HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG ANEMIA DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU NIFAS DI DESA KARANGSARI KECAMATAN KOTA KENDAL KABUPATEN KENDAL *Masruroh, S.Si.T. M.Kes *Dosen Akbid Uniska Kendal.
ABSTRAK Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal (Supariasa, 2002 : 169) sedangkan menurut Arief, (2008 : 109) Anemia sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah (Hemoglobin atau Hb) dibawah nilai normal. Penyebabnya bisa karena kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah, tetapi yang sering terjadi adalah anemia kurangnya zat besi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik responden yang meliputi umur, pendidikan, dan jumlah anak yang dilahirkan oleh responden di Desa Karangsari Kecamatan Kota Kendal Kabupaten Kendal. Menggambarkan pengetahuan ibu nifas tentang anemia pada ibu nifas di Desa Karangsari Kecamatan Kota Kendal Kabupaten Kendal. Mengetahui tingkat kejadian anemia pada ibu nifas di Desa Karangsari Kecamatan Kota Kendal Kabupaten Kendal. Serta mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang anemia dengan kejadian anemia pada ibu nifas di Desa Karangsari Kecamatan Kota Kendal Kabupaten Kendal. Penelitian ini menggunakan metode survey analitik. Pendekatan yang digunakan adalah desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas di Desa Karangsari Kecamatan Kendal Kabupaten Kendal pada bulan Mei-Juni 2009 dengan jumlah populasi keseluruhan 32 ibu nifas. Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas di Desa Karangsari Kecamatan Kendal Kabupaten Kendal Hasil penelitian diperoleh ibu nifas yang berpengatahuan baik serta tidak mengalami anemia (normal) sebanyak 17 orang (53,1%) lebih tinggi dibanding dengan pengetahuan ibu nifas yang baik serta mengalami anemia ringan sebanyak 2 orang (6,2%). Dan ibu nifas yang berpengetahuan cukup serta mengalami anemia ringan sebanyak 13 orang (40,6%) lebih tinggi dibanding ibu nifas yang berpengetahuan cukup serta tidak mengalami anemia (normal). Analisa data diatas diperoleh hasil p value 0,000 < dari ( < 0,05 ) , yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu nifas tentang anemia dengan kejadian anemia pada ibu nifas di Desa Karangsari Kecamatan Kota Kendal. Dari hasil penelitian tersebut maka peneliti sarankan bagi masyarakat khususnya ibu nifas agar tidak melakukan budaya pantang makan yang dapat menyebabkan anemia pada ibu nifas dan juga agar ibu nifas mau mengkonsumsi tablet Fe .
Kata Kunci : Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang anemia nifas, Praktek Pemberian ASI, kejadian anemia nifas
Jurnal Ilmiah Kesehatan Akbid Uniska Kendal |Edisi Ke-1 Tahun 2011
1
PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG Masa nifas dimulai beberapa jam setelah lahirnya plasenta dan mencakup enam minggu berikutnya. Asuhan nifas haruslah memberikan tanggapan terhadap kebutuhan khusus itu selama masa yang istimewa ini. Walaupun menderita nyeri dan tidak nyaman kelahiran bayi biasanya merupakan peristiwa yang menyenangkan karena dengan berakhirnya masa kehamilan yang telah lama ditunggu-tunggu dan dimulainya suatu kehidupan baru. Namun kelahiran bayi juga merupakan suatu masa kritis bagi kesehatan itu. Kemungkinan timbul masalah atau penyulit, yang bila tidak ditangani segera dengan efektif dan dapat membahayakan kesehatan atau mendatangkan kematian bagi ibu. Lebih dari separuh kematian ibu terjadi dalam masa nifas, sehingga masa nifas ini sangat penting untuk dipantau bidan (Hyre, 2003 : 3). Makanan bagi ibu nifas harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makanmakanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan (Mochtar, 1998). Anemia (penyakit kurang darah) terjadi karena konsumsi zat besi (Fe) pada tubuh kurang seimbang atau kurang dari kebutuhan tubuh yang sangat diperlukan dalam pembentukan darah, yakni dalam hemoglobin (hb). Disamping itu Fe juga diperlukan enzim sebagai penggiat (Notoatmodjo, 2003 : 200). Penyebab masalah Anemia Gizi Besi (AGB) adalah kurangnya daya beli masyarakat untuk mengkonsumsi makanan sumber zat besi, terutama dengan ketersediaan biologic tinggi (asal hewan), dan pada umumnya perempuan ditambah dengan kehilangan darah melalui haid atau pada persalinan. Anemia Gizi Besi (AGB) menyebabkan penurunan kemampuan fisik atau produktifitas kerja, penurunan kemampuan berpikir dan penurunan antibody sehingga mudah terserang infeksi. Penanggulangan dilakukan melalui pemberian tablet atau sirup besi pada kelompok sasaran (Almatsier, 2002 : 304). Selama masa nifas, tanpa adanya kehilangan darah berlebih konsentrasi hemoglobin tidak banyak dibanding konsentrasi sebelum melahirkan. Setelah melahirkan kadar hemoglobin biasanya berfluktuasi. Kecepatan dan besarnya peningkatan pada awal masa nifas ditentukan
oleh jumlah hemoglobin yang bertambah selama kehamilan dan jumlah daerah yang hilang saat pelahiran serta dimodifikasi oleh penurunan volume plasma selama masa nifas (http://www.anemia-dalamkehamilan.html.2008). Penyebab terserang anemia kehamilan dan masa nifas adalah defisiensi besi dan kehilangan darah akut. Tidak jarang keduanya saling berkaitan erat, karena pengeluaran darah yang berlebihan serta hilangnya hemoglobin dapat menjadi penyebab penting anemia defisiensi besi (http://www.anemia-dalamkehamilan.html.2008). Studi pendahuluan yang dilakukan di Desa Karangsari Kecamatan Kota Kendal Kabupaten Kendal dengan bantuan Bidan Desa Ny Sri Wahyuni, Amd.Keb pada tanggal 18 Maret 2009 terdapat 34 ibu nifas dan hasil wawancara sementara pada 5 ibu nifas didapatkan 4 ibu nifas belum tahu tentang pengertian anemia dan kadar Hb pada ibu nifas, 3 ibu nifas tidak secara rutin minum tablet Fe dengan alasan apabila minum terasa mual, dan 3 ibu nifas masih melakukan budaya pantang makan. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Nifas di Desa Karangsari Kecamatan Kota Kendal Kabupaten Kendal”. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan dalam teori kognitif merupakan hasil interaksi seseorang dengan lingkungan sosial secara timbal balik yang menghasilkan pengalaman tertentu (Notoatmodjo,2003 : 127-128) 2. Nifas Ibu nifas adalah seorang wanita yang baru melahirkan dan berakhir setelah kirakira 2 minggu. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8
2
minggu. (http : // harnawtiaj.wordpress. com. tubuh dan meningkatkan kelangsungan 2008). hidup anak. Pada bulan-bulan pertama Nifas dibagi dalam 3 periode : kehidupan bayi bergantung pada a. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana vitamin A yang terkandung dalam ASI. ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, 4. Anemia nifas dianggap telah bersih dan boleh bekerja Anemia adalah suatu keadaan dimana setelah 40 hari. kadar hemoglobin (Hb) dalam darah b. Puerperium intermedial yaitu kepulihan kurang dari normal (Supariasa, 2002 : menyeluruh alat-alat genetalia yang 169) sedangkan menurut Arief, (2008 : lamanya 6-8 minggu. 109) Anemia sering disebut kurang darah, c. Remote puerperium adalah waktu yang kadar sel darah merah (Hemoglobin atau diperlukan untuk pulih dan sehat Hb) dibawah nilai normal. Penyebabnya sempurna terutama bila selama hamil atau bisa karena kurangnya zat gizi untuk waktu persalinan mempunyai komplikasi. pembentukan darah, tetapi yang sering Waktu untuk sehat sempurna bisa terjadi adalah anemia kurangnya zat besi. berminggu-minggu, bulanan atau tahunan. Kategori Anemia Menurut Wiryo (2002 : 19) Pada anemia terdapat tingkatan-tingkatan anemia yaitu : 3. Gizi nifas Gizi adalah suatu proses organisme a. Tidak anemia (normal) : > 11 gr% menggunakan makanan yang dikonsumsi b. Anemia ringan : 9 - < 11 gr% secara normal melalui proses digesti, c. Anemia sedang : 7- < 9 gr% absorbsi, transportasi, penyimpanan, d. Anemia berat : < 7 gr% metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan Penyebab Anemia kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal Penyebab masalah Anemia Gizi Besi dari organ-organ, serta menghasilkan energi. (AGB) adalah kurangnya daya beli (Supariasa, 2001 : 17). masyarakat untuk mengkonsumsi Zat gizi (nutriens) adalah ikatan kimia makanan sumber zat besi, terutama dengan yang diperlukan tubuh untuk melakukan ketersediaan biologic tinggi (asal hewan), fungsinya, yaitu menghasilkan energi, dan pada umumnya perempuan ditambah membangun dan memelihara jaringan, serta dengan kehilangan darah melalui haid atau mengatur proses-proses kehidupan. pada persalinan. Anemia Gizi Besi (AGB) menyebabkan penurunan kemampuan fisik Kebutuhan Gizi Ibu Nifas atau produktifitas kerja, penurunan Menurut Suherni, dkk (2007 : 101) Ibu kemampuan berpikir dan penurunan nifas dianjurkan untuk : antibody sehingga mudah terserang a. Makan dengan diit berimbang, cukup infeksi. Penanggulangan dilakukan karbohidrat, protein, lemak, vitamin melalui pemberian tablet atau sirup besi dan mineral. pada kelompok sasaran (Almatsier, 2002 : b. Mengkonsumsi makanan tambahan, 304). nutrisi 800 kalori / hari pada 6 bulan Selama masa nifas, tanpa adanya pertama, 6 bulan selanjutnya 500 kalori kehilangan darah berlebih konsentrasi dan tahun kedua 400 kalori. Jadi jumlah hemoglobin tidak banyak dibanding kalori tersebut adalah tambahan dari konsentrasi sebelum melahirkan. Setelah kebutuhan kalori per harinya. Asupan melahirkan kadar hemoglobin biasanya cairan 3 liter / hari, 2 liter didapat dari berfluktuasi. Kecepatan dan besarnya air minum dan 1 liter dari cairan yang peningkatan pada awal masa nifas ada pada kuah sayur, buah dan ditentukan oleh jumlah hemoglobin yang makanan yang lain. Mengkonsumsi bertambah selama kehamilan dan jumlah tablet besi 1 tablet tiap hari selama 40 darah yang hilang saat pelahiran serta hari. dimodifikasi oleh penurunan volume c. Mengkonsumsi vitamin A 200.000 iu. plasma selama masa nifas Pemberian vitamin A dalam bentuk (http://www.anemia-dalamsuplementasi dapat meningkatkan kehamilan.html.2008). kualitas ASI, meningkatkan daya tahan
3
Penatalaksanaan dan pengobatan anemia pada ibu nifas menurut Sujudi, dkk (1999 : 95) yaitu : a. Tablet tambah darah perlu dinaikkan menjadi 2-3 kali 1 tablet per hari. Bila Hb 8 gr% atau kurang, ibu perlu dirujuk ke dokter. b. Ibu perlu istirahat cukup, makan makanan yang kaya zat besi, misalnya ikan, hati, ayam, sayuran berdaun hijau tua seperti singkong, dan daun pepaya, bayam, buah-buahan. Teh dan kopi menghambat penyerapan zat besi, karena itu perlu dihindari. c. Bila ibu terlalu lelah, tak dapat menjalankan kegiatan sehari-hari, nafsu makannya buruk, ibu perlu dirujuk. d. Ibu dan suaminya harus mengusahakan agar ibu tidak hamil lagi paling sedikit 2 tahun sampai tubuhnya kuat dan tidak menderita anemia.
Sedangkan variabel yang termasuk faktor efek adalah kejadian anemia nifas (Notoatmodjo, 2002 : 145). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas di Desa Karangsari Kecamatan Kendal Kabupaten Kendal pada bulan Mei-Juni 2009 dengan jumlah populasi keseluruhan 32 ibu nifas. Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas di Desa Karangsari Kecamatan Kendal Kabupaten Kendal dengan menggunakan teknik sampling total yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dengan menggunakan semua populasi yang tersedia pada bulan MeiJuni 2009. (Mahfudz, 2008 : 51) Alat penelitian yang digunakan adalah : a. Kuesioner untuk mengumpulkan data tentang tingkat pengetahuan ibu nifas tentang anemia pada ibu nifas. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang sudah tersusun baik, sudah matang, dimana responden hanya memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu (Notoatmodjo, 2002 : 116). Dalam kuesioner tingkat pengetahuan ibu nifas tentang anemia pada ibu nifas berjumlah 28 soal dan diukur dengan skala Guttman. Untuk pertanyaan positif (favourable) jawaban ya nilai 2, jawaban tidak nilai 1, sedangkan pertanyaan negative (unvafourabel) jawaban ya nilai 1, dan jawaban tidak nilai 2.
5. Zat Besi (Ferrum Fe) Zat besi (Fe) merupakan microelement yang esensial bagi tubuh zat ini terutama diperlukan dalam hemopobesis (pembentukan darah), yaitu dalam sintesa hemoglobin (Hb). Di samping itu berbagai jenis enzim memerlukan Fe sebagai faktor penggiat. Di dalam butuh sebagian besar Fe terdapat terkonjungasi dengan protein, dan terdapat dalam bentuk Ferro atau Ferri. Bentuk aktif zat besi biasanya terdapat sebagai Ferro, sedangkan bentuk inaktif adalah sebagai Ferri (misalnya bentuk b. Untuk mengetahui kejadian anemia pada storage). ibu nifas dilakukan dengan cara mengukur kadar hemoglobin menggunakan HB set sahli. Setelah kuesioner sebagian alat ukur atau METODOLOGI PENELITIAN alat pengumpulan data selesai disusun Penelitian ini dengan menggunakan belum berarti kuesioner dapat digunakan metode survey analitik, yaitu survey atau untuk mengumpulkan data, untuk itu penelitian yang mencoba menggali kuesioner perlu diuji di lapangan. Pada bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan penelitian ini uji validitas akan dilakukan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis di Desa Kedungwuni Kecamatan dinamika korelasi antara fenomena, baik Kedungwuni Kabupaten Kendal dengan faktor resiko dengan faktor efek maupun jumlah responden 15 orang. antar faktor resiko dan faktor efek. Pendekatan yang dilakukan adalah HASIL PENELITIAN pendekatan cross sectional yaitu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antar 1. Karakteristik Responden. faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data Berdasarkan hasil pengumpulan sekaligus pada saat bersamaan. Dalam hal ini data di lapangan dengan menggunakan yang termasuk faktor resiko adalah tingkat kuesioner diperoleh gambaran pengetahuan ibu nifas tentang anemia nifas. karakteristik ibu nifas dari 32 orang yang
4
ada di Desa Karangsari Kecamatan Kota Kendal,sebagai berikut : a. Umur Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur Umur
Frekuensi
< 20 tahun 20-35 tahun >35 tahun Total
0 30 2 32
Prosentase (%) 0 93,8 6,2 100
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar umur responden diantara 2035 tahun di Desa Karangsari Kecamatan Kota Kendal Kabupaten Kendal sebanyak 30 orang (93,8%) dan sisanya berusia lebih dari 35 sebanyak 2 orang (6,2%) dan tidak ada ibu nifas yang berumur < 20 tahun.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden melahirkan anak dengan jumlah 1 anak sebanyak 11 (34,4%), responden yang melahirkan anak diantara 2-3 anak sebanyak 20 orang (62,5%) dan adapula responden yang melahirkan anak lebih dari 3 sebanyak 1 orang (3,1%). 2.
Karakteristik Variabel Penelitian
a. Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Anemia Nifas Tabel 4 Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Anemia nifas Kriteria
Frekuensi
Baik Cukup Kurang Total
19 13 0 32
Prosentase (%) 59,4 40,6 0 100
b. Pendidikan Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan Pendidikan
Frekuensi
SD/ Sederajat SMP/ Sederajat SMA/ Sederajat PT Total
0 8 19
Prosentase (%) 0 25,0 59,4
5 32
15,6 100
Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan SMP sebanyak 8 orang (25,0%), SMA sebanyak 19 orang (59,4%), dan hanya sebagian kecil yang berpendidikan PT sebanyak 5 orang (15,6%) dan tidak ada responden yang berpendidikan SD. c. Jumlah Anak Yang Dilahirkan Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jumlah Anak yang Dilahirkan Jumlah anak 1 2-3 >3 Jumlah
Frekuensi Persentase (%) 11 34,4 20 62,5 1 3,1 32 100
Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu nifas tentang anemia nifas sebagian besar dalam kategori baik sebanyak 19 orang (59,4%) dan sisanya dalam kategori cukup sebanyak 13 orang (40,6%) serta tidak ada pengetahuan ibu nifas dalam kategori kurang. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu nifas mengenai anemia nifas adalah baik. b. Kategori Anemia Tabel 5. Distribusi Kategori anemia Kriteria
Frekuen si Normal (> 11 gr% ) 17 Ringan ( 9 – < 11 15 gr% ) 0 Sedang ( 7 – < 9 0 gr% ) Berat (< 7 gr% ) Total 32
Prosenta se (%) 53,1 46,9 0 0
100
Dari Tabel 5. menunjukkan bahwa sebagian besar ibu nifas tidak anemia atau dalam keadaan normal sebanyak 17 orang (53,1%) serta sisanya dalam keadaan anemia ringan sebanyak 15 orang (46,9%), dan ibu nifas tidak ada yang mengalami anemia sedang maupun berat. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian
5
anemia pada ibu nifas di Desa Karangsari adalah normal. c. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Anemia Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Nifas Tabel 6. . Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas tentang Anemia dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Nifas Penget ahuan Baik Cukup Total
Kejadian Anemia Anmeia Normal Ringan f % f % 17 53,1 2 6,2 0 0 13 40,6 17 53,1 15 46,9
Total F 19 13 32
p value % 59,4 40,6 100
0,000
Dari Tabel 6. dapat dilihat bahwa ibu nifas yang berpengatahuan baik serta tidak mengalami anemia (normal) sebanyak 17 orang (53,1%) lebih tinggi dibanding dengan pengetahuan ibu nifas yang baik serta mengalami anemia ringan sebanyak 2 orang (6,2%). Dan ibu nifas yang berpengetahuan cukup serta mengalami anemia ringan sebanyak 13 orang (40,6%) lebih tinggi dibanding ibu nifas yang berpengetahuan cukup serta tidak mengalami anemia (normal). Analisa data diatas diperoleh hasil p value 0,000 < dari ( < 0,05 ) , yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu nifas tentang anemia dengan kejadian anemia pada ibu nifas di Desa Karangsari Kecamatan Kota Kendal. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian di atas membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu nifas tentng anemia dengan kejadian anemia pada ibu nifas di Desa Karangsari Kecamatan Kota Kendal. Karakteristik Responden 1. Umur Dari distribusi responden berdasarkan umur yang kaitannya dengan pengetahuan ibu nifas tentang anemia pada ibu nifas sebagian besar 30 orang (93,8%) adalah umur 20-35 tahun dan sebanyak 2 orang (6,2%) adalah umur > 35 tahun. Dan tidak ada responden yang
berumur < 20 tahun. Hal ini dipacu oleh pengalaman dirinya sendiri atau orang tua tentang kebiasaan ibu nifas sehari-hari, misalnya budaya pantang makan, seperti tidak boleh makan daging, ikan dan telur. Merupakan salah satu penyebab anemia pada ibu nifas sehingga kebanyakan yang melakukan tersebut adalah ibu nifas yang berumur > 35 tahun serta ibu nifas untuk beranggapan bahwa berpantang makan tersebut tidak akan mengganggu kesehatan. Hal ini diperkuat Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman, baik pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain. Pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran suatu pengetahuan. 2. Pendidikan Dari data diatas ibu nifas yang berpendidikan SMP sebanyak 8 orang (25,0%) berpendidikan SMA sebanyak 19 orang (59,4%) berpendidikan tinggi sebanyak 5 orang (15,6%). Dan tidak ada ibu nifas yang berpendidikan SD. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar ibu nifas di desa Karangsari berpendidikan SMP dan SMA sehingga lebih mudah menerima materi atau informasi dibandingkan dengan ibu nifas yang berpendidikan SD saja. Menurut Green dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor predisposisi untuk terbentuknya tingkat pengetahuan. Menurut Koentjoroningrat dalam Nursalam (2001) menyebutkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, seseorang akan semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pengetahuan yang dimiliki sebaliknya pengetahuan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan. 3. Jumlah anak yang dilahirkan Dari distribusi responden berdasarkan jumlah anak yang dilahirkan sebagian besar mempunyai jumlah anak 2-3 yaitu sebanyak 20 orang (62,5). Sedangkan yang mempunyai anak 1 yaitu sebanyak 11 orang (34,4%), dan yang memiliki anak lebih dari 3 sebanyak 1 orang (3,1%).
6
Pada penelitian ini, jumlah anak dilahirkan tidak ada kaitannya dengan tingkat pengetahuan responden. Apabila jumlah anak lebih banyak belum tentu mempunyai pengetahuan yang baik, demikian pula sebaliknya apabila jumlah anak lebih sedikit belum tentu mempunyai pengetahuan kurang. Pada penelitian ini banyak responden yang memiliki anak jumlah sedikit, tapi mempunyai pengetahuan yang baik sehubungan dengan pengetahuan ibu nifas tentang anemia pada ibu nifas. 4. Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Anemia Hasil analisa univariat pengetahuan terhadap 32 ibu nifas tentang anemia menunjukkan bahwa sebagian besar 19 orang (59,4%) ibu nifas mempunyai pengetahuan cukup tentang anemia dan tidak ada ibu nifas yang mempunyai pengetahuan kurang. Menurut penelitian yang saya lakukan mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik, hal ini ada kaitannya dengan pendidikan ibu yaitu mayoritas berpendidikan SMA sehingga memiliki pengetahuan yang baik karena dengan makin tinggi pendidikan yang ditempuh maka makin banyak pula pengetahuan yang didapat dan dapat lebih mudah menangkap apabila diberi informasi atau penyuluhan. Responden yang memiliki pengetahuan yang baik, hal ini juga tak lepas karena responden mendapat informasi mengenai gizi nifas dari bidan, buku, leaflet-leaflet yang ada di tempat kesehatan. Menurut Notoatmodjo (2003) Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra yakni indra penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan dalam teori kognitif merupakan hasil interaksi seseorang dengan lingkungan sosial secara timbal balik yang menghasilkan pengalaman tertentu. 5. Kejadian Anemia Pada Ibu Nifas Hasil penelitian pada tabel 4.6 menunjukkan sebagian besar ibu nifas tidak mengalami anemia (normal) yaitu sebanyak 17 orang (53,1%) ibu nifas yang mengalami anemia ringan sebanyak 15 orang (46,9%) dan tidak ada ibu nifas yang mengalami anemia sedang maupun berat.
Penyebab masalah anemia gizi besi (AGB) adalah kurangnya daya beli masyarakat untuk mengkonsumsi, makanan sumber zat besi, terutama dengan ketersediaan biologic tinggi (asal hewan) dan pada perempuan ditambah dengan kehilangan darah melalui haid atau pada persalinan (Almatsier 2002 : 304). Selama masa nifas, tanpa adanya kehilangan darah berlebihan, konsentrasi hemoglobin tidak banyak berbeda dibanding konsentrasi sebelum melahirkan. Setelah melahirkan, kadar Hb biasanya berfluktuasi sedang disekitar kadar pra persalinan selama beberapa hari dan kemudian meningkat ke kadar yang lebih tinggi daripada kadar tidak hamil. Kecepatan dan besarnya peningkatan pada awal masa nifas ditentukan oleh jumlah hemoglobin yang bertambah selama kehamilan dan jumlah darah yang hilang saat persalinan serta dimodifikasi oleh penurunan volume plasma selama nifas. (http://www.anemia-dalamkehamilan.html.2008) 6. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Nifas tentang Anemia dengan Kejadian Anemia pada Ibu Nifas Berdasarkan uji statistik chi square pada tabel 4.8 diatas diperoleh nilai p value 0,000 (p<0,05), ini membuktikan bahwa ada hubungan secara signifikan (bermakna) antara hubungan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang anemia dengan kejadian anemia nifas di Desa Karangsari. Hasil penelitian membuktikan bahwa ibu nifas yang berpengetahuan baik serta tidak mengalami anemia (normal) sebanyak 17 orang (53,1%) lebih tinggi dibanding pengetahuan dengan ibu nifas yang berpengetahuan baik serta mengalami anemia ringan sebanyak 2 orang (6,2%). Ini menunjukkan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan baik berpotensi kecil mengalami anemia pada saat nifas. Meskipun ada sebagian ibu nifas yang berpengetahuan cukup serta mengalami anemia ringan sebanyak 13 orang (40,6%) lebih tinggi dibanding ibu nifas yang berpengetahuan cukup serta tidak mengalami anemia (normal). Menurut penelitian Susilowati (2006) yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Gizi Nifas dengan Kejadian KEK (Kurang Energi Kalori) dan Anemia”, yaitu dari 57 ibu nifas yang ada didapatkan
7
hasil 39 ibu nifas berpengetahuan cukup tentang gizi selama masa nifas, dan hasil dari pemeriksaan didapatkan 17 orang ibu nifas menderita KEK (Kurang Energi Kalori) dan 22 orang ibu nifas menderita anemia. KESIMPULAN DAN SARAN.
nifas dan memberikan motivasi pada ibu nifas untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi dan juga minum tablet Fe ,dan diharapkan agar bidan melakukan pemeriksaan kadar Hb pada saat kunjungan rumah.
1.Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian,maka dapat disimpulkan sebagai berikut : a) Sebagian besar ibu nifas di Desa Karangsari Kecamatan Kota Kendal Kabupaten Kendal berusia di antara 20 - 35 tahun (93,8%), berusia lebih dari 35 tahun (6,2%), dan yang berusia kurang dari 20 tahun tidak ada. b) Tingkat pendidikan ibu nifas di Desa Karangsari Kecamatan Kota Kendal Kabupaten Kendal adalah berpendidikan SMA / sederajat (59,4%), SMP / sederajat (25,0%) , PT (15,6%), dan SD/ sederajat tidak ada. c) Sebagian besar ibu nifas di Desa Karangsari Kecamatan Kota Kendal Kabupaten Kendal tergolong multigravida (62,5%), primigravida (34,4%) dan grandemulti (3,1%). d) Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang anemia pada ibu nifas di Desa Karangsari Kecamatan Kota Kendal yaitu baik (59,4%). e) Kejadian anemia pada ibu nifas di Desa Karangsari Kecamatan Kota Kendal yaitu normal (53,1%). f) Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu nifas tentang anemia dengan kejadian anemia pada ibu nifas di Desa Karangsari Kecamatan Kota Kendal, hal ini ditunjukkan dengan hasil analisi Chi Square p value 0,000 ( < dari α 0,05 ).
c). Bagi Institusi Akbid Uniska Kendal Kepada para pembaca di perpustakaan agar mengetahui tentang anemia dan bagaimana cara pencegahannya. d). Bagi Peneliti Selanjutnya Untuk penelitian lebih lanjut tentang anemia pada ibu nifas, diharapkan peneliti meneliti faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kejadian anemia pada ibu nifas, misalnya budaya pantang makan, umur, sarana dan prasarana. Disamping itu penelitian dengan jumlah sample yang lebih besar dan area yang lebih luas, serta metode penelitian yang lebih lengkap dan bervariasi perlu juga dipertimbangkan untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Arief, N. 2008. Panduan Lengkap Kehamilan Dan Kelahiran Sehat. Yogyakarta : Dianloka Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta
2. Saran Azwar, A. 2001. Catatan Tentang Berdasarkan hasil penelitian, maka Perkembangan Dalam Praktek dapat dikemukakan beberapa saran sebagai Kebidanan. Jakarta : PT. Sari Husada berikut : a) Bagi Masyarakat Azwar, A. 2007. Metodologi Penelitian Hendaknya masyarakat khususnya ibu Kedokteran Dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Binarupa nifas agar tidak melakukan budaya Aksara pantang makan yang dapat menyebabkan anemia pada ibu nifas dan juga agar ibu Budiarto, E. 2001. Biostatistika Untuk nifas mau mengkonsumsi tablet Fe . Kedokteran Dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC b). Bagi Bidan. Bidan harus mampu memberikan Erfandi.http://www.kaskus.us/showthread.ph penyuluhan mengenai anemia pada ibu p. 15 Maret 2009 jam 19.45 WIB 8 50
Hyre,
A. 2003. Asuhan Kebidanan Sediaoetama, AD. 2004. Ilmu Gizi. Jakarta : Postpartum. WHO : JHPIEGO Dian Rakyat
Machfoedz, I. 2008. Metodologi Penelitian. Sugiyono. 2006. Statistika Untuk Penelitian. Yogyakarta : Fitramaya Bandung : Alfa Beta Head,
S. http://www.anemia-dalam- Suherni, dkk. 2007. Perawatan Masa Nifas. kehamilan.html. 21 Maret 2009 jam Yogyakarta : Fitramaya 21.10 WIB Supariasa, IDN. 2002. Penilaian Status Gizi. Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Jakarta : EGC Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta Udiyono, A. 2007. Metodologi Penelitian Notoatmodjo, S.2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Semarang : Universitas Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Diponegoro Nursalam. 2003. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Wiryo, H. 2002. Peningkatan Gizi Bayi, Anak, Ibu Hamil, Ibu Menyusui dengan Bahan Makanan Lokal. Jakarta : Sagung Seto
Purwati, SD. 2007. Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Pengetahuan Tentang Gizi Ibu Hamil Dengan Kejadian Anemia Di Puskesmas Kedungwuni 1 Kabupaten Pekalongan. Pekalongan : AKBID Muhamadiyah Pekajangan
9