PEMBELAJARAN DIMENSI TIGA MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X 7 SMA NEGERI JUMAPOLO KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2008/2009 (Penelitian Tindakan Kelas)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan
Oleh Endang Agustini S S810908106
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
PEMBELAJARAN DIMENSI TIGA MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X 7 SMA NEGERI JUMAPOLO KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2008/2009 (Penelitian Tindakan Kelas)
Disusun Oleh : Endang Agustini S S810908106
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Dosen Pembimbing Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Pembimbing I
Prof. Dr. Sunardi, M.Sc. NIP. 130605279
………………
…………
Pembimbing II
Dr. Nunuk Suryani, M.Pd. NIP. 131918507
....……………
....………
Mengetahui Ketua Program Teknologi Pendidikan
Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd. NIP. 130367766
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................
ii
DAFTAR ISI...........................................................................................
iii
DAFTAR TABEL...................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................
vi
BAB I
PENDAHULUAN .............................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ..............................................
1
B. Rumusan Masalah .......................................................
4
C. Tujuan Penelitian .........................................................
5
D. Manfaat Penelitian ......................................................
5
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS .........................
7
A. Landasan Teori ............................................................
7
1. Hakikat Pembelajaran Dimensi Tiga……………..
7
a. Belajar……………….. ....................................
7
b. Mengajar………………. .................................
9
c. Pembelajaran …………………………….......
10
d. Pembelajaran Dimensi Tiga ……………........
13
2. Hakikat Media Pembelajaran……………………..
14
a. Pengertian Media Pembelajaran ….……..……
14
b. Tujuan Penggunaan Media Pembelajaran……..
16
c. Manfaat Media Pembelajaran ………….……...
17
d. Jenis Media Pembelajaran …………………….
19
BAB II
3
BAB III
BAB IV
3. Hakikat Motivasi …………………………………..
21
4. Hakikat Prestasi Belajar ..........................................
24
B. Penelitian yang Relevan .......................................... ......
28
C. Kerangka Berfikir.........................................................
28
D. Hipotesis Tindakan .....................................................
30
METODOLOGI PENELITIAN .......................................
31
A. Setting Penelitian ........................................................
31
B. Subjek Penelitian..........................................................
32
C. Data dan Sumber Data .................................................
32
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ...........................
32
E. Validasi Data ...............................................................
34
F. Teknik Analisis Data ...................................................
35
G. Indikator Kinerja .........................................................
37
H. Prosedur Penelitian .....................................................
38
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................
43
A. Deskripsi Daerah Penelitian.........................................
43
B. Deskripsi Kondisi Awal Pembelajaran Dimensi Tiga
BAB V
Siswa Kelas X 7 ...........................................................
45
C. Deskripsi Penelitian Tindakan Kelas ...........................
46
1. Deskripsi Siklus I...................................................
47
2. Deskripsi Siklus II..................................................
54
3. Deskripsi Siklus III ................................................
61
D. Hasil Penelitian ............................................................
68
E. Pembahasan..................................................................
74
PENUTUP..........................................................................
79
4
A. Kesimpulan ..................................................................
79
B. Implikasi ......................................................................
80
C. Saran ............................................................................
80
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..
82
LAMPIRAN-LAMPIRAN …………………………………………….
85
5
DAFTAR TABEL Tabel IV.1
Hasil Angket Motivasi Siswa terhadap Pembelajaran Dimensi Tiga Kelas X 7 SMA Negeri Jumapolo ....................
68
Tabel IV.2
Hasil Belajar Dimensi Tiga pada Siklus I ................................ 70
Tabel IV.3
Hasil Belajar Dimensi Tiga pada Siklus II .............................. 71
Tabel IV.4
Hasil Belajar Dimensi Tiga pada Siklus III ............................. 72
Tabel IV.5
Hasil Belajar Dimensi Tiga Sebelum Tindakan Kelas ............ 74
Tabel IV.6
Hasil Belajar Dimensi Tiga Selama Proses Pembelajaran dalam Tiga Siklus .................................................................... 75
Tabel IV.7
Prosentase Hasil Belajar Dimensi Tiga dalam Tiga Siklus ..... 76
6
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Berfikir .................................................................
29
Gambar 2 Alur Penelitian Tindakan ......................................................
39
7
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 SILABUS...........................................................................
85
Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ........
86
Lampiran 3 KISI-KISI INSTRUMEN MOTIVASI SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN DIMENSI TIGA................................
91
Lampiran 4 ANGKET MOTIVASI SISWA TERHADAP MATA PEMBELAJARAN DIMENSI TIGA................................
92
Lampiran 5 ULANGAN HARIAN DIMENSI TIGA SIKLUS I..........
94
Lampiran 6 ULANGAN HARIAN DIMENSI TIGA SIKLUS II ........
98
Lampiran 7 ULANGAN HARIAN DIMENSI TIGA SIKLUS III .......
102
Lampiran 8 CATATAN LAPANGAN SIKLUS I ................................
106
Lampiran 9 CATATAN LAPANGAN SIKLUS II...............................
110
Lampiran 10 CATATAN LAPANGAN SIKLUS III.............................
114
Lampiran 11 NILAI ULANGAN HARIAN DIMENSI TIGA SEBELUM DILAKUKAN TINDAKAN..........................
118
Lampiran 12 NILAI ULANGAN HARIAN DIMENSI TIGA SIKLUS I ...........................................................................
119
Lampiran 13 NILAI ULANGAN HARIAN DIMENSI TIGA SIKLUS II..........................................................................
120
Lampiran 14 NILAI ULANGAN HARIAN DIMENSI TIGA SIKLUS III.........................................................................
121
Lampiran 15 TABEL SKOR MOTIVASI SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN DIMENSI TIGA KELAS X 7 PADA KONDISI AWAL ..................................................
122
8
Lampiran 16 TABEL SKOR MOTIVASI SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN DIMENSI TIGA KELAS X 7 PADA KONDISI AKHIR..................................................
124
Lampiran 17 FOTO PELAKSANAAN TINDAKAN............................
126
9
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sering kita jumpai jika anak ditanya pelajaran apa yang paling tidak disukai jawabannya adalah matematika, pelajaran apa yang paling memusingkan adalah matematika, guru apa yang paling dibenci adalah guru matematika dan sebagainya. Maka berdasarkan fenomena tersebut dari sekian rangkaian proses pembelajaran matematika jelas ada sesuatu yang salah, pengamatan kami terhadap proses pembelajaran matematika siswa kelas X 7 SMA Negeri Jumapolo ditemukan data bahwa sebagian siswa memiliki motivasi dan kemampuan yang rendah, khususnya dalam menguasai materi dimensi tiga. Pada sebagian siswa yang lain dimana mereka sebenarnya menyenangi pelajaran matematika, namun pada saat mempelajari materi dimensi tiga menjadi malas dan bahkan semangat belajarnya berkurang. Hal itu dapat berpengaruh pada proses belajar mereka di kelas berikutnya. Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari rendahnya prestasi belajar siswa, terutama pada mata pelajaran yang dianggap sulit seperti matematika, fisika, dan bahasa inggris. Salah satu pokok bahasan dalam mata pelajaran matematika yang diberikan ditingkat SMA pada kelas X semester II adalah dimensi tiga. Banyak siswa menganggap materi tersebut sukar dipahami terutama untuk menggambar dan memahami bagian-bagian bangun ruang, karena siswa dituntut untuk dapat berfikir abstrak.
10
Pelaksanaan kegiatan balajar mengajar belum dapat berjalan secara maksimal karena dipengaruhi beberapa faktor, antara lain: 1) tuntutan materi pelajaran yang cukup padat dan alokasi waktu yang terbatas, membuat guru lebih mementingkan mengejar materi, 2) guru kurang memanfaatkan penggunaan media pembelajaran disebabkan mereka belum mengetahui keuntungan/ manfaat yang diperoleh dari penggunaan media dalam pelaksanaan belajar mengajar. Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan media secara efektif yakni mempercepat proses belajar mengajar dan membantu memudahkan siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru, memperbesar perhatian siswa, memberikan pengalaman-pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara yang lain serta membantu berkembangnya efisiensi yang lebih mendalam serta keragaman yang lebih banyak dalam mengajar. Guru harus bisa memilih media yang tepat dan menarik saat mengajar. Media Pembelajaran yang menarik bagi siswa dapat dilakukan dengan mengetahui bagaimana karakteristik siswa tersebut, sehingga dengan mengetahui karakteristik siswa maka kita dapat menentukan media yang tepat digunakan dalam proses belajar mengajar. Penggunaan media yang sesuai akan membuat siswa tertarik dan senang dengan pelajaran yang kita berikan sehingga akan timbul dorongan dari dalam diri siswa untuk belajar. Sebagai guru matematika, peneliti berupaya untuk mengatasi masalah tersebut dengan melakukan beberapa inovasi dalam pembelajaran guna untuk mencari
solusi
terhadap
kesulitan
para
siswa
yang
selama
ini
memiliki motivasi dan kemampuan rendah, maupun mereka yang memiliki
11
kemauan belajar tinggi namun setelah mereka mempelajari materi dimensi tiga menjadi kendor. Munculnya permasalahan dalam pembelajaran matematika tersebut dipengaruhi oleh faktor dari dalam maupun dari luar siswa. Faktor yang mempengaruhi dari dalam diri siswa antara lain: motivasi, intelegensi, kreativitas, dan gaya belajar siswa. Sedangkan faktor dari luar diri siswa mungkin metode yang digunakan guru dalam menyampaikan materi kurang tepat. Guru masih menggunakan metode konvensional. Guru hanya mentransfer pengetahuan kepada murid secara satu arah, siswa belajar hanya dengan mendengarkan dan mencatat pelajaran, siswa tidak memahami konsep karena siswa hanya menghafal rumus sehingga tidak ada kebermaknaan dalam mempelajari materi tersebut yang sebenarnya banyak aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu diperlukan suatu inovasi pembelajaran yang dapat mengakomodir kebutuhan siswa tersebut, salah satunya dengan penerapan metode pembelajaran yang tepat. Dengan fenomena semacam itu dibutuhkan suatu model pembelajaran yang tepat untuk memecahkan kebuntuan yang selama ini terjadi, yaitu sulitnya para siswa dalam memahami materi dimensi tiga. Salah satu model pembelajaran yang
dinilai
sesuai
adalah
model
pembelajaran
menggunakan
media
pembelajaran. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui efektifitas model pembelajaran tersebut untuk meningkatkan prestasi siswa dalam memahami materi dimensi tiga. Untuk
mengatasi
problem
tersebut
akan
digunakan
model
pembelajaran menggunakan media pembelajaran, karena memiliki beberapa
12
kelebihan yaitu: (1) efisiensi waktu pembelajaran karena siswa dapat menghayati secara langsung secara visual lewat alat peraga yang digunakan, 2) meningkatkan motivasi belajar karena setiap siswa merasa berkesempatan untuk memahami lebih mendalam dengan vasilitas multi media, 3) memberi kesempatan pada siswa untuk menjelaskan pemahamannya baik secara verbal maupun visual sehingga mereka akan lebih memahami materi yang dpelajari, dan 4) memberi kesempaatan melakukan inovasi dalam memberdayakan multi media dalam pembelajaran. Indikator keberhasilan penelitian ini adalah 75% siswa memiliki kemampuan pemahaman dalam menguasai materi dimensi tiga dan mendapatkan nilai tes formatif ≥ 60. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang tersebut dapat peneliti rumuskan masalahnya sebagai berikut: 1. Apakah melalui penggunaan media pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar dimensi tiga pada siswa kelas X 7 SMA Negeri Jumapolo Tahun Pelajaran 2008/2009? 2. Apakah melalui penggunaan media pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar dimensi tiga pada siswa kelas X SMA Negeri Jumapolo Tahun Pelajaran 2008/2009?
13
C.Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan upaya meningkatkan motivasi belajar dimensi tiga pada siswa kelas X 7 SMA Negeri Jumapolo Tahun Pelajaran 2008/2009. 2. Untuk mendeskripsikan upaya meningkatkan prestasi belajar dimensi tiga pada siswa kelas X 7 SMA Negeri Jumapolo Tahun Pelajaran 2008/2009.
C. Manfaat Penelitian Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diharapkan dapat memiliki manfaat teoritis maupun praktis sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis: Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan bermanfaat: a. Dapat memberikan kontribusi keilmuan yang bermanfaat dalam dunia pendidikan mengenai penggunaan media pembelajaran dalam upaya meningkatkan prestasi belajar. b. Dapat menjadi bahan pembanding, pertimbangan, dan pengembangan bagi penelitian di masa yang akan datang di bidang dan permasalahan sejenis. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan bermanfaat untuk: a. Siswa: Mendapatkan kemudahan dalam belajar dan memahami materi dimensi tiga yang disampaikan oleh guru.
14
b. Guru Sebagai masukan bagi guru bidang studi matematika dalam menentukan media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi pelajaran yang bersangkutan, dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswanya. c. Sekolah: Sebagai masukan bagi sekolah bahwa dengan adanya media pembelajaran akan meningkatkan prestasi belajar siswa dengan demikian sangat bermanfaat bagi sekolah dalam hubungannya dengan kelulusan siswa. d. Peneliti: Menambah wawasan tentang media dan metode dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
15
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
B. Landasan teori 1. Hakikat Pembelajaran Dimensi Tiga a. Belajar Belajar merupakan kegiatan yang sangat kompleks dan meliputi banyak hal. Makna dari belajar itu sendiri sangatlah beragam. Beberapa pengertian belajar dikemukakan oleh para ahli seperti Nana Sudjana (1996: 5) mengemukakan bahwa: ”Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang”. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, kecakapan, kebiasaan serta aspek lain yang ada pada individu yang belajar Whiteringtonh seperti yang dikutip, oleh Ngalim Purwanto (1990: 84) mengartikan belajar sebagai suatu perubahan dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi, sikap, kebiasaan, kepandaian dan suatu pengertian” Menurut Slameto (1995: 131) Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Adapun menurut Sardiman (2004:26) ”Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan
16
membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya”. Beliau juga mengemukakan tujuan belajar antara lain : 1. Untuk mendapatkan pengetahuan 2. Penanaman konsep dan keterampilan 3. Pembentukan sikap. Sedangkan WS. Winkel (1996: 53) berpendapat: Belajar adalah suatu aktivitas mental/ psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan ini bersifat secara relatif konstan dan berbekas. Berdasarkan pengertian belajar di atas, maka peneliti menyimpulkan pengertian belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan dalam kepribadian yang dinyatakan sebagai pola baru dari reaksi, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian. Belajar adalah bentuk proses perkembangan dan perubahan dalam diri seseorang yang diwujudkan dalam bentuk tingkah laku. Dalam pengertian ini terdapat perubahan kemampuan seseorang yang melibatkan perubahan kognitif, afektif dan psikomotorik. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut Ngalim Purwanto (1990: 102) dibedakan menjadi dua faktor yaitu: (i) Faktor yang ada pada diri manusia itu sendiri, antara lain: faktor kecerdasan, kematangan, latihan, minat, dan motivasi, (ii) Faktor yang ada diluar individu yang disebut faktor sosial, antara lain: faktor keluarga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang
17
digunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial. b. Mengajar Mengajar merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan kondisi yang mendukung berlangsungnya proses belajar mengajar antara siswa dengan guru. Jika belajar mengarah kepada kegiatan siswa, maka mengajar mengarah pada kegiatan guru. Slameto (1991: 84) mendefinisikan, ”Mengajar adalah mengusahakan terciptanya suatu situasi yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar”. Menurut Mulyadi Sumantri (2001: 20) menyatakan bahwa, ”Mengajar merupakan kegiatan menyampaikan pesan berupa pengetahuan, keterampilan, dan penanaman sikap tertentu dari guru kepada peserta didik”. Sedangkan menurut Sardiman AM (2004: 47) menyatakan bahwa ”Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan berlangsungnya proses belajar”. M Sobry Sutikno (2003:10) mendefinisikan bahwa, ”Mengajar ialah upaya pengajar dalam memberikan pengetahuan, baik afektif, kognitif, maupun psikomotorik kepada peserta didik”. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar itu bukan hanya menyampaikan bahan pelajaran kepada peserta didik akan tetapi guru dan peserta didik haruslah aktif. Mengajar merupakan suatu proses yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga
18
dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar. Mengajar adalah usaha guru dalam menciptakan situasi yang mampu merangsang siswa untuk belajar. c. Pembelajaran Proses belajar mengajar (pembelajaran) merupakan suatu kesatuan antara dua kegiatan yaitu kegiatan belajar oleh siswa dan kegiatan mengajar oleh guru. Dalam kegiatan pembelajaran melibatkan beberapa komponen, baik yang kasat mata/ manusiawi yaitu siswa, guru, dan seluruh komponen sekolah, maupun yang tak nampak, antara lain tujuan pembelajaran, isi pelajaran, metode dan evaluasi. Oemar Hamalik (2001: 57) menyatakan bahwa “Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran”. Beliau juga mengemukakan bahwa ada tiga pengertian pembelajaran berdasarkan teori belajar, yaitu : 1) Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar para peserta didik. 2) Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan anak didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik. 3) Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari.
19
Mulyasa (2005:173) mengemukakan, ”Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik” Menurut Nana Sudjana (1996: 7): “Pembelajaran adalah kegiatan mengatur dan mengorganisasikan lingkungan di sekitar siswa yang dapat mendorong dan memudahkan minat siswa melakukan kegiatan belajar”. M Sobry Sutikno (2003: 9) mendifinisikan bahwa “Pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh guru/dosen agar terjadi proses belajar pada diri siswa/mahasiswa”. Beliau juga mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan proses belajar, guru lebih dituntut untuk berfungsi dalam melaksanakan empat macam tugas, yaitu: 1) merencanakan, 2) mengatur, 3) mengarahkan, dan 4) mengevaluasi. Gagne dalam M Sobry Sutikno (2003:14) menyebutkan cici-ciri pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Mengaktifkan motivasi 2) Memberitahu tujuan belajar 3) Mengarahkan perhatian 4) Merangsang ingatan 5) Menyediakan bimbingan belajar 6) Meningkatkan retensi 7) Melancarkan transfer belajar 8) Memperlihatkan penampilan dan umpan balik Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 27) “Pembelajaran merupakan kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk
20
membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar”. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan pengertian pembelajaran adalah suatu proses mengatur dan mengorganisasikan lingkungan sekitar sehingga siswa memperoleh tingkah laku secara keseluruhan. Pembelajaran merupakan interaksi timbal balik antara siswa dengan guru dan antara sesama siswa dalam proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran adalah pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar yang mencakup perubahan kognitif, afektif, dan. psikomotor Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu memperhatikan unsur-unsur yang terikat dalam proses pembelajaran. Unsur-unsur tersebut antara lain berupa : 1) Motivasi belajar, ialah keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang yang menimbulkan kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa dapat tercapai. 2) Bahan belajar, merupakan isi dalam pembelajaran. Bahan belajar perlu berorientasi pada tujuan yang akan dicapai siswa. 3) Alat Bantu belajar (media belajar) merupakan alat yang dapat membantu siswa belajar untuk mencapai tujuan belajar. 4) Suasana belajar, hal ini terjadi apabila adanya komunikasi dua arah (antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa) yang intim dan hangat, sehingga hubungan guru dan siswa yang secara hakiki setara dan dapat berbuat bersama. Serta adanya kegairahan dan kegembiraan belajar.
21
d. Pembelajaran Dimensi Tiga Dimensi tiga adalah salah satu materi dalam mata pelajaran matematika yang diajarkan di kelas X semester II. Matematika dalam pandangan awam siswa, identik dengan kata sulit. Selain merupakan mata pelajaran yang memiliki sifat abstrak juga membutuhkan penalaran dalam hubungannya dengan pengerjaan persoalan-persoalan matematika. Menurut Ruseffendi (1999: 141), mata pelajaran matematika adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun ilmu pasti yang dapat mengembangkan kemampuan
berpikir
analitis
induktif
dan
deduktif
aksiomatik
dalam
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan matematika, serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. Sedangkan menurut James (Suherman, 1993:120)
sebagian besar
konsep dalam pelajaran matematika di sekolah merupakan ide-ide yang menuntut kemampuan nalar (logika) dalam menangkap abstraksi dan generalisasi dalam matematika. Pandangan lain tentang matematika dikemukakan oleh Sujono (1988: 4) yang mengemukakan bahwa matematika diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisir secara sistematik, selain merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logis dan masalah yang berhubungan dengan bilangan, dan matematika sebagai ilmu bantu dalam menginterpretasikan berbagai ide dan kesimpulan.
22
Dimensi tiga merupakan salah satu materi dalam matematika yang memiliki kompleksitas permasalahan yang memerlukan penalaran dalam proses untuk memahami konsep-konsepnya, dimana hal ini disebabkan beberapa hal antara lain, 1) materi dimensi tiga memerlukan imajinasi yang cukup signifikan guna memahami pengertian-pengertiannya, 2) adanya kesulitan bagi siswa untuk memproyeksikan substansi dimensi ruang (dimensi tiga) ke dalam dimensi bidang (dimensi dua) yang digunakan sebagai media belajarnya, 3) adanya kesulitan pendeskripsian pengertian-pengertian dasar, berawal dari abstraksi materi yang dipelajari siswa untuk menguasai materi dimensi tiga. Berdasar kondisi tersebut peneliti menyimpulkan bahwa Pembelajaran dimensi tiga diperlukan visualisasi yang konkrit agar siswa dapat memahami secara optimal dalam menguasai materinya. Sehingga penggunaan media pembelajaran sangat diperlukan untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang komunikatif dan memudahkan serta lebih disukai oleh para siswa.
2. Hakikat Media Pembelajaran a. Pengertian Media Pembelajaran Media berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang dapat diartikan sebagai perantara atau penghubung antara dua pihak, yaitu antara sumber pesan dengan penerima pesan . Definisi
Media
Pembelajaran
menurut
National
Educational
Association (Azhar Arsyad, 1996: 5) adalah bentuk-bentuk komunikasi baik
23
tercetak maupun audiovisual dan peralatannya; dengan demikian, media dapat dimanipulasi, dilihat, didengar atau dibaca. Menurut Barbara B. Seels & Rita C. Richey (1994: 146) media (medium) merupakan alat komunikasi, yakni segala sesuatu yang membawa informasi atau pesan-pesan dari sumber informasi kepada penerimanya (mencakup: film, TV, bahan, cetak, radio, diagram, dan sebagainya). Sedangkan yang dimaksud dengan media pembelajaran adalah mencakup semua bentuk media yang digunakan untuk menyampaikan pesan /informasi dengan tujuan pembelajaran. Sedangkan menurut Romiszowski dalam Basuki Wibawa & Farida Mukti (2001: 12) mendefinisikan pengertian media sebagai berikut: “Media sebagai pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan (yang dapat berupa orang atau benda) kepada penerima pesan. Dalam proses belajar mengajar, penerima pesan adalah siswa. Pembawa pesan (media) itu berinteraksi dengan siswa melalui indera mereka, siswa dirangsang oleh media itu untuk menggunakan inderanya untuk menerima informasi”. Pendapat lain dikemukakan oleh Smaldino dkk (2005) yang dikutip Sri Anitah (2008: 2), media merupakan segala sesuatu yang membawa informasi antara sumber dan penerima pesan, sedang media pembelajaran, bila segala sesuatu tersebut membawakan pesan untuk suatu tujuan pembelajaran. Dari beberapa pendapat mengenai definisi media pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan/informasi, dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong
24
terciptanya proses belajar pada diri siswa sehingga dapat memudahkan tercapainya tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Dalam proses belajar mengajar tidak mungkin hanya menggunakan satu media pembelajaran secara mutlak, tetapi harus melihat situasi dan kondisi saat proses belajar mengajar berlangsung. Media merupakan salah satu komponen yang tidak bisa diabaikan dalam pengembangan system pembelajaran yang sukses. Media mempunyai peranan yang sangat penting dan mempunyai dampak yang sangat besar atas perlakuan dan pengarahan sikap anak didik dalam proses belajar mengajar. b. Tujuan Penggunaan Media Pembelajaran Tujuan penggunaan media pembelajaran adalah sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar, yaitu untuk membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik, sehingga akan mudah untuk dicerna dan dipahami. Setiap materi pelajaran tentu memiliki tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada satu sisi ada bahan pelajaran yang tidak memerlukan alat bantu, tetapi dilain pihak ada bahan pelajaran yang sangat memerlukan alat bantu berupa media pengajaran seperti globe, gambar, grafik, dan sebagainya. Bahan pelajaran dengan tingkat kesukaran yang tinggi tentu sukar diproses oleh anak didik. Apalagi bagi anak didik yang kurang menyukai bahan pelajaran yang disampaikan itu. Anak didik akan cepat merasa bosan dan kelelahan, jika penjelasan yang diberikan guru sukar dicerna dan sulit dipahami. Guru yang bijaksana tentu
25
sadar bahwa kebosanan dan kelelahan anak didik berpangkal dari penjelasan yang diberikan guru simpang siur, tidak fokus pada masalahnya. Jika guru tidak memiliki kemampuan untuk menjelaskan suatu bahan dengan baik, maka dianjurkan menggunakan media pembelajaran sebagai alat bantu pengajaran guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelum pelaksanaan pengajaran Dalam menggunakan media pembelajaran guru dianjurkan untuk merencakan secara sistematik agar kegiatan pembelajaran berjalan efektif dan penggunaan media pembelajaranpun dapat berjalan secara efektif pula. Pembelajaran efektif dengan menggunakan media perlu direncanakan dengan baik agar: 1) Menumbuhkan minat siswa, 2) Menyampaikan materi baru, 3) Melibatkan siswa secara aktif, 4) Mengevaluasi tingkat pemahaman siswa, dan 5) Menetapkan tindak lanjut. c. Manfaat Media Pembelajaran Pada hakikatnya kegiatan belajar adalah kegiatan yang bertujuan mengubah tingkah laku yang bersifat kognitif, afektif, dan psikomotorik. Belajar secara konvensional menekankan peran aktif guru sebagai salah satu sumber belajar. Seiring dengan perkembangan jaman, guru tidak lagi menjadi unsur utama dalam pembelajaran. Pemerolehan informasi siswa dapat berasal dari berbagai sumber. Pembelajaran dengan menggunakan media akan mengajak siswa mempelajari materi secara lengkap dan bertahan lama dalam ingatannya. Proses penyerapan informasi belajar dapat diterima dengan mudah melalui pemanfaatan
26
media pembelajaran. Penyerapan materi pelajaran dalam ingatan siswa tersebut tidak lepas dari modus belajar yang dilakukan oleh siswa. Media
memiliki
fungsi untuk
mengatasi
hambatan
dalam
komunikasi. Hambatan dalam komunikasi meliputi keterbatasan fisik, sikap pasif dan sarana belajar. Hambatan dalam komunikasi yang sering muncul diantaranya bersifat verbalisme, salah penafsiran, perhatian bercabang dan tidak ada tanggapan. Menurut Arif Sadiman (2008: 16) Media yang digunakan dalam pembelajaran memiliki beberapa manfaat diantaranya : 1) Memperjelas penyajian pesan, 2) Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, 3) Meningkatkan keaktifan siswa, 4) Mengatasi kesulitan guru. Sedangkan Martinis Yamin dan Bansu I. Ashari (2008: 151) menyebutkan bahwa media pembelajaran memberikan delapan manfaat: 1) Penyampaian materi pelajaran dapat lebih terarah. 2) Proses pembelajaran menjadi lebih menarik. 3) Proses belajar siswa menjadi lebih interaktif. 4) Jumlah waktu belajar mengajar dapat dikurangi. 5) Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan. 6) Proses belajar dapat terjadi di mana saja dan kapan saja. 7) Sikap positif siswa terhadap bahan pelajaran maupun terhadap proses belajar itu sendiri dapat ditingkatkan. 8) Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif.
27
Manfaat lain yang diperoleh dalam penggunaan media pembelajaran yang bersifat praktis diantaranya adalah : 1) Media membuat materi pembelajaran yang abstrak menjadi lebih konkrit. 2) Media dapat mengatasi kendala keterbatasan ruang dan waktu. 3) Media dapat membantu mengatasi keterbatasan indera manusia. 4) Media dapat menyajikan obyek pelajaran berupa benda atau peristiwa langka dan berbahaya ke dalam kelas. 5) Informasi pelajaran yang disajikan dengan media yang tepat akan memberikan kesan mendalam dan lebih lama tersimpan pada diri siswa. Media yang dipergunakan dalam pembelajaran memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara siswa dengan materi pelajaran, karena melalui media siswa akan memperoleh pengalaman lebih luas dan lebih lengkap. Keluasan materi yang didapat oleh siswa ini akan menimbulkan motivasi belajar yang baru. Konsep yang dijelaskan oleh media dapat disajikan dengan rekreatif dan menarik. d. Jenis Media Pembelajaran Dalam proses belajar mengajar tidak mungkin hanya menggunakan satu media pembelajaran secara mutlak, tetapi harus melihat situasi dan kondisi saat proses belajar mengajar berlangsung. Media pembelajaran terdiri dari berbagai jenis. Jenis media dapat dimasukkan dalam kelompok-kelompok tertentu. Menurut Heinich, Molenda, Russel, dan Smaldino (1996: 8) Media dibagi mejadi beberapa jenis yaitu: 1)
28
Media non proyeksi, 2) Media Proyeksi, 3) Media Audio, 4) Media Gerak, 5) Media komputer, 6) Komputer multimedia, dan 7) Hipermedia. Menurut Sri Anitah (2008: 3) media pembelajaran dibedakan menjadi (1) Alat Peraga, (2) Alat Pelajaran, dan (3) Audio-Visual-Aids. Sedangkan pengelompokan jenis media menurut Seels & Glasgow dibagi kedalam dua kategori luas, yaitu pilihan media tradisional dan
pilihan media teknologi
mutakhir. (1). Pilihan Media Tradisional i. Visual diam yang diproyeksikan: proyeksi (tak tembus pandang), proyeksi overhead, slides, filmstrips ii. Visual yang tak diproyeksikan : gambar, poster, foto, charts, grafik, diagram, pameran, papan foto, papan bulu iii. Audio : rekaman piringan, pita kaset, reel, cartridge, penyajian, multimedia, slide plus suara (tape), multi image iv. Visual dinamis yang diproyeksikan : film televisi, video v. Cetak : buku teks, modul, teks terprogram, workbook, majalah ilmiah, berkala, lembaran lepas (hand-out) vi. Permainan : teka-teki, simulasi, permainan papan vii. Realita : model/ alat peraga, specimen (contoh), manipulatif (peta, boneka) ( 2). Pilihan Media Teknologi Mutakhir i. Media berbasis telekomunikasi : telekonferen, kuliah jarak jauh
29
ii. Media berbasis mikroposesor : computer-assisted instruction, permainan, komputer, sistem tutor intelejen, interaktif, hypermedia, compac (video) disc. 3. Hakikat Motivasi Motivasi merupakan suatu proses mengarahkan motif untuk suatu tujuan tertentu yang menjadi pendorong dan pemberi arah perilaku seseorang. Banyak para ahli yang mengemukakan pengertian motivasi dengan berbagai sudut pandang mereka masing-masing, namun intinya sama, yakni sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Moh. Uzer Usman (1995: 24) motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dalam mencapai tujuan. Mohammad Asrori (2007: 183) mengatakan bahwa motivasi dapat diartikan sebagai: 1) Dorongan yang timbul pada diri seseorang secara disadari atau tidak disadari untuk melakukan tindakan dengan tujuan tertentu, 2) Usahausaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang ingin dicapai. Dalam belajar motivasi sangatlah penting, motivasi merupakan syarat mutlak dalam belajar. Di sekolah sering terdapat anak malas belajar, tidak
30
merasakan kesenangan dalam belajar, suka membolos yang akhirnya akan berpengaruh pada prestasi belajar mereka. Dalam hal demikian berarti guru tidak berhasil membangkitkan motivasi belajar siswanya, dalam hal ini perlu diingat bahwa nilai buruk pada suatu mata pelajaran belum tentu berarti bahwa anak itu bodoh, karena sering juga terjadi seorang siswa mempunyai nilai buruk pada mata pelajaran tertentu tetapi mempunyai kelebihan pada mata pelajaran lainnya. Sartain dalam bukunya Psychology Understanding of Human Behavior (Ngalim Purwanto 1990: 60) menggunakan kata motivation dan drive untuk pengertian yang sama. Ia mengatakan pada umumnya motivasi atau dorongan adalah suatu pernyataan yang kompleks dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang (incentive). Tujuan adalah yang akan membatasi tingkah laku organismne tersebut. Banyak para ahli psikologi yang membatasi penggunaan istilah drive untuk pernyataan seperti lapar, haus, pemuasan keinginan dan sebagainya, yang semua itu menunjukkan pernyataan tentang psychological drive untuk semua pernyataan, baik yang bersifat fisiologis maupun psikis. Pengertian motivasi tidak dapat dipisahkan dengan pengertian kebutuhan (need). Seseorang atau organisme yang melakukan sesuatu paling tidak ada kebutuhan dalam dirinya yang hendak dicapainya. Maka Sartain dalam penjelasannya menyatakan bahwa kebutuhan (need) merupakan suatu istilah yang berarti adanya sesuatu kekurangan tertentu dalam suatu organisme untuk memenuhi tujuannya.
31
Maka sebenarnya tugas guru adalah membangkitkan motivasi yang dimiliki anak sehingga ia mau melakukan aktifitas belajar secara optimal sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya. Mohammad Asrori (2007: 183) membagi motivasi menjadi dua jenis, yaitu: 1) Motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang, motivasi jenis ini sering disebut dengan istilah motivasi intrinsik, misalnya: seorang siswa tanpa disuruh oleh siapapun setiap malam membaca buku pelajaran yang esok harinya akan dijelaskan oleh gurunya, 2) Motivasi dari luar yang berupa usaha pembentukan dari orang lain, motivasi jenis ini seringkali disebut motivasi ekstrinsik misalnya: seorang siswa yang biasanya kurang rajin belajar kemudian menjadi rajin belajar karena gurunya menjanjikan kepada siapa saja yang memperoleh nilai terbaik pada mata pelajaran yang diajarnya akan diberikan hadiah. Secara umum dapat dikatakan bahwa motivasi mempunyai tujuan untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Untuk dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, guru dapat melakukan hal-hal berikut : a. Kompetisi (persaingan): Guru
berusaha
menciptakan
persaingan
diantara
siswanya
untuk
meningkatkan prestasi belajarnya, agar siswa berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya, dan berusaha mengatasi prestasi siswa lainnya dengan cara sehat.
32
b. Pace making (membuat tujuan sementara atau tujuan jangka pendek): Pada awal kegiatan belajar-mengajar guru hendaknya terlebih dahulu menyampaikan pada siswa mengenai kompetensi minimal yang harus dicapainya sehingga dengan demikian siswa berusaha untuk mencapai kompetensi tersebut. c. Tujuan yang jelas: Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan, makin jelas tujuan makin besar nilai tujuan bagi individu yang bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam melakukan suatu perbuatan. d. Kesempatan untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan rasa puas, kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan kegagalan dapat membawa efek efek yang sebaliknya. Dengan demikian, guru hendaknya banyak memberikan kesempatan pada anak untuk meraih sukses dari usaha sendiri, tentu saja dengan bimbingan guru. e. Minat yang besar : Motif akan timbul jika individu memiliki minat yang besar. f. Mengadakan penilaian atau tes: Pada umumnya semua siswa mau belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak belajar jika tidak ada ulangan. Sehingga nilai akan menjadikan motivasi bagi mereka.
33
4. Hakikat Prestasi Belajar Belajar
merupakan
suatu
proses
yang
dilakukan
untuk
mengembangkan kemampuan individu secara optimal. Perubahan yang terjadi berupa tingkah laku yang ditimbulkan atau diubah dari pengalaman. Perubahan tersebut sebagai kemampuan baru. Perubahan yang terjadi pada peserta didik merupakan proses belajar. Berkembangnya kemampuan, sikap dan keterampilan bisa digunakan sebagai salah satu indikator keberhasilan dalam proses belajar. Zaenal Arifin (1990: 2) memberikan pendapatnya mengenai prestasi sebagai berikut: Prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu Prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “Prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang. Dalam berbagai bidang itu prestasi diartikan dengan kemampuan, keterampilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997: 787): “Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka lain yang diberikan guru”. Sutratinah Tirtonegoro (2001: 43) mengemukakan bahwa “Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai setiap anak dalam periode tertentu. Sedangkan Dimiyati dan Mudjiono (1999:3) mengartikan prestasi belajar adalah “Hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar”.
34
Berdasarkan pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai melalui pengukuran dan penilaian tehadap penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa melalui proses belajar mengajar yang dinyatakan dalam simbul, angka, huruf atau kode. Prestasi merupakan faktor penting untuk menentukan tingkat pengetahuan siswa. Prestasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai akhir penyajian materi dimensi tiga yang diberikan dengan menggunakan media pembelajaran dengan tujuan untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa dengan cara memberikan soal-soal objektif pada siswa. Dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar, prestasi siswa dapat diketahui dari hasil evaluasi. Evaluasi merupakan hasil dari penilaian terhadap prestasi siswa/tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Muhibbin Syah (2005:199) menyatakan “berbagai macam evaluasi mulai yang sederhana sampai yang paling komplek, yaitu : pre-test dan post test, evaluasi prasyarat, evaluasi diagnostik, evaluasi formatif, evaluasi sumatif”. Berdasarkan pernyataan tersebut, macam-macam evaluasi dapat dijabarkan sebagai berikut: a) Pre-test dan post test Kegiatan pre-test dilakukan guru secara rutin pada setiap akan menyajikan materi baru. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi taraf pengetahuan siswa mengenai bahan yang akan disajikan. Post test adalah kebalikan dari pre-test, yakni kegiatan evaluasi yang dilakukan guru pada setiap akhir
35
penyajian materi. Tujuannya adalah untuk mengetahui taraf penguasaan siswa atas materi yang telah diajarkan. b) Evaluasi prasyarat Penilaian ini meliputi sejumlah bahan dengan ajaran atau bahan yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru yang akan diajarkan. Evaluasi ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan pelajaran dengan tujuan mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang belum dikuasai siswa. c) Evaluasi formatif Evaluasi ini dilakukan pada setiap akhir penyajian satuan pelajaran atau modul. Tujuannya untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa. Hasil diagnosis kesulitan belajar tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan rekayasa pengajaran remidial (perbaikan). d) Evaluasi diagnostik Evaluasi ini dilakukan pada setiap akhir penyajian satuan pelajaran atau modul. Tujuannya ialah untuk memperoleh umpan balik yang mirip dengan evaluasi diagnostik, yakni untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa. e) Evaluasi sumatif Ragam penilaian sumatif dilakukan untuk mengukur kinerja akademik atau prestasi belajar siswa pada akhir periode pelaksanaan program pengajaran. f) Ujian Nasional (UN)
36
Ujian Nasional pada prinsipnya sama dengan evaluasi sumatif dalam arti sebagai alat penentu kenaikan status siswa.
B. Penelitian yang Relevan Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk menerapkan model pembelajaan menggunakan media pembelajaran dalam proses pembelajaran materi dimensi diga. Beberapa penelitian yang relevan adalah: 1. Djumadi (2004) dalam penelitiannya yang berjudul Prestasi Belajar Matematika ditinjau dari Penggunaan Alat Peraga dan Motivasi Belajar pada Siswa SMA Swasta Disamakan yang berlatar belakang Pendidikan Islam di Kota Surakarta, menyimpulkan bahwa penggunaan alat peraga dan motivasi belajar memiliki pengaruh yang besar terhadap prestasi belajar matematika. 2. Agung Cahyo Hartono (2007) dalam penelitiannya yang berjudul ”Pengaruh Penggunaan Alat Peraga dan Minat Belajar Terhadap Penguasaan Konsep Matematika pada Siswa Kelas IX Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Sukoharjo”, menyimpulkan bahwa penggunaan alat peraga dan minat belajar memiliki pengaruh yang besar terhadap prestasi belajar matematika.
C. Kerangka Berpikir
37
Selama ini pembelajaran dimensi tiga di SMA Negeri Jumapolo Kabupaten Karanganyar kurang menarik siswa karena masih menggunakan metode konvensional yaitu dengan ceramah dan siswa mencatat.Keadaan tersebut akan menjadi lebih parah apabila model pembelajaran yang digunakan guru lebih bersifat teacher centered, dengan gaya mengajar yang monoton, kurang bervariasi dalam menggunakan metode dan tehnik mengajar. Perlu disadari bahwa keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor dari dalam maupun faktor dari luar. Salah satu faktor dari dalam adalah motivasi, adapun dari luar yang juga mempengaruhi prestasi belajar adalah penggunaan media pembelajaran yang digunakan oleh seorang guru. Dengan media pembelajaran itu dimungkinkan siswa dapat lebih tertarik, lebih memahami serta lebih jelas dalam menerima materi yang disajikan oleh guru. Oleh karena itu diduga bahwa penggunaan media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan tujuan dan materi akan mengakibatkan motivasi dan prestasi belajar dimensi tiga siswa kelas X 7 di SMA Negeri Jumapolo, Karanganyar meningkat. Secara singkat dapat digambarkan dalam kerangka berfikir:
Kondisi Awal
Sebelum menggunakan media
Tindakan kelas
1. Siswa kurang memperhatikan proses belajar mengajar 2. Pemahaman siswa kurang
Motivasi dan prestasi belajar dimensi tiga rendah
1. Siswa lebih memperhatikan dalam proses belajar mengajar 2. Pemahaman siswa tinggi 38
Setelah menggunakan media
Motivasi dan prestasi belajar dimensi tiga meningkat
Gambar 1. Kerangka berpikir
D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. ”Penerapan model pembelajaran menggunakan media pembelajaran dapat meningkatkan motivasi siswa dalam memahami materi dimensi tiga” 2.
”Penggunaan media pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar dimensi tiga siswa kelas X 7 SMA Negeri Jumapolo Tahun Pelajaran 2008/2009”.
39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
C. Setting Penelitian Menurut Suharsimi Arikunto (2008: 39) Setting penelitian adalah penjelasan tentang lokasi dan gambaran kelompok siswa yang dikenai tindakan. Penelitian tindakan ini dilakukan di kelas X 7 Semester 2 SMA Negeri Jumapolo Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2008/2009. Dipilihnya sekolah tersebut sebagai tempat penelitian karena berdasarkan temuan peneliti bahwa selama ini guru merasakan kesulitan untuk melaksanakan pembelajaran dimensi tiga yang dirasakan sulit dipahami oleh para siswa, apalagi meningkatkan prestasinya. Penelitian ini akan dilaksanakan selama enam bulan. Adapun pelaksanaan penelitian akan dimulai pada bulan Pebruari 2009 sampai dengan bulan Juli 2009. Berikut adalah jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian. Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian 2009 No 1
Jenis Kegiatan Persiapan Penelitian a. Pengajuan masalah b. Penyusunan Propos
2 3
4 5
c. Perijinan Perencanaan Tindakan Implementasi Tindakan a. Siklus I b. Siklus II c. Siklus III Review Penyusunan Laporan
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
x x x
x x x
x x
x x
x x
x x x x
x x
x x
x x
40
x x
D. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X 7 SMA Negeri Jumapolo Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2008/2009 yang berjumlah 38 siswa.
E. Data dan Sumber Data Suharsimi Arikunto (2008: 130) menyebutkam bahwa: Data yang baik adalah data yang diambil dari sumber yang tepat dan akurat. Sumber data yang tepat misalnya guru, siswa, catatan tentang hasil belajar, dokumen, hasil laporan pengamatan, hasil angket, hasil wawancara, dan sebagainya. Data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: 1. Informan atau narasumber yang terdiri dari guru matematika, kepala sekolah, dan siswa SMA Negeri Jumapolo Kabupaten Karanganyar. 2. Nilai ulangan harian siswa, baik nilai ulangan harian sebelum tindakan kelas maupun setelah dilakukan tindakan kelas oleh guru.
F.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik dan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah: 1. Tes Pengertian tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan
untuk
mengukur
keterampilan,
pengetahuan,
intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi
41
Arikunto, 1996: 138). Adapun tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes prestasi atau achievement test yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu (Suharsimi Arikunto, 1996: 139). Tes dilakukan pada setiap akhir siklus yaitu tes ulangan harian. Alat yang digunakan adalah butir soal tes. 2. Angket Yaitu pengambilan data yang berkaitan dengan tanggapan dan perasaan siswa terhadap guru maupun proses belajar mengajar yang telah diikutinya. Menurut Suharsimi Arikunto (1998: 139) “Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui”. Alat yang digunakan adalah lembar angket. Dalam menyusun pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada angket, peneliti menggunakan modifikasi skala likert. Dalam metode ini setiap responden akan diminta untuk menyatakan kesetujuan atau ketidak setujuannya terhadap pernyataan dalam lima macam kategori jawaban, yaitu: “sangat tidak setuju” (STS), “tidak setuju“ (TS), “tidak dapat menetukan“ atau “ragu-ragu” (R), “setuju“ (S), dan “sangat setuju“ (SS), Nana Syaodih S (2007: 239-240) Untuk selanjutnya, kriteria jawaban dari angket dalam penelitian ini digunakan skor positif dan skor negatif sebagai berikut : PERNYATAAN
Sangat setuju ( SS )
SKOR ITEM SKOR POSITIF
SKOR NEGATIF
5
1
42
Setuju ( S )
4
2
Ragu-ragu ( R )
3
3
Tidak setuju ( TS )
2
4
Sangat tidak setuju ( STS
1
5
3. Observasi Yaitu proses perekaman dengan mengamati semua peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama penelitian tindakan kelas berlangsung. Alat yang digunakan adalah lembar observasi.
E. Validasi Data Menurut Suharsimi Arikunto (2000: 119) “ Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur. Validasi diperlukan agar diperoleh data yang valid. Adapun validitas yang digunakan perlu disesuaikan dengan data yang dikumpulkan. Untuk data kuantitatif (berbentuk angka) umumnya yang divalidasi instrumennya. Sedangkan data kualitatif (misalnya observasi, wawancara) dapat divalidasi melalui trianggulasi baik trianggulasi sumber maupun trianggulasi metode. Mengingat data yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa angka, maka validasi yang digunakan adalah validasi instrumen. Validitas yang digunakan adalah validitas teoretik.
43
Validitas Teoretik Validitas teoretik dibutuhkan untuk mengetahui seberapa jauh butir-butir instrumen dari setiap variabel mampu mengukur sifat bangun pengertian atau konstruk teori setiap variabel. Menurut Mohammad Asrori (2007: 184) indikator untuk mengukur motivasi belajar adalah: 1. Mempunyai gairah yang tinggi. 2. Penuh semangat. 3. Memiliki rasa penasaran atau rasa ingin tahu yang tinggi. 4. Mampu
jalan
sendiri
ketika
guru
meminta
siswa
mengerjakan
sesuatu. 5. Memiliki rasa percaya diri. 6. Memiliki konsentrasi yang lebih tinggi. 7. Kesulitan dianggap sebagai tantangan yang harus dihadapi. 8. Memiliki kesabaran dan daya juang yang tinggi. Adapun aspek yang diukur adalah aspek kognitif, afektif dan konatif dengan metode pemberian angket motivasi pada kondisi awal dan akhir setelah dilakukan tindakan.
F. Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
44
a. Data Kuantitatif Data kuantitatif
yang dimunculkan dalam bentuk deskripsi angka yang
merupakan hasil belajar dimensi tiga dianalisa secara kuantitatif dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Klasifikasi data Klasifikasi data merupakan pengelompokan data berdasarkan kriteria tertentu untuk mencari homogenitas yang diinginkan. Dalam penelitian ini klasifikasi digunakan untuk mengelompokkan hasil belajar dimensi tiga menggunakan media pembelajaran. 2. Penafsiran Data Penafsiran data bertujuan untuk mengambil kesimpulan sementara data yang telah diperoleh. Penafsiran merupakan langkah awal untuk pembahasan masalah secara mendalam. 3. Evaluasi Data Data yang telah diklasifikasi kemudian dievaluasi untuk mendapatkan kebenaran antara hasil penafsiran dengan realitas sesungguhnya. Apakah data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dalam penelitian atau tidak, apakah penafsiran yang disampaikan sesuai dengan rumusan yang telah ditetapkan dan sebagainya. Hasil evaluasi dapat dipergunakan sebagai feed back (umpan balik) untuk mengukur sejauh mana data yang diperoleh dalam penelitian tersebut merupakan sesuatu yang bermanfaat ataukah tidak. Apabila dirasa kurang dapat mencapai sesuai kriteria yang diinginkan, maka prosedur penelitian dapat dilakukan secara berulang.
45
4. Penarikan Kesimpulan Tujuan akhir dari setiap penelitian adalah mendapatkan kesimpulan mengenai apa yang telah disampaikan dengan hasil penelitian. Kesimpulan merupakan hasil tertinggi dalam suatu penelitian. Dengan diperolehnya kesimpulan, maka masalah yang disajikan, dibahas dan dicarikan jalan keluarnya akan nampak dengan jelas. Dengan demikian maka kesimpulan merupakan penjabaran sistematis dari seluruh kegiatan penelitian. i.
Data Kualitatif Data kualitatif yang berupa peristiwa, aktivitas siswa dan guru dalam proses belajar mengajar akan dipaparkan dalam catatan harian observer/kolaborator, selanjutnya akan dibandingkan, kemudian diungkapkan dalam bentuk kalimat.
G. Indikator Kinerja Keberhasilan penelitian tindakan kelas ini diindikatori oleh: 1. Adanya peningkatan motivasi belajar siswa, yang ditunjukkan dengan peningkatan skor angket motivasi 2. Adanya peningkatan prestasi pada pembelajaran dimensi tiga siswa kelas X 7, yang ditandai dengan sekurang-kurangnya 75% siswa kelas X 7 SMA Negeri Jumapolo memperoleh nilai 60 sebagai batas tuntas pembelajaran dimensi tiga.
46
H. Prosedur Penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan sebagai salah satu upaya guru untuk meningkatkan mutu pendidikan di kelas. Suharsimi Arikunto (2006: 96) mengemukakan bahwa: ”Penelitian tindakan kelas (classroom action reseach) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajaran. Hal penting dalam PTK adalah tindakan nyata (action) yang dilakukan oleh guru untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar. PTK memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Masalah berawal dari guru, 2) Tujuannya memperbaiki pembelajaran, 3) Metode utama adalah refleksi diri dengan tetap mengikuti kaidah-kaidah penelitian, 4) Fokus Penelitian berupa kegiatan pembelajaran, 5) Guru bertindak sebagai pengajar dan peneliti. Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengacu pada penelitian tindakan kelas, yaitu suatu pendekatan untuk meningkatkan pendidikan dengan melakukan perubahan ke arah perbaikan terhadap hasil pendidikan dan pembelajaran (Suharsimi Arikunto, 2008: 105). Penelitian tindakan kelas juga diartikan sebagai suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis, reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru atau pelaku, mulai dari perencanaan sampai dengan penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar mengajar untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan (Basuki Wibawa, 2003: 9).
47
Rancangan utama dalam penelitian tindakan kelas ini memiliki empat tahapan, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observating), dan refleksi (reflecting). Keempat langkah tersebut membentuk siklus yang dilakukan beberapa kali dengan tingkat keberhasilan penanganan masalah yang telah dipilih untuk diatasi. Adapun alur Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai berikut:
Perencanaan SIKLUS I
Refleksi
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan
? Gambar 2. Alur Penelitian Tindakan (Suharsimi Arikunto, 2008: 16).
Dalam penelitian ini direncanakan tiga siklus yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan, (acting), pengamatan (observating), dan refleksi (reflecting). Siklus I 1. Tahap Perencanaan Tindakan
48
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi faktor-faktor hambatan yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran dimensi tiga. b. Merumuskan alternatif tindakan pembelajaran dimensi tiga sebagai upaya meningkatkan prestasi. c. Menyusun rancangan tindakan dan rencana pelaksanaan pembelajaran dimensi tiga yang meliputi 1) menyusun topik pembelajaran yang sistematis dan relevan dengan minat dan kebutuhan siswa, 2) menentukan metode yang efektif, 3) menyusun pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa dalam mengembangkan daya nalarnya. d. Membuat lembar observasi untuk mengamati kegiatan siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung. 2. Tahap Pelaksanaan Tindakan Pada
tahap
ini
guru
melaksanakan
rencana
pembelajaran
dengan
menggunakan multimedia dan alat peraga sesuai dengan rencana yang sudah dibuat dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Pendahuluan 1. Guru menanyakan berbagai hal kepada siswa tentang materi yang telah diajarkan minggu yang lalu. 2. Guru memaparkan metode dan kompetensi dasar yang akan dibahas. 3. Guru memaparkan tujuan yang hendak dicapai. 4. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan singkat kepada siswa untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
49
b. Kegiatan Pokok 1. Guru menyiapkan materi atau buku yang akan digunakan pada pertemuan itu. 2. Guru menulis topik dan subtopik dimensi tiga. 3. Guru menjelaskan materi dengan menggunakan alat peraga dan multi media. 4. Guru memberikan contoh soal dan dibahas bersama siswa dengan tanya jawab. 5. Guru menyuruh siswa untuk mengerjakan soal-soal latihan. 6. Setelah selesai, siswa diajak diskusi untuk membahas soal latihan. c. Kegiatan penutup 2. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk menanyakan materi yang kurang dipahami. 3. Guru membuat ikhtisar 4. Guru memberi tugas berupa soal-soal untuk dikerjakan di rumah kepada siswa untuk mengulangi materi yang telah diterima. 3. Tahap Observasi Pada tahap observasi dilakukan pengamatan terhadap pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan lembar observasi yang sudah disiapkan untuk mendapatkan data tentang kekurangan dan kemajuan aplikasi tindakan pertama baik dari guru maupun dari siswa.
50
4. Tahap Refleksi Pada tahap refleksi ini dilakukan analisis dan evaluasi terhadap hasil observasi sehingga diperoleh pada bagian mana yang perlu disempurnakan. Siklus II Pada siklus II rencana tindakan dilakukan dengan bercermin pada hasil yang telah dicapai dalam siklus I sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut. Siklus III Pada siklus III rancangan tindakan juga dilakukan dengan bercermin pada hasil yang telah dicapai pada siklus II. Pada Penelitian Tindakan Kelas ini, siklus dapat dihentikna apabila indikator kinerja sudah dipenuhi. Namun siklus dapat dibuka lagi apabila masih ada beberapa siswa yang motivasi maupun prestasinya belum mencapai batas tuntas, meskipun secara keseluruhan indikator kinerja sudah dipenuhi.
51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
G. Deskripsi Daerah Penelitian SMA Negeri Jumapolo merupakan salah satu Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Karanganyar, Surakarta, Jawa Tengah. Terletak di desa Jumapolo, Kecamatan Jumapalo, kurang lebih 500 meter arah tenggara dari kantor Kecamatan Jumapolo. SMA Negeri Jumapolo menempati tanah seluas 30.168 meter persegi, dan keliling 637,5 meter, dengan batas sebelah timur lapangan olahraga Desa Jumapolo, sebelah barat areal persawahan, sebelah utara jalan desa menuju ke Dusun Jurug, dan batas selatan berupa areal persawahan Letak SMA Negeri Jumapolo sangat mendukung proses belajar mengajar, hal ini disebabkan karena letaknya yang jauh dari jalan raya sehingga terhindar dari kebisingan kendaraan yang memungkinkan siswa dapat berkonsentrasi belajar dengan tenang tanpa adanya gangguan keramaian dari suara kendaraan. .SMA Negeri Jumapolo didirikan pada tanggal 20 Nopember 1984 berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 0558/1984. Pada tahun pertama jumlah peserta didik ada 126 siswa yang terbagi dalam 3 kelas rombongan
belajar.
Dalam
perkembangan
meningkatnya kepercayaan masyarakat
selanjutnya
seiring
dengan
terhadap kinerja guru dan seluruh
karyawan juga prestasi para alumninya, di usia yang ke 24 tahun yaitu pada tahun pelajaran 2008/2009 SMA Negeri Jumapolo telah mernjadi sekolah negeri terakreditasi A dengan jumlah peserta didik 847 siswa yang terbagi menjadi 21 kelas rombongan belajar, dengan rincian 7 kelas rombongan belajar kelas X, 7
52
kelas rombongan belajar kelas XI, dan 7 kelas rombongan belajar kelas XII, dengan kelas jurusan IPA sebanyak 3 kelas dan jurusan IPS sebanyak 4 kelas. Diusia ke 24 tahun ini SMA Negeri Jumapolo terus berbenah baik dalam pengembangan kualitas belajar mengajar, kompetensi dan profesionalisme guru, sarana dan prasarana, dan fasilitas belajar lainnya, Apalagi sekolah ini menjadi salah satu sekolah kategori mandiri, dimana pemberdayaan Teknologi Informasi (TI) merupakan salah satu tuntutannya. Sehubungan dengan hal tersebut maka peneliti berupaya untuk dapat melaksanakannya, salah satunya dengan melakukan penelitian terhadap pemanfaatan media pembelajaran berbasis TI, kaitannya dengan prestasi belajar siswa. Dalam penelitian ini digunakan sebagai subyek penelitian adalah siswa kelas X 7, yang menempati ruang 21, yang terletak paling barat, membujur arah timur barat, sebelah selatan terdapat masjid, utara perpustakaan, timur lapangan upacara, dan sebelah barat persawahan. Dengan luas bangunan 8 X 9 meter, dinding warna krem, sebelah selatan terdapat delapan jendela kaca yang dapat dibuka, sedangkan dinding sebelah utara terdapat pintu dan enam jendela kaca yang dapat dibuka pula, sehingga ruangan kelas tampak terang dan sirkulasi udara lancar. Didalam kelas terdapat 40 meja dan 40 kursi untuk siswa yang menghadap ke timur, untuk siswa kelas X 7 yang berjumlah 38 terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 23 siswa perempuan. Di depan tempat duduk siswa, terdapat kursi dan meja untuk guru yang dilengkapi dengan taplak meja dan vas bunga. Menempel di dinding sebelah timur sebuah white board, daftar regu piket, pengurus kelas, tata tertib sekolah dan jadwal pelajaran. Diatas jendela baik
53
sebelah utara dan selatan terpasang gambar-gambar pahlawan. Dengan keadaan tersebut ruangan kelas cukup nyaman untuk kegiatan belajar mengajar.
A. Deskripsi Kondisi Awal Pembelajaran Dimensi Tiga Siswa Kelas X 7 Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan observasi untuk mengetahui kondisi awal kemampuan siswa kelas X 7 dalam pembelajaran dimensi tiga. Berdasarkan hasil angket dan nilai ulangan harian dimensi tiga, dapat diketahui bahwa siswa kelas X-7 SMAN Jumapolo memiliki motivasi belajar dan nilai matematika yang rendah. Masih banyak siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM serta keaktifan mereka dalam mengikuti pelajaran di kelas masih kurang. Sebagian
besar siswa malas karena sering mengalami kesulitan
mempelajari matematika. Prestasi belajar matematika rendah dibanding mata pelajaran lain dan motivasi belajar siswa juga rendah. Rendahnya motivasi dan prestasi siswa makin nampak ketika mereka mulai mempelajari materi dimensi tiga. Karena pada materi dimensi tiga memerlukan imajinasi dan kemampuan pandang ruang yang cukup sulit dipahami. Siswa juga merasa kesulitan dalam menginterpretasikan perubahan dari dimensi tiga (bangun ruang) ke dimensi dua (bangun datar) yang mereka gunakan sebagai media belajarnya. Kegiatan pembelajaran selama ini menurut persepsi siswa masih bersifat monoton sehingga kurang menyenangkan. Metode-metode pembelajaran
54
yang digunakan masih berpusat pada guru dan kegiatannya hanya sebatas memperhatikan penjelasan guru, mencatat dan latihan soal. Kegiatan ini cenderung membuat siswa menjadi bosan terhadap pelajaran matematika sehingga banyak siswa yang kurang memahami materi yang disampaikan. Berdasarkan fenomena tersebut diperoleh gambaran bahwa kurangnya variasi metode yang digunakan dalam pembelajaran diprediksi menjadi salah satu sumber kesulitan bagi siswa. Berdasarkan alasan inilah perlu upaya pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini untuk mengubah model pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran
dengan
menggunakan media pembelajaran.
C. Deskripsi Penelitian Tindakan Kelas Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tiga siklus untuk membahas materi dimensi tiga. Masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap yaitu: 1) Perencanaan tindakan (planning) yang meliputi merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan media pembelajaran dimensi tiga sesuai dengan kompetensi dasar, 2) Pelaksanaan tindakan (acting) yaitu melaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran, 3) Observasi (observating) yaitu melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan kelas, dan 4) Refleksi (reflecting) yaitu melakukan analisis terhadap data yang sudah diperoleh pada setiap siklus.
55
Secara deskriptif pelaksanaan tindakan pada tiap-tiap siklus adalah sebagai berikut: 1. Deskripsi Siklus I a. Perencanaan Pada tahap ini peneliti (guru) menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pembelajaran dimensi tiga menggunakan media pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan pada siklus I akan dilaksanakan dalam tiga pertemuan. Pertemuan pertama dan kedua pada tanggal 4 dan 7 April 2009, digunakan untuk menyampaikan materi dimensi tiga menggunakan media pembelajaran, sedangkan pertemuan ketiga pada tanggal 9 April 2009 untuk melakukan evaluasi. b. Pelaksanaan Tindakan Urutan pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Pertemuan Pertama (Sabtu, 4 April 2009) i.
Guru membuka pelajaran dengan memberi salam dan presensi siswa.
ii. Guru memaparkan materi yang akan dibahas dan metode yang akan digunakan. iii. Guru memberikan apersepsi. iv. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan singkat kepada siswa untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
56
v. Guru menerangkan materi dimensi tiga yaitu tentang bangun – bangun
ruang dan
bagian-bagiannya, menggunakan
media
pembelajaran berupa alat peraga yaitu model-model bangun ruang dan kerangka bangun ruang. vi. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang dijelaskan. vii. Guru memberikan contoh soal dan kemudian dibahas bersama siswa, dengan menggunakan alat peraga baik oleh guru maupun siswa secara langsung. viii. Guru memberikan soal-soal latihan untuk dikerjakan siswa, sambil berdiskusi. ix. Guru membahas soal-soal latihan. Dalam kesempatan ini guru juga memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya bagian item soal yang kurang jelas. x. Guru mengakhiri pertemuan dengan membuat rangkuman dan memberikan tugas sebagai latihan di rumah. xi. Guru menutup pertemuan dengan memberi salam. 2) Pertemuan Kedua (Selasa , 7 April 2009) i Guru membuka pelajaran dengan memberi salam dan presensi siswa. ii. Guru membahas tugas rumah yang diberikan pada pertemuan pertama.
57
iii. Guru memaparkan materi yang akan dibahas dan metode yang akan digunakan . iv. Guru memberikan apersepsi. v. Guru menerangkan materi dimensi tiga yaitu tentang kedudukan antara titik, garis dan bidang dalam ruang, menggunakan media pembelajaran komputer dan LCD. vi. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang dijelaskan. vii. Guru memberikan contoh soal dan kemudian dibahas bersama siswa. viii. Guru
memberikan
soal-soal
latihan
untuk
dikerjakan
dan
didiskusikan sesama siswa. ix. Guru membahas soal-soal latihan. x. Pada saat jam pelajaran akan berakhir guru membuat rangkuman dan memberi tahu kepada siswa bahwa pertemuan berikutnya akan diadakan evaluasi. xi. Guru menutup pertemuan dengan memberi salam. 3) Pertemuan Ketiga (Sabtu, 10 Mei 2008) i. Guru membuka pelajaran dengan memberi salam dan presensi siswa. ii. Guru memberikan evaluasi materi dimensi tiga, dan mempersilakan siswa untuk berdoa terlebih dahulu. iii. Siswa cukup tenang dalam mengerjakan soal evaluasi, meskipun ada beberapa siswa yang masih menoleh kanan kiri.
58
iv. Guru mengawasi jalannya evaluasi. v. Setelah waktu berakhir guru menyuruh siswa untuk mengumpulkan pekerjaannya dan memberi gambaran jawaban soal yang telah dikerjakan
dengan
tujuan
agar
siswa
mengetahui
letak
kesalahannya. vi. Guru menutup pertemuan dengan memberi salam. c. Observasi Pada tahap ini peneliti bersama observer
melakukan kegiatan
pengamatan terhadap proses pembelajaran. Hasil pengamatan dicatat dan dirangkum
sebagai
dasar
acuan
pelaksanaan
tahap
selanjutnya.
Berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan siklus I dapat dilaporkan hal-hal sebagai berikut: 1). Pada saat apersepsi, masih banyak siswa yang kurang memperhatikan. 2). Pada waktu guru menerangkan materi, hanya beberapa siswa saja yang mau bertanya. 3). Pada waktu mengerjakan soal-soal latihan, kegiatan diskusi masih belum berjalan dengan baik masih banyak siswa yang pasif. 4). Pada waktu membahas soal-soal latihan sebagian siswa masih takut/kurang berani untuk menyampaikan pendapatnya dan hanya mencatat pendapat yang disampaikan temannya. 5). Siswa yang aktif mengerjakan latihan soal secara lengkap di kelas dengan tepat waktu dan benar baru 12 siswa.
59
6). Dari hasil ulangan tes formatif dapat diketahui bahwa pada siklus pertama baru 21 siswa ( 55,26 % ) yang mendapat nilai 60 ke atas atau sudah mencapai Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) yang telah ditentukan yaitu 60. 7). Guru masih berfokus pada media yang digunakan, sehingga masih ada beberapa siswa yang bermain sendiri. 8). Guru dalam menerangkan materi masih terlau cepat, sehingga sulit dipahami oleh siswa yang kemampuan imajinasinya kurang. 9). Soal-soal yang digunakan untuk latihan masih cukup sulit, terutama bagi siswa yang berkemampuan rendah. d. Refleksi Setelah melaksanakan tindakan dan obsevasi pada siklus pertama, peneliti melakukan diskusi dengan observer untuk mendapatkan saran dan masukan guna mengadakan refleksi. Berdasarkan hasil pengamatan dan diskusi, dapat disampaikan refleksi sebagai berikut: 1). Pada saat apersepsi guru menyampaikan tujuan pembelajaran serta manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Banyak siswa yang kurang memperhatikan, hal ini dimungkinkan karena biasanya tujuan pembelajaran jarang atau tidak pernah disampaikan oleh guru, maka dalam membuka pelajaran sebaiknya guru membangkitkan semangat dan antusias siswa terlebih dahulu. 2). Guru masih mendominasi pembelajaran, sehingga masih kurang membangkitkan semangat siswa untuk bertanya.
60
3). Pembimbingan dalam kegiatan diskusi telah dilakukan oleh guru, tetapi dalam pelaksanaannya masih belum merata. 4). Pertanyaan yang diberikan oleh guru masih kurang menyebar (hanya siswa yang itu-itu saja) akibatnya siswa yang aktif menjadi lebih aktif dan yang lain menjadi kurang aktif. 5). Guru dalam meberikan tugas kurang memperhatikan waktu yang tersedia untuk mengerjakan, sehingga siswa kurang teliti dalam mengerjakan tugasnya dan hanya mengutamakan agar tugasnya selesai dan diserahkan tepat pada waktunya. 6). Masih banyak siswa yang memperoleh nilai dibawah 60, sehingga belum tercapai ketuntasan belajar secara klasikal maupun indiyidual. 7). Masih banyak siswa yang belum tertarik dan memahami pentingnya penggunaan media pembelajaran. 8). Guru kurang berinteraksi dengan siswa, sehingga masih banyak siswa yang bermain sendiri. 9). Guru dalam menyampaikan materi sudah bagus sesuai dengan skenario pembelajaran, tetapi dalam penyampaian materi guru terlalu cepat sehingga siswa kurang bisa menerima dengan jelas. 10). Guru memberikan soal masih terlalu sulit, sehingga beberapa siswa merasa kesulitan. Dari hasil observasi dan refleksi pada siklus pertama
ini dapat
dikatakan bahwa pembelajaran dimensi tiga dengan menggunakan media pembelajaran belum mencapai tingkat ketuntasan belajar secara klasikal.
61
Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan untuk siklus kedua sebagai berikut: 1). Guru menginformasikan kepada siswa bahwa kegiatan pembelajaran dimensi tiga menggunakan media pembelajaran akan diulang lagi. 2). Guru harus lebih menekankan pentingnya siswa untuk mengetahui dan memahami tujuan pembelajaran yang disampaikan. 3). Guru dalam menjelaskan materi diupayakan dapat membangkitkan semangat siswa untuk bertanya. 4). Guru harus lebih intensif dalam pembimbingan diskusi. 5). Guru dalam memberikan pertanyaan-pertanyaan hendaknya lebih menyebar ke seluruh siswa. 6). Guru dalam memberikan soal-soal yang latihan harus menyesuaikan dengan waktu yang tersedia. 7). Guru hendaknya lebih bisa berinteraksi dengan siswa-siswanya dengan cara melakukan pendekatan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas. 8). Guru dalam menyampaikan materi jangan terlalu cepat sehingga siswa dapat memahami dengan jelas. 9). Dalam membuat soal-soal latihan hendaknya lebih bervariasi dan disesuaikan dengan kemampuan siswa. 2. Deskripsi Siklus II a. Perencanaan
62
Perencanaan pada siklus II ini disusun berdasarkan refleksi siklus I. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, ternyata hasil penelitian belum sesuai dengan tujuan penelitian dan masih ada kekurangan-kekurangan pada proses pembelajaran. Untuk memperbaiki berbagai kekurangan dan kelemahan yang ditemukan pada siklus I, maka kegiatan selanjutnya adalah melaksanakan pembelajaran pada siklus II. Kegiatan pada siklus kedua merupakan kegiatan yang sama dengan kegiatan sebelumnya untuk mengulang kembali tindakan yang sudah ada sebagai tambahan perbaikan dari tindakan terdahulu. Dalam perencanaan ini peneliti menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan sebagai solusi untuk mengatasi dari kekurangan tersebut. Selanjutnya peneliti akan melaksanakan tindakan untuk siklus yang kedua dalam 3 kali pertemuan. Pertemuan pertama dan kedua pada tanggal 14 dan 16 April 2009, digunakan untuk menyampaikan materi dimensi tiga menggunakan media pembelajaran, sedangkan pertemuan ketiga pada tanggal 18 April 2009 untuk melakukan evaluasi. b. Pelaksanaan Tindakan 1) Pertemuan pertama (Selasa, 14 April 2009) i. Guru membuka pelajaran dengan memberi salam dan presensi siswa. ii. Guru mengecek kondisi baik siswa maupun kelas, untuk menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif, sehingga dapat membangkitkan motivasi siswa.
63
iii. Guru memaparkan materi dan metode yang akan digunakan. iv. Guru memaparkan tujuan yang hendak dicapai. v. Guru memberikan apersepsi dengan mengadakan tanya jawab kepada siswa agar siswa mengingat pelajaran yang lalu dan untuk mengetahui sampai seberapa jauh kemampuan siswa dalam memahami pelajaran yang telah diajarkan. vi. Guru menerangkan
materi dimensi tiga tentang bangun-bangun
ruang dan unsur-unsurnya menggunakan alat peraga. Dalam menerangkan guru berusaha untuk tidak terlalu cepat agar lebih mudah dipahami siswa, serta lebih banyak melakukan tanya jawab agar siswa merasa dilibatkan dalam pembelajaran. vii. Guru membuka kesempatan untuk mengadakan tanya jawab kepada siswa mengenai materi yang telah dijelaskan. Pada kesempatan ini guru mencoba untuk berinteraksi dengan siswa dengan cara berkeliling ke tempat duduk siswa, dengan tujuan agar guru lebih bisa dekat dengan siswa sehingga siswa tidak merasa malu dan enggan untuk bertanya. viii. Guru memberikan contoh soal dan dibahas bersama-sama dengan siswa. ix. Guru memberikan soal-soal latihan, untuk dikerjakan dan didiskusikan sesama siswa. Dalam memberikan soal guru berusaha untuk memilih soal yang bervariasi tingkat kesukarannya, sehingga siswa yang kemampuannya rendah bisa ikut aktif berdiskusi.
64
x.
Guru melakukan pengawasan dan pembimbingan diskusi siswa. Dalam kesempatan ini guru memfokuskan pembimbingan kepada siswa-siswa yang berkemampuan rendah.
xi.
Guru membahas soal-soal latihan dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya.
xii. Guru membuat kesimpulan/rangkuman materi yang telah diajarkan. xiii. Guru memberikan tugas rumah (PR) dengan tujuan untuk mengingat kembali materi yang sudah diajarkan. xiv. Guru menutup pelajaran dengan memberi salam. 2) Pertemuan kedua (Kamis, 16 April 2009) i. Guru membuka pelajaran dengan memberi salam dan presensi siswa. ii. Guru bersama siswa membahas pekerjaan rumah agar siswa benarbenar memahami materi yang diberikan. iii. Guru menerangkan materi dimensi tiga yaitu tentang kedudukan antara titik, garis dan bidang dalam ruang, menggunakan media pembelajaran komputer dan LCD, disertai tanya jawab dengan siswa, agar siswa merasa dilibatkan secara aktif. Dalam memberikan pertanyaan kepada siswa guru lebih obyektif atau pertanyaan bersifat menyebar ke semua siswa. iv. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang telah dijelaskan. v. Guru memberi contoh soal, dan dibahas bersama siswa.
65
vi. Guru memberikan soal-soal latihan untuk dikerjakan dan didiskusikan sesama siswa. vii. Guru mengawasi dan membimbing diskusi. viii. Guru
bersama
siswa
membahas
soal-soal
latihan,
dalam
kesempatan ini guru menyuruh siswa untuk menyampaikan pendapatnya, dan siswa yang lain memberikan tanggapannya. ix. Guru mengakhiri pelajaran dengan membuat kesimpulan, dan mengumumkan bahwa pertemuan berikutnya akan diadakan evaluasi. x. Guru menutup pelajaran dengan memberi salam. 3) Pertemuan ketiga (Sabtu, 18 April 2009) i. Guru membuka pelajaran dengan memberi salam dan presensi siswa ii. Guru menyampaikan kegiatan berikutnya, siswa mempersiapkan diri untuk mengerjakan evaluasi yang diberikan oleh guru. iii. Guru membagikan soal untuk evaluasi dan siswa mengerjakan soal tersebut dengan seksama. iv. Guru mengawasi dengan baik agar tercipta kemandirian belajar pada diri siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan soal dengan tertib dan tenang. v. Setelah waktu mengerjakan soal habis, guru meminta lembar jawaban soal dari siswa.
66
vi. Guru memberi gambaran jawaban soal yang telah dikerjakan dengan tujuan agar siswa mengetahui letak kesalahannya. vii. Guru menutup pertemuan dengan salam. c. Observasi Pelaksanaan Tindakan pada siklus II ini, diamati oleh peneliti sebagai guru pengajar dan observer. Dari pengamatan yang dilakukan pada siklus II, dapat ditemukan hal-hal sebagai berikut: 1). Para siswa sudah tampak menunjukkan perhatian yang besar sewaktu guru memberikan apersepsi. Hanya tinggal dua anak saja yang duduk di bangku paling belakang yang masih sering ngobrol sendiri. 2). Siswa sudah lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran, terlihat dari banyaknya siswa yang mengajukan pertanyaan mengenai materi pelajaran. 3). Kegiatan diskusi sudah semakin hidup, karena siswa sudah semakin memahami materi yang diajarkan. 4). Siswa
sudah
lebih
berani
mengemukakan
pendapatnya
saat
pembahasan soal-soal latihan, dikarenakan siswa sudah memiliki kepercayaan diri. 5). Siswa yang aktif mengerjakan tugas di kelas secara lengkap dengan tepat waktu dan benar sudah lebih meningkat, tercatat ada 21 siswa. 6). Prestasi belajar dimensi tiga siswa sudah meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan bertambahnya jumlah siswa yang sudah tuntas
67
belajar, yaitu dari 55,26 % pada siklus I menjadi 73,68 % pada siklus II. 7). Guru sudah bisa membagi perhatian antara menggunakan media dengan mengawasi siswa-siswa, sehingga siswa segan untuk bermain sendiri. 8). Guru dalam menerangkan materi sudah tidak terlalu cepat, meskipun kadang-kadang masih juga terulang. 9). Soal-soal yang digunakan untuk latihan sudah semakin proposional, mulai soal yang mudah, sedang, dan soal yang sulit. 10) Guru masih kurang memberikan penguatan kepada siswa. d. Refleksi Berdasarkan hasil pengamatan selanjutnya
peneliti
mengadakan
pelaksanaan tindakan siklus II, diskusi
dengan
observer untuk
melakukan refleksi, Dari hasil diskusi didapat refleksi sebagai berikut: 1). Perhatian siswa terhadap apersepsi semakin besar. Hal ini menunjukkan adanya ketertarikan siswa terhadap pembelajaran dimensi tiga. 2). Siswa sudah lebih berani untuk bertanya, menunjukkan bahwa ada kedekatan antara guru dan siswa, dengan kata lain guru bukanlah sosok yang menakutkan. 3). Guru telah memberikan perhatian dan bimbingan dalam proses diskusi 4). Guru sudah dapat memberikan rasa percaya diri pada siswa, bahwa ia mampu menyelesaikan soal-soal.
68
5). Guru sudah dapat meningkatkan motivasi dan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal-soal latihan. 6). Sudah ada peningkatan prestasi belajar, meskipun belum seperti yang diharapkan. 7). Guru sudah dapat menarik perhatian siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. 8). Guru sudah lebih bisa mengontrol kecepatan dalam menjelaskan materi. 9). Guru sudah dapat mengetahui soal-soal yang sesuai dengan kemampuan siswa. 10) Guru perlu memberikan penguatan kepada siswa bisa berupa pujian atau tambahan nilai, untuk memotivasi siswa agar mengerjakan dengan cepat dan benar. Dari hasil refleksi pada siklus kedua
ini dapat dikatakan bahwa
pembelajaran dimensi tiga dengan menggunakan media pembelajaran mengalami peningkatan prestasi belajar siswa, meskipun belum mencapai kriteria ketuntasan yang telah ditentukan. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan untuk siklus ketiga sebagai berikut: 1). Guru menginformasikan kepada siswa bahwa kegiatan pembelajaran dimensi tiga menggunakan media pembelajaran akan diulang lagi. 2). Guru harus selalu memberikan apersepsi dan menekankan kepada siswa tentang tujuan pembelajaran
69
3). Guru lebih sering melakukan pendekatan dengan siswa agar siswa tidak segan-segan untuk bertanya. 4). Guru semakin meningkatkan dan mengarahkan dalam pembimbingan diskusi. 5). Guru perlu memberikan penguatan berupa pujian atau tambahan nilai kepada siswa yang berani mengemukakan jawaban di depan kelas juga pada siswa yang bisa menyelesaikan soal dengan tepat waktu dan benar, dengan tujuan untuk menambah semangat siswa dalam mengerjakan soal-soal latihan. 6). Guru harus selalu berinteraksi dengan siswa-siswanya dengan cara melakukan pendekatan kepada siswa, terlebih kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas. 7). Guru harus selalu mengontrol diri agar dalam menyampaikan materi tidak terlalu cepat . 8). Soal-soal untuk latihan harus disesuaikan dengan kemampuam siswa yang beragam.
3. Deskripsi Siklus III a. Perencanaan Perencanaan pembelajaran pada siklus III disusun berdasarkan refleksi siklus II. Pada siklus III ini guru (peneliti) masih berkolaborasi dengan observer dalam menyusun perencanaan pembelajaran, agar pelaksanaan penelitian dapat betul-betul terlaksana sesuai dengan rencana yang
70
diharapkan. Kegiatan pada siklus ketiga merupakan kegiatan yang sama dengan kegiatan sebelumnya, yaitu mengulang kembali tindakan yang sudah ada, dan mengadakan perbaikan dari tindakan terdahulu. Dalam siklus III ini guru lebih memfokuskan diri sebagai motivator dengan jalan memberi penguatan yang berupa pujian atau tambahan nilai kepada siswa yang
menunjukkan
keaktifan
dan
prestasi
dalam
pelaksanaan
pembelajaran. Siklus ketiga akan dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan. Pertemuan pertama dan kedua pada tanggal 23 dan 25 April 2009, digunakan untuk menyampaikan materi dimensi tiga menggunakan media pembelajaran, sedangkan pertemuan III pada tanggal 28 April 2009 melakukan evaluasi dan mengisi angket motivasi. b. Pelaksanaan Tindakan 1) Pertemuan pertama (Kamis, 23 April 2009) i. Guru membuka pelajaran dengan memberi salam dan presensi siswa. ii. Guru memberikan motivasi kepada siswa, tentang manfaat materi ini hubungannya dengan kehidupan sehari- hari. iii. Guru memaparkan materi dan metode yang akan digunakan. iv. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. v. Guru memberikan apersepsi, berupa pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran.
71
vi. Guru menjelaskan materi dimensi tiga tentang bangun-bangun ruang dan unsur-unsurnya menggunakan alat peraga, yang disertai dengan tanya jawab, untuk menarik perhatian siswa. vii. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi mana yang belum jelas, sambil terus berinteraksi dengan siswa, agar siswa mempunyai keberanian untuk bertanya. viii. Guru memberikan contoh soal dan dibahas bersama-sama dengan siswa. ix. Guru
memberikan
soal-soal
latihan,
untuk
dikerjakan
dan
didiskusikan sesama siswa. x. Guru melakukan pengawasan dan pembimbingan saat siswa sedang diskusi, dan lebih difokuskan pada siswa-siswa yang berkemampuan rendah. xi. Guru membahas soal-soal latihan dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya, sekaligus memberi pujian bagi mereka yang mau mengemukakan pendapatnya. xii. Guru memberi hadiah berupa tambahan nilai bagi siswa-siswa yang menyelesaikan dengan tepat wakktu dan benar. xiii. Guru membuat kesimpulan/rangkuman materi yang telah diajarkan. xiv. Guru memberikan tugas rumah (PR) xv. Guru menutup pelajaran dengan memberi salam 2) Pertemuan kedua (Sabtu, 25 April 2009) i.
Guru membuka pelajaran dengan memberi salam dan presensi siswa.
72
ii.
Guru menanyakan kondisi siswa dengan tujuan untuk menciptakan suasana yang kondusif.
iii. Guru membahas pekerjaan rumah agar siswa benar-benar memahami materi yang diberikan. iv. Guru menerangkan materi dimensi tiga yaitu tentang kedudukan titik, garis dan bidang dalam ruang, menggunakan media pembelajaran komputer dan LCD, disertai tanya jawab dengan siswa v.
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang telah dijelaskan, diikuti dengan interaksi kepada siswa, agar tidak merasa takut untuk bertanya.
vi. Guru memberi contoh soal, dan dibahas bersama siswa. vii. Guru memberikan soal-soal latihan untuk dikerjakan dan didiskusikan sesama siswa. viii. Guru mengawasi dan membimbing diskusi. viii. Guru bersama siswa membahas soal-soal latihan, bagi siswa yang berani mengemukakan pendapatnya selalu diberikan pujian, dan tambahan nilai kalau jawabannya benar. ix. Guru mengakhiri pelajaran dengan membuat kesimpulan, dan mengumumkan bahwa pertemuan berikutnya akan diadakan evaluasi. x. Guru menutup pelajaran dengan memberi salam. 3)
Pertemuan ketiga (Selasa, 28 April 2009) i.
Guru membuka pelajaran dengan memberi salam dan presensi siswa
73
ii. Guru membagikan soal evaluasi, dan mengingatkan siswa untuk berdoa terlebih dahulu sebelum mengerjakan. iii. Guru mengingatkan kepada siswa untuk mengerjakan soal dengan teliti dan penuh percaya diri.. iv. Guru mengawasi dengan seksama agar siswa mengerjakan dengan mandiri, tertib, dan tenang. v. Setelah waktu mengerjakan soal habis, guru meminta lembar jawaban soal dari siswa. vi. Guru membagikan lembar angket motivasi untuk diisi siswa dan mengatakan bahwa angket ini tidak mempengaruhi nilai ulangan dimensi tiga. vii. Guru menarik angket yang telah diisi oleh siswa. viii. Guru menutup pertemuan dengan salam. c. Observasi Observasi terhadap pelaksanaan tindakan pada siklus III ini, dilakukan oleh peneliti sebagai guru pengajar dan observer. Hasil observasi pada siklus III ini adalah: 1). Persiapan pembelajaran yang dilakukan guru telah dilaksanakan dengan sangat baik. 2). Pada saat apersepsi semua siswa memperhatikan dengan tenang dan antusias. 3) Pemberian motivasi kepada siswa diikuti dengan pemberian contohcontoh yang kongkrit, sehingga siswa lebih mudah memahami.
74
4). Pada saat penyampaian materi, tanya jawab antara guru dan siswa semakin dominan. Siswa sudah tidak merasa takut dan malu untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas. 5). Diskusi antar siswa sudah berjalan dengan baik. 6). Saat pembahasan soal latihan siswa berebut untuk mengemukakan pendapatnya. 7). Siswa yang mengerjakan soal latihan dengan waktu yang tepat dan benar semakin bertambah, tercatat ada 30 siswa. 8). Prestasi belajar dimensi tiga siswa meningkat yang ditandai dengan pencapaian nilai rata-rata dari 68,16 menjadi 77,11. Jumlah siswa yang tuntas belajar juga meningkat dari 73,68 % menjadi 92,11%. Dengan demikian pada siklus III ini telah tercapai kriteria ketuntasan yang ditentukan. 9). Motivasi belajar siswa juga semakin meningkat dibandingkan dengan kondisi awal. 10). Siswa kelihatan tertib dalam mengikuti pelajaran. 11). Guru sudah dapat mengatur kecepatan penyampaian materi. 12). Guru sudah bisa menyesuaikan soal-soal latihan dengan kebutuhan dan kemampuan siswa, sehingga siswa menjadi lebih antusias untuk mengerjakan. 13) Guru selalu memberikan penguatan kepada siswa-siswa yang mau mengemukakan pendapatnya dan dapat mengerjakan dengan waktu yang tepat dan benar.
75
d. Refleksi Pada akhir siklus III, diadakan refleksi secara bersama-sama antara siswa, peneliti dan observer. Adapun hasil refleksi pada siklus III adalah sebagai berikut: 1). Menurut siswa: i. Siswa menyukai pembelajaran dimensi tiga dengan menggunakan media
pembelajaran
karena
pembelajaran
menjadi
tidak
membosankan. ii. Dengan menggunakan media pembelajaran konsep-konsep dalam dimensi tiga yang sebelumnya terasa sulit dipahami menjadi mudah dipahami. iii. Dengan media pembelajaran wawasan siswa menjadi bertambah, khususnya dalam penggunaan LCD dan komputer. 2). Menurut Observer: i. Proses pembelajaran secara umum berlangsung dengan baik. ii. Agar dalam melaksanakan dengan metode ini dapat lebih baik, guru disarankan mengadakan persiapan yang cukup, khususnya dalam membuat powerpoint. iii. Dengan media pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan dan semangat siswa dalam pembelajaran. 3). Menurut peneliti: i.
Berdasarkan refleksi yang diberikan oleh siswa dan observer menunjukkan bahwa pembelajaran dimensi tiga menggunakan
76
media pembelajaran dapat memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. ii. Sebetulnya media pembelajara sudah dimiliki sekolah, namun guru masih
belum
memanfaatkannya,
dikarenakan
kurangnya
pemahaman guru tentang manfaat media pembelajaran dalam proses belajar mengajar. iii. Dengan media pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar dimensi tiga siswa.
D. Hasil Penelitian Hasil Penelitian Tindakan Kelas yang dilangsungkan dalam tiga siklus, dapat diringkas dalam beberapa tabel dibawah ini. Tabel IV-1 Hasil Angket Motivasi Siswa terhadap Pembelajaran Dimensi Tiga kelas X 7 SMA Negeri Jumapolo.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
NAMA SISWA Ahmad Syafii Andria Dhodhik Saputra Arif Nugroho Bagya Efendi Deni Kristanto Denny Astuti Dwi Handayani Ernawati Giyarto Hari Prayogi Hartini Ika Monika Nia Astuti Jhadi Wiratmoko Juwita Nurani
Kondisi Awal 64 87 65 67 85 70 69 72 73 75 70 73 83 65
Kondisi Akhir 127 138 124 119 144 127 129 127 132 144 124 139 149 124
Peningkatan (%) 98.44 58.62 90.77 77.61 69.41 81.43 86.96 76.39 80.82 92.00 77.14 90.41 79.52 90.77
77
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Lailatul Rahmah Mamas Yulianti Margareta Sri Wahyuni Maya Maysaroh Mursid Risdianto Nita Yulianti Nur Cahyani Reni Saputri Richa Patmawati Samiyati Syamsudin Septi Rahayu Siti Leastari Sitii Solechah Ridho Maulana Susanto Symsiyah Tegar Tri Hatmoko Tri Lestari Trie Lestari Handayani Triana Wawan Dwi Prayitno Yasin Syafitri Yuyun Astutik Jumlah Rata-rata
68 96 69 73 69 73 95 72 71 73 68 81 78 77 74 75 80 95 78 83 80 82 78 83 2889 76.0
127 151 130 131 127 145 159 141 140 143 133 152 150 137 141 145 150 167 151 160 158 161 150 160 5356 140.9
86.76 57.29 88.41 79.45 84.06 98.63 67.37 98.59 97.18 95.89 95.59 87.65 92.31 77.92 90.54 93.33 87.50 75.79 93.59 92.77 97.50 96.34 92.31 92.77 3269.841 86.0
Angket motivasi siswa terhadap pembelajaran dimensi tiga ini disampaikan kepada siswa sebelum penelitian tindakan kelas dimulai,
untuk
mendapatkan informasi tentang motivasi siswa terhadap pembelajaran dimensi tiga yang sudah berlangsung sebelum dilaksanakannya tindakan, kemudian diberikan lagi kepada siswa setelah selesai penelitian tindakan kelas, untuk mengetahui apakah penelitian tindakan kelas yang dilakukan mempunyai pengaruh terhadap motivasi siswa dalam pembelajaran dimensi tiga. Dari tabel IV-1 terlihat adanya peningkatan skor motivasi dari masingmasing individu, dengan peningkatan rata-rata sebesar 86,0 %.
78
Tabel IV-2 Hasil Belajar Dimensi Tiga pada Siklus I No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
NAMA SISWA Ahmad Syafii Andria Dhodhik Saputra Arif Nugroho Bagya Efendi Deni Kristanto Denny Astuti Dwi Handayani Ernawati Giyarto Hari Prayogi Hartini Ika Monika Nia Astuti Jhadi Wiratmoko Juwita Nurani Lailatul Rahmah Mamas Yulianti Margareta Sri Wahyuni Maya Maysaroh Mursid Risdianto Nita Yulianti Nur Cahyani Reni Saputri Richa Patmawati Samiyati Syamsudin Septi Rahayu Siti Leastari Sitii Solechah Ridho Maulana Susanto Symsiyah Tegar Tri Hatmoko Tri Lestari Trie Lestari Handayani Triana Wawan Dwi Prayitno Yasin Syafitri Yuyun Astutik Jumlah Rata-rata
Nilai Pra Siklus 40 75 45 40 70 55 50 30 40 60 40 45 65 40 50 70 60 45 30 55 70 55 50 30 50 60 65 55 40 45 35 70 50 60 35 50 40 60 1925 50.66
Nilai Siklus I 45 80 55 50 80 65 70 40 50 70 40 55 75 55 55 75 70 60 40 60 80 65 55 40 65 60 70 60 55 55 50 80 65 60 50 60 40 75 2275 59.87
Peningkatan (%) 12,50 66,67 22,22 25,00 14,29 18,18 40,00 33,33 25,00 16,67 0,00 22,22 15,39 37,50 10,00 7,14 16,67 33,33 33,33 9,09 14,29 18,18 10,00 33,33 30,00 0,00 7,69 9,09 37,5 22,22 42,86 14,29 30,00 0,00 42,86 20,00 0,00 25,00 815.84 21.47
79
Berdasarkan hasil belajar pada siklus I, terlihat adanya peningkatan prestasi dibandingkan sebelum dilakukan tindakan. Sehingga pembelajaran dimensi tiga menggunakan media pembelajaran mampu meningkatkan prestasi siswa dibandingkan saat sebelum menggunakan media pembelajaran. Meskipun kenaikannya belum memenuhi kriteria indikator kinerja, untuk itu masih diperlukan perbaikan dan penyempurnaan proses pembelajaran pada siklus II berdasarkan refleksi siklus I. Tabel IV-3 Hasil Belajar Dimensi Tiga pada Siklus II No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
NAMA SISWA Ahmad Syafii Andria Dhodhik Saputra Arif Nugroho Bagya Efendi Deni Kristanto Denny Astuti Dwi Handayani Ernawati Giyarto Hari Prayogi Hartini Ika Monika Nia Astuti Jhadi Wiratmoko Juwita Nurani Lailatul Rahmah Mamas Yulianti Margareta Sri Wahyuni Maya Maysaroh Mursid Risdianto Nita Yulianti Nur Cahyani Reni Saputri Richa Patmawati Samiyati Syamsudin Septi Rahayu Siti Leastari
Nilai Siklus I 45 80 55 50 80 65 70 40 50 70 40 55 75 55 55 75 70 60 40 60 80 65 55 40 65 60 70
Nilai Siklus II 55 90 70 55 80 75 80 50 50 75 60 65 80 65 70 85 80 70 40 75 90 70 65 45 75 65 80
Peningkatan (%) 22,22 12,50 27,27 10,00 0,00 15,39 14,29 25,00 0,00 7,14 50,00 18,18 6,67 18,18 27,27 13,33 14,29 16,67 0,00 25,00 12,50 7,69 9,09 12,5 15,39 8,33 14,29
80
28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Siti Solechah Ridho Maulana Susanto Symsiyah Tegar Tri Hatmoko Tri Lestari Trie Lestari Handayani Triana Wawan Dwi Prayitno Yasin Syafitri Yuyun Astutik Jumlah Rata-rata
60 55 55 50 80 65 60 50 60 40 75 2275 59.87
70 55 70 55 85 75 70 50 70 50 80 2590 68.16
16,67 0,00 27,27 10,00 6,25 15,39 16,67 0,00 16,67 25,00 6,67 543.78 14.31
Dari hasil belajar pada siklus II, nampak adanya peningkatan prestasi dibandingkan dengan prestasi pada siklus I. Peningkatan tersebut sudah cukup signifikan karena rata-rata secara klasikal sudah di atas standar ketuntasan minimal (60), namun secara individual banyaknya siswa yang mencapai standar ketuntasan minimal belum mencapai 75% dari keseluruhan jumlah siswa. Dengan demikian belum memenuhi indikator kinerja yang ditentukan. Sehingga masih perlu dilakukan perbaikan dan penyempurnaan proses pembelajaran pada siklus III yang didasarkan refleksi siklus II. Tabel IV-4 Hasil Belajar Dimensi Tiga pada Siklus III No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
NAMA SISWA Ahmad Syafii Andria Dhodhik Saputra Arif Nugroho Bagya Efendi Deni Kristanto Denny Astuti Dwi Handayani Ernawati Giyarto Hari Prayogi
Nilai Siklus II 55 90 70 55 80 75 80 50 50 75
Nilai Siklus III 70 90 80 70 85 80 85 65 70 85
Peningkatan (%) 27,27 0,00 14,29 27,27 6,25 6,67 6,25 30,00 40,00 13,33
81
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Hartini Ika Monika Nia Astuti Jhadi Wiratmoko Juwita Nurani Lailatul Rahmah Mamas Yulianti Margareta Sri Wahyuni Maya Maysaroh Mursid Risdianto Nita Yulianti Nur Cahyani Reni Saputri Richa Patmawati Samiyati Syamsudin Septi Rahayu Siti Lestari Siti Solechah Ridho Maulana Susanto Symsiyah Tegar Tri Hatmoko Tri Lestari Trie Lestari Handayani Triana Wawan Dwi Prayitno Yasin Syafitri Yuyun Astutik Jumlah Rata-rata
60 65 80 65 70 85 80 70 40 75 90 70 65 45 75 65 80 70 55 70 55 85 75 70 50 70 50 80 2590 68.16
70 75 90 75 80 90 85 70 50 85 95 75 70 55 80 75 85 80 60 70 60 85 80 75 65 80 50 90 2880 75.79
16,67 15,39 12,50 15,39 14,29 5,88 6,25 0,00 25,00 13,33 5,56 7,14 7,69 22,22 6,67 15,39 6,25 14,29 9,09 0,00 9,09 0,00 6,67 7,14 30,00 14,29 0,00 12,50 470.02 12.37
Berdasarkan hasil belajar pada siklus III, diketahui bahwa terdapat peningkatan prestasi belajar siswa
dibandingkan pada siklus II. Peningkatan
tersebut cukup signifikan karena baik secara klasikal maupun individual dapat mencapai standar ketuntasan belajar minimal. Dengan demikian indikator kinerja dalam penelitian ini sekurang-kurangnya 75 % siswa memperoleh nilai 60 sebagai batas tuntas pembelajaran dimensi tiga sudah dapat dipenuhi.
82
E. Sebelum
penelitian
Pembahasan tindakan
kelas
ini
dilaksanakan,
peneliti
mengadakan observasi terlebih dahulu yaitu dengan memberikan angket, untuk mengetahui motivasi siswa terhadap pembelajaran dimensi tiga sebelum dilakukan tindakan. Selain itu dilakukan juga pengamatan terhadap hasil belajar dimensi tiga sebelum dilakukan tindakan. Penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus, setiap siklusnya dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi, dan 4) refleksi. Dalam tiga siklus tersebut peneliti menggunakan media pembelajaran untuk mengajarkan materi dimensi tiga. Setiap siklus terdiri dari tiga pertemuan, dua pertemuan untuk penyampaian materi sedangkan pertemuan ketiga untuk menyampaikan evaluasi. Setelah melaksanakan tindakan pada setiap siklus, maka data-data yang diperoleh sebagaimana telah dideskripsikan dalam hasil penelitian, dianalisis dalam distribusi frekuensi sebagai berikut: Tabel IV-5 Hasil Belajar Dimensi Tiga Sebelum Tindakan Kelas Nilai
Jumlah
Prosentase
30-39
5
13,16
40-49
11
28,95
50-59
10
26,31
60-69
7
18,42
70-79
5
13,16
80-89
0
0,00
83
90-99
0
0,00
Jumlah Nilai
1925
100,00
Rata-rata
50,66
Dari tabel IV-5 dapat diketahui kondisi awal hasil belajar dimensi tiga sebelum diberikan tindakan, dapat kita lihat bahwa secara klasikal nilai rata-rata hasil belajar siswa 50,66 belum mencapai standar ketuntasan minimal yang ditentukan yaitu 60. Demikian pula secara individual masih banyak siswa yang hasil belajarnya masih dibawah standar ketuntasan belajar minimal yaitu sebanyak 26 siswa. Hal itu menunjukkan bahwa proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru belum mencapai hasil yang optimal. Penyebabnya bisa berasal dari guru maupun siswa, dari guru mungkin karena pemilihan metode yang kurang tepat untuk membangkitkan semangat belajar siswa, yang menyebabkan prestasi belajar siswa rendah. Sedangkan dari siswa yaitu rendahnya motivasi belajar, dan kurang aktifnya siswa dalam pembelajaran. Salah satu solusi untuk mengatasi kekurangan pada pembelajaran ini dengan menerapkan media pembelajaran, diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, juga dapat memudahkan siswa dalam memahami materi dimensi tiga, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa Tabel IV-6 Hasil Belajar Dimensi Tiga Selama Proses Pembelajaran dalam Tiga Siklus Data 30-39
Siklus I Jumlah % 0 0,00
Siklus II Jumlah % 0 0,00
Siklus III Jumlah % 0 0,00
84
40-49
6
15,79
2
5,26
0
0,00
50-59
11
28,95
8
21,05
3
7,89
60-69
10
26,31
5
13,16
6
15,79
70-79
7
18,42
13
34,22
12
31,57
80-89
4
10,53
8
21,05
13
34,22
90-99
0
0,00
2
5,26
4
10,53
Jumlah Nilai
2275
100,00
2590
100,00
2930
100,00
Rata-rata
59,87
68,16
75,79
Tabel IV-7 Prosentase Hasil Belajar Dimensi Tiga dalam Tiga Siklus Nilai
Keadaan Awal
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
< 60
26
68,42
17
54,74
10
26,32
3
7,89
≥ 60
12
31,58
21
55,26
28
73,68
35
92,11
Rata-rata
50,66
59,87
68,16
75,79
Dari tabel IV-6 dan IV-7 dapat dilihat hasil tindakan dari tiap siklus. Pada siklus I jumlah anak yang mendapat nilai < 60 sebanyak 17 anak, sedangkan yang mendapat nilai ≥ 60 sebanyak 21 anak. Sehingga 54,74 % masih mendapatkan nilai dibawah standar ketuntasan minimal, sedangkan yang mencapai ketuntasan belajar baru 55,26 %, sedangkan nilai rata-rata kelas 59,87. Jika dibandingkan dengan hasil belajar pada kondisi awal, pada siklus I ini telah menunjukkan peningkatan. Namun masih belum memenuhi indikator kinerja yang
85
ditentukan pada penelitian ini. Dari hasil pengamatan terhadap pembelajaran pada siklus I masih terdapat kekurangan dan kelemahan. Kekurangan dan kelemahan itu datang baik dari guru maupun dari siswa. Hal ini dapat dilihat dari sebagian siswa yang masih pasif dalam kegiatan pembelajaran. Guru terlalu cepat menyampaikan materi sehingga siswa sulit untuk memahaminya. Pemahaman siswa akan tugas yang diberikan oleh guru masih rendah, ini terjadi karena guru memberikan soal dan waktu untuk mengerjakan tidak seimbang. Waktu yang sempit cenderung membuat siswa mengerjakan tugas kurang cermat, yang penting selesai. Disamping itu interaksi siswa dan guru juga kurang, mengakibatkan siswa kurang berani mengungkapkan pendapatnya. Dari kekurangan yang ada pada siklus I tersebut, maka guru (peneliti) dan observer menyusun rencana pembelajaran siklus II untuk mengatasinya Pada siklus II nilai rata-rata kelas 68,16, jumlah anak yang mendapat nilai < 60 sebanyak 10 anak atau 26,32 % dari jumlah seluruh siswa, sedangkan jumlah anak yang mendapat nilai ≥ 60 sebanyak 28 siswa atau 73,68 % dari jumlah seluruh siswa. Dari hasil tersebut terlihat adanya peningkatan hasil belajar siswa bila dibandingkan dengan hasil belajar siswa pada siklus I. Meskipun nilai rata-rata kelas sudah diatas standar ketuntasan minimal, namun sesara individual jumlah siswa yang hasil belajarnya mencapai standar ketuntasan minimal masih kurang dari 75 % dari jumlah seluruh siswa. Sehingga belum mencapai indikator kinerja yang ditentukan pada penelitian ini, maka masih perlu dilanjutkan siklus III yang didasarkan pada hasil observasi dan refleksi pada siklus II.
86
Pada siklus III terlihat banyaknya siswa yang mendapat nilai ≥ 60 sebanyak 35 siswa atau 92,11 % dengan rata-rata kelas sebesar 75,79. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar pada siklus III ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan hasil belajar siswa pada kondisi awal sebelum dilakukan tindakan maupun hasil belajar siswa pada siklus sebelumnya. Selain itu hasil belajar siswa yang dicapai pada siklus III sudah memenuhi indikator kinerja yang telah ditentukan pada penelitian ini. Jadi pembelajaran
dapat dimensi
disimpulkan tiga
bahwa
menggunakan
tindakan media
guru
melaksanakan
pembelajaran
dapat
meningkatkan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan peningkatan nilai siswa setiap siklus. Disamping itu pembelajaran dimensi tiga menggunakan media pembelajaran juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, hal ini dapat ditunjukkan dalam tabel IV-1 yang menunjukkan perbandingan kondisi awal dan kondisi akhir motivasi belajar siswa pada pembelajaran dimensi tiga, dimana terdapat peningkatan yang signifikan. Berdasarkan hasil tersebut, maka tindakan yang dirumuskan yaitu: ”Pembelajaran
dimensi
tiga
menggunakan
meningkatkan
motivasi
dan
prestasi
media
belajar
pembelajaran
siswa”
dapat
untuk
dibuktikan
kebenarannya.
87
BAB V PENUTUP
H. Kesimpulan Dari hasil penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar dimensi tiga efektif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini terlihat dari temuan di kelas, baik yang ditunjukkan dalam proses kegiatan belajar mengajar maupun hasil angket motivasi. Dari segi proses kegitan belajar ditunjukkan oleh: a) Siswa merasa percaya diri dan lebih berani mengemukakan pendapat dan jawaban setelah proses pembelajaran menggunakan media. b) Siswa lebih mudah memahami konsepkonsep dan materi yang diberikan guru. c) Siswa terlihat memperhatikan pelajaran yang diberikan oleh guru dan terlihat aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Sedangkan dari hasil angket motivasi terlihat adanya peningkatan yang cukup signifikan antara motivasi belajar siswa pada korndisi awal dengan motivasi belajar siswa pada kondisi akhir. 2. Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar dimensi tiga efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari nilai akhir dan rata-rata kelas yang mengalami peningkatan dari siklus I dengan capaian siswa tuntas belajar 55,26 % dari total siswa, sampai siklus II dengan capaian 73,68%, sehingga terjadi peningkatan sebesar 18,42%, kemudian siklus III capaian ketuntasan 92,11 % sehingga ada peningkatan sebesar 18,43%.
88
I. Implikasi Berdasarkan pada kesimpulan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat dikemukakan implikasi sebagai berikut: a. Pembelajaran dimensi tiga dengan menggunakan media pembelajaran terbukti dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi siswa. Oleh karena itu perlu dikembangkan penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengeajar secara tepat. Konsekwensinya guru harus mampu menguasai ruang lingkup penggunaan media pembelajaran. b. Mendorong
para
guru
untuk
memiliki
kemampuan
mengelola
pembelajaran yang mampu menggerakkan siswa untuk berpartisipasi secara aktif. c. Sekolah harus menyediakan beberapa media pembelajaran termasuk LCD untuk keperluan pembelajaran. C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi tersebut, maka peneliti mengemukakan saran sebagai berikut: 1. Bagi Sekolah Pihak sekolah hendaknya berupaya untuk memenuhi dan menyediakan fasilitas prasarana berupa media pembelajaran yang mendukung terhadap kelancaran kegiatan pembelajaran. 2. Bagi Siswa Siswa hendaknya selalu berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, karena keberhasilan pembelajaran tidak hanya mutlak ditentukan oleh
89
guru, namun ditentukan juga oleh siswa sebagai faktor utama yang menentukan keberhasilan belajar. 3. Bagi Guru Guru hendaknya memiliki kemampuan berinovasi dalam menerapkan media untuk menyampaikan materi pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik dan siswa lebih mudah menangkap serta memahami materi pelajaran. Guru hendaknya mau membuka diri untuk menerima saran, masukan, dan kritikan agar bisa memperbaiki kualitas pembelajarannya.
90
DAFTAR PUSTAKA Agung Cahyo Hartono. 2007. Pengaruh Penggunaan Alat Peraga dan Minat Belajar Terhadap Penguasaan Konsep Matematika pada Siswa Kelas IX Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Sukoharjo. Surakarta: Program Pascasarjana UNS. Arif S. Sadiman. 2008. Media Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Azhar Arsyad. 1996. Media Pembelajaran. Jakarta : PT. Raja Grapindo Persada. Barbara B. Seels, Rita C. Richey. 1994. Teknologi Pembelajaran, Definisi dan Kawasannya (Edisi Terjemahan oleh Dewi S Prawiradilaga, Raphael Rahardjo, Yusufhadi Miarso). Jakarta: Unit Percetakan Universitas Negeri Jakarta. Basuki Wibawa & Farida Mukti. 2001. Maulana.
Media Pengajaran.
Bandung: CV
Basuki Wibawa. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdiknas. Dimiyati dan Mudjiono.1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djumadi. 2004. Prestasi Belajar Matematika ditinjau dari Penggunaan Alat Peraga dan Motivasi Belajar pada Siswa SMA Swasta Disamakan yang berlatar belakang Pendidikan Islam di Kota Surakarta. Surakarta: Program Pascasarjana UNS. Heinich Robert. M. Chael Molenda, James D. Russel, & Sharon E. Smaldino. 1996. Instructional Media adnd Technology For Learning. New Jersey: by Prentice Hall Inc. Englewood Cliffs. Martinis Yamin, Bansu I. Ashari. 2008. Teknik Mengembangkan Individual Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press. M Sobry Sutikno. 2003. Model Pembelajaran Interaksi Sosial Pembelajaran Efektif dan Retorika. Mataram: NusaTenggara Pratama Press. Muhibbin Syah. 2005. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Mulyadi Sumantri & Johar Permana. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : CV Maulana. Mulyasa. 2005. Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
91
Nana Sudjana. 1996. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remadja Rosdakarya. Ngalim Purwanto. 1990. Psikologi Pendidikan, Bandung: Rosda Karya Offset. Ruseffendi ET. 1999. Pengajaran Matematika Untuk Orang Tua Guru dan SPG. Bandung: Tarsito. Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester SKS. Jakarta : PT Bumi Aksara. Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sri Anitah. 2008. Media Pembelajaran. Surakarta: UNS Press. Suharsimi Arikunto. 1996. Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta. Suharsimi Arikunto. 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi. 2008. Jakarta: Bumi Aksara.
Penelitian Tindakan Kelas,
Sujono. 1988. Pengajaran Matematika Untuk Sekolah Menengah. Jakarta: Depdibud Dirjen Dikti Proyek Pengembangan Tenaga Kependidikan. Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS. Sutratinah Tirtonegoro. 2001. Anak Super Normal dan Program Pendidikannya. Jakarta: Bumi Aksara. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Winkel WS, 1996. Psikologi Pengajaran, Jakarta: Gramedia. Zainal Arifin. 1990. Evaluasi Instruksional, Prinsip-teknik, Prosedur. Bandung: Remaja Rosdakarya.
92
93