TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG CARA PENINGKATAN PRODUKSI ASI DI BPS DIYAH SUMARMO DESA TANJUNGSARI KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Akhir Pendidikan Dilploma III Kebidanan
Disusun oleh : DENI FABONA B09 012
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012 i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Segala puji syukur atas rahmat dan hidayah Allah SWT, yang selalu tercurah pada hamba-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Cara Peningkatan Produksi
ASI
di
BPS
Diyah Sumarmo Desa Tanjungsari Kecamatan
Banyudono Kabupaten Boyolali”. Karya Tullis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan. Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mendapatkan berbagai macam bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Direktur STIKES Kusuma Husada Surakarta. 2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka Prodi D III Kebidanan Kusuma Husada Surakarta. 3. Ibu Rahajeng Putiningrum, S.ST.M.Kes selaku pembimbing yang dengan sabar memberikan bimbingan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 4. Ibu Diyah Sumarmo selaku Bidan Desa Tanjungsari Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali yang telah membantu dan memberi ijin kepada penulis dalam melaksanakan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
iv
5. Segenap Dosen STIKES Kusuma Husada Surakarta yang telah yang telah memberikan dorongan dan bantuan kepada penulis. 6. Ibu-ibu yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. 7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini banyak kekurangan baik tulisan maupun isi, maka dari itu saran dan masukan dari pembaca sangat penulis harapkan agar penyusunan Karya Tulis Ilmiah nanti akan lebih baik.
Surakarta,
Juli 2012
Penulis
v
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta Program Studi DIII Kebidanan Karya Tulis Ilmiah, Juli 2012 Deni Fabona NIM : B09 012 TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG CARA PENINGKATAN PRODUKSI ASI DI BPS DYAH SUMARMO DESA TANJUNGSARI KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI xiii + 56 halaman + 8 tabel + 2 gambar + 17 lampiran ABSTRAK Latar Belakang : Berdasarkan SDKI (Survei Demografi Kesehatan Indonesia) tahun 2007 gambaran pemberian ASI di Indonesia, yaitu 32,3%, masih jauh dari rata-rata dunia yaitu 38%. Saat ini bayi kurang dari 6 bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16,7% tahun 2002 menjadi 27,9% pada tahun 2007 (SDKI 2007). Mengingat pentingnya pemberian ASI bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasan bayi, maka perlu perhatian agar dapat terlaksana dengan benar. Kunci utama untuk memulai produksi ASI dengan sukses adalah membuat bayi menghisap payudara secara sering dan teratur, berdasarkan kebutuhan dan dengan posisi yang benar. Beberapa faktor yang mempengaruhi kelancaran ASI yaitu rangsangan otot-otot buah dada (perawatan payudara), keteraturan bayi menghisap, keadaan ibu, makanan dan istirahat ibu (Sunarsiah, 2007). Hasil wawancara terhadap 10 ibu nifas di BPS Dyah Sumarmo didapatkan ibu yang belum mengetahui cara peningkatan produksi ASI sebanyak 80%. Tujuan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang cara peningkatan produksi ASI berdasarkan kategori baik, cukup, kurang. Metode penelitian : Penelitian ini menggunakan jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di BPS Dyah Sumarmo Desa Tanjungsari Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali pada bulan Mei sampai Juni 2012. Populasi yang digunakan dalam penelitian 34 responden, dengan jumlah sampel 34 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan sampling jenuh. Instrument penelitian ini adalah kuesioner tertutup, variabel penelitian adalah variabel tunggal. Hasil Penelitian : Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang cara peningkatan produksi ASI pada kategori baik sebanyak 5 responden (14,7%), kategori cukup sebanyak 23 responden (67,6%) dan kategori kurang sebanyak 6 (67,6%). Kata Kunci : Pengetahuan, ibu nifas, cara peningkatan produksi ASI Kepustakaan : 20 literatur ( Tahun 2003 s/d 2012 ) responden (17,6). Kesimpulan : Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang cara peningkatan produksi ASI yang paling banyak pada kategori cukup sebanyak 23 responden
vi
MOTTO Sesungguhnya setiap kesulitan itu pasti disertai denagn kemudahan (QS. Al-Insyiroh : 6 ) Jadikan ilmu itu sebagai lentera dalam menempuh hidupmu, karena dengan ilmu itu manusia dapat menghargai dan dihargai orang lain, dan dengan ilmu itu pula manusia itu laksana seorang raja (Penulis) Awali semuanya denagn doa dan senyum Apa yang telah berlalu, sudah berlalu dan apa yang telah pergi tidak akan kembali. Oleh karena itu jangan pikirkan apa yang telah berlalu, karena sesungguhnya ia telah pergi dan tidak akan kembali (Kahlil Gibran) Beri satu kunci untuk mengenal hidup, jadikan setiap langkah kita sebagai langkah Insya Allah kita akan tahu tujuan hidup yang sesungguhnya.
vii
CURICULUM VITAE
Foto 3×4
Nama
: Deni Fabona
Tempat / Tanggal Lahir
: Wonogiri, 18 Februari 1991
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Sidowayah RT 01/ RW 01, Ploso, Purwantoro, Wonogiri
Riwayat pendidikan
:
1. SD Negeri 1 Ploso
LULUS TAHUN 2003
2. SMP Negeri 2 Purwantoro
LULUS TAHUN 2006
3. SMA Negeri 1 Purwantoro
LULUS TAHUN 2009
4. Prodi D III Kebidanan STIKES Kusuma Husada Surakarta
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................
iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................
iv
ABSTRAK .....................................................................................................
vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................
vii
CURRICULUM VITAE ................................................................................
viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xiii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang .......................................................................
1
B. Perumusan Masalah ...............................................................
3
C. Tujuan Penelitian ...................................................................
3
D. Manfaat Penelitian .................................................................
4
E. Keaslian Penelitian .................................................................
5
F. Sistematika Penelitian ............................................................
5
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori ........................................................................
7
1. Pengetahuan .....................................................................
7
2. Nifas .................................................................................
10
ix
BAB III
3. Laktasi ..............................................................................
11
4. Peningkatan Produksi ASI ...............................................
22
B. Kerangka Teori.......................................................................
32
C. Kerangka Konsep ...................................................................
33
METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian .............................................
34
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................
34
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ..............
34
D. Instrumen Penelitian ..............................................................
35
E. Teknik Pengumpulan Data .....................................................
40
F. Variabel Penelitian .................................................................
40
G. Definisi Operasional Variabel ................................................
41
H. Metode Pengolahan dan Analisis Data ..................................
41
I. Etika Penelitian ......................................................................
43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian…………………………………………..…. 46 B. Pembahasan ………………………………………………..
49
C. Keterbatasan penelitian …………………………………….
54
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………… 55 B. Saran ………………………………………………………… 55 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan bagi Ibu Menyusui ......
16
Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Tentang Cara Peningkatan Produksi ASI .....
33
Tabel 3.3 Definisi Operasional Penelitian ....................................................
37
Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur ..................................
46
Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan ........................
47
Tabel 4.3 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan ............................
47
Tabel. 4.4 Mean dan Standar Deviasi ...........................................................
48
Tabel 4.5 Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Cara Peningkatan Produksi ASI di BPS Dyah Sumarmo Boyolali Desa Tanjungsari Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali ...........
xi
48
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1Kerangka Teori .............................................................................
30
Gambar 2.2Kerangka Konsep ..........................................................................
31
xii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.
Jadwal Penelitian
Lampiran 2.
Surat Ijin Pengambilan Data Awal
Lampiran 3.
Surat Balasan dari Lahan Penelitian
Lampiran 4.
Surat Permohonan Ijin Validitas
Lampiran 5.
Surat Balasan Permohonan Ijin Validitas
Lampiran 6.
Surat Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 7.
Surat Balasan Penggunaan Lahan
Lampiran 8.
Lembar Permohonan menjadi Responden
Lampiran 9.
Lembar Persetujuan menjadi Responden
Lampiran 10. Keusioner Penelitian Lampiran 11. Data Validitas Pengetahuan tentang Cara Peningkatan Produksi ASI Lampiran 12. Tabel Nilai r Product Moment Lampiran 13. Validitas Pengetahuan Cara Peningkatan Produksi ASI Lampiran 14. Riliabilitas Kuesioner Pengetahuan Lampiran 15. Data kuesioner Pengetahuan tentang Cara Peningkatan Produksi ASI Lampiran 16. Mean dan Standar Deviasi Lampiran 17. Lembar Konsultasi Proposal Karya Tulis Ilmiah
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat, diprioritaskan pada kelompok masyarakat risiko tinggi yaitu golongan bayi, balita, usia sekolah, remaja, ibu hamil dan ibu menyusui serta usia lanjut. Upaya tersebut dilakukan secara terintegrasi dengan penanggulangan kemiskinan secara nasional. UPGK perlu dilakukan secara terpadu, lintas program dan lintas sektor agar lebih berdaya guna dan berhasil guna sehingga dapat terlaksananya kegiatan secara nyata dan bertanggung jawab dengan memperhatikan faktor epidemiologi, geografi, sosial ekonomi dan budaya masyarakat setempat (Depkes RI, 2009). Pemberian ASI di Indonesia belum dilaksanakan sepenuhnya, upaya meningkatkan perilaku menyusui pada ibu yang memiliki bayi masih dirasa kurang. Permasalahan yang utama adalah faktor sosial budaya kesadaran akan pentingnya ASI. Pelayanan kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung peningkatan penggunaan ASI, gencarnya promosi susu formula dan ibu bekerja (Roesli, 2008). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 19972007 memperlihatkan terjadinya penurunan prevalensi ASI eksklusif dari 40,2% pada tahun 1997 menjadi 39,5% pada tahun 2003 dan 32% pada tahun 2007 (BPS, BKKBN, Depkes, 2003-2007), sedangkan berdasarkan SDKI (Survei Demografi Kesehatan Indonesia) tahun 2007 gambaran pemberian
1
2
ASI di Indonesia, yaitu 32,3%, masih jauh dari rata-rata dunia yaitu 38%. Saat ini bayi kurang dari 6 bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16,7% tahun 2002 menjadi 27,9% pada tahun 2007 (SDKI 2007). Daerah Jawa Tengah dalam pemberian ASI eksklusif adalah 34,53%. Pemberian ASI eksklusif oleh ibu di Kota Solo masih sangat rendah, terbukti pada tahun 2010 hanya 30 persen dari total 3.970 bayi usia 0-6 bulan yang diberi ASI (Depkes RI, 2009). Menyusui merupakan suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil atau menghentikan menyusui lebih dini. Banyak alasan yang dikemukakan ibu-ibu antara lain, ibu merasa air susunya tidak cukup dan tidak keluar pada hari-hari pertama kelahiran bayi, hal ini di sebabkan karena kurang percaya diri bahwa air susunya cukup untuk bayi dan kurangnya informasi tentang cara-cara menyusui yang baik dan benar. Didaerah pedesaan pada umumnya ibu menyusui, namun hasil penelitian menunjukan bahwa pengaruh kebiasaan kurang baik, yaitu memberikan makanan atau minuman untuk mengganti air susu apabila belum keluar pada hari pertama kelahiran. Kebiasaan ini dapat membahayakan kesehatan bayi dan kurangnya kesempatan untuk merangsang produksi air susu ibu sedini mungkin melalui isapan pada payudara ibu (Depkes RI, 2009). Mengingat pentingnya pemberian ASI bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasannya, maka perlu perhatian agar dapat terlaksana dengan benar. Kunci utama untuk memulai produksi ASI dengan sukses adalah membuat bayi menghisap payudara secara sering
3
dan teratur, berdasarkan kebutuhan dan dengan posisi yang benar. Beberapa faktor yang mempengaruhi kelancaran ASI yaitu rangsangan otot-otot buah dada (perawatan payudara), keteraturan bayi menghisap, keadaan ibu, makanan dan istirahat ibu (Sunarsiah, 2007). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di BPS Dyah Sumarmo Desa Tanjungsari Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali pada tanggal 16 Januari 2012, didapatkan data jumlah ibu nifas pada bulan Desember sampai bulan Januari 2012 sebanyak 32 ibu nifas, dari data tersebut di dapat 28 ibu menyusui dan 4 ibu tidak menyusui. Hasil wawancara terhadap 10 responden didapatkan
informasi
8
ibu
menyatakan
belum
mengetahui
cara
meningkatkan produksi ASI dan 2 ibu menyatakan sudah mengetahui cara menigkatkan produksi ASI. Berdasarkan latar tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang “tingkat pengetahuan ibu nifas tentang cara peningkatan produksi ASI di BPS Dyah Sumarmo Desa Tanjungsari Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana tingkat pengetahuan ibu nifas tentang cara peningkatan produksi ASI di BPS Dyah Sumarmo Desa Tanjungsari Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali?”.
4
C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan umum Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang cara peningkatan produksi ASI di BPS Dyah Sumarmo Desa Tanjungsari Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali.
2.
Tujuan khusus a.
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang cara peningkatan produksi ASI berdasarkan kategori baik
b.
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang cara peningkatan produksi ASI berdasarkan kategori cukup
c.
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang cara peningkatan produksi ASI berdasarkan kategori kurang
D. Manfaat Penelitian 1.
Bagi ilmu pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi ilmu pengetahuan dalam usaha untuk mengurangi AKI (Angka Kematian Ibu) post partum.
2.
Bagi diri sendiri Memberikan kesempatan bagi peneliti untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di institusi pendidikan pada ibu nifas dalam situasi nyata.
5
3.
Bagi institusi a.
Bagi lahan penelitian Untuk meningkatkan pemberian asuhan kebidanan pada ibu menyusui.
b.
Bagi institusi pendidikan Untuk memberikan masukan secara konseptual sesuai hasil penelitian pada mata kuliah kebidanan khususnya cara peningkatan produksi ASI pada ibu nifas.
E. Keaslian penelitian Penelitian serupa yang sudah dilakukan antara lain: 1. Sunarsiah.tahun 2007: Poltekes Samarinda Jurusan Kebidanan. Penelitian tentang “Hubungan pemberian ASI Dini Dengan kelancaran produksi ASI pada hari ke III post partum Di RSU A.M . Parikesit Tenggarong” dengan metode penelitian deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Hasil penelitian ada hubungan antara pemberian ASI dini dengan kelancaran produksi ASI, dari
50 responden didapatkan 41 responden
(82%) mengalami kelancaran produksi ASI pada hari ketiga post partum, sedangkan 9 responden (18%) tidak mengalami kelancaran produksi ASI pada hari ketiga post partum.
6
F. Sistematika penulisan Sistematika dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Dalam bab ini menjelaskan isi karya tulis secara singkat yang meliputi latar belakang, perumusan masalah, batasan penelitian, tujuan penelitian, keaslian penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berisi tentang teori medis tentang nifas, laktasi, peningkatan produksi ASI. Berisi pula tentang kerangka teori dan kerangka konsep penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini terdiri dari jenis dan rancangan penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel, instrument penelitian, teknik pengumpulan data, variabel penelitian, definisi operasional variabel, metode pangolahan dan analisis data, etika penelitian. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini berisi tentang gambaran umum tempat penelitian, hasil penelitian, pembahasan dan keterbatasan BAB V SIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini berisi tentang simpulan dari penelitian dan saran. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya) dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek sebagian indera
besar
pengetahuan
pendengaran
(telinga)
seseorang dan
indera
diperoleh
melalui
penglihatan
(mata)
faktor-faktor
yang
(Notoatmodjo, 2010). Menurut
Notoatmodjo
(2005),
mempengaruhi pengetahuan salah satunya pendidikan, makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima informasi sehingga
makin
banyak
pula
pengetahuan
yang
dimilikinya.
Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan. Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa umur mempengaruhi tingkat penerimaan informasi yakni semakin tua umur sesorang ingatannya semakin berkurang, sehingga sulit menerima informasi
7
8
yang diberikan, sebaliknya semakin muda umur akan mudah menerima informasi yang didapat dan akan lebih tertarik untuk mengetahui sesuatu hal. Menurut Wawan & Dewi (2011), pengetahuan dicakup dalam domain kognitif. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Berdasarkan pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh badan yang telah dipelajari atau yang telah diterima, oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Menurut Wawan dan Dewi (2010), yang mempengaruhi pengetahuan yaitu pendidikan yang dapat mempengaruhi seseorang untuk menentukan cita-citanya, menentukan manusia untuk berbuat dan
mengisi
kehidupan
untuk
mencapai
keselamatan
dan
kebahagiaannya, adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhinya, antara lain adalah faktor pekerjaan yaitu keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan keluarganya, faktor umur adalah tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dan kekuatan seseorang akan lebih matang beraktivitas dalam bekerja.
9
b. Tingkatan Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu: 1) Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu, untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan. 2) Memahami (Comprehension) Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tetapi orang tersebut, tidak sekedar menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. 3) Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. 4) Analisa (Analisys) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponenkomponen yang terdapat pada suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat
10
membedakan
atau
memisahkan,
mengelompokan,
membuat
diagram (bagan) terhadap pengetahuan terhadap objek tersebut. 5) Sintesis (sintesys) Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari suatu komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu komponen untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan komponen seseorang
untuk
melakukan justivikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya atau norma-norma yang berlaku di masyarakat. 2. Nifas a. Pengertian Nifas Masa nifas terdiri atas periode setelah kelahiran bayi dan plasenta sampai sekitar 6 minggu post partum (Wiknjosastro, 2008). b. Periode Masa Nifas Masa nifas dibagi dalam 3 periode: 1) Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari. 2) Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu.
11
3) Remote Puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan (Ambarwati & Wulandari, 2008). 3. Laktasi Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia. Masa laktasi mempunyai tujuan meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan meneruskan pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun secara baik dan benar serta anak mendapatkan kekebalan tubuh secara alami (Ambarwati & Wulandari, 2008). a. Komposisi Gizi dalam ASI ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, lactose dan garam organik yang disekresi oleh ke dua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi. Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini berdasarkan stadium laktasi (Proverawati & Rahmawati, 2010). Komposisi ASI dibedakan menjadi 3 macam, yaitu: 1) Kolostrum Kolostrum adalah ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir. Kolostrum merupakan
12
cairan yang agak kental berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan dengan ASI matur, bentuknya agak kasar karena mengandung butiran lemak dan sel-sel epitel, yang dihasilkan pada sel alveoli payudara ibu. Sesuai untuk kapasitas pencernaan bayi dan kemampuan ginjal baru lahir yang
belum
mampu
menerima
makanan
dalam
volume
besar, jumlahnya tidak terlalu banyak tetapi kaya akan gizi dan sangat baik bagi bayi. Kolostrum mengandung karoten dan vitamin A yang sangat tinggi, ada lebih dari 90 bahan bioaktif dalam kolostrum, komponen utamanya dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor imun dan faktor pertumbuhan kolostrum juga banyak mengandung berbagai jenis vitamin, mineral dan asam amino yang seimbang, semua unsur ini bekerja secara sinergis dalam memulihkan dan menjaga kesehatan tubuh. 2) ASI Peralihan ASI peralihan adalah ASI yang dihasilkan setelah kolostrum (8 – 20 hari) dimana kadar lemak, laktosa, dan vitamin larut air lebih tinggi dan kadar protein, mineral lebih rendah, serta mengandung lebih banyak kalori daripada kolostrum. 3) ASI matur ASI matur adalah ASI yang dihasilkan 21 hari setelah melahirkan dengan volume bervariasi 300 – 850 ml/hari tergantung pada besarnya stimulasi saat laktasi. ASI matur 90% nya adalah air
13
yang diperlukan untuk memelihara hidrasi bayi, sedangkan 10 % kandungannya adalah karbohidrat, protein, lemak yang diperlukan untuk kebutuhan hidup dan perkembangan bayi. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai 6 bulan. Volume ASI pada tahun pertama adalah 400 – 700 ml/24 jam, tahun kedua 200 – 400 ml/24 jam, dan sesudahnya 200ml/24 jam. Ada 2 tipe ASI matur (a) Foremilk : jenis ini dihasilkan selama awal menyusui dan mengandung air, vitamin-vitamin dan protein. (b) Hind-milk : jenis ini dihasilkan setelah pemberian awal saat menyusui dan mengandung lemak tingkat tinggi dan sangat diperlukan untuk pertambahan berat bayi. Kedua jenis tersebut di atas sangat dibutuhkan ketika ibu menyusui yang akan menjamin nutrisi bayi secara adekuat yang diperlukan sesuai tumbuh kembang bayi. Oleh karena itu sebaiknya menyusui dilakukan sampai bayi terpuaskan (kenyang), sehingga terpenuhi semua kebutuhan gizinya, lebih sering bayi menghisap, lebih banyak ASI yang diproduksi, sebaliknya berkurangnya isapan bayi menyebabkan produksi ASI berkurang. Mekanisme
ini
disebut
mekanisme
(Proverawati & Rahmawati, 2010).
supply
and
demand
14
b. Menurut Roesli (2008), manfaat menyusui dan keunggulan ASI antara lain: 1) Kualitas dan kuantitas nutrisi yang optimal 2) Anak lebih sehat 3) Mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak. 4) Membantu mengurangi kelaparan karena ASI mampu memenuhi kebutuhan kalori 31%, protein 38%, vitamin A45%, dan vitamin C 95%. Keadaan ini akan secara bermakna memenuhi kebutuhan. Hal tersebut dapat mengurangi angka kejadian kurang gizi dan pertumbuhan yang berhenti yang umumnya terjadi pada usia ini. c. Keuntungan Menyusui bagi Ibu Menurut Roesli (2008), Keuntungan Menyusui bagi ibu antara lain: 1) Mengurangi risiko kanker payudara (ca mamma). 2) Mengurangi risiko kanker indung telur (ca ovarium) dan kanker rahim (ca endometrium). 3) Mengurangi risiko keropos tulang (osteoporosis). 4) Mengurangi risiko rheumatoid arthritis. 5) Metode KB paling aman. 6) Mengurangi risiko diabetes maternal 7) Mengurangi stress dan gelisah. 8) Berat badan lebih cepat kembali normal.
15
d. Fisiologi Laktasi Pada masa hamil terjadi perubahan payudara, terutama mengenai besarnya, karena berkembangnya kelenjar payudara karena proliferasi sel-sel duktus laktiferus dan sel-sel kelenjar pembuatan air susu ibu. Proses proliferasi dipengaruhi oleh hormon yang dihasilkan plasenta, yaitu: laktogen, prolaktin, koriogonadotropin, estrogen dan progesteron. Selain itu, perubahan tersebut juga disebabkan bertambah lancarnya peredaran darah pada payudara, setelah persalinan, kadar estrogen dan progesteron menurun dengan lepasnya plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi, sehingga kerja prolaktin yang tadinya dihambat oleh estrogen dengan lepasnya plasenta maka air susu ibu segera keluar. Setelah persalinan, segera susukan bayi karena akan memacu lepasnya prolaktin dari hipofise sehingga pengeluaran air susu bertambah lancar (Huliana, 2003). Dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam poses laktasi adalah refleks prolaktin dan refleks aliran (let down refleks), yang timbul akibat perangsangan putting susu oleh isapan bayi. 1) Refleks Prolaktin Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada puting susu terangsang, rangsangan tersebut dibawa ke hipotalamus oleh serabut afferent, kemudian dilanjutkan ke bagian depan kelenjar hipofise yang memacu pengeluaran hormon
16
prolaktin ke dalam darah. Melalui sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar memproduksi air susu. 2) Refleks aliran (let down refleks) Rangsangan yang ditimbulkan bayi saat menyusu diantar sampai kebagian belakang kelenjar hipofise yang akan melepaskan hormon oksitosin masuk kedalam darah. Oksitosin akan memacu otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktus berkontraksi sehingga memeras air susu dari alveoli, duktus dan sinus menuju puting susu (Proverawati & Rahmawati, 2010). e. Gizi Ibu Menyusui Kebutuhan gizi ibu menyusui meningkat 25% dibandingkan gizi wanita yang tidak menyusui. Peningkatan gizi ini diperlukan untuk tetap mempertahankan produksi ASI, sehingga bayi dapat menikmati ASI eksklusif sampai 4-6 bulan (Roesli, 2008). Makanan yang sehat harus selalu seimbang, yaitu menu lengkap sesuai dengan kebutuhan tubuh. Menu makanan yang seimbang
mengandung
unsur-unsur,
seperti
sumber
tenaga,
pembangun, pengatur dan pelindung. 1) Sumber tenaga (energi) Sumber tenaga diperlukan untuk pembakaran tubuh, pembentukan jaringan baru, serta penghematan protein.
17
2) Sumber pembangun (protein) Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian selsel yang rusak atau mati. 3) Sumber pengatur dan pelindung (mineral, air dan vitamin) Unsur-unsur tersebut digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan mengatur kelancaran metabolisme di dalam tubuh. Sumber zat pengatur dan pelindung bisa diperoleh dari semua jenis sayur dan buah-buahan segar (Huliana, 2003). Ibu menyusui juga dianjurkan minun dalam jumlah yang cukup, paling sedikit usahakan sebanyak 8 gelas sehari. Selama masa nifas juga dianjurkan untuk minum kapsul vitamin A (200.000 unit) dan minum tablet zat besi selama 40 hari post partum (Yanti, 2011).
18
Tabel 2.1 Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan bagi Ibu Menyusui Zat Gizi
Wanita tidak Hamil
Energi (kalori) Protein (g) Vitamin A (mg) Vitamin E (mg) Vitamin D (mg) Vitamin K (mg) Riboflavin (mg) Niasin (mg) Tiamin (mg) Vitamin B12 (mg) Asam folat (mg) Vitamin C (mg) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg) Seng (mg) Iodium (mg) Selenium (mg) Sumber: (Djoko, 2006).
2200 48 500 7,5 5 55 1,1 14 1,1 2,4 400 60 600 600 29 7,4 110 26
Ibu menyusui bayi umur: 0 – 6 bulan 2900 62 850 15 18 55 1,6 17 1,5 2,8 500 85 600 600 44 14,1 200 41
7 – 12 bulan 2700 60 800 15 18 55 1,6 17 1,5 2,8 500 85 600 600 44 14,1 200 41
Ibu menyusui umumnya makan 6 kali sehari sesuai dengan frekuensi menyusui bayi, karena setiap habis menyusui merasa lapar, selain cukup makan, dianjurkan pula banyak minum minuman berkhasiat yang dapat mempengaruhi produksi ASI, misalnya minum air, susu dan jus buah sebanyak mungkin, serta perhatian pola makan dengan baik supaya produksi ASI lancar dalam masa laktasi (Yanti, 2011). Makanan yang dapat meningkatkan produksi ASI, antara lain kacangkacangan dan biji-bijian (terutama wijen), buah-buahan dan sayuran segar, bayam, singkong, kacang mede, buncis dan jagung muda, teh herbal peningkat persediaan ASI (yang dikenal dengan istilah galactagogues, daun katuk diduga mengandung polifenol dan steroid yang berperan dalam refleks
19
prolaktin atau merangsang hormon oksitosin untuk memacu pengeluaran dan pengaliran ASI, fenugreek di indonesia bijinya sering disebut kelabat, kelabet atau klabet yang antara lain digunakan sebagai bumbu dapur untuk pembuatan gulai. Fenugreek sangat kaya akan fitoestrogen yang dapat melancarkan produksi ASI (Yanti, 2011). Contoh menu sehari untuk ibu menyusui Pagi : susu 1 gelas (200 cc) Jam 08.00 : nasi (100 gr), pecel sayuran (100 gram), semur daging (30 gram), tempe goreng atau bacem (50 gram). Jam 11.00: sup kacang merah segar (25 gram), ditambah ayam (15 gram), dan wortel (50 gram). Jam 13.30 : nasi (200 gram), pepes ikan (75 gram), daun singkong (25 gram), ayam panggang kalasan (50 gram), tahu bacem (50 gram), sayur bening daun katuk, oyong (150 gram) dan 100 gram buah sesuai musimnya. Jam 16.00 : slada buah (150 gram) atau rujak buah (150 gram), minum air kacang ijo. Jam 19.00 : Nasi (200 gram), sate ati ayam (50 gram), daging ayam (25 gram), tempe bumbu mangut (50 gram), aneka sayuran (100 gram) dan buah sesuai musimnya. Jam 22.00: susu 1 gelas (200 cc) (Yanti, 2011) f. Cara Menyusui yang Benar Langkah-langkah menyusui yang benar adalah sebagai berikut:
20
1) Menyusui bayi segera atau selambatnya setengah jam setelah bayi lahir. Mintalah kepada bidan untuk membantu melakukan hal ini. 2) Biasakan mencuci tangan dengan sabun setiap kali sebelum menyusui. 3) Perah atau keluarkan sedikit kolostrum atau ASI dan oleskan pada daerah puting dan sekitarnya. 4) Ibu duduk atau tiduran atau berbaring dengan santai. 5) Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi: Perut bayi menempel pada perut ibu, dagu bayi menempel pada payudara, telinga dan lengan bayi berada dalam satu garis lurus, mulut bayi terbuka lebar menutupi daerah gelap sekitar puting susu. 6) Agar mulut bayi membuka adalah dengan menyentuhkan puting susu pada bibir atau pipi bayi. 7) Setelah mulut bayi terbuka lebar, segera masukkan puting dan sebagian besar lingkaran atau daerah gelap sekitar puting susu ke dalam mulut bayi. 8) Berikan ASI secara bergantian dari susu sebelah kiri, lalu ke sebelah kanan sampai bayi merasa kenyang. 9) Cara melepas puting susu dari mulut bayi dengan menekan dagu bayi ke arah bawah atau dengan memasukkan jari ibu antara mulut bayi dan payudara ibu.
21
10) Setelah selesai menyusui, mulut bayi dan kedua pipi bayi dibersihkan dengan kapas yang telah direndam dengan air hangat. 11) Sebelum ditidurkan, bayi harus disendawakan dulu supaya udara yang terisap bisa keluar 12) Bila kedua payudara masih ada sisa ASI keluarkan dengan alat pompa susu (Chumbley, 2003). g. Cara Pengamatan Teknik Menyusui yang Benar Untuk mengetahui bayi telah menyusu dengan tehnik yang benar, dapat dilihat: 1) Seluruh badan bayi menghadap ibu 2) Bayi menghisap lama dan dalam 3) Bayi santai dan bahagia 4) Puting susu ibu tidak terasa nyeri (Huliana, 2003). h. Faktor yang Menyebabkan Seorang Ibu Tidak Menyusui Bayinya Faktor yang menyebabkan seorang ibu tidak menyusui bayinya: 1) Pihak Bayi a) Kelainan Anatomik: sumbing pada bibir atau palatum dan kelainan gastrointestinal b) Masalah organik: prematuritas, gangguan metabolik dan kelainan susunan syaraf pusat c) Faktor psikologis: bayi yang “stress” atau bayi yang “sulit”.
22
2) Pihak Ibu a) Kelainan anatomik: payudara yang telah diangkat dan puting tenggelam atau datar. b) Kelainan fisiologik: payudara jarang disusu, hambatan refleks “let down”: stress, kelelahan, depresi, obat-obatan misal pil KB yang mengandung estrogen, ibu perokok/peminum alkohol yang berat, gizi ibu menyusui yang kurang baik, penurunan berat badan ibu yang terlalu drastis. c) Masalah organik: ibu sedang menderita sakit dan gangguan hormonal. d) Faktor psikologi: depresi, cemas, sedang ada masalah, kurang mendapat dukungan dari suami atau keluarganya dalam menyusui bayi, kurangnya pengetahuan tentang manfaat dan keunggulan ASI dan takut kehilangan kecantikan jika menyusui. 3) Kombinasi faktor bayi dan ibu a) Masalah struktural: mulut bayi yang kecil, lidah yang pendek, payudara yang besar, puting datar atau tenggelam dan penggunaan empongan b) Faktor psikologik: pemberian susu formula pada bayi baru lahir dan pemberian suplemen makanan lain selain ASI yang terlalu cepat
23
c) Faktor psikologis: bayi dirawat terpisah dengan ibunya, bayi yang ditelantarkan atau yang mendapat perlakuan salah dan penyebab lain misalnya ruangan yang terlalu bising, menghentikan menyusui sebelum bayi selesai menyusui (Anonim, 2009). 4. Peningkatan Produksi ASI a. Produksi ASI Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan mulut bayi pada putting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar pictuitary anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang mengandalkan pengeluaran air susu. Proses pengeluaran air susu juga tergantung pada let down reflex, dimana hisapan putting dapat merangsang kelenjar Pituitary Posterior untuk menghasilkan hormon oksitosin, yang dapat merangsang serabut otot halus di dalam dinding saluran susu agar membiarkan susu dapat mengalir secara lancar (Siregar, 2004). Kegagalan dalam perkembangan payudara secara fisiologis untuk menampung air susu sangat jarang terjadi. Payudara secara fisiologis merupakan tenunan aktif yang tersusun seperti pohon tumbuh di dalam puting dengan cabang yang menjadi ranting semakin mengecil (Siregar, 2004). Susu diproduksi pada akhir ranting dan mengalir kedalam cabang-cabang besar menuju saluran ke dalam putting. Secara visual
24
payudara dapat di gambarkan sebagai setangkai buah anggur, mewakili tenunan kelenjar yang mengsekresi dimana setiap selnya mampu memproduksi susu, bila sel-sel Myoepithelial di dalam dinding alveoli berkontraksi, anggur tersebut terpencet dan mengeluarkan susu ke dalam ranting yang mengalir ke cabang-cabang lebih besar, yang secara perlahan-lahan bertemu di dalam aerola dan membentuk sinus lactiverus. Pusat dari areola (bagian yang berpigmen) adalah putingnya, yang tidak kaku letaknya dan dengan mudah dihisap (masuk kedalam) mulut bayi (Arini, 2012). b. Volume Produksi ASI Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak bayi lahir akan dapat menghasilkan 50-100 ml sehari dari jumlah ini akan terus bertambah sehingga mencapai sekitar 400-450 ml pada waktu bayi mencapai usia minggu kedua. Jumlah tersebut dapat dicapai dengan menyusui bayinya selama 4 – 6 bulan pertama. Karena itu selama kurun waktu tersebut ASI mampu memenuhi kebutuhan gizinya. Setelah 6 bulan volume pengeluaran air susu menjadi menurun dan sejak saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat makanan tambahan (Winarno, 2004). Dalam keadaan produksi ASI telah normal, volume susu terbanyak yang dapat diperoleh adalah 5 menit pertama. Penyedotan/
25
penghisapan oleh bayi biasanya berlangsung selama 15-25 menit. Selama
beberapa
bulan
berikutnya
bayi
yang
sehat
akan
mengkonsumsi sekitar 700-800 ml ASI setiap hari. Akan tetapi penelitian yang dilakukan pada beberapa kelompok ibu dan bayi menunjukkan terdapatnya variasi dimana seseorang bayi dapat mengkonsumsi sampai 1 liter selama 24 jam, meskipun kedua anak tersebut tumbuh dengan kecepatan yang sama. Konsumsi ASI selama satu kali menyusui atau jumlahnya selama sehari penuh sangat bervariasi. Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan volume air susu yang diproduksi, meskipun umumnya payudara yang berukuran sangat kecil, terutama yang ukurannya tidak berubah selama masa kehamilan hanya memproduksi sejumlah kecil ASI (Siregar, 2004). Pada ibu-ibu yang mengalami kekurangan gizi, jumlah air susunya dalam sehari sekitar 500-700 ml selama 6 bulan pertama, 400-600 ml dalam 6 bulan kedua dan 300-500 ml dalam tahun kedua kehidupan bayi. Penyebabnya mungkin dapat ditelusuri pada masa kehamilan dimana jumlah pangan yang dikonsumsi ibu tidak memungkinkan untuk menyimpan cadangan lemak dalam tubuhnya, yang kelak akan digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan sebagai sumber energi selama menyusui. Akan tetapi kadang-kadang terjadi bahwa peningkatan jumlah produksi konsumsi pangan ibu tidak selalu dapat meningkatkan produksi air susunya. Produksi ASI dari ibu yang kekurangan gizi seringkali menurun jumlahnya dan akhirnya berhenti,
26
dengan akibat yang fatal bagi bayi yang masih sangat muda. Di daerah-daerah dimana ibu-ibu sangat kekurangan gizi seringkali ditemukan “merasmus” pada bayi-bayi berumur sampai enam bulan yang hanya diberi ASI (Tulus, 2011). c. Cara Peningkatan Produksi ASI Menyusui (breastfeeding) adalah pilihan yang indah dan sehat untuk bayi, tapi kadang-kadang ingin meningkatkan produksi ASI buat bayinya stres, penyakit dan kelelahan bisa berdampak negatif terhadap produksi ASI saat menyusui (Arini, 2011). Cara untuk meningkatkan produksi ASI : 1) Menyusui bayi lebih sering, biarkan bayi mendapatkan ASI selama bayi inginkan bayi biasanya menyusui 6 kali tiap hari, tambahlah menjadi tujuh atau delapan kali ketika membiarkan bayi menyusui lebih sering, tubuh ibu akan menerima respon untuk menghasilkan lebih banyak susu. 2) Menyusui dengan kedua payudara setiap menyusui. Pastikan bayi untuk menyusu pada payudara pertama selama mungkin, sampai bayi memperlambat atau berhenti menghisap, kemudian tawarkan payudara kedua. Periksa bahwa bibir bayi menempel dengan benar dan harus di bagian areola payudara dan juga diluar puting 3) Gunakan pompa payudara di antara waktu menyusui. Ketika bayi tidur atau baru saja selesai makan, gunakan pompa payudara 5-10 menit di setiap payudara untuk memberikan stimulasi ekstra dan
27
meningkatkan produksi ASI. Jangan berkecil hati jika tidak menghasilkan susu banyak selama pemompaan, karena tujuannya adalah stimulasi 4) Melakukan diet yang benar untuk agar bisa terpenuhi. Seorang ibu menyusui membutuhkan lebih dari 2000 kalori per hari, atau 300500 kalori diatas diet pra-kehamilan. Lanjutkan dengan vitamin kehamilan atau vitamin buat ibu menyusui. 5) Minum banyak air, seorang ibu menyusui harus mengkonsumsi sekitar 3 liter air per hari. Mungkin terdengar seperti banyak, tapi menyusui pasti akan selalu merasa haus. Jumlah air yang tetap akan membantu meningkatkan produksi ASI. 6) Menggunakan suplemen herbal dapat menjadi cara yang paling baik untuk meningkatkan produksi ASI. 7) Jika ibu menyusui telah mencoba semua dan masih perlu untuk meningkatkan suplai ASI, berbicara dengan dokter. Ada resep tersedia memiliki efek untuk meningkatkan produksi ASI (Tulus, 2011). d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI Menurut Siregar (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI sebagai berikut: 1) Makanan Ibu Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun
28
jumlah air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat bekerja dengan sempurna dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI. Unsur gizi dalam satu liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat dalam dua piring nasi ditambah satu butir telur. Jadi diperlukan kalori yang setara dengan jumlah kalori yang diberikan satu piring nasi untuk membuat satu liter ASI. Agar Ibu menghasilkan satu liter ASI diperlukan makanan tambahan disamping untuk keperluan dirinya sendiri, yaitu setara dengan 3 piring nasi dan satu butir telur. Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat tambahan makanan, maka akan terjadi kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jika pada masa kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi. Karena itu tambahan makanan bagi seorang ibu yang sedang menyusui anaknya mutlak diperlukan. Walaupun tidak jelas pengaruh jumlah air minum dalam jumlah yang cukup. Dianjurkan disamping bahan makanan sumber protein seperti ikan, telur dan kacang-kacangan, bahan makanan sumber vitamin juga diperlukan untuk menjamin kadar berbagai vitamin dalam ASI.
29
2) Ketentraman Jiwa dan Pikiran Pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya. Pada ibu ada 2 macam, reflek yang menentukan keberhasilan dalam menyusui bayinya, reflek tersebut adalah: Reflek Prolaktin, Let-down Refleks (Refleks Milk Ejection). 3) Pengaruh persalinan dan klinik bersalin Banyak ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik terhadap kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit atau klinik bersalin lebih menitik beratkan upaya agar persalinan dapat berlangsung dengan baik, ibu dan anak berada dalam keadaan selamat dan sehat. Masalah pemberian ASI kurang mendapat perhatian. Sering makanan pertama yang diberikan justru susu buatan atau susu sapi. Hal ini memberikan kesan yang tidak mendidik pada ibu dan ibu selalu beranggapan bahwa susu sapi lebih dari ASI. Pengaruh itu akan semakin buruk apabila disekeliling kamar bersalin dipasang gambar-gambar atau poster yang memuji penggunaan susu buatan.
30
4) Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi ASI secara keseluruhan oleh karena itu alat kontrasepsi yang paling tepat digunakan adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu IUD atau spiral. Karena AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kadar hormon oksitosin, yaitu hormon yang dapat merangsang produksi ASI. 5) Perawatan Payudara Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu dengan mengurut payudara selama 6 minggu terakhir masa kehamilan. Pengurutan tersebut diharapkan apabila terdapat penyumbatan pada duktus laktiferus dapat dihindarkan sehingga pada waktunya ASI akan keluar dengan lancar (Siregar, 2004). Perawatan payudara tidak hanya dilakukan sebelum melahirkan, tetapi juga dilakukan setelah melahirkan. Perawatan yang dilakukan terhadap payudara bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga memperlancar saluran ASI. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
31
a) Perawatan payudara secara teratur b) Pemeliharaan kebersihan sehari-hari c) Konsumsi gizi ibu harus lebih baik dan lebih banyak untuk mencukupi produksi ASI d) Ibu harus percaya diri akan kemampuan menyusui bayinya e) Ibu harus merasa nyaman dan santai f) Hindari rasa cemas dan stres karena akan menghambat refleks oksitosin (Siregar, 2004). Pelaksanaan perawatan payudara hendaknya dimulai sedini mungkin, yaitu 1-2 hari setelah melahirkan dan dilakukan dua kali sehari (Arini, 2012).
32
B. Kerangka Teori a. b. c. d. e.
Umur Pendidikan Inteligensia Sosial budaya Lingkungan
Pengetahuan
Cara peningkatan produksi ASI
Nifas
a. Menyusui bayi lebih sering b. Menyusui dengan kedua payudara setiap menyusui c. Gunakan pompa payudara di antara waktu menyusui d. Melakukan diet yang benar e. Minum banyak air f. Menggunakan suplemen herbal Gambar 2. 1 Kerangka Teori Sumber : Notoatmodjo, 2010
C. Kerangka Konsep penelitian
Tingkat pengetahuan ibu
Cara peningkatan
nifas
produksi ASI
Gambar 2. 2 Kerangka Konsep
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian diskriptif kuantitatif yaitu penelitian diarahkan untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan di dalam suatu komunitas atau masyarakat, yang telah direncanakan sampai matang ketika persiapan penelitian disusun. Metode ini digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang (Arikunto, 2010).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di BPS Dyah Sumarmo Boyolali Desa Tanjungsari Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali pada bulan Mei sampai Juni 2012.
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2010)
33
34
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas di BPS Dyah Sumarmo Boyolali Desa Tanjungsari Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali pada bulan Mei sampai Juni 2012, yaitu sebanyak 34 ibu nifas. 2. Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas yang bersalin di BPS Dyah Sumarmo Desa Tanjungsari Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali pada bulan Mei sampai Juni 2012, yaitu sebanyak 34 ibu nifas. 3. Tehnik Pengambilan Sampel Tehnik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah Sampling Jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2010). Sampel dalam penelitian ini yaitu 34 responden.
D. Instrument Penelitian Penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup yang diisi langsung oleh responden. Kuesioner tertutup adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dengan menyediakan jawaban sehingga responden tinggal memilih jawaban (Arikunto, 2010).
35
Kuesioner ini digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan ibu nifas. Dalam kuesioner ini menggunakan pilihan jawaban “Benar” atau “Salah”. Jenis pernyataan dalam kuesioner ini bisa pernyataan positif dan negatif. Untuk pernyataan positif, apabila responden memilih pilihan jawaban “benar” mendapat skor 1 dan apabila responden memilih pilihan jawaban “salah” mendapat skor 0. Sedangkan untuk pernyataan negatif, apabila responden memilih pilihan jawaban “salah” mendapat skor 1 dan apabila responden memilih pilihan jawaban “benar” mendapat skor 0. Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Tentang Cara Peningkatan Produksi ASI
Variabel Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Peningkatan Produksi ASI
No. Pertanyaan Un Favorable Favorabl e 1,2
Indikator Pengertian ASI Manfaat ASI Gizi ibu menyusui Cara menyusui yang benar
2
3,4
5
3
6,7,8,9,10
11,12,13
8
15,16,18,19,2 1
14,17,20
8
22,25
7
32,34
7
Ketentraman jiwa Perawatan payudara
Jumlah
23,24,26,27,2 8 29,30,31,33,3 5
Jumlah
35
Untuk mengetahui kuesioner untuk penelitian ini berkualitas, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan karakteristik seperti
36
sejenis di luar lokasi penelitian. Uji coba instrument dalam penelitian ini dilakukan di BPS Sri Wahyuni Boyolali, dengan jumlah responden 30. 1. Uji Validitas Sebelum instrument atau alat ukur digunakan untuk mengumpulkan data penelitian maka perlu dilakukan uji coba kuesioner untuk mencari kevalidan alat ukur tersebut (Riwidikdo, 2009). Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 2010). Instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi, dan instrumen yang kurang valid maka dilakukan dengan menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan nilai total, dengan rumus product moment (Arikunto, 2010). Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan teknik product moment. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut r=
N ( ¦ xy ) − (¦ x. ¦ y )
{N ¦ x
2
{
− (¦ x) 2 N ¦ y 2 − (¦ y ) 2
}}
Keterangan: r
: koefisien korelasi
x
: pernyataan
y
: skor total
xy
: skor pernyataan
N
: Jumlah sampel Instrument dinyatakan valid jika rhitung > rtabel, dengan taraf
signifikansi 5% (Arikunto, 2010).
37
Berdasarkan uji coba validitas yang dilakukan di BPS Sri Wahyuni Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali dengan data sebanyak 30 responden dan 35 soal. Perhitungan dilakukan menggunakan program SPSS for Windows didapat nomor 10, 15, 23, 29, 33 tidak valid karena nilai rhitung
<
rtabel (0,361) untuk selanjutnya nomor yang tidak valid
dihilangkan. Perhitungan SPSS selengkapnya terdapat dalam lampiran. Sehingga penelitian ini menggunakan 30 pernyataan. Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Tentang Cara Peningkatan Produksi ASI
Variabel Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Peningkatan Produksi ASI
No. Pertanyaan Un Favorable Favorable 1,2
Indikator Pengertian ASI
Cara menyusui yang benar Ketentraman jiwa
Perawatan payudara
5
3
6,7,8,9,10*
11,12,13
8
15*,16,18,19, 21
14,17,20
8
22,25
7
32,34
7
23*,24,26,27, 28 29*,30,31,33*, 35
Jumlah
35
Keterangan : *
2
3,4
Manfaat ASI Gizi ibu menyusui
Jumlah
: tidak valid
38
2. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah alat ukur yang digunakan saat ini pada waktu dan tempat tertentu akan sama apabila digunakan pada waktu dan tempat berbeda (Riwidikdo, 2009). Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kali pun diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto, 2010). Rumus untuk mengukur reliabel atau tidaknya instrument penelitian menggunakan pendekatan rumus Alpha Cronbach dengan bantuan program computer SPSS for Windows. Adapun rumusnya sebagai berikut: 2º ª « ¦ Si » r = 1− » i k −1 « S2 » « t ¼ ¬ k
Keterangan: r1
= Reliabilitas internal seluruh instrumen
k
= Mean kuadrat antara subjek
¦S S2 t
2 = Jumlah mean kuadrat kesalahan i
= Varian total Instrumen dikatakan reliabel jika nilai Alpha Chronbach lebih dari
0,7 (Riwidikdo, 2009). Dari uji coba reliabilitas dari 30 responden dan 35 soal yang dilakukan di BPS Sri Wahyuni Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali
39
didapatkan nilai rhitung lebih besar dari nilai alpha cronbach, 0,802 > ( 0,7 ) sehingga kuesioner dikatakan reliabel.
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan kegiatan penelitian untuk mengumpulkan data (Hidayat, 2007). 1. Data primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada peneliti. Data primer dari penelitian ini yaitu pengetahuan ibu nifas yang diperoleh dari jawaban kuesioner tentang cara peningkatan produksi ASI. 2. Data sekunder yaitu sumber data yang tidak langsung diberikan kepada peneliti. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain dari berbagai cara atau metode baik secara komersial maupun non komersial. Data sekunder dari penelitian ini yaitu data ibu nifas.
F. Variabel Penelitian Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian di tarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008). Dalam penelitian ini hanya menggunakan satu variabel yaitu pengetahuan tentang cara peningkatan produksi ASI.
40
G. Definisi Operasional Definisi
Operasional
adalah
mendefinisikan
variabel
secara
operasional berdasarkan karakteristik yang diamati ketika melakukan pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena dengan menggunakan parameter yang jelas (Hidayat, 2007). Definisi pada penelitian ini dijabarkan sebagai berikut. Tabel 3. 2Definisi Operasional Penelitian No 1.
Definisi Alat Ukur Operasional Tingkat Segala sesuatu Kuesioner Pengetahuan yang ibu nifas diketahui oleh ibu nifas tentang cara peningkatan produksi ASI Variabel
Skala Hasil Ukur Ukur Ordinal a. Baik: apabila X > mean + 1SD b. Cukup: apabila mean - 1SD X mean + 1SD c. Kurang : apabila skor X < mean -1SD (Riwidikdo, 2009).
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data 1. PengolahanData a. Editing Menurut Hidayat (2007), editing adalah memeriksa
daftar
pertanyaan yang telah diserahkan oleh para pengumpul data, pemeriksaan daftar pertanyaan yang telah terhadap:
selesai ini dilakukan
41
1) Kelengkapan jawaban, apakah tiap pertanyaan sudah ada jawabannya, meskipun jawaban hanya berupa tidak tahu atau tidak mau menjawab. 2) Keterbacaan tulisan, tulisan yang tidak terbaca akan mempersulit pengolahan data atau berakibat pengolah data salah membaca. 3) Relevansi jawaban, bila ada jawaban yang kurang atau tidak relevan maka editor harus menolaknya. Pada penelitian ini peneliti melakukan editing pada saat menerima kuesioner yang telah di isi oleh responden, di periksa kebenaran dan kelengkapannya. Bila didapatkan seorang responden yang belum lengkap maka peneliti meminta responden tersebut untuk melengkapinya. b. Coding Coding adalah memberikan kode dalam hubungan dengan pengolahan data jika akan menggunakan komputer. Dalam hal ini pengolah data memberikan kode pada semua variabel, kemudian mencoba menentukan tempatnya di dalam coding sheet/ coding form (Arikunto,2006). Coding pada penelitian ini peneliti memberikan kode atau tanda pada setiap jawaban untuk mempermudah dalam pengolahan dan analisis data serta berpedoman pada definisi operasional.
42
c. Tabulating Tabulating adalah pekerjaan menyusun tabel mulai dari penyusunan tabel utama yang berisi seluruh data dan informasi yang berhasil dikumpulkan dengan daftar pertanyaan sampai dengan tabel khusus yang telah benar-benar ditentukan bentuk dan isinya sesuai dengan tujuan penelitian. Yang termasuk dalam kegiatan tabulasi ini antara lain: memberi skor terhadap item-item yang perlu diberi scor, memberi kode, mengubah jenis data, memberikan kode (Arikunto, 2006). 2. Analisis Data Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisa univariat yaitu menganalisa terhadap tiap variabel dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan rentang nilai dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2007). Selanjutnya hasil untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas maka, ditunjukan dengan rentang nilai dengan keterangan sebagai berikut : a. Baik, bila nilai responden yang diperoleh adalah x > mean + 1SD b. Cukup, bila nilai responden yang diperoleh adalah mean - 1SD X mean + 1SD c. Kurang, bila nilai responden yang diperoleh adalah x < mean - 1SD (Riwidikdo, 2009).
43
I. Etika Penelitian Melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi subjek penelitian adalah manusia, peneliti harus memahami hak dasar manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga penelitian yang akan dilaksanakan benar-benar menjunjung tinggi kebebasan manusia (Hidayat, 2007). Setiap penelitian yang menggunakan objek manusia tidak boleh bertentangan dengan etika agar hak responden dapat terlindungi, kemudian kuesioner dikirim ke subjek yang diteliti dengan menekankan pada masalah etika penelitian. Untuk penelitian ini menekankan pada masalah etika yang meliputi: 1. Informed Consent Informed consent diberikan sebelum melakukan penelitian. Informed consent ini berupa lembar persetuan untuk menjadi responden. Pemberian informed consent ini bertujuan agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati keputusan tersebut (Hidayat, 2007). Pada penelitian ini semua responden akan di beri lembar persetujuan. 2. Anonimity (Kerahasiaan nama/identitas) Anonimity, berarti tidak perlu mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data (kuisioner). Peneliti hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data tersebut. Pada penelitian ini peneliti tidak akan
44
mencantumkan
nama
subjek
pada
lembar
pengumpulan
data
(Hidayat, 2007). 3. Confidentiality (kerahasiaan hasil) Sub bab ini menjelaskan masalah-masalah responden yang harus dirahasiakan dalam penelitian. Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian (Hidayat, 2007). Penelitian ini kerahasiaan hasil atau informasi yang telah dikumpulkan dari setiap subjek akan di jamin oleh peneliti.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di BPS Dyah Sumarmo terletak di Desa Tanjungsari Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali. BPS Dyah Sumarmo adalah salah satu Bidan Praktek Swasta memiliki 1 Bidan. Sarana dan prasarana ruang di BPS Dyah Sumarmo terdiri dari 1 Ruang bersalin , Ruang observasi nifas terdiri dari tempat tidur, ruang Poli Kebidanan dan Ruang Tunggu. Pelayanan yang diberikan BPS Dyah Sumarmo meliputi pemeriksaan ibu hamil (ANC) oleh bidan, pelayanan ibu bersalin, Imunisasi, Pelayanan Keluarga Berencana, pelayanan kesehatan Ibu dan Anak. 2. Karakteristi Responden a. Karakteristik responden berdasarkan umur Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur No
Umur
Jumlah
1 2 3
< 20 tahun 20 – 35 tahun > 35 tahun Total Sumber: Data Primer, 2012
1 31 2 34
Persentase (%) 2,9 91,2 5,9 100
Berdasarkan tabel 4.1 di atas umur kurang dari 20 tahun terdapat sebanyak 1 responden (2,9%), umur 20 – 35 tahun sebanyak 31
45
46
responden (91,2%) dan umur lebih dari 35 tahun sebanyak 2 responden (5,9%). b. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan Pendidikan
No 1 2 3
Jumlah
SMP SMA PT (Perguruan Tinggi) Total Sumber: Data Primer, 2012
14 17 3 34
Persentase (%) 41,2 50,0 8,8 100
Berdasarkan tabel di atas pendidikan SMP sebanyak 14 responden (41,2%), pendidikan SMA sebanyak 17 responden (50,0%) dan Perguruan tinggi terdapat sebanyak 3 responden (8,8%) c. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan Tabel 4.3 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan Pekerjaan
No 1 2 3
Jumlah
IRT Swasta PNS Total Sumber: Data Primer, 2012
21 10 3 34
Persentase (%) 61,8 29,4 8,8 100
Berdasarkan tabel 4.3 karakteristik responden berdasarkan pekerjaan sebanyak 21 responden (61,8%) sebagai IRT, sebanyak 10 responden (29,4%) bekerja di swasta dan sebanyak 3 responden (8,8%) sebagai PNS.
47
3. Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Cara Peningkatan Produksi ASI di BPS Dyah Sumarmo Boyolali Desa Tanjungsari Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali Setelah dilakukan penelitian didapatkan nilai mean dan standar deviasi, yaitu: Tabel. 4.4 Mean dan Standar Deviasi Variabel Mean Standar Deviasi Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas 21,8 4,8 tentang Cara Peningkatan Produksi ASI Baik
: Bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean+1 SD x > 21,8 + 1 x 4,8 = x > 26,6 Jadi Pengetahuan baik jika nilai responden = > 26,6.
Cukup
: Bila nilai responden mean -1 SD x mean + 1 SD 21,8 – 1 x 4,8 x 21,8 + 1 x 4,9 = x 17 – 26,6. Jadi Pengetahuan cukup jika nilai responden x 17 – 26,6
Kurang
: Bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean–1 SD ( x ) < 21,8– 1 x 4,8 = x < 17. Jadi Pengetahuan kurang jika nilai responden < 17.
48
Tabel 4.5 Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Cara Peningkatan Produksi ASI di BPS Dyah Sumarmo Boyolali Desa Tanjungsari Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali No
Pengetahuan
Jumlah
1 2 3
Baik Cukup Kurang Total Sumber: Data Primer, 2012 Berdasarkan
tingkat
5 23 6 34
pengetahuan
Ibu Nifas
Persentase (%) 14,7 67,6 17,7 100
tentang
Cara
Peningkatan Produksi ASI di BPS Dyah Sumarmo Boyolali Desa Tanjungsari Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali sebanyak 5 responden (14,7%) dengan pengetahuan baik tentang cara peningkatan produksi ASI, pengetahuan cukup tentang cara peningkatan produksi ASI sebanyak 23 responden (67,6%) dan pengetahuan kurang tentang cara peningkatan produksi ASI sebanyak 6 responden (17,7%). Jadi tingkat pengetahuan ibu nifas tentang cara peningkatan produksi ASI di BPS Dyah Sumarmo Boyolali Desa Tanjungsari Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali kebanyakan pada tingkat cukup yaitu sebanyak 23 responden (67,6%).
B. PEMBAHASAN Berdasarkan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang cara peningkatan produksi ASI di BPS Dyah Sumarmo Boyolali Desa Tanjungsari Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali sebanyak 5 responden (14,7%) dengan
49
pengetahuan baik tentang cara peningkatan produksi ASI, pengetahuan cukup tentang cara peningkatan produksi ASI sebanyak 23 responden (67,6%) dan pengetahuan kurang tentang cara peningkatan produksi ASI sebanyak 6 responden (17,7%). Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, raba dengan sendiri. Sebagian besar pengetahuan
manusia
diperoleh
melalui
mata
dan
telinga
(Notoatmodjo 2010). Hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden berpendidikan SMA sebanyak 17 responden (50,0%). Menurut Notoatmodjo (2005), faktorfaktor yang mempengaruhi pengetahuan salah satunya pendidikan, makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan. Berdasarkan karakteristik responden berdasarkan umur kebanyakan responden berumur umur 20 – 35 tahun sebanyak 31 responden (91,2%). Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa umur mempengaruhi tingkat penerimaan informasi yakni semakin tua umur sesorang ingatannya semakin berkurang, sehingga sulit menerima informasi yang diberikan, sebaliknya semakin muda
50
umur akan mudah menerima informasi yang didapat dan akan lebih tertarik untuk mengetahui sesuatu hal. Menurut Wawan & Dewi (2011), pengetahuan dicakup dalam domain kognitif. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Berdasarkan pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh badan yang telah dipelajari atau yang telah diterima, oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Menurut Wawan dan Dewi (2010), yang mempengaruhi pengetahuan yaitu pendidikan yang dapat mempengaruhi seseorang untuk menentukan citacitanya, menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaannya, adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhinya, antara lain adalah faktor pekerjaan yaitu keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan keluarganya, faktor umur adalah tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dan kekuatan seseorang akan lebih matang beraktivitas dalam bekerja. Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI (Ambarwati & Wulandari, 2008). Menurut Roesli (2008), manfaat menyusui dan keunggulan ASI yaitu: 1) Kualitas dan kuantitas nutrisi yang optimal
51
2) Anak lebih sehat 3) Mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak. 4) Membantu mengurangi kelaparan karena ASI mampu memenuhi kebutuhan kalori 31%, protein 38%, vitamin A45%, dan vitamin C 95%. Keadaan ini akan secara bermakna memenuhi kebutuhan. Hal tersebut dapat mengurangi angka kejadian kurang gizi dan pertumbuhan yang berhenti yang umumnya terjadi pada usia ini. Menurut Arini (2012) cara untuk meningkatkan produksi ASI, yaitu dengan cara menyusui bayi lebih sering, membiarkan bayi mendapatkan ASI selama bayi inginkan bayi biasanya menyusui 6 kali tiap hari, tambahlah menjadi tujuh atau delapan kali, ketika membiarkan bayi menyusui lebih sering, tubuh ibu akan menerima respon untuk menghasilkan lebih banyak susu. Menyusui dengan kedua payudara setiap menyusui. Pastikan bayi untuk menyusu pada payudara pertama selama mungkin, sampai bayi memperlambat atau berhenti menghisap, kemudian tawarkan payudara kedua. Periksa bahwa bibir bayi menempel dengan benar dan harus di bagian areola payudara dan juga diluar putting. Gunakan pompa payudara di antara waktu menyusui. Ketika bayi tidur atau baru saja selesai makan, gunakan pompa payudara 5-10 menit di setiap payudara untuk memberikan stimulasi ekstra dan meningkatkan produksi ASI. Jangan berkecil hati jika tidak menghasilkan susu banyak selama pemompaan, karena tujuannya adalah stimulasi. Melakukan diet yang benar. Seorang ibu menyusui membutuhkan lebih dari 2000 kalori per hari, atau penambahan 300-500
52
kalori diatas diet pra-kehamilan. Lanjutkan dengan vitamin kehamilan atau vitamin buat ibu menyusui. Minum banyak air, seorang ibu menyusui harus mengkonsumsi sekitar 3 liter air per hari. Mungkin terdengar seperti banyak, tapi menyusui pasti akan selalu merasa haus. Jumlah air yang tetap akan membantu meningkatkan produksi ASI. Menggunakan suplemen herbal dapat menjadi cara yang paling baik untuk meningkatkan produksi ASI. Hasil penelitian yang telah dilakukan di BPS Dyah Sumarmo Desa Tanjungsari Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali, didapatkan hasil yang paling banyak adalah pengetahuan ibu nifas tentang cara peningkatan produksi ASI dalam kategori cukup yaitu sebanyak 23 responden (67,6%). Hal ini disebabkan karena kebanyakan responden berumur 20 – 35 tahun sebanyak 31 responden (91,2%) dan berdasarkan pendidikan kebanyakan pendidikan SMA sebanyak 17 responden (50,0%) serta kebanyakan karakteristik responden berdasarkan pekerjaan sebanyak 21 responden (61,8%) sebagai IRT. Menurut Wawan dan Dewi (2010), adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhinya, antara lain adalah faktor pekerjaan yaitu keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan keluarganya, Menurut Wawan dan Dewi (2010), faktor umur adalah tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dan kekuatan seseorang akan lebih matang beraktivitas dalam bekerja, semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin baik, sehingga akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak
53
melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca.
C. Keterbatasan Penelitian 1.
Kendala Penelitan a.
Tempat penelitian letaknya cukup jauh dari kampus ataupun tempat tinggal peneliti, sehingga peneliti tidak bisa melakukan penelitian secara langsung setiap hari
b.
Dalam penelitian ini memerlukan waktu yang lama karena harus mendatangi responden dari rumah ke rumah.
2.
Keterbatasan Penelitian a.
Variabel Penelitian Variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal sehingga hasil penelitian terbatas pada tingkat pengetahuan saja.
b.
Kuesioner Kuesioner yang digunakan kuesioner tertutup sehingga responden hanya bisa menjawab ya atau tidak dan jawaban mereka belum bisa mengukur pengetahuan secara mendalam
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Responden dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang bersalin di BPS Dyah Sumarmo Boyolali Desa Tanjungsari Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali yang berjumlah 34 responden. 1. Tingkat pengetahuan baik tentang Cara Peningkatan Produksi ASI di BPS Dyah Sumarmo Boyolali Desa Tanjungsari Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali sebanyak 5 responden (14,7%) 2. Tingkat pengetahuan cukup tentang Cara Peningkatan Produksi ASI di BPS Dyah Sumarmo Boyolali Desa Tanjungsari Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali sebanyak 23 responden (67,6%) 3. Tingkat pengetahuan kurang tentang Cara Peningkatan Produksi ASI di BPS Dyah Sumarmo Boyolali Desa Tanjungsari Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali sebanyak 6 responden (17,7%).
B. Saran 1. Bagi BPS Meningkatkan kualitas pelayanan dalam hal pemberian pendidikan kesehatan terutama mengenai cara peningkatan produksi ASI
54
55
2. Bagi Responden Diharapkan untuk lebih aktif untuk mengikuti penyuluhan dan lebih banyak mencari informasi tentang cara peningkatan produksi ASI melalui media massa maupun media elektronik. 3. Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan ada penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor lain dan variable-variabel yang berhubungan dengan peningkatan produksi ASI