Sudarmi, Tingkat Optimasi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usaha Tempe
Tingkat Optimasi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usaha Tempe di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali Sudarmi Fakultas Pertanian, Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo, Jl. Letjen Sujono Humardani No. 1 Sukoharjo 57521. Telp.+62-0271-593156, Fax. +62-0271-591065
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat optimasi penggunaan faktor-faktor produksi pada usaha tempe di kecamatan Banyudono kabupaten Boyolali. Metode pengambilan sampel menggunakan metode quota sampel yaitu jumlah sampel ditentukan 30 orang pelaku usaha tempe secara random. Metode pengumpulan data dengan observasi , wawancara dan pencatatan dengan pengisian quesioner sedang metode analisa data dengan analisa regresi dari masing – masing faktor produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan analisa variance ternyata F hitung ( 7,13 ) > F tabel ( 2,53 ) hal ini berarti persamaan regresi significan, artinya semua faktor produksi yang digunakan secara keseluruhan berpengaruh nyata terhadap produksi tempe. Dari uji of Diterminasi ( R 2 ) diperoleh harga sebesar 0,994. Artinya dalam proses produksi tempe tersebut 99,4 % dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi yang diteliti yaitu tenaga kerja, kedelai , ragi , bungkus , campuran dan bahan bakar , sedang yang 0,6 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti. Dari analisa regresi diketahui bahwa penggunaan faktor produksi tenaga kerja, kedelai, ragi, bungkus dan campuran masih berada pada daerah ekonomis dan dapat ditingkatkan karena nilai koefisien regresi positip, sedang faktor produksi bahan bakar pemakaiannya harus dikurangi karena nilai koefisien regresi negatif. Dari hasil analisa kombinasi optimum ternyata nilai ratio MPPxi / Pxi untuk setiap Faktor produksi belum sama, sehingga belum optimum. Demikian juga,usaha tempe belum mencapai keuntungan maksimum karena MPPxi . Py / Pxi ≠ 1. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hipotesis diterima, karena pelaku usaha tempe dalam mengalokasikan faktor-faktor produksi belum optimum dan secara ekonomi belum memperoleh keuntungan yang maksimum. Kata-kata Kunci : Optimasi, Faktor- faktor produksi, Tempe
Pendahuluan Tempe adalah makanan tradisional Indonesia yang merupakan hasil fermentasi kedelai..Sebagai makanan, tempe merupakan sumber protein yang nilainya setara dengan daging. Dalam 100 gram tempe mengandung 18,8 gram protein, demikian juga dalam 100 gram daging mengandung 18,2 gram protein ( Sarwono, 1994 ). Mengkonsumsi tempe lebih baik dari mengkonsumsi kedelai, karena zat antitrypsin ( zat anti gisi ) pada tempe telah turun hingga 50 % akibat proses fermentasi ( Suprapti, 2003 ). Mengingat tempe di masyarakat sebagai kebutuhan makanan sehar-hari, sehingga usaha tempe sangat dominan dan berperan sekali di pasar tradisional. Dari data statistik di Kecamatan Banyudono yang terdiri dari 15 desa terdapat ± 140 pengusaha tempe sebagai mata pencaharian, yang sebagian besar tersebar di desa Denggungan dan Traju karena daerah ini sebagai sentra produkasi kedelai dengan produksi rata-rata 10 kw / ha. Akan tetapi kenyataan menunjukkan bahwa pengusaha tempe di Kecamatan WIDYATAMA
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
14
No.1/Volume 19/2010 WIDYATAMA
Banyudono pada umumnya mempunyai keterbatasan pendidikan dan pengalaman serta lemah dalam menguasai penggunaan faktor-faktor produksi seperti : tenaga kerja, bahan baku ( kedelai ), bahan bakar, pembungkus dan lain-lain, sehingga pemanfaatannya belum diperhitungkan secara cermat akibatnya alokasi kombinasi faktor-faktor produksi belum memenuhi syarat efisiensi, yang berarti pennggunaannya belum optimal ( Fakih, 2006 ). Berdasar observasi lapang, penggunaan faktor-faktor produksi pada usaha tempe yang belum terkoordinir dengan baik antara lain : bahan baku ( kedelai ), pembungkus ( daun pisang ) dan bahan bakar ( kayu bakar ), karena bahan-bahan tersebut mudah tersedia disekitar rumah artinya sudah dipanen dari lahannya baik di tegal maupun pekarangan sehingga hampir tidak memikirkanbiaya faktor produksi, bahkan tenaga kerja keluarga yang digunakan tidak diperhitungkan dalam usaha. Optimalisasi penggunaan faktor-faktor produksi suatu usaha, pada prinsipnya adalah bagaimana menggunakan faktor-faktor produksi tersebut seefisien mungkin. Untuk mengetahui apakah usaha tempe yang dilakukan telah mencapai suatu kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi yang optimum, dapat digunakan Pendekatan Elastisitas Produksi, artinya keuntungan tertinggi dicapai bila “ MPP / Px untuk setiap faktor produksi sama “ , maka dapat ditulis rumus (1) sebagai berikut : MPPX1 = MPPX2 PX1 PX2
= MPPX3 = MPPX4 = PX3 PX4
MPPX5 PX5
= MPPX6 PX6
Dan kemudian bila dikalikan harga hasil produksi ( P y ) nilainya = 1, maka dapat ditulis rumus (2) sebagai berikut : MPPX1.Py = MPPX2 .Py = MPPX3 . Py = MPPX4. Py = MPPX5.Py = MPPX6 Py = 1 PX1 PX2 PX3 PX4 PX5 PX6 Keterangan : MPP : Marginal Physical Product Px : Harga masing-masing faktor produksi Py : Harga hasil produksi. Jika MPP untuk setiap faktor produksi dibagi dengan harganya memberikan hasil yang sama ( rumus 1 ) maka dapat dikatakan bahwa usaha tempe telah mencapai kombinasi yang optimum, akan tetapi apabila rasio tersebut belum sama maka pengusaha masih dapat menambah penggunaan faktor produksi yang rasionya paling besar. Sedangkan keuntungan maksimum akan dicapai apabila masing-masing rasio dikalikan dengan harga produksinya ( Py ) memberikan nilai sama dengan 1 ( Mubyarto, 1979 ). Pengusaha tempe dalam melaksanakan usahanya menggunakan kombinasi dari beberapa faktor produksi secara bersama-sama. Faktor-faktor produksi yang digunakan pada usaha tempe adalah : tenaga kerja (X1), bahan baku / kedelai (X2), ragi (X3), bungkus / daun pisang (X4), campuran (X5) ,bahan bakar / kayu bakar(X6). Mengkombinasikan faktor-faktor produksi sangat penting didalam usaha tempe, sebab untuk menghasilkan suatu produksi diperlukan kerja sama beberapa faktor produksi sekaligus. Hal ini penting bagi pengusaha tempe dalam menghadapi alternatif-alternatif
15
WIDYATAMA
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Sudarmi, Tingkat Optimasi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usaha Tempe
yang ada misalnya adanya perubahan harga-harga faktor produksi dan juga terbatasnya ketersediaan faktor-faktor produksi ( Mubyarto, 1979 ). Pada umumnya pengusaha tempe di Kecamatan Banyudono belum mempunyai kemampuan yang cukup dalam mengalokasikan faktor-faktor produksi yang digunakan, disamping kurang teroganisirnya pelaksanaan usahanya, juga tingkat pendidikan yang relatif rendah , menyebabkan tingkat penggunaan faktor-faktor produksi antara pengusaha yang satu dengan yang lain berbeda. Misalnya ada pengusaha yang sebagian faktor produksinya sudah tersedia di lahan pekarangannya / kebunnya seperti : bahan baku ( kedelai ), daun pisang sebagai pembungkus, kayu sebagai bahan bakar dan lainlain,sehingga kurang memperhitungkan biaya sarana produksi, bahkan pemakaiannya cenderung terjadi pemborosan. Ada pula pengusaha yang semua faktor produksinya harus dibeli di pasar, sehingga pemakaiannya harus dihemat. Untuk mengetahui tingkat penggunaan faktor-faktor produksi pada usaha tempe tersebut maka perlu dilakukan penelitian guna mengkaji “ Apakah pengusaha tempe di Kecamatan Banyudono dalam mengkombinasikan faktor-faktor produksi sudah mencapai kombinasi yang optimum ? “. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji tingkat optimasi penggunaan faktor-faktor produksi pada usaha tempe di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali. Metode Penelitian Tingkat Optimasi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usaha Tempe mengambil lokasi di Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali tepatnya di desa Denggungan dan Trayu karena desa tersebut sebagai sentra produksi kedelai dan tempe. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Nopember 2009. 1. Metode Pengambilan sampel Pengambilan sampel pengusaha tempe dengan menggunakan metode quota sampel. Teknik sampling ini berdasar pada jumlah sampel yang ditentukan. Sampel dalam penelitian ini diambil sebanyak 30 orang pengusaha tempe secara random 2. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Dengan melakukan pengamatan langsung di lapang sebelum melakukan penelitian, yaitu meliputi penyebaran dan jumlah pengusaha tempe ( Arikunto, 1998 ). b. Wawancara Melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya lang sung kepada pengusaha tempe meliputi : identitas pengusaha dan besarnya peng gunaan faktor-faktor yang digunakan dalam sekali proses produksi. c. Pencatatan Mencatat data - data yang diperlukan terutama data sekunder di instansi atau lem baga- lembaga seperti kantor Kalurahan, kantor kecamatan untuk mencatat datadata tentang pengusaha tempe, yang berkaitan dengan penelitian ini. 3. Metode Analisa Data Untuk menghitung tingkat optimasi dari kombinasi faktor- faktor produksi terhadap produksi tempe digunakan analisa regresi berganda. WIDYATAMA
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
16
No.1/Volume 19/2010 WIDYATAMA
Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 1.a. Karakteristik sampel pengusaha tempe. Karakteristik pengusaha tempe dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan dan jumlah tenaga kerja , dapat dilihat pada tabel V.1. Tabel V.1. Karakteristik Sampel Pengusaha Tempe. No Identitas Pengusaha Tempe 1 Umur rata-rata (tahun ) 2 Pendidikan a. Tamatan SD ( orang ) b. Tamatan SMP ( orang ) c. Tamatan SMA ( orang ) 3 Jumlah Tenaga Kerja a. Tenaga kerja pria ( orang ) b. Tenaga kerja wanita ( orang ) Sumber data : Analisis data primer.
Jumlah 44,33
Presentase
18 6 6
60 20 20
14 73
16,09 83,91
Dari tabel V.1. di atas dapat diketahui bahwa rata-rata umur pengusaha tempe yaitu 44,33 tahun yaitu termasuk usia produktif.Tinggi rendahnya umur pengusaha akan mempengaruhi kekuatan fisik pengusaha, sehingga akan berpengaruh pada pengalaman dalam mengelola usaha sekaligus terhadap produktivitasnya. Dari tingkat pendidikan dapat diketahui bahwa pendidikan pengusaha sampel rata rata masih rendah , yaitu sebagian besar pengusaha sampel berpendidikan SD ( sebesar 60 % ). Masalah pendidikan adalah penting terutama bagi pengusaha tempe, karena semakin tinggi tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap adopsi dan penerapan teknologi serta pengelolaan usahanya. Sedang dilihat dari tenaga kerja yang menangani usaha ini sebagian besar tenaga wanita yaitu 83, 91 % sedang tenaga pria hanya 16,09 %. Hal ini dikarenakan tenaga kerja pria cenderung bekerja disawah/ luar rumah dan upah tenaga kerja wanita lebih murah yaitu 0,7 HKSP/ Hari Kerja Setara Pria (Fadholi, 1989 ). b. Rata-rata penggunaan faktor-faktor produksi dan produksi dari 30 responden pengusaha tempe. Rata-rata penggunaan faktor-faktor produksi dan produksi dari 30 responden pengusaha tempe di Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada tabel V. 2. Tabel V.2 . Rata-rata Penggunaan Faktor-faktor Produksi dan Produksi dari 30 Sampel Pengusaha Tempe. Faktor-faktor Produksi Volume Rupiah Tenaga Kerja ( HOK ) 1,95 9.766,67 Kedelai ( pon ) 72,17 180.416,67 Ragi ( lembar / bungkus ) 2,70 1.350,00 Bungkus ( gulung ) 48,27 33.993,33 Campuran ( pon ) 2,22 4.433,33 Bahan bakar ( ikat ) 7.73 6.960,00 Produksi ( bungkus ) 3.465,00 346.500,00 Sumber data : Analisis data primer. 17
WIDYATAMA
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Sudarmi, Tingkat Optimasi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usaha Tempe
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dalam sekali proses produksi , rata rata dari 30 sampel pengusaha tempe membutuhkan biaya produksi sebesar Rp236.920,00; dan diperoleh pendapatan Rp 346.500,00; sehingga diperoleh keuntungan Rp109.580,00; 2. Analisis Regresi Untuk Mengetahui Pengaruh Faktor Produksi Terhadap Hasil. Untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor produksi terhadap produksi (hasil) usaha tempe, dalam penelitian ini digunakan model fungsi produksi Cobb – Douglas dengan persamaan sebagai berikut : Y = X 1 b1 . X 2 b2 . X 3 b3 . X 4 b4 . X 5 b5 . X 6 b6 . Keterangan : Y = Poduksi yang diduga X1 = Tenaga kerja X2 = Kedelai X3 = Ragi X4 = Bungkus X 5 = Campuran X6 = Bahan bakar b1- b6 = Koefisien regresi dari masing – masing faktor produksi. 7 a. Pengaruh Faktor-Faktor Produksi Secara Bersama-sama Terhadap Produksi Tempe. Untuk mengetahui pengaruh seluruh faktor-faktor produksi seperti : tenaga kerja, kedelai , ragi , bungkus , campuran dan bahan bakar terhadap produksi, maka dianalisis dengan uji F dapat dilihat pada tabel V.3. Tabel V. 3. Analisis Variance Usaha Tempe SK (Sumber Db(derajat JK (Jumlah RK ( Rerata Keragaman) Bebas ) Kuadrat ) Kuadrat ) 9,24496 1,46974 6 Regresi 0,000376 0,00865 23 Residu 1,47846 24 Total
F hitung
F tabel
7,13 *
2,53
Sumber data : Analisis data primer. Keterangan : * = berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95 % Berdasar tabel VI.3. di atas dapat diketahui bahwa F hitung ( 7,13 ) lebih besar dari F tabel ( 2,53 ) pada tingkat kepercayaan 95 % atau ditunjukkan oleh harga p < 0,01, hal ini berarti bahwa persamaan regresi sangat significan, jadi variabel independen yang digunakan secara keseluruhan berpengaruh nyata terhadap produksi usaha tempe. Dengan demikian semua faktor produksi yang merupakan variabel bebas (variabel independen) berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas yaitu produksi tempe.
WIDYATAMA
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
18
No.1/Volume 19/2010 WIDYATAMA
b. Pengujian Koefisien of Diterminasi Koefisien of diterminasi digunakan untuk mengetahui ketepatan model dalam analisa regresi. Dari hasil analisis regresi diperoleh koefisien of diterminasi ( R 2 ) sebesar 0,004 ini menunjukkan bahwa dalam proses produksi tempe tersebut 99, 4 % dipengaruhi oleh faktor – faktor produksi yang digunakan yaitu tenaga kerja , kedelai Ragi , bungkus , campuran dan bahan bakar sedang yang 0,6 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteli c. Tingkat Keberartian Faktor- Faktor Produksi Pada Usaha Tempe. Untuk mengetahui pengaruh masing – masing faktor produksi terhadap produksi tempe dilakukan uji keberartian koefisien regresi dengan menggunakan uji t pada tingkat kepercayaan 95 % , maka dapat dilihat pada tabel VI.4.sebagai berikut : Tabel V. 4. Hasil Analisis Regresi Hubungan Penggunaan Faktor- Faktor Produksi Pada Usaha Tempe. T tabel Keterangan Variabel Nilai Koefisien T hitung Regresi Parsial 1,980 Konstanta ( a ) ns 1,68 0,07139 Tenaga Kerja ( b 1 ) 1,943 * 2,14 0,6843 Kedelai ( b2 ) ns 0,85 0,05958 Ragi ( b3 ) ns 0,60 0,2467 Bungkus ( b4 ) ns 0,96 0,5033 Campuran ( b 5 ) ns -0,97 -0,1076 Bahan Bakar ( b6 ) Sumber data : Analisis Data Primer Keterangan : * = Berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95 % ns = Berpengaruh tidak nyata pada tingkat kepercayaan 95 %. Dengan memasukkan koefisien regresi parsial kedalam persamaan fungsi produksi Cobb – Douglas , maka akan diperoleh persamaan sebagai berikut : Y=1,980 X 1 0,07139. X 2 0,6843. X 3 0,05958. X4 0,2467. X5 0,05033. X6 -0,1076 Dari tabel VI. 4. dan persamaan fungsi produksi di atas dapat diketahui bahwa nilai positip pada koefisien regresi menyatakan bahwa penggunaan faktor – faktor produksi tersebut masih berada pada daerah yang ekonomis dan masih dapat ditingkatkan , sebaliknya koefisien regresi yang bernilai negatif untuk memperbesar hasil, pemakaian faktor produksi tersebut harus dikurangi. Nilai koefisien teknis ( bo ) atau constanta ( a ) sebesar 1,980 berarti fungsi produksi memotong sumbu Y pada titik 1,980. Model fungsi produksi Cobb- Douglas memperlihatkan pengaruh masukan ( faktor – faktor produksi ) terhadap hasil yang dinyatakandalam persentase , maka setiap koefisien regresi dapat diterangkan sebagai berikut : 1. b1 = 0,07139 berarti setiap kenaikan faktor tenaga kerja 1 % ( sedang faktor yang lain tetap ) akan meningkatkan hasil ( produksi ) tempe sebesar 0,07139 %.
19
WIDYATAMA
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Sudarmi, Tingkat Optimasi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usaha Tempe
2. b2 = 0,6843
berarti setiap kenaikan faktor kedelai 1 % ( sedang faktor yang lain tetap ) maka akan meningkatkan produksi tempe sebesar 0,6843 %. 3. b3 = 0,05958 berarti setiap kenaikan faktor penggunaan ragi sebesar 1 % ( sedang faktor yang lain tetap ) maka akan meingkatkan pro duksi tempe sebesar 0,05958 %. 4. b4 = 0,2467 berarti setiap kenaikan faktor bungkus sebesar 1 % ( sedang faktor yang lain tetap ) maka akan meningkatkan produksi tempe sebesar 0,2467 5. b5 = 0,05033 berarti setiap kenaikan faktor campuran sebesar 1 % ( sedang faktor yang lain tetap ) maka akan meningkatkan produksi tempe sebesar 0,05033 %. 6. b6 = -0,1076 berarti setiap kenaikan faktor bahan bakar sebesar 1 % ( sedang faktor yang lain tetap ) maka akan menurunkan pro duksi tempe sebesar 0,1076 % ( karena bertanda negatif ). Jadi faktor tenaga kerja , kedelai , ragi , bungkus dan campuran masih dapat ditingkatkan. Sedang faktor bahan bakar saja yang telah dipergunakan secara berlebih an sehingga penambahan faktor ini bahkan akan menurunkan hasil. Hasil penelitian ini didukung penelitian Fakih (2006) bahwa pemakaian bahan bakar pada usaha tempe tidak efisien. 3. Analisa Kombinasi Optimum Koefisien regresi yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan analisa regresi, kemudian dipergunakan untuk menghitung tingkat optimasi dari kombinasi faktorfaktor produksi terhadap hasil ( produksi ) tempe. Berikut ini adalah hasil perhitungan tingkat optimasi dari kombinasi faktor – faktor produksi yang digunakan oleh sampel pelaku usaha tempe di kecamatan Banyudono , Kabupaten Boyo;ali dapat dilihat pada Tabel V. 5. Tabel V.5. Tingkat Optimasi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usaha Tempe Di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali Th. 2009 No. Faktor –faktor Produksi MPPxi / Pxi MPPxi. Py / Pxi 1 Tenaga kerja (X1) 0,01299 1.299 2 Kedelai (X2) 0,00018 0,018 3 Ragi (X3) 0,05664 5,664 4 Bungkus (X4) 0,00052 0,052 5 Campuran (X6) 0,01772 1,772 6 Bahan bakar (X6) -0,00693 -0,693 Dari hasil perhitungan di atas tampak bahwa : MPP X1 ≠ MPP X2 ≠ MPP X3 ≠ MPP X4 ≠ MPPX5 ≠ MPP X6 PX1 PX2 PX3 PX4 PX5 PX6
dan
MPPX1.PY ≠ MPPX2.PY≠ MPPX3.PY ≠ MPPX4.PY ≠MPPX5.PY ≠MPPX6.PY ≠ 1 PX1 PX2 PX3 PX4 PX5 PX6
WIDYATAMA
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
20
No.1/Volume 19/2010 WIDYATAMA
Jadi kombinasi faktor – faktor produksi belum optimum dan keuntungan belum maksimum.
Kesimpulan Berdasar hasil penelitian dan analisa data dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Bahwa penggunaan faktor – faktor produksi ( seperti : tenaga kerja , kedelai , ragi . bungkus campuran dan bahan bakar ) pada usaha tempe di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali belum optimum , hal ini ditunjukkan nilai ratio optimasi kombinasi faktor – faktor produksi ( MPPxi/Pxi ) untuk setiap faktor pro-duksi hasil belum sama , harusnya : MPPx1 = MPPx2 = MPPx3 = MPPx4 = MPPx5 Px1 Px2 Px3 Px4 Px5 2.
= MPPx6 Px6
Dan secara ekonomis usaha tempe di Kecamatan Banyudono , Kabupaten Boyolali belum memperoleh keuntungan maksimal, hal ini ditunjukkan : MPPxi .Py ≠ 1 Pxi
Daftar Rujukan Astuti, M. 1995. Sejarah Perkembangan Tempe. Prosiding Simposium Nasional Penembangan Tempe Dalam Industri. Jakarta : Yayasan Tempe Indonesia. Arikunto S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Fadholi, Hermato.1989.Ilmu Usaha Tani. Jakarta : Penebar Swadaya. Fakih, A. 2006. Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usaha Tempe. Di Kabupaten Boyolali, Makalah seminar tidak dipublikasikan. Hernanto, 1989. Ilmu Usaha Tani. PT. Jakarta : Penebar Swadaya. Hamid S. 1987. Efisiensi Produksi dan Sistem Distribusi ( Penggunaan Perhitungan Tabel ). Yogyakarta : BPFE . Kasmijo, 1990. Tempe Mikro Biologi dan Biokimia Pengolahan Serta Pemanfaatan nya. PAU. Pangan dan Gisi , Yogyakarta : UGM. Mubyarto, 1979. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : LP3ES. Soemar , I. 1992. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : Bina Aksara. Soekartawi, 1994. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb- Douglass. Jakarta : Rajawali. _________, 1999. Agribisnis Teori Dan Aplikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Sarwono, 1994. Membuat Tempe Dan Oncom. Jakarta : PT. Penebar Swadaya. Suprapti, L. 2003. Dasar-Dasar Teknologi Pangan. Yogyakarta : Kanisius. Trisusanto, 1994. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Surabaya : PT. Bina Ilmu.
21
WIDYATAMA
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com