TUGAS AKHIR PANCASILA PANCASILA DAN AGAMA
N ama
: Wiryaw an Adipa Ad ipa Tritya Vijaya
N IM
: 11 11.11 .11 .4 .4692 6 92
Kelomp ok
: C
J uru san
: S 1 - Te kn i k In for ma tika
D osen
: Ta haj hajud ud in S , Dr D rss
STMIK “AMIKOM” YOGYAKARTA 2011
KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puj i syukur ke ha di rat Alla h SWT, atas se gala limpa han ra hmat dan ka runia -Nya kepa da saya sehingga dapat menye lesaikan makalah ini yang berjudul “Pancasila dan Agama”
Saya me nya dari bahwa dalam proses pe nulisa n makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannnya. Namun demikian, saya telah berupa ya de ngan segala kemampua n da n pengeta huan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, saya dengan rendah ha ti dan de nga n tangan terbuka mene rima ma sukan, sara n dan usul guna pe nye mpurnaan maka lah in i.
Akhir kata, sa ya sampaika n te rima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Alla h SWT sena ntiasa meridhai se ga la usaha kita. Amin.
Yogyakarta, 24 Oktober 2011
Wiryawan Adipa Tritya Vijaya NIM. 11.11.4692
ABSTRACT BAB I
: Tern yata di Indonesia masih banyak p iha k-pihak ya ng ingin membengun ne garan ya sendiri-sendiri ya ng be rda sarkan aga ma.
BAB II
: Ba nyaknya pihak-pihak yang justru memeca hbelah NKRI denga n mementingkan zionisme semata.
BAB III
: Indonesia harus masih dibangun dengan dasar Pancasila, bukan den gan hal-hal yang selama ini telah melenceng dari Panca sila.
BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Masalah
Pancasila me rupakan pandanga n hidup, dasar negara, dan pemersatu bangsa Indonesia yang majemuk. Mengapa begitu besar pengaruh Pancasila terhadap bangsa dan ne gara Indonesia? Kondisi ini dapa t te rjadi karena perjalanan sejarah dan kompleksitas keberadaan bangsa Indonesia seperti ke ra ga man suku, a ga ma, bahasa dae rah, pulau, adat istiadat, keb iasaan budaya, serta warna kulit jauh berbeda satu sama lain tetapi mutlak harus dipersatukan.
Sejarah Pancasila adalah bagian dari sejarah inti negara Indonesia. Sehin gga tidak heran bagi sebagian ra kyat Indone sia, Pancasila dian ggap sebagai se suatu yang sakral ya ng harus kita hafalkan dan me matu hi apa yang diatur di dalamnya. Ada pula sebagian pihak yang sudah hampir tidak mempedulikan lagi semua aturan-aturan yang dimiliki oleh Pancasila. Namun, di lain pihak muncul orang-orang yang tidak sepihak atau menolak akan adan ya Pancasila seba gai dasar negara Indone sia.
Sebagai contoh, kasus kudeta Partai Komunis Indonesia yang mengingin kan mengga nti ide olo gi Pancasila den ga n ideologi Komunis. Juga kasus kudeta DI/TII yang ingin memisahkan diri dari Indonesia dan mendirikan sebuah ne ga ra Islam. Atau kasus yang masih hangat di te linga kita masalah pemberontakan tentara GAM.
Setelah melihat semua kejadian di atas, kejadian-kejadian itu be rsumbe r pada perbedaan dan ke tida kcocokan ideologi Pancasila seba gai ideologi ne gara Ind onesia de ngan ideo logi yan g me reka an ut. Dengan kata lain mereka ya ng melakukan kudeta atas dasar keyakinan a kan prinsip yang mereka anut a dalah yang palin g baik, k hususnya bagi ora ng-ora ng yang be rlatar belakan g prinsip a gama.
Masalah pokok yang he nda k d ikemuka kan di sin i adalah ke nyataan ba hwa Pa ncasila tidak meru pakan paham ya ng lengkap, juga tidak me rupa kan ke satua n yan g bulat. Ke lengkapann ya bergantung pada p emikiran lain yan g dijabarkan ke dalam Pancasila; dan kesatuan bulatnya juga demikian. Dalam rangka ini, paham agama bisa pula masuk
1.2.
PERUMUSAN MASALAH Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: Apakah Pancasila masih cocok menjadi ideologi yang dianut oleh bangsa Indonesia yang
terdapat beragam kepercayaan (agama). Apakah dengan terus menjadikan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, dapat menuju negara yang aman dan stabil.
BAB II ISI 2.1.
PENDEKATAN HISTORIS
Se ba gai ne ga ra yang berma yoritas pendu duk a ga ma islam, Pa ncasila sendiri ya ng se ba gai dasar ne ga ra Indonesia tidak bisa lepas da ri pengaruh a gama ya ng te rtua ng dalam sila pe rtama yan g berbunyi sila “ Ketuhanan yang Maha Esa”. yang pada awaln ya berbun yi “… den gan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pe melukny a” yang sejak saat itu dikenal sebagai Pia gam Jakarta.
Namun dua ormas Islam terbesar saat itu dan masih bertahan sampai sekarang yaitu Nahdlatul Ulama dan Mu hammadiya h me nenta ng penera pan Piagam Ja ka rta terse but, karena dua ormas Islam te rsebut menyada ri bahwa jika penerapan syariat Islam diterapkan secara tidak langsung na mun pa sti akan menjadikan In donesia se bagai ne gara Islam dan secara “fair” hal tersebut dapat memojokkan umat beragama lain. Yang lebih buruk lagi adalah da pat memicu disintegrasi bangsa terutama ba gi p rovinsi yang ma yoritas be ra ga ma nonislam. Ka rena itula h sampai detik ini bu nyi sila pertama adalah “ketuhanan yang maha esa” yang berarti bahwa Pancasila mengakui dan menyakralkan keberadaan Agama, tidak hanya Islam namun terma suk juga Kristen, Katolik, Bud ha dan Hindu sebagai aga ma resmi negara pada saat itu.
Tetapi sampai seka rang banyak pihak-pihak ya ng menginginka n Indonesia me njadi negara Islam. Menurut sa ya, mungkin hal ini ya ng me micu ba nya k pemberontakan te rha dap pe merintah yang di mana mereka (pemberontak ) menginginkan membangun negara Islam. Sepe rti contohnya GAM (Gerakan Aceh Merdeka).
Gera kan Aceh Me rde ka a tau yan g b iasa disebut de nga n GAM, meru pakan organisasi separatisme yang telah berd iri di Ace h sejak tah un 1976. Tujuan didirikann ya GAM ini iala h aga r Ace h da pat le pas dari Negara Ke satuan Republik In donesia, dan membuat negara ke satuan send iri de ngan na ma Nan ggroe Aceh Da russalam. Gera kan Ace h Merde ka juga dikenal de nga n nama Aceh S umatera National Liberation Fro nt (ASNLF).
Pa da a walnya, GAM adala h sebuah organisasi ya ng dip roklamirkan secara terbatas. Deklarasi GAM yang dikumandangkan oleh Hasan Tiro dilakukan secara diam-diam disebuah kamp kedua yang bertempat di bukit Cokan, Pedalaman Kecamatan Tiro, Pidie. Setahun kemudian, teks tesebut
disebarluaskan dalam ve rsi tiga bahasa; Inggris Indo nesia, dan Aceh. Pen yebaran naskah tek s pro klamasi GAM ini, te run gkap ketika salah seo rang anggo ta nya ditan gka p oleh polisi dikarena pemalsuan fo rmulir pemilu di tahun 1977. Sejak itulah, pemerintahan orde baru mengetahui tentang pe rgera kan bawah tana h di Ace h.
Pa da awalnya, gerakan ini terdiri da ri sekelompo k intele ktual yang merasa kecewa atas model pembangu nan di Aceh. Hal ini te rkait dengan pe nye lenggaraan pe merinta han di ba wah orang-ora ng Ja wa. Kelo mpok intelektual ini berasumsi bahwa telah terjadi kolonialisasi Jawa atas masya rakat da n kekayaan alam di Aceh. Untuk mendapatkan dukun gan dari masya rakat, kalangan pemuda, serta tokoh-tokoh agama di Ace h, Hasan Tiro mereproduksi gagasa n anti-ko lonialisasi Jawa. Gagasan-gagasan Hasan Tiro ini semakin memuncak setelah pemerintah orde baru meng-eksplorasi ke ka yaan gas alam da n minyak bumi di Aceh Uta ra sejak a wal 1970 -an.
Se ba gai dasar ne ga ra RI, Pa ncasila juga bukanlah peraha n mu rni dari nilai-nilai yang berkembang di masyarakat Indonesia. Karena ternyata, silasila dalam Pa ncasila, sama pe rsis dengan asas Zionisme dan Freemasonry. Seperti Monoteisme (Ketuhanan YME), Nasionalisme (Kebangsaan), Humanisme (Kemanusiaan yang a dil dan be radab ), Demok rasi (Mu syawarah), dan Sosialisme (Keadilan Sosial). Tegasnya, Bung Karno, Yamin, dan Soepomo mengadopsi (baca: memaksakan) asas Zionis dan Freemasonry untuk diterapkan di Indonesia.
Selain alasan di atas, a gama-agama yan g be rlaku di Ind onesia tidak ha nya Islam, teta pi a da Kristen Protestan da n Katolik, Hindu, Budha, bahkan Konghuc u. Ke semua agama itu, menganut pa ham atau konsep be rtuhan ba nya k, ba hka n pengikut a nimisme. Hanya a gama Islam saja yan g memiliki konsep Berketuhanan YME (Allahu Ahad).
Pada masa pra kemerdekaan tatanan sosial masyarakat di Nusantara, kebanyakan terdiri dari Kerajaan-kerajaan Hindu. Dari sistem monarkis seperti ini, belum dikenal k onsep musya warah u ntuk mufakat; teta pi yang berlaku adalah sabda pandita ratu. Rakyat harus tunduk dan patuh pada titah san g raja tanpa rese rve. Sekaligus, minus demokrasi, karena kedud uka n raja diwarisi turun temurun. Kala itu, tidak ada persatuan. Perpecahan, perebutan kekuasaan dan wilayah, selalu mengundang pertumpahan darah.
Sejak awa l, Pa ncasila a gaknya tidak dima ksudkan seba gai alat pe mersatu, apalagi untuk me ngakomodir ke-Bhinekaa n yan g menjadi ciri ba ngsa Indone sia. Tetapi untu k menjegal peluan g be rlakunya Sya ri’at Islam. Para nasionalis sekuler, terutama Non Muslim, hingga kini menjadikan Pancasila sebagai senjata ampu h untuk menje gal Sya riat Islam, meski konsep
Ke tuhana n yan g terda pat dalam Pa ncasila berbeda den gan konsep bertuhan ba nya k yang mereka anut. Mere ka lebih sibuk menyerimpung o rang Islam ya ng mau menjalankan Sya riat aga manya, ketimbang den gan gigih memperjuangkan haknya dalam menjalankan ibadah dan menerapkan ke tentuan a ga manya. Bagaima na toleransi bisa dibangun di atas konstruksi filsafat yang men gha silkan ana rk isme ideologi se perti ini?
Pancasila, sudah kian terbukti, cuma sekadar alat politisi busuk yang anti Islam, namun mengatasnamakan ke-Bhinekaa n. Pada hal, bukan ha nya Indonesia yan g masyarakatnya multietnis, multi kultural, da n multi agama. Di Amerika Serikat, untuk mempertahankan ke-Bhinekaannya mereka tidak pe rlu Pancasila, begitu pun ne ga ra jiran Mala ysia. Nyatanya, me reka justru lebih maju dari Indonesia.
Ke nyataan ini, beta papun pahitnya ha ruslah diakui seca ra jujur. Sayan gnya, sejumlah pejabat da n mantan pejabat di negeri in i, belum juga siuman dari mimpinya tentang kemanusiaan yang adil dan beradab, sebagaimana sila kedua Pancasila. Sedang sejarah membuktikan, apa yang dilakukan rezim penguasa selama 66 tahun Indonesia merdeka, justru penindasan terhadap kemanusiaan.
Dalam memperingati ha ri la hir Pancasila, 4 Juni 2006, di Band ung, muncul sejumlah tokoh nasional berupaya memperalat isu Pancasila untuk ke pentingan zionisme. Celakan ya, mereka men ggunakan cara yang tidak cerdas dan manipulatif. Dengan berlandaskan asas Bhineka Tunggal Ika, mereka memosisikan agama seolah-olah perampas hak dan kemerdekaan ba ngsa Ind one sia. Sega la hal ya ng be rkaitan de ngan a gama dian ggap membelenggu kebebasan. Kebencian pada agama, pada gilirannya, menyebabkan parameter kebenaran porak-poranda, kemungkaran akhlak merajalela. Kesyirikan, alira n sesat, dan pe rilaku menyesatkan membawa epidemi kerusakan dan juga bencana.
Anehnya, peristiwa bencana gempa bumi yang menewaskan lebih dari 6000 jiwa d i Jo gjaka ta, 27 Mei 2 006, malah yan g disalahkan Islam dan umat Islam. Se orang pa ranormal mengatakan,”Bencana gempa di Jogjaka rta, terjadi akibat pendu kung RUU APP ya ng kian ana rkis.” Lalu, pemba karan ka ntor Bupati Tuban, cap jempol atau silang darah di Jatim, yang dilakukan anggota PKB da n PDIP, dan men ya tro ni aktivis FPI, Majelis Mujahid in, da n Hizbut Tahrir. Apa kah buka n tindakan a na rkis? Jan ga n lupa, Bupati Ba ntul, Idham Sama wi, yan g daerahnya paling banya k korban gempa bumi be rasal dari PDIP.
Tidak itu saja. Upa ya pen yeragaman b uda ya, maupun moral atas nama a gama, juga dikritik pe das. “Bhineka Tunggal Ika sebagai landasan awal
ba ngsa Indonesia haru s dipertahankan. Masyarakat In donesia bera neka ragam, sehin gga tinda kan menyeragamkan buda ya itu tidak dibenarkan,” kata Megawa ti. Pe nye ra gaman yang dimaksu d, sebagaimana d ikatakan Akbar Tanjung,”Keberagaman itu tidak dirusak denga n mema ksakan kehendak. Pihak yang me rongro ng Bhineka, ada lah ke kuata n-kek uatan yang ingin menyeragamkan.”
Pa dahal, justru Bun g Ka rno p ula orang pe rtama ya ng me ngkhianati Pancasila. Dengan memaksakan kehendak, ia berusaha menyeragamkan ideologi, budaya, da n seni. Ide olo gi NASAKOM (Nasiona lisme, agama, dan komun is) dipa ksakan berlaku secara despotis. Demikian pula, se ni ya ng bo leh dipe rtunjukkan hanya sen i ga ya Lekra. Sementara yang berjiwa keaga maan dinyatakan sebagai musuh revolusi. Begitu pun Soeharto, berusaha menyeragamkan ide ologi melalui asas tun ggal Pa ncasila. Ha silnya, kehancuran.
2.2.
PEMBAHASAN
Ke be ragaman a ga ma dan pemeluk a gama di Indo nesia menjadi se buah ke nya taan ya ng tak te rba ntahkan. Kenyataan in i menu ntut ada nya kesada ran da ri setiap pemeluk a gama untuk menja ga keharmon isan hubungan di antara mereka.
Semua pemeluk agama memang harus mawas diri. Yang harus disadari adalah bahwa mereka hidup dalam sebuah masyarakat dengan keyakinan a gama ya ng be ra gam. Dengan demikian, semestinya tak ada satu kelompok pe meluk agama yang mau menan g sendiri.
Se perti yan g telah kita ketahui bahwa di In donesia terda pat berba gai macam suku bangsa, adat istia dat hingga be rba ga i macam agama dan aliran ke pe rcayaan. De ngan kond isi sosiokultur ya ng be gitu heterogen dib utuhkan sebua h ideologi yang netral na mu n dapat mengayomi berba gai ke ra gaman yang ada di Indonesia.
Karena itu dipilihlah Pancasila sebagai dasar negara. Namun saat ini yang menjadi permasalahan adalah bunyi dan butir pada sila pertama. Sedan gkan sejauh ini tida k a da pihak manapun yan g secara terang-tera ngan menentan g bunyi da n butir pada sila kedua hingga ke lima. Namun ada ormas-ormas yang teran g-terangan menolak isi dari Pa ncasila tersebut.
Akibat maraknya parpol dan o rmas Islam yan g tidak menga kui keberadaan Pancasila dengan menjual nama Syariat islam dapat mengakiba tkan disinte gra si ban gsa. Bagi kebanyakan ma sya rakat In donesia ya ng cinta atas keutu han NKRI maka ba nya k dari me re ka yang mengatasnamakan diri mereka Islam Pancasilais, atau Islam Nasionalis.
Ko nsep ne ga ra Panca sila adalah k onse p negara a ga ma-a ga ma. Konsep ne ga ra ya ng me njamin setiap pemeluk agama untuk menjalankan a gamanya secara utuh, penuh dan sempurna. Negara Pancasila bukanlah negara agama, bukan p ula ne gara se kuler apa la gi negara athe is. Sebuah negara yang tidak tundu k pada salah satu agama, tidak pula memperkena nka n pemisaha n negara da ri agama, a palagi sampai me ngaku i tidak tun duk pada a gama mana pun. Negara Pancasila mendorong dan memfasilitasi semua penduduk untuk tunduk pa da agaman ya. Pene rapa n hukum-huk um aga ma secara utuh da lam negara Pancasila a dalah dimungkinkan. Sema ngat pluralisme d an ketuhana n yang dikandung Pancasila telah siap mengadopsi kemungkinan itu. Tak perlu ada ketakutan ataupun kecemburuan apapun, karena hukum-hukum agama hanya be rlaku pada pemeluk nya. Pe nerapan ko nsep ne ga ra a gama -a ga ma akan menghapus superioritas satu agama a tas a ga ma lainnya. Tak ada lagi a sumsi mayo ritas – minoritas. Ba hka n pemeluk a ga ma dapat hidup berdampingan secara damai dan sederajat. Adopsi hukum-hukum agama dalam negara Pancasila a kan menjamin kele sta rian dasar ne ga ra Pancasila, prinsip Bhineka Tunggal Ika dan NKRI.
Pikirkan jika suatu kebenaran, kesalahan maupun etika moral ditentukan ole h sebuah definisi sebuah a gama dalam hal in i a gama Islam. Sedangkan ketika anda terlibat didalamnya anda adalah seseorang yang memeluk agama diluar Islam! Apakah yang anda pikirkan dan bagai mana perasaan di hati anda ketika sebuah kebenaran dan moralitas pada hati nurani anda ditentukan o leh agama lain yang bukan anda an ut?
Sekarang di beberapa provinsi telah terjadi, dengan alasan moral dan budaya maka diterap kan lah aturan terse but. Seba ga i conto h, k ini di sebuah provinsi semua wanita harus menggunakan jilbab. Mungkin bagi sebagian kecil ora ng ya ng tin ggal di In donesia merupakan keinda han namu n ba gai mana dengan budaya yang selama ini telah ada? Jangankan di tanah Papua, pa kaian Keba ya pun a rtin ya dilara ng dipakai olah p utri daerah. Bukankah ini merupakan pengkhianatan terhadap kebinekaan bangsa Indonesia yang begitu he terogen. Jika anda masih ra gu, silaka n lihat apa yang terjadi di Sa udi Ara bia de nga n aliran Salafy Wa habin ya. Tida k ada pemilu, tidak ada ke setaraan gender dan lihat betapa te rsisihnya kaum wanita dan pe nga nut a gama minoritas di sana. Jika memang a nda cinta den gan Adat, Buda ya dan Tole ransi umat beragama di Indonesia dukung dan ja galah kesucian Pa ncasila sebagai ideologi pemersatu bangsa.
BAB III KESIMPULAN & SARAN 3.1.
Kesimpulan
Be rda sarkan lata r bela kang, pembahasan d i atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Pancasila adalah ideologi ya ng sangat baik untuk diterapkan di negara Indonesia yang te rdiri da ri be rba ga i macam agama, suk u, ra s da n bahasa. Sehin gga jika ideo logi Pancasila diganti oleh ide ologi yang berla tar belakang a gama, akan te rjadi ketidakn yama nan ba gi rakya t yang meme lu k a ga ma di luar a ga ma ya ng dijadikan ide ologi negara te rsebut. Dengan memperta hankan ideologi Pancasila seba gai dasar ne gara, jika melaksanakannya dengan baik, maka pe rwujudan untuk menuju negara yang aman dan sejahtera pasti akan terwujud.
3.2.
Saran
Untuk memban gun ne ga ra Indonesia be rdasarkan Pancasila k ita ha nya membutuhkan rasa nasionalisme yang tinggi dan kerja keras untuk mewujudkannya, bukan de nga n cara memecah belah ne gara ini (de ngan membangun negara baru yang berdasarkan agama). Indonesia bukan lah ne ga ra dengan satu a gama tetapi negara dengan ba nyak agama.
REFERENSI Salam, H. Burhanuddin, 1998. Filsafat Pancasilaisme. Jakarta: Rineka Cipta.
Alfian, Ibrahim, 1987. Perang di Jalan Allah: Perang Aceh 1873-1912. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
ASNLF, 2008. Nota Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka
Koe ntjaranin gra t. 198 0. Manusia dan Agama . Jakarta: PT. Gramedia.