PRODUKSI DAN KUALITAS TANAMAN PAKAN TERNAK PADA LAHAN BEKAS TAMBANG TIMAH DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
FORAGE PRODUCTION AND QUALITY ON FORMER TIN MINING FIELD AT BANGKA BELITUNG ISLAND Zikril Hidayat, Asmarhansyah, dan Suyatno Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Bangka Belitung, Jl. Mentok km 4 Pangkalpinang, e-mail :
[email protected] HP 08127629032
ABSTRACT The availability of forage in an adequate amount and good quality determine ruminant livestock productivity. However, farmers are often constrained by the availability of land to grow the forage. Former tin mining area could become a choice but there are several problems, such as chemical characteristics changes that affect soil and surface water, physical changes in forms of land morphology and topographical alterations and disruption of plants, animals and soil microorganims which altogether would cause the degradation of soil productivity. Efforts in restoring former tin mining field could be conducted by using organic and inorganic fertilizers and humic acid. This research used Completely Randomized Factorial Design with 3 replications. F1 was forage: (1) Signal grass (Brachiariadecumbens), (2) Setiara grass (Setariasp), (3) Elephant grass (Pennisetumpurpureum). F2 was ferlizer application: (1) organic fertilizer application 20tons/ha+inorganic, (2) organic fertilizer application 40t/ha+inorganic, (3) organic fertilizer application 20t/ha+inorganic+humic acid, and (4) organic fertilizer application 40t/ha+inorganic+humic acid. The results show that grass type treatment gave a significant effect on the yield of fresh grass, dry matter, and raw protein yields. Elephant grass had the highest fresh grass, dry matters, and raw protein yields when compared to Setaria and Signal grasses. Fertilizer application gave no significant effects on all the observed parameters. Keyword: Forage , Former tin mining field, Organic fertilizer, Humic acid
PENDAHULUAN Hijaun pakan merupakan bahan pakan ternak ruminansia yang digunakan oleh ternak untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, produksi, dan reproduksinya. Ketersediaan hijaun dalam jumlah yang cukup dengan kualitas yang baik sangat menentukan produktivitas ternak ruminansia. Pemenuhan kebutuhan zat makanan bagi ternak dapat dilakukan dengan penggunaan konsentrat, akan tetapi mengakibatkan peningkatan biaya produksi yang cukup besar mengingat bahan-bahan baku untuk pembuatan konsentrat yang mahal. Sementara ketersediaan lahan untuk pengembangan tanaman hijauan pakan semakin berkurang akibat semakin meluasnya pemukiman dan industri. Salah satu lahan yang sangat potensial dalam pengembangan tanaman pakan adalah lahan bekas tambang timah. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan propinsi penghasil timah terbesar dan secara alamiah memiliki deposit biji timah cukup besar. Namun akhir-akhir ini penambangan yang dilakukan masyarakat sudah mencapai titik yang sangat mengkhawatirkan karena kegiatan penambangan dilakukan secara tidak terkendali tanpa mengindahkan prosedur penambangan yang benar. Hal ini berdampak pada kerusakan lingkungan dan menyisakan lahanlahan kritis/marginal serta kolong (danau-danau kecil). Pada tahun 2005 di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdapat464.673,71 Ha lahan kritis, serta memiliki 991 kolong (danau kecil) dengan luas kolong 4.637,85Ha sebagai dampak penambangan timah (Inonu, 2010). Masalah utama yang timbul pada wilayah bekas tambang adalah perubahan sifat kimiawi yang berdampak terhadap air tanah dan air permukaan, perubahan secara fisik berupa perubahan morfologi dan topografi lahan dan perubahan biologis berupa gangguan terhadap flora, fauna, dan mikroorganisme tanah yang kesemuanya akan penyebabkan penurunan produktivitas tanah dan mutu lingkungan. Selain itu lahan kritis akibat proses penambangan memiliki kandungan unsur hara yang rendah bagi tanaman, turunnya pH tanah, perubahan struktur tanah serta hilangnya jenis-jenis mikrooorganisme yang potensial (Subowo, 2011). Secara umum lahan bekas tambang timah mempunyai tingkat kesuburan tanah yang rendah,yang ditandai dengan pH tanah masam, C-Organik, N-Total, K-dd, Mg-dd, dan Na-dd tergolong sangat rendah, dengan tekstur berpasir. Untuk pemulihanlahan dengan menggantungkan
pada suksesi alami untuk merestorasi tailing pasir timah tanpa campur tangan manusia membutuhkan waktu yang lama, dan selama kurun waktu itu tailing tidak memiliki nilai ekonomi. Berdasarkan hasil analisis vegetasi terhadap beberapa kelompok umur lahan pasca penambangan timah di Pulau Bangka, suksesi alami berjalan sangat lambat, sekurang-kurangnya sampai dengan kelompok umur 25– 30 tahun (Subardja et al, 2004). Salah satu upaya untuk mempercepat proses pemulihan lahan bekas tambang timah adalah dengan pemberian pupuk terutama pupuk organik dan anorganik (Nurtjahya et al, 2008). Berdasarkan hasil penelitian terhadap komoditas pertanian dan perkebunan pada lahan bekas tambang timah antara lain nenas, karet dan jarak pagar, diperoleh produksi nenas varietas Peranak 11,72 ton/Ha (Lanoviadi et al, 2011). Menurut Tjahyana et al (2011), pertumbuhan tanaman karet pra sadap dapat mencapai 13,53 cm/th, dan ukuran lilit batangnya mencapai 61,58 cm pada karet umur 5 tahun. Sementara dengan kombinasi pupuk organik dan anorganik pada jarak pagar dapat memberikan pengaruh nyata pada tinggi tanaman (Lisfiani, 2009). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi dan kualitas beberapa jenis tanaman pakan ternak pada lahan bekas tambang timah di Kepulauan Bangka Belitung.
METODOLOGI Penelitianini dilaksanakan di Desa Merawang, Kabupaten Bangka, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung pada Bulan Juli s.d Desember 2012 di lahan bekas tambang timah milik petani. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 3x4 dengan 3 (tiga) ulangan. Introduksi teknologi yang akan dilakukan adalah penanaman hijauan pakan ternak dengan menggunakan berbagai macam pemupukan. Faktor 1 adalah hijauan yaitu: (1) Rumput Signal (Brachiaria decumbens), (2) Rumput Setaria (Setaria sp)dan (3) Rumput Gajah (Pennisetum purpureum). Faktor 2 adalah pemupukan,yaitu: (1) pemupukan dengan pupuk organik 20 ton/Ha + anorganik, (2) pemupukan dengan pupuk organik 40 ton/ Ha + anorganik, (3) Pemupukan pupuk organik 20 ton/ Ha + anorganik + asam humik, dan (4) pemupukan dengan pupuk organik 40 ton/ Ha + anorganik + asam humik. Dengan demikian terdapat 36 kombinasi percobaan dengan luasan masing-masing 90 m2. Dosis pupuk anorganik yang diberikan Urea 300 kg/Ha, KCl 200 kg/Ha, dan SP36 200 kg/Ha, serta Asam humik 50 ml/tanaman yang dilarutkan dalam 1 liter air. Kegiatan penelitian dimulai dengan persiapan lahan yang meliputi pengukuran plot percobaan, pembuatan parit, pengambilan sampel tanah, dan pembuatan lobang tanam. Selanjutnya dilakukan pengapuran dengan dosis 2 ton/Ha. Pemupukan dengan pupuk organik dilakukan 14 (empat belas) hari setelah pengapuran. Penanaman dilakukan 14 (empat belas) hari setelah pemupukan dengan pupuk organik dengan jarak tanam 60 cm x 100 cm. Penanaman Rumput Signal dan setaria menggunakan pols (sobekan rumpun), sementara Rumput Gajah menggunakan stek. Bibit rumput yang digunakan diambil dari kebun percobaan BPTP Kepulauan Bangka Belitung. Pada saat umur tanaman 14 (empat belas) hari dilakukan pemupukan dengan pupuk anorganik dengan dosis 150 kg/Ha Urea, 100 kg/Ha KCl, dan 100 kg/Ha SP36. Pemupukan dengan asam humik dilakukan pada 21 (dua puluh satu) hari setelah tanam (hst) dengan dosis 50 ml/ 1 ℓ air/batang. Pada saat umur tanaman 28 (dua puluh delapan) hst dilakukan pemupukan anorganik ke2 dengan dosis 150 kg/Ha Urea, 100 kg/Ha KCl, dan 100 kg/Ha SP36 setelah terlebih dahulu dilakukan penyiangan gulma. Disaat curah hujan sangat rendah (bulan September-Oktober) dilakukan penyiraman dengan frekuensi setiap 2 (dua) hari sekali. Pemanenan dilakukan pada hari ke-90 setelah tanam. Data dianalisis dengan metode General Linear Models (GLM) menggunakan aplikasi SAS 9.1.3 portabe8. Parameter yang diamati adalah produksi hijauan segar, produksi bahan kering, dan produksi protein kasar.
HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil penelitian pada masing-masing faktor perlakuan terhadap parameter yang diamati disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Pengaruh Jenis Rumput dan Pemupukan Yang Berbeda Terhadap Produksi Rumput Segar, Bahan Kering, dan Protein Kasar. Perlakuan Faktor Rumput R1 : Rumput Signal R2 : Rumput Setaria R3 : Rumput Gajah Faktor Pemupukan P1: PO 20 t/Ha +Anogranik P2: PO 40 t/Ha +Anogranik P3: PO 20 t/Ha +Anorganik+humik P4: PO 40 t/Ha +Anorganik+humik Rumput * Pemupukan R1 P1 R1 P2 R1 P3 R1 P4 R2 P1 R2 P2 R2 P3 R2 P4 R3 P1 R3 P2 R3 P3 R3 P4
Produksi Segar (ton/Ha) 17.51 ± 6.16 a 34.10 ± 11.73 b 67.05 ± 13.07 c 33.58 43.40 35.22 46.01
± ± ± ±
20.45 27.97 20.99 24.85
14.61 17.57 14.75 23.09 27.21 38.23 30.70 40.25 58.92 74.38 60.21 74.66
± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ±
6.67 5.47 6.16 5.05 1.03 19.93 9.18 10.16 8.00 14.91 6.63 16.51
Prod. Bahan Kering (ton/Ha)
Prod. Protein Kasar (ton/Ha)
2.88 ± 1.27 a 3.56 ± 1.40 a 10.16 ± 2.03 b
0.35 ± 0.14 0.44 ± 0.15 0.86 ± 0.16
5.00 6.02 4.38 6.72
± ± ± ±
3.60 4.07 3.24 3.91
2.99 ± 1.37 3.09 ± 0.96 1.44 ± 0.60 3.99 ± 0.87 2.39 ± 0.09 3.98 ± 2.07 3.23 ± 0.96 4.63 ± 1.17 9.62 ± 1.31 11.00 ± 2.20 8.47 ± 0.93 11.54 ± 2.55
0.54 0.59 0.51 0.56
± ± ± ±
0.18 0.32 0.29 0.31
0.42 0.32 0.21 0.44 0.47 0.50 0.47 0.30 0.73 0.94 0.84 0.93
± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ±
0.19 0.10 0.09 0.10 0.02 0.26 0.14 0.08 0.10 0.19 0.09 0.21
a a b
Hasil analisis menunjukan perbedaan yang nyata (P<0,05) pada faktor jenis rumput terhadap produksi rumput segar. Akan tetapi tidak terdapat perbedaan yang nyata pada perlakuan pemupukan. Nilai produksi tertinggi diperoleh pada tanaman Rumput Gajah yaitu 67,046 T/Ha, kemudian diikuti Rumput Setaria dan Rumput Signal berturut-turut 34.0993 T/Ha dan 17.5067 T/Ha. Hal ini disebabkan Rumput gajah merupakan salah satu jenis rumput unggul yang dapat memberikan produksi dan nilai gizi yang tinggi, mempunyai sistem perakaran yang kuat dengan rizhoma yang merambat. Tinggi sekitar 180-360 cm, helai daun bercabang ke atas dengan lebar 20-40 mm dan tepi daun menebal (Whiteman et al, 1974), serta membentuk rumpun dengan jumlah batang setiap rumpunnya berkisar 20-200 batang (Skerman et al, 1990),serta mempunyai daya adaptasi lingkungan yang cukup luas (Hughes et al, 1976). Hal ini dibuktikan oleh Anwar (2003)bahwa rumput gajah memiliki sifat toleran terhadap cekaman aluminium, serta lahan kritis bekas tambang batu bara (Sari, 2012). Sementara Rumput Setaria lebih pendek yaitu 40-80 cm, dengan panjang daun sekitar 50 cm dan lebar daun 12-20 mm, disusul Rumput Signal dengan tinggi berkisar 30-100 cm, panjang daun 414 cm, serta lebar daun 8-12 mm (Suharni, 2004). Produksi segar tanaman pakan ternak tidak berbeda nyata pada faktor pemupukan. Hal ini diduga disebabkan oleh peran pupuk organik dan anorganik yang hampir sama pada semua perlakuan. Sejalan dengan hasil penelitian Lisfiani (2009) bahwa pemberian kombinasi pupuk organik dan anorganik menghasilkan respon terbaik pada tinggi tanaman dan jumlah cabang tanaman jarak pagar di lahan bekas tambang timah. Hasil analisis menunjukan perbedaan yang nyata (P<0,05) pada faktor jenis rumput terhadap parameter produksi bahan kering namun tidak terdapat perbedaan yang nyata pada perlakuan pemupukan.
Kandungan bahan kering tertinggi terdapat pada rumput gajah yaitu 10.1567 T/Ha, disusul Rumput Setaria 3.5576 T/Ha, dan Rumput Signal 2.8797 T/Ha. Hal ini sejalan dengan penelitian Farizaldi (2011) yang mengungkapkan produksi bahan kering rumput gajah lebih tinggi dari pada rumput raja dan setaria yang ditanam di sela-sela tanaman kelapa sawit. Dipertegas oleh Anwar (2003) bahwa produksi bahan kering rumput gajah lebih tinggi dari pada rumput setaria dan rumput signal pada cekaman aluminium. Sementara faktor pemupukan tidak menunjukan pengaruh yang nyata (P>0.05) terhadap produksi bahan kering tanaman pakan ternak. Hal ini disebabkan hanya dengan pemberian pupuk organik 20 ton /Ha dan penambahan pupuk anorganik sudah cukup menyediakan hara bagi tanaman pakan ternak. Hal yang sama juga diungkapkan Sumarsono (2005) bahwa pemberian pupuk organik setara dengan 1,5% C organik tanah tidak berbeda dengan pemberian 4,5% C organik pada tanah salin. Diperkuat oleh penelitian Warni (2007)bahwa pemberian asam humik tidak berpengaruh nyata pada rumput Cynodon dactylon pada tanah salin. Hasil analisis menunjukan terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05) pada faktor jenis rumput terhadap parameter produksi protein kasar, namun tidak terdapat perbedaan yang nyata pada perlakuan pemupukan. Produksi protein kasar tertinggi terdapat pada Rumput Gajah yaitu 0.8612 T/Ha, disusul Rumput Setaria 0.4358 T/Ha, dan Rumput Signal 0.3480 T/Ha. Hal ini diduga disebabkan karena produksi segar dan produksi bahan kering rumput gajah lebih tinggi dari pada rumput setaria dan rumput signal. Sementara faktor pemupukan tidak memperlihatkan pengaruh nyata terhadap produksi protein kasar tanaman pakan ternak. Hal yang sama diutarakan Effendy, et al(2011) bahwa pada pemberian dosis pupuk organik yang berbeda dikombinasikan dengan pupuk anorganik pada tanaman rumput gajah tidak menunjukan pengaruh yang nyata.
KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan jenis rumput memberikan pengaruh yang nyata (P<0.05) terhadap parameter produksi rumput segar, produksi bahan kering, dan produksi protein kasar pada lahan bekas tambang timah. Sementara tidak terdapat pengaruh yang nyata pada faktor pemupukan terhadap semua parameter yang diamati.
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih saya tujukan kepada Bapak Prof. Dr. Subandriyo yang telah memberikan saran dan bimbingan dalam penyelesaian karya tulis ini.
DAFTAR PUSTAKA Anwar, S. 2003. Toleransi Morfologi dan Fisiologi Tanaman Rumput Pakan Terhadap Cekaman Aluminium. J. Indonesian Trop. Anim. Agric., 28 (1) : 19-26 Effendy, A, R, dkk. 2001. Peningkatan Produktifitas Hijauan Dengan Pupuk Organik. Prosiding Seminar dan Ekspose Teknologi Hasil Pengkajian BPTP Jawa Timur tanggal 11-12 September 2001. 565-574. Malang: BPTP Jawa Timur. Farizaldi.2011. Respon Beberapa Rumput Unggul pada Lahan Perkebunan Kelapa Sawit di Kelurahan Kenali Asam Atas Kecamatan Kota Baru Jambi. JIIP, 14 (1): 30-34. Hughes, H. D., M. E. Heath, & D. S. Metcafe. 1976. Forages: The Science of Grassland Agriclture. The Iowa State Univ. Press, Amerika Serikat. Inonu, I. 2010. Pengelolaan Lahan Pasca Tambang Timah di Pulau Bangka: sekarang dan Yang Akan Datang.
Makalah Dalam Seminar Bintek Reklamasi Lahan Pasca Tambang Kabupaten Bangka Tengah, Tanggal 12 Oktober 2010. Pangkalpinang: Universitas Bangka Belitung.
Lanoviadi, A. Mustikarini, E, D. dan U, Widyastuti. 2011. Daya Adaptasi dan Produksi Tujuh Aksesi Nenas Lokal Bangka di Lahan Tailing Pasir Pasca Penambangan Timah. Enviagro, Jurnal Pertanian dan LingkunganL, 4 (1) 1-10. Lisfiani, F. 2009. Kontribusi Bahan Organik dan Anorganik pada Pemantapan Pertumbuhan Jarak Pagar (Jatropha curcas) di Lahan Bekas Tambang Timah. Tesis, Fakultas Peternakan. Bogor: IPB. Nurtjahya, E., Agustina, F., dan Putri, W, A, E., 2008. Neraca Ekologi Penambangan Timah di Pulau Bangka: Studi Kasus Pengalihan Fungsi Lahan di Ekosistem Darat. Berk. Penel. Hayati, 14: 29–38. Sari, R, M,. 2012. Produksi Dan Nilai Nutrisi Rumput Gajah (Pennisetum Purpureum) cv Taiwan Yang Diberi Dosis Pupuk N, P, K, Berbeda Dan CMA Pada Lahan Kritis Tambang Batu Bara. Artikel, Program Studi Ilmu Peternakan. Padang: Universitas Andalas. SAS. 2007. Base SAS 9.1.3 Procedures Guide. Second Edition. SAS Institute Inc. Cary. NC. USA. Skerman, P. J. dan F. Riveros. 1990. Tropical Grasses. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Rome. Subardja, A. D., T. Anggoro, N. Rhazista, D. Sarah, A. B. Santoso & Nining. 2004. Studi Pengelolaan dan Pemanfaatan Lahan Bekas Penambangan Timah di Pulau Bangka. Puslit Geoteknologi-LIPI. Subowo, G. 2011. Penambangan Sistem Terbuka Ramah Lingkungan Dan Upaya Reklamasi Pasca Tambang Untuk Memperbaiki Kualitas Sumberdaya Lahan Dan Hayati Tanah. JSL, 5 (2): 83-94. Suharni, S,. 2004. Evaluasi Morfologi, Anatomi, Fisiologi, dan Sitologi Tanaman Rumput Pakan Yang Mendapat Perlakuan Kolkisin. Tesis, Fakultas Peternakan. Semarang: Universitas Diponegoro. Sumarsono. 2005. Peranan Pupuk Organik Untuk Perbaikan Penampilan dan Produksi Hijauan Rumput Gajah Pada Tanah Cekaman Salinitas dan Kemasaman. JSP, 2 (2): 76-81 Tjahyana, B, E. dan Ferry, Y. 2011. Revegetasi Lahan Bekas Tambang Timah Dengan Penanaman Karet ( Hevea brasiliensis). Prosiding Seminar Nasional Inovasi Perkebunan2011: 117-123. Warni, S, S,. 2007. Penambahan Asam Humik Pada Kondisi Salin Terhadap Pertumbuhan Cynodon Dactylon varietas twifdwarf. Skripsi, Fakultas Peternakan. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Whiteman, P. C., L. R. Humpreys, H. Monteith, E. H. Howtt, P. M. Bryant, & J. E. Slater. 1974. A Course Manual in Tropical Pasture Science. Australian Vice-chancellors Comittee. Watson Ferguson & Co. Ltd, Brisbane.