@novinaekas – MB IPB – P056111291.47
Mata Kuliah Dosen
: Sistem Informasi Manajemen : Dr. Ir. Arif Imam Suroso, M.Sc
TAKE HOME TEST UJIAN AKHIR TRIWULAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN (SIM)
Disusun Oleh:
NOVINA EKA S. PO56111291.47
MAGISTER MANAJEMEN DAN BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
@novinaekas – MB IPB – P056111291.47
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI............................................................................................
i
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................
1
I.1 Latar Belakang........................................................................
1
I.2 Tujuan .....................................................................................
2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................
3
II.1 Sistem Informasi Manajemen ...............................................
3
II.2 Perangkat Lunak (Software) ..................................................
5
II.3 Software Development dan Software Engineering ................
7
BAB III. PEMBAHASAN .......................................................................
11
III.1 Atribut-atribut dari software yang berkualitas dan langkah-langkah yang perlu dilakukan agar software penunjang sistem informasi dapat memenuhi standar ISO .
11
III.2 Urgensi adanya atribut “maintainability” dalam sebuah software...............................................................................
13
III.3 Faktor-faktor yang harus diperhatikan oleh perusahaan dalam mengambil kebijakan out-sourcing ..........................
14
III.4 Langkah-langkah pembangunan sistem informasi .............
17
BAB IV. PENUTUP ................................................................................
20
IV.1 Kesimpulan ..........................................................................
20
IV.2 Saran ....................................................................................
20
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
21
@novinaekas – MB IPB – P056111291.47
BAB I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan diberlakukannya sistem ekonomi pasar bebas, persaingan usaha juga semakin berat. Jumlah perusahaan yang bergerak dalam sebuah industri semakin meningkat, sehingga setiap perusahaan harus bisa meningkatkan diferensiasi mereka dengan baik untuk tetap berada dalam bisnis tertentu. Spesialisasi sebuah perusahaan terkadang membuat perusahaan membutuhkan bantuan perusahaan lain untuk dapat mencapai tujuan tertentu. Faktor utama yang sering disebut-sebut sebagai faktor pendukung opeasional terbaik adalah keberadaan sistem informasi. Perusahaan wajib memiliki sebuah sistem informasi yang up to date untuk mengikuti kemajuan dunia bisnis. Keterbatasan kemampuan sebuah perusahaan untuk menguasai semua bidang, termasuk sistem informasi, membuat perusahaan memilih berkerjasama dengan perusahaan lain untuk menyediakan sistem informasi. Kerjasama yang terbentuk terjadi antara dua perusahaan atau lebih, dengan kontrak tertentu untuk sistematika kerja
dan
pembayaran
perkerjaan.
Tidak
semua
perusahaan
mau
untuk
memberlakukan sistem pembangunan software dengan melibatkan perusahaan lain, karena memang terdapat kelebihan dan kekurangannya. Tergantung kebijakan perusahaan, mana sistem pengembangan software yang peling tepat dengan kondisi perusahaan, baik itu dari sisi finansial maupun sumber daya manusia (SDM). Tingkat pemahaman perusahaan terhadap sistem informasi, akan berpengaruh terhadap kualitasi software yang dihasilkan. Dimana kualitas software memiliki peranan kontrol aktivitas perusahaan, ketika terjadi kesalahan sistem, sedikit banyak perusahaan akan mengalami kerugian materi maupun non materi. Sebuah standarisasi software akhirnya dibentuk untuk menyelarasakan semua software yang dibangun yaitu dalam ISO. Perusahaan harus mengerti tentang ISO, sebelum menentukan sistem pembangunan software yang akan digunakan. Perbedaan kemampuan untuk memahami ISO, kondisi perusahaan, dan keterbatasan perusahaan lainnya, membuat diferensiasi selalu terjadi dalam persaingan usaha, termasuk sistem informasi yang dipakai. Masalah inilah yang membuat pembangunan software menarik untuk dibahas. Tentu saja perusahaan yang memahami kebutuhan dan kemampuan mereka dengan baik, dilengkapi dengan
@novinaekas – MB IPB – P056111291.47
pengetahuan standarisasi software yang baik akan membuat sistem yang dihasilkan juga baik. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, semakin up to date sistem informasi dalam perusahaan, maka peluang perusahaan untuk memenangkah persaingan juga semakin besar. I.2 Tujuan Tujuan penulisan paper ini adalah: 1. Mengidentifikasi atribut-atribut software yang berkualitas 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang harus diperhatikan oleh perusahaan sebelum mengambil metode out-sourcing untuk pengembangan sistem informasi. 3. Mengidentifikasi langkah-langkah software development. 4. Mengidentifikasi pentingnya pemeliharaan sistem informasi di perusahaan
@novinaekas – MB IPB – P056111291.47
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1 Sistem Informasi Manajemen Sistem informasi manajemen (SIM) adalah bagian dari sistem pengendalian internal suatu bisnis yang mencakup pemanfaatan sumber daya manusia, dokumen, teknologi, dan prosedur oleh manajemen akutansi untuk mencari solusi permasalahan bisnis, seperti: proses operasional, pengambilan keputusan, dan penentuan strategi perusahaan. Sistem informasi manajemen berbeda dengan sistem informasi biasa karena sistem informasi manajemen digunakan untuk menganalisis sistem informasi lain yang diterapkan pada aktivitas operasional organisasi. Secara akademis, istilah sistem informasi manajemen biasa digunakan untuk merujuk pada suatu metode manajemen informasi yang berkaitan dengan otomasi atau dukungan terhadap pengambilan keputusan, beberapa jenis sistem yang melengkapi sistem informasi manajemen adalah: decision support system, sistem pakar, dan executive information system (Ahira, 2011) Tujuan adanya sistem informasi manajemen dalam perusahaan menurut Ahira (2011) adalah: 1. Menyediakan informasi yang digunakan dalam perhitungan harga pokok produk, jasa, dan tujuan lain yang diinginkan oleh manajemen. 2. Menyediakan informasi yang digunakan dalam perencanaan, pengendalian, evaluasi, dan perbaikan yang berkelanjutan. 3. Menyediakan informasi dalam proses pengambilan keputusan, dalam kuantitas dan waktu yang tepat. Tujuan-tujuan tersebut menunjukkan bahwa manajer dan pengguna lainnya perlu mempunyai akses menuju informasi akutansi manajemen, selain itu para pengguna sistem informasi manajemen harus mengetahui cara penggunaannya. Informasi akutansi manajemen akan sangat membantu para pengambil keutusan untuk mengidentifikasi suatu masalah, menyelesaikan masalah, dan mengevaluasi kinerja. Informasi akutansi manajemen sangat dibutuhkan dan digunakan untuk semua tahapan manajemen, seperti perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan (Ahira, 2011). Proses manajemen didefinisikan sebagai aktivitas-aktivitas berikut:
@novinaekas – MB IPB – P056111291.47
1. Perencanaan; merupakan aktivitas manajemen membuat formulasi terperinci untuk mencapai suatu tujuan akhir. Oleh karena itu, perencanaan mensyaratkan penetapan tujuan dan identifikasi metode untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 2. Pengendalian; setelah suatu rencana dibuat, rencana tersebut harus dilaksanakan dan direalisasikan. Manajer dan pekerja harus mengawasi harus mengawasi pelaksanaan rencana tersebut untuk memastikan agar rencana berjalan sebagaimana mestinya. Aktivitas manajerial untuk mengawasi pelaksanaan rencana dan melaksanakan tindakan korektif sesuai kebutuhan. 3. Pengambilan keputusan; Proses pemilihan di antara berbagai alternatif disebut
sebagai
proses
pengambilan
keputusan.
Fungsi
manajerial
pengambilan keputusan merupakan hubungan antara perencanaan dan pengendalian. Manajer harus dapat memilih dan menetapkan di antara beberapa tujuan dan metode untuk merealisasikan tujuan yang dipilih (Ahira, 2011) Pemahaman yang sama tentang kegunaan sistem informasi disajikan oleh O’Brien (2010) pada gambar di bawah ini:
Gambar 1. Peranan Fundamental Sistem Informasi Manajemen Terlihat jelas pada Gambar 1 bahwa sistem informasi manajemen dapat mendukung proses bisnis dan operasional perusahaan, dan kemudian digunakan untuk mendukung proses pengambilan keputusan, dimana hasil keputusan akan digunakan sebagai strategi persaingan perusahaan. Sistem informasi dibangun dengan melibatkan seluruh aspek perusahaan, hal ini wajib dilakukan, karena keberadaan sistem informasi akan menjadi landasan
@novinaekas – MB IPB – P056111291.47
datangnya informasi di seluruh proses bisnis perusahaan. O’Brien (2010) menyebutkan bahwa kolaborasi tersebut terjadi antara 5 aspek, yaitu: software, hardware, brainware, netware, dan dataware.
Gambar 2. Komponen dalam Sistem Informasi Semua komponen sistem ini harus bisa berkolaborasi dan tersedia sesuai dengan kebutuhan sistem, sehingga sistem dapat berjalan sesuai dengan tujuannya. II.2 Perangkat Lunak (Software) Software atau perangkat lunak adalah program komputer yang terdiri dari kumpulan perintah untuk unit pengolah agar komputer dapat menjalankan pekerjaan sesuai dengan keinginan programmer. Perintah tersebut ditulis dalam bahasa khusus yang dimengerti oleh mesin (Hera, 2006). Berdasarkan penggunaannya, perangkat lunak dikelompokkan menjadi 5 macam, yaitu: 1. Sistem operasi 2. Program utilitas 3. Program aplikasi 4. Program paket 5. Bahasa pemograman. Software berfungsi sebagai penghubung antara manusia sebagai pengguna sistem dengan perangkat keras komputer. Software juga berfungsi untuk menerjemahkan bahasa manusia ke dalam bahasa mesin sehingga perangkat keras komputer memahami keinginan pengguna dan menjalankan instruksi yang diberikan dan
@novinaekas – MB IPB – P056111291.47
selanjutnya memberikan hasil yang diinginkan oleh pengguna. O’brien (2010) mengelompokkan software ke dalam beberapa kelompok besar, yaitu:
Gambar 3. Tipe-tipe software Application software adalah kelompok software yang digunakan oleh enduser untuk mengolah informasi dan mengerjakan berbagai tugas. Kelompok ini terbagi ke dalam dua bagian, yaitu: general-purpose application program dan application-specific program. Kedua katagori tersebut juga digunakan langsung oleh end-user untuk mengerjakan sebuah tugas. General-purpose digunakan untuk tugastugas umum dan tidak memiliki karakteristik khusus, misal: web browser, electronic mail, word processing, spreadsheet, database managers, dll. Ketika sebuah software dibuat untuk mengerjakan sebuah kasus tertentu, dan hanya bisa digunakan untuk memproses permasalahan tersebut maka dimasukkan dalam kelompok applicationspesific programs. Tidak hanya application software yang bertujuan untuk menjembatani komunikasi antara end-user dan komputer, komputer juga membutuhkan software untuk mengatur jalannya sistem operasi dan jaringan komputer. Software jenis ini dimasukkan ke dalam kelompok system software dan terdiri dari dua jenis program, yaitu: system management programs dan system development programs.
@novinaekas – MB IPB – P056111291.47
Salah satu inovasi terbaru dalam perkembangan dunia sistem informasi adalah adanya software open-source. Pengembang aplikasi akan membuat sebuah program khusus yang dapat diaplikasikan pada berbagai jenis bisnis, jadi setiap perusahaan dapat berkontribusi dalam penggunaan software. Kode untuk aplikasi tersedia bebas bagi siapapun yang ingin menggunakannya. Menurut Yuhilda (2010) terdapat dua tipe perangkat lunak, yaitu:
Produk generic: sistem stand-alone standar yang diproduksi oleh organisasi pengembang dan dijual ke pasar terbuka dan siapa pun boleh membelinya. Biasanya disebut dengan software shrink-wrapped. Contoh: pengolah kata (Ms. Word).
Produk pesanan: sistem yang dipesan oleh pengguna tertentu, dikembangkan khusus bagi pelanggan oleh kontraktor perangkat lunak. Contoh: Sistem untuk mendukung proses bisnis tertentu (SAP) dan cloud system.
Pada produk generik organisasi mengembangkan perangkat lunak dan mengontrol detail spesifikasi perangkat lunak tersebut, sedangkan pada produk pesanan, spesifikasi biasanya dikembangkan dan dikontrol oleh organisasi pembeli software tersebut. II.3 Software Development dan Software Engineering Software development dan software engineering adalah bagian dari proses pengembangan sistem dalam perusahaan, atau dikenal sebagai proses rekayasa sistem informasi. Disiplin ilmu ini membahas semua aspek produksi perangkat lunak, mulai dari tahap awal spesifikasi sistem sampai pemeliharaan sistem. Terdapat dua istilah kunci dalam software engineering yaitu: “Disiplin rekayasa”, perekayasa membuat suatu alat bekerja, menerapkan teori, metodem dan alat bantu yang sesuai dan digunakan secara selektif untuk memecahkan sebuah permasalahan. “Semua aspek produksi perangkat lunak”, software engineering tidak hanya berhubungan dengan proses teknis dari pengembangan perangkat lunak tetapi juga dengan kegiatan seperti manajemen proyek sistem informasi dan proses pengembangan alat bantu, metode, dan teori untuk mendukung proses produksi sistem informasi (Yuhilda, 2010). Rekayasa perangkat lunak (RPL) atau biasa dikenal dengan software engineering
@novinaekas – MB IPB – P056111291.47
(SE) berusaha untuk mempertimbangkan pembangunan sistem informasi dari 3 sisi, yaitu: kinerja, biaya, dan waktu. Secara khusus Irfan (2009) menyatakan bahwa tujuan SE adalah: Memperoleh biaya produksi pembuatan sistem yang paling rendah Menghasilkan software dengan kinerja tinggi, handal, dan tepat waktu Mengahsilkan software yang dapat bekerja pada berbagai jenis platform Menghasilkan perangkat lunak yang memiliki biaya pemeliharaan rendah Abran et al (2004) dalam Irfan (2009) menggambarkan ruang lingkup software engineering pada Gambar 4.
Gambar 4. Ruang Lingkup Software Engineering Ruang lingkup di atas menggambarkan bahwa dalam SE dilakukan identifikasi terhadap spesifikasi dan persyaratan sistem informasi dalam software requirement. User interface, penampilan komponen, dan karakteristik lain dari software dirancang dalam software design. Software construction berhubungan dengan detail pengembangan software, termasuk di dalamnya algoritma pemrograman, coding, pengujian dan pengontrolan sistem. Ketika software sudah terbentuk, akan tetap dilakukan pengecekan dan pemeliharaan sistem dalam software maintenance. Jika ternyata terjadi perubahan sistem yang berhubungan dengan perubahan kebutuhan tertentu, maka dalam SE ada juga bagian software configuration untuk usaha perubahan konfigurasi software. SE juga sudah memulai peranannya sebelum sistem terbentuk, yaitu dalam software engineering management yang berkaitan dengan pengelolaan, pengukuranm dan perencanaan proyek pengadaan sistem. Software engineering tools and methods mencakup kajian teoritis tentang alat bantu dan metode yang digunakan dalam SE. Proses implementasi, pengukuran,
@novinaekas – MB IPB – P056111291.47
pengelolaan, perubahan, dan perbaikan software dilakukan dalam lingkup software engineering process. Tidak hanya pengawasan pembuatan sistem, namun dalam SE harus dipantau juga kualitas software yang dibangun, yaitu dalam software quality yang menitik beratkan pada kualitas dan daur hidup perangkat lunak (Irfan, 2009). Pemodelan merupakan tahap awal dalam pengembangan sistem informasi manajemen
di
perusahaan.
Pada
software
engineering
sebenarnya
masih
memungkinakan untuk tidak melakukan pemodelan, namun hal itu sudah tidak lagi dilakukan dalam pengembangan perangkat lunak. Pemodelan dalam software merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan pada awal rekayasa sistem dan akan mempengaruhi pekerjaan dalam rekayasa berikutnya. Salah satu metode software development yang sering dipakai oleh perusahaan pengembangan sistem adalah System Development Life Cycle (SDLC). SDLC adalah tahapan pekerjaan yang dilakuka oleh analis sistem dan programmer dalam membangun sistem informasi. Langkah yang digunakan menurut Yulia (2010) adalah: 1. Melakukan survey dan menilai kelayakan proyek pengembangan sistem informasi. 2. Mempelajari dan menganalisis sistem informasi yang sedang berjalan. 3. Menentukan permintaan pemakai sistem informasi. 4. Memilih solusi atau pemecahan masalah yang terbaik. 5. Menentukan hardware dan software. 6. Merancang sistem informasi baru. 7. Membangun sistem informasi baru. 8. Mengomunikasikan dan mengimplementasikan sistem informasi baru. 9. Memelihara dan melakukan perbaikan pada sistem informasi. SDLC adalah keseluruhan proses dalam membangun sistem melalui beberapa langkah. Ada beberapak model SDLC. Model yang cukup popular dan banyak digunakan adalah waterfall, spiral, prototyping, incremental, dll (Yulia, 2010). 1. The Waterfall-Model, biasa juga disebut dengan siklus hidup perangkat lunak. Mengambil kegiatan dasar seperti spesifikasi, pengembangan, validasi, dan evaluasi serta merepresentasikannya sebagai fase-fase proses yang berbeda
@novinaekas – MB IPB – P056111291.47
seperti spesifikasi persyaratan, perancangan perangkat lunak, implementasi, pengujian, dan seterusnya (Nungkie, 2010). 2. Prototipe,
salah
satu
pendekatan
dalam
SE
yang
secara
langsung
mendemonstrasikan bagaimana sebuah software atau komponen-komponen perangkat lunak akan bekerja dalam lingkungannya sebelum konstruksi actual dilakukan (Angga, 2011) 3. Evolutionary Software Process Model, bersifat iterative (perulangan). Hasil proses berupa produk yang makin lama semakin lengkap sampai pada iterasi terkahir memiliki hasil yang paling mendekati dengan kebutuhan. Terdapat dua jenis proses pengembangan software secara evolutionary yaitu: incremental model dan spiral model. a. Incremental Model, mengkombinasikan elemen-elemen pada waterfall-Model dengan perulangan, biasanya hasil awal dari proses ini adalah software yang berisi tentang core product. Produk digunakan oleh pengguna untuk menjalani review (Rizki, 2008) b. Spiral Model, pengembangan perangkat lunak dengan menggabungkan antara metodologi waterfall dan metodologi prototype. Penggabungan dilakukan sebagai upaya untuk menciptakan keunggulan diantara keduanya. Sistem ini merupakan proyek besar, mahal, dan rumit (Angga, 2011).
@novinaekas – MB IPB – P056111291.47
BAB III. PEMBAHASAN III.1
Atribut-atribut dari software yang berkualitas dan langkah-langkah yang perlu dilakukan agar software penunjang sistem informasi dapat memenuhi standar ISO. Sulit untuk mendefinisikan kualitas sebuah software karena kualitas software
hanya dapat dikatakan berkualitas oleh pemakainya sendiri. Perbedaan karakteristik perusahaan, tentu saja membuat perbedaan dalam software yang dibutuhkan. Sebuah software berkualitas baik dalam perusahaan A, belum tentu baik untuk perusahaan B. Oleh karena itu, menurut Yuadi (2008) diperlukan penelaahaan hirarki software untuk mengetahui kualitasnya. Pertama suatu produk perangkat lunak harus menyediakan fungsi yang sama, setiap pengguna membutuhkannya. Kedua, produk harus berjalan, jika produk memiliki kecacatan maka produk tersebut tentunya tidak ada konsistensi kelayakan. The Institute of Electrical and Electronic Engineers (IEEE) mendefinisikan kualitas perangkat lunak sebagai “The degree to which a system, component , or process meets customer or user needs or expectations”, jadi dapat disimpulkan bahwa kualitas adalah suatu atribut dari sistem yang berjalan dan erat kaitannya dengan resiko. Semakin tinggi resiko yang didapatkan maka semakin tinggi kualitas software tersebut. Pencapaian kualitas tidak terjadi secara kebetulan, harus direncanakan sejak awal dan dimonitor setiap hari. Tiga prinsip dasar dalam kualitas software adalah: 1. Mengetahui apa yang sebaiknya dilakukan sistem. 2. Apa yang sedang dilakukan sistem. 3. Bagaimana mengukur perbedaan. Sukamto (2008), menyatakan bahwa kualitas perangkat lunak dapat diukur dengan menggunakan parameter teknis (objektif) yaitu: Correctness, Reliability, Capability, Performance, dan Maintainability, dilengkapi dengan parameter user (subjektif) yaitu: Usability, Install ability, Documentation, dan Availability. Namun menurut ISO 9126, standarisasi kualitas software yang dikeluarkan oleh International Organization for Standarization (ISO) dan International Electrotechnical Commision (IEC), sebuah software yang berkualitas harus memiliki atribut di bawah ini:
@novinaekas – MB IPB – P056111291.47
Gambar 5. Atribut Software yang berkualitas ISO 9126 Functionality: Kemampuan untuk menyediakan kebutuhan pengguna. Sistem yang terbentuk harus sesuai dengan fungsi yang diinginkan pengguna, dan berhubungan dengan kepuasan pengguna. Functionality sendiri dibagi ke dalam beberapa sub-atribut yaitu: suitability, accuracy, interoperability, security, dan functionality compliance. Reliability: Kemampuan dan kehandalan sistem dalam melaksanakan tugasnya pada kondisi dan jangka waktu tertentu. Agar penilaian kualitas lebih mudah dilakukan maka atribut ini dibagi ke dalam beberapa sub-atribut yaitu: maturity, fault tolerance, recoverability, dan reliability compliance. Usability: Kemampuan sistem untuk menerangkan sejauh mana kegunaan dari software sesuai dengan kebutuhan awal yang disepakati. Sub-atribut dari usability adalah understandability, learnability, operability, dan usability compliance. Efficiency: Bagaimana sistem menggunakan sumber daya di sekitarnya sebagai pendukung jalannya sistem, sama seperti atribut yang lain efficiency juga memiliki sub-atribut yaitu: time behavior, resource utilization, dan efficiency compliance. Maintainability: Kemampuan sebuah sistem informasi untuk dimodifikasi atau dirubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Atribut ini
@novinaekas – MB IPB – P056111291.47
terbagi ke dalam 3 sub-atribut yaitu: analyzability, changeability, dan maintainability compliance. Portability: Kemampuan software menyesuaikan diri dengan berbagai platform. Atribut ini terbagi ke dalam 2 sub-atribut, yaitu: adaptability dan portability compliance (Anonim, 2010) Langkah-langkah yang perlu dilakukan agar software memenuhi standar ISO 9126 adalah:
Melakukan testing (pengujian perangkat lunak), melihat elemen kritis dari jaminan kualitas perangkat lunak dan merepresentasikan kajian pokok dari spesifikasi, desain, dan pengkodean.
Melakukan perencanaan sistem dengan baik dan benar.
Memilih vendor (out sourcing) yang berpengalaman dan mengerti dengan baik tentang kualitas software terutama ISO 9126.
Memastikan seluruh tahapan pembangunan sistem seperti yang tercantum dalam SDLC dilaksanakan dengan baik dan benar, sehingga setiap tahapan saling terhubung dan terkontrol langsung.
Pastikan metode pengembangan sistem sesuai dengan kemampuan dan karakteristik perusahaan, sehingga ketersediaan sumber daya terjamin selama proses pengembangan sistem.
III.2
Melakukan verifikasi dan validasi software. Urgensi adanya atribut “Maintanability” dalam sebuah software Maintanability adalah atribut sebuah software yang menunjukkan bahwa
sebuah software harus memiliki kemampuan untuk dirubah dan dimodifikasi dalam jangka waktu tertentu. Alasan sederhana mengapa atribut ini penting adalah keterkaitan sistem informasi dengan proses bisnis perusahaan. Kemajuan ilmu pengetahuan tentu saja berlangsung dengan cepat, sehingga revolusi bisnis juga terus terjadi. Critical factor yang harus langsung menyesuaikan lingkungan binis tersebut adalah sistem informasi dan di dalamnya dikontrol oleh software. Maka software harus mudah untuk dimodifikasi dan dirubah untuk mendampingi kemajuan bisnis perusahaan. Menurut Sukamto (2008), atribut dari proses bisnis yang langsung dipengaruhi oleh kemampuan maintainability sebuah software adalah:
Persaingan yang menuntut diferensiasi.
@novinaekas – MB IPB – P056111291.47
Upaya perusahaan untuk survive di industri.
Adanya upaya global marketing.
Efektivitas biaya.
Mempertahankan konsumen dan meningkatkan keuntungan.
Maintanability adalah usaha yang diperlukan untuk menemukan dan memperbaiki kesalahan dari perangkat lunak, pemeliharaan sistem biasanya terjadi setelah sistem diimplementasikan dan merujuk pada uji coba maupun evaluasi sistem (Anonim, 2011). Anonim (2011) juga menyatakan bahwa urgensi dari system maintenance adalah: 1. Memperbaiki kesalahan, implementasi sistem secara langsung oleh user biasanya akan memperlihatkan kesalahan (bugs) pada sistem atau disebut sebagai kelemahan sistem. Kesalahan ini dapat diperbaiki jika sistem memiliki kemampuan maintainability. 2. Menjaga ke-up to date-an sistem, seperti yang telah dijelaskan di atas, sistem informasi merupakan critical factor dalam sebuah proses binis, maka sistem wajib bisa untuk mengikuti perkembangan dunia usaha. 3. Meningkatkan sistem (up grade), Sistem harus dapat ditingkatkan performanya seiring dengan peningkatan produktivitas perusahaan. Dapat dilihat dengan jelas bahwa maintainability sangat penting peranannya dalam kemajuan sistem informasi perusahaan. III.3
Faktor-faktor yang harus diperhatikan perusahaan dalam mengambil kebijakan out-sourcing untuk perusahaan Metode out-sourcing adalah metode pengembangan sistem informasi yang
menyerahkan seluruh pembuatan sistem kepada pihak ketiga. Menurut O’Brien (2010) beberapa faktor yang harus dipertimbangkan perusahaan untuk menggunakan metode ini adalah:
Biaya pengembangan sistem sangat tinggi. Jika kemampuan finansial perusahaan belum mampu untuk menunjang proses pengembangan secara out-sourcing maka jangan lakukan. Ketika dana tidak mendukung, ada kemungkinan pembangunan sistem terhenti di tengah dan mengakibatkan kegagalan total. Oleh karena itu sebaiknya sebelum memutuskan metode tertentu, lakukan feasibility study.
@novinaekas – MB IPB – P056111291.47
Resiko tidak kembalinya investasi yang dilakukan sangat tinggi.. Terjadinya kesalahpahaman dapat membuat sistem tidak sesuai dengan kebutuhan alur bisnis, hal ini karena pihak vendor belum tentu mengerti proses bisnis perusahaan, sehingga investasi besar yang telah dikeluarkan terbuang sia-sia.
Ketidaksesuaian sistem dengan alur bisnis perusahaan sangat sering terjadi. Perbedaan kemampuan untuk memahami proses bisnis perusahaan antara vendor dan pihak perusahaan akan mengaburkan tujuan sistem.
Waktu pengerjaan dan kecepatannya. Pengerjaan vendor tentunya lebih cepat dibanding membuat sendiri sebuha sistem, karena mereka fokus untuk membuat software tanpa harus ikut campur tangan dalam kegiatan operasional perusahaan.
Proses belajar anggota perusahaan untuk menggunakan sistem relatif lama.
Tidak adanya jaminan loyalitas pekerja setelah bekerja cukup lama dan terampil.
Menurut The 2001 Outsourcing World Summit ada 6 alasan utama perusahaan memutuskan metode outsourcing untuk pengadaan dan pengembangan sistem (Elmir, 2010), yaitu: 1. Mengurangi biaya (36%) 2. Fokus pada inti bisnis (36%) 3. Meningkatkan kualitas (13%) 4. Meningkatkan kecepatan untuk beradaptasi pada pasar persaingan (10%) 5. Membantu proses inovasi (4%), dan 6. Menghemat modal karena biaya dapat disesuaikan dengan anggaran (1%) Tidak berbeda dengan metode lainnya, metode out-sourcing juga memiliki kelebihan dan kelemahan, yaitu: A. Kelebihan 1. Perusahaan dapat mengonsentrasikan diri pada bisnis yang ditangani. 2. Masalah mengenai hardware, software, dan maintenance sistem merupakan tanggung jawab pihak vendor. 3. Lebih praktis serta waktu pengembangan sistem informasi relatif lebih cepat, efektif, dan efisien karena dikerjakan oleh tenaga ahli dibidangnya.
@novinaekas – MB IPB – P056111291.47
4. Pemilihan vendor untuk mengerjakan sistem dapat disesuaikan dengan anggaran perusahaan. 5. Memudahkan akses pada pasar global jika menggunakan vendor dengan reputasi baik. 6. Resiko ditanggung pihak ketiga, ketika terjadi kegagalan maka pihak ketiga yang berkewajiban untuk memperbaiki sistem tersebut. B. Kelemahan 1. Keamanan data perusahaan sedikit diragukan, karena ada peluang penyalahgunaan sistem informasi oleh vendor. 2. Ada peluang sistem informasi yang dikembangkan tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan. 3. Transfer knowledge terbatas karena pengembangan sistem sepenuhnya dilakukan oleh vendor. 4. Adanya ketergantungan pada konsultan sistem. 5. Manajemen perusahaan membutuhkan waktu cukup lama untuk mempelajari sistem dan harus membayar lisensi program yang dibeli. 6. Resiko tidak kembalinya investasi sangat tinggi, terutama ketika sistem yang dibentuk tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan. 7. Mengurangi keunggulan kompetitif perusahaan. 8. Ketika aplikasi mengalami gangguan, maka perusahaan harus menunggu kendali outsourcer yang tentu saja akan menyebabkan keterlambatan. 9. Jika kekuatan menawar ada pada outsourcer, perusahaan akan kehilangan banyak kendali dalam memutuskan sesuatu, terutama saat terjadi konflik (Anonim, 2009). III.4
Langkah-langkah pembangunan sistem informasi! Pertama-tama akan dilakukan analisis kerumitan sistem informasi yang akan
dibuat. Jika sistem tersebut mencakup keseluruhan proses bisnis perusahaan maka tingkat kerumitan juga semakin tinggi, setali tiga uang, jika tingkat kompleksitas sistem tinggi diperlukan biaya yang tidak sedikit untuk mengembangkan sistem. Faktor inilah yang menyebabkan perusahaan sering mengambil metode out-sourcing dalam pengembangan sistem. Salah satu tahap pengembangan sistem yang dapat digunakan adalah System
@novinaekas – MB IPB – P056111291.47
Deveopment Life Cycle (SDLC), SDLC merupakan sebuah metode pengembangan yang memiliki 5 tahapan yaitu: investigation, analysis, design, implementation, dan maintenance. Gambaran detail tentang metode ini dapat dilihat pada Gambar 6.
Sumber: James A. O’Brien dan George M. Marakas (2010) Gambar 6. System Development Life Cycle Semua langkah yang diambil berpedoman pada SDLC, dan jika dijabarkan detail, secara garis besar langkah yang akan dilakukan adalah: 1. Investigation. sebelum sistem dibuat akan dilakukan investigasi perusahaan dengan tujuan mengetahui permasalah bisnis dengan detail dan menganalisis apakah permasalah tersebut dapat diselesaikan oleh sistem atau tidak. Ketika sudah diketahui permasalahan apa yang harus diselesaikan, dilakukan feasibility study (FS). Tentu saja FS akan mempertimbangkan keuntungan dan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan. Jika hasil dari FS layak, maka akan dilakukan analisis sistem.
@novinaekas – MB IPB – P056111291.47
2. Analysis, analisis dilakukan untuk mengetahui kepentingan seluruh stakeholders di dalam sistem, sehingga dapat diketahui proses dan kebutuhab apa saja yang harus disediakan oleh sistem. Ketika sudah diketahui input dan output dari setiap kebutuhan sistem, maka dapat disusun logic function untuk sistem tersebut. 3. Design, alur proses bisnis yang akan dilalui sudah diketahui dengan jelas, maka dalam tahap ini ditentukan semua komponen penunjang sistem informasi, baik itu software, hardware, brainware, netware, dan dataware. Setelah semua komponen teridentifikasi maka akan kembali disusun logical model dalam sistem, tentu saja masih terkait dengan logical model pada tahap Analysis. 4. Implementation, desain sistem informasi yang telah dibuat sebelumnya diimplementasikan pada tahap ini. Dilakukan pembuatan software yang didukung oleh hardware dan netware, memanfaatkan dataware, dan dioperasikan oleh brainware. Setelah sistem terbentuk dilakukan
sistem
terbentuk dilakukan system testing, semua proses akan diverifikasi dan validasi untuk mengecek kebenarannya. Jika dirasa semua sudah sejalan, maka sistem digabungkan dengan business system dan kemudian diamati efek penggunaan sistem tersebut terhadap end-user. 5. Maintenance, tahap ini adalah tahap terakhir dalam SDLC. Sistem yang telah berhasil diimplementasikan dalam sebuah proses bisnis harus tetap dipantau untuk dijaga dari kesalahan, mengikuti kemajuan teknologi informasi, dan dapat ditingkatkan fungsionalitasnya. Jika sistem ternyata dinyatakan harus mengalami
proses
pemeliharaan
atau
pengembangan,
maka
tahap
pengembangan akan kembali diulang mulai dari system investigation sampai kepada system maintenance (O’Brien, 2010).
@novinaekas – MB IPB – P056111291.47
BAB IV. PENUTUP IV.1 Kesimpulan 1. Berdasarkan ISO 9126 tentang kualitas software, atribut yang harus dimiliki sebuah software untuk memperoleh standarisasi internasional adalah functionality,
reliabilitiy,
usability,
efficiency,
portability,
dan
maintainability. 2. Faktor-faktor
yang
harus
dipertimbangkan
oleh
perusahaan
dalam
pengambilan metode out-sourcing adalah kemampuan finansial perusahaan, lama
proses
pengerjaan,
resiko
kehilangan
investasi,
resiko
miss
communication yang menyebabkan kesalahan sistem, waktu training pegawai, dan loyalitas vendor. 3. Pembangunan sistem informasi yang baik dan memiliki tingkat kerumitan tinggi sebaiknya mengikuti metode system development life cycle (SDLC) yang tediri dari investigation, analysis, design, implementation dan maintenance. 4. Aspek maintainability sangat penting untuk perusahaan, karena sebuah sistem informasi harus mampu berubah dan dimodifikasi untuk mengikuti perkembangan teknologi informasi. Semakin baik kualitas sistem informasi maka akan semaki besar peluang sebuah perusahaan memenangkan persaingan usaha. Selain itu atribut ini penting dimiliki untuk memperbaiki kesalahan software dan meningkatkan fungsi dari software. IV.2 Saran 1. Sebaiknya
perusahaan
selalu
melakukan
feasibility
study
sebelum
menentukan metode pengembangan sistem. 2. Perhatikan seluruh aktivitas pengembangan software dalam perusahaan dan pastikan sudah memenuhi standarisasi software yang dikeluarkan ISO 9126.
@novinaekas – MB IPB – P056111291.47
DAFTAR PUSTAKA Angga, Pratama BP. 2011. Model-Model Rekayasa Perangkat Lunak. http://pangga.web.ugm.ac.id/?p=19. [30 Maret 2012] Anne,
Ahira.
2011.
Pengertian
Sistem
Informasi
Manajemen.
http://www.anneahira.com/sistem-informasi-manajemen.htm [28 Maret 2012] Anonim,
2011.
Apa
Urgensi
Maintanability
dari
Suatu
Software?
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/11/apa-urgensi-maintainability-darisuatu-software/. [30 Maret 2012] Anonim.
2009.
Pengembangan
Sistem
Informasi.
http://www.scribd.com/people/user_deleted/8858572. [20 Maret 2012] Anonim. 2010. Faktor-Faktor Standar Perangkat Lunak Berdasarkan ISO 9126. http://sqaindonesia.wordpress.com/2010/03/04/faktor-faktor-standartperangkat-lunak-menurut-iso-9126/. [26 Maret 2012] Elmir, Maghleb Yudina. 2010. Pengembangan Sistem Informasi: Outsourcing VS Insourcing? http://maghleb.blogstudent.mb.ipb.ac.id/2010/07/31/pengembangan-sisteminformasi-outsourcing-vs-insourcing/ [20 Maret 2012] Hera.
2006.
Perangkat
Lunak
(Software).
http://wss-
id.org/blogs/hera_a1_sby/archive/2007/09/23/perangkat-lunak-software.aspx [29 Maret 2012] Irfan.
2009.
Rekayasa
Perangkat
Lunak
(Software
Engineering).
http://irfante06.blog.unsoed.ac.id/files/2009/06/tugas-1-rpl.doc.
[29
Maret
2012] Nungkie.
2010.
Model
dan
Proses
Rekayasa
Perangkat
Lunak.
http://pingkie.blogspot.com/2010/02/model-dan-proses-rekayasaperangkat.html. [30 Maret 2012] O’Brien, James A. dan George M. Marakas. 2010. Management Information System. New York: McGraw-Hill Companies, Inc Rizki, Agustina Indah. 2008. Model dan Proses Rekayasa Perangkat Lunak.
@novinaekas – MB IPB – P056111291.47
http://agustina31.wordpress.com/2008/07/31/model-dan-proses-rekayasaperangkat-lunak/. [30 Maret 2012] Sukamto, Rosa Ariani. 2008. Konversi Sistem, Kriteria, Pengujian dan Kualitas Perangkat
Lunak.
http://www.gangsir.com/download/3-
KonversiSistemKriteriaPengujiandanKualitasPerangkatLunak.pdf. [30 Maret 2012] Yuadi, Imam. 2008. Kualitas Perangkat Lunak: Definisi, Kualitas, dan Implementasi.
http://janeman.wordpress.com/2008/03/26/46/.
[28
Maret
2012] Yuhilda.
2010.
Rekayasa
Perangkat
Lunak.
http://staffsite.gunadarma.ac.id/sitialiyah/index.php?stateid=download&id=1 3788&part=files [27 Maret 2012] Yulia.
2011.
System
Development
Life
Cycle
(SDLC).
http://yuliagroups.wordpress.com/system-development-life-cycle-sdlc/. Maret 2012]
[27