PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN MODEL SURVEY, QUESTION, READ, RECITE, AND RIVIEW (SQ3R) SISWA KELAS IV SDN 16 KOTO LANGANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Nurulita Ferdian1, Gusnetti1, M. Tamrin1 1) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta E-mail :Nurulita Ferdian @yahoo.co.id Abstract This backgroud of this researd is the fact that met in the fourth grade at SDN 16 Koto Langang south Coastal District, the teacher always use the lecture method in teaching Indonesian, thus causing a lack of student learning outcomes. The purpose of this study was to describe the improved reading skills in learning Indonesian students use the model Survey, Question, Read, Recite, and Review (SQ3R) in class IV SDN 16. This research is a classroom action research. Based on the research results, the obtained activity in learning Indonesian study data showed that: the activity of reading ability in learning Indonesian in the first cycle at a meeting 1 and meeting 2 obtained an average percentage of 61.25. In the second cycle at the meeting 1 and meeting obtained an average percentage of 77.02, while the student learning outcomes in the firts cycle of 69.18 increased to 80.00 in the second cycle in the fourth grade at SDN 16 Koto Langang. Based on the research results, it was concluded that: Through the model can impove skills SQ3R reading 16 class IV Koto Langang SDN. It is therefore recommended to use the models to peneliti lainnya SQ3R as a medium to enhance the activity and learning outcomes in other learning. Key Word: Reading activity, Learning Outcomes, SQ3R Models 1.
mengacu
PENDAHULUAN
pada
pembelajaran
1. Pendahuluan
prinsip-prinsip untuk
praktik
mengembangkan
kompetensi peserta didik secara optimal Pendidikan di Sekolah Dasar (SD)
sesuai dengan potensi yang dimiliki,
memiliki peranan yang sangat penting
kebutuhan peserta didik, keadaan sekolah,
dalam pembinaan, pengembangan dan
dan tuntutan kehidupan di masa yang akan
peningkatan penguasaannya, maka perlu
datang. Pembelajaran bahasa Indonesia di
diupayakan penyempurnaan pelaksanaan
SD diorientasikan untuk mencapai tujuan
pembelajaran bahasa Indonesia secara
mulai dari tujuan pendidikan nasional,
sistematis,
kurikulum, silabus, pembelajaran, guru
teratur,
berkesinambungan.
terarah, Kegiatan
dan belajar
mengajar bahasa Indonesia ini harus
sampai tujuan siswa.
Pembelajaran
Indonesia
lainnya jarang digunakan seperti diskusi,
mencakup empat keterampilan berbahasa
walaupun metode diskusi ada digunakan
yang
oleh
meliputi:
Bahasa
menyimak,
berbicara,
menulis.
Keempat
pelaksanaannya banyak siswa yang tidak
keterampilan bahasa tersebut merupakan
bekerja dan hanya mengandalkan teman
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
yang pintar saja. Penyebab lainnya adalah
satu sama lain, tapi hanya dapat dibedakan.
ada beberapa siswa yang belum lancar
Salah
membaca, bahkan siswa tersebut masih
membaca
satu
dan
keterampilan
yang
harus
guru
tersebut,
belum
membaca,
(2011:2)
diminta guru untuk maju ke depan kelas.
membaca pada hakikatnya adalah suatu
Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa dari
yang rumit yang melibatkan banyak hal,
37 orang siswa kelas IV , tidak ada yang
tidak hanya sekadar melafalkan tulisan,
mencapai di atas Kriteria Ketuntasan
tetapi juga melibatkan aktivitas visual,
Minimal, sedangkan Kriteria Ketuntasan
berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif.
Minimal (KKM) yaitu 70 yang ditentukan
Membaca di SD merupakan salah satu
di
keterampilan yang menjadi landasan pokok
membaca
penting bagi siswa karena merupakan dasar
Bahasa Indonesia tidak dapat dibiarkan,
pendidikan
Oleh
dan karena itu diperlukan suatu upaya
karena itu, keterampilan membaca perlu
untuk kemampuan membaca siswa. Guru
mendapat perhatian intensif oleh guru, hal
memegang
ini disebabkan jika dasar tidak kuat, pada
melakukan perubahan. Di sini, peneliti
tahap pendidikan berikutnya siswa akan
memberikan
mengalami kesulitan dalam memeroleh
tersebut, yaitu menerapkan pembelajaran
pengetahuan.
dengan menggunakan model SQ3R. Model
tingkat
Berdasarkan
Rahim
selanjutnya.
hasil
wawancara
dengan guru kelas IV SDN 16 Koto
sekolah.
keberanian
dalam
dimiliki oleh siswa adalah keterampilan menurut
mempunyai
tetapi
Rendahnya
siswa
dalam
peranan
solusi
ketika
kemampuan pembelajaran
penting
terhadap
untuk
masalah
SQ3R adalah salah satu model yang cocok digunakan di SD.
Langang yang bernama Lusi Ina Marlina.
Berdasarkan latar belakang masalah
A.Ma, menyatakan salah satu penyebab
yang dikemukakan di atas, maka peneliti
rendahnya kemampuan membaca siswa
mengidentifikasi beberapa permasalahan
adalah penggunaan metode. Metode yang
pokok yang di temui dalam pembelajaran
dipakai guru adalah metode ceramah dan
Bahasa Indonesia di SDN 16 Koto
tanya jawab, sedangkan metode yang
Langang yaitu:
1. Metode yang digunakan guru dalam
Pembelajaran adalah perubahan tingkah
pembelajaran kurang menarik bagi
laku seseorang yang disebabkan oleh
siswa.
pengalaman. Mengacu pada KTSP 2006,
2. Kemampuan
membaca
Bahasa
Indonesia siswa masih rendah. 3. Pada
saat
guru
“Pembelajaran
adalah
suatu
proses
interaksi antara anak dengan anak, anak
memberikan
dengan sumber belajar dan anak dengan
kesempatan untuk bertanya, siswa tidak
pendidik. Kegiatan pembelajaran ini akan
ada
menjadi
yang bertanya walaupun belum
mengerti.
bagi
anak
jika
dilakukan dalam lingkungan yang nyaman
Secara
khusus
penelitian
ini
dan memberikan rasa aman bagi anak”.
bertujuan untuk:
Resmini, dkk (2006:4), menyatakan
1. Mendeskripsikan peningkatan aktivitas siswa
bermakna
dengan
menggunakan
model
bahwa ”pembelajaran Bahasa Indonesia dilaksanakan
dengan
mengacu
pada
SQ3R bagi siswa kelas IV SDN 16 Koto
wawasan pembelajaran yang dilandasi
Langang Kabupaten Pesisir Selatan
prinsip
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
wawasan bahwa (1) Manusia secara fitrah
2. Mendeskripsikan
humanisme
yang
berisi
hasil
memiliki bekal yang sama dalam upaya
belajar siswa dengan menggunakan
memahami sesuatu, (2) Prilaku manusia
model SQ3R bagi siswa kelas IV SDN
dilandasi motif dan minat tertentu,
16 Koto Langang Kabupaten Pesisir
Manusia selain memiliki kesamaan juga
Selatan dalam pembelajaran Bahasa
memiliki kekhasan, (b) progresivisme yang
Indonesia.
beranggapan
bahwa
pengetahuan
dan
Belajar perubahan
pada
peningkatan
(a)
merupakan diri
proses
penguasaan
keterampilan
tidak
baik
bersifat mekanistis tetapi memerlukan daya
tingkah laku, sikap, pengetahuan dan
kreativitas. Pemerolehan pengetahuan dan
sebagainya. Sejalan dengan hal tersebut,
keterampilan
pengertian
Slameto
berkembang secara berkesinambungan, (2)
(2010:2), adalah: “Belajar ialah suatu
dalam proses belajarnya siswa seringkali
proses usaha yang dilakukan seseorang
dihadapkan
untuk
memerlukan pemecahan secara baru, (c)
belajar
memperoleh
seseorang,
(1)
(3)
menurut
suatu
perubahan
melalui
pada
kreativitas
masalah
yang
tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
konstruksionisme
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
bahwa proses belajar disikapi sebagai
interaksi
kreativitas
dengan
lingkungannya”.
dalam
yang
ini
menganggap
menata
serta
menghubungkan
pengalaman
dan
a) Guru meminta peserta didik membaca
pengetahuan hingga membentuk suatu keutuhan”.
teks secara cepat (survey) b) Meminta
Menurut Taufik, dkk (2011: 158),
peserta
2. Proses membaca
peserta
a) Peserta
berkonsentrasi
dalam
didik
membaca, melatih kemampuan membaca
membaca
cepat, melatih daya peramalan berkenaan
pertanyaan.
dengan isi bacaan, dan mengembangkan membaca
kritis
dan
membuat
pertanyaan tentang bacaan (questions)
model SQ3R merupakan untuk kebiasaan didik
didik
melakukan
(Read)
setelah
kegiatan membuat
b) Sambil membaca peserta didik membuat
komprehansif.
jawaban
Menurut Uno,dkk (2012 :117), model
pertanyaan
dan
membuat
catatan ringkas yang relevan (recite).
SQ3R merupakan salah satu bagian strategi
3.
elaborasi,
a) Peserta didik membahas kesesuaian
yang
penggunaanya
untuk
membentuk kebiasaan siswa berkonsetrasi
Pasca membaca
pertanyaan dengan isi bacaan.
dalam membaca, melatih kemampuan
b) Peserta didik membahas karakter tokoh
membaca cepat, melatih daya peramalan
yang ada dalam bacaan dan lain-lain.
berkenaan
dengan
isi
bacaan
dan
2. Metodologi Penelitian
mengembangkan kemampuan membaca kritis dan komprensif.
Jenis penelitian yang digunakan
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan
yang
Tindakan Kelas (PTK). Menurut Sanjaya
dalam
(2007: 24-26), “secara etimologis, ada tiga
merencakan pembelajaran di kelas. Dengan
istilah yang berhubungan dengan PTK,
kata lain, model pembelajaran adalah suatu
yakni penelitian, tindakan, dan kelas”.
digunakan
perencanaan
atau
suatu
sebagai
atau
pola
peneliti adalah salah satu jenis Penelitian
pedoman
pola
yang
dapat
Penelitian tindakan kelas ini akan
digunakan untuk mendesain pola-pola
dilakukan
mengajar secara tatap muka dikelas dan
Langang,Kabupaten
untuk menentukan material atau perangkat
dengan pertimbangan sekolah bersedia
pembelajaran termasuk didalamnya buku-
menerima inovasi pendidikan terutama
buku, media, tipe-tipe dan kurikulum.
dalam proses pembelajaran. Subjek dalam
Langkah-langkah
penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN
model
pembelajaran
di
SDN
16
Pesisir
Koto Selatan
SQ3R adalah sebagai berikut:
16 Koto Langang, Kabupaten Pesisir
1. Tahap persiapan
Selatan yang berjumlah 37 orang, yang
terdiri dari 16 orang siswa perempuan dan
SQ3R. Dengan berpedoman pada lembaran
21 orang siswa laki-laki.
observasi peneliti mengamati apa yang
Penelitian ini dilaksanakan pada
terjadi selama aktivitas belajar mengajar.
semester genap. Terhitung dari waktu
Unsur-unsur
perencanaan sampai penulisan laporan
pengamatan dalam aktivitas pembelajaran
hasil penelitian. Sedangkan waktu tindakan
ditandai dengan memberikan ceklis di
dimulai dari bulan Januari sampai selesai.
dalam kolom yang ada pada lembaran
Penelitian
dilakukan
dengan
yang
menjadi
sasaran
observasi.
mengacu pada disain Suharsimi, dkk.
2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
(2010:16),
empat
Dilakukan untuk mengamati peningkatan
komponen yaitu: perencanaan, pelaksanaan
pembelajaran siswa dengan menggunakan
tindakan,
model SQ3R dalam belajar dan membaca.
yang
terdiri
dari
observasi/pengamatan
dan
refleksi. Indikator keberhasilan
dalam
3. Hasil Belajar
proses pembelajaran dapat diukur dengan
Tes hasil belajar siswa digunakan untuk
menggunakan kriteria ketuntasan minimal
memperkuat data observasi yang terjadi
(KKM)
dalam
pada
mata
pelajaran
bahasa
kelas
terutama
pada
butir
Indonesia adalah 70, indikator yang akan
penguasaan materi pelajaran siswa. Hal ini
diamati:
dilakukan untuk memperoleh data yang
1) Aktivitas belajar siswa mencapai 70 %
akurat atas kemampuan siswa menguasai
2) Hasil belajar siswa mencapai 70 %
materi pelajaran.
Data dalam penelitian ini berupa data
primer
melalui
Penelitian ini bertempat di SDN 16
kuantitatif.
Koto Langang Kabupaten Pesisir Selatan
Teknik pengumpulan data pada penelitian
dengan subjek penelitian kelas IV yang
ini menggunakan observasi, wawancara,
terdiri dari 37 orang siswa. Pengumpulan
dan hasil belajar. Beberapa instrument
data
penelitian untuk mengumpulkan data:
pelaksanaan
pembelajaran
1. Lembar Observasi Aktivitas Guru
menggunakan
model
Dilakukan untuk mengamati latar kelas
dilaksanakan
tempat
pembelajaran
dilaksanakan pada tanggal 28, 29 dan
dengan peningkatan aktivitas kemampuan
tanggal 30 Januari 2014 dilaksanakan tes
memmbaca
akhir siklus I. siklus II dilaksanakan pada
pendekatan
dan
sekunder
kualitatif
dan
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
berlangsungnya
pemahaman
dalam
pembelajaran dengan menggunakan model
penelitian
dua
dilakukan
dengan dengan
SQ3R
siklus.
yang
Siklus
I
tanggal 18, 19 dan tanggal 20 Februari 2014 dilaksanakan tes akhir siklus II. 1. Deskripsi
Kegiatan
Pembelajaran
b.
Lembar Observasi Guru
Siklus I
Tabel 3: Persentase Pelaksanaan
a. Lembar Obsrvasi Aktivitas Siswa
Proses
Tabel 2: Jumlah dan Presentase
Indonesia Melalui Model SQ3R
Observasi Aktivitas Siswa Kelas IV
Siklus I
Pembelajaran
Bahasa
SD Negeri 16 Koto Langang c. dalam Pembelajaran
Bahasa
Indonesia
Pertemuan
Skor
Persentase
I
33
64,70
II
34
66,66
pada Siklus I. Indikator
Pertemuan
Rata-
1
2
rata
1
62,16
67,56 d.
64,86
2
64,86
67,56
66,21
Dari analisis tersebut dapat dilihat
3
59, 46
62,16
60,81
pada tabel 3 bahwa, persentase guru
4
40,54
54,05
47,29
dalam mengelola pembelajaran memiliki
5
59,45
64,86
62,15
rata-rata 65,86 sehingga belum dapat
6
64,86
67,56
66,21
dikatakan baik. Hal ini disebabkan guru
Jumlah
351,33
383,75
367,53
belum
Rata-rata
58,55
63,95
61,25
pembelajaran dengan metode SQ3R.
Rata-rata
65,68
terbiasa
membawakan
c. Hasil Belajar Berdasarkan tabel 2 tersebut dapat
Hasil belajar diperoleh melalui tes
disimpulkan bahwa pada Siklus I ini masih
uraian aplikatif yang diberikan oleh guru
banyak siswa yang belum melakukan
kepada siswa pada pelajaran Bahasa
aktivitas yang sesuai dengan indikator
Indonesia. Dari kelas IV tersebut dihitung
yang ditetapkan. Misalnya, untuk indikator
rata-rata
3. 4 dan 5 siswa melaksanakan masih
keseluruhan yang dijadikan indikator
tergolong sedikit, namun sebagian besar
kinerja tindakan pada siklus 1. Skor hasil
siswa melaksanakan indikator 1, 2, dan 6
belajar
walaupun pada indikator 1, 2, dan 6 masih
sebagai dasar untuk menentukan indicator
terlihat anak yang menganggu teman,
keberhasilan.
mengerjakan tugas kesenian dan keluar masuk kelas.
hasil
rata-rata
belajar
siswa
tersebut
secara
digunakan
Tabel Hasil
belajar
pembelajaran
Bahasa
5:
Jumlah
dan
Presentase
Observasi Aktivitas Siswa Kelas IV SD
Indonesia pada siswa pada siklus 1 dapat
Negeri
dilihat pada table 4 berikut:
Pembelajaran Bahasa Indonesia pada
Tabel 4: Hasil Belajar Pembelajaran
Siklus II.
16
Koto
Langang
dalam
Bahasa Indonesia Siswa Pada Siklus 1 Uraian Jumlah
siswa
Nilai yang
Indikator
2
rata
1
81,08
86,48
83,78
2
72,97
78,37
75,67
3
75,67
81,08
78,37
4
64,86
75,67
70,26
5
72,97
81,08
77,02
6
72,97
81,08
77,02
Jumlah
444,52
483,76 462,12
Rata-rata
73,42
79,27
15
belajar Jumlah siswa yang tidak
22
tuntas belajar Persentase
ketuntasan
40,54%
belajar siswa Rata-rata skor tes
69,18
Rata-
1
37
mengikuti tes Jumlah siswa yang tuntas
Pertemuan
77,02
Berdasarkan tabel 5 tersebut dapat
2.Deskripsi Kegiatan Pembelajaran Siklus II
disimpulkan bahwa pada siklus II ini
a. Lembar Observasi Siswa
masih banyak siswa yang melakukan perubahan
aktivitas sesuai dengan indikator yang
berdasarkan hasil refleksi siklus I pada
ditetapkan. Misalnya, untuk indikator 1, 2,
siklus II maka didapatkan hasil observasi
dan
perubahan tingkat aktivitas siswa dalam
mengalami
pembelajaran yang dapat dilihat dalam
dengan siklus I.
lampiran dan rangkumannya dituliskan
b. Lembar Observasi Guru
Dengan
dalam tabel 5.
adanya
3
siswa
melaksanakan
peningkatan
Berdasarkan
sudah
dibandingkan
lembar
observasi
aktivitas guru dalam pembelajaran pada siklus II, maka skor dan persentase aktivitas
guru
dalam
mengelola
pembelajaran pada siklus II dapat dilihat pada tabel 6 berikut.
Tabel 6: Persentase Pelaksanaan Proses
Tabel 7: Hasil Belajar Pembelajaran
Pembelajaran Bahasa Indonesia Melalui
Bahasa Indonesia Siswa Pada Siklus 2
Model SQ3R Siklus II Pertemuan
Skor
Persentase
I
42
82,35
II
43
84,31
Rata-rata
83,33
Uraian Jumlah
siswa
Nilai yang
37
yang
33
Jumlah siswa yang tidak
4
mengikuti tes Jumlah
siswa
tuntas belajar Dari analisis tersebut dapat dilihat pada tabel 6 bahwa, persentase guru dalam mengelola pembelajaran memiliki rata-rata 83,33 sehingga dapat dikatakan baik. Hal ini
disebabkan
membawakan
guru
sudah
pembelajaran
terbiasa
tuntas belajar Persentase
ketuntasan
89,18%
belajar siswa Rata-rata skor tes
80,00
dengan Mencermati tabel 7 terlihat bahwa,
metode SQ3R.
persentase ketuntasan hasil belajar siswa c.Hasil Belajar
pada tes hasil belajar secara keseluruhan
Hasil belajar diperoleh melalui cara
sudah tergolong sangat baik dan rata-rata
yang sama yaitu dengan memberikan tes
tes hasil belajar secara keseluruhan sudah
berupa uraian. Dari hasil belajar siswa
mencapai
diperoleh skor hasil belajar rata-rata secara
Selanjutnya dapat dilihat perbandingan
keseluruhan
hasil belajar yang diperoleh pada siklus 1
yang
dijadikan
indicator
kinerja tindakan pada siklus II. Hasil belajar pembelajaran Bahasa Indonesia pada kelas IV SDN 16 Koto Langang dapat dilihat pada tabel 7 berikut:
KKM
yang
ditetapkan.
dan 2 seperti tabel 8. Tabel 8: Hasil Belajar Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Siklus I dan Siklus II Siklus 1
Rata-
Ketuntasan
rata 69,18
Siklus 2
Rata-
Ketuntasan
rata 40,54
80,00
89,18
Setelah melihat perbandingan hasil
ditingkatkan.
Melalui
model
SQ3R
belajar pada siklus 1 dan siklus 2, ternyata
menyebabkan perubahan cara belajar bagi
terjadi peningkatan. Peningkatan ini telah
siswa. Berdasarkan hasil observasi guru
dapat mencapai indikator kinerja yang
kelas IV Ibu Lusi Ina Marlina, A.Ma
telah ditetapkan sebelumnya. Dengan
biasanya siswa yang aktif di kelas hanya
demikian indikator yang menjadi sasaran
beberapa orang saja. Namun setelah
dari pelaksanaan strategi pembelajaran ini
menggunakan model SQ3R siswa dapat
telah dapat dicapai yaitu rata-rata sebesar
menunjukkan
80,00.
di
sehingga dapat meningkatkan aktivitas
simpulkan bahwa target penelitian ini
dan hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat
telah tercapai.
dijelaskan seperti di bawah ini:
Dengan
demikian,
dapat
Pembahasan
1.
aktivitas
yang
baik
Aktivitas Siswa
Peneliti tindakan kelas ini terdiri
Hal yang paling mendasar dituntut
dari dua siklus yang setiap siklusnya
dalam
terdiri dari 2 kali pertemuan dan 1 kali tes
aktivitas siswa. Aktivitas siswa dalam
hasil
belajar
pada
proses
pembelajaran
adalah
akhir
siklus.
proses pembelajaran merupakan interaksi
pembelajaran
yang
antara guru dan siswa ataupun siswa itu
dilaksanakan menggunakan model SQ3R.
sendiri sehingga suasana belajar menjadi
Peneliti
segar dan kondusif, dimana masing-
Pelaksanaan
ini
menggunakan
instrument
peneliti berupa lembar observasi aktivitas
masing
siswa, lembar observasi aktivitas guru,
kemampuannya
dan tes hasil belajar siswa berupa UH.
Dalam peneliti ini, indikator yang diambil
Pembelajaran
dengan
menggunakan model SQ3R merupakan hal yang baru bagi siswa sehingga dalam pelaksanaannya
peneliti
siswa
dapat semaksimal
melibatkan mungkin.
yaitu tahap persiapan, proses membaca, pasca membaca. Pada kenyataannya indikator ini
menemui
mempermudah guru dalam melaksanakan
berbagai masalah yang disebabkan oleh
proses pembelajaran dan observer dalam
siswa seperti siswa masih malu-malu
mengamati aktivitas siswa. Hal ini pada
untuk bertanya.
tabel 9 di bawah ini:
Untuk mengatasi hal di atas peneliti memberikan motivasi dan bimbingan agar siswa semangat dalam belajar sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa dapat
Berdasarkan tabel 9 tersebut dapat
Tabel 9: Presentase Rata-rata Siswa
disimpulkan bahwa pembelajaran Bahasa
Pada Siklus I dan Siklus II no
1
Indikator aktivitas
Rata-rata
siswa
Presentase
Siswa membaca
Siklus
Siklus
I
II
64,86
83,78
teks secara cepat
Keterangan
Indonesia melalui model SQ3R dapat meningkatkan aktivitas siswa. Hal ini terbukti dari kenaikan rata-rata presentase
Mengalami
untuk
kenaikan
masing-masing
indikator
keberhasilan aktivitas siswa yang telah
18,92% 2
Siswa membuat
66,21
75,67
Mengalami
tercapai.
pertanyaan
kenaikan
2. Aktivitas guru
tentang bacaan
9,46%
Keberhasilan
siswa
dalam
pembelajaran pada umunya dilihat juga 3
4
Siswa
60,81
78,37
Mengalami
melakukan
kenaikan
kegiatan
17,56%
dari pengelolaan pelaksanaan pembelajaran pada presentase aktivitas guru. Dalam hal
membaca setelah
ini
membuat
pelaksanaan pembelajaran melalui model
pertanyaan
SQ3R pada tabel 10 di bawah ini:
Siswa membuat
47,29
70,26
Mengalami kenaikan
jawaban
terlihat
peningkatan
Tabel 10: Presentase Guru pada Siklus I dan Siklus II
22,97%
pertanyaan dan
Siklus
membuat catatan
Rata-rata per
ringkas yang
Siklus
relevan
5
Siswa membahas
62,15
77,02
Mengalami
kesesuaian
kenaikan
pertanyaan
14,87%
dengan isi
I
65,86
II
78,56
Jumlah Persentase
72,21
Dari
bacaan
6
pengelolaan
disimpulkan
tabel bahwa
tersebut
dapat
pelaksanaan
Mengalami
pembelajaran melalui media audio pada
karakter tokoh
kenaikan
siklus I dapat dilihat rata- rata presentase
yang ada dalam
10,81
65,86% sehingga belum dikatakan baik.
Siswa membahas
66,21
77,02
cerita dan lain-
Hal ini disebabkan guru belum terbiasa
lain Rata-rata
61,25
77,02
membawakan pembelajaran melalui model SQ3R dan baru pertama kali dicobakan
oleh
guru.
Pada
siklus
II,
rata-rata
SARAN
presenatse 78,56% bisa dikategorikan baik, sehingga
pelaksanaan
pembelajaran
melalui model SQ3R sudah meningkat dari siklus I.
yang diperoleh, maka peneliti memberikan saran dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model SQ3R sebagai berikut:
Penutup
1. Bagi
Kesimpulan
guru
yang
melaksanakan
pembelajaran dengan model SQ3R dapat
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini, dapat diambil kesimpulan tentang peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menggunakan
model
SQ3R
dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai berikut: 1.
Sehubungan dengan hasil penelitian
dijadikan salah satu alternatif variasi dalam pelaksanaan pembelajaran walaupun tidak semua pelajaran yang ditemakan. 2. Bagi sekolah, sebagai bahan masukan dan
sumbangan
pikiran
bagi
pengembangan dunia pendidikan terutama bagi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia
Melalui
model
SQ3R
dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada kelas IV dalam pelajaran Bahasa Indonesia di SDN 16 Koto
dalam
mengelola
pembelajaran
dan
memperbaiki aktivitas dan hasil belajar yang diperoleh siswa. DAFTAR PUSTAKA
Langang Kabupaten Pesisir Selatan.. 2. Penerapan
model
SQ3R
dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia, dalam upaya meningkatkan hasil belajar pada siklus 1 capaian hasil belajar belum memuaskan dan berada di bawah indikator
Agustina.2008.Pembelajara Keterampilan Membaca. Padang: Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS IKIP Padang. Depdiknas. 2006. Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan. Jakarta: Depdiknas
kinerja sasaran (69,18), namun pada siklus 2 setelah dilakukan perbaikan berdasarkan refleksi dari siklus 1, capaian hasil belajar meningkat (80,00).
melebihi Dengan
indikator
kinerja
demikian
dapat
disimpulkan bahwa penggunaan model SQ3R mampu membantu meningkatkan hasil
belajar
pembelajaran
Indonesia pada siswa.
Bahasa
Hamalik Oemar. 1993. Metodik Belajar dan Kesulitan Belajar. Bandung: Ganesha Hamalik Oemar. 2012. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara
Monalisa, Rezky. 2012. Penerapan Metode Survay, Question, Read, Ricite, and Revie (SQ3R) Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 34 Padang. Padang: Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Bung Hatta. Mujiono dan Dumyati. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Purwanto Ngalim. 1996. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Resmin, Novi. dkk. 2006. Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: UPI PRESS. Rahim, Farida 2011. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. Sanjaya,
Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Suprijono Agus. 2010. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi paikem. Yogyakarta: Pusaka Pelajar Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Taufik,
Taufina, dkk.2011. Mozaik Pembelajaran Inovatif. Padang: Sukabina Press.
Uno, Hamzah, dkk. 2012. Belajar Dengan Pendekatan Pailkem. Jakarta: Bumi Aksara