PENGARUH DOSIS NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI DI LAHAN BEKAS TAMBANG TIMAH BANGKA TENGAH, KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
Muzammil, D. Rusmawan, dan Asmarhansyah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Bangka Belitung Jalan Mentok Km 4 Pangkalpinang Email:
[email protected]
ABSTRACT
One of lands that have a potency to be used to develop soybean in Kepualaun Bangka Belitung is ex-tin mining land. Land used was ex-tin mining land that has been converted as paddy-lowland. Unfortunately, ex-tinmining lands havelow status of soil fertility, therefore the application of external input such as inorganic fertilizer is an importand thing to imprive the land quality. The study was aimed toget adosage ofnitrogenfertilizer on growthand yield ofsoybean in ex-tinmining lands.The experiment was conductedin Perlang Village, CentralBangka, Kepulauan Bangka Belitung in September-November 2011.Experiment was arranged inrandomized block design. The trearment werenitrogenfertilizer (urea) dosage, namely: 50 kgurea/ha(N1); 75 kgurea/ha(N2), and 100kgurea/ha(N3). Eachtreatmentwas repeated3 (three) times. Soybean crop used was agromulyo variety. Datawere analyzedusing analysisof variance,andmeans were analyzed usingDMRT at 5%. The resultsshowed thatnitrogenfertilizerdosessignificantly affected thegrowth and yield ofsoybean. Soybeanplant heightN3fertilizertreatment was significantly (P <0.05) higher than theN1, butnot significantly different (P>0.05)compared toN2. The number ofbranchessoybeanN3treatmentsignificantly was (P <0.05) higher thanthe N1andN2treatments. Yield of soybean ofN3treatment was significantly (P <0.05) higher than N1 andN2treatments, namely 0.94t/ha; 0.84t/ha, and 0.81t/ha, respectively. Keywords: land, tin, nitrogen, soybean, Kepulauan BangkaBelitung
ABSTRAK
Salah satu lahan yang berpotensi dimanfaatkan untuk pengembangan tanaman kedelai di Kepulauan Bangka Belitung adalah lahan bekas tambang timah. Lahan bekas tambang timah yang dimanfaatkan merupakan lahan sawah bekas tambang timah. Namun, lahan tambang timah memiliki tingkat kesuburan tanah yang rendah, sehingga diperlukan input pemupukan anorganik. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dosis pemupukkan nitrogen yang paling optimum untuk pertumbuhan dan produksi kedelai di lahan bekas tambang timah. Penelitian dilaksanakan di Desa Perlang, Kabupaten Bangka Tengah, Kepulauan Bangka Belitung pada bulan September-Nopember 2011. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan perlakuan berupa dosis pemupukan nitrogen (urea), yaitu 50 kg urea/ha (N1), 75 kg ura/ha (N2), dan 100 kg urea/ha (N3). Perlakuan diulang 3 (tiga) kali. Kedelai yang ditanam adalah varietas argomulyo. Data dianalisis dengan analisis sidik 111
ragam dan untuk melihat beda nyata antarperlakuan, dilakukan uji nilai tengah menggunakan DMRT taraf 5%. Hasil menunjukkan bahwa dosis pemupukan nitrogen berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai. Tinggi tanaman kedelai perlakuan pemupukan N3 nyata (P<0,05) lebih tinggi daripada N1, tetapi tidak berbeda nyata (P>0,05) dibandingkan N2. Jumlah cabang tanaman kedelai perlakuan N3 nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan perlakuan N1 dan N2. Hasil kedelai perlakuan N3 nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan N1 dan N2, masing-masing yaitu 0,94 t/ha; 0,84 t/ha; dan 0,81 t/ha. Kata kunci: lahan, timah, nitrogen, kedelai, Kepulauan Bangka Belitung
PENDAHULUAN Kedelai merupakan tanaman ekonomis, sumber makanan berprotein tinggi (35%), bahkan pada varietas unggul baru kandunganproteinnyabisa mencapai 40% 43% (Soeprapto, 1988). Konsumsi kedelai di Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan pertambahan penduduk, perkembangan IPTEK, daya beli, dan makin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya protein untuk kehidupannya. Lahan bekas tambang timah merupakan lahan yang potensial untuk dikembangkan menjadi lahan pertanian tanaman pangan.Salah satu tanaman yang dapat dikembangkan di lahan bekas tambang timah adalah tanaman kedelai. Masalah utama yang timbul pada lahan bekas tambang timah adalah perubahan kimiawi terutama berdampak terhadap air tanah dan air permukaan. kemudian berlanjut secara fisik perubahan morfologi dan topografi lahan. Bekas penambangan Timah meninggalkan lahan-lahan berupa kolong darat, hamparan tailing dan over-burden. Kualitas hamparan tailing memiliki derajat keasaman yang rendah (pH 4-5), kandungan mikroba danunsur hara yang rendah, oleh sebab itu usaha-usaha untuk memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah bekas tambang timah sangat di perlukan. Dilaporkan bahwa untuk memperoleh hasil biji 2,50 ton/ha, diperlukan nitrogen sekitar 200 kg/ha. Dari jumlah tersebut, sekitar 120 – 130 kg nitrogen dipenuhi dari kegiatan fiksasi nitrogen.Namun demikian, bila penggunaan pupuk nitrogen terlalu banyak, akan menekan jumlah dan ukuran bintil akar sehingga akan mengurangi efektivitas pengikatan N2dari atmosfer (Irwan, 2006). Tanaman kedelai sebenarnya dapat tumbuh di semua jenis tanah, namun demikian, untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan produktivitas yang optimal, kedelai harus ditanam pada jenis tanah bertekstur lempung berpasir atau liat berpasir.Pada
112
penelitianini penanaman kedelai dilakukan di sawah bekas tambang timah dengan pengujian pemberian pupuk nitrogen dalam berbagai dosis, dengan tujuan untuk mendapatkan dosis pemupukkan nitrogen yang paling optimum untuk pertumbuhan dan produksi kedelai di lahan bekas tambang timah.
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan bekas tambang timah yang dicetak menjadi sawah di Desa Perlang, Kecamatan Lubuk Besar, Kabupaten Bangka Tengah, Kepulauan Bangka Belitung pada Musim Tanam (MT) bulan September-Nopember 2011.Lokasi pengkajian sebelumnya telah dilakukan penanaman padi, jagung, dan kedelai sebanyak 3 (tiga) kali musim tanam. Alat dan Bahan Dalam penelitian ini alat-alat yang digunakan adalah traktor tangan untuk mengolah lahan, cangkul, tugal, ember, tali, meteran, timbangan dan alat-alat penunjang lainnya. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah benih kedelai, pupuk kandang, kapur, pupuk urea, SP 36, KCl, herbisida, pestisida, fungisida, dan bahan penunjang lainnya. RancanganPenelitian Pelaksanaan penelitian diawali dengan persiapan lahan sampai siap tanam dengan cara membalik tanah dengan traktor tangan dan menggarunya serta meratakannya, kemudian dibuat ploting sesuai jumlah perlakuan. Pada pengkajian ini dosis kapur yang digunakan adalah 2 ton/ha dan bahan organik adalah 4 ton/ha. Penelitian inimenggunakan Rancangan Acak Kelompok
(RAK) dengan perlakuan
berupa dosis pemupukan nitrogen (urea), yaitu Taraf 1: urea: 50 kg/ha (N1); Taraf 2: urea: 75 kg/ha (N2); Taraf 3: urea: 100 kg/ha (N3).Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 (tiga) kali. Pemupukanurea sebagai perlakuan diaplikasikan 2 (dua) kali yaitu, pada saat tanam dan pada saat berumur 27 hari setelah tanam (HST). Pemupukan SP-36 dan KCl diberikan dengan dosis 150 kg SP-36/ha dan 100 kg KCl/ha. Pengendalian hama dan penyakit dilaksanakan berdasarkan prinsip pengelolaan hama terpadu.
113
Pengamatan dan Analisis Data Data yang dikumpulk meliputi: (1) sifat fisika yaitu tekstur tiga fraksi (pasir, debu dan lempung), (2) sifat kimia tanah (3) komponen pertumbuhan tanaman, dan (4) komponen produksi tanaman kedelai. Metode analisis data pada dasarnya dilakukan dengan metode deskriptif dan eksplanatif. Dalam hal ini data teknis dengan menggunakan analisis sidik ragam dan analisis korelasi menurut Steel dan Torrie (1981). Apabila uji F pada analisis sidik ragam menunjukkan pengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan Duncan’s Multiple Range Test pada pada taraf 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lokasi Pengkajian Hasil analisis laboratorium sifat kimia tanah awal pada lokasi pengkajian menunjukan bahwa tanah tempat penelitian merupakan tanah berteksturlempungliat berpasirdengan nilai pH tanahagakmasam (Tabel 1). Selain itu, C-organik tanah masuk dalam kategori sangatrendah, ketersediaan hara makro seperti N-total tergolong sangat rendah,Ca-dd sedang, K-dd rendah, dan Na-dd sangat rendah.
Tabel 1. Hasil analisis tanah bekas tambang timah Desa Perlang, Bangka Tengah sebelum penelitian No. Parameter
Nilai
Keterangan
1.
pH H2O
6,5
Agak Masam
2.
C-organik (%)
0,61
Sangat Rendah
3.
N total (%)
0,05
Sangat Rendah
4.
P2O5 (HCl25% mg/100g)
21
Sedang
5.
K2O (HCl25% mg/100g)
6
Sangat Rendah
6.
Ca-dd (cmol(+)/kg)
2,70
Rendah
7.
Mg-dd (cmol(+)/kg)
1,63
Sedang
8.
K-dd (cmol(+)/kg)
0,10
Rendah
9.
Na-dd (cmol(+)/kg)
0,09
Sangat Rendah
10.
KTK(cmol(+)/kg)
11.
Tekstur
Lempung Liat Berpasir
114
Pasir (%)
59
Debu (%)
8
Liat (%)
33
Data Tabel 1 memperlihatkantanah lokasi penelitian mengalami kekurangan unsur haramakrodan pH tanah masam, sehingga lahan sangat memerlukan input berupa pupuk anorganik, pupuk organik, dan kapur untuk menetralkan pH tanah dan memenuhi kebutuhan hara tanaman kedelai. Keragaan Pertumbuhan Keragaan pertumbuhan tanaman kedelai varietas Argomulyo yang ditanam pada lahan bekas tambang timah di Desa Perlang Kabupaten Bangka Tengah, Kepulauan Bangka Belitung di sajikan pada tabel 2. Tabel 2. Rataan komponen pertumbuhan pada saat panen tanaman kedelai varietas argomulyodi lahan bekas tambang timah Dosis N (Kg/ha)
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah Cabang
(N1) 50
35,77 b
3,20 b
(N2) 75
36,91 a
3,23 b
(N3) 100
37,57 a
3,57 a
Keterangan : Angka rataan selajur yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5%, Uji DMRT. Hasil analisis statistik pada tabel 2, menunjukkan pemberian pupuk nitrogenberpengaruhnyata terhadap tinggi tanamandanjumlah cabang tanaman kedelai.Hasil percobaan ini memperlihatkan makin tinggi takaran pupuk nitrogen yang diberikan,makin meningkat tinggi tanamandan jumlah cabang tanaman kedelai. Tinggi tanaman pada pemberian Dosis pupuk nitrogen 75 kg/ha tidak berbeda nyata dengan dosis 100 kg/ha, namun berbeda nyata dengan dosis 50 kg/ha. Sedangkan jumlah cabang pada pemberian dosis pupuk nitrogen 100 kg/ha berbeda nyata dengan pemberian dosis pupuk nitrogen 50 kg/ha dan 75 kg/ha. Menurut Salisbury dan Ross(1995); Adisarwanto (2005), bahwa nitrogen merupakan salah satu unsur penyusun klorofil sebagai mesin bagi proses fotosintesis. Nitrogen juga merupakan faktor yang mempengaruhi laju fotosintesis. Persediaan
115
nitrogen yang terbatas akan menghambat pembentukan klorofil dan menurunkan laju fotosintesis, serta menggangu aktivitas metabolism tanaman.Hal senada diungkapkan Prawiranata dkk. (1991), bahwa pemberian unsur nitrogen dapat meningkatkan laju fotosintesis tanaman sehingga dapat memacu pertumbuhan vegetatif tanaman. Peningkatan jumlah nitrogen dalam tanah menghasilkan protein dalam jumlah yang banyak pada tanaman, sehingga meningkatkan pertumbuhan jaringan tanaman. Terbukti dengan pemupukan Urea 75 - 100 kg/ha dapat meningatkan pertumbuhan tanaman kedelai. Pemberian pupuk nitrogen juga berkaitan dengan peningkatan tinggi tanaman. Karena tanaman yang bertambah tinggi berpeluang menghasilkan lebih banyak cabang. Jenny Rondonuwu (1993) melaporkan bahwa pemberian dosis pupuk nitrogen hingga 180 kg/ha masih dapat meningkatkan tinggi tanaman dan berat kering tanaman dan tidak berpengaruh buruk terhadap ketegaran tanaman. Hal ini terlihat di lapangan, tanaman masih dapat tegak dan tidak rebah meskipun tingginya bertambah, karena tanaman kedelai mendapatkan air yang cukup sehingga proses metabolisme tanaman serta penyerapan unsur hara berlangsung secara optimal.
Keragaan Produksi Hasil analisis statistik pada tabel 3, menunjukkan bahwa pengaruh pemberian pupuk nitrogen pada dosis 100 kg/ha terhadap berat 1000 butir, dan produksi kedelai berbeda nyata di bandingkan dengan dosis pupuk nitrogen 50 kg/ha dan 75 kg/ha. Tabel 3. Rataan berat 1000 butir dan produksi pada saat panen tanaman kedelai varietas argomulyo di lahan bekas tambang timah. Dosis N (Kg/ha)
Berat 1000 Butir (g)
Produksi (Ton/ha)
50
13,77 c
0,81 b
75
14,35 b
0,85 b
100
14,96 a
0,95 a
Keterangan : Angka rataan selajur yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5%, Uji DMRT. Berat 1000 butir biji kedelai pada pemberian pupuk nitrogen dosis 100 kg/ha nyata lebih tinggi di bandingkan dosis 75 kg/ha dan 50 kg/ha.Hal ini dapat dipahami terkait fungsi unsure hara nitrogen. Pada saat proses pengisian polong, nitrogen sangat dibutuhkan karena nitrogen merupakan unsur utama pembentuk protein dalam
116
biji.Semakin tinggi dosis nitrogen yang diberikan maka semakin tinggi pula berat biji tanaman.Adisarwanto (2005), menjelaskan bahwa jumlah nitrogen yang diserap tanaman melalui tanah pada awalnya tertimbun pada bagian batang dan daun setelah terbentuk polong, nitrogen selanjutnya dihimpun di dalam kulit polong, semakin tua polong, maka sebagian besar nitrogen (80 – 85 %) diserap kedalam biji. Unsur nitrogen merupakan bahan pembentuk protein sehingga unsur ini diperlukan untuk pertumbuhan biji kedelai. Unsur nitrogen juga merupakan komponen esensial dalam asam amino yang menjadi dasar pembentukan protein, juga dalam basa nitrogen yang terdapat dalam asam nukleat dan senyawa yang berkerabat, seperti ATP (Tjitrosomo, 1993) yang akhirnya menambah berat kering biji. Tersedianya nitrogen yang cukup akan memberikan pembentukan biji yang bermutu tinggi, mutu biji yang baik akan memberikan bobot 1000 biji kedelai yang baik juga. Jumlah dan mutu biji dalam polong menentukan berat total biji kering.Secara umum pupuk nitrogen sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai. Menurut Hardjowigeno, (1987); Istanti (1999) yang menyatakan bahwa protein merupakan komponen yang terbesardari sel, lebih dari 50% berat kering. Protein adalah mikromolekul, merupakanpolimer dari asam amino yang saling berikatan dengan ikatan sulfida. Proteintersusun dari unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen.
KESIMPULAN
1. Pemberian dosis pupuk nitrogen 100 kg/ha di lahan bekas tambang timah memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang dan produksi kedelai. 2. Pemupukan 100 kg/ha di lahan bekas tambang timah memberikan hasil kedelai sebesar 0,94 t/ha.
117
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto. 2005. Kedelai. Jakarta: Penebar Swadaya. Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 2011. Kepulauan Bangka Belitung dalam angka. Pangkalpinang. Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 2012. Kepulauan Bangka Belitung dalam angka. Pangkalpinang. Cetak.bangkapos.com/bisnis/read/49905.html. Bangka Perlu Kedelai 20 Ton/Hari Edisi: 02/Aug/2012. Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta: AkademikaPresindo.
Istanti. A, Prasetyo. T. I, dan Dwi Listyorini. 1999. Biologi Sel. Malang: Frekuensi-MIPA Universitas Negeri Malang. Hlm:83.
Irwan, AW. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill). Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Lingga, P. 1998. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Pitojo, S. 2003. Benih Kedelai. Yogyakarta: Kanisius. Prawiranata, W., S. Harran, P. Tjondronegoro. 1991. Dasar-dasar fisiologi Tumbuhan. Jurusan Biologi Fakultas MIPA. IPB. Bogor. Rondonuwu, JJ. 1993. Pengaruh Pemberian Pupuk Nitrogen Terhadap Efisiensi Penggunaan Air dari tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merill). Program Pascasarjana KPK IPB – UNSRAT Manado. Salisbury, FB., CW, Ross. Fisiologi Tumbuhan Jilid II. Bandung: ITB. Tjitrosomo, G. 1993. Taksonomi Umum (Dasar-dasar Taksonomi Tumbuhan). Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
118