IDENTIFIKASI DAN KARAKTERISASI LAHAN BEKAS TAMBANG TIMAH UNTUK PENCETAKAN SAWAH BARU DI PERLANG, BANGKA TENGAH D. Subardja1, A. Kasno2, Sutono2, dan H. Sosiawan3 1 Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian 2 Balai Penelitian Tanah 3 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengkarakterisasi lahan bekas tambang timah untuk perencanaan pencetakan dan pengelolaan sawah baru di daerah Perlang, Kabupaten Bangka Tengah. Penggunaan lahan berupa semak dan sebagian lahan telah direklamasi dengan tanaman Acasia mangium. Lahan agak melandai, lereng 3-12%, permukaan tanah tidak teratur, umumnya tanah berpasir bercampur dengan bahan induk dan bahan galian, bertekstur pasir berlempung sampai lempung liat berpasir. Pada kedalaman tanah lebih dari 40 cm lapisan memadat dengan permeabilitas sangat lambat. Kondisi ini sangat baik untuk pembuatan lapisan kedap air (tapak bajak). Pencetakan sawah dirancang berteras-teras dengan ukuran petak sawah bervariasi mengikuti kelerengan lahan. Tingkat kesuburan tanah sangat rendah, ditunjukkan oleh pH tanah sangat masam sampai masam, kadar C-organik, hara N, P, K, KTK dan kejenuhan basa sangat rendah. Kadar besi bebas dan kejenuhan Al tinggi berpotensi meracuni tanaman. Daerah Perlang memiliki zona agroklimat C-1 dan tipe hujan A yang tergolong cukup basah. Potensi masa tanam selama 11 bulan, yaitu mulai bulan Oktober sampai dengan Agustus. Dukungan sumber air irigasi sangat berlimpah dari kolong yang terletak dekat dengan lokasi sawah. Berdasarkan iklim dan ketersediaan sumber airnya, pada lokasi ini dapat dikembangkan sistem usaha tani dengan pola tanam padi-padi-palawija. Awal musim tanam padi pertama dapat dimulai pada bulan Oktober, musim tanam padi kedua pada bulan Februari dan musim tanam ketiga untuk palawija pada bulan Juni. Air kolong sebagai sumber air sawah mempunyai kualitas sangat baik, dengan kadar logam berat (Pb, Cd) sangat rendah. Pada sawah yang tercetak perlu penambahan bahan tanah berliat sebanyak 1.000 ton/ha dan bahan organik (pupuk kandang) 10 ton/ha untuk media tumbuh tanaman padi. Dosis pupuk yang direkomendasikan untuk padi sawah adalah 200 kg Superphos, 100 kg KCl, dan 1000 kg dolomit. Pupuk Urea diberikan dengan bantuan BWD, pemberian Urea awal sebanyak 100 kg/ha.
109
D. Subardja et al.
PENDAHULUAN Lahan bekas tambang timah di Kabupaten Bangka Tengah mempunyai penyebaran sangat luas dan belum banyak dimanfaatkan untuk pertanian. Badan Litbang Pertanian terdorong untuk meneliti dan mengembangkan sawah di lahan bekas tambang sebagai bagian dari upaya meningkatkan ketahanan pangan dan reklamasi lahan yang efektif berbasis tanaman padi berintegrasi dengan ternak (sapi). Rencana pencetakan sawah baru pada lahan bekas tambang timah perlu didukung oleh data dan informasi sumberdaya lahan terutama yang berkaitan dengan aspek sifat-sifat fisik dan kimia tanah, sumberdaya iklim dan air pada lokasi calon sawah serta karakteristik bahan tanah timbunan. Keakuratan data dan informasi sumberdaya lahan tersebut dapat dijadikan dasar dalam penyusunan desain pencetakan sawah, teknik pelaksanaan pembukaan sawah dan teknologi pengelolaan sawah yang akan diaplikasikan. Berkaitan dengan hal tersebut perlu dilakukan survei identifikasi dan karakterisasi lahan bekas tambang timah yang akan dijadikan lokasi calon pencetakan sawah di Perlang, Kabupaten Bangka Tengah. Penelitian ini bertujuan: (1). Mengidentifikasi dan mengkarakterisasi lahan untuk menyediakan data/informasi sumberdaya lahan sebagai dasar perencanaan dan pengembangan teknologi pencetakan dan pengelolaan sawah pada lahan bekas tambang timah, dan (2) Menyusun desain pencetakan dan pengelolaan sawah pada lahan bekas tambang timah di Perlang, Bangka Tengah. METODOLOGI PENELITIAN Kegiatan penelitian dilakukan di kantor (desk work), lapangan dan di laboratorium, terdiri dari: (1) identifikasi dan karakterisasi lahan untuk menetapkan kesesuaian lahan dan teknologi pengelolaannya, (2) penyusunan desain pencetakan dan pengelolaan sawah pada lahan bekas tambang timah. Kegiatan ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 di Perlang, Kabupaten Bangka Tengah Identifikasi dan karakterisasi lahan Calon lokasi sawah bukaan baru terletak di daerah Perlang, Kabupaten Bangka Tengah. Kegiatan ini meliputi: (i) studi pustaka, kompilasi dan validasi data tersedia yang relevan dengan calon lokasi, (ii) identifikasi dan karakterisasi lahan, termasuk survey topografi untuk dasar pembuatan desain pencetakan 110
Identifikasi dan Karakterisasi Lahan Bekas Tambang Timah
sawah, (iii) analisis contoh tanah dan air di laboratorium untuk penetapan status kesuburan tanah dan kualitas air irigasi, (iv) interpretasi data tanah dan penyusunan paket teknologi pengelolaan sawah bukaan baru, dan (v) delineasi calon lokasi sawah bukaan baru. Identifikasi dan karakterisasi lahan bekas tambang timah di Perlang, Bangka Tengah meliputi pengamatan tanah, klasifikasi tanah dan delineasi unitunit lahan yang potensial untuk pengembangan sawah. Intensitas observasi tanah 50 m x 50 -100 m (1 observasi mewakili area 0.25-0.5 ha). Karakteristik tanah diamati melalui pemboran, minipit/profil tanah sampai kedalaman 1.20 m atau sampai lapisan padas/batuan induk serta lingkungan pembentukannya (bentuk wilayah/lereng, penggunaan lahan, batuan dipermukaan, iklim) . Metode pengamatan tanah di lapang mengikuti Soil Survey Manual (Soil Survey Division Staff, 1993) dan Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah (Balai Penelitian Tanah, 2004). Klasifikasi tanah ditetapkan menurut Keys to Soil Taxonomy (Soil Survey Staff, 2010). Pada lahan bekas tambang timah umumnya tanah sudah tercampur aduk dengan bahan galian (tailing) dan bahkan juga dengan bahan induk tanah. Data iklim dikumpulkan dari stasiun iklim terdekat, yaitu dari bandara Depati Amir, Pangkalpinang. Contoh tanah diambil dari profil/minipit serta contoh komposit untuk dianalisis sifat-sifat kimia tanah dan mineral fraksi pasir tanah. Contoh air diambil dari sungai terdekat atau kolong bekas tambang untuk penetapan kualitas air untuk irigasi. Beberapa contoh ring diambil dari profil untuk penetapan sifat fisik tanah. Metoda dan prosedur analisis tanah dan air mengacu pada Soil Survey Laboratory Methods and Procedures for Collecting Soil Samples (SCS-USDA, 1982). Dalam analisis tanah, juga dilakukan penetapan kadar logam berat (Pb, Cd, Cr). Survei topografi dilakukan dengan penjelajahan lapang secara grid dengan menggunakan GPS Navigasi dan untuk mendapatkan beda tinggi yang lebih akurat dilakukan dengan GPS Geodetik. Demikian juga untuk mengukur beda tinggi antara inlet (titik pengambilan air di sungai dan kolong) dan outlet (titik keluar air irigasi pada lahan) diukur menggunakan GPS Geodetik. Untuk memperoleh data sumberdaya air dilakukan pengukuran lebar dan kedalaman sungai di beberapa titik pengamatan serta analisis panjang sungai dan luas kolong dengan menggunakan citra landsat. Pengukuran debit sungai menggunakan current meter. Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi. Penyajian peta-peta diolah dengan teknik GIS. Faktor pembatas lahan, potensi air irigasi dan
111
D. Subardja et al.
lingkungannya diidentifikasi untuk mendukung penetapan teknologi pencetakan dan pengelolaan sawah bukaan baru. Penyusunan desain pencetakan dan pengelolaan sawah bekas tambang timah Desain pencetakan sawah disusun berdasarkan hasil survei identifikasi dan karakterisasi lahan dengan mempertimbangkan beberapa faktor utama yaitu status lahan, kondisi lahan/tanah, penggunaan lahan saat ini, ketersediaan sumber air, dan rencana pemanfaatan lahan ke depan. Beberapa informasi lahan/tanah yang perlu diperhatikan antara lain: keadaan permukaan tanah, ketinggian tempat, kelerengan, kedalaman tanah, tekstur tanah, ketersediaan air pengairan, tanah lapisan atas berliat untuk bahan timbunan sawah baru, sumber bahan organik/pupuk kandang, dan faktor pendukung lainnya yaitu jalan usahatani, instalasi jaringan irigasi (pompanisasi), penyediaan lokasi untuk kandang ternak sapi (2 ekor/ha), pakan ternak, dan rumah kompos. HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan Lahan dan Karakteristik Tanah. Calon lokasi sawah Perlang terletak pada 2o34’24”–2o34’41” LS dan 106 31’08”–106O31’19” BT, merupakan bekas konsesi pertambangan PT. Kobatin yang diekplorasi tahun 1982. Lahan tersebut saat ini sebagian telah direklamasi dengan ditanami tanaman pohon akasia, sengon, karet, dan kayu putih. Selain tanaman hasil reklamasi, penggunaan lahan saat ini adalah rumput (alang-alang), semak dan belukar. o
Bentuk lahan datar sampai bergelombang dengan lereng anatara 3 % sampai 12 %, lereng dominan <5 %. Tinggi tempat berdasarkan hasil pengukuran dengan GPS geodetik adalah tertinggi 50,6 m dpl dan terendah (permukaan air kolong) 37, 9 m dpl. Luas lahan yang diidentifikasi + 17,77 ha. Secara umum tanah yang terbentuk berasal dari batuan intrusi granit tersier (batuan volkan masam). Tanah yang ada di lokasi Perlang merupakan tanah campuran sisa penambangan (tailing), bahan galian (overburden) dan bahan induk yang tidak dapat diklasifikasikan tanahnya, bertekstur kasar (pasir berkerikil) dan pasir berlempung yang telah tererosi, permeabilitas sampai dengan kedalaman 40 cm tergolong cepat (9-20 cm/jam) dan menurun di kedalaman lebih dari 40 cm menjadi sangat lambat (0.2 cm/jam).
112
Identifikasi dan Karakterisasi Lahan Bekas Tambang Timah
Sifat kimia dan kesuburan tanah Lahan di lokasi yang akan dicetak menjadi sawah ditumbuhi oleh alangalang, melastoma dan sebagian sudah direhabilitasi dengan tanaman sengon dan kaliandra. Pertumbuhan tanaman di lokasi sangat kurus, ditunjukkan oleh daun tanaman yang lebih panjang dari kondisi normal. Sebagian lahan (+ 2,5 ha) terbuka karena tanaman dan rumput tidak mampu tumbuh. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena tanahnya merupakan bahan induk yang tersingkap dan belum mengalami pelapukan (Gambar 1). Tanah yang tidak ditumbuhi tanaman mempunyai tekstur berpasir, diduga hara yang ada telah tercuci sangat intensif dan tanah menjadi sangat kurus.
Gambar 1. Keadaan lahan calon pencetakan sawah di Perlang, Bangka Tengah Berdasarkan hasil pengukuran pH air kolong dengan menggunakan kertas lakmus, air bersifat agak masam dengan pH sekitar 5,5-6,0. Pada kondisi ini air kolong cukup baik digunakan untuk air pengairan lahan sawah. Hasil analisis tanah dengan menggunakan Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK) menunjukkan bahwa hara P, K, dan C-organik rendah, dan bersifat agak masam (Tabel 1). Tabel 1.
Status hara tanah hasil analisis dengan Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK) di Perlang.
Kode lokasi Ksn 1 Ksn 2 Ksn 3 Ksn 4 Ksn 5
Posfat Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
Kalium Rendah Rendak Rendah Rendah Rendah
pH 5-6 5-6 5-6 5-6 5-6
C-organik Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
113
D. Subardja et al.
Hasil analisis tanah di laboratorium (Tabel 2), menunjukkan bahwa tanah bertekstur kasar (berpasir) dengan kadar pasir berkisar 46-91%. Tanah bersifat masam (pH 4,3 – 5,0), kadar C-organik rendah, hara N, P, K, Ca, Mg, Zn dan Cu rendah. Kapasitas tukar kation tanah dan kejenuhan basa sangat rendah, sedangkan kejenuhan Al tergolong tinggi berkisar antara 45 – 85%. Untuk itu dalam mengelola lahan sawah bukaan baru pada lahan bekas tambang timah di Perlang sangat diperlukan penambahan bahan organik, pemupukan dan pengapuran. Tabel 2.
Hasil analisis sifat fisik dan kimia tanah pada lahan calon sawah dan tanah calon urugan di Perlang Tekstur (pipet) Pasir Debu Liat ..............%..............
Kode
WY 09 WY 12 WY 13 WY 17 WY 18
82 67 46 89 91
10 20 33 7 7
8 13 21 4 2
pH (1:5) H2O KCl 4,7 4,6 4,3 4,8 5,0
4,1 4,0 3,9 4,3 4,7
Bahan organik HCl 25% Bray 1 C N C/N P2O5 K2O P2O5 ….....%........ mg/100 g ppm 1,43 0,11 13 2 3 3,6 0,73 0,05 15 3 3 5,2 3,14 0,23 14 3 2 10,4 0,53 0,05 11 3 3 7,5 0,12 0,01 12 2 2 3,7
Lanjutan Tabel 2. Kode
Nilai Tukat Kation (NH4-Acetat 1N, pH 7) Ca Mg K Na KTK ....................Cmol(+)/kg...............
WY 09 WY 12 WY 13 WY 17 WY 18
0,24 0,23 0,00 0,09 0,09
0,11 0,10 0,07 0,06 0,04
0,06 0,06 0,03 0,06 0,03
0,05 0,04 0,02 0,02 0,02
3,92 5,84 11,52 1,93 0,81
KCl 1N 3+
DTPA +
KB
Al H Cmol(+)/kg
Fe Mn Cu Zn .............ppm...............
12 7 1 12 22
0,94 1,33 2,57 0,31 0,02
20,7 396,8 489,5 16,3 3,2
0,15 0,15 0,34 0,15 0,04
0,2 0,2 0,1 0,3 0,1
0,8 1,1 2,8 0,7 0,4
0,2 0,3 0,2 0,2 0,1
Catatan: WY12 dan 13: bahan tanah urugan (topsoil)
Air kolong sebagai sumber air untuk pengairan lahan sawah bukaan baru sangat baik dengan pH 6,0. Kandungan logam berat Pb dan Cd sangat rendah (Tabel 3). Tabel 3.
Kandungan hara dalam air yang akan digunakan untuk pengairan lahan sawah bukaan baru di Perlang
Contoh air Air kolong
DHL dS/m 0,03
pH 6,0
NH4 K Na Ca Mg ...........................mg/l................................. 0,20 1,91 3,76 1,38 0,38
Lanjutan Tabel 3. Contoh air Air kolong
114
NO3 PO4 SO4 HCO3 CO3 Pb Cd ................................................mg/l............................................... 1,65 0,00 0,21 8,95 0,00 0,03 td
Identifikasi dan Karakterisasi Lahan Bekas Tambang Timah
Sifat fisik tanah Hasil analisis sifat fisika tanah disajikan pada Tabel 4. Kondisi tanah sangat padat di permukaan tetapi laju permeabilitasnya tinggi, sebab lapisan atas tanah berupa pasir tailing yang tergolong halus. Lapisan permukaan mudah tererosi dan di beberapa tempat sudah terbentuk erosi parit yang cukup dalam. Untuk mencetak sawah diperlukan sifat fisik tanah yang mempunyai laju permeabilitas rendah. Tanah di Perlang mempunyai laju permeabilitas yang makin menurun sejalan dengan makin dalamnya lapisan tanah. Calon lokasi lahan sawah baru merupakan timbunan hasil reklamasi bekas tambang, lapisan terbawah > 40 cm berupa overburden yang mempunyai berat isi rendah. Kondisi ini memungkinkan untuk dilakukan pencetakan sawah, jika overburden pada kedalaman > 40 cm tersebut merata diseluruh areal. Tabel 4.
Berat isi tanah dan laju permeabilitas tanah di lokasi calon sawah
Sandi
Kedalaman
Berat isi g/cc
Permeabilitas cm/jam
SS02/I SS02/II SS03/III
0 – 10 10 – 40 >40
1,49 1,37 0,93
20,28 8,82 0,18
Iklim dan Hidrologi Pola curah hujan di stasiun Pangkalpinang sebagai referensi kondisi iklim Perlang adalah bimodel atau ekuatorial, dimana terjadi dua kali puncak musim basah dan dua kali puncak musim kering. Puncak musim basah utama terjadi pada Januari, sedangkan puncak musim hujan sekunder terjadi pada Maret atau April. Puncak musim kering utama terjadi pada bulan September (Gambar 2) Kondisi curah hujan tahunan, menggambarkan bahwa wilayah di sekitar Pangkalpinang relatif basah dengan curah hujan tahunan sekitar 2.449 mm. Curah hujan bulanan berkisar dari 94 mm pada bulan September dengan delapan hari hujan hingga 348 mm pada bulan Januari dengan 21 hari hujan. Jumlah bulan basah (>200 mm/bulan) menurut kriteria Oldeman (1975) enam bulan. Sedangkan jumlah bulan kering (<100 mm/bulan) adalah satu bulan. Menurut kriteria Oldeman (1975), tergolong agroklimat C-1 dan memiliki potensi masa tanam untuk padi sepanjang 11 bulan, yaitu mulai bulan Oktober sampai dengan Agustus. Jumlah bulan basah (>100 mm/bulan) menurut kriteria SchmidtFerguson (1951) sebelas bulan tanpa bulan kering (<60 mm/bulan) yang nyata.
115
D. Subardja et al.
Dengan demikian menurut kriteria Schmidt-Ferguson (1951), daerah Perlang dan sekitarnya memiliki tipe hujan A yang tergolong sangat basah. PANGKALPINANG TINGGI KOLOM AIR (mm/bulan) ..
450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agu
Sep
Okt
Nov
Des
Gambar 2. Fluktuasi curah hujan bulanan di sekitar Perlang (data dari Stasiun Iklim Pangkalpinang). Kecepatan angin rata-rata bulanan terendah adalah sekitar 2,0 knot, terjadi selama periode Oktober-Januari dan Maret-April, dan kecepatan angin rata-rata bulanan tertinggi adalah sekitar 5,0 knot, terjadi selama periode Juli-September. Kecepatan angin rata-rata tahunan adalah sekitar 3,1 knot. Kisaran kecepatan angin tersebut termasuk dalam kecepatan angin rendah dengan skala 2-3 (light air – light breeze) pada skala angin Beaufort. Potensi sumberdaya air yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan irigasi di calon lokasi pencetakan sawah di Perlang, Kabupaten Bangka Tengah berasal dari danau (kolong) yang terletak di sebelah Timur lokasi calon pencetakan sawah, jarak terdekat berkisar 6-10 meter. Berdasarkan hasil interprestasi dan karakterisasi di lapangan menunjukkan bahwa luas danau 100,27 ha dengan perkiraan kedalaman air berkisar 0,4m–30m. Bila diasumsikan rata-rata kedalaman air kolong 3 m maka potensi ketersediaan air kolong yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber irigasi pada musim kemarau sebesar 3.008.100 m3, sehingga sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan air tanaman dengan sistem budidaya lahan sawah. Beda tinggi antara kolong dengan titik tertinggi lahan adalah 12,7 m dengan jarak 110 m sehingga masih memungkinkan pengairan sawah dilakukan secara pompanisasi.
116
Identifikasi dan Karakterisasi Lahan Bekas Tambang Timah
Desain Pencetakan Sawah Desain pencetakan sawah disusun berdasarkan hasil survei identifikasi dan karakterisasi lahan bekas tambang timah dengan mempertimbangkan beberapa faktor utama antara lain: ketinggian tempat, kelerengan, kedalaman tanah, tekstur tanah, penggunaan tanah, ketersediaan air dan tanah berliat bahan timbunan, sumber bahan organik (pupuk kandang), status kepemilikan tanah; dan faktor pendukung lainnya yaitu jalan usahatani, instalasi jaringan irigasi (pompanisasi), lokasi kandang ternak sapi (2 ekor/ha), lahan pakan ternak dan rumah kompos. Dengan mempertimbangkan beberapa faktor tersebut, maka lahan untuk pencetakan sawah diprioritaskan pada lahan seluas 8 ha dari luas lahan yang teridentifikasi 17,7 ha. Desain pencetakan sawah di Perlang, Kabupaten Bangka Tengah disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3: Desain pencetakan sawah di Perlang, Kabupaten Bangka Tengah.
117
D. Subardja et al.
Rencana Teknis Pencetakan Sawah Teknis pencetakan sawah pada lahan bekas tambang timah di Perlang, Kabupaten Bangka Tengah dirancang dengan beberapa tahapan kegiatan sebagai berikut: •
Pengukuran dan pematokan batas lahan, ukuran petak sawah 50 x 50 m atau disesuaikan dengan kondisi kelerengan lahan
•
Lahan sawah dibuat berteras-teras
•
Pembersihan dan perataan lahan
•
Pemadatan tanah dengan alat berat dozer
•
Pembuatan pematang sawah selebar 80 cm dan tinggi 50 cm dengan tanah dari hasil dorongan dozer
•
Penimbunan dan perataan tanah dengan tanah pucuk (berliat) setinggi 10 cm atau sebanyak 1.000 m3/ha
•
Pemberian bahan organik (pupuk kandang) 10 ton/ha
•
Pembuatan jalan usahatani lebar 4 m dan tinggi 50 cm atau disesuaikan dengan kelerengan lahan
•
Instalasi jaringan irigasi secara pompanisasi
Teknologi Pengelolaan Sawah Persiapan Lahan Persiapan lahan dilakukan untuk membuat tanah menjadi lumpur dengan menggunakan rotary. Pada awalnya persiapan lahan tidak dilakukan dengan pembajakan karena akan membongkar lapisan yang dibuat dengan memadatkan. Pengelolaan air perlu dilakukan secara intensif, hal ini untuk menjaga agar air tetap tersedia di dalam petakan karena pada awalnya akan terjadi perkolasi yang sangat hebat. Pemasukan air ke petakan sawah perlu berhati-hati, dilakukan sedikit demi sedikit sampai ketinggian 5-10 cm, karena dikuatirkan pematang sawah belum cukup kuat untuk menahan air. Pemberian pupuk kandang dan pengapuran (pemberian kaptan) dilakukan seminggu sebelum tanam dengan cara disebar merata. Setelah terjadi pelumpuran yang sempurna, lahan baru siap ditanami padi.
118
Identifikasi dan Karakterisasi Lahan Bekas Tambang Timah
Pola tanam Berdasarkan sebaran curah hujan bulanan, lokasi calon sawah di Desa Perlang memiliki potensi masa tanam sepanjang 11 bulan, yaitu mulai bulan Oktober sampai dengan Agustus. Dengan dukungan sumber air untuk irigasi yang sangat berlimpah dari kolong (danau) maka pada lokasi calon sawah ini dapat dikembangkan sistem usaha tani dengan pola tanam padi-padi-palawija. Awal tanam musim tanam padi pertama dapat dimulai pada bulan Oktober, musim tanam padi kedua pada bulan Februari dan musim tanam ketiga untuk palawija pada bulan Juni (Gambar 4). Rekomendasi pemupukan Berdasarkan hasil analisis dengan Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK), dosis pupuk untuk tanaman padi adalah 200 kg Superphos, 100 kg KCl, 1000 kg dolomit/ha, dan pupuk kandang dengan dosis 5 t/ha diberikan setiap musim tanam. Dosis pupuk N diberikan dengan bantuan alat bantu Bagan Warna Daun (BWD), pupuk Urea pertama diberikan dengan dosis 100 kg/ha, kemudian dipantau dengan BWD mulai pada umur 21 hari, apabila warna hijau daun kurang dari skala 4 maka pupuk Urea ditambahkan dengan dosis 75 kg/ha. Pupuk Superphos diberikan sehari menjelang tanam, dolomit dan bahan organik (pupuk kandang telah matang) diberikan seminggu sebelum tanam. Pupuk Urea diberikan sesuai dengan kondisi tanaman dengan bantuan BWD. Pupuk KCl diberikan 2 kali, pertama bersamaan pemupukan Urea pertama (< 14 hari setelah tanam) dan 30 hari setelah tanam, masing-masing ½ dosis yang direkomendasikan.
119
D. Subardja et al.
Bera
Sebaran Hujan Bulanan dan Pola Tanam PADI
350
PALAWIJA
PADI
300
CH (mm)
250
200
150
100
50
0
Sep.
Okt. Nov.
Des. Jan. Peb.
Mar.
Apr.
Mei
Jun.
Jul.
Agus.
Bulan Gambar 4. Sebaran hujan bulanan dan pola tanam pada lokasi calon sawah di Perlang. Pengelolaan air irigasi Kebutuhan air tanaman padi selama masa pertumbuhannya adalah antara 450-700 mm (Doorenbos dan Kassam, 1979). Kebutuhan air tersebut harus terpenuhi pada setiap fase pertumbuhan tanaman, dengan demikan besaran curah hujan di suatu wilayah harus mempunyai makna volume hujan dan distribusi hujan sepanjang tahun. Mengacu pada perhitungan neraca air untuk tanaman padi, rekomendasi pemberian irigasi dari Dinas Pekerjaan Umum pada lahan sawah termasuk penggenangan adalah 1 liter per detik per ha. Berdasarkan hasil penelitian efisiensi pemanfaatan irigasi pada tanah Oxiaquic Eutrudepts di kebun percobaan BB Padi Kuningan (Balitklimat, 2008), dengan tekstur lapisan atas lempung berdebu, tekstur lapisan bawah lempung berpasir halus berkerikil, porositas tanah cukup tinggi (pori drainase cepat 32 %), pemberian air irigasi dengan menjaga tinggi air genangan 5 cm secara terus menerus pada lahan sawah memberikan hasil yang paling baik, dibandingkan 120
Identifikasi dan Karakterisasi Lahan Bekas Tambang Timah
dengan perlakuan penggenangan setinggi 3 cm secara terus menerus, irigasi berselang maupun irigasi macak. Variasi dosis, jadwal dan teknik pemberian air irigasi pada lokasi calon sawah di Perlang perlu dilakukan percobaan pada beberapa plot percobaan selama beberapa musim tanam untuk mendapatkan teknik pemberian dan dosis yang optimal untuk sawah bukaan baru pada lahan bekas tambang timah. KESIMPULAN 1. Secara administratif calon lokasi sawah pada lahan bekas tambang timah terletak di Dusun Sadap, Desa Perlang, Kecamatan Lubuk Besar, Kabupaten Bangka Tengah. Kondisi penggunaan lahannya berupa semak dan sebagian telah direklamasi dengan tanaman utama akasia dan sengon. 2. Lahan agak melandai, tanah berpasir, umumnya bertekstur pasir berlempung sampai lempung liat berpasir. Pada kedalaman lebih 40 cm lapisan memadat dengan permeabilitas sangat lambat. 3. Lokasi Perlang memiliki zona agroklimat C-1 dan tipe hujan A, termasuk sangat basah. Berdasarkan imbangan antara curah hujan dan evapotranspirasinya, potensi masa tanam sepanjang 11 bulan, yaitu mulai bulan Oktober sampai dengan Agustus. 4. Dukungan sumber air untuk irigasi yang sangat berlimpah dari kolong yang terletak dekat dengan lokasi calon sawah, lokasi ini dapat dikembangkan sistem usaha tani dengan pola tanam padi-padi-palawija. Awal tanam musim tanam padi pertama dapat dimulai pada bulan Oktober, musim tanam padi/palawija kedua pada bulan Februari dan musim tanam ketiga untuk palawija pada bulan Juni. 5. Kualitas air kolong sebagai sumber air bagi pengelolaan sawah bekas tambang timah tergolong sangat baik, dengan kadar logam berat Pb dan Cd sangat rendah. 6. Tingkat kesuburan tanah calon sawah sangat rendah yang ditunjukkan oleh pH tanah masam, kadar C-organik, hara N, P, K, Ca, Mg serta KTK dan KB sangat rendah. Kadar besi bebas dan kejenuhan Al tinggi berpotensi meracuni tanaman. 7. Dosis pupuk yang direkomendasikan adalah 200 kg Superphos, 100 kg KCl, 1000 kg dolomit, pupuk kandang 5 t/ha. Pupuk Urea diberikan dengan bantuan BWD, pemberian Urea awal sebanyak 100 kg/ha.
121
D. Subardja et al.
8. Persiapan lahan untuk pelumpuran tanah dilakukan dengan menggunakan rotary dengan pengolahan dangkal 5-7,5 cm. Sebelumnya tanah diberikan bahan organik/pupuk kandang 5 ton/ha dan pengapuran (dolomit) 1000 kg/ha, diinkubasi selama 1 minggu. DAFTAR PUSTAKA Al-Jabri. M., M. Soepartini, dan Didi Ardi. 1991. Status hara Zn dan pemupukannya di lahan sawah. hlm. 427-464 dalam Prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi Penggunaan Pupuk V. Cisarua, 12-13 Nopember 1990. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor. Balitklimat, 2008. Laporan Akhir Efisiensi Pemanfaatan Air Irigasi Untuk Mengantisipasi Kelangkaan Air . Dok. Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, Bogor. Balai Penelitian Tanah, 2004. Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah. Ed-1. Publ. BPT. Bogor. Doorenbos. J. and A.H. Kassam. 1979. Yield Response to Water. FAO Irrigation and Drainage Paper no 33. 193p Iqbal, M. dan M. Aslam. 1999. Effect of Zn application on rice growth under saline condition. J. Agri. Biol. No. 1, Vol. 4:362-365. Schmidt-Ferguson (1951). SCS-USDA, 1982. Soil Survey Laboratory Methods and Procedures for Collecting Soil Samples Soepartini, M. Sri Widati, Mangku E. Suryadi, dan Tini Prihatini. 1999. Evaluasi kualitas dan sumbangan hara dari air pengairan di Jawa. Pemberitaan Penelitian Tanah dan pupuk. No. 14:25-31. Soil Survey Division Staff, 1993. Soil Survey Manual. Agric. Handbook No. 18. SCS-USDA, Washington D.C. Soil Survey Staff. 2010. Keys to Soil Taxonomy. 11th edition. NRCS-USDA.
122