Sistem Informasi Manajemen – Take Home Ujian Akhir Trimester Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
TAKE HOME UJIAN AKHIR TRIMESTER MATA KULIAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
REKAYASA PERANGKAT LUNAK DAN PENGEMBANGAN SISTEM TEKNOLOGI INFORMASI
Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Arif. Imam suroso, MSc
Oleh: Aprilia Sukmawati P056111061.47
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
1
Sistem Informasi Manajemen – Take Home Ujian Akhir Trimester Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ...............................................................................................1 Daftar Isi........................................................................................................2 BAB I.
PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang..........................................................................3 I.2 Tujuan Penulisan ......................................................................4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1 Perangkat Lunak (Software).....................................................5 II.2 Rekayasa Perangkat Lunak (Software Engineering).................8 II.3 Pengembangan Sistem Teknologi Informasi ...........................16
BAB III. PEMBAHASAN...........................................................................19
BAB IV. PENUTUP ....................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................42
2
Sistem Informasi Manajemen – Take Home Ujian Akhir Trimester Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Era globalisasi telah menuntut kita untuk menggunakan suatu teknologi sistem informasi yang mampu meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam menjalankan suatu aktivitas. Setiap harinya teknologi informasi berkembang sangat pesat diseluruh dunia guna memenuhi kebutuhan yang kian meningkat. Keakuratan, informasi yang real time, serta biaya menjadi faktor utama bagi pengaplikasian teknologi informasi. Kesesuaian dengan tujuan dari penggunaan teknologi sistem informasi juga menjadi alasan utama dalam pemilihan penggunaan teknologi sistem informasi. Teknologi informasi dewasa ini telah menjadi pilihan utama dalam menciptakan sistem informasi pada suatu organisasi yang tangguh dan mampu melahirkan keunggulan kompetitif di tengah persaingan usaha yang semakin ketat. Penggunaan teknologi sistem informasi bagi suatu organisasi umumnya dimaksudkan untuk memberikan kontribusi terhadap kinerja suatu organisasi. Dalam rangka mendukung aktivitas suatu organisasi baik formal maupun informal, dibutuhkan suatu pembangunan sistem aplikasi yang terencana dan berkualitas, dengan memperhatikan berbagai kebutuhan penggunanya. Saat ini terdapat berbagai pilihan perangkat lunak yang dapat dibeli di pasaran sesuai dengan kebutuhan pengguna. Pengguna juga dapat melakukan kontruksi aplikasi perangkat lunak, baik dengan mempekerjakan programmer atau melalui pelaksanaan kontruksi sistem aplikasi oleh pihak ketiga (outsourcing). Proses pembangunan dan pengembangan sistem aplikasi ini memerlukan suatu perencanaan dan pertimbangan yang matang agar dalam pengaplikasiannya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dan mampu membantu pengguna dalam mengatasi permasalahan yang ada. Terdapat berbagai macam metode dalam membangun dan mengembangkan suatu sistem aplikasi, dimana keefektifan dalam pemilihan metode tersebut didasarkan atas tujuan yang telah ditetapkan dan sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan. Perencanaan dan pemilihan metode yang kurang tepat dalam pengembangan suatu sistem aplikasi dapat menyebabkan kerugian yang besar bagi perusahaan, untuk itu sangat
3
Sistem Informasi Manajemen – Take Home Ujian Akhir Trimester Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
penting bagi para manajer maupun calon manajer mengetahui proses maupun metode
dalam
pembangunan
dan
pengembangan
sistem aplikasi guna
menghasilkan keputusan yang tepat bagi organisasinya.
I.2 Tujuan Penulisan 1. Menambah pemahaman mengenai materi tentang pemilihan software yang berkualitas yang mampu mendukung pembangunan serta pengembangan sistem informasi yang memenuhi standar kualitas yang ditetapkan oleh ISO; 2. Memberikan informasi dan masukan kepada manajer maupun calon manajer dalam rangka mengambil kebijakan guna mengembangkan sistem informasi yang tepat bagi organisasi
4
Sistem Informasi Manajemen – Take Home Ujian Akhir Trimester Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Perangkat Lunak (Software) Software oleh Laudon dan Laudon (2002) didefinisikan sebagai sebagai suatu instruksi yang terinci yang mengkontrol aktivitas dari sistem komputer. Tanpa adanya software, hardware komputer tidak dapat melakukan tugas yang terkait dengan komputer. Terdapat tiga fungsi utama dari software, yaitu : (1) mengelola sumberdaya komputer yang dimiliki oleh suatu organisasi, (2) sebagai suatu alat bagi manusia dalam mengambil manfaat dari sumberdaya komputer yang dimiliki, (3) bertindak sebagai perantara antara organisasi dengan sumberdaya data yang dimiliki. Sedangkan software programs menurut Laudon dan Laudon (2002) merupakan serangkaian perintah atau instruksi ke komputer. Kadir (2003) mengelompokkan perangkat lunak secara umum menjadi dua, yaitu program aplikasi (application program) dan program sistem (system program) sebagaimana divisualisasikan pada Gambar 1. Lebih spesifik lagi, O’Brien (2009) mengelompokkan software berdasarkan jenis dan fungsi utamanya menjadi dua, yaitu software aplikasi dan software sistem sebagaimana divisualisasikan secara detail pada Gambar 2.
Gambar 1 Kelompok Perangkat Lunak (sumber : Kadir, 2003)
5
Sistem Informasi Manajemen – Take Home Ujian Akhir Trimester Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
Gambar 2. Gambaran Umum Software Komputer (sumber : O’Brien, 2009)
Program sistem (yang seringkali disebut sebagai perangkat lunak pendukung atau support software) merupakan program yang digunakan untuk mengkontrol sumberdaya komputer, seperti CPU dan piranti masukan/keluaran. Kedudukan program ini adalah sebagai perantara antara program aplikasi dan perangkat keras komputer. Hal ini yang menyebabkan peran dari program sistem seringkali tidak terlihat secara langsung. Laudon dan Laudon (2002) menggambarkan tipe utama dari software sebagaimana pada Gambar 3.
Gambar 3. Tipe Utama dari Software (sumber : Laudon dan Laudon, 2002)
6
Sistem Informasi Manajemen – Take Home Ujian Akhir Trimester Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
Kadir (2003) menyebutkan bahwa program sistem dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu program pengendali sistem, program pendukung sistem dan program pengembangan sistem. a.
Program pengendali sistem, merupakan program yang mengendalikan pemakaian perangkat keras, perangkat lunak, dan data pada komputer selama program ini dijalankan, misalnya : sistem operasi.
b.
Program pendukung sistem, merupakan program yang mendukung operasi, manajemen, dan pemakai sistem komputer dengan menyediakan bermacammacam layanan, misalnya : program utilitas, pemantau kinerja sistem, dan pemantau keamanan.
c.
Program pengembangan sistem, merupakan suatu program yang ditujukan untuk membantu pemakai dalam membuat dan mengembangkan progman, misalnya : kompiler dan interpreter. Sedangkan program pengembangan sistem yang seringkali disebut sebagai
aplikasi saja merupakan program yang dibuat oleh pemakai yang ditujukan untuk melakukan suatu tugas khusus. Program ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu program aplikasi serbaguna dan program aplikasi spesifik. a.
Program aplikasi serbaguna, marupakan program aplikasi yang dapat digunakan oleh pemakai untuk melaksanakan hal-hal yang bersifat umum (misalnya untuk membuat suatu dokumen atau mengirim surat elektronik) serta mengotomatisasi tugas-tugas individual yang bersifat rutin. Misal : DBMS sederhana, Web Browser, Email, Word Processor, Spreadsheet, dan program presentasi. Program aplikasi serbaguna ini seringkali disebut sebagai perangkat lunak pemakai akhir (end user software).
b.
Program aplikasi spesifik, merupakan program yang ditujukan untuk menangani hal-hal yang bersifat sangat spesifik. Misal : program pada sistem POS (point of sale) dan ATM. Termasuk dalam kategori ini adalah program paket aplikasi atau perangkat lunak paket, misal : DEA (Deac Easy Accounting) yang digunakan untuk menangani masalah akuntansi.
7
Sistem Informasi Manajemen – Take Home Ujian Akhir Trimester Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
II.2 Rekayasa Perangkat Lunak (Software Engineering) Istilah Software Engineering mulai dipopulerkan pada tahun 1968 pada saat berlangsungnya Software Engineering Conference yang diselenggarakan oleh NATO. O’Brien (2009) mendefinisikan rekayasa perangkat lunak sebagai suatu disiplin ilmu yang membahas semua aspek produksi perangkat lunak, mulai dari tahap awal yaitu analisa kebutuhan penggunam desain, pengkodean, pengujian, sampai dengan pemeliharaan sistem setelah digunakan. Nugroho (2009) mengemukakan bahwa rekayasa perangkat lunak (software engineering) berasal dari dua kata, yaitu software dan engineering. Software memiliki arti source code pada suatu program atau sistem, dimana perangkat lunak tidak hanya berupa dokumentasi terhadap source code namun juga dokumentasi terhadap sesuatu yang dibutuhkan selama pengembangan, instalasi, penggunaan dan pemeliharaan sebuah sistem. Engineering atau rekayasa merupakan aplikasi terhadap pendekatan sistematis serta aplikasi produksi terhadap struktur, mesin, produk, proses
atau
sistem.
Rekayasa
perangkat
lunak
(software
engineering)
didefinisikan oleh Sommerville (2003) sebagai suatu disiplin ilmu yang membahas semua aspek produksi perangkat lunak, mulai dari tahap awal spesifikasi sistem sampai dengan pemeliharaan setelah digunakan, dimana terdapat dua kata kunci, yaitu : a.
Disiplin rekayasa, dimana perekayasa membuat suatu alat bekerja dengan menerapkan teori, metode dan alat bantu yang sesuai serta penggunaan secara efektif dan selalu mencoba mencari solusi terhadap permasalahan walaupun tidak ada teori atau metode yang mendukung.
b.
Semua aspek produksi perangkat lunak, dimana rekayasa perangkat lunak tidak hanya berhubungan dengan proses teknis dari pengembangan perangkat lunak tapi juga dengan kegiatan seperti manajemen proyek perangkat lunak dan pengembangan alat bantu juga metode dan teori untuk mendukung proses produksi. Terdapat beberapa latar belakang dari diperlukannya rekayasa perangkat
lunak. Sommerville (2003) mengemukakan bahwa faktor yang melatarbelakangi munculnya rekayasa perangkat lunak adalah sebagai berikut :
8
Sistem Informasi Manajemen – Take Home Ujian Akhir Trimester Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
a. Ketidakmampuan organisasi dalam memprediksi waktu, usaha dan biaya untuk membangun perangkat lunak; b. Merubah nisbah/rasio biaya perangkat keras terhadap harga perangkat lunak; c. Kemajuan pesat perangkat keras; d. Kemajuan dalam teknik-teknik pembuatan perangkat lunak; e. Tuntutan yang lebih tinggi terhadap jumlah perangkat lunak; f. Tuntutan yang lebih tinggi terhadap kualitas perangkat lunak; g. Meningkatnya peran dari pemeliharaan (maintenance). Sedangkan
Mulyanto
(2008)
menyatakan
bahwa
tujuan
dari
dilaksanakannya rekayasa perangkat lunak antara lain adalah : a. Memperoleh biaya produksi perangkat lunak yang rendah; b. Menghasilkan perangkat lunak yang kinerjanya tinggi, handal, cepat dan tepat waktu; c. Menghasilkan perangkat lunak yang dapat bekerja pada berbagai jenis platform; d. Menghasilkan perangkat lunak yang biaya perawatannya rendah. Abrar, et.al. (2004) dalam Mulyanto (2008) menjelaskan bahwa paling tidak terdapat sepuluh kegiatan atau aktivitas yang termasuk ke dalam ruang lingkup rekayasa perangkat lunak sebagaimana pada Gambar 4.
Gambar 5.
Ruang Lingkup Software Engineering (sumber : Abrar, et.al., 2004 dalam Mulyanto, 2008) 9
Sistem Informasi Manajemen – Take Home Ujian Akhir Trimester Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
a.
Software requirements, yaitu berhubungan dengan spesifikasi kebutuhan dan persyaratan perangkat lunak;
b.
Software design, mencakup proses penentuan arsitektur, komponen, antarmuka, dan karakteristik lain dari perangkat lunak;
c.
Software construction; berhubungan dengan detail pengembangan perangkat lunak termasuk algoritma, pengkodean, pengujian, dan pencarian kesalahan;
d.
Software testing; meliputi pengujian pada keseluruhan perilaku perangkat lunak;
e.
Software maintenance; mencakup upaya-upaya perawatan ketika perangkat lunak telah dioperasikan;
f.
Software configuration management; berhubungan dengan usaha perubahan konfigurasi perangkat lunak untuk memmenuhi kebutuhan tertentu;
g.
Software engineering management; berkaitan dengan pengelolaan dan pengukuran rekayasa perangkat lunak termasuk perencanaan proyek perangkat lunak;
h.
Software engineering tools and methods; mencakup kajian teoritis tentang alat bantu dan metode rekayasa perangkat lunak;
i.
Software engineering process; berhubungan dengan definisi, implementasi, pengukuran, pengelolaan, perubahan dan perbaikan proses rekayasa perangkat lunak;
j.
Software quality; menitikberatkan pada kualitas dan daur hidup perangkat lunak. Metode rekayasa perangkat lunak merupakan pendekatan terstruktur
terhadap pengembangan perangkat lunak yang bertujuan memfasilitasi produksi perangkat lunak kualitas tinggi dengan cara yang efektif dalam hal biaya (Sommerville,
2003).
Menurut
Pressman
(1997)
komponen
metodologi
pengembangan perangkat lunak dapat dibagi dalam tiga unit, yaitu : a. Metode, yaitu suatu cara atau teknik pendekatan yang sistematik yang dipergunakan untuk mengembangkan perangkat lunak. Metode ini mencakup : perencanaan proyek dan perkiraan, analisis keperluan sistem dan perangkat lunak, perancangan struktur data, arsitektur program, prosedur algoritma, coding, uji coba dan pemeliharaan.
10
Sistem Informasi Manajemen – Take Home Ujian Akhir Trimester Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
b. Alat bantu (Tools), yaitu alat-alat (manual atau otomatis) yang mendukung pengembangan perangkat lunak. Terdapat 2 alat Bantu yang dapat digunakan yaitu alat bantu manual dan alat bantu otomatis.
c. Prosedur, yang dipergunakan untuk mendefinisikan urut-urutan pekerjaan (daur) dari metode dan alat bantu tersebut.
Nugroho (2009) mengemukakan bahwa terdapat sedikitnya tiga pihak yang mempengaruhi mutu dari perangkat lunak, yaitu : a. Sponsor; yaitu seseorang atau organisasi yang membiayai pengembangan atau perantaraan sistem software dan biasanya memiliki respon terhadap pengembangan sistem software dengan melibatkan perhitungan biaya yang optimal. b. User; merupakan orang yang secara langsgung berinteraksi dengan eksekusi dari software yang dibangun, yang secara langsung memasukkan input ke komputer dan menggunakan output dari komputer. c. Developer; yaitu seseorang atu organisasi yang memberikan modifikasi dan memelihara software dari kesalahan (error) serta mengembangkan sistem software tersebut.
Gambar 5.
Sisi Pandang dari Komponen Kategori terhadap Mutu Perangkat Lunak (sumber : Nugroho, 2009)
11
Sistem Informasi Manajemen – Take Home Ujian Akhir Trimester Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
Deek et. al. (2005) dalam Mulyono (2009) menyebutkan bahwa terdapat empat tipe masalah yang seringkali dihadapi dalam pembangunan rekayasa perangkat lunak sebagimana dijelaskan pada Gambar 6.
Gambar 6. Tipe masalah dalam pembangunan RPL (sumber : Deek et. al., 2005 dalam Mulyono, 2009)
a. Masalah pemenuhan standar; merupakan kelompok masalah-masalah yang berhubungan dengan pencapaian standar yang telah ditentukan dalam sebuah organisasi. Biasanya tujuan seperti ini berlaku dalam jangka yang relatif panjang; b. Masalah pemilihan alternatif; yang berhubungan dengan bagaimana memilih solusi terbaik dari berbagai alternatif berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. c. Masalah pemenuhan kepuasan konsumen; dimana pada organisasi yang bersifat profit (mencari keuntungan) masalah pada kelompok ini seringkali muncul. Konsumen memiliki berbagai macam keinginan yang satu sama lain berbeda. Memenuhi seluruh keinginan konsumen tidaklah mudah dan membutuhkan biaya yang sangat tinggi. Karenanya, perlu dicari pemecahan yang sama-sama menguntungkan, baik bagi konsumen maupun bagi organisasi; d. Masalah pencapaian tujuan; dimana tipe ini mirip dengan tipe masalah pemenuhan standar, namun pada tipe ini tujuan yang ingin dicapai dapat berubah-ubah dan bersifat jangka pendek.
12
Sistem Informasi Manajemen – Take Home Ujian Akhir Trimester Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
Secara umum, proses pemecahan masalah dapat dilakukan dengan empat tahap utama (Deek et. al., 2005 dalam Mulyono, 2009), yaitu : memahami dan mendefinisikan masalah, membuat rencana untuk pemecahan masalah, merancang dan menerapkan rencana untuk memperoleh penyelesaian, serta memeriksa dan menyampaikan hasil dari pemecahan masalah.
Gambar 7. Proses Pemecahan Masalah (sumber : Deek et. al., 2005 dalam Mulyono, 2009)
Sommerville (2003) mengemukakan karakteristik dari perangkat lunak, yaitu : a. Maintanability, perangkat lunak harus dapat memenuhi perubahan kebutuhan, b. Dependability, perangkat lunak harus dapat dipercaya, c. Efisiensi, perangkat lunak harus efisien dalam penggunaan resource, d. Usability, perangkat lunak harus dapat digunakan sesuai dengan yang direncanakan. Di dalam pengembangan rekayasa perangkat lunak biasanya dipandu dengan pemodelan dengan Daur Hidup Perangkat Lunak (Software Development Life Cycle). Tak ada standar sehingga bervariasi model proses untuk menggambarkan rekayasa daur hidup perangkat lunak, namun tahap-tahap yang prinsipal terhadap pemetaan model proses kedalam aktifitas pengembangan yang fundamental alalah dikemukakan oleh Nugraha (2009) sebagai berikut: a. Requirement Analysis and definition
13
Sistem Informasi Manajemen – Take Home Ujian Akhir Trimester Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
b. System and Software Design c. Implementation and unit testing d. Integration and system Testing e. Operation and maintenance Menurut Somerville (2003), model proses rekayasa perangkat lunak secara umum terdiri dari: a. Pendekatan model air terjun (waterfall), pendekatan yang menempatkan semua aktifitas sesuai dengan tahapan pada model waterfall dengan memisahkan dan membedakan antara spesifikasi dan pengembangan (Gambar 7), b. Pengembangan yang berevolusi, pendekatan yang melanjutkan aktifitas satu dan yang lainnya dari spesifikasi dan pengembangan serta validasi secara cepat, c. Pengembangan sistem formal, pendekatan aktifitas bersasar suatu model sistem matematika yang ditransformasikan ke implementasi, d. Pengembangan sistem berbasis re-use (penggunaan ulang) komponen, sistem dibangun dari komponen yang sudah ada dengan fokus integrasi sistem.
Gambar 7 Waterfall method (sumber : Sommerville, 2003)
Berdasarkan bahan perkuliahan Sistem Informasi Manajemen, proses pengembangan perangkat lunak terdiri atas beberapa model, diantaranya adalah sebagai berikut:
14
Sistem Informasi Manajemen – Take Home Ujian Akhir Trimester Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
a. Code and Fix Model ini terdiri atas tahapan Code (Pemrograman) dan Fix (Perbaikan/ Pemeliharaan) dengan kriteria transisi berupa Code (Program). Model proses ini merupakan proses pengembangan perangkat lunak pada awal era pengolahan data yang memiliki ciri menggunakan 3GL atau lebih rendah dan biaya pemeliharaan yang besar. b. System Development Life Cycle (SDLC) Model ini terdiri atas tahapan investigasi, analisa, perancangan, pengkodean, pengoperasian, dan pemeliharaan. Kriteria transisi yang digunakan adalah dokumentasi sehingga sering dikenal sebagai “Document Driven Software Process”. Model SDLC merupakan perbaikan dari code and fix, dan sampai saat ini merupakan salah satu proses perangkat lunak yang paling banyak digunakan. c. Prototyping Model ini memiliki tahapan: identifikasi kebutuhan awal, prototyping, penggunaan
dan
evaluasi
penerimaan/persetujuan
prototipe
end user,
(feedback),
revisi
prototyping,
implementasi sistem, operasionalisasi dan
pemeliharaan. Kriteria transisi yang digunakan adalah code (program) sehingga sering dikenal sebagai “Code Driven Software Process”. Model prototyping merupakan salah satu proses perangkat lunak yang mulai banyak digunakan saat ini. Model ini banyak memanfaatkan 4GL dan
Application Generator. Bila
dibandingkan dengan SDLC, model prototyping memiliki produktivitas lebih baik namun kelengkapan fungsi dari sistem dan keterpaduan (integrasi) sistem kurang baik. d. Spiral Model ini memiliki tahapan:
determine, objectives, alternatives, dan
constraints. Kriteria transisi yang digunakan adlaah dokumen hasil analisa resiko, sehingga sering dikenal sebagai “Risk Driven Software Process”. Model ini merupakan kombinasi SDLC, Prototyping dan Risk Analysis dan digunakan untuk pengembangan proyek yang berskala besar, dengan memperhatikan pengaruh resiko dilihat dari segi finansial maupun keamanan (jiwa manusia).
15
Sistem Informasi Manajemen – Take Home Ujian Akhir Trimester Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
e. CASE CASE (Computer Aided Software Engineering) adalah adalah metode berbasis proses pengembangan perangkat lunak yang didukung oleh perangkat keras dan perangkat lunak.
II.3 Pengembangan Sistem Teknologi Informasi Rekayasa sistem adalah aktivitas untuk menetapkan kebutuhan-kebutuhan pada tingkat sistem, kemudian mengalokasikan beberapa bagian dari kebutuhankebutuhan tersebut ke satu atau beberapa komponen rekayasa, misalnya perangkat lunak. Rekayasa sistem dapat membantu menerjemahkan kebutuhan pelanggan menjadi model sistem tertentu, sehingga dapat memberikan gambaran bagaimana interaksi antara satu elemen sistem dengan elemen sistem lainnya (Mulyono, 2009). Pada dasarnya, pengembangan sistem teknologi informasi mencakup pengembangan dan pembangunan rekayasa perangkat lunak. Menurut Pressman (1997), cakupan rekayasa sistem meliputi: a. Rekayasa informasi, yaitu rekayasa sistem yang konteks pekerjaan rekayasanya berfokus pada perusahaan bisnis (business enterprise), meliputi pengumpulan kebutuhan-kebutuhan untuk tingkat bisnis strategis dan tingkat area bisnis. b. Rekayasa produk (sering disebut juga dengan rekayasa sistem), yaitu rekayasa sistem yang merupakan aktivitas penyelesaian masalah. Data, fungsi, dan perilaku produk yang diinginkan dicari, dianalisis, dibuat model kebutuhannya, kemudian dialokasikan ke komponen rekayasa. Selanjutnya komponenkomponen ini disatukan dengan infrastruktur pendukungnya sampai produk tersebut jadi. Pengembangan sistem teknologi informasi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Menurut Jogiyanto (2003), pengembangan sistem teknologi informasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi konvensional, yaitu dengan menggunakan metode siklus hidup pengembangan sistem atau system development life cycle (SDLC) yang mencakup lima langkah proses, yaitu (1) investigasi, (2) analisis, (3) desain, (4) implementasi, (5) pemeliharaan sebagaimana digambarkan pada Gambar 8 atau dengan menggunankan metode pengembangan alternatif (alternative methods) yang diantaranya adalah metode
16
Sistem Informasi Manajemen – Take Home Ujian Akhir Trimester Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
paket (packaging), prototyping (Gambar 9), end user development atau end user computing dan outsourcing.
Gambar 8. Siklus Pengembangan Sistem Informasi Tradisional (SDLC) (Sumber : O’Brien, 2009)
17
Sistem Informasi Manajemen – Take Home Ujian Akhir Trimester Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
Gambar 9. Pengembangan Aplikasi dengan Model Prototipe (Sumber : O’Brien, 2009)
18
Sistem Informasi Manajemen – Take Home Ujian Akhir Trimester Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
BAB III. PEMBAHASAN
Pertanyaan dan Jawaban 3.1. Jelaskan atribut-atribut dari software yang berkualitas! Apa yang perlu dilakukan dalam pembangunan sistem informasi agar software penunjang sistem informasi yang dibangun tersebut memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan oleh ISO?
Menurut Pressman (2002) kualitas perangkat lunak adalah gabungan yang komplek dari berbagai faktor yang akan bervariasi pada aplikasi dan pelanggan yang berbeda yang membutuhkannya. Sebagai atribut dari sesuatu, kualitas mengacu pada karakteristik yang dapat diukur-sesuatu yang dapat dibandingkan dengan standar yang sudah diketahui. Armand Vallin Feigenbaum dalam Berander et.al. (2005), menjelaskan bahwa kualitas ditentukan oleh pelanggan, tidak ditentukan oleh pembuatnya, tidak oleh penjualnya, juga tidak oleh manajemen. Kualitas didasarkan atas pengalaman nyata pelanggan dengan suatu produk atau jasa, diukur menurut kebutuhannya, dinyatakan eksplisit atau implisit, disadari atau hanya dirasakan, keseluruhannya subyektif. Perangkat Lunak dikatakan baik apabila dapat secara utuh dan “sempurna” memenuhi kriteria spesifik dari organisasi perusahaan yang membutuhkan. Hal ini sering di istilahkan sebagai pemenuhan terhadap “User requirement” atau kebutuhan pengguna. Pengukuran atas kualitas software dapat dilakukan melalui dua sudut pandang, yaitu melalui sudut pandang produk dan sudut pandang proses. Pengukuran kualitas software melalui sudut pandang produk dapat dilakukan dengan menggunakan standar ISO 9126 melalui Best Practice, sedangkan untuk pengukuran kualitas software melalui sudut pandang proses dilakukan dengan menggunakan standar ISO 9001 melalui CMM (The Capability Maturity Model), SPICE (Software Process Improvement and Capability Determination) dan BOOTSTRAP. Standard ISO 9126 pertama kali diperkenalkan pada tahun 1991 melalui pertanyaan tentang definisi kualitas perangkat lunak. Dokumen
19
Sistem Informasi Manajemen – Take Home Ujian Akhir Trimester Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
halaman-13 yang asli didesain sebagai fondasi lebih jauh, lebih detail, dan memiliki standard yang dapat diolah. Dokumen standard ISO 9126 sangat panjang. ISO 9126 telah membagi dokumen menjadi tiga bagian kebutuhan. Hal ini dikarenakan orang memiliki motivasi berbeda yang memungkinkan untuk tertarik pada kualitas perangkat lunak, yaitu : •
Acquirer adalah orang yang memperoleh perangkat lunak dari supplier eksternal.
•
Developer adalah orang yang membangun produk perangkat lunak.
•
Evaluator independent adalah orang yang menetapkan kualitas produk perangkat lunak – tidak untuk dirinya sendiri tetapi untuk komunitas user – misalnya melalui jenis tool tertentu dari sebuah perangkat lunak sebagai bagian dari aktifitas profesional. ISO 9126 mengidentifikasi enam karakteristik kualitas perangkat
lunak utama, yaitu: •
Functionality: kemampuan menutupi fungsi produk perangkat lunak yang menyediakan kepuasan kebutuhan user.
•
Reliability: kemampuan perangkat lunak untuk perawatan dengan level performansi.
•
Usability: kemampuan yang berhubungan dengan penggunaan perangkat lunak.
•
Efficiency: kemampuan yang berhubungan dengan sumber daya fisik yang digunakan ketika perangkat lunak dijalankan.
•
Maintainability: kemampuan yang dibutuhkan untuk membuat perubahan perangkat lunak.
•
Portability: kemampuan yang berhubungan dengan kemampuan perangkat lunak yang dikirim ke lingkungan berbeda. ISO 9126 juga membagi keenam karakteristik utama dari software
yang berkualitas menjadi beberapa sub-karakteristik yang dijelaskan pada tabel 1.
20
Sistem Informasi Manajemen – Take Home Ujian Akhir Trimester Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
Tabel 1. Karakteristik software berkualitas menurut ISO 9126 Karakteristik Sub karakteristik Suitability, accuracy, Functionality : Software untuk menjalankan fungsinya interoperability, functionality sebagimana kebutuhan sistemnya. compliance, security Reliability : Maturity, Fault tolerance, Kemampuan software untuk dapat tetap Recoverability, Reliability tampil sesuai dengan fungsi ketika compliance digunakan. Usability : Understanbility, Learnability, Kemampuan software untuk menampilkan Operability, Attractiveness, performans relatif terhadap penggunaan Usability complience sumberdaya. Efficiency : Time behaviour, Resource Kemampuan software untuk menampilkan Utilization, Efficiency performans relatif terhadap penggunaan complience sumberdaya. Analyzability, Changeability, Maintainability : Kemampuan software untuk dimodifikasi Stability, Testability, (korreksi, adaptasi, perbaikan) Maintanability complience Adaptability, Installability,Co Portability : Kemampuan software untuk ditransfer Existence, Replaceability, dari satu lingkungan ke lingkungan lain. Portability complience Secara singkat dapat dijelaskan sub karakteristik karakteristik untuk keenam atribut utama dari siftware yang berkualitas menurut standar ISO 9126, yaitu : a. ‘Functionality compliance’ merupakan sub karakteristik yang mengacu pada bagian perangkat lunak yang digunakan untuk mengaplikasikan standard atau kebutuhan legal, yang pada umumnya digunakan untuk kebutuhan auditing. Sejak tahun 1999, sub-karakteristik ‘compliance’ telah ditambahkan pada keenam karakteristik ISO eksternal. Dimana pada setiap kasus hal ini mengacu pada standard spesifik atribut kualitas tertentu. ‘Interoperability’ merupakan gambaran yang bagus pada usaha ISO 9126 untuk mengklarifikasi terminologi ‘interopability’ yang mengacu pada kemampuan perangkat lunak untuk berinteraksi dengan sistem lain. b. ‘Maturity’ mengacu pada frekuensi kesalahan produk perangkat lunak yang memberikan dampak pada perangkat lunak yang digunakan sehingga kesalahan menjadi tidak nampak dan mudah dihilangkan. Hal ini menarik
21
Sistem Informasi Manajemen – Take Home Ujian Akhir Trimester Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
untuk ketahui bahwa ‘recoverability’ telah menjadi hal yang berbeda dari ‘security’ yang menggambarkan kontrol akses pada sistem. c. ‘Learnability’ pada
ISO 9126
dibedakan dari sub karakteristik
‘operability’. Tools perangkat lunak dapat dengan mudah dipelajari tetapi menghabiskan waktu untuk menggunakannya dikarenakan oleh cara penggunaannya membutuhkan jumlah menu besar. Hal ini dapat diaplikasikan untuk paket yang singkat, tetapi tidak ada sistem yang menggunakannya untuk sepanjang waktu setiap hari. Pada kasus ini ‘learnability’ telah disatukan pada biaya ‘operability’. ‘Attractiveness’ adalah tambahan terbaru pada sub-karakteristik usability dan sangat penting dimana user tidak dipaksa untuk menggunakan produk perangkat lunak tertentu, misalnya, pada software game dan entertainment lain. d. ‘Analysability’ merupakan kemudahan untuk menentukan penyebab kesalahan. ‘Changebility’ merupakan kualitas lain dari ‘flexibility’ yang nantinya dapat disebut sebagai ‘changebility’yang memiliki arti bahwa pemasok perangkat lunak yang dapat selalu berubah. Sedangkan pengertian ‘Stability’ bukan berarti bahwa perangkat lunak tersebut tidak pernah berubah, namun berarti bahwa resiko yang disebabkan oleh adanya modifikasi perangkat lunak memiliki dampak atau resiko yang relatif kecil. e. ‘Portability compliance’ berhubungan erat dengan standard kemampuan yang digunakan (portability). Standard bahasa pemrograman umum pada kasus ini digunakan pada lingkungan hardware/software. ‘Replacebility’ mengarah ke faktor yang memberikan ‘upward compatibility’ antara komponen software lama dan yang baru. ‘Co-existence’ mengarah pada kemampuan software untuk berbagi sumber daya dengan komponen software lain, tetapi tidak seperti ‘interopability’, dimana tidak ada data yang digunakan. ISO 9126 menyediakan petunjuk untuk menggunakan kualitas karakteristik. Variasi dalam membedakan karakteristik kualitas tergantung pada tipe produk yang ditekankan. ISO 9126 juga memperkenalkan tipe kualitas – quality in use – dimana mengikuti elemen yang telah diketahui :
22
Sistem Informasi Manajemen – Take Home Ujian Akhir Trimester Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen •
Effectiveness, yang merupakan kemampuan untuk mencapai tujuan user melalui akurasi dan kelengkapan.
•
Productivity merupakan upaya menghindari kelebihan penggunaan sumber daya, seperti biaya staff dalam mencapai tujuan user.
•
Safety merupakan upaya menghindari kejahatan level resiko untuk orang dan entitas lain seperti business, perangkat lunak, property dan lingkungan
•
Satisfaction merupakan kepuasan user dalam menggunakan perangkat lunak. Dalam rangka membangun dan mengembangkan software penunjang
sistem informasi yang mampu memenuhi standar ISO, maka diperlukan apa yang disebut sebagai Software Quality Assurance (SQA). SQA harus diaplikasikan secara menyeluruh pada proses pengembangan software, dimana SQA meliputi : a. Analisis, perancangan, pengkodean, dan metode serta peralatan ujicoba. b. Tinjauan ulang teknikal secara formal yang diaplikasikan pada setiap tahapan pengembangan software. c. Strategi ujicoba dengan banyak tahapan (multitiered). d. Pengawasan terhadap dokumentasi software dan perubahan yang dialaminya. e. Prosedur untuk menjamin pemenuhan standar pengembangan software (jika ada). f. Mekanisme pengukuran dan pelaporan. Setiap pengembang software pasti menyadari bahwa kualitas software merupakan salah satu tujuan yang penting. SQA terdiri dari berbagai jenis aktivitas, dengan 7 aktivitas utama, yaitu : a. Aplikasi metode-metode teknikal (Application of technical methods) Kualitas software didesain kedalam sebuah produk atau sistem. Pada kenyataannya SQA dimulai dengan sekumpulan metode teknikal dan tool yang membantu analis untuk mencapai spesifikasi dengan kualitas yang tinggi dan para perancang membangun desain yang berkualitas tinggi. b. Mengadakan review teknikal formal (conduct of formal technical reviews) Ketika spesifikasi (atau prototype) dan desain telah dibuat, maka masing-
23
Sistem Informasi Manajemen – Take Home Ujian Akhir Trimester Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
masing harus di perkirakan untuk kualitas. Aktivitas utama yang memenuhi penaksiran kualitas adalah formal technical review (FTR). FTR merupakan pertemuan khusus yang diadakan oleh staff teknikal dengan tujuan untuk menemukan masalah. Dalam berbagai situasi, review merupakan hal yang efektif seperti ujicoba dalam mengungkap kerusakan dalam software. c. Ujicoba perangkat lunak (software testing), dimana ujicoba software mengkombinasikan strategi beberapa tahapan/langkah dengan sejumlah desain metode uji kasus yang membantu memastikan pendeteksian kesalahan yang efektif. Banyak pengembang software menggunakan ujicoba software sebagai jaminan kualitas. d. Pelaksanaan standar (enforcement of standards), yang merupakan tingkatan dimana prosedur dan standar formal diaplikasikan dalam proses pengembangan software, sangat bervariasi antara satu perusahaan dengan yang lainnya. Dalam banyak kasus, standar ditentukan oleh konsumen atau pembuat kebijakan. Jika standar disediakan(secara formal tertulis) maka aktivitas SQA harus dilaksanakan untuk memastikan standar-standar tersebut dilakukan. e. Pengawasan terhadap perubahan (control of change), dimana ancaman utama dalam kualitas software adalah perubahan yang dilakukan terhadap sumber. Setiap perubahan yang dilakukan pada software sangat potensial untuk menghasilkan kesalahan atau membuat efek sampingan yang mengakibatkan kesalahan. Proses pengawasan perubahan memberikan kontribusi secara langsung terhadap kualitas software dengan permintaan perubahan yang diformalkan. Pengawasan perubahan diaplikasikan selama pengembangan software dan setelahnya, atau selama tahapan pemeliharaan software. f. Pengukuran (measurement), yaitu merupakan aktivitas yang melengkapi setiap bidang pengembangan. Tujuan utama dari SQA adalah untuk menelusuri kualitas software dan memperkirakan pengaruh dari perubahan secara metodologi maupun prosedur pada peningkatan kualitas software. Untuk itu, ukuran-ukuran software (software metrics) harus dikumpulkan.
24
Sistem Informasi Manajemen – Take Home Ujian Akhir Trimester Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
g. Penyimpanan catatan dan laporan (record keeping and reporting), dimana penyimpanan catatan dan perekaman (record keeping and recording) pada SQA menyediakan prosedur untuk mengumpulkan dan penyebaran informasi SQA. Hasil dari review, audit, pengawasan perubahan, ujicoba, dan aktivitas SQA lainnyaharus menjadi bagian dari record history untuk proyek
dan
harus disebarkan
untuk
staff pengembangan
untuk
pengetahuan. Dalam mengembangkan suatu software yang dapat menunjang pengembangan sistem informasi yang sesuai dengan standar kualitas ISO, juga perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Menilai pentingnya masing-masing karakteristik kualitas aplikasi. Reliability akan berfokus pada sistem kerentanan keamanan (safetycritical) selama efisiensi itu merupakan keutamaan untuk sistem real time. 2. Memilih pengukuran kualitas eksternal menggunakan kerangka ISO 9126 yang berhubungan dengan prioritas utama kualitas. Realiability berarti memiliki waktu antara kesalahan yang akan menjadi keutamaan pengukuran, Dimana efisiensi dan lebih utamanya pada ‘time behaviour’, respon waktu yang digunakan untuk pengukuran. 3. Pemetaan pengukuran pada tingkat kepuasan user. 4. Identifikasi yang berhubungan dengan pengukuran internal dan produk yang dihasilkan. Hal ini akan menjadi sesuatu yang penting saat software dikembangkan daripada mengevaluasi software yang dihasilkan. Untuk software baru, umumnya kualitas akhir produk akan membutuhkan penilaian selama pengembangan. Misalnya, pada kualitas eksternal dalam pertanyaan time behaviour, pada langkah desain software , perkiraan waktu eksekusi untuk sebuah proses dapat dihasilkan melalui pengujian kode software dan menghitung waktu untuk setiap perintah pada eksekusi proses secara umum. Menurut buku ini pemetaan antara karakteristik kualitas internal dan eksternal serta pengukuran disarankan sesuai standard ISO 9126 yang setidaknya meyakinkan elemen sebuah pendekatan. 5. Technical report yang merupakan bagian dari keseluruhan standar. Standar ISO 9126, digunakan untuk pemetaan pengukuran internal dan
25
Sistem Informasi Manajemen – Take Home Ujian Akhir Trimester Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
eksternal serta validasi pengukuran yang memiliki hubungan erat diantara dua kondisi yang semestinya dilakukan. Hal ini mencerminkan masalah sebenarnya pada pengembangan software terutama pengujian struktur kode dan prediksi kualitas eksternal secara akurat seperti reliability. Menurut ISO 9126, pengukuran dapat bertindak sebagai indikator akhir kualitas software yang dilakukan pada pengembangan life cycle yang berbeda. Untuk langkah awal dalam penentuan kualitas produk dapat bersifat kualitatif. Penentuan tersebut berdasarkan ceklist, dimana pemenuhan kriteria definisi awal dibantu oleh penilaian ekspert (expert judgement). Sebagai produk yang berhubungan dengan penyelesaian, sasaran, kuantitatif, maka peningkatan pengukuran akan dilakukan kemudian. 3.2. Mengapa kita perlu memperhatikan faktor “maintainaibility” dari suatu software? Jelaskan urgensinya!
Menurut McCall, 1997 kriteria yang mempengaruhi kualitas software terbagi menjadi tiga aspek penting yaitu : 1. Sifat-sifat operasional dari software (Product Operations); 2. Kemampuan software dalam menjalani perubahan (Product Revision) 3. Daya adaptasi atau penyesuaian software terhadap lingkungan
baru
(Product Transition). Software maintainability termasuk dalam Product Revision, yaitu kemampuan software dalam menjalani perubahan. Setelah sebuah software berhasil dikembangkan dan diimplementasikan, akan terdapat berbagai hal yang perlu diperbaiki berdasarkan hasil uji coba maupun evaluasi. Lebih dari sekedar memperbaiki kesalahan, terdapat empat macam aktivitas dalam software maintenance, yaitu : a. Corrective Maintenance, yaitu pada saat dilakukan ujicoba software akan menemukan seluruh kesalahan laten dalam suatu software sistem yang besar. Selama penggunaan program tersebut, kesalahan akan terjadi dan dilaporkan kepada pihak pengembang. Proses yang menyertakan diagnosis
26
Sistem Informasi Manajemen – Take Home Ujian Akhir Trimester Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
dan korektif dari satu atau lebih kesalahan inilah yang disebut sebagai corrective maintenance. b. Adaptive Maintenance, yaitu aktivitas yang memodifikasi software yang secara tepat berhadapan dengan
perubahan lingkungan (environment)
sangat diperlukan. terjadi karena perubahan yang mendadak yang ditemukan dalam setiap aspek perhitungan (computing). Pembaharuan generasi hardware dapat dilakukan dalam kurun 24 bulan, dimana software baru atau new released muncul secara regular, peralatan tambahan dan elemen sistem lainnya secara berkala di-upgrede atau dimodifikasi. Dengan ini, penggunaan aplikasi software dapat mencapai 10 tahun atau lebih. c. Perfective
Maintenance,
terjadi
ketika
paket
software
berhasil
diaplikasikan dan memuaskan penggunanya. Ketika software digunakan, rekomendasi untuk kemampuan yang baru, modifikasi terhadap fungsi yang sudah ada, dan kebutuhan umum lainnya dapat diterima dari para user. Untuk memenuhi permintaan dalam kategori ini, perfective maintenance, dilakukan. Aktivitas ini dilakukan untuk mayoritas dari seluruh usaha yang dilakukan pada software maintenance. d. Preventive
Maintenance,
terjadi
ketika
software
diubah
untuk
meningkatkan kemampuan pemeliharaan, atau keandalan, atau untuk menyediakan basis yang lebih baik untuk peningkatan dimasa mendatang. Sering
disebut
sebagai
preventive
maintenance,
aktivitas
ini
dikarakteristikan dengan teknik reverse engineering dan re-engineering. Sebuah software yang dirancang dan dikembangkan dengan baik, akan dengan mudah dapat direvisi jika diperlukan. Seberapa jauh software tersebut dapat diperbaiki merupakan faktor lain yang harus diperhatikan. Salah satu faktor yang berkaitan dengan kemampuan software untuk menjalani perubahan adalah maintainability, yang didefinisikan sebagai usaha yang diperlukan untuk menemukan dan memperbaiki kesalahan (error) dalam software. Maintanability juga disebut sebagai pemeliharaan sistem. Dimana setelah sebuah software berhasil dikembangkan dan diimplementasikan, akan terdapat berbagai hal yang perlu diperbaiki berdasarkan hasil uji coba
27
Sistem Informasi Manajemen – Take Home Ujian Akhir Trimester Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
maupun evaluasi. Sebuah software yang dirancang dan dikembangkan dengan baik, akan dengan mudah dapat direvisi jika diperlukan. Seberapa jauh software tersebut dapat diperbaiki merupakan faktor lain yang harus diperhatikan. System maintenance atau pemeliharaan sistem dapat didefinisikan sebagai proses monitoring, evaluasi dan modifikasi dari sistem yang tengah beroperasi agar dihasilkan performa yang dikehendaki. Menurut ISO (International Organization for Standarization) 9126, software berkualitas memiliki beberapa karakteristik, salah satunya adalah maintanability yang terdiri dari sub-sub karakteristik antara lain : a. Analyzability; merupakan
kemudahan
untuk
menentukan
penyebab
kesalahan. b. Changeability; merupakan kualitas lain dari Flexibility yang berarti kemudahan dilakukannya perubahan atau modifikasi terhadap software c. Stability dan Testability; dimana tidak berarti perangkat lunak itu tidak pernah berubah. Hal ini berarti juga terdapat resiko yang kecil pada modifikasi perangkat lunak yang memiliki dampak tidak diduga. Secara singkat, system maintenance menjadi urgen karena pada system maintenance terjadi
usaha
perbaikan
secara
berkelanjutan
untuk
mempertemukan kebutuhan oranisasi terhadap sistem dengan kinerja sistem yang telah dibangun. Pemeliharaan sistem (system maintenance) dilaksanakan untuk tiga alasan: a. Memperbaiki kesalahan, dimana penggunaan system mengungkapkan kesalahan (bugs) dalam program atau kelemahan
rancangan yang tidak
terdeteksi dalam pengujian system. Kesalahan-kesalahan ini dapat diperbaiki. b. Menjaga kemutakhiran sistem, dimana perubahan-perubahan sebagai akibat berlalunya waktu mengharuskan modifikasi dalam rancangan atau perangkat lunak. c. Meningkatkan performa sistem, dimana pada saat manajer menggunakan sistem, mereka melihat cara-cara membuat peningkatan. Saran-saran ini
28
Sistem Informasi Manajemen – Take Home Ujian Akhir Trimester Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
diteruskan kepada spesialis informasi yang memodifikasi sistem sesuai saran tersebut. Pentingnya software maintenance juga disebabkan oleh biaya software maintenance yang semakin tahun semakin meningkat. Pada tahun 1970an, biaya maintenance berkisar antara 35-40% dari budget software untuk sistem informasi organisasi. Ditahun 1980-an angka ini melonjak hingga 60%, dan dipertengahan 1990-an hampir mendekati 80%. Faktor biaya inilah yang sebenarnya menjadi alasan utama dari pentingnya memperhatikan faktor maintanability pada suatu software. Suatu biaya yang tidak terlihat dalam software maintenance mengakibatkan kesempatan yang tertunda atau hilang karena ketersediaan sumberdaya harus dialihkan pada tugas maintenance. Biaya tidak terlihat lainnya, diantaranya : a. Ketidakpuasan customer yang sepertinya melegitimasi permintaan untuk perbaikan atau modifikasi tidak dapat dialamatkan pada waktu tertentu. b. Penurunan dalam keseluruhan kualitas software sebagai hasil dari perubahan yang memperkenalkan kesalahan laten dalam software maintenance. c. Kehebohan/pergolakan yang diakibatkan selama usaha pengembangan, ketika staff harus “ditarik” untuk bekerja pada tugas maintenance. Software maintenance juga perlu mendapatkan perhatian besar, karena modifikasi dari suatu software dapat mengakibatkan resiko yang besar, diantaranya : a. Coding Side Effects, dimana perubahan sederhana pada satu statement terkadang dapat memberikan hasil yang menghancurkan. Penggantian yang tidak hati-hati/tidak terdeteksi dapat berakibat pada kegagalan software. Walaupun tidak semua side effect memiliki konsekuensi yang dramatik , perubahan mengakibatkan kesalahan dan kesalahan selalu mengarah kepada masalah. Walaupun setiap perubahan pengkodean potensial mengakibatkan kesalahan, kumpulan perubahan dibawah ini cenderung menimbulkan kesalahan, b. Data Side Effects, dimana selama maintenance, modifikasi sering dilakukan pada elemen individual suatu struktur data atau struktur data itu
29
Sistem Informasi Manajemen – Take Home Ujian Akhir Trimester Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
sendiri. Ketika data diubah, desain software menjadi tidak sesuai lagi dengan data dan kesalahan dapat terjadi. Data side effects terjadi sebagai hasil dari perubahan yang dilakukan terhadap struktur informasi software. Beberapa perubahan-perubahan data berikut yang secara frekuensi dapat mengakibatkan side effects. c. Documentation Side Effects, dimana maintenance harus focus kepada keseluruhan konfigurasi software dan bukan pada perubahan /modifikasi source code saja. Documentation side effects terjadi ketika perubahan terhadap source code tidak direfleksikan kedalam dokumentasi desain atau manual user.
3.3. Apa‐apa saja yang perlu diperhatikan bila organisasi mengambilakan kebijakan outsourcing dalam pengembangan sistem informasinya? Jelaskan!
Dalam rangka menentukan apakah suatu sistem teknologi informasi dikembangkan sendiri (insourcing) atau dikerjakan dan dioperasikan oleh pihak ketiga (outsourcing), hal ini ditentukan oleh faktor kemampuan sumberdaya (resources) yang dimiliki oleh suatu organisasi. Pilihan pada outsourcing biasanya hadir pada saat organisasi tidak memiliki sumberdaya yang baik untuk mengembangkan suatu sistem teknologi informasi. Outsourcing merupakan penyerahan tugas atau pekerjaan yang berhubungan dengan operasional perusahaan ataupun pengerjaan proyek kepada pihak ketiga atau perusahaan ketiga dengan menetapkan jangka waktu tertentu dan biaya tertentu dalam proses pengembangan proyeknya. Outsourcing pengembangan sistem teknologi informasi atau pengadaan sarana dan jasa pengembangan sistem teknologi informasi oleh pihak ketiga merupakan kebijakan strategis perusahaan yang berpengaruh terhadap proses bisnis dan bentuk dukungan TI yang akan diperoleh. Pengetahuan
tentang
kelebihan
dan
kekurangan
dari
sistem
outsourcing sangat diperlukan dalam rangka pengambilan keputusan untuk melakukan outsourcing dalam rangka pengembangan sistem teknologi
30
Sistem Informasi Manajemen – Take Home Ujian Akhir Trimester Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
informasi. Outsourcing biasanya menjadi pilihan karena memiliki kelebihankelebihan sebagai berikut (Jogiyanto, 2003) :
Biaya teknologi yang semakin meningkat dan akan lebih murah jika perusahaan tidak berinvestasi lagi namun menyerahkannya pada pihak ketiga dalam bentuk outsourcing yang lebih murah, dikarenakan outsourcer menerima jasa dari berbagai perusahaan sehingga biaya tetap outsourcer dapat dibagi ke beberapa perusahaan;
Mengurangi waktu proses, dimana beberapa outsourcer dapat dipilih untuk bekerja bersama-sama untuk membangun dan mengembangkan sistem teknologi organisasi yang terdiri dari berbagai proses dan tahapan;
Jasa yang diberikan kepada oursourcer pada umumnya lebih berkualitas dibandingkan jika pembangunan atau pengembangan sistem dilakukan secara internal. Hal ini disebabkan outsourcer memang memiliki spesialisasi dan keahlian pada bidang tersebut;
Terdapat perusahaan yang tidak memiliki sumberdaya manusia yang ahli dalam hal pembangunan dan pengembangan sistem informasi;
Meningkatkan fleksibilitas dalam melakukan atau tidak melakukan investasi pada pembangunan dan pengembangan sistem teknologi informasi;
Mengurangi resiko kegagalan yang mahal;
Organisasi dapat memfokuskan diri pada bidang pekerjaan utama yang jauh lebih penting. Disamping kelebihan yang diberikan oleh oursourcing, terdapat
beberapa kelemahan yang perlu menjadi perhatian bagi organisasi dalam memutuskan untuk menggunakan outsourcer, yaitu : a. Jika aplikasi yang dioutsource merupakan suatu aplikasi yang strategik atau bersifat rahasia bagi organisasi/perusahaan, maka ditakutkan sistem tersebut dapat ditiru untuk diaplikasikan ke perusahaan pesaing yang juga merupakan klien dari perusahaan outsourcing yang digunakan; b. Perusahaan akan kehilangan kendali atas aplikasi yang dioutsourcekan. Jika aplikasinya merupakan aplikasi yang bersifat kritikal yang harus segera
ditangani
jika
terjadi
gangguan,
maka
perusahaan
akan
31
Sistem Informasi Manajemen – Take Home Ujian Akhir Trimester Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
menanggung
resiko
keterlambatan
penanganan
jika
aplikasi
ini
dioutsourcekan karena harus menghubungi oursourcer terlebih dahulu. c. Jika kekuatan menawar ada di oursourcer, perusahaan dapat kehilangan banyak kendali di dalam memutuskan sesuatu yang berhubungan dengan sistem teknologi informasi yang dibangun, hal ini dapat diperparah jika timbul suatu konflik diantara keduanya. d. Organisasi dapat kehilangan keahlian dari belajar membangun dan mengoperasikan suatu aplikasi. IT Governance Institute (2005) memberikan aturan baku untuk outsourcing yang memiliki tahapan outsourcing life cycle sebagai berikut : Kesesuaian penandatanganan kontrak dan penandatanganan proses yang diselesaikan. Persetujuan Service Level Agreement (SLA) Proses Opersional yang dikembangkan Transisi tahapan layanan dan waktu pembayaran13 Tim operasional, artikulasi yang jelas hubungan dan interface Transisi dan Transformasi rencana penyelesaian Undang-undang sukses, bonus dan penalti Konsensus dalam menentukan tanggung jawab Penilaian kelanjutan kinerja dan gaya supplier outsource Keputusan untuk melakukan insourcing atau outsourcing didasarkan atas beberapa hal, diantaranya berdasarkan budget yang dianggarkan oleh perusahaan, keputusan strategik, kontribusi aktivitas teknologi informasi tersebut terhadap operasi dan posisi bisnis, serta berdasarkan pada analisis strategic grid (Jogiyanto, 2003). a. Berdasarkan besarnya budget : Sebenarnya keputusan untuk melakukan insourcing atau outsourcing tidak harus total, dimana organisasi dapat memilih salah satu diantara kedua pilihan tersebut atau dapat mengkombinasikan antara oursourcing atau insourcing dalam pengembangan suatu aplikasi, yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
32
Sistem Informasi Manajemen – Take Home Ujian Akhir Trimester Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
De facto insourcing; dimana organisasi memutuskan bahwa 100% dari anggaran pembangunan dan atau pengembangan sistem dan operasinya dilakukan oleh internal organisasi, yang pada umumnya dilakukan oleh departemen sistem informasi atau departemen teknologi informasi (TI); Total insourcing; dimana organisasi memutuskan bahwa sebagian besar (±80%) dari pengembangan dan kegiatan operasi teknologi informasi dilakukan secara internal oleh organisasi melalui departemen sistem informasi atau departemen teknologi informasi (TI); Selective outsourcing; dimana organisasi memutuskan bahwa sebagian besar (±80%) dari total anggaran pengembangan dan operasi sistem teknologi informasi dikembangkan dan dioperasionalkan oleh penyedia jasa outsourcing; Total outsourcing; dimana organisasi memutuskan untuk meyerahkan lebih dari 80% anggaran pengembangan dan operasi sistem teknolgi informasi kepada outsourcer. b. Berdasarkan jenis aplikasi : strategik dan kritikal: Aplikasi yang dapat dioutsourcekan adalah aplikasi yang tidak bersifat strategik dan kritikal, dimana jika aplikasi yang bersifat strategik dioutsourcekan, maka akan kehilangan keuntungan kompetisinya sehingga tidak dapat disebut strategik lagi. Kehilangan keuntungan kompetisi ini disebabkan karena outsourcer dapat menyediakan jasa yang sama terhadap pesaing, sehingga memungkinkan pesaing memiliki aplikasi yang sama. Aplikasi yang bersifat kritis juga sebaiknya tidak dioutsourcekan karena jika
terjadi
gangguan
dengan
aplikasinya,
maka
kemungkinan
keterlambatan dalam penanganan akan terjadi. Hal ini disebabkan lokasi outsourcer yang terpisah dari lokasi organisasi. c. Berdasarkan kontribusi aktivitas TI terhadap operasi dan posisi bisnis : Terdapat dua dimensi untuk mengevaluasi keputusan outsourcing, yaitu : Kontribusi TI terhadap posisi bisnis, yang terdiri dari : – Differensiasi, yaitu aktivitas TI memberikan kontribusi posisi bisnis yang strategik yang mampu membuat perusahaan berbeda dengan perusahaan lainnya;
33
Sistem Informasi Manajemen – Take Home Ujian Akhir Trimester Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
– Komoditas, yaitu aktivitas TI hanya seperti komoditas biasa, tidak menyumbangkan posisi strategik pada perusahaan. Kontribusi TI terhadap opeerasi bisnis, yang terdiri dari : – Critical; yaitu TI digunakan untuk operasi bisnis yang bersifat kritikal; – Useful; yaitu TI sangat berguna untuk digunakan pada operasi bisnis, namun bukan untuk operasi bisnis yang bersifat kritikal. Dari dua buah dimensi ini, dapat diperoleh empat kategori kontribusi TI terhadap posisi dan operasi bisnis sebagaimana berikut : Diferensiasi kritikal; dimana aktivitas TI dapat memberikan kontribusi posisi strategik pada perusahaan dan pada operasi yang kritikal, sehingga aplikasi TI harus dikembangkan dan dioperasikan sendiri oleh perusahaan, atau masuk dalam kategori insource. Komoditas kritikal; dimana aktivitas TI digunakan untuk operasi perusahaan yang bersifat kritikal namun tidak memberikan posisi strategik
bagi
perusahaan.
Aplikasi
TI
semacam
ini
dapat
dioutsourcekan sejauh masalah kritikal yang mungkin terjadi harus dipikirkan dan diatasi. Kategori ini disebut sebagai best source. Komoditas berguna; dimana aktivitas TI tidak digunakan untuk operasi yang kritikal dan tidak memberikan posisi strategik pada perusahaan. Aplikasi TI semacam ini sangat mungkin untuk dioutsourcekan. Kategori ini masuk dalam outsource. Diferensiasi berguna; dimana aktivitas TI tidak digunakan untuk operasi yang kritikal tetapi memberikan posisi strategik bagi perusahaan. Aplikasi TI semacam ini sebaiknya tidak dioutsourcekan. Kategori ini disebut sebagai eliminate atau migrate. d. Berdasarkan analisis strategic grid : Aplikasi TI yang memberikan posisi strategik bagi perusahaan sebaiknya tidak dioutsourcekan namun dikembangkan dan dioperasikan secara internal oleh perusahaan. Posisi perusahaan dalam strategic grid ditentukan oleh dua dimesi, yaitu ketergantungan operasi terhadap TI
34
Sistem Informasi Manajemen – Take Home Ujian Akhir Trimester Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
sekarang dan portofolio pengembangan aplikasi-aplikasi TI di masa depan. Dari kedua dimensi ini dapat diperoleh empat kuadran, yaitu : Factory, dengan rekomendasi aplikasi TI untuk dioutsourcekan; Strategic, dengan rekomendasi aplikasi TI untuk tidak dioutsourcekan; Support, dengan rekomendasi aplikasi TI untuk dioutsourcekan; Turnarround, rekomendasi aplikasi TI untuk tidak dioutsourcekan. Hal ini dapat dijelaskan secara visual pada Gambar 10.
Gambar 10. Analisis Strategic Grid
3.4. Kalau anda dipercaya untuk memimpin pembangunan sistem informasi terintegrasi bagi perusahaan di tempat anda bekerja langkah apa saja yang akan anda lakukan? Jelaskan!
Dalam membangun dan mengembangkan suatu sistem teknologi informasi, terdapat berbagai langkah dan tahapan yang perlu dilakukan, mulai dari tahap perencanaan sampai dengan penggunaan dan evaluasinya. Dalam membangun dan mengembangkan suatu sistem teknologi informasi juga 35
Sistem Informasi Manajemen – Take Home Ujian Akhir Trimester Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
diperlukan suatu tim yang solid dengan pimpinan proyek yang baik sehingga mampu menyusun rencana dan mengimplementasikan dengan baik serta mampu melakukan komunikasi dengan pengguna untuk mendapatkan feedback dan masukan mengenai sistem yang telah dibangun. McLeod (1996) menjelaskan tahapan yang perlu dilaksanakan oleh suatu tim pembangun dan pengembang sistem teknologi informasi, yaitu : 1. Tahap Perencanaan Pelaksanaan perencanaan dapat memberikan keuntungan bagi tim pengelola proyek pembangunan dan pengembangan sistem teknologi informasi, diantaranya : Dapat memberikan informasi untuk menentukan lingkup dari proyek, dimana dari tahap perencanaan dapat diketahui unit organisasi, kegiatan atau sistem mana yang terlibat. Mengenali
berbagai
area
permasalahan
potensial,
dimana
tahapperencanaan ini dapat memberikan informasi mengenai hal-hal yang mungkin salah sehingga dapat dicegah. Mengatur urutan tugas, sehingga dapat meningkatkan efisiensi. Memberikan dasar untuk pengendalian, dimana tingkat kinerja dan metode pengukuran tertentu dapat dispesifikasikan sejak awal. Pada tahap awal pengembangan sistem, analis sistem bertindak sebagai spesialis informasi yang bertanggungjawab untuk bekerjasama dengan pemakai. Anggota lain seperti pengelola database dan spesialis jaringan
mendapatkan
peran
pendukung.
Langkah-langkah
yang
diperlukan dalam tahapan perencanaan adalah : Menyadari masalah; Mendefinisikan masalah; Menentukan tujuan sistem; Mengidentifikasi kendala-kendala sistem; Membuat studi kelayakan; Mempersiapkan usulan penelitian sistem; Menyetujui atau menolak penelitian sistem; Menetapkan mekanisme pengendalian.
36
Sistem Informasi Manajemen – Take Home Ujian Akhir Trimester Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
2. Tahap Analisis Pada saat perencanaan telah selesai dan mekanisme pengendalian telah berjalan, maka tim proyek akan beralih pada analisis sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem yang baru atau diperbarui. Dalam tahap analisis, terdapat langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh tim pelaksana proyek, yaitu : bagiMengumumkan penelitian sistem; yaitu mengumumkan kepada pihak
manajemen
dan
user
mengenai
:
alasan
perusahaan
melaksanakan proyek dan bagaimana sistem mampu memberikan keuntungan bagi perusahaan dan pegawai; Mengorganisasikan tim proyek; dimana diperlukan peran aktif dari seluruh anggota proyek; Mendefinisikan kebuhutan informasi; Mendefinisikan kriteria kinerja sistem; Menyiapkan usulan rancangan; Menyetujui atau menolak rancangan proyek; dimana manajer dan komite pengarah Sistem Informasi Manajemen (SIM) mengevaluasi usulan rancangan dan menentukan apakah rancangan tersebut disetujui atau tidak. 3. Tahap Rancangan : Dengan memahami sistem yang ada dan persyaratan-persyaratan sistem baru, ketua tim proyek bersama dengan anggotanya dapat membahas rancangan sistem baru, melalui langkah-langkah sebagai berikut : Menyiapkan rancangan sistem yang terinci; Mengidentifikasikan berbagai alternatif konfigurasi sistem; dimana analis dalam proyek ini harus mengidentifikasi konfigurasi peralatan komputer yang akan memberikan hasil terbaik bagi sistem untyk meyelesaikan suatu pemrosesan. Identifikasi ini merupakan suatu proses yang berurutan, yang dimulai dari dengan identifikasi berbagai kombinasi yang dapat menyelesaikan setiap tugas. Analis proyek akan menghapus kombinasi dari peralatan yang jelas tidak kompatibel atau tidak dapat diterima serta mengurangi alternatif keputusan.
37
Sistem Informasi Manajemen – Take Home Ujian Akhir Trimester Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
Mengevaluasi berbagai alternatif konfigurasi sistem; dimana analis bekerjasama dengan manajer, mengevaluasi berbagai alternatif sehingga mendapatkan alternatif yang mampu dan memungkinkan subsistem memenuhi kriteria kinerja dengan kendala-kendala yang ada. Memilih konfogurasi yang terbaik; dimana analis mengevaluasi semua konfigurasi subsistem dan menyesuaikan kombinasi peralatan sehingga semua subsistem menjasi suatu konfigurasi tunggal. Menyiapkan usulan penerapan; dimana analis menyiapkan usulan penerapan yang menjelaskan tugas-tugas penerapan yang harus dilakukan, keuntungan yang diharapkan dan biayanya. Menyetujui atau menolak penerapan sistem. 4. Tahap Penerapan : Penerapan merupakan kegiatan untuk memperoleh dan mengintegrasikan sumberdaya fisik dan konseptual dalam rangka menghasilkan suatu sistem yang bekerja dengan baik. Langkah-langkah yang perlu dilaksanakan dalam tahapan penerapan yaitu : Merencanakan penerapan; dimana manajer dan ketua tim proyek bersama dengan anggotanya perlu memahami dengan baik bagaimana suatu sistem yang dibangunnya akan bekerja. Mengumumkan penerapan kepada user; dimana pada tahap ini dilakukan suatu sosialisasi kepada pegawai sebagai user, dengan ini diharapkan adanya kerjasama yang baik dari user dalam implementasi sistem baru yang diluncurkan. Mendapatkan sumberdaya perangkat keras; dimana rancangan sistem pasti memerlukan sumberdaya hardware yang sesuai agar suatu sistem dapat berjalan dengan baik. Mendapatkan
sumberdaya
software;
dimana
saat
perusahaan
memutuskan untuk melakukan insourcing, maka programmer dapat menggunakan dokumentasi yang telah disiapkan oleh analis sistem sebagai titik awal. Programmer dapat menyiapkan dokumentasi yang lebih terinci dan melakukan pengkodean serta pengujian program.
38
Sistem Informasi Manajemen – Take Home Ujian Akhir Trimester Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
Namun jika perusahaan memutuskan untuk membeli perangkat lunak jadi atau melakukan outsource, maka perlu dilakukan pemilihan pemasok
perangkat
lunak
atau
perusahaan
penyedia
jasa
pembangunan dan pengembangan aplikasi. Menyiapkan database; Menyiapkan fasilitas fisik; yaitu fasilitas yang diperlukan untuk mendukung
sumberdaya
yang
telah
ditentukan,
misalnya,
pembangunan atau penyediaan ruangan, alat pengendali suhu, peralatan pendeteksi api, pemadam kebakaran, dan sebagainya. Melakukan pendidikan dan pelatihan kepada calon pengguna (user). Masuk ke sistem baru (implementasi); dimana terdapat empat pendekatan dasar untuk pengaplikasian sistem baru (mengganti sistem lama dengan sistem baru), yaitu : – Percontohan (Pilot Project), yang merupakan suatu sistem percobaan yang diterapkan dalam satu subset dari keseluruhan operasi, seperti salah satu bagian atau kantor atau daerah tertentu. – Serentak (Immediate), yang merupakan suatu pendekatan paling sederhana yang dilakukan dengan mengalihkan sistem lama ke sistem baru pada suatu waktu tertentu. Pendekatan ini hanya layak untuk perusahaan berskala kecil karena permasalahan waktu menjadi sangat besar pada perusahaan dengan skala besar. – Bertahap (Phased), dimana sistem baru digunakan pada bagian per bagian pada suatu waktu. – Paralel (Parallel), dimana sistem lama dipertahankan sampai dengan
sistem
baru
telah
diperiksa
secara
menyeluruh.
Pendekatan ini memberikan pengamanan yang baik terhadap kegagalan namun memberikan biaya yang paling mahal. 5. Tahap Penggunaan : Menggunakan Sistem; dimana pemakai menggunakan sistem baru untuk mencapai tujuan yang diidentifikasikan pada tahap perencanaan.
39
Sistem Informasi Manajemen – Take Home Ujian Akhir Trimester Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
Audit Sistem; dimana setelah sistem baru mulai mapan, penelitian fomal perlu dilakukan untuk menentukan seberapa baik suatu sistem memenuhi kriteria kinerja. Pemeliharaan Sistem; dimana pemeliharaan sistem harus menjadi perhatian utama, karena biayanya yang sangat tinggi. Ppemeliharaan sistem ini memiliki tujuan untuk : –
Memperbaiki Kesalahan (Correcting Errors), dimana maintenance dilakukan untuk mengatasi kegagalan dan permasalahan yang muncul saat sistem dioperasikan. Sebagai contoh,
maintenace dapat
digunakan untuk mengungkapkan kesalahan pemrograman (bugs) atau kelemahan selama proses pengembangan yang tidak terdeteksi dalam pengujian sistem, sehingga kesalahan tersebut dapat diperbaiki. –
Menjamin dan Meningkatkan Kinerja Sistem (Feedback Mechanism) Kajian pasca implementasi sistem merupakan salah satu aktivitas maintenance yang meliputi tinjauan sistem secara periodik. Tinjauan periodik atau audit sistem dilakukan untuk menjamin sistem berjalan dengan baik, dengan cara memonitor sistem secara terus-menerus terhadap potensi masalah atau perlunya perubahan terhadap sistem. Sebagai contoh, saat
user menemukan
errors pada saat sistem
digunakan, maka user dapat memberi umpan balik atau feedback kepada spesialis informasi guna meningkatkan kinerja sistem. Hal ini yang menjadikan system maintenance perlu dilakukan secara berkala, karena system maintenance akan senantiasa memastikan sistem baru yang di implementasikan berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan penggunaanya melalui mekanisme umpan balik. –
Menjaga Kemutakhiran Sistem (System Update) Selain sebagai proses perbaikan kesalahan dan kajian pasca implementasi, sistem maintenance juga meliputi proses modifikasi terhadap sistem yang telah dibangun karena adanya perubahan dalam organisasi atau lingkungan bisnis. Sehingga,
system maintenance
menjaga kemutakhiran sistem (system update) melalui modifikasimodifikasi sistem yang dilakukan.
40
Sistem Informasi Manajemen – Take Home Ujian Akhir Trimester Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
BAB IV. PENUTUP
1.
Perangkat Lunak dikatakan baik apabila dapat secara utuh dan “sempurna” memenuhi kriteria spesifik dari organisasi perusahaan yang membutuhkan. Hal ini sering di istilahkan sebagai pemenuhan terhadap “User requirement” atau kebutuhan pengguna, dimana pengukuran atas kualitas software dapat dilakukan melalui dua sudut pandang, yaitu melalui sudut pandang produk dan sudut pandang proses. Pengukuran kualitas software melalui sudut pandang produk dapat dilakukan dengan menggunakan standar ISO 9126, sedangkan untuk pengukuran kualitas software melalui sudut pandang proses dilakukan dengan menggunakan standar ISO 9001.
2.
Pentingnya
software
maintenance
disebabkan
oleh
biaya
software
maintenance yang semakin tahun semakin meningkat, dimana terdapat suatu biaya yang tidak terlihat dalam software maintenance yang mengakibatkan kesempatan yang tertunda atau hilang karena ketersediaan sumberdaya harus dialihkan pada tugas maintenance. 3.
Keputusan untuk melakukan insourcing atau outsourcing didasarkan atas beberapa hal, diantaranya berdasarkan budget yang dianggarkan oleh perusahaan, keputusan strategik, kontribusi aktivitas teknologi informasi tersebut terhadap operasi dan posisi bisnis, serta berdasarkan pada analisis strategic grid.
4.
Dalam membangun dan mengembangkan suatu sistem teknologi informasi, terdapat berbagai langkah dan tahapan yang perlu dilakukan, mulai dari tahap perencanaan sampai dengan penggunaan dan evaluasinya. Dalam membangun dan mengembangkan suatu sistem teknologi informasi juga diperlukan suatu tim yang solid yang mampu menyusun rencana dan mengimplementasikan dengan baik serta mampu melakukan komunikasi dengan pengguna untuk mendapatkan feedback dan masukan mengenai sistem yang telah dibangun.
41
Sistem Informasi Manajemen – Take Home Ujian Akhir Trimester Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
DAFTAR PUSTAKA Jogiyanto, 2003. Sistem Teknologi Informasi (Pendekatan Terintegrasi: Konsep Dasar, Teknologi, Aplikasi, Pengembangan dan Pengelolaan). Yogyakarta : Penerbit Andi. Kadir, Abdul. 2003. Pengenalan Sistem Informasi. Yogyakarta : Penerbit Andi. Laudon C Kenneth dan Jane P Laudon .2002. Management Information Systems “Managing the Digital Firm”. Upper Saddle River, New Jersey : Prentice Hall Inc. McLeod, Raymond Jr. 1996. Sistem Informasi Manajemen : Jilid 1 (terjemahan). Jakarta : PT. Prenhallindo. Mulyanto, Aunur R. 2008. Rekayasa Perangkat Lunak Jilid 1 untuk SMK. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta. Nugroho P Eddy et. al. 2009. Rekayasa Perangkat Lunak. Bandung : Politeknik Telkom. O’Brien, James A. dan Marakas, George M. 2009. “Management Information Systems, 9th Edition”. McGraw-Hill/ Irwin, New York. Pressman S. Roger. 2002. Rekayasa Perangkat Lunak Pendekatan Praktisi (Buku Satu). Yogyakarta : Penerbit Andi. Pressman S. Roger. 1997. Software Engineering : A Practitioner’s Approach. New York : McGraw Hill. Simarmata, Janner. 2010. Rekayasa Perangkat Lunak.Yogyakarta : Penerbit Andi. Sommerville, Ian. 2003. Rekayasa Perangkat Lunak : Edisi 6 Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga.
42