ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI MENTIMUN DI KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI ANDRI JUSTIANUS SIMATUPANG NPM. 01010483021 041 ABSTRAK Mentimun merupakan sayuran yang banyak digemari dan populer diseluruh masyarakat di Indonesia. Meskipun demikian kebanyakan usahatani mentimun masih dianggap usaha sampingan. Pada usahatani mentimun, input produksi antara lain adalah lahan, modal (bibit, pupuk, obatobatan) dan tenaga kerja. Para petani masih banyak menggunakan input produksi ini tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Penelitian di lakukan di Kecamatan Muara Bulian yang merupakan salah satu sentra produksi dan yang terluas dalam pengusahaan komoditas tanaman mentimun dari 8 Kecamatan yang ada di Kabupaten Batang Hari. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Populasi berjumlah 124 orang bersifat homogen dengan metode penentuan sampel acak sederhana (simple random sampling). Analisis data menggunakan SPSS dengan model fungsi Cobb-Douglas formulasi .......... . Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan input produksi dengan terdapat pada input produksi luas lahan dan benih, perlu dilakukan penambahan input produksi agar mencapai hasil yang optimal. Sedangkan untuk penggunaan input produksi dengan terdapat pada input produksi pupuk kimia, pupuk kandang, insektisida, herbisida dan tenaga kerja, perlu dilakukan pengurangan input produksi agar mencapai hasil yang optimal. Key words : mentimun, optimasi input produksi, PENDAHULUAN Bertambahnya jumlah penduduk di dunia pada umumnya, Indonesia khususnya, berpengaruh besar terhadap meningkatnya kebutuhan bahan pangan termasuk salah satunya permintaan komoditas sayuran mentimun. Sayuran mentimun mempunyai peranan penting bagi kehidupan masyarakat sebagai bahan pangan, oleh karena itu sayuran mentimun tidak dapat diabaikan begitu saja. Pada usahatani mentimun ini, input produksi yang digunakan antara lain adalah lahan, modal (bibit, pupuk, obat-obatan) dan tenaga kerja. Di Kecamatan Muara Bulian, para petani masih banyak menggunakan input produksi ini tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Mereka mengaplikasikan input produksi tersebut terhadap tanaman sesuai dengan keinginan mereka sendiri, sehingga
pada saat tanaman yang mereka tanami berproduksi banyak yang tidak sesuai dengan hasil yang diinginkan. Hal tersebut terjadi dikarenakan penggunaan input produksi dilakukan tidak sesuai dengan yang dianjurkan sebagaimana mestinya. Sehingga penggunaan input produksi tersebut tidak optimal lagi. BAHAN DAN METODE Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner). Sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi dan literatur yang terkait dalam penelitian ini. Pengambilan Sampel menggunakan metode acak sederhana (simple random sampling). Data yang
dikumpulkan selanjutnya diolah dengan Microsoft Excel dibantu perangkat lunak SPSS dan disatukan kemudian ditabulasikan. Untuk mengetahui tingkat optimasi penggunaan input produksi pada usahatani mentimun terlebih dahulu diketahui model fungsi regresi yang digunakan. Model fungsi regresi yang digunakan adalah fungsi produksi Cobb-Douglas, dengan formulasi sebagai berikut : .......... Dimana : Y = Jumlah output yang dihasilkan / variabel yang di jelaskan (produksi) Xi = Jumlah input ke i yang digunakan / variabel yang menjelaskan a = Intercept = Koefisien Regresi e = 2,7182 (bilangan natural) u = Kesalahan (Disturbance Term) Untuk memudahkan penduga terhadap persamaan, dapat di lakukan dengan persamaan tersebut menjadi bentuk linear berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut, sehingga bentuk persamaannya menjadi :
Dalam fungsi produksi Cobb-Douglas, maka b disebut dengan koefisien regresi yang sekaligus menggambarkan elastisitas produksi. Dengan demikian, maka nilai
produk marginal (NPM) faktor produksi X, dapat di tulis sebagai berikut : NPM di mana : b = elastisitas produksi Y = produksi Py = harga produksi X = jumlah faktor produksi X (Lahan, Modal dan Tenaga Kerja) Tingkat optimasi masing-masing input produksi (luas lahan, benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja) diperoleh dari perbandingan antara nilai produk marginal (NPM) input X tersebut dengan harga satuan input (Px) atau dapat di tulis sebagai berikut : Tingkat Optimasi = Dimana : NPMxi = Nilai produk marginal input Xi Pxi = Harga input produksi Xi Dengan keputusan yang dapat di ambil adalah sebagai berikut : Jika = 1, maka penggunaan input produksi tersebut sudah optimal. Jika < 1, maka penggunaan input produksi belum optimal dan harus di kurangi. Jika > 1, maka penggunaan input produksi tidak tambahkan.
optimal
dan
harus
di
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tabel 13. Distribusi dan Frekuensi Petani Sampel Berdasarkan Luas Lahan yang Dimiliki di Daerah Penelitian No
Luas Lahan (Ha)
Frekuensi (Orang)
Persentase (%)
1 2 3 4
0,1 – 0,3 0,4 – 0,6 0,7 – 0,9 1,0 – 1,2
21 3 0 1
84 12 0 4
25
100
Jumlah
Sumber : Data Primer, 2015
Tabel 14. Distribusi dan Frekuensi Petani Sampel Berdasarkan Penggunaan Benih di Daerah Penelitian No
Penggunaan Benih (gram)
Frekuensi (Orang)
Persentase (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
25 – 48 49 – 72 73 – 96 97 – 120 121 – 144 145 – 168 169 – 192 193 – 216 217 – 240 241 – 265 266 – 289 290 - 313
3 5 4 6 3 1 2 0 0 0 0 1
12 20 16 24 12 4 8 0 0 0 0 4
25
100
Jumlah
Sumber : Data Primer, 2015 Tabel 15. Distribusi dan Frekuensi Petani Sampel Berdasarkan Penggunaan Pupuk Kimia di Daerah Penelitian No
Penggunaan Pupuk Kimia (Kg)
Frekuensi (Orang)
Persentase (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
10 – 51 52 – 93 94 – 135 136 – 177 178 – 219 220 – 261 262 – 303 304 – 345 346 – 387 388 – 429 430 – 471 472 – 513
13 6 2 2 1 0 0 0 0 0 0 1
52 24 8 8 4 0 0 0 0 0 0 4
25
100
Jumlah
Sumber : Data Primer, 2015
Tabel 16. Distribusi dan Frekuensi Petani Sampel Berdasarkan Penggunaan Kandang di Daerah Penelitian No
Penggunaan Pupuk Kandang (Kg)
Frekuensi (Orang)
Persentase (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
300 – 559 560 – 819 820 – 1.079 1.080 – 1.339 1.340 – 1.599 1.600 – 1.859 1.860 – 2.119 2.120 – 2.379 2.380 – 2.639 2.640 – 2.899 2.900 – 3.159 3.160 – 3.419 3.420 – 3.679 3.680 – 3.939 3.940 – 4.199 4.200 – 4.459
7 4 4 1 0 2 4 0 1 0 1 0 0 0 0 1
28 16 16 4 0 8 16 0 4 0 4 0 0 0 0 4
Jumlah
25
100
Pupuk
Sumber : Data Primer, 2015 Tabel 17.
Distribusi dan Frekuensi Petani Sampel Berdasarkan Penggunaan Insektisida di Daerah Penelitian
No
Penggunaan Insektisida (gram/ml)
Frekuensi (Orang)
Persentase (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
45 – 145 146 – 246 247 – 347 348 – 448 449 – 549 550 – 650 651 – 751 752 – 852 853 – 953 954 – 1.054 1.055 – 1.155 1.156 – 1.256 1.257 – 1.357 1.358 – 1.458
11 3 2 1 2 1 1 0 1 2 0 0 0 1
44 12 8 4 8 4 4 0 4 8 0 0 0 4
Jumlah
25
100
Sumber : Data Primer, 2015
Tabel 18.
Distribusi dan Frekuensi Petani Sampel Berdasarkan Penggunaan Herbisida di Daerah Penelitian
No
Pengggunaan Herbisida (Liter)
Frekuensi (Orang)
Persentase (%)
1 2 3 4 5
0,5 – 1,1 1,2 – 1,8 1,9 – 2,5 2,6 – 3,2 3,3 – 3,9 4,0 – 4,6
13 3 8 0 0 1
52 12 32 0 0 4
25
100
Jumlah
Sumber : Data Primer, 2015 Tabel 19. Distribusi dan Frekuensi Petani Sampel Berdasarkan Curahan Tenaga Kerja di Daerah Penelitian No
Curahan Tenaga Kerja (HKSP)
Frekuensi (Orang)
Persentase (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
19,71 – 36,60 36,61 – 53,50 53,51 – 70,40 70,41 – 87,30 87,31 – 104,20 104,21 – 121,10 121,11 – 138,00 138,01 – 154,90 154,91 – 171,80 171,81 – 188,70 188,71 – 205,60 205,61 – 222,50 222,51 – 239,40
1 4 6 2 3 3 1 2 2 0 0 0 1
4 16 24 8 12 12 4 8 8 0 0 0 4
25
100
Jumlah
Sumber : Data Primer, 2015 Tabel 20. Distribusi dan Frekuensi Petani Sampel Berdasarkan Produksi di Daerah Penelitian No
Produksi (Kg)
Frekuensi (Orang)
Persentase (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1.400 – 2.334 2.335 – 3.269 3.270 – 4.204 4.205 – 5.139 5.140 – 6.074 6.075 – 7.009 7.010 – 7.944 7.945 – 8.879 8.880 – 9.814
5 3 3 4 6 0 0 3 0
20 12 12 16 24 0 0 12 0
10 11 12 13 14 15 16 17 18
9.815 – 10.749 10.750 – 11.684 11.685 – 12.619 12.620 – 13.554 13.555 – 14.489 14.490 – 15.424 15.425 – 16.359 16.360 – 17.294 17.295 – 18.229
0 0 0 0 0 0 0 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 4
Jumlah
25
100
Sumber : Data Primer, 2015 Luas Lahan Dari hasil analisis regresi berganda fungsi produksi Cobb-Douglas (Lampiran 1) di peroleh nilai koefisien regresi luas lahan yang juga menggambarkan elastisitas produksinya yaitu 1,088. Di mana di ketahui : b = 1,088 Y = 4.812 Py = Rp. 3.000 X = 0,282 Px = Rp. 50.000.000 Maka, di peroleh nilai produk marjinal (NPM) dari luas lahan sebagai berikut : . Sehingga
Maka, diperoleh nilai produk marjinal (NPM) dari benih sebagai berikut : . Sehingga
.
Dari hasil tersebut dapat di simpulkan bahwa , artinya : bahwa penggunaan benih tidak optimal dan harus ditambahkan agar memperoleh hasil yang optimal. Di mana, rata-rata penggunaan benih oleh petani sampel di daerah penelitian masih sangat kecil yakni sebesar 346 gram/Ha. Sedangkan, penggunaan benih yang di anjurkan untuk lahan seluas satu hektar adalah 800 gram/Ha (Rahmat Rukmana, 1994).
.
Dari hasil tersebut dapat di simpulkan bahwa , artinya : bahwa penggunaan luas lahan tidak optimal dan perlu penambahan luas lahan agar memperoleh hasil yang optimal. Di mana, rata-rata penggunaan luas lahan oleh petani sampel di daerah penelitian yaitu 0,282 Ha. Benih Dari hasil analisis regresi berganda fungsi produksi Cobb-Douglas (Lampiran 1) di peroleh nilai koefisien regresi benih yang juga menggambarkan elastisitas produksinya yaitu 0,056. Di mana di ketahui : b = 0,056 Y = 4.812 Py = Rp. 3.000 X = 97,56 Px = Rp. 1.800
Pupuk Kimia Dari hasil analisis regresi berganda fungsi produksi Cobb-Douglas (Lampiran 1) di peroleh nilai koefisien regresi pupuk kimia yang juga menggambarkan elastisitas produksinya yaitu -0,034. Di mana di ketahui : b = -0,034 Y = 4.812 Py = Rp. 3.000 X = 83,40 Px = Rp. 5.875 Maka, di peroleh nilai produk marjinal (NPM) dari pupuk kimia sebagai berikut : -
-
. Sehingga . Dari hasil tersebut dapat di simpulkan bahwa , artinya: bahwa penggunaan pupuk kimia belum optimal dan harus dikurangi
penggunaan pupuk kimia untuk memperoleh hasil yang optimal. Di mana, rata-rata penggunaan pupuk kimia oleh petani sampel di daerah penelitian adalah sebesar 296 Kg/Ha dan sudah melebihi dosis yang dianjurkan. Untuk dosis pemberian pupuk kimia yang dianjurkan pada lahan seluas satu hektar sebesar 108 Kg/Ha (Rahmat Rukmana, 1994).
produksinya yaitu -0,010. Di mana di ketahui : b = -0,010 Y = 4.812 Py = Rp. 3.000 X = 372 Px = Rp. 260 Maka, di peroleh nilai produk marjinal (NPM) dari insektisida sebagai berikut : -
Pupuk Kandang Dari hasil analisis regresi berganda fungsi produksi Cobb-Douglas (Lampiran 1) di peroleh nilai koefisien regresi pupuk kandang yang juga menggambarkan elastisitas produksinya yaitu 0,017. Di mana di ketahui : b = 0,017 Y = 4.812 Py = Rp. 3.000 X = 1.268 Px = Rp. 370 Maka, di peroleh nilai produk marginal (NPM) dari pupuk kandang sebagai berikut : . Sehingga
.
Dari hasil tersebut dapat di simpulkan bahwa , artinya: bahwa penggunaan pupuk kandang belum optimal dan harus dikurangi penggunaan pupuk kandang untuk memperoleh hasil yang optimal. Di mana, rata-rata penggunaan pupuk kandang oleh petani sampel di daerah penelitian adalah sebesar 4.496 Kg/Ha. Sedangkan, pemberian pupuk kandang yang dianjurkan untuk lahan seluas satu hektar minimal 10 – 20 Ton/Ha (Rahmat Rukmana, 1994). Rata-rata penggunaan pupuk kandang di daerah penelitian tidak sebanding dengan dosis yang dianjurkan. Hal tersebut dikarenakan berbedanya kondisi tanah di setiap daerah, sehingga kebutuhan pupuk kandang untuk setiap daerah akan berbeda pula. Insektisida Dari hasil analisis regresi berganda fungsi produksi Cobb-Douglas (Lampiran 1) di peroleh nilai koefisien regresi insektisida yang juga menggambarkan elastisitas
-
. Sehingga
-
.
Dari hasil tersebut dapat di simpulkan bahwa , maka penggunaan insektisida belum optimal dan harus dikurangi insektisida untuk memperoleh produksi yang optimal. Di mana, rata-rata penggunaan insektisida oleh petani sampel di daerah penelitian adalah sebesar 1.319 ml/Ha. Sedangkan dosis yang dianjurkan untuk pemakaian insektisida adalah 3.000 ml/Ha (Anonim, 2012). Rata-rata penggunaan insektisida di daerah penelitian tidak sebanding dengan dosis yang dianjurkan. Hal tersebut dikarenakan tingkat serangan hama dan penyakit akan berbeda di setiap kondisi lahan yang berbeda. Di mana, penggunaan insektisida ini disesuaikan dengan tingkat serangan hama dan penyakit pada tanaman. Herbisida Dari hasil analisis regresi berganda fungsi produksi Cobb-Douglas (Lampiran 1) di peroleh nilai koefisien regresi herbisida yang juga menggambarkan elastisitas produksinya yaitu -0,041. Di mana di ketahui : b = -0,041 Y = 4.812 Py = Rp. 3.000 X = 1,4 Px = Rp. 70.571 Maka, di peroleh nilai produk marjinal (NPM) dari herbisida sebagai berikut : -
-
. Sehingga
-
-
.
Dari hasil tersebut dapat di simpulkan bahwa , maka penggunaan herbisida belum optimal dan harus dikurangi untuk
memperoleh produksi yang optimal. Di mana, rata-rata penggunaan herbisida oleh petani sampel di daerah penelitian cukup besar yakni sebesar 5 liter/Ha. Sedangkan dosis yang di anjurkan untuk pemakaian herbisida pada lahan seluas satu hektar adalah sebesar ± 3 liter/Ha (Anonim, 2012). Tenaga Kerja Dari hasil analisis regresi berganda fungsi produksi Cobb-Douglas (Lampiran 2) di peroleh nilai koefisien regresi dari tenaga kerja yang juga menggambarkan elastisitas produksinya yaitu -0,022. Di mana di ketahui: b = -0,022 Y = 4.812 Py = Rp. 3.000 X = 94,43 Px = Rp. 60.000 Maka, di peroleh nilai produk marjinal (NPM) dari tenaga kerja sebagai berikut : -
Sehingga
-
-
.
.
Dari hasil tersebut dapat di simpulkan bahwa , maka penggunaan tenaga kerja belum optimal dan harus dikurangi penggunaan tenaga kerja agar memperoleh hasil yang optimal. Di mana, rata-rata curahan tenaga kerja petani sampel di daerah penelitian adalah sebesar 334,86 HKSP/Ha. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan input produksi dengan terdapat pada input produksi luas lahan dan benih. Artinya, bahwa penggunaan input produksi tersebut tidak optimal dan perlu dilakukan penambahan input produksi agar mencapai hasil yang optimal. Sedangkan untuk penggunaan input produksi dengan terdapat pada input produksi pupuk kimia, pupuk kandang, insektisida, herbisida dan tenaga kerja. Artinya, bahwa penggunaan input produksi tersebut belum optimal dan perlu dilakukan pengurangan input produksi agar mencapai hasil yang optimal.
Saran Dari hasil penelitian dapat diberikan saran sebagai berikut : Bagi petani, untuk memperoleh hasil yang optimal disarankan agar petani melakukan penambahan input produksi baik luas lahan dan benih, serta melakukan pengurangan input produksi pupuk kimia, pupuk kandang, insektisida, herbisida dan tenaga kerja. Bagi pemerintah, melakukan penyuluhan yang lebih aktif dan adanya pengadaan input produksi seperti bibit dan sebagainya, agar petani mampu mengoptimalkan penggunaan input produksi. Bagi peneliti, diharapkan adanya penelitian lebih lanjut tentang optimasi penggunaan input produksi ini. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2014. Batang Hari Dalam Angka 2014. Dinas Pertanian Kabupaten Batang Hari. Anonim, 2014. Produksi Sayuran dan BuahBuahan Provinsi Jambi 2014. Badan Pusat Statistik: Jambi. Anonim, 2014. Produksi Mentimun di Indonesia. BPS dan Direktorat Jendral Holtikultura. Daniel, Moehar. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara: Jakarta. Makeham, J.P. dan R.L. Malcolm. 1991. Manajemen Usahatani Daerah Tropis. LP3ES: Jakarta. Mirnaini, 2013. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Dan Pendapatan Petani Jeruk Siam Di Desa Pompa Air Kecamatan Bajubang Kabupaten Batang Hari. Skripsi. STIP Graha Karya Muara Bulian. Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES: Jakarta. Nirmawati, 2014. Analisis Efisiensi Penggunaan Input Produksi Usahatani Padi Sawah Di Desa Harapan Jaya Kecamatan Bumi Raya Kabupaten Morowali. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu. Ridwan. 2011. Belajar Mudah Penelitian. Alfabeta: Bandung. Rukmana, Rahmat. 1994. Budidaya Mentimun. Kanisius: Yogyakarta.
Soekartawi. 1989. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian – Teori dan Aplikasinya. Rajawali Pers: Jakarta. Soekartawi dkk. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Universitas Indonesia (UI-Press): Jakarta. Soekartawi. 2004. AGRIBISNIS – Teori dan Aplikasinya. PT. RajaGrafindo Persada : Jakarta. Sunarjono, Hendro. 2003. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya: Jakarta. Sunaryono, Hendro. 1990. Kunci Bercocok Tanam Sayur-Sayuran Penting Di Indonesia. Sinar Baru: Bandung. Suratiyah, Ken. 2011. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya: Jakarta. Suryawardana, Abdi. 2011. Analisis Optimasi Penggunaan Input Produksi Pada Usahatani Bayam. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.