UJIAN AKHIR TRIWULAN I Mata Kuliah : Sistem Informasi Manajemen Dosen : Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc(CS) Waktu Penyerahan : 2 April 2012
Oleh: Dian Lestari Pujiastuti (R-47: P056111131.47)
PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN DAN BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
KATA PENGANTAR
Apa yang perlu dilakukan dalam pembangunan sistem informasi agar software penunjang sistem informasi yang dibangun tersebut memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan oleh ISO? Langkah apa saja yang harus dilakukan untuk pembangunan sistem informasi terintegrasi bagi suatu perusahaan di tempat? Permasalahan tersebut adalah sebagian dari pertanyaan yang diajukan sebagai Ujian Akhir Triwulan (UAT) I mata kuliah Sistem Informasi Manajemen (SIM). Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu memberikan penjelasan jawaban dari pertanyaan yang diberikan dalam rangka Ujian Akhir Triwulan (UAT) I mata kuliah Sistem Informasi Manajemen (SIM). Akhir kata, puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas karunia-Nya lah kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini dengan baik. Terimakasih kepada Dosen Sistem Informasi Manajemen serta semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini, dan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembacanya.
Bogor, 2 April 2012
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .....................................................................................................
i
DAFTAR ISI...................................................................................................................
ii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................
iii
DAFTAR TABEL ...........................................................................................................
iii
1. PENDAHULUAN .....................................................................................................
1
1.1.
Latar Belakang .............................................................................................
1
1.2.
Tujuan ..........................................................................................................
1
2. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................
2
2.1.
Rekayasa Perangkat Lunak ..........................................................................
2
2.2.
Pembangunan Sistem Informasi ...................................................................
4
3. PERTANYAAN DAN JAWABAN ............................................................................
6
3.1.
Jelaskan atribut-atribut dari software yang berkualitas? Apa yang perlu dilakukan dalam pembangunan sistem informasi agar software penunjang sistem informasi yang dibangun tersebut memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan oleh ISO? ...........................................................................
3.2.
Mengapa kita perlu memperhatikan faktor “maintainaibility” dari suatu software? Jelaskan urgensinya! ....................................................................
3.3.
8
Apa-apa saja yang perlu diperhatikan bila organisasi mengambil kebijakan outsourcing dalam pengembangan sistem informasinya? Jelaskan! .............
3.4.
6
9
Kalau anda dipercaya untuk memimpin pembangunan sistem informasi terintegrasi bagi perusahaan di tempat anda bekerja langkah apa saja yang akan anda lakukan? Jelaskan!...................................................................... 13
4. KESIMPULAN ......................................................................................................... 17 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 18
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Ruang lingkup Rekayasa Perangkat Lunak .................................................
2
Gambar 2. System Development Life Cycle (SDLC) .....................................................
5
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Standar Pengukuran Kualitas Software .......................................................
6
Tabel 2.
Karakteristik software berkualitas menurut ISO 9126 ..................................
7
Tabel 3.
Faktor dan Kriteria dalam Kualitas Perangkat Lunak ...................................
8
iii
1. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Semakin berkembangnya perusahaan maka kebutuhan akan informasi
semakin luas, serta volume pengolahan data semakin meningkat. Salah satu alat pendukung hal tersebut yaitu adanya pembangunan sistem informasi berbasis komputer yang terintegrasi. Pembangunan sistem ini akan memiliki dampak yang cukup efektif dalam hal kemudahan, kecepatan, ketepatan, dan keakuratan mendapatkan informasi. Sistem informasi yang aman sangat diperlukan untuk kegiatan bisnis seharihari. Sistem informasi yang aman bisa memberikan tingkat kepercayaan yang tinggi kepada pengguna sehingga bisa memberi nilai tambah dan daya guna bagi sistem itu sendiri. Pengguna akan merasa nyaman dan aman ketika berhubungan dengan sistem informasi kita yang selanjutnya bisa menguntungkan bisnis kita. Keamanan sistem infromasi yang berbasis komputer dapat dicapai salah satu diantaranya melalui penggunaan metode pengembangan sistem yang benar. Paper ini diharapkan akan memberikan pemahaman tentang pengembangan sistem informasi sebagai solusi perusahaan, melalui pertanyaan atau permasalahan yang sudah ditentukan. 1.2.
Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk memahami materi kuliah
sekaligus memberikan penjelasan jawaban dari pertanyaan yang diberikan dalam rangka Ujian Akhir Triwulan (UAT) I mata kuliah Sistem Informasi Manajemen (SIM).
1
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Rekayasa Perangkat Lunak
2.1.1. Pengertian Perangkat lunak adalah seluruh perintah yang digunakan untuk memproses informasi. Perangkat lunak dapat berupa program atau prosedur. Program adalah kumpulan perintah yang dimengerti oleh komputer sedangkan prosedur adalah perintah yang dibutuhkan oleh pengguna dalam memproses informasi (O’Brien, 2011). Sedangkan usaha untuk mengatasi permasalahan dalam perangkat lunak dilakukan melalui Rekayasa Perangkat Lunak atau Software Engineering. Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) didefinisikan sebagai penerapan pengetahuan keilmuan secara praktis dalam perancangan dan pengembangan program dan dokumentasi terkait yang diperlukan untuk mengembangkan, mengoperasikan dan memelihara program-program tersebut. 2.1.2. Tujuan dan Ruang Lingkup RPL Tujuan RPL adalah: a. memperoleh biaya produksi perangkat lunak yang rendah b. menghasilkan pereangkat lunak yang kinerjanya tinggi, andal dan tepat waktu c. menghasilkan perangkat lunak yang dapat bekerja pada berbagai jenis platform d. menghasilkan perangkat lunak yang biaya perawatannya rendah Sedangkan ruang lingkup RPL dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Ruang lingkup Rekayasa Perangkat Lunak
2
Software requirements berhubungan dengan spesifikasi kebutuhan dan persyaratan perangkat lunak Software design mencakup proses penampilan arsitektur, komponen, antar muka, dan karakteristik lain dari perangkat lunak Software construction berhubungan dengan detail pengembangan perangkat lunak, termasuk algoritma, pengkodean, pengujian dan pencarian kesalahan Software testing meliputi pengujian pada keseluruhan perilaku perangkat lunak Software maintenance mencakup upaya-upaya perawatan ketika perangkat lunak telah dioperasikan Software configuration management berhubungan dengan usaha perubahan konfigurasi perangkat lunak untuk memenuhi kebutuhan tertentu Software
engineering
management
berkaitan
dengan
pengelolaan
dan
pengukuran RPL, termasuk perencanaan proyek perangkat lunak Software engineering tools and methods mencakup kajian teoritis tentang alat bantu dan metode RPL Software engineering process berhubungan dengan definisi, implementasi pengukuran, pengelolaan, perubahan dan perbaikan proses RPL Software quality menitik beratkan pada kualitas dan daur hidup perangkat lunak
2.1.3. Model Proses Pengembangan Perangkat Lunak Proses pengembangan perangkat lunak terdiri atas beberapa model, antara lain sebagai berikut: a. Code and Fix Model ini terdiri atas tahapan Code (Pemrograman) dan Fix (Perbaikan/ Pemeliharaan) dengan kriteria transisi berupa Code (Program). Model proses ini merupakan proses pengembangan perangkat lunak pada awal era pengolahan data yang memiliki ciri menggunakan 3GL atau lebih rendah dan biaya pemeliharaan yang besar. b. System Development Life Cycle (SDLC) Model ini terdiri atas tahapan investigasi, analisa, perancangan, pengkodean, pengoperasian, dan pemeliharaan. Kriteria transisi yang digunakan adalah dokumentasi sehingga sering dikenal sebagai “Document Driven Software Process”.
3
Model SDLC ini
merupakan perbaikan dari code and fix, dan sampai saat ini
merupakan salah satu proses perangkat lunak yang paling banyak digunakan. c. Prototyping Model ini memiliki tahapan: identifikasi kebutuhan awal, prototyping, penggunaan
dan
evaluasi
prototipe
(feedback),
revisi
prototyping,
penerimaan/persetujuan end user, implementasi sistem, operasionalisasi dan pemeliharaan. Kriteria transisi yang digunakan adalah code (program) sehingga sering dikenal sebagai “Code Driven Software Process”. Model prototyping merupakan salah satu proses perangkat lunak yang mulai banyak digunakan saat ini. Model ini banyak memanfaatkan 4GL dan Application Generator. Bila dibandingkan dengan SDLC, model prototyping memiliki produktivitas lebih baik namun kelengkapan fungsi dari sistem dan keterpaduan (integrasi) sistem kurang baik. d. Spiral Model ini memiliki tahapan: determine, objectives, alternatives, dan constraints. Kriteria transisi yang digunakan adlaah dokumen hasil analisa resiko, sehingga sering dikenal sebagai “Risk Driven Software Process”. Model ini merupakan kombinasi SDLC, Prototyping dan Risk Analysis dan digunakan untuk pengembangan proyek yang berskala besar, dengan memperhatikan pengaruh resiko dilihat dari segi finansial maupun keamanan (jiwa manusia). e. CASE CASE (Computer Aided Software Engineering) adalah adalah metode berbasis proses pengembangan perangkat lunak yang didukung oleh perangkat keras dan perangkat lunak. 2.2.
Pembangunan Sistem Informasi Pengembangan sistem informasi merupakan proses pengembangan sistem
untuk menghasilkan sistem informasi dimana pengembangan sistem ini digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan pengelolaan dan pengendalian komponen sistem informasi meliputi sumber daya manusia, hardware, software, jaringan, sumberdaya data dan produk informasi. Pengembangan software merupakan bagian dari pengembangan sistem informasi, sedangkan pengembangan sistem informasi merupakan pengembangan 4
total terhadap seluruh komponen yang membentuk sistem informasi yang terdiri dari komponen sumber daya manusia, hardware, software, jaringan, sumberdaya data dan produk informasi. Saat ini metode pengembangan sistem yang umum digunakan adalah metode pengembangan System Development Life Cycle (selanjutnya disingkat SDLC).
Gambar 2. System Development Life Cycle (SDLC)
5
3. PERTANYAAN DAN JAWABAN
3.1.
Jelaskan atribut-atribut dari software yang berkualitas? Apa yang perlu dilakukan dalam pembangunan sistem
informasi agar
software
penunjang sistem informasi yang dibangun tersebut memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan oleh ISO? Kualitas perangkat lunak dapat dilihat dari sudut pandang proses pengembangan perangkat lunak (process) dan hasil produk yang dihasilkan (product). Dan penilaian ini tentu berorientasi akhir ke bagaimana suatu perangkat lunak dapat dikembangkan sesuai dengan yang diharapkan oleh pengguna. Hal ini berangkat dari pengertian kualitas (quality) menurut IEEE Standard Glossary of Software Engineering Technology yang dikatakan sebagai: The degree to which a system, component, or process meets customer or user needs or expectation. Dari sudut pandang produk, pengukuran kualitas perangkat lunak dapat menggunakan standard dari ISO 9126 atau best practice yang dikembangkan para praktisi dan pengembang perangkat lunak. Sedangkan dari sudut pandang proses, standard ISO 9001 dapat digunakan untuk mengukur kualitas perangkat lunak. Dan diskusi tentang ini berkembang dengan munculnya tema kajian tentang CMM (The Capability Maturity Model) yang dikembangkan di Software Engineering Institute, Carnegie Mellon University serta beberapa kajian lain seperti SPICE (Software Process Improvement and Capability dEtermination) dan BOOTSTRAP. CMM, SPICE dan BOOTSTRAP mengukur kualitas perangkat lunak dari seberapa matang proses pengembangannya.
Tabel 1. Standar Pengukuran Kualitas Software
Di lain pihak, taksonomi McCall adalah best practice yang cukup terkenal dan diterima banyak pihak, ditulis oleh J.A. McCall
dalam technical report yang
dipublikasikan tahun 1977.
6
Tabel 2. Karakteristik software berkualitas menurut ISO 9126 Karakteristik
Sub karakteristik
Functionality: software untuk menjalankan
Suitability, Accuracy,
fungsinya
sebagaimana
kebutuhan
Interoperability,Security
sistemnya Reliability:
Kemampuan
software
untuk
dapat tetap tampil sesuai dengan fungsinya
Maturity, Fault tolerance, Recoverability
ketika digunakan Usability:
Kemampuan
software
untuk
mudah dimengerti, dipelajari, digunakan dan disukai pengguna Efficiency:
Understandability, Learnability, Operability, Attractiveness
Kemampuan
software
untuk
menampilkan performans relatif terhadap
Time Behavior, Resource Utilization
penggunaan sumberdaya Maintainability: Kemampuan software untuk dimodifikasi (koreksi,adaptasi,perbaikan) Portability:
Kemampuan
software
ditransfer
dari
lingkungan
satu
Analyzability, Changeability, Stability, Testability
untuk
Adaptability, Installability
ke
lingkungan lain
Pendekatan engineering menginginkan bahwa kualitas perangkat lunak ini dapat diukur secara kuantitatif, dalam bentuk angka-angka yang mudah dipahami oleh manusia. Untuk itu perlu ditentukan parameter atau atribut pengukuran. Menurut taksonomi McCall (1977), atribut tersusun secara hirarkis, dimana level atas (high-level attribute) disebut faktor (factor), dan level bawah (low-level attribute) disebut dengan kriteria (criteria). Faktor menunjukkan atribut kualitas produk dilihat dari sudut pandang pengguna. Sedangkan kriteria adalah parameter kualitas produk dilihat dari sudut pandang perangkat lunaknya sendiri. Faktor dan kriteria ini memiliki
7
hubungan sebab akibat (cause-effect). Tabel 3 menunjukkan daftar lengkap faktor dan kriteria dalam kualitas perangkat lunak menurut McCall (1977).
Tabel 3. Faktor dan Kriteria dalam Kualitas Perangkat Lunak
3.2.
Mengapa kita perlu memperhatikan faktor “maintainaibility” dari suatu software? Jelaskan urgensinya!
Urgensi
maintainability
dari
suatu
software
adalah
pentingnya
perawatan/pemeliharaan dan pengembangan suatu software. Tujuannya adalah agar
software selalu dalam keadaan siap pakai. Dalam waktu tertentu tidak menutup kemungkinan software mengalami kerusakan atau perlu disempurnakan lagi disitulah pentingnya maintainability. Menurut Shach (1999), dari keseluruhan fase kehidupan suatu software, pemeliharaan membutuhkan biaya terbanyak sampai dengan sebesar 67% dari keseluruhan fase. Seperti yang terlihat pada tabel Tabel 2 tentang karakteristik software berkualitas menurut ISO 9126 diatas, karakteristik Maintanability terdiri dari sub-sub karakteristik lain seperti Analyzability, Changeability, Stability, dan Testability. Berdasarkan
uraian
diatas
maka,
terdapat
tiga
alasan
pentingnya
pemeliharaan sistem atau system maintenance:
8
1. Memperbaiki Kesalahan (Correcting Errors) Maintenance dilakukan untuk mengatasi kegagalan dan permasalahan yang muncul saat sistem dioperasikan. Sebagai contoh, maintenace dapat digunakan untuk mengungkapkan kesalahan pemrograman (bugs) atau kelemahan selama proses pengembangan yang tidak terdeteksi dalam pengujian sistem, sehingga kesalahan tersebut dapat diperbaiki. 2. Menjamin dan Meningkatkan Kinerja Sistem (Feedback Mechanism) Kajian
pasca
implementasi
sistem
merupakan
salah
satu
aktivitas
maintenance yang meliputi tinjauan sistem secara periodik. Tinjauan periodik atau audit sistem dilakukan untuk menjamin sistem berjalan dengan baik, dengan cara memonitor sistem secara terus-menerus terhadap potensi masalah atau perlunya perubahan terhadap sistem. Sebagai contoh, saat user menemukan errors pada saat sistem digunakan, maka user dapat memberi umpan balik atau feedback kepada spesialis informasi guna meningkatkan kinerja sistem. Hal ini yang menjadikan system maintenance perlu dilakukan secara berkala, karena system maintenance akan senantiasa memastikan sistem baru yang di implementasikan berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan penggunaanya melalui mekanisme umpan balik. 3. Menjaga Kemutakhiran Sistem (System Update) Selain sebagai proses perbaikan kesalahan dan kajian pasca implementasi, sistem maintenance juga meliputi proses modifikasi terhadap sistem yang telah dibangun karena adanya perubahan dalam organisasi atau lingkungan bisnis. Sehingga, system maintenance menjaga kemutakhiran sistem (system update) melalui modifikasi-modifikasi sistem yang dilakukan. Secara singkat, system maintenance menjadi urgen karena pada system maintenance terjadi usaha perbaikan secara berkelanjutan untuk mempertemukan kebutuhan organisasi terhadap sistem dengan kinerja sistem yang telah dibangun.
3.3.
Apa-apa saja yang perlu diperhatikan bila organisasi mengambil kebijakan outsourcing dalam pengembangan sistem informasinya? Jelaskan! Dalam mengambil kebijakan outsourcing dalam pengembangan sistem
informasinya, perusahaan harus mempertimbangkan berbagai hal termasuk 9
keuntungan dan kelemahan outsourcing dan aturan baku tahapan outsourcing life cycle seperti dijelaskan berikut ini. Outsourcing
merupakan
penyerahan
tugas
atau
pekerjaan
yang
berhubungan dengan operasional perusahaan ataupun pengerjaan proyek kepada pihak ketiga atau perusahaan ketiga dengan menetapkan jangka waktu tertentu dan biaya tertentu dalam proses pengembangan proyeknya. Outsourcing TI atau pengadaan sarana dan jasa TI oleh pihak ketiga merupakan kebijakan strategis perusahaan yang berpengaruh terhadap proses bisnis dan bentuk dukungan TI yang akan diperoleh. Alasan terkuat yang mendorong organisasi untuk menggunakan outsourcing yaitu tingkat persaingan bisnis yang semakin meningkat. Tingkat persaingan bisnis meningkat dengan meningkatnya kebutuhan teknologi informasi yang dapat meningkatkan nilai bisnis, ini dapat dicerminkan dalam karakteristik strategik secara umum memiliki beberapa faktor yaitu : cost leadership, differentiation, dan focus. Menurut O’Brien dan Marakas (2011), beberapa pertimbangan perusahaan untuk memilih strategi outsourcing sebagai alternatif dalam mengembangkan Sistem Informasi Informasi diantaranya: 1. Biaya pengembangan sistem sangat tinggi. 2. Resiko tidak kembalinya investasi yang dilkukan sangat tinggi. 3. Ketidakpastian untuk mendapatkan sistem yang tepat sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. 4. Faktor waktu/kecepatan. 5. Proses pembelajaran pelaksana sistem informasi membutuhkan jangka waktu yang cukup lama. 6. Tidak adanya jaminan loyalitas pekerja setelah bekerja cukup lama dan terampil Menurut Pasaribu (2010), hal-hal yang menjadi pertimbangan perusahaan memilih outsourcing adalah: harga, reputasi yang baik dari pihak provider outsourcing, tenaga kerja yang dimiliki oleh pihak provider outsourcing, pengetahuan pihak provider mengenai bentuk dari kegiatan bisnis perusahaan, pengalaman pihak provider outsource, eksistensi, dan lain-lain. Selain itu, hal-hal yang perlu diperhatikan perlu diperhatikan bila organisasi mengambil kebijakan outsourcing dalam pengembangan sistem informasinya, sebagai berikut: 10
•
Menentukan pengembang yang ditunjuk untuk membangun sistem informasi dengan hati-hati. Sebaiknya, pihak luar yang dipilih memang benar-benar telah berpengalaman.
•
Menandatangani kontrak. Kontrak dimaksudkan sebagai pengikat tanggung jawab dan dapat dijadikan sebagai pegangan dalam melanjutkan atau menghentikan proyek jika terjadi masalah selama masa pengembangan.
•
Merencanakan dan memonitor setiap langkah dalam pengembangan agar keberhasilan proyek benar-benar tercapai. Kontrol perlu diterapkan pada setiap aktivitas dengan maksud agar pemantauan dapat dilakukan dengan mudah.
•
Menjaga komunikasi yang efektif antara personil dalam perusahaan dengan pihak pengembang dengan tujuan agar tidak terjadi konflik atau hambatan selama proyek berlangsung.
•
Mengendalikan biaya dengan tepat dengan misalnya memperhatikan proporsi pembayaran berdasarkan persentasi tingkat penyelesaian proyek. Ada beberapa keunggulan atau keuntungan menggunakan outsourcing, dan
juga
kelemahan
menggunakan
outsourcing.
Keunggulan
atau
keuntungan
menggunakan outsourcing antara lain (Jogiyanto, 2003). 1. Biaya teknologi yang semakin meningkat dan akan lebih murah jika perusahaan tidak berinvestasi lagi tetapi menyerahkannya kepada pihak ketiga dalam bentuk outsourcing yang lebih murah dikarenakan outsourcer menerima jasa dari perusahaan lainnya sehingga biaya tetap outsourcer dapat dibagi beberapa perusahaan. 2. Mengurangi waktu proses, karena beberapa outsourcer dapat dipilih untuk bekerja bersama-sama menyediakan jasa ini kepada perusahaan. 3. Jasa yang diberikan oleh outsourcer lebih berkualitas dibandingkan dikerjakan sendiri secara internal, karena outsourcer memang spesialisasi dan ahli dibidang tersebut. 4. Perusahaan tidak mempunyai pengetahuan tentang sistem teknologi ini dan pihak outsourcer mempunyainya. 5. Perusahaan merasa tidak perlu dan tidak ingin melakukan transfer teknologi dan transfer pengetahuan yang dimiliki outsourcer. 6. Meningkatkan fleksibilitas untuk melakukan atau tidak melakukan investasi. 7. Mengurangi resiko kegagalan investasi yang mahal. 11
8. Penggunaan sumber daya sistem informasi belum optimal. Jika ini terjadi, perusahaan hanya menggunakan sumber daya sistem yang optimal pada saatsaat tertentu saja, sehingga sumber daya sistem informasi menjadi tidak dimanfaatkan pada waktu yang lainnya. 9. Perusahaan dapat menfokuskan pada pekerjaan lain yang lebih penting. Disamping kelebihan-kelebihan yang diberikan oleh outsourcing, beberapa kelemahan juga perlu diperhatikan diantaranya: 1. Jika aplikasi yang di outsource adalah aplikasi yang strategic maka dapat ditiru oleh pesaingnya yang juga dapat menjadi klien dari outsourcer yang sama. 2. Perusahaan akan kehilangan kendali terhadap aplikasi yang di outsource-kan. Jika aplikasinya adalah aplikasi kritikal yang harus ditangani jika terjadi gangguan, perusahaan akan menanggung resiko keterlambatan penanganan jika aplikasi ini di outsource-kan karena kendali ada di outsourcer yang harus dihubungi terlebih dahulu. 3. Jika kekuatan menawar ada outsourcer, perusahaan akan kehilangan banyak kendali di dalam memutuskan sesuatu apalagi jika terjadi konflik diantaranya 4. Perusahaan
akan
kehilangan
keahlian
dari
belajar
membangun
dan
mengoperasikan aplikasi tersebut. 5. Pelanggaran kontrak, yang banyak terjadi ketika vendor menjanjikan banyak hal sebelum kontrak ditanda tangani, namun tidak dapat direalisasikan ketika kontrak sudah berjalan. 6. Kontrak jangka panjang, dimana vendor menawarkan kontrak dalam jangka waktu yang relatif panjang, dengan biaya mahal dan penalti pemutusan kontrak sehingga perusahaan tidak memiliki pilihan selain menjalankan kontrak sampai selesai. Bila perusahaan melakukan keputusan untuk melaksanakan outsourcing, IT Governance Institute (2005) memberikan aturan baku untuk outsourcing yang memiliki tahapan outsourcing life cycle sebagai berikut : 1. Kesesuaian penandatanganan kontrak dan penandatanganan proses yang diselesaikan. 2. Persetujuan Service Level Agreement (SLA) 3. Proses Opersional yang dikembangkan 4. Transisi tahapan layanan dan waktu pembayaran 12
5. Tim operasional, artikulasi yang jelas hubungan dan interface 6. Transisi dan Transformasi rencana penyelesaian 7. Undang-undang sukses, bonus dan penalti 8. Konsensus dalam menentukan tanggung jawab 9. Penilaian kelanjutan kinerja dan gaya supplier outsource
3.4.
Kalau anda dipercaya untuk memimpin pembangunan sistem informasi terintegrasi bagi perusahaan di tempat anda bekerja langkah apa saja yang akan anda lakukan? Jelaskan! Saat ini metode pengembangan sistem yang umum digunakan adalah
metode pengembangan System Development Life Cycle (SDLC). SDLC adalah langkah-langkah dalam pengembangan sistem informasi. SDLC menyediakan framework yang lengkap untuk aktivitas rekayasa bentuk dan pembangunan sistem informasi yang formal. Penggunaan SDLC yang memadai akan menghasilkan sistem informasi yang berkualitas. Penggunaan SDLC akan lebih optimal jika dilengkapi dengan berbagai teknik pengembangan sistem. Jumlah langkah SDLC pada referensi lain mungkin berbeda, namun secara umum adalah sama. Langkah-langkah SDLC tersebut meliputi: 1. Perencanaan Sistem Informasi. Perencanaan sistem informasi akan memberikan manfaat dalam bentuk: a. Pendefinisian ruang lingkup pengembangan sistem informasi b. Identifikasi potensial masalah c. Pengaturan urutan tugas pengembangan sistem informasi d. Pengendalian Tahap-tahapan perencanaan sistem informasi meliputi: a. Mengenali Masalah b. Mendefinisikan Masalah c. Menetapkan Tujuan Sistem d. Mengidentifikasi Hambatan Sistem e. Melaksanakan Studi Kelayakan f.
Membuat Proposal Studi Sistem
g. Menerima atau Menolak Usulan Projek h. Membuat Mekanisme Kontrol 13
2. Analisis Sistem Informasi. Analisis sistem informasi adalah telaah atas sistem berjalan dengan tujuan untuk mendesain sistem baru atau menyempurnakan sistem lama. Rincian tujuan dari tahapan analisis sistem informasi adalah untuk: a. Membuat keputusan apabila sistem saat ini mempunyai masalah atau sudah tidak berfungsi secara baik dan hasil analisisnya digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki sistem b. Mengetahui ruang lingkup pekerjaannya yang akan ditanganinya c. Memahami sistem yang sedang berjalan saat ini d. Mengidentifikasi masalah dan mencari solusinya Tahap-tahapan analisis sistem informasi meliputi: a. Mengkomunikasikan Telaah Analisis b. Menyiapkan Tim c. Mendefinisikan Kebutuhan Informasi Tujuan dari mendefinisikan kebutuhan informasi adalah untuk mendeteksi sistem, apabila sistem saat ini semakin berkurang manfaatnya (memburuk). Hasil dari tahapan mendefinisikan kebutuhan informasi adalah laporan pendahuluan
tentang
permasalahan
yang
terjadi
dalam
sistem.
Pengumpulan kebutuhan informasi dapat dilakukan melalui beberapa cara seperti: wawancara, observasi, pencarian data dan survey. d. Investigasi Awal Tujuan investigasi awal adalah untuk memeriksa sistem saat ini dengan penekanan pada daerah-daerah yang menimbulkan permasalahan. Hasil investigasi awal adalah penjelasan sistem saat ini. e. Requirement Analysis (Determination of Ideal Systems) Tahapan ini bertujuan untuk mendapatkan konsensus dari komunitas pemakai dari sistem informasi yang ideal. Sebuah penggantian sistem akan menimbulkan jarak antara sistem saat ini dengan sistem yang ideal (yang mengacu ke komputerisasi). Sedangkan hasil dari tahapan ini adalah penjelasan kebutuhan analisis terhadap sistem. f.
Menyiapkan Proposal Desain Sistem
g. Menerima atau Menolak Desain Sistem
14
3. Desain Sistem Informasi. Desain sistem informasi adalah penentuan proses dan kebutuhan data dari sistem yang baru. Tahap-tahapan desain sistem informasi meliputi: a. Penyiapan Rincian Desain Sistem b. Mengidentifikasi Konfigurasi Alternatif Sistem Tujuan dari tahapan ini adalah menggali (explore) perbedaan dari alternatif sistem dalam mengurangi jarak (gap) antara sistem saat ini dengan sistem idealnya. Hasil dari tahapan ini adalah dokumen-dokumen tentang alternatif sistem yang akan digunakan untuk memperbaiki sistem. c. Mengevaluasi Konfigurasi Alternatif Sistem Tujuan dari tahapan ini adalah membandingkan alternatif-alernatif sistem dengan menggunakan metodologi terstruktur. Hasil dari tahapan ini adalah hasil-hasil dari studi sistem. d. Memilih Konfigurasi Sistem yang Terbaik e. Menyiapkan Proposal Implementasi f.
Menerima atau Menolak Implementasi Sistem
4. Implementasi Sistem Informasi. Implementasi sistem informasi adalah penentuan proses dan kebutuhan data dari sistem yang baru Tahap-tahapan implementasi sistem informasi meliputi: a. Perencanaan Implementasi b. Mengkomunikasikan Implementasi c. Memperoleh Sumberdaya Hardware d. Memperoleh Sumberdaya Software e. Menyiapkan Database f.
Menyiapkan Fasilitas Fisik
g. Pelatihan Pelatihan terdiri dari dua jenis yaitu pelatihan kelas dan asistensi. h. Menyiapkan Proposal Cutover Cutover sistem lama oleh sistem baru harus jelas. Tujuan dari cutover adalah merubah pemakaian sistem lama ke sistem baru dari sistem informasi yang berhasil dibangun. Perubahan sistem merupakan tanggungjawab tim 15
designer ke pemakai. Hasil dari cutover adalah rencana (jadwal dan metode) perubahan sistem. 5. Pemakaian Sistem Informasi Tahap-tahapan pemakaian sistem informasi meliputi: a. Penggunaan Sistem b. Audit Sistem c. Pemeliharaan Sistem Meliputi perbaikan error, modifikasi, dan penyempurnaan sistem. d. Menyiapkan Proposal Rekayasa Sistem e. Menerima atau Menolak Rekayasa Sistem
Dalam
perkembangannya
SDLC
dilengkapi
oleh
berbagai
teknik
pengembangan sistem, antara lain: Prototyping, Waterfall, Spiral, V Model, Formal Method, Extreme Programming. Waterfall merupakan metode yang sering digunakan oleh penganalisa sistem pada umumnya. Model ini melakukan pendekatan secara sistematis dan urut mulai dari level kebutuhan sistem lalu menuju ke tahap analisis, desain, coding, testing / verification, dan maintenance. Disebut dengan waterfall karena tahap demi tahap yang dilalui harus menunggu selesainya tahap sebelumnya dan berjalan berurutan.
16
4. KESIMPULAN
Dari sudut pandang produk, pengukuran kualitas perangkat lunak dapat menggunakan standard dari ISO 9126 atau best practice yang dikembangkan para praktisi dan pengembang perangkat lunak. Di lain pihak, dari sudut pandang proses, standard ISO 9001 dapat digunakan untuk mengukur kualitas perangkat lunak. Karakteristik software berkualitas menurut ISO 9126 yaitu: functionality, reliability, usability, efficiency, maintainability, dan portability. Tiga alasan pentingnya pemeliharaan sistem atau system maintenance: Memperbaiki Kesalahan (Correcting Errors), Menjamin dan Meningkatkan Kinerja Sistem (Feedback Mechanism), Menjaga Kemutakhiran Sistem (System Update). System maintenance menjadi urgen karena pada system maintenance terjadi usaha perbaikan secara berkelanjutan untuk mempertemukan kebutuhan organisasi terhadap sistem dengan kinerja sistem yang telah dibangun. Hal-hal yang perlu diperhatikan perlu diperhatikan bila organisasi mengambil kebijakan outsourcing dalam pengembangan sistem informasinya, antara lain: menentukan pengembang yang ditunjuk untuk membangun sistem informasi dengan hati-hati dan sebaiknya yang dipilih memang benar-benar telah berpengalaman, menandatangani kontrak sebagai pengikat tanggung jawab, merencanakan dan memonitor setiap langkah dalam pengembangan agar keberhasilan proyek benar-benar tercapai, menjaga komunikasi yang efektif antara personil dalam perusahaan dengan pihak pengembang dengan tujuan agar tidak terjadi konflik atau hambatan selama proyek berlangsung, dan mengendalikan biaya dengan tepat. Selain itu, perlu juga diketahui kelebihan dan kelemahan serta aturan baku dalam penggunaan outsourcing. Saat ini metode pengembangan sistem informasi yang umum digunakan adalah System Develpoment Life Cycle (SDLC). SDLC adalah langkah-langkah dalam pengembangan sistem informasi. SDLC menyediakan framework yang lengkap untuk aktivitas rekayasa bentuk dan pembangunan sistem informasi yang formal. Penggunaan SDLC yang memadai akan menghasilkan sistem informasi yang berkualitas. Penggunaan SDLC akan lebih optimal jika dilengkapi dengan berbagai teknik pengembangan sistem.
17
DAFTAR PUSTAKA
IEEE Standard Glossary of Software Engineering Technology, IEEE Std 610.121990, Institute of Electrical and Electronics Engineers, New York. 1990.
J.A. McCall, P.K. Richards, and G.F. Walters. 1977. Factors in Software Quality, Tehnical Report RADC-TR-77-369, US Department of Commerce.
Jogiyanto, 2003. Sistem Teknologi Informasi (Pendekatan Terintegrasi: Konsep Dasar, Teknologi, Aplikasi, Pengembangan dan Pengelolaan). Penerbit Andi Yogyakarta, Yogyakarta. Mulyanto, Aunur R. 2008. Rekayasa Perangkat Lunak Jilid 1 untuk SMK. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta O’Brien, James A. dan Marakas, George M. 2011. “Management Information Systems, 10th Edition”. McGraw-Hill/ Irwin, New York.
Schach, R. 1999. Software Engineering, Fourth Edition. McGraw-Hill. Boston, MA. Fitrawan, AM. 2011. Peranan Metode Pengembangan System Development Life Cycle (SDLC) Terhadap Kualitas Sistem Informasi. http://afranmf.blogspot. com/2011/04/peranan-metode-pengembangan-system.html.
Diakses
22
Maret 2011.
18