TUGAS AKHIR KONFLIK DI INDONESIA DAN MAKNA PANCASILA
Nama
: AGUNG NOLIANDHI PUTRA
NIM
: 11.11.5170
Kelompok
:E
Jurusan
: 11 S1 TI 08
STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011
ABSTRAK Konflik adalah sesuatu yang hampir tidak mungkin bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat. Selama masyarakat masih memiliki kepentingan, kehendak, serta cita-cita konflik senantiasa mengikuti mereka. Oleh karena dalam upaya untuk mewujudkan apa yang mereka inginkan pastilah ada hambatan-hambatan yang menghalangi, dan halangan tersebut harus disingkirkan. Tidak menutup kemungkinan akan terjadi benturan-benturan kepentingan antara individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok. Jika hal ini terjadi, maka konflik merupakan sesuatu yang niscaya terjadi dalam masyarakat. Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.Sehingga kepentingan – kepentingan yang mementingkan kelompoknya sendiri membuat konflik tak terelakan. Dalam memaknai Pancasila terutama sila ketiga dan semboyan Bhineka Tunggal Ika kita seharusnya dapat memilih apa yang benar – benar mengutamakan kepentingan bersama. Agar membuat kehidupan kita lebih tentram kita bisa melakukan hal yang lebih apabila kita bersatu teguh.
Latar Belakang Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih ( kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Dalam kondisi negara lemah yang tidak mampu menjamin keselamatan rakyatnya, maka yang muncul kemudian adalah suatu kelompok yang merasa terancam oleh kelompok lain harus bersiapsiap untuk mempertahankan diri demi keamanan kelompok. Keamanan tidak hanya dalam pemahaman fisik, namun perlu diingat bahwa keamanan juga meliputi seluruh kebutuhan hidup manusia seperti kebebasan beragama, berpolitik, berkegiatan secara ekonomi, dan sebagainya. Kondisi saling curiga antar kelompok ditambah dengan ketidak percayaan kelompok atas kemampuan negara dalam melindungi keamanannya berakibat pada penyelesaian masalah keamanan harus ditanggung oleh kelompok masyarakat. Inilah yang kemudian bisa berakibat pada bentrokan atau konflik kelompok. Terlebih lagi kalau rasa aman itu berkaitan dengan agama atau suku. Simbol-simbol kerukunan ikatan adat istiadat dan kerukunan umat beragama, seperti semboyan Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila yang seolah – olah menjadi tidak berarti ketika konflik SARA terjadi di Indonesia. Dan ironisnya konflik – konflik yang terjadi terjadi karena adanya oknum – oknum tertentu yang memanfaatkan kejadian seperti itu. Penyebab terjadinya konflik bisa disebabkan dari masalah perorangan hingga kelompok. Sebagai contoh kejadian terjadi konflik sara yang terjadi pada Maluku dan Kalimantan. Unsur SARA yang masih nampak membuat persatuan di Indonesia makin rapuh. Indonesia sebagai negara kesatuan pada dasarnya dapat mengandung potensi kerawanan akibat keanekaragaman suku bangsa, bahasa, agama, ras dan etnis golongan, hal tersebut merupakan faktor yang berpengaruh terhadap potensi timbulnya konflik sosial. Dengan semakin marak dan meluasnya konflik akhir-akhir ini, merupakan suatu pertanda menurunnya rasa nasionalisme di dalam masyarakat. Kondisi seperti ini dapat terlihat dengan meningkatnya konflik yang bernuasa SARA, serta munculya gerakan-gerakan yang ingin memisahkan diri dari NKRI akibat dari ketidak puasan dan perbedaan kepentingan, apabila kondisi ini tidak dimanage dengan baik akhirnya akan berdampak pada disintegrasi bangsa. Masalah disintegrasi bangsa merupakan salah satu prioritas pokok dalam program kerja kabinet gotong royong. Permasalahan ini sangat kompleks sebagai akibat akumulasi permasalahan Ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan yang saling tumpang tindih, apabila tidak cepat dilakukan tindakan-tindakan bijaksana untuk menanggulangi sampai pada akar permasalahannya maka akan menjadi problem yang berkepanjangan. Bentuk-bentuk pengumpulan massa yang dapat menciptakan konflik horizontal maupun konflik vertikal harus dapat diantisipasi guna mendapatkan solusi tepat dan dapat meredam segala bentuk konflik yang terjadi. Kepemimpinan dari tingkat elit politik nasional hingga kepemimpinan daerah sangat menentukan untuk menanggulangi konflik pada skala dini.
Upaya mengatasi disintegrasi bangsa perlu diketahui terlebih dahulu karakteristik proses terjadinya disintegrasi secara komprehensif serta dapat menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi pada tahap selanjutnya. Keutuhan NKRI merupakan suatu perwujudan dari kehendak seluruh komponen bangsa diwujudkan secara optimal dengan mempertimbangkan seluruh faktor-faktor yang berpengaruh secara terpadu, meliputi upaya-upaya yang dipandang dari aspek kasta gatra.
Rumusan Masalah 1. Penyebab terjadinya konflik SARA 2. Bagaimana makna Pancasila sebagai pemersatu bangsa ? 3. Penanggulangan terjadinya SARA
Pendekatan Sosiologis Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok. Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik,ekonomi,sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.
Pembahasan Penyebab Terjadinya konflik Konflik adalah sesuatu yang hampir tidak mungkin bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat. Selama masyarakat masih memiliki kepentingan, kehendak, serta cita-cita konflik senantiasa “mengikuti mereka”. Oleh karena dalam upaya untuk mewujudkan apa yang mereka inginkan pastilah ada hambatan-hambatan yang menghalangi, dan halangan tersebut harus disingkirkan. Tidak menutup kemungkinan akan terjadi benturan-benturan kepentingan antara individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok. Jika hal ini terjadi, maka konflik merupakan sesuatu yang niscaya terjadi dalam masyarakat. Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.Sehingga kepentingan – kepentingan yang mementingkan kelompoknya sendiri membuat konflik tak terelakan. Dan biasanya kelompok – kelompok mayoritas kurang menghargai kelompok –kelompok minoritas . Selain itu dendam lama yang belum terselesaikan membuat konflik bisa terjadi kapan saja. Persatuan yang semu masih dapat menyebabkan konflik karena persatuan tersebut masih belum dilandasi hati nurani. Makna Pancasila Sebagai Pemersatu Pancasila itu adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia dan dasar negara kita. Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas arah serta tujuan yang ingin dicapainya sangat memerlukan nilai-nilai luhur yang dijunjung sebagai pandangan/filsafat hidup. Sudah jelas bahwa Pancasila memiliki nilai – nilai yang luhur. Nilai – nilai luhur tersebut merupakan hasil dari kumpulan – kumpulan Kulturisasi dari budaya – budaya bangsa Indosnesia yang dirumuskan oleh para pejuang bangsa Indonesia. Setelah ditnjau dari pengertian diatas berarti Pancasila merupakan sebuah kumpulan ide – ide dari pejuang yang telah memikirkan nilai –nilai luhur. Didalam lima sila terdapat sebuah nilai yang bisa dijadikan landasan pemersatu bangsa yakni sila ke tiga yang berbunyi “Persatuan Bangsa”. Meneladani hal tersebut kita seharusmya paham akan pentingnya persatuan seperti apa yang telah diperjuangkan oleh para pejuang. Kita harus benar – benar memahami bahwa Pancasila itu bukanlah sekedar omong kosong atau sebuah symbol belaka. Penanggulangan dari konflik SARA Dari hasil analisis diperlukan suatu upaya pembinaan yang efektif dan berhasil, diperlukan pula tatanan, perangkat dan kebijakan yang tepat guna memperkukuh integrasi nasional antara lain : a. Membangun dan menghidupkan terus komitmen, kesadaran dan kehendak untuk bersatu. b. Menciptakan kondisi dan membiasakan diri untuk selalu membangun consensus. c. Membangun kelembagaan (pranata) yang berakarkan nilai dan norma yang menyuburkan persatuan dan kesatuan bangsa. d. Merumuskan kebijakan dan regulasi yang konkret, tegas dan tepat dalam aspek kehidupan dan pembangunan bangsa yang mencerminkan keadilan bagi semua pihak, semua wilayah. e.Upaya bersama dan pembinaan integrasi nasional memerlukan kepemimpinan yang arif dan bijaksana, serta efektif. Dengan memberlakukan hal- hal di atas ditambah pemahaman yang mendalam tentang simbol – simbol persatuan Indonesia seperti Bhineka Tunggal Ika , dan Pancasila. Selain itu sifat saling menghargai setiap orang yang ada dapat membuat hidup kita aman dan damai saling terjadi peleburan
menjadi satu yang disebut persatuan. Dan yang terakhir kita setelah menjadi satu tidak ada lagi yang namanya kita bersifat kedaerahan yang ad hanya satu Indonesia.
Kesimpulan & Saran Kesimpulan Konflik adalah sesuatu yang hampir tidak mungkin bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat. Selama masyarakat masih memiliki kepentingan, kehendak, serta cita-cita konflik senantiasa “mengikuti mereka”. Oleh karena dalam upaya untuk mewujudkan apa yang mereka inginkan pastilah ada hambatan-hambatan yang menghalangi, dan halangan tersebut harus disingkirkan. Tidak menutup kemungkinan akan terjadi benturan-benturan kepentingan antara individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok. Jika hal ini terjadi, maka konflik merupakan sesuatu yang niscaya terjadi dalam masyarakat. Konflik – konflik yang terjadi di Indonesia adalah hal yang terjadi karena kurangnya sifat persatuan. Sifat – sifat yang masih mementingkan kepentingan kelompoknya sendiri membuat kita terpecah menjadi kelompok – kelompok yang memaksakan kehendaknya. Saran Sebaiknya kita harus bisa menerima orang lain dengan apa adanya tanpa memaksakan kehendak kita. Terjadinya konflik yang terjadi saat ini adalah karena kurang memaknai sebuah symbol persatuan yang ada oleh karena itu kita juga sering bersifat kedaerahan. Sifat – sifat yang tidak dapat mentolerir orang lain dapat juga menimbulkan masalah yang berbenturan dan itu membuat sebuah konflik sehigga jangan pernah menyulut api yang sudah mulai padam. Dan janganlah menggunakan kekerasan sebagai jalan yang terbaik untuk menyelesaikan suatu masalah. Kita harus bisa benar – benar memilih jalan yang menguntungan kita semua atau jalan tengah.
Referensi www.wikipedia.com Bambang.2010.Merajut damai di Maluku.Ambon : Tifa Damai