Mata Kuliah : Sistem Informasi Manajemen Dosen
: Dr. Ir. Arif Imam Suroso, M.Sc.
UJIAN AKHIR TRIWULAN 1 MATAKULIAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
Oleh: Imam Kamarudin Saleh P 056111191.47
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN DAN BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah. SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Ujian Akhir Triwulan 1 matakuliah Sistem Informasi Manajemen”. Sebagai tugas mata kuliah sistem informasi menajemen (SIM) pada program pasca sarjana manajemen dan bisnis, Institut Pertanian Bogor. Dalam menyelesaikan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Arif Imam Suroso, M.Sc(CS ) selaku dosen mata kuliah Sistem Informasi Manajemen atas segala bimbingan dan arahannya dalam perkuliahan. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan dari semua pihak sehingga dapat membangun ke arah yang lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bogor, 2 April 2012
Penulis
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR .................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................... I.
i ii
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1.2 Tujuan .............................................................................................
1 2
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi Manajemen .......................................................... 2.2 Rekayasa Perangkat lunak ...............................................................
3 9
III. PERTANYAAN DAN JAWABAN 3.1 Jelaskan atribut-atribut dari software yang berkualitas? Apa yang perlu dilakukan dalam pembangunan sistem informasi agar software penunjang sistem informasi yang dibangun tersebut memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan oleh ISO? ................................................................. 14 3.2 Mengapa kita perlu memperhatikan faktor “maintainaibility” dari suatu software? Jelaskan urgensinya ........................................................... 15 3.3 Apa-apa saja yang perlu diperhatikan bila organisasi mengambil kebijakan outsourcing dalam pengembangan sistem informasinya? Jelaskan! ...................................................................................................... 16 3.4 Kalau anda dipercaya untuk memimpin pembangunan sistem informasi
terintegrasi bagi perusahaan di tempat anda bekerja langkah apa saja yang akan anda lakukan? Jelaskan! ................................................... 18
IV. KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan .....................................................................................
21
V. DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
22
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Persaingan bisnis dalam era informasi telah mencapai tahapan kompetisi yang sangat ketat, dimana sistem pengelolaan bisnis secara konvensional tidak lagi memadai. Oleh karena itu, kebutuhan akan informasi yang cepat dan akurat sangat
diperlukan
dalam
mengambil
keputusan
bisnis.
Agar
dapat
mempertahankan eksistensi organisasi di dalam persaingan secara terus menerus, organisasi harus dapat menganalisis keadaan lingkungan usaha di mana ia berada, sehingga dapat mengetahui di mana posisinya. Selanjutnya, organisasi harus dapat melihat persaingan yang terjadi di dalam lingkungan usaha tersebut dan mengetahui apa yang sedang dipersiapkan dan dilakukan para pesaingnya sehingga dapat menentukan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi persaingan tersebut. Selain memperhatikan faktor-faktor eksternal yang ada, faktor-faktor internal juga perku diperhatikan, agar organisasi mampu tumbuh dan berkembang dengan kokoh. Keuntungan yang diperoleh organisasi akan meningkat apabila dalam melakukan aktivitasnya organisasi tersebut mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerjanya. Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi ini, diantaranya dapat dicapai dengan memanfaatkan berbagai kemajuan teknologi yang dapat diterapkan untuk mendukung aktivitas organisasi, serta dengan menciptakan produk-produk baru dan meningkatkan pelayanan terhadap klien. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi pada setiap kegiatan penyelenggaraan organisasi tidak dapat dihindari. Oleh sebab itu, penerapan teknologi informasi dan komunikasi di setiap organisasi merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi, dalam rangka pertukaran data dan informasi serta penyaluran berita secara cepat, akurat, dan aman. Teknologi informasi berperan sebagai alat bantu untuk memudahkan pengelolaan suatu sumber daya yang dimiliki oleh suatu organisasi. Faktor manusia akan sangat menentukan kebaikan dan kegunaan teknologi tersebut. Untuk itu, pengembangan sistem informasi membutuhkan suatu teknik dan perencanaan yang baik agar
sistem yang dikembangkan tersebut dapat berjalan dan berfungsi secara efektif dan efisien serta tidak mengalami kegagalan. Oleh karena itu, sistem informasi pada perusahaan harus diintegrasikan dan dikembangkan dengan lebih baik agar perusahaan yang telah menggunakan sistem informasi tersebut mampu memperoleh keunggulan bersaing di dalam usahanya dan tidak tertinggal dalam menjalankan bisnisnya. 1.2. Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini untuk memberikan jawaban dari pertanyaan yang diberikan dalam Ujian Akhir Triwulan (UAT) mata kuliah Sistem Informasi Manajemen (SIM).
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Informasi Manajemen Saat ini manusia dalam kesehariannya sebagai pengguna informasi sangat bergantung pada berbagai sistem informasi, mulai dari sistem informasi manual yang sederhana dengan menggunakan saluran informal, hingga sistem informasi berbasis komputer yang rumit dan menggunakan saluran telekomunikasi canggih. Di dalam organisasi, apapun jenis dan bentuknya, sistem informasi bahkan telah memainkan peran penting dalam mendukung kegiatan operasional, mendukung pengambilan keputusan hingga mendukung organisasi mencapai keunggulan kompetitif yang strategis. Pembahasan tentang sistem informasi manajemen akan diawali dengan pembahasan tentang konsep sistem. a. Sistem Sistem dapat dijabarkan secara sederhana sebagai kelompok elemen yang saling berhubungan dan saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu melalui sebuah proses yang terorganisasi. Menurut O’brien (2005), setiap sistem setidaknya terdiri dari tiga komponen atau fungsi dasar yang saling berinteraksi, yaitu : 1. Masukan (input) meliputi kegiatan penangkapan (capturing) dan pengumpulan (assembling) elemen yang akan dimasukkan ke dalam sistem untuk diproses. Masukan dapat dibedakan menjadi maintenance input yang memungkinkan sistem dapat beroperasi dan signal input yang nantinya akan diolah menjadi produk. Contohnya, bahan baku, data, dan energi. 2. Pemrosesan (processing) meliputi proses pengubahan masukan menjadi keluaran. Contohnya, proses pembuatan mobil. 3. Keluaran (output) meliputi proses pemindahan elemen yang telah melewati tahap pemrosesan ke tujuan akhir yang ditetapkan. Keluaran dari sebuah sistem selalu berupa keluaran yang berguna dan sisa pembuangan.
b. Sistem Informasi Sistem informasi dapat merupakan kombinasi teratur apapun dari orangorang, hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi (O’Brien, 2005). Komponen sistem informasi tersebut secara lebih jelas ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Komponen Sistem Informasi Menurut O’Brien (2005), terdapat 3 peran utama sistem informasi dalam bisnis yaitu : •
Mendukung proses bisnis dan operasional
•
Mendukung pengambilan keputusan
•
Mendukung strategi untuk keunggulan kompetitif
Gambar 2. Tiga Peran Utama Sistem Informasi
Mengembangkan solusi sistem informasi yang berhasil baik mengatasi masalah bisnis adalah tantangan utama untuk para manajer dan praktisi bisnis saat ini. Sebagai seorang praktisi bisnis bertanggungjawab untuk mengajukan atau mengembangkan teknologi informasi baru atau meningkatkannya bagi perusahaan. Adapun untuk seorang manajer bertanggungjawab untuk mengelola usaha pengembangan yang dilakukan para spesialis sistem informasi dan para pemakai akhir bisnis. Mengembangkan solusi sistem informasi untuk mengatasi masalah bisnis dapat diimplementasikan dan dikelola sebagai beberapa proses bertahap atau beberapa siklus seperti ditunjukkan pada Gambar 3 di bawah ini (O’Brien, 2005).
Gambar 3. Siklus Pengembangan Sistem Informasi
c. Jenis-jenis Sistem Informasi Menurut O’Brien (2005), secara konsep aplikasi sistem informasi yang diimplementasikan dalam dunia bisnis saat ini dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara. Contohnya, beberapa jenis sistem informasi dapat diklasifikasikan sebagai sistem informasi operasi atau manajemen seperti ditunjukkan pada Gambar 4.
Gambar 4. Jenis Sistem Informasi
Berdasarkan
Gambar
4,
dapat
dilihat
bahwa
O’Brien
(2005)
mengklasifikasikan sistem informasi ke dalam dua kelompok besar, yaitu : a. Sistem Pendukung Operasi (Operations Support System) Sistem informasi selalu dibutuhkan untuk memproses data yang dihasilkan oleh dan digunakan dalam operasi bisnis. Sistem pendukung operasi semacam ini menghasilkan berbagai produk informasi yang paling dapat digunakan oleh para manajer. Pemrosesan lebih jauh oleh sistem informasi manajemen biasanya dibutuhkan. Peran dari sistem pendukung operasi perusahaan bisnis adalah untuk secara efisien memproses transaksi bisnis, mengendalikan proses industrial, mendukung komunikasi dan kerjasama perusahaan, serta memperbarui database perusahaan. sistem pendukung operasi ini dibagi menjadi empat bagian, yaitu : 1) Sistem Pengolahan Khusus atau Specialized Processing System. 2) Sistem Pemrosesan Transaksi (Transaction Processing Systems) Merupakan bagian yang penting dari sistem pendukung operasi yang bertugas mengolah dan merekam data laporan dari transaksi bisnis, dengan dua prinsip dasar, yakni in batch processing dan in real-time (or online) processing. 3) Sistem Pengendalian Proses(Process Control Systems)
Merupakan sistem yang bertugas mengawasi dan mengendalikan berbagai proses industrial. Contoh pada penyulingan minyak bumi, pembangkit listrik, dan sistem produksi baja. 4) Sistem
Kerjasama
Perusahaan
(Enterprise
Collaboration
Systems) Merupakan sistem informasi yang berkaitan dengan tim pendukung, kelompok kerja, peningkatan komunikasi dan produktivitas perusahaan dan kolaborasi mengenai bentuk aplikasinya, dan otomatisasi pekerjaan. Misalnya memfasilitasi dalam surat elektronik untuk mengirim dan menerima pesan elektronik, dan termasuk menggunakan videoconference dan lainlain. b. Sistem Pendukung Manajemen (Management Support System) Sistem ini pada hakekatnya muncul ketika aplikasi sistem informasi berfokus pada penyediaan informasi dan dukungan dalam pengambilan keputusan yang efektif oleh para manajer. Karena menyediakan informasi dan memberikan dukungan dalam pengambilan keputusan oleh semua level manajer dan profesional bisnis adalah tugas yang cukup sulit, maka diperlukan suatu sistem pendukung operasi yang disebut dengan sistem pendukung manajemen. Sistem Pendukung Manajemen dibagi empat bagian yaitu : 1) Sistem Informasi Manajemen (Management Information Systems) Sistem Informasi ini menyediakan informasi dalam bentuk laporan dan tampilan kepada para manajer dan professional bisnis. Contohnya kepada manajer penjualan yang dapat menggunakan
informasi
melalui
jaringan
komputer,
dan
mengakses tampilan tentang keadaan hasil penjualan produk mereka dan dapat mengakses intranet perusahaan mengenai laporan analisis penjualan harian, dan sekaligus mengevaluasi hasil penjualan yang dibuat oleh masing-masing staf penjualan. 2) Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support Systems)
Merupakan suatu sistem yang memberikan dukungan komputer secara
langsung
kepada
seorang
manajer
dalam
proses
pengambilan/pembuatan keputusan. Seorang manajer produksi dapat menggunakan DSS untuk menentukan berapa banyak produk
yang
akan
diproduksi
seperti
pada
perusahaan
manufaktur, dengan didasarkan pada perkiraan penjualan dikaitkan dengan promosi yang akan dilakukan, lokasi dan ketersediaan bahan baku yang diperlukan dalam memproduksi suatu produk. 3) Sistem Informasi Eksekutif (Executive Information Systems) Merupakan suatu sistem informasi yang menyediakan informasi penting dari berbagai sumber internal dan eksternal yang mudah digunakan oleh para eksekutif dan manajer. Contohnya eksekutif puncak dapat menggunakan terminal layar sentuh untuk segera melihat dan atau menampilkan teks dan grafik yang mencakup bidang-bidang utama dari suatu organisasi dan daya saing kinerjanya. 4) Sistem Pengolahan Khusus atau Specialized Processing Systems. Menurut O’Brien (2005), selain jenis sistem informasi di atas, terdapat beberapa jenis sistem informasi lainnya, yaitu sebagai berikut: 1) Sistem Pakar Sistem berbasis pengetahuan yang menyediakan saran pakar dan bertindak sebagai konsultan pakar bagi para pemakai. Contoh : penasihat aplikasi kredit, pengawasan proses, dan sistem pemeliharaan diagnosis 2) Sistem Manajemen Pengetahuan Sistem berbasis pengetahuan yang mendukung perbuatan, pengaturan, dan penyebaran pengetahuan bisnis dalam perusahaan. contoh: akses intranet ke praktik-praktik bisnis terbaik, strategi proposal penjualan, dan sistem pemecah masalah pelanggan. 3) Sistem Informasi Strategis
Mendukung operasi dan proses manajemen yang memberi perusahaan produk, layanan, dan kemampuan strategis sebagai keunggulan kompetitif. Contoh : perdagangan saham online, penelusuran pengiriman, dan sistem web e-commerce. 4) Sistem Bisnis Fungsional Mendukung berbagai aplikasi operasional dan manajerial atas berbagai fungsi bisnis perusahaan. Contoh: sistem informasi yang mendukung aplikasi akuntansi, keuangan, pemasaran, manajemen operasi, dan manajemen sumber daya manusia.
2.2 Rekayasa Perangkat Lunak Rekayasa Perangkat lunak didefinisikan sebagai penerapan pengetahuan keilmuan secara praktis dalam perancangan dan pengembangan program dan dokumentasi terkait yang diperlukan untuk mengembangkan, mengoperasikan dan memelihara program – program tersebut, (Boehm ‘Software Engineering’ IEEE Trans on Computer). Usaha untuk mengatasi permasalahan dalam perangkat lunak dilakukan melalui Rekayasa Perangkat Lunak atau Software Engineering. Adapun aktivitas rekayasa perangkat lunak meliputi beberapa hal antara lain : a. pengembangan perangkat lunak (software development). b. manajemen proyek (project management). c. metrik perangkat lunak (software metric). d. pemeliharaan perangkat lunak (software maintenance). e. jaminan kualitas perangkat lunak (software quality assurance). f. manajemen konfigurasi perangkat lunak (software configuration management). 2.2.1 Pengembangan Perangkat Lunak Tujuan utama dari software development adalah Menentukan tahap-tahap yang diperlukan untuk pengembangan perangkat lunak, menentukan urutan pelaksanaan dari tahap-tahap tersebut dalam rangka pengembangan
perangkat
lunak,
menentukan
kriteria
transisi
/
perpindahan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Terdapat berbagai cara memproduksi software dengan kualitas yang baik. Diantaranya adalah a. Code and Fix Model ini terdiri atas tahapan Code (Pemrograman) dan Fix (Perbaikan/ Pemeliharaan) dengan kriteria transisi berupa Code (Program). Model proses ini merupakan proses pengembangan perangkat lunak pada awal era pengolahan data yang memiliki ciri menggunakan 3GL atau lebih rendah dan biaya pemeliharaan yang besar. b. System Development Life Cycle (SDLC) SDLC adalah tahapan-tahapan pekerjaan yang dilakukan oleh analis sistem dan programmer dalam membangun sistem informasi. Dengan siklus SDLC, proses membangun sistem dibagi menjadi beberapa langkah dan pada sistem yang besar, masing-masing langkah dikerjakan oleh tim yang berbeda. Dalam sebuah siklus SDLC, terdapat enam langkah. Jumlah langkah SDLC pada referensi lain mungkin berbeda, namun secara umum adalah sama. Langkah tersebut adalah 1. Analisis sistem, yaitu membuat analisis aliran kerja manajemen yang sedang berjalan 2. Spesifikasi kebutuhan sistem, yaitu melakukan perincian mengenai apa saja yang dibutuhkan dalam pengembangan sistem dan membuat perencanaan yang berkaitan dengan proyek sistem 3. Perancangan sistem, yaitu membuat desain aliran kerja manajemen dan desain pemrograman yang diperlukan untuk pengembangan sistem informasi 4. Pengembangan sistem, yaitu tahap pengembangan sistem informasi dengan menulis program yang diperlukan 5. Pengujian sistem, yaitu melakukan pengujian terhadap sistem yang telah dibuat 6. Implementasi dan pemeliharaan sistem, yaitu menerapkan dan memelihara sistem yang telah dibuat
c. Prototyping Identifikasi kebutuhan awal, prototyping, penggunaan dan evaluasi prototipe (feedback), Revisi Prototyping ( Iterasi 1…n), Penerimaan atau Persetujuan End User, Implementasi Sistem, Operasionalisasi dan Pemeliharaan. Sering dikenal sebagai “Code Driven Software Process”. Prototyping merupakan salah satu proses perangkat lunak yang mulai banyak digunakan saat ini karena banyak memanfaatkan 4GL dan Application Generator. d. Spiral Sering dikenal sebagai : “Risk Driven Software Process” untuk pengembangan proyek yang berskala besar, dengan memperhatikan pengaruh resiko dilihat dari segi finansial maupun keamanan (jiwa manusia). Kombinasi SDLC, Prototyping dan Risk Analysis e. CASE (Computer Aided Software Engineering) CASE (Computer Aided Software Engineering) adalah adalah metode berbasis proses pengembangan perangkat lunak yang didukung oleh perangkat keras dan perangkat lunak
2.2.2 Software Quality Software yang baik memberikan jaminan pada konsumen bahwa produk yang dihasilkan itu layak untuk dipakai dan dibeli. Kualitas software dapat dinilai melalui ukuran-ukuran dan metode-metode tertentu, serta melalui pengujian – pengujian software. Salah satu tolak ukur kualitas perangkat lunak adalah ISO 9126 yang dibuat oleh International Organization for Standardization (ISO) dan International Electrotechnical Commission (IEC). ISO 9126 mendefinisikan kualitas produk perangkat lunak, model, dan karakteristik mutu terkait untuk mengevaluasi dan menetapkan kualitas sebuah produk software. Dalam ISO 9126 ada enam karakteristik kualitas software seperti dilihat pada gambar 5 dibawah ini.
Gambar 5. enam karakteristik kualitas software
a. Functionality Kemampuan software untuk menjalankan fungsinya sebagaimana kebutuhan sistemnya b. Reliability Kemampuan software untuk dapat tetap tampil sesuai dengan fungsinya ketika digunakan c. Usability Kemampuan software untuk mudah dimengerti, dipelajari, digunakan, dan disukai pengguna d. Efficiency Kemampuan software untuk menampilkan performans relatif terhadap penggunaan sumberdaya e. Maintainability Kemampuan
software
untuk
dimodifikasi
(koreks (koreksi,
adaptasi,
perbaikan) f. Portability Kemampuan software untuk ditransfer dari satu lingkungan ke lingkungan lain.
Dari enam karakteristik kualitas dibagi menjadi beberapa sub – bab seperti terlihat pada tabel di bawah ini : Tabel 1. Enam sub – bab karakteristik kualitas software Karakteristik
Sub karakteristik
Functionality
Suitability, Accuracy, Interoperability,Security
Reliability
Maturity, Fault tolerance, Recoverability
Usability
Understandability, Learnability, Operability, Attractiveness
Efficiency
Time Behavior, Resource Utilization
Maintainability
Analyzability, Changeability, Stability, Testability
Portability
Adaptability, Installability
III. PEMBAHASAN
1. Jelaskan atribut – atribut dari software yang berkualitas? Apa yang perlu dilakukan dalam pembangunan sistem informasi agar software penunjang sistem informasi yang dibangun tersebut memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan oleh ISO? Jawab : Pertanyaan pertama yang muncul ketika membahas pengukuran kualitas perangkat lunak, adalah apa yang sebenarnya mau kita ukur. Kualitas perangkat lunak dapat dilihat dari sudut pandang proses pengembangan perangkat lunak (process) dan hasil produk yang dihasilkan (product). Dan penilaian ini tentu berorientasi akhir ke bagaimana suatu perangkat lunak dapat dikembangkan sesuai dengan yang diharapkan oleh pengguna. Dari sudut pandang produk, pengukuran kualitas perangkat lunak dapat menggunakan standard dari ISO 9126 atau best practice yang dikembangkan para praktisi dan pengembang perangkat lunak. Di lain pihak, dari sudut pandang proses, standard ISO 9001 dapat digunakan untuk mengukur kualitas perangkat lunak. Atribut dari software yang berkualitas berdasarkan ISO 9126 adalah Tabel 2. Karakteristik software berkualitas menurut ISO 9126 Karakteristik
Sub karakteristik
Functionality: software untuk menjalankan fungsinya sebagaimana kebutuhan sistemnya
Suitability, Accuracy, Interoperability, Security
Reliability: Kemampuan software untuk dapat tetap tampil sesuai dengan fungsinya ketika digunakan
Maturity, Fault Recoverability
Usability: Kemampuan software untuk mudah dimengerti, dipelajari, digunakan dan disukai pengguna
Understandability, Learnability, Operability, Attractiveness
Efficiency: Kemampuan software untuk menampilkan performans relatif terhadap penggunaan sumberdaya
Time Behavior, Utilization
tolerance,
Resource
Maintainability: Kemampuan software untuk dimodifikasi (koreksi, adaptasi, perbaikan).
Analyzability, Changeability, Stability, Testability
Portability: Kemampuan software untuk ditransfer dari satu lingkungan ke lingkungan lain
Adaptability, Installability
Untuk mendapatkan kualitas software yang memenuhi standar kualitas sesuai ISO adalah dengan melakukan rekaya perangkat lunak (Software Engineering). Dengan Rekayasa perangkat lunak (RPL) maka mulai dari proses perancangan, pengembangan program, pemeliharaan perangkat lunak dapat dilakukan dengan mengacu pada parameter software yang berkualitas, sehingga didapatkan software yang sesuai dengan kebutuhan konsumennya.
2. Mengapa kita perlu memperhatikan faktor “maintainaibility” dari suatu software? Jelaskan urgensinya! Jawab : Maintanability juga
disebut
sebagai
pemeliharaan
system.
Software
maintainability menunjukkan tingkat kemudahan perangkat lunak tersebut dalam mengakomodasi perubahan – perubahan. Dimana setelah sebuah software berhasil dikembangkan dan diimplementasikan, akan terdapat berbagai hal yang perlu diperbaiki berdasarkan hasil uji coba maupun evaluasi. Sebuah software yang dirancang dan dikembangkan dengan baik, akan dengan mudah dapat direvisi jika diperlukan. Seberapa jauh software tersebut dapat diperbaiki merupakan faktor lain yang harus diperhatikan. Semakin mudah suatu sistem dipeliharan, semakin kecil pula tenaga dan biaya yang harus dikeluarkan untuk memelihara sistem. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa faktor maintainability suatu software harus diperhatikan. Ada
tiga
alasan
yang
mendasari
pentingnya
pemeliharaan
sistem
atau maintenance system, yaitu sebagai berikut. a.
Memperbaiki Kesalahan (Correcting Errors)
Maintenance dilakukan untuk mengatasi kegagalan dan permasalahan yang muncul saat sistem dioperasikan. Sebagai contoh, maintenace dapat digunakan
untuk mengungkapkan kesalahan pemrograman (bugs) atau kelemahan selama proses pengembangan yang tidak terdeteksi dalam pengujian sistem, sehingga kesalahan tersebut dapat diperbaiki. b.
Menjamin dan Meningkatkan Kinerja Sistem (Feedback Mechanism)
Kajian
pasca
implementasi
sistem
merupakan
salah
satu
aktivitas maintenance yang meliputi tinjauan sistem secara periodik. Tinjauan periodik atau audit sistem dilakukan untuk menjamin sistem berjalan dengan baik, dengan cara memonitor sistem secara terus-menerus terhadap potensi masalah atau
perlunya
perubahan
terhadap
saat user menemukan errors pada memberi umpan balik atau
saat
sistem.
sistem
feedback
Sebagai
digunakan,
contoh,
maka user dapat
kepada spesialis informasi guna
meningkatkan kinerja sistem. Hal ini yang menjadikan system maintenance perlu dilakukan secara berkala, karena system maintenance akan senantiasa memastikan sistem baru yang di implementasikan berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan penggunaanya melalui mekanisme umpan balik. c.
Menjaga Kemutakhiran Sistem (System Update)
Selain sebagai proses perbaikan kesalahan dan kajian pasca implementasi, system maintenance juga meliputi proses modifikasi terhadap sistem yang telah dibangun karena
adanya
perubahan
dalam
organisasi
atau
lingkungan
bisnis.
Sehingga, system maintenance menjaga kemutakhiran sistem (system update) melalui modifikasi-modifikasi sistem yang dilakukan.
3. Apa‐‐apa saja yang perlu diperhatikan bila organisasi mengambilakan kebijakan outsourcing dalam pengembangan sistem informasinya? Jelaskan! Jawab : Salah satu pendekatan penggunaan sistem informasi sebagai salah satu strategi perusahaan untuk meningkatkan daya saing adalah dengan outsourcing. Menurut O’Brien dan Marakas (2010) dalam bukunya “Introduction to Information Systems”, istilah outsourcing dalam arti luas adalah pembelian sejumlah barang atau jasa yang semula dapat dipenuhi oleh internal perusahaan tetapi sekarang dengan memanfaatkan mitra perusahaan sebagai pihak ketiga.
Dalam kaitannya dengan TI, outsorcing digunakan untuk menjangkau fungsi TI secara luas dengan mengontrak penyedia layangan eksternal. Keputusan dengan menggunakan pendekatan outsourcing dipandang sebagai pilihan strategik, karena hal itu akan menentukan arah gerak organisasi secara keseluruhan dalam jangka panjang. Dasar pemikirannya sederhana, suatu perusahaan sebenarnya tidak harus menangani seluruh kebutuhan usahanya dengan kekuatan sendiri, karena dapat mempercayakan pemenuhan kebutuhan tertentu pada pihak lain sepanjang terbentuknya satu jalinan komunikasi antara berbagai pihak yang berkepentingan (Utomo, 1995). Alasan
yang
mendorong
perusahaan
melakukan outsourcing sebagai
strateginya adalah berhubungan dengan efisiensi. Perusahaan perlu mencoba untuk secara terus menerus mempertinggi tingkat efisiensi agar perusahaan tetap dapat eksis di tengah persaingan bisnis saat ini yang semaki ketat. Adapun yang perlu diperhatikan dalam outsourcing ialah a. menentukan pengembang yang ditunjuk untuk membangun sistem informasi dengan akurat. b. Menandatangani
kontrak
agar
dapat
dijadikan
pegangan
dalam
melanjutkan atau memberhentikan proyek jika terjadi masalah saat pengembangan. c. Mengontrol setiap langkah yang dilakukan pihak outsource dalam pengenmbangan sistem. d. Membuat komunikasi yang efektif dan berkesinambungan antara personil perusahaan dengan pihak pengembang. e. Mengendalikan biaya dengan tepat dengan misalnya memperhatikan proporsi pembayaran berdasarkan persentasi tingkat penyelesaian proyek. Bila perusahaan melakukan keputusan untuk melaksanakan outsourcing, IT Governance Institute (2005) memberikan aturan baku untuk outsourcing yang memiliki tahapan outsourcing life cycle sebagai berikut : 1. Kesesuaian penandatanganan kontrak dan penandatanganan proses yang diselesaikan. 2. Persetujuan Service Level Agreement (SLA) 3. Proses Opersional yang dikembangkan
4. Transisi tahapan layanan dan waktu pembayaran 5. Tim operasional, artikulasi yang jelas hubungan dan interface 6. Transisi dan Transformasi rencana penyelesaian 7. Undang-undang sukses, bonus dan penalti 8. Konsensus dalam menentukan tanggung jawab 9. Penilaian kelanjutan kinerja dan gaya supplier outsource
4. Kalau anda dipercaya untuk memimpin pembangunan sistem informasi terintegrasi bagi perusahaan di tempat anda bekerja langkah apa saja yang akan anda lakukan? Jelaskan! Jawab : Saya akan menggunakan metode System Development Life Cycle (SDLC). SDLC adalah langkah-langkah dalam pengembangan sistem informasi. SDLC menyediakan framework yang lengkap untuk aktivitas rekayasa bentuk dan pembangunan sistem informasi yang formal. Penggunaan SDLC yang memadai akan menghasilkan sistem informasi yang berkualitas. Penggunaan SDLC akan lebih optimal jika dilengkapi dengan berbagai teknik pengembangan sistem. Kegiatan – kegiatan yang dilakukan pada
System Development Life Cycle
(SDLC) seperti terlihat pada Gambar berikut ini.
Gambar 6. System Development Life Cycle (SDLC)
1. Analisis sistem adalah sebuah teknik pemecahan masalah yang menguraikan sebuah sistem menjadi komponen-komponennya dengan tujuan mempelajari seberapa bagus komponen – komponen untuk meraih tujuan mereka.
tersebut bekerja dan berinteraksi
Analisis mungkin adalah bagian terpenting dari proses rekayasa perangkat lunak.
Karena semua proses lanjutan akan sangat bergantung pada baik
tidaknya hasil analisis. Ada satu bagian penting yang biasanya dilakukan dalam tahapan analisis yaitu pemodelan proses bisnis. 2. Model proses adalah model yang memfokuskan pada seluruh proses di dalam sistem yang mentransformasikan data menjadi informasi (Harris, 2003). Model proses juga menunjukkan aliran data yang masuk dan keluar pada suatu proses. Biasanya model ini digambarkan dalam bentuk Diagram Arus Data (Data Flow Diagram / DFD). DFD meyajikan gambaran apa yang manusia, proses dan prosedur lakukan untuk mentransformasi data menjadi informasi. 3. Disain sistem informasi adalah tugas, tahapan atau aktivitas yang difokuskan pada spesifikasi detil dari solusi berbasis computer (Whitten et al, 2004). Output utama dari tahapan disain disain.
sistem informasi adalah spesifikasi
Spesifikasi ini meliputi spesifikasi disain umum yang akan
disampaikan kepada stakeholder sistem dan spesifikasi disain rinci yang akan digunakan pada tahap implementasi. Spesifikasi disain umum hanya berisi gambaran umum agar stakeholder sistem mengerti akan seperti apa sistem informasi yang akan dibangun. Spesifikasi disain rinci atau kadang disebut disain arsitektur rinci perangkat lunak diperlukan untuk merancang sistem sehingga memiliki konstruksi yang baik, proses pengolahan data yang tepat dan akurat, bernilai, memiliki aspek user friendly dan memiliki dasar-dasar untuk pengembangan selanjutnya. Desain arsitektur ini terdiri dari desain database, desain proses, desain user interface yang mencakup desain input, output form dan report, desain hardware, software dan jaringan. Desain proses merupakan kelanjutan dari pemodelan proses yang dilakukan pada tahapan analisis. 4. Konstruksi adalah tahapan menerjemahkan hasil disain logis dan fisik ke dalam kode-kode program komputer. 5. Pengujian sistem melibatkan semua
kelompok pengguna yang telah
direncanakan pada tahap sebelumnya. Pengujian tingkat penerimaan terhadap perangkat lunak akan berakhir ketika dirasa semua kelompok pengguna
menyatakan bisa menerima sistem informasi tersebut berdasarkan kriteriakriteria yang telah ditetapkan. 6. Perawatan dan Konfigurasi. Ketika sebuah perangkat lunak telah dianggap layak untuk dijalankan, maka tahapan baru menjadi muncul yaitu perawatan perangkat lunak. Ada beberapa tipe perawatan yang biasa dikenal dalam dunia perangkat lunak atau sistem informasi seperti terlihat pada diagram di Gambar di bawah ini :
Gambar 7. Tipe-tipe perawatan. Dalam perkembangannya SDLC dilengkapi oleh berbagai teknik pengembangan sistem, antara lain: Prototyping, Waterfall, Spiral, V Model, Formal Method, Extreme Programming.
IV. KESIMPULAN
1. Dari sudut pandang produk, pengukuran kualitas perangkat lunak dapat menggunakan standard dari ISO 9126 atau best practice yang dikembangkan para praktisi dan pengembang perangkat lunak. Di lain pihak, dari sudut pandang proses, standard ISO 9001 dapat digunakan untuk mengukur kualitas perangkat lunak. 2. Sebuah software yang dirancang dan dikembangkan dengan baik, akan dengan mudah dapat direvisi jika diperlukan. Seberapa jauh software tersebut dapat diperbaiki merupakan faktor lain yang harus diperhatikan. Semakin mudah suatu sistem dipeliharan, semakin kecil pula tenaga dan biaya yang harus dikeluarkan untuk memelihara sistem. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa faktor maintainability suatu software harus diperhatikan.
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan perlu diperhatikan bila organisasi mengambil kebijakan outsourcing dalam pengembangan sistem informasinya, antara lain: menentukan pengembang yang ditunjuk untuk membangun sistem informasi dengan hati-hati dan sebaiknya yang dipilih memang benar-benar telah berpengalaman, menandatangani kontrak sebagai pengikat tanggung jawab, merencanakan dan memonitor setiap langkah dalam pengembangan agar keberhasilan proyek benar-benar tercapai, menjaga komunikasi yang efektif antara personil dalam perusahaan dengan pihak pengembang dengan tujuan agar tidak terjadi konflik atau hambatan selama proyek berlangsung, dan mengendalikan biaya dengan tepat. Selain itu, perlu juga diketahui kelebihan dan kelemahan serta aturan baku dalam penggunaan outsourcing. 4. SDLC adalah langkah-langkah dalam pengembangan sistem informasi. SDLC menyediakan framework yang lengkap untuk aktivitas rekayasa bentuk dan pembangunan sistem informasi yang formal.
DAFTAR PUSTAKA
Fitrawan, AM. 2011. Peranan Metode Pengembangan System Development Life Cycle
(SDLC)
Terhadap
Kualitas
Sistem
Informasi.
http://afranmf.blogspot.com/2011/04/peranan-metode-pengembangansystem.html (Diakses 29 Maret 2012). Jogiyanto, 2003. Sistem Teknologi Informasi (Pendekatan Terintegrasi: Konsep Dasar, Teknologi, Aplikasi, Pengembangan dan Pengelolaan). Penerbit Andi Yogyakarta, Yogyakarta. Marimin, Tanjung, H., dan Prabowo, H. 2006. Sistem Informasi Manajemen Sumber Daya Manusia. PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta O’Brien, J. A. 2005. Pengantar Sistem Informasi, Perspektif Bisnis dan Manajerial. Edisi 12. Terjemahan: Introduction to Information Systems, 12th Ed. Palupi W. (editor), Dewi F. dan Deny A. K. (penerjemah). Penerbit Salemba Empat, Jakarta. SQA Indonesia.2010. Faktor – faktor standar perangkat lunak menurut ISO 9126. http://sqaindonesia.wordpress.com/2010/03/04/faktor-faktor-standartperangkat-lunak-menurut-iso-9126/ (Diakses 29 Maret 2012).