TUGAS AKHIR PANCASILA ETIKA GOTONG ROYONG KEBUDAYAAN WARGA PEDESAAN
Disusun oleh : NAMA
: TRI FIRDAUS NASIR JABAR
NIM
: 11.11.4907
Kelompok
: D
Jurusan
: Teknik Informatika
DOSEN : Drs.Tahajudin Sudibyo.M.
SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
AMIKOM YOGYAKARTA 2011-2012
Kata Pengantar Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmatserta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Tugas Akhir Pancasila ´ETIKA GOTONG ROYONG MASYARAKAT PEDESAAN´Dalam penyusunan tugas akhir ini, kami tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih pada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugasTugas Akhir ini sehinggga kami dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini. Dan tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen pancasila kami yang telah membimbing kami dan keluarga beserta temanteman yang telah membantu dalam penyusunan tugas akhir ini.kami menyadari bahwa tugas akhir ini masih banyak sekali kekurangannya,oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar Tugas Akhir ini dapat disempurnakan. Akhir kata kami berharap semoga TA kami ini dapat bermanfaat untuk kami khususnya, dan pembaca pada umumnya. Thank You..
ABSTRACK Gotong Royong Masyarakat Dalam khazanah kehidupan masyarakat Indonesia, istilah GOTONG ROYONG menempati posisi terhormat sekaligus membumi. Terhormat karena istilah tersebut sering dijadikan kata kunci oleh para tokoh bangsa untuk menggalang dukungan terhadap suatu gagasan. Presiden Sukarno menggunakan term gotong royong sebagi kata lain Ekasila yang merupakan perasan lanjutan dari Trisila setelah sebelumnya merupakan hasil peras dari Pancasila. Pada era Orde baru, kata gotong royong juga sering dijadikan kata kunci dalam rangka mensukseskan program-program pembangunan.
Betapapun besar anggaran yang disediakan negara melalui APBN bila tanpa didukung semangat kebersamaan bernama gotong royong dalam membangun dan memelihara hasil pembangunan, tentulah program itu tidak akan berjalan secara sangkil dan mangkus (efektif dan efisien). Di era pemerintahan Megawati Sukarnoputri, gotong royong bahkan digunakan sebagai nama kabinet. Pemberian nama Kabinet Gotong royong merupakan gambaran bahwa pemerintahan saat itu dijalankan secara kolektif dengan merangkul berbagai kekuatan politik untuk bekerjasama dengan semangat kebersamaan. Lebih jauh M. Nasroen, salah seorang pelopor kajian filsafat Indonesia menyatakan bahwa Gotong royong merupakan salah satu dasar filsafat Indonesia.
Gotong royong adalah sifat dasar yang dimiliki manusia Indonesia, demikian guruguru kita semasa SD menanamkan doktrin semangat kebersamaan dan kekeluargaan. Masyarakat kita sejak lama telah sadar betul bahwa sebagai makhluk sosial untuk memenuhi kebutuhannya harus melibatkan orang lain. Sebaliknya, juga perlu melibatkan diri untuk membantu orang lain melepaskan diri dari kesulitan. Tidak semua hal bisa dilakukan sendiri atau menggunakan kekuatan sendiri. Budaya gotong-royong benar-benar hidup dan menjadi tulang punggung kehidupan bermasyarakat. Itulah mengapa istilah gotong royong dikatakan membumi.
Gotong royong yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, berarti bekerja bersama-sama (tolong- menolong, bantu-membantu), merupakan manifestasi konkret dari semangat kebersamaan antar-masyarakat dalam bantu-membantu dan tolongmenolong. Di tengah-tengah masyarakat negeri ini, terutama di pedesaan, bantu-membantu membangun rumah masih kerap kita saksikan. Tetangga sekitar dengan rela hati akan datang membantu tanpa mengharap mendapat imbalan uang. Bahkan hal itu dilakukan dengan sedikit mengorbankan kepentingannya sendiri semisal menunda atau meniadakan aktivitas yang sedianya harus mereka lakukan saat itu. Apabila tidak bisa membantu tenaga saat itu, warga akan memberikan bantuan dalam bentuk lain atau menggantinya di lain hari di mana ia sempat.
Dalam wujud humanisme, gotong royong tampak ketika ada tetangga atau kerabat yang menyelenggarakan suatu acara, baik itu acara sukacita maupun dukacita. Acara pernikahan, khitanan, kelahiran, selamatan atau apalah, dengan senang hati warga akan berkumpul dan turut membantu kelancaran acara dari sebelum, saat maupun setelah usai. Begitu pula ketika ada warga yang tertimpa kemalangan, dukungan dan bantuan –moral dan material- akan segera mengalir dengan ikhlas.
Suatu contoh misalkan jika ada tetangga yang meninggal, tanpa diminta pun warga akan datang dan menyiapkan segala sesuatunya. Warga sudah tahu siapa harus melakukan apa. Semua seperti bergerak secara otomatis. Keluarga yang berduka hanya memberikan panduan secara garis besar. Selebihnya, terutama hal-hal yang bersifat teknis dikerjakan secara bersama baik oleh warga maupun kerabat si meninggal.
BAB 1 Latar Belakang Masalah Sampai sekarang belom terlihat jelas upaya mewujudkan nilai sila-sila pancasila secara sungguh-sungguh.tidak pernah sepenuh hati di laksanakan secara konkret. Jangankan di laksanakan dengan kesungguhan hati, keinginan membicarakannya saja cenderung ogahogahan belakangan ini. Sudah mati angin. Pancasila terkesan seperti di telantarkan. Dan yang paling tragis lagi nilai-nilai kebudayaan gotong royong di dalam kehidupan masyarakat kita yang sudah mulai pudar karna pengaruh globalisasi.
Gotong royong merupakan salah satu kualitas utama bangsa kita. Dulu nenek moyang Bangsa Indonesia adalah masyarakat yang sejahtera. Mereka dikenal sebagai pelaut handal, dan sebagai masyarakat yang makmur dengan kekayaan alam yang melimpah-ruah. Namun seiring dengan perkembangan zaman, di mana hedonisme merebak dengan merata di seluruh penjuru negeri, semua orang mulai terdoktrinisasi untuk memprioritaskan diri sendiri. Jadi ini bikin prinsip gotong royong mulai luntur, terutama bagi masyarakat yang tinggal di daerah metropolitan kaya Jakarta. Beda sama masyarakat di kota-kota besar, masyarakat di kota kecil maupun di desa, lebih bisa menjaga kemurnian gotong royong. Mungkin ini adalah salah satu contoh kasus di mana masyarakat di kota besar harus banyak belajar dari masyarakat di kota kecil.
Salah satu permasalahan nilai-nilai pancasila yang saat ini sudah mulai hilang adalah kebudayaan gotong royong di dalam masyarakat perkotaan, dan pada realita sekarang ini yang sudah banyak terjadi, warga yang di kota besar sudah mulai melupakan budaya gotong royong itu sendiri di akibatkan karna pengaruh zaman yang sudah mulai membaur di dalam kehidupan bermasyarkat.
BAB 2 : Rumusan Masalah Apakah Gotong Royong itu ? Mengapa orang indonesia cenderung lebih melakukan gotong royong, di bandingkan dengan individual ?
Bagaimana menanam kembali nilai-nilai gotong royong pada masyarakat kota ?
BAB 3 Pendekatan A. Historis Sejarah gotong royong itu sendiri yang kita semuanya tahu bahwa sudah ada pada zaman presiden soekarno kita dulu, dan juga pada masyarakat sekarang ini sudah mulai tak peduli lagi dengan apa yang sebelumnya menjadi prinsip utama
yaitu gotong royong dalam
bermasyarakat. Dan juga karna pengaruh zaman itu sendiri makanya banyak masyarakat yang sudah mulai melupakan arti dari makna gotong royong yang sebenarnya. Dalam khazanah kehidupan masyarakat Indonesia, istilah GOTONG ROYONG menempati posisi terhormat sekaligus membumi. Terhormat karena istilah tersebut sering dijadikan kata kunci oleh para tokoh bangsa untuk menggalang dukungan terhadap suatu gagasan. Presiden Sukarno menggunakan term gotong royong sebagi kata lain Ekasila yang merupakan perasan lanjutan dari Trisila setelah sebelumnya merupakan hasil peras dari Pancasila. Pada era Orde baru, kata gotong royong juga sering dijadikan kata kunci dalam rangka mensukseskan program-program pembangunan. Betapapun besar anggaran yang disediakan negara melalui APBN bila tanpa didukung semangat kebersamaan bernama gotong royong dalam membangun dan memelihara hasil pembangunan, tentulah program itu tidak akan berjalan secara sangkil dan mangkus (efektif dan efisien). Di era pemerintahan Megawati Sukarnoputri, gotong royong bahkan digunakan sebagai nama kabinet. Pemberian nama Kabinet Gotong royong merupakan gambaran bahwa pemerintahan saat itu dijalankan secara kolektif dengan merangkul berbagai kekuatan politik untuk bekerjasama dengan semangat kebersamaan. Lebih jauh M. Nasroen, salah seorang pelopor kajian filsafat Indonesia menyatakan bahwa Gotong royong merupakan salah satu dasar filsafat Indonesia.
B. Sosiologis Gotong royong dalam bermasyarakat Pedesaan. Adapun manfaat dari gotong royong itu sendiri buat masyarakat desa sekitar adalah mereka sebagai warga bisa kerja sama dengan baik dengan warga yang lain. Dan juga manfaat bagi lingkungan sekitar dan dampak yang besar dan positif, dari gotong royong itu sendiri adalah meningkatkan jiwa gotong royong pada masyarakat desa yang ada. terutama buat para petani atau nelayan di desa mereka sendiri.
C. Yuridis Gotong royong merupakan salah satu kualitas utama bangsa kita, jadi sudah sepantasnya kita mewujudkan dan meningkatkan nilai-nilai gotong royong itu, bahkan di era pemerintahan pun gotong royong di pakai dalam sebuah nama kabinet, di jamannya megawati, yaitu kabinet gotong royong. Hal lain yang dapat kita ambil dalam bergotong royong itu sendiri yaitu pada masyarakat pedesaan, mereka bersama-sama bekerja sama dalam melakukan panen di sawah mereka sendiri. Dan salah seorang pelopor kajian filsafat indonesia menyatakan bahwa gotong royong merupakan salah satu dasar filsafat bangsa indonesia.
BAB 4 Pembahasan 1. Apakah gotong royong itu. Gotong royong adalah sifat dasar yang dimiliki manusia Indonesia, demikian guru-guru kita semasa SD menanamkan doktrin semangat kebersamaan dan kekeluargaan. Masyarakat kita sejak lama telah sadar betul bahwa sebagai makhluk sosial untuk memenuhi kebutuhannya harus melibatkan orang lain. Sebaliknya, juga perlu melibatkan diri untuk membantu orang lain melepaskan diri dari kesulitan. Tidak semua hal bisa dilakukan sendiri atau menggunakan kekuatan sendiri. Budaya gotong-royong benar-benar hidup dan menjadi tulang punggung kehidupan bermasyarakat. Itulah mengapa istilah gotong royong dikatakan membumi. Dalam khazanah kehidupan masyarakat Indonesia, istilah GOTONG ROYONG menempati posisi terhormat sekaligus membumi. Terhormat karena istilah tersebut sering dijadikan kata kunci oleh para tokoh bangsa untuk menggalang dukungan terhadap suatu gagasan. Presiden Sukarno menggunakan term gotong royong sebagi kata lain Ekasila yang merupakan perasan lanjutan dari Trisila setelah sebelumnya merupakan hasil peras dari Pancasila. Pada era Orde baru, kata gotong royong juga sering dijadikan kata kunci dalam rangka mensukseskan program-program pembangunan. Betapa besar anggaran yang disediakan negara melalui APBN bila tanpa didukung semangat kebersamaan bernama gotong royong dalam membangun dan memelihara hasil pembangunan, tentulah program itu tidak akan berjalan secara sangkil dan mangkus (efektif dan efisien). Di era pemerintahan Megawati Sukarnoputri, gotong royong bahkan digunakan sebagai nama kabinet. Pemberian nama Kabinet Gotong royong merupakan gambaran bahwa pemerintahan saat itu dijalankan secara kolektif dengan merangkul berbagai kekuatan politik untuk bekerjasama dengan semangat kebersamaan. Lebih jauh M. Nasroen, salah seorang pelopor kajian filsafat Indonesia menyatakan bahwa Gotong royong merupakan salah satu dasar filsafat Indonesia.
Gotong royong yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, berarti bekerja bersama-sama (tolong- menolong, bantu-membantu), merupakan manifestasi konkret dari semangat kebersamaan antar-masyarakat dalam bantu-membantu dan tolong-menolong. Di tengah-tengah masyarakat negeri ini, terutama di pedesaan, bantu-membantu membangun rumah masih kerap kita saksikan. Tetangga sekitar dengan rela hati akan datang membantu tanpa mengharap mendapat imbalan uang. Bahkan hal itu dilakukan dengan sedikit mengorbankan kepentingannya sendiri semisal menunda atau meniadakan aktivitas yang sedianya harus mereka lakukan saat itu. Apabila tidak bisa membantu tenaga saat itu, warga akan memberikan bantuan dalam bentuk lain atau menggantinya di lain hari di mana ia sempat. Selain mempunyai banyak hal yang positif, kebudayaan gotong royong seharusnya di jaga keras dan jangan sampai di lupakan. terutama di pedesaan warga-warga banyak yang masih punya semangat jiwa gotong royong. makanya dari itu untuk meningkatkan gotong royong masyarakat pada umumnya di sarankan agar jangan mementingkan diri sendiri dan jangan individualis. Begitulah gotong royong, sebuah budaya khas Indonesia sebagai perwujudan harmoni kebersamaan dan kekeluargaan penduduknya. Dalam perjalanan sejarah kehidupan bangsa, gotong royong menjadi perekat sosial paling efektif. Di dalam bergotong royong terjadi sinergi antar-partisipator sehingga kegiatan berjalan lancar, lebih hemat biaya dan memberikan kebanggaan khusus bagi yang terlibat. Selain itu, gotong royong merupakan ejawantah dari kepedulian dan kepekaan sosial. Untuk itu, gotong royong perlu terus didorong dan dilaksanakan agar tidak terkikis budaya individulistis yang tidak sensitif terhadap situasi dan kondisi sekitar.
2. Mengapa orang indonesia lebih suka gotong royong, dibanding individualis. Yang kita semua tahu bahwa, arti dari sebuah gotong royong itu sendiri saling membantu satu sama lain dan bisa mempermudah pekerjaan, kalau kita semua saling membantu dan membahu satu sama lain, apapun pekerjaannya akan menjadi lebih muda dan cepat terselesaikan. nenek moyang kita dulu sudah mengenal gotong royong itu sehingga dulu negara kita adalah negara yang sejahtera karna nilai gotong royong itu sendiri. Jadi bagaimana pun juga masyarakat indonesia sudah lama mengangkat nilai gotong royong itu sendiri jadi sulit untuk melakukan individualis. Kita liat di perusahaan-perusahaan swasta di indonesia banyak perusahaan yang melakukan kebaduyaan saling kerja sama atau gotong royong itu sendiri untuk mewujudkan sebuah tujuan yang di inginkan.
3. Bagaimana menanamkan kembali nilai-nilai gotong royong pada warga kota. Permasalahan yang ada saat ini ialah bagaimana cara menanam kembali nilai-nilai kerja sama atau nilai-nilai gotong royong yang pernah tumbuh dengan kuatnya pada kehidupan masyarakat kota itu sendiri. Walaupun tidak berarti kita harus mempertahankan faktor adanya gotong royong kepada mereka warga kota tersebut. Gotong royong akan tetap hidup kalangan masyarakat kota. Tetapi berbeda latar belakangnya, bentuk dan sifat dari gotong royong itu sendiri perbedaan ini biasanya di timbulkan oleh lingkungan masing-masing, atau wilayah mereka masing-masing. Jadi sikap gotong royong dalam masyarakat khusus nya di daerah metropolitan atau kota-kota besar itu di pengaruhi juga oleh zaman dan pengaruh globalisasi. Dimana segala sesuatu harus di kerjakan dengan perkelompok atau hanya orang-orang tertentu saja. Dan sulit untuk membantu satu sama lain di akibatkan karna sudah maju nya tekhnologi yang serba mudah dan cepat. Contohnya silahturahmi pak amir ke rumah saudaranya yang dekat dengan rumahnya pak amir sendiri. Tapii malah di kirimi pesan aja bukan datang ke rumahnya langsung. Itulah salah satu pengaruh zaman yang bisa mempengaruhi nilai-nilai gotong royong itu sendiri. Jadi mulai saat ini tanamkan lah budaya-budaya gotong royong di lingkungan sekitar agar hidup ini damai dan indah.
BAB 5 Kesimpulan Dan Saran. Gotong royong merupakan salah satu kualitas utama bangsa kita. Dulu nenek moyang Bangsa Indonesia adalah masyarakat yang sejahtera. Mereka dikenal sebagai pelaut handal, dan sebagai masyarakat yang makmur dengan kekayaan alam yang melimpah-ruah. Namun seiring dengan perkembangan zaman, di mana hedonisme merebak dengan merata di seluruh penjuru negeri, semua orang mulai terdoktrinisasi untuk memprioritaskan diri sendiri. Jadi ini bikin prinsip gotong royong mulai luntur, terutama bagi masyarakat yang tinggal di daerah metropolitan kaya Jakarta. Beda sama masyarakat di kota-kota besar, masyarakat di kota kecil maupun di desa, lebih bisa menjaga kemurnian gotong royong. Mungkin ini adalah salah satu contoh kasus di mana masyarakat di kota besar harus banyak belajar dari masyarakat di kota kecil. Gotong royong membuat setiap orang melepaskan sifat egois. Gotong royong harus dilandasi dengan semangat kebersamaan dan kepercayaan. Masyarakat manapun yang melestarikan dan mengamalkan prinsip gotong royong pasti akan sejahtera. Coba bayangin deh kalo masyarakat di kota besar turut mempraktikkan gotong royong seoptimal mungkin. Bangsa Indonesia pasti bisa menjadi bangsa yang amat sejahtera. Dan bukannya itu yang kita semua inginkan. Ya toh?
Saran.... Ayo tanamin prinsip ini di sanubari kita masing-masing, dan amalkan dalam setiap kesempatan di hidup kita. Ajak juga yah peran serta masyarakat untuk menggalakkan gotong royong sedini mungkin dan semaksimal mungkin. Kemajuan bangsa Indonesia telah di depan mata cuy. Tunggu apa lagi!
Referensi : - Sri Puspita Murni dkk, Dra.,PPKn untuk SMU, SMK, MA, Jakarta: Penerbit Bumi Aksara, 2000. - Suardi Abu bakar, dkk., PPKn edisi 2 untuk SMU, Jakarta: Penerbit bumi aksara, 2000. - Aim Abdul Karim, Drs.M.Pd., Memahami PPKn untuk kelas 1 SMU, Bandung: Penerbit Ganeqa Exact, 2000.
- Maryani, Enok. 2000. Antropologi. Jakarta: Grafindo
-
Hasibuan, Sofia Rangkuti. 2002. Manusia dan Kebudayaan Indonesia Teori dan Konsep. Jakarta: Dian Rakyat.
- www.google.com
- www.wikipedia.com