Ujian Tengah Triwulan Sistem Informasi Manajemen Penerapan Teknologi Informasi dalam Manajemen Rantai Pasokan di Carrefour Indonesia Sebagai Bagian dari Upaya Penerapan E-Business System
Oleh :
ARI TRY PURBAYANTO P056100122.35E
Dosen: Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc (CS)
PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN DAN BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan bisnis ritel di Indonesia masih menunjukkan prospek cerah di masa depan. Pertumbuhannya diperkirakan berkisar antara 13-15% untuk Tahun 2011 (Setrawati, 2011). Hal ini juga menunjukkan peta persaingan yang semakin ketat antara peritel asing dan lokal serta antara hipermarket dan minimarket. Saat ini terdapat lebih dari dua juta toko ritel di Indonesia mulai dari toko tradisional sampai dengan hipermarket (Joewono, 2010). Begitu ketatnya persaingan ini sehingga tidak mudah bagi para pemain untuk memenangkannya kecuali dengan strategi yang tepat. Strategi ini dapat dilakukan baik secara internal maupun eksternal. Carrefour Indonesia merupakan salah satu pemain ritel nasional yang telah eksis keberadaannya di Indonesia. Sebagai konsekuensinya mau tidak mau Carrefour harus mampu bersaing dengan cerdas di arena permainan ritel yang ada. Joewono (2010) menekankan bahwa bahwa strategi yang digunakan haruslah sesuai dengan format atau konsep dasar dari ritel tersebut. Carrefour datang dengan konsep hipermarket yang mengusung strategi low price dan costumer service-nya. Sama halnya dengan Carrefour, para pesaingnya seperti Giant dan Hypermarket tak mau kalah soal low price dan costumer service. Perkembangan teknologi informasi saat ini sangat pesat. Terutama sejak diluncurkannya internet beberapa tahun silam. Informasi bergerak dan semakin mudah diakses kapanpun, dimanapun, dan oleh siapapun. Ternyata perkembangan internet ini juga merambah ke praktik bisnis ditandai dengna lahirnya konsep e-business
yang
mencakup penggunaan internet ini untuk aktivitas bisnis sehari-hari. E-Business memiliki sifat integratif yang menghubungkan antara satu unit dengan unit aktivitas lainnya. Salah satu yang disentuh adalah pada aspek manajemen rantai pasokan. Hadirnya E-Business ini kemudian mampu merubah peta efesiensi dan efektifitas rantai pasokan menjadi lebih baik dan tidak dapat dielakkan lagi menjadi salah satu faktor keunggulan kompetitif bagi pebisnis riteldi Indonesia yang menggunakan strategi cost leadership. Carrefour Indonesia pada awalnya tidak terlalu serius melihat investasi IT sebagai suatu yang urgen dalam proses bisnisnya. Namun banyaknya kejadian lost of sales membuat manajemen melihat urgensi dari investasi ini, ditambah lagi berbagai tekanan persaingan dari pesaingnya yang juga menekankan soal low price dan costumer
servicenya. Makalah ini akan mencoba membahas bagaiman Carrefour Indonesia menerapkan IT dalam manajemen rantai pasokannya sebagai langkah awal penerapan ebusiness lebih lanjut. 1.2 Ruang Lingkup Pembahasan dalam makalah ini hanya difokuskan pada penerapan teknologi informasi dalam supply chain management di Carrefour Indonesia 1.3 Rumusan Masalah Masalah yang ingin dirumuskan dalam makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana profil bisnis Carrefour di Indonesia? 2. Bagaimana penerapan e- business di Carefour Indonesia dalam hal supply chain management? 3. Bagaimana langkah Carrefour Indonesia ke depannya? 1.4 Tujuan Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk : 1. Mengetahui profil bisnis Carrefour di Indonesia 2. Memahami penerapan e- business di Carrefour Indonesia dalam hal supply chain management 3. Mencermati langkah Carrefour menghadapi persaingan di masa depan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 E-Business System E-Business System merupakan kependekan dari electronic business system. Menurut O’Brien (2010) E-Business merupakan penggunaan internet dan teknologi informasi dan jaringan lainnya untuk mendukung e-commerce, komunikasi, dan kolaborasi perusahaan, proses bisnis berbasis web, baik antar komponen dalam perusahaan yang berjejaring maupun antara perusahaan dengan rekan bisnis dan pelanggan. E-Business berbeda dengan istilah e-commerce dengan karakteristik cakupannya yang lebih luas, bekerja di balik transaksi untuk mengoptimalkan penggunaan net yang dikombinasikan dengan teknologi dan bentuk komunikasi elektronik lainnya untuk memperlancar berbagai aktivitas bisnis. Sehingga e-commerce dalam hal ini tercakup di dalamnya (SAMS-DCIS, 2011). 2.2 Cross Functional Enterprise System Perubahan pasar begitu cepat saat ini sehingga memaksa perusahaan untuk mampu menyesuaikan perubahan yang ada dengan baik. Salah satunya yaitu dengan mencermati penerapan sistem informasi teknologi yang digunakan untuk keperluan internal maupun eksternal. Perusahaan yang peka akan perubahan yang ada saat ini berusaha untuk mengubah sistem warisan yang sudah ada menjadi sistem terintegrasi yang menghubungkan antar bagian fungsional di perusahaan (O’Brien, 2010). Konsep inilah kemudian yang menjadi dasar lahirnya cross functional enterprise system. Hackathorn (2007) mengatakan bahwa perubahan mendasar dari enterprise system yang tua dengan enteprise system masa depan adalah perubahan dari dimensi cakupan perusahaan, skala besar, dan reliabilitas menjadi cross-functional, kapasitas ekstrim, basis pengguna yang beragam, kompleksitas, dan terkonsentrasi pada titik kritis dari misi perusahaan. Hackthorn (2007) menjelaskan bahwa cross-functional menggambarkan cakupan perusahaan masa kini yang memotong sekat tradisional antar proses bisnis. Sistem antar proses ini harus terintegrasi. Joshi (1998) mendefinisikan integrasi crossfunctional ini sebagai pendirian suatu mekanisme dan keterhubungan yang memfasilitasi kebutuhan akan koordinasi aktivitas dari fungsi-fungsi yang berbeda untuk memastikan seluruh fungsi yang ada bekerja bersama secara efektif sehingga mampu mencapai tujuan organisasi. Dalam penerapan era teknologi informasi saat ini, sistem ini melibatkan
keterhubungan antara enterprise resource planning, supply chain management dan costumer relation management. 2.3 Supply Chain Management Secara umum Supply Chain Management didefinisikan sebagai integrasi dari proses bisnis kunci dari pengguna akhir sampai pemasok yang menyediakan produk, jasa, dan informasi yang meningkatkan nilai tambah pada pelanggan dan pemangku kepentingan lainnya (Stock dan Lambert, 2001). Supply Chain (rantai pasok) sendiri memiliki arti sebagai jaringan dari aliran jasa, material, dan informasi yang menghubungkan antara perusahaan dengan pelanggan, pemenuhan permintaan, dan pemasok. Agar aliran jasa, material, dan informasi ini mengalir dengan lancar dan sesuai tujuan yang diinginkan maka perlu dikelola maka lahirlah istilah supply chain management (manajemen rantai pasok) . Supply chain management menurut Krajewski, Ritzman, dan Malhotra (2007) adalah pengembangan sebuah strategi untuk mengorganisir, mengontrol, dan memotivasi sumber daya yang terlibat dalam aliran jasa dan material di dalam rantai pasok. Pengelolaan rantai pasok ini kemudian harus dijalankan secara tepat guna dan tepat sasaran sehingga membutuhkan strategi tepat. Proses pembuatan desain rantai pasok yang strategik ini kemudian disebut sebagai supply chain strategy. Supply chain strategy didefinisikan oleh Krajewski, Ritzman, dan Malhotra (2007) sebagai upaya pembuatan desain rantai pasok perusahaan untuk memenuhi prioritas kompetitif dari strategi operasi perusahaan Obrien (2010) mendefinisikan supply chain management sebagai sebuah crossfunctional interenterprise system yang menggunakan teknologi informasi untuk membantu mendukung dan mengelola hubungan antara sejumlah proses bisnis kunci perusahaan dengan pemasok, pelanggan, dan rekanan bisnis.
BAB III PEMBAHASAN 3.1 Profil Carrefour Indonesia Carrefour merupakan peritel besar dunia kedua setelah Wal-Mart. Berkantor pusat di Prancis dan telah beroperasi sejak tahun 1957. Didirikan oleh Marcel Fournier dan Louis Deforey dan mampu mendunia dengan cakupan wilayah operasi meliputi Benua Amerika, Benua Asia, dan Benua Eropa. Carrefour Indonesia memulai sejarahnya di Indonesia pada bulan Oktober 1998 dengan membuka unit pertama di Cempaka Putih. Pada saat yang sama, Continent, yang juga sebuah hypermarket dari Perancis, membuka unit pertamanya di Pasar Festival. Pada penghujung 1999, Carrefour dan Promodes (Induk perusahaan Continent) sepakat untuk melakukan penggabungan atas semua usahanya di seluruh dunia. Penggabungan ini membentuk suatu grup usaha ritel terbesar kedua di dunia dengan memakai nama Carrefour. Seiring berjalannya waktu komposisi saham Carrefour Indonesia berubah. Sejak April 2010 komposisi saham tunggal terbesar dikuasai perusahaan Indonesia yaitu Trans Corp dengan komposisi saham keseluruhan sebagai berikut:
Trans Corp (40%)
Carrefour SA (39%)
Onesia BV (11,5%)
Carrefour Netherland BV (9,5%)
Dengan terbentuknya Carrefour baru ini, maka segala sumber daya yang dimiliki kedua group tadi menjadi difokuskan untuk lebih memenuhi dan memuaskan kebutuhan pelanggan. Penggabungan ini memungkinkan Carrefour indonesia untuk meningkatkan kinerja gerai-gerai yang ada di seluruh indonesia, mendapat manfaat dari keahlian karyawan-karyawan Carrefour di Indonesia dan di dunia, dan mengantisipasi terjadinya evolusi ritel dalam skala nasional dan global. Fokus terhadap konsumen ini diterjemahkan dalam 3 pilar utama yang diyakini akan dapat membuat Carrefour menjadi pilihan tempat belanja bagi para konsumen Indonesia. Ketiga pilar utama tersebut adalah sebagai berikut :
Harga yang bersaing
Pilihan yang lengkap
Pelayanan yang memuaskan
Di bulan Januari 2008 PT.Carrefour Indonesia berhasil menyelesaikan proses akuisisi terhadap PT. Alfa Retailindo Tbk. Saat ini, Carrefour Indonesia memiliki lebih dari 60 (enam puluh) gerai yang tersebar di Jakarta, Bandung, Surabaya, Denpasar, Yogyakarta, Semarang, Medan, Palembang dan Makasar yang didukung lebih dari 11,000 (sebelas ribu) karyawan profesional yang siap untuk melayani para konsumen. Konsep toko serba ada merupakan konsep perdagangan eceran yang diciptakan oleh Carrefour yang dirancang untuk memuaskan para konsumen. Di Indonesia, terutama di Jakarta, Carrefour, dengan cepat, menjadi suatu alternatif belanja pilihan bagi seluruh keluarga. Ditambah dengan adanya fasilitas-fasilitas pelengkap seperti snack corner, food court, parkir gratis di gerai-gerai tertentu, bahkan dengan adanya garansi harga dan garansi kualitas, maka paserba Carrefour benar - benar merupakan tempat belanja keluarga. 3.2 Penerapan E-Business di Carrefour Indonesia Penerapan E-Business di Carrefour indonesia mulai serius dilakukan pada bulan Juli tahun 2007 (SWA, 2009). Penerapan E-Business ini dilakukan untuk mengoptimalkan proses bisnis yang ada di Carrefour terutama dalam hal manajemen rantai pasokan dan manajemen relasi pelanggan. Rantai pasokan ini harus diatur untuk memudahkan kerja antara gerai dan pemasok. Sedangkan manajemen relasi pelanggan bertujuan untuk mengelola pelanggan Carrefour sehingga tetap setia berbelanja di Carrefour. 3.3 Manajemen Rantai Pasokan Carrefour Indonesia Penerapan IT dalam manajemen rantai pasokan di Carrefour Indonesia tergolong baru. Manajemen rantai pasokan sendiri secara mendasar menghubungkan antar proses bisnis sedemikian sehingga antara pemasok, pelanggan, dan rekanan bisnis terhubung dalam suatu jaringan. Dalam hal ini Carrefour Indonesia menggunakan perangkat lunak infolog. Sebelum menggunakan perangkat ini Carrefour dan pemasoknya sering mengalami kesulitan. Carrefour mengalami kendala dalam hal menjaga ketersedian stok untuk para pelanggannya sehingga sering mengalami lost of sales. Kondisi ini juga tentunya dialami pemasoknya karena bagaimanapun keseluruhannya merupakan satu mata rantai. Selain mengalami hal yang serupa, pemasok juga harus mengalami kesulitan dalam hal pendistribusian barang karena harus memasok sendiri ke seluruh gerai yang dimiliki Carrefour.
Pennggunaan perangkat lunak infolog sebagai sebuah cross functional inter-enterprise system telah mengubah tatanan proses supply chain management di Carrefour. Salah satu yang cukup signifikan terlihat adalah munculnya distribution center
sebagai pusat
penerimaan barang dari seluruh pemasok Carrefour. Pemasok tidak lagi harus mengantar barang yang akan dijual ke masing-masing gerai, namun cukup mengirimkannya ke distribution center baru kemudian akan dikirimkan ke masing-masing gerai Carrefour sesuai dengan jumlah unit yang dibutuhkan. Sistem yang digunakan bersifat just in time dan disebut cross dock. Skema seperti terlihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Skema sistem Cross Dock Carrefour Indonesia Perangkat lunak infolog ini menangani beberapa proses bisnis dalam supply chain management Carrefour yaitu meliputi : a. Inbound Logistics b. Perencanaan dan pengadaan persediaan c. Operasi Gudang d. Outbound Logistics e. Pelaporan Keseluruhannya dimuat dalam 4 modul yang berbeda yang keluarannya berupa laporan yang diperlukan manajemen dan operator sebagai pertimbangan untuk pengambilan keputusan teknis dan strategis. 3.3.1 Inbound Logistics Inbound logistics merupakan aktivitas penerimaan dan penggudangan barang (Porter 1985). Kegiatan ini meliputi :
a. Advanced Shipping Notification (ASN) Kegiatan ini juga dikenal dengan vendor confirmation, yaitu informasi yang diberikan oleh pemasok atau rekanan bisnis eksternal lainnya seputar barangnya yang dipesan termasuk di dalamnya kuantitas yang dipesan. Sebuah ASN dapat berupa konfirmasi pemasukan barang atau pengangkutan, pernyataan pemesanan, atau notifikasi pengiriman. Penggunaan ASN ditujukan untuk memperbaharui dokumen transaksi pembelian seperti purchase order, perjanjian penjadwalan, permintaan transfer persediaan (Altavilla, 2010). Carrefour menggunakan sistem ini untuk menjamin bahwa apa yang dikirim sesuai dengan apa yang dipesan. Hal ini akan menyebabkan kedua belah pihak baik pemasok maupun Carrefour apabila spesifikasi barang yang dikirim tidak sesuai dengan spesifikasi yang dipesan. Pihak Carrefour akan mengalami kerugian karena stok dapat kosong karena barang harus di retur dan pemasok harus menanggung biaya retur dan transportasi. b. Reservasi Lokasi Revervasi lokasi dalam gudang dilakukan berdasarkan ASN yang diterima gudang dan disesuaikan dengan kode penempatannya di dalam gudang. c. Various Receipts Proses inbound ini mengangani berbagai proses seperti blind, against ASN, import, local, Stock Transfer, Cross Dock & Back to Back. d. Fungsi konversi dan penangkapan Barang yang diterima umumnya berupa dalam satuan pack, sementara satuan yang digunakan dalam rangka penyimpanan barang di distribution center Carrefour adalah SKU. Oleh karena itu ketika barang diterima dilakukan pengkonversian satua pack menjadi SKU. Sedangkan penangkapan yang dimaksud adalah proses pengambilan kode dari masin-masing SKU yang telah ditetapkan
e. Put Away Put away atau dalam istilah mudahnya menempatkan persediaan merupakan sebuah proses memindahkan persediaan dari pengangkut ke gudang penyimpanan. Istilah ini juga digunakan untuk pemindahan yang dilakukan di dalam gudang sehingga menjadi lebih efisien. Carrefour menggunakan jenis system directed putaway yang telah terintegrasi dalam perangkat lunak infolog. Keuntungan sistem ini menurut Muehlbauer (2011) adalah sebagai berikut : a. Sistem
ini
meningkatkan
mengikuti
aturan
pemanfaatan
penyimpanan
ruang
dan
persediaan
meningkatkan
untuk
kapasitas
penyimpanan b. Sistem ini secara konsisten mengikuti aturan penyimpanan persediaan untuk membuat proses pengangkutan lebih efisien c. Pekerja gudang tidak harus hafal semua produk yang digudangkan untuk menempatkan produk sesuai dengan kotak penyimpanannya d. Sistem ini lebih cepat karena operator tidak perlu melihat kotak penyimpanan untuk barang yang sama. System directerd putaway memang dirancang dalam kerangka untuk penggunaan satu lokasi penyimpanan terpusat (distribution center). Hal ini sesuai dengan apa yang diterapkan Carrefour dalam pengelolaan gudangnya. Setiap item barang memiliki tempat tertentu sesuai dengan tipe paketnya yang dikenali satuannya sebagai SKU (Stock Keeping Unit). Skema penyimpanannya menggunakan skema pengkodean ABC yang didasarkan pada kecepatan barang. Sederhananya SKU dengan kode A adalah SKU yang dipindahkan lebih sering daripada kode B begitu seterusnya untuk kode C, D, dan seterusnya. Jadi dalam hal ini pengkodean tidak didasarkan pada jenis produknya, berat, dimensi, biaya, pelanggan, maupun pemasoknya. 3.3.2 Perencanaan dan pengadaan persediaan a. Definisi tingkat persediaan Carrefour menetapkan tingkat persediaan yang diperlukan untuk menjalankan operasional hariannya. Namun memang karena Carrefour sendiri menggunakan sistem cross dock yang bersifat just in time sehingga persedian yang ada menjadi sangat minim karena fungsi utama gudang Carrefour adalah
untuk meredisribusi produk (SWA. 2009). Definisi tingkat persediaan ini terbagi dalam tiga tingkatan yaitu : 1. Tingkat persediaan minimum, menurut Qfinance.com (Anonim, 2011a) adalah ukuran persediaan dimana persediaan tidak boleh di bawah ukuran tersebut. Ukuran ini ditetapkan untuk tujuan kontrol. Perhitungan umumnya adalah : Reorder Level - (Average rate of Usage x Average lead time) 2. Tingkat persediaan maksimum, menurut Qfinance.com (Anonim 2011b) adalah ukuran persediaan dimana persediaan tidak boleh di atas ukuran tersebut. Ukuran ini ditetapkan untuk tujuan kontol dan ukuran aktual yang ditahan digudang harus tidak boleh berlebihan. Perhitungan umumnya adalah : Reorder level + economic order quantity-minimum rate of usage x minimum lead time 3. Tingkat Reorder, menurut Qfinance.com (Anonim 2011c) adalah ukuran batas yang telah ditetapkan sebagai pemicu dilakukannya pemesanan baru untuk mencukupi persediaan yang ada. : b. Purchase order on vendor/Stock Transfer order ke gudang lain Distribution center yang dimiliki Carrefour terdapat di dua tempat yaitu di Pondok Ungu dan Lebak Bulus. Sehingga dimungkinkan terjadinya stock transfer antara kedua DC tersebut. Sistem yang digunakan mengontrol proses aliran order para pemasok adalah sistem Central Order Pool (COP). Sistem ini melakukan proses order otomatis dan terpusat berdasarkan posisi stok di gerai dan parameterparameter lain. Untuk melakukan pemesanan barang, Carrefour Indonesia menggunakan sistem Electronic Data Interchange. Jadi secara otomatis jika pemesanan telah dilakukan, pemasok akan menerima purchase order melalui web. Bahkan sebagian pemasok telah mengintegrasikan sistem ini dengan sistem ERP mereka (SWA, 2009).
3.3.3 Operasi Gudang a. Mendefinisi tipe gudang Gudang yang digunakan Carrefour merupka jenis gudang perusahaan yang dimiliki sendiri oleh Carrefour Infonesia. Terdapat dua gudang (distribution center) yaitu DC Pondok Ungu dan DC Lebak Bulus keduanya terhubung dengan 62 gerai hipermarket. b. Manajemen ruang berdasarkan kapasitas dan volume Ukuran gudang memiliki keterbatasan oleh karena itu dibutuhkan pengaturan agar setiap bagiannya dapat termanfaatkan dengan baik. c. Cycle count dan stock adjustment Cycle count menurut Murray (2011) merupakan suatu solusi perhitungan persediaan yang memungkinkan perusahaan untuk menghitung sejumlah area dalam gudang tanpa harus menghitung keseluruhan persediaan yang ada. Terdapat 3 tipe cycle count yang umum digunakan yaitu : a. Control Group b. Random sampel c. ABC Analysis Carrefour Indonesia dalam hal kemungkinan besar menggunakan ABC Analysis karena pengkodean SKU juga menggunakan sistem ABC. d. Order Lot/ Batch Control Kontrol yang dilakukan berdasarkan SKU yang telah ditetapkan e. Retur Penjualan Carrefour tidak menanggung retur penjualan, biaya akibat retur penjualan ini dibebankan kepada pemasok sehingga dalam hal ini Carrefour sangat diuntungkan. Ditambah lagi adanya berbagai aturan mengikat lainnya.
3.3.4 Outbond Logistics
Gambar 2. Outbound Logistics Outbond logistics menurut businessdictionary.com (Anonim, 2011d) merupakan upaya pergerakan material yang terdiri atas proses penyimpanan, pengangkutan, dan pendistribusian barang ke pelanggan. Pelanggan bagi sistem outbound logistics Carrefour yang dimaksud adalah gerai-gerai Carrefour yang tersebar di seluruh Indonesia. Aktivitas outbound logistics meliputi : a. Penangkapan pesanan pembeli, distribusi, dan penjualan b. Pembuatan daftar angkut berdasarkan aturan angkut dan konfirmasi angkut c. Konfirmasi pemuatan dan pengiriman d. Pembuatan invoice dan packs 3.3.5 Pelaporan Laporan yang dibuat untuk keperluan manajemen dan teknis terdiri atas laporan sebagai berikut : a. Resep dan pengiriman b. Buku besar dan laporan persediaan c. Daftar angkut dan daftar kemas d. Invoice e. Laporan saran lokasi penyimpanan
f. Laporan saran persediaan SKU g. Laporan cycle count h. Laporan Fullfillment i. Lokasi kosong j. Kartu stok 3.4 Langkah Carrefour di masa depan Prospek pasar ritel yang akan tumbuh terus di masa depan merupakan harapan yang baik untuk pertumbuhan Carrefour Indonesia ke depannya.Carrefour Indonesia dapat tumbuh dengan baik apabila menggunakan strategi yang tepat. Investasi awal di bidang IT merupakan kebijakan yang tepat. Carrefour dapat meningkatkan efisiensi dan tingkat kepuasan pelanggan dengan lebih baik dengan berinvestasi lebih serius di bidang IT yaitu dengan menerapkan e-business secara lebih menyeluruh. Langkah ini sudah dimulai juga dengan adanya kartu belanja Carrefour yang dari sisi e-business merupakan perangkat untuk membangung relasi yang lebih baik dan lebih dekat dengan pelanggan. Konsep yang jelas telah ditunjukkan oleh O’Brien (2010) sebagai gambaran bagaimana implementasi e-businees dalam bentuk cross-functional enterprise system. O’Brien (2010) memberikan ilustrasi cross-functional enterprise system dalam enterprise application architecture seperti terlihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Enterprise Application Architecture
Gambar 3 menunjukkan bagaimana keterhubungan antar sistem. Sistem yang terhubung, selain tentunya supply chain management yang telah diterapkan Carrefour, juga termasuk costumer relationship management, knowledge managemen, dan partners relationship management. Keseluruhan sistem ini akan terhubung ke sistem utama yaitu enterprise resource planning yang merupakan tulang punggung dari keseluruhan proses yang ada. Dengan berinvestasi secara optimal di IT ini Carrefour Indonesia akan mampu bersaing lebih baik di masa depan bahkan bukan tidak mungkin menjadi pemimpin pasar ritel di Indonesia.
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Carrefour telah ada di Indonesia sejak Tahun 1998 dengan konsep hypermarket. Saat ini telah memiliki lebih dari 60 gerai di Indonesia. Kepemilikan sahamnya dimiliki mayoritas oleh sebuah perusahaan Indonesia yaitu Trans Corp. Carrefour berbisnis dengan tiga pilar utama yaitu harga yang bersaing, pilihan yang lengkap, dan pelayanan yang memuaskan. Carrefour mulai menerapkan e-business secara serius pada bulan Juli 2007. Diawali dengan investasi perangkat lunak infolog untuk memperbaiki supply chain management Carrefour Indonesia. Penerapannya berdampak pada perubahan sistem distribusi tersentralisasi dengan dibangunnnya distribution center (DC) Lebak Bulus dan Pondok Ungu. Terdapat 5 fungsi supplay chain management yang ditangani perangkat lunak ini yaitu inbound logistics, perencanaan dan pengadaan persediaan, operasi gudang, outbound logistic dan pelaporan. Carrefour harus berani berinvestasi lebih di bidang teknologi informasi untuk menghadapi persaingan di masa depan. Investasi ini ditujukan untuk penerapan ebusiness yang lebih integratif dengan menghubungkan antara supply chain management, costumer relationship management, partnership relationship management, enterprise resource planning dan knowledge management system. 4.2 Saran Pengkajian terhadap Carrefour Indonesia dapat dilakukan lebih lanjut untuk mengkaji berbagai alternatif sistem dan perangkat lunak yang dapat diterapkan dalam mendukung penerapan e-business yang lebih komperhensif.
DAFTAR PUSTAKA Altavilla G. 2010. Improve Your Delivery Process with Advanced Shipping Notification. http://www.scmexpertonline.com/article.cfm?id=5092 diakses tanggal 6 Juli 2011. Anonim. 2011a. Minimum Inventory Level. http://www.qfinance.com/ dictionary/minimuminventory-level diakses tanggal 6 Juli 2011. Anonim. 2011b. Maximum Inventory Level. http://www.qfinance.com/ dictionary/maximuminventory-level diakses tanggal 6 Juli 2011. Anonim. 2011c. Reorder Level. http://www.qfinance.com/dictionary/reorder-level diakses tanggal 6 Juli 2011. Anonim. 2011d. Outbond Logistics. http://www.businessdictionary.com/definition/outboundlogistics.html diakses 6 Juli 2011. Hackathorn R. 2007. Dimensions of Enterprise System : Is the Term Losing its Meaning. http://www.b-eye-network.com/view/6498 diakses tanggal 5 Juli 2011. Joewono H. 2010. Memenangkan Persaingan di Bisnis Ritel. Majalah Adinfo tanggal 10 Agustus 2010. http://adinfopluit.blogspot.com/2010/08/memenangkan-persaingandi-bisnis-ritel.html diakses tanggal 5 Juli 2011. Joshi K. 1998. Cross Functional Integration : The Role of Information System. Journal of Information Technology Management, 9(3): pp. 21-29. Krajewski LJ, Ritzman LP, dan Malhotra MK. 2007. Operation Management Process and Value Chains Eight Edition. Pearson Education Inc., New Jersey. Muehlbauer B. 2011. System http://www.distributionstrategies.net/uploads/ diakses tanggal 6 Juli 2011. Murray
Directed Putaway. System_Directed_Putaway.pdf
M. 2011. Cycle Counting in The Warehouse. http://logistics.about.com/od/operational supplychain/a/cycle_counting.htm diakses tanggal 6 Juli 2011.
O’Brien JA. 2010. Intoduction to Information System : Fiftenth Edition. Mc-Graw Hill, USA. Porter. 1985. The Value Chain. http://www.netmba.com/strategy/value-chain/ diakses tanggal 6 Juli 2011. SAMS-DCIS. 2011. Management Information System. Handout Kuliah Departemen Komputer dan Sistem Informasi Akademi Sadat. Setrawati N. 2011. Persaingan Ritel Asing dan Lokal 'Memanas' di 2011. http://finance.detik.com/ read/ 2011/01/07/101334/1541436/1036/persaingan-ritelasing-dan-lokal-memanas-di 2011?f9911033 diakses tanggal 5 Juli 2011
Stock JR dan Lambert DM. 2001. Strategic Logistic Management Fourth Edition. McGrawHill Irwin, Singapore. SWA. 2009. Majalah Online. Muluskan Distribusi Jutaan Barang. http://swa.co.id/2009/04/ muluskan-distribusi-jutaan-barang/ diakses tanggal 4 Juli 2011.