TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DI PKD NGUDI WARAS PLUPUH SRAGEN
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh :
Ike Nurjanah NIM B.12078
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
ii
iii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini di PKD Ngudi Waras Plupuh Sragen”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Ibu Retno Wulandari, S.ST, Ketua Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta. 3. Ibu Wahyu Dwi A, S.ST, Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis. 4. Ibu Sri Rejeki Dwi Hastuti, Amd.Keb, Pimpinan PKD Ngudi Waras Plupuh Sragen yang telah berkenan memberikan ijin pada penulis dalam mengadakan penelitian. 5. Kedua orang tua dan keluarga yang senantiasa memberikan dorongan, bantuan, doa dan dukungan spiritual maupun material selama penelitian ini. 6. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan. 7. Semua teman tingkat III Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang sudah membantu dan mendukung untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
iv
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta,
Juni 2015
Penulis
v
Program Diploma III Kebidanan Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah Ike Nurjanah 12.078
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DI PKD NGUDI WARAS PLUPUH SRAGEN Xiii + 52 halaman + 6 tabel + 2 gambar + 18 lampiran ABSTRAK Latar Belakang : Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi atau Infant Mortality Rate (IMR), angka kematian bayi dan balita terkait dengan beberapa faktor, terutama gizi. Status gizi sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan balita. Secara fisik anak yang menderita gizi kurang dan gizi buruk akan mengalami gangguan pertumbuhan dan mudah terkena penyakit infeksi. Penyebab gangguan pertumbuhan usia muda diantaranya disebabkan karena pola konsumsi makanan pendamping ASI yang kurang benar dan kurang tepat Tujuan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI dini di PKD Ngudi Waras Plupuh Sragen pada kategori baik, cukup, kurang. Metode Penelitian : penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif. Lokasi penelitian di PKD Ngudi Waras Plupuh Sragen yang dilaksanakan pada tanggal 7 Mei 2015. Sampel dalam penelitian ini adalah 26 responden dengan menggunakan teknik sampling jenuh. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal dan menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian : tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI dini di PKD Ngudi Waras Plupuh Sragen pada kategori baik 4 responden (15,4%), cukup 17 responden (65,4%) dan kurang 5 responden (19,2%). Kesimpulan : Tingkat pengetahuan pengetahuan ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI dini di PKD Ngudi Waras Plupuh Sragen yang paling banyak pada kategori cukup, yaitu sebanyak 17 responden (65,4%).
Kata kunci : Pengetahuan, Makanan Pendamping ASI, Dini. Kepustakaan : 22 literatur (2004 – 2014)
vi
MOTTO 1. Jadikan masa lalu sebagai pengalaman dan pandanglah kedepan sebagai tujuan hidup. 2. Janganlah meminta bukti bahwa doamu akan dijawab oleh Tuhan, tapi buktikanlah kesungguhan dari doamu 3. Untuk mendapatkan kesuksesan keberanianmu harus lebih besar daripada ketakutanmu. 4. Musuh yang paling berbahaya di dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh. 5. Jadilah manusia yang pada kelahiranmu membuat semua orang tertawa bahagia dan hanya kamu yang menangis, dan pada kematianmu semua orang menangis sedih, tetapi hanya kamu sendiri yang tersenyum.
PERSEMBAHAN Dengan segala rendah hati, karya tulis ilmiah ini penulis persembahkan : 1. Kepada
Allah
SWT
yang
telah
menuntunku,
menjagaku,
serta
mengingatkanku disetiap langkahku. 2. Bapak dan ibu yang selama ini telah memberikan kasih sayang, serta mendidikku hingga saat ini. 3. Kakak dan adikku tercinta yang selalu memberikan support setiap langkahku. 4. Seseorang yang selama ini memberikan kasih dan sayang, serta semangat kepada penulis. 5. Sahabat tercinta yang telah berpartisipasi dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini buat peny, erna, hesty, sri, ayuk, kiki, sucy. 6. Teman-teman DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta angkatan 2012 khususnya 3B. 7. Almamater tercinta.
vii
CURICULUM VITAE
Nama
:
Ike Nurjanah
Tempat / tanggal lahir :
Karanganyar / 08 November 1993
Agama
:
Islam
Jenis kelamin
:
Perempuan
Alamat
:
Jatimulyo RT 03/01 Gentungan, Mojogedang, Karanganyar.
Riwayat Pendidikan 1. SD N 03 Gentungan, Mojogedang, Karanganyar Lulus Tahun 2006 2. SMP N 1 Mojogedang, Karanganyar
Lulus Tahun 2009
3. SMK N 1 Karanganyar
Lulus Tahun 2012
4. Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Angkatan Tahun 2012
viii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................
iii
KATA PENGANTAR .................................................................................
iv
ABSTRAK...................................................................................................
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. vii CURICULUM VITAE ................................................................................ viii DAFTAR ISI ...............................................................................................
ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................
1
B. Perumusan Masalah.................................................................
4
C. Tujuan Penelitian ....................................................................
4
D. Manfaat Penelitian ..................................................................
4
E. Keaslian Penelitian ..................................................................
5
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori.........................................................................
7
1.
Pengetahuan ....................................................................
7
2.
Gizi ................................................................................. 12
3.
MPASI ............................................................................
20
B. Kerangka Teori ....................................................................... 31 C. Kerangka Konsep .................................................................... 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................... 33 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 33 C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ................. 34
ix
D. Variable penelitian .................................................................. 35 E. Definisi Operasional ................................................................ 35 F. Instrumen Penelitian ................................................................ 35 G. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 39 H. Metode Pengolahan Dan Analisis Data .................................... 40 I. Etika Penelitian ....................................................................... 44 J. Jadwal Penelitian .................................................................... 45 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum .................................................................... 46 B. Hasil Penelitian ....................................................................... 46 C. Pembahasan ............................................................................ 48 D. Keterbatasan Penelitian ........................................................... 50 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................. 51 B. Saran ....................................................................................... 51 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1: Panduan makanan padat untuk bayi ...........................................
26
Tabel 3.1: Definisi Operasional ..................................................................
35
Tabel 3.2: Kisi-kisi Kuesioner ....................................................................
36
Tabel 4.1 : Karakteristik Responden ...........................................................
47
Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Makanan Pendamping ASI Terlalu Dini, Nilai Mean dan Standard Deviation .................................................................
xi
47
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Kerangka Teori .........................................................................
31
Gambar 2. Kerangka Konsep .....................................................................
32
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Jadwal Penelitian Lampiran 2 : Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 3 : Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 4 : Surat Permohonan Ijin Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 5 : Surat Balasan Ijin Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 6 : Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 7 : Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 8 : Surat Permohonan Menjadi Responden Lampiran 9 : Surat Persetujuan Responden (Inform Consent) Lampiran 10 : Kuesioner Lampiran 11 : Kunci Jawaban Kuesioner Lampiran 12 : Lembar Penskoran Lampiran 13 : Data Tabulasi Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 14 : Data Hasil Uji Validitas Lampiran 15 : Data Hasil Uji Reliabilitas Lampiran 16 : Data Tabulasi Uji Hasil Penelitian Lampiran 17 : Dokumentasi Penelitian Lampiran 18 : Lembar Konsultasi
xiii
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Dari hasil penelitian yang ada, angka kematian bayi dan balita terkait dengan faktor-faktor tertentu, terutama gizi. Status gizi ibu pada waktu melahirkan, dan gizi bayi itu sendiri sebagai faktor langsung maupun tidak langsung sebagai penyebab kematian bayi. Bayi yang kekurangan gizi sangat rentan terhadap penyakit-penyakit infeksi, termasuk diare dan infeksi saluran akut, utamanya pneumonia. Oleh sebab itu, perbaikan gizi masyarakat yang difokuskan pada perbaikan bayi dan balita merupakan awal dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Notoadmodjo, 2011). Banyak ahli gizi menekankan pentingnya gizi sebagai salah satu upaya untuk menurunkan AKB (Angka Kematian Bayi) dan anak serta meningkatkan mutu hidup (Notoadmodjo, 2011). Status
gizi
sangat
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan
dan
perkembangan balita. Secara fisik anak yang menderita gizi kurang dan gizi buruk akan mengalami gangguan pertumbuhan dan mudah terkena penyakit infeksi.
Penyebab
gangguan
pertumbuhan
1
usia
muda
diantaranya
2
disebabkan karena pola konsumsi makanan pendamping ASI (MPASI) yang kurang benar dan kurang tepat (Rochimiwati, 2013). Gizi untuk bayi yang paling sempurna dan paling murah bagi bayi adalah Air Susu Ibu. Bayi yang kekurangan zat-zat gizi terutama pada ASI dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan. Kekurangan zat-zat gizi pada bayi mengakibatkan menjadi lebih rentan terhadap penyakit infeksi dan bahkan dapat mengakibatkan kematian bayi dan balita tersebut. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan gizi sangat perlu mendapat perhatian yang serius (Notoadmodjo, 2011). Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam Global Strategy for Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan yaitu; pertama memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, ketiga memberikan makanan pendamping air susu ibu (MPASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih. Rekomendasi tersebut menekankan, secara sosial budaya MPASI hendaknya dibuat dari bahan pangan yang murah dan mudah diperoleh di daerah setempat (indigenous food) (Depkes RI, 2006). Setelah memasuki umur 6 bulan, kebutuhan nutrisi bayi sudah bertambah, pemberian ASI saja hanya memenuhi sekitar 60-70% kebutuhan bayi. Oleh karena itu, bayi mulai memerlukan makanan pendamping ASI.
3
Kebutuhan gizi bayi berbeda dengan kebutuhan anak dan dewasa. Bayi memerlukan karbohidrat dengan bantuan amylase untuk mencerna bahan makanan yang berasal dari ASI ibu dengan kadar 4-5 % dari total kadar kalori dalam ASI. Meskipun demikian, ada orang tua yang sudah memberikan makanan tambahan sebelum bayinya berumur 6 bulan. Umumnya hal ini lebih banyak terjadi dikalangan orang tua yang kurang pendidikan (Sudaryanto, 2014; Proverawati dan Asfuah, 2009). Risiko
dari
pemberian
MPASI
kurang
dari
6
bulan
bisa
mengakibatkan bayi menderita obesitas di kemudian hari dan lebih sering terjadi alergi makanan (Prabantini, 2010). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di PKD Ngudi Waras Plupuh, Sragen terdapat 6 posyandu dengan jumlah balita 296. Dari data diperoleh jumlah anak usia 0-6 bulan sebanyak 26, anak usia 7-24 bulan sebanyak 101 dan usia lebih dari 24 bulan sebanyak 169 anak. Berdasarkan hasil wawancara dari 8 ibu yang memiliki bayi, yang diberi 5 pertanyaan, 7 (87,5%) ibu dapat menjawab 1 pertanyaan dengan benar, dan 1 (12,5%) ibu dapat menjawab 4 pertanyaan dengan benar. Berdasarkan uraian di atas pengetahuan tentang makanan pendamping ASI penting dimiliki oleh ibu, karena kurangnya pengetahuan dapat menyebabkan masalah gizi, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti “tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI dini di PKD Ngudi Waras Plupuh Sragen”.
4
B.
Rumusan Masalah Berdasakan latar belakang yang telah diuraikan, dirumuskan masalah penelitian: “Bagaimana tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI dini di PKD Ngudi Waras Plupuh Sragen?”.
C.
Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI dini di PKD Ngudi Waras Plupuh Sragen
2.
Tujuan Khusus a.
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI dini di PKD Ngudi Waras Plupuh Sragen pada kategori baik
b.
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI dini di PKD Ngudi Waras Plupuh Sragen pada kategori cukup
c.
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI dini di PKD Ngudi Waras Plupuh Sragen pada kategori kurang
D.
Manfaat Penelitian 1. Bagi ilmu pengetahuan Menambah pengetahuan tentang makanan pendamping ASI yang tepat pada ibu dengan bayi usia kurang dari 24 bulan.
5
2. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan sebagai pengalaman dalam mengaplikasikan teori yang telah didapat di bangku kuliah, khususnya mengenai makanan pendamping ASI 3. Bagi Institusi a.
Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan masukan untuk menambah wawasan tentang MPASI dan menyediakan data untuk penelitian lanjutan tentang MPASI.
b.
PKD Ngudi Waras Memberi informasi dan pengetahuan yang lebih luas tentang MPASI serta sebagai bahan masukan kepada pihak PKD melakukan intervensi dan pemantauan ke Posyandu-posyandu berkaitan dengan pemberian MPASI bagi ibu-ibu yang baru menyusui.
E.
Keaslian Penelitian 1.
Lestari, D (2012), STIKes Kusuma Husada Surakarta, dengan judul “ Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping ASI Pada Anak Usia 6-24 Bulan Di Desa Rembun Kecamatan Nogosari Kecamatan Boyolali”. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Teknik pengambilan sampel dengan metode teknik sampling jenuh dengan analisis data univariat. Hasil penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24
6
bulan adalah cukup yaitu 29 responden (64,44%), pengetahuan baik 8 responden (17,78%).
2.
Rahmawati, A (2012), STIKes Widyagama Husada Malang. dengan judul ” Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian MPASI Pada Bayi Usia 0-12 Bulan Di Posyandu Desa Harjokuncaran Kecamatan Sumbermanjing Wetan”. Perbedaan terletak pada waktu, tempat, variabel dan teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah incidental sampling dan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah desain deskriptif untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang MPASI pada bayi umur 0-12 bulan di Desa Harjokuncaran, kecamatan Sumbermanjing wetan, Kabupaten Malang. Dengan jumlah responden 25 orang, dengan pengetahuan baik sebesar 12%, sedangkan pengetahuan kurang sebesar 60%. Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang pertama yaitu pada metode dan teknik pengambilan sampel. Perbedaan dengan penelitian diatas adalah pada lokasi di PKD Ngudi Waras Plupuh Sragen, waktu penelitian pada tanggal 7 Mei 2015 dan jumlah responden 26 orang.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA a. Landasan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2011). b. Tingkatan Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2011) tingkat pengetahuan ada enam tingkat yaitu : 1) Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mempelajari antara
lain:
menyebutkan,
menguraikan,
mendefinisikan,
menyatakan, dan sebagainya. Contoh : dapat menyebutkan tandatanda kekurangan kalori dan protein pada anak
7
balita.
8
2) Memahami (comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh,
menyimpulkan,
meramalkan,
dan
sebagainya terhadap obyek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi. 3) Aplikasi (Application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). 4) Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5) Sintesis (synthesis) menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6) Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau obyek. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang
9
ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut Wawan dan Dewi (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain : 1) Faktor Internal a) Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk kebahagiaan.
Pendidikan
mencapai keselamatan dan diperlukan
untuk
mendapat
informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. b) Pekerjaan Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibuibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
10
c) Umur Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang dewasa lebih dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa 2) Faktor Eksternal a) Faktor Lingkungan Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia
dan
pengaruhnya
yang
mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. b) Sosial Budaya Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi. d. Cara Memperoleh Pengetahuan Menurut Wawan dan Dewi (2010), untuk memperoleh pengetahuan ada 2 macam cara, yaitu : a. Cara Kuno untuk memperoleh pengetahuan a) Cara coba salah (trial and error) Cara coba salah ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah
11
ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tidak berhasil, maka dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat terpecahkan. b) Cara kekuasaan atau otoritas Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pimpinan masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan berbagai prinsip yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri. c) Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman pribadi dapat
digunakaan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan, dengan cara mengulang kembali pengalaman
yang
diperoleh
dalam
memecahkan
permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. b. Cara Modern atau Cara Ilmiah Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer atau disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penlitian ilmiah.
12
e. Cara Pengukuran Pengetahuan Salah satu cara pengukuran pengetahuan adalah dengan menggunakan tes. Tes adalah sekumpulan pertanyaan yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, kemampuan yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan pengetahuan. Menurut Riwidikdo (2012), tingkat pengetahuan dikategorikan menjadi 3 yaitu: 1) Pengetahuan baik, bila (x) > mean + 1 SD 2) Pengetahuan cukup, bila mean – 1 SD £ x £ mean + 1 SD 3) Pengetahuan kurang, bila (x) < mean - 1 SD 2. Zat Gizi a. Pengertian Zat gizi merupakan unsur yang penting dalam nutrisi, zat gizi dapat memberikan fungsi tersendiri pada nutrisi. Kebutuhan nutrisi tidak akan berfungsi secara optimal jika tidak mengandung beberapa zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, demikian juga zat gizi yang cukup pada kebutuhan nutrisi akan memberikan nilai yang optimal (Hidayat, 2011). Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan
13
pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik ( Proverawati dan Asfuah, 2009). b. Macam-macam zat gizi Menurut Hidayat (2011), Ada beberapa komponen zat gizi yang dibutuhkan pada nutrisi bayi dan anak yang jumlahnya sangat berbeda untuk setiap usia. Secara umum zat gizi dibagi menjadi dua golongan, yaitu golongan makro dan golongan mikro. Zat gizi golongan makro terdiri atas kalori (berasal dari karbohidrat, lemak, dan protein) dan H2O (air), sedangkan zat gizi golongan mikro terdiri atas vitamin dan mineral. 1. Karbohidrat Karbohidrat merupakan sumber energi yang tersedia dengan mudah disetiap makanan. Karbohidrat harus tersedia dalam jumlah yang cukup sebab kekurangan karbohidrat sekitar 15% dari kalori yang ada dapat menyebabkan kelaparan dan berat badan menurun. Demikian sebaliknya, apabila jumlah kalori yang berasal dari karbohidrat dengan jumlah yang tinggi dapat menyebabkan terjadi peningkatan berat badan (obesitas). Jumlah karbohidrat yang cukup dapat diperoleh dari susu, padi-padian, buah-buahan, sukrosa, sirup, tepung, dan sayur-sayuran. 2. Lemak Lemak dapat dibagi ke dalam dua kelas, yaitu lemak yang terdapat dalam pangan tubuh, dan lemak struktural atau komplek
14
yang dihasilkan dalam tubuh untuk membentuk membran, untuk mentranspor lemak atau untuk mensintesis hormon-hormon atau katalis. Fungsi lemak bagi tubuh adalah sebagai simpanan lemak, sumber asam esensial, menghasilkan kalori terbesar dalam tubuh manusia, sebagai pelarut vitamin A, D, E, K, sebagai pelindung terhadap bagian-bagian tubuh tertentu dan pelindung bagian tubuh pada temperatur rendah (Hasdianah dkk, 2014). 3. Protein Protein dibentuk dari unit-unit pembentukannya yang disebut asam amino. Dua golongan asam amino adalah asam amino esensial dan asam amino nonesensial. Protein berfungsi untuk pertumbuhan
dan
mempertahankan
jaringan,
membentuk
senyawa-senyawa esensial tubuh, mengatur keseimbangan air, mempertahankan kenetralan (asam-basa) tubuh, membentuk antibodi, dan mentranspor zat gizi, membangun sel-sel yang rusak, membentuk zat-zat pengatur seperti enzim dan hormon, membentuk zat inti energi (Hasdianah dkk, 2014). 4. Air Air merupakan kebutuhan nutrisi yang sangat penting. Kebutuhan air pada bayi relatif tinggi, yaitu sebesar 75-80% dari berat badan. Sedangkan orang dewasa hanya 55-60%. Air bagi tubuh dapat berfungsi sebagai pelarut untuk pertukaran seluler, sebagai
15
medium untuk ion, transport nutrient dan produk buangan, serta pengaturan suhu tubuh (Hidayat, 2011). 5. Vitamin Vitamin merupakan senyawa organik yang digunakan untuk mengatalisasi metabolisme sel yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan serta pertahanan tubuh anak. Vitamin yang dibutuhkan tubuh antara lain sebagai berikut: a) Vitamin A (retinol) harus tersedia dalam jumlah yang cukup. Vitamin A mempunyai pengaruh dalam kemampuan fungsi mata, pertumbuhan tulang dan gigi, serta pembentukan maturasi epitel. Vitamin ini dapat diperoleh dari hati, minyak ikan, susu, kuning telur, margarin, tumbuh-tumbuhan, sayursayuran, dan buah-buahan. b) Vitamin B kompleks (tiamin) merupakan vitamin yang larut dalam air, namun tidak larut dalam lemak. Kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan penyakit beri-beri, kelelahan, anoreksia, konstipasi, nyeri kepala, insomnia, takikardi, edema, dan peningkatan kadar asam piruvat dalam darah. Kebutuhan vitamin ini dapat diperoleh dari hati, daging, susu, padi, biji-bijian, kacang, dan lain-lain. c) Vitamin B2 (riboflavin) merupakan vitamin yang sedikit larut dalam air. Vitamin ini harus tersedia dalam jumlah cukup karena jika tidak akan menyebabkan fotopobia, penglihatan
16
kabur, dan gagal dalam pertumbuhan. Vitamin ini dapat diperoleh dari susu, keju, hati daging, telur, ikan, sayursayuran hijau, dan padi. d) Vitamin B12 (sianokobalamin) merupakan vitamin yang sedikit larut dalam air. Vitamin ini sangat baik, untuk maturasi sel darah merah dalam sumsum tulang. Kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan anemia. Vitamin ini dapat diperoleh dari daging organ, ikan, telur, susu, dan keju. e) Vitamin C (asam askorbat) merupakan vitamin yang larut dalam air yang mudah dioksidasi dan dipercepat oleh panas atau cahaya. Kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan proses penyembuhan luka terhambat. Vitamin ini dapat diperoleh dari tomat, semangka, kubis, dan sayur-sayuran hijau. f) Vitamin D merupakan vitamin yang dapat larut dalam lemak dan akan stabil dalam suasana panas. Vitamin ini selain berguna untuk mengatur penyerapan serta pengendapan kalsium dan fosfor dengan memengaruhi permeabilitas membran usus, juga mengatur kadar alkalin fosfotase serum. Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan gangguan pertumbuhan dan osteomalasia. Vitamin ini dapat diperoleh dari susu, margarin, minyak ikan, sinar matahari, dan sumber ultraviolet lain.
17
g) Vitamin E merupakan vitamin yang larut dalam lemak dan tidak stabil terhadap sinar ultraviolet. Vitamin E berfungsi untuk meminimalkan oksidasi karoten, vitamin A, dan asam linoleat, disamping menstabilkan membran sel. Apabila kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan hemolisis sel darah merah pada bayi prematur dan kehilangan kebutuhan sel saraf. Vitamin E ini dapat diperoleh dari minyak, bijibijian, dan kacang-kacangan. h) Vitamin K merupakan vitamin yang larut dalam lemak yang berfungsi untuk pembentukan protombin, faktor koagulasi II, VII, IX, dan X yang harus tersedia pada tubuh dalam jumlah yang cukup. Kekurangan vitamin K dapat menyebabkan perdarahan dan metabolisme tulang yang tidak stabil. Vitamin ini tersedia dalam sayur-sayuran hijau, daging sapi, dan hati (Hidayat, 2011). 6. Mineral Mineral merupakan komponen zat gizi yang tersedia dalam kelompok mikro, yaitu mencakup kalsium, klorida, kromium, kobalt, tembaga, fluorin, iodium, zat besi, magnesium, mangan, fosfor, kalium, natrium, sulfur, dan seng. Semua unsur tersebut akan dijelaskan berikut (Hidayat, 2011). a) Kalsium merupakan mineral yang berguna untuk pengaturan struktur tulang dan gigi, kontraksi otot, iritabilitas saraf,
18
koagulasi darah, kerja jantung, dan produksi susu. Kalsium ini akan diekskresi 70% dalam tinja, 10% dalam urine, sedangkan 15-25% tertahan dan tergantung dalam kecepatan pertumbuhan. Kadar kalsium ini harus tersedia dalam jumlah yang
cukup,
karena
jika
tidak
akan
menyebabkan
mineralisasi tulang dan gigi jelek, osteomalasia, osteoporosis, rakhitis,
dan gangguan pertumbuhan.
Kalsium dapat
diperoleh dari susu, keju, sayur-sayuran hijau, kerang, dan lain-lain. b) Klorida sangat berguna dalam pengaturan tekanan osmotic serta keseimbangan asam dan basa. Klorida dapat diperoleh dari garam, daging, susu, dan telur. c) Kromium
berguna
untuk
metabolisme
glukosa
dan
metabolisme dalam insulin. Kromium dapat diperoleh dari ragi. d) Tembaga
berguna untuk produksi sel darah merah,
pembentukan hemoglobin, penyerapan besi, dan lain-lain. Tembaga dapat diperoleh dari hati, daging, ikan, padi, dan kacang-kacangan. e) Fluor merupakan mineral yang berfungsi untuk pngaturan struktur gigi dan tulang sehingga jika kekurangan fluor dapat menyebabkan karies gigi. Sumber fluor terdapat dalam air, makanan laut, dan tumbuh-tumbuhan.
19
f) Iodium merupakan unsur tiroksin dan triodotironin yang harus tersedia dalam jumlah yang cukup. Kekurangan iodium dapat menyebabkan penyakit gondok. Iodium dapat diperoleh dari garam. g) Zat besi merupakan mineral yang menjadi bagian dari struktur hemoglobin untuk pengangkutan CO2 dan O2. Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia dan osteoporosis, sedangkan kelebihan zat besi menyebabkan sirosis, gastritis, dan hemolisis. Zat besi dapat diperoleh dari hati, daging, kuning telur, sayur-sayuran hijau, padi, dan tumbuh-tumbuhan. h) Magnesium berguna dalam aktivasi enzim pada metabolisme karbohidrat dan sangat penting dalam proses metabolisme. Magnesium
dapat
diperoleh
dari
biji-bijian,
kacang-
kacangan, daging, dan susu. i) Mangan berfungsi dalam aktifitas enzim. Mangan dapat diperoleh dari kacang-kacangan, padi, biji-bijian, dan sayursayuran hijau. j) Fosfor merupakan unsur pokok dalam pertumbuhan tulang dan gigi. Kekurangan fosfor dapat menyebabkan kelemahan otot. Fosfor dapat diperoleh dari susu, kuning telur, kacangkacangan, padi-padian, dan lain-lain.
20
k) Kalium berfungsi dalam kontraksi otot dan hantaran impuls saraf, keseimbangan cairan, dan pengaturan irama jantung. Kalium dapat diperoleh dari semua makanan. l) Natrium berguna dalam pengaturan tekanan osmotic serta pengaturan
keseimbangan
asam,
basa,
dan
cairan.
Kekurangan natrium dapat menyebabkan kram otot, nausea, dehidrasi, dan hipotensi. Natrium dapat diperoleh dari garam, susu, telur, tepung, dan lain-lain. m) Sulfur merupakan unsur pokok dalam protein seluler yang membantu proses metabolisme
jaringan saraf. Sulfur
dapatdiperoleh dari garam, susu, telur, tepung, dan lain-lain. n) Seng merupakan unsur pokok dari beberapa enzim karbonik anhidrase yang penting dalam pertukaran CO2. Seng dapat diperoleh dari daging, padi-padian, kacang-kacangan, dan keju. 3. Makanan Pendamping ASI a. Pengertian MPASI adalah singkatan dari Makanan Pendamping Air Susu Ibu. MPASI adalah makanan yang diberikan untuk bayi atau batita yang masih menyusu pada ibunya. Sebagaimana diketahui, ASI merupakan makanan utama yang pertama bagi bayi. Kandungan yang kaya akan berbagai macam kebutuhan yang diperlukan oleh bayi
21
semuanya berada dalam ASI, sehingga jenis makanan apapun akan sulit menandingi kehebatan ASI (Sudaryanto, 2014). Jangka waktu pemberian ASI eksklusif yang baik bagi anak adalah hingga mencapai usia 6 bulan. Artinya, sampai usia 6 bulan bayi tidak memerlukan makanan lain karena segala kebutuhan yang diperlukan oleh bayi terdapat dalam ASI ( Sudaryanto, 2014). Setelah umur 6 bulan, setiap bayi membutuhkan makanan lunak yang bergizi yang sering disebut MPASI. MPASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MPASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi dan anak (Proverawati dan Asfuah, 2009). b. Syarat Pemberian MPASI Menurut Sudaryanto (2014) makanan bayi dan batita jelas berbeda dengan makanan orang dewasa. Makanan Pendamping ASI yang baik harus memenuhi syarat utama, yakni sehat, mudah dicerna, dan mengandung sejumlah nutrisi terutama energi dan protein. Apalagi untuk MPASI yang sudah diberikan rutin setiap hari. Berikut ini beberapa persyaratan MPASI yang baik. 1) Sehat Makanan harus bebas dari kuman penyakit, pengawet, pewarna, dan racun. Pertumbuhan dan perkembangan bayi sangat rentan terhadap pengaruh kuman penyakit dan bahan tambahan makanan
22
(zat aditif). Zat tambahan yang umunya berupa bahan kimia harus dijauhkan dari makanan bayi. 2) Mudah diperoleh Makanan tambahan untuk bayi hanya terdiri dari satu bahan atau beberapa bahan saja. Ini karena sistem pencernaan bayi yang belum siap untuk menerima bermacam-macam makanan. Bahan makanan seperti pisang dan pepaya dapat diperoleh dengan mudah di negara-negara tropis, sementara apel dan pir kebanyakan dibudidayakan di daerah subtropis. Demikian pula dengan jenis-jenis sayuran dan sumber karbohidrat yang berbedabeda untuk beberapa daerah. Walaupun telah banyak pusat perbelanjaan yang menjual barang-barang impor, penggunaan bahan makanan lokal akan lebih menjamin kesegaran dan merupakan bentuk ketahanan pangan yang baik. 3) Masih segar Sebaiknya MPASI disiapkan saat sebelum diberikan kepada bayi dan dibuat dari bahan-bahan segar yang bebas polusi. Oleh karena itu, bahan MPASI harus memenuhi standar higienis baik dalam bentuk bahan mentah maupun cara pengolahannya. 4) Mudah diolah Pengolahan bahan MPASI sebaiknya tidak terlalu lama, tetapi teksturnya cukup lembut untuk pencernaan bayi yang baru
23
mengenal MPASI. Bahan yang mudah diolah tentu akan memudahkan orang tua menyiapkan MPASI untuk anaknya. 5) Harga terjangkau MPASI tidak harus mahal. Jika harganya terjangkau, tentu lebih baik. Secara umum, harga bahan pangan nabati lebih murah daripada bahan pangan hewani. Selain itu, porsi makan bayi masih sedikit sehingga tidak perlu membeli MPASI terlalu banyak. 6) Cukup kandungan gizinya Makanan tambahan yang diberikan ke bayi harus memenuhi kecukupan gizi bayi. Kombinasi yang tepat antara bahan nabati dan hewani diharapkan memenuhi kebutuhan nutrisi bayi untuk tumbuh kembang dengan baik. Selain itu, bahan nabati lebih berisiko kecil menyebabkan alergi daripada bahan hewani. Selain itu, perlu diingat bahwa bahan makanan sumber protein dapat memacu pertumbuhan fisik bayi lebih baik. 7) Jenis makanan sesuai umur bayi Ada beberapa makanan yang tidak pantas diberikan untuk bayi usia 6 bulan karena baru tepat diberikan ke bayi berumur 9 bulan. Ini harus diperhatikan karena kemampuan pencernaan bayi yang lebih muda usianya berbeda dengan bayi yang sudah besar. Kemampuan cerna bayi berkembang sesuai dengan umurnya. Untuk pengenalan MPASI awal, sari buah tunggal, bubur buah
24
tunggal, atau bubur nasi lembut lebih mudah dicerna daripada buah utuh, bubur aneka buah, atau roti. 8) Pengolahan MPASI harus higienis Alat yang digunakan juga diperhatikan kebersihannya, agar bisa memberikan MPASI yang sehat dan aman bagi anak. c. Tanda-tanda Bayi Siap Menerima MPASI Menurut Prabantini (2010) secara umum, bayi menunjukkan kesiapan menerima makanan pendamping jika menunjukkan tandatanda berikut: 1) Bayi mulai memasukkan tangan ke mulut dan mengunyahnya. 2) Berat badan sudah mencapai dua kali lipat berat lahir. 3) Bayi merespon dan membuka mulutnya saat disuapi makanan. 4) Hilangnya refleks menjulurkan lidah. 5) Bayi lebih tertarik pada makanan dibandingkan botol susu atau ketika disodori puting susu. 6) Bayi rewel atau gelisah, padahal sudah diberi ASI atau susu formula sebanyak 4-5 kali sehari. 7) Bayi sudah dapat duduk sembari disangga dan dapat mengontrol kepalanya pada posisi tegak dengan baik. 8) Keingintahuannya terhadap makanan yang dimakan orang lain semakin besar. Bayi memperhatikan dengan seksama saat orang lain makan (biasanya mulut mereka ikut mengecap).
25
d. Tahapan Pemberian MPASI 1) Pada umur 6 – 9 bulan Tekstur makanan untuk bayi sebaiknya makanan cair dan lembut seperti bubur buah, bubur susu, atau bubur sayuran yang dihaluskan. 2) Memasuki usia 10 – 12 bulan Bayi mulai bisa diberikan makanan kental dan padat, tetapi tetap harus bertekstur lunak, seperti aneka nasi tim. 3) Usia 12 – 24 bulan Bayi sudah mulai dikenalkan pada makanan keluarga atau makanan padat, tetapi tetap mempertahankan rasa. Hindari memberikan makanan-makanan yang dapat mengganggu organ pencernaan, seperti makanan terlalu berbumbu tajam, pedas, terlalu asam, atau berlemak. Pada masa ini, kenalkan finger snack atau makanan yang bisa dipegang seperti cookies, nugget, atau potongan sayuran rebus atau buah. Ini penting untuk melatih ketrampilan dalam
memegang
makanan dan
pertumbuhan giginya (Sudaryanto, 2014).
merangsang
26
Tabel 2.1 panduan makanan padat untuk bayi Umur Sifat makanan
6 bulan
7-9 bulan
Lembut, tak perlu dikunyah, cair hingga agak padat
Makanan lunak, secara berangsurangsur sajikan makanan kasar Berapa 1 sendok teh, Porsi kecil: banyak secara bertahap Bahan dasar ¼ diperbanyak genggam, roti ½ potong, sayur 1/3 genggam Protein: 1-2 sdm (kuning telur 1-2 kali seminggu) keju ½ ukuran kartu domino yogurt 25 ml. Frekuensi 1-2 kali sehari, 1 2-3 kali sehari kali camilan (buah makan besar,1 kali halus) camilan (air buah, roti, sayuran) Prabantini (2010), sumber Pujiarto (2008).
9-13 bulan Sebagian makanan yang disajikan di meja makan keluarga Porsi kecil: Bahan dasar ¼ genggam, roti 1 potong, sayur ½ genggam Protein: 2-3 sdm (kuning telur 2-3 kali seminggu) keju 1 ukuran kartu domino yogurt 50 ml. 3-4 kali sehari makan besar, 2 kali camilan (air buah, roti, sayuran, keju)
e. Alasan Pemberian MPASI Usia 6 Bulan Berikut alasan pemberian MPASI umur 6 bulan: 1) ASI adalah satu-satunya makanan dan minuman yang dibutuhkan bayi hingga umur 6 bulan 2) Memberikan perlindungan yang lebih baik pada bayi terhadap berbagai penyakit 3) Memberikan kesempatan pada sistem pencernaan bayi agar berkembang menjadi lebih matang 4) Mengurangi risiko alergi makanan 5) Membantu melindungi bayi dari anemia karena kekurangan zat besi
27
6) Menunda pemberian makanan padat membantu para ibu menjaga suplai ASI 7) Pemberian makanan padat terlalu dini dapat menyebabkan obesitas dikemudian hari 8) Bayi belum dapat mengontrol dengan baik otot-otot tenggorokan dan lidah 9) Membantu para ibu memberi jarak pada kelahiran bayi 10) Membuat pemberiannya lebih mudah (Prabantini, 2010; Marmi, 2014). f. Risiko pemberian makanan tambahan terlalu dini Menurut Wirda (2009) Risiko pemberian makanan tambahan pada bayi terlalu dini adalah 1) Tingginya
solute
load
hingga
dapat
menimbulkan
hiperosmolaritas 2) Peningkatan berat badan terlalu cepat hingga menjerumus ke obesitas 3) Alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan 4) Mendapat zat tambahan, seperti garam dan nitrat yang merugikan 5) Mungkin saja dalam makanan padat yang dipasarkan terdapat zat pewarna atau zat pengawet yang tidak diinginkan 6) Ada
kemungkinan
penyimpanan
pencemaran
dalam
penyediaan
atau
28
g. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemberian MPASI dini menurut Siregar (2004) antara lain: 1) Perubahan sosial budaya a) Ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya. Kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja dan adanya emansipasi dalam segala bidang kerja dan di kebutuhan masyarakat menyebabkan turunnya kesediaan menyusui dan lamanya menyusui. b) Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu botol. Persepsi masyarakat akan gaya hidup mewah membawa dampak menurutnya kesediaan menyusui. Bahkan adanya pandangan bagi kalangan terentu bahwa susu botol sangat cocok untuk bayi dan dianggap gizi yang terbaik. Hal ini dipengaruhi oleh gaya hidup yang selalu mau meniru orang lain. c) Merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya. Budaya modern dan perilaku masyarakat yang meniru negara barat mendesak para ibu untuk segera menyapih anaknya dan memilih air susu buatan sebagai jalan keluarnya. 2) Faktor psikologis a) Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita. Adanya anggapan para ibu bahwa menyusui akan merusak penampilan. Padahal setiap ibu yang mempunyai bayi selalu
29
mengubah
payudara,
walaupun
menyusui
atau
tidak
menyusui. b) Tekanan batin. Ada sebagian kecil ibu mengalami tekanan batin di saat menyusui bayi sehingga dapat mendesak si ibu untuk mengurangi frekuensi dan lama menyusui bayinya, bahkan mengurangi menyusui. c) Faktor fisik ibu Alasan yang cukup sering bagi ibu untuk tidak menyusui adalah karena ibu sakit, baik sebentar maupun lama. Tetapi. sebenarnya jarang sekali ada penyakit yang mengharuskan berhenti menyusui. Dan jauh lebih berbahaya untuk mulai memberi bayi makanan buatan daripada membiarkan bayi menyusu dari ibunya yang sakit. d) Faktor kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI. e) Meningkatkan promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI. Peningkatan sarana komunikasi dan transportasi yang memudahkan periklanan distribusi susu buatan menimbulkan tumbuhnya kesediaan memberikan susu buatan baik di desa dan perkotaan. Distibusi, iklan, dan promosi susu buatan berlangsung terus dan bahkan meningkat tidak hanya di
30
televisi, radio dan surat kabar melainkan juga ditempattempat
praktek
swasta
dan
klinik-klinik
kesehatan
masyarakat di Indonesia. f) Penerangan yang salah justru datang dari petugas kesehatan sendiri yang menganjurkan penggantian ASI dengan susu kaleng. Penyediaan susu bubuk di Puskesmas disertai pandangan untuk
meningkatkan gizi
bayi,
seringkali
menyebabkan salah arah dan meningkatkan pemberian susu botol. Promosi ASI yang efektif haruslah dimulai pada profesi kedokteran, meliputi pendidikan di sekolah-sekolah kedokteran yang menekankan pentingnya ASI dan nilai ASI pada umur 2 tahun atau lebih. g) Faktor pengelolaan laktasi di ruang bersalin. Untuk menunjang keberhasilan laktasi, bayi hendaknya disusui segera atau sedini mungkin setelah lahir. Namun tidak semua persalinan
berjalan
normal
dilaksanakan menyusui dini.
dan
tidak
semua
dapat
31
B. Kerangka Teori
Pengetahuan
Faktor-faktor
Zat Gizi
yang
Makanan Pendamping ASI
Makanan
mempengaruhi
Pendamping
ASI
meliputi:
1. Tingkat pendidikan
a. Pengertian
2. Pekerjaan
b. Alasan Pemberian MPASI Usia
3. Umur
6 Bulan
4. Faktor Lingkungan
c. Syarat Pemberian MPASI
5. Sosial Budaya
d. Tanda Bayi Siap Menerima MPASI e. Tahapan Pemberian MPASI f. Risiko
pemberian
makanan
tambahan terlalu dini g. Faktor-faktor mempengaruhi
yang
pemberian
MPASI dini
Gambar 2.1 : Kerangka teori Sumber : Modifikasi Notoadmodjo (2011), Hidayat (2011), Sudaryanto (2014).
dapat
32
C. Kerangka Konsep Baik Tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI terlalu dini
Cukup
Kurang
Gambar 2.2 : Kerangka Konsep
33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian Ditinjau dari segi tujuan penelitian yang hendak dicapai, penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Arikunto (2013), deskriptif yang berarti memaparkan atau menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan lain-lain. Kuantitatif adalah data yang dipaparkan dalam bentuk angka-angka (Riwidikdo, 2012). Deskriptif kuantitatif adalah mendiskripsikan data menggunakan angka-angka (Setiawan dan saryono, 2010). Penelitian ini mendiskripsikan tentang tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI dini. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah tempat yang akan dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitian (Hidayat, 2007). Penelitian ini dilaksanakan di PKD Ngudi Waras Plupuh Sragen. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian adalah rentang jadwal yang dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitianya (Hidayat, 2007). Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Mei 2015.
33
34
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi dari penelitian yang diambil adalah jumlah ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan di PKD Ngudi Waras Plupuh Sragen yaitu 26 orang. 2. Sampel penelitian Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012; Sugiyono, 2013). Jika populasi kurang dari 30 maka anggota populasi tersebut diambil seluruhnya untuk dijadikan sampel penelitian (Hidayat, 2007). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi usia dibawah 6 bulan di PKD Ngudi Waras Plupuh Sragen sebanyak 26 orang. 3. Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel
yang
benar-benar
dapat
berfungsi
sebagai
contoh atau
menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Dengan istilah lain, sampel harus representatif (Arikunto, 2013). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara total sampling atau sampling jenuh. Total sampling yaitu mengambil semua anggota populasi sebagai sampel (Hidayat, 2007).
35
D. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu (Notoadmodjo, 2012). Penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI dini. E. Definisi Operasional Menurut Hidayat (2007), definisi operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek atau fenomena. Tabel. 3.2. Definisi Operasional Variabel Tingkat pengetahua n ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI terlalu dini
Definisi Operasional Kemampuan responden untuk menjawab pertanyaan tentang makanan pendamping ASI meliputi : 1. Pengertian MPASI 2. Alasan Pemberian MPASI usia 6 bulan 3. Syarat MPASI 4. Tanda Bayi Siap Menerima MPASI 5. Tahapan 6. Risiko Pemberian MPASI Terlalu Dini
Alat Ukur Kuisioner
Skala Ordinal
Kategori 1. Baik, bila nilai responden yang diperoleh adalah (x) > mean + 1 SD 2. Cukup, bila nilai responden yang diperoleh adalah mean – 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD 3. Kurang, bila nilai responden yang diperoleh adalah (x) < mean – 1 SD (Riwidikdo, 2012)
F. Instrumen Penelitian Alat yang dipergunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah kuesioner. Menurut Notoatmodjo (2012), kuesioner adalah daftar pernyataan
36
yang sudah tersusun dengan baik, matang, dan responden tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu. Kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup, yang berbentuk pernyataan di mana dalam pernyataan tersebut disediakan pilihan jawaban “benar” atau “salah” tentang makanan pendamping ASI dan responden diminta memilih salah satu jawaban tersebut. Cara penskoran untuk pernyataan positif (favourabel) bila responden menjawab “benar” skornya 1 dan menjawab “salah”
skornya
0.
Pernyataan negatif
(unfavourabel) bila responden menjawab “benar” skornya 0 dan menjawab “salah” skornya 1. Adapun pengisian kuesioner ini dengan cara memberikan tanda centang ( √ ) pada lembar kuesioner yang sudah disediakan. Dalam instrumen ini terdapat 32 pertanyaan. Tabel. 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Variabel
Sub variabel
Tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI terlalu dini
1. Pengertian MPASI 2. Alasan pemberian MPASI usia 6 bulan 3. Syarat MPASI 4. Tanda Bayi Siap Menerima MPASI 5. Tahapan
Pernyataan Favorable Unfavorable 1, 2, 4 3
Jumlah soal 4
6, 7, 8, 9, 5 10
6
12, 13 17
3 5
11 14, 15, 16, 18
20, 22, 23 19,21, 24, 25, 9 24, 27 26* 6. Risiko pemberian 29, 30, 31 28, 32* 5 MPASI Terlalu Dini 18 14 32
Jumlah Ket: * : soal yang tidak valid
37
Kuesioner penelitian ini terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk mendapatkan hasil yang berkualitas. Uji coba instrumen telah dilakukan di PKD Ngudi Mulyo Cangkol Sragen. Jumlah responden yang digunakan adalah 30 orang. Penelitian mengambil responden 30 orang karena menurut Riwidikdo (2012), uji coba minimal dilakukan terhadap 30 orang. 1. Uji Validitas Menurut Riwidikdo (2012), validitas didefinisikan sebagai ukuran seberapa cermat suatu test melakukan fungsi ukurannya. Jadi validitas adalah yang menunjukan sejauh mana instrumen pengukur mampu mengukur apa yang ingin diukur. Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus korelasi Pearson Product Moment dengan bantuan program komputer SPSS for Windows. Rumus product moment adalah
rxy =
N . SXY - SX.SY 2
2
{N SX 2 - (SX ) }{N SY 2 - (SY ) }
Keterangan : N
: Jumlah responden
rxy
: Koefisien korelasi product moment
x
: Skor pernyataan
y
: Skor total
xy
: Skor pernyataan dikalikan skor total
38
Uji validitas telah dilakukan di PKD Ngudi Mulyo Cangkol Sragen dengan jumlah responden 30 responden dan soal kuisioner 32 soal. Data yang diperoleh diolah dengan bantuan komputerisasi program SPSS. Instrumen dikatakan valid jika nilai p value < 0,05. Dari uji validitas yang dilakukan dengan membagikan kuesioner yang berisi 32 soal, kepada 30 responden didapatkan hasil valid ada 30 soal dan 2 soal tidak valid. Soal yang tidak valid dihapus, karena 2 soal yang tidak valid sudah terwakili soal yang lain. 2. Uji Reabilitas Menurut Notoadmodjo (2012), reliabilitas artinya sejauh mana hasil pengukuran itu tetap asas (ajeg) bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama. Untuk menguji relitabilitas instrumen, peneliti menggunakan Alpha Chronbach dengan bantuan program komputer Chronbach adalah sebagai berikut
݅ݎൌ
Keterangan
݇
݇െͳ
ቄͳ െ
σ ܵ݅ ʹ ܵʹ ݐ
ቅ
r1
= Reliabilitas instrumen
k
= Banyaknya butir pernyataan atau banyaknya soal
∑s1
= Jumlah varian butir
st
= Jumlah varian
39
Kuesioner dikatakan reliabel jika nilai koefisien Alpha Cronbach minimal 0,7, sehingga untuk mengetahui sebuah kuesioner dikatakan reliabel atau tidak dengan melihat besarnya nilai alpha (Riwidikdo, 2012). Dari uji realibilitas yang telah dilakukan didapatkan hasil nilai Alpha Cronbach adalah 0, 937, jadi hasil yang didapatkan reliabel karena hasilnya lebih dari 0,7. G. Teknik Pengumpulan Data Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan lembar pernyataan persetujuan dan membagikan kuisioner atau angket pada ibu yang memiliki bayi di PKD Ngudi Waras Plupuh Sragen, kemudian menjelaskan tentang cara pengisiannya. Responden diminta mengisi kuisioner sampai selesai dan kuisioner diambil pada saat itu juga oleh peneliti. Data yang diperoleh terdiri dari : 1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian oleh peneliti (Riwidikdo, 2012). Data primer diperoleh dari kuesioner mengenai makanan pendamping ASI yang dibagikan pada responden. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang didapat secara tidak langsung dari obyek penelitian (Riwidikdo, 2012). Dalam penelitian ini data sekunder didapatkan dari data jumlah bayi di PKD Ngudi Waras Plupuh Sragen.
40
H. Metode Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan Data Setelah semua data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya adalah pengolahan data. Proses pengolahan data menurut Notoatmodjo (2012) adalah : a. Editing Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui kuisioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu. Jika ternyata masih ada data atau informasi yang tidak lengkap dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang, maka kuisioner tersebut dikeluarkan. b. Coding Lembaran atau kartu kode adalah instrumen berupa kolom-kolom untuk merekam data secara manual. Lembaran atau kartu kode berisi nomor responden, nomor-nomor pertanyaan dan skor pertanyaan. c. Entry Memasukkan data yakni mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau kartu kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan. d. Tabulating Tabulating adalah membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti.
41
e. Pembersihan data (cleaning) Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidak lengkapan dan sebagainya kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. 2. Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis univariat. Menurut Notoatmodjo (2012), analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Menurut Riwidikdo (2012), untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu, ditunjukan dengan keterangan sebagai berikut : a. Baik, bila nilai responden yang diperoleh adalah (x) > mean + 1 SD b. Cukup, bila nilai responden yang diperoleh adalah mean – 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD c. Kurang, bila nilai responden yang diperoleh adalah (x) < mean – 1 SD Sebelum menentukan tingkat pengetahuan ibu terlebih dahulu peneliti menghitung nilai mean dan simpangan baku. Rumus untuk menghitung nilai mean dan simpangan baku menurut Riwidikdo (2012), yaitu : a. Mean n
X=
Σ i = 1 x1 n
=
592 26
= 22,7
42
Keterangan : X
: Mean
n
: Jumlah responden
x1
: Nilai responden
b. Simpangan Baku
SD =
S xi 2 -
(S xi )2 n
n -1
350464 26 26 - 1
14442 =
=
14442 - 13479 25
=
1594 25
= 38,52 = 6,2 Keterangan : SD
: Simpangan baku
xi
: Nilai responden
n
: Jumlah responden
Berdasarkan nilai Mean dan Standard Deviation, tingkat pengetahuan responden dapat dikategorikan menjadi 3 tingkat, yaitu sebagai berikut:
43
1. Baik
= Apabila nilai responden yang diperoleh: (x) > Mean + 1 SD (x) > 22,7 + (1 x 6,2) (x) > 28,9
Jadi tingkat pengetahuan responden baik bila nilai (x) > 28,9 2. Cukup
= Apabila nilai responden yang diperoleh: Mean – 1 SD < x < Mean + 1 SD 22,7 – (1 x 6,2) < x < 22,7 + (1 x 6,2) 16,5 < x < 28,9
Jadi tingkat pengetahuan responden cukup bila nilai (x) 16,5 < x < 28,9 3. Kurang
= Apabila nilai responden yang diperoleh: (x) < Mean – 1 SD (x) < 22,7 – (1 x 6,2) (x) < 16,5
Jadi tingkat pengetahuan responden kurang bila nilai (x) < 16,5 Menurut Riwidikdo (2012), rumus untuk mengetahui skor persentase tiap responden adalah sebagai berikut: Skor Persentase =
Skor yang diperoleh responden x 100% Total skor maksimal yang seharusnya diperoleh
Menurut Riwidikdo (2012), sedangkan rumus persentase untuk mengetahui jumlah ibu yang memiliki bayi menurut tingkat pengetahuan yaitu :
44
S Ibu menurut Tingkat Pengetahuan Skor Persentase = ––––––––––––––––––––––––––––––––––––x 100% S Responden I.
Etika Penelitian Dalam melakukan penelitian ini mendapat rekomendasi dari pihak PRODI DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta, setelah disetujui oleh pembimbing I selaku pembimbing penelitian, kemudian peneliti meminta ijin ke Kepala PKD Ngudi Waras Plupuh Sragen, setelah mendapat ijin untuk melakukan penelitian, peneliti akan melakukan penelitian dengan memperhatikan masalah etika menurut Hidayat (2007) antara lain sebagai berikut : 1. Informed Consent Informed consent diberikan sebelum melakukan penelitian. Informed consent ini berupa lembar persetujuan untuk menjadi responden. Pemberian informed consent ini bertujuan agar subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati keputusan tersebut. Pada penelitian ini semua responden akan diberi lembar persetujuan. 2. Anonimity (Kerahasiaan nama/Identitas) Anonymity berarti tidak perlu mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data (kuisioner). Peneliti hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data tersebut. Peneliti tidak akan mencantumkan nama subjek pada lembar pengumpulan data dalam penelitian ini.
45
3. Confidentiality (Kerahasiaan hasil) Confidentiality ini menjelaskan masalah-masalah responden yang harus dirahasiakan dalam penelitian. Kerahasiaan informasi yang dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian. Penelitian ini kerahasiaan hasil atau informasi yang telah dikumpulkan dari setiap subjek yang akan dijamin oleh peneliti. J. Jadwal Penelitian Menguraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai menyusun proposal penelitian, sampai dengan penulisan laporan penelitian, beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut (Notoadmodjo, 2012).
46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Penelitian ini dilaksanakan di PKD Ngudi Waras Jabung Plupuh Sragen yang merupakan salah satu PKD yang berada di Kabupaten Sragen. Lokasi PKD Ngudi Waras terletak di Desa Jabung Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen. Desa Jabung Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen mempunyai luas wilayah + 3 Ha, dengan jumlah penduduk + 370 jiwa. Batas wilayah Desa Jabung sebelah utara Kelurahan Jatinegoro, sebelah selatan Kelurahan Mundu, sebelah timur Kelurahan Soko dan sebelah barat Kelurahan Manyaran. PKD Ngudi Waras Jabung Plupuh Sragen ini dipimpin oleh seorang bidan, yang membawahi 6 Posyandu, dengan jumlah kader 30 orang.
B. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden Setelah dilakukan penelitian data dapat diketahui karakteristik responden yang meliputi:
46
47
Karakteristik Responden Tabel 4.1 Karakteristik Responden No. 1.
2.
Karakteristik Responden Umur 20 – 25 tahun 26 – 30 tahun 31 – 35 tahun Pendidikan SD SMP SMA Perguruan Tinggi
Frekuensi (n=26)
Persentase (%)
3 18 5
11,6 69,2 19,2
5 14 3 4
19,2 53,9 11,6 15,3
Sumber: Data primer Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat disimpulkan bahwa kelompok umur responden terbanyak adalah 26 – 30 tahun, yaitu 18 responden (69,2%), dan karakteristik pendidikan terakhir responden yang paling banyak adalah berpendidikan SMP yaitu sebanyak 14 responden (53,9%). 2. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini, Nilai Mean dan Standard Deviation No. 1. 2. 3.
Pengetahuan
Baik Cukup Kurang Total Sumber: Data Primer
Jumlah 4 17 5 26
Persentase (%) 15,4 65,4 19,2 100%
Mean 22,7
Std. Deviation 6,2
48
Berdasarkan tabel di atas, tingkat pengetahuan pengetahuan ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI dini di PKD Ngudi Waras Plupuh Sragen dapat dikategorikan dalam pengetahuan cukup, yaitu sebanyak 17 responden (65,4%).
C. Pembahasan Berdasarkan penelitian yang dilakukan di PKD Ngudi Waras Plupuh Sragen, didapatkan hasil tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI dini pada kategori baik 4 responden (15,4 %), pada kategori cukup 17 responden (65,4 %), dan pada kategori kurang 5 responden (19,2 %). Tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI dini kebanyakan dengan tingkat pengetahuan cukup yaitu sebanyak 17 responden (65,4 %). Menurut Mubarak, dkk (2007) salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah umur. Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan aspek fisik dan psikologis (mental). Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan hampir seluruh ibu berumur 26 – 30 tahun. Di mana pada usia tersebut terbentuk usia dewasa. Apabila umur bertambah maka akan lebih banyak informasi yang didapat serta pengalaman yang didapat juga lebih banyak. Namun pada kenyataannya banyak yang memiliki pengetahuan kurang. Hal itu disebabkan karena tidak diimbangi dengan media informasi yang didapat.
49
Faktor lain yang dapat mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan. Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu berpendidikan SMP. Di mana pendidikan adalah bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Dari pendapat tersebut bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan responden diharapkan makin mudah pula responden dalam menerima pengetahuan yang dimiliki dan sebaliknya jika pengetahuan kurang akan menghambat sikap seseorang terhadap nilai baru yang diperkenalkan. Selain umur, faktor lain yang mempengaruhi ibu yang memiliki pengetahuan kurang adalah pekerjaan. Dari kuisioner menunjukkan hampir sebagian ibu bekerja sebagai IRT dan petani yang memungkinkan mereka lebih sibuk dengan kegiatan mereka sehingga sarana untuk mendapatkan informasi kurang. Jika seseorang yang tidak bekerja akan lebih sering di rumah,
maka informasi yang didapatkan semakin sedikit
sehingga
pengetahuan ibu kurang tentang MP-ASI. Pada bidang swasta di mana ibu yang bekerja di luar rumah dapat memperoleh hal baru dan mencari informasi tentang pemberian MP-ASI, yang mana orang yang bekerja diluar rumah bisa saling bertukar pengalaman atau pengetahuan dengan orang lain. Pengalaman dan pengetahuan yang didapat akan lebih bervariasi sehingga ibu tidak akan memberikan MP-ASI secara dini pada bayinya. Berdasarkan hasil penelitian, mengenai pengetahuan ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI dini sebagian besar responden
50
berpengetahuan cukup. Pengetahuan tentang pemberian makanan pendamping ASI sangat penting bagi ibu, karena pengetahuan dapat mempengaruhi ibu dalam memberikan makanan pendamping ASI pada bayinya. Hasil penelitian yang telah penulis lakukan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2012), dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Makanan Pendamping ASI pada Anak Usia 6-24 Bulan di Desa Rembun Kecamatan Nogosari Kecamatan Boyolali”, dengan hasil 29 responden (64,44%) berpengetahuan cukup. D. Keterbatasan Penelitian 1. Kendala Penelitian Kendala yang dihadapi peneliti pada saat melakukan penelitian adalah tidak bisa mengumpulkan responden dalam satu waktu, sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dan setiap responden memiliki waktu luang yang berbeda dalam menjawab kuesioner. 2. Kelemahan/ Keterbatasan a. Variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal, sehingga hasil penelitian terbatas pada tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI dini saja. b. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup, sehingga responden hanya bisa menjawab “ya” atau “tidak” dan jawaban responden belum bisa untuk mengukur pengetahuan secara mendalam.
51
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bulan Mei 2015 dengan judul Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Makanan Pendamping ASI Terlalu Dini di PKD Ngudi Waras Plupuh Sragen, dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang Makanan Pendamping ASI dini pada kategori cukup yaitu sebanyak 17 responden (65,4%).
B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan tambahan pengetahuan dan wawasan khususnya tentang makanan pendamping ASI untuk bayi kurang dari 24 bulan. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi
peneliti
menggunakan
selanjutnya
metode
diharapkan
penelitian
yang
melakukan berbeda
penelitian
dengan
cara
mengembangkan variabel penelitian dan meningkatkan jumlah responden, sehingga didapatkan hasil yang lebih baik.
51
52
3. Institusi a. Pendidikan Diharapkan dapat dijadikan sumber bacaaan khususnya tentang makanan pendamping ASI. b. Bagi PKD Ngudi Waras Plupuh Sragen Diharapkan
dapat
menjaga
mutu
kualitas
pelayanan
dengan
memberikan penyuluhan secara intensif pada ibu untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Depkes RI. 2006. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu ( Mp – Asi) Lokal Tahun 2006. Jakarta : Departemen Kesehatan Ri, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. 2012 Hasdianah, H.R, Siyoto, S, dan Peristowati, Y. 2014. Gizi Pemanfaatan Gizi, Diet, dan Obesitas. Yogyakarta : Nuha Medika. Hidayat, A.A. 2007. Metode Penelitian Data dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika. . 2011. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika. Lestari, D. 2012. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping ASI Pada Anak Usia 6-24 Bulan Di Desa Rembun Kecamatan Nogosari Kecamatan Boyolali. STIKes Kusuma Husada Surakarta. Karya Tulis Ilmiah. Marmi. 2014. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas “Puerperium Care”. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Mubarak, W.I, Chayatin, N, Rozikin, K, dan Supradi. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Notoadmodjo, S. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta. . 2012. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Prabantini. D. 2010. A To Z Makanan Pendamping Asi. Yogyakarta : C.V Andi Offset. Proverawati, A, dan Asfuah, S. 2009. Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika. Pujiarto, P. 2008. Bayiku Anakku Panduan Praktis Kesehatan Anak. Jakarta : Intisari.
54
Rahmawati, A. 2012. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian MPASI Pada Bayi Usia 0-12 Bulan Di Posyandu Desa Harjokuncaran Kecamatan Sumbermanjing Wetan. STIKes Widyagama Husada Malang. Karya Tulis Ilmiah Riwidikdo, H. 2012. Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendikia Press. Rochimiwati, S.N, Mas’ud, H, dan Giringan, J. 2013. Studi Pemberian Mp–Asi Dini Dan Status Gizi Bayi Umur 0 – 6 Bulan Di Kelurahan Botang Kecamatan Makale Kabupaten Tana Toraja. Jurnal Media Gizi Pangan. Vol. Xv, Edisi 1, 2013. Jurusan Gizi, Piliteknik Kesehatan Kemenkes. Makassar. Setiawan, A dan Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1, dan S2. Yogyakarta : Nuha Medika. Siregar, A. 2004. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Asi Oleh Ibu Melahirkan. Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat. Usu Digital Library. Sudaryanto, G. 2014. MPASI Super Lengkap. Jakarta : Penebar Swadaya Group. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Wawan, A dan Dewi. 2011. Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika. Wirda, A,H. 2009. Buku Saku Gizi Bayi. Jakarta : EGC.