TAKE HOME TEST MANAJEMEN TEKNOLOGI
Dosen: Ir. Nazaruddin, MT
Oleh: Iswandi Idris ( 087025008 )
Magister Teknik Industri Universitas Sumatera Utara 2009
TAKE HOME TEST : MANAJEMEN TEKNOLOGI NAMA : ISWANDI IDRIS NIM : 087025008 1. Kelebihan dan Kekurangan Tchnology Push, Market Pull dan Kombinsi keduanya beserta contoh.
Technology Push
Market pull
Kombinasi
- “Anda harus menjual apa yang dapat anda buat” - Produk baru diperoleh dari teknologi produksi - Penggunaan teknologi yang canggih dan kemudahan operasi , dengan sedikit perhatian terhadap pasar. - suatu produk atau teknologi baru didorong atau dijual ke pasar (potential customer) yang tidak meminta atau mengetahui perihal produk atau teknologi baru tersebut. - Technolgy Push akan menuju kepada radical innovation.
- “Anda harus membuat apa yang dapat dijual” - Produk baru ditentukan oleh pasar berdasarkan kebutuhan pelanggan - Jenis produk baru ditentukan melalui penelitian pasar & umpan balik pelanggan , dgn sedikit perhatian terhadap teknologi - Need Pull akan menuju pada terbentuknya
- Produk baru memerlukan kerjasama diantara pemasaran, operasi, keterampilan teknik, dan fungsi lainnya sehingga menghasilkan produk yang memenuhi kebutuhan pelanggan dengan penggunaan teknologi yang memberikan manfaat terbaik. - proses technical-linking dan need-linking
incremental innovation. -
Gbr. Teknologi push
Gbr. Market full
-
-
- Identify and verify a market SDM Harus terampil dan need up date teknologi Guess suitable (e.g.estimatemarketsize, applications demand, ROI) (Medical?Automotive? Toys? Military? Food? - Find a solution that reliefs the potential customers Health/beauty?) from their “pain” Contact people in each Invent new technology
industry and try to - Solve design issues explore feasibility / need for each potential - Work out manufacturing issues (cost and reliability) application scenario -
-
-
Figure market size, - Profit by increased sales margin demand, payback for each feasible path - Listening to potential customers prior to As an “outsider”, data is developing technologies not easily available intended for the commercial Technologies are marketplace (Problem in developed first and then need of a solution) customers are sought (Solution in search of a problem)
Perusahaan harus mampu - Development of database - Analysis and assessment of menyeimbangkan referral services the markets teknologi yang - Outreach programs - Identification of potential dimilikinya dengan (newsletters, brochures, applications perkembangan pasar reports) dalam waktu relatif - Advisory panels singkat - Aggressive salesmanship Activities:
Activities:
Potential Problems:
Potential Problems:
Potential Problems:
- Greater risk of not finding - Risk of losing out when their Biaya Produksi sangat a market for their market experiences a tinggi, karena harus technologies downturn menyesuaikan teknologi - Need to have large cash - Greater risk that their dan perkembangan pasar periode competitors will pull ahead of dalam reserves them with a new product line pemasaran yang singkat Contoh produk yang dikembangkan secara pull adalah Walkman, dimana dikembangkan oleh Sony tanpa menggunakan riset pasar tertentu, salah satu pendirinya menggunakan sebuah Sony portable stereo tape recorder dan sebuah headphones
Contoh produk yang dikembangkan berdasarkan Market Pull adalah processor Intel Atom yang merupakan processor yang dikembangkan dengan transistor terkecil didunia. Processor Intel Atom didasarkan pada rancangan baru secara keseluruhan, dikembangkan untuk konsumsi
Contoh Produk: Mobil,perkembangan mobil dipengaruhi oleh teknologi baru dan juga keinginan konsumen, hai ini salah satunya dilakukan dengan QFD produk mobil, sehingga perkembangannya sangat dipengaruhi
berukuran standard untuk mendengar sebuah kaset. Dia mengeluh kepada Akio Morita, presiden Sony saat itu. Morita meminta kepada insinyur-nya untuk mengeluarkan rangkaian perekam dari salah satu perekam kaset kecil produksi mereka (Pressman), dan mengantikannya dengan suatu amplifier stereo. Sebagai tambahannya dia meminta untuk dibuat sebuah headphone berukuran ringan. Headphone tersebut menjadi tantangan teknis yang terbesar dalam proyek tersebut dan merupakan komponen yang paling inovatif – segalanya merupakan suatu aplikasi baru dari teknologi yang ada pada saat itu.
listrik yang rendah dan dirancang khusus untuk untuk gelombang baru dipasar perangkat Internet bergerak (netbook), PC biaya murah. Sikecil yang menakjubkan ini adalah didasarkan pada suatu rancangan baru, kecil tetapi cukup powerful untuk memungkinkan pengalaman berinternet, dan kami percaya akan memperlancar inovasi baru pada industrinya.
dengan minat dan keinginan konsumen
2. Kebijakan yang berkaitan dengan penggunaan teknologi agar daya saing produk dapat ditingkatkan. Berdasarkan hasil penilaian masing-masing komponen perangkat teknologi maka kebijakan yang dapat di ambil dalam memproduksi produk X adalah memposisikan Teknologi inti tersebut dengan nilai kontribusi total dari setiap asset teknologi inti, yaitu dengan matriks berikut: Matriks Kepentingan dan Daya kompetisi, yaitu:
Tingkat Kepentingan Usaha Tinggi
Menengah
Rendah
T1,I1 I3, T1,I3
T2,T3, I2
T4,I4
H4
H2
H1, H3
O3 ,
O1, O4
O2
Memimpin Posisi Kompetitif Teknologi Sama
Mengikuti Keterangan: T1 = Technoware H1= Humanware I1 = Infoware O1 = Organware
Analisa : Berdasarkan data diatas maka dapat dihitung Index penguasaan masingmasing teknologi untuk memproduksi produk X : I1 = (0.30 x 0.80) + (0.25 x 0.40) + (0.30 x 0.70) + (0.15 x 0.80) = 0.67
I2 = (0.30 x 0.60) + (0.25 x 0.40) + (0.30 x 0.40) + (0.15 x 0.50) = 0.58 I3 = (0.30 x 0.70) + (0.25 x 0.40) + (0.30 x 0.70) + (0.15 x 0.90) = 0.66 I4 = (0.30 x 0.50) + (0.25 x 0.90) + (0.30 x 0.60) + (0.15 x 0.60) = 0.65 Berdasarkan bobot dan pemetaan pada matriks tersebut diperoleh bahwa Technoware dan Organware memiliki penilaian komponen teknologi yang memimpin, yaitu 0,30, sehingga dari hasil tersebut dapat ditentukan kebijakan yang dapat diambil yaitu strategi-posisi teknologi dengan posisi nilai kompetitif teknologi Memimpin dengan Tingkat kepentingan Usaha Tinggi.
Kesimpulan : Berdasarkan hasil perhitungan Index penguasaan teknologi tersebut, maka sebagai seorang manajer teknologi dapat diputuskan untuk menggunakan teknologi T1 (karena memiliki index tertinggi yaitu 0.67) agar daya saing produk X dapat ditingkatkan.
3. Diketahui : Demand rata-rata = 30 ton/bulan = 30.000 kg/bulan Alternatif teknologi = manual, semi otomatis, dan otomatis Fixed Cost manual = Rp. 20 jt Fixed Cost semi otomatis = Rp. 18,5 jt Fixed Cost otomatis = Rp. 16 jt Biaya Variabel manual = Rp. 150 Biaya Variabel semi otomatis = Rp. 175 Biaya Variabel otomatis = Rp. 185
Asumsi : Tingkat produksi rata-rata bulanan adalah sama dengan demand rata-rata yaitu = 30.000 kg/bulan
Keterangan Manual
Semi otomatis
Otomatis
Biaya tetap
Rp 20.000.000,-
Rp 18.500.000,-
Rp 16.000.000,-
Biaya
Rp 150,- x 30.000 Rp 175,- x 30.000 Rp 185,- x 30.000
variabel
= Rp 4.500.000,-
= Rp 5.250.000,-
= Rp 5.550.000,-
Total
Rp 24.500.000,-
Rp 23.750.000,-
Rp 21.550.000,-
Kesimpulan : Dari hasil perhitungan Total Cost pada tingkat produksi 30 ton, dan dengan asumsi tidak ada perubahan demand yang signifikan, maka saya akan memilih teknologi otomatis dalam membangun pabrik tapioka karena akan menghasilkan Total Cost yang terendah yaitu Rp. 21,55 jt.
4. Beberapa pendekatan konvergen, divergen berimbang; pendekatan strategis mana yang dipilih untuk mengembangkan teknologi di Politeknik LP3I Medan:
Ada beberapa alasan kenapa perencanaan strategis harus dibuat, yang pertama adalah karena sumber daya yang dimiliki organisasi sangat terbatas, sehingga harus digunakan seoptimal mungkin. Kedua, untuk meningkatkan daya saing atau kinerja organisasi, karena para kompetitor memiliki sumber daya teknologi yang sama dan pembedanya nanti adalah siapa yang memiliki eksekusi terbaik. Alasan ketiga adalah untuk memastikan bahwa aset TI dapat dimanfaatkan secara langsung maupun tidak langsung meningkatkan profitabilitas organisasi, baik berupa peningkatan pendapatan (revenue) maupun pengurangan biaya-biaya (costs). Keempat adalah untuk mencegah terjadinya kelebihan investasi (over investment) atau kekurangan investasi (under investment) di bidang TI. Dan alasan terakhir adalah untuk menjamin bahwa TI yang direncanakan dan dikembangkan benar-benar menjawab kebutuhan bisnis organisasi. Tidak semua produk TI tergolong baik, dari sekian banyak produk yang ditawarkan, lebih banyak yang gagal daripada yang berhasil. Sebab itu pada
tahap persiapan dan perencanaan, akan dianalisa dan diusulkan beberapa skenario atau pilihan (options), dimana setiap skenario memiliki variabelnya masing-masing seperti biaya (costs), manfaat (benefits), resiko (risks), dampak (impacts), tingkat kesulitan (complexity), hambatan (constraints), dan hal-hal terkait lainnya. Para pengambil keputusan juga harus mempelajari arah dan perkembangan TI secara global agar tidak terjadi kesalahan dalam pemilihan teknologi yang diterapkan dan dikembangkan di organisasi. Maka harus dilakukan pemilahan terhadap teknologi mana saja yang masih dalam tahap percobaan atau perkenalan (infancy/emerging), perkembangan (growth), stabil (mature), dan mulai ditinggalkan (facing out). Tentunya dalam pembuatan sistem jangka panjang dan perencanaan harus diperhatikan agar jangan sampai menggunakan metode atau teknologi yang sudah mengarah ke teknologi basi (facing out). POLITEKNIK LP3I melalui program-program pendidikannya menjawab tantangan ini. Proses belajar mengajar disajikan melalui pendekatan praktis, diskusi kelompok, simulasi, role play dan latihan/kerja praktek (on the job training). Disamping itu diadakan kegiatan mentoring agama untuk pembinaan mental spiritual, antara lain untuk memupuk sikap jujur, disiplin, memiliki etika sopan santun dan moral secara umum. Pendekatan-pendekatan ini ternyata menunjang keberhasilan para peserta didik untuk dapat memahami dan mampu keahliannya. Baik melalui kerja praktek di perusahaan-perusahaan, maupun di lapangan kerja yang sesungguhnya.
Selama proses belajar berlangsung peserta program pendidikan POLITEKNIK LP3I mendapat dukungan dan bimbingan penuh dari staf pengajar yang berasal dari kalangan akademisi dan praktisi profesional yang aktif. Suasana yang sama juga akan didapat pada saat peserta terlibat dalam situasi nyata dari persoalan bisnis di perusahaan ketika mengikuti pemagangan dan praktek kerja.
Penulis sebagai dosen tetap dan penanggung jawab Web yang selama ini melihat pengembangan dan pemanfaat teknologi IT diperusahaan cenderung menggunakan pendekatan Bottom Up (divergen), dimana pengembangan dan pemanfaatan teknologi diserahkan kepada usulan saya sendiri, sesuatu kendala yang dihadapi adalah kesulitan pada tahapan implementasi dan integrasi sistem karena kurangnya kesadaran dosen dan pimpinan untuk memanfaatkan teknologi ini. Pendekatan dengan menggunakan pendekatan Top Down (konvergen) juga tidak dapat diharapkan, karena keeengganan
pimpinan lembaga untuk investasi mensuport IT, walaupun pengetahuan dan ketertarikan pimpinan terhadap teknologi IT sudah cukup lumayan, walaupun sebenarnya pendekatan Top Down dapat sangat membantu, dengan adanya visi dan penekanan Direktur Politeknik LP3I Medan menyebab masing-masing dosen dan karyawan akan melihat pemanfaatan teknologi IT merupakan bagian dari strategi. Berdasarkan pengamatan penulis pendekatan berimbang dapat dilakukan, yaitu dengan memberi pengetahuan dan pengertian kepada pimpinan Politeknik LP3I Medan tentang potensi pemanfaatan IT untuk mendukung pertumbuhan bisnis dan mempertahankan daya saing perusahaan terkait dengan ketersediaan data yang cepat dan akurat untuk pengambilan keputusan, effisiensi dan produktifitas tinggi, serta memberikan contoh manfaat dari hasil implementasi proyek yang telah dijalankan kepada level manajer dan supervisor, dan dari hasil tersebut telah menciptakan kesadaran dan kebutuhan baru, sehingga pimpinan politeknik lp3i medan mengganggarkan dana untuk proyek IT.
5. Strategi yang paling tepat diterapkan di Politeknik LP3I Medan: Ada empat strategi dasar teknologi yaitu : first to market, first follower dan overtaker, cost minimization, dan market niche. Masing-masing strategi memiliki dampak pada pegawai Teknis dan Organisasi sbb : 1.
2.
3.
4.
Menerapkan strategi “first-to-market”, perusahaan membutuhkan para engineering kreatif dan berjiwa enterpreneur, mempunyai kemampuan personal yang tinggi serta berani mempertaruhkan resiko bisnis untuk memajukan teknologi diluar state of art-nya dan mampu melakukan inovasi radikal. Strategi “fast-follower-and-overtaker”, membutuhkan tim yang fleksibel, yang terdiri dari engineer yang tanggap terhadap perkembangan pesaing pioner, untuk segera melakukanimitasi inovatif dalam suatu spesifikasi fungsi yang terjabar dengan baik. Strategi minimasi biaya, pegawai engineering harus lebih mengkonsentrasikan diri dalam proses dari pada pengingkatan produk, tujuannya aalah untuk melakukan proses desainsecepat mungkin, menghindarkan diri upaya perbaikan yang terlalu mahal atau melakukan perubahan dalam spesifikasi, dan memendekan kurva belajar dengan melakukan prosesperbaikan berkesinambungan, seperti dengan menerapkan otmasi, pengantian material, dan minimasi persediaan. Strategi niche pasar membutuhkan suatu tim rekayasa aplikasi dan custom, serta perancang produk yang telah ahli, yang dapat membuat suatu produk secara customize untuk memenuhi spesifikasi pelanggan dengan perubahan minimum dari hardware dansoftware.
Analisis Berangkat dari analisis SWOT secara mendalam pada Politeknik LP3I Medan: Tabel Analisis SWOT
Faktor Internal
Kekuatan
Kelemahan
- Proses rekrutment mahasiswa baru yang terkoordinasi. - Memberikan kebebasan bagi dosen untuk melanjutkan studi yang lebih tinggi (S2) - Struktur kurikulum Up to date dan telah disesuaikan dengan permintaan dunia usaha - Terjadi koordinasi antar Prodi dalam pemanfaatan sarana dan prasarana - Menjalin kerjasama dengan instansi lain untuk mendapatkan dana di luar SPP - Struktur sesuai dengan kebutuhan - Melakukan kerjasama dengan pihak lain (pengguna) dengan pihak lain - Membuat standar kelas kecil 1 : 25 - Penilaian kinerja dosen setiap semester dilakukan oleh mahasiswa - Mencari sumber dana baru bagi kegiatan Tri Dharma PT. - Memasang jaringan internet - Evaluasi kurikulurn dan silabus dilaksanakan secara rutin - Rata-rata calon lulusan sudah bekerja - Jumlah lulusan masih sedikit - Pimpinan menerima usulan program kerja dari bawahan - Keterlibatan pimpinan dalam menyukseskan program kerja lembaga tinggi
- Lemahnya data base program studi. - Penyebaran informasi terlambat. - Koordinasi dalam proses pelaksanaan Tridarma PT kurang optimal.
- Belum memiliki tolak ukur yang layak untuk
-
-
-
menerima mahasiswa sesuai dengan bidang yang diminatinya. Kuantitas tenaga admnistrasi kurang Staf pengajar tetap terbatas Staf administrasi Prodi tidak ada belum optimalnya sistem manajemen perekrutan karyawan akademis dan non akademis Masih belum adanya tolak ukur kurikulum sebagai pembanding dan terbatasnya SDM untuk merevisi kurikulum sesuai dengan kompetensi. belum optimalnya sistem manajemen laboratorium bidang teknik Informasi penggunaan sarana dan prasarana perkuliahan overlapping Setiap Prodi menggunakan sarana dan prasarana secara bersama Perawatan sarana dan prasarana terkendala keterbatasan anggaran Belum adanya prasarana dan sarana untuk pengabdian masyarakat Belum optimalnya sistem manajemen pemberdayaan sumber daya energi Belum optimalnya sistem manajemen ruang perpustakaan untuk melayani semua prodi Sistem manajemen fasilitas praktikum belum optimal Belum optimalnya penggunaan sistem akuntansi dan keuangan Pendanaan tergantung Pada SPP mahasiswa. Manajemen sumber daya keuangan belum optimal. Anggaran rutin untuk pelatihan karyawan belum terlaksana. kurangnya sistem manajemen kerja sama dengan pihak industri Belum optimalnya sistem pengaturan dan pelaksanaan tugas/job description dari struktur organisasi Fungsi dan tugas pokok tumpang tindih. Senat Perguruan Tinggi tidak berfungsi. Belum memiliki Standard Operasional (SOP). Sistem pengajian karyawan dan dosen tidak mempunyai kriteria yang jelas. Tata kelola perpustakaan belum memadai Sistem reward dan punishment belum berjalan merata. Belum terlaksananya anggaran rutin untuk pelaksaan pelatihan karyawan dan dosen. Pelaksanaan program tergantung dengan anggaran. Manajemen perpustakaan belum optimal. Standar kelengkapan perpustakaanrendah. Akreditasi prodi belum sesuai dengan target yang diharapkan. Pengabdian masyarakat belum optimal.
- Belum berjalannya manajemen kelembagaan dan lingkungan organisasi mahasiswa
- belum optimalnya sistem lembaga. - Fungsi kehumasan belum optimal. - Sistem menejemen dan kinerja staf belum optimal.
- Dukungan -
-
Faktor
-
Eksternal
-
Peluang - Prospek kerjasama dengan instansi lain cukup terbuka. - Berkembangnya teknologi internet. - Banyak penawaran beasiswa untuk melanjutkan studi lanjut. - Dikti memberikan peluang membuat kurlok yang sesuai dengan kebutuhan pengguna/pasar - Kesediaan Program Studi lain untuk memanfaatkan sarana dan prasarana secara bersama-sama - Program Kerjasama dapat dikembangkan sebagai sumber dana - Otonomi Perguruan Tinggi memungkinkan pengembangan sumber dana. - Adanya aturan dari Dikti yang memberi keleluasaan dalam memilih pimpinan yang lebih menekankan pada aspek kepangkatan/senioritas - Prospek kerjasama dengan instansi lain cukup terbuka - Berkembangan teknologi Internet
(SO)
- Membina kerjasama dosen dan praktisi dengan dunia kerja - Sosialisasikan kurikulum ke lulusan SMA dan SMK - Optimalkan sarana dan prasarana untuk meningkatkankompetensi mahasiswa - Menyesuaikan kompetensi lulusan sesuai dengan perkembangan IPTEK - Menyeimbangkan Tupoksi Struktur organisasi sesuai perkembangan pasar global - Melatih mahasiswa sesuai dengan kompetensi masing-masing Prodi - Beri kesempatan dosen untuk menyusun bahan ajar sesuai kompetensi masing-masing Prodi - Memotivasi dosen untuk mengikuti penelitian - peningkatan kualitas dosen dimulai dari sistem perekrutan. - memperbaiki sistem manajemen akademik prodi teknik industri yang berkaitan dengan kurikulum, dosen dan mahasiswa.
bawahan dalam menyukseskan program kerja rendah. Belum tercapainya peningkatan pendidikan secara kualitatif dan kuantitatif. Usaha meningkatkan daya saing Prodi terbatas. Prodi masih belum memiliki budaya kreatifitas yang menghasilkan income. Belum terelenggaranya kegiatan/forum ilmiah dan karya tulis. Belum optimalnya sistem manajemen akademik prodi TI. Belum mempunyai sistem Informasi alumni yang baik Metode penelurusan alumni dan kepuasan pengguna kurang baik Belum ada keseragaman dalam metode pengajaran Kemampuan bahasa Inggris mahasiswa terbatas Belum adanya pengawasan Prodi terhadap materi perkuliahan berdasarkan SAP masih terbatas Kunjungan mahasiswa ke dunia industri masih terbatas Keterlibatan mahasiswa dan dosen dalam kegiatan penelitian dosen terbatas belum optimalnya sistem manajemen pengrekrutan mahasiswa baru belum melakukan pertemuan secara berkala untuk menjelaskan sistem evaluasi dan proses belajar mengajar Sistem informasi antar unit kerja belum terintegrasi belum terkoneksinya perpustakaan dan BAA secara online pada jaringan internet Prasarana perpustakaan kurang memadai Quality Assurance (QA) belum berjalan Masih adanya perbedaan persepsi menajemen dalam mengimplementasikan konsep penjamin mutu. IPK lulusan rendah Pemantau lulusan oleh Prodi belum berjalan dengan baik Sebagian lulusan bekerja tidak sesuai bidang Jumlah Lulusan masih sedikit Partisipasi alumni bagi pengembangan Politeknik LP3I belum ada Belum adanya keterlibatan persatuan orang tua bagi pengemba ngan kemahasiswaan Belum maksimalnya program bimbingan dan karir mahasiswa Publikasi pada jumal ilmiah kurang Keterlibatan mahasiswa dalam kcgiatan penelitian dosen rendah pengabdian masyarakat rendah Usulan program kerja tidak dibuat secara sistematis
(WO)
-
-
-
-
-
mengembangkan sistem akuntansi dan manajemen keuangan perguruan tinggi yang akuntabel dan transparan. melakukan kerja sama dengan pihak luar seperti industri/instansi, Pemda dan lain-lain. memperbaiki sistem perekrutan dosen tetap dan staf akademik sesuai dengan kapasitas yang seharusnya, perbaikan sistem manajemen informasi perpustakaan yang terintegrasi setiap prodi sehingga tidak memerlukannya ruangan yang begitu besar untuk pengadaan perpustakaan memperbaiki sistem manajemen penyelenggaraan praktikum memperbaiki sistem manajemen perpustakaan, mengaktifkan staf untuk membuat diktat kuliah melakukan training karyawan di bidang manajemen perpustakaan dan melakukan kerjasama dengan perpustakaan universitas lain, mengoptimalkan sistem dan kapasitas perpustakaan,
- Banyak penawaran bagi dosen dan mahasiswa untuk mengembangkan diri - Banyak penawaran sumber dana penelitian - Banyak penawaran pemasangan jaringan internet - Dikti memberi kesempatan untuk mengevaluasi kurikulum dan silabus. - Kesempatan kerja bagi lulusan luas - Banyak penawaran dana penelitian - Banyak jurnal ilmiah terakreditas dalam bidang yang relevan - Banyak desa yang membutuhkan kegiatan pengabdian - Banyaknya pelatihan kepemimpinan di luar institusi
-
-
Ancaman
-
-
-
Kompetisi mendapatkan dana diluar SPP sangat tinggi Adanya penyeragaman struktur dari Dikti Kepedulian alumni terhadap pengembangan Program Studi masih rendah Kompetisi antar Perguruan Tinggi sangat ketat Tingkat kompetisi yang tinggi dalam memperoleh sumber dana penelitian Sekitar kampus daerah rawan petir Tuntutan masyarakat selalu berubah Mental lulusan masih rendah Kompetisi dalam memperoleh dana penelitian tinggi Semakin kompleksnya tuntutan masyarakat dalam kegiatan pengabdian
(ST)
- meningkatkan manajemen layanan penggunaan internet pada staf pengajar dan mahasiswa, - mengkoneksikan jaringan internet pada sistem informasi perpustakaan dan sistem informasi akademik, - mengoptimalkan sistem yang terintegrasi bagi kegiatan akademik seluruh calon mahasiswa baru, - memperbaiki sistem perekrutan mahasiswa sesuai dengan kriteria perguruan tinggi, yang diteruskan dengan memberikan matrikulasi bagi mahasiwa yang telah diterima nantinya, - pelatihan penjamin mutu oleh lembaga lain yang telah berhasil menjalankan konsep penjamin mutu. - mewajibkan dosen memberikan tugas dan studi literatur mahasiswa dalam bahasa Inggris, - melakukan rapat kurikulum setiap tahun dengan mengundang praktisi dan akademisi dari kampus terkemuka - sistem penilaian terhadap kemampuan dan kinerja dosen, serta sistem peningkatan karirnya, - mewajibkan penelitian bagi dosen dan memberikan pelatihan penulisan penelitian ilmiah, - mensosialisasikan program pengabdian masyarakat dan mewajibkan pelaksanaannya bagi setiap dosen. - Peningkatan kualitas lulusan dan pelatihan dosen - Peningkatan Kualitas dan volume kunjungan pabrik / industri - Meningkatkan kerjasama dengan industri - Peningkatan kompetensi lulusan - Meningkatkan jaringan kerjasama dengan alumni - Memberi pelatihan teknis bagi dosen untuk meningkatkan kompetensi - Membuat laboratorium bagi Prodi yang fasilitas laboratorium belum ada - Hasil audit diinformasikan pada stake holder - pengembangan sistem manajemen struktur organisasi
mengoptimalkan sistem bimbingan mahasiswa dengan dosen pembimbing sesuai dengan tata cara yang telah ditentukan oleh perguruan tinggi Memberikan matrikulasi dan memperkenalkan mahasiswa dengan dunia kerja Menambah referensi dan membangun E-Library Mencari bantuan dana dari donatur Merekrut dosen baru yang berpengalaman dan berkualitas Melakukan pelatihan TOEFL bagi dosen, staf, dan mahasiswa Merekrut staf yang berkompeten untuk masingmasing Prodi Setiap dosen wajib membuat penelitian Mengikut sertakan seluruh dosen untuk mengikuti penelitian dosen dan pengabdian masyarakat Pelatihan kurikulum berbasis KBK untuk setiap dosen Pelatihan penelitian bagi mahasiswa Memberikan motivasi bagi mahasiswa dalam bekerja sesuai dengan bidangnya Membuat kerjasama penelitian dengan dunia industri Melengkapi sarana dan prasarana PBM Penambahan jumlah dosen tetap Membuat pelatihan QA untuk dosen Penyediaan sarana multimedia yang terkoneksi internet bagi setiap dosen
(WT)
-
-
-
Perbaikan kemampuan bahasa Inggris dosen & mahasiswa Melengkapi fasilitas Laboratorum dan perpustakaan Mencarikan Mahasiswa program Beasiswa dari pihak ketiga Mengundang dosen tamu dari PT ternama Kursus TOFEL bagi setiap dosen Rekrut karyawan yang menguasai teknologi Peningkatan internal manajemen Peningkatan hubungan kerjasama dengan industri Ploting anggaran untuk evaluasi kurikulum dan silabus Membuat sistem informasi kemahasiswaan yang terintegrasi Melakukan Tranning metode pengajaran yang efektif bagi semua dosen Libatkan mahasiswa dalam penelitian yang diselenggarakan Kopertis, Dikti Tingkatkan kompetensi mahasiswa bekerjasama dengan lembaga sertifikasi kompetensi Sistem Pelayanan Akademik disederhanakan dengan menggunakan akademik online (EAkademik) Terbitkan jurnal ilmiah setiap Prodi Membuat sistem informasi Akademik yang terintegrasi dengan Bagian lainnya Buat kerjasama dengan industri untuk KP mahasiswa Memberi insentif bagi dosen yang membuat bahan ajar (modul/diktat/buku) dengan memberikan insentif. Evaluasi kurikulum, silabus, model pembelajaran secara rutin.
Metode yang bagus adalah dengan melakukan penelitian terhadap penerapan Teknologi di Kampus lain di negara-negara lain, sehingga menjadi acuan bagi LP3I. Namun harus diingat bahwa suatu sistem yang berhasil di tempat lain belum tentu sesuai dan berhasil di tempat kita, karena tentunya ada beberapa kondisi dan karakteristik yang berbeda sehingga membutuhkan penanganan yang berbeda pula. Salah satu dari unsur Teknologi Informasi tersebut adalah brainware, yang merupakan unsur paling kritikal melebihi unsur lainnya (software dan hardware). Jika diibaratkan hardware dan software adalah senjatanya, maka penentu utamanya tetap adalah man behind the gun yaitu dalam hal ini brainware. Manusia (brainware) yang akan mengimplementasikan sistem informasi yang dibangun, mengembangkan TI sejalan dengan perkembangan organisasi di masa mendatang, serta penentu srategi kebijakan TI itu sendiri. Oleh karena itu untuk tahap awal perlunya kita mengarahkan perhatian pada pembenahan faktor brainware dalam memulai penerapan TI di LP3I, sambil secara paralel melakukan persiapan dan perancangan sistem yang matang. Persiapan Implementasi Dimulai dari SDM Faktor terbesar penyebab kegagalan dari penerapan TI berasal dari kurang jelinya pengambil keputusan yang tidak memperhatikan adanya ekpektasi yang tidak relevan antara pengembang TI dan pihak pengguna. Pihak pengguna berharap sebuah sistem yang sempurna tanpa celah, serba bisa dan selalu lancar, sedangkan pengembang sistem tidak mau tahu kondisi dan kemampuan dari pengguna yang akan menggunakan teknologi tersebut. Saya (Iswandi Idris) pernah terlibat proyek Sistem Informasi (SI) lengkap untuk e-government di Pempropsu yang bisa dikatakan gagal. Pengembangan aplikasinya sendiri hampir tidak ada masalah, hal ini karena sudah ada beberapa contoh aplikasi SI yang digunakan di tempat lain bahkan beberapa termasuk Free Open Source Software (FOSS) dan sudah terbukti digunakan di dalam dan luar negeri,. Proyek ini kami nilai gagal karena waktu adaptasi dan pengaplikasian Sistem Informasi yang sangat lama dari pengguna, dimana beberapa bulan setelah tahap serah terima dan maintenance kami melakukan costumer retention dan mendapati pengguna masih lebih suka menggunakan metode manual. Walaupun kami sudah memenuhi semua request dari klien sebagaimana perjanjian proyek, akan tetapi ternyata baik kami sebagai pengembang dan pengambil keputusan dari pihak klien kurang memperhatikan kesiapan dari pihak pengguna yang akan bersentuhan langsung dengan SI tersebut. Terlebih lagi di era informasi saat ini dengan persaingan superkompetitif, organisasi yang kemampuan SDM-nya hanya diperbaiki sejalan dengan kemajuan teknologi, pasti akan ketinggalan terus. Apalagi jika organisasi sama sekali tidak mengusahakan adanya pembelajaran yang berkelanjutan bagi seluruh SDM di organisasinya, pasti tidak akan dilirik lagi oleh pihak luar karena cara-cara pelayanan yang sudah tidak tepat dan ketinggalan. Dengan
demikian, organisasi dan SDM perlu saling bahu membahu untuk menerapkan paradigma pembelajaran yang berkelanjutan. Pembelajaran ini pun harus diusahakan dengan cepat agar mampu mengimbangi dari kecepatan belajar industri yang ditekuni. Pakar pernah merumuskan tentang kriteria sebagai karyawan perusahaan era digital dimana beberapa diantaranya adalah harus mampu berkembang dalam perubahan, belajar terus-menerus tetapi selektif, dan bereksprimen tanpa akhir, serta memiliki keuletan terhadap potensi dan kesukaran teknologi. Pada satu titik tertentu, inovasi teknologi mempengaruhi tidak hanya kompetensi teknis SDM, tetapi juga merangsang technology knowledge SDM dalam organisasi tersebut, yaitu bentuk asumsi dasar dan pola pandang SDM terhadap proses internal dan hubungan antar unit organisasi. Bahkan di saat investasi di bidang perangkat keras dan lunak sudah saatnya diganti, inovasi di SDM dapat berperan besar disini, termasuk menjawab tantangan menciptakan fungsi-fungsi layanan baru dan menciptakan jenis-jenis produk baru untuk LP3I Dengan kesiapan dari SDM maka resiko kegagalan implementasi TI akan dapat ditekan. Faktor ketidakcocokan budaya dan keterbatasan keahlian bahkan seharusnya bisa mulai diatasi dari tahap perencanaan. Peningkatan kemampuan SDM untuk mengoperasikan dan memelihara sistem dilakukan pada tahap perencanaan karena diharapkan bisa terjadi interaksi langsung antar pengguna dan pengembang. Sisi positif lainnya adalah pada tahap alih kelola nantinya diharapkan tidak lagi sulit tercipta budaya kerja yang baru bagi semua personal yang terlibat. Kecepatan perubahan TI dan aplikasinya pada sistem dan proses internal suatu organisasi akan menjadi terhambat jika SDM tidak memiliki keterampilan yang cukup untuk mengoperasikan teknologi dan sistemnya. Maka disarankan agar pada tahap awal persiapan implementasi Teknologi Informasi segera dimulai dengan membenahi SDM terlebih dahulu. Usahausaha untuk menumbuhkan perasaan butuh dan suka di dalam para pemimpin, dosen, mahasiswa, dan lain-lain di lingkungan internal Politeknik LP3I Medan harus dijalankan. Karena kita semua tahu bahwa pekerjaan berkaitan langsung dengan manusia adalah pekerjaan yang membutuhkan waktu yang tidak singkat, akan tetapi hampir dapat dipastikan jika sudah berhasil maka implementasi TI akan jauh lebih mudah dan sukses. Untuk itu SDM di Politeknik LP3I Medan harus diberi metode pengenalan dan pembelajaran secara tepat dalam formulasi yang sejalan dengan tahapan implementasi sistem TI tersebut. Langkah Mudah dan Sederhana dalam Pembentukan SDM dengan TI Menciptakan, memelihara dan memutakhirkan kemampuan SDM tidak selalu harus mahal, rumit dan sampai mengorbankan banyak waktu kerja, misalnya karena harus selalu berbentuk pelatihan, konferensi, seminar dan semisalnya. Politeknik LP3I Medan dapat melakukan banyak hal untuk dapat
meningkatkan kemampuan SDM-nya dengan memanfaatkan fasilitas TI yang murah, sederhana, bahkan kemungkinan besar sebetulnya sudah dimiliki oleh PNRI. Yang pertama tentu saja mengoptimalkan Internet. Pengetahuan tentang berbagai hal dapat dibangun dengan cara menjelajah berjuta-juta website, menonton video tutorial, dan lain sebagainya yang ada di Internet. Mailing list serta forum fasilitas diskusi di Internet dapat kita ikuti sesuai dengan kesukaan dan kebutuhan kita masing-masing. Bahkan semua fasilitas Internet yang sangat banyak itu dapat dengan mudah dipilah dengan adanya fasilitas mesin pencari. Internet dapat dianggap sebagai sumber informasi yang sangat besar. Bidang apa pun yang diminati, bisa dipastikan tersedia informasinya di Internet. Para pegawai dapat mengakses secara online dari berbagai tempat untuk mendapatkan sumber primer tentang berbagai info perkembangan dunia dan teknologi dalam hitungan detik[10]. Walaupun harus diakui di awal akan terjadi kesulitan dan kebingungan serta kemungkinan disertai penggunaan yang kurang tepat dari Internet, tapi lama kelamaan apabila diberi tuntunan dan aturan yang tegas para pegawai akan dapat terbiasa menggunakan Internet secara tepat dan bijak. Cara yang perlu dicoba adalah mengkondisikan agar seluruh pegawai mau tidak mau harus menggunakan Internet, seperti memberikan pengumuman dan koordinasi berkaitan dengan organisasi melalui email atau website, dan lain sebagainya. Para karyawan di Politeknik LP3I Medan dapat diberi fasilitas akses ke internet dan mencoba sendiri satu-persatu fiturnya, seperti voice chat, video conference, VOIP dan lain-lain sehingga mereka dapat merasakan manfaat secara langsung untuk kegiatan pribadinya. Jika hal ini terealisasi dan berjalan lancar, maka dapat dipastikan kendala antipati terhadap TI sudah bukan masalah lagi. Selain itu untuk keperluan pembelajaran bisa menggunakan media e-Learning yang bisa diimplementasikan dengan resource yang sangat sederhana bahkan semuanya bisa dikatakan sudah tersedia di Politeknik LP3I Medan, adapun komponen-komponen yang membentuk e-Learning adalah: 1. Infrastruktur eLearning: Infrastruktur e-Learning dapat berupa Personal Computer (PC), jaringan komputer, intranet, Internet dan perlengkapan multimedia. Termasuk didalamnya peralatan teleconference apabila diharapkan ingin menghadirkan layanan synchronous learning melalui teleconference. 2. Sistem dan Aplikasi e-Learning: Sistem perangkat lunak yang mem-virtualisasi proses belajar mengajar konvensional. Bagaimana manajemen kelas, pembuatan materi atau konten, forum diskusi, sistem penilaian, sistem ujian online dan segala fitur yang berhubungan dengan manajemen proses belajar mengajar. Sistem perangkat lunak tersebut sering disebut dengan Learning Management System (LMS). 3. Konten e-Learning: Konten dan bahan ajar yang ada pada e-Learning system (Learning Management System). Konten dan bahan ajar ini bisa dalam bentuk Multimedia-based Content (konten
berbentuk multimedia interaktif) atau Text-based Content (konten berbentuk teks seperti pada buku pelajaran biasa). Biasa disimpan dalam Learning Management System (LMS) sehingga dapat dijalankan oleh siapapun, kapanpun dan dimanapun. Saat ini berbagai macam materi bisa didapat dari berbagai tempat, yang paling mudah tentunya adalah dengan mengunduh (download) dari Internet, seperti materi-materi IlmuKomputer.com yang bisa diperoleh secara gratis. Setelah proses pembelajaran secara konvensional ataupun menggunakan eLearning berjalan, maka selanjutnya metode yang sangat besar manfaatnya jika dapat dikembangkan adalah sistem belajar terpadu dan pengelolaan pengetahuan di lingkungan Politeknik LP3I Medan melalui Knowledge Management (KM). Pengetahuan, atau informasi yang sudah diolah, merupakan alat yang dapat membantu organisasi dalam mengambil keputusan untuk menjalankan kegiatan operasionalnya. Pengetahuan ini bisa dikendalikan. Untuk itu, organisasi perlu mencari, menciptakan, dan mempertahankan SDM yang memiliki ataupun yang dapat membuka akses untuk memperoleh informasi tepat yang diperlukan. Jika informasi sudah diperoleh, organisasi perlu mengelolanya sedemikian rupa sehingga dapat digunakan bersama oleh orang-orang yang tepat agar hasilnya juga optimal. Tentunya dipilih praktik-praktik Knowledge Management yang sederhana agar mudah digunakan oleh berbagai tingkatan pengguna. Misalnya membiasakan para pegawai untuk mengatur dan merapikan bermacam berkas yang sudah diunduh dari berbagai situs, membuat kategori yang baik, dan memasukkan ke file sharing dalam jaringan lokal agar dapat dimanfaatkan bersama-sama. Praktik lainnya adalah membiasakan seluruh karyawan Politeknik LP3I Medan untuk menulis segala pengalaman, informasi penting, atau pengetahuan di dalam wiki internal yang dapat menggunakan bermacam-macam aplikasi wiki gratis. Atau membiasakan kepada para karyawan dan mahasiswa untuk menulis dan berbagi ilmu melalui media blog yang saat ini sedang populer. Masalah berbagai pengetahuan dalam suatu organisasi saat ini menjadi suatu isu penting baik di bidang bisnis maupun non-bisnis, karena bisa dikatakan semua kegiatan manusia sesungguhnya adalah kegiatan berorganisasi. Tidak ada kegiatan yang akan berjalan lancar, jika tidak ada pengorganisasian yang baik, dan tidak ada manfaat atau keuntungan yang bisa diperoleh, jika sebuah organisasi tidak berjalan dengan baik. Dan setiap organisasi memiliki anggota, dimana masing-masing anggota bekerja berdasarkan pengetahuannya, maka mengelola pengetahuan akhirnya adalah mengelola anggota-anggota itu artinya mengelola manusia juga adanya. Dengan teknologi yang tepat, organisasi bisa mengembangkan teknologi canggih yang dapat dimanfaatkan tidak hanya oleh para pimpinan di bagian atas dari organisasi untuk keperluan strategis, tetapi juga oleh seluruh organisasi. Selain itu efek samping positifnya adalah turnover pegawai di lingkungan Politeknik LP3I Medan tidak lagi akan signifikan mengganggu kegiatan bisnis dan organisasi, karena bisa di-backup oleh pegawai yang lain.
Jadi, teknologi dapat memperlancar information sharing dalam organisasi, yang pada akhirnya dapat menumbuhkan budaya inovasi, pembelajaran yang berkelanjutan dan peningkatan kualitas dari SDM organisasi. Knowledge management memungkinkan terjadinya information sharing, sehingga penyebaran pengetahuan dapat menjadi lebih cepat dan merata di seluruh kampus Politeknik LP3I Medan. Penjelasan diatas hanyalah berupa gambaran yang selanjutnya perlu dikembangkan dalam bentuk pembahasan dan perencanaan konkrit. Akan tetapi saya sangat berharap agar hal ini memberi masukan yang bermanfaat bagi Politeknik LP3I Medan untuk melihat bagaimana Teknologi Informasi dan faktor SDM dalam organisasi harus saling menopang satu sama lain. Dalam penerapannya nanti tentunya harus selalu dilakukan kontrol dan evaluasi, sehingga bisa selalu dipantau bagaimana peningkatan kemampuan pegawai PNRI serta tingkat penerimaannya terhadap Teknologi Informasi. Munculnya Teknologi Informasi tentunya jangan pernah dianggap sebagai saingan dari Politeknik LP3I Medan namun harus bisa menggandeng Teknologi Informasi baik sebagai konten dari isi e-academic maupun sebagai penunjang pelayanan di Politeknik LP3I Medan. Kalaupun memang saat ini keberadaan Teknologi Informasi dengan Internet sebagai primadonanya harus dianggap pesaing, maka harus bisa kita ambil sisi positifnya yaitu bagaimana kita saling mengisi kekurangan layanan, dan belajar satu sama lain. Sebenarnya cara paling ampuh dan mudah bagi Politeknik LP3I Medan untuk mengimbangi isi Internet adalah dengan menjadikan Internet sebagai subset dari Politeknik LP3I Medan itu sendiri. Dalam kaitannya dengan tema pembahasan kita tentu saja kita boleh berharap lebih agar dalam tempo yang tidak terlalu lama bisa didapatkan SDM di Politeknik LP3I Medan yang bukan hanya siap untuk penerapan TI sebagai pengguna saja, akan tetapi muncul beberapa mahasiswa yang dapat ikut membantu perancangan dan pengembangan TI. Namun yang harus diingat bahwa untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam implementasi TI secara keseluruhan di Politeknik LP3I Medan dibutuhkan kerjasama dan masukan dari berbagai disiplin ilmu bukan hanya antara KARYAWAN, DOSEN, MAHASISWA dengan praktisi TI tetapi juga dibutuhkan pakar dari bidang lain seperti ahli komunikasi dan psikologi. Dan yang tidak kalah pentingnya yang harus disadari bahwa penerapan TI di perpustakaan tidak boleh mengakibatkan terkikisnya sisi humanis dan sosial baik antara sesama internal Politeknik LP3I Medan dan juga dengan stake holder Politeknik LP3I Medan, justru sebaliknya harus lebih menampakkan keramahan dan ketulusan dalam melayani di Politeknik LP3I Medan. Berdasarkan keterangan diatas maka pilihan strategi yang tepat dipergunakan di Politeknik LP3I Medan adalah Market Niche
6. Dalam usaha mempercepat penguasaan teknologi dengan melihat potensi sumber daya alam dan sumber daya manusis yang dimiliki indonesia, sebelum memutuskan teknologi apa yang paling layak untuk ditransfer oleh Indonesia dalam upaya mempercepat pengusaan teknologi;
Penemuan penting: (1) perusahaan manufaktur di Indonesia masih belum mempunyai pandangan strategic terhadap adopsi teknologi and menjadi lebih berfokus pada masalah-masalah bersifat jangka pendek; (2) ada masalah terkait dengan sumber daya manusia, masalah organisasi, anggaran yang kecil, dan tidak didukung oleh pemerintah; (3) masalah-masalah tersebut menjadi kendala dalam memilih teknologi dan bersama dengan keadaan ekonomi nasional menyebabkan para manajer mempunyai pandangan jangka pendek. Selain itu, penelitian tentang faktor-faktor kritis yang membawa keberhasilan dan juga faktor-faktor yang menghambat adopsi teknologi harus ditentukan agar visi dan pandangan yang tepat terhadap teknologi baru dapat disusun. Di dekade yang terakhir, semakin banyak organisasi bisnis sudah menanam modal dalam teknlogi baru, teknologi yang maju/, teknologi berbasiskomputer, dan juga mengadopsi proses baru dan produk untuk survive dan untuk kompetitif. Derajat tingkat investasi dan bunga yang ditingkatkan di dalam teknologi telah dibuat riset dan penyelidikan factor yang dihubungkan dengan adopsi dari teknologi baru dan bagaimana organisasi bisnis mengatur adopsi teknologi yang terutama sekali yang menarik untuk peneliti. Kata ' Teknologi' yang pada umumnya mengenangkan banyak orang gambaran berbeda dan biasanya menunjuk untuk apa yang telah yang diuraikan ketika high-tech industri. Bagaimanapun, membatasi teknologi untuk macam industri ini seperti komputer mendasarkan teknologi dan yang maju/pabrikasi teknologi dan ke ilmu pengetahuan, matematika dan kertas WC rancang-bangun meninjau dari yang lain pendukung teknologi. Tidak ada batas kepada cara yang ditempuh oleh organisasi dapat menguraikan teknologi, dengan pengecualian organisasi menggambarkan apa yang berarti dengan teknologi ( Gaynor, 1996). Dari hasil studi proyek Periskop ( Proyek Evaluasi Riset Sains Teknologi untuk Pembangunan) - kerjasama antara KMNRT dan Kementrian Federal Pendidikan dan Riset Jerman (BMBF) menunjukkan bahwa proses transfer teknologi secara umum masih berlangsung walaupun kecil, di lain pihak Indonesia masih merupakan net technology importir (negara pengimpor teknologi).
Penelitian tentang studi ini dibatasi pada 10 daerah dengan melibatkan tim ahli dari Jerman dan Indonesia. Daerah yang dijadikan penelitian adalah : Bandung, Padang, Medan, Makassar, Manado, Yogyakarta/Klaten, Samarinda, Surabaya, Mataram dan Semarang. Studi ini untuk melihat dua hal. Pertama, transfer teknologi di daeraha dan kajian terhadap tranfer teknologi dari negara luar (cross-border). Supplier nasional dan internasional, termasuk juga pelanggan - merupakan sumber dari teknologi itu sendiri pada UKM. Ke dua, transfer teknologi pada industri di bidang sumber daya alam banyak dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat, tetapi fungsi dari intermediari atau institusi untuk transfer teknologi, jarang digunakan. Pada tranfer teknologi di daerah, interaksi yang terjadi antara pelaku usaha dan institusi training dan riset sebagai penunjang terlaksananya transfer teknologi berlangsung sedikit (kecil).Umumnya ini disebabkan oleh paradigma yang ada pada institusi riset dan training yang mempunyai oreantasi ke dalam daripada melihat kebutuhan di luar pada dunia usaha. Hal ini juga pengaruh dari pemerintahan lama - dimana masih dirasakan ketidakpercayaan dari dunia usaha terhadap badan-bedan pemerintah, termasuk didalamnya institusi riset dan training. Untuk penilaian transfer teknologi cross-border atau internasional akan dilihat pada 4 tahap kajian pada kapasitas teknologi. Yaitu : kapasitas memiliki (acquisitive capability), pengoperasian (operational capability), penguasaan (adaptive capability) dan inovasi ( innovative capability). Hasilnya secara umum, Indonesia berhasil memiliki kapasitas pengoperasian pada proses teknologi transfer. Tapi, para pekerja mempunyai sedikit kesempatan untuk mengembangkan kemampuan teknologi tersebut ke arah kepabilitas penguasaan. Untuk kapasitas inovasi, Indonesia masih belum berhasil untuk mencapai kapasitas inovasi. Selain itu juga para pelaku usaha berhasil dalam meningkatkan kemampuan pada kapabilitas pengoperasian, namun sedikit pada penguasaan.
Sebelum strategi diputuskan atau dipilih, kita perlu melakukan analisis lingkungan bisnis. Mengapa lingkungan Bisnis harus dianalisis? Pertama, karena luasnya cakupan Negara Indonesia maka kita persempit dengan perusahaan, Kondisi kita sekarang merupakan sebuah sistem terbuka (open system), artinya kita tidak bisa lepas dari pengaruh lingkungan. Kedua, lingkungan saat ini bersifat tidak pasti dan sulit diprediksi. Menurut Peter Drucker, saat ini kita hidup di era diskontinyu, atau tidak pasti, sulit
diprediksikan. Kejadian hari ini belum tentu berpengaruh pada kejadian esok hari.
Perubahan lingkungan bisnis akan terjadi setiap saat, umumnya berupa gerak perubahan dari salah satu atau gabungan faktor-faktor lingkungan luar perusahaan, baik pada skala nasional, regional maupun global. Sebagian dari dampak yang mereka timbulkan banyak terbukti telah mempengaruhi datangnya berbagai kesempatan usaha (business opportunities), tetapi banyak pula rekaman contoh kasus dari faktor eksternal ini yang menjadi kendala dalam berusaha (business threats and constraints). Kita sering mendengar bagaimana perusahaan yang memiliki sistem organisasi yang baik dengan dukungan visi, misi dan rencana aksi business plan yang terencana tidak menjamin sukses dalam meraih laba. Bahkan banyak perusahaan ini mengalami penurunan dalam kinerja usahanya hanya karena kesalahan dalam menafsirkan skenario dan asumsi pengaruh lingkungan luar tersebut. Memasuki era liberalisasi dan globalisasi pada abad ke 21, para pimpinan perusahaan tidak dapat mengabaikan begitu saja perubahan- perubahan yang terjadi di sekeliling mereka, terutama jika mereka ingin meraih kemenangan. A. Klasifikasi Dimensi Lingkungan Eksternal Luar Kegiatan Usaha Perekonomian Nasional, Pembangunan ekonomi serta perekonomian Global dan Kerjasama Internasional Pemerintahan, Situasi Politik, Hukum dan Perundang-Undangan Teknologi Demografi, Sosial dan Budaya Alam dan Iklim
I. Perekonomian Nasional, Pembangunan ekonomi Kinerja suatu perusahaan akan sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah di bidang ekonomi, moneter, fiskal, perdagangan dan investasi. Indikator Ekonomi National yang
perlu diperhatikan diantaranya ; 1. Tingkat Inflasi dan Harga Kebutuhan Pokok dan BBMBiaya HPP 2. Tingkat Bunga Simpanan dan KreditInvestasi, capital Budgeting, ROI 3. Defisit atau Surplus Neraca Perdagangan 4. Anggaran Belanja PemerintahBesarnya permintaan agregat 5. Tingkat Tabungan Perusahaan/Perseorangan 6. Pendapatan Nasional / Daerah dan Daya Beli Konsumen 7. Deregulasi maupun regulasi pemerintah di sektor riil. 8. Restrukturisasi pasar modal, lembaga perbankan dan asuransi 9. Berbagai kebijakan promosi ekspor, investasi dan perdagangan dalam negeri 10. Upaya penyehatan BUMN melalui kebijaksanaan perencanaan, efisiensi dan 11. permodalan, dan program privatisasi 12. Kebijakan moneter dan perbankan. Pemahaman atas berbagai faktor ekonomi makro tersebut akan sangat membantu dalam proses strategi perusahaan karena pada dsarnya setiap aspek ekonomi makro dapat muncul sebagai kesempatan dan mungkin ancaman bagi perusahaan Sedangkan Faktor-Faktor Perekonomian Global yang Harus Dimonitor, meliputi: 1. Globalisasi pasarkesempatan expor dan ancaman barang
impor 2. Siklus kegiatan ekonomi International 3. Perkembangan harga Energi minyak 4. Perkembangan harga berbagai komoditi pertanian dan
barang olahan industri 5. Perubahan program pembangunan ekonomi di negara industri utama II. Isu Pemerintahan Politik dan Hukum Peran pemerintah dalam mekanisme penyampaian produk dari produsen ke konsumen sangat besar. Campur tangan pemerintah dalam rangkaian kegiatan produksi melalui kebijakan ekonomi, peraturan tataniaga, penggunaan tenaga kerja, pengendalian suplay dan lain lain. Pemerintah juga merupakan konsumen
terbesar yang mempengaruhi permintaan agregar dan pemerintah juga yang berperan dalam perlindungan yuridis ( hak cipta, peradilan niaga dll) Berbagai isu dan permasalahan dalam bidang politik, hukum dan perundang-undangan yang secara minimal perlu diketahui dan dimengerti oleh para pelaku bisnis di negara kita mencakup hal-hal berikut ini: 1. Arah dan stabilitas politik dan keamanan 2. Sistem politik yang dianut kabinet suatu pemerintahan. 3. Sikap politik masyarakat yang diarahkan pada industri tertentu
4.
5.
6. 7. 8. 9. 10.
seperti yang diatur oleh undang-undang ketenaga kerjaan dalam peraturan tentang ketentuan upah minimum, aksi mogok, dan penanganan tuntutan lainnya Kebijakan politik yang dinyatakan dalam kebijakan harga, program pemberian subsidi, peraturan dan etika permainan dalam berusaha Berbagai sistem perundang-undangan dan peraturan yang ditetapkan oleh lembaga tinggi negara yang mengatur berbagai aspek kegiatan ekonomi, teknis dan operasional Sistem administrasi dan birokrasi yang dijalankan pemerintah pusat dan daerah, kebijakan otonomi dan desentralisasi daerah Hak azasi manusia dan perlindungan konsumen Kebebasan pers dan hak untuk mengemukakan pendapat Pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme Demokratisasi
III. Sektor Teknologi Teknologi sangat mempengaruhi kegiatan operasi dan kemampuan untuk menciptakan produk, selain mendorong munculnya kesempatan bisnis juga menjadi ancaman bagi kelangsungan produk yang sudah ( siklus kehidupan produk )
Faktor-faktor dibidang teknologi yang perlu dipelajari dampak dan pengaruhnya mencakup hal-hal sebagai berikut : 1. Kejadian penemuan (innovations) ilmiah ( transistor, laser,
2. 3. 4. 5.
gelombang mikro, digital, rekayasa genetik, bahan sintetis dll) Adaptasi teknologi yang siap pakai Produk-produk baru yang dilempar ke pasar oleh pesaing Perkembangan teknologi barang substitusi Strategi perkembangan teknologi nasional
6. Pengeluaran biaya riset dan pengembangan (R & D) oleh 7. 8. 9.
10.
pesaing atau perusahaan-perusahaan di industri Siklus hidup suatu produk (product life cycle) Perkembangan teknologi komputer dan informasi Terobosan-terobosan yang dapat meningkatkan produktivitas yang lebih baik di bidang input, pengolahan dan pemasaran Berbagai ramalan pengembangan teknologi di masa depan
IV. Isu Demografi dan Sosial Budaya Pertimbangan aspek demografi, sosial dan budaya dalam kajian Analisa Lingkungan Bisnis mencakup seluruh perkembangan karakteristik demografi penduduk, urbanisasi, migrasi musiman, perilaku etnis dan adat istiadat, struktur sosial, pola gaya hidup masyarakat kota, persepsi konsumen, pola pembelian konsumen Indonesia, konflik sosial, aspek pencemaran lingkungan alam, kelanjutan lingkungan hidup dan masih banyak faktor lainnya untuk disebutkan satu persatu. Pola gaya hidup konsumen mungkin akan bervariasi antar wilayah tergantung pada latar belakang kebudayaan etnis, demografi, agama, pendidikan dan lokasi geografi. Faktor sosial menitik beratkan pada tata nilai ( Value ) dan sikap ( attitutde ) masyarakat yang membawa pengaruh terhadap gaya hidup ( life style ) dan mempengaruhi permintaan akan suatu produk jasa Keberhasilan Progran Keluarga Berencana di tahun 80 an selain berpengaruh terhadap demografi juga pada perilaku konsumsi, pendidikan formal, jenjang pendidikan. Perubahan pandangan terhadap waktu kerja, wanita karir. Keberhasilan dalam masyarakat teknologi informasi memungkinkan masyarakat di berbagai dunia mengadopsi budaya antar bangsa, pengaruh lintas budaya tersebut akan mempengaruhi aktivitaas dan produk yang dikonsumsi. VI. Faktor Alam dan Iklim Perubahan kondisi alam kadangkala memang sulit untuk diperkirakan sebelumnya, padahal beberapa jenis komoditas
khususnya hasil pertanian akan sangat terpengaruh karena perubahan faktor musim dan kondisi alam.
B. Analisis Industri dan Persaingan Suatu industri berbeda antara satu dan lainnya didasarkan atas karakteristik ekonomi (produk yang dihasilkan dan konsumen yang diperebutkan), situasi persaingan, dan prospek perkembangan nya di masa datang. Rerangka tentang analisis industri dan persaingan secara singkat dapat di formulasikanke dalam bentuk beberapa pertanyaan sebagai berikut; 1. Apa karakteristik ekonomi yang berpengaruh dalam suatu industri tertentu 2. Apa faktor yang mempengaruhi kendali perubahan dalam suatu industri dan apa dampak dari masing masing kekuatan pendorong tersebut 3. Kekuatan persaingan apa yang cukup dominan berpengaruh dalam suatu industri 4. Jenis industri apa yang mempunyai posisi persaingan dominan dan yang tidak 5. Bagaimana prospek dari msing masing jenis industri potensial di masa datang Karakteristik Ekonomi Dominan dalam Industri Pengertian Industri yang dipergunakan pada bagian ini diartikan sebagai kumpulan beberapa perusahaan yang mempunyai kesamaan atribut produk dan pada umumnya mereka bersaing dengan kelompok pembeli yang sama. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Market size ( kecil sedang besar ) Lingkup persaingan ( lokal, regional, national, global ) Tingkat pertumbuhan pasar dan siklus kehidupan industri Jumlah pesaing dan besaran relatif dari masing masing perusahaan Dorongan untuk melakukan integrasi ke depan dan ke belakang Kemudahan dan hambatan untuk memasuki atau keluar dari jenis industri Pengaruh perubahan teknologi terhadap inovasi proses produksi Pengaruh skala ekonomi terhadap kegiatan manufaktur dan distribusi produk 9. Kebutuhan Modal 10. Tingkat keuntungan rata rata industri
Berbagai teori perilaku (behavioral theory) banyak digunakan untuk mengkaji proses adopsi teknologi informasi oleh pengguna akhir (end users), diantaranya adalah Theory of Reason Action, Theory of Planned Behaviour, Task-Technology Fit Theory, dan Technology Acceptance Model. Technology
Acceptance Model (TAM) merupakan model penelitian yang paling luas digunakan untuk meneliti adopsi teknologi informasi. Lee, Kozar, dan Larsen (2003) menjelaskan bahwa dalam kurun waktu 18 tahun terakhir TAM
merupakan model yang popular dan banyak digunakan dalam berbagai penelitian mengenai proses adopsi teknologi informasi. Model atau teori yang paling mutakhir adalah Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT), yang dikemukakan pertama kali oleh Venkantesh (2003). Dari analisis diatas maka teknologi yang paling layak dikembangkan di Indonesia adalah: -
Pemilihan teknologi harus ditentukan berdasarkan korelasi antara kebutuhan nasional dan sumber daya lokal yang dapat digunakan.
-
Teknologi impor diterapkan setelah diadaptasikan dengan kondisi lokal.
-
Perbaikan, imitasi, dan perbaikan teknologi impor harus dilakukan oleh tenaga terlatih lokal
-
Tenaga asing (bukan pasar asing yang terkait dengan programprogram bantuan) dapat memberikan training yang efektif bagin pemngembangan SDM
Salah satu tantangan yang mengadang industri di Indonesia saat ini adalah bagaimana memanfaatkan teknologi informasi (TI) secara optimal sehingga dapat mendukung perkembangan bisnis. Sering kali penerapan teknologi tidak sejalan dengan strategi bisnis, sehingga investasi yang dilakukan tidak memberikan hasil seperti harapan semula. Saat ini agenda bisnis utama perusahaan lokal adalah: 1. melanjutkan proses restrukturisasi dengan menerapkan good corporate governance dan risk management, 2. meningkatkan daya saing melalui pengembangan jaringan (delivery channel), pengembangan produk dan layanan baru, dan 3. menyiapkan diri untuk dapat menjalankan bisnis yang lebih transparan sesuai tuntutan globalisasi. Ketiga agenda bisnis utama ini akan semakin sempurna bila didukung oleh TI secara tepat.
Persoalan ternyata menjadi semakin rumit karena perkembangan TI sangat
cepat, sehingga sumber daya manusia yang terampil dan senantiasa mampu mengikuti perkembangan TI menjadi sangat penting. Sayangnya, sebagian besar perusahaan di Indonesia, belum memiliki SDM terampil dalam jumlah yang memadai. Di samping itu, tentunya diperlukan investasi TI yang cukup, atau bahkan tidak diperkirakan jumlahnya oleh sebagian perusahaan. Berdasarkan pengalaman Accenture selama ini dalam membantu industri di seluruh dunia, ada beberapa hal yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh perusahaan untuk dapat memanfaatkan teknologi informasi secara optimal, yakni:
Strategi dan Rencana TI Perusahaan perlu memiliki strategi dan rencana TI yang jelas, dengan memenuhi beberapa kriteria berikut: •
•
•
Strategi dan rencana TI haruslah selaras dengan strategi dan rencana bisnis. Sering kali terjadi, strategi dan rencana TI disusun untuk dapat mengikuti perkembangan teknologi, tanpa mempertimbangkan apakah teknologi yang dipilih akan dapat mendukung perkembangan bisnis yang ingin dicapai. Hal ini terutama disebabkan oleh tidak adanya kesamaan bahasa antara divisi TI dan divisi bisnis. Untuk itu, diperlukan `jembatan` yang dapat menterjemahkan kebutuhan bisnis ke dalam kebutuhan TI dengan mempertimbangkan berbagai alternatif dan tren teknologi. Strategi dan rencana TI haruslah memiliki target arsitektur yang jelas dan mencakup keseluruhan kebutuhan bisnis. Strategi dan rencana TI yang baik tidak hanya mencakup kebutuhan sistem untuk pemrosesan transaksi, tetapi juga untuk berbagai kebutuhan bisnis lainnya, seperti: sistem SDM, keuangan, administrasi umum (general affairs), dan pelaporan. Memiliki target arsitektur TI yang jelas dan lengkap akan memandu implementasi TI dalam jangka panjang sehingga lebih selaras dengan kebutuhan bisnis, fleksibel, scalable, konsisten, dan cost efficient. Penyusunan rencana implementasi TI haruslah didukung oleh business case yang jelas. Agar inisiatif TI yang akan diimplementasikan teruji relevansinya dan urgensinya terhadap kebutuhan bisnis, maka perlu disusun business case yang jelas, yaitu pertimbangana antara TI. Berdasarkan business case tersebut dan juga pertimbangan teknis, maka dapatlah disusun prioritas implementasinya.
Implementasi TI Dalam mengimplementasikan TI, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: •
Perlunya keterlibatan divisi bisnis sejak awal. Divisi bisnis sebagai pengguna TI haruslah dilibatkan sejak awal agar mereka memiliki
•
ownership yang tinggi sehingga tujuan serta hasil implementasi TI tersebut sesuai dengan kebutuhan bisnis. Prinsip utama yang perlu dianut adalah bahwa tidak ada istilah proyek TI, yang ada hanya proyek bisnis dengan komponen TI di dalamnya. Adanya Program Management Office (PMO) untuk mengelola pelaksanaan implementasi. Haruslah disadari bahwa implementasi TI tidak akan berhasil tanpa memperhatikan aspek bisnis lainnya, seperti: proses bisnis, kebijakan-kebijakan, sumber daya manusia, dan infrastruktur. Namun, sering kali implementasi TI tidak sejalan dengan implementasi inisiatif bisnis lainnya. Untuk itu, diperlukan PMO yang bertugas untuk mengelola pelaksanaan berbagai implementasi yang berjalan di dalam institusi yang bersangkutan. PMO tidak hanya berfungsi untuk mengkoordinasikan pelaksanaan berbagai proyek implementasi, tetapi juga menyelesaikan berbagai isu antarproyek. PMO juga bertugas untuk memonitor realisasi manfaat yang diperoleh dari masing-masing proyek, sehingga dapat diketahui apakah manfaat yang diperoleh telah sesuai dengan investasi yang ditanamkan.
IT `Operational Excellence` Suksesnya implementasi TI tidaklah berarti jika dukungan operasional TI tidak dapat berjalan dengan baik. Bagi divisi bisnis, mereka mengharapkan operasi TI yang dapat memberikan tingkat layanan yang baik, antara lain diukur dari tingkat ketersediaan sistem (system availability), response time, dan kapasitas sistem (system capacity). Untuk itu, diperlukan perubahan paradigma operasi TI, yaitu dari model yang terkotak-kotak (berdasarkan berbagai komponen TI), menuju ke model terpadu, yang terfokus pada service management. Untuk itu, system management tools dan sumber daya manusia haruslah diselaraskan, melewati berbagai lapisan infrastruktur TI, agar dapat memberikan layanan kepada bisnis secara end-to-end.
Kami percaya bahwa perkembangan TI dan berbagai inovasi pemanfaatannya akan menjadikan masa depan bisnis menjadi semakin lebih menarik. Sudah siapkah masyarakat Indonesia untuk memanfaatkan TI secara optimal untuk mendukung bisnisnya? Dari hasil kajian tentang proses transfer teknologi yang terjadi di beberapa industri, didapatkan beberapa kesimpulan yang berhubungan dengan proses transfer teknologi antara lain : 1. Dengan memperhatikan beberapa alasan yang mendukung, suatu transfer teknologi lebih baik menggunakan saluran langsung 2. Terdapat banyak motif pemilihan jenis teknologi yang akan ditransfer, yang akan berbeda dalam pandangan pihak pemberi dan penerima teknologi, tetapi suatu transfer teknologi akan berhasil apabila pihak penerima teknologi juga
mempunyai motif yang mendukung pemilihan teknologi yang akan ditransfer tersebut. 3. Dalam teknis pelaksanaan transfer teknologi diperlukan suatu pemacu agar pihak penerima teknologi yang bersangkutan bersungguh-sungguh dalam proses transfer teknologi tersebut. Salah satu pemacu tersebut adalah adanya fasilitas dan alat-alat yang berhubungan dengan teknologi tersebut yang dapat dipergunakan oleh pihak penerima teknologi (baik pinjaman atau bantuan permanen) 4. Perbedaan tingkat teknologi yang tidak didukung oleh motif yang menguntungkan pihak penerima teknologi, maka tidak akan membuat suatu proses transfer teknologi akan berhasil. 5. Untuk menjadi suatu proses transfer teknologi yang berhasil, maka dalam teknis pelaksanaannya suatu transfer teknologi membutuhkan team pelaksana yang memang benar-benar bertugas untuk melaksanakan proses transfer teknologi tanpa terganggu oleh kesibukan lain. Team tersebut yang akan bertanggungjawab dalam pelaksanaan proses transfer teknologi yang dilakukan. 6. Suatu transfer teknologi akan terjadi dan berhasil apabila pihak penerima teknologi menemukan bahwa penyesuaian dan variasi produk (ataupun produk baru) yang akan mereka produksi ternyata memerlukan suatu teknologi yang belum mereka kuasai 7. Suatu transfer teknologi akan berhasil apabila didukung dengan adanya pasar dari produk yang dihasilkan oleh teknologi baru tersebut. 8. Keharusan untuk mengubah bahan baku dan teknologi pengolahan yang dipakai, akan menyebebkan terjadinya suatu transfer teknologi dan mendorong ke arah keberhasilan proses tersebut. 9. Untuk mendukung terjadinya suatu proses transfer teknologi ke IKM, regulasi yang berhubungan dengan peningkatan dan pengembangan IKM yang dikeluarkan pemerintah, haruslah mempunyai pelaksanaan yang dirasakan oleh IKM langsung. 10. Adanya suatu subsidi (dana riset) dapat menjadi pemicu terjadinya suatu proses transfer teknologi. 11. Krisis ekonomi bisa menjadi dorongan ataupun halangan untuk melakukan proses transfer teknologi tergantung pada pemikiran pelaku transfer teknologi. 12. Adanya perusahaan lain yang mendukung proses transfer teknologi misalnya bantuan dana, riset) akan memudahkan jalannya proses transfer teknologi. 13. Semakin sedikit dana yang dikeluarkan oleh pihak resipien, maka kemungkinan berhasilnya suatu proses transfer teknologi akan semakin besar.
14. Ada tidaknya keuntungan finansial mempengaruhi diterima atau ditolaknya suatu transfer teknologi. 15. Keinginan pihak donor untuk menumbuhkembangkan IKM, tidak akan berhasil apabila tidak sejalan dengan visi dan keinginan dari pihak IKM sendiri. 16. Suatu kemampuan transfer teknologi yang baik tetapi tidak didukung dengan suatu analisis tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses transfer teknologi (pasar, produk, kultur sosial) tidak akan memberikan suatu transfer teknologi yang optimal bahkan bisa menuju ke kegagalan. 17. Perlu dilakukan studi-studi lebih lanjut agar dapat diperoleh peta transfer teknologi yang lebih komprehensif baik untuk daerah maupun nasional dalam menunjang kebijakan untuk pengembangan IKM di Indonesia.
Kesimpulan Jika ditinjau dari segi sumber daya alam dan jumlah manusia, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk menarik investasi negara maju. Dalam hal ini sangat diperlukan bagaimana strategi pemerintah untuk memuluskan investasi tersebut dengan insentif yang disertai dengan perjanjian transfer teknologi yang ketat, tetapi yang menjadi kendala utama adalah kesiapan dari SDM yang akan menerima transfer teknologi tersebut, jadi yang perlu menjadi fokus pemerintah dalam jangka waktu dekat adalah mengutamakan transfer teknologi pendidikan, teknologi Pertanian/Peternakan dengan penerapan IT dengan produk padat karya dan padat teknologi yang dapat meningkatkan kemampuan, disiplin, dan sikap mental bangsa Indonesia yang menjadi target dari transfer teknologi tersebut.
7. Diketahui : hasil kajian ekonomis terhadap Teknologi Baru (TB) dan Teknologi Lama (TB) sebagai berikut :
Tambahan biaya investasi untuk TB adalah sebesar Rp. 2.000 jt Nilai Salvage TB pada akhir tahun 3 = Rp. 3.000 jt Nilai Salvage TL pada akhir tahun 3 = Rp. 1.400 jt
Asumsi : Tingkat suku bunga = 14% PA Pemakaian teknologi tidak mempengaruhi kapasitas produksi, dan kualitas.
Analisa : Untuk memutuskan apakah pengantian dilakukan atau tidak, maka dilakukankan Analisa Manfaat Biaya sebagai berikut : Tabel 7.1, Proyeksi Biaya (Investasi) yang timbul akibat pengantian TL dengan TB
Net Present Value Biaya = 2000 + 0 + 0 + (-1080) = Rp. 920 juta Tabel 7.2, Proyeksi Manfaat (penghematan) yang timbul akibat pengantian TL dengan TB Net Present Value Manfaat = 0 + 395 + 171 + 169 = Rp. 735 juta BCR = Manfaat/Biaya = Rp. 735 juta / Rp. 920 juta = 79,89%
Kesimpulan : Berdasarkan hasil kajian ekonomis maka pilihan saya adalah memanfaatkan teknologi yang ada dan tidak menggantikannya dengan teknologi baru, hal ini dikarenakan jika saya ganti dengan Teknologi Baru maka saya harus siapsiap merogoh kocek lebih dalam sebesar Rp.920.000.000,- untuk investasi. Penghematan yang timbul dengan mempertahankan teknologi lama sebesar Rp.735.000.000,-