TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG MAKANAN PENDAMPING ASI PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI DESA REMBUN NOGOSARI BOYOLALI TAHUN 2012
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh : DEWI LESTARI NIM. B09072
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG MAKANAN PENDAMPING ASI PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI DESA REMBUN NOGOSARI BOYOLALI TAHUN 2012
Diajukan Oleh : DEWI LESTARI B09072
Telah diperiksa dan disetujui Pada tanggal…………………
Pembimbing
(ANIS NURHIDAYATI, S.ST.,M.Kes) NIK.200685025
ii
HALAMAN PENGESAHAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG MAKANAN PENDAMPING ASI PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI DESA REMBUN NOGOSARI BOYOLALI TAHUN 2012 Karya Tulis Ilmiah Disusun Oleh: DEWI LESTARI B09072 Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Ujian Akhir Program D III Kebidanan Pada Tanggal……………………
PENGUJI I
PENGUJI II
(ERNAWATI, S.ST)
(ANIS NURHIDAYATI, S.ST., M.Kes)
NIK. 200886033
NIK. 200685025
Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan Mengetahui, Ka. Prodi DIII Kebidanan
(DHENY ROHMATIKA, S.SiT)
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Tingkat Pengetahuan ibu Tentang Makanan Pendamping ASI Pada Anak Usia 6-24 bulan Di Desa Rembun, Nogosari, Boyolali”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulisan menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka. Prodi D III Kebidanan STIkes Kusuma Husada Surakarta. 3. Ibu Anis Nurhidayati, S.ST., M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis. 4. Bapak Suwarno selaku kepada Desa Rembun Nogosari Boyolali. 5. Semua responden yang telah membantu dan meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner. 6. Semua Dosen dan staff Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
iv
7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta,
Penulis
v
Juli 2012
Program Diploma III Kebidanan STIkes Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, 05 Juli 2012 Dewi Lestari 09.072 TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG MAKANAN PENDAMPING ASI PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI DESA REMBUN, NOGOSARI, BOYOLALI. xiv + 50 halaman + 9 tabel + 2 gambar + 18 lampiran ABSTRAK Latar Belakang : Tingginya angka kematian bayi dan anak merupakan ciri yang umum dijumpai di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Salah satu sebab yang menonjol diantaranya adalah karena keadaan gizi yang kurang baik. Masalah gizi yang harus dihadapi Indonesia pada saat ini adalah masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Anak harus mendapatkan makanan pendamping ASI dengan tepat dan benar, jika anak tidak mendapatkan makanan pendamping ASI dengan tepat dan benar, maka akan berkonsekuensi terhadap status gizi anak. Berdasarkan studi pendahuluan 85,71% ibu kurang mengetahui tentang makanan pendamping ASI. Tujuan : Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan di desa Rembun, Nogosari, Boyolali pada kategori baik, cukup dan kurang. Metode Penelitian : penelitian ini menggunakan Deskriptif Kuantitatif. Lokasi penelitian ini di Desa Rembun dilaksanakan pada tanggal 12-20 Mei 2012. Sampel dalam penelitian ini adalah 45 responden dengan menggunakan teknik sampling jenuh. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal dan menggunakan analisis Univariat. Hasil Penelitian : tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan dalam kategori cukup yaitu 29 responden (64,44%), pengetahuan baik 8 responden (17,78%), pengetahuan kurang 8 responden (17,78%). Kesimpulan : tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan di Desa Rembun paling banyakpada kategori cukup yaitu 64,44%. Kata Kunci : Pengetahuan, Makanan Pendamping ASI, anak usia 6-24 bulan. Kepustakaan : 19 literatur (tahun 2003 – 2012)
vi
MOTTO v Keberhasilan dalam berkarya merupakan suatu kepuasan yang tidak ternilai harganya (penulis). v Sesuatu yang yang dianggap tidak bisa dilakukan seringkali hanyalah sesuatu yang belum dicoba (penulis). v Ada suatu alasan untuk setiap langkah yang telah kita tempuh, alasan yang kuat dan tepat akan mewujudkan apa yang kita impikan (penulis).
PERSEMBAHAN v Kepada Allah SWT yang telah menuntunku, Menjagaku,
Serta
mengingatkanku
disetiap
langkahku. v Bapak dan Ibu tercinta terima kasih atas doa, dukungan dan kasih sayangnya selama ini. v Teman-teman yang berpartisipasi dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini. v Alamameter tercinta.
vii
CURICULUM VITAE
FOTO 3X4 BERWARN A
Nama
: Dewi Lestari
Tempat / Tanggal Lahir
: Boyolali, 07 Oktober 1991
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Banyurejo RT 03 RW 05 Rembun, Nogosari
Riwayat Pendidikan 1. MI Lemahbang
LULUS TAHUN 2003
2. MTsN Tinawas nogosari
LULUS TAHUN 2006
3. SMA N 1 Nogosari
LULUS TAHUN 2009
4. Prodi D III Kebidanan STIKES Kusuma Husada Angkatan 2009
viii
DAFTAR ISI halaman HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………… i HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………………….. ii HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………... iii KATA PENGANTAR……………………………………………………………... iv ABSTRAK…………………………………………………………………………. vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN…………………………………………………. vii CURICULUM VITAE…………………………………………………………….. viii DARTAR ISI………………………………………………………………………. ix DAFTAR TABEL………………………………………………………………….. x DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………. ix DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………………. xi BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………………………………………………… 1 B. Perumusan Masalah …………………………………………… 4 C. Tujuan Penelitian ……………………………………………… 4 D. Manfaat Penelitian …………………………………………….. 4 E. Keaslian Penelitian……………………………………………... 5 F. Sistematika Penelitian………………………………………….. 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA……………………………………….. 8 ix
1. Pengetahuan ………………………………………………. 8 2. Zat gizi …………………………………………………….. 13 3. Makanan Pendamping ASI………………………………… 19 B. KERANGKA TEORI …………………………………………. 28 C. KERANGKA KONSEP ………………………………………. 29 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian …………………………………………………30 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ………………………………….. 30 C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel …………... 31 D. Instrument Penelitian ………………………………………….. 31 E. Teknik Pengumpulan Data ……………………………...……... 35 F. Variabel Penelitian……………………………………………... 36 G. Definisi Operasional…………………………………………… 37 H. Metode Pengolahan dan Analisis Data………………………… 37 I. Etika Penelitian………………………………………………… 39
BAB IV
HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum……………………………… …….…….......41 B. Hasil Penelitian………………………………………………… 41 C. Pembahasan……………………………………………………. 45 D. Keterbatasan…………………………………………………… 48
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan…………………………………………………….. 49 x
B. Saran…………………………………………………………… 50 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL Halaman 2.1 Jadwal Pemberian Makanan Tambahan pendamping ASI Menurut Umur, jenis Makanan, dan Frekuensi Pemberian…………………………………...……... 24 2.2 Cara Menilai Berat Badan secara sederhana……………………………...……. 26 3.1 Tabel Kisi-kisi Soal……………………………………………………………..33 3.2 Definisi Operasional Variabel …………………………………………………. 37 4.1 tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Umur…………………………….. 41 4.2 Tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan……………………… 42 4.3 Tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan……………………….. 43 4.4 Tabel Pengolahan Data………………………………………………………… 44 4.5 Hasil Penelitian……………………………………………………………..,,,,,, 45
xii
DAFTAR GAMBAR Halaman 2.1 Kerangka Teori………………………………………………………………… 28 2.2 Kerangka Konsep………………………………………………………………. 29
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian Lampiran 2. Ijin Studi Studi Pendahuluan Lampiran 3. Surat Balasan Studi Pendahuluan Lampiran 4. Soal Wawancara Lampiran 5. Ijin Uji Validitas Lampiran 6. Surat Balasan Uji Validitas Lampiran 7. Surat Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 8. Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 9. Surat Permohonan Responden Lampiran 10. Lembar Informed Consent Lampiran 11. Kuesioner Lampiran 12. Jawaban Kuesioner Lampiran 13. Tabulasi Uji Coba Instrumen Lampiran 14. Nilai r product moment Lampiran 15. Hasil Uji Validitas Lampiran 16. Hasil Uji Reliabilitas Lampiran 17. Tabulasi Hasil Penelitian Lampiran 18. Lembar Konsultasi
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Berdasarkan visi pembangunan nasional melalui pembangunan kesehatan yang akan dicapai untuk mewujudkan keluarga mandiri sadar gizi keluarga yang optimal (Nency, 2005). Tingginya angka kematian bayi dan anak merupakan ciri yang umum dijumpai di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Salah satu sebab yang menonjol diantaranya adalah karena keadaan gizi yang kurang baik. Keadaan gizi yang kurang baik merupakan akibat dari berbagai faktor yang sering terkait terutama faktor ekonomi, sosial, budaya dan politik. Status gizi yang buruk pada ibu dan anak dapat menimbulkan pengaruh yang sangat menghambat pertumbuhan fisik, mental maupun kemampuan berfikir yang pada akhirnya akan menurunkan produktifitas kerja. Keadaan ini memberikan petunjuk bahwa pada hakikatnya gizi buruk atau kurang akan berdampak pada menurunnya kualitas sumber daya manusia (Suharjo, 2003). Masalah gizi yang harus dihadapi Indonesia pada saat ini adalah masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, sanitasi lingkungan yang
1
2
kurang baik, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi dan kesehatan, sedang masalah gizi lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada masyarakat disertai dengan kurangnya pengetahuan gizi dan kesehatan (Almasteir, 2002 dalam Waryana 2010). Gizi yang baik sangat diperlukan untuk proses tumbuh kembang bagi anak-anak. Di tinjau dari segi umur, anak balita yaitu anak yang berumur dibawah lima tahun. Anak balita merupakan anak yang sedang dalam masa tumbuh kembang dan golongan yang paling rawan terhadap kekurangan kalori protein (Back, 2000 dalam Waryana 2010). Gizi merupakan unsur yang sangat penting bagi pembentukan tubuh manusia yang berkualitas, maka perlu dipelajari tentang cara pemberian makanan pada bayi dan anak di mana golongan ini merupakan generasi yang akan mengisi masa depan (Suharjo, 2003). Makanan alamiah terbaik bagi bayi yaitu Air Susu Ibu (ASI). Sesudah usia 6 bulan anak harus mendapat makanan pendamping ASI dengan tepat dan benar, baik jumlah maupun kualitasnya. Jika anak tidak mendapat makanan pendamping ASI dengan tepat dan benar, maka akan berkonsekuensi terhadap status gizi. Makanan pendamping ASI yang baik tidak hanya mengandung 7energi dan protein, tetapi juga mengandung zat besi, vitamin A, asam folat, vitamin B serta mineral lainnya. Makanan pendamping ASI yang tepat dan baik dapat disiapkan sendiri dirumah. Pada keluarga dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah seringkali anaknya harus puas
3
dengan makanan seadanya yang tidak memenuhi kebutuhan gizi balita karena ketidaktahuan (Nency, 2005). Makanan tambahan harus diberikan pada umur yang tepat sesuai kebutuhan dan daya cerna bayi. Adanya kebiasaan masyarakat untuk memberikan nasi, pisang pada umur beberapa hari ada bahayanya, karena saluran pencernaan pada bayi belum sempurna. Makanan tambahan sebaiknya diberikan setelah umur 6 bulan karena sistem pencernaannya sudah relatif sempurna (Soraya, 2005). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Desa Rembun Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali, terdapat 7 (tujuh) posyandu balita. Jumlah balita yang ikut posyandu sebanyak 209 balita. Jumlah anak usia 0-6 bulan sebanyak 47 anak, usia 6-24 bulan sebanyak 37 anak dan usia >24 bulan sebanyak 125 anak. Berdasarkan hasil wawancara dari 7 orang ibu yang mempunyai anak usia 6-24 bulan, pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI masih rendah, hanya 1 orang ibu (14,29%) pengetahuannya baik dan 6 orang ibu (85,71%) pengetahuannya kurang. Berdasarkan informasi dari kader, pada saat posyandu bidan/kader sudah memberikan penyuluhan tentang makanan tambahan pendamping ASI. Berdasarkan uraian diatas, pengetahuan tentang makanan pendamping ASI penting di miliki oleh ibu, karena kurangnya pengetahuan dapat menyebabkan masalah gizi pada anak balita, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti “Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping ASI pada
4
anak usia 6-24 bulan di Desa Rembun Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan di Desa Rembun Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali?” C. Tujuan Penelitian 1. Umum Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan. 2. Khusus a. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan pada kategori baik. b. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan pada kategori cukup. c. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan pada kategori kurang. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi ilmu pengetahuan Menambah pengetahuan tentang makanan pendamping ASI yang tepat pada anak usia 6-24 bulan.
5
2. Bagi peneliti Menambah pengetahuan dan pengalaman serta menerapkan teori yang telah diperoleh selama pendidikan, tentang makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan. 3. Bagi institusi a. Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dalam memperkaya bahan pustaka yang berguna bagi pembaca dan penelitian selanjutnya. b. Desa Rembun Memberi informasi dan pengetahuan yang lebih luas tentang makanan pendamping ASI serta sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan dalam mengelola program di bidang kesehatan khususnya program KIA dan gizi. E. Keaslian Penelitian 1. Andrika Nosta Astagiri (2009), dengan judul “Pengetahuan Ibu Tentang Menu Makanan Pada Balita Di Desa Kenongrejo Kecamatan Bringin Kabupaten Ngawi”. Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif Kuantitatif, teknik pengambilan sampel dengan metode porpusive sampling, dengan teknik analisis univariat. Hasil penelitian ini adalah pengetahuan ibu tentang menu makanan pada balita adalah cukup baik
6
sebanyak 38 responden (52,1%), kurang baik sebanyak 29 responden (39,7%), baik dan tidak baik masing-masing sebanyak 3 responden (4,1%) 2. Wahyu Ridho Yuliyanti (2007), dengan judul “Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Makanan Tambahan Pada Bayi Umur 6-12 Bulan Di Desa Wringinpitu
Kecamatan
Tegaldlimo
Banyuwangi”.
Penelitian
ini
menggunakan metode Deskriptif Kuantitatif, teknik pengambilan sampel dengan metode total sampling dengan analisis data univariat. Hasil penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu tentang makanan tambahan pada bayi umur 6-12 bulan adalah cukup sebanyak 34 orang (61,8%), kurang 11 orang (20%), baik 10 orang (18,2%). Perbedaan dengan penelitian diatas adalah penelitian ini dilaksanakan Di Desa Rembun Nogosari Boyolali pada tanggal 12-20 Mei 2012 dengan jumlah sampel 45 orang F. Sistematika Penelitian Sistematika penulisan Karya Tulis Imiah ini meliputi; BAB I
PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat
penelitian,
keaslian
penelitian
dan
sistematika penelitian. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi teori tentang pengetahuan meliputi, definisi, tingkatan pengetahuan, faktor-faktor yang mempengaruhi
7
pengetahuan, cara memperoleh pengetahuan, teori zat gizi, teori tentang makanan pendamping ASI yang terdiri dari definisi, tahap, syarat, cara menilai respon bayi terhadap makanan, resiko pemberian ASI terlalu dini. kerangka teori dan kerangka konsep. BAB III
METODE PENELITIAN Bab ini berisikan tentang jenis dan rancangan penelitian, lokasi penelitian dan waktu penelitian, populasi, sampel dan teknik pengambilan
sampel,
instrument
penelitian,
teknik
pengumpulan data, variabel penelitian, definisi operasional, metode pengolahan dan analisis data dan etika penelitian. BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisikan gambaran umum penelitian, hasil penelitian, pembahasan dan keterbatasan
BAB V
PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI 1. Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab “What”, sedang ilmu (science) bukan sekedar menjawab “What”, melainkan akan menjawab pertanyaan Why dan How” (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia, yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010). b. Tingkatan Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003), ada 6 tingkat pengetahuan yang di capai dalam domain kognitif yaitu : 1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan
8
9
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan dan sebagainya. 2) Memahami (Comprehention) Memahami
dapat
diartikan
sebagai
suatu
kemampuan
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, Menyimpulkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari. 3) Aplikasi (Application) Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang riil. Aplikasi dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumusan metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4) Analisis (Analysys) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan atau menjabarkan materi atau obyek secara benar kedalam komponenkomponen tetapi masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan dan sebagainya.
10
5) Sintesis (Syntesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusanrumusan yang telah ada. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penelilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteriakriteria yang telah ada. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Faktor
yang
mempengaruhi
pengetahuan
menurut
Notoatmodjo (2003) antara lain : 1) Tingkat Pendidikan Pendidikan adalah upaya untuk memberi pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat. 2) Informasi Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas.
11
3) Budaya Tingkah laku manusia atau kelompok menusia dalam memenuhi kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan. 4) Pengalaman Suatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informasi. 5) Sosial ekonomi Tingkat
kemampuan
seseorang
untuk
mematuhi
kebutuhan hidup yang semakin tinggi tingkat sosial ekonomi akan menambah tingkat pengetahuan. 6) usia Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin bertambah pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuannya yang diperolehnya semakin membaik (Erfandi, 2011). d. Cara Memperoleh Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010), cara memperoleh pengetahuan, dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu : 1) Cara Tradisional Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain : a) Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan
dalam
memecahkan
masalah,
dan
apabila
12
kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. b) Secara kebetulan ini dilakukan karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan. c) Cara kekuasaan (otoritas)
dimana pengetahuan diperoleh
berdasarkan pada kekuasaan, baik otoritas tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin, maupun otoritas ahli ilmu pengetahuan. d) Berdasarkan pengalaman hal ini dilakukan dengan cara mengulang
kembali
pengalaman
yang
diperoleh
dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. e) Melalui jalan pikiran manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan. f) Kebenaran melalui wahyu adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. g) Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berfikir. h) Melalui jalan fikiran, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.
13
i) Induksi merupakan proses penarikan kesimpilan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. j) Deduksi merupakan proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan umum ke khusus. 2) Cara Modern Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah, cara ini disebut dengan metode penelitian alamiah atau lebih popular lagi metode penelitian. 2. Zat gizi a. pengertian Gizi merupakan unsur yang penting dalam nutrisi mengingat zat gizi tersebut dapat memberikan fungsi tersendiri pada nutrisi, kebutuhan nutrisi tidak akan befungsi secara optimal kalau tidak mengandung beberapa zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, demikian juga zat gizi yang cukup pada kebutuhan nutrisi akan memberikan nilai yang optimal (Hidayat, 2005). b. Macam-macam zat gizi Ada beberapa komponen zat gizi yang dibutuhkan bayi. Nutrisi bayi dan anak yang jumlahnya sangat berbeda untuk setiap umur, secara umum zat gizi dibagi menjadi dua golongan yaitu golongan makro dan golongan mikro, untuk zat gizi makro terdiri dari kalori dan
14
H2O (air), untuk kalori berasal dari karbohidrat, protein, dan lemak, H2O (air) sedangkan kelompok zat gizi miikro terdiri dari vitamin dan mineral (Hidayat, 2005). 1) Karbohidrat Karbohidrat merupakan sumber energi yang tersedia dengan mudah disetiap makanan, karbohidrat harus tersedia dalam jumlah yang cukup sebab kekurangan karbohidrat sekitar 15% dari kalori yang ada maka dapat menyebabkan terjadi kelaparan dan berat badan menurun, demikian sebaliknya apabila jumlah kalori yang tersedia atau berasal dari karbohidrat dengan jumlah yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya peningkatan berat badan (obesitas). Karbohidrat dapat diperoleh dari susu, padi-padian, buah-buahan, sukrosa, sirup, tepung dan sayur-sayuran (Hidayat, 2005). 2) Lemak Lemak merupakan zat gizi yang berperan dalam pengangkutan vitamin A, D, E, K yang larut dalam lemak. Lemak ini merupakan sumber kaya akan energi, sebagai pelindung organ tubuh seperti pembuluh darah, saraf, organ dan lain-lain terhadap suhu tubuh, dapat membantu rasa kenyang (penundaan waktu pengosongan lambung), komponen lemak dalam tubuh harus tersedia dalam jumlah yang cukup sebab kekurangan akan menyebabkan terjadinya perubahan kulit khususnya asam linoleat yang rendah, berat badan
15
kurang, akan tetapi apabila jumlah lemak yang banyak akan menyebabkan terjadi hiperlipidema, hiperkolesterol, atau dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah dan lain-lain. Lemak dapat diperoleh dari susu, mentega, kuning telur, daging, ikan, keju, kacang-kacangan, dan minyak sayur (Hidayat, 2005). 3) Protein Protein merupakan zat gizi dasar yang berguna dalam pembentukan protoplasma sel, selain itu tersedianya protein dalam jumlah yang cukup penting untuk pertumbuhan dan perbaikan sel jaringan dan sebagai larutan untuk keseimbangan osmotik. Jumlah protein dalam tubuh tersebut harus tersedia dalam jumlah yang cukup apabila jumlahnya berlebih dapat memperburuk insufisiensi ginjal demikian juga apabila jumlahnya kurang maka dapat menyebabkan kelemahan, oedema, dapat khawshiokor apabila kekurangan protein saja tetapi jika kekurangan protein dan kalori menyebabkan marasmus. Zat gizi protein dapat diperoleh dari susu, telur, daging, ikan, unggas, keju, kedele, kacang buncis, dan padipadian (Hidayat, 2005). 4) Air Air merupakan kebutuhan nutrisi yang sangat penting, mengingat kebutuhan air pada bayi relative tinggi 75-80% dari berat badan dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 55-60%. Air
16
bagi tubuh dapat berfungsi sebagai pelarut untuk pertukaran seluler, sebagai medium untuk ion, transport nutrient dan produk buangan dan pengaturan suhu tubuh. Sumber zat air dapat diperoleh dari air dan semua makanan (Hidayat, 2005). 5) Vitamin Menurut Hidayat (2005), vitamin merupakan senyawa organik yang digunakan untuk mengkatalisator metabolisme sel yang dapat berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan serta dapat mempertahankan organisme, vitamin yang dibutuhkan antara lain : a) Vitamin A (retinol) yang harus tersedia dalam jumlah yang cukup yang mempunyai pengaruh dalam kemampuan fungsi mata serta pertumbuhan tulang dan gigi dan dalam pembentukan maturasi epitel, vitamin ini dapat diperoleh dari hati, minyak ikan, susu, kuning telur, margarine, tumbuh-tumbuhan, sayursayuran dan buah-buahan. b) Vitamin B kompleks (thiamin) yang merupakan vitamin yang larut dalam air akan tetapi tidak larut dalam lemak, yang dapat menyebabkan
penyakit
beri-beri,
kelelahan,
anoreksia,
konstipasi, nyeri kepala, insomnia, takikardia, oedema, asam piruvat dalam darah akan meningkat apabila tersedia dalam jumlah yang kurang, kebutuhan vitamin ini dapat diperoleh dari dalam hati, daging, susu, padi, biji-bijian, kacang dan lain-lain.
17
c) Vitamin B2 (riboflavin), merupakan vitamin yang sedikit larut dalam air, vitamin ini tersedia dalam jumlah cukup, apabila kekurangan dapat menyebabkan fotofobia, penglihatan kabur, gagal dalam pertumbuhan. Vitamin ini dapat diperoleh didalam susu, keju, hati daging, telur, ikan, sayur-sayuran hijau, dan padi. d) Vitamin B 12 (sianokobalamin), merupakan vitamin yang sedikit larut dalam air. Pada vitamin ini sangat baik untuk maturasi sel darah merah dalam sum-sum tulang, pengaruh kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan anemia, dan vitamin ini dapat diperoleh dari daging organ, ikan, telur, susu dan keju. e) Vitamin C (asam ascorbat), merupakan vitamin yang larut dalam air yang mudah dioksidasi dan dipercepat oleh panas atau cahaya, kekurangan vitamin ini dapat menyebebkan lamanya proses penyembuhan luka, vitamin ini dapat tersedia dalam tomat, buah semangka, kubis, sayur-sayuran hijau. f) Vitamin D merupakan vitamin yang dapat larut dalam lemak dan akan stabil dalam suasana panas, vitamin ini berguna dalam mengatur penyerapan dan pengendapan kalsium dan fosfor dengan mempengaruhi permeabilitas membran usus, mengatur kadar alkali fosfatase serum, kekurangan vitamin ini akan menyebabkan pertumbuhan jelek dan osteomalaisa. Vitamin ini
18
dapat diperoleh dari dalam usus, margarine, minyak ikan, pemaparan cahaya matahari atau sumber ultraviolet lain. g) Vitamin E merupakan vitamin yang larut dalam lemak dan tidak stabil terhadap sinar ultraviolet yang dapat berfungsi dalam meminimalkan oksidasi karoten, vitamin A dan asam linoleat serta menstabilkan membran apabila terjadi kekurangan dapat menyebabkan hemolisis sel darah merah pada bayi premature dan akan menyebabkan kehilangan keutuhan syaraf. Vitamin E ini dapat diperoleh dari minyak, biji-bijian dan kacang-kacangan. h) Vitamin K merupakan vitamin yang larut dalam lemak yang dapat
berfungsi
sebagai
pembentukan protombin,
faktor
koagulasi II, VII, IX, X, yang harus tersedia dalam tubuh yang cukup
apabila
terjadi
kekurangan
dapat
menyebabkan
perdarahan dan metabolisme tulang yang tidak stabil, vitamin ini tersedia dalam sayuran berdaun hijau, daging, dan hati. 6) Mineral Mineral merupakan komponen zat gizi yang temasuk dalam kelompok mikro, yang terdiri dari kalsium, klorida, khromium, kobalt, tembaga, fluorin, yodium, besi, magnesium, mangan, fosfor, kalium, natrium, sulfur dan seng. Semua zat gizi tersebut harus tersedia dalam jumlah yang cukup (Hidayat, 2005).
19
3. Makanan pendamping ASI a. Definisi Makanan Pendamping ASI Makanan pendamping ASI adalah makanan tambahan yang diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan. Jadi selain makanan pendamping ASI, ASI harus tetap diberikan kepada bayi paling tidak sampai berusia 24 bulan. Peranan makanan pendamping ASI sama sekali bukan untuk menggantikan ASI melainkan hanya melengkapi ASI (Waryana, 2010). Makanan pendamping ASI merupakan makanan tambahan bagi bayi. Makanan ini harus jadi pelengkap dan dapat memenuhi kebutuhan bayi. Hal ini menunjukkkan bahwa, makanan pendamping ASI berguna untuk menutupi kekurangan zat-zat gizi yang terkandung dalam ASI. Dengan demikian cukup jelas bahwa peranan makanan tambahan bukan sebagai pengganti ASI, tetapi untuk melengkapi ASI (Waryana, 2010). Pemberian makanan pendamping ASI adalah untuk menambah energi dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi terus menerus. Pengetahuan masyarakat yang rendah tentang makanan bayi dapat kekurangan gizi bagi bayi (Waryana, 2010).
mengakibatkan terjadinya
20
b. Tahapan dalam pemberian Makanan Pendamping ASI 1) Pada usia 6-9 bulan Pada usia 6-9 bulan tekstur makanan sebaiknya makanan cair, lembut, saring seperti buah, bubur susu, atau bubur sayuran saring atau di haluskan (Waryana, 2010). Kebutuhan nutrisi pada anak usia ini adalah tetap ASI kemudian ditambah dengan bubur susu, bubur tim saring dan buah. Penambahan bentuk kebutuhan nutrisi disesuaikan dengan ukuran kebutuhan nutrisi pada usia anak, makanan lebih padat dari usia sebelumnya mengingat perkembangan gigi sudah mulai dan pada usia ini bayi mulai mengunyah apa saja dan memasukkan semua makanan kedalam mulut, untuk itu perlu pengawasan dalam setiap aktivitas anak (Hidayat, 2005). 2) Pada usia 10-12 bulan Pada usia 10-12 bulan bayi mulai beralih ke makanan yang lebih kental dan padat namun tetap bertektur lunak, seperti aneka nasi tim (Waryana, 2010). Pada usia ini masih tetap diberikan ASI dengan penambahan pada bubur susu, bubur tim kasar dan buah, bentuk makanan yang disediakan dapat lebih padat dan bertambah jumlahnya mengingat pertumbuhan gigi dan kemampuan fungsi pencernaan sudah mulai bertambah. Pada usia ini anak sering senang makan sendiri dengan
21
sendok atau suka mencoba makan sendiri dan makan dengan tangan. Pada anak usia 10-12 bulan ini adalah merupakan usaha yang baik dalam menuntun ketangkasan dan merasakan bentuk makanan (Hidayat, 2005). 3) Pada 12-24 bulan Pada usia 12-24 bulan bayi sudah mulai dikenalkan makanan keluarga atau makanan padat namun tetap memperhatikan rasa (Waryana, 2010). Makanan pendamping ASI yang baik adalah makanan yang tidak mengganggu organ pencernaan, seperti makanan makanan terlalu berbumbu tajam, pedas, terlalu asam atau berlemak. Pada masa ini dikenalkan finger snack atau makanan yang bisa dipegang seperti cookies, nugget, atau potongan sayuran rebus atau buah. Hal ini penting untuk melatih keterampilan di dalam memegang makanan dan merangsang pertumbuhan gigi. Organ pencernaan bayi belum sesempurna orang dewasa, makanan tertentu bisa menyebabkan gangguan pencernaan, seperti sembelit, muntah, atau perut kembung. Makanan yang dihindari seperti, makanan yang mengandung gas, seperti :durian, nangka, cempedak, tape, kol dan kembang kol (Waryana, 2010).
22
c. Hal yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan pendamping ASI. Menurut Waryana (2010), hal-hal yang penting dan harus di perhatikan dalam pemberian Makanan Pendamping ASI adalah sebagai berikut : 1) Makanan bayi (termasuk ASI) harus mengandung semua zat gizi yang diberikan oleh bayi. 2) Makanan tambahan harus diberikan pada bayi yang telah berumur 6 bulan. 3) Anak kecil memerlukan lebih dari 1x makanan dalam sehari sebagai komplemen terhadap ASI. Karena kapasitas perut masih kecil, volume makanan yang diberikan jangan terlalu besar, sehingga anak kecil harus diberikan makanan lebih sering dalam sehari dibandingkan dengan orang dewasa. 4) Bila sulit untuk menambah minyak, lemak atau gula kedalam makanan, maka bayi hanya akan memperoleh cukup zat gizi bila makan 4-6 kali perhari. Bayi dapat diberi makan 3 kali sehari dan diberi makan bergizi tinggi diantaranya (selingan) sebagai makanan kecil. 5) Sebelum berumur 2 tahun, bayi belum dapat mengkonsumsi makanan orang dewasa.
23
6) Makanan campuran ganda (multi mix) yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk dan sumber vitamin lebih cocok bagi bayi baik ditinjau dari nilai gizinya maunpun sifat fisik makanan tersebut. 7) Berikan makanan tambahan setelah bayi menyusui. 8) Pada permulaan, makanan tambahan harus diberikan dalam keadaan halus. 9) Gunakan sendok atau cangkir untuk memberi makanan. 10) Pada waktu berumur 2 tahun, bayi dapat mengkonsumsi makanan setengah porsi makanan orang dewasa. 11) Selama masa penyapihan, bayi sering kali menderita infeksi seperti batuk, campak (cacar air) atau diare, apabila makanannya mencukupi, gejalanya tidak akan sehebat bayi yang kurang gizi. d. Syarat Makanan Pendamping ASI Menurut Waryana (2010), dalam pemberian Makanan Pendamping ASI, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan, diantaranya adalah sebagai berikut : 1) Memiliki nilai energi dan kandungan protein yang tinggi. 2) Memiliki nilai suplementasi yang baik serta mengandung vitamin dan mineral yang cukup. 3) Dapat diterima oleh pencernaan bayi dengan baik. 4) Harga relatif murah.
24
5) Sebaiknya dapat diproduksi dari bahan-bahan yang tersedia secara lokal. 6) Bersifat padat gizi. 7) Kandungan serat kasar atau bahan lain yang suka dicerna dalam jumlah yang sedikit. Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Makanan Tambahan Pendamping ASI Menurut Umur, Jenis Makanan dan Frekuensi Pemberian. Umur Bayi Jenis Makanan
Frekuensi
kira-kira 6 bulan
10-12 kali sehari kapan diminta 1-2 kali sehari
a) ASI
b) Buah lunak/sari buah c) Bubur : bubur tepung beras merah, bubur kacang hijau. Kira-kira 7 a) ASI bulan b) Buah-buahan c) Hati ayam atau kacangkacangan d) Beras merah atau ubi e) Sayuran f) Minyak/santan/avokad g) Air tajin Kira-kira 9 a) ASI bulan b) Buah-buahan c) Bubur atau roti d) Daging/kacangkacangan/ayam/ikan e) Kacang tanah f) Minyak/santan/avokad Kira-kira 12 a) ASI bulan atau b) Makanan pada umumnya, lebih termasuk telur dengan kuning telurnya dan jeruk. Sumber : Waryana (2010).
Kapan diminta 4-6 kali
Kapan diminta 4-6 kali
Kapan diminta 4-6 kali
25
e. Cara Menilai Respon Bayi Terhadap Makanan menurut Waryana (2010), cara merespon bayi terhadap makanan dapat di lihat dari 2 respon, yaitu : 1) Respon jangka pendek a) Disukai atau tidak Respon anak tampak puas dan senang. b) Toleransi Cocok untuk saluran cerna bila tidak menimbulkan gangguan saluran cerna, muntah, kembung dan diare. c) Efek samping Makanan tidak cocok apabila menimbulkan gejala alergi, asma, aksim, urtikaria. 2) Respon jangka panjang a) Secara keadaan fisik anak aktif, lincah, riang, cerdas, tidak pucat, tidak lemah. b) Secara antropometri anak bertambah usia bertambah ukuran berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala.
26
Table 2.2 cara menilai kanaikan berat badan secara sederhana Usia Kenaikan Berat Badan 3 bulan pertama
1 Kg/bulan
4-6 bulan
½ Kg/bulan
7-12 bulan
BBL + (usia/bulan) x 500 gr
12 bulan
3 x BBL
2 tahun 4 x BBL Sumber : Waryana (2010). f. Resiko pemberian makanan pendamping ASI terlalu dini Menurut Nika (2012), resiko atau akibat yang timbul bila terlalu cepat memberikan Makanan Pendamping ASI adalah: 1) Dapat Menyebabkan Diare atau susah BAB. Bayi yang usianya masih dibawah 6 bulan organ pencernaannya belum siap untuk mengolah makanan, bayi hanya bisa untuk mencerna ASI. 2) Obesitas. Obesitas merupakan dampak jangka panjang dari pemberian Makanan Pendamping ASI terlalu dini, karena pola makan yang tidak sesuai dengan tubuh bayi dan bayi akan terbiasa dengan makan banyak atau berlebihan. 3) Kram Usus. Usus yang belum siap untuk mencerna makanan dipaksa untuk mengolah Makanan Pendamping ASI.
27
4) Alergi Makanan. Resiko terjadinya alergi lebih besar karena sistem kekebalan usus bayi yang belum matang.
28
B. KERANGKA TEORI Tingkatan Pengetahuan 1. Tahu (know) 2. Memahami (Comprehention) 3. Aplikasi (Application) 4. Analisis (Analysys) 5. Sistesis (Systensis) 6. Evaluasi (Evaluation)
Pengetahuan
Zat Gizi
Makanan Pendamping ASI
Faktor yang mempengaruhi 1.Tingkat Pendidikan 2.Informasi 3.Budaya 4. Pengalaman 5. Sosial Ekonomi
Zat gizi meliputi: a. Definisi b. Macam-
macam zat gizi
Makanan Pendamping ASI meliputi: a. Definisi MPASI b. Tahap Pemberian MP ASI c. Hal-hal yang diperhatikan dalam pemberian MP ASI d. Syarat MP ASI e. Respon bayi terhadap makanan f. Resiko pemberian MP ASI terlalu dini
Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber : Modifikasi Notoatmodjo (2010)
29
C. KERANGKA KONSEP Baik Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping ASI
Cukup
Kurang
Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan 1. Tingkat Pendidikan 2. Informasi 3. Budaya 4. Pengalaman 5. Sosial Ekonomi
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Keterangan
: : diteliti
---------------- : tidak diteliti
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Menurut Notoatmodjo (2010), penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk mendiskripsikan atau menguraikan suatu keadaan di dalam suatu komunitas atau masyarakat. Kuantitatif adalah data yang berhubungan dengan angka-angka, baik yang diperoleh dari hasil pengukuran, maupun dari nilai suatu data yang diperoleh. Penelitian ini menggambarkan tentang pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan di Desa Rembun Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Menurut Notoatmodjo (2010), lokasi merupakan tempat atau lokasi pengambilan penelitian yang berguna untuk membatasi ruang lingkup penelitian. Waktu adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis untuk memperoleh data studi kasus yang dilaksanakan (Budiarto, 2004). Penelitian ini dilaksanakan di Desa Rembun Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali pada tanggal 12-20 Mei 2012.
30
31
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2010). Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai anak usia 6-24 bulan di Desa Rembun sebanyak 45 orang. 2. Sampel Sampel adalah sebagian atau yang mewakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010). Jika populasi sampel kurang dari 100 lebih baik diambil semua, tetapi jika populasi lebih dari 100 dapat diambil 10%-15% atau 20%-25% atau lebih (Arikunto, 2006). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak usia 6-24 bulan di Desa Rembun sebanyak 45 orang. 3. Teknik pengambilan sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik sampling jenuh. Teknik pengambilan sampel jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2007). D. Instrument Penelitian 1. Instrument Penelitian Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup yang diisi oleh responden. Kuesioner tertutup adalah sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden
32
dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui dan sudah
disediakan
jawaban
sehingga
responden
tinggal
memilih
jawabannya (Arikunto, 2010). Kuesioner dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu soal positif (favoreble) dan negatif (unfavorable). Untuk pernyataan positif (favorable), bila jawaban benar diberi nilai 1, jika jawaban salah diberi nilai 0, sedangkan untuk pernyataan negatif (unfavorable), bila jawaban salah diberi nilai 1 dan jika jawaban benar diberi nilai 0. Pada penyusunan kuesioner, salah satu kriteria kuesioner yang baik adalah validitas dan reliabilitas kuesioner. Tujuan pengujian validitas dan reliabilitas kuesioner adalah untuk meyakinkan bahwa kuesioner yang kita susun akan benar-benar dalam mengukur gejala dan menghasilkan data yang valid. Uji coba ini akan dilakukan di Desa Glonggong dengan jumlah responden 30 orang ibu yang mempunyai anak usia 6-24 bulan. Menurut Riwidikdo (2009), untuk melakukan uji coba validitas uji coba minimal dilakukan terhadap 30 orang.
33
N Variabel o Penelitian 1. Pengetahuan tentang makanan pendamping ASI
3.1 tabel kisi-kisi soal Indikator Nomor pertanyaan favorable a. Zat Gizi 3 b. Makanan pendamping ASI 2, 11, 15, 1) Definisi 18*, 20, 31 2)Tahapan 4, 9*, 14, 3) Hal-hal yang 24, 29, harus 30* diperhatikan 16, 21*, 4) Syarat 23, 32 5) Respon bayi terhadap 12*, 17, makanan 19*, 34, 6) Resiko 35 26 pemberian makanan pendamping 27 ASI terlalu dini
Jumlah
Nomor pertanyaan unfovorable 5*, 10
Total soal
1, 22
8
8, 13
8
3
4
6, 7*, 33
8
25
2
28
2
35
Keterangan: * : soal tang tidak valid 2. Uji Validitas Menurut Riwidikdo (2009), validitas didefinisikan sebagai ukuran seberapa cermat suatu test mekalukan fungsi ukurnya. Test hanya dapat melakukan fungsinya dengan cermat kalau ada “sesuatu” yang diukurnya.
34
Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus product moment, yaitu: N.∑X.Y-∑X.∑Y r = ඥሼܰσܺ ଶ െ ሺσሻଶ ሽሼσܻ ଶ െ ሺσܻሻଶ ሽ
Keterangan: N
: Jumlah responden.
r
: Koefisien korelasi product moment.
X
: Skor pertanyaan.
Y
: Skor total.
XY
: Skor pertanyaan dikalikan skor total
Dinyatakan valid, jika nilai t hitung > t tabel (Hidayat, 2007). Berdasarkan hasil uji validitas terdapat 27 butir soal yang valid dan 8 butir soal yang tidak valid yaitu 5,7, 9, 12, 18,19, 21, 30. Butir soal yang tidak valid tidak digunakan dalam penelitian karena soal-soal yang valid sudah mewakili setiap item yang sudah ditentukan. 3. Uji Reliabilitas Reliabilitas
adalah
pengukuran
yang
memiliki
kepercayaan,
keterandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi. Yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Saifudin, 2003).
35
Penelitian ini menggunakan uji reliabilitas dengan rumus alpha chronbach , yaitu: r1 ൌ
ିଵ
{1െ
Keterangan:
σ௦మ ௦మ
}
ri
: Reliabilitas instrument.
K
: banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal.
St²
: Varian total.
Instrument dikatakan reliabel jika nilai alpha chronbach minimal 0,7 (Riwidikdo, 2009). Berdasarkan hasil uji coba reliabilitas didapatkan hasil nilai alpha chronbach 0,889 > 0,7, jadi kuesioner dikatakan reliabel. E. Tehnik Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan pencatatan peristiwa atau hal dengan sebagian atau seluruh elemen populasi yang akan mendukung penelitian (Arikunto, 2010). Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan lembar pernyataan persetujuan dan membagikan lembar kuesioner pada ibu yang memiliki anak usia 6-24 bulan, kemudian menjelaskan tentang cara pengisiannya. Responden diminta untuk mengisi kuesioner sampai selesai dan kuesioner diambil pada saat itu juga oleh peneliti. Data yang diperoleh terdiri dari :
36
1. Data primer Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari obyek / subyek
penelitian
oleh
peneliti
perorangan
maupun
organisasi
(Riwidikdo, 2009). Data primer pada penelitian ini berasal dari responden, dengan cara peneliti membagikan lembar kuesioner tentang pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan kepada responden. 2. Data sekunder Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari obyek penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain (Riwidikdo, 2009). Data sekunder pada penelitian ini bersumber dari data rekam medis kader posyandu di Desa Rembun Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali berupa jumlah balita yang ikut posyandu. F. Variabel Penelitian Variabel merupakan ukuran atau ciri yang dimiliki oleh angota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain (Notoatmodjo, 2010). Variabel pada penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu pengetahuan ibu tentang Makanan Pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan.
37
G. Definisi Operasional Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel Variabel
Definisi Operasional
Skala
Skala Ukur
Pengetahuan IbuTentang Makanan Pendamping ASI
Pemahaman seseorang atau ibu dalam menjawab kuesioner tertutup dengan pilihan jawaban benar dan salah, tentang makanan pendamping ASI.
Ordinal 1. Baik, bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD 2. Cukup, bila nilai responden yang diperoleh mean – 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD 3. Kurang, bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD
H. Metode Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan data Langkah yang dilakukan setelah data terkumpul yaitu pengolahan data. Menurut Notoatmodjo (2010) proses pengolahan data ini terdiri dari : a. Editing Editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian dari kuesioner. Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan penyuntingan (Editing) terlebih dahulu.
38
b. Coding Apabila setelah semua kuesioner diedit, selanjutnya dilakukan peng “kodean” atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. c. Memasukkan Data (Data Entry) atau processing Data yaitu jawaban-jawaban dari masing-masing responden dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program “software” komputer. Salah satu program yang paling sering digunakan untuk “entri data” penelitian adalah program SPSS for window. d. Pembersihan Data (cleaning) Apabila semua data dari setiap responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahankesalahan kode, tidak lengkap dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut pembersihan data (data cleaning). 2. Analisis Data Data yang telah diolah baik pengolahan secara manual maupun menggunakan bantuan computer, tidak akan ada maknanya tanpa dianalisis. Analisis yang digunakan oleh peneliti adalah analisis univariat. Menurut Notoatmodjo (2010), analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.
39
Menurut Riwidikdo (2009), tingkat pengetahuan dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu : a. Baik, bila nilai responden (x) > mean + 1 SD b. Cukup, bila nilai responden yang diperoleh mean – 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD c. Kurang, bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD Maen dan Standar Deviasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: ݊ܽ݁ܯൌ
σ ௫
Keterangan : ∑xi : jumlah nilai responden. n : banyaknya responden. S ܦൌ
ඥ୶୧σଡ଼మ ିሺσଡ଼ሻమȀ୬ ୬ିଵ
Keterangan : xi∑x² : jumlah nilai responden dikuadratkan. ∑x : jumlah nilai responden. n : banyaknya responden. I. Etika Penelitian Etika penelitian menurut Hidayat (2007), meliputi : 1. Informed consent Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
40
Informed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.
2. Anonymity (Tanpa Nama) Penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. 3. Confidentiality (Kerahasiaan) Confidentiality memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Desa Rembun Penelitian ini dilaksanakan di Desa Rembun Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali pada tanggal 12-20 Mei 2012. Desa Rembun Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali merupakan Desa yang mempunyai luas wilayah ± 396.000 Ha, disebelah utara berbatasan dengan Keden, sebelah selatan berbatasan dengan desa Pulutan, sebelah timur berbatasan dengan desa Ketitang, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Glonggong. Desa Rembun mempunyai jumlah penduduk ± 4339 penduduk, Mayoritas dari penduduk bekerja sebagai petani. Di Desa Rembun
terdapat 1 bidan Desa yang membawai 7 posyandu dengan
jumlah kader 35 orang. B. Hasil Penelitian 1. Karekteristik responden a. Karekteristik responden berdasarkan umur Tabel 4.1 Tabel Kerakteristik Responden Berdasarkan Umur No Umur Frekuensi Presentase (%) 1
<20 tahun
1
2,2
2
20-35 tahun
38
84,5
3
>35 tahun
6
13,3
Total
45
100
Sumber: Data Primer 41
42
Berdasarkan tabel 4.1 diatas hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang mempunyai umur <20 tahun sebanyak 1 responden (2,2%), umur 20-35 tahun sebanyak 38 responden (84,5%), umur >35 tahun sebanyak 6 responden (13,3%). Jadi mayoritas responden berumur 20-35 tahun sebanyak 38 responden (84,5%). b. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan Tabel 4.2 Table Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan No Pendidikan Frekuensi Prosentase (%) 1
SD
6
13,3
2
SMP
16
35,6
3
SMA/Sederajat
20
44,4
4
Perguruan tinggi
3
6,7
Total
45
100
Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel 4.2 diatas hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang berpendidikan SD sebanyak 6 responden (13,3%), SMP sebanyak 16 responden (35,6%), SMA/Sederajat sebanyak 20 responden (44,4%), perguruan tinggi sebanyak 3 responden (6,7%). Jadi mayoritas responden berpendidikan SMA/sederajat sebanyak 20 responden (44,4%).
43
c. Karekteristik responden berdasarkan pekerjaan
No
Tabel 4.3 Tabel Kerakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Frekuensi Presentase (%)
1
IRT
41
91,1
2
Swasta
4
8,9
Total
45
100
Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel 4.3 diatas hasil penelitian didapatkan bahwa pekerjaan responden ada 2 yaitu IRT dan Swasta, responden yang bekerja sebagai IRT yaitu sebanyak 41 responden (91,1%) dan swasta sebanyak 4 responden (8,9%). Jadi mayoritas responden bekerja sebagai IRT sebanyak 41 responden (91,1%). 2. Hasil Penelitian Hasil penelitian
ini adalah untuk
mengetahui tingkat
pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI di Desa Rembun Nogosari Boyolali yaitu baik, cukup dan kurang. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Di Desa Rembun Nogosari Boyolali terdapat 45 ibu yang mempunyai anak usia 6-24 bulan. Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh nilai mean dan standar deviasi, yang ditunjukkan pada tabel 4.4 dibawah ini:
44
Variabel
Tabel 4.4 Hasil Pengolahan Data Mean
Tingkat pengetahuan ibu tentang
Standar Deviasi
15,68
3,703
makanan
pendamping ASI Sumber : Data yang diolah Berdasarkan hasil nilai mean dan standar deviasi, pengetahuan tentang makanan pendamping ASI dapat dikategorikan menjadi 3 tingkat, yaitu: a. Baik : (x) > mean + 1 SD (x) > 15,68 + 1.3,703 (x) > 15,68 + 3,703 (x) > 19,383 → (x) > 19 Jadi tingkat pengetahuan baik jika nilai responden > 19 b. Cukup: mean – 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD 15,68 – 1.3,703 ≤ (x) ≤ 15,68 + 1.3,703 15,68 – 3,703 ≤ (x) ≤ 15,68 + 3,703 11,977 ≤ (x) ≤ 19,383 → 12 ≤ (x) ≤ 19 Jadi tingkat pengetahuan cukup jika nilai responden 12 ≤ (x) ≤ 19. c. Kurang: (x) < mean – 1 SD (x) < 15,68 - 1.3,703 (x) < 15,68 - 3,703 (x) < 11,977 → (x) < 12 Jadi tingkat pengetahuan kurang jika nilai responden < 12
45
No
Tabel 4.5 Hasil Penelitian Pengetahuan Frekuensi
Prosentase
1
Baik
8
17,78%
2
Cukup
29
64,44%
3
Kurang
8
17,78%
45
100%
Total Sumber : Data Primer
Berdasarkan hasil penelitian di Desa Rembun dapat disimpulkan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan baik 8 orang (17,78%), cukup 29 orang (64,44%), dan kurang 8 orang (17,78%). Jadi mayoritas pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan pada kategori cukup dengan 29 responden (64,44%). C. Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI pada kategori baik 8 orang (17,78%), cukup 29 orang (64,44%) dan kurang 8 orang (17,78%). Jadi mayoritas pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan di Desa Rembun pada tingkat katogeri cukup dengan jumlah responden 29 responden dengan prosentase 64,44%. Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab “What”, sedang ilmu (science) bukan sekedar menjawab “What”, melainkan akan menjawab pertanyaan Why dan How” (Notoatmodjo, 2010).
46
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya ada tingkat
pendidikan,
informasi,
budaya,
pengalaman,
sosial ekonomi
(Notoatmodjo, 2003). . Sesuai dengan karakteristik ibu didapatkan hasil bahwa mayoritas ibu-ibu di Desa Rembun berumur 20-35 tahun sebanyak 38 responden (84,5%), berpendidikan SMA/Sederajat sebanyak 20 responden (44,4%) dan sebagian besar ibu sebagai IRT (Ibu Rumah Tangga) sebanyak 41 responden (91,1%). Menurut Erfandi (2011), Semakin bertambah usia akan semakin bertambah pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuannya yang diperolehnya semakin membaik. Menurut Notoatmodjo (2003), Tingkat kemampuan seseorang untuk mematuhi kebutuhan hidup yang semakin tinggi tingkat sosial ekonomi akan menambah tingkat pengetahuan. Pendidikan adalah upaya untuk memberi pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat. Pengetahuan tentang makanan pendamping ASI penting diketahui oleh ibu, karena jika anak tidak mendapat makanan pendamping ASI dengan tepat dan benar, maka akan berkonsekuensi terhadap status gizi. Makanan alamiah terbaik bagi bayi yaitu Air Susu Ibu (ASI). Sesudah usia 6 bulan anak harus mendapat makanan pendamping ASI dengan tepat dan benar, baik jumlah maupun kualitasnya. (Nency, 2005).
47
Masalah gizi yang harus dihadapi Indonesia pada saat ini adalah masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi dan kesehatan, sedang masalah gizi lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada masyarakat disertai dengan kurangnya pengetahuan gizi dan kesehatan (Almasteir, 2002 dalam Waryana 2010). Gizi merupakan unsur yang sangat penting bagi pembentukan tubuh manusia yang berkualitas, maka perlu dipelajari tentang cara pemberian makanan pada bayi dan anak di mana golongan ini merupakan generasi yang akan mengisi masa depan (Suharjo, 2003). Makanan pendamping ASI adalah makanan tambahan yang diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan. Jadi selain makanan pendamping ASI, ASI harus tetap diberikan kepada bayi paling tidak sampai berusia 24 bulan. Peranan makanan pendamping ASI sama sekali bukan untuk menggantikan ASI melainkan hanya melengkapi ASI (Waryana, 2010). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI di Desa Rembun paling banyak pada kategori cukup. Hal tersebut kemungkinan dipengaruhi oleh faktor pendidikan responden mayoritas SMA/sederajat, usia/umur mayoritas 20-35 tahun, dan pekerjaan mayoritas sebagai ibu rumah tangga.
48
Selain faktor-faktor tersebut kemungkinan dipengaruhi oleh faktor pengalaman, informasi, sosial budaya dan informasi. D. Keterbatasan 1. Kendala penelitian a. Responden tidak hadir saat posyandu sehingga peneliti harus datang kerumah responden untuk membagika kuesioner. b. Pada saat posyandu anak rewel, sehingga ibu tidak berkonsentrasi dalam mengerjakan kuesioner. 2. Keterbatasan selama proses penelitian a. Variabel penelitian Variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal sehingga hasil penelitian terbatas pada tingkat pengetahuan saja. b. Kuesioner Kuesioner yang digunakan peneliti adalah kuesioner tertutup sehingga responden hanya bisa menjawab ya atau tidak dan jawaban responden belum bisa mengukur secara mendalam.
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan pada kategori baik dengan prosentase 17,78%. 2. Pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan pada kategori cukup dengan prosentase 64,44%. 3. Pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan pada kategori kurang dengan prosentase 17,78%. 4. Pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan mayoritas pada kategori cukup dengan prosentase 64,44%. B. SARAN 1. Bagi responden Diharapkan ibu-ibu yang mempunyai anak usia 6-24 bulan di Desa Rembun Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali lebih memahami tentang Makanan Pendamping ASI dan tahap-tahap maupun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan pendamping ASI dengan cara
mengikuti dan memperhatikan penyuluhan-penyuluhan yang
diadakan oleh bidan/kader.
49
50
2. Bagi posyandu Diharapkan bidan dan kader lebih bisa menyebarkan informasi tentang makanan pendamping ASI dan tahapan dalam pemberian makanan pendamping ASI melalui penyuluhan, konseling ataupun pelatihan. 3. Bagi peneliti lain Diharapkan mengadakan penelitian tentang makanan pendamping ASI dengan mengembangkan variabel penelitian sehingga didapatkan hasil yang lebih baik.