TINJAUAN PUSTAKA Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI ) Sebagai acuan bagi produsen pangan dalam memproduksi MP-ASI, Indonesia telah menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang MP-ASI yang terdiri dari 4 bagian yaitu (a) SNI 01-7111.1-2005 Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) – Bagian 1 : Bubuk Instan, (b) SNI 01-7111.2-2005 Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) – Bagian 2 : Biskuit, (c) SNI 01-7111.3-2005 Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) – Bagian 3 : Siap Masak, dan (d) SNI 01-7111.4-2005 Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) – Bagian 4 : Siap Santap. SNI tersebut dikembangkan dan disusun dengan tujuan untuk : (1) melindungi kesehatan konsumen khususnya bayi dan anak, (2) menjamin perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab dan (3) mendukung perkembangan industri MP-ASI. Makanan pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) didefinisikan sebagai makanan bergizi yang diberikan disamping ASI kepada bayi berusia 6 (enam) bulan ke atas atau berdasarkan indikasi medik, sampai anak berusia 24 (dua puluh empat) bulan untuk mencapai kecukupan gizi (BSN 2005a). MP–ASI Bubuk Instan adalah MP-ASI yang telah diolah sehingga dapat disajikan seketika dengan hanya penambahan air minum atau cairan lain yang sesuai (BSN 2005a). MP–ASI Biskuit adalah MP–ASI yang diproduksi melalui proses pemanggangan yang dapat dikonsumsi setelah dilumatkan dengan penambahan air, susu, atau cairan lain yang sesuai untuk bayi diatas 6 (enam) bulan atau berdasarkan indikasi medik, atau dapat dikonsumsi langsung sesuai umur dan organ pencernaan bayi/anak (BSN 2005b). MP–ASI Siap Masak adalah MP–ASI yang telah diproses dan harus dimasak dengan air atau cairan lain yang sesuai sebelum dikonsumsi (BSN 2005c). MP – ASI Bubuk Instan dideskripsikan berbentuk serbuk, serpihan, hablur, granul. MP – ASI Bubuk Instan jika ditambah cairan menghasilkan bubur halus, bebas dari gumpalan dan dapat disuapkan dengan sendok. Sedangkan deskripsi MP – ASI Siap Masak berbentuk serbuk, ekstrudat, butiran, pasta (antara lain mie, makaroni) dan atau campurannya. MP – ASI Siap Masak merupakan produk yang setelah dimasak sesuai petunjuk yang tertera di dalam kemasan dapat menghasilkan makanan yang bentuk dan teksturnya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan bayi dan anak dalam menelan dan atau mengunyah.
4
Berdasarkan
pedoman
yang
ditetapkan
oleh
Codex
Alimentarius
Commission, jika suatu pangan ditambah dengan satu atau lebih zat gizi yang telah ditetapkan angka kecukupan gizinya, maka jumlah vitamin dan mineral yang ditambahkan yang terkandung dalam 100 g pangan sekurang-kurangnya 2/3 dari nilai kecukupan harian (CAC 1991). Pertimbangan dalam menetapkan ketentuan tersebut antara lain kondisi negara setempat termasuk kontribusi zat gizi dalam pola makan yang diperoleh dari makanan pokok, dan status gizi dari kelompok populasi target pada usia tersebut. SNI MP-ASI memuat ruang lingkup, acuan normatif, istilah dan definisi, komposisi dan syarat mutu, bahan tambahan pangan, cemaran, metode uji dan pengambilan contoh, higiene, pengemasan, dan pelabelan. Komposisi produk MP-ASI meliputi bahan utama dan bahan lain. Sebagai bahan utama, produk MP-ASI terbuat dari salah satu atau campuran bahanbahan berikut dan atau turunannya : serealia (misal beras, jagung, gandum, sorgum, barley, oats, rye, millet, buckwheat), umbi-umbian (misal ubi jalar, ubi kayu, garut, kentang, gembili), bahan berpati (misal sagu, pati aren), kacangkacangan (misal kacang hijau, kacang merah, kacang tunggak, kacang dara), biji-bijian yang mengandung minyak (misal kedelai, kacang tanah, wijen), susu, ikan, daging, unggas, buah dan atau bahan makanan lain yang sesuai (BSN 2005a, 2005b, 2005c). Syarat mutu produk MP-ASI meliputi bentuk dan tekstur, kadar air, kadar abu, kepadatan energi, protein, karbohidrat (termasuk serat pangan), lemak (termasuk asam lemak trans), vitamin dan mineral. Zat gizi yang dikandung MP-ASI harus dapat mendampingi ASI untuk mencapai kecukupan gizi pada kelompok umur tersebut. Persyaratan mutu produk MP-ASI bubuk instan, biskuit, dan siap masak ditunjukkan pada Tabel 1. Persyaratan untuk vitamin dan mineral terbagi menjadi 2 kelompok berdasarkan ketentuan wajib dan tidaknya terdapat dalam produk pangan. Ketentuan tentang pengelompokkan tersebut didasarkan kepada status gizi bayi dan anak di Indonesia serta teknologi yang digunakan untuk memproduksi MPASI sesuai dengan jenisnya. Untuk MP-ASI bubuk instan dan MP-ASI siap masak, vitamin yang wajib ada meliputi vitamin A, vitamin D dan vitamin C, sedangkan vitamin yang dapat ditambahkan adalah vitamin E, vitamin K, vitamin B1, vitamin B2, niasin, vitamin B12, asam folat, vitamin B6 dan asam pantotenat. Mineral yang wajib ada meliputi natrium, kalsium, besi, zink, dan iodium, sedangkan mineral yang dapat ditambahkan adalah selenium.
5
Tabel 1 Persyaratan mutu produk MP-ASI terkait dengan kandungan gizi (BSN 2004a, 2004b, 2004c) No
Parameter
1 2
Energi i) Protein
3
Karbohidrat ii) Fruktosa
4
Serat pangan
5
Lemak
6
Asam lemak trans Vitamin A
7
Vitamin D
8
Vitamin C
9
Vitamin E
10 Vitamin K 11 Vitamin B1 12 Vitamin B2 13 Niasin 14 Vitamin B12 15 Asam folat 16 Vitamin B6 17 Asam pantotenat 18 Natrium (Na) iii) 19 Kalsium (Ca) 20 Besi (Fe) 21 Seng (Zn) 22 Iodium (I) 23 Selenium (Se)
i) ii) iii)
Satuan kkal/g g/100 kkal g/100 g g/100 kkal g/100 g g/100 kkal g/100 g g/100 kkal g/100 g g/100 kkal g/100 g % total lemak RE/100 kkal RE/100 g mcg/100 kkal mcg/100 g mg/100 kkal mg/100 g mg/100 kkal mg/100 g mcg/100 kkal mcg/100 g mg/100 kkal mg/100 g mg/100 kkal mg/100 g mg/100 kkal mg/100 g mcg/100 kkal mcg/100 g mcg/100 kkal mcg/100 g mg/100 kkal mg/100 g mg/100 kkal mg/100 g mg/100 kkal mg/100 kkal mg/100 g mg/100 kkal mg/100 g mg/100 kkal mg/100 g mcg/100 kkal mcg/100 g mcg/100 kkal mcg/100 g
Syarat Mutu MP-ASI Bubuk Instan Biskuit Siap Masak Min 0,8 Min 4 Min 0,8 Min 2 Maks 5,5 Min 1,5 Min 2 Maks 5,5 Min 8 Maks 22 Min 6 Min 8 Maks 22 Maks 7,5 Maks 7,5 Maks 7,5 Maks 30 Maks 30 Maks 30 Maks 3,75 Maks 3,75 Maks 3,75 Maks 15 Maks 15 Maks 15 Maks 1,25 Maks 1,25 Maks 1,25 Maks 5 Maks 5 Maks 5 Min 1,5 Maks 3,75 Min 1,5 Maks 4,5 Min1,5 Maks 3,75 Min 6 Maks 15 Min 6 Maks 18 Min 6 Maks 15 Maks 4 Maks 4 Maks 4 Min 62,5 Maks180 Min 62,5 Maks180 Min 75 Maks 225 Min 250 Maks 700 Min 250 Maks 700 Min 300 Maks 900 Min 0,75 Maks 2,5 Min 0,75 Maks 2,5 Min 1 Maks 3 Min 3 Maks 10 Min 3 Maks 10 Min 4 Maks 12 Min 6,25 Min 20 Min 27 Min 80 Min 1 Min 1 Min 1,25 Min 4 Min 4 Min 5 Min 2,5 Min 2,5 Min 3 Min 10 Min 10 Min 12 Min 0,1 Min 0,2 Min 0,4 Min 0,7 Min 0,1 Min 0,2 Min 0,4 Min 0,7 Min 1 Min 1,6 Min 4 Min 6,5 Min 0,075 Min 0,15 Min 0,3 Min 0,6 Min 6,25 Min 12 Min 27 Min 48 Min 0,2 Min 0,3 Min 0,7 Min 1,2 Min 0,3 Min 0,5 Min 1,3 Min 2,3 < 100 < 200 < 100 < 200 < 100 < 200 Min 50 Min 50 Min 50 Min 200 Min 200 Min 200 Min 1,25 Min 1,25 Min 1,25 Min 5 Min 5 Min 5 Min 0,6 Min 0,6 Min 0,6 Min 2,5 Min 2,5 Min 2,5 Min 11,25 Min 13,5 Min 45 Min 55 Min 2,5 Min 2,5 Min 2,5 Min 10 Min 10 Min 10
Kepadatan energi dihitung terhadap produk siap dikonsumsi untuk MP-ASI bubuk instan, siap masak dan siap santap Jumlah karbohidrat yang ditambahkan dari sukrosa, fruktosa, glukosa, sirup glukosa atau madu jika bahan tersebut ditambahkan pada produk. < 100 mg/100 kkal produk siap konsumsi yang ditujukan untuk bayi, dan < 200 mg/100 kkal produk siap konsumsi yang ditujukan untuk anak usia diatas 12 bulan
6
Untuk MP-ASI biskuit, vitamin yang wajib ada meliputi vitamin A, vitamin D, sedangkan vitamin yang dapat ditambahkan adalah vitamin E dan vitamin K. Mineral yang wajib ada meliputi natrium, kalsium, besi, zink, sedangkan mineral yang dapat ditambahkan adalah selenium. Informasi Nilai Gizi (ING) Informasi Nilai Gizi didefinisikan sebagai daftar kandungan zat gizi pada label pangan sesuai dengan format yang dibakukan (BPOM 2005). Beberapa istilah untuk menggambarkan pencantuman informasi nilai gizi yang berlaku di berbagai negara antara lain nutrition labelling, nutrition fact, dan nutrition information. Istilah nutrition labeling digunakan oleh WHO (WHO 2004), Canada dan Malaysia. Filipina menggunakan istilah nutrition information, Amerika Serikat menggunakan istilah nutrition fact, sedangkan Australia menggunakan istilah nutrition information panel. WHO (2004) mendefinisikan nutrition labeling sebagai daftar zat gizi pada label pangan dengan beberapa bentuk pencantuman jumlah zat gizi. Sedangkan CAC (2006) menyatakan definisi nutrition labelling adalah deskripsi yang dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang kandungan gizi pangan kepada konsumen. Pencantuman informasi nilai gizi pada label tidak diwajibkan terhadap semua pangan. Pangan yang diwajibkan untuk mencantumkan informasi tentang kandungan gizi diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, Pasal 32, ayat (1) yang menyatakan bahwa pencantuman keterangan tentang kandungan gizi pangan pada label wajib dilakukan bagi pangan yang disertai pernyataan bahwa pangan mengandung vitamin, mineral, dan atau zat gizi lainnya yang ditambahkan, atau pangan yang dipersyaratkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang mutu dan gizi pangan, wajib ditambahkan vitamin, mineral dan atau zat gizi lainnya (Pemerintah RI 1999). Peraturan Pemerintah tersebut juga mengatur tata cara pencantuman kandungan gizi pada label bahwa keterangan tentang kandungan gizi pangan dicantumkan dengan urutan jumlah keseluruhan energi, dengan perincian berdasarkan jumlah energi yang berasal dari lemak, protein dan karbohidrat; jumlah keseluruhan lemak, lemak jenuh, kolesterol, jumlah keseluruhan karbohidrat, serat, gula, protein, vitamin dan mineral. Jika pelabelan kandungan
7
gizi digunakan pada suatu pangan, maka pada label pangan tersebut wajib memuat hal-hal berikut : (a) ukuran takaran saji, (b) jumlah sajian per kemasan, (c) kandungan energi per takaran saji, (d) kandungan protein per sajian (dalam gram), (e) kandungan karbohidrat per sajian (dalam gram), (f) kandungan lemak per sajian (dalam gram), (g) persentase dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Sebagai petunjuk pelaksanaan dari ketentuan Peraturan Pemerintah tersebut, telah ditetapkan pedoman pencantuman informasi nilai gizi pada label pangan.
Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi pada Label Pangan
mengatur informasi yang harus dicantumkan dan informasi yang dapat dicantumkan terdiri dari (a) Informasi yang wajib dicantumkan, meliputi takaran saji, jumlah sajian per kemasan dan catatan kaki, (b) Zat gizi yang wajib dicantumkan, meliputi energi total, lemak total, protein, karbohidrat total, dan natrium, (c) Zat gizi yang wajib dicantumkan dengan persyaratan tertentu, meliputi energi dari lemak, lemak jenuh, lemak trans, kolesterol, serat pangan, gula, vitamin A, vitamin C, kalsium, zat besi, zat gizi lain yang wajib ditambahkan/difortifikasikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, zat gizi yang pernyataannya (klaim) dicantumkan pada label pangan, dan (d) Informasi lain yang dapat dicantumkan, meliputi energi dari lemak jenuh, lemak tidak jenuh tunggal, lemak tidak jenuh ganda, kalium, serat pangan larut, serat pangan tidak larut, gula alkohol, karbohidrat lain, vitamin, mineral dan zat gizi lain. Format informasi nilai gizi yang ditetapkan dalam Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi pada Label Pangan meliputi berbagai format yang dapat digunakan sesuai dengan ukuran kemasan, bentuk pangan yang dikemas. Berbagai bentuk format tersebut meliputi (a) format umum, (b) format untuk pangan yang ditujukan bagi bayi/anak usia 6 sampai 24 bulan, (c) format untuk pangan yang ditujukan bagi anak usia 2 sampai 5 tahun, (d) format untuk pangan yang di dalam kemasannya berisi 2 atau lebih pangan yang dikemas secara terpisah dan dimaksudkan untuk dikonsumsi masing-masing, atau pangan dari jenis yang sama namun berbeda rasa, aroma atau warna, (e) format untuk pangan yang biasa dikombinasikan dengan pangan lain sebelum dikonsumsi, (f) format untuk pangan yang harus diolah terlebih dahulu, (g) format untuk kemasan pangan dengan luas permukaan label kurang dari atau sama dengan 100 cm2, dan (h) format untuk kemasan pangan dengan luas permukaan label kurang dari atau sama dengan 30 cm2.
8
Dalam rangka keseragaman pencantuman kandungan gizi pada tabel informasi nilai gizi, ditetapkan ketentuan tentang pembulatan nilai kandungan zat gizi dan persentase angka kecukupan gizi. Ketentuan tentang pembulatan nilai kandungan gizi dan nilai persentase AKG dalam rangka pencantuman jumlah kandungan gizi pada informasi nilai gizi ditunjukkan pada Tabel 2 dan Tabel 3. Dengan demikian, nilai yang tercantum pada tabel informasi nilai gizi sebagai salah satu keterangan pada label pangan merupakan hasil pembulatan dari kandungan gizi berdasarkan hasil pengujian laboratorium. Pangan yang mencantumkan informasi nilai gizi pada label harus disertai dengan hasil pengujian laboratorium terhadap kandungan gizi yang terdapat dalam produk akhir yang akan diedarkan. Angka Kecukupan Gizi (AKG) adalah suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktivitas tubuh, dan kondisi fisiologis khusus untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Sebagaimana disebutkan dalam Depkes (2005), dinyatakan bahwa kegunaan AKG diutamakan untuk (1) acuan dalam menilai kecukupan gizi, (2) acuan dalam menyusun makanan sehari-hari termasuk perencanaan makanan di institusi, (3) acuan perhitungan dalam perencanaan penyediaan pangan tingkat regional maupun nasional, (4) acuan pendidikan gizi, dan (5) acuan label pangan yang mencantumkan informasi nilai gizi. Yuniastuti (2008) menjelaskan lebih lanjut tentang kegunaan angka kecukupan gizi sebagai berikut : (1)
Menilai tingkat konsumsi pangan seseorang atau penduduk berdasarkan data survei konsumsi pangan. Penilaian tersebut dilakukan dengan membandingkan zat gizi yang diperoleh dari survei konsumsi terhadap angka kecukupannya, yang biasa disebut sebagai tingkat konsumsi.
(2)
Perencanaan makanan institusi secara seimbang, seperti pemberian makanan
tambahan
untuk
anak
sekolah
(PMT-AS),
lembaga
pemasyarakatan, panti sosial. (3)
Perencanaan produksi dan ketersediaan pangan wilayah. Angka kebutuhan maupun kecukupan gizi yang dianjurkan adalah kecukupan pada tingkat fisiologis sehingga untuk tingkat produksi sampai konsumsi, diperkirakan sekitar 15 %.
(4)
Patokan label gizi pada makanan kemasan.
9
(5)
Pendidikan gizi yang dikaitkan dengan kebutuhan gizi berbagai kelompok umur, fisiologis dan kegiatan untuk mewujudkan keluarga sadar gizi melalui gerakan pangan dan gizi.
Tabel 2 Pembulatan nilai kandungan gizi dalam rangka pencantuman informasi nilai gizi (BPOM 2005) Komponen gizi Energi total
Lemak total
Protein Karbohidrat total Natrium
Serat pangan
Kandungan per sajian < 5 kkal 5 kkal – 50 kkal > 50 kkal < 0,5 g 0,5 – 5 g >5g < 0,5 g > 0,5 g < 0,5 g > 0,5 g < 5 mg 5 mg – 140 mg > 140 mg < 0,5 g > 0,5 g
Tabel 3 Pembulatan nilai persentase AKG informasi nilai gizi (BPOM 2005) Komponen gizi Lemak total Protein Karbohidrat total Natrium Serat pangan Vitamin dan mineral
Persentase 0% >0% 0% >0% 0% >0% 0% >0% 0% >0% <2% 2 % - 10 % > 10 %
Pembulatan 0 kkal Kelipatan 5 kkal terdekat Kelipatan 10 terdekat 0g Kelipatan 0,5 g terdekat Kelipatan 1 g terdekat 0g Kelipatan 1 terdekat 0g Kelipatan 1 terdekat 0 mg Kelipatan 5 mg terdekat Kelipatan 10 mg terdekat 0g Kelipatan 1 terdekat dalam
rangka
pencantuman
Pembulatan 0% Kelipatan 1 % terdekat 0% Kelipatan 1 % terdekat 0% Kelipatan 1 % terdekat 0% Kelipatan 1 % terdekat 0% Kelipatan 1 % terdekat 0% Kelipatan 2 % terdekat Kelipatan 5 % terdekat
Sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan bagi Bangsa Indonesia, usia yang terkait dengan kelompok target konsumen produk MP-ASI adalah bayi usia 7 – 11 bulan dan anak usia 1 – 3 tahun. Nilai Angka Kecukupan Gizi (AKG) bagi kelompok anak usia tersebut selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.
10
Tabel 4 Angka Kecukupan Gizi untuk bayi dan anak usia 7 bulan sampai dengan 3 tahun (Depkes 2005) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Parameter Energi Protein Vitamin A Vitamin D Vitamin E Vitamin K Thiamin Riboflavin Niasin Asam folat Piridoksin Vitamin B12 Vitamin C Kalsium Fosfor Magnesium Besi Yodium Seng Selenium Mangan Fluor
Satuan kkal g re mcg mg mcg mg mg mg mcg mg mcg mg mg mg mg mg mcg mg mcg mg mg
AKG untuk Kelompok umur 7 – 11 bulan 1 – 3 tahun 650 1000 16 25 400 400 5 5 5 6 10 15 0,4 0,5 0,4 0,5 4 6 80 150 0,3 0,5 0,5 0,9 40 40 400 500 225 400 55 60 7 8 90 90 7,5 8,2 10 17 0,6 1,2 0,4 0,6
Dalam rangka pencantuman Informasi Nilai Gizi, acuan yang digunakan untuk menghitung persentase AKG yang akan dicantumkan pada label pangan adalah AKG yang khusus ditujukan untuk pelabelan. Indonesia telah menetapkan nilai AKG yang dijadikan acuan khusus untuk pelabelan pangan tersebut berdasarkan kelompok umur. Hal tersebut tertuang dalam Peraturan Kepala Badan POM Nomor HK.00.06.51.0475 tentang Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan dan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.52.6291 tentang Acuan Label Gizi Produk Pangan. Acuan Label Gizi berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.52.6291 dapat dilihat pada Tabel 5. Acuan Label Gizi tersebut merupakan hasil kajian pakar yang tertuang dalam Widya Karya Pangan dan Gizi tahun 2004 dan merupakan rekomendasi bagi pihak Pemerintah yang kemudian ditetapkan dalam bentuk peraturan teknis oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan. Acuan label gizi ditetapkan berdasarkan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan bagi Bangsa Indonesia
11
yang juga merupakan hasil kajian pakar dalam Widya Karya Pangan dan Gizi Nasional tahun 2004 tersebut. Tabel 5 Acuan Label Gizi Produk Pangan (BPOM 2007) Nilai Acuan Label Gizi untuk Kelompok Konsumen Bayi 0–6 Anak 7–23 Anak 2–5 Ibu Ibu Satuan Umum bulan bulan tahun Hamil Menyusui 2425 1 Energi Kal 2000 550 800 1300 2160 67 2 Lemak total g 62 35 27 40 60 22 3 Lemak jenuh g 18 19 <300 4 Kolesterol mg <300 <300 7 5 Asam linoleat g 2,0 3,0 4,0 6 91 6 Protein g 60 10 20 35 81 g 364 7 Karbohidrat Total 300 50 120 200 324 g 25 8 Serat Makanan 25 25 850 9 Vitamin A *) RE 600 375 400 440 800 10200 Setara karoten total *) mcg 7200 4500 4800 5280 9600 5100 Setara beta karoten *) mcg 3600 2250 2400 2640 4800 mcg 5 10 Vitamin D 10 5 5 5 5 19 11 Vitamin E mg 15 4 6 7 15 55 12 Vitamin K mcg 60 5 12 18 55 1,3 13 Thiamin mg 1,0 0,3 0,5 0,7 1,3 1,5 14 Riboflavin mg 1,2 0,3 0,5 0,6 1,4 17 15 Niasin mg 15 2 5 7 18 500 16 Asan folat mcg 400 65 90 185 600 7 17 Asam Pantotenat mg 7 1,4 2,0 3,0 7 1,8 18 Piridoksin mg 1,3 0,1 0,4 0,6 1,7 2,8 19 Vitamin B 12 mcg 2,4 0,4 0,6 1,0 2,6 mg 100 20 Vitamin C 90 40 40 45 90 mg 5100 21 Kalium 4700 400 700 3400 4700 mg <2300 22 Natrium <2300 120 370 1100 1500 mg 950 23 Kalsium 800 200 480 500 950 mg 600 24 Fosfor 600 100 320 400 600 mg 270 25 Magnesium 270 25 60 80 270 32 26 Besi mg 26 0,3 8 8 33 200 27 Yodium mcg 150 90 90 110 200 13,9 28 Zink mg 12 5,5 8 9,4 14,7 40 29 Selenium mcg 30 5 13 19 35 mg 2,6 30 Mangan 2 0,003 0,8 1,4 2 mg 2,7 31 Fluor 2,5 0,01 0,6 0,8 2,7
No
Zat Gizi
*) Vitamin A bersumber dari pangan (non sintetik) • Untuk vitamin A dari sumber hewani atau retinol, 1 RE setara 1 RAE (Retinol Activity Equivalent) • Untuk memenuhi setara RAE dari karoten total, nilai RE dikali 24 • Untuk memenuhi setara RAE dari beta karoten, nilai RE dikali 12
Keputusan
Kepala
Badan
Pengawas
Obat
dan
Makanan
Nomor
HK.00.05.52.6291 tersebut merupakan revisi dari peraturan sebelumnya yaitu Keputusan Kepala Badan POM No. HK.00.05.5.1142 tahun 2003 tentang Acuan Pencantuman Persentase Angka
Kecukupan Gizi pada Label Pangan.
Selengkapnya tentang acuan pencantuman angka kecukupan gizi berdasarkan
12
Peraturan tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. Lebih lanjut pengkajian dan pembahasan terhadap label produk MP-ASI mengacu pada AKG tahun 2003 mengingat produk tersebut mendapatkan persetujuan mulai tahun 2002 sampai dengan tahun 2007 dimana masih diberlakukan Keputusan Kepala Badan POM No. HK.00.05.5.1142 tahun 2003 tentang Acuan Pencantuman Persentase Angka Kecukupan Gizi pada Label Pangan. Tabel 6 Angka Kecukupan Gizi untuk acuan pelabelan pangan yang diperuntukkan bagi bayi/anak usia 4 sampai 24 bulan (BPOM 2003a) No 1 2 3 4 6 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Zat Gizi Energi Protein Lemak total Asam linoleat Karbohidrat Vitamin A Karoten total Beta karoten Vitamin D Vitamin E Vitamin K Thiamin Riboflavin Niasin Vitamin B6 Asam pantotenat Asam folat Vitamin B12 Vitamin C Kalium Natrium Kalsium Fosfor Besi Magnesium Zink Selenium Iodium
AKG
Satuan
950 20 30 3.0 150 400 4800 2400 5.0 5.0 10.0 0.5 0.5 6.0 0.5 2.0 160 0.9 40 700 350 500 400 9.0 50 6.0 15 100
kkal g g g g RE mcg mcg mcg mg mcg mg mg mg mg mg mcg mcg mg mg mg mg mg mg mg mg mcg mcg
Keterangan
1 RE = 1 mcg retinol 1 RE = 12 mcg karoten 1 RE = 6 mcg beta karoten
Takaran Saji Produk MP-ASI Salah satu faktor yang mempengaruhi asupan gizi adalah takaran saji produk yang dicantumkan pada label. Takaran saji baku sebagai acuan untuk pencantuman informasi nilai gizi pada label pangan belum ditetapkan di Indonesia. Sedangkan negara lain yang sudah mempunyai ketentuan tentang
13
takaran saji tersebut antara lain Amerika Serikat dan Canada. Code of Federal Regulation (CFR) menetapkan Reference Amount Customarily Consumed per Eating Occasion untuk produk pangan yang beredar di Amerika Serikat. Acuan tersebut meliputi berbagai jenis pangan yang biasa dikonsumsi baik pangan siap saji maupun pangan olahan dan terbagi menurut kelompok umur. Sehubungan dengan belum adanya ketentuan baku yang dapat dijadikan acuan pencantuman takaran saji di Indonesia, maka industri dapat menetapkan takaran saji produk yang akan diedarkannya. Takaran saji tersebut harus disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan dan merupakan salah satu substansi penilaian yang dilakukan di Direktorat Penilaian Keamanan Pangan dalam rangka pemberian persetujuan pendaftaran produk pangan. Berdasarkan BPOM (2003b, 2005), definisi takaran saji adalah jumlah produk pangan yang biasa dikonsumsi dalam satu kali makan, dinyatakan dalam ukuran rumah tangga yang sesuai untuk produk pangan tersebut. Ukuran rumah tangga sebagaimana disebutkan diatas meliputi antara lain sendok teh (5 ml), sendok makan (10 ml), sendok takar, gelas (200 ml), botol, kaleng, mangkuk/cup, bungkus, sachet, keping, buah, biji, potong, iris. Khusus untuk pangan bayi dan anak di bawah lima tahun ukurannya sesuai dengan petunjuk penggunaan. Negara yang telah menetapkan ketentuan terkait dengan takaran saji adalah Canada dan Amerika Serikat. Takaran saji yang ditetapkan oleh Canada tertuang dalam Reference Amounts and Serving Sizes (Essential to making a nutrient content claim and preparing a nutrition facts table). Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat menetapkan jumlah reference amount berdasarkan kelompok umur untuk menggambarkan jumlah yang biasa dikonsumsi dalam satu kali makan oleh individu dalam setiap kelompok populasi tersebut. Pengelompokkan tersebut meliputi (a) pangan untuk usia 4 tahun atau lebih, dan (b) pangan untuk bayi atau anak dibawah 4 tahun. Reference amount pangan yang ditujukan bagi bayi atau anak dibawah 4 tahun hanya berlaku untuk pangan yang diformulasikan atau diproses secara khusus untuk dikonsumsi oleh bayi atau anak dibawah 4 tahun. Ketentuan tersebut tertuang dalam Code of Federal Regulation (CFR) tentang Reference Amount Customarily Consumed per Eating Occasion : General Food Supply dan Reference Amount Customarily Consumed per Eating Occasion : Infant and Toddler Foods. Acuan tersebut meliputi berbagai jenis pangan yang biasa dikonsumsi baik pangan siap saji maupun pangan olahan dan terbagi menurut
14
kelompok umur tersebut. Data selengkapnya perihal reference amount untuk pangan bayi dan anak ditunjukkan pada Lampiran 1. Berdasarkan ketentuan yang ditetapkan Amerika Serikat tentang Reference Amount Customarily Consumed per Eating Occasion : Infant and Toddler Foods, maka takaran saji produk MP-ASI dapat mengacu kepada kelompok berikut : (a) sereal, instan kering, (b) sereal, siap disajikan, (c) produk sereal dan biji-bijian lain, bentuk kering, siap dikonsumsi, misalnya, sereal siap dikonsumsi, kukis, biskuit dan toast. Takaran saji untuk produk MP-ASI bubuk instan dapat mengacu kepada nilai reference amount untuk sereal, instan kering (cereals, dry instant) yaitu sebesar 15 g, sedangkan MP-ASI siap masak dapat mengacu kepada sereal, siap disajikan (cereals, prepared, ready to-serve) yaitu sebesar 110 g (dihitung terhadap produk siap disajikan). Dengan mengacu kepada produk sereal dan bijibijian lain, bentuk kering, siap dikonsumsi, misalnya, sereal siap dikonsumsi, kukis, biskuit dan toast (other cereal and grain products, dry ready to eat, e.g., ready to eat cereals, cookies, teething biscuits and toasts) maka takaran saji baku produk MP-ASI biskuit adalah sebesar 7 g.
Kebijakan Pemberian Makanan kepada Bayi dan Anak Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang paling lengkap dan sempurna bagi bayi. Manfaat Asi bagi bayi akan terasa seumur hidupnya,. Manfaat ASI tersebut meliputi antara lain (Westcott 2003) : a.
zat gizi dari ASI sangat mudah diserap, sehingga bayi yang diberi ASI jarang terkena gangguan perut
b.
ASI memberi kekebalan infeksi selama bulan-bulan pertama kehidupannya
c.
Bayi yang diberi ASI lebih jarang terkena gangguan alergi.
d.
Kejadian mati mendadak lebih kecil jumlahnya pada bayi dengan ASI. Kandungan gizi pada ASI sesuai dengan kebutuhan bayi. Hampir separuh
kalori dalam ASI diperoleh dari karbohidrat khususnya laktosa (Cox 2006). Sesuai dengan kebijakan nasional terkait dengan pemberian ASI Eksklusif, dimana ASI secara eksklusif bagi bayi di Indonesia diberikan sejak lahir sampai dengan bayi berumur 6 bulan dan dianjurkan untuk dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai (Depkes 2004b). Dengan adanya ketentuan tersebut, maka peruntukan produk MP-ASI sesuai dengan definisi yang tercantum dalam SNI yaitu MP-ASI merupakan
15
makanan bergizi yang diberikan disamping ASI kepada bayi berusia 6 bulan ke atas atau berdasarkan indikasi medik, sampai anak berusia 24 bulan untuk mencapai kecukupan gizi. World Health Organization (WHO) telah menetapkan strategi global pemberian makanan bayi dan anak sebagai acuan bagi setiap negara untuk menetapkan strategi nasional masing-masing negara disesuaikan dengan kondisi gizi penduduk di masing-masing negara. WHO menganjurkan agar bayi mulai menerima MP-ASI pada usia 6 bulan sebagai tambahan terhadap ASI. Frekuensi pemberian MP-ASI sangat terkait dengan kepadatan gizi produk tersebut. Untuk rata-rata bayi sehat, makanan harus diberikan 4 – 5 kali per hari dengan tambahan makanan kecil bergizi (misal buah atau roti) diberikan 1 – 2 kali per hari. Jumlah pangan yang tepat tergantung pada kepadatan energi makanan lokal dan jumlah yang biasa dikonsumsi pada setiap pemberian makan. Jika kepadatan energi atau jumlah makanan per sekali makan rendah, maka frekuensi makan harus ditambah untuk memenuhi kecukupan energi harian bayi/anak. Informasi selengkapnya tentang kebutuhan energi, frekuensi makan dan kepadatan energi untuk bayi dan anak usia 6 bulan sampai 23 bulan tercantum pada Tabel 7. Tabel 7 Persyaratan energi, frekuensi makan dan kepadatan energi minimal untuk bayi dan anak usia 6 – 24 bulan yang tidak diberi ASI (WHO 2005) 6–8 Kebutuhan energi rata-rata (kkal/hari) Persyaratan energi +2 SD (+25%) Kapasitas lambung (g/sekali makan), berdasarkan 30 g/kg bb Kepadatan energi 0,6 kkal/g 0,8 kkal/g 1,0 kkal/g Frekuensi makan per hari 3 kali 4 kali 5 kali
615 769 249
Usia bayi/anak (bulan) 9 – 11 12 – 23 686 858 285
894 1118 345
Frekuensi makan per hari yang diperlukan 5,1 5,0 5,4 3,9 3,8 4,1 3,1 3,0 3,2 Kepadatan energi minimum yang diperlukan (kkal/g) 1,03 1,00 1,08 0,77 0,75 0,81 0,62 0,60 0,65
16