ARAHAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AREAL BEKAS TAMBANG TIMAH SEBAGAI KAWASAN PARIWISATA DI KABUPATEN BANGKA
LIA MEYANA
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
ii
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Arahan dan Strategi Pengembangan Areal Bekas Tambang Timah sebagai Kawasan Pariwisata di Kabupaten Bangka adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Mei 2015
Lia Meyana NIM A156130154
ii
RINGKASAN LIA MEYANA. Arahan dan Strategi Pengembangan Areal Bekas Tambang Timah sebagai Kawasan Pariwisata di Kabupaten Bangka. Dibimbing oleh UNTUNG SUDADI dan BOEDI TJAHJONO. Pulau Bangka merupakan bagian dari kawasan “sabuk timah” Asia Tenggara yang menyebar dari daratan Thailand, Malaysia, Kepulauan Riau hingga ke Pulau Bangka dan Belitung. Sebagai penghasil timah terbesar di Indonesia, selain menjadikannya sebagai salah satu sektor perekonomian andalan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, aktivitas pertambangan timah di Pulau Bangka juga menimbulkan kerusakan lingkungan akibat terbentuknya kubangan raksasa serta hamparan tailing dan overburden. Ketergantungan terhadap pertambangan timah harus segera diantisipasi mengingat cadangan ekonomis bijih timah di Pulau Bangka diperkirakan akan habis dalam beberapa tahun kedepan. Oleh karena itu, sektor perekonomian lain perlu dikembangkan. Areal bekas tambang timah yang dimanfaatkan secara optimal dapat meningkatkan perekonomian wilayah. Salah satu tantangan dan kesempatan pemanfaatannya adalah dengan mengembangkannya sebagai bagian dari kawasan pariwisata. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengidentifikasi dan menganalisis sebaran serta luasan areal bekas tambang timah; (2) menganalisis hirarki perkembangan wilayah yang memiliki areal bekas tambang timah; (3) mengidentifikasi jenis obyek wisata yang dapat dikembangkan; serta (4) menganalisis serta merumuskan arahan dan strategi pengembangan areal bekas tambang timah sebagai bagian dari kawasan pariwisata di Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui: (1) studi literatur dan pengumpulan data sekunder yang meliputi peta dasar dan tematik, data sosial ekonomi serta pustaka terkait dan (2) pengumpulan data primer melalui survei lapangan dan wawancara mendalam terhadap responden dengan panduan kuesioner. Responden terdiri dari unsur Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah [Bappeda], Dinas Pariwisata dan Kebudayaan [Disbudpar] serta Dinas Pertambangan dan Energi [Distamben]), Pemerintah Kabupaten Bangka (Bappeda, Disbudpar dan Distamben), PT Timah (Persero) Tbk, Lembaga Swadaya Masyarakat (WALHI) serta akademisi (Pusat Pengembangan Pariwisata ITB dan Universitas Bangka Belitung). Metode penelitian yang digunakan adalah analisis Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk memetakan areal bekas tambang timah, analisis skalogram untuk mengetahui hirarki wilayah pada areal bekas tambang, Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk mengetahui jenis wisata prioritas yang dapat dikembangkan menurut persepsi stakeholders, serta A’WOT (kombinasi AHP dan SWOT) untuk merumuskan arahan dan strategi pengembangan areal bekas tambang timah sebagai bagian dari kawasan pariwisata di Kabupaten Bangka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas areal bekas tambang timah di Kabupaten Bangka adalah 18.017 ha yang tersebar di enam kecamatan dan 30 desa, yaitu di kecamatan Belinyu seluas 8.509 ha (8 desa), Riau Silip seluas 5.879 ha (7 desa), Sungailiat seluas 1.023 ha (6 desa), Pemali seluas 1.707 ha (5 desa), Merawang seluas 531 ha (3 desa) dan Bakam seluas 368 ha (1 desa). Dari 30 desa
yang dianalisis, empat desa termasuk wilayah dengan kategori Hirarki I, 10 desa dengan Hirarki II, dan 16 desa dengan Hirarki III yang menunjukkan urutan menurun kesiapan wilayah untuk dikembangkan sebagai kawasan pariwisata. Berdasarkan preferensi stakeholders, prioritas jenis wisata yang dapat dikembangkan pada areal bekas tambang timah di Kabupaten Bangka adalah wisata alam, wisata budaya dan selanjutnya wisata buatan. Wisata alam diprioritaskan pada rekreasi air, tempat pemancingan, geotracking/hiking, taman flora dan fauna serta selanjutnya agrowisata. Wisata budaya diprioritaskan pada desa wisata, industri kerajinan, museum dan selanjutnya upacara adat. Wisata buatan diprioritaskan pada eduwisata, taman bermain anak, breeding farm, selanjutnya sirkuit motocross dan arena road race. Dengan mempertimbangkan hirarki wilayah dan pola ruang dalam RTRW Kabupaten Bangka diperoleh empat wilayah prioritas pada areal bekas tambang timah yang dapat dikembangkan sebagai bagian dari kawasan pariwisata. Wilayah Prioritas I seluas 922 ha, Prioritas II seluas 5,882 ha, Prioritas III seluas 560 ha dan Prioritas IV seluas 2,758 ha. Lima strategi prioritas pengembangan areal bekas tambang timah sebagai bagian dari kawasan pariwisata yang direkomendasikan kepada Pemerintah Kabupaten Bangka adalah: (1) mengembangkan mining tourism sebagai brand image wisata; (2) meningkatkan sarana dan prasarana umum pendukung pariwisata; (3) memanfaatkan CSR perusahaan tambang untuk pengembangan mining tourism; (4) mempermudah akses bagi investor dalam pengembangan potensi pariwisata; dan (5) meningkatkan koordinasi antar stakeholders (pemerintah, swasta dan masyarakat) dalam pengembangan wilayah berbasis areal bekas tambang timah sebagai bagian dari kawasan pariwisata. Kata kunci: areal bekas tambang timah, Kabupaten Bangka, mining tourism
iv
SUMMARY LIA MEYANA. Direction and Strategy of Tin-mined Area Development as Tourism Region in Bangka Regency. Supervised by UNTUNG SUDADI and BOEDI TJAHJONO. Bangka Island is parts of the “South-east Asian tin belt” region that is spread over from the mainland of Thailand, Malaysia, and Riau Islands to Bangka and Belitung island. As the largest tin producer island in Indonesia, apart of being one of the leading economic sectors of the Province of Bangka Belitung Archipelago, tin mining activities cause environmental degradation due to the formation of giant holes, and expanse of tailings and overburden. Interdependency on tin mining should immediately be anticipated since the economic tin-ores reserve in Bangka Island is estimated to be accomplished in the next several years. It is therefore other economic sectors should be developed. Tin-mined areas that are optimally utilized can improve regional economy. One of the challences and opportunities in utilizing these lands is by developing them as parts of tourism region. This study aims to: (1) identify and analysis the extent and distribution of the tin-mined area; (2) analysis the regional development hierarchy of region covering tin-mined areas; (3) identify the types of tourism object that can be developed; and (4) analysis and formulate directions and strategies to develop tin-mined area as a parts of tourism region in Bangka Regency, Province of Bangka Belitung Archipelago. The collection of data and information were carried out by: (1) literature study and secondary data collection covering basic and thematic maps, socioeconomic data, and related scientific publications; and (2) collection of primary data obtained through field surveys and questionnaire-guided in-depth interviews with respondents. The respondents were consisted of elements of the Government of Province of Bangka Belitung Archipelago (Regional Development Planning Agency, Office of Culture and Tourism, and Office of Mine and Energy), the Government of Bangka Regency (Regional Development Planning Agency, Office of Culture and Tourism, and Office of Mine and Energy), PT Timah (Persero) Tbk, NGO (WALHI), and academicians (Center of Tourism Development ITB, and University of Bangka Belitung). The research methods used were Geographic Information System (GIS) analysis to map the tin-mined area, scalogram analysis to determine the regional hierarchy of the tin-mined areas, Analytical Hierarchy Process (AHP) to determine the priority types of tourism object that can be developed based on the stakeholders' perception, and A'WOT (combination of AHP and SWOT) to formulate development directions and strategies of tin-mined area as a part of tourism region in Bangka Regency. The results of this research showed that the total tin-mined area in Bangka Regency was 18017 ha that spread over six sub-districts and 30 villages. i.e. Belinyu sub-district covering area of 8509 ha (8 villages), Riau Silip of 5879 ha (7 villages), Sungailiat of 1023 ha (6 villages), Pemali of 1707 ha (5 villages), Merawang of 531 ha (3 villages), and Bakam of 368 ha (one village). Out of the 30 villages analyzed, 4, 10, and 16 villages were respectively cathegorized as region with hierarchy I, II, and III showing the lowering order of regional readiness to be developed as tourism region.
Based on the stakeholders’ preferences, the priorities of tourism objects that could be developed in the area were nature tourism followed by cultural and artificial tourism. The types of nature tourism that could be developed were prioritized to water park recreation followed by fishing, geotracking/hiking, flora and fauna park, and agrotourism. The types of cultural tourism were prioritized to tourism village, followed by craft industry, museums, and traditional ceremonies. The types of artificial tourism were prioritized to edutourism followed by playground, breeding farm, and motocross circuit and road-race arena. By considering the regional hierarchy of the tin-mined area and spatial patterns of the Regional Spatial Arrangement Planning of Bangka Regency, there were four prioritized areas that directed to be developed as parts of tourism region. The first until fourth priority areas were respectively covering of 922 ha, 5882 ha, 560 ha, and of 2758 ha. Five prioritized strategies for the development of the tin-mined areas as parts of tourism region recommended to the Government of Bangka Regency were: (1) to develop mining tourism as a tourism brand image; (2) to improve tourism-supporting public facilities and infrastructures; (3) to utilize CSR of the mining companies for mining tourism development; (4) to facilitate access for investors in developing tourism development opportunities; and (5) to improve coordination among stakeholders (government, private and community) on the regional development based on tin-mined area as parts of tourism region. Keywords: tin-mined area, Bangka Regency, mining tourism
vi
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
i
ARAHAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AREAL BEKAS TAMBANG TIMAH SEBAGAI KAWASAN PARIWISATA DI KABUPATEN BANGKA
LIA MEYANA
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
ii
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Manuwoto, MSc
iv
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2014 ini ialah pengembangan wilayah berbasis areal bekas tambang timah, dengan judul Arahan dan Strategi Pengembangan Areal Bekas Tambang Timah sebagai Kawasan Pariwisata di Kabupaten Bangka. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Untung Sudadi, MSc dan Bapak Dr Boedi Tjahjono, MSc sebagai Ketua dan Anggota Komisi Pembimbing, Bapak Dr Ir Manuwoto, MSc sebagai Penguji Luar Komisi yang telah banyak memberi saran serta Bapak Prof Dr Ir Santun RP Sitorus sebagai Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Pemerintah Kabupaten Bangka (Bappeda, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, serta Dinas Pertambangan dan Energi) yang telah membantu selama pengumpulan data. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Pusbindiklatren Bappenas selaku sponsor atas Program Magister Ilmu Perencanaan Wilayah yang penulis tempuh di Institut Pertanian Bogor. Ungkapan terima kasih disampaikan kepada kedua orangtua, suami dan anak-anak tercinta serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor,
Mei 2015
Lia Meyana
v
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian
1 1 3 3 3
2 TINJAUAN PUSTAKA Pertambangan Lahan Bekas Tambang Timah Pengembangan Kawasan Pariwisata Pengembangan Mining Tourism Sistem Informasi Geografis dalam Perencanaan Kawasan Pariwisata Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu
4 4 5 6 8 9 10
3 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data Identifikasi, Analisis dan Pemetaan Areal Bekas Tambang Timah Analisis Hirarki Wilayah Prioritas Pengembangan Analisis Persepsi Stakeholder terhadap Jenis Wisata yang dapat Dikembangkan pada Areal Bekas Tambang Timah Analisis Rumusan Arahan dan Strategi Pengembangan Kawasan
12 12 12 12 12 13 14
4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Fisik Geografis dan Administrasi Geologi dan Jenis Tanah Hidrologi Penggunaan Lahan Sosial dan Budaya Demografi Budaya Kondisi Kepariwisataan Kondisi Pertambangan Kondisi Sarana dan Prasarana Jaringan Jalan Jalur Transportasi
22 22 22 22 25 25 25 25 26 27 30 31 31 32
17 19
vi
5 HASIL DAN PEMBAHASAN Areal Bekas Tambang Timah di Kabupaten Bangka Hirarki Wilayah Prioritas Pengembangan Kawasan Pariwisata Persepsi Stakeholder terhadap Jenis Wisata yang dapat Dikembangkan Arahan dan Strategi Pengembangan Kawasan Pariwisata Arahan Pengembangan Kawasan Pariwisata Strategi Pengembangan Kawasan Pariwisata
33 33 38 43 45 45 50
6 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran
54 54 55
DAFTAR PUSTAKA
55
LAMPIRAN
58
RIWAYAT HIDUP
77
vii
DAFTAR TABEL 1 Tujuan, jenis data, sumber data, metode dan keluaran analisis 2 Skala dasar ranking Analytical Hierarchy Process (AHP) 3 Matriks SWOT 4 Luas wilayah menurut kecamatan di Kabupaten Bangka 5 Jumlah kelurahan, desa, dusun, lingkungan dan Rumah Tangga di Kabupaten Bangka 6 Keadaan iklim rata-rata di Kabupaten Bangka tahun 2009-2012 7 Kelembaban udara dan tekanan udara Kabupaten Bangka tahun 2012 8 Jumlah curah hujan, hari hujan dan suhu udara di Kabupaten Bangka 9 Rincian penggunaan lahan di Kabupaten Bangka 10 Kondisi kependudukan per kecamatan di Kabupaten Bangka tahun 2012 11 PDRB Kabupaten Bangka atas dasar harga konstan usaha (juta rupiah) 12 PDRB Kabupaten Bangka atas dasar harga berlaku (juta rupiah) 13 Nama obyek wisata di Kabupaten Bangka 14 Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara yang menginap di hotel/penginapan di Kabupaten Bangka tahun 2013 15 Jumlah hotel/akomodasi menginap di Kabupaten Bangka tahun 2013 16 Jumlah hotel/losmen, jumlah kamar dan tempat tidur di Kabupaten Bangka tahun 2013 17 Luas kolong bekas tambang timah di Kabupaten Bangka 18 Kondisi jalan Kabupaten Bangka 19 Luas areal bekas tambang timah di Kabupaten Bangka 20 Luas areal bekas tambang dalam kawasan lindung 21 Hirarki perkembangan desa Kabupaten Bangka 22 Hirarki perkembangan desa dengan areal bekas tambang timah 23 Hasil analisis pembobotan dan prioritas jenis wisata 24 Pembobotan dan prioritas dalam grup dan faktor SWOT 25 Hasil analisis matriks SWOT
13 18 20 22 22 24 24 24 25 26 26 27 27 29 29 29 30 32 34 36 39 43 45 53 54
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka Pemikiran Penelitian 2 Bagan Alir Penelitian 3 Struktur hirarki A’WOT 4 Wilayah administrasi Kabupaten Bangka 5 Obyek wisata Kabupaten Bangka 6 Wilayah izin usaha pertambangan Kabupaten Bangka tahun 2010 7 Jaringan jalan Kabupaten Bangka 8 Jalur transportasi dari dan ke Kabupaten Bangka 9 Sabuk timah Asia Tenggara
4 14 21 23 28 30 31 32 33
viii
10 Hamparan pasir, kolong dan lubang bekas tambang 11 Areal bekas tambang timah aktual tahun 2014 12 Areal bekas tambang timah dalam Kawasan Lindung 13 Areal bekas tambang di luar WIUP 14 Hirarki wilayah Kabupaten Bangka 15 Hirarki wilayah bekas tambang timah 16 Struktur hirarki AHP penentuan jenis wisata 17 Arahan prioritas pengembangan kawasan pariwisata 18 Pengembangan kawasan pariwisata prioritas 1 19 Pengembangan prioritas 1 detil A, B, C dan D 20 Struktur hirarki AHP strategi pengembangan areal bekas tambang timah sebagai kawasan pariwisata di Kabupaten Bangka
34 35 37 38 41 42 44 46 48 49 52
DAFTAR LAMPIRAN 1 Kuesioner untuk mendapatkan data dalam Analisis A’WOT (Penentuan Faktor-Faktor Internal dan Eksternal) dari Responden Pemerintah, Swasta, dan Akademisi 2 Kuesioner untuk mendapatkan data dalam Analisis AHP (Jenis Wisata yang dapat Dikembangkan pada Areal Bekas Tambang Timah) dari Responden Pemerintah, Swasta, dan Akademisi 3 Kuesioner untuk mendapatkan data dalam Analisis A’WOT (Penentuan Strategi) dari Responden Pemerintah, Swasta, dan Akademisi 4 Data potensi desa Kabupaten Bangka tahun 2011 berdasarkan jumlah penduduk dan jumlah fasilitas desa areal bekas tambang timah
58
62 67 75
1
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambangan timah di Indonesia telah berlangsung lebih dari 200 tahun dengan jumlah cadangan yang cukup besar. Cadangan timah ini tersebar dalam bentangan wilayah sepanjang lebih dari 800 km, yang disebut The Indonesian Tin Belt. Bentangan ini merupakan bagian dari The Southeast Asia Tin Belt yang membujur sejauh kurang lebih 3.000 km dari daratan Asia ke arah Thailand, Semenanjung Malaysia hingga Indonesia. Di Indonesia, wilayah cadangan timah mencakup Pulau Karimun, Kundur, Singkep dan sebagian di daratan Sumatera (Bangkinang) di utara terus ke arah selatan yaitu Pulau Bangka, Belitung, dan Karimata hingga ke daerah sebelah barat Kalimantan. Pulau Bangka merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia. Pertambangan timah yang telah dilakukan sejak zaman Pemerintahan Hindia Belanda pada abad ke-17 hingga sekarang (Sujitno 2007) merupakan salah satu sektor perekonomian andalan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pertambangan timah tidak hanya memberikan dampak positif tetapi juga dampak negatif. Dampak positifnya antara lain sebagai sumber devisa, penyedia tenaga kerja dan kesempatan berusaha serta peningkatan perekonomian. Bangka dalam Angka Tahun 2013 mencatat bahwa kontribusi pertambangan timah mencapai 1.250,105 milyar rupiah dari total 6.225,465 milyar rupiah PDRB Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (BPS Kab. Bangka 2013). Dampak negatif akibat kegiatan pertambangan timah antara lain terjadinya penurunan kualitas tanah dan jumlah jenis vegetasi alami (Sitorus et al. 2008). Selain itu, pertambangan timah juga dapat mengakibatkan dampak secara sosiologis yaitu terjadinya perubahan budaya dan adat istiadat setempat. Pembangunan yang bertumpu pada ekstraksi sumberdaya alam seperti pertambangan timah pada akhirnya akan terhenti ketika cadangan timahnya habis. Berdasarkan data US Geological Survey tahun 2006, cadangan terukur timah di Indonesia sekitar 800.000 sampai 900.000 ton. Dengan tingkat produksi rata-rata sekitar 60.000 ton/tahun, atau setara dengan 90.000 ton/tahun pasir timah, cadangan tersebut hanya akan mampu bertahan sekitar 10-12 tahun lagi, atau hingga tahun 2017-2019 (Widyatmiko 2012). Banyak kota dan wilayah kaya sumberdaya tambang seperti batubara, emas, tembaga dan sebagainya kemudian mati setelah cadangannya habis dieksploitasi. Namun, ada juga wilayah yang mampu mengelola sisa aktivitas eksploitasi sumberdaya alamnya sehingga tetap memberikan nilai ekonomi. Wilayah demikian bahkan diburu wisatawan dan diteliti karena kekhasannya, seperti Kota Rhondda Valley di Wales dan Galce Bay Nova di Kanada yang merupakan bekas pertambangan batubara. Lubang bekas tambangnya dijadikan museum dan bekas permukiman buruhnya dipugar untuk dikenang sebagai warisan masa lampau (Papua 2008). Selain dua kota tersebut, Kota Phuket di Thailand sebelumnya juga merupakan lokasi tambang timah dan kini menjadi kota destinasi wisata dunia. Setelah cadangan timahnya mulai berkurang, pemerintah dan masyarakat Kota Phuket mengubah kotanya dengan pandangan bahwa tidak selamanya bergantung
2
pada sektor pertambangan. Contoh-contoh seperti ini dapat digunakan sebagai acuan dan alternatif untuk memperbaiki pengelolaan areal bekas tambang timah di Pulau Bangka yang semula rusak dan tidak produktif menjadi wilayah yang berdayaguna dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut Widyamiko (2012), isu-isu pengembangan wilayah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang menjadi dasar pengembangan kegiatan ekonomi non pertambangan pasca pertambangan timah adalah: (1) perekonomian masih sangat bergantung pada pertambangan dan industri berbasis pertambangan (timah, kaolin dan pasir kuarsa) sehingga sering terjadi fluktuasi perekonomian terutama yang disebabkan oleh kegiatan pertambangan timah; (2) cadangan timah yang menjadi basis ekonomi wilayah sudah menipis; (3) kualitas sumber daya manusia dengan tingkat keahlian rendah khususnya eks pekerja pertambangan timah; (4) sarana dan prasarana transportasi belum memadai untuk mendukung kegiatan percepatan arus perdagangan komoditas ekspor dan impor maupun untuk meningkatkan kegiatan pariwisata; dan (5) keterbatasan dalam pengembangan sumber daya alam terutama ekstensifikasi usaha pertanian yang disebabkan oleh sebagian besar lahan banyak mengandung kasiterit atau pasir timah. Dari isu-isu tersebut, jelaslah bahwa tambang timah tidak bisa terus menerus menjadi andalan bagi provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Karena itu perlu dilakukan upaya transformasi struktur perekonomian dari yang semula mengandalkan timah sebagai pemicu utama perekonomian wilayah beralih ke non pertambangan timah. Dengan kondisi cadangan timah yang kian menipis dan diperkirakan hanya tinggal beberapa tahun kedepan serta demi penyelamatan lingkungan yang terdegradasi akibat eksplorasi tambang yang semakin memprihatinkan, maka ketergantungan terhadap penambangan harus segera ditinggalkan. Sektor lain perlu dibangun dan dijadikan alat untuk mencapai kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan. Pariwisata merupakan salah satu alternatif dalam pengembangan wilayah di area bekas tambang timah yang diharapkan dapat memacu perkembangan sektor-sektor lainnya. Sektor pariwisata berperan sangat penting dalam pengembangan ekonomi dunia saat ini. Sektor ini dapat meningkatkan perekonomian masyarakat suatu wilayah apabila dikembangkan dengan memanfaatkan potensi wilayah tersebut baik potensi alam, buatan maupun sumberdaya manusia. Sektor pariwisata mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup dan mampu mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima wisatawan, misalnya industri kerajinan dan cinderamata, penginapan dan perhotelan, transportasi dan sebagainya. Kabupaten Bangka memiliki berbagai potensi obyek wisata yang meliputi wisata alam dan wisata budaya. Wisata alam berupa pantai dengan susunan batu granit yang tersebar di sepanjang pantai dapat dijadikan sebagai potensi obyek wisata unggulan di Kabupaten Bangka. Wisata budaya yang ada di Kabupaten Bangka terdiri dari berbagai kebudayaan China dan Melayu berupa kesenian, kehidupan suku asli dan perayaan hari besar agama. Disamping itu, Pulau Bangka terletak pada posisi strategis yang merupakan jalur lintas laut bagi pelayaran internasional. Berbagai potensi wisata, letak yang strategis, dan keberadaan areal bekas tambang timah serta didukung berbagai fasilitas sarana prasarana dapat dijadikan sebagai modal dasar bagi Pemerintah Kabupaten Bangka dalam
3
mengembangkan wisata tambang (mining tourism) yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat pasca tambang. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya sebaran dan luas areal bekas tambang timah pada kondisi terkini, belum diketahuinya hirarki wilayah yang memiliki areal bekas tambang timah yang dapat dijadikan dasar penetapan prioritas wilayah pengembangan, belum diketahuinya jenis wisata yang dapat dikembangkan pada areal bekas tambang timah, belum diketahuinya kondisi obyek wisata dan infrastruktur wilayah untuk mendukung pengembangan kawasan pariwisata serta belum adanya arahan prioritas wilayah dan strategi pengembangan kawasan pariwisata yang meliputi areal lahan bekas tambang timah di Kabupaten Bangka. Dengan mempertimbangkan berbagai kondisi geobiofisik, sosial, ekonomi dan budaya dari kegiatan penambangan timah khususnya di wilayah Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, maka dapat dirumuskan kerangka pemikiran penelitian (Gambar 1) dan pertanyaan penelitian sebagai berikut: a. Bagaimana sebaran dan luasan areal bekas tambang timah pada kondisi terkini di Kabupaten Bangka? b. Bagaimana hirarki perkembangan wilayah yang memiliki areal bekas tambang timah di Kabupaten Bangka? c. Jenis wisata apa yang dapat dikembangkan pada areal lahan bekas tambang timah di Kabupaten Bangka? dan d. Bagaimana arahan dan strategi pengembangan kawasan pariwisata yang meliputi areal lahan bekas tambang timah di Kabupaten Bangka? Tujuan Penelitian Dengan memperhatikan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi dan menganalisis sebaran serta luasan areal bekas tambang timah di Kabupaten Bangka; 2. Menganalisis hirarki perkembangan wilayah yang memiliki areal bekas tambang timah Kabupaten Bangka; 3. Mengidentifikasi jenis obyek wisata yang dapat dikembangkan pada areal bekas tambang timah di Kabupaten Bangka; dan 4. Menganalisis serta merumuskan arahan dan strategi pengembangan areal bekas tambang timah sebagai bagian dari kawasan pariwisata di Kabupaten Bangka. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan dapat dihasilkan arahan pengembangan kawasan wisata terpadu dengan memanfaatkan areal bekas tambang timah yang dapat mendukung perumusan kebijakan penataan ruang dan pembangunan berkelanjutan di Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
4
Aktivitas Tambang Timah Areal Bekas Tambang Timah
Potensi Wilayah Infrastruktur Wilayah
Obyek Wisata
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS Persepsi Stakeholder
Interpretasi
RTRWK Arahan dan Strategi Pengembangan Areal Bekas Tambang Timah sebagai Kawasan Pariwisata di Kabupaten Bangka Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian
2 TINJAUAN PUSTAKA Pertambangan Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan serta kegiatan pascatambang (KESDM 2009). Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) menyebutkan peruntukan kawasan budidaya yang salah satunya terdiri dari kawasan peruntukan pertambangan, yaitu: (1) Kawasan peruntukan pertambangan yang memiliki nilai strategis nasional, terdiri atas pertambangan mineral dan batubara, pertambangan minyak dan gas bumi, pertambangan panas bumi serta air tanah. (2) Kawasan peruntukan pertambangan ditetapkan dengan kriteria: a. memiliki sumber daya bahan tambang yang berwujud padat, cair atau gas berdasarkan peta/data geologi; b. merupakan wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk pemusatan kegiatan pertambangan secara berkelanjutan; dan/atau c. merupakan bagian proses upaya mengubah kekuatan ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil.
5
Pascatambang (penutupan tambang) adalah kegiatan terencana, sistematis dan berlanjut setelah akhir sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi lingkungan alam dan fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh wilayah penambangan (KESDM 2009). Penutupan tambang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat dihentikannya kegiatan pertambangan untuk memenuhi kriteria sesuai dengan prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pertambangan, keselamatan dan kesehatan kerja dan konservasi mineral dan batubara (KESDM 2010). Prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pertambangan meliputi perlindungan terhadap kualitas air permukaan, air tanah, air laut dan tanah serta udara berdasarkan standar baku mutu atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, perlindungan dan pemulihan keanekaragaman hayati, penjaminan terhadap stabilitas dan keamanan timbunan batuan penutup, kolam tailing, lahan bekas tambang dan struktur buatan lainnya, pemanfaatan lahan bekas tambang sesuai dengan peruntukannya dan memperhatikan nilai-nilai sosial dan budaya setempat serta perlindungan terhadap kuantitas air tanah (KESDM 2010). Penutupan tambang merupakan proses akhir dari suatu kegiatan pertambangan karena telah habisnya cadangan bahan galian sehingga lahan bekas kegiatan pertambangan harus dapat dikondisikan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya melalui rencana pemanfaatan lahan pascatambang (post mining landuse) dan keinginan stakeholder (KESDM 2010). Dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan, daerah bekas tambang harus dapat dipertahankan keberlanjutan ekonomi, sosial dan lingkungannya bagi masyarakat di desa-desa yang sebelumnya terdapat kegiatan pertambangan, karena masyarakat yang tinggal di desa-desa tersebut merupakan masyarakat yang akan langsung terkena imbas penurunan kondisi ekonomi, sosial dan lingkungan saat terjadinya penutupan tambang.
Lahan Bekas Tambang Timah Menurut Sujitno (2007), lahan bekas tambang timah secara umum terdiri dari bagian yang berair yang disebut kolong (semacam danau atau kubangan raksasa dengan kedalaman mencapai 40 m) dan bagian yang kering yang terdiri dari timbunan liat hasil galian (overburden) dan hamparan sisa pencucian bahan galian timah (tailing). Semakin tinggi timah yang terkandung, semakin dalam dan luas kolong yang dibuat. Secara umum, kolong saling berdekatan dan pada beberapa tempat menyatu setelah hujan sehingga membentuk kolong besar menyerupai danau. Kolong umumnya mempunyai air yang bersifat asam tergantung dari tipe mineral dominan di area tambang tersebut dan mengandung logam-logam terlarut berbahaya yang tidak dapat dimanfaatkan dalam kurun waktu yang cukup panjang (Henny 2011). Sumber air kolong bisa berasal dari mata air, air sungai maupun air hujan. Kolong bekas tambang merupakan habitat yang unik karena umumnya sempit dan dalam serta tanpa zona littoral yang dikelilingi oleh dinding batuan yang terjal/curam dan tidak terdapat aliran air masuk dan/atau air keluar.
6
Tanah di lahan bekas tambang timah didominasi pasir kuarsa yang masam, sangat miskin hara, kurang kandungan bahan organik, tidak dapat menahan air dan rendah jumlah mikroorganismenya. Nilai pH tanah bekas tambang sekitar 3.64.6, dengan kandungan N, P dan K masing-masing hanya 0.02%, 2.8-3.9 ppm dan 4.9-9.6 ppm. Bila tidak dibenahi, kondisi ini tidak akan mengalami perbaikan alami dalam jangka waktu singkat, bahkan dapat mencapai ratusan tahun lamanya untuk dapat digunakan lagi sebagai lahan budidaya (Ferry dan Balitri 2011).
Pengembangan Kawasan Pariwisata Dalam Undang Undang No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan pasal 1, bahwa yang dimaksud dengan wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Pengertian pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan pengusaha. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Dalam Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 2008, kawasan peruntukan pariwisata ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut: (a) memiliki obyek dengan daya tarik wisata dan/atau (b) mendukung upaya pelestarian budaya, keindahan alam dan lingkungan. Penerapan kriteria kawasan peruntukan pariwisata secara tepat diharapkan akan mendorong terwujudnya kawasan pariwisata yang diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. meningkatkan devisa dari pariwisata dan mendayagunakan investasi; b. meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan subsektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya; c. tidak mengganggu fungsi lindung; d. tidak mengganggu upaya pelestarian kemampuan sumberdaya alam; e. meningkatkan pendapatan masyarakat; f. meningkatkan pendapatan nasional dan daerah; g. menciptakan kesempatan kerja; h. melestarikan nilai warisan budaya, adat istiadat, kesenian dan mutu keindahan lingkungan alam dan/atau i. meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Soekadijo (2000) dalam Pramudia (2008) mengemukakan bahwa sumberdaya pariwisata (tourism resources) atau sering juga disebut sebagai modal atau potensi pariwisata merupakan sesuatu yang dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata di suatu daerah atau tempat tertentu. Sumberdaya pariwisata yang menarik kedatangan wisatawan ada tiga, yaitu: 1. Sumberdaya alam, yaitu alam fisik, flora dan fauna.
7
2.
Sumberdaya kebudayaan, yang diartikan secara luas bukan kebudayaan yang tinggi saja, tetapi juga meliputi adat istiadat dan segala kebiasaan hidup di tengah masyarakat. 3. Sumberdaya manusia, yaitu manusia yang dapat menjadi atraksi wisata dan menarik kedatangan wisatawan. Seluruh sumberdaya baik berupa sumberdaya alam, sumberdaya manusia maupun sumberdaya buatan mempunyai peranan penting dalam proses perencanaan dan pengembangan pariwisata dan rekreasi pada suatu daerah, sehingga dukungan dan ketersediaan dari setiap sumberdaya tersebut sangat menentukan tercapainya pembangunan pariwisata yang berkelanjutan. Potensi obyek wisata yang bisa ditawarkan bisa berupa obyek-obyek yang alami maupun obyek-obyek buatan manusia (Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007). Obyek-obyek alami antara lain: 1. Iklim: udara yang bersih, kenyamanan, sinar matahari yang cukup 2. Pemandangan alam: panorama pegunungan yang indah, sungai, air terjun, bentuk-bentuk alam yang unik dan sebagainya 3. Wisata rimba: hutan lebat, pohon langka, hutan wisata 4. Flora dan fauna: tumbuhan dan tanaman khas 5. Sumber air kesehatan: sumber air untuk menyembuhkan penyakit, sumber air mineral alami dan sebagainya. Obyek-obyek buatan manusia antara lain: 1. Bercirikan sejarah: peninggalan sejarah seperti candi-candi, istana-istana kerajaan dan sebagainya 2. Bercirikan budaya: tempat-tempat budaya seperti museum, industri seni kerajinan tangan dan sebagainya 3. Bercirikan keagamaan: perayaan tradisional seperti upacara adat, ziarahziarah, karnaval, bangunan-bangunan keagamaan yang kuno 4. Bercirikan pola hidup masyarakat: tradisi, adat istiadat, kekayaan budaya dan sebagainya. Undang-Undang No. 10 tahun 2009 pasal 4 tentang Kepariwisataan menyebutkan bahwa obyek dan daya tarik wisata terdiri atas wisata alam (flora dan fauna), museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi dan tempat hiburan. Mengacu pada pasal ini maka areal bekas tambang dapat dikategorikan sebagai kawasan yang dapat dikembangkan untuk pariwisata. Pengembangan wisata bekas tambang dapat dilakukan dengan cara mengubah peninggalan aktivitas tambang yang ada menjadi sumber daya pariwisata (Ballesteros dan Ramı´rez 2007). Menurut Kuswartoyo (2001) dalam Papua (2008), ada empat macam peninggalan kegiatan tambang yang dapat dikemas dan dikembangkan menjadi atraksi pariwisata, yaitu: (1) tapak atau situs penambangan di permukaan atau di bawah tanah, lubang, gua atau bekas galian tambang; (2) pemrosesan atau pengolahan hasil tambang; (3) pengangkutan hasil tambang, prasarana dan alat angkutan dan (4) produk sosial budaya oleh kegiatan tambang, peralatan, perlengkapan, permukiman, sejarah perjuangan buruh tambang dan sebagainya. Keempat macam atraksi pariwisata tersebut dapat dikemas dan dikembangkan menjadi suatu objek daya tarik wisata yang menjadi andalan dan keunikan tersendiri serta mempunyai nilai jual kepada wisatawan.
8
Menurut Gunn (1994) dalam Rahmadani (2005), perencanaan pengembangan pariwisata ditentukan oleh keseimbangan potensi sumberdaya dan jasa yang dimiliki (supply) dan minat wisatawan (demand). Komponen supply terdiri dari potensi atraksi (keindahan alam dan budaya), aksesibilitas, pelayanan informasi dan akomodasi. Komponan demand terdiri dari pasar dan motivasi wisatawan. Yoeti (1997) mengemukakan proses perencanaan pembangunan pariwisata dapat dilakukan dalam lima tahap, yaitu: 1. melakukan inventarisasi mengenai semua fasilitas dan potensi yang ada. 2. melakukan penaksiran (assessment) terhadap pasar wisata internasional dan nasional serta memproyeksikan aliran/lalu lintas wisatawan. 3. Memperhatikan analisis berdasarkan keunggulan daerah secara komparatif dan kompetitif, sehingga dapat diketahui daerah yang permintaannya lebih besar daripada persediaan. 4. Melakukan perlindungan terhadap sumberdaya alam dan budaya yang dimiliki. 5. Melakukan penelitian kemungkinan perlunya penanaman modal.
Pengembangan Mining Tourism Terkecuali yang dikelola oleh perusahaan besar, sebagian lahan yang telah digali bahan tambangnya di Indonesia ditinggalkan begitu saja oleh penambangnya, tidak dimanfaatkan kembali serta tanpa ada upaya reklamasi. Sebagian lahan bekas tambang yang telah direklamasi oleh perusahaan besar ditambang kembali oleh masyarakat karena masih mengandung sisa-sisa bahan tambang. Lahan bekas tambang yang tidak dimanfaatkan akan menjadi lahan terbuka tanpa ada upaya pemanfaatan lahan yang dapat menambah nilai ekonomi bagi masyarakat. Saat ini, sebagian lahan bekas tambang di Indonesia dimanfaatkan untuk pertanian, perikanan, peternakan, sumber air baku dan sebagainya. Henny (2011) menyebutkan bahwa pemanfaatan kolong (lahan bekas tambang) yang telah dilakukan antara lain untuk sumber air minum; sumber air bersih untuk mandi cuci; perikanan (sistem kolam jaring apung dan tebar); peternakan bebek peking; dan pariwisata. Di Indonesia, salah satu contoh bekas tambang yang telah dimanfaatkan sebagai kawasan wisata adalah bekas tambang batubara Kandi–Tanah Hitam di Sawahlunto-Sumatera Barat. Bekas tambang ini dijadikan sebagai taman satwa seluas dua ha yang juga digunakan sebagai sarana pembelajaran bagi generasi muda untuk dapat melindungi dan menyayangi satwa. Taman Satwa Kandi merupakan ikon berwisata ke kawasan bekas tambang Kandi-Tanah Hitam. Selain itu, areal bekas tambang juga dimanfaatkan untuk berbagai macam jenis wisata diantaranya sebagai arena pacuan kuda seluas 39,69 ha, breeding farm seluas 11 ha, rekreasi air Danau Tandikat seluas 14 ha yang digunakan sebagai kawasan wisata air dan pemancingan, dermaga Danau Kandi seluas 2 ha, arena road race seluas 10 ha, dan sirkuit motorcross seluas 10 ha (Papua 2008). Ada beberapa contoh pemanfaatan lahan bekas tambang sebagai kawasan pariwisata di berbagai negara, diantaranya yaitu :
9
1. Tambang Timah Geevor dan Cornwall, Inggris Tambang timah Geevor yang terletak di Cornwall, Inggris beroperasi pada tahun 1909-1991 dan telah menghasilkan 50.000 ton timah hitam. Saat ini, kawasan tambang seluas 31,13 ha ini telah menjadi museum dan pusat warisan budaya. Tambang terluas di Inggris ini merupakan bagian penting dari Cornwall and West Devon Mining Landscape yang diajukan oleh UNESCO pada tahun 2006. Adapun aktivitas yang dapat dilakukan oleh wisatawan di Museum Timah Geevor and Cornwall adalah tour wisata sejarah pertambangan serta kegiatan interaktif penambangan emas dan batu mulia. Atraksi wisata sejarah penambangan timah di Greevor dan Cornwall adalah diorama suasana penambangan (suara pekerja, atmosfer bawah tanah, replika pekerja), bangunan penambangan timah dan batuan mulia hasil tambang. Fasilitas wisata sejarah penambangan timah di Greevor dan Cornwall adalah toko cenderamata mengenai timah serta coffee shop bernuansa ruangan istirahat penambang timah. 2. Tambang Timah Sungai Lembing di Malaysia Sungai Lembing di Malaysia merupakan bekas tambang timah terbesar di dunia. Saat ini, di museum bekas kawasan pertambangan milik Inggris ini sedang direncanakan rekonstruksi bagiannya untuk menjadi pertunjukan kegiatan pertambangan. Aktivitas wisatawan yang dapat dilakukan di Museum Tambang Timah Sungai Lembing adalah tour museum, kegiatan interaktif penambangan timah bagi anak-anak dan dewasa dan kunjungan bawah tanah ke lorong-lorong bekas penambangan timah. Atraksi wisata museum tambang timah Sungai Lembing adalah diorama suasana penambangan (suara pekerja, atmosfer bawah tanah, replika pekerja), bangunan-bangunan dan peralatan penambangan timah, dan batuan mulia hasil tambang. Fasilitas wisata museum tambang timah Sungai Lembing adalah penginapan dalam bentuk bungalow mantan pejabat Inggris, Tourist information Center, cafetaria, coffee shop dan souvenir shop. 3. Taman Danau Taiping di Malaysia Kota yang pada awalnya berkembang sebagai kota pertambangan timah ini, kini justru menjadi kota yang tenang dan merupakan obyek wisata utama di Perak. Kolam-kolam sisa penambangan timah di Taiping kini telah menjadi Taman Danau. Lahan seluas 64 ha ini merupakan taman umum pertama di Malaysia dan diakui sebagai taman paling indah dan paling tertata apik dari yang pernah ada. Hingga saat ini Taman Danau Taiping menjadi lokasi untuk rekreasi bagi masyarakat umum.
Sistem Informasi Geografis dalam Perencanaan Kawasan Pariwisata Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu sistem berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi geografis. SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan dan manganalisis obyek-obyek dan fenomena-fenomena dimana lokasi geografis merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis. SIG merupakan sistem komputer yang memiliki empat kemampuan dalam menganalisis data yang bereferensi geografis, yaitu masukan, keluaran, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data) serta analisis dan manipulasi data (Prahasta 2005).
10
SIG memungkinkan pengguna untuk memahami konsep-konsep lokasi, posisi, koordinat, peta, ruang dan permodelan spasial secara mudah. Selain itu dengan SIG pengguna dapat membawa, meletakkan dan menggunakan data yang menjadi miliknya sendiri ke dalam sebuah bentuk (model) representasi miniatur permukaan bumi untuk kemudian dimanipulasi, dimodelkan atau dianalisis baik secara tekstual, secara spasial maupun kombinasinya (analisis melalui query atribut dan spasial), hingga akhirnya disajikan dalam bentuk sesuai dengan kebutuhan pengguna (Prahasta 2005). Teknologi SIG akan mempermudah para perencana dalam mengakses data, menampilkan informasi-informasi geografis terkait dengan substansi perencanaan dan meningkatkan keahlian para perencana serta masyarakat dalam menggunakan sistem informasi spasial melalui komputer. SIG dapat membantu para perencana dan pengambil keputusan dalam memecahkan masalah-masalah spasial yang sangat kompleks. SIG dapat memberikan referensi dalam pengembangan pariwisata, dimana SIG memiliki fungsi analisis spasial yang kuat, umumnya digunakan dalam pengembangan wilayah. SIG juga dapat diterapkan untuk pengembangan pariwisata. Dengan menggunakan SIG, kemampuan analisis spasial dapat melakukan analisis terhadap ruang manusia dan lanskap alami, transportasi, iklim, topografi, tanah, vegetasi, flora dan fauna di daerah tertentu, yang dapat membantu pihak terkait menggambarkan prioritas pembangunan daerah, mengatur tata letak rute wisata secara tepat, menentukan/menetapkan kawasan lindung dan potensi pengembangan, menentukan tempat-tempat wisata dan memberikan referensi dalam perencanaan pariwisata dan pengambilan keputusan (Wei 2011).
Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keberadaan lahan bekas penambangan timah yang tidak dimanfaatkan secara optimal dan dibiarkan tanpa ada upaya untuk memanfaatkannya menjadi lahan yang dapat menambah nilai ekonomi bagi masyarakat Kabupaten Bangka. Beberapa penelitian yang dapat dijadikan referensi dalam penelitian ini diantaranya yaitu penelitian tentang pengembangan kawasan bekas tambang sebagai obyek wisata dan penelitian tentang pengembangan kawasan agropolitan yang memanfaatkan potensi obyek wisata. Papua (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Potensi Kawasan Bekas Tambang sebagai Obyek Wisata: Studi Kasus Kandi-Tanah Hitam Kota Sawahlunto” menganalisis potensi dan dampak pengembangan pariwisata terhadap pengembangan wilayah ditinjau dari aspek fisik, ekonomi, sosial budaya dan masyarakat sekitar kawasan serta arahan strategi pengembangan pariwisata pada lahan bekas tambang batubara. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pengembangan pariwisata pada kawasan bekas tambang Kandi-Tanah Hitam berdampak positif terhadap konservasi dan pelestarian lingkungan hidup di kawasan bekas tambang, penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat sekitar kawasan, dan turut membangun Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Sawahlunto, serta tidak ditemukan dampak negatif terhadap budaya masyarakat sekitar kawasan. Prioritas arahan strategi pengembangan kawasan bekas tambang Kandi-Tanah Hitam yaitu pengembangan kawasan wisata, pusat
11
pelayanan, dan kawasan strategis baru yang didasarkan pada potensi kawasan, arahan dari RTRW, dan kepadatan penduduk yang rendah. Elfida (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pola Spasial Tambang Timah Rakyat sebagai Masukan dalam Penentuan Kebijakan Tata Ruang di Kabupaten Bangka” menganalisis pola spasial penambangan berdasarkan jarak, kontribusi aktivitas tambang timah rakyat terhadap peningkatan ekonomi masyarakat, dan tumpang tindih kawasan pertambangan timah dengan penggunaan lainnya. Hasilnya menunjukkan bahwa tambang timah rakyat yang diidentifikasi memiliki status legal sebesar 18% dari tambang timah yang dianalisis. Berdasarkan faktor jarak terhadap pusat kecamatan, terdapat 70 tambang yang berada pada jarak kurang dari 3 kilometer dari pusat kecamatan, 134 tambang pada jarak 3–5 kilometer, 458 tambang pada jarak 5–10 km, dan 245 tambang pada jarak lebih dari 10 kilometer. Aktivitas tambang timah rakyat memberikan kontribusi terhadap peningkatan ekonomi masyarakat, dengan tingginya pendapatan masyarakat pelaku usaha tambang timah rakyat dibandingkan dengan masyarakat yang mempunyai jenis pekerjaan lainnya. Kawasan lindung yang telah dijadikan sebagai areal penambangan mencapai 8.67% dari luas areal peruntukan kawasan lindung. Terjadi tumpang tindih antara kuasa pertambangan timah dengan perkebunan sebesar 47.16%, sedangkan antara kuasa pertambangan timah dengan hutan produksi sebesar 48.50% dari total kawasan tersebut. Rudita (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Potensi Obyek Wisata dan Keterpaduannya dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali” menganalisis keterkaitan sektor pariwisata dengan sektor lainnya, obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan, faktorfaktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan serta rencana dan strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan dalam kerangka pengembangan wilayah. Hasil penelitian menyatakan bahwa sektor pariwisata terkait erat dengan lima sektor, yaitu: industri tanpa migas; perdagangan besar dan eceran; restoran; hotel; jasa hiburan dan rekreasi. Terdapat enam obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di Kawasan Agropolitan Payangan, yaitu: Agrowisata Payangan, Sungai Ayung, Nyepi Kasa, Aci Keburan, Desa Pakraman Pausan, dan Sarkofagus. Faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan menurut persepsi wisatawan adalah: (1) pelayanan; (2) jenis wisata dan atraksi yang ditawarkan; (3) fasilitas yang tersedia; (4) sarana transportasi; dan (5) promosi. Ada tiga rencana dan strategi utama pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan dalam kerangka pengembangan wilayah, yaitu: (1) rencana meningkatkan keterkaitan sektoral, dengan strategi meningkatkan keterpaduan antar sektor yang ada melalui pengembangan iptek; (2) memperkenalkan dan menawarkan potensi obyek wisata yang ada, dengan pengembangan paket-paket wisata melalui kerjasama pemerintah, swasta dan masyarakat; dan (3) memperkuat kepariwisataan, dengan membangun kemitraan dan membentuk jejaring.
12
3
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bangka yang secara geografis terletak pada posisi 1˚29’43”-2˚20’21” Lintang Selatan dan 105˚41’53-106˚11’34” Bujur Timur. Wilayah Kabupaten Bangka terletak di Pulau Bangka dengan luas lebih kurang 3.020,69 km2 atau 302.069 ha. Secara administratif wilayah Kabupaten Bangka terdiri atas delapan kecamatan, yaitu Kecamatan Bakam, Kecamatan Belinyu, Kecamatan Mendo Barat, Kecamatan Merawang, Kecamatan Pemali, Kecamatan Puding Besar, Kecamatan Riau Silip dan Kecamatan Sungailiat sebagai Ibukota Kabupaten Bangka. Penelitian dilaksanakan selama empat bulan yaitu dari bulan Juli sampai dengan Oktober 2014.
Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Software ArcGIS 10, Microsoft Office, serta peralatan penunjang lainnya. Bahan yang digunakan adalah Data Statistik Pariwisata, Data Infrastruktur Wilayah, Data Potensi Desa, Peta Administrasi, Citra IKONOS 2010, Citra Landsat dari GoogleEarth akuisisi 2013 dan 2014 serta RTRW Kabupaten Bangka 2010-2030.
Metode Pengumpulan Data 1.
2.
Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan cara : Studi literatur dan pengumpulan data sekunder Data sekunder meliputi peta dasar dan peta tematik Kabupaten Bangka, data kondisi sosial ekonomi masyarakat dan bahan pustaka yang terkait. Pengumpulan Data Primer Data dan informasi primer diperoleh melalui survei lapangan untuk mendapatkan gambaran yang jelas terhadap lokasi penelitian dan wawancara secara mendalam dengan responden dengan panduan kuesioner. Responden terdiri dari beberapa pihak, antara lain unsur Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Bappeda, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan serta Dinas Pertambangan dan Energi), Pemerintah Kabupaten Bangka (Bappeda, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata serta Dinas Pertambangan dan Energi), PT Timah (Persero) Tbk, unsur LSM (Walhi), dan akademisi (P2Par ITB dan Universitas Bangka Belitung/UBB).
Metode Analisis Data Penelitian ini menggunakan metode analisis SIG untuk mengidentifikasi dan memetakan areal bekas tambang timah, analisis Skalogram untuk mengetahui hirarki wilayah prioritas pengembangan, Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk menentukan jenis wisata prioritas yang dapat dikembangkan, serta A’WOT
13
untuk merumuskan arahan dan strategi pengembangan areal bekas tambang timah sebagai kawasan wisata di Kabupaten Bangka. Tujuan, jenis, sumber data, metode dan keluaran analisis serta bagan alir penelitian disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 2. Tabel 1 Tujuan, jenis data, sumber data, metode dan keluaran analisis No
Tujuan
Jenis Data - Citra Ikonos 2010 - Citra Landsat(GoogleEarth akuisisi 2013 dan 2014) - Data Podes Tahun 2011
Sumber Data
1 Mengidentifikasi dan menganalisis sebaran dan luasanlahan bekas tambang timah
- Bappeda Kab. Bangka - USGS
2 Menganalisis hirarki perkembangan wilayah 3 Menganalisis persepsi stakeholder terhadap jenis wisata yang dapat dikembangkan 4 Merumuskan arahan dan strategi pengembangan kawasan wisata -
BPS Kab. Bangka
- Kuesioner - Hasil wawancara - Bahan pustakaterkait
- Hirarki perkembangan wilayah (keluaran 2) - Jenis wisata (keluaran 3) - - RTRW Kab. Bangka - - Kuesioner - - Hasil wawancara -
Metode Keluaran Analisis Interpretasi Peta areal bekas visual dengan tambang timah SIG (digitasi on screen)
Analisis Skalogram
Hirarki perkembangan wilayah
Pemerintah Daerah, AHP PT. Timah, Akademisi, Masyarakat / LSM
Jenis wisata yang dapat dikembangkan
- Hasil analisis tujuan 2 dan 3 - Bappeda Kab. Bangka
Peta prioritas pengembangan kawasan wisata
Analisis SIG (overlay)
Pemerintah Daerah, A’WOT PT. Timah, (AHP dan Akademisi, SWOT) Masyarakat/LSM
Strategi pengembangan kawasan wisata di Kab. Bangka
Identifikasi, Analisis dan Pemetaan Areal Bekas Tambang Timah Analisis ini digunakan dalam mengidentifikasi areal bekas tambang timah dengan cara interpretasi data satelit secara visual (digitasi on screen). Interpretasi visual dilakukan dengan cara digitasi on screen pada citra IKONOS dan Landsat dari GoogleEarth akuisisi tahun 2013 dan 2014. Proses interpretasi dimulai dari tahap koreksi geometri, pemotongan citra dengan peta administrasi yang menggunakan perangkat lunak ArcGIS. Hasil identifikasi yang telah dilakukan dapat divalidasi dengan pengecekan lapangan. Untuk mengetahui areal bekas tambang timah yang tersebar di luar area penambangan yang telah direncanakan dalam RTRWK dengan cara overlay peta hasil identifikasi areal bekas tambang terhadap Peta Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) dan Peta Pola Ruang dalam RTRW Kabupaten Bangka. Interpretasi citra merupakan kegiatan untuk mengidentifikasi obyek dalam citra dan menilai arti penting obyek tersebut (Estes dan Simonett, 1975) melalui rangkaian kegiatan deteksi, identifikasi dan analisis. Deteksi adalah pengamatan atas ada atau tidaknya suatu obyek pada citra. Identifikasi adalah upaya untuk
14
mencirikan obyek menggunakan kunci interpretasi citra. Pada tahap analisis dikumpulkan keterangan lebih lanjut untuk membuat kesimpulan (Lintz dan Simonett, 1976) dari tahapan ini diperoleh peta areal bekas tambang eksisting.
Pola Ruang RTRW K
Citra IKONOS, GoogleEarth
Data Podes
Interpretasi Visual (digitasi on screeen)
Analisis Skalogram
Peta Bekas Tambang
Peta Hirarki Wilayah
Bahan pustaka terkait, hasil wawancara dan isian kuesioner
AHP
Jenis wisata yang dapat dikembangkan
Overlay
Peta Prioritas Pengembangan A’WOT (AHP dan SWOT)
ARAHAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA DI KAB. BANGKA
Gambar 2 Bagan Alir Penelitian Analisis Hirarki Wilayah Prioritas Pengembangan Analisis ini digunakan untuk menilai hirarki wilayah prioritas pengembangan kawasan wisata di Kabupaten Bangka berdasarkan jenis dan jumlah fasilitas yang dimiliki setiap desa/kelurahan. Data yang digunakan adalah potensi desa (Podes) tahun 2011 Kabupaten Bangka dengan parameter yang diambil meliputi bidang pendidikan, kesehatan dan perekonomian. Hasil analisis ini berupa hirarki desa yang dapat dijadikan sebagai masukan dalam pengembangan kawasan wisata di Kabupaten Bangka. Indeks Skalogram merupakan salah satu alat analisis untuk mengukur tingkat kesenjangan perkembangan suatu wilayah pengembangan sebagai hirarki pusat-pusat aktivitas sosial ekonomi. Metode ini digunakan untuk menghitung jumlah sarana dan jumlah jenis sarana dan prasarana pelayanan yang ada pada suatu pusat aktivitas sosial ekonomi. Sarana dan prasarana yang dihitung antara lain mencakup fasilitas perekonomian, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas penerangan, fasilitas informasi dan fasilitas ibadah keagamaan. Dimana jumlah sarana dan jumlah jenis sarana tersebut selalu berkorelasi dengan jumlah penduduk. Pendekatan dengan metode analisis skalogram didasarkan pada suatu asumsi bahwa semakin banyak/tinggi tingkat penyediaan fasilitas pada suatu lokasi, maka wilayah itu semakin berkembang sebaliknya semakin sedikit jumlah
15
sarana dan jenis sarana prasarana pelayanan maka wilayah tersebut dikategori terbelakang. Secara teknis identifikasi pusat dan hinterland dapat dilakukan dengan mengidentifikasi jumlah dan jenis fasilitas umum, industri dan jumlah penduduknya. Pusat yang memiliki daya tarik kuat karena lengkapnya fasilitas dicirikan dengan jumlah unit dan jumlah jenis fasilitas yang lebih lengkap dibandingkan dengan hinterland. Disamping fasilitas umum, pusat juga berpotensi memiliki industri dan jumlah penduduk dengan kuantitas dan kualitas yang secara relatif paling lengkap dibandingkan dengan unit wilayah yang lain. Selanjutnya wilayah pusat tersebut disebut sebagai wilayah berhirarki lebih tinggi (Hirarki-I) dan sebaliknya semakin jauh dari pusat pengaruh manfaat dari layanan semakin kecil, maka akan cenderung memiliki hirarki lebih rendah. Dengan demikian, wilayah yang mempunyai jumlah dan jenis fasilitas umum, industri serta jumlah penduduk dengan kuantitas dan kualitas paling rendah merupakan wilayah hinterland dari unit wilayah yang lain. Dalam metode skalogram, seluruh fasilitas umum yang dimiliki oleh setiap unit wilayah didata dan disusun dalam satu tabel. Tabel ini bisa dianggap sebagai penggabungan atau penyederhanaan Skala Guttman. Penyusunan tabel ini serupa dengan Skala Guttman, hanya ketiga tabel tersebut dijadikan satu dengan asumsi bahwa masing-masing fasilitas mempunyai bobot dan kualitas yang bersifat indifferent. Modifikasi penting dalam analisis skalogram dari awal perkembangannya adalah penggunaan data kuantitas fasilitas dan bukan ada atau tidaknya fasilitas, proses pembagian dengan jumlah penduduk yang terlayani (penghitungan kapasitas layanan), mengikutsertakan invers jarak menuju fasilitas pelayanan sebagai variabel penentu indeks serta proses pembakuan nilai. Prosedur kerja penyusunan hirarki wilayah dengan skalogram berbobot adalah sebagai berikut : a) Dilakukan pemilihan terhadap data podes sehingga yang tinggal hanya data fasilitas yang bersifat kuantitatif; b) Dilakukan seleksi terhadap data-data kuantitatif tersebut sehingga hanya yang relevan saja yang digunakan; c) Dipisahkan antara data jarak dengan data fasilitas; d) Data fasilitas diubah menjadi data kapasitas untuk melihat daya dukung setiap unit fasilitas dibandingkan jumlah penduduk, rumusnya adalah dengan cara data jumlah fasilitas j di wilayah i dibagi dengan jumlah penduduk di wilayah i dikali 1000. e) Data jarak diinverskan dengan rumus y = 1/xij , dimana y adalah variabel baru dan xij adalah data jarak j di wilayah i. Untuk nilai y yang tidak terdefinisikan (xij = 0), maka nilai y ditetapkan sebesar nilai maksimum ditambah simpangan baku. f) Pembobotan dilakukan terhadap data kapasitas dengan cara data kapasitas j dibagi dengan bobot fasilitas j, dimana bobot fasilitas j = jumlah total kapasitas j dibagi dengan jumlah wilayah yang memiliki fasilitas j. g) Dilakukan seleksi dan standarisasi terhadap data-data hasil rasionalisasi hingga diperoleh variabel untuk analisa skalogram yang mencirikan tingkat perkembangan desa-desa sekitar tambang; h) Standarisasi data dilakukan terhadap variabel-variabel baru dari data fasilitas yang telah dilakukan pembobotan dengan menggunakan rumus:
16
yij =
xij -μj sj
dimana : yij adalah variabel baru untuk wilayah ke-i dan jenis fasilitas ke-j xij adalah jumlah sarana untuk wilayah ke-i dan jenis sarana ke-j μj adalah nilai minimum untuk jenis sarana ke-j Sj adalah simpangan baku untuk jenis sarana ke-j Data potensi desa yang digunakan meliputi jarak dan jumlah fasilitas, yaitu: No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Jarak ke Fasilitas Jarak SMP terdekat Jarak SMA terdekat Jarak SMK terdekat Jarak RS terdekat Jarak Poliklinik terdekat Jarak Puskesmas terdekat Jarak Pustu Jarak Poskesdes Jarak Polindes Jarak Apotek Jarak ke gedung bioskop terdekat Jarak ke Pub/diskotek/karaoke terdekat Jarak dari kantor desa ke kantor camat Jarak dari kantor desa ke kantor bupati Jarak ke kantor pos terdekat Jarak ke pertokoan terdekat Jarak ke pasar terdekat
No Jumlah Fasilitas
No 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Jumlah Fasilitas Jumlah Poskesdes Jumlah Polindes Jumlah Apotek Jumlah masjid Jumlah surau Jumlah gereja kristen Jumlah gereja katolik Jumlah vihara Jumlah klenteng Jumlah industri kayu Jumlah industri logam Jumlah industri anyaman
21
Jumlah industri gerabah
22
Jumlah industri kain
23 24 25 26 27
Jumlah industri makanan Jumlah industri lainnya Jumlah pasar tanpa bangunan Jumlah minimarket Jumlah toko/warung kelontong Jumlah warung/kedai Jumlah restoran/RM Jumlah hotel Jumlah penginapan Jumlah KUD Jumlah koperasi simpan pinjam Jumlah koperasi lainnya
1 2 3 4 5 6
Jumlah SD Jumlah SMP Jumlah SMA Jumlah SMK Jumlah RS Jumlah Poliklinik
28 29 30 31 32 33
7 8
Jumlah Puskesmas Jumlah Pustu
34
Indeks Perkembangan Desa (IPD) untuk tingkat wilayah desa ditentukan dengan cara menghitung jumlah hasil standarisasi sarana dan aksesibilitas pada suatu wilayah. Pada penelitian ini nilai IPD dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) kelas Hirarki yaitu Hirarki I (tinggi), Hirarki II (sedang) dan Hirarki III (rendah).
17
Penentuan kelas Hirarki didasarkan pada nilai standar deviasi (St Dev) IPD dan nilai rataan seperti rumus berikut ini: - Hirarki I mempunyai nilai selang (X) sebesar X > [rataan +(St Dev IPD)] - Hirarki II mempunyai nilai selang (X) sebesar X > rataan < [rataan +(St Dev IPD)] - Hirarki III mempunyai nilai selang (X) sebesar X < rataan. Analisis Persepsi Stakeholder terhadap Jenis Wisata yang dapat Dikembangkan pada Areal Bekas Tambang Timah Untuk mengetahui jenis wisata yang dapat dikembangkan pada areal bekas tambang timah dilakukan analisis persepsi stakeholder terhadap jenis wisata yang dapat dikembangkan. Metode analisis yang digunakan adalah Analytical Hierarchy Process (AHP) berdasarkan hasil wawancara dan isian kuesioner terhadap pakar di bidangnya serta studi literatur bahan pustaka tentang pemanfaatan lahan bekas tambang untuk pariwisata pada berbagai daerah di Indonesia dan di berbagai negara. AHP merupakan suatu analisis yang digunakan dalam pengambilan keputusan dengan pendekatan sistem, dimana analisis ini dapat digunakan untuk memahami suatu sistem dan membantu dalam melakukan prediksi dan pengambilan keputusan. AHP adalah teori pengukuran melalui perbandingan berpasangan dan bergantung pada penilaian para ahli untuk menurunkan skala prioritas (Saaty 1993). Menurut Marimin (2008), prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, strategik dan dinamik menjadi bagianbagiannya serta menata dalam suatu hirarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberikan nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel yang lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tertinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut. Dalam menentukan jenis wisata yang dapat dikembangkan pada areal bekas tambang di Kabupaten Bangka, maka perlu diketahui persepsi stakeholders terhadap jenis wisata tersebut. Menurut Saaty (1980), langkah-langkah yang dilakukan dalam metode AHP sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi atau menetapkan masalah-masalah yang muncul 2. Menetapkan tujuan, kriteria dan hasil yang ingin dicapai 3. Mengidentifikasi kriteria-kriteria yang mempunyai pengaruh terhadap masalah yang ditetapkan 4. Menetapkan struktur hirarki 5. Menentukan hubungan antara masalah dengan tujuan, hasil yang diharapkan, pelaku/obyek yang berkaitan dengan masalah, dan nilai masing-masing faktor 6. Membandingkan alternatif-alternatif (comparative judgement) 7. Menentukan faktor-faktor yang menjadi prioritas 8. Menentukan urutan alternatif-alternatif dengan memperhatikan logical consistency. Menurut Marimin (2008), beberapa prinsip dasar kerja AHP dapat dijabarkan sebagai berikut :
18
1. Penyusunan Hirarki Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya, dan setiap unsur kemudian diuraikan menjadi beberapa kriteria dari unsur yang bersangkutan untuk selanjutnya disusun menjadi struktur hirarki. 2. Penilaian Kriteria Kriteria dinilai melalui perbandingan berpasangan. Dalam menentukan tingkat kepentingan (bobot) dari elemen keputusan, penilaian pendapat (judgement) dilakukan dengan menggunakan fungsi berpikir dan dikombinasi dengan intuisi, perasaan, penginderaan dan pengetahuan. Penilaian pendapat ini dilakukan dengan perbandingan berpasangan yaitu membandingkan setiap elemen dengan elemen lainnya pada setiap tingkatan hirarki secara berpasangan sehingga akhirnya dapat diketahui tingkat kepentingan elemen dalam pendapat yang bersifat kualitatif. Untuk mengkuantifikasi pendapat tersebut, digunakan skala penilaian sehingga diperoleh nilai pendapat dalam bentuk angka (kuantitatif). Hasil penilaian disajikan dalam bentuk matriks pairwise comparison. Menurut Saaty (1980), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Skala dasar ranking Analytical Hierarchy Process (AHP) Nilai 1 3 5 7 9 2,4,6,8
Penjelasan Kedua elemen sama pentingnya Elemen yang satu sedikit lebih penting dari elemen yang lain Elemen yang satu lebih penting dari elemen yang lain Elemen yang satu jelas lebih penting dari elemen yang lain Elemen yang satu mutlak lebih penting dari elemen yang lain Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan
3. Penentuan Prioritas Berdasarkan matriks perbandingan berpasangan, kemudian dicari nilai eigen valuenya untuk mendapatkan prioritas lokal. Nilai-nilai perbandingan relatif tersebut kemudian diolah untuk mendapatkan peringkat relatif dari keseluruhan kriteria. Baik kriteria kualitatif maupun kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan sesuai dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik. 4. Konsistensi logis Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan kriteria yang logis. Jika penilaian tidak konsisten, maka proses harus diulang untuk memperoleh penilaian yang lebih tepat. Dalam penelitian ini, teknik AHP digunakan untuk mengetahui persepsi stakeholders terhadap jenis wisata yang dapat dikembangkan pada areal bekas tambang timah di Kabupaten Bangka. Berbagai jenis wisata merupakan hasil penggalian informasi melalui kuesioner pendahuluan yang diperkuat dengan berbagai referensi tertulis mengenai jenis wisata yang dapat dikembangkan pada areal bekas tambang. Kuesioner kedua memuat berbagai alternatif dan sub
19
alternatif jenis wisata yang ditawarkan ke responden untuk dibobotkan prioritasnya. Analisis Rumusan Arahan dan Strategi Pengembangan Kawasan Perumusan arahan pengembangan kawasan pariwisata dilakukan dengan asumsi berdasarkan pola ruang RTRWK dan hirarki wilayah areal bekas tambang timah sehingga didapatkan peta prioritas pengembangan kawasan pariwisata yang meliputi areal bekas tambang timah. Analisis ini dilakukan dengan cara mengoverlay-kan antara peta areal bekas tambang dengan peta pola ruang RTRW Kab. Bangka. Pola ruang RTRW berdasarkan pada pola penggunaan lahan pada kawasan budidaya sesuai dengan peruntukannya yang meliputi kawasan peruntukan pertambangan dan non pertambangan (permukiman, perkebunan, pertanian, wisata, hutan produksi, hutan rakyat, dan industri). Perumusan strategi pengembangan kawasan wisata dengan memanfaatkan potensi lahan bekas tambang timah di Kabupaten Bangka dilakukan dengan A’WOT yaitu kombinasi antara Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan analisis Strength, Weakness, Opportunities, Threats (SWOT) berdasarkan hasil wawancara terhadap pakar di bidangnya dan isian kuesioner terhadap responden. Analisis A’WOT dilakukan untuk mendapatkan rumusan arahan pemanfaatan lahan bekas tambang timah untuk kawasan wisata yang dapat dijadikan sebagai masukan dalam menentukan kebijakan pola pemanfaatan ruang di Kabupaten Bangka terkait peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan. Saaty (1993) menerangkan bahwa proses AHP pada dasarnya didesain untuk menangkap secara rasional persepsi orang yang berhubungan sangat erat dengan permasalahan tertentu melalui suatu prosedur yang didesain untuk sampai pada suatu skala preferensi di antara berbagai set alternatif. Tujuan penggunaan AHP adalah untuk mengurangi subjektivitas dalam pembobotan masing-masing faktor dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (Riyadi 2012). Analisis SWOT digunakan untuk melakukan identifikasi berbagai faktor secara sistematis dalam membuat rumusan rencana dan strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu dalam kerangka pembangunan berkelanjutan. Menurut Rangkuti (2009), analisis SWOT adalah indikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan mengembangkan misi, tujuan dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) sebagai analisis situasi alam kondisi yang ada saat ini. Analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (SWOT) adalah metode yang umum digunakan melalui pendekatan sistematis dalam mendukung situasi keputusan, namun metode SWOT masih memiliki beberapa titik kelemahan. SWOT tidak bisa menilai situasi pengambilan keputusan yang strategis komprehensif dan SWOT tidak menyediakan sarana analitis menentukan pentingnya faktor-faktor atau untuk menilai alternatif keputusan sesuai dengan faktor-faktor. Namun bila SWOT digunakan dengan benar akan bisa memberikan dasar yang baik dalam perumusan strategi (Rudita 2012).
20
Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan sehingga dari analisis tersebut dapat diambil suatu keputusan strategi. Matriks SWOT disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Matriks SWOT Faktor Internal Faktor Eksternal Opportunities (O) Tentukan 1-5 faktorfaktor peluang eksternal Threats (T) Tentukan 1-5 faktorfaktor ancaman eksternal
Strength (S) Tentukan 1-5 faktor-faktor kekuatan internal Strategi (SO) Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi (ST) Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Weakness (W) Tentukan 1-5 faktor-faktor kelemahan internal Strategi (WO) Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Strategi (WT) Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk mengatasi ancaman
Analisis ini menghasilkan empat set kemungkinan alternatif dari suatu strategi, yaitu : - Strategi SO : Strategi yang dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang yang sebesar besarnya - Strategi ST : Strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi anaman yang mungkin timbul - Strategi WO : Strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada - Strategi WT : Strategi ini didasari pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman Menurut Leskinen et al. (2006), A’WOT merupakan metode yang menunjukkan bagaimana analisis AHP dan SWOT dapat digunakan dalam proses penentuan suatu strategi. Kajanus et al. (2004) menyebutkan bahwa A’WOT merupakan metode hibrid yang menggabungkan metode SWOT dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Metode ini diterapkan untuk menutupi beberapa kelemahan yang dimiliki SWOT. Menurut Osuna dan Aranda (2007), AHP dalam A’WOT digunakan untuk menentukan pembobotan dalam analisis SWOT. Tujuannya adalah untuk mengurangi subyektivitas penilaian terhadap fakor-faktor internal dan eksternal, baik menyangkut kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (SWOT) dalam pengambilan suatu keputusan strategi. Menurut Kurttila et al. (2000) dan Kangas et al. (2001), analisis A’WOT dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu : a. Analisis SWOT. Faktor yang relevan dari eksternal dan internal lingkungan diidentifikasi dan dimasukkan dalam Analisis SWOT. b. Melakukan perbandingan berpasangan antara faktor-faktor SWOT secara terpisah dalam masing-masing kelompok SWOT. Ketika membuat perbandingan, isu yang dipertaruhkan adalah mana dari dua faktor
21
dibandingkan lebih penting dan seberapa jauh lebih penting. Dengan perbandingan ini sebagai masukan, prioritas saling faktor dihitung. c. Menentukan tingkat kepentingan kelompok SWOT. Faktor dengan prioritas tertinggi dapat dipilih dari masing-masing kelompok, dan empat faktor ini kemudian dibandingkan berpasangan dan prioritas relatif dihitung berdasarkan perbandingan. Setelah itu, faktor lainnya adalah skala relatif terhadap nilai-nilai prioritas tersebut masing-masing kelompok. Selain itu, secara langsung dengan membandingkan pentingnya seluruh kelompok. d. Hasil akhir digunakan dalam proses evaluasi dan merumuskan strategi. Secara garis besar, A’WOT dilakukan melalui beberapa tahap yang diawali dengan pengumpulan data melalui survey dan wawancara (kuesioner pertama). Data yang didapat dikerucutkan dari semua jawaban responden, baik itu data internal (kekuatan dan kelemahan) maupun data eksternal (peluang dan ancaman). Data internal dan eksternal yang didapat dijadikan bahan untuk kuesioner kedua untuk mendapatkan bobot grup SWOT dan masing-masing faktor SWOT, dimana bobot didapat dari proses AHP yang dimulai dengan pembuatan struktur hirarki dan membandingkan berpasangan antara grup SWOT dan masing-masing faktor SWOT. Tahap akhir yang dilakukan adalah pengambilan keputusan dengan analisis menggunakan matriks SWOT. Struktur hirarki AHP-SWOT menurut Gorener et al. (2012) disajikan pada Gambar 3. GOAL SWOT Grup
SWOT Factors
Strengths (S)
S1.......... S2.......... .......... Sn..........
Weaknesses (W)
W1.......... W2.......... .......... Wn..........
Opportunities (O)
O1.......... O2.......... .......... On..........
SWOT Matrix Gambar 3 Struktur hirarki A’WOT
Threats (T)
T1.......... T2.......... .......... Tn..........
22
4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Fisik Geografis dan Administrasi Kabupaten Bangka merupakan salah satu kabupaten dari tujuh kabupaten/kota yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Secara geografis Kabupaten Bangka terletak pada posisi 1˚29’43”-2˚20’21” Lintang Selatan dan 105˚41’53-106˚11’34” Bujur Timur dengan luas wilayah 3.020,69 km2 atau 302.069 ha, dengan rincian luas wilayah per kecamatan pada Tabel 4. Batas wilayah Kabupaten Bangka (Gambar 4) adalah : - sebelah utara berbatasan dengan Laut Natuna; - sebelah timur berbatasan dengan Laut Natuna; - sebelah selatan berbatasan dengan Kota Pangkalpinang, dan Kabupaten Bangka Tengah; - sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bangka Barat, Teluk Kelabat, dan Selat Bangka Tabel 4 Luas wilayah menurut kecamatan di Kabupaten Bangka Kecamatan Sungailiat Belinyu Merawang Mendo Barat Pemali Puding Besar Bakam Riau Silip Jumlah
Luas Wilayah (Km2) 146,63 514,60 215,26 683,67 140,06 271,32 425,04 624,11 3.020,69
Persentase (%) 4.85 17.04 7.13 22.63 4.64 8.98 14.07 20.66 100
Secara administratif, Kabupaten Bangka terdiri dari 8 kecamatan, 9 kelurahan, 62 desa definitif, 245 dusun, 47 lingkungan, dan 886 RT seperti ditunjukkan dalam Tabel 5. Tabel 5 Jumlah kelurahan, desa, dusun, lingkungan dan Rumah Tangga di Kabupaten Bangka Kecamatan Kelurahan Sungailiat 6 Belinyu 3 Merawang 0 Mendo Barat 0 Pemali 0 Puding Besar 0 Bakam 0 Riau Silip 0 Jumlah 9 Sumber: BPS Bangka (2013)
Desa 1 5 10 15 6 7 9 9 62
Dusun 3 18 42 80 21 23 28 30 245
Lingkungan 31 16 0 0 0 0 0 0 47
RT 206 150 44 146 100 70 72 98 886
Geologi dan Jenis Tanah Kabupaten Bangka termasuk wilayah dengan batuan induk yang berasal dari alluvium. Tanah di daerah Kabupaten Bangka mempunyai pH < 5, di dalamnya
23
mengandung mineral biji timah dan bahan galian lainnya seperti pasir kwarsa, kaolin, batu gunung dan lain-lain. Jenis tanah di Kabupaten Bangka didominasi jenis tanah podsolik diikuti jenis tanah lainnya seperti kambisol, aluvial, gleisol, regosol dan organosol. Tanah podsolik merupakan tanah yang terdiri dari batuan yang banyak mengandung kuarsa dan miskin unsur hara sehingga kurang subur untuk tanaman pertanian.
Gambar 4 Wilayah administrasi Kabupaten Bangka Iklim Kabupaten Bangka beriklim Tropis Type A dengan variasi curah hujan antara 4 hingga 466.2 mm tiap bulan untuk tahun 2012 dengan curah hujan
24
terendah pada bulan Agustus dan curah hujan tertinggi pada bulan Februari. Suhu rata-rata daerah Kabupaten Bangka berdasarkan data dari Stasiun Meteorologi Pangkalpinang menunjukan variasi antara 26,10 hingga 28C, sedangkan kelembaban udara rata-rata bervariasi antara 74 hingga 87 persen. Sementara intensitas penyinaran matahari rata-rata rata-rata bervariasi antara 27.6 hingga 82.3 persen dan tekanan udara rata-rata antara 1009,3 hingga 1011,5 mb. Perkembangan keadaan iklim dalam kurun waktu empat tahun (2009-2012) dan tahun 2012 ditampilkan pada Tabel 6, 7 dan 8. Tabel 6 Keadaan iklim rata-rata di Kabupaten Bangka tahun 2009-2012 Keadaan Iklim 2009 27,3 Suhu (C) Kelembaban Udara (%) 77,1 Curah Hujan (mm/th) 155,43 Hari Hujan (hari) 17 Tekanan Udara (mb) 1009.6 Sumber : BPS Kab. Bangka (2013)
Tahun 2010 26,9 82,8 287,03 22 1009.4
2011 26,9 81,5 241,6 18 1009.2
2012 27,1 82 168,1 16 1010.0
Tabel 7 Kelembaban udara dan tekanan udara Kabupaten Bangka tahun 2012 Bulan
Kelembaban udara (%) Rata-rata Min Max Januari 84 48 98 Pebruari 88 54 98 Maret 85 48 98 April 87 40 98 Mei 82 46 98 Juni 79 47 98 Juli 80 44 97 Agustus 74 45 94 September 75 43 98 Oktober 79 40 98 Nopember 85 51 98 Desember 87 58 98 Rata-rata 82 47 98 Sumber : Stasiun Meteorologi Pangkalpinang (2012)
Tekanan udara rata-rata (mb) 1009,5 1009,5 1009,6 1010,4 1009,5 1010,2 1010,3 1011,3 1011,5 1010,7 1010,1 1009,3 1010,0
Tabel 8 Jumlah curah hujan, hari hujan dan suhu udara di Kabupaten Bangka Bulan
Curah hujan Jumlah (mm) Hari hujan (hari) Januari 185,6 17 Pebruari 466,2 21 Maret 258,3 20 April 126,9 21 Mei 144,1 15 Juni 165,0 12 Juli 192,7 16 Agustus 4,0 4 September 13,5 4 Oktober 46,1 13 Nopember 215,6 23 Desember 199,5 29 Rata-rata 168,1 16 Sumber : Stasiun Meteorologi Pangkalpinang (2012)
Rata-rata 26,5 26,1 26,4 27,0 27,6 27,7 26,9 27,6 28,0 27,8 26,8 26,2 27,1
Suhu udara (°C) Min. 23,6 23,5 23,3 24,1 24,5 24,4 24,1 24,2 24,3 24,4 24,1 23,9 24
Max. 30,5 30,1 30,4 31,5 31,8 31,5 30,9 31,5 32,6 32,3 31,1 30,3 30,6
25
Hidrologi Pada umumnya sungai-sungai di wilayah Kabupaten Bangka berhulu di daerah perbukitan dan pegunungan yang berada di bagian tengah Pulau Bangka dan bermuara di pantai laut. Sungai-sungai yang terdapat di Kabupaten Bangka antara lain adalah: Sungai Baturusa dan Sungai Layang. Sungai-sungai tersebut berfungsi sebagai sarana transportasi dan belum bermanfaat untuk pertanian dan perikanan karena para nelayan lebih cenderung mencari ikan ke laut. Pada dasarnya di daerah Kabupaten Bangka tidak ada danau alam, hanya ada bekas penambangan bijih timah yang luas dan hingga menjadikannya seperti danau buatan yang disebut kolong. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di Kabupaten Bangka (Tabel 9) didominasi oleh tegalan/ladang sebesar 69,71% yang meliputi tanah terbuka bekas tambang timah dan kebun lada yang telah ditinggalkan. Lahan perkebunan terdiri dari perkebunan karet, lada, dan kelapa sawit, baik yang dimiliki oleh masyarakat sekitar maupun oleh perusahan. Lahan perkebunan yang paling luas terdapat di Kecamatan Bakam, hal ini dikarenakan banyak perkebunan skala besar yang dimiliki oleh perusahan perkebunan. Hutan di Kabupaten Bangka banyak terdapat di Kecamatan Belinyu dan Riau Silip dimana terdapat hutan lindung yang merupakan daerah perbukitan yaitu Gunung Maras. Penggunaan lahan lainnya sebesar 5,27% berupa semak belukar dan rawa-rawa banyak terdapat di Kecamatan Mendo Barat. Tabel 9 Rincian penggunaan lahan di Kabupaten Bangka Kecamatan Sungailiat Belinyu Merawang Mendo Barat Pemali Puding Besar Bakam Riau Silip Jumlah Persentase (%)
Hutan 76,74 8.569,84 1.767,72 8.682,68 0 1.423,02 1.243,33 8.419,66 30.182,99 9,99
Penggunaan Lahan (ha) Tegalan/ Permukiman Perkebunan Ladang 3.872,23 4.664,87 5.993,72 39.542,23 2.251,03 992,78 1.5475,89 942,69 2.713,65 50.773,89 1.687,55 18,07 10.330,41 1.567,52 1.874,83 16.550,31 697,11 4.185,83 25.770,70 457,16 14.563,89 48.244,54 2.204,55 585,55 210.560,20 14.472,48 30.928,32 69,71 4,79 10,24
Lainnya 55,44 104,12 626,05 7.204,81 233,24 4.275,73 468,92 2.956,7 15.925,01 5,27
Jumlah 14.663 51.460 21.526 68.367 14.006 27.132 42.504 62.411 302.069 100
Sosial dan Budaya Demografi Jumlah penduduk di Kabupaten Bangka pada tahun 2012 sebanyak 314.686 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 104 jiwa/km2 (Tabel 10). Jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari penduduk perempuan yakni penduduk lakilaki sebanyak 163.219 jiwa atau sekitar 51,9 persen dari seluruh penduduk, sedangkan penduduk perempuan sebanyak 151.467 jiwa atau 48,1 persen dari seluruh penduduk di Kabupaten Bangka.
26
Budaya Kabupaten Bangka terdiri dari beragam jenis suku dan etnis, masyarakatnya bersifat heterogen, suku bangsa yang terdapat di kabupaten ini diantaranya adalah Bugis, Madura, Buton, China, Jawa, Bali dan suku dari daratan Sumatera. Etnis Cina menjadi mayoritas di Kabupaten Bangka ini dengan populasi mendekati angka 40 % dari total jumlah penduduk di Kabupaten Bangka. Semangat dan kegiatan gotong royong masih terpelihara dan berkembang dengan baik disini dengan semboyan “Sepintu Sedulang” yang bermakna segi sosial masyarakat Bangka didasari oleh semangat gotong royong. Tabel 10 Kondisi kependudukan per kecamatan di Kabupaten Bangka tahun 2012 Kecamatan
Jumlah
Laki-laki
Sungailiat 101.132 52.097 Belinyu 16.652 8.818 Merawang 28.406 14.741 Mendo Barat 29.157 15.130 Pemali 18.808 9.897 Puding Besar 48.142 25.255 Bakam 47.198 24.158 Riau Silip 25.191 13.123 Jumlah 314.686 163.219 Sumber : BPS Kab. Bangka (2013)
Perempuan 49.035 7.834 13.665 14.027 8.911 22.887 23.040 12.068 151.467
Kepadatan / Km2 688 39 203 136 69 70 92 40 104
Pertumbuhan (2000-2010) 3,50 2,78 2,57 2,93 4,01 2,13 2,95 3,09
Perekonomian Kondisi perekonomian di Kabupaten Bangka sangat dipengaruhi oleh aktivitas pertambangan timah. Tabel 11 menunjukkan bahwa selisih nilai PDRB dengan timah dan nilai PDRB tanpa timah berkisar di antara 17 – 35%. Menurut lapangan usaha, nilai PDRB atas dasar harga konstan yang tertinggi adalah di bidang pertanian, yang diikuti oleh bidang perdagangan, hotel dan restoran, dimana di Kab. Bangka telah berkembang usaha bidang perdagangan dan pariwisata. Pada nilai PDRB atas dasar harga berlaku (Tabel 12), kontribusi usaha di bidang pertambangan dan penggalian cukup tinggi setelah pertanian. Tabel 11 PDRB Kabupaten Bangka atas dasar harga konstan usaha (juta rupiah) Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Pertanian 545.275 546.201 572.403 604.975 623.243 656.570 Pertambangan & Penggalian 341.607 342.008 342.771 345.126 357.908 365.268 Industri Pengolahan 171.370 178.523 188.639 203.037 217.505 229.801 Listrik, Gas, & Air Bersih 11.324 11.595 12.657 14.177 15.940 17.607 Bangunan 120.797 138.874 151.873 165.081 180.668 200.494 Perdagangan, Hotel, & 360.077 404.201 410.606 423.180 471.182 502.373 Restoran Pengangkutan & 56.321 61.076 61.684 64.875 68.873 73.500 Komunikasi Keuangan, Persewaan, & 51.057 54.412 58.153 61.635 67.175 73.194 Jasa Perusahaan Jasa-jasa 109.722 117.911 129.522 144.119 155.228 169.799 PDRB dengan Timah 1.767.552 1.854.801 1.928.308 2.026.204 2.157.723 2.288.606 PDRB tanpa Timah 1.436.809 1.525.733 1.602.616 1.700.383 1.820.966 1.952.562 Sumber : BPS Kab. Bangka (2013)
27
Tabel 12 PDRB Kabupaten Bangka atas dasar harga berlaku (juta rupiah) Lapangan Usaha 2007 2008 2009 Pertanian 779.471 857.084 951.705 Pertambangan & Penggalian 860.501 937.748 992.820 Industri Pengolahan 306.187 346.725 373.555 Listrik, Gas, & Air Bersih 25.451 26.482 29.610 Bangunan 258.373 356.030 403.814 Perdagangan, Hotel, & 618.050 758.612 801.062 Restoran Pengangkutan & Komunikasi 105.137 129.371 133.032 Keuangan, Persewaan, & Jasa 71.053 78.213 84.829 Perusahaan Jasa-jasa 278.076 357.978 426.557 PDRB dengan Timah 3.302.301 3.848.243 4.196.984 PDRB tanpa Timah 2.436.734 2.900.053 3.205.792 Sumber : BPS Kab. Bangka (2013)
2010 2011 2012 1.098.099 1.187.084 1.354.461 1.102.152 1.188.197 1.303.529 425.972 489.261 535.319 34.400 40.277 49.930 470.276 580.046 752.971 864.290 1.030.480 1.193.993 147.827 95.159
170.595 116.691
193.409 136.746
524.241 600.073 705.108 4.762.417 5.402.705 6.225.465 3.664.302 4.223.741 4.975.360
Kondisi Kepariwisataan Obyek wisata di Kab. Bangka (Tabel 13) terdiri atas wisata alam, wisata budaya, dan wisata buatan, yang sebagian besar tersebar di Kota Sungailiat. Umumnya obyek wisata alam pantai di Kab. Bangka memiliki pantai yang indah dengan panorama laut lepas dan berkontur landai dengan pasir putih yang halus dan susunan batu granit di sepanjang pantai. Beberapa wisata budaya dan sejarah yang sangat kental dipengaruhi oleh kebudayaan Tionghoa seperti Desa Wisata Hakka, Padepokan Barongsai, Phak Khak Liang, Pemandian Dewi Kwan Yin, Rumah Ibadah Cetya Dharma Abadi dan Benteng Kuto Panji. Dari beberapa obyek wisata tersebut, Phak Khak Liang dan Pemandian Air Panas Pemali merupakan obyek wisata buatan yang memanfaatkan bekas tambang timah yang telah lama ditinggalkan. Tabel 13 Nama obyek wisata di Kabupaten Bangka No Nama Obyek Wisata 1 Pantai Tj. Penyusuk 2 Pantai Romodong 3 Pantai Teluk Kelabat 4 Phak Khak Liang 5 Klenteng Belanda 6 Desa Wisata Hakka 7 Benteng Kuto Panji 8 Jembatan Air Layang 9 Gua Maria 10 Gunung Maras 11 Masyarakat Suku Mapur 12 Perkebunan Sawit Mabat 13 Desa Wisata Air Simpur 14 Rumah Ibadah Cetya Dharma Abadi 15 Wisata Alam Bebas (BIO) 16 Pantai Matras 17 Pemandian Air Panas Pemali 18 Pantai Parai 19 Pantai Batu Bedaun 20 Kuburan Belanda Sri Menanti 21 Tugu Taorop 1864 22 Hutan Wisata
Kecamatan No Nama Obyek Wisata Belinyu 23 Pantai Batavia Belinyu 24 Pantai Teluk Uber Belinyu 25 Pantai Tanjung Pesona Belinyu 26 Pantai Jati Pesona Belinyu 27 Padepokan Barong Sai Belinyu 28 Pemandian Dewi Kwan Yin Belinyu 29 Agro Wisata Kebun Rebo Belinyu 30 Pantai Asmara Belinyu 31 Pantai Tikus Riau Silip 32 Kebun Lada Tanjung Ratu Riau Silip 33 Pantai Rebo Bakam 34 Tarian Adat Bangka Pemali 35 Wisata Religi Bukit Fathin Pemali 36 Agrowisata Kebun Durian Riau Silip 37 Makam Depati Bahrin Sungailiat 38 Upacara Mandi Belimau Pemali 39 Pantai Air Anyir Sungailiat 40 Upacara Adat Rebo Kasan Sungailiat 41 Makam Pahlawan 12 Sungailiat 42 Kolam Pemancingan Sungailiat 43 Situs Kota Kapur Sungailiat 44 Pantai Rambak
Kecamatan Sungailiat Sungailiat Sungailiat Sungailiat Sungailiat Sungailiat Sungailiat Sungailiat Sungailiat Sungailiat Sungailiat Sungailiat Sungailiat Merawang Merawang Merawang Merawang Merawang Mendo Barat Mendo Barat Mendo Barat Sungailiat
28
Gambar 5 Obyek wisata Kabupaten Bangka Menurut data dari Dinas Pariwisata Kabupaten Bangka, wisatawan yang datang berkunjung pada tahun 2013 adalah sebanyak 62.425 orang wisatawan yang terdiri dari 178 orang wisatawan mancanegara dan 62.247 orang wisatawan nusantara. Rata-rata kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bangka per bulan adalah 15 orang wisatawan mancanegara dan 5.298 orang wisatawan nusantara. Kunjungan wisatawan nusantara tertinggi sebanyak 6.675 orang pada bulan Juni yang bertepatan dengan waktu liburan sekolah. Umumnya, wisatawan nusantara mengunjungi obyek wisata pantai yang tersebar di sebelah timur Pulau Bangka dan dilakukan pada hari Sabtu, Minggu dan hari libur nasional.
29
Tabel 14 Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara yang menginap di hotel/penginapan di Kabupaten Bangka tahun 2013 Bulan Wisatawan Mancanegara Wisatawan Nusantara Januari 10 5.395 Pebruari 6 5.195 Maret 23 5.324 April 32 5.323 Mei 11 5.869 Juni 12 6.675 Juli 8 4.347 Agustus 7 5.979 September 4 4.302 Oktober 22 4.651 Nopember 32 4.816 Desember 11 5.700 Jumlah 178 62.247 Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bangka (2013)
Tabel 15 Jumlah hotel/akomodasi menginap di Kabupaten Bangka tahun 2013 Hotel melati dengan kamar Hotel Berbintang <10 10-24 >25 Sungailiat 4 1 6 1 Belinyu 1 2 2 1 Merawang 1 Mendo Barat 1 Pemali Puding Besar Bakam Riau Silip Jumlah 5 3 9 3 Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Bangka (2013) Kecamatan
Jumlah 12 6 1 1 0 0 0 0 20
Kabupaten Bangka memiliki fasilitas akomodasi yang dapat mendukung kegiatan pariwisata, yaitu hotel berbintang dan hotel melati. Jumlah fasilitas akomodasi tersebut sebanyak 20 buah yang terdiri dari hotel berbintang 5 buah yang terdapat di Kecamatan Sungailiat dan Kecamatan Belinyu dan hotel dengan klasifikasi melati sebanyak 15 buah yang tersebar di Kec. Sungailiat, Kec. Belinyu, Kec. Merawang, dan Kec. Mendo Barat. Tabel 16 Jumlah hotel/losmen, jumlah kamar dan tempat tidur di Kabupaten Bangka tahun 2013 Kecamatan Hotel/Losmen Sungailiat 12 Belinyu 6 Merawang 1 Mendo Barat 1 Pemali Puding Besar Bakam Riau Silip Jumlah 2013 20 2012 20 2011 22 Sumber : BPS Kab. Bangka (2013)
Kamar 384 78 15 40 517 474 469
Tempat Tidur 562 101 15 80 758 720 682
30
Kondisi Pertambangan Sebagian besar wilayah izin usaha penambangan timah terdapat di Kecamatan Belinyu dan Kecamatan Riau Silip dan sebagian terdapat di Kecamatan Sungailiat, Kecamatan Merawang, dan Kecamatan Mendo Barat.
Gambar 6 Wilayah izin usaha pertambangan Kabupaten Bangka tahun 2010 Tabel 17 Luas kolong bekas tambang timah di Kabupaten Bangka Kecamatan Belinyu Merawang Pemali Sungailiat Total
Luas (ha) 23,67 55,03 218,93 16,21 587,79
31
Kondisi Sarana dan Prasarana Jaringan Jalan Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat vital dan strategis untuk memperlancar aksesibilitas dan kegiatan perekonomian. Meningkatnya pembangunan antar wilayah menuntut pula peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilisasi penduduk dan memperlancar arus lalu lintas barang dan jasa dari satu wilayah ke wilayah lainnya.
Gambar 7 Jaringan jalan Kabupaten Bangka
32
Tabel 18 Kondisi jalan Kabupaten Bangka Kecamatan
Baik
%
Sedang
Sungailiat 79,56 39,52 77,91 Belinyu 38,96 31,05 29,53 Riau Silip 12,19 11,89 11,97 Merawang 11,48 16,73 33,15 Mendo Barat 20,45 22,56 9,03 Pemali 23,38 28,35 30,68 Puding Besar 4,43 32,32 5,00 Bakam 10,12 20,37 9,52 Total 200,58 206,78 Sumber : DPU Kab. Bangka (2013)
Kondisi Jalan (km) Sedang % % Rusak Rusak 38,69 13,53 6,72 20,20 23,53 25,19 20,07 1,00 11,67 15,72 15,33 42,84 48,31 15,13 22,05 2,73 9,96 37,16 40,99 19,69 37,18 18,07 21,90 7,17 36,48 2,40 17,51 1,88 19,17 27,68 55,72 2,35 154,87 97,85
% 10,03 0,80 41,77 3,97 21,72 8,69 13,69 4,73
Total Rusak % Berat 10,14 5,03 201,34 30,80 24,55 125,47 19,84 19,34 102,56 6,13 8,93 68,62 4,33 4,77 90,65 3,20 3,88 82,49 - 13,71 - 49,67 74,43 734,50
Jalur Transportasi Pulau Bangka terletak pada posisi strategis yaitu merupakan jalur lintas pelayaran internasional Selat Malaka (Indonesia – Singapura – Malaysia). Aksesibilitas menuju ke Pulau Bangka dapat ditempuh melalui jalur laut dan udara. Jalur laut ditempuh melalui pelabuhan Tanjung Gudang di Kec. Belinyu, pelabuhan Pangkalbalam di Kota Pangkalpinang, pelabuhan Tanjung Kalian di Kec. Muntok, Kab. Bangka Barat, dan pelabuhan Sadai di Kec. Toboali, Kab. Bangka Selatan. Jalur udara dapat ditempuh melalui Bandara Depati Amir di Kota Pangkalpinang sekitar 40 km dari Sungailiat, ibukota Kab. Bangka.
Gambar 8 Jalur transportasi dari dan ke Kabupaten Bangka
33
5 HASIL DAN PEMBAHASAN Areal Bekas Tambang Timah di Kabupaten Bangka Hasil interpretasi visual didapatkan luasan dan sebaran areal bekas tambang timah. Luas areal bekas tambang timah di Kabupaten Bangka adalah 18.017 ha (5,96%) yang tersebar di enam kecamatan dan 30 desa/kelurahan, yaitu Belinyu (8.509 ha), Riau Silip (5.879 ha), Sungailiat (1.023 ha), Pemali (1.707 ha), Merawang (531 ha) dan Bakam (368 ha). Sebaran areal bekas tambang timah terdapat di sepanjang utara ke arah timur Pulau Bangka mengingat pada wilayah tersebut merupakan “sabuk timah” (tin belt) Asia Tenggara dari daratan negara Thailand, Malaysia, Kepulauan Riau sampai ke Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Sabuk timah Asia Tenggara dapat dilihat pada Gambar 9. Secara umum, areal bekas tambang ini luasnya kecil namun menyatu antara satu dengan lainnya. Sebagian lokasinya saling berdekatan dan pada beberapa tempat menyatu setelah hujan sehingga membentuk kolong besar menyerupai danau. Bekas galian tambang timah juga menghasilkan hamparan pasir, tailing, overburden. Bentuk hamparan pasir, kolong, dan lubang bekas tambang dapat dilihat pada Gambar 10. Sebaran dan luas areal bekas tambang timah dapat dilihat pada Gambar 11 dan Tabel 19.
Gambar 9 Sabuk timah Asia Tenggara
34
Tabel 19 Luas areal bekas tambang timah di Kabupaten Bangka Kecamatan Desa Belinyu Air Jukung Bukit Ketok Gunung Muda Gunung Pelawan Kuto Panji Bintet Lumut Riding Panjang Jumlah Sungailiat Kenanga Kuday Parit Padang Rebo Sinar Baru Srimenanti Jumlah Merawang Jurung Kimak Merawang Jumlah
Luas (ha) 12,91 2.490,38 2.089,58 136,80 949,56 604,24 213,51 2010,77 8.507,74 555,83 101,55 96,84 60,72 183,79 24,39 1.023,13 326,06 89,54 115,84 531,44
Kecamatan Riau Silip
Jumlah Pemali
Jumlah Bakam
Desa Cit Pangkal Niur Deniang Mapur Pugul Riau Silip
Luas (ha) 1.216,76 28,83 1.549,72 929,26 340,96 662,87 1.150,58
Air Duren Air Ruai Penyamun Karya Makmur Pemali
5.878,98 6,16 529,54 954,84 34,00 182,88
Bukit Layang
1.707,41 368,06
Jumlah
Gambar 10 Hamparan pasir, kolong dan lubang bekas tambang
368,06
35
Gambar 11 Areal bekas tambang timah aktual tahun 2014 Menurut Elfida (2007), tambang timah rakyat berada pada lokasi yang dekat dengan pemukiman padat penduduk dan fasilitas penting bagi masyarakat. Keberadaan lokasi tambang di wilayah ini mempengaruhi kondisi lingkungan di sekitarnya terutama terhadap menurunnya kualitas lingkungan dengan munculnya lahan terbuka akibat aktivitas tambang. Lahan terbuka seperti ini selain mengurangi kemampuan serapan air oleh tanah, meningkatkan suhu udara juga menyebabkan pemandangan yang kurang menarik di sekitar pemukiman. Aktivitas tambang timah rakyat juga telah menyebabkan kerusakan fasilitas umum diantaranya bumi perkemahan pramuka di Kelurahan Kenanga Kecamatan Sungailiat telah beralih menjadi lahan terbuka pasca penambangan. Jarak tambang
36
relatif dekat terhadap pusat kecamatan terdapat di antara kecamatan Pemali dan Sungailiat maupun antara Belinyu dan Riau Silip karena selain tambang berada di antara pusat kecamatan juga jarak antara pusat kecamatan tersebut relatif berdekatan. Lokasi tambang yang berada pada wilayah yang berdekatan dengan pusat-pusat kecamatan tersebut mengganggu aktivitas masyarakat di wilayah sekitarnya. Keberadaan tambang timah rakyat pada jarak 5–10 km tidak secara langsung mengganggu aktivitas masyarakat, karena lokasi tersebut relatif jauh terhadap pemukiman penduduk dan fasilitas umum dari pusat kecamatan. Keberadaan tambang masih pada lingkungan perkebunan masyarakat sehingga memungkinkan terjadi pengrusakan kebun akibat kegiatan pertambangan rakyat. Berdasarkan hasil analisis SIG (overlay) antara peta areal bekas tambang timah eksisting dengan peta pola ruang RTRWK, diketahui bahwa areal bekas tambang berada pada kawasan lindung seluas 538 ha (2,99%) dan kawasan budidaya seluas 17.479 ha (97,01%). Penggunaan lahan pada areal bekas tambang timah dalam kawasan budidaya terdiri atas hutan produksi (7.063 ha), permukiman (755 ha), pertambangan (6.803 ha), industri (2 ha), perkebunan (985 ha), pertanian (137 ha), wisata (2 ha), perkebunan rakyat (1.438 ha) dan hutan rakyat (295 ha). Luas areal bekas tambang dalam kawasan lindung dapat dilihat pada Tabel 20. Penggunaan lahan pola ruang RTRW pada areal bekas tambang tersebut dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam merumuskan arahan prioritas wilayah pengembangan kawasan wisata. Tabel 20 Luas areal bekas tambang dalam kawasan lindung Kecamatan Belinyu
Desa Air Jukung Bukit Ketok Bintet
Riau Silip
Deniang Pugul Silip
Sungailiat
Kenanga Rebo
Pemali
Air Ruai Pemali
Merawang Bakam Total
Merawang Bukit Layang
Luas (ha) 0,32 264,75 6,77 271,83 43,37 2,98 95,11 141,47 46,45 10,83 57,28 19,20 1,01 20,21 0,40 17,41 490,78
Areal bekas tambang yang tersebar di Kab. Bangka yang berada pada kawasan lindung dapat diketahui dengan cara meng-overlay-kan peta sebaran bekas tambang dengan peta pola ruang RTRWK. Luas areal tersebut sebesar 490,78 ha yang tersebar di 12 desa dengan luasan tertinggi berada di desa Bukit Ketok. Hal ini menjadi dasar bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka untuk dapat mereklamasi areal tersebut menjadi peruntukan semula yaitu hutan lindung, dan tidak dapat dijadikan sebagai kawasan pengembangan pariwisata. Hasil overlay antara peta areal tambang dengan peta Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) Kabupaten Bangka, didapatkan luasan areal bekas
37
tambang di luar WIUP adalah sebesar 5.525 ha. Areal bekas tambang di luar kawasan lindung dan di luar WIUP dapat dilihat pada Gambar 12 dan Gambar 13.
Gambar 12 Areal bekas tambang timah dalam Kawasan Lindung
38
Gambar 13 Areal bekas tambang di luar WIUP Hirarki Wilayah Prioritas Pengembangan Kawasan Pariwisata Metode yang digunakan untuk mengukur hirarki wilayah prioritas pengembangan adalah Teknik Skalogram. Dengan metode ini dapat memetakan hirarki wilayah yang menjadi prioritas dalam pengembangan kawasan pariwisata pada areal bekas tambang. Variabel yang digunakan adalah variabel infrastruktur (jumlah fasilitas) dan variabel non infrastruktur seperti jarak suatu wilayah terhadap suatu fasilitas. Tingkat perkembangan desa dapat dilihat dari nilai Indeks Perkembangan Desa (IPD) untuk unit wilayah desa atau kelurahan tersebut. Analisis ini meliputi analisis terhadap perkembangan desa/kelurahan seKabupaten Bangka dan desa/kelurahan yang memiliki areal bekas tambang timah. Kedua hasil ini dilakukan untuk membandingkan posisi hirarki perkembangan desa/kelurahan. Data yang digunakan untuk analisis perkembangan wilayah desa di Kabupaten Bangka adalah data potensi desa Kabupaten Bangka Tahun 2011 dengan jumlah unit wilayah yang dianalisis adalah 69 desa/kelurahan dan 30 desa/kelurahan yang memiliki areal bekas tambang timah. Dari data podes tersebut dipilih jenis fasilitas yang meliputi fasilitas pendidikan, kesehatan, dan ekonomi serta data jarak mencapai fasilitas-fasilitas tersebut.
39
Analisis yang dilakukan terhadap data fasilitas dan jarak tahun 2011 diperoleh hasil rataan Indeks Perkembangan Desa (IPD) Kabupaten Bangka adalah 35,44 dengan nilai minimum 19,69 (Desa Tiang Tara) dan nilai maksimum 84,17 (Kelurahan Sungailiat). Wilayah hirarki 1 adalah wilayah yang memiliki nilai IPD > 47,70. Terdapat 8 desa/kelurahan yang merupakan Hirarki 1, yaitu Sungailiat, Parit Padang, Kenanga, Sinar Baru, Kuto Panji, Riau, Baturusa, dan Petaling. Wilayah-wilayah yang termasuk ke dalam wilayah Hirarki 1 memiliki kelengkapan jenis fasilitas dan jarak terhadap fasilitas-fasilitas pelayanan yang relatif tinggi dan menjadi pusat pelayanan bagi desa-desa yang ada di sekitarnya. Wilayah-wilayah yang memiliki kisaran IPD 35,44 – 47,70 termasuk ke dalam wilayah Hirarki 2 dimana wilayah-wilayah yang termasuk ke dalam wilayah Hirarki 2 memiliki kelengkapan jenis fasilitas dan jarak terhadap fasilitasfasilitas pelayanan yang cukup baik. Hirarki 2 meliputi 22 desa/kelurahan di Kabupaten Bangka. Wilayah-wilayah yang memiliki IPD < 35,44 termasuk ke dalam wilayah Hirarki 3 dimana wilayah-wilayah tersebut tidak memiliki jenis fasilitas yang lengkap dan jarak terhadap fasilitas yang relatif rendah, yang meliputi 39 desa. Hasil analisis hirarki perkembangan wilayah Kabupaten Bangka dapat dilihat pada Tabel 21 dan Gambar 14. Tabel 21 Hirarki perkembangan desa Kabupaten Bangka Nama Kecamatan Sungai Liat Sungai Liat Belinyu Sungai Liat Riau Silip Merawang Mendo Barat Sungai Liat Merawang Belinyu Pemali Merawang Pemali Merawang Bakam Pemali Puding Besar Riau Silip Puding Besar Sungai Liat Belinyu Riau Silip Belinyu Riau Silip Bakam Sungai Liat Puding Besar Merawang Pemali Mendo Barat
Nama Desa/Kelurahan Sungailiat Parit Padang Kuto Panji Kenanga Riau Baturusa Petaling Sinar Baru Riding Panjang Bintet Air Ruai Jada Bahrin Air Duren Dwi Makmur Maras Senang Pemali Saing Berbura Pudingbesar Kuday Bukit Ketok Deniang Gunung Pelawan Pangkal Niur Bakam Srimenanti Kotawaringin Merawang Karya Makmur Payabenua
IPD 84,17 69,61 65,45 58,92 57,65 55,21 53,54 50,41 47,03 46,74 45,71 42,77 42,27 41,80 41,02 39,89 39,81 39,51 38,87 38,84 38,62 38,44 38,37 37,98 37,92 37,73 36,77 36,50 36,17 35,94
Hirarki Hirarki 1 Hirarki 1 Hirarki 1 Hirarki 1 Hirarki 1 Hirarki 1 Hirarki 1 Hirarki 1 Hirarki 2 Hirarki 2 Hirarki 2 Hirarki 2 Hirarki 2 Hirarki 2 Hirarki 2 Hirarki 2 Hirarki 2 Hirarki 2 Hirarki 2 Hirarki 2 Hirarki 2 Hirarki 2 Hirarki 2 Hirarki 2 Hirarki 2 Hirarki 2 Hirarki 2 Hirarki 2 Hirarki 2 Hirarki 2
40
Tabel 21 (Lanjutan) Nama Kecamatan Bakam Riau Silip Merawang Mendo Barat Merawang Mendo Barat Puding Besar Puding Besar Bakam Riau Silip Merawang Mendo Barat Pemali Riau Silip Mendo Barat Puding Besar Bakam Belinyu Bakam Merawang Mendo Barat Belinyu Bakam Mendo Barat Riau Silip Mendo Barat Pemali Riau Silip Belinyu Sungai Liat Puding Besar Bakam Mendo Barat Mendo Barat Belinyu Merawang Mendo Barat Mendo Barat Bakam
Nama Desa/Kelurahan Bukitlayang Banyu Asin Balunijuk Labuh Air Pandan Kimak Menduk Kayu Besi Labu Mangka Silip Jurung Kemuja Sempan Cit Zed Tanah Bawah Kapuk Gunung Muda Neknang Air Anyir Rukam Lumut Dalil Air Buluh Pugul Airduren Penyamun Mapur Riding Panjang Rebo Nibung Mabat Penagan Cengkongabang Air Jukung Pagarawan Kace Kota Kapur Tiang Tara Maksimum Minimum Rataan Std Deviasi
IPD 34,94 34,82 34,35 33,11 33,07 32,51 31,19 30,87 29,91 29,77 29,83 29,72 29,66 29,32 28,88 28,68 28,53 28,44 28,00 28,00 27,60 27,54 27,45 26,94 26,86 25,95 25,68 25,63 25,55 24,24 24,19 23,51 22,04 21,72 21,36 21,08 20,98 20,16 19,69 84,17 19,69 35,44 12,26
Hirarki Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3
Hasil analisis skalogram terhadap wilayah yang memiliki areal bekas tambang timah di Kabupaten Bangka didapatkan hasil rataan IPD sebesar 32,45 dengan nilai maksimum 59,35 (Desa Riau) dan nilai minimum 16,96 (Desa Rebo). Wilayah yang termasuk dalam hirarki 1 adalah wilayah yang memiliki IPD > 43,70 sebanyak empat desa meliputi Desa Riau, Parit Padang, Kuto Panji dan Kenanga. Desa-desa yang termasuk dalam Hirarki 1 merupakan desa prioritas yang dapat dikembangkan menjadi kawasan pariwisata yang memanfaatkan areal bekas tambang timah. Hal ini dikarenakan desa dalam Hirarki 1 memiliki kelengkapan jenis fasilitas dan jarak terhadap fasilitas-fasilitas pelayanan yang relatif tinggi bila dibandingkan dengan desa dalam Hirarki 2 dan Hirarki 3.
41
Gambar 14 Hirarki wilayah Kabupaten Bangka Wilayah dalam hirarki 2 adalah wilayah yang memiliki IPD 32,45 - 43,70 terdiri dari 10 desa dan wilayah hirarki 3 sebanyak 16 desa yang memiliki IPD < 32,45. Hirarki wilayah yang memiliki areal bekas tambang timah dapat dijadikan sebagai dasar dalam pertimbangan merumuskan arahan prioritas pengembangan kawasan wisata tambang di Kabupaten Bangka. Hasil analisis hirarki perkembangan wilayah yang memiliki areal bekas tambang timah dapat dilihat pada Gambar 15 dan Tabel 22.
42
Gambar 15 Hirarki wilayah bekas tambang timah Berdasarkan hasil analisis skalogram terhadap desa/kelurahan di Kabupaten Bangka dan wilayah yang memiliki areal bekas tambang timah diketahui bahwa desa yang berada di Hirarki 1 pada wilayah yang memiliki areal bekas tambang timah berada pada hirarki 1 se-Kabupaten Bangka. Desa Sinar Baru yang berada pada Hirarki 1 se-Kabupaten Bangka menduduki Hirarki 2 pada wilayah yang memiliki areal bekas tambang timah sedangkan Desa Silip yang berada pada Hirarki 2 se-Kabupaten Bangka namun pada wilayah yang memiliki areal bekas tambang timah menduduki Hirarki 3.
43
Tabel 22 Hirarki perkembangan desa dengan areal bekas tambang timah Nama Kecamatan Riau Silip Sungai Liat Belinyu Sungai Liat Sungai Liat Belinyu Sungai Liat Pemali Pemali Belinyu Merawang Riau Silip Pemali Riau Silip Belinyu Riau Silip Sungai Liat Bakam Merawang Pemali Belinyu Riau Silip Merawang Riau Silip Riau Silip Pemali Belinyu Belinyu Belinyu Sungai Liat
Nama Desa Riau Parit Padang Kuto Panji Kenanga Sinar Baru Bintet Srimenanti Air Duren Air Ruai Gunung Pelawan Merawang Pangkal Niur Pemali Silip Bukit Ketok Deniang Kuday Bukitlayang Kimak Karya Makmur Gunung Muda Cit Jurung Pugul Mapur Penyamun Lumut Riding Panjang Air Jukung Rebo Maksimum Minimum Rataan Std Deviasi
IPD 59,35 57,80 53,97 47,66 41,94 40,40 37,13 36,97 36,83 35,43 35,27 34,10 32,84 32,72 32,18 31,55 29,30 28,37 28,14 28,06 25,86 24,91 23,59 22,61 21,02 20,64 20,52 19,74 17,65 16,96 59,35 16,96 32,45 11,25
Hirarki Hirarki 1 Hirarki 1 Hirarki 1 Hirarki 1 Hirarki 2 Hirarki 2 Hirarki 2 Hirarki 2 Hirarki 2 Hirarki 2 Hirarki 2 Hirarki 2 Hirarki 2 Hirarki 2 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3 Hirarki 3
Persepsi Stakeholder terhadap Jenis Wisata yang dapat Dikembangkan Analisis yang dilakukan dalam menentukan jenis wisata yang dapat dikembangkan pada areal bekas tambang timah adalah menggunakan AHP dengan memberikan bobot berdasarkan pada hasil wawancara dan pengisian kuesioner terhadap responden. Responden yang dipilih merupakan para ahli di bidang pariwisata, yaitu akademisi dari Pusat Pengembangan Pariwisata ITB dan Universitas Bangka Belitung (UBB) serta para pakar dari Pemerintah Kab. Bangka dan Pemerintah Prov. Kep. Bangka Belitung. Hasil identifikasi didapatkan beberapa jenis wisata yang dapat dikembangkan yaitu, wisata alam, wisata buatan, dan wisata budaya. Adapun jenis wisata alam yang dapat dikembangkan adalah : 1. Tempat pemancingan Kolong bekas tambang dapat dimanfaatkan sebagai kolam pemancingan 2. Rekreasi air Kolong dimanfaatkan sebagai danau buatan untuk kegiatan wisata sepeda air
44
3. Taman Flora dan Fauna Lahan terbuka di sekitar bekas tambang dijadikan sebagai taman bunga dan satwa 4. Geotrack/Hiking Pengunjung dapat menyusuri kawasan bekas tambang dengan kontur beragam 5. Agrowisata Di sekitar bekas tambang terdapat berbagai jenis tanaman perkebunan seperti tanaman buah-buahan Jenis wisata buatan yang dapat dikembangkan adalah : 1. Sirkuit Motorcross dan arena road race Arena ini dibangun dengan memanfaatkan hamparan pasir bekas penggalian 2. Breeding farm Peternakan bebek peking 3. Eduwisata Pengunjung dapat belajar tentang proses penambangan timah mulai dari penggalian sampai dengan proses produksi menjadi balok timah 4. Taman bermain anak Untuk mengakomodir kegiatan anak-anak dalam mengeksplorasi alam Jenis wisata budaya yang dapat dikembangkan adalah : 1. Museum tambang Sebagai sarana pembelajaran yang meliputi diorama suasana penambangan dan sejarah pertambangan timah di Pulau Bangka 2. Industri kerajinan Dapat dijadikan sebagai oleh-oleh wisatawan seperti: kerajinan tangan, kulit, anyaman, pewter, dan makanan 3. Upacara adat Upacara adat masyarakat dapat dilaksanakan di sekitar areal bekas tambang timah 4. Desa wisata Desa wisata di sekitar areal bekas tambang dapat menjadi satu kesatuan kawasan wisata Struktur hirarki dari Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam penelitian ini disajikan seperti pada Gambar 16.
Tujuan
Alternatif
Sub Alternatif
Jenis Wisata yang dapat Dikembangkan pada Areal Bekas Tambang Timah
Wisata Alam
1. Tempat pemancingan 2. Taman Flora dan Fauna 3. Rekreasi air 4. Geotrack/Hiking 5. Agrowisata
Wisata Buatan
1.Sirkuit Motorcross dan arena road race 2.Breeding farm 3.Eduwisata 4.Taman bermain anak
Wisata Budaya
1. Museum 2. Industri kerajinan 3. Upacara adat 4. Desa wisata
Gambar 16 Struktur hirarki AHP penentuan jenis wisata
45
Tabel 23 Hasil analisis pembobotan dan prioritas jenis wisata Jenis Wisata
Bobot
#
Faktor Jenis Wisata
1. Tempat Wisata Alam
Wisata Buatan
Wisata Budaya
0,4224
0,2763
0,3013
1
3
2
pemancingan 2. Taman Flora dan Fauna 3. Rekreasi air 4. Geotrack/Hiking 5. Agrowisata 1. Sirkuit Motorcross dan arena road race 2. Breeding farm 3. Eduwisata 4. Taman bermain anak 1. Museum 2. Industri kerajinan 3. Upacara adat 4. Desa wisata
Bobot Faktor dalam Jenis Wisata
Bobot Total
#
0,2251
0,0951
2
0,1743
0,0736
4
0,2959 0,1960 0,1088
0,1250 0,0828 0,0459
1 3 5
0,1665
0,0460
4
0,1677 0,3818
0,0463 0,1055
3 1
0,2840
0,0785
2
0,2530 0,2657 0,1218 0,3594
0,0762 0,0801 0,0367 0,1083
3 2 4 1
Ket. : # prioritas Tabel 23 menggambarkan hasil preferensi stakeholder terhadap jenis wisata yang dapat dikembangkan pada areal bekas tambang timah. Jenis wisata alam merupakan jenis wisata dengan pengaruh tingkat kepentingan yang tertinggi, yaitu dengan bobot 0,4224, selanjutnya jenis wisata budaya dengan bobot 0,3013 dan jenis wisata dengan bobot terendah adalah jenis wisata buatan. Dari urutan prioritas tersebut dapat dipahami bahwa stakeholder di Kabupaten Bangka lebih mementingkan jenis wisata alam untuk dikembangkan terlebih dahulu yang diikuti dengan jenis wisata budaya dan jenis wisata buatan sebagai pendukung dalam pengembangan areal bekas tambang timah sebagai kawasan pariwisata. Jenis wisata alam yang dapat dikembangkan pada areal bekas tambang timah menurut persepsi stakeholder diprioritaskan pada wisata rekreasi air dengan bobot 0,1250, diikuti wisata tempat pemancingan (0,0951), Geotrack/Hiking (0,0828), taman flora dan fauna (0,0736), dan Agrowisata (0,0459). Jenis wisata budaya yang diprioritaskan adalah desa wisata dengan bobot 0,1083, industri kerajinan (0,0801), Museum (0,0762), dan upacara adat (0,0367). Jenis wisata buatan yang dapat dikembangkan diprioritaskan pada eduwisata (0,1055), diikuti dengan taman bermain anak (0,0785), breeding farm (0,0463), dan Sirkuit Motorcross dan arena road race (0,0460). Arahan dan Strategi Pengembangan Kawasan Pariwisata Arahan Pengembangan Kawasan Pariwisata Arahan pengembangan kawasan berupa peta prioritas pengembangan yang terdiri atas empat prioritas yang didapatkan dari overlay antara peta areal bekas tambang dengan peta hirarki wilayah bekas tambang dan peta pola ruang RTRW.
46
Gambar 17 Arahan prioritas pengembangan kawasan pariwisata Gambar 17 menunjukkan bahwa arahan pengembangan pada areal bekas tambang timah yang dapat dijadikan sebagai kawasan pariwisata dilakukan dengan asumsi berdasarkan pola ruang RTRWK dengan peruntukan sebagai kawasan pertambangan dan non pertambangan (permukiman, industri, perkebunan, pertanian, wisata) dan hirarki wilayah areal bekas tambang timah, yaitu : 1. Prioritas 1 : kawasan pertambangan dan hirarki 1 dan 2 dengan luas areal pengembangan adalah 922 ha. 2. Prioritas 2 : kawasan pertambangan dan hirarki 3 dengan luas areal pengembangan adalah 5.882 ha. 3. Prioritas 3 : kawasan non pertambangan dan hirarki 1 dan 2 dengan luas areal pengembangan adalah 560 ha. 4. Prioritas 4 : dalam kawasan non pertambangan dan hirarki 3 dengan luas areal pengembangan adalah 2.758 ha. Pada pengembangan kawasan pariwisata prioritas 1 yang terlihat pada Gambar 18, dapat diketahui bahwa areal bekas tambang berada dekat dengan jalan provinsi dan jalan kabupaten, serta dapat diakses melalui jalan lokal dengan lebar kurang lebih empat meter. Untuk menuju ke areal bekas tambang tersebut,
47
melewati jalan provinsi dan jalan kabupaten yang menghubungkan berbagai obyek wisata seperti Hutan Wisata Kota Sungailiat, Pemandian Air Panas Pemali, dan berbagai pantai di sepanjang timur Pulau Bangka. Areal bekas tambang yang berada di Kec. Belinyu dan Riau Silip dapat diakses melalui jalan provinsi. Untuk menuju ke areal tersebut, jalur wisata yang dapat dilalui adalah Pha Khak Liang, Benteng Kuto Panji, Desa Wisata Hakka, Pantai Romodong, dan Pantai Teluk Kelabat. Arahan pengembangan areal bekas tambang pada wilayah pengembangan Prioritas 1 Detil A diperuntukkan pada kawasan wisata rekreasi air dan geotrack/hiking. Areal ini meliputi kolong-kolong dengan kedalaman air sekitar lima meter dan di sekitar areal tersebut terdapat obyek wisata Pemandian Air Panas Pemali dan Desa Wisata Air Simpur. Bentuk lahan seperti lubang akibat pola penambangan open pit sehingga dapat dimanfaatkan untuk jenis wisata geotrack atau hiking. Jenis wisata lain yang dapat dikembangkan adalah taman flora dan fauna maupun untuk arena motorcross/roadrace karena pada areal ini merupakan hamparan pasir dan bentuk lahannya datar. Pengembangan Prioritas 1 detil B berada pada desa Riau dimana desa ini masuk dalam Hirarki 1 yang merupakan desa yang memiliki kelengkapan jenis fasilitas dan jarak terhadap fasilitas-fasilitas pelayanan yang relatif tinggi dan menjadi pusat pelayanan bagi desa-desa yang ada di sekitarnya. Rencana pengembangan kawasan wisata pada areal bekas tambang ini berupa eduwisata dan industri kerajinan mengingat pada wilayah ini dilalui jalan lokal yang dapat menghubungkan ke kawasan pantai. Berdasarkan data potensi desa tahun 2011, Desa Riau memiliki industri kerajinan sebanyak 30 unit yang terdiri atas dua unit industri kayu, 18 unit industri anyaman, satu unit industri gerabah dan sembilan unit makanan. Rencana pengembangan pada Prioritas 1 Detil C diperuntukkan pada pengembangan wisata budaya berupa desa wisata dan wisata religi. Hal ini mengingat di sekitar areal bekas tambang tersebut terdapat Desa Wisata Suku Hakka yang merupakan perkampungan etnis China dan terdapat wisata sejarah yaitu Benteng Kuto Panji. Wisata religi pada areal tersebut adalah adanya obyek wisata Gua Maria dan Klenteng Belanda. Detil D direncanakan untuk dikembangkan menjadi taman umum dan taman bermain anak. Areal ini dilalui oleh jalan menuju ke Pantai Romodong dan Pantai Tanjung Kelabat. Dalam RTRW disebutkan bahwa Kawasan Industri Terpadu Tanjung Kelabat merupakan kawasan strategis untuk wilayah utara Kabupaten Bangka. Detil A, B, C dan D pada Prioritas 1 dapat dilihat pada Gambar 19.
48
Gambar 18 Pengembangan kawasan pariwisata prioritas 1
49
Gambar 19 Pengembangan prioritas 1 detil A, B, C dan D
50
Strategi Pengembangan Kawasan Pariwisata Perumusan strategi pengembangan pariwisata pada areal bekas tambang timah di Kabupaten Bangka, diperoleh melalui analisis A’WOT. A’WOT merupakan kombinasi analisis antara AHP dan SWOT. Analisis ini diawali dengan identifikasi faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman, yang merupakan hasil dari wawancara dan isian kuesioner pendahuluan terhadap para pakar di bidang pariwisata dan pertambangan baik dari praktisi, akademisi dan unsur masyarakat. Hasil identifikasi faktor-faktor SWOT adalah sebagai berikut : a. Kekuatan 1. Potensi obyek wisata Kab. Bangka memiliki potensi wisata alam, wisata budaya, dan wisata buatan. Pantai-pantai yang ada di Pulau Bangka sudah terkenal keindahannya sejak dulu. Hamparan pasir putih terbentang di sepanjang pantai dengan bentuk pantai yang landai, deretan batu granit dan ombak laut yang tidak terlalu besar. 2. Areal bekas tambang Pemandangan dan lanskap yang tidak biasa di sekitar areal bekas tambang menjadi daya tarik wisata. Banyak bekas tambang yang ditinggalkan sehingga tidak perlu pembebasan lahan. 3. Aksesibilitas Areal bekas tambang dapat diakses dengan mudah oleh umum dan tersedia infrastruktur jalan karena sebagian besar areal bekas tambang banyak terdapat tidak jauh dari jalan raya. 4. Letak geografis yang strategis Pulau Bangka terletak di antara pulau Sumatera dan pulau Jawa, serta merupakan jalur pelayaran internasional Indonesia-Singapura-Malaysia. Jarak tempuh melalui udara cukup singkat hanya sekitar 50 menit dari Jakarta. 5. Dikenal sebagai daerah penghasil timah Pulau Bangka dikenal sebagai pulau penghasil timah terbesar di Indonesia. Keberadaan proses penambangan timah dan sarana pendukungnya seperti bangunan dan peralatan untuk penambangan timah yang dapat dijadikan obyek wisata. b. Kelemahan 1. Fasilitas umum pendukung kegiatan wisata Belum tersedia fasilitas umum yang dapat mendukung kegiatan wisata di sekitar areal bekas tambang 2. Persepsi dan peran serta masyarakat Masyarakat menganggap kawasan-kawasan tersebut masih potensial untuk menjadi kawasan tambang. Lahan bekas tambang yang telah direklamasi masih ditambang kembali masyarakat. Selain itu, budaya instan masyarakat sangat tinggi karena dengan menambang cepat menghasilkan uang. Kurangnya partisipasi pelaku usaha dalam memanfaatkan keberadaan kawasan bekas tambang timah. 3. Transportasi umum Belum tersedia transportasi umum bagi masyarakat untuk mencapai lokasi bekas tambang, saat ini masih dapat diakses dengan kendaraan pribadi.
51
4. Promosi wisata dan brand image wisata Masih kurangnya promosi potensi obyek wisata dan belum adanya brand image wisata Kab. Bangka. 5. Kondisi SDM Tingkat pendidikan masyarakat masih rendah yang berpengaruh pada rendahnya sumber daya manusia yang ada serta masih minimnya SDM yang berkompeten di bidang pariwisata. c. Peluang 1. Kebijakan Skala Nasional (DPN dan KSPN) Pulau Belitung ditetapkan sebagai destinasi unggulan pariwisata, sebagai bagian dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sehingga secara tidak langsung berpengaruh pada pariwisata di Kabupaten Bangka. 2. Keberadaan investor Banyak investor yang berminat menanamkan modalnya dalam pengembangan pariwisata. 3. CSR perusahaan tambang Banyak perusahaan tambang yang dapat membantu dalam pendanaan melalui CSR. 4. Kemitraan dan kerjasama dengan lembaga kompeten Dapat dilakukan dengan pusat pengembangan pariwisata di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. 5. Pengembangan Mining Tourism Dapat dikembangkan berbagai paket wisata seperti eduwisata, geowisata yang memanfaatkan areal bekas tambang timah. d. Ancaman 1. Penambangan kembali oleh Tambang Inkonvensional (TI) Lingkungan dan habitat yang rusak di sekitar kawasan wisata akibat dari aktivitas TI. Lahan yang masih potensial bahan tambangnya ditambang kembali oleh TI. 2. Alih fungsi lahan menjadi kawasan non wisata Terjadi perubahan fungsi lahan pada kawasan wisata menjadi kawasan non wisata 3. Eksploitasi Sumber Daya Alam (SDA) Terjadi eksploitasi SDA di sekitar kawasan sempadan kolong bekas tambang 4. Keamanan Kegiatan pariwisata sangat rentan terhadap kondisi politik yang tidak menentu dan keamanan suatu wilayah 5. Ekonomi global Situasi perekonomian dunia sangat berpengaruh terhadap pasang surutnya kunjungan wisatawan Struktur hirarki AHP dalam merumuskan strategi pengembangan areal bekas tambang timah sebagai kawasan pariwisata di Kabupaten Bangka dapat dilihat pada Gambar 20.
52
Strategi Pengembangan Areal Bekas Tambang Timah sebagai Kawasan Pariwisata
Tujuan
Faktor
Kekuatan
1.Potensi obyek wisata 2.Areal bekas tambang 3.Aksesibilitas 4. Letak geografis yang Sub strategis Faktor 5. Dikenal sebagai daerah penghasil timah
Kelemahan
1.Fasilitas umum pendukung kegiatan wisata 2.Persepsi dan peran serta masyarakat 3.Transportasi umum 4.Promosi wisata dan brand image wisata 5.Kondisi SDM
Peluang
Ancaman
1.Kebijakan Skala Nasional (DPN dan KSPN) 2.Keberadaan investor 3.CSR perusahaan tambang 4.Kemitraan dan kerjasama dengan lembaga kompeten 5.Pengembangan Mining Tourism
1.Penambangan kembali oleh TI 2.Alih fungsi lahan menjadi kawsaan non wisata 3.Eksploitasi SDA 4.Keamanan 5.Ekonomi global
Gambar 20 Struktur hirarki AHP strategi pengembangan areal bekas tambang timah sebagai kawasan pariwisata di Kabupaten Bangka Hasil analisis pembobotan grup SWOT menunjukkan bahwa prioritas faktor SWOT adalah faktor kekuatan (Strengths), dimana faktor ini sebagai modal utama yang dimiliki oleh Kabupaten Bangka yang harus dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam pengembangan areal bekas tambang timah sebagai kawasan pariwisata. Faktor kekuatan terdiri dari potensi obyek wisata, areal bekas tambang timah, aksesibilitas, letak geografis yang strategis, dan dikenal sebagai daerah penghasil timah Berdasarkan hasil analisis pembobotan dan prioritas faktor dalam grup SWOT, prioritas faktor SWOT tertinggi adalah potensi obyek wisata yang beragam (Strengths). Pengembangan areal bekas tambang timah sebagai kawasan pariwisata dapat memadukan obyek wisata aktual sebagai bagian dari kawasan pariwisata terpadu di Kabupaten Bangka. Faktor kelemahan yang menjadi prioritas adalah persepsi dan peran serta masyarakat (Weaknesses). Diharapkan adanya peran serta dan dukungan dari masyarakat agar pengembangan areal bekas tambang dapat terwujud sehingga dapat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat Kabupaten Bangka. Prioritas faktor peluang (Opportunities) adalah kebijakan skala nasional berupa Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) dan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). Kabupaten Bangka diharapkan dapat meraih peluang tersebut dengan adanya pengembangan bekas tambang sebagai kawasan pariwisata. Adanya penambangan kembali pada kawasan wisata oleh Tambang Inkonvensional (TI) menjadi ancaman (Threats) yang perlu mendapat perhatian khusus dari Pemerintah Kabupaten Bangka. Hasil pembobotan dan prioritas faktor SWOT dapat dilihat pada Tabel 24.
53
Tabel 24 Pembobotan dan prioritas dalam grup dan faktor SWOT SWOT
Strengths 0,3880
Weaknesses 0,2094
Opportunities 0,3086
Faktor-Faktor SWOT 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2.
Threats 0,0941
3. 4. 5.
Potensi obyek wisata Areal bekas tambang Aksesibilitas Letak geografis yang strategis Dikenal sebagai daerah penghasil timah Fasilitas umum pendukung kegiatan wisata Persepsi dan peran serta masyarakat Transportasi umum Promosi wisata dan brand image wisata Kondisi SDM Kebijakan skala nasional Keberadaan investor CSR perusahaan tambang Kemitraan dan kerjasama dengan lembaga kompeten Pengembangan Mining Tourism Penambangan kembali oleh TI Alih fungsi lahan menjadi kawasan non wisata Eksploitasi SDA Keamanan Ekonomi global
Bobot Faktor dalam SWOT 0,238 0,146 0,216 0,224 0,176 0,218 0,274 0,187 0,205 0,115 0,255 0,208 0,173
Bobot Total 0,0925 0,0567 0,0836 0,0868 0,0683 0,0457 0,0574 0,0392 0,0429 0,0241 0,0786 0,0641 0,0534
0,225
0,0695
0,139 0,283
0,0429 0,0266
0,215
0,0203
0,244 0,154 0,104
0,0229 0,0144 0,0098
Secara keseluruhan, prioritas strategi yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bangka sebagai pengambil kebijakan dalam pengembangan areal bekas tambang timah sebagai kawasan pariwisata didapatkan dari hasil analisis matriks SWOT seperti terlihat pada Tabel 25, adalah : Prioritas 1 : Mengembangkan mining tourism sebagai brand image wisata Prioritas 2 : Meningkatkan sarana dan prasarana umum untuk mendukung kegiatan wisata Prioritas 3 : Memanfaatkan CSR perusahaan tambang untuk pengembangan mining tourism pada areal bekas tambang Prioritas 4 : Mempermudah akses bagi investor dalam mengembangkan potensi obyek wisata Prioritas 5 : Meningkatkan koordinasi antar stakeholders (pemerintah, swasta dan masyarakat) Prioritas 6 : Mengembangkan obyek wisata unggulan sebagai destinasi pariwisata nasional Prioritas 7 : Membangun kemitraan dan membentuk jaringan Prioritas 8 : Pengendalian alih fungsi lahan menjadi kawasan non wisata Prioritas 9 : Meningkatkan promosi wisata melalui paket wisata menarik seperti mining tourism Prioritas 10 : Pengendalian kerusakan lingkungan kawasan wisata tambang akibat penambangan kembali oleh TI Prioritas 11 : Optimalisasi pemanfaatan SDA Prioritas 12 : Meningkatkan peran serta masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan Prioritas 13 : Mempertahankan obyek wisata potensial dari kerusakan lingkungan Prioritas 14 : Meningkatkan kualitas SDM dalam menghadapi ekonomi global
54
Tabel 25 Hasil analisis matriks SWOT Faktor Internal
1. 2. 3. 4. 5.
Strengths (S) Potensi obyek wisata Areal bekas tambang Aksesibilitas Letak geografis yang strategis Dikenal sebagai daerah penghasil timah
Faktor Eksternal Opportunities (O) Strategi SO 1. Kebijakan Skala 1. Memanfaatkan CSR perusahaan Nasional (DPN dan tambang untuk pengembangan KSPN) mining tourism pada areal bekas 2. Keberadaan tambang investor (S1-S3,S5,O2,O3,O5=0,4616) 3. CSR perusahaan 2. Mengembangkan obyek wisata tambang unggulan sebagai destinasi 4. Kemitraan dan pariwisata nasional kerjasama dengan (S1,S4,S5,O1,O4=0,3958) lembaga kompeten 3. Membangun kemitraan dan 5. Pengembangan membentuk jaringan Mining Tourism (S1,S2,O2-O5=0,3792) 4. Mempermudah akses bagi investor dalam mengembangkan potensi obyek wisata (S1,S4,S5,O1,O2,O5=0,4332) Treaths (T) Strategi ST 1. Penambangan 1. Pengendalian kerusakan kembali oleh lingkungan kawasan wisata Tambang tambang akibat penambangan Inkonvensional (TI) kembali oleh TI 2. Alih fungsi lahan (S1,S2,S5,T1,T3=0,2671) menjadi kawasan 2. Pengendalian alih fungsi lahan non wisata menjadi kawasan non wisata 3. Eksploitasi SDA (S1,S2,S4,S5,T1-T3=0,3742) 4. Keamanan 3. Optimalisasi pemanfaatan SDA 5. Ekonomi global (S1,S2,T1-T3=0,2190) 4. Mempertahankan obyek wisata potensial dari kerusakan lingkungan (S1,T1-T3=0,1623)
Weaknesses (W) 1. Fasilitas umum pendukung kegiatan wisata 2. Persepsi dan peran serta masyarakat 3. Transportasi umum 4. Promosi wisata dan brand image wisata 5. Kondisi SDM Strategi WO 1. Meningkatkan promosi wisata melalui paket wisata menarik seperti mining tourism (W1,W4,O1,O2,O4,O5=0,3438) 2. Mengembangkan mining tourism sebagai brand image wisata (W1-W5,O1-O5=0,5179) 3. Meningkatkan sarana dan prasarana umum untuk mendukung kegiatan wisata (W1-W4,O1-O5=0,4939) 4. Meningkatkan koordinasi antar stakeholders (pemerintah, swasta dan masyarakat) (W2,W4,W5,O1-O5=0,4330) Strategi WT 1. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan (W2,W4,W5,T1-T3=0,1942) 2. Meningkatkan kualitas SDM dalam menghadapi ekonomi global (W2,W5,T4,T5=0,1058)
6 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Luas areal bekas tambang timah di Kabupaten Bangka sebesar 18.017 ha tersebar di enam kecamatan dan 30 desa, yaitu Belinyu seluas 8.509 ha (8 desa), Riau Silip seluas 5.879 ha (7 desa), Sungailiat seluas 1.023 ha (6 desa), Pemali seluas 1.707 ha (5 desa), Merawang seluas 531 ha (3 desa), dan Bakam seluas 368 ha (1 desa).
55
2. Terdapat tiga hirarki wilayah pada areal bekas tambang timah yang dapat dikembangkan sebagai kawasan pariwisata. Dari 30 desa yang dianalisis, hanya ada empat desa yang masuk kategori Hirarki 1, sebanyak 10 desa masuk kategori Hirarki 2, dan 16 desa dalam kategori Hirarki 3. 3. Hasil preferensi stakeholder terhadap prioritas jenis wisata yang dapat dikembangkan pada areal bekas tambang timah adalah jenis wisata alam yang diikuti dengan jenis wisata budaya dan selanjutnya jenis wisata buatan sebagai pendukung dalam pengembangan areal bekas tambang timah sebagai kawasan pariwisata. Jenis wisata alam yang dapat dikembangkan diprioritaskan pada wisata rekreasi air, diikuti wisata tempat pemancingan, geotrack/hiking, taman flora dan fauna, serta agrowisata. Jenis wisata budaya yang diprioritaskan adalah desa wisata, industri kerajinan, museum, dan upacara adat. Jenis wisata buatan yang dapat dikembangkan diprioritaskan pada eduwisata, diikuti dengan taman bermain anak, breeding farm, serta sirkuit motorcross dan arena road race. 4. Terdapat empat arahan prioritas wilayah pengembangan kawasan pariwisata yang meliputi areal bekas tambang timah di Kabupaten Bangka. Prioritas 1 seluas 922 ha, prioritas 2 seluas 5.882 ha, prioritas 3 seluas 560 ha, dan prioritas 4 seluas 2.758 ha. Lima strategi prioritas yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bangka sebagai pengambil kebijakan dalam pengembangan areal bekas tambang timah sebagai kawasan pariwisata adalah (1) mengembangkan mining tourism sebagai brand image wisata; (2) meningkatkan sarana dan prasarana umum untuk mendukung kegiatan wisata; (3) memanfaatkan CSR perusahaan tambang untuk pengembangan mining tourism pada areal bekas tambang; (4) mempermudah akses bagi investor dalam mengembangkan potensi obyek wisata; dan (5) meningkatkan koordinasi antar stakeholders (pemerintah, swasta dan masyarakat).
Saran 1. Diperlukan penelitian lanjutan berkaitan dengan kelayakan lingkungan, teknis dan finansial pengembangan pariwisata pada areal bekas tambang timah di Kabupaten Bangka. 2. Penelitian ini dapat direplikasi di kabupaten lain di Prov. Kep. Babel agar pengembangan pariwisata terpadu pada areal bekas tambang timah dapat diwujudkan.
DAFTAR PUSTAKA Ballesteros ER and Ramı´rez MH. 2007. Identity and community—reflections on the development of mining heritage tourism in Southern Spain. Tourism Management. 28: 677–687 [BPS Kab. Bangka] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangka. 2013. Kabupaten Bangka dalam angka 2013. Sungailiat (ID) : BPS Kabupaten Bangka
56
Elfida. 2007. Analisis pola spasial tambang timah rakyat sebagai masukan dalam penentuan kebijakan tata ruang di Kabupaten Bangka [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Estes JE and Simonett DS. 1975. Fundamental of image interpretation. Chapter 14. In: Manual of Remote Sensing Vol. 1. 2nd ed. Reeves RG (ed.). Washington DC (US): American Society for Photogrammetry and Remote Sensing Ferry Y dan Balitri. 2011. Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat. Jurnal Agro Inovasi 3394 : 2. Jakarta [ID]. Badan Litbang Pertanian. Gorener A, Toker K, and Ulucay K. 2012. Application of combined SWOT and AHP: a case study for a manufacturing firm. Procedia - Social and Behavioral Sciences. 58: 1525 – 1534 Hardjowigeno S dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi kesesuaian lahan dan perencanaan tata guna lahan. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press Henny C. 2011. “Kolong” bekas tambang timah di Pulau Bangka: permasalahan kualitas air dan alternatif solusi untuk pemanfaatan. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. 37(1): 119-138. Pusat Penelitian Limnologi. LIPI Kajanus M, Kangas J, and Kurttila M. 2004. The use value focused thinking and the A’WOT hybrid method in tourism management. Tourism Management 25: 499-506 Kangas J, Pesonen M, Kurttila M, and Kajanus M. 2001. A'WOT: Integrating the AHP with SWOT analysis. ISAHP, Berne, Switzerland, August 2-4, 2001 [KESDM] Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral. 2009. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Jakarta (ID): KESDM _____. 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pasca Tambang. Jakarta (ID): KESDM Kurttila M, Pesonena M, Kangas J, and Kajanus M. 2000. Utilizing the analytic hierarchy process _AHP. in SWOT analysis a hybrid method and its application to a forest-certification case. Forest Policy and Economics 1: 41-52 Leskinen AL, Leskinen P, Kurttila M, Kangas J, and Kajanus M. 2006. Adapting modern strategic decision support tools in the participatory strategic process-a case study of a forest research station. Journal of Forest Policy and Economics. 8: 267-278 Lintz JJr and Simonett DS. 1976. Remote sensing of environment. in: advanced book program. Massachusetts (US): Addison Wesley Pub. Co Marimin. 2008. Teknik dan aplikasi pengambilan keputusan kriteria majemuk. Jakarta (ID): PT Gramedia Widiasarana Indonesia Osuna EE and Aranda A. 2007. Combining SWOT and AHP techniques for strategic planning. ISAHP, Viña del Mar, Chile, August 2-6, 2007: pp.1-8
57
Papua HMA. 2008. Potensi kawasan bekas tambang sebagai objek wisata (Studi kasus Kandi-Tanah Hitam Kota Sawahlunto) [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Prahasta E. 2005. Konsep-konsep dasar sistem informasi geografis. Bandung (ID): Informatika Pramudia E. 2008. Evaluasi potensi obyek wisata aktual di Kabupaten Agam Sumatera Barat [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Rahmadani II. 2005. Disain pengembangan potensi wisata di kawasan pesisir : studi kasus wilayah Cilincing Jakarta Utara [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Rangkuti F. 2009. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama Riyadi. 2012. Arahan dan strategi pengembangan perkebunan lada di Kabupaten Belitung [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Rudita IKP. 2012. Potensi obyek wisata dan keterpaduannya dalam pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Saaty T.L. 1980. The Analytical Hierarchy Process. USA: McGraw-Hill,Inc _____. 1993. Pengambilan keputusan bagi para pemimpin: proses hirarki analitik untuk pengambilan keputusan dalam situasi yang kompleks. Terjemahan dari Decisions making for leaders: The Analytical Hierarchy Process for Decisions in complex world. Jakarta (ID): LPPM dan Pustaka Binaman Pressindo Sitorus SRP, Kusumastuti E, dan Badri LN. 2008. Karakteristik dan teknik rehabilitasi lahan pasca penambangan timah di Pulau Bangka dan Singkep. Jurnal Tanah dan Iklim. 27: 57 – 74 Sujitno S. 2007. Sejarah penambangan timah di Indonesia abad ke-18 – abad ke20. Pangkalpinang (ID): PT Timah (Persero) Tbk Sekretariat Negara. 2008. Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN). Jakarta (ID): Pemerintah Republik Indonesia _____. 2009. Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Jakarta (ID) : Pemerintah Republik Indonesia Widyatmiko RB. 2012. Pengembangan wilayah berkelanjutan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (studi kasus transformasi perekonomian wilayah berbasis pertambangan timah) [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Wei W. 2011. Research on the application of geographic information system in tourism management. Procedia Environmental Sciences 12: 1104 – 1109 Yoeti OA. 1997. Ilmu pariwisata. Sejarah, perkembangan dan prospeknya. Jakarta (ID): Pradaya Pratama.
58
LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner untuk mendapatkan data dalam Analisis A’WOT (Penentuan Faktor-Faktor Internal dan Eksternal) dari Responden Pemerintah, Swasta, dan Akademisi
PENGEMBANGAN AREAL BEKAS TAMBANG TIMAH SEBAGAI KAWASAN PARIWISATA DI KABUPATEN BANGKA
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
59
PENDAHULUAN Dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Master Sains pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah (PS PWL), Institut Pertanian Bogor (IPB), maka saya : Nama : Lia Meyana NRP : A 156130154 Program Studi : Ilmu Perencanaan Wilayah Mengejukan tugas akhir tesis dengan judul : Pengembangan Areal Bekas Tambang Timah sebagai Kawasan Pariwisata di Kabupaten Bangka. Berkenaan dengan tugas akhir tersebut, saya menyusun kuesioner yang berkaitan dengan upaya untuk mengetahui faktor internal dan eksternal dalam pengembangan areal bekas tambang timah sebagai kawasan pariwisata di Kabupaten Bangka. Untuk itu saya mohon kepada Bapak/Ibu untuk menjawab seluruh pertanyaan yang ada dalam kuesioner ini dengan jawaban yang benar dan akurat agar data tersebut dapat diolah/dianalisa, sehingga menghasilkan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Atas perhatian dan bantuan Bapak/Ibu serta kesediaan dalam meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini, diucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
Lia Meyana
IDENTITAS RESPONDEN Nama
: ..........................................................................................................
Umur
: ..........................................................................................................
Alamat
: .......................................................................................................... ..........................................................................................................
Pekerjaan
: ..........................................................................................................
Instansi
: ..........................................................................................................
Pendidikan
: ..........................................................................................................
60
DAFTAR PERTANYAAN 1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang istilah-istilah berikut : a. Rencana Pengembangan Wilayah : a. Ya b. Areal Bekas Tambang Timah : a. Ya c. Potensi Wisata : a. Ya d. Kawasan Pariwisata : a. Ya e. Infrastruktur Wilayah : a. Ya
b. Tidak b. Tidak b. Tidak b. Tidak b. Tidak
2. Jenis wisata apa yang sesuai pada lahan bekas tambang timah? a. Wisata Alam, Sebutkan contohnya : ............................................................................. b. Wisata Budaya, Sebutkan contohnya : ............................................................................. c. Wisata Buatan, Sebutkan contohnya : ............................................................................. d. ................................................................................................................. e. ................................................................................................................. f. ................................................................................................................. g. ................................................................................................................. 3. Menurut Bapak/Ibu apa saja faktor internal yaitu KEKUATAN dalam rencana pengembangan areal bekas tambang timah sebagai kawasan pariwisata di Kabupaten Bangka : 1. ........................................................................................................... 2. ........................................................................................................... 3. ........................................................................................................... 4. ........................................................................................................... 5. ........................................................................................................... 4. Menurut Bapak/Ibu apa saja faktor internal yaitu KELEMAHAN dalam rencana pengembangan areal bekas tambang timah sebagai kawasan pariwisata di Kabupaten Bangka: 1. .......................................................................................................... 2. .......................................................................................................... 3. .......................................................................................................... 4. .......................................................................................................... 5. .......................................................................................................... 5. Menurut Bapak/Ibu apa saja faktor eksternal yaitu PELUANG dalam rencana pengembangan areal bekas tambang timah sebagai kawasan pariwisata di Kabupaten Bangka : 1. .......................................................................................................... 2. .......................................................................................................... 3. .......................................................................................................... 4. .......................................................................................................... 5. ..........................................................................................................
61
6. Menurut Bapak/Ibu apa saja faktor eksternal yaitu ANCAMAN dalam rencana pengembangan areal bekas tambang timah sebagai kawasan pariwisata di Kabupaten Bangka: 1. .......................................................................................................... 2. .......................................................................................................... 3. .......................................................................................................... 4. .......................................................................................................... 5. .......................................................................................................... 7. Menurut Bapak/Ibu upaya apa saja yang perlu dilakukan dalam rencana pengembangan areal bekas tambang timah sebagai kawasan pariwisata di Kabupaten Bangka : 1. .......................................................................................................... 2. .......................................................................................................... 3. .......................................................................................................... 4. .......................................................................................................... 5. ..........................................................................................................
Terima kasih atas perhatian dan kerjasamanya
62
Lampiran 2 Kuesioner untuk mendapatkan data dalam Analisis AHP (Jenis Wisata yang dapat Dikembangkan pada Areal Bekas Tambang Timah) dari Responden Pemerintah, Swasta, dan Akademisi
PENGEMBANGAN AREAL BEKAS TAMBANG TIMAH SEBAGAI KAWASAN PARIWISATA DI KABUPATEN BANGKA
LIA MEYANA A156130154
KOMISI PEMBIMBING : KETUA
: DR. UNTUNG SUDADI, M.SC
ANGGOTA : DR. BOEDI TJAHJONO, M.SC
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
63
PENDAHULUAN Dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Master Sains pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah (PS PWL), Institut Pertanian Bogor (IPB), maka saya : Nama : Lia Meyana NRP : A 156130154 Program Studi : Ilmu Perencanaan Wilayah Mengejukan tugas akhir tesis dengan judul : Pengembangan Areal Bekas Tambang Timah sebagai Kawasan Pariwisata di Kabupaten Bangka. Berkenaan dengan tugas akhir tersebut, saya menyusun kuesioner yang berkaitan dengan upaya untuk merumuskan jenis wisata yang dapat dikembangkan pada areal bekas tambang timah di Kabupaten Bangka. Untuk itu saya mohon kepada Bapak/Ibu untuk menjawab seluruh pertanyaan yang ada dalam kuesioner ini dengan jawaban yang benar dan akurat agar data tersebut dapat diolah/dianalisa, sehingga menghasilkan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Atas perhatian dan bantuan Bapak/Ibu serta kesediaan dalam meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini, diucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
Lia Meyana
BAGIAN I IDENTITAS RESPONDEN
Nama
: ..........................................................................................................
Umur
: ..........................................................................................................
Alamat
: .......................................................................................................... ..........................................................................................................
Pekerjaan
: ..........................................................................................................
Instansi
: ..........................................................................................................
Pendidikan
: ..........................................................................................................
64
BAGIAN II JENIS WISATA YANG DAPAT DIKEMBANGKAN PADA AREAL BEKAS TAMBANG TIMAH Jenis wisata yang dapat dikembangkan pada areal bekas tambang timah terdiri dari jenis wisata alam, wisata buatan, dan wisata budaya. Adapun jenis wisata alam yang dapat dikembangkan adalah : (1) Tempat pemancingan (Kolong bekas tambang dapat dimanfaatkan sebagai kolam pemancingan); (2) Rekreasi air (Kolong dimanfaatkan sebagai danau buatan untuk sepeda air); (3) Taman Flora dan Fauna (Lahan terbuka di sekitar bekas tambang dijadikan sebagai taman bunga dan satwa); (4) Geotrack/Hiking (Pengunjung dapat menyusuri kawasan bekas tambang dengan kontur beragam); dan (5) Agrowisata (Di sekitar bekas tambang terdapat berbagai jenis tanaman perkebunan seperti tanaman buah-buahan). Jenis wisata buatan yang dapat dikembangkan adalah : (1) Sirkuit Motorcross dan arena road race (Arena ini dibangun dengan memanfaatkan hamparan pasir bekas penggalian); (2) Breeding farm (Salah satu contohnya adalah pengembangan peternakan bebek peking); (3) Eduwisata (Pengunjung dapat belajar tentang proses penambangan timah mulai dari penggalian sampai dengan proses produksi menjadi balok timah); dan (4) Taman bermain anak (Untuk mengakomodir kegiatan anak-anak dalam mengeksplorasi alam). Jenis wisata budaya yang dapat dikembangkan adalah : (1) Museum tambang (Sebagai sarana pembelajaran yang meliputi diorama suasana penambangan dan sejarah pertambangan timah di Pulau Bangka); (2) Industri kerajinan (Dapat dijadikan sebagai oleh-oleh wisatawan seperti: kerajinan tangan, kulit, anyaman, pewter, dan makanan); (3) Upacara adat (Upacara adat masyarakat dapat dilaksanakan di sekitar areal bekas tambang timah); dan (4) Desa wisata (Desa wisata di sekitar areal bekas tambang dapat menjadi satu kesatuan kawasan wisata). Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh berbagai aspek tersebut menurut persepsi responden, disusun berbagai pertanyaan berhirarki dengan struktur hirarki sebagai berikut: Jenis Wisata yang dapat Dikembangkan pada Areal Bekas Tambang Timah
Tujuan
Faktor
Wisata Alam
1. Tempat pemancingan 2. Taman Flora dan Fauna 3. Rekreasi air Kriteria 4. Geotrack/Hiking 5. Agrowisata
Wisata Buatan
1. Sirkuit Motorcross dan arena road race 2. Breeding farm 3. Eduwisata 4. Taman bermain anak
Wisata Budaya
1. Museum 2. Industri kerajinan 3. Upacara adat 4. Desa wisata
65
Cara Menjawab Kuesioner : Responden hanya mengurutkan berdasarkan tingkat kepentingannya serta menentukan nilai antara 1 s.d. 9 dan memberikan tanda silang (X) pada nilai tersebut. Ketentuan pembobotan masing-masing nilai seperti pada tabel di bawah ini : Nilai Penjelasan 1 Kedua elemen sama pentingnya 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari elemen yang lain 5 Elemen yang satu lebih penting dari elemen yang lain 7 Elemen yang satu jelas lebih penting dari elemen yang lain 9 Elemen yang satu mutlak lebih penting dari elemen yang lain 2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan Contoh mengurutkan berdasarkan tingkat kepentingannya : Faktor Urutan A 2 B 3 C 1 DAFTAR PERTANYAAN 1. Jenis wisata yang dapat dikembangkan pada areal bekas tambang timah terdiri dari jenis wisata alam, wisata buatan, dan wisata budaya. Menurut Bapak/Ibu ditinjau dari tingkat kepentingannya maka urutannya adalah : Faktor Urutan Jenis wisata alam Jenis wisata buatan Jenis wisata budaya Selanjutnya bagaimana pembobotan perbandingan berpasangan dari masing-masing faktor tersebut ? Alam Alam Buatan
9 9 9
8 8 8
7 7 7
6 6 6
5 5 5
4 4 4
3 3 3
2 2 2
1 1 1
2 2 2
3 3 3
4 4 4
5 5 5
6 6 6
7 7 7
8 8 8
9 9 9
Buatan Budaya Budaya
2. Terkait jenis wisata alam terdiri atas tempat pemancingan, taman flora dan fauna, rekreasi air, Geotrack/ Hiking, dan agrowisata. Jenis Wisata Alam Urutan Tempat pemancingan Taman Flora dan Fauna Rekreasi air Geotrack/ Hiking Agrowisata Tempat pemancingan Tempat pemancingan Tempat pemancingan
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Taman Flora dan Fauna
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Rekreasi air
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Geotrack/ Hiking
66
Tempat pemancingan Taman Flora dan Fauna Taman Flora dan Fauna Taman Flora dan Fauna
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Agrowisata
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Rekreasi air
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Geotrack/ Hiking
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Agrowisata
Rekreasi air
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Rekreasi air Geotrack/ Hiking
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Geotrack/ Hiking Agrowisata
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Agrowisata
3. Terkait jenis wisata buatan terdiri atas sirkuit motorcross dan arena road race, breeding farm, eduwisata, dan taman bermain anak. Jenis Wisata Buatan Urutan Sirkuit Motorcross dan arena road race Breeding farm Eduwisata Taman bermain anak Sirkuit
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Sirkuit
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Sirkuit
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Breeding farm Breeding farm Eduwisata
Breeding farm Eduwisata Taman bermain anak Eduwisata Taman bermain anak Taman bermain anak
4. Terkait jenis wisata budaya terdiri atas sirkuit motorcross dan arena road race, breeding farm, eduwisata, dan taman bermain anak. Jenis Wisata Budaya Urutan Museum Industri kerajinan Upacara adat Desa wisata Museum
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Museum Museum Industri kerajinan Industri kerajinan Upacara adat
9 9
8 8
7 7
6 6
5 5
4 4
3 3
2 2
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
Industri kerajinan Upacara adat Desa wisata
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Upacara adat
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Desa wisata
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Desa wisata
Terima kasih atas perhatian dan kerjasamanya
67
Lampiran 3 Kuesioner untuk mendapatkan data dalam Analisis A’WOT (Penentuan Strategi) dari Responden Pemerintah, Swasta, dan Akademisi
PENGEMBANGAN AREAL BEKAS TAMBANG TIMAH SEBAGAI KAWASAN PARIWISATA DI KABUPATEN BANGKA
LIA MEYANA A156130154
KOMISI PEMBIMBING : KETUA
: DR. UNTUNG SUDADI, M.SC
ANGGOTA
: DR. BOEDI TJAHJONO, M.SC
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
68
PENDAHULUAN Dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Master Sains pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah (PS PWL), Institut Pertanian Bogor (IPB), maka saya : Nama : Lia Meyana NRP : A 156130154 Program Studi : Ilmu Perencanaan Wilayah Mengejukan tugas akhir tesis dengan judul : Pengembangan Areal Bekas Tambang Timah sebagai Kawasan Pariwisata di Kabupaten Bangka. Berkenaan dengan tugas akhir tersebut, saya menyusun kuesioner yang berkaitan dengan upaya untuk merumuskan rencana dan strategi dalam pengembangan areal bekas tambang timah sebagai kawasan pariwisata di Kabupaten Bangka. Untuk itu saya mohon kepada Bapak/Ibu untuk menjawab seluruh pertanyaan yang ada dalam kuesioner ini dengan jawaban yang benar dan akurat agar data tersebut dapat diolah/dianalisa, sehingga menghasilkan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Atas perhatian dan bantuan Bapak/Ibu serta kesediaan dalam meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini, diucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
Lia Meyana
BAGIAN I IDENTITAS RESPONDEN Nama
: ..........................................................................................................
Umur
: ..........................................................................................................
Alamat
: .......................................................................................................... ..........................................................................................................
Pekerjaan
: ..........................................................................................................
Instansi
: ..........................................................................................................
Pendidikan
: ..........................................................................................................
69
BAGIAN II STRATEGI PENGEMBANGAN AREAL BEKAS TAMBANG TIMAH SEBAGAI KAWASAN PARIWISATA Dalam rangka merumuskan rencana dan strategi pengembangan areal bekas tambang timah sebagai kawasan pariwisata di Kabupaten Bangka dalam kerangka pengembangan wilayah, pengembangan tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan serta faktor-faktor eksternal berupa peluang dan ancaman. Hasil identifikasi faktor-faktor SWOT adalah sebagai berikut : a. Kekuatan 1. Potensi obyek wisata Kab. Bangka memiliki potensi wisata alam, wisata budaya, dan wisata buatan. Pantai-pantai yang ada di Pulau Bangka sudah terkenal keindahannya sejak dulu. Hamparan pasir putih terbentang di sepanjang pantai dengan bentuk pantai yang landai, deretan batu granit dan ombak laut yang tidak terlalu besar. 2. Areal bekas tambang Pemandangan yang tidak biasa di sekitar areal bekas tambang menjadi daya tarik wisata. Banyak bekas tambang yang ditinggalkan sehingga tidak perlu pembebasan lahan. 3. Aksesibilitas Areal bekas tambang dapat diakses dengan mudah oleh umum dan tersedia infrastruktur jalan karena sebagian besar areal bekas tambang banyak terdapat tidak jauh dari jalan raya. 4. Letak geografis yang strategis Pulau Bangka terletak di antara pulau Sumatera dan pulau Jawa, serta merupakan jalur pelayaran internasional Indonesia-Singapura-Malaysia. Jarak tempuh melalui udara cukup singkat hanya sekitar 50 menit dari Jakarta. 5. Dikenal sebagai daerah penghasil timah Pulau Bangka dikenal sebagai pulau penghasil timah terbesar di Indonesia. Keberadaan proses penambangan timah dan sarana pendukungnya seperti bangunan dan peralatan untuk penambangan timah yang dapat dijadikan obyek wisata. b. Kelemahan 1. Fasilitas umum pendukung kegiatan wisata Belum tersedia fasilitas umum yang dapat mendukung kegiatan wisata di sekitar areal bekas tambang 2. Persepsi dan peran serta masyarakat Masyarakat menganggap kawasan-kawasan tersebut masih potensial untuk menjadi kawasan tambang. Lahan bekas tambang yang telah direklamasi masih ditambang kembali masyarakat. Selain itu, budaya instan masyarakat sangat tinggi karena dengan menambang cepat menghasilkan uang. Kurangnya partisipasi pelaku usaha dalam memanfaatkan keberadaan kawasan bekas tambang timah.
70
3. Transportasi umum Belum tersedia transportasi umum bagi masyarakat untuk mencapai lokasi bekas tambang, saat ini masih dapat diakses dengan kendaraan pribadi. 4. Promosi wisata dan brand image wisata Masih kurangnya promosi potensi obyek wisata dan belum adanya brand image wisata Kab. Bangka. 5. Kondisi SDM Tingkat pendidikan masyarakat masih rendah yang berpengaruh pada rendahnya sumber daya manusia yang ada serta masih minimnya SDM yang berkompeten di bidang pariwisata. c. Peluang 1. Kebijakan Skala Nasional (DPN dan KSPN) Pulau Belitung ditetapkan sebagai destinasi unggulan pariwisata, sebagai bagian dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sehingga secara tidak langsung berpengaruh pada pariwisata di Kabupaten Bangka. 2. Keberadaan investor Banyak investor yang berminat menanamkan modalnya dalam pengembangan pariwisata. 3. CSR perusahaan tambang Banyak perusahaan tambang yang dapat membantu dalam pendanaan melalui CSR. 4. Kemitraan dan kerjasama dengan lembaga kompeten Dapat dilakukan dengan pusat pengembangan pariwisata di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. 5. Pengembangan Mining Tourism Dapat dikembangkan berbagai paket wisata seperti eduwisata, geowisata yang memanfaatkan areal bekas tambang timah. d. Ancaman 1. Penambangan kembali oleh Tambang Inkonvensional (TI) Lingkungan dan habitat yang rusak di sekitar kawasan wisata akibat dari aktivitas TI. Lahan yang masih potensial bahan tambangnya ditambang kembali oleh TI. 2. Alih fungsi lahan menjadi kawasan non wisata Terjadi perubahan fungsi lahan pada kawasan wisata menjadi kawasan non wisata 3. Eksploitasi Sumber Daya Alam (SDA) Terjadi eksploitasi SDA di sekitar kawasan sempadan kolong bekas tambang 4. Keamanan Kegiatan pariwisata sangat rentan terhadap kondisi politik yang tidak menentu dan keamanan suatu wilayah 5. Ekonomi global Situasi perekonomian dunia sangat berpengaruh terhadap pasang surutnya kunjungan wisatawan
71
Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh berbagai aspek tersebut menurut persepsi responden, disusun berbagai pertanyaan berhirarki dengan struktur hirarki sebagai berikut: Strategi Pengembangan Areal Bekas Tambang Timah sebagai Kawasan Pariwisata
Tujuan
Faktor
Kriteria
Kekuatan
Kelemahan
Peluang
Ancaman
1.Potensi obyek wisata 2.Areal bekas tambang 3.Aksesibilitas 4. Letak geografis yang strategis 5. Dikenal sebagai daerah penghasil timah
1.Fasilitas umum pendukung kegiatan wisata 2.Persepsi dan peran serta masyarakat 3.Transportasi umum 4.Promosi wisata dan brand image wisata 5.Kondisi SDM
1.Kebijakan Skala Nasional (DPN dan KSPN) 2.Keberadaan investor 3.CSR perusahaan tambang 4.Kemitraan dan kerjasama dengan lembaga kompeten 5.Pengembangan Mining Tourism
1.Penambangan kembali oleh TI 2.Alih fungsi lahan menjadi kawasan non wisata 3.Eksploitasi SDA 4.Keamanan 5.Ekonomi global
DAFTAR PERTANYAAN Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh masing-masing faktor tersebut menurut persepsi responden, disusun berbagai pertanyaan dalam kuesioner ini. 1. Dalam pengembangan areal bekas tambang timah sebagai kawasan pariwisata dipengaruhi oleh faktor strategis internal dan faktor eksternal yang perlu dipertimbangkan, yaitu KEKUATAN, KELEMAHAN, PELUANG dan ANCAMAN. Menurut Bapak/Ibu berdasarkan pemahaman dan pengalaman selama ini, bila ditinjau dari tingkat kepentingan maka urutannya adalah : SWOT Urutan Kekuatan (S) Kelemahan (W) Peluang (O) Ancaman (T) S
S S W W O
9 9 9 9 9 9
8 8 8 8 8 8
7 7 7 7 7 7
6 6 6 6 6 6
5 5 5 5 5 5
4 4 4 4 4 4
3 3 3 3 3 3
2 2 2 2 2 2
1 1 1 1 1 1
2 2 2 2 2 2
3 3 3 3 3 3
4 4 4 4 4 4
5 5 5 5 5 5
6 6 6 6 6 6
7 7 7 7 7 7
8 8 8 8 8 8
9 9 9 9 9 9
W O T O T T
72
2. Dalam pengembangan areal bekas tambang timah sebagai kawasan pariwisata dipengaruhi oleh faktor strategis internal yaitu KEKUATAN, terdapat lima faktor penting yang perlu dipertimbangkan. Menurut Bapak/Ibu berdasarkan pemahaman dan pengalaman selama ini, bila ditinjau dari tingkat kepentingan maka urutannya adalah : Kekuatan Urutan Potensi obyek wisata Areal bekas tambang Aksesibilitas Letak geografis yang strategis Dikenal sebagai daerah penghasil timah Potensi obyek wisata Potensi obyek wisata Potensi obyek wisata Potensi obyek wisata
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Aksesibilitas
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Aksesibilitas
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Letak geografis yang strategis
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Areal bekas tambang Areal bekas tambang Areal bekas tambang
Areal bekas tambang Aksesibilitas Letak geografis yang strategis Dikenal sebagai daerah penghasil timah Aksesibilitas Letak geografis yang strategis Dikenal sebagai daerah penghasil timah Letak geografis yang strategis Dikenal sebagai daerah penghasil timah Dikenal sebagai daerah penghasil timah
3. Dalam pengembangan areal bekas tambang timah sebagai kawasan pariwisata dipengaruhi oleh faktor strategis internal yaitu KELEMAHAN, terdapat lima faktor penting yang perlu dipertimbangkan. Menurut Bapak/Ibu berdasarkan pemahaman dan pengalaman selama ini, bila ditinjau dari tingkat kepentingan maka urutannya adalah : Kelemahan Fasilitas umum pendukung kegiatan wisata Persepsi dan peran serta masyarakat Transportasi umum Promosi wisata dan brand image wisata Kondisi SDM
Urutan
73
Fasilitas umum
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Fasilitas umum
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Fasilitas umum
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Fasilitas umum Persepsi dan peran serta masyarakat Persepsi dan peran serta masyarakat Persepsi dan peran serta masyarakat
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Transportasi umum Transportasi umum Promosi wisata dan brand image wisata
Persepsi dan peran serta masyarakat Transportasi umum Promosi wisata dan brand image wisata Kondisi SDM Transportasi umum Promosi wisata dan brand image wisata Kondisi SDM
Promosi wisata dan brand image wisata Kondisi SDM Kondisi SDM
4. Dalam pengembangan areal bekas tambang timah sebagai kawasan pariwisata dipengaruhi oleh faktor strategis eksternal yaitu PELUANG, terdapat lima faktor penting yang perlu dipertimbangkan. Menurut Bapak/Ibu berdasarkan pemahaman dan pengalaman selama ini, bila ditinjau dari tingkat kepentingan maka urutannya adalah : Peluang Urutan Kebijakan Skala Nasional (DPN dan KSPN) Keberadaan investor CSR perusahaan tambang Kemitraan dan kerjasama dengan lembaga kompeten Pengembangan Mining Tourism Kebijakan Skala Nasional Kebijakan Skala Nasional Kebijakan Skala Nasional Kebijakan Skala Nasional Keberadaan investor Keberadaan investor
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Keberadaan investor CSR perusahaan tambang Kemitraan dan kerjasama Pengembangan Mining Tourism CSR perusahaan tambang Kemitraan dan kerjasama
74
Keberadaan investor CSR perusahaan tambang CSR perusahaan tambang Kemitraan dan kerjasama
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Pengembangan Mining Tourism Kemitraan dan kerjasama Pengembangan Mining Tourism Pengembangan Mining Tourism
5. Dalam pengembangan areal bekas tambang timah sebagai kawasan pariwisata dipengaruhi oleh faktor strategis eksternal yaitu ANCAMAN, terdapat lima faktor penting yang perlu dipertimbangkan. Menurut Bapak/Ibu berdasarkan pemahaman dan pengalaman selama ini, bila ditinjau dari tingkat kepentingan maka urutannya adalah : Ancaman Urutan Penambangan kembali oleh TI Alih fungsi lahan menjadi kawasan non wisata Eksploitasi SDA Keamanan Ekonomi global Penambangan kembali oleh TI Penambangan kembali oleh TI Penambangan kembali oleh TI Penambangan kembali oleh TI Alih fungsi lahan menjadi kawasan non wisata Alih fungsi lahan menjadi kawasan non wisata Alih fungsi lahan menjadi kawasan non wisata Eksploitasi SDA Eksploitasi SDA Keamanan
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Alih Fungsi Lahan Eksploitasi SDA Keamanan Ekonomi global Eksploitasi SDA
Keamanan 9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Terima kasih atas perhatian dan kerjasamanya
Ekonomi global
Keamanan Ekonomi global Ekonomi global
75
Lampiran 4 Data potensi desa Kabupaten Bangka tahun 2011 berdasarkan jumlah penduduk dan jumlah fasilitas desa areal bekas tambang timah Nama Kecamatan Merawang Merawang Merawang Sungai Liat Sungai Liat Sungai Liat Sungai Liat Sungai Liat Sungai Liat Pemali Pemali Pemali Pemali Pemali Bakam Belinyu Belinyu Belinyu Belinyu Belinyu Belinyu Belinyu Belinyu Riau Silip Riau Silip Riau Silip Riau Silip Riau Silip Riau Silip Riau Silip
Nama Desa Kimak Jurung Merawang Kenanga Rebo Parit Padang Srimenanti Kuday Sinar Baru Penyamun Pemali Air Duren Air Ruai Karya Makmur Bukitlayang Lumut Riding Panjang Gunung Muda Kuto Panji Air Jukung Bukit Ketok Bintet Gunung Pelawan Pangkal Niur Pugul Cit Deniang Mapur Silip Riau
Jumlah SD Penduduk 3.056 3 1.687 2 2.019 1 4.757 3 4.031 2 21.124 11 11.018 5 4.865 3 9.850 6 3.246 4 3.867 2 3.291 2 4.401 4 5.020 1 3.074 2 2.106 1 3.143 2 5.252 3 12.423 8 7.058 4 8.325 7 2.217 3 2.210 2 3.425 2 3.283 2 4.658 2 2.408 3 2.039 2 2.605 1 3.020 2
SMP SMA SMK RS 1 0 0 2 0 2 1 0 2 0 1 0 1 1 1 0 0 0 5 0 1 1 0 2 0 1 0 0 0 1
0 0 0 0 0 1 2 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
0 0 0 0 0 4 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 1 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Poliklinik Puskesmas 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Pustu
Poskesdes
0 0 0 0 1 2 0 1 2 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 2 0 0 0 1
1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 2 1 1 1 0 1 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1
Polindes Apotek 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 1 0 4 1 0 0 0 0 0 1 2 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Masjid
Surau
1 1 0 1 1 8 6 2 10 5 3 3 1 3 3 2 3 3 12 4 6 2 5 2 3 5 2 4 5 4
3 3 1 1 2 13 6 0 4 3 4 3 3 1 3 0 6 4 2 9 3 3 1 1 3 1 2 1 3 3
Gereja Kristen 0 0 0 1 1 3 2 0 2 0 0 2 0 0 1 1 0 1 3 0 1 1 1 0 0 1 4 1 0 0
Gereja Katolik 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Vihara Klenteng 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 3 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1
0 4 2 1 2 8 0 2 1 0 1 2 2 0 2 2 2 2 3 0 3 3 2 0 0 1 4 1 0 0
75
76 76
Lampiran 4 (Lanjutan) Nama Kecamatan Merawang Merawang Merawang Sungai Liat Sungai Liat Sungai Liat Sungai Liat Sungai Liat Sungai Liat Pemali Pemali Pemali Pemali Pemali Bakam Belinyu Belinyu Belinyu Belinyu Belinyu Belinyu Belinyu Belinyu Riau Silip Riau Silip Riau Silip Riau Silip Riau Silip Riau Silip Riau Silip
Nama Desa Kimak Jurung Merawang Kenanga Rebo Parit Padang Srimenanti Kuday Sinar Baru Penyamun Pemali Air Duren Air Ruai Karya Makmur Bukitlayang Lumut Riding Panjang Gunung Muda Kuto Panji Air Jukung Bukit Ketok Bintet Gunung Pelawan Pangkal Niur Pugul Cit Deniang Mapur Silip Riau
Jumlah Industri Industri Industri Industri Industri Industri Industri Pasar Tanpa Minimarket Penduduk Kayu Logam Anyaman Gerabah Kain Makanan Lainnya Bangunan 3.056 1.687 2.019 4.757 4.031 21.124 11.018 4.865 9.850 3.246 3.867 3.291 4.401 5.020 3.074 2.106 3.143 5.252 12.423 7.058 8.325 2.217 2.210 3.425 3.283 4.658 2.408 2.039 2.605 3.020
4 1 1 1 1 0 0 5 4 1 2 3 2 4 1 0 0 3 3 2 5 0 0 2 1 1 0 0 0 2
0 0 0 2 0 0 0 4 1 0 2 0 3 1 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 2 0 0 0 3 11 9 0 0 25 18
0 0 3 2 2 0 0 1 3 0 0 3 2 3 0 0 2 0 0 0 2 0 0 0 0 0 1 0 0 1
3 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 2 0 1 0 5 12 10 10 0 10 0 0 0 0 2 1 2 30 3 2 5 0 0 7 10 0 2 10 9
0 0 0 0 0 0 2 1 2 0 10 0 0 1 0 0 0 2 2 1 1 1 2 0 0 0 1 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 2 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 44 0 0 0 0 0 0
Toko / Warung Kelontong 45 26 20 73 35 125 117 75 53 40 126 53 27 94 38 16 15 18 37 26 18 16 27 2 49 47 47 27 35 49
Warung / Kedai
Restoran / RM
Hotel
Penginapan
4 1 2 21 2 25 24 10 15 5 5 4 4 7 2 2 0 5 18 5 7 2 8 0 4 15 6 4 8 12
0 0 0 0 0 2 6 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 3 0
0 0 0 0 0 5 0 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 1 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
77
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pangkalpinang pada tanggal 18 Mei 1979 dari ayah H.A.Razak dan ibu Hj.Silvia sebagai anak pertama dari empat bersaudara. Menikah dengan Hendra Sinaga, SE dan dikaruniai putri kembar Marsyabila Rayya Sinaga dan Marsyaqila Rayya Sinaga. Penulis menyelesaikan pendidikan di SMAN 1 Sungailiat, Kabupaten Bangka pada tahun 1997. Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan tinggi pada jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta dan lulus pada tahun 2002. Tahun 2003 penulis diterima sebagai PNS di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, di bawah Kementerian Pendidikan Nasional. Saat ini penulis bertugas di Bappeda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sejak tahun 2012 dan pada tahun 2013 mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah, Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor dengan beasiswa dari Pusbindiklatren Bappenas.