27 Jurnal Science Midwifery 2010
HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) TERHADAP PERTUMBUHAN BALITA USIA 6-24 BULAN CORRELATION OF BREAST-FEEDING SUPPLEMENT FOOD’S INTAKE AND THE DEVELOPMENT OF 6-24 MONTHS INFANTS Suhariati Akademi Kebidanan Pamenang Pare, Kediri Abstrak Tingginya angka kematian balita dan gangguan tumbuh kembang bayi, anak usia 6-24 bulan yang ada di negara Indonesia penyebabnya adalah rendahnya mutu Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). MPASI merupakan unsur yang sangat penting bagi pembentukan tubuh manusia yang berkwalitas maka perlu dipelajari tentang cara Pemberian MP-ASI pada balita yang sesuai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP–ASI) dengan pertumbuhan balita usia 6 – 24 bulan. Desain penelitian yang digunakan adalah Analitik Korelasional yang dilakukan untuk menemukan ada tidaknya hubungan. Yang menjadi populasi dan sampel adalah Ibu yang memiliki balita usia 6-24 bulan dengan jumlah 78 orang di Wilayah Kerja Ds.Ngampel, Kec.Papar, Kab.Kediri. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner kepada responden dengan karakteristik Ibu yang mempunyai balita usia 6-24 bulan.Pada pemberian MP ASI terdapat 55 responden dengan kategori cukup sesuai dan pada pertumbuhan balita di lihat dari berat badan terdapat 1 balita dengan BB tidak normal, dari total 78 responden. Untuk TB terdapat 4 balita dengan TB tidak normal dari 78 responden. Dari hasil Analisa Data dengan Rank Spearman ditemukan bahwa Berat Badan/Umur (Sig.(2tailed) 0,096 > 0,05 sehingga H1 ditolak. Begitu juga Tinggi Badan/Umur (Sig.(2-tailed) 0,138 > 0,05 sehingga H1 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan “bahwa tidak ada hubungan antara Pemberian MP-ASI terhadap Pertumbuhan Balita Usia 6-24 bulan”. Kesimpulan bahwa Pertumbuhan Balita tidak hanya dipengaruhi oleh faktor Pemberian MP-ASI saja, melainkan faktor genetik dan lingkungan prenatal serta postnatal. Kata Kunci : Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI), Pertumbuhan Balita Usia 6-24 bulan. ABSTRACT The high rate of infant’s mortality and disorder on infant’s development of 6-24 months infants in Indonesia is caused by low level of breast-feeding supplement food quality. Breast-feeding supplement food is very important substance for qualified human body; therefore, it needs to be studied about the appropriate breastfeeding supplement food’s intake.Intention of this research is to know there are not his(its relation between giving Breast-feeding supplement food’s intake ( MP-ASI) with growth of infant’s age 6- 24 months.Research design used Correlation Analytic to identify a correlation. Populations and samples were mothers who had 6-24 months infants with amount of 78 respondents in the Work Area of Ngampel Village, Papar Sub District, Kediri Regency. Data was collected by distributing questionnaire to respondents by characteristic of mothers who had 6-24 months infants. From data analysis by using Rank Spearman was found that weight age (Sig.(2-tailed) 0,096 > 0,05; H1 was refused. It was same as height/age Sig.(2-tailed) 0,138 > 0,05; HI was refused). It meant that “there was not any correlation between breast-feeding supplement food’s intake and the development of 6-24 months infants”. this result, it can be concluded that infant’s development is not only influenced by factor of breast-feeding supplement food’s intake, but also genetic factor and prenatal and postnatal environment. Key words : Breast-feeding supplement food’s intake, Development of 6-24 months infants PENDAHULUAN Masa bayi, balita dan kehidupan sejak dalam kandungan merupakan periode emas, karena jika pada masa tersebut pertumbuhan dan perkembangan tidak dipantau dengan baik dan terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan maka tidak akan dapat diperbaiki pada periode selanjutnya sampai usia dewasa. Pada saat ini gangguan tumbuh kembang pada bayi dan anak usia dibawah 2 tahun ( baduta ) merupakan masalah yang perlu ditanggulangi dengan serius. Usia dibawah dua tahun merupakan masa yang amat penting sekaligus masa kritis dalam proses tumbuh kembang bayi baik fisik maupun kecerdasan, oleh karena itu setiap bayi dan anak usia 6-24 bulan harus memperoleh asupan gizi sesuai dengan kebutuhannya. Hasil survey menunjukkan bahwa salah satu penyebab terjadinya gangguan tumbuh kembang bayi dan
anak usia 6-24 bulan di Indonesia adalah rendahnya mutu Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) dan tidak sesuainya pola asuh yang diberikan sehingga beberapa zat gizi tidak dapat mencukupi kebutuhan khususnya energi dan zat gizi mikro terutama zat besi (Fe) dan Seng (Zn) . Pada rentan waktu tahun 2005–2006 di Indonesia 153.681 bayi mati setiap tahun. Itu berarti setiap harinya 421 orang bayi yang meninggal, sama dengan 2 orang bayi mati setiap menit. 54% penyebab kematian bayi adalah latar belakang gizi. Pada balita hal ini disebabkan pemberian MP–ASI yang kurang tepat dan belum sesuai dengan kecukupan gizi bayi. Kita bisa melihat data selanjutnya pada kondisi Indonesia saat ini : 27,3% balita Indonesia kurang gizi, 8% dari mereka gizi buruk, 50% balita Indonesia kekurangan Vitamin A , 48,1% balita anemi gizi, 36% anak Indonesia tergolong pendek, 11,1%
28 Jurnal Science Midwifery 2010
anak sekolah menderita GAKY dari 11.757.030 balita di Indonesia. Jawa Timur pada 2007 terdapat 251 kasus balita gizi buruk dan pada Januari - Februari 2008 sudah terdapat 291 kasus. Disebutkan juga jumlah kasus gizi buruk pada balita yang ditemukan dan ditangani tenaga kesehatan menurun dari 76.178 (2005) menjadi 50.106 (2006), dan turun lagi menjadi 39.080 kasus pada 2007. Sedikitnya 415 balita di Kabupaten Kediri, Jatim, terkena gizi buruk, bahkan prevalensinya mencapai 0,65 dari jumlah balita di daerah itu selama tahun 2007 yang diperkirakan mencapai sekitar 65.000 balita. Kasus gizi buruk tahun ini lebih parah dibandingkan dengan yang terjadi pada 2005 lalu yang mencapai sekitar 200 kasus. Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidan Ds.Ngampel, Kec.Papar, Kab.Kediri Ny.Lena T pada bulan November - Desember 2007 terdapat 34 balita yang mengalami BGM dari jumlah keseluruhan 492 balita. Penyebab gangguan pertumbuhan pada anak usia muda, antara lain dalam penggunaan ASI eksklusif dan pemberian makanan pendamping ASI yang kurang tepat (kurang memenuhi zat gizi baik macam maupun jumlahnya). Tingginya kasus diare dan penyakit infeksi sehingga memperburuk kondisi status gizi dan kesehatan bayi atau anak. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa anak-anak Indonesia yang lahir dengan keadaan gizi baik akan bertahan hingga usia 6 bulan, setelah usia 6 bulan, keadaan gizi mulai menurun. Hal ini terjadi karena semakin meningkat pula kebutuhan gizinya, sementara produksi ASI semakin menurun dan pemberian MP-ASI belum sesuai dengan kecukupan gizi bayi. Kondisi ini pada gilirannya menimbulkan kekurangan energi protein (KEP) pada bayi atau anak yang beresiko pada kematian (mortalitas) balita tersebut. Upaya peningkatan status kesehatan dan gizi bayi dan anak melalui perbaikan perilaku masyarakat dengan pemberian makanan tambahan merupakan bagian dari upaya perbaikan gizi masyarakat secara menyeluruh. Dalam rangka menanggulangi dampak krisis ekonomi terhadap status kesehatan dan gizi pada keluarga miskin, berbagai langkah dan upaya terus menerus dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat luas. Salah satu upaya adalah pemberian makanan tambahan kepada bayi berupa MP-ASI yang telah difortifikasi ( Blended Food ). Untuk mencegah terjadinya gizi kurang sekaligus mempertahankan gizi baik pada keluarga miskin, maka program pemberian MP-ASI berbahan baku lokal sepertinya merupakan alternatif terbaik. Walaupun saat ini makanan bayi komersial banyak dijual di pasar, namun bagi keluarga miskin produk ini bisa menjadi barang mewah yang sulit dijangkau untuk jangka waktu yang relatif lama. Dengan bahan pangan lokal kita dapat memperoleh harga yang murah, mudah didapat dan lebih bervariasi. Hipotesis penelitian adalah 1)Tidak ada Hubungan Pemberian MP-ASI terhadap Pertumbuhan Balita Usia 6 – 24 bulan, 2) Ada
Hubungan Pemberian MP-ASI Pertumbuhan Balita Usia 6-24 bulan.
terhadap
MATERI DAN METODE Adapun desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini termasuk Desain Penelitian Non – Eksperimen, yaitu secara Analitik Korelasional. Dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional, dimana peneliti melakukan observasi pengumpulan data sekaligus pada satu saat (Point Time Approach), artinya tiap subyek penelitian diobservasi sekali saja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pemberian makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) terhadap pertumbuhan balita usia 6-24 bulan. Populasi yang digunakan adalah semua ibu dan balita usia 6-24 bulan yang ada di Wilayah Kerja Ds.Ngampel, Kec.Papar, Kab.Kediri. Pada bulan April 2010 jumlah balita usia 6 – 24 bulan adalah 192 balita dalam pengambilan sampel disesuaikan kreteria inkusi dan eksklusi jumlah 78 orang dengan menggunakan tehnik sampling Stratified Random Sampling. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdiri dari dua macam yaitu Data Umum dan Data Khusus, Data Umum menyajikan karakteristik secara global meliputi data tentang Usia Ibu Balita, Pendidikan dan Pekerjaan. Sedangkan Data Khusus menyajikan hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel yang terdiri dari data MP ASI, pertumbuhan balita dan Hubungan Pemberian MP ASI terhadap Berat Badan dan Tinggi Badan Balita Usia 6-24 bulan. 1; 1,3% 0; 0,0%
77; 98,7% < 20 Tahun 20-35 Tahun >35 Tahun
Gambar 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Ibu di Desa Ngampel Kecamatan Papar Kabupaten Kediri 2010 Berdasarkan gambar 1 diatas diketahui hampir seluruh responden berumur 20-35 tahun yaitu sebanyak 77 responden (98,7%) dari total 78 responden. 1; 1,3% 18; 23,1%
26; 33,3%
33; 42,3% SD
SMP
SMA
PT
29 Jurnal Science Midwifery 2010
Gambar 2
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan di Desa Ngampel Kecamatan Papar Kabupaten Kediri 2010
Berdasarkan tabel 2 diketahui sebagian besar responden memiliki Berat Badan normal yaitu sebanyak 77 responden (98,7%) dari total 78 responden.
Berdasarkan diagram 4.2 diatas diketahui hampir setengah responden berpendidikan SMP yaitu sebanyak 33 responden (42,3%) dari total 78 responden.
1; 1,3%
45; 57,7% 14; 17,9%
Tani
Swasta
Guru
Gambar 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan di Desa Ngampel Kecamatan Papar Kabupaten Kediri 2010 Berdasarkan diagram 4.3 diatas diketahui sebagian besar responden adalah ibu rumah tangga yaitu sebanyak 45 responden (57,7%) dari total 78 responden. No.
Pengetahuan
Jumlah
%
1
Sesuai
6
7,7
2
Cukup Sesuai
55
70,5
3
Kurang Sesuai
16
20,5
4
Tidak Sesuai
1
1,3
78
100.0
Total
Tinggi/Umur
Jumlah
%
1
Tidak Normal
4
5,1
2
Normal
74
94,9
78
100.0
Total
18; 23,1%
IRT
No.
Tabel 3 Tinggi Badan/Umur Balita Usia 6-24 Bulan di Desa Ngampel Kecamatan Papar Kabupaten Kediri Tahun 2010 Berdasarkan tabel 3 diketahui sebagian besar responden memiliki Tinggi Badan normal yaitu sebanyak 74 responden (94,9%) dari total 78 responden. BB
MPASI
Tidak Sesuai
Berdasarkan tabe1 1. diatas diketahui sebagian besar responden dalam memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dengan kategori cukup sesuai yaitu sebanyak 55 responden (70,5%) dari total 78 responden.
No.
Berat Badan/Umur
Jumlah
%
1
Tidak Normal
1
1,3
2
Normal
77
98,7
78
100.0
Total
Tabel 2 Berat Badan/Umur Balita Usia 6-24 Bulan di Desa Ngampel Kecamatan Papar Kabupaten Kediri Tahun 2010
Normal
0
1
1
100,0%
100,0 %
15
16
93,8%
100,0 %
55
55
% within ,0% MPASI
100,0%
100,0 %
Count
6
6
% within ,0% MPASI
100,0%
100,0 %
Count
77
78
98,7%
100,0 %
Count
Count
1
% within 6,3% MPASI Cukup Sesuai
Sesuai
Tabel 1 Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Balita Usia 6-24 Bulan di Desa Ngampel Kecamatan Papar Kabupaten Kediri Tahun 2010
Tidak Normal
% within ,0% MPASI Kurang Sesuai
Total
Total
Count
0
0
1
% within 1,3% MPASI
Tabel 4 Hubungan Pemberian MP-ASI dengan Berat Badan Balita Usia 6-24 Bulan di Desa Ngampel Kecamatan Papar Kabupaten Kediri Tahun 2010 Berdasarkan tabel 4 diatas diketahui Atas dasar analisis ini dapat diketahui dengan kondisi MP-ASI yang berbeda didapatkan kategori BB tetap normal. Dengan demikian tidak ada suatu kecenderungan kesesuaian MP-ASI dengan normalitas berat badan balita.. Guna membuktikan kecenderungan tidak adanya hubungan ini bermakna secara statistik, maka dilakukan pengujian dengan uji korelasi Spearman. didapatkan nilai Sig.(2-tailed) sebesar 0,138 > 0,05 (nilai α), maka H1 ditolak. Hal ini berarti tidak ada hubungan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dengan tinggi badan
30 Jurnal Science Midwifery 2010
balita usia 6-24 bulan di Desa Ngampel Kecamatan Papar Kabupaten Kediri Tahun 2010.
Pembahasan 1. Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Berdasarkan tabel 4.1 diatas diketahui sebagian besar responden dalam memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dengan kategori Cukup Sesuai yaitu sebanyak 55 responden (70,5%) dari total 78 responden. Makanan Pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi yang diberikan kepada bayi atau anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Kajian mengenai faktor yang mempengaruhi pemberian MP-ASI dapat ditelusuri dari teori perilaku. Menurut teori perilaku dijelaskan bahwa perilaku terbentuk karena berbagai pengaruh yang berupa pengetahuan dan sikap, pengalaman, keyakinan, sosial, budaya, sarana fisik (Suliha, 2002). Didapatkannya sebagian besar responden dalam memberikan MP– ASI dengan kategori cukup sesuai, hal ini dapat dipengaruhi berbagai faktor yaitu faktor umur, pendidikan, pekerjaan dan khususnya faktor sosial ekonomi. Dari faktor sosial ekonomi dapat diuraikan bahwa pada ibu yang mempunyai pendidikan dan pengetahuan yang cukup tetapi kekurangan pada masalah ekonomi dapat menjadi kendala dalam memberikan MP–ASI pada balita, sehingga MP– ASI tidak dapat tercukupi dan dipastikan pertumbuhan anak akan terhambat. Sebaliknya pada ibu yang pengetahuan dan pendidikan kurang tetapi keadaan ekonominya lebih ia dapat memberikan MP–ASI yang sesuai pada balitanya. Sehingga pemberian MP–ASI pada balita tercukupi dan balita tumbuh dengan normal. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa keadaan sosial ekonomi dari keluarga sangat berpengaruh pada pemberian MP–ASI dan masukan gizi pada balita.
2. Pertumbuhan balita usia 6 – 24 bulan Berdasarkan tabel 4.2 diketahui sebagian besar responden memiliki berat badan normal yaitu 77 responden (98,7%) dari total 78 responden. Begitu juga berdasarkan tabel 4.3 sebagian besar responden memiliki tinggi badan normal yaitu sebanyak 74 responden (94,9%) dari total 78 responden. Berat badan menurut Supariasa, dkk (2002) adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran masa tubuh. Tinggi Badan merupakan ukuran antropometrik kedua yang terpenting, keistimewaannya adalah bahwa ukuran tinggi badan pada masa pertumbuhan meningkat terus sampai tinggi maksimal dicapai. Perubahan BB dan TB pada balita usia 6–24 bulan dapat naik atau turun dapat disebabkan oleh berbagai faktor yaitu faktor biologis (ras, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan, penyakit kronis), lingkungan fisik (cuaca, keadaan geografis,
sanitasi lingkungan, keadaan rumah, radiasi), faktor psikososial (stimulasi, motivasi, hukuman, stress, lingkungan sekolah, interaksi anak dan orang tua), faktor keluarga dan adat istiadat (pekerjaan, pendapatan keluarga, stabilitas keluarga, norma dan tabu). Didapatkannya sebagian besar responden memiliki BB dan TB normal dapat dipengaruhi berbagai faktor yaitu faktor biologiss, faktor lingkungan fisik, faktor psikososial, faktor keluarga dan adat istiadat. Namun demikian berbagai faktor ini tidak dilakukan pengkajian, yang dikaji adalah pemberian MP–ASI. Dengan demikian faktor yang mempengaruhi BB dan TB sangat komplek sekali sehingga bila ada gangguan pada salah satu faktor saja dirasa faktor tersebut belum tentu dapat berhubungan secara bermakna.
3. Hubungan Pemberian MP–ASI dengan BB dan TB balita usia 6 – 24 bulan Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan tidak ada hubungan antara pemberian MP–ASI dengan BB balita usia 6–24 bulan (sig.(2 tailed) 0,096>0,05 sehingga H1 ditolak). Begitu juga berdasarkan tabel 4.6 didapatkan tidak ada hubungan antara pemberian MP–ASI dengan TB balita usia 6 – 24 bulan (sig.(2 tailed) 0,138>0,05 sehingga H1 ditolak). Makanan pendamping ASI bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan zat gizi bayi atau anak. Selain manfaat tersebut, MP–ASI pada anak usia 6 bulan dimana pencernaan bayi mulai kuat maka pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) bisa diberikan dan jika terlalu dini akan menurunkan konsumsi ASI sehingga terjadi gangguan pencernaan, tetapi apabila terlambat akan menyebabkan kurang gizi bila terjadi dalam waktu yang lama. (Didapatkannya tidak ada hubungan antara pemberian MP–ASI dengan BB dan TB balita usia 6 – 24 bulan membuktikan bahwa BB dan TB balita dapat berubah tidak hanya dipengaruhi oleh salah satu faktor khususnya MP–ASI saja. Jadi faktor MP–ASI hanyalah salah satu faktor dari sekian banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan balita. Meskipun anak mengalami kekurangan MP–ASI tidak berarti secara langsung BB dan TB akan statis, namun jika itu berlangsung dalam waktu yang lama masih dimungkinkan bisa terjadi. Kesimpulan 1. Berat badan sebagian besar responden normal, itu berarti Tidak ada Hubungan antara Pemberian MP-ASI dengan Berat Badan Balita Usia 6-24 bulan di Desa Ngampel Kecamatan Papar Kabupaten Kediri Tahun 2010 (Sig.(2tailed) sebesar 0,096>0,05 sehingga Ho diterima). 2. Tinggi Badan sebagian besar responden normal, itu berarti Tidak ada Hubungan Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
31 Jurnal Science Midwifery 2010
dengan Tinggi Badan Balita Usia 6-24 bulan di Desa Ngampel Kecamatan Papar Kabupaten Kediri Tahun 2010 (Sig.(2-tailed) 0,138 > 0,05 (nilai α), maka Ho diterima).
DAFTAR PUSTAKA 1. Muesser, AM. (2007). Panduan Lengkap Perawatan Bayi dan Anak A-Z. Ed.D. Jogjakarta. 2. Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendidikan Praktek. Edisi Revisi V. Jakarta : Rineka Cipta. 3. Budiarto. Eko. (2002). Biostatistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC. 4. Parenting Islami. (2008). http://www..Makanan Pendamping ASI//ParentingIslami, PAUD, Gizi dan Kesehatan Anak.com/htm. (Diakses tgl. 16 Februari 2009).