UJIAN AKHIR SEMESTER
Mata kuliah Filsafat Ilmu Dosen Pengampu : Dr. Edi Purwanta, M. Pd
Oleh Moh Khoerul Anwar, S. Pd
(14713251002)
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014
0
UJIAN AKHIR SEMESTER 1. Buatlah struktur objek material dan objek formal dalam kajian keilmuan saudara. Paul Gerard, Horrigan (2002) menyederhanakan bahwa objek material adalah materi pelajaran, sedangkan objek formalnya adalah cara khusus di mana materi pelajaran yang dipelajari. Dari sini dapat dibuat struktuk objek marterial dan objek formalnya. Dalam hal ini, objek materialnya adalah Bimbingan dan Konseling, sedangkan objek formalnya adalah pengembangan BK pribadi sosial, Pengembangan BK belajar, PBK Karir, pendekatan-pendekatan konseling, assesmen dalam BK, evaluasi dan supervisi BK, pengembangan instrumen dan media BK, BK berbasis komunitas, andragogi dalam BK, BK perkembangan, dan lain sebagainya. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut; Bimbingan dan Konseling PBK Belajar Pendekatan konseling
Objek Material
PBK Pribadi Sosial
PBK Karir
Asesmen dalam BK
Evaluasi dan Supervisi BK
Pengembangan Instrumen dan media BK
BK berbasis komunitas
Andragogi dalam BK
BK Perkembangan
BK Sekolah
BK Luar Sekolah
Struktur objek material dan objek formal dalam Bimbingan dan Konseling 2. “Matematika dan bahasa” merupakan sarana utama dalam berfikir ilmiah: jelaskan pernyataan tersebut. Bagi kajian keilmuan saudara mana yang paling sesuai; jelaskan. Jujun S S (2010) menjelaskan bahwa sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berabagai langkah yang harus ditempuh. Dalam hal ini adalah matematika dan bahasa. Seseorang yang tidak memiliki kemampuan berbahasa maka kegiatan secara teratur dan sistematis tidak mungkin dapat dilakukan. Manusia dapat berfikir dengan baik karena dai mempunyai bahasa, tanpa bahasa maka manusia tidak dapat berfikir secara rumit dan abstrak seperti apa yang kita lakukan dalam kegiatan ilmiah. Bahasa mampu mengkomunikasikan tiga hal yakni buah pikiran, perasaan, dan sikap. Oleh karenanya bahasa merupakan salah satu sarana utama dalam berfikir ilmiah. Jujun SS (2010) juga menjelaskan bahwa bahasa merupakan pernyataan pikiran atau perasaan sebagai alat komunikasi manusia yang terdiri dari kata-kata atau 1
Objek Formal
istilah-istilah dan sintaksis serta membentuk arti tertentu. Oleh karenanya orang yang berbahasa dengan jelas artinya juga mengemukakan pendapat dengan jelas. Menurut Jujun S S (2010) matematika sebagai sarana berfikiri ilmiah dikarenakan sebagai upaya melengkapi atau solusi terhadap kelemahan bahasa yang multifungsi serta kaedah-kaedah matematika sebagai upaya pemecahan masalah. tim dosen filsafat ilmu UGM (2012) menegaskan bahwa matematika adalah bahasa yang berusaha untuk menghilangkan sifat kubur, majemuk dan emosional dari bahasa verbal”. Matematika sebagai sarana berpikir deduktif menggunakan bahasa artifisial, yakni murni bahasa buatan manusia. Keistimewaan bahasa ini adalah terbebas dari aspek emotif dan efektif serta jelas terlihat bentuk hubungannya. Matematika lebih mementingkan kelogisan pernyataan-pernyataannya yang mempunyai sifat yang jelas. Oleh karena itu, tampak jelas bahwa matematika sebagai sarana berfikir ilmiah guna menegaskan hal-hal yang bersifat multifungsi. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah dimana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Dalam hal ini, BK sangat erat kaitannya dengan lingkungan sosial baik sekolah atau di luar sekolah yang mana membutuhkan kemampuan komunikasi yang baik baik menyampaikan pendapat atau pemikiran terhadap orang lain. Selain itu, Jujun S S (2010) mempertegas bahwa bahasa tidak dimiliki oleh siapapun dan selalu akan berkembang serta bergantung pada emik individu. Oleh karenanya bahasa merupakan kajian yang paling sesuai dengan bimbingan dan konseling.
3. Ada berbagai ragam proposisi dalam struktur pengetahuan ilmiah; berilah contoh sesuai dengan disiplin (kajian ilmu) saudara. Gie (2010) menjelaskan bahwa terdapat tiga ragam proporsisi dalam struktur berfikir ilmiah yakni asas ilmiah, kaidah ilmiah dan teori ilmiah. Proporsi yang paling sesuai dengan kajian ilmu bimbingan dan konseling adalah teori ilmiah. Hal ini karena Suatu teori dalam pengetahuan Ilmiah adalah sekumpulan proposisi yang saling berkaitan secara logis untuk memberi penjelasan mengenai sejumlah fenomena. Oleh karenanya teori akan menjelaskan berbagai macam fenomena yang terjadi di lapangan seperti contohnya fenomena kenakalan remaja, kasus kesulitan belajar, pemahaman karir, dan lainnya. 2
Gie (2010) juga menjelaskan bahwa teori ilmiah membantu mensistematiskan dan menyusun data maupun pemikiran mengenai data sehingga tercapai pertalian yang logis diantara aneka data itu yang semula kacau balau serta memberikan suatu skema atau rencana sementara mengenai medan yang semula belum dipetakan sehingga terdapat suatu orientasi. Oleh karena itu teori ilmiah yang sesuai dengan bidang kajian bimbingan dan konseling.
4. Ada tiga pendekatan dalam filsafat ilmu, yaitu positivisme, post-positivisme dan fenomenologis; jelaskan melalui matrik perbedaannya. Postivisme
Post-Positivisme
Fenomenologis
Pengetahuan ilmiah
sistem keyakinan dasar atau
ilmu tentang esensi-esensi
berkenaan dengan tiga
cara memandang dunia
kesadaran dan esensi ideal
komponen yaitu bahasa
yang membimbing peneliti
dari obyek-obyek sebagai
teoritis, bahasa
tidak hanya dalam memilih
korelasi dengan kesadaran.
observasional dan kaidah-
metode tetapi juga cara-cara
Fenomenologi juga
kaidah korespondensi yang
fundamental yang bersifat
merupakan sebuah
mengakaitkan keduanya
ontologis dan epistomologis
pendekatan filosofis untuk menyelidiki pengalaman manusia
Ciri-cirinya adalah bebas
Asumsinya adalah fakta
ilmu pengetahuan baru atau
nilai, fenomenalisme,
tidak bebas nilai melainkan
mengembangkan
nominalisme,
bermuatan teori dan penuh
pengetahuan yang ada
reduksionisme, naturalisme
dengan nilai, falibilitas
dengan langkah-langkah
teori, interaksi antara subjek logis, sistematis kritis, tidak dan objek penelitian, dasar
berdasarkan
post-positivisme tentang
apriori/prasangka, dan tidak
realitas adalah individual
dogmatis
jamak, tindakan-tindakan (actions) manusia. bersifat nyata, artinya realita Realis kritis – artinya
Konsep dasarnya adalah
itu mempunyai keberadaan
realitas itu memang ada,
intensionalitas,
sendiri dan diatur oleh
tetapi tidak akan pernah
intersubjektif, intuisi atau
3
hukum-hukum alam dan
dapat dipahami sepenuhnya
mekanisme yang bersifat
refleksi, dan transcendental Logic.
tetap dualis/objektif, adalah
Objektivis modifikasi -
Kebenaran
dalam
mungkin dan esensial bagi
artinya objektivitas tetap
fenomenoligi
adalah
peneliti untuk mengambil
merupakan pengaturan
kebenaran logik, kebenaran
jarak dan bersikap tidak
(regulator) yang ideal,
etik, kebenaran emik, dan
melakukan interaksi dengan
namun objektivitas hanya
kebenaran noetik
objek yang diteliti.
dapat diperkirakan dengan
Nilai, faktor bias dan faktor penekanan khusus pada yang lainnya
mempengaruhi penjaga eksternal, seperti secara
otomatis tradisi dan komunitas yang
tidak mempengaruhi hasil kritis.” studi. bersifat
Eksperimental/manipulatif
Analisis konten
eksperimental/manipulatif:
yang dimodifikasi,
fenomenologi adalah model
pertanyaan-
maksudnya mene-kankan
discourses, model focused
pertanyaan/hipotesis-
sifat ganda yang kritis.
group discussion, dan model
hipotesis dinyatakan dalam
Memperbaiki
cooperative inquiry
bentuk proposisi sebelum
ketidakseimbangan dengan
penelitian dilakukan dan
melakukan penelitian dalam
diuji secara empiris
latar yang alamiah, yang
(falsifikasi) dengan kondisi
lebih banyak menggunakan
yang terkontrol secara
metode-metode kualitatif,
cermat
lebih tergantung pada teorigrounded (groundedtheory) dan memperlihatkan upaya (reintroducing) penemuan dalam proses penelitian
Disadur dari berbagai sumber
4
5. Hakikat ilmu pengetahuan tidak lain adalah suatu teori yang tangguh (corroborated)tahan terhadap falsifikasi bukan verifikasi. Jelaskan pernyataan ini. Menurut Alfons taryadi (1991) menyatakan bahwa untuk menghindari kaum positivis harus dipilih sebuah kriterium yang memperbolehkan orang mengakui bahwa di daerah ilmu empiris ada pernyataan yang tak dapat diverifikasi. Popper mengakui sebuah sistem empiris atau ilmiah hanya bila sistem tersebut dapat diuji dengan pengalaman. Sebuah sistem empiris harus mungkin untuk disangkal (futurable) dengan pengalaman. Pertimbangan tersebut yang melandasi bahwa teori yang tangguh tahan terhadap falsifikasi bukan verifikasi. Hal ini juga disebut falsifiabilitas sebagai kriterium demarkasi. Oleh karenanya teori yang tangguh itu tahan falsifikasi bukan verifikasi. 6. Jelaskan kaitan antara ilmu, teknologi dan kebudayaan dalam perspektif filsafat ilmu. Menuru Wartaya (1987) menjelaskan bahwa Ilmu dan teknologi sebagai kerangka kebudayaan dapat dilihat, pertama sebagai kekuatan produksi, kedua sebagai ideologi yang didalam termasuk politik, ketiga sebagai kerangka kebudayaan modern, dan keempat mencari relevansi bagi pembangunan Indonesia. Selanjutnya Koentjaraningrat (1994) menspesifikasikan unsur-unsur kebudayaan yang ada di dunia ini adalah; sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup, dan sistem teknologi dan peralatan. Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat kita fahami bahwa ilmu dan teknologi adalah kerangka kebudayaan. Artinya bahwa adanya kaitan yang erat antara ilmu, teknologi, dan kebudayaan. Ketiga tersebut memiliki peran masing-masing yang saling berkaitan. Ilmu adalah dasar pengetahuan yang kita telaah setiap hari dan akan terus berkembang. teknologi adalah komponen penting dari kebudayaan, karena ia memiliki peranan yang tidak ringan dalam proses kebudayaan, terutama dalam kaitannya dengan fenomena globalisasi yang tidak dapat dibendung bahkan oleh institusi manapun, teknologi juga yang akan meningkatkan kebudayaan manusia. Selajutnya budaya adalah kerangkanya. Budaya yang menjadi kontrol dalam perluasan dan pengembangan ilmu. 7. Penelitian dan berfikir ilmiah merupakan dau konsep yang tidak dapat dipisahkan, jelaskan mengapa demikian. Penelitian dan berfikir ilmiah merupakan satu kesatuan dalam mendapatkan sebuah pengetahuan yang disebut ilmu. Jujun S S (2010) mengaskan bahwa ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar pengetahuan dapat disebut ilmu yaitu melalui metode 5
ilmiah. Metode ilmiah merupakan ekspresi cara bekerja pikiran. Kaitannya dengan penelitian dan berfikir ilmiah adalah keduanya termasuk dalam metode ilmiah. Berfikir ilmiah dan penelitian merupakan satu hal yang saling berkaitan. Seorang peneliti tidak akan menghasilkan penelitain yang baik tanpa adanya berfikir ilmiah. Oleh karenanya keduanya saling berkaitan dalam menjadikan sebuah pengetahuan menjadi ilmu.
6
DAFTAR PUSTAKA Alfons Taryadi. (1991). Epistemologi pemecahan masalah: menurut karl R popper. Jakarta: Gramedia. Gie, Lian (2010). Pengantar filsafat ilmu. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta. Jujun S. Suriasumantri. (2010). Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan. Koentjaranigrat. 1994. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Paul Gerard, Horrigan. (2002). Introduction to Philosophy. This HTML edition is provided free for noncommercial and educational use. Tim Dosen UGM. 2012. Filsafat Ilmu: Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan. Liberty: Yogyakarta. Wartaya W.Y.1987. Ilmu dan Teknologi sebagai Kerangka Budaya Modern. Majalah Basis.
7