PENINGKATAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI PADA PEMBELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL EXPLICIT INSTRUCTION DI SD NEGERI 18 SUMEDANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Susi Yuliani1, Erman Har2, Erwinsyah Satria 1 1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar 2 Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta E-mail:
[email protected] Abstract The purpose of this research is to increase the participation and learning outcomes of sixth grade students SD Negeri 18 Sumedang Kabupaten Pesisir Selatan using Explicit Instruction Model. Research is action research that consists of planning, implementation, observation, and reflection . The instrument used is the participation observation sheet , observation sheets and teachers activity sheets achievement test. The results showed that the percentage of student participation in the cycle I want to ask that is 56.38 % increase in cycle II 81,25%. The percentage of student participation would answer the first cycle is 53,13%, an increase of 81,25 in the second cycle . The percentage of student participation would express their opinions on the first cycle is 46,88%, an increase of 78,13% in the second cycle . The percentage of students willing to discuss the group 's participation in the first cycle is 50% , an increase of 87,5 % in the second cycle. Average science learning outcomes that students in the first cycle is 66,44 with 50% mastery learning percentage increased to an average of 81,38 with a percentage of 87,5 passing grade on the second cycle . It can be concluded that by using the Explicit models Insrtuction can increase participation and student learning outcomes. It is therefore recommended to teachers in order to implement Instuction Explicit models in learning science in elementary school. Keywords: Learning Science , Explicit Instruction Model , Participation and Learning Outcomes.
Pendahuluan
Pesisir Selatan, pada tanggal 30 Agustus
Sekolah Dasar (SD) pada dasarnya
2013, diperoleh gambaran bahwa proses
merupakan lembaga pendidikan enam tahun
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
bagi anak-anak usia 6-12 tahun. Pendidikan
masih
di SD memberikan bekal kemampuan dasar
diantaranya partisipasi siswa yang masih
kepada
pengetahuan,
rendah. Pada proses pembelajaran IPA guru
keterampilan, dan sikap yang bermanfaat
cenderung menggunakan metode ceramah
bagi diri mereka sendiri sesuai dengan
dan tanya jawab yang berpusat pada guru
tingkat perkembangannya.
Pada
siswa
berupa
Berdasarkan observasi peneliti di
mengalami
waktu
guru
kendala-kendala
menyuruh
.
siswa
menganalisis pelajaran, siswa seolah-olah
kelas VI SD Negeri 18 Sumedang Kabupaten
bekerja 1
semuanya.
Akan
tetapi
ketika
diminta guru untuk menyampaikan hasil
siswa lainnya atau sekitar 62,5% berada di
diiskusinya ke depan kelas, tidak satu orang
bawah KKM dengan nilai terendah yaitu 38.
pun yang berani, dan apabila sudah di paksa
Di sekolah ini, KKM bagi peserta didik,
baru siswa maju ke depan. Pada saat diminta
khususnya untuk mata pelajaran IPA adalah
guru
70.
untuk
temannya
menanggapi
tidak
ada
hasil
satu
pun
diskusi yang
Berdasarkan permasalahan di atas
menanggapi, dan ketika siswa diminta guru
model
untuk
langsung)
yaitu
mengerti, maka tidak ada seorang pun siswa
langsung
khusus
yang tampak mengacungkan tangan. Pada
mengembangkan
saat disuruh mengemukakan pendapat terkait
pengetahuan
materi tdak satu pun siswa yang berani
deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola
mengemukakan pendapatnya dan ketika guru
selangkah demi selangkah.
bertanya
jika
ada
memberikan tugas diakhir
yang
belum
pembelajaran
Explicit
Instruction
(Pengajaran
pembelajaran
secara
dirancang
untuk
belajar
siswa
tentang
prosedural dan pengetahuan
Sejalan
dengan
permasalahan
maka banyak dari siswa kelas VI tersebut
tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah
yang tidak menyelesaikan tugas tersebut dan
untuk
banyak ditemukan jawaban yang tidak benar.
partisipasi dan hasil belajar siswa pada
Berdasarkan hasil wawancara peneliti
pembelajaran IPA kelas VI SD Negeri 18
dengan Ibu Neneng Royani, S.Pd, guru kelas
Sumedang Kabupaten Pesisir Selatan dengan
VI SD Negeri 18 Sumedang Kabupaten
penggunaan
Pesisir Selatan, diperoleh informasi dari guru
dengan rincian sebagai berikut:
setiap proses pembelajaran IPA
1. Mendeskripsikan
memang
terlihat
pasif
dan
siswa
mendeskripsikan
model
peningkatan
Explicit
Instruction,
partisipasi
bertanya
kurang
siswa pada pembelajaran IPA dengan
berpartisipasi, hanya 4-5 orang siswa yang
menggunakan model Explicit Instruction
ingin bertanya, menjawab mengemukakan
kelas VI SD Negeri 18 Sumedang
pendapat dan berdiskusi kelompok.
Kabupaten Pesisir Selatan.
Observasi dan wawancara tersebut
2. Mendeskripsikan partisipasi
menjawab
diperkuat oleh hasil ujian Mid semester 1
siswa pada pembelajaran IPA dengan
siswa pada pembelajaran IPA tahun ajaran
menggunakan model Explicit Instruction
2013/2014 yang rendah. Dari 16 orang siswa
kelas VI SD Negeri 18 Sumedang
hanya 6 orang atau hanya 37,5% yang
Kabupaten Pesisir Selatan.
mendapat
nilai
berada
dalam
Kriteria
3. Mendeskripsikan
partisipasi
Ketuntasan Minimal (KKM) dengan nilai
mengemukakan
tertinggi yaitu 89, sedangkan nilai 10 orang
pembelajaran IPA dengan menggunakan 2
pendapat
siswa
pada
model Explicit Instruction di kelas VI SD
pembelajaran,
Negeri 18 Sumedang Kabupaten Pesisir
menyiapkan
Selatan.
mengontrol
4. Mendeskripsikan partisipasi berdiskusi
pembelajaran dan
dan
setiap
mengevaluasi
hari,
kegiatan
siswa”.
kelompok siswa pada pembelajaran IPA dengan menggunakan model
merencanakan
Model pembelajaran adalah suatu
Explicit
perencanaan atau suatu pola yang digunakan
Instruction di kelas VI SD Negeri 18
sebagai
pedoman
dalam
merencanakan
Sumedang Kabupaten Pesisir Selatan.
pembelajaran di kelas atau pembelajaran
5. Mendeskripsikan hasil belajar kognitif
dalam tutorial. Senada dengan ungkapan
siswa pada pembelajaran IPA dengan
Arends, 1997 (dalam Trianto, 2010:51),
menggunakan model Explicit Instruction
”Model
di kelas VI SD Negeri 18 Sumedang
pendekatan
Kabupaten Pesisir Selatan.
digunakan, termasuk didalamnya tujuan-
pembelajaran
tujuan
Kajian Teori Abruscato (dalam Hendri, 2011:8) menyatakan bahwa, “Ilmu pengetahuan alam
pembelajaran
pengajaran,
kegiatan
mengacu yang
tahap-tahap
pembelajaran,
pada akan
dalam
lingkungan
pengajaran, dan pengelolaan kelas”.
sebagai pengetahuan yang diperoleh lewat
Arends, (1997) (dalam Uno dan
serangkaian proses yang sistematik guna
Mohamad, 2011:117) menyatakan : “Model
mengungkap segala sesuatu yang berkaitan
(Explicit Instruction) pembelajaran langsung
dengan alam semesta”.
adalah salah satu pendekatan mengajar yang
Hakikat pembelajaran IPA di SD
dirancang khusus untuk menunjang proses
adalah sebagai Ilmu yang mencari tahu
belajar
tentang alam secara sistematis, dimana dalam
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan
pembelajarannya, lebih menekankan agar
prosedural yang terstruktur dengan baik,
siswa belajar aktif, mampu berfikir, bekerja
yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan
dan
yang bertahap, selangkah demi selangkah.
bersikap
mengkomunikasikan
ilmiah nya
sebagai
serta aspek
siswa
yang
Pengajaran
penting dalam kehidupan.
berkaitan
langsung
dengan
(Explicit
Instruction) seperti yang diungkapkan oleh
Proses belajar mengajar merupakan
Kardi (1997) (dalam Uno dan Mohammad,
inti dari kegiatan pendidikan di sekolah.
2011;118), yaitu “Pembelajaran langsung
Menurut James yang dikutip Sardirman
dapat
(dalam Uno dan Mohamad, 2011:105),
pelatihan atau praktik, dan kerja kelompok
“Bahwa tugas dan peran guru antara lain,
yang dapat meningkatkan partisipasi dan
yaitu menguasai dan mengembangkan materi
hasil belajar siswa”. 3
berbentuk
ceramah,
demonstrasi,
Menurut
pendapat
Rosenshina
dan
siswa kelas VI pada pembelajaran IPA
Stevens, (1986) (dalam Uno dan Mohamad,
dengan
2011;127)
Instruction di SD Negeri 18 Sumedang
langkah-langkah
dari
model
menggunakan
model
Explicit Instruction adalah:
Kabupaten Pesisir Selatan ”.
1) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan
Metodologi
mempersiapkan siswa; 2) Mendemonstrasikan
Jenis pengetahuan
dan
yang
digunakan
peneliti adalah Penelitian Tindakan Kelas
keterampilan;
(PTK). Wardani (2003:1.4) menjelaskan
3) Membimbing pelatihan; 4) Mengecek
penelitian
Explicit
pemahaman
bahwa: siswa
“PTK
adalah
penelitian
yang
dilakukan oleh guru di dalam kelasnya
memberikan umpan balik;
sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan
5) Memberikan kesempatan untuk latihan
untuk
lanjutan.
memperbaiki
kinerjanya
sebagai
seorang guru sehingga hasil belajar siswa
Hasil belajar merupakan tolak ukur
meningkat”. Ada empat tahap prosedur
yang digunakan untuk menentukan tingkat
penelitian yang dikemukakan oleh Arikunto,
keberhasilan siswa dalam memahami konsep
dkk.
dalam belajar. Menurut Sudjana (2011:2)
pelaksanaan tindakan, observasi/pengamatan,
“hasil belajar siswa ada hakikatnya adalah
dan refleksi.
perubahan tingkah laku yang mencakup
Penelitian
bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris”. Hamalik
(2008:2)
(2012:16)
yaitu:
tindakan
perencanaan,
kelas
ini
dilakukan di kelas VI SD Negeri 18
juga
Sumedang Kabupaten Pesisir Selatan. Subjek
mengemukakan bahwa, “Hasil belajar adalah
dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI
tingkah laku yang timbul, misalnya dari tidak
yang berjumlah 16 orang. Penelitian ini
tahu menjadi tahu, timbulnya pertanyaan
dilakukan pada semester genap tahun ajaran
baru, perubahan dalam tahap kebiasaan
2013/2014.
keterampilan,
perencanaan sampai penulisan laporan hasil
kesanggupan
menghargai,
perkembangan sifat sosial, emosional, dan
Terhitung
dari
waktu
penelitian.
pertumbuhan jasmani”.
Dalam
penelitian
ini
peneliti
Menggunakan model Explicit Instruction ini
menggunakan beberapa instrumen untuk
peneliti akan fokus untuk meningkatkan hasil
mengumpulkan data, yaitu: lembar observasi
belajar pada bidang kognitif.
aktivitas guru, lembar observasi partisipasi
Berdasarkan uraian di atas maka
siswa, lembar kerja siswa, lembar tes hasil
penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk
belajar dan kamera photo.
“Peningkatan partisipasi dan hasil belajar 4
Setelah data diperoleh kemudian di
Tabel 1. Rata-rata Persentase Siswa Kelas VI yang Melakukan Partisipasi Pada Siklus I Rata-rata Partisipasi Persentase (%) 56,38 Partisipasi bertanya
analisis dengan menelaah data yang tersedia dari
berbagai
sumber.
Selanjutnya
didiskusikan hasil analisa data tersebut bersama
observer
untuk
melanjutkan
Partisipasi menjawab Partisipasi mengemukakan pendapat Partisipasi berdiskusi kelompok Rata-rata
kelebihan dan memperbaiki kelemahannya pada
siklus
selanjutnya.
Penelitian
ini
dilanjutkan ke siklus II, jika peningkatan partisipasi dan hasil belajar siswa belum mencapai target indikator keberhasilan maka penelitian ini dilanjutkan ke siklus berikutnya. Jika
telah
mencapai
target
53,13 46,88
50 51,60
indikator Dari
keberhasilan maka penelitian ini dihentikan.
Tabel
1
di
atas
dapat
Indikator keberhasilan pada penelitian
disimpulkan pada siklus I rata-rata partisipasi
ini adalah rata-rata partisipasi belajar siswa
belajar siswa adalah 51,60%, ini menjelaskan
meningkat pada kriteria baik sampai 75%
partisipasi belajar siswa belum mencapai
atau lebih dan hasil belajar siswa mencapai
indikator target keberhasilan. Oleh karena itu,
ketuntasan klasikal sampai 75% atau lebih.
perlu
Hasil dan Pembahasan
pembelajaran agar partisipasi belajar siswa
Siklus I
mencapai
1.
Perbaikan proses pembelajaran ini dapat
Data Hasil Observasi Partisipasi Siswa
adanya
perbaikan
indikator
target
dalam
proses
keberhasilan.
dilakukan pada siklus II.
Setiap siklus terdiri dari dua kali
2. Data Hasil Belajar
pertemuan pada setiap pertemuan dilakukan
Ketuntasan hasil belajar siswa dapat
observasi terhadap aktivitas siswa oleh seorang observer. Selanjutnya data yang
dilihat pada tabel 2.
diperoleh dirata-ratakan dan terlihat pada
Tabel 2. Ketuntasan dan Rata-rata Hasil Belajar Siswa Kelas VI Siklus I Uraian Nilai Jumlah siswa yang ikut tes 16 Jumlah siswa yang tuntas 8 Jumlah siswa tidak tuntas 8 Persentase siswa yang 50% tuntas belajar Rata-rata skor tes 66,44
Tabel 1.
5
Dari
Tabel
2
di
atas
dapat
Tabel 3. Rata-rata Persentase Siswa Kelas VI yang Melakukan Partisipasi pada Siklus II Rata-rata Partisipasi Persentase (%) 81,25 Partisipasi bertanya
disimpulkan bahwa data persentase hasil belajar siswa 50%, ini menunjukkan belum tercapai indikator keberhasilan yaitu 75%. Terlihat bahwa persentase ketuntansan hasil
Partisipasi menjawab Partisipasi mengemukakan pendapat Partisipasi berdiskusi kelompok Rata-rata
belajar siswa secara keseluruhan masih tergolong rendah dan rata-rata nilai tes hasil belajar secara keseluruhan belum mencapai KKM yang ditetapkan. Belum tercapainya indikator keberhasilan tersebut disebabkan karena siswa masih belum terbiasa dengan
81,25 78,13
87,5 82,03
menggunakan model Explicit Instruction, guru masih ragu menegur siswa yang keluar
Dari Tabel 3 di atas dapat disimpulkan
masuk sehingga banyak siswa yang bermain,
bahwa partisipasi belajar siswa pada siklus II
guru kurang memotivasi siswa, guru kurang
ini
membimbing siswa dalam tanya jawab, tidak
keberhasilan
semua kelompok aktif dalam berdiskusi dan
meningkatnya partisipasi belajar siswa pada
mengakibatkan siswa kurang memahami
kriteria baik sampai 75%. Peningkatan ini
materi.
didukung oleh refleksi yang dilakukan pada
Untuk
mencapai
indikator
telah
keberhasilan, perlu dilakukan perbaikan pada
siklus I.
proses pembelajaran yang akan dilakukan
2.
mencapai yang
indikator
target
ditetapkan
yaitu
Data Hasil Belajar Siswa Berikut ini hasil belajar siswa pada
pada siklus II. Siklus II
siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.
1.
Tabel 4: Ketuntasan dan Rata-rata Hasil Belajar Siswa Kelas VI Siklus II Uraian Nilai Jumlah siswa yang 16 ikut tes Jumlah siswa yang 14 tuntas Jumlah siswa yang 2 tidak tuntas Persentase ketuntasan hasil 87,5% belajar siswa Rata-rata skor tes 81,38
Data Hasil Observasi Partisipasi Siswa Hasil data yang diamati observer
terhadap
partisipasi
siswa
dalam
pembelajaran pada siklus II ini dengan ratarata sebagai berikut:
6
Berdasarkan persentase ketuntasan
didukung dengan adanya penggunaan model
hasil belajar siswa di atas, dapat dilihat
Explicit
bahwa dari 16 siswa yang mengikuti tes, 14
Instruction ini dapat membuat siswa lebih
siswa dengan persentase ketuntasan hasil
aktif dalam mengikuti proses pembelajaran
belajar siswa secara keseluruhan 87,5% telah
sehingga berdampak pada hasil belajar siswa.
mendapat nilai yang mencapai atau melebihi
Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat
nilai KKM yang ditetapkan di sekolah yaitu
pada Tabel 6.
70. Data tersebut menunjukkan bahwa hasil
Tabel 6. Peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II Siklus Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa (%)
belajar siswa telah mencapai target yang dinginkan yaitu minimal 75% dari siswa
nilai > 70. Hal ini dikarenakan perbaikan yang
dilakukan
oleh
Model
I II Peningkatan
yang mengikuti tes hasil belajar memperoleh
tindakan
Insruction.
Explicit
50 87,5 37,5
guru
berdasarkan analisa pada siklus I.
Tabel 6 dijelaskan bahwa terjadi
Peningkatan partisipasi dan hasil
peningkatan hasil belajar siswa 37,5% dari
belajar siswa dapat dilihat dari perbandingan
siklus I ke siklus II dan telah mencapai
partisipasi dan hasil belajar siswa pada siklus
indikator
I dengan siklus II.
membuktikan penggunaan model Explicit
Tabel 5. Peningkatan partisipasi belajar siswa dari siklus I ke siklus II Rata-rata Persentase (%)
Instruction dapat meningkatkan hasil belajar
Indikator
Siklus I Siklus II 81,25
24,87
2
53,13
81,25
28,12
3
46,88
78,13
31,25
4
50
87,5
37,5
Rata-rata
51,60
82,03
30,43
ini
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis hasil penelitian
katan
56,38
Hasil
siswa.
Pening
1
keberhasilan.
yang diperoleh, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pembelajaran IPA dengan model Explicit Instruction
dapat
meningkatkan
partisipasi siswa dalam bertanya di kelas VI SD Negeri 18 Sumedang Kabupaten Pesisir Selatan. Hal ini dibuktikan pada
Dari Tabel 5 dapat disimpulkan
siklus I persentase kemampuan siswa
bahwa terjadi peningkatan partisipasi belajar
dalam bertanya 56,38% meningkat pada
siswa dari siklus I ke siklus II dengan rata-
siklus II 81,25%.
rata 51,60% meningkat 82,03% dengan
2. Pembelajaran IPA dengan model Explicit
selisih peningkatan 30,43%. Peningkatan ini
Instruction dapat meningkatkan partisipasi 7
siswa dalam menjawab pertanyaan di
Saran
kelas VI SD Negeri 18 Sumedang
1. Bentuk pembelajaran IPA dengan model
Kabupaten
Pesisir
dibuktikan
pada
kemampuan
Selatan. siklus
siswa
Hal
ini
Explicit
Instruction
layak
I
persentase
dipertimbangkan oleh guru untuk menjadi
dalam
menjawab
pembelajaran
53,13% meningkat pada siklus II 81,25%.
digunakan
3. Pembelajaran IPA dengan model Explicit
alternatif sebagai
yang
dapat
referensi
dalam
memilih model pembelajaran.
Instruction dapat meningkatkan partisipasi
2. Bagi
guru
yang
ingin
siswa dalam mengemukakan pendapat di
pembelajaran
kelas VI SD Negeri 18 Sumedang
Instruction diharapkan perlu lebih kreatif
Kabupaten
Pesisir
dalam
dibuktikan
pada
Selatan. siklus
I
Hal
ini
persentase
dengan
menerapkan
model
Explicit
merancang pembelajaran
yang
sesuai dengan situasi dunia nyata.
kemampuan siswa dalam mengemukakan
3. Guru diharapkan memberikan motivasi,
pendapat 46,88% meningkat pada siklus II
perhatian, dan bimbingan belajar secara
78,13%.
sungguh-sungguh kepada
4. Pembelajaran IPA dengan model Explicit
siswa
yang
berkemampuan kurang dan pasif dalam
Instruction dapat meningkatkan partisipasi
kelompok
siswa berdiskusi kelompok di kelas VI SD
4. Bagi peneliti yang ingin menerapkan
Negeri 18 Sumedang Kabupaten Pesisir
bentuk pembelajaran ini, diharapkan dapat
Selatan. Hal ini dibuktikan pada siklus I
melakukan penelitian yang serupa dengan
persentase
materi yang lain.
kemampuan
siswa
dalam
berdiskusi kelompok 50% meningkat pada
Daftar Kepustakaan
siklus II 87,5%.
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Uno dan Mohammad. 2011. Pembelajaran Aktif Inovatif Lingkungan Kreatif Efektif dan Menyenangkan. Jakarta: Bumi Aksara. Wardani, IGAK, dkk 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
5. Pembelajaran IPA dengan model Explicit Instruction
dapat meningkatkan hasil
belajar siswa di kelas VI SD Negeri 18 Sumedang Kabupaten Pesisir Selatan. Hal ini dibuktikan pada siklus I persentase ketuntasan belajar siswa 50% meningkat pada siklus II 87,5 %.
8