Market Update 27 Desember 2013
Kinerja Reksa Dana AAA Amanah Syariah NAV/Unit : 2,132 YTD Yield : (0.4%) AAA Enhanced Strategy NAV/Unit : 960 YTD Yield : (3.9%)** AAA Balanced Fund NAV/Unit : 3,606 YTD Yield : 1.3% AAA Balanced Fund II NAV/Unit : 1,159 YTD Yield : 3.4% AAA Equity Fund NAV/Unit : 794 YTD Yield : (0.9%) IHSG YTD Yield
: 4,190 : (2.9%)
* Data per 23 Desember 2013 **Sejak insepsi pada tanggal 19 Februari 2013
OUTLOOK INVESTASI SUN 2014: LOW RISK, HIGH RETURN
Setelah Indeks Harga Surat Utang Negara dari HSBC mengalami koreksi sekitar 20% sepanjang tahun 2013, pertanyaan yang sering muncul dari investor adalah “Apa sudah saatnya membeli Surat Utang Negara (SUN)?” Ada empat faktor yang menjadi kekhawatiran investor dalam berinvestasi SUN saat ini. Pertama, potensi kenaikan BI Rate. Banyak ekonom dan analis memperkirakan BI Rate akan naik ke 8.00%, bahkan ke 8.50%. Kedua, Rupiah melemah mendekati Rp 13,000. Pelemahan Rupiah diperkirakan memicu investor asing di SUN Rupiah keluar dari Indonesia. Ketiga, defisit Transaksi Berjalan Luar Negeri yang tetap tinggi, sehingga investor asing tidak tertarik membeli SUN. Keempat, Fed tapering off, yang akan menyebabkan likuiditas global berkurang. Menurut kami, keempat kekhawatiran tersebut sangat terlambat karena pasar finansial sudah bereaksi terhadap perkiraan memburuknya kondisi ekonomi makro. Seperti biasanya, gejolak ekonomi makro saat ini juga membuat investor salah mempersepsikan peluang investasi dan lebih memilih investasi yang dianggap lebih aman di deposito. Investor lupa bahwa peluang investasi terjadi pada saat kondisi ekonomi tidak menentu dan persepsi investor sangat buruk, sehingga harga-harga aset turun drastis. Padahal pada saat itu, potensi return meningkat, antara lain terlihat dari yield-to-maturity (YTM) SUN menjadi lebih tinggi. Pertama, kekhawatiran akan kenaikan BI Rate menunjukkan betapa investor salah memahami indikator kebijakan ekonomi. Pembuat kebijakan ekonomi, seperti Bank Indonesia, biasanya merespon perkembangan ekonomi dengan jeda waktu yang sangat lama. Terlambatnya respon pembuat kebijakan ekonomi khususnya terjadi saat ekonomi mengalami pembalikan arah dari kondisi sangat baik ke perlambatan. Kenaikan BI Rate sepanjang Juni-November 2013 sangat tertinggal dibandingkan reaksi pasar. Misal, Rupiah sudah melemah sejak akhir 2011 dan semakin melemah diakhir 2012. Hanya karena Rupiah saat itu belum menembus Rp 10,000 yang membuat pemerintah nyaman. Cadangan devisa sudah menurun sejak akhir 2011 dan lagi-lagi pemerintah saat itu merasa “aman” selama cadangan devisa diatas US$ 100 Miliar.
AAA Asset Management
Indikator sektor riil juga sudah menunjukkan pembalikan arah di akhir 2011 atau selama 2012. Misal, surplus Transaksi Berjalan Luar Negeri menurun sejak 2010, berubah menjadi defisit sejak akhir 2011, dan memburuk sepanjang 2012. Sedangkan data pertumbuhan ekonomi kwartalan mencapai titik tertinggi di akhir 2010, stagnan di 2011, dan melambat sejak awal 2012. Inflasi juga mulai mengalami kenaikan sejak pertengahan 2012. Pertanyaannya: mengapa BI Rate baru mengalami kenaikan di Juni 2013? (Atau lebih luas lagi, mengapa berbagai Kementerian baru merespon di pertengahan tahun 2013?) “…peluang investasi terjadi pada saat kondisi ekonomi tidak menentu dan persepsi investor sangat buruk…”
Bandingkan juga kenaikan BI Rate secara agresif ke 7.50% dengan pergerakan yield SUN tenor 10-tahun, yang biasa menjadi patokan analis dan ekonom, yang sempat mencapai 8.9%. Saat ini SUN yield tenor 10-tahun sekitar 8.5%, yang merefleksikan adanya premium terhadap BI Rate sekitar 1%.
% 10
Kenaikan BI Rate Tertinggal Yield SUN 10-Tahun
9 8 7 6 5 4
Yield Indeks SUN 10-Tahun
BI Rate
Sumber: Bank Indonesia dan Bloomberg
Kedua, pelemahan Rupiah jangan selalu dilihat dari sisi negatif. Pada saat Indonesia mengadopsi nilai tukar tetap, devaluasi Rupiah sebesar 30% sudah menimbulkan masalah besar dan kepanikan pelaku ekonomi. Dengan mengadopsi rejim nilai tukar mengambang, proses penyesuaian oleh pelaku ekonomi lebih sistematis dan pasar tidak panik berlebihan. Pelemahan Rupiah juga akan membantu memperkuat daya saing produk ekspor dan meredam konsumsi barang-barang impor, yang akhirnya memperbaiki defisit Transaksi Berjalan Luar Negeri. Dari mata investor asing, pelemahan Rupiah berarti dapat membeli aset-aset Indonesia dengan harga yang lebih murah dan mungkin memperoleh keuntungan dari potensi penguatan nilai tukar. Kebijakan pemerintah yang mengutamakan utang dalam Rupiah juga membuat gejolak Rupiah tidak menjadi ancaman serius pada kenaikan beban utang.
2
AAA Asset Management
Persepsi investor juga sangat kontras dibandingkan tahun 2012, dimana prediksi Rupiah bisa menembus Rp 10,000 dianggap sebagai sebuah lelucon. Bahkan ada investor yang menanyakan model ekonomi prediksi Rupiah tersebut. Sebaliknya, saat ini ekspektasi Rupiah dapat menguat ke Rp 11,000 juga dilihat sinis, karena semua menanti dengan sabar Rupiah akan merosot ke Rp 13,000. Di tengah kondisi ekonomi yang lebih baik, pelemahan nilai tukar Rupiah dan juga mata uang Emerging Markets lain sudah menyamai pelemahan saat krisis finansial global 2008. Benarkah persepsi pasar ini? Kami memiliki pendapat berbeda: Rupiah akan kembali menguat bila investor sudah tenang dan menilai secara wajar fundamental ekonomi makro Indonesia, peluang investasi di SUN, dan daya tarik investasi di saham-saham unggulan Indonesia. “Perubahan persepsi akan kondisi ekonomi makro nantinya akan menjadi sentimen yang memicu rally bursa SUN”
Ketiga, defisit Transaksi Berjalan Luar Negeri memang sangat mengkhawatirkan. Yang perlu dicermati, defisit ini dipicu beberapa faktor seperti: penguatan Rupiah ke Rp 8,500 di pertengahan 2011, kenaikan impor akibat ekspansi investasi, dan kebijakan mempertahankan harga BBM tersubsidi. Saat ini semua sudah berubah. Rupiah sudah melemah signifikan. Ekonomi melambat dengan berakhirnya booming komoditas, kenaikan suku bunga dan perlambatan kredit perbankan. Harga BBM subsidi sudah naik, meski masih perlu penyesuaian lanjutan. Secara alamiah, defisit Transaksi Berjalan Luar Negeri mungkin saja akan menurun dari sekitar 3.8% PDB mendekati 3.0% PDB pada akhir 2014. Semua perubahan ini menyebabkan sentimen negatif berakhir. Bahkan bisa berubah menjadi sentimen positif bila ekonomi sedikit lebih baik dari perkiraan analis yang terlanjur sangat pesimis. Keempat, kekhawatiran utama investor saat ini fokus pada kebijakan pengendalian likuiditas oleh Federal Reserve, atau Fed tapering off. Pasar sebenarnya sudah merespon rencana Fed tapering off, terlihat dari kenaikan US Treasury Yield ke 2.9% saat ini, dari sekitar 1.5% di pertengahan 2012. Bila skenario kenaikan Fed Fund Rate secara bertahap ke 3% pada 2016, maka pasar telah merespon sebagian besar kebijakan Federal Reserve. Kami melihat saat ini peluang investasi yang sangat menarik di SUN. Dari valuasi, yield SUN tenor 10-tahun dan 20-tahun masing-masing sekitar 8.50% dan 9.00%, relatif sudah murah. Dari persepsi ekonomi makro yang sudah sangat buruk, maka ada harapan perubahan persepsi menjadi lebih baik ketika ekonomi ternyata cukup bertahan. Perubahan persepsi akan kondisi ekonomi makro nantinya akan menjadi sentimen yang memicu rally bursa SUN. Yang paling menarik, pasar SUN bereaksi positif saat ada kepastian kebijakan Fed tapering off atau kenaikan BI Rate.
3
AAA Asset Management
Yield SUN saat ini lebih tinggi dari tahun 2012, 2011 dan 2010 (untuk tenor dibawah 20-tahun)
Sumber: Bloomberg Perhatikan juga bahwa investor asing mengakumulasi SUN sekitar Rp 40 triliun pada September-Desember 2013. Bagi investor asing, investasi SUN saat ini memberikan potensi: (1) yield lebih tinggi dibandingkan beberapa negara ASEAN atau Emerging Markets lain, (2) keuntungan dari kenaikan harga SUN dan (3) keuntungan dari penguatan nilai tukar Rupiah. Pembelian (Penjualan) Bersih SUN oleh Investor Asing
(Rp triliun) 30 20 10 -
2
24
18
9 (1)
(10)
6
3
10 (2)
6
(1)
(22)
(20) (30)
Sumber: Kementrian Keuangan RI Kami berpendapat bahwa saat ini SUN sudah menjadi instrumen investasi yang berisiko rendah dengan potensi imbal hasil yang tinggi (Low Risk, High Return). Karena itu SUN tenor panjang dapat menjadi salah satu pilihan investasi terbaik di tahun 2014. Selamat berinvestasi dan sukses!!!
4
AAA Asset Management
Tim Investasi
Tim Pemasaran
Siswa Rizali Head of Investment (
[email protected])
Arke Nurdjatni Head of Marketing (
[email protected])
Farash Farich Fund Manager (
[email protected])
Mariah Marketing Officer (
[email protected])
Akuntino Mandhany Analyst (
[email protected])
Putri Saraswaty Marketing Officer (
[email protected])
Sandhika Maulana Analyst (
[email protected])
Pratiwi Hinta Marketing Officer (
[email protected])
Edhi Gunardhi Dealer (
[email protected])
Disclaimer PT AAA Asset Management (“AAA Asset”) makes no guarantee, representation or warranty (express or implied) and accepts no responsibility or liability for the contents of this document and/or as to its accuracy or completeness and expressly disclaims any liability whatsoever for any loss howsoever arising from or in reliance upon the whole or any part of the contents of this document. All opinions and estimates included in this document constitute our judgment as of this date, without regards to its fairness, and are subject to change without notice. Performance information quoted herein represents past performance and is not a guarantee of future results. Current performance may be lower or higher than the performance information quoted within. No consideration has been given to the particular investment objectives, financial situation or particular needs of any recipient. This document, which is not for public circulation, must not be copied, transferred or the content disclosed to any third party and is not intended for use by any person other than the addressee or the addressee's professional advisers for the purposes of advising the addressee hereon. No responsibility or liability whatsoever or howsoever arising is accepted in relation to the contents hereof by any company mentioned herein, or any their respective directors, officers or employees. This document is not an offer to sell or a solicitation to buy any securities. AAA Asset and its affiliates and their officers and employees may have a position, make markets, act as principal or engage in transaction in securities or related investments of any company mentioned herein, may perform services for or solicit business from any company mentioned herein, and may have acted upon or used any of the recommendations herein before they have been provided to you. © Copyright PT AAA Asset Management. All rights reserved (2013)
PT AAA ASSET MANAGEMENT Plaza Asia 18th Floor Jl. Jend. Sudirman Kav. 59 Jakarta 12190, Indonesia Tel Fax
: +6221 5153180 : +6221 5153181 5