Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9
Optimasi Penggunaan Faktor Produksi Usaha tani Lada di Lahan Bekas Tambang Kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung Optimization of Using Production Factor on Pepper Farming in Mines Land Former at Bangka Regency of Bangka Belitung Province Yudhi Zuriah Wirya Purba1*), Mirza Antoni2 Staf Pengajar Program Studi Agribisnis STIPER Sriwigama Jalan Demang IV-Demang Lebar Daun Lorok Pakjo, Palembang (30137) 2 Staf Pengajar Program Studi Agrbisnis Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Jalan Raya Palembang-Prabumulih KM 32 Indralaya, Ogan Ilir (30662) *) Corresponding author:
[email protected] 1
ABSTRACT The research propose are to quantify the elasticity of production factors and analyze usage optimization of production factors pepper farmingat tin mined lands in the Kelapa Village District of Kelapa Bangka Regency. The selection of sampling units is done by simple random sampling, the number of samples as many as 40 families of 415 farming population pepper. The results of the analysis showed, the total elasticity of production factors in pepper farming are -0.055 (E <0) under conditions of decreasing returns to scale. Urea and TSP fertilizer and pesticide are efficient in technical condition, but land and man fower are not efficient. In economic efficiency creteria, the land and urea fertilizer are not yet efficient, otherwise the TSP fertilizer, pesticide and man power are efficient. Key words : pepper farming, production factor, tin mined lands, optimation ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menghitung besarnya elastisitas penggunaan faktor produksi dan menganalisis optimasi penggunaan faktor-faktor produksi usahatani lada di lahan bekas tambang timah Di Desa Kelapa Kecamatan Kelapa Kabupaten Bangka. Pemilihan unit sampling dilakukan dengan metode penarikan contoh acak sederhana(simple random sampling),dengan jumlah sampel yang diteliti sebanyak 40Kepala Keluarga (KK) dari 415 populasi yang berusahatani lada.Hasil analisis menunjukkan, total elastisitas penggunaan faktor produksi pada usahatani lada sebesar -0,055 (E < 0) dalam kondisi decreasing return to scale. Kondisi penggunaan faktor produksi secara teknis efisien pada dosis pupuk Urea, pupuk TSP dan pestisida, sedangkan yang tidak efisien pada penggunan lahan dan tenaga kerja. Efisiensi secara ekonomi menunjukan bahwa faktor produksi lahan dan dosis pupuk urea belum efisien, sedangkan penggunaan pupuk TPS, pestisida dan tenaga kerja sudah efisien. Kata kunci :faktor produksi, lahan bekas tambang, usahatani lada, optimasi PENDAHULUAN Dalam pedoman penilaian kriteria keberhasilan reklamasi, Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 18 Tahun 2008, reklamasi yang mengarah kepada revegetasi lahan bekas tambang dinilai dari berbagai
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9
aspek yang terkait dengan penyiapan lahan dan revegetasi. Kedua hal tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman di areal reklamasi. Untuk memperoleh hasil revegetasi yang baik, kondisi kesuburan media tanam dalam hal ini tanah pucuk yang disebarkan pada lahan yang sudah ditata ulang perlu mendapat perhatian. Paramater yang menyangkut kebutuhan tanaman untuk tumbuh dengan baik perlu diperhatikan, pembatas pertumbuhan tanaman yang menyangkut tanah, baik pembatas fisik maupun pembatas kimia perlu diatasi dengan cara yang tepat (Tain, dkk., 2001). Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan, agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya. Pembangunan berwawasan lingkungan menjadi suatu kebutuhan penting bagi setiap bangsa dan negara yang menginginkan kelestarian sumberdaya alam. Oleh sebab itu, sumberdaya alam perlu dijaga dan dipertahankan untuk kelangsungan hidup manusia kini, maupun untuk generasi yang akan datang (Arif, 2007). Manusia merupakan penyebab utama terjadinya kerusakan lingkungan (ekosistem), dengan semakin bertambahnya jumlah populasi manusia, kebutuhan hidupnya pun meningkat, akibatnya terjadi peningkatan permintaan akan lahan seperti di sektor pertanian dan pertambangan. Sejalan dengan hal tersebut dan dengan semakin hebatnya kemampuan teknologi untuk memodifikasi alam, maka manusialah yang merupakan faktor yang paling penting dan dominan dalam merestorasi ekosistem rusak. Keindahan pantai Bangka semakin mempesona dengan hamparan batu-batu granit berukuran raksasa, dan membuat keseluruhan lansekap (landscape) atau bentang alam tampak unik dibandingkan pantai di kawasan lain di Indonesia. Namun pada sisi lain, lubang-lubang besar menganga, bekas galian biji timah yang sudah berlangsung ratusan tahun mudah sekali ditemukan di pulau itu. Luas lubang atau biasa disebut kolong beragam antara (1-2) hektar untuk pertambangan yang ada saat ini, dan 5-10 hektar dengan kedalaman sekitar 20 meter di pertambangan besar dan selama beratus-ratus tahun pula tak ada upaya nyata untuk merevitalisasi lahan di pulau itu. Kegiatan pembangunan seringkali menyebabkan kerusakan lingkungan, sehingga menyebabkan penurunan mutu lingkungan, berupa kerusakan ekosistem yang selanjutnya mengancam dan membahayakan kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Kegiatan seperti pembukaan hutan, penambangan, pembukaan lahan pertanian dan pemukiman, bertanggung jawab terhadap kerusakan ekosistem yang terjadi. Akibat yang ditimbulkan antara lain kondisi fisik, kimia dan biologis tanah menjadi buruk, seperti contohnya lapisan tanah tidak berprofil, terjadi bulk density (pemadatan), kekurangan unsur hara yang penting, pH rendah, pencemaran oleh logam-logam berat pada lahan bekas tambang, serta penurunan populasi mikroba tanah. Untuk itu diperlukan adanya suatu kegiatan sebagai upaya pelestarian lingkungan agar tidak terjadi kerusakan lebih lanjut. Upaya tersebut dapat ditempuh dengan cara merehabilitasi ekosistem yang rusak. Dengan rehabilitasi tersebut diharapkan akan mampu memperbaiki ekosistem yang rusak sehingga dapat pulih, mendekati atau bahkan lebih baik dibandingkan kondisi semula (Rahmawaty, 2002). Pengaruh kegiatan pertambangan mempunyai dampak yang sangat signifikan terutama berupa pencemaran air permukaan dan air tanah. Sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak dan bahan tambang lainnya apabila diekstraksi harus dalam perencanaan yang matang untuk mewujudkan proses pembangunan nasional berkelanjutan (Arif, 2007). Di antara keberlanjutan pembangunan tersebut yaitu dapat terwujudnya masyarakat mandiri pasca penutupan/pengakhiran tambang (Pribadi, 2007). Aktifitas ekonomi tetap berjalan setelah pengakhiran tambang dan tidak terjadi Ghost Town (Kota Hantu). Daerah yang telah dilakukan pangakhiran tambang tidak selalu berdampak potensi bahan galiannya habis sama sekali. Komoditas bahan galian tertentu
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9
dapat masih tertinggal sebagai akibat tidak mempunyai nilai ekonomi bagi pelaku usaha yang bersangkutan. Reklamasi lahan bekas tambang selain merupakan upaya untuk memperbaiki kondisi lingkungan pasca tambang, agar menghasilkan lingkungan ekosistem yang baik dan diupayakan menjadi lebih baik dibandingkan rona awalnya, dilakukan dengan mempertimbangkan potensi bahan galian yang masih tertinggal. Namun tentunya dengan usaha untuk perbaikan lingkungan dan kesejahteraan petani yang tinggal di sekitar galian tidaklah menutup kemungkinan bila dilakukan kegiatan pertanian. Komoditi yang sangat urgen sebagai penopang pendapatan keluarga saat ini di lokasi bahan tambang timah adalah tanaman lada. Sejauh ini tanaman lada di Indonesia diusahakan di Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan juga di Sulawesi. Khusus di Provinsi Bangka Belitung, lada hampir tersebar di seluruh kabupaten, baik di Kepulauan Bangka maupun Belitung. Tanaman lada merupakan tanaman merambat, oleh sebab itu agar tanaman tetap tumbuh dengan baik, maka dibutuhkan tiang atau pohon penegak yang digunakan sebagai penyangga tanaman lada. Suatu hal yang menarik, lokasi tempat tumbuhnya tanaman lada petani di Bangka ini bekas tambang timah. Perubahan kondisi lingkungan yang terjadi di lokasi tambang dan sekitarnya merupakan konsekuensi dari proses kegiatan penambangan, namun perubahan lingkungan tersebut dapat diminimalkan dengan melakukan reklamasi pada lahan-lahan bekas tambang yang telah dinyatakan selesai dengan pemanfaatan, misalnya untuk tujuan kehutanan, perkebunan, hortikultura, ekowisata, pemukiman, dan lain-lain. Bertolak dari pemikiran di atas ternyata melakukan kegiatan usahatani di lahan bekas tambang timah memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap penggunaan faktor produksi pada usahatani lada. Seberapa besar pengaruh yang terjadi belum diperoleh data empirik, karena itu perlu ditelitielastisitas dan efisiensi penggunaan faktor produksi pada usahatani lada di lahan bekas tambang tersebut. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi lada dan tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi tersebut pada usahatani lada di lahan bekas tambang. METODE Wilayah penelitian dipilih dengan cara sengaja (purposive sampling), karena merupakan salah satu penghasil ladadi Bangka.Metode penelitian yang digunakan adalah survei dengan menggunakan sampel sebagai responden dan unit analisis adalah petani lada. Lokasi yang dijadikan sampel untuk mewakili lahan bekas tambang timah adalah Kabupaten Bangka Kecamatan Kelapa Desa Kelapa, dengan pertimbangan bahwa sebagian besar penduduk desa tersebut mempunyai mata pencaharian sebagai petani lada.Pemilihan unit sampling dilakukan dengan metode penarikan contoh acak sederhana (simple random sampling) (Bungin, 2010)dengan jumlah sampel 40 KK dari 415 anggota populasi. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan meliputi : 1) identitas petani contoh dan keluarga, identitas usahatani, 2) jenis dan jumlah faktor produksi yang dipakai, 3) harga faktor produksi, 4) jumlah produksi dan harga jual komditi. Data sekunder diperoleh dari instansi pemerintah maupun non pemerintah, majalah ilmiah atau jurnal, buku-buku sebagai referensi yang berhubungan dengan penelitian ini. Menjawab tujuan penelitian digunakan pendekatan regresi. Persamaan regresi yang dugunakan adalah regresi bertipe Cobb-Douglas, dengan persmaan sebagai berikut: Y X1 1X 2 2 X 3 3 X 4 4 X 5 5e
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9
Atau dalam bentuk linear dapat ditulis: Ln = Ln + 1 Ln 1+ 2 Ln 2 + 3 Ln 3 + 4Ln 4 + 5Ln 5 + Dimana : = Produksi kelapa dalam (butir/Ha/Tahun) = Alokasi waktu kerja keluarga (HOK/Ha/Tahun) 1 = Penggunaan pupuk urea (kg/Ha/Tahun) 2 = Penggunaan pupuk NPK (kg/Ha/Tahun) 3 = Penggunaan pestisida (liter/Ha/Tahun) 4 = Luas lahan (Ha) 5 = Intersep = Koefisien regresi Untuk melihat kebernasan hasil persamaan regresi dugaan, maka akan dilakukan analisis validasi dengan menggunakan tiga kreteria yaitu; kreteria ekonomi, statistika dan ekonometrika. Kreteria ekonomi dilihat dari tanda dan besaran koefisien regresi persamaan dugaan apakah sudah sesuai dengan teori ekonomi. Kreteria statiska menggunakan uji F, t dan koefisien determinasi (R2). Terakhir untuk kreteria ekonometrika dilihat dari ada tidaknya persmaan tersebut terindikasi masalah autokerelasi, multikolinearitas dan heteroskedastisitas. Untuk pengujian hipotesis secara bersama-sama digunakan uji-F, dengan hipotesis : 1. : β1 = β2 = β3 = ....... = β5= 0, yang berarti tidak terdapat pengaruh bersama 2. : Minimal ada satu βi# 0,yang berarti terdapat pengaruh bersama Rumus penghitungan F dan kaidah pengambilan keputusan terhadap hipotesis yang digunakan adalah : Jika F hit > (n – k – 1) Tolak Ho
Jika F hit < Dimana :k= Jumlah variabel yang diamati n =Jumlah sampel yang diamati
(n – k – 1) Terima Ho
Uji secara individu menggunakan Uji-t, dengan hipotesis sebagai berikut : : βi =0(artinya variabel bebas i tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat) : βi# 0 (berarti variabel bebas i berpengaruh nyata terhadap variabel terikat) Rumus penghitungan nilai t dan kaidah pengambilan keputusan yang digunakan adalah : Jika t hit> t α / 2 (n – p – 1) Tolak
Jika t hit t α / 2 (n – p – 1) Terima Dimana : βi (βi)
= Koefisien regresi parsial dugaan untuk variabel bebas = Standar error dari βi = Jumlah variabel yang diamati Menurut Sumodiningrat (1999), rumus koefisien determinasi (R2) adalah:
R2 = JK regresi JK total
Untuk menjawab rumusan masalah yang ke dua yaitu analisis efesiensi penggunaan faktor produksi dengan melihat nilai efesiensi teknis dan ekonomis. Efesiensi teknis dicari dengan melihat penambahan input yang digunakan terhadap penambahan output yang dihasilkan. Untuk mengetahui efesiensi teknis penggunaan input dapat dilakukan dengan
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9
melihat elastisitas produksi yang diketahui dari koefesien regresi (Shinta, 2011). Jika elastisitas produksi (Ep<1), artinya penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan produksi lebih besar (secara teknis belum efesien penggunaan faktor produksi), jika elastisitas produksi (0<Ep<1), artinya penambahan faktor produksi akan proprosional dengan penambahan produksi (secara teknis penggunaan faktor produksi efesien). Jika elastisitas produksi (Ep<0), artinya penambahan faktor produksi melebihi proporsional penambahan produksi (secara teknis penggunaan faktor produksi tidak efesien). Untuk melihat efesiensi ekonomis penggunaan faktor produksi dapat dilihat melalui nilai rasio yakni Nilai Produk Marginal (NPM) dengan Harga Input Produksi (Hx) per priode produksi. Menurut Soekartawi (2003), kondisi efisiensi harga menghendaki NPMX sama dengan harga faktor produksi X, atau dapat dituliskan sebagai berikut : NPMxi= Hxi NPMxi 1 Hxi Kemudian untuk mengetahui apakah rasio NPMx/Hx dari faktor-faktor produksi tersebut secara statistik adalah sama dengan satu, maka untuk memudahkan cara pengujian dari pernyataan tersebut, yaitu dengan menghipotesiskan sebagai berikut : NPMx/Hxi = 1 k = 1 (indeks efisiensi) Hipotesis : Ho : k = 1 H1 : k ≠ 1 Y Hy βi . 1 X Hx t hitung Y Hy . Se 1 X Hx Dimana : Βi Y X Hy Hx Se
= = = = = =
Koefisien regresi variabel ke-i Produksi rata-rata Rata-rata faktor-faktor produksi Harga produksi Harga faktor-faktor produksi Standar error variabel ke-i
Kaidah keputusan : thitung≤ ttabel → Terima Ho, berarti perbandingan NPMx dan Hx tidak berbeda nyata dengan satu, dengan kata lain penggunaan variabel ke-i sudah efisien thitung> ttabel → Tolak Ho, berarti perbandingan NPMx dan Hx berbeda nyata dengan satu, dengan kata lain penggunaan variabel ke-i belum/tidak efisien (Semaoen, 1992).
HASIL
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9
1.
Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usaha tani Lada
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi lada adalah lahan, pupuk Urea, pupuk TSP, pestisida dan tenaga kerja. Tabel 1 menyajikan rangkuman hasil analisis pendugaan parameter dan hasil tersebut dapat disajikan dalam persamaan regresi hasil dugaan berikut : Y = 506,99X1-0,349X20,182X30,037X40,080X5-0,005k Tabel 1. Hasil Analisis Pendugaan Parameter Beberapa Variabel Mempengaruhi Produksi LadaDi Desa Kelapa Kecamatan Kelapa Kabupaten Bangka Nilai No. Variabel Paramater Nilai t Signifikan t Tolerance VIF dugaan 1 Intersep 2,705 12,320 0,000** 2 X1 (log lahan) -0,349 -4,277 0,000** 0,321 3,111 * 3 X2 (log pupuk Urea) 0,182 1,949 0,060 0,671 1,491 4 X3 (log pupuk TSP) 0,037 0,568 0,574 0,924 1,083 5 X4 (log dosis pestisida) 0,080 0,519 0,607 0,391 2,558 6 X5 (log tenaga kerja) -0,005 -0,138 0,891 0,644 1,554 R2 =0,53; F = 7,70; DW = 2,175; df = 39, t29;0,1)= 1,306; t(39;0,05) = 1,692 Keteranan : *: Signifikan t pada taraf nyata 10 % ** : Signifikan t pada taraf nyata 5% Berdasarkan hasil dugaan tersebut bahwa secara ekonomi persamaan regresi sudah baik karena nilai parameter dugaannya relatif kecil. Tanda parameter dugaan dapat bertanda positif atau negatif. Apabila bertanda positif dan lebih dari satu ini berarti penggunaan input produksi berada pada kenaikan hasil yang makin bertambah. Sebaliknya apabila nilainya lebih kecil dari satu berarti berada pada daerah kenaikan hasil yang makin berkurang, kalau nilainya berada antara nol dan satu berarti berada daerah efisien. Selanjutnya dari kreteria statistika, dengan nilai uji F signifikan pada tingkat kepercayaan 99% (α=1%), hal ini berarti secara bersama-sama kelima variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap produksi lada. Kemudian berdasarkan nilai R2 sebesar 0,53 tidak ada masalah karena tujuan penelitian bukan untuk meramalkan tetapi melihat pengaruh sehingga nilai R2 yang kurang dari 70% tidak ada masalah. Demikian juga dengan uji secara individu yaitu uji t, walaupun hanya dua variabel bebas yang signifikan pada tingkat kepercayaan sampai 90% dari lima variabel bebas juga tidak ada masalah karena berkaitan dengan R2 yang rendah juga. Apabila nilai R2 rendah, maka banyak pengaruh variabel bebas yang tidak signifikan hal ini berarti secara statistika persamaan regresi hasil dugaan sudah baik. Kreteria ekonometrika juga sudah baik apabila dilihat dari kemungkinan masalah multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. Persamaan tidak mengalami masalah multikolinearitas terlihat pada Tabel 1 tidak ada nilai VIF (Variance Inflation Factor) yang lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak ada yang kurang dari 0,1. Demikian juga dengan masalah autokerelasi, nilai Durbin Watson (DW) mendekati nilai 2 (2,175) berarti tidak terjadi autokorelasi. Untuk mengetahui adanya pelanggaran asumsi klasik dilakukan pengujian heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan metode grafik, hasilnya tidak ada pola tertentu karena titik menyebar tidak beraturan di atas dan di bawah sumbu 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti secara ekonometrika persamaan regresi yang diperoleh sudah memuaskan secara ekonometrika. Berarti secara keseluruhan dari tiga
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9
kreteria dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi dugaan sudah baik, ini berarti dapat digunakan untuk melakukan analisis lebih lanjut. 2. Efisiensi penggunaan faktor produksi Efisiensi penggunaan faktor produksi dapat dilihat secara teknis maupun ekonomis. Untuk mengetahui efesiensi teknis penggunaan faktor input dapat dilakukan dengan melihat elastisitas produksi yang dapat diketahui dari koefesiensi regresi pada persamaan regresi yang bertipe Cobb-Douglas. Efesiensi ekonomis dapat dicapai pada saat Nilai Produk Marjinal (NPM) sama dengan Harga Input (Hx). Selanjutnya agar kesimpulan tentang kondisi efisien penggunaan input produksi berlaku untuk populasi maka dilakukan uji indeks k dengan menggunakan uji t. Apabila nilai indeks t lebih kecil atau sama dengan nilai t tabel, maka pemakaian input produksi tersebut efisien secara ekonomi, sebaliknya apabila nilai indeks t lebih besar dari t tabel, maka tidak efisien/belum efisien.Berikut hasil analisis efisiensi ekonomi penggunaan input pada usahatani lada disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Tingkat Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Lada Di Desa Kelapa Kecamatan Kelapa Kabupaten Bangka Variabel X1 X2 X3 X4 X5
ß -0,349 0,182 0,037 0,080 -0,005
Se
Xi
PR PM (Y/Xi) (βxPR)
0,082 1,04 1.345 -469,28 0,093 54,57 25,63 4,66 0,065 64,87 21,56 0,80 0,155 5,76 242,78 19,42 0,039 509,36 2,75 -0,01
NPM (PMxHy) -3.791.168 37.681 6.444 156.909 -111
Hx 2.000.000 4.800 9.600 4.000 21.000
Indeks Efisiensi -1,8956 7,8503 0,6713 39,2273 -0,0053
t hitung Kriteria 5,22 2,27 -1,83 0,51 1,05
BE BE E E E
PEMBAHASAN Berdasarkan Tabel 1 di atas, bahwa pengaruh luas lahan terhadap produksi terlihat dari nilai parameter dugaannya sebesar -0,349, yang setelah diuji dengan uji t signifikan pada α = 1%. Ini berarti apabila luas lahan ditambah satu persen, maka secara rata-rata produksi lada akan berkurang 0,349 persen, ceteris paribus. Penggunaan faktor produksi pupuk (Urea dan TSP) dan dosis pestisida searah yaitu sesuai dengan harapan semula yaitu positif, namun yang signifikan hanya satu yaitu pupuk Urea. Pengaruh pupuk Urea terhadap produksi terlihat dari nilai parameter dugaannya sebesar 0,182, yang setelah diuji dengan uji t signifikan pada α = 10%. Ini berarti apabila dosis pupuk urea ditambah satu persen, maka secara rata-rata produksi lada akan bertambah 0,182 persen, ceteris paribus. Faktor produksi pupuk TSP tidak berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 90 persen atau α = 10%. Hal ini terlihat pada Tabel 1 nilai signifikan t sebesar 0,574 atau akan signifikan pada α =57,40 persen. Tidak signifikan pengaruh jenis pupuk ini karena petani hanya menggunakan dosis 64,87 kg/ha/tahun, seharusnya dosis pupuk TSP pada tanaman lada adalah (400-500) kg/ha/tahun. Demikian juga dengan penggunaan pestisida ternyata juga tidak berpangaruh nyata pada tingkat kepercayaan 90 persen. Dosis pemakaian pestisida yang diterapkan petani 6,76 liter per hektar per tahun. Dosis ini masih lebih rendah dari yang seharusnya, terbukti tidak berpengaruh terhadap produksi Selanjutnya penggunaan tenaga kerja dalam usahatani lada juga tidak signifikan pengaruhnya terhadap produksi, karena baru akan signifikan pada α = 89,10 persen. Ratarata curahan tenaga kerja dalam usahatani lada adalah 509 HOK per hektar per tahun. Ternyata jumlah ini masih belum mempengaruhi produksi lada secara signifikan karena masih kurang, dalam hal ini tanaman lada memerlukan perawatan yang intensif dan waktu yang digunakan untuk panen memiliki porsi terbesar.
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9
Hasil analisis efisiensi teknis pada penggunaan lahandan tenaga kerja pada usahatani lada rata-rata masing-masing1,04 hektar dan 509 HOK/ha/tahun. Nilai elastisitas produksi penggunaan input tersebut masing-masing -0,349 dan -0,005. Elastisitas produksi yang negatif (Ep<0) menunjukkan bahwa penggunaan input tersebut oleh petani berada pada daerah irrasional yang tidak efisien secara teknis, artinya penggunaan lahan dan tenaga kerja sudah berlebihan dan harus dikurangi. Penggunaan pupuk Urea, TSP dan pestisida masing-masingsebesar 54,57dan 65,87 kg/ha/tahun serta 5,76 liter/ha/tahun. Elastisitas produksi dari input pupuk Urea, TSP dan pestisida dapat dilihat dari koefisien regresi penggunaan pupuk pada hasil persamaan dugaan fungsi produksi pada Tabel 1. Nilai elastisitas produksi penggunaan ketiga faktor produksi tersebutpositif dan kurang dari satu (Ep>0) menunjukkan bahwa penggunaannyaa sudah efisien,hal ini berarti dosis yang diterapkan sudah benar. Begitu juga hasil analisis efisiensi ekonomis pada input produksi usahatani lada yang dapat dianalisis yaitu lahan, pupuk Urea dan TSP, pestisida dan tenaga kerja. Rata-rata produksi lada adalah sebesar 13,7 ton per hektar per tahun dengan harga Rp8.079,00 per kilogram. Lahan yang diusahakan rata-rata 1,04 hektar dengan sewa Rp 2 juta rupiah per tahun. Pupuk yang digunakan petani meliputi pupuk Urea dan TSP dengan dosis masingmasing (54,57 dan 64,87) kg per hektar per tahun dan harga masing-masing sebesar Rp 4.800 dan Rp 9.600 per kilogram.Untuk menanggulangi hama dan penyakit tumbuhan, maka petani menggunakan pestisida dengan rata-rata pemakaian sebanyak 5,76 liter per hektar per tahun dengan harga Rp4.000 per liter. Dalam mengelola usahatani lada diperlukan tenaga kerja yang tidak sedikit, baik tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga maupun luar keluarga. Rata-rata penggunaan tenaga kerja pada usahatani sebesar 509 HOK/ha/tahun, upah tenaga kerja yang berlaku di lokasi penelitian adalah sebesar Rp 21.000 per HOK. Berdasarkan hasil perhitungan efisiensi penggunaan faktor produksi lada seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2, bahwa secara ekonomi input produksi lahan dan pupuk Urea belum efisien, sedangkan input lain seperti pupuk TSP, pestisida dan tenaga kerja sudah efisien. Hal ini berarti bahwa agar memperoleh pendapatan yang maksimum penggunaan lahan dan pupuk Urea masih bisa ditambah, sedangkan ketiga input lain (pupuk TSP, pestisida dan tenaga kerja) sudah cukup penggunaannya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah : 1. Faktor produksi yang berpengaruh nyata positif terhadap produksi lada di lahan bekas tambang adalah dosis pupuk urea, sedangkan yang berpengaruh negatif adalah luas lahan. Sementara faktor produksi dosis pupuk TSP, pestisida dan penggunaan tenaga kerja tidak signifikan. 2. Faktor produksi yang efisien secara teknis penggunaannya adalah pupuk Urea, TSP dan pestisida, sedangkan luas lahan dan tenaga kerja tidak efisien. Secara ekonomi yang efisien adalah pupuk TSP, pestisida dan tenaga kerja, sedangkan yang belum efisien adalah luas lahan dan pupuk Urea.
Saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah :
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9
1. Sebaiknya dilakukan penyuluhan lebih intensif lagi, mengingat pendidikan petani masih rendah sehingga pemahaman petani masih kurang mengenai penggunaan faktor produksi. 2. Sebaiknya KUD di aktifkan, sehingga pemasaran produksi dapat terkontrol dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Arif, I. 2007. Perencanaan Tambang Total Sebagai Upaya Penyelesaian Persoalan Lingkungan Dunia Pertambangan. Universitas Sam Ratulangi. Manado. http://www.mediatani.com/2015/06/cara-sukses-menanam-lada.html Bungin Burhan. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Pribadi, P. 2007. Peranan Asosiasi Dalam Peningkatan Kualitas Program CSR Perusahaan Tambang. Indonesian Mining Association. Balikpapan. Rahmawaty, 2002. Restorasi Lahan Bekas Tambang berdasarkan Kaidah Ekologi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan. Semaoen, Ihsan. 1992. Ekonomi Produksi Pertanian Teori dan Aplikasi. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia. Jakarta. Shinta. 2011. Prilaku Konusmen : Afeksi Konsumen. Malang : Laboratorium Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Soekartawi. 2003. Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi CobbDauglas. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta. Sumodiningrat, Gunawan.1999. Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama. Tain, Z., Suhandi, Rosyid dan Romana, 2001. Pendataan Bahan Galian Tertinggal di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral. Bandung.