Tuturan Mencerminkan Karakter ... (Gusnetti)
191
TUTURAN MENCERMINKAN KARAKTER DALAM PROSES PEMBELAJARAN
Gusnetti Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta
[email protected] Abstract Speak well in the learning process not only make learners feel comfortable in learning, but also can motivate to learn well. Good speech reflects its character. , Character education is not the responsibility of some people alone but is the responsibility of all ranging from household to school. Character education in schools should be done with pencanaan mature, the appropriate approach, and effective learning methods. To that teachers in schools should develop character education is among them: religious, namely the attitudes and behaviors that obedient in implementing ajarana their religion, and tolerant of the implementation of other religions, and live in harmony with other faiths. , Honestly that is behavior that is based on an attempt to make himself as a person who always trustworthy in word, act and work. Discipline is the action showed orderly behavior and comply with various rules and regulations. Namely creative thinking and doing ssuatu to generate new ways or the result of something that has been owned. Responsibility is the attitude and behavior of a person to carry out the duties and obligations he should do to ourselves, community, environment (social and cultural), country and God Almighty. Key Words: speech, character education, learning process
PENDAHULUAN Pendidikan karakter merupakan
tangga sampai sekolah, bukan hanya sebagai
tataran
perolehan
ilmu
pendidikan yang berisikan nilai-nilai
pengetahuan, tetapi penddikan karakter
moral, etika dan hukum. Dalam proses
mampu membangun suasana belajar
pembelajaran pendidikan karakter perlu
yang
diterapkan
Untuk
terhadap peserta didik,
menyenangkan dan bermakna. itu
para
pendidik
pendidikan
perlu
sehingga peserta didik menjadi cerdas
mencerminkan
karakter
dan membantu mereka menjadi orang
dalam proses pembelajaran.
yang mandiri dan bertanggung jawab.
Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter bukanlah tanggung
Dalam Undang-Undang Republik
jawab sebagian orang saja tetapi adalah
Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang
tanggung jawab semua mulai dari rumah
Sistem
Pendidikan
Nasional
Tuturan Mencerminkan Karakter ... (Gusnetti)
merumuskan
fungsi
pendidikan digunakan
nasional dalam
dan
tujuan
perilaku
manusia
yang
harus
belajar
tinggi,
berupa
191
semangat
komitmen
untuk
mengembangkan
mencapai terbaik, semangat melakukan
upaya pendidikan di Indonesia . Pasal 3
perbaikan terus-menerus, keterbukaan
UU Sidiknas menyebutkan “Pendidikan
terhadap
nasional berfungsi mengembangkan dan
baru.
membentuk
karakter
watak
serta
peradaban
kemungkinan-kemungkinan
Dengan
demikian
adalah
pendidikan
pendidikan
yang
bangsa yang bermartabat dalam rangka
mengembangkan nilai-nilai budaya dan
mencerdaskan
bangsa,
karakter bangsa pada peserta didik
bertujuan untuk berkembangnya potensi
sehingga mereka memiliki nilai dan
peserta didik agar menjadi manusia yang
karakter sebagai karakter dirinya, dan
beriman dan bertakwa kepada Tuhan
menerapkan nilai-nilai tersebut sebagai
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
anggota masyarakat, warga negara yang
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
religius,
menjadi warga negara yang demokratis
kreatif.
dan
kehidupan
bertanggung
jawab.
nasionalis,
produktif
dan
Tujuan
Atas dasar yang demikian maka
pendidikan nasional tersebut menjadi
pendidikan karakter harus dilakukan
dasar dalam pengembangan pendidikan
dengan
karakter.
pendekatan yang sesuai, dan metode
Dalam
yang
matang,
(2003:232)
pembelajaran yang efektif. Untuk itu
pendidikan adalah proses pengubahan
guru dalam proses pembelajaran harus
sikap
menerapkan
dan
kelompok
KBBI
pencanaan
prilaku
seseorang
orang
dalam
atau
pendidikan
karakter
usaha
terhadap peserta didik, sehingga peserta
mendewasakan manusia melalui upaya
didik menjadi manusia yang cerdas dan
pengajaran
dan bermoral tinggi.
adalah
dan
watak,
pelatihan. tabiat,
Karakter
akhlak,
atau
Kecerdasan
merupakan
bagian
kepribadian seseorang yang terbentuk
dari karakter manusia.
dari
berbagai
cerdas tentu memiliki karakter, dia akan
kebajikan yang diyakini dan digunakan
melakukan sesuatu tentu dipikirkan dulu
sebagai landasan dalam cara pandang,
dengan cerdas. Kecerdasan
berpikir, dan berani bertindak.
Widjono dan Utami (2003:13) adalah
hasil
internalisasi
Menurut Raka dkk (2011:17)
“Kemampuan
Manusia yang
menurut
memanfaatkan
karakter adalah faktor yang ada di
pengalaman, pengetahuan, situasi, dan
bawah permukaan yang menggerakkan
potensi
sehingga
menghasilkan
Tuturan Mencerminkan Karakter ... (Gusnetti)
kreativitas baru yang menguntungkan
saling
dirinya maupun masyarakat. Howard
agama, kasih sayang, kejujuran, dan
Gardner,
kecerdasan
bertanggung jawab. Setelah si anak
menyimpulkan bahwa kecerdasan yang
masuk ke sekolah pendidikan karakter
dimiliki manusia sekurang-kurangnya
semakin dikembangkan lagi. Untuk itu
ada tujuh macam, yaitu: 1) Kecerdasan
para
linguistik
mengembangkan pendidikan karakter
peneliti
yaitu
kecerdasan
menghormati,
192
guru
di
menjalankan
sekolah
harus
menggunakan bahasa. 2) Kecerdasan
tersebut di antaranya:
logismatematis terkait dengan angka dan
sikap dan prilaku
logika seperti akuntansi, progremer,
melaksanakan
computer, teknik dll. 3) Kecerdasan
dianutnya,
spasial terkait dengan tata ruang :
pelaksanaan terhadap agama lain, dan
arsitektur,
fotografer,
4)
hidup rukun dengan pemeluk agama
Kecerdasan
musikal
dengan
lain. Jujur yaitu prilaku yang didasarkan
pengolahan nada dan irama menjadi
pada upaya menjadikan dirinya sebagai
karya musik yang dapat berfungsi untuk
orang yang selalu dapat dipercaya dalam
berbagai
perkataan,
tindakan
Disiplin
yaitu
pelukis. terkait
kepentingan
membangkitkan
misalnya
semangat
juang,
religius, yaitu
yang patuh dalam
ajarana dan
agama
toleran
dan
yang
terhadap
pekerjaan.
tindakan
yang
menghibur. 5) Kecerdasan kinestik-
menunjukkan prilaku tertib dan patuh
jasmani terkait dengan kreativitas dan
pada berbagai ketentuan dan peraturan.
prestasi
olahraga.
6)
Kecerdasan
Kreatif yaitu berpikir dan melakukan
terkait
dengan
ssuatu untuk menghasilkan cara atau
kemampuannya untuk bekerja sama
hasil baru dari sesuatu yang telah
dengan
dimiliki. Tanggung jawab yaitu sikap
antarpribadi
orang
lain,
memimpin,
bernegosiasi. 7) Kecerdasan intrapribadi
dan
terkait
kemampuannya
melaksanakan tugas dan kewajibannya
mengendalikan daya pikir dan emosinya
yang seharusnya dia lakukan terhadap
dalam mengakses berbagai informasi
diri sendiri, masyarakat, lingkungan
dan potensi yang bermanfaat bagi
(sosial dan budaya), negara dan Tuhan
pengembangan dirinya.
Yang Maha Esa. Dan banyak lagi
dengan
Pendidikan
karakter
sudah
prilaku
pendidikan
seseorang
karakter
yang
untuk
harus
dimulai dari rumah tangga. Orang tua
diterapkan guru dan sekolah sesuai
sudah sudah mengajarkan pendidikan
dengan kebutuhan
karakter pada anak mereka di antaranya
dalam
Standar
yang dijabarkan Kompetensi
dan
Tuturan Mencerminkan Karakter ... (Gusnetti)
193
Kompetensi Dasar serta materi bahasan
diterapkan pada tingkat SD, maka
suatu mata pelajaran.
pada
tingkat
SMP
dan
merupakan
kelanjutan
PEMBAHASAN
pembelajaran
SD
Pendidikan Karakter dalam Proses Pembelajaran Pendidikan karakter pada
diperoleh.
prinsipnya pokok
tidak dimasukkan sebagai bahasan
pembelajaran
dalam tetapi
mengintegrasikan dikembangkan
materi
guru
nilai-nilai dalam
perlu yang
pendidikan
karakter pada peserta didik sehingga mereka menerima nilai-nilai karakter tersebut sebagai milik pribadi dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambil dan menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan pendidikan karakter peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan
Prinsip pendidikan karakter tersebut di
yang
teklah
2. Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri dan budaya sekolah.
Proses
pendidikan
pengembangan
karakter
dilakukan
melalui semua mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler. 3. Nilai
tidak
diajarkan
tetapi
dikembangkan. Nilai-nilai karakter tidak diajarkan dan dijadikan materi pokok dalam pembelajaran tetapi dikembangkan
dalam mengajarkan
konsep, teori, prosedur maupun fakta dalam mata pelajaran. Guru tidak
ada, tetapi menggunakan materi yang ada untuk mengembangkan nilai-nilai
antaranya: 1. Berkelanjutan. Prinsip ini bermakna bahwa proses pengembangan nilaikarakter
merupakan
suatu
proses yang panjang , dimulai dari awal peserta didik masuk SD dan berlangsung paling tidak sampai kelas 9 atau kelas akhir SMP. Pendidikan
karakter
di
SMA
merupakann kelanjutan dari proses yang telah terjadi selama 9 tahun. Bila
dari
perlu mengubah pokok bahasan yang
berbuat.
nilai
SMA
pendidikan
karakter
sudah
karakter, baik dalam ranah kognitif, afektif maupun psikomotor. 4. Proses
pendidikan
dilakukan
peserta didik secara aktif dan menyenangkan. Proses pendidikan karakter dilakukan oleh peserta didik bukan oleh guru. Guru menerapkan prinsip “tut wuri handayani”. Guru menuntun peserta didik agar aktif dengan cara merencanakan kegiatan pembelajaran, pertanyaan,
merumuskan mencari
sumber
Tuturan Mencerminkan Karakter ... (Gusnetti)
informasi, mengumpulkan informasi
194
d. Mengucapkan salam dan berjabad
dari sumber, mengolah informasi
tangan
yang
dan
Pelaksanaan
baik
mencerminkan pendidikan karakter
sudah
dimiliki
menumbuhkan nilai budaya
yang terjadi dalam kelas maupun di luar kelas. Pendidikan
Karakter
guru.
kegiatan
ini
kasih sayang
karakter
dalam
pembelajaran
dilakukan
pengintegrasian
ke
yaitu kegiatan yang dilakukan secara spontan pada saat itu juga. Kegiatan
dalam Proses Pembelajaran
dalam
proses
spontan dilakukan baik kegiatan
melalui
positif maupun kegiatan negatif yang
kegiatan
dilakukan peserta didik. Kegiatan ini
sehari-hari, di antaranya:
dilakukan
1. Kegiatan rutin sekolah. Kegiatan
kependidikan
rutin
dengan
2. Kegiatan spontan. Kegiatan spontan
Pelaksanaan
Pendidikan
bertemu
merupakan
kegiatan
guru
dan
tenaga
lainnya
apabila
yang
mengetahui adanya perbuatan yang
dilakukan peserta didik secara terus
tidak baik dilakukan oleh peserta
menerus setiap hari
didik
dan
harus
dikoreksi
dan
Contoh:
dinasehati
a. Melaksanakan upacara bendera setiap
tujuannya agar peserta didik yang
hari Senin dan setiap hari besar
lain tidak akan melakukan tindakan
kenegaraan.
yang serupa.
Semua
perangkat
pada saat itu juga,
upacara dilaksanakan dengan tegas
Contoh:
dan
a. Membuang sampah di sembarang
semangat
sehingga
memperlihatkan kegiatan uapacara
tempat. Bila hal
tersebut semakin sakral.
guru dan tenaga kependidikan serta
b. Shalat bersama setiap zhuhur atau
peserta didik yang lain harus secara
ashar. Kegiatan ini melatih karakter
spontan langsung
peserta didik disiplin dan religius
didik
c. Berdoa waktu mulai dan berakhir pelajaran.
Ucapkan
bahasa yang santun karena
bermohon
doa
yang
menegur peserta
membuang
sampah
semarangan dengan bahasa yang
dengan
santun dan lembut, sehingga peserta
dan lembut
didik yang melakukannya menyadari
pada
Ilahi
memperlihatkan karakter mandiri dan ikhlas.
ini terjadi maka
bahwa perbuatannya itu salah. b. Berteriak
keras-keras
sehingga
mengganggu orang lain. Bila hal ini terjadi dalam proses pembelajaran, di
Tuturan Mencerminkan Karakter ... (Gusnetti)
195
kelas ataupun di lingkungan sekolah,
secara spontan menegur peserta didik
maka
lembaga
yang berbicara tidak sopan, terutama
kependidikan harussecara spontan
yang berbicara tidak sopan pada
menegur dan menasehati peserta
orang
didik yang melakukan berteriak-
berbicara
keras-keras untuk untuk menghargai
memperlihatkan dia seorang yang
dan menghormati temannya dengan
berperilaku baik.
guru
ataupun
berkata sopan. c. Berkelahi.
yang
lebih tidak
tua,
karena
sopan
tidak
3. Keteladanan. Keteladanan adalah Berkelahi
adalah
prilkaku dan sikap guru dan tenaga
perbuatan
yang
tidak
boleh
kependidikan
yang
dilakukan,
apalagi
terjadi
dalam
memberikan
contoh
terhadap
tindakan
tenaga keopendidikan harus secara
diharapkan menjadi panutan bagi
spontan dan langsung melerai dan
peserta didik.
peserta
didik
yang
baik
dalam
lingkungan sekolah. Para guru dan
menasehati
yang
lain
a. Berpakaian rapi
menimbulkan
b. Datang tepat waktu
dendam,
sementara
bersaudara
kita
harus
dan
sehingga
Contoh:
berkelahi, karena perkelahian bisa opermusuhan
,
semua
c. Bekerja keras
saling
d. Bertutur sapa dengan sopan
menghormati.
e. Jujur
d. Berpakaian tidak rapi. Berapakaian tidak rapi tidak saja terjadi pada
f. Menjaga kebersihan 4. Pengkondisian. Agar
pendidikan
peserta didik, tetapi para pendidik
karakter dapat terlaksana dengan baik
dan lembaga pendidikan pun sering
di
sekolah,
maka
perlu
terjadi. Apabila hal tersebut terjadi,
mengkondisikan
sekolah
sebagai
maka harus saling mengingatkan
pendukung.
terutama para
mencerminkan kehidupan nilai-nilai
pendidik karena
mereka adalah panutan para peserta
Sekolah
harus
yang diinginkan
didik. Dan kepada peserta didik harus
Contoh:
diingatkan
a. Sekolah terlihat rapi dan alat belajar
bahwa
kerapian
dan
kebersihan adalah sebahagian dari iman. e. Berbicara tidak sopan. Bila hal ini terjadi maka para pendidik harus
di tempat yang teratur. b. Tersedianya bak sampah dan selalu bersih c. Toilet yag selalu bersih
Tuturan Mencerminkan Karakter ... (Gusnetti)
196
Santun Berbahasa sebagai Satu Aspek
antara petutur dan penutur, serta 3)
Pendidikan Karakter
status relatif jenis tindak tutur dalam
Kesantunan kompetensi jenjang
yang
Sekolah
berbahasa
adalah
kebudayaan yang bersangkutan. Dalam
sejak
kebudayaan tertentu ada bentuk tuturan
yang
tertentuu yang dianggap santun dan ada
Menteri
pula bentuk tuturan yang dianggap tidak
diajarkan Dasar
dan
sederajat. Dalam peraturan
Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006
tentag
Standar
santun.
Kompetensi
Penutur
bahasa
Indonesia
Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar
umumnya
dan
Standar
keterancaman muka berdasarkan dua
Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan
hal, yaitu (1) perbedaan hubungan
(SKL-SP) tentang kesantunan berbahasa
kekuasaan
di antaranya berkomunikasi secara jelas
petutur,
dan
SD,
keakraban atau solidaritas antara petutur
berkomunikasi dan berinteraksi secara
dan penutur. Faktor kekuasaan berupa
efektif dan santun (SKL 16) untuk SMP,
perbedaan umur, perbedaan jabatan,
berkomunikasi lisan dan tertulis secara
perbedaan pangkat, dan perbedaan peran
efektif dan santun (SKL 18) untuk SMA.
. Sedangkan faktor solidaritas dinilai
Menengah
santun
terdapat
(SKL14)
untuk
Menurut Brown dan Levinson
memperhitungkan
antara penutur dengan
dan (2) tingkat
berdasarkan
tingkat
lamanya
(dalam Manaf, 2011:11) kesantunan
seseorang bergaul.
berbahasa berdasarkan konsep muka
Kecerdasan
hubungan
atau
berbahasa
sangat
(face). Muka mengacu kepada citra diri.
terkait
Muka atau citra diri seseorang dapat
menggunakan system dan fungsi bahasa
jatuh. Oleh karena itu muka perlu dijaga
dalam mengolah data, kalimat, paragraf,
dan dilindungi. Agar muka tidak jatuh,
sehingga menghasilkan kreativitas baru
muka perlu dijaga dengan baik oleh
dalam berbagai bentuk dan fungsi
pemilik muka itu sendiri maupun orang
kebahasaan.
lain yang sedang berkomunikasi.
berbahasa dapat diamati melalui proses
Pertimbangan
yang
dijadikan
peningkatan
dengan
sebentar
kemampuan
Indikator
kecerdasan
kemampuan
dasar pemilihan strategi kesantunan
seperti:
berbahasa menurut Brown dan Levinson
memahami, peningkatan kemampuan
(dalam Manaf, 2011: 11) adalah faktor-
berbicara,
faktor: 1) faktor sosial antara penutur
membaca terutama membaca kritis, dan
denga petutur, 2) perbedaan kekuasaan
peningkatan
bahasa,
peningkatan
kemampuan
kemambuan
Tuturan Mencerminkan Karakter ... (Gusnetti)
peningkatan
kemampuan
menulis,
A. Wah, kesenangan kita sama ya Bu.
terutama menulis ktreatif.
Sudah makan, tetapi kalau belum
Kecerdasan berbahasa seseorang memungkinkan
197
mereka
makan
buah rasanya
ada
yang
dapat
kurang.
mengembangkan karatternya lebih baik.
B. Ya Bu.
Dengan kecerdasan berbahasa yang
A. Yok Bu.. ini ada jeruk kita makan
dimiliki seseorang, dia dapat mengukur
sama-sama.
potensi dirinya untuk melakukan suatu
B. Makasih Bu, kita makan sama-sama
keggiatan yang bermanfaat baik untuk
2. Melibatkan
penutur
dan
petutur
diri sendiri maupun untuk orang lain.
dalam kegiatan yang sama. Cara
Dengan demikian kecerdasan berbahasa
basa-basi
sangat berpengaruh terhadap karakter
penganjungan dalam bentuk penutur
dan kepribadian seseorang.
dan petutur terlibat dalam kegiatan
Perilaku Santun Berbahasa Tindak
yang sama .
mengakrabkan
dan
Tutur dengan Basa–basi Pengakraban
Contoh:
dan Penganjungan
- Kita angkat yok, pot bunga ini ke
Cara berperilaku santun dalam tindak
tutur
dengan
basa-basi
samping! - Ayo bantu Ibu merapikan buku ini ke
pengakraban dan penganjungan adalah adalah sama dengan kesantunan positif di antaranya:
-
Mari kita
jawab pertanyaan ini
sama-sama!
1. Menggunakan
penanda
identitas
sebagai kelompok yang sama. Santun berbahasa
almari!
dalam
menyuruh seseorang
tindak
- Mari kita kerjakan tugas ini agar
dengan cara
pekerjaan kita cepat selesai dan kita
dengan cara berbasa-basi menyatakan
bisa beristirahat! - Kita
bersihkan
sama
untuk
kembali
jatuhnya
muka
belajar!
dengan mengatakan “kesenangan kita
3. Mencari
meminimalkan
yang
dirawat di rumah sakit!
tutur
menggunakan penanda yang sama
kesenangan
- Mari kita jenguk teman kita yang
ya
ruangan
ini
agar kita nyaman dalam
kesepakatan.
Cara
sama”. Dengan basa-basi tersebut
berperilaku santun dalam tindak tutur
terkesan bahwa penutur
dengan basa-basi pengakraban dan
dengan petutur Contoh:
akrab
penganjungan
dalam
kesepakatan
biasanya
mencari dengan
Tuturan Mencerminkan Karakter ... (Gusnetti)
menggunakan
kata
ya,
198
kan,
dengan basa-basi pengakraban dan
bagaimana kalau. Kesepakatan itu
penganjungan dalam bentuk basa-
bisa berbentuk persetujuan maupun
basi
dalam bentuk penolakan.
Bergurau dapat dipahami sebagai
dalam
bentuk
Contoh:
usaha
- Tolong antarkan Ibu ke depan , ya
sosial dengan petutur yang tujuannya
Nak?
penutur
bergurau.
jarak
bukan mengucilkan, merendahkan
- Kita setuju kalau minggu depan ujian kan?
petutur,
tetapi unuk menyatakan
keakraban.
- Bagaimana kalau minggu depan kita
Contoh:
kuliah di lokal J 5 saja , karena
- Hei Boss, seperti orang bingung saja.
paginya Ibu sudah kuliah juga di
Awas hah, saya mau ngetik. (Sambil
sana?
senyum si penutur minta komputer
- Tolong ambilkan buku yang dekat situ ya?
untuk dipakai membuat surat.) - Hai Non, kok nelpon juga. Cuci dulu
- Kita tidak keberatan kalau Yani yang mengumpulkan iyuran untuk anak yatim itu kan?
piring yang kotor tersebut, kita mau makan lagi. Kesantunan Bertutur
4. Saling membantu. Cara berperilaku
Kesantunan
bertutur
adalah
santun dalam tindak tutur menyuruh
ucapan yang digunakan dapat diterima
basa-basi
oleh akal sehat
pengakraban
dan
karena dia berkenaan
penganjungan dalam bentuk basa-
dengan perilaku yang benar . Hal ini
basi saling membantu. Si penutur dan
menunjukkan bahsa kesantunan tidak
petutur saling mengerjakan pekerjaan
terbatas pada bahasa saja tetapi juga
satu sama lain.
mencakup
perilaku
Contoh:
nonlinguistik.
- Dik, cuci piring ini, biar kakak yang
(2008:4)
masak!
nonverbal
Menurut
kesantunan
dan
Syahrul
bertutur
bagi
sebagian orang sudah sangat paham
- Saya ikut menemani Bapak, tapi
-
mengurangi
dengan
perilkaku
santun,
seperti
Bapak yang menanyakannya ya?
membukakakn pintu bagi seseorang,
Saya ikut mencari soal tersebut, tapi
menyanbut
kamu yag mencatatnya ya!
anggukan kepala.
5. Bergurau.Cara
berperilaku
satun
dalam bertindak tutur menyuruh
lambaian
Chaer (2010:10)
tangan
dan
menjelaskan
ada tiga kaidah yang harus dipatuhi agar
Tuturan Mencerminkan Karakter ... (Gusnetti)
tuturan kita terdengar oleh pendengar
Peminimalan
atau lawan tutur, yaitu: (1) formalitas,
Peminimalan Beban
(2) ketidaktegasan, dan 93) kesamaan
Paksaan
199
dan
Basa-basi peminimalan paksaaan
artau kesekawanan. Sebuah tuturasn
dan
dikatakan
tidak
membangun kesan bahwa penutur tidak
terdengar memaksa angkuh, tuturan itu
memaksa atau membebani petutur atau
memberikan pilihan kepada lawan tutur,
penutur
dan lawan tutur merasa senang Selain
petutur untuk melakukkan apa yang
itu skala kesantunan adalah peringkat
diinginkannya. Basa-basi peminimalan
kesantunan, mulai dari yang tidak santun
paksaan atau beban ini sama dengan
sampai dengan yang
paling santun.
kesantunan negatif menurut Brown dan
Skala kesantunan itu adalah (1). Skala
Levinson. Bentuk tindak tutur menyuruh
formalitas (formality scale) yaitu antara
dengan basa-basi peminimalan paksaan
petutur dengan penutur merasa nyaman
dan beban adalah:
dalam kegiatan bertutur, maka tuturan
1. Menyuruh secara tidak langsung.
yang digunakan tidak boleh bernada
Cara perilaku santun dalam tindak
memaksa dan tidak boleh terkesan
tutur menyuruh dengan basa-basi
angkuh.
ketidaktegasan
peminimalan paksaan atau beban
(hesitancy scale) adalah menunjukkan
dalam bentuk menyuruh secara tidak
agar penutur dan lawan tutur dapat
langsung dilakukan dengan beberapa
saling merasa nyaman dalam maka
cara:
santun
(2)
apabila
Skala
ia
pilihan didksi dalam bertutur harus diberikan
oleh kedua belah pihak.
Penutur dan petutur tidak boleh bersikap t erlalu
tegang atau terlalu dalam
kegiatan bertutur karena akan dianggap tidak santun. (3) (equality scale)
Skala kesekawanan agar bertutur dengan
baik maka harus bersikap ramah dan harus
mempertahankan
persahabatan
antara penutur dan lawan tutur. Perilaku Santun dalam Tindak Tutur Menyuruh
dengan
Basa-basi
beban
adalah
tidak
a. Menyuruh
usaha
untuk
menghalang-halangi
dalam
bentuk
pertanyaan - Apakah bisa mengambilkan buku catatan di atas meja saya? - Bisakah
Buk
Nini
mengirimkan
nomor HP Pak Fazri kepada saya? - Maukah Budi mengantarkan Ibu ke simpang depan? b. Menyuruh dalam bentuk saran: - Bagaimana kalau buku sumber itu dicari di perpustakaan? - Lokal ini hendaknya minggu depan masuk pukul 13.00 tepat!
Tuturan Mencerminkan Karakter ... (Gusnetti)
200
- Uang kuliah sebaiknya dibayar besok
- Kalau Ibu tidak keberatan, pengurus
biar tidak kendala untuk mengikuti
mesjid meminta Ibu sebagai donatur
ujian nanti!
tetap pembangunan mesjid yang
c. Menyuruh
dalam
bentuk
pemberitahuan
terbengkalai! 4. Meminimalkan
permintaan
- Tempat ini bebas asap rokok.
kepada penutur. Cara berperilaku
- Ruangan ini gelap
dalam tindak tutur menyuruh dengan
- Yudi, sekarang sudah pukul 10.00
strategi
basa-basi
paksaan
atau
malam. 2. Menyuruh dalam bentuk pagar.
meminimalkan beban
berupa
meminimalkan permintaan penutur
Cara berperilaku santun dalam tindak
Contoh:
tutur menyuruh dengan strategi basa-
- Geser dikit Dek!
basi peminimalan paksaan dan beban
- Tolong ambilkan satu Nak!
berupa penyuruhan dalam bentuk
- Buk saya minta waktu sebentar untuk
penggunaan pagar.
membacakan pengumuman ini untuk
Contoh:
mahasiswa!
- Saya sebenarnya ingin menyuruh
5. Meminta maaf dan meminta izin.
Anda mengantarkan surat ini sama
Cara berperilaku santun dalam tindak
Pak
tutur
Dekan,
tapi
saya
takut
merepotkan Anda!
berupa memi nta maaf dan meminta
karena anak saya sakit, tapi segan
izin.
meninggalkan Anda sendirian di sini!
Contoh:
permintaan
dalam
bentuk
- Maaf Pak, mohon mobilnya di parker
Cara
di sebelah kiri karena di sini ada
bersyarat.
berperilaku santun dalam tindak tutur menyuruh dengan strategi basa-basi peminimalan paksaan dan beban berupa permintaan bersyarat.
acara.! - Maaf Buk, saya terlambat dating, karena macet! - Maaf
Contoh:
Nak,
tolong
suaranya
dikecilkan, kami kuliah di sebelah!.
- Jika Buk Nini ada waktu, singgah nanti
dengan
memimimalkan paksaan dan beban
- Saya sebenarnya ingin cepat pulang,
3. Menyuruh
menyuruh
ke
rumah
saya
untuk
mengambil buku yang dipinjam!
6. Menyuruh
dengan
menyatakan
aturan umum. Cara berperilaku santun dalam tindak tutur menyuruh dengan
strategi
basa-basi
Tuturan Mencerminkan Karakter ... (Gusnetti)
peminimalan paksaan dan beban berupa
menyuruh
dengan
menyatakan aturan umum.
Berdasarkan
kelima
201
penyebab
ketidaksantunan dalam bertutur adalah ada orang yang memang tidaktahu akan
Contoh:
kaidah kesantunan berbahasa. Bila hal
- Jagalah kebersihan!
tersebut
- Kebersihan pangkal kesehatan!
ketidaksantunan maka kepada penutur
- Kurangi Kecepatan!
harus diberitahu
Penyebab Ketidaksantunan Bertutur
kesantunan
berbahasa,
berusaha
mencoba
Ada beberapa faktor atau hal-hal yang
menyebabkan
sebuah
tuturan
menjadi tidak santun. Menurut Chaer
yang
dengan
menyebabkan
akan adanya kaidah
kebiasaan
serta
harus
menyesuaikan dalam
bahasa
Indonesia.
(2010: 69) penyebab ketidaksantunan bertutur adalah1) Mengkritik secara
PENUTUP
langsung dengan menggunakan kata
Simpulan
kasar. Kritik terhadap lawan tutur secara
Karakter adalah sifat pribadi yang
langsung dan menggunakan kata kasar
relatif tetap pada diri individu. Karakter
akan menyebabkan sebuah pertuturan
tidak tampak, tetapi menggerakkan atau
menjadi tidak santun. (2) Dorongan rasa
mendorong individu untuk cendrung
emosi penutur.
Sering orang dalam
berperilaku tertentu. Untuk itu dalam
bertutur dengan dorongan emosi penutur
proses pembelajaran harus menerapkan
begitu berlebihan sehingga ada kesan
pendidikan
bahwa penutur marah kepada
lawan
semangat pembelajaran yang tinggi,
terhadap
komitmen untuk mencapai yang terbaik,
tuturnya.
(3)
Protektif
karakter
tercipta
pendapat. Seringkali ketika bertutur
terbuka
seorang
penutur
protektif
kemungkinan baru, mengendalikan diri,
terhadap
pendapatnya.
Sengaja
jujur,
bersifat (4)
untuk
agar
disiplin, kerja keras, taat pada
menuduh lawan tutur. Seingkali penutur
peraturan,
menyampaikan
bertanggung
tuduhan
dalam
kemungkinan-
toleran,
damai,
dan jawab.
tuturannya. (5) Sengaja memojokkan mitra
tutur.
Adakalanya
pertuturan
menjadi tidak santun karena penutur dengan
sengaja
ingin
memojokkan
lawan tutur dan membuat lawan tutur agar tidak berdaya.
DAFTAR RUJUKAN Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta. Gusnetti. 2009. Bahan Ajar Keterampilan Berbahasa Indonesia. Padang: Pendidikan
Tuturan Mencerminkan Karakter ... (Gusnetti)
Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Bung Hatta. HS, Widjono dan Sinto Rini Utami. 2003. Bahasa Indonesia Materi Ajar Mata Kuliah Pengembang Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: UNJ Jakarta. Manaf, Ngusman Abdul. 2011. Membentuk Pribadi yang Santun melalui Pembelajaran Bahasa Indonesia. Padang: Sukabina Press. Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.
202
Prosiding Seminar Nasional. 2011.Menumbuhkembangkan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Bahasa dan Budaya. Padang: Sukabina Press. R,
Syahrul. 2008. Pragmatik Kesantunan Berbahasa: Menyibak Fenomena Berbahasa Indonesia Guru dan Siswa. Padang: UNP Press.