasana pembelajaran yang membuat siswa senang, sehingga siswa mampu terlibat aktif dalam pembelajaran. Selain itu dalam proses pembelajaran IPA sebaiknya terdapat interaksi antara siswa dengan siswa, sehingga pembelajaran lebih berkesan dan bertahan lama dalam ingatan siswa. Dengan demikian, hasil belajar siswa pun meningkat. Menurut Rustaman (2011:2.22) menyatakan bahwa “Dalam pembelajaran IPA di SD perlu terciptanya pembelajaran yang menyenangkan, antara lain prinsip belajar sambil bekerja dan prinsip bermain sambil belajar”. Melalui program bermain sambil belajar siswa akan belajar dari pengalaman bermainnya, secara tidak langsung muncul kreativitas dari pengalaman bermain. Untuk itu guru hendaknya menciptakan bentuk permainan yang kreatif dalam menyampaikan materi pembelajaran IPA. Hal ini disesuaikan dengan karakteristik siswa SD yang masih suka bermain, memiliki rasa ingin tahu yang besar, dan mudah terpengaruh oleh lingkungan. Hal ini mengakibatkan pembelajaran IPA perlu mengutamakan peran siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk itu, pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa, sedangkan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran tersebut. Tampaknya kenyataan di lapangan tidak sesuai dengan paparan di atas. Berdasarkan pencatatan dokumen, diperoleh informasi tentang pencapaian hasil belajar peserta didik belum sesuai harapan. Hasil belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran IPA disajikan pada Tabel 1 berikut ini.
2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 6 No: 3 Tahun: 2016
Tabel 1. Hasil Belajar Kelas IV Mata Pelajaran IPA Nilai Siswa 80 75 70 65 60 55
Banyak Siswa 1 orang 2 orang 1 orang 3 orang 11 orang 3 orang
Tabel di atas menunjukkan bahwa ratarata nilai hasil belajar IPA siswa kelas IV di SD Negeri 1 Penglatan adalah 62. Persentase rata-rata nilai tersebut adalah 62%. Persentase pada kategori tersebut berada pada kategori cukup. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan pada tanggal 11 Juli 2016 di kelas IV SD Negeri 1 Penglatan, terlihat guru hanya mengunakan metode ceramah dan terkadang menggunakan penugasan pada pembelajaran tersebut. Pembelajaran juga terlihat hanya memanfaatkan buku sebagai sumber belajar. Guru lebih mendominasi proses pembelajaran, sehingga komunikasi yang terjadi adalah komunikasi satu arah, yaitu dari guru ke siswa. Hal ini menyebabkan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran yang berdampak pada hasil belajar mereka. Jika dilihat dari metode yang digunakan, nampaknya kegiatan pembelajaran kurang dikembangkan atau divariasikan. Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru mata pelajaran IPA yang bersangkutan pada tanggal 11 Juli 2016, penyebab rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas IV adalah sebagai berikut. Pertama, penjelasan materi pelajaran lebih berpusat pada guru, sehingga tidak tercipta kondisi keaktifan dari siswa dan sering kali apa yang disampaikan guru tidak diserap oleh siswa dengan baik. Kedua, kegiatan siswa selama proses pembelajaran hanya sebatas mendengarkan, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam memahami pembelajaran IPA. Dalam pembelajaran siswa juga belum berani bertanya dan mengkomunikasikan ide-ide maupun pendapatnya. Sebagian besar masih bersifat menunggu informasi dari guru, serta belum mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan serta
sikap yang mereka butuhkan. Hal ini mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa itu sendiri. Ketiga, guru dalam kegiatan belajar mengajar tidak menggunakan media dalam mengajar hanya menggunakan metode ceramah, sehingga membuat siswa merasa cepat bosan. Berdasarkan pemaparan masalah di atas, maka diupayakan suatu usaha untuk memperbaiki pembelajaran tersebut. Upaya yang dapat mengatasi masalah tersebut adalah penerapan proses pembelajaran yang mengupayakan siswa aktif dan mampu membangun pengetahuan yang akan menjadi miliknya. Berdasarkan upaya yang dilakukan ini metode yang tepat dan sejalan dengan karakteristik masalah yang diatasi adalah metode Take and Give. Menurut Huda (2013:242) mengemukakan pendapatnya bahwa, Metode pembelajaran Take and Give adalah pembelajaran yang didukung oleh penyajian data yang diawali dengan pemberian kartu kepada siswa. Di dalam kartu, ada catatan yang harus dikuasai atau dihafal masing-masing siswa. Siswa kemudian mencari pasangannya masingmasing untuk bertukar pengetahuan sesuai dengan apa yang didapatnya di kartu. Lalu, kegiatan pembelajaran diakhiri dengan mengevaluasi siswa dengan menanyakan pengetahuan yang mereka miliki dan pengetahuan yang mereka terima dari pasangannya. Pembelajaran Take and Give merupakan “proses pembelajaran yang berusaha mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa” (Shoimin, 2014:124). Selanjutnya, Taufiq, (2011:5.7) menyatakan bahwa ”Tugas utama guru bukan hanya mengajar tetapi membelajarkan anak, yaitu membuat anak
3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 6 No: 3 Tahun: 2016
aktif melakukan berbagai bentuk kegiatan, bukan hanya mendengarkan guru berbicara di depan kelas atau menuliskan sesuatu”. Peran guru dalam proses pembelajaran Take and Give lebih mengarah sebagai mediator dan fasilitator. Beberapa ahli percaya bahwa suatu mata pelajaran benar-benar dikuasai banyak, apabila peserta didik mampu mengajarkannya pada peserta didik yang lain. Setiap metode
Pesrta didik akan lebih cepat memahami penguasaan materi dan informasi karena mendapatkan informasi dari guru dan peserta didik yang lain. Pembelajaran demikian dapat menciptakan suasana belajar yang menarik dan bermakna. Selan itu, siswa akan lebih cepat memahami penguasaan materi dan informasi karena mendapatkan informasi dari guru dan siswa yang lainnya. Metode ini menyebabkan mereka memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna dan lebih kuat melekat dalam memori mereka. Kuatnya berbagai informasi yang melekat dalam pikiran siswa, maka secara tidak langsung berdampak pula terhadap perolehan atau hasil belajar siswa. Langkah-langkah
pembelajaran tentunya memiliki kelebihan, begitu juga dengan metode pembelajaran Take and Give. Menurut Shoimin (2014:127) kelebihan metode pembelajaran Take and Give adalah sebagai berikut: (1) Peserta didik akan lebih cepat memahami penguasaan materi dan informasi, karena mendapatkan informasi dari guru dan peserta didik yang lain, (2) Dapat menghemat waktu dalam pemahaman dan penguasaan peserta didik akan informasi, (3) Meningkatkan kemampuan untuk bekerja sama dan bersosialisasi, (4) Melatih kepekaan diri, empati melalui variasi perbedaan sikap dan tingkah laku selama bekerja, (5) Upaya mengurangi rasa kecemasan dan menumbuhkan rasa percaya diri, (6) Meningkatkan motivasi belajar, sikap dan tingkah laku yang positif serta meningkatkan prestasi belajarnya. Selanjutnya Huda (2013:243) mengemukakan kelebihan model pembelajaran Take and Give adalah sebagai berikut. (1) Dapat dimodifikasi sedemikian rupa sesuai dengan keinginan dan situasi pembelajaran, (2) Melatih peserta didik untuk bekerja sama dan saling menghargai kemampuan orang lain, (3) Melatih peserta didik untuk berinteraksi secara baik dengan teman sekelasnya, (4) Memperdalam dan mempertajam pengetahuan peserta didik melalui kartu yang dibagikan, (5) Meningkatkan tanggung jawab peserta didik, sebab masing-masing peserta didik dibebani pertanggungjawaban atas kartunya masing-masing, (6)
metode pembelajaran adalah tahapan yang mengacu pada alur keseluruhan dalam proses pembelajaran. Langkah metode pembelajaran menenukan apa jenis kegiatan guru dan kegiatan siswa, urutan tindakan yang dilakukan, dan tugas tertentu yang diberikan pada siswa. Huda (2013:241) mengemukakan langkah-langkah metode pembelajaran Take and Give adalah (1) Guru mempersiapkan kartu yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Guru mendesain kelas sebagaimana mestinya, (2) Guru menjelaskan materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai, (3) Untuk memantapkan penguasaan peserta didik, mereka diberi masingmasing satu kartu untuk dipelajari atau dihafal, (4) Semua peserta didik disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling memberi informasi. Tiap peserta didik harus mencatat nama pasangannya pada kartu yang dipegangnya, (5) Demikian seterusnya, hingga setiap peserta didik dapat saling memberi dan menerima materi masing-masing, (6) Untuk mengevaluasi keberhasilan peserta didik, guru dianjurkan memberikan pertanyaan yang tidak sesuai dengan kartunya (kartu milik
4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 6 No: 3 Tahun: 2016
Dapat dimodifikasi sedemikian rupa sesuai dengan keinginan dan situasi pembelajaran, (2) Melatih peserta didik untuk bekerja sama dan saling menghargai kemampuan orang lain, (3) Melatih peserta didik untuk berinteraksi secara baik dengan teman sekelasnya, (4) Memperdalam dan mempertajam pengetahuan peserta didik melalui kartu yang dibagikan, (5) Meningkatkan tanggung jawab peserta didik, sebab masing-masing peserta didik dibebani pertanggungjawaban atas kartunya masing-masing, (6) Pesrta didik akan lebih cepat memahami penguasaan materi dan informasi karena mendapatkan informasi dari guru dan peserta didik yang lain. Dalam penerapan suatu metode pembelajaran tentunya tidak terlepas dari kelemahan. Menurut Huda (2013:243) kelemahan metode pembelajaran Take and Give adalah sebagai berikut. (1) Kesulitan mendisiplinkan peserta didik dalam kelompok-kelompok, (2) Bila informasi yang disampaikan siswa kurang tepat (salah) maka informasi yang diterima siswa lain pun akan kurang tepat, (3) Ketidaksesuaian skill antar peserta didik yang kurang memiliki kemampuan akademik. Selanjutnya Taufik (2011:95) mengemukakan kelemahan metode pembelajaran Take and Give adalah (1) Pada saat mencari pasangan akan terjadi ketidakteraturan, (2) Kemampuan siswa untuk menyampaikan materi pada pasangannya kurang sesuai dengan apa yang diharapkan, (3) Adanya siswa yang bertemu dengan pasangannya, bukan membahas materi pelajaran tetapi bercerita tentang masalah lain. Mengingat masalah tersebut sangat penting, maka dilakukan penelitian dengan tujuan yaitu untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA dengan penerapan metode Take and Give pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Penglatan Tahun Pelajaran 2016/2017 Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng.
temannya), (7) Metode ini dapat dimodifikasi sesuai dengan keadaan, (8) Guru menutup pembelajaran. Selanjutnya Taufik (2011:94) mengemukakan langkah-langkah dari metode Take and Give adalah (1) Siapkan kelas sebagaimana mestinya, (2) Jelaskan materi sesuai dengan topik, (3) Untuk memantapkan penguasaan siswa, tiap siswa diberi masing-masing satu kartu dengan ukuran 10 x 15 cm untuk dipelajari (dihafal) kurang lebih 5 menit. Setiap kartu berisi nama siswa, bahan belajar (sub materi) dan nama yang diberi informasi, kompetensi dan sajian materi. (4) Semua siswa disuruh beridiri dan mencari pasangan untuk saling menginformasikan materi sesuai kartu masing-masing. Tiap siswa harus mencatat nama pasangannya pada kartu. (5) Demikian seterusnya sampai tiap siswa dapat saling memberi dan menerima materi masing-masing. (6) Untuk mengevaluasi keberhasilan, berikan siswa pertanyaan yang tidak sesuai dengan kartunya (kartu orang lain). Setiap metode pembelajaran tentunya memiliki kelebihan, begitu juga dengan metode pembelajaran Take and Give. Menurut Shoimin (2014:127) kelebihan metode pembelajaran Take and Give adalah (1) Peserta didik akan lebih cepat memahami penguasaan materi dan informasi, karena mendapatkan informasi dari guru dan peserta didik yang lain, (2) Dapat menghemat waktu dalam pemahaman dan penguasaan peserta didik akan informasi, (3) Meningkatkan kemampuan untuk bekerja sama dan bersosialisasi, (4) Melatih kepekaan diri, empati melalui variasi perbedaan sikap dan tingkah laku selama bekerja, (5) Upaya mengurangi rasa kecemasan dan menumbuhkan rasa percaya diri, (6) Meningkatkan motivasi belajar, sikap dan tingkah laku yang positif serta meningkatkan prestasi belajarnya. Selanjutnya Huda (2013:243) mengemukakan kelebihan model pembelajaran Take and Give adalah (1)
METODE Jenis penelitian ini tergolong Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan pada semester ganjil. Menurut Wardhani (2009:1.15) “PTK
5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 6 No: 3 Tahun: 2016
merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa meningkat”. Dalam penelitian ini, jenis penelitian tindakan yang digunakan adalah penelitian tindak kolaboratif, yaitu kolaborasi atau kerjasama antara guru dan peneliti. Peneliti dan guru ikut terlibat dalam setiap kegiatan siklus. Guru bertindak sebagai pembelajar dan peneliti bertindak sebagai pengamat. Penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2016/2017. Tempat penelitian adalah di kelas IV SD Negeri 1 Penglatan Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng pada mata pelajaran IPA. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 1 Penglatan pada tahun pelajaran 2016/2017, dengan jumlah siswa 21 orang. Mereka terdiri atas 11 orang siswa perempuan dan 10 orang siswa laki-laki. Objek dari penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV SD Negeri 1 Penglatan Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng dan metode Take and Give.
Pembelajaran Take and Give merupakan “proses pembelajaran yang berusaha mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa Setiap siklus terdiri dari 3 kali pertemuan, dengan 2 kali kegiatan pembelajaran dan 1 kali kegiatan evaluasi. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Tes sebagai tindakan untuk melihat pencapaian tujuan pembelajaran dan penguasaan peserta didik dalam bentuk hasil belajar yang diperlihatkannya setelah peserta didik menempuh pegalaman belajar. Data hasil belajar IPA peserta didik diambil dengan kegiatan evaluasi/tes yang diberikan pada akhir masing-masing siklus. Skor penilaian untuk pilihan ganda masing-masing skornya 1. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, diperlukan instrumen pengumpulan data yang menunjang kelancaran proses penelitian. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah tes hasil belajar IPA. Tes hasil belajar IPA yang dimaksud adalah seperangkat pertanyaan objektif berbentuk pilihan ganda dengan empat opsi untuk mengukur kemampuan setiap siswa yang mengalami suatu proses belajar dengan metode Take and Give. Data yang telah dikumpulkan mengenai hasil belajar siswa akan dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif Hasil analisis persentase tingkat hasil belajar siswa yang diperoleh selanjutnya dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima dengan berpedoman pada kriteria seperti pada tabel berikut ini.
Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) pengamatan/observasi, dan 4) refleksi. Pada tahap ini dilaksanakan tindakan berupa penerapan metode Take and Give dalam proses pembelajaran IPA kelas IV dalam materi yang telah dibuat pada tahap perencanaan. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran dengan menggunakan metode Take and Give yang telah direncanakan.
Tabel 2. Penilaian Acuan Patokan (PAP) Skala Lima Persentase Kategori (1) 90% - 100% 80% - 89% 65% - 79% 54% - 64% 0% - 54%
(2) Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah (sumber: Agung, 2010:9) 6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 6 No: 3 Tahun: 2016
Kriteria keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan persentase rata-rata hasil belajar siswa. Persentase hasil belajar yang diperoleh mencapai 80% pada kategori tinggi.
mata dan telinga beserta fungsinya. Pertemuan kedua membahas cara memelihara kesehatan mata dan telinga beserta jeis-jenis gangguannya. Pertemuan ketiga adalah untuk melaksanakan kegiatan evaluasi akhir siklus. Dalam seminggu dilaksanakan tiga kali pertemuan dengan alokasi waktu tiap pertemuan dua jam pelajaran. Berikut ini dipaparkan tentang deskripsi proses pembelajaran pada siklus II. Persentase rata-rata 82,3% kemudian dikonversikan terhadap penilaian acuan patokan (PAP) skala 5. Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa dalam pembelajaran, penerapan metode Take and Give menunjukkan adanya keberhasilan dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Tingkatan hasil belajar mata pelajaran IPA berdasarkan PAP skala lima berada pada kategori Tinggi. Berdasarkan persentase tersebut, maka pelaksanaan tindakan dihentikan. Berdasarkan hasil analisis data dan refleksi di atas, maka penelitian dihentikan hingga siklus II. Selanjutnya persentase rata-rata hasil belajar masingmasing siklus ditampilkan pada grafik 1 berikut ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian tindakan kelas ini telah dilaksanakan sesuai dengan tahap-tahap dan prosedur penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya. Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 20 Juli 2016 sampai tanggal 10 Agustus 2016. Untuk memperoleh data digunakan metode tes. Data yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk menjawab masalahmasalah yang telah dirumuskan dalam penelitian. Berikut ini dipaparkan mengenai hasil penelitian pada siklus I dan siklus II. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 1 Penglatan Kecamatan Buleleng. Pada siklus I dibagi menjadi tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama adalah untuk membahas bagian dan bentuk tulang rangka manusia beserta fungsinya. Pertemuan kedua membahas cara merawat rangka tubuh manusia dan gangguan pada rangka tubuh manusia. Pertemuan ketiga adalah untuk melaksanakan kegiatan evaluasi akhir siklus. Dalam seminggu dilaksanakan tiga kali pertemuan dengan alokasi waktu tiap pertemuan dua jam pelajaran. Berikut ini dipaparkan deskripsi proses pembelajaran siklus I. Persentase rata-rata 72,3% kemudian dikonversikan terhadap penilaian acuan patokan (PAP) skala 5 berada pada kategori Sedang. Pada siklus II merupakan penerapan perencanaan tindakan siklus II yang telah dimodifikasi dari siklus I. Siklus II dibagi menjadi tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama untuk membahas bagian-bagian
Gambar 1 Peningkatan Hasil Belajar IPA 84,00% 82,00% 80,00% 78,00% 76,00% 74,00% 72,00% 70,00% 68,00% 66,00%
Persenta se Ratarata
Siklus I Siklus II
Pembahasan Penelitian ini telah dilaksanakan selama 2 siklus pada siswa kelas IV semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017 di SD Negeri 1 Penglatan. Hasil penelitian ini menunjukkan terjadinya peningkatan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Pada pra siklus, persentase rata-rata hasil belajar IPA sebesar 62% berada pada kategori sedang. Pada siklus I, ratarata persentase hasil belajar IPA siswa sebesar 72,3% berada pada kategori
7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 6 No: 3 Tahun: 2016
sedang dan pada siklus II meningkat menjadi 82,3% berada pada kategori tinggi. Berdasarkan hasil tersebut, terjadi peningkatan persentase hasil belajar siswa dari pra siklus hingga siklus II sebesar 20,3%. Peningkatan persentase rata-rata dari pra siklus hingga siklus II dapat terjadi karena beberapa hal. Pertama, pembelajaran yang menerapkan metode Take and Give dapat mengubah pembelajaran yang awalnya berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa akan menjadi lebih aktif dan mampu membangun pengetahuan yang akan menjadi miliknya. Dalam penerapan metode Take and Give, siswa diajak untuk belajar dalam suasana yang menarik dan bermakna. Selan itu, siswa akan lebih cepat memahami penguasaan materi dan informasi karena mendapatkan informasi dari guru dan siswa yang lainnya. Metode ini menyebabkan mereka memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna dan lebih kuat melekat dalam memori mereka. Kuatnya berbagai informasi yang melekat dalam pikiran siswa, maka secara tidak langsung berdampak pula terhadap perolehan atau hasil belajar siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Taufiq (2011:5.7) yang menyatakan bahwa, ”tugas utama guru bukan hanya mengajar tetapi membelajarkan anak, yaitu membuat anak aktif melakukan berbagai bentuk kegiatan”. Selanjutnya Sapriati (2008:2.5) menyatakan bahwa “Siswa SD pada umumnya berada dalam usia yang masih senang bermain, senang melakukan kegiatan, dan memiliki rasa ingin tahu yang besar”. Berikutnya, Dahar (1988:137) menyatakan bahwa “belajar dikatakan bermakna jika informasi yang dipelajari siswa disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya, sehingga siswa dapat mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang dimilikinya maka hasil belajar siswa pun dapat meningkat”. Kedua, pemberian reward berupa pin berbentuk bintang untuk siswa yang menjawab pertanyaan dengan benar membuat siswa tidak ragu-ragu saat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Pemberian reward bertujuan agar
anak lebih bersemangat dan meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Melalui partisipasi siswa yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran menyebabkan motivasi belajar siswa meningkat, sehingga hasil belajar siswa pun menjadi optimal. Djamarah (2005) menyatakan bahwa sebagai motivator, guru hendaknya dapat mendorong siswa menjadi lebih bergairah dan aktif dalam belajar. Selanjutnya Jaelani (2011) menyatakan bahwa adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik pula. Dengan adanya usaha yang tekun dan didasari motivasi yang baik, maka siswa dapat mencapai tujuannya dengan hasil belajar yang optimal. Ketiga, pemberian punishment berupa menyanyikan lagu wajib di depan kelas membuat siswa lebih fokus untuk bertukar informasi dan tidak lagi membicarakan masalah lain. Pemberian punishment akan membuat siswa jera, artinya sebuah upaya guru dalam memberikan sanksi agar anak tidak melakukan kesalahan yang serupa. Dalam proses pembelajaran, punishment diadakan karena pelanggaran dan kesalahan yang dilakukan oleh siswa yang bertujuan untuk menciptakan kedisiplinan agar siswa dapat belajar dengan baik. Ahmadi (2001) menyatakan bahwa hukuman diadakan dengan tujuan agar tidak terjadi pelanggaran yang telah dilakukan oleh siswa. Keberhasilan penerapan metode Take and Give dalam penelitian ini, sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widyaningrum (2012), dengan judul “Peningkatan Partisipasi Dan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Pembelajaran Take and Give Pada Siswa Kelas IV SD N Manjung 2 Tahun Pelajaran 2012/2013”. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukannya, setelah menerapkan metode Take and Give, hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD N Manjung 2 mengalami peningkatan. Sebelum diberikan tindakan penelitian, rata-rata hasil belajar siswa hanya sebesar 45,45%. Pada siklus I, rata-rata hasil belajar IPA siswa menjadi sebesar 63,63%, dan pada siklus II meningkat menjadi 86,36%. Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh Osok
8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 6 No: 3 Tahun: 2016
(2014), dengan judul “Penerapan Metode Take and Give Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Tentang Mengenal Bagiabagian Utama Tubuh Pada Siswa kelas II SD Negeri Teluk Dore Tahun Ajaran 2013/2014”. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukannya, setelah menerapkan metode pembelajaran Take and Give, hasil belajar IPA pada siswa kelas II SD Negeri Teluk Dore mengalami peningkatan. Sebelum diberikan tindakan penelitian, rata-rata hasil belajar siswa hanya sebesar 45,68%. Pada siklus I, rata-rata hasil belajar IPA 71,43% dan pada siklus II meningkat menjadi 82,23%. Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Sugiantari (2016), dengan judul “Penerapan Metode Pembelajaran Take and Give Berbantuan Media Mind Mapping Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA kelas IV SDN 2 Banjar Tegal Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016”. Penelitian tersebut membuktikan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran Take and Give berbantuan media Mind Mapping membantu meningkatkan keaktifan belajar dan hasil belajar IPA kelas IV SDN 2 Banjar Tegal Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016. Berdasarkan hasil penelitian, persentase rata-rata keaktifan belajar siswa pra siklus sebesar 31,82%. Pada siklus I, persentase rata-rata keaktifan belajar siswa meningkat menjadi 67,41% dan pada siklus II meningkat menjadi 81,25%. Persentase rata-rata hasil belajar IPA siswa pra siklus sebesar 46,67%. Pada siklus I, persentase ratarata hasil belajar IPA meningkat menjadi 67,75% dan pada siklus II meningkat menjadi 80,75%.
dari 72,3% pada siklus I menjadi 82,3% pada siklus II. Berdasarkan simpulan di atas, maka saran yang dapat dibuat adalah sebagai berikut. 1. Guru dapat melanjutkan untuk menerapkan metode Take and Give sebagai salah satu strategi untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara berkelanjutan. 2. Kepada sekolah hendaknya dapat menciptakan kondisi yang mampu mendorong para guru untuk mencoba menerapkan metode Take and Give dalam pembelajaran sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa. 3. Bagi peneliti lain hendaknya hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dengan memperhatikan kendala-kendala yang dialami sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan menyempurnakan pelaksanaan penelitian berikutnya. DAFTAR RUJUKAN Agung, AA. Gede. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Ganesha. Ahmadi, Abu. 2001. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta. Anderson, Larin W. dan David R. Krahtwohl. 2010. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Assesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bundu, Patta. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Dahar, Ratna Wilis. 1988. Teori-teori Belajar. Bandung: Erlangga. Depdikbud. 1994. Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar Kelas IV Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud. Dimyati dan Moedjiono.1992. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Depdikdud. Djamarah, Syaiful Bahri.2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.
PENUTUP Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Penerapan metode Take and Give dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV semester ganjil SD Negeri 1 Penglatan tahun pelajaran 2016/2017. Hal ini ditunjukkan oleh peningkatan persentase rata-rata hasil belajar siswa
9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 6 No: 3 Tahun: 2016
Hasan, S. Hamid dan Asmawi Zainul. 1991. Evaluasi Hasil Belajar. Jakarta: Depdikbud. Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran Isuisu Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta : Pustaka Belajar. Jaelani.2011. Teori Motivasi Belajar. Jakarta: Rajawali Press Kariati, Ni Made. 2005.Penerapan Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sejarah Kelas VII Semester I SMP N 1 Tianyar. Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Pendidikan Ganesha. Mulyasa. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nurkancana, Wayan, dan PPN Sunartana. 1990. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional. Nurkancana dan Sunartana. 1992. Strategi pembelajaran. Surabaya: Usaha Nasional. Osok, Lensina. (2014). “Penerapan Metode Take and Give Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Tentang Mengenal Bagia-bagian Utama Tubuh Pada Siswa kelas II SD Negeri Teluk Dore Tahun Ajaran 2013/2014”. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Universitas Negeri Manado. Purwadarminto. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia.Bandung.M2S. Rustaman, Nuryani. 2011. Materi dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta: Universitas Terbuka Samatowa, Usman. 2010. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks. Sapriati, Amalia. 2008. Pembelajaran IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Yogyakarta : ArRuzz Media. Slameto. 2003. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sudana, Dewa Nyoman., dkk. 2012. Bahan Ajar Pendidikan IPA SD.
Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha. Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdikarya.
Sugiantari, Putu. 2016. “Penerapan Metode Pembelajaran Take and Give Berbantuan Media Mind Mapping Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA kelas IV SDN 2 Banjar Tegal Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016”. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Universitas Pendidikan Ganesha. Taufik, Taufina dan Muhammadi. 2011. Mozaik Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Sukabina Press. Taufiq, Agus. 2010. Pendidikan Anak di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Wardhani. 2009. Penelitian Tindak Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka. Widyaningrum, Marlina. 2012. “Peningkatan Partisipasi Dan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Pembelajaran Take and Give Pada Siswa Kelas IV SD N Manjung 2 Tahun Pelajaran 2012/2013”. Skripsi (tidak diterbitkan). Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Universitas Muhammadiyah Surakarta. .
10