Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA PENYULUHAN DALAM PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN DI KABUPATEN BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Akhmad Ansyor1) dan A. Arivin Rivaie2) 1)
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Bangka Belitung Jl. Mentok, KM. 4, Pangkalpinang, 33134 E-mail:
[email protected] 2) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Jl. Z.A. Pagar Alam No. 1A, Rajabasa, Bandar Lampung E-mail:
[email protected] ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan media penyuluhan dalam pemanfaatan lahan pekarangan di Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kep. Bangka Belitung; dan faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas penggunaan media penyuluhan dalam pemanfaatan lahan pekarangan di Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Penentuan lokasi dilakukan dengan sengaja (purposive) yaitu di Kabupaten Belitung Timur, karena Kabupaten Belitung Timur merupakan lokasi yang memiliki perbandingan luas wilayah dan kepadatan penduduk yang tinggi, serta berdekatan dengan lokasi lounching kegiatan yang dirilis oleh Kementerian Pertanian, yaitu Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (m-KRPL) di Provinsi Kep. Bangka Belitung, yaitu Kabupaten Belitung. Responden dalam penelitian ini adalah Petani di Kabupaten Belitung Timur yang berjumlah 19 orang. Pengambilan sampel diambil menggunakan metode sampel acak sederhana. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif menggunakan Uji Skala Linkert. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) media penyuluhan yang efektif digunakan yaitu tayangan slide; dan (2) Faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap petani berasal dari dalam diri petani (faktor internal) dan berasal dari luar diri petani/lingkungan (faktor eksternal). Faktor yang berasal dari dalam diri responden (faktor internal) yaitu umur, tingkat pendidikan, status pekerjaan, status dan perkawinan. Faktor yang berasal dari luar diri responden (faktor eksternal) media penyuluhan yang biasa digunakan dalam upaya pemanfaatan lahan pekarangan. Kata kunci: efektivitas media penyuluhan, lahan pekarangan
ABSTRACT This study aims to determine the effectiveness of the use of media outreach in the utilization of their yards in the district. East Belitung, Bangka Belitung Province, and factors related to the effectiveness of the use of media outreach in the utilization of their yards in the district. East Belitung, Bangka Belitung Province. The location determination is done intentionally (purposive) that East Belitung province, because East Belitung Regency is a location that has a ratio of area and population density is high, and adjacent to the lounching activity released by the Ministry of Agriculture, the Model Region Sustainable Food
717
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
House (m-KRPL) in the province of Bangka Belitung, namely Belitung regency. Respondents in this study is Farmers in East Belitung province totaling 19 people. Samples were taken using simple random sampling method. Data were analyzed using descriptive quantitative Linkert Scale Test. The results showed that (1) the extension of effective media used is a slide show ; and (2) factors related to the attitude of farmers coming from the farmers themselves (internal factors) and come from outside the farmer/environment (external factors). Factors that comes from inside respondents (internal factors) such as age, education level , employment status, and marital status. Factors that come from outside of respondents (external factors) media outreach commonly used in efforts to use their yards . Key words: effectiveness of media information, land yard PENDAHULUAN Latar Belakang dan Masalah Pembangunan
sektor
pertanian
tidak
dapat
dipisahkan
dengan
pembangunan pedesaan, karena pembangunan pedesaan adalah prasyarat bagi upaya
peningkatan
pendapatan
masyarakat
petani
melalui
optimalisasi
penggunaan sumberdaya pertanian, sehingga akan tercapai kondisi sosial ekonomi, yang lebih baik,peningkatan pemerataan dan pertumbuhan ekonomi di pedesaan untuk tercapainya kesejahteraan petani. Dukungan teknologi pertanian dalam arti luas, untuk pengembangan pertanian di pedesaan telah tersedia melalui jasa penelitian maupun pengkajian yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian. Sebagian teknologi tersebut telah tersebar ditingkat pengguna dan stakholder, namun pengembangannya ke target area yang lebih luas perlu dilakukan upaya percepatan. Badan Litbang Pertanian sejak tahun 2007, telah mengembangkan program rintisan dan akselerasi pemasyarakatan inovasi teknologi pertanian (PRIMATANI) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Program tersebut sebagai implementasi paradigma baru Badan Litbang Pertanian, yaitu penelitian untuk pembangunan (research for development). Pada tahap implementasi program, Badan Litbang Pertanian memposisikan diri sebagai the driving force karena terintegrasi langsung sebagai elemen esensial dari sistem percepatan inovasi (Simatupang,
2004).
Hingga saat
ini,
program
tersebut
telah
mampu
menyebarkan inovasi teknologi pada tingkat pengguna dan pengambil kebijakan di daerah. Sejumlah inovasi diantaranya telah digunakan sebagai tenaga pendorong utama pertumbuhan dan pengembangan agribisnis di pedesaan. Efektivitas berasal dari kata dasar efektif. Dalam kamus bahasa Indonesia, kata efektif mempunyai arti mempunyai efek, pengaruh atau akibat.
718
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
Maka efektifitas bisa diartikan seberapa tingkat besar keberhasilan yang dapat diraih (dicapai) dari suatu cara atau usaha tertentu sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Menurut kamus besar
bahasa Indonesia efektifitas adalah
menunjukkan taraf tercapainya suatu tujuan. Madya Kasihadi (1985: 54) bahwa efektifitas adalah keadaan yang menunjukkan sejauh mana apa yang direncanakan dapat tercapai, semakin banyak rencana yang dapat dicapai semakin efektif pada kegiatan tersebut. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan mengenai efektifitas penggunaan media pembelajaran adalah suatu usaha, sejauh mana usaha dalam pembelajaran dengan menggunakan alat bantu (media) dalam pencapaian suatu tujuan yang telah direncanakan. Secara umum media adalah “alat bantu” yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Istilah media sangat populer dalam bidang komunikasi. Proses belajar mengajar pada dasarnya juga merupakan proses komunikasi, kata pembelajaran sengaja dipakai sebagai padanan kata dari kata instruksi. Kata instruksi mempunyai pengertian yang lebih luas dari pengajaran, jika kata pengajaran dalam konteks guru dan siswa di kelas (ruang) / formal maka pembelajaran mencakup pula kegiatan belajar mengajar yang tak dihadiri guru secara fisik. Dalam hal ini yang ditekankan adalah proses belajar mengajar dan adanya usaha-usaha terencana dalam memanipulasi sumber-sumber agar terjadi proses belajar pada diri siswa (Sadiman, dkk, 1993). Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) merupakan alternatif terobosan pembangunan pertanian untuk mewujudkan: (1) penganekaragaman atau diversifikasi pangan yang terdiri dari komoditas tanaman umbi-umbian, sayursayuran, buah-buahan, toga, dari komoditas peternakan (ayam buras) serta dari komoditas perikanan, (2) dukungan dan pemenuhan pangan rumah tangga dalam pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi dan aman. Rumah pangan lestari diharapkan (1) memberi kesejahteraan yang layak bagi masyarakat, (2) memainkan peran nyata dalam pertumbuhan dan pemerataan ekonomi, (3) mendukung
pembangunan
pendekatan spesifik lokasi. pembangunan
pertanian
wilayah
dan
khususnya
pedesaan
melalui
Semakin meningkatnya tuntutan akan kemajuan pada
pendekatan
spesifik
lokasi
khususnya
keberhasilan pelaksanaan kegiatan Rumah Pangan lestari, maka BPTP Kepulauan Bangka Belitung berupaya untuk menyediakan dan mengaplikasikan paket-paket teknologi yang sesuai kebutuhan petani/masyarakat desa.
719
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
Pemanfaatan lahan pekarangan memberikan berbagai manfaat. Menurut Olajide-Taiwo et al. (2010), manfaat pemanfaatan lahan pekarangan adalah 1) mudah memperoleh sumber pangan segar; 2). mengurangi penngeluaran rumah tangga; 3) lingkungan terasa nyaman; 4) meningkatkan pendapatan masyarakat; 5) dan menghilangkan stress. Hasil pengkajian dampak program pemanfaatan lahan pekarangan dikemukakan oleh Saptana et al. (2011) dalam Ashari et al. (2012). Beberapa dampak positif dari kegiatan M-KRPL diantaranya (a). meningkatkan konsumsi energi dan konsumsi protein bagi rumah tangga petani peserta; (b). mengurangi pengeluaran untuk konsumsi pangan. Pengurangan pengeluaran kelompok pangan terbesar secara berturut-turut adalah kelompok sayur, umbi, hasil ternak, dan ikan; (c). meningkatkan pendapatan rumah tangga; dan (d). merangsang pertumbuhan ekonomi produktif di perdesaan. Beberapa fungsi lahan pekarangan, yaitu: 1. penghasil bahan makanan tambahan (karbohidrat, sayuran dan buah-buahan), 2. Sumber pendapatan harian, 3. Penghasil bumbu, rempah, obat, ramuan, dan bunga-bungaan, 4. Penghasil bahan bangunan, 5. Penghasil kayu bakar, 6. Penghasil bahan dasar kerajinan, dan 7. Sumber bahan organik untuk menjaga kesuburan tanah (Danoesastro, 1997). Danoesastro (1977) bahkan menyimpulkan bahwa bagi masyarakat pedesaan, pekarangan dapat dipandang sebagai “lumbung hidup” yang diperlukan untuk mengatasi paceklik, dan sekaligus menjadi pangkalan induk yang sewaktu-waktu dapat diambil manfaatnya apabila usahatani di sawah atau
tegalan
mengalami
bencana
atau
kegagalan
akibat
serangan
hama/penyakit, banjir, kekeringan dan bencana alam yang lain. Lahan pekarangan mempunyai beragam fungsi. Fungsi pekarangan dapat ditinjau dari fungsinya secara ekonomi, sosial budaya, dan biofisik. Dalam konteks budaya Jawa misalnya, pekarangan cenderung tidak eksklusif dan tidak berpagar dan kalaupun berpagarselalu ada bagian terbuka atau mudah dibuka sehingga siapapun leluasa untuk keluar masuk. Hal ini menunjukkan bagi masyarakat
desa,
pekarangan
mempunyai
fungsi
publik
yang
dapat
dipergunakan sebagai tempat bemain anak-anak dan pertemuan antar warga sebagai sarana komunikasi masa. Fungsi biofisik ditunjukkan oleh pola pengusahaan pekarangan yang multi komoditas, di mana tanaman dan ternak diusahakan bersama di pekarangan sehingga secara alami berlangsung proses daur ulang (recycling) dan tidak ada yang terbuang. Limbah dari suatu proses menjadi sumberdaya dalam proses berikutnya.
720
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
Potensi pemanfaatan lahan pekarangan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung relatif besar yaitu 44.500 ha. Kabupaten Belitung sebagai salah satu lokasi m-KRPL Bangka Belitung, memiliki luas pekarangan mencapai 12.65 Ha (BPS Babel, 2011). Dengan potensi pemanfaatan lahan pekarangan yang masih sangat luas ini, maka diharapkan dapat dilakukan untuk tanaman obat-obatan, tanaman pangan, tanaman hortikultura, ternak, ikan dan lainnyayang tujuannya untuk meningkatkan keragaman pangan lokal di Kabuaten Belitung Timur. Dampak dari pemanfaatan pekarangan yang maksimal ini, selain dapat memenuhi kebutuhan keluarga sendiri, juga berpeluang memperbanyak sumber penghasilan rumah tangga. Kebun Bibit Desa biasanya dikelola oleh kelompok agar tugas-tugas dapat terdistribusikan dengan baik sehingga kebun bibit desa merupakan tempat menghasilkan bibit-bibit sayuran yang akhirnya dapat didistribusikan ke rumah tangga-rumah tangga sasaran dalam satu kawasan.
Permana (2006),
menyatakan bahwa dalam upaya pemantapan ketahanan pangan wilayah pendekatan
yang
harus
dilakukan
adalah
melalui
upaya-upaya
nyata
menggerakkan dan mengembangkan kemampuan Rumah Tangga dalam mengakses
pangan
melalui
peningkatan
pendapatan
dan
penguatan
perekonomian Rumah Tangga. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan antara lain, yaitu: 1.
Efektivitas penggunaan media penyuluhan dalam pemanfaatan lahan pekarangan di Kab. Belitung Timur, Provinsi Kep. Bangka Belitung
2.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas media penyuluhan dalam pemanfaatan lahan pekarangan di Kab. Belitung Timur, Provinsi Kep. Bangka Belitung
Berdasarkan Latar belakang dan identifikasi masalah, tujuan kajian ini adalah untuk mengetahui: 1.
Efektivitas penggunaan media penyuluhan dalam pemanfaatan lahan pekarangan di Kab. Belitung Timur, Provinsi Kep. Bangka Belitung
2.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivitas penggunaan media penyuluhan dalam pemanfaatan lahan pekarangan di Kab. Belitung Timur, Provinsi Kep. Bangka Belitung
721
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
METODOLOGI Kajian ini dilaksanakan dari bulan Maret–Oktober 2014, di Kabupaten Belitung
Timur.
Data
diperoleh
menggunakan
metode
survei,
dengan
pendekatan partisipatif. Responden berjumlah 19 orang yang merupakan petani di wilayah Kabupaten Belitung Timur. Tahapan dalam proses kajian ini yaitu: 1.
Jadwal pelaksanaan; Kajian ini dilaksanakan dari Maret–Oktober 2014, dengan responden yaitu petani di wilayah Kabupaten Belitung Timur yang dipilih melalui metode sampel acak sederhana (simple random sampling). Ruang lingkup kajian ini meliputi: persiapan (Perencanaan dan penyusunan materi), pelaksanaan (penyebaran kuisioner dan FGD), analisis data dan penulisan laporan.
2.
Penyusunan kuesioner; dilakukan untuk mengkonsep pertanyaan yang akan disampaikan, sehingga tujuan dan keluaran dari kajian ini dapat tercapai,
3.
FGD; dibagi menjadi 2 tahap, yaitu sebelum melakukan penyebaran kuisioner, dan setelah penyebaran kuisioner. FGD dilakukan dengan isi materi terkait dengan penggunaan media penyuluhan.
4.
Analisis data; dilakukan dengan statistik deskriptif kuantitatif dengan pengambilan responden menggunakan metode sampel acak sederhana dan kemudian dilakukan dengan uji statistik non parametrik menggunakan uji Skala Linkert.
5.
Laporan; dilakukan setelah kajiaan selesai dilaksanakan dan bertujuan untuk pelaporan
dan
pendokumentasikan
hasil-hasil
kajian
yang
telah
dilaksanakan. HASIL DAN PEMBAHASAN Faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap petani yang dianalisis dalam penelitian ini dibagi menjadi 2, yaitu: 1) Faktor Internal dan 2) Faktor Eksternal. Faktor internal terdiri dari: Umur, Tingkat Pendidikan, Status Perkerjaan, dan Status Perkawinan. Faktor eksternal adalah media penyuluhan yang digunakan oleh responden. Hasil Kuisioner Faktor Internal Responden Umur Komposisi umur responden di Kabupaten Belitung Timur bervariasi dari umur 21 sampai 59 tahun. Komposisi umur tersebut sebagian besar masih
722
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
merupakan kelompok umur produktif yang diharapkan dapat dengan baik dalam menggunakan media penyuluhan.
Komposisi umur responden di Kabupaten
Belitung Timur ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi umur responden di Kabupaten Belitung Timur, 2014 Klasifikasi Muda Setengah baya Tua Jumlah Rata-rata
Responden (jiwa) 4 12 3 19
Selang (tahun) 21 – 33 34 – 46 47 – 59
% 21,05 63,16 15,79 100,00
39 (Setengah baya)
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada sebaran umur 34–46 tahun. Dari sebaran tersebut dapat diketahui bahwa responden termasuk pada klasifikasi setengah baya dan tergolong kedalam usia produktif.
Secara teoritis, semakin muda usia seseorang maka seseorang
tersebut akan semakin produktif karena taraf kematangan sebagai orang dewasa mulai terpenuhi baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotor. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang dijalani oleh responden. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat pendidikan responden di Kabupaten Belitung Timur berkisar antara 6 tahun sampai dengan 15 tahun. Secara rinci tingkat pendidikan responden tertera pada Tabel 2. Tabel 2. Tingkat pendidikan responden di Kabupaten Belitung Timur, 2014 Klasifikasi Rendah Sedang Tinggi Jumlah Rata-rata
Responden (jiwa) 2 16 1 19
Selang (tahun) ≤6 7 – 12 > 12
% 10,53 84,21 5,26 100,00
12 (Tinggi)
Tabel 2 menunjukkan bahwa Tingkat pendidikan responden di Kabupaten Belitung Timur masih tergolong ke dalam klasifikasi sedang, yaitu rata-rata sudah mencapai 12 tahun atau sederajat dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Keadaan ini menunjukkan bahwa responden sudah memiliki kemampuan untuk dapat menunjang dalam menerima informasi dan memperlancar komunikasi, baik antar responden ataupun dengan stakeholder.
723
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
Status Pekerjaan Status pekerjaan adalah kegiatan yang utama dan rutin dikerjakan dari responden yang menghasilkan pendapatan bagi keluarga. Berdasarkan hasil penelitian, status pekerjaan responden di Kabupaten Belitung Timur antara lain tani dan karyawan. Status pekerjaan responden terdapat pada Tabel 3. Tabel 3. Status pekerjaan responden di Kabupaten Belitung Timur, 2014 Klasifikasi Tidak Bekerja Tani dan wirausaha Pegawai negeri dan Swasta Jumlah Rata-rata
Responden (jiwa) 0 17 2 19 Tani dan wirausaha
% 0 89,47 10,53 100,00
Tabel 3 menunjukkan bahwa status pekerjaan responden di Kabupaten Belitung Timur sudah baik dan termasuk ke dalam klasifikasi Tani dan Wirausaha, artinya sudah memiliki pekerjaan yang menjadi rutinitas sehari-hari, walaupun tidak menjadi pegawai negeri dan swasta yang memiliki penghasilan tetap setiap bulan. Dengan demikian, keadaan ini menunjukkan bahwa responden sudah memiliki pendapatan rutin untuk rumah tangganya. Status Perkawinan Satus perkawinan adalah kondisi dimana responden diketahui sudah memiliki pasangan (suami/istri) atau dikatakan sudah menikah dan belum menikah.
Berdasarkan hasil penelitian, status pekerjaan responden di
Kabupaten Belitung Timur antara lain: tani, hingga karyawan. Secara rinci status pekerjaan responden tertera pada Tabel 4. Tabel 4. Status perkawinan responden di Kabupaten Belitung Timur, 2014 Klasifikasi Tidak Menikah Belum Menikah Menikah Jumlah Rata-rata
Responden (jiwa) 0 1 18 19 Menikah
% 0 5,26 94,74 100,00
Tabel 4 menunjukkan bahwa status perkawinan responden di Kabupaten Belitung Timur sudah menikah, artinya responden sudah memiliki tanggungan pribadi untuk keluarganya. Keadaan ini menunjukkan bahwa responden diharapakan. Dengan klasifikasi menikah, diharapakan responden dapat dengan baik memanfaatkan media penyuluhan yang didapat guna mendukung pemanfaatan lahan pekarangan.
724
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
Hasil Kuisioner Faktor Ekternal Tabel 5. Hasil kuisioner responden di Kabupaten Belitung Timur, 2014 Media Penyuluhan yang Digunakan Tayangan Slide Poster/Banner Leflet/Folder/Brosur Koran/Majalah Booklet/Buku Saku Siaran TV/Radio Lokasi Percontohan Rata-rata
Responden Pengguna (jiwa) 13 6 5 10 2 8 12
Jumlah Responden (jiwa)
% 68,42 31,58 26,32 52,63 10,53 42,11 63,16 42,11
19
Tabel 5 menunjukkan bahwa persentase tertinggi ditunjukkan oleh penggunaan media penyuluhan berupa tayangan slide dan diikuti media penyuluhan lokasi percontohan. Tayangan slide efektif digunakan oleh responden ketika diadakan temu tani, pelatihan, ataupun kegiatan lain yang dilakukan di dalam ruangan dengan adanya presentasi. Lokasi percontohan efektif digunakan oleh responden ketika dilakukan penyuluhan di lapangan. Dengan media penyuluhan tayangan slide dan lokasi percontohan, responden dapat dengan mudah menerima materi yang diberikan ketika di dalam ruangan. Selain itu, dengan menggunakan lokasi percontohan, responden dapat langsung melihat dan melakukan isi materi yang diberikan. Dengan menggunakan media penyuluhan
yang
efektif,
diharapkan
responden
dapat
dengan
baik
memanfaatkan lahan pekarangan yang dimiliki. Analisis
data
menggunakan
skala
linkert
yang
bertujuan
untuk
mengetahui secara pasti efektivitas penggunaan media penyuluhan dalam pemanfaatan
lahan
pekarangan
di
Kabupaten
Belitung
Timur
dengan
menghitung persentase indeks. Hasil analisis menggunakan skala linkert terlihat dari Tabel 6. Tabel 6. Efektivitas penggunaan media penyuluhan di Kabupaten Belitung Timur bedasarkan skala linkert, 2014 % Media Penyuluhan yang Digunakan Nilai (skor) Responden (jiwa) 22,91 Tayangan Slide 353 9,02 Poster/Banner 139 9,35 Leflet/Folder/Brosur 144 15,04 19 Koran/Majalah 278 2,92 Booklet/Buku Saku 45 15,96 Siaran TV/Radio 246 21,80 Lokasi Percontohan 336 Jumlah 1541 19 100 Rata-rata
725
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian
Berdasarkan Tabel 6, didapat indeks penggunaan media penyuluhan yang paling efektif dalam pemanfaatan lahan pekarangan adalah tayangan slide dengan nilai persentase sebesar 22,91% dengan skor 353. KESIMPULAN Berdasarkan
hasil
kajian,
kesimpulan
yang
didapat
adalah
media
penyuluhan yang efektif digunakan dalam pemanfaatan lahan pekarangan adalah tayangan slide. Faktor-faktor yang berhubungan dengan efektivits penggunaan media penyuluhan dalam pemanfaatan lahan pekarangan terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain: umur, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan status perkawinan. Faktor eksternal yaitu media media penyuluhan yang biasa digunakan oleh responden.
DAFTAR PUSTAKA Anonim.Media Penyuluhan.Maret, 2014.http://adingpintar.files.wordpress.com penyuluhan.pdf.
21, /2012/03/media-
Anonim.PengertianEfektivitas. Maret, 21, 2014.http://eprints.uny.ac.id /8380/3/ bab% 202%20-08511244012.pdf. BPS.2011.Bangka Belitung Dalam Angka.Pangkalpinang:BPS Danoesastro, H. 1997. Peranan pekarangan dalam usaha meningkatkan ketahanan nasional pedesaan. Pidato Dies Natalis XXVIII UGM. Gadjah Mada University Press. Departemen Pendidikan Kebudayaan. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta. http://fathurphoto.wordpress.com/2013/09/24/cara-menghitung-skala-linkert/, diakses tanggal 9 Oktober 2014. Kemtan. 2011. Pedoman Umum Model Kawasan Rumah Pangan Lestari. Kementerian Pertanian. Permana.2006.Pemanfaatan Lahan Pekarangan.Semarang:Erlangga Sadiman, Arief S. 1993. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Simatupang, P. 2004. PRIMATANI sebagai langkah awal pengembangan sistem dan usaha agribisnis industri. Analisis Kebijakan Pertanian. Badan Litbang Pertanian, Jakarta.
726