STUDI STRATEGI OPERASI PERUSAHAAN PAKAN IKAN BERBASIS PRODUK SAMPINGAN PERIKANAN TANGKAP DAN AGROINDUSTRI PADA CV. BABELAN AGRO SEJAHTERA BEKASI
MUHAMAD IKHWAN RAHMANTO
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini yang berjudul Studi Strategi Operasi Perusahaan Pakan Ikan Berbasis Produk Sampingan Perikanan Tangkap dan Agroindustri Pada CV. Babelan Agrosejahtera Bekasi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan atau tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor Bogor, Maret 2014
Muhamad Ikhwan Rahmanto NIM H251100201
RINGKASAN MUHAMAD IKHWAN RAHMANTO. Studi Strategi Operasi Perusahaan Pakan Ikan Berbasis Produk Sampingan Perikanan Tangkap dan Agroindustri pada CV. Babelan Agro Sejahtera Bekasi. Dibimbing oleh MUHAMMAD SYAMSUN dan IRAWADI JAMARAN.
Umumnya, pakan ikan diproduksi oleh perusahaan besar, memiliki kualitas standar dan harga yang relatif mahal namun didukung jaringan distribusi luas dan memberikan kemudahan tempo pembayaran kepada pelanggannya. CV Babelan Agro Sejahtera (CV BAS) adalah salah satu dari sedikit industry kecil yang memproduksi pakan ikan dengan kualitas standar dan harga murah, namun jaringan distribusinya masih terbatas. Kondisi ini menuntut CV BAS untuk meningkatkan daya saingnya. Strategi harga murah yang diterapkan CV. BAS didukung oleh strategi pengadaan bahan baku murah berkualitas yang berbasis produk sampingan perikanan tangkap dan agroindustri. Tujuan penelitian ini adalah merumuskan kombinasi bahan baku pakan ikan yang berkualitas berbasis produk sampingan perikanan tangkap dan agroindustri agar biaya minimal, dan merumuskan strategi operasi untuk meningkatkan daya saing produk. Obyek penelitian ini adalah aktivitas operasional CV. BAS di Kampung Kedaung Desa Kedung Jaya Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi. Data penelitian ini dikumpulkan dengan pengamatan ke perusahaan, menelaah data sekunder, wawancara mendalam dengan pengelolanya, dan penyampaian kuisioner AHP kepada 1 (satu) orang pengelola perusahaan dan 5 (lima) orang responden ahli agribisnis atau agroindustri yang ditentukan secara purposive sampling. Analisis data yang digunakan meliputi analisis program linier, analisis SWOT, dan Analisis Hirarki Proses (AHP). Sebelum minimasi, biaya bahan baku pakan ikan sebesar Rp. 2964,00/kg dan setelah minimasi sebesar Rp. 2770/kg. Harga pakan ikan CV. BAS masih sangat kompetitif, sehingga tetap dapat mempertahankan harga. Strategi ini perlu dibarengi dengan mencari alternative bahan baku. Matriks Internal Eksternal memposisikan bidang operasi CV. BAS berada pada sel IV yang berarti menggambarkan growth and build (tumbuh dan membangun). Perusahan perlu melakukan strategi integrasi ke belakang, integrasi ke depan, atau integrasi horizontal, penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk Matriks SWOT menghasilkan 3 rumusan strategi operasi, yaitu mempertahankan harga jual produk, peningkatan kapasitas produksi, dan pengembangan SCM. AHP memberikan urutan prioritas implementasi strategi : pengembangan SCM (0.560), mempertahankan harga (0.225), dan peningkatan kapasistas produksi (0.215). Implementasi strategi tersebut harus memperhatikan 4 kriteria dengan urutan prioritas : kualitas (0.473), pengiriman (0.230), fleksibilitas (0.180), dan biaya (0.113), Kata Kunci : AHP, analisis SWOT, minimasi bahan baku, program linier, dan strategi operasi
SUMMARY MUHAMAD IKHWAN RAHMANTO. Study of Operations Strategy of Fish Feed Company Based on By Products of Capture Fisheries and Agroindustry at CV Babelan Agro Sejahtera Bekasi. Supervised by MUHAMMAD SYAMSUN and IRAWADI JAMARAN.
Generally, fish feed manufactured by a large company , has a standard of quality and price is relatively expensive but supported extensive distribution network and provide ease of payment due to its customers . CV Babelan Agro Sejahtera ( CV BAS ) is one of the few small industries that produce fish feed with standard quality and low price , but still a limited distribution network. These conditions require CV. BAS to increase their competitiveness. The purpose of this study is to formulate a combination of raw fish feed quality – based on by products of capture fisheries and agroindustry, for minimizing the cost of raw materials, and formulating operations strategy to improve product competitiveness. Object of this study is the operational activity of the CV . BAS in Kampung Jaya subdistrict Kedaung Kedung Babelan Bekasi . Data was collected by observation to the company , analizing secondary data , indepth interviews with managers , and delivery of AHP questionnaire to 1 ( one ) person managing the company and 5 ( five ) expert respondents that are determined by purposive sampling. Analysis of the data used include linear programming analysis, SWOT analysis, and Analysis Hierarchy Process. Before minimization, fish feed raw material costs Rp. 2964.00/kg and after minimization of Rp. 2770/kg. These results indicate that the price of fish feed CV. BAS is still very competitive, so as to maintain its price. This strategy needs to be coupled with a search for alternative raw materials. The result of internal-external matrix to put operations of CV. BAS at cell IV. Its sugest the grow and build. This means CV. BAS should focus on market penetrations, market development, product development (intensive strategy). From the operational perspective, a backwad integrations, forward integration, and horizontal integration should also be considered. While the results of the SWOT analysis raises three alternative strategy : maintaining prices, increased production capacity, and the development of SCM. The results of the AHP analysis produces the following strategic priorities: (1) the development of SCM (0.560), (2) to maintain prices (0.225), and (3) increasing the capacity of production(0.215). Implementation of these strategies must consider four criteria with priority (1) Quality (0.473), (2) Delivery (0.230), (3) Flexibility (0.180), and (4) Costs (0.113) Keywords: AHP, linear programming, minimization of raw materials costs, operations strategy, and SWOT analysis
@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2014 Hak Cipta dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
STUDI STRATEGI OPERASI PERUSAHAAN PAKAN IKAN BERBASIS PRODUK SAMPINGAN PERIKANAN TANGKAP DAN AGROINDUSTRI PADA CV. BABELAN AGRO SEJAHTERA BEKASI
MUHAMAD IKHWAN RAHMANTO
Tesis Sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Manajemen
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Penguji luar komisi : Prof Dr Ir H Musa Hubeis, MS Dipl Ing DEA
Judul Tesis : Studi Strategi Operasi Perusahaan Pakan Ikan Berbasis Produk Sampingan Perikanan Tangkap dan Agroindustri pada CV. Babelan Agro Sejahtera Bekasi. Nama : Muhamad Ikhwan Rahmanto NIM : H251100201
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Dr Ir Muhammad Syamsun, MSc Ketua
Prof Dr Ir Irawadi Jamaran Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Ilmu Manajemen
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Abdul Kohar, MSc
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian: 17 Januari 2013
Tanggal Lulus:
PRAKATA Alhamdulillah, segala puji hanya untuk Allah, SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan penyusunan tesis yang berjudul “Studi Strategi Operasi Perusahaan Pakan Ikan Berbasis Produk Sampingan Perikanan Tangkap dan Agroindustri pada CV. Babelan Agro Sejahtera Bekasi” Ucapan terima kasih sebesar-besarnya dihaturkan kepada Dr Ir Muhammad Syamsun, MSc dan Prof Dr Ir Irawadi Jamaran, selaku Ketua dan Anggota Komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pencerahan dalam penyusunan tesis ini. Terima kasih dihaturkan pula kepada Prof DR Ir H Musa Hubeis, MS, Dipl Ing, DEA sebagai penguji luar komisi dan Dr Mukhamad Najib, STP, MM selaku penguji program studi yang telah memberikan koreksi, kritik dan saran yang sangat berarti bagi perbaikan dan penyempurnaan tesis ini. Tesis dan studi S2 ini dapat diselesaikan atas izin Allah, SWT, serta dukungan dan bantuan banyak pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : (1) Dirjen Pendidikan Tinggi dan Koordinator Kopertis Wilayah IV yang telah meluluskan permohonan Beasiswa Pendidikan Pasca Sarjana, (2) Rektor Universitas Islam “45”, yang telah memberikan dorongan dan ijin studi lanjut, serta Dekan Fakultas Pertanian UNISMA, Ketua Program Studi Agribisnis dan seluruh Dosen yang telah mendorong penulis untuk melanjutkan dan menyelesaikan studi. (3) Sekolah Pascasarjana IPB, Program Studi Ilmu Manajemen SPS IPB yang dipimpin DR Ir Abdul Kohar Irwanto MSc dan staf sekretariat (Mas Hermawan dan Mas Ujang) yang telah memberikan layanan akademik yang sangat ramah, serta seluruh Dosen telah memberikan pencerahan. (4) Abdul Qodir, SP selaku pemilik dan pengelola CV. BAS Bekasi yang bersedia menjadikan perusahaannya sebagai obyek riset dan meluangkan banyak waktu hingga penulis dapat melakukan pengamatan dan wawancara mendalam. (5) Dr Ir Nandang Najmulmunir, MS, Dra Is Zunaini Nursinah, MSi, Dr Ir Supriyanto, MP, Ir Haris Budiyono, MT, dan Ir Ridwan Lutfiadi, MT selaku responden ahli AHP yang telah meluangkan waktu untuk mengisi kuisioner. (6) Teman-teman angkatan ke-4 Program Studi Ilmu Manajemen SPS IPB, atas suasana kebersamaan, dan dukungannya. Amat sulit dibayangkan pelaksanaan studi dan penyusunan tesis ini bila tanpa pengorbanan, dukungan, kesabaran, sikap qana’ah, dan ketulusan isteriku tercinta - Galuh Murti Dewati, S.Sos, serta ketiga putriku tersayang: Mufida Arifah Ikhwan, Zahida Munifah Ikhwan, dan Qotrunnada Karimah Ikhwan. Mohon maaf dan terima kasih banyak sayang. Selanjutnya atas do’a dan dukungan lahir-batin, penulis menyampaikan sungkem dan banyak terima kasih kepada Ibunda Sri Sulastri dan Ayahanda Abu Yazid (alm), serta kepada Ibu dan Bapak Mertua (Ibu Sriwati Mangastuti dan Bapak Moertaki). Semoga karya yang amat sederhana dan sangat banyak kekurangan ini masih mampu memberikan manfaat bagi para pembaca. Bogor,
Maret 2014
Muhamad Ikhwan Rahmanto
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian
1 1 5 6 6 6
2 TINJAUAN PUSTAKA
7
3 METODE PENELITIAN Kerangka Konsep Penelitian Obyek dan Lokasi Penelitian Jenis dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data Teknik Penentuan Responden Analisis Data
17 17 18 18 19 19 19
4 PROFIL PERUSAHAAN Sejarah Pendirian dan Perkembangan Perusahaan Modal dan Aset Perusahaan Proses Produksi Tenaga Kerja Pemasaran
26 26 27 29 34 35
5 HASIL DAN PEMBAHASAN Minimasi Biaya Bahan Baku Identifikasi Lingkungan Internal dan Eksternal Analisis Matriks IFE Analisis Matriks EFE Analisis Matriks IE Analisis Matriks SWOT Analisis Pengembangan Strategi CV BAS Implikasi Penelitian
35 35 38 41 42 42 43 44 49
6 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran
51 51 51
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
52 55
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Lima Provinsi dengan Jumlah Produksi Perikanan Budidaya Terbanyak Tahun 2011 Jumlah Penyerapan Pakan Ikan Berdasarkan Lokasi Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung (KJA) di Provinsi Jawa Barat Perbandingan Penelitian terdahulu dan Jenis, Sumber, dan Cara Pengumpulan Data Pendidikan dan Pekerjaan Responden Hasil Observasi Bahan Baku Pakan Ikan Matriks IFE dan EFE Contoh Matriks SWOT Nilai level hirarki Matrik Perbandingan Kriteria Nilai Indeks Random Besar Pinjaman yang Diberikan Bank Mandiri kepada CV BAS Lahan dan Bangunan Perusahaan Mesin dan Peralatan Produksi Pakan Ikan Perkembangan Aset Perusahaan Pembelian Bahan baku pembuatan pakan ikan Keadaan Pasokan Bahan Baku Pakan Ikan Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Hasil Observasi Bahan Baku Pakan Ikan Perbandingan formulasi dan Harga Pakan Ikan Sebelum dan Sesudah Minimasi Hasil Analisis Matriks IFE Hasil Analisis Matriks EFE Matriks Strategi Hasil Analisis SWOT Matriks Implementasi Strategi Berdasarkan Kriteria
2 2 15 18 19 20 25 22 34 23 24 24 25 27 27 28 28 29 29 34 36 38 41 42 44 49
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Hubungan antara masalah dan keputusan bisnis Elemen-elemen struktur industry Kerangka Konsep Penelitian Matriks IE Tahapan Proses Pengolahan Pakan Ikan Hasil Olah Data Minimasi Bahan Baku Pakan Ikan dengan software POM for WINDOWS Hasil Matriks IE Konstruksi Analisis Hierarki Proses Hasil Analisis Hierarki Proses
1 1 11 6 17 22 31 37 43 45 46
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5
Outline Profil Perusahaan Informasi Bahan Baku Pakan Ikan Identifikasi Lingkungan Internal dan eksternal Kuisioner Penilaian Prioritas Strategi Operasi CV.BAS Hasil Olah Data AHP
48 49 50 51 56
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang Pengelolaan suatu bisnis membutuhkan keputusan-keputusan yang tepat sehingga mampu membuat kinerja perusahaan semakin meningkat. Keputusan yang tepat perlu mendapat dukungan informasi yang berkualitas. Menurut Davis (2001) informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang penting bagi si penerima dan mempunyai nilai yang nyata yang dapat dirasakan dalam keputusan-keputusan yang sekarang atau keputusan-keputusan yang akan datang. Informasi dibedakan menjadi informasi kualitatif dan informasi kuantitatif. Keputusan bisnis perlu didukung oleh kedua jenis informasi tersebut, sehingga masalah yang muncul dapat diselesaikan secara komprehensif. Gaspersz (2011) memberikan ilustrasi mengenai hubungan antara masalah bisnis dan keputusan bisnis – sebagaimana terlihat pada Gambar 1. Informasi Kualitatif (pengalaman bisns, intuisi)
Apa Masalah Bisnis
INFORMASI
Keputusan Bisnis Efektif
Informasi Kuantitatif (Berdasarkan analisis data) Gambar 1 Hubungan antara masalah dan keputusan bisnis Keputusan bisnis yang efektif sebagai sebuah solusi harus dimulai dari identifikasi permasalahan bisnis yang berupa kesenjangan antara kinerja bisnis aktual (realisasi) dengan target bisnis yang ditetapkan (rencana). Contoh masalah bisnis adalah menurunnya penjualan, terjadinya peningkatan biaya produksi, penurunan kulitas produk, pengadaan bahan baku kurang stabil, proses produksi kurang lancar, dan sebagainya. Pencarian solusi memerlukan dukungan informasi yang relevan dan memadai, baik informasi kualitatif maupun informasi kuantitatif. Informasi kualitatif dapat bersumber dari intuisi dan pengalaman para pengelola bisnis, sedangkan informasi kuantitatif didasarkan pada fakta dan data aktual yang ada. Tugas utama manajer adalah membuat keputusan yang mampu meningkatkan kinerja dari organisasi. Dengan demikian tugas manajer dalam organisasi adalah membuat keputusan yang berkaitan dengan masalah-masalah bisnis sehingga diharapkan dari keputusan itu akan memungkinkan organisasi bisnis mencapai tujuannya seperti meningkatkan produktivitas, memperluas pangsa pasar (market share), meningkatkan keuntungan, mengurangi biaya, dan
2 lain-lain, yang pada prinsipnya akan meningkatkan kinerja bisnis dalam situasi ekonomi yang sangat kompetitif (hiper competitif) sekarang ini. (Gaspersz, 2011) Suasana kompetitif juga terjadi pada bisnis pakan ikan. Pakan ikan diperlukan dalam usaha perikanan budidaya untuk mencukupi kebutuhan nutrisi ikan. Secara umum perikanan budidaya mencakup budidaya laut, tambak, kolam, jaring apung, dan sawah. Lima provinsi dengan produksi perikanan budidaya terbanyak di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1 berikut : Tabel 1 Lima provinsi dengan jumlah produksi perikanan budidaya terbanyak pada tahun 2011 No. 1. 2. 3. 4. 5.
Provinsi Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Jawa Timur Jawa Barat Sulawesi Tenggara Total Indonesia
Laut 1.024.310 734.635 412.738 7.934 588.745 4.605.827
Jumlah Produksi Perikanan (Ton) Jaring Tambak Kolam Karamba Sawah Apung 600.241 42.057 177.682 179.980 54.921 1.602.748
6.273 4.394 115.086 295.715 4.169 1.127.127
194 273 676 491 131.383
9.281 185.428 375.430
2.255 19 341 25.556 86.448
Total 1.633.274 781.378 715.865 695.104 647.836 7.928.962
Sumber : Dirjen Perikanan Budidaya KKP (2012) Provinsi Jawa Barat menempati urutan keempat dalam produksi perikanan budidaya, dengan jumlah produksi sebesar 695.104 ton. Khusus untuk perikanan budidaya darat, Provinsi Jawa Barat menempati urutan pertama dengan jumlah produksi mencapai 295.715 ton untuk kolam dan 185.428 ton untuk jaring apung. Kontribusi Jawa Barat sebagai sentra Perikanan budidaya darat mencapai 29.48 % dari total produksi perikanan budidaya darat nasional. Kebutuhan pakan ikan untuk perikanan budidaya darat di Jawa Barat sangat besar. Jawa Barat merupakan konsumen pakan ikan terbesar di Indonesia atau 40 persen dari total kebutuhan pakan ikan nasional. Menurut Indrajaya (2009), dari kebutuhan pakan sebanyak 1,7 juta ton, sekitar 1,6 juta ton di antaranya digunakan untuk budidaya ikan keramba jaring apung (KJA) dengan sebaran sebagaimana Tabel 2 berikut. Tabel 2. Jumlah penyerapan pakan ikan berdasarkan lokasi budidaya ikan keramba jaring apung (KJA) di Provinsi Jawa Barat No. 1. 2. 3. 4.
Lokasi Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung (KJA) di Provinsi Jawa Barat Waduk Cirata (Cianjur) Waduk Jatiluhur (Purwakarta) KJA Wilayah Bogor KJA Wilayah Ciamis
Jumlah Penyerapan Pakan Ikan (ton) 1.100.000 450.518 487 13.15
Sumber : Indrajaya (2009) Data di atas menunjukkan bahwa potensi pasar pakan ikan di Provinsi Jawa Barat sebagian besar terserap untuk keperluan budidaya ikan keramba jaring apung. Wajar bila banyak produsen pakan ikan yang memiliki jaringan distribusi di sekitar beberapa lokasi keramba jaring apung di atas. Kabupaten Bekasi – sebagai lokasi perusahaan CV. Babelan Agro Sejahtera (CV. BAS) memiliki potensi perikanan darat yang sangat kecil bila dibanding dengan Provinsi Jawa Barat. Demikian pula dengan Kota Bekasi yang jaraknya sangat dekat dengan lokasi perusahaan memiliki potensi perikanan darat
3 yang lebih kecil lagi. Berdasarkan data BPS Provinsi Jawa Barat (2012), potensi perikanan budidaya Kabupaten Bekasi hanya sekitar 0.016 % dari potensi perikanan darat provinsi Jawa Barat. Sedangkan potensi perikanan budidaya Kota Bekasi hanya sekitar 0.011 % dari potensi perikanan darat provinsi Jawa Barat. Selain potensinya yang kecil, lokasi budidaya perikanan darat di Kabupaten dan Kota Bekasi juga menyebar, sehingga kurang menguntungkan bila dijadikan sebagai sasaran utama pasar pakan ikan produksi CV. BAS. Perkembangan bisnis budidaya ikan memerlukan dukungan industri penyedia sarana produksi, antara lain industri pakan ikan. Keberadaan dan perkembangan budidaya keramba jaring apung di beberapa waduk di Provinsi jawa Barat telah mendorong perkembangan pabrik-pabrik pakan di daerah Kabupaten/Kota Tangerang, Kabupaten/Kota Bekasi, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten/Kota Cirebon. Harga pakan ikan produksi pabrik-pabrik tersebut umumnya sangat tinggi. Menurut Indrajaya (2012), produksi pakan ikan dan udang masih bergantung pada impor. Hingga kini produsen pakan harus mengimpor sampai 70 persen bahan baku. Salah satu bahan baku yang dimaksudkan adalah tepung bungkil kedelai yang diimpor 2,5 juta ton tahun lalu. Bahan baku impor lainnya adalah tepung ikan. Menurut Azwar (2010), tingginya harga pakan dibandingkan harga jual ikan menjadi kendala besar dalam pengembangan perikanan budidaya. Kondisi itu berakibat profit yang diterima petani semakin kecil dan dkhawatirkan dapat mempengaruhi intensitas usaha yang nantinya dapat menurunkan target produksi. Penggunaan bahan baku lokal (BBL) sebagai sumber pakan perlu ditingkatkan, dengan biaya yang murah tentunya dapat mendorong peningkatkan produksi. Selama ini hampir 90 persen pakan yang beredar untuk budidaya ikan dipasok dari industri pakan yang dalam proses pembuatannya mengandalkan bahan baku impor. Ketergantungan bahan baku impor sangat sulit menjaga kestabilan harga pakan, harapan untuk menekan harga pakan adalah mengurangi ketergantungan bahan baku impor, pemakaian masih sangat terbatas, kendalanya karena sulit mendapatkan dalam jumlah besar disamping kualitas tidak stabil. BBL lebih banyak dimanfaatkan oleh pabrikan skala menengah dan kecil karena kapasitas produksi tidak besar dan umumnya dibuat untuk kebutuhan sendiri atau kelompok. Ketersediaan bahan baku sumber protein cukup banyak tersedia di Indonesia tapi pemanfaatannya belum optimal. Penelitian untuk memanfaatkan beberapa bahan baku lokal sudah ada dan ada yang sedang dilakukan, namun rekomendasi pemakaiannya dalam ransum masih terbatas, karena adanya faktorfaktor pembatas. Upaya perbaikan kualitas beberapa bahan baku tersebut sudah dan sedang diteliti agar pemakaiannya dapat ditingkatkan. Umumnya produsen pakan ikan adalah perusahaan besar yang memiliki kualitas produk standar, jaringan distribusi luas dan modal yang kuat sehingga mampu memberikan fasilitas kemudahan tempo pembayaran. Fenomena yang terjadi di salah satu sentra petani ikan jaring apung di Waduk Cirata dan Saguling Jawa Barat menunjukkan bahwa keunggulan perusahaan besar tersebut mampu mempengaruhi sebagian besar petani ikan untuk membeli pakan ikan produksinya bahkan menjadi pelanggan, meskipun harganya mahal. Kondisi ini tentu tidak menguntungkan petani ikan. Apalagi kenaikan harga pakan cenderung lebih cepat dibanding dengan kenaikan harga ikan hasil panenannya.
4 CV. BAS adalah satu-satunya industri kecil pakan ikan di Kabupaten dan Kota Bekasi. Berdasarkan pengamatan pasar yang dilakukan pihak CV. BAS di lokasi keramba jaring apung waduk Saguling dan Cirata, dalam beberapa tahun terakhir tidak ada lagi pakan ikan produksi industri kecil yang beredar. Meskipun harus bersaing dengan perusahaan besar, CV. BAS memilih sasaran pasar pakan ikan utamanya di lokasi keramba jaring apung di beberapa waduk besar sebagai sentra perikananan darat Provinsi Jawa Barat. CV. BAS adalah perusahaan skala kecil yang memproduksi pakan ikan sejak tahun 2003. Saat berdiri, sudah banyak pelaku usaha sejenis yang umumnya adalah perusahaan berskala besar dengan keunggulan seperti di atas. Sebagai perusahaan skala kecil dan pengikut , CV. BAS dituntut untuk mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya. Pakan ikan berkualitas dengan harga yang lebih murah dari harga pasaran pada umumnya menjadi pilihan strategi untuk dapat bersaing. Strategi ini dipilih karena petani ikan memerlukan pakan dengan harga murah, karena dalam budidaya ikan proporsi biaya pakan mencapai lebih dari 60 persen dari total biaya. Strategi harga murah ini dapat dijalankan oleh CV. BAS karena mendapatkan bahan baku yang murah. Bahan baku yang dipakai berbasis lokal dan produk sampingan perikanan tangkap dan agroindustri. Meskipun telah menerapkan strategi ini, tidak dengan serta merta produknya lantas mudah diterima di pasaran. Dominasi perusahaan besar pakan ikan sebagaimana digambarkan di atas tidak mudah ditembus. Situasi ekonomi yang demikian menuntut perusahaan memiliki keunggulan kompetitif. David (2011), menjelaskan bahwa memperoleh dan mempertahankan keunggulan kompetitif sangat penting bagi keberhasilan jangka panjang sebuah organisasi dan itulah inti pembahasan dari manajemen strategis. Keunggulan kompetitif adalah segala sesuatu yang dapat dilakukan dengan jauh lebih baik oleh sebuah perusahaan bila dibandingkan dengan perusahaanperusahaan saingan. Ketika suatu perusahaan dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dibuat oleh perusahaan saingan, atau memiliki sesuatu yang amat diinginkan oleh perusahaan saingan, itu dapat merepresentasikan keunggulan kompetitif. Pendekatan untuk memperoleh, mempertahankan, dan bahkan mengembangkan keunggulan kompetitif merupakan ranah dari strategi bisnis. Sedangkan strategi korporasi berbicara tentang bagaimana cara perusahaan mendapatkan uang. Selanjutnya rincian pembagian sumberdaya pada tingkat operasional akan dicakup pada strategi fungsional. Dengan demikian pada level strategi fungsional terdapat strategi SDM, Strategi Keuangan, Strategi Operasi/Produksi/Manufaktur, dan Strategi Pemasaran. Lingkungan bisnis yang semakin dinamis menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat dalam memperebutkan pangsa pasar. Tuntutan konsumen terhadap produk yang berkualitas, spesifikasi yang sesuai, harga yang rendah, dan layanan pengiriman yang cepat harus dipenuhi oleh produsen. Dinamika inilah yang menuntut perusahaan harus memiliki keunggulan di semua fungsi, yakni keunggulan di bidang pemasaran, sumberdaya manusia, keuangan, dan operasi. Keunggulan di bidang operasi hanya dapat dilakukan bila kemampuan operasi dipakai sebagai kekuatan bersaing dalam bisnis dengan cara menjadikan strategi operasi sebagai bagian integral dari strategi bisnis. Untuk itu
5 strategi bisnis harus memberikan informasi kepada semua fungsi di dalam organisasi yang mendukung strategi operasi.
Perumusan Masalah Kinerja operasi CV. BAS belum optimal. Berdasarkan kapasitas mesin dan produktivitas tenaga kerja, perusahaan ini mampu memproduksi pakan sebesar 1 ton per hari. Faktanya, produksi baru mencapai maksimal 750 kg per hari. Belum lagi bila dikaitkan dengan potensi pasar pakan ikan murah berkualitas yang masih besar, seharusnya CV. BAS berupaya meningkatkan lagi kemampuan produksinya. Obsesi perusahaan untuk dapat meningkatkan kapasitas produksi belum dapat diwujudkan karena kemampuan memasarkan produk masih rendah, pasokan bahan baku belum stabil, dan proses produksi belum stabil. Rendahnya kemampuan memasarkan produk menyebabkan volume penjualan masih rendah pula. Hampir semua pakan ikan yang diproduksi CV. BAS adalah untuk memenuhi pesanan. Selain itu jaringan distribusi juga masih sangat terbatas. Upaya meningkatkan jaringan distribusi dengan menjalin kerjasama dengan koperasi petani ikan dan agen pakan ikan belum membuahkan hasil yang signifikan. Obsesi untuk memasarkan produk dengan cara membuka toko sendiri juga belum dapat direalisasikan. Kondisi ini membuat CV. BAS belum mengambil keputusan untuk meningkatkan kapasitas produksinya. CV. BAS harus berupaya mendapatkan pasokan bahan baku berkualitas dengan harga murah dengan cara mencarinya dalam wujud produk sampingan perikanan tangkap dan agroindustri yang ada di Bekasi dan sekitarnya. Sampai saat ini pasokan bahan baku utama, yakni bahan baku sumber protein seperti tepung ikan dan bungkil kedelai, bungkil sawit, dan bungkil kopra dalam kondisi belum stabil. Untuk memenuhi kapasitas produksi saat ini, secara kuantitas pasokan sudah mencukupi, tapi akan kurang mencukupi bila perusahaan hendak meningkatkan kapasitas produksinya. Selain itu kualitas bahan baku juga kurang stabil. Saat musim hujan misalnya, kualitas ikan kering cenderung menurun, yaitu kadar air yang lebih tinggi. Hal ini menyebabkan CV. BAS harus melakukan proses pengeringan yang lebih lama. Selain itu kadar protein juga cenderung menurun sehingga. Hal ini harus diatasi dengan menambah bahan pakan lain dengan kandungan protein yang tinggi agar kualitas pakan tetap terjaga. Ketidak stabilan juga terkait dengan kontinuitas. Faktor cuaca biasanya mempengaruhi hasil tangkapan ikan para nelayan, sehingga pasokan ikan kering ke CV. BAS tidak stabil. Ketidakstabilan ini memerlukan solusi dengan mencari alternatif bahan baku yang lebih stabil dengan tetap memperhatikan standar kualitas pakan dan harga yang murah. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi atas formulasi pakan ikan yang diterapkan selama ini. Proses produksi belum stabil dikarenakan kerusakan mesin terutama mesin cetak ikan yang masih kadang-kadang terjadi. Kerusakan yang dapat ditangani sendiri tidak menjadi masalah yang berarti karena hanya memerlukan waktu sebentar. Lain halnya bila perbaikan harus di bawa ke bengkel dan memerlukan waktu lebih dari sehari, ini akan menunda waktu proses dalam tempo di luar batas toleransi. Permasalahan semacam ini selain menunda waktu proses pengolahan pakan ikan, juga menyebabkan menurunnya kualitas pakan ikan. Hal ini
6 dikarenakan proses pencetakan pakan ikan sekaligus merupakan proses pengeringan pakan ikan, sehingga tertundanya proses pencetakan sama dengan tertundanya proses pengeringan campuran pakan yang berakibat menurunkan kualitasnya. Solusi atas masalah ini adalah dengan menambah jumlah mesin cetak pakan ikan, sehingga bila yang satu rusak, dapat di pakai yang satunya lagi. Kemampuan modal atau akses mendapatkan modal sebenarnya memungkinkan CV. BAS untuk melakukan penambahan mesin cetak pakan ikan, namun hal itu dipandang belum layak dilakukan karena harus seiring dengan program peningkatan kapasitas produksi, padahal peningkatan kapasitas produksi sulit dilakukan karena masih kecilnya volume penjualan dan belum stabilnya pasokan bahan baku pakan ikan. Nampak CV. BAS mengalami dilema dalam mengembangkan bisnisnya. Uraian permasalahan di atas menunjukkan bahwa strategi operasi yang dijalankan perusahaan belum tepat. Berangkat dari uraian di atas, permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana formulasi bahan baku pakan ikan yang berkualitas berbasis produk sampingan perikanan tangkap dan agroindustri agar biaya minimal ? 2. Bagaimana strategi operasi untuk meningkatkan daya saing produk ?
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan : 1. Rumusan formulasi bahan baku pakan ikan yang berkualitas - berbasis produk sampingan perikanan tangkap dan agroindustri – agar biaya minimal. 2. Rumusan strategi operasi untuk meningkatkan daya saing produk.
Kegunaan Penelitian 1. Bagi Pengusaha, secara umum sebagai pertimbangan dalam mengevaluasi dan mengembangkan strategi operasi perusahaan, dan secara khusus mengevaluasi kombinasi bahan baku pakan ikan yang berkualitas - berbasis produk sampingan perikanan tangkap dan agroindustri – agar biaya minimal sebagai upaya peningkatan kapasitas produksi dan peningkatan keunggulan perusahaan dalam menghadapi persaingan yang semakin kompetitif. 2. Secara akademis, memperkaya khasanah riset tentang manajemen strategi operasi.
Ruang Lingkup Penelitian 1. Secara umum penelitian ini membahas bidang operasi CV. BAS. 2. Secara khusus penelitian ini membahas pengelolaan bahan baku CV. BAS yang berbasis produk sampingan perikanan tangkap dan agroindustri. 3. Alat análisis yang dipakai adalah Linear Programming, Analisis SWOT, dan Analytichal Hierarchie Process.
7 2 TINJAUAN PUSTAKA
Industri Pakan Ikan Industri pakan ikan yang mampu menghasilkan produk standar dengan harga murah memiliki peluang usaha yang sangat menguntungkan. Karena industri pakan mempunyai peran yang sangat penting dalam budidaya perikanan darat yang dikelola secara intensif mengingat tidak kurang dari 70 % total biaya produksi terserap oleh pakan. Meskipun pertumbuhan industri pakan sangat pesat seiring dengan permintaan komoditas ikan di pasar domestik dan luar negeri, ternyata bangun industrinya dikuasai hanya oleh beberapa perusahaan besar antara lain Comfeed, Phokphand, Sinta. Kelompok usaha tersebut saat ini mengusasi jaringan bahan baku, prosesing dan pemasaran. Dengan telah dikuasainya jaringan tersebut berdampak langsung pada trend elastisitas harga yang tidak menguntungkan bagi petani. (Srihati dan Sukirno 2003) Mengacu kepada temuan Srihati dan Sukirno (2003), sebagian besar biaya produksi usaha pakan ikan digunakan untuk pengadaan bahan baku yang mencapai 87 % dan 52 % dari biaya bahan baku terserap oleh tepung ikan atau biaya tepung ikan memiliki porsi sebesar 45 % dari total biaya produksi. Biaya kacang kedelai sebagai sumber protein pakan ikan lainnya juga cukup tinggi, yakni memcapai 17 % dari total biaya produksi. Menurut Handajani dan Widodo (2010) salah satu kelemahan penyusunan pakan ikan selama ini adalah kurang mengoptimalkan potensi pakan lokal. Umumnya sebagain bahan pakan terutama sumber protein masih impor seperti bungkil kedelai dan tepung ikan. Akibatnya harga bahan pakan tersebut relative mahal. Alasan yang umum dipakai untuk pembenaran impor adalah belum adanya bahan pakan tersebut di daerah lokal dan/atau standarisasi kualitas bahan pakan yang relative stabil. Sementara potensi bahan pakan lokal sampai saat ini belum tergarap dengan baik. Untuk memilih bahan baku perlu memperhatikan yaitu persyaratan teknis dan persyaratan sosial ekonomis. Persyaratan teknis yang harus diperhatikan dalam memilih bahan baku untuk pembuatan pakan buatan adalah : mempunyai nilai gizi tinggi, tidak mengandung racun, sesuai dengan kebiasaan makan ikan, bahan baku yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan kebiasaan makan ikan di alam, hal ini dapat meningkatkan selera makan dan daya cerna ikan. Seperti diketahui bahwa berdasarkan kebiasaan makannya jenis pakan dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu herbivor, omnivor dan karnivor. Sedangkan persyaratan sosial ekonomis yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan baku untuk pembuatan pakan buatan adalah mudah diperoleh mudah diolah harganya relatif murah bukan merupakan makanan pokok manusia, sehingga tidak merupakan saingan dan sedapat mungkin memanfaatkan limbah industri pertanian (Gusrina, 2008). Melengkapi dua persyaratan tersebut, Handajani dan Widodo (2010), menyatakan bahwa setiap kali menyusun pakan selalu harus memperhatikan tiga faktor utama yang akan mempengaruhi pemilihan bahan pakan dalam rangka menjaga kualitas dan kuantitas pakan tersebut. Ketiga hal tersebut adalah : (1)
8 harga bahan pakan penyusun pakan ikan (2) ketersediaan bahan pakan dan (3) kebutuhan zat makanan ikan. Menurut Murtidjo (2007), sebelum dilakukan pengolahan pakan ikan, perlu dilakukan analisis nutrisi makanan ikan meliputi : (1) Dasar penyusunan makanan ikan, (2) Daftar Analisis Bahan Makanan Ikan, (3) Pedoman Batas Penggunaan Bahan Makanan Ikan, (4) Spesifikasi Nutrisi Makanan Ikan, (5) Metode Penyusunan Pakan Ikan. Penggunaan daftar analisis bahan pakan ikan diperlukan sebagai acuan agar pakan yang dibuat memenuhi kandungan nutrisi yang dibutuhkan ikan. Namun demikian, menurut Sukria dan Krisnan (2009),hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan aspek nutrisi maupun teknologi pengolahannya masih berkutat pada skala penelitian atau skala lapangan yang terbatas, maka kecukupan nutrisi tidak bisa hanya didasarkan pada informasi sekunder. Pengusaha pakan ikan perlu melakukan pengukuran kandungan nutrisi terhadap bahan pakan dan produk jadinya. Batasan penggunaan masing-masing bahan pakan biasanya didasarkan pada alasan teknis dan ekonomi. Secara teknis penggunaan masing-masing bahan pakan memerlukan batasan minimal atau maksimal untuk memperoleh performa pakan yang optimal. Misalnya kandungan lemak yang terlalu tinggi menyebabkan pakan cepat tengik, atau kandungan serat yang tinggi menyebabkan pakan mudah hancur. Secara ekonomi, penggunaan bahan pakan harus mempertimbangkan harganya sehingga diperoleh kombinasi bahan pakan dengan harga minimal. Produk pakan ikan yang dihasilkan harus memiliki kandungan nutrisi sesuai kebutuhan ikan. Pellet yang baik memiliki kadar air maksimal 10 % kandungan abu dan serat kasar maksimal 5 % Sedangkan kandungan protein, lemak,dan karbohidrat tergantung pada susunan bahan bakunya. Sebagai patokan untuk pellet pakan ikan sebaiknya kadar proteinnya lebih dari 25%, lemak 5% 7%, dan karbohidrat 16% - 18%. (Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2011).
Produk Sampingan Perikanan Tangkap dan Agroindustri Produk Sampingan merupakan produk yang dihasilkan dalam joint production namun produk tersebut relative harganya atau nilainya atau kuantitasnya lebih rendah dibanding yang lain (Halim, 2007). Selanjutnya Carter dan Milton (2009) menjelaskan bahwa produk sampingan dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok menurut kondisi dapat dipasarkannya produk tersebut pada titik pisah batas yaitu produk sampingan yang dijual dalam bentuk asal (tanpa diproses lebih lanjut) dan produk sampingan yang membutuhkan proses lebih lanjut agar produk tersebut dapat dijual. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya, mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan, (Undang-Undang Nomor. 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor. 31 Tahun 2004 tentang perikanan.). Selanjutnya, di dalam Undang-Undang tersebut dijelaskan bahwa perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan atau pengumpulan binatang dan tanaman air, baik di laut maupun di perairan umum secara bebas.
9 Kegiatan ini dibedakan dengan perikanan budidaya, dimana pada perikanan tangkap, binatang atau tanaman air masih belum merupakan milik seseorang sebelum binatang atau tanaman air tersebut ditangkap atau dikumpulkan sedangkan pada perikanan budidaya, komoditas tersebut telah merupakan milik seseorang atau kelompok yang melakukan budidaya tersebut. Aktivitas perikanan tangkap menghasilkan produk sampingan yang terdiri dari hasil tangkapan sampingan, ikan yang tak layak konsumsi, dan ikan tidak utuh atau terpotong. Hasil Tangkap Sampingan (HTS) atau bycatch diartikan sebagai ikan hasil tangkapan non target pada suatu perikanan tangkap tertentu (Pauly, 1984; Alverson et.al, 1994 dalam Widodo et.al, 2010). Lebih lanjut Widodo, et.al (2010) menjelaskan bahwa ikan non target dapat berupa bukan spesies tujuan atau jenis ikan target tapi ukurannya di bawah standar yang diinginkan yaitu berupa ikan yuwana atau ikan muda. Menurut Faubiany (2008), ikan yang tidak layak konsumsi dan ikan yang terpotong dikarenakan buruknya sanitasi dan penanganan pasca penangkapan. Pengertian Agroindustri pertama kali dijelaskan oleh Austin (1981), An agroindustri is an enterprise that processes agricultural raw material, including ground and tree crops as well as livestock. The degree of processing can vary tremendously, ranging from the cleaning, mixing, and chemical alteration theat create a textured vegetable food. Secara lebih detail, Anonim, 1983 dalam Mangunwidjaya dan Sailah (2005), agroindustri didefinisikan sebagai kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku, merancang dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut. Agroindustri dengan demikian mencakuo Industri Pengolahan Hasil Pertanian (IPHP), Industri Peralatann dan Mesin Pertanian (IPMP), dan Industri Jasa Sektor Pertanian (IJSP). IPHP meliputi IPHP tanaman pangan, tanaman perkebunan, hasil hutan, perikanan, dan peternakan. Agroindustri khususnya industri pengolahan hasil pertanian menghasilkan produk sampingan. Produk sampingan yang dihasilkan dalam agroindustri dapat dilihat pada Pohon Industri yang disusun oleh LIPI. Dedak adalah produk sampingan dari penggilingan padi, kelapa, kelapa sawit, dan kedelai ketika diolah menghasilkan produk sampingan berupa bungkil.
Minimasi Biaya Bahan Baku Untuk menghasilkan barang dan jasa, semua jenis organisasi menjalankan tiga fungsi. Fungsi-fungsi ini merupakan hal penting, bukan hanya untuk proses produksi, tetapi juga demi kelangsungan hidup sebuah organisasi. Fungsi-fungsi ini adalah sebagai berikut : (1). Pemasaran yang menghasilkan permintaan, paling tidak, menerima pemesanan untuk esbuah barang atau jasa (tidak akan ada aktivitas jika tidak ada penjualan). (2) Produksi/Operasi yang menghasilkan produk, dan (3) Keuangan/Akuntansi yang mengawasi sehat tidaknya sebuah organisasi, membayar tagihan, dan mengumpulkan uang (Heizer dan Render 2009). Fungsi operasional diperlukan untuk merangkai aktifitas yang menciptakan nilai produk berupa barang maupun jasa melalui proses transformasi input menjadi output secara optimal.
10 Lebih lanjut Heizer dan Render (2009), menjelaskan bahwa banyak keputusan manajemen operasi berkaitan dengan usaha menggunakan sumber daya organisasi dengan cara yang paling efektif. Sumber daya biasanya meliputi permesinan, suatu teknik matematis yang dirancang untuk membantu para manajer operasi dalam merencanakan dan membuat keputusan yang diperlukan untuk mengalokasikan sumber daya. Salah satu contoh penerapan program linier yang berhasil adalah pemilihan bauran komposisi makanan untuk menghasilkan kombinasi makanan Berdasarkan temuan Srihati dan Sukirno (2003), sebagian besar biaya produksi usaha pakan ikan digunakan untuk pengadaan bahan baku yang mencapai 87 persen dan selanjutnya 52 persen dari biaya bahan baku terserap oleh tepung ikan, maka minimasi biaya bahan baku pakan ikan penting untuk dilakukan melalui pengaturan komposisi bahan baku penyusun pakan ikan. Program Linier (Linier Programing) merupakan salah satu teknik riset operasional (Operation Research) yang digunakan paling luas dan diketahui baik. Ia merupakan metode matematika dalam mengalokasikan sumberdaya untuk mencapai tujuan tunggal seperti memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya. Program linier banyak diterapkan dalam membantu menyelesaikan masalah ekonomi, industri, militer, sosial dan lain-lain (Mulyono 2007). Program linier adalah suatu cara penyelesaian persoalan pengalokasian sumber daya yang terbatas di antara beberapa alternatif solusi, dengan cara yang mungkin dilakukan, untuk mencapai hasil yang optimal atau hasil yang terbaik. Menurut Heizer dan Render (2009), semua persoalan Program Linier (PL) mempunyai empat sifat umum, yaitu : 1. Persoalan PL bertujuan memaksimalkan atau meminimalkan kuantitas (pada umumnya berupa keuntungan atau biaya). Sifat umum ini disebut fungsi tujuan (objective function) dari suatu persoalan PL. Pada umumnya, tujuan utama suatu perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan pada jangka panjang. Dalam kasus sistem distribusi suatu perusahaan angkutan atau penerbangan, tujuan pada umumnya berupa meminimalkan biaya. 2. Adanya batasan (constraints) atau kendala yang membatasi tingkat sampai di mana sasaran dapat dicapai. Sebagai contoh, keputusan untuk memproduksi banyaknya unit dari setiap produk pada suatu lini produk perusahaan dibatasi oleh tenaga kerja dan permesinan yang tersedia. Oleh karena itu, untuk memaksimalkan atau meminimalkan suatu kuantitas (fungsi tujuan) bergantung pada sumber daya yang jumlahnya terbatas (batasan). 3. Harus ada beberapa alternatif tindakan yang dapat diambil. Sebagai contoh, jika suatu perusahaan menghasilkan tiga produk yang berbeda, manajemen dapat menggunakan PL untuk memutuskan bagaimana cara mengalokasikan sumber dayanya yang terbatas (tenaga kerja, permesinan, dan seterusnya). Jika tidak ada alternatif yang dapat diambil, maka PL tidak diperlukan. 4. Tujuan dan batasan dalam permasalahan pemrograman linier harus dinyatakan dalam pertidaksamaan atau persamaan linier. Programa Linier memiliki model matematis yang terdiri dari dua komponen utama, yaitu fungsi tujuan dan fungsi kendala. Selain itu ditambah dengan batasan berupa syarat nonnegatif.
11 Strategi Operasi Keunggulan bersaing merupakan dasar bagaimana perusahaan mampu menciptakan nilai untuk pembeli yang melebihi cost yang dikeluarkan perusahaan untuk penciptaan nilai tersebut (Porter 1985). Nilai merupakan apa yang diinginkan oleh pembeli yang mempunyai keinginan untuk membayar, aliran penciptaan nilai yang superior yaitu bagaimana perusahaan menawarkan harga yang lebih rendah dari pesaingnya untuk mendapatkan manfaat yang sama atau memberikan manfaat yang unik dengan harga yang lebih tinggi. Dua dasar keunggulan bersaing ini adalah adanya cost leadership dan differentiation. Menurut Porter (1985) ada 5 kekuatan yang mempengaruhi persaingan dalam suatu industri: (1) ancaman masuknya pendatang baru, (2) kekuatan tawar menawar pemasok, (3) kekuatan tawar menawar pembeli, (4) Ancaman produk substitusi, dan (5) persaingan dalam industri. Untuk menyusun rancangan strategi yang baik dan agar dapat menduduki posisi yang kompetitif dalam industrinya maka perusahaan harus dapat meminimumkan dampak kelima kekuatan tersebut. Situasi persaingan dalam suatu industri ditunjukkan Gambar 2. Entry Barriers • Economies of scale • Proprietary product differences • Brand identity • Switching costs • Capital requirements • Access to distribution • Absolute cost advantages Proprietary learning curve Access to necessary inputs Proprietary low-cost product design • Government policy • Expected retaliation
New Entrants
Threat of New Entrants
Industry Competitors
Bargaining Power of Suppliers
Rivalry Determinants • Industry growth • Fixed (or storage) costs / value added • Intermittent overcapacity • Product differences • Brand identity • Switching costs • Concentration and balance • Informational complexity • Diversity of competitors • Corporate stakes • Exit barriers
Bargaining Power of Buyers
Suppliers
Buyers Intensity of Rivalry
Determinants of Supplier Power • Differentiation of inputs • Switching costs of suppliers and firms in the industry • Presence of substitute inputs • Supplier concentration • Importance of volume to supplier • Cost relative to total purchases in the industry • Impact of inputs on cost or differentiation • Threat of forward integration relative to threat of backward integration by firms in the industry
Threat of Substitutes
Substitutes
Determinants of Substitution Threat • Relative price performance of substitutes • Switching costs • Buyer propensity to substitute
Determinants of Buyer Power Bargaining Leverage • Buyer concentration vs. firm concentration • Buyer volume • Buyer switching costs relative to firm switching costs • Buyer information • Ability to backward integrate • Substitute products • Pull-through
Price Sensitivity • Price/total purchases • Product differences • Brand identity • Impact on quality/ performance • Buyer profits • Decision maker’s incentives
Gambar 2 Element-element struktur industri (Porter 1985) Kelima kekuatan persaingan tersebut secara bersama-sama menentukan intensitas persaingan dan kemampulabaan dalam industri. Kekuatan persaingan akan menjadi dasar bagi penyusun strategi dalam perumusan strategi perusahaan yang tujuannya adalah agar perusahaan mendapatkan posisi dalam industri yang membuat mereka survive. Menurut Grant (1999) strategi memiliki 3 tingkat, yaitu strategi korporasi, strategi bisnis, dan strategi fungsional. Salah satu strategi yang berada pada strategi fungsional adalah strategi produksi atau operasi. Selanjutnya
12 menurut Slack and Lewis (2011) dalam James (2011) strategi operasi adalah pola total keputusan yang membentuk kapabilitas jangka panjang dari setiap jenis usaha dan kontribusi mereka terhadap strategi keseluruhan, melalui rekonsiliasi kebutuhan pasar dan sumber daya operasi. Strategi operasi memerlukan manajemen sebagaimana strategi korporasi dan strategi bisnis. Wheelen dan Hunger (2010) menjelaskan bahwa manajemen strategik merupakan serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja organisasi dalam jangka panjang. Manajemen strategik mencakup scanning lingkungan (eksternal dan internal), formulasi strategi baik bersifat jangka pendek atau panjang, evaluasi dan kontrol. Setiap organisasi harus menggunakan konsep dan teknik manajemen strategis dalam lingkungan industri yang dijalankannya dengan pendekatan proaktif dalam menghadapi berbagai peristiwa. Menurut Gaspersz (2005), perencanaan strategic manufacturing lebih sering berhubungan dengan isu-isu internal dari pada isu-isu eksternal. Bagimanapun juga, isu eksternal paling penting yang perlu dipertimbangkan dalam strategi manufacturing adalah isu-isu yang berkaitan dengan pemasok (supplier issues) serta pemahaman tentang kebutuhan dan keinginan pelanggan. Selanjutnya menurut Ellitan dan Anatan (2008) beberapa peneliti menyatakan bahwa strategi manufaktur mewakili prioritas kompetitif. Prioritas kompetitif ini meliputi biaya(cost), kualitas (quality), fleksibilitas (flexibility), dan pengiriman (delivery). Keempat dimensi strategi tersebut bukanlah strategi yang saling meniadakan satu sama lain, tetapi merupakan satu kesatuan yang terpadu dan saling memperkuat. Strategi biaya adalah produksi dan distribusi sebuah produk dengan biaya terendah dan sumber daya tersisa (waste resources) yang minimum. Strategi ini mencerminkan prioritas perusahaan pada efisiensi biaya agar mampu berkompetisi berbasis pada biaya. Strategi kualitas didefinisikan sebagai aktivitas perusahaan untuk memproduksi produk yang sesuai dengan spesifikasi atau memenuhi kebutuhan konsumen. Strategi fleksibilitas didefinisikan sebagai kemampuan untuk merespon perubahan cepat dalam produk, jasa dan proses. Sedangkan strategi pengiriman didefinisikan sebagai keandalan dalam memenuhi jadwal pengiriman yang diminta dan dijanjikan, atau kecepatan dalam merespon pemesanan konsumen
Analisis SWOT Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats) adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi suatu organisasi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (opportunites), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan organisasi. Dengan demikian, perencana strategis harus menganalisis faktor-faktor strategis organisasi dalam kondisi yang ada saat ini yang disebut dengan analisis situasi (Rangkuti 2008).
13 David (2011) menjelaskan bahwa matriks SWOT adalah sebuah alat pencocokan yang penting yang membantu para manajer mengembangkan empat strategi sebagai berikut: a. Strategi SO (Strenghts-Opportunities), yaitu strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil peluang. b. Strategi ST (Strenghts-Threats) merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk menghindari dan mengatasi ancaman. c. Strategi WO (Weaknesses-Opportunities) sebagai strategi yang menggunakan peluang yang dimiliki untuk mengatasi kelemahan. d. Strategi WT (Weaknesses-Threats) adalah strategi untuk meminimumkan kelemahan dan menghindari ancaman.
Analisis Hirarki Proses Analitycal Hierarchy Process (AHP) merupakan salah satu teknik yang digunakan dalam pengambilan suatu keputusan pada sebuah hirarki fungsional dengan imput utamanya adalah persepsi manusia. Dalam mempergunakan prinsip ini, AHP memasukkan baik aspek kualitatif maupun kuantitatif pikiran manusia,aspek kualitatif untuk mendefenisikan persoalan dan hirarkinya sedangkan aspek kuantitatif untuk mengekspresikan penilaian dan preferensi secara ringkas dan padat. (Saaty 1993) Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, strategis, dan dinamik menjadi sebuah bagian-bagian dan tertata dalam suatu hierarki. Tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik, secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut dan secara relatif dibandingkan dengan variabel yang lain. Setelah itu, dari berbagai pertimbangan kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut (Marimin dan Maghfiroh 2010). Lebih lanjut, Marimin dan Maghfiroh (2010) menjelaskan bahwa secara grafis persoalan keputusan AHP dapat dikonstruksikan sebagai diagram bertingkat (hierarki). AHP dimulai dengan goal atau sasaran lalu kriteria level pertama, subkriteria dan akhirnya alternatif. Terdapat berbagai bentuk hierarki keputusan yang disesuaikan dengan substansi dan persoalan yang hanya dapat diselesaikan dengan AHP. Melalui AHP, pengguna dapat memberikan bobot relatif dari suatu kriteria majemuk atau alternatif majemuk terhadap suatu kriteria. Bobot tersebut diberikan dengan melakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons). Selanjutnya, perbandingan berpasangan tersebut diubah menjadi suatu himpunan bilangan yang merepresentasikan prioritas relatif dari setiap kriteria dan alternatif. Beberapa keuntungan yang diperoleh bila memecahkan persoalan dan mengambil keputusan dengan menggunakan AHP adalah (Saaty 1993) : 1. Kesatuan : AHP memberikan satu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk aneka ragam persoalan tidak terstruktur 2. Kompleksitas : AHP memadukan ancangan deduktif dan ancangan berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan kompleks 3. Saling ketergantungan : AHP dapat menangani saling ketergantungan elemenelemen dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran linear
14 4. Penyusunan hierarki : AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah-milah elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat 5. Pengukuran : AHP member suatu skala untuk mengukur hal-hal dan terwujud suatu metode untuk menetapkan prioritas 6. Konsistensi : AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan untuk menetapkan berbagai prioritas 7. Sintesis : AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap alternatif 8. Tawar menawar : AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan organisasi memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan-tujuan mereka 9. Penilaian dan consensus : AHP tidak memaksakan konsensus, tetapi mensistensiskan suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang berbeda 10. Pengulangan proses : AHP memungkinkan organisasi memperhalus definisi mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui pengulangan. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu tentang strategi operasi yang dikaitkan dengan optimasi/minimasi/maksimasi dengan alat analisis seperti program linier, SWOT, dan AHP telah banyak dilakukan. Penelitian yang dilakukan ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu bila dilihat dari sisi ranah penelitian maupun alat analisis yang digunakan. Bila ranah penelitian dibedakan berdasarkan level atau cakupan bisnis, yaitu unit bisnis atau sub unit operasi/produksi, dan ranah riset dibedakan menjadi strategi dan optimasi/minimasi/maksimasi, serta alat analisis mencakup programa linier, SWOT, dan AHP, maka posisi penelitian ini terhadap penelitian yang lalu dapat dilihat pada Tabel 3. Abbas, BS, Herman RT, dan Shinta (2008) melakukan penelitian dengan judul : Analisis Produksi Menggunakan Model Optimasi Linear Programming Pada PT. MAST. Penelitian dengan fokus aktivitas produksi ini dilakukan untuk menentukan jumlah produksi ban yang optimsl agar keuntungan maksimal dan mengetahui faktor yang mempengaruhi jumlah produksi yang optimal tersebut. Data-data seperti data umum produk, data kebutuhan bahan baku, data produksi dan penjualan, data harga produk, data bahan baku, data siklus waktu kerja, data upah tenaga kerja di analisis program linier. Hasilnya adalah kombinasi produksi yang dihasilkan oleh program linier memberikan keuntungan yang lebih besar dan faktor-faktor yang mempengaruhi optimasi produksi adalah kapasitas bahan baku, jam kerja mesin dan tenaga kerja, kapasistas produksi, jumlah hari kerja/bulan. Purba (2010), melakukan riset “Optimasi Usaha Pengolahan Ikan (UPI) Skala Menengah di Kabupaten Sukabumi”. Data diolah dan dianalisis dengan analisis kelayakan usaha, penetapan critical control point, dan optimasi unit pengolahan ikan. Hasilnya adalah UPI skala menengah layak untuk di kembangkan karena nilai RC ratio lebih dari satu, payback periode relatif singkat, kinerja keungannya baik dan bankable. Hasil analisis optimasi dengan program
15 linier menunjukkan bahwa UPI skala menengah di Sukabumi yang dapat dikembangkan sebanyak 41 unit, terdiri dari UPI ikan asin sebanyak 8 unit, UPI pindang ikan besar sebanyak 4 unit, UPI pindang ikan kecil sebanyak 2 unit, UPI bakso ikan sebanyak 3 unitUPI abon ikan sebanyak 22 unit, dan UPI kerupuk kulit sebanyak 2 unit Tabel 3 Perbandingan ranah dan alat analisis penelitian terdahulu dan penelitian yang diilaksanakan Ranah Judul dan Tahun Penelitian Analisis Produksi Menggunakan Optimasi Linear Programming pada PT MAST, 2008 Optimasi Usaha Pengolahan Ikan Skala Menengah di Kabupaten Sukabumi Jabar, 2010 Kajian Optimasi Produksi dan Strategi Pengembangan Usaha Produk Fish Jelly (Studi Kasus Pada PT “XP” di Jakarta), 2010 Strategi Operasional untuk Meningkatkan Pendapatan dan Nilai Tambah Usaha Dodol Buah Studi Kasus : PD “X” Kabupaten Garut Jawa Barat. 2011 Analysis of Indonesia Agroindustry Competitiveness in Nanotechnology Development Perspective Using SWOTAHP Method.2011 Penelitian yang akan dilaksanakan
Alat Analisis
Unit Sub unit Strategi Optimasi/ Programa SWOT AHP Lainnya Bisnis Operasi Maksimasi Linier /Minimasi
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Bastaman (2009) meneliti dengan judul “Strategi Operasional untuk Meningkatkan Pendapatan dan Nilai Tambah Usaha Dodol Buah pada PD “X” di Garut”. Analisis data meliputi analisis pendapatan, analisis fungsi produksi, analisis nilai tambah, dan analisis SWOT. Hasilnya adalah bisnis yang dijalankankan perusahaan telah efisien, dengan rata-rata nilai tambah sebesar 19.75 5, rata-rata imbalan untuk pemilik sebesar 65.84 % dan rata-rata imbalan untuk tenaga kerja sebesar 34.16 %, penggunaan semua faktor produksi berpengaruh nyata dan positif. Berdasarkan matriks IE perusahaan berada pada kwadran II (grow and build) sehingga perlu menerapkan strategi intensif melalui pemeliharaan mutu produk. Peningkatan kemampuan produksi, pengembangan skala usaha, dan peningkatan ketersediaan bahan baku. Berdasarkan analisis SWOT, strategi yang dapat dijalankan perusahaan adalah mempertahankan harga produk, yang komperitif, membuka distributor/agen baru di tempat strategis, promosi efisien dan efektif, meningkatkan kinerja pemasaran, meningkatkan dan mempertahankan mutu produk, memperluas dan mempertahankan pasar yang
16 sudah diraih, mempertahankan harga jual produk di pasaran, dan memperbaiki saluran distribusi. Ismarsudi (2010) melakukan riset tentang optimasi produksi dan strategi pengembangan usaha pada PT “XP” di Jakarta. Fokus riset pada produk fish jelly ini menggunakan sejumlah alat analisis, yaitu Metode Perbandingan Eksponensial untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan kriteria jamak, Linier Programming untuk mengalokasikan sumberdaya guna mencapai tujuan tunggal seperti memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan biaya, dan Analisis SWOT untuk mengidentifikasi faktor-faktor dan strategi yang menggambarkan kecocokan di antara mereka. Hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah pertama, berdasarkan analisis MPE, peringkat produk berturut-turut adalah sebagai berikut : fish finger, bakso ikan, kakinaga, sosis ikan, dan otak-otak ikan. Kedua hasil program linier terhadap dua produk unggulan, fish finger memberikan keuntungan sebesar Rp.31.800,00 / kg dengan kombinasi produk yang efisien untuk masing-masing sebanyak 25 % dan 75 %. Ketiga hasil evaluasi faktor eksternal dan internal mengGambarkan perusahaan dalam posisi agresif. Selanjutnya hasil analisis SWOT diperoleh gabungan kekuatan dan peluang sehingga memperoleh kwadran S-O (Strength-Opportunity) yang menyatakan bahwa menjaga hubungan baik dan kepercayaan dengan relasi yang sudah terjalin harus dijaga dan ditingkatkan. Pengembangan usaha dengan meningkatkan jumlah produksi dengan teknik baru untuk memperoleh peningkatan kuantutas dan kualitas mutu produk yang dapat bersaing. Dengan demikian penetrasi pasar, pengembangan produk, integrasi ke belakang, integrasi ke depan, integraso horizontal, diversifikasi konglomerat, diversifikasi horizontal, atau kombinasi semuanya bisa layak digunakan, tergantung kondisi spesifik yang dihadapi perusahaan. Rochman et al (2011), melakukan penelitian dengan menggunakan analisis SWOT dan AHP untuk menentukan strategi. Penelitian dengan judul Analysis of Indonesia Agroindustry Competitiveness in Nanotechnology Development Perspective Using SWOT-AHP Method dilakukan pada lima agroindustri yang dianggap potensial untuk mengembangkan nanoteknologi di Indonesia. Analisis SWOT-AHP dilakukan untuk menentukan posisi keunggulan bersaing masingmasing industri. Faktor internal yang didominasi oleh pengembangan master teknologi dan ketersediaan bahan baku serta energi memiliki nilai signifikansi yang lebih besar dibandingkan faktor eksternal yaitu dampak ekonomi bagi industri seperti peningkatan nilai tambah produk-produk yang menggunakan nanoteknologi serta peningkatan jangkauan pasar. Hasil studi ini dapat digunakan sebagai referensi bagi stakeholders terkait untuk memformulasikan strategi dalam rangka peningkatan agroindustri nasional melalui pengembangan nanoteknologi. Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat menguatkan dan menambah khasanah kajian strategi operasi. Bila umumnya strategi operasi didasarkan pada data kualitatif, misalnya dengan analisis swot, maka analisis swot dalam penelitian ini didukung data kuantitatif yang menggunakan analisis program linier.
17 3 METODE PENELITIAN Kerangka Konsep Penelitian CV. Babelan Agro Sejahtera adalah industri kecil pakan ikan yang harus bersaing dengan perusahaan besar dalam memasarkan produknya. CV. BAS berupaya mewujudkan daya saingnya dengan memproduksi pakan dengan kualitas standar dan harga produk yang lebih murah. Untuk mewujudkannya CV. BAS berupaya menekan biaya operasional, terutama biaya bahan baku. Upaya yang dilakukan CV. BAS adalah mencari bahan baku pakan ikan berkulitas dan murah berbasis produk sampingan perikanan tangkap dan agroindustri. Riset ini untuk merumuskan kombinasi bahan baku pakan ikan yang berkualitas berbasis produk sampingan perikanan tangkap dan agroindustri, minimasi biaya bahan baku, dan merumuskan strategi operasi untuk meningkatkan daya saing produk. Kerangka pemikiran penelitian dimuat pada Gambar 3. DESKRIPSI PERUSAHAAN
LINGKUNGAN INTERNAL
LINGKUNGAN EKSTERNAL
ANALISIS MINIMASI BIAYA BAHAN BAKU PAKAN IKAN
RUMUSAN ALTERNATIF KOMBINASI BAHAN BAKU PAKAN IKAN
IDENTIFIKASI FAKTOR EKSTERNAL BIDANG OPERASI
IDENTIFIKASI FAKTOR INTERNAL BIDANG OPERASI
MATRIKS IFE
MATRIKS EFE
MATRIKS SWOT
AHP
RUMUSAN PENGEMBANGAN STRATEGI OPERASI PERUSAHAAN
Gambar 3 Kerangka Konsep Penelitian
18 Tahapan awal adalah mengevaluasi kombinasi bahan baku pakan ikan berbasis produk sampingan perikanan tangkap dan agroindustri, untuk minimasi biaya bahan baku dengan tetap memperhatikan kualitas. Analisis ini menggunakan programa linier, yakni metode simpleks Tahapan selanjutnya adalah melakukan identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang terkait dengan operasional CV. BAS. Hasil ini digabungkan dengan tahapan awal dijadikan acuan untuk melakukan analisis SWOT untuk merumuskan strategi operasi CV. BAS. Analisis SWOT dilakukan dengan diskusi mendalam dengan pengelola yang sekaligus pemilik perusahaan. Tahapan terakhir adalah menentukan prioritas strategi dengan AHP yang melibatkan pengelola perusahaan dan sejumlah responden ahli agribisnis atau agroindustri. Penentuan prioritas strategi didasarkan pada kriteria strategi operasi meliputi biaya, mutu, fleksibilitas, dan pengiriman.
Obyek dan Lokasi Penelitian Obyek penelitian ini adalah manajemen operasional CV. Babelan Agro Sejahtera (CV. BAS) yang berlokasi di Kampung Kedaung Desa Kedung Jaya Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi. Selain mengamati aktivitas operasional dan mewawancarai pengelola perusahaan, penelitian ini juga memerlukan wawancara mendalam dan terstruktur dengan responden ahli terdiri dari pengelola dan responden ahli agribisnis dan agroindustri untuk mengisi kuisioner AHP.
Jenis dan Sumber Data Jenis data meliputi data primer dan data sekunder untuk menyusun profil perusahaan, deskripsi lingkungan internal dan eksternal, kebutuhan dan harga bahan baku, data-data mengenai faktor produksi, data mengenai asset dan omset perusahaan. Jenis, sumber, dan cara pengumpulan data terdapat pada Tabel 4. berikut ini. Tabel 4 Jenis, sumber, dan cara pengumpulan data No 1. 2. 3. 4. 5.
Jenis Data Profil Perusahaan
Sumber Data CV. BAS (Data Sekunder dan Primer) Aset dan Omset CV. BAS (Data Sekunder dan Primer) Identifikasi Lingkungan CV. BAS (Data Sekunder Internal dan Eksteral dan Primer) Kebutuhan Bahan Baku CV. BAS (Data Sekunder dan Primer) Prioritas Strategi Pengelola dan Responden pengembangan Operasi Ahli
Cara Pengumpulan Data Wawancara, penelusuran laporan, dan pengamatan Wawancara, penelusuran laporan, dan pengamatan Wawancara, penelusuran laporan, dan pengamatan Wawancara, penelusuran laporan, dan pengamatan Wawancara dan Pengisian kuesioner
19 Teknik Pengumpulan Data
a. b.
c.
d. e.
Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara berikut : Studi kepustakaan dilakukan terhadap buku, dan laporan hasil kajian yang relevan dengan masalah yang diteliti. Penelusuran Data Sekunder, yakni catatan dan laporan perusahaan meliputi data-data yang telah dicatat atau menjadi laporan perusahaan meliputi jenisjenis data sebagaimana tertera pada Tabel 2 di atas. Wawancara, baik wawancara biasa maupun wawancara mendalam (Indepth interview) dilaksanakan dengan pengelola perusahaan untuk mendapatlan data-data sebagaimana diuraikan pada Tabel 2 di atas. Pengamatan, untuk mengamati aktivitas operasional CV. BAS dalam melakukan produksi pakan ikan. Wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner kepada pengelola perusahaan dan responden ahli agribisnis atau agroindustri. Wawancara terstruktur ini dilakukan dalam kerangka AHP untuk penentuan prioritas pengembangan strategi operasi CV. BAS.
Teknik Penentuan Responden Penentuan responden AHP dilakukan secara sengaja (Purposive Sampling), karena responden yang bersangkutan memiliki keahlian dan kompeten di bidangnya. Responden yang dipilih adalah para ahli atau praktisi agribisnis yang berasal dari internal perusahaan dan akademisi/konsultan. Responden AHP dalam Penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 5 Pendidikan dan pekerjaan responden AHP No. 1. 2.
Responden Responden 1 Responden 2
3.
Responden 3
4. 5. 6.
Responden 4 Responden 5 Responden 6
Pendidikan S1 Agribisnis S3 – Ekonomi Sumberdaya Alam S3 – Teknik Pertanian S2 – Manajemen Industri S2 – Tekno Ekonomi S2 – Manajemen Agribisnis
Aktivitas Pemilik dan Pengelola CV. BAS Akademisi, Konsultan Agribisnis dan Pengembangan Wilayah Akademisi, Pengurus KADIN Kabupaten Bekasi Akademisi, Wirausaha Agribisnis Akademisi, Konsultan Manajemen Strategis Akademisi, Wirausaha Agribisnis.
Analisis Data Analisis Deskriptif Analisis deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan profil perusahaan, lingkungan internal dan eksternal perusahaan berdasarkan wawancara, pengamatan, dan data sekunder. Hasil analisis ini ditampilkan dalam bentuk deskripsi yang dilenkapi dengan Tabel dan grafik.
20
Metode Simpleks untuk Minimasi Biaya Bahan Baku Pakan Ikan Model tersebut dapat ditulis dalarn bentuk standar sebagai berikut : Fungsi Tujuan : Maximize/Minimie Z = c1x1 + c2x2 + ……. + cnxn Kendala : a11x1 + a12x2 + ……. + a1nxn ≤ b1 atau > b1 a21x1 + a22x2 + ……. + a2nxn ≤ b2 atau > b2 : am1x1 + am2x2 + …….+ amnxn ≤ bm atau > bm x1, x2, ……………, Xn ≥ 0 Konstruksi metode simpleks yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Formulasi Persoalan Tujuan : Minimasi Biaya Variabel Keputusan : Jumlah beberapa bahan baku yang harus dibeli per periode pembelian, seperti tepung ikan, tepung bulu ayam, tepung susu, bungkil sawit, bungkil kelapa, dedak, vitamin, dan sebagainya. Kendala : Batas maksimal atau minimal kandungan nutrisi pakan ikan meliputi protein, lemak, karbohidrat, kalori, mineral, dan sebagainya. 2. Tabel Observasi Hasil observasi bahan baku pakan ikan disusun dalam bentuk Tabel sebagai berikut : Tabel 6 Hasil observasi bahan baku pakan ikan Bahan Baku (X) Bahan Baku 1 (X1) Bahan Baku 2 (X2) … Bahan Baku n (Xn) Batas Maks/Min Kandungan Protein
Harga (Rp/kg) C1 C2 … Cn
Kandungan Protein (%) a11 a12 … a1n b1
3. Formulasi model matematis : Tujuan : Minimie Z = c1x1 + c2x2 + ……. + cnxn Kendala : a11x1 + a12x2 + ……. + a1nxn ≤ b1 atau > b1 a21x1 + a22x2 + ……. + a2nxn ≤ b2 atau > b2 : am1x1 + am2x2 + …….+ amnxn ≤ bm atau > bm x1, x2, ……………, Xn ≥ 0
Batas Maksimal/Minimal Kandungan Bahan Pakan (%) b2 b3 … bn
21 4. Evaluasi dan Perhitungan : Evaluasi dilakukan dengan memeriksa kebenaran langkah 1-3 di atas. Bila sudah benar, maka dilanjutkan perhitungan. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan software POMforWINDOWS dan Management Scientis 5. Rekomendasi Hasil perhitungan didapat informasi komposisi bahan baku dan biaya produksi berdasarkan persyaratan kandungan nutrisi. Dengan metode simpleks ini, dapat disusun formulasi pakan ikan berdasarkan kualitas pakan yang dikehendaki agar dapat menekan biaya pembelian bahan baku.
Analisis SWOT Analisa data internal dan eksternal yang menjadi faktor kunci dan terkait dengan manajemen operasi CV. BAS. Data tersebut dianalisis dengan matriks IFE, EFE dan Matriks SWOT sebagai berikut : 1. Analisis faktor internal dan eksternal (IFE – EFE) Menurut David (2011), matriks IFE dan EFE dikembangkan dalam 5 langkah : 1) Membuat daftar faktor-faktor eksternal dan internal utama sebagaimana yang disebutkan dalam proses audit eksternal. Masukkan 10-20 faktor, termasuk peluang dan ancaman, serta kekuatan dan kelemahan yang mempengaruhi perusahaan dan industrinya. 2) Setiap faktor tersebut bobot berkisar 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting). Bobot itu mengindikasikan nyatanya suatu faktor terhadap keberhasilan perusahaan. 3) Memberilkan peringkat 1-4 pada setiap faktor eksternal dan internal utama untuk menunjukkan seberapa efektif strategi perusahaan saat ini dalam merespon faktor tersebut, di mana 4 = respon sangat bagus, 3 = respon di atas rataan, 2 = respon rataan, 1 = respon di bawah rataan. Untuk peluang maupun kekuatan diberi skor 3-4 dan untuk kelemahan maupun ancaman menerima skor 1 dan 2. 4) Mengalikan bobot setiap faktor dengan peringkatnya untuk menentukan skor bobot. 5) Menjumlahkan skor rata-rata untuk setiap variabel guna menentukan skor bobot total untuk organisasi. Dalam matriks EFE, skor bobot total tertinggi yang mungkin dicapai adalah 4,0 dan skor bobot terendah adalah 1,0. Rataan skor bobot adalah 2,5. Skor bobot 4,0 megindikasikan bahwa sebuah organisasi merespon secara sangat baik peluang dan ancaman yang ada di industrinya. Skor total 1,0 menandakan bahwa strategi perusahaan tidak mampu memanfaatkan peluang yang ada atau menghindari ancaman yang muncul. Sedangkan dalam matrik IFE, skor bobot total di bawah 2,5 mencirikan organisasi yang lemah secara internal, sedangkan skor yang nyata berada di atas 2,5 mengindikasikan posisi internal yang kuat. Model matriks EFE dan IFE ditunjukkan pada Tabel 7.
22 Tabel 7 Matriks IFE dan matriks EFE Faktor Internal /Eksternal Utama Kekuatan/Peluang 1. ............ 2. ............. n. ............. Kelemahan/ Ancaman 1. ............ 2. ............ n. ............
Bobot (a)
Peringkat (b)
Nilai Tertimbang (a x b)
Total
2.Analisis Matriks Internal – Eksternal (IE) Matriks IE dapat dilihat pada Gambar 4 sebagai berikut : Skor Bobot Total IFE
Skor Bobot Total EFE
Kuat 3.0-4.0 4.0 Tinggi 3.0-4.0
3.0
Menengah 2.0-2.99
2.0
Lemah 1.0-1.99
1.0
Sedang 2.0-2.99 3.0
I IV VII
Lemah 1.0-1.99 2.0
II
1.0 III VI
V VIII
IX
Implikasi Strategi : Sel I, II, IV
:
Sel III, V, VII
:
Sel VI, Sel VI, VIII, IX
:
Tumbuh dan berkembang Integrasi ke Belakang, Integrasi ke Depan, Integrasi Horizontal, Penetrasi pasar, Pengembangan pasar, Pengembangan produk. Menjaga dan Mempertahankan Penetrasi pasar, Pengembangan produk Panen atau divestasi Penciutan, Divestasi
Gambar 4 Matriks IE Menurut David (2011), matrik didasarkan pada dua (2) dimensi kunci, skor bobot IFE total pada sumbu x dan skor bobot EFE total pada sumbu y. Pada sumbu x dari matriks IE, skor bobot IFE total 1,0-1,99 menunjukkan posisi internal adalah lemah; skor 2,0-2,99 posisinya dianggap sedang; dan skor 3,0-4,0 adalah posisi kuat. Pada sumbu y, skor bobot EFE total 1,0-1,99 adalah posisi rendah; skor 2,0-2,99 dianggap posisi sedang; dan skor 3,0-4,0 adalah posisi tinggi. 3. Matriks SWOT (Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats) Setelah melakukan analisis lingkungan eksternal dan internal maka akan diperoleh peluang dan ancaman sebagai faktor strategis eksternal serta kekuatan
23 dan kelemahan sebagai faktor strategis internal. Setelah diketahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman untuk masing-masing faktor kemudian dilakukan analisis SWOT. Dalam mengembangkan alternatif strategi digunakan matriks SWOT untuk membantu dalam melakukan pencocokkan antar kekuatan dan peluang (strategi SO), kekuatan dan ancaman (strategi ST), peluang dan kelemahan (strategi WO) serta kelemahan dan ancaman (strategi WT). Matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 8. Tahapan yang dilakukan dalam menggunakan matriks SWOT adalah sebagai berikut (David 2011): a. membuat daftar peluang eksternal; b. membuat daftar ancaman eksternal; c. membuat daftar kekuatan internal; d. membuat daftar kelemahan internal; e. mencocokkan kekuatan internal dan peluang eksternal serta melakukan pencatatan terhadap hasil dalam kolom strategi SO; f. mencocokkan kelemahan internal dan peluang eksternal serta melakukan pencatatan terhadap hasil dalam kolom strategi WO; g. mencocokkan kekuatan internal dan ancaman eksternal serta melakukan pencatatan terhadap hasil dalam kolom strategi ST; dan h. mencocokkan kelemahan internal dan ancaman eksternal serta melakukan pencatatan terhadap hasil dalam kolom strategi WT. Tabel 8 Contoh matriks SWOT Faktor Internal Faktor Eksternal PELUANG (OPPORTUNITIES)
ANCAMAN (THREATS)
KEKUATAN (STRENGTH)
KELEMAHAN (WEAKNESS)
Strategi S-O (Progresif)
Strategi W-O (Korektif)
Menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Mengatasi kelemahan untuk memanfaatkan peluang
Strategi S-T (Diversifikasi)
Strategi W-T (Defensif)
Menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Mengatasi kelemahan untuk menghindari ancaman
Sumber : David (2011) Analisis Hirarki Proses (AHP) Terdapat tiga (3) prinsip dalam memecahkan persoalan dengan analisis logis eksplisit, yaitu penyusunan hirarki, penetapan prioritas dan konsistensi logis (Marimin dan Maghfiroh 2010). a. Penyusunan Hirarki dan Penilaian Setiap Level Hirarki Penyusunan tersebut dimulai dari permasalahan yang kompleks yang diuraikan menjadi unsur pokok, unsur pokok ini diuraikan lagi ke dalam bagianbagiannya lagi secara hirarki. Susunan hirarkinya terdiri dari goal, kriteria dan alternatif. Nilai level hirarki dapat dilhat pada Tabel 8.
24 Tabel 9 Nilai level hirarki Nilai Keterangan 1 Faktor Vertikal sama penting dengan Faktor Horizontal 3 Faktor Vertikal lebih penting dari Faktor Horizontal 5 Faktor Vertikal jelas lebih penting Faktor Horizontal 7 Faktor Vertikal sangat jelas lebih penting dari Faktor Horizontal 9 Faktor Vertikal mutlak lebih penting dari Faktor Horizontal 2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai unsur yang berdekatan 1/ (2-9) Kebalikan dari keterangan nila 2 – 9 Catatan : Penilaian dilakukan melalui perbandingan berpasangan, skala 1-9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat.
b. Penentuan Prioritas Untuk setiap level hirarki, perlu dilakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons) untuk menentukan prioritas. Proses perbandingan berpasangan dimulai pada puncak hirarki (goal) digunakan untuk melakukan pembandingan yang pertama lalu dari level tepat di bawahnya (kriteria), ambil unsur-unsur yang akan dibandingkan. Elemen disusun dalam sebuah matriks perbandingan seperti pada Tabel 10. Dalam matrik ini, unsur K1 dalam kolom vertikal dengan unsur K1, K2, K3 dalam baris horizontal dan seterusnya. Tabel 10 Matriks perbandingan kriteria Goal K1 K2 K3 K1 K2 K3 c. Konsistensi Logis Konsistensi sampai batas tertentu dalam menetapkan prioritas sangat diperlukan untuk memperoleh hasil-hasil yang sahih dalam dunia nyata. Nilai rasio konsistensi harus 10% atau kurang, jika lebih dari 10%, maka penilaiannya masih acak dan perlu diperbaiki. Berikut ini adalah persamaan matematika yang digunakan untuk pengolahan data AHP (Marimin dan Maghfiroh, 2010). 1. Penghitungan Bobot (Vektor) Prioritas Vektor prioritas (VP) atau bobot (W) dari setiap elemen dalam satu level hirarki terhadap elemen tertentu diatasnya dihitung dengan rumus sebagai berikut: 𝑉𝐸 𝑉𝑃 = 𝑛 𝑉𝐸 𝑖=1
Dimana: VE = vektor eigen = rata-rata geometrik satu baris metrik 𝑉𝐸 =
𝑛
𝜋𝑗𝑛=1 𝑎𝑖𝑗
2. Penghitungan Nilai Eigen ( atau VB) 𝑉𝐴 𝜆𝑖 atau 𝑉𝐵𝑖 = 𝑉𝑃 Dimana VA = vektor antara VA = (𝑎𝑖𝑗 ) (VP)
25 3.
4.
Penghitungan Nilai Eigen Maksimum (maks atau VBmaks) 𝑛 𝑖=1 𝑉𝐵𝑖 𝜆𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝑛 Penghitungan Konsistensi (Ratio Consistency) Tolak ukur konsistensi dinyatakan oleh nilai Indeks konsistensi (CI) dan nisbah konsistensi (CR). Keduanya menyatakan konsistensi jawaban responden yang berpengaruh pada kesahihan hasil. Nilai CI dan CR tidak seragam dipengaruhi oleh responden dan tingkat kepakarannya. 𝜆𝑚𝑎𝑘𝑠 − 𝑛 𝑛−1 𝐶𝐼 𝐶𝑅 = 𝑅𝐼 , bila CR ≤ 10% dinyatakan konsisten Dimana: 𝜆𝑚𝑎𝑘𝑠 = nilai eigen maksimum n = jumlah elemen yang diperbandingkan (ukuran matriks) CR= rasio konsistensi RI = indeks random 𝐶𝐼 =
Tabel 11. Nilai Indeks Random (RI) Ukuran Matriks 1,2 3 4 5 6 7
Indeks Random (RI) 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32
Ukuran Matriks 8 9 10 11 12 13
Indeks Random (RI) 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56
Sumber: Oak Ridge Laboratory dalam Marimin dan Maghfirah (2010) 5.
Matriks Pendapat Gabungan Matriks pendapat gabungan (g) merupakan matrik baru yang elemen matriknya (𝑔𝑖𝑗 ) berasal dari rata-rata geometrik elemen matriks pendapat individu (𝑎𝑖𝑗 ) yang rasio konsistensinya memenuhi persyaratan. 𝑚
𝑚 𝑔𝑖𝑗 = 𝜋𝑘=1 𝑎𝑖𝑗 Dimana : 𝑔𝑖𝑗 = elemen matriks gabungan pada baris ke-i kolom ke-j m = jumlah pengolah data 𝑎𝑖𝑗 = elemen matriks individu pada baris ke-i kolom ke-j Hasil pendapat gabungan tersebut kemudian dihitung dengan prosedur yang sama seperti perhitungan vektor prioritas gabungan. Komponen hierarki yang memiliki nilai eigen prioritas gabungan tertinggi pada setiap level, merupakan komponen prioritas pertama. Alternatif strategi prioritas adalah alternatif strategi yang memiliki eigen vektor prioritas tertinggi. Penyelesaian perhitungan dilakukan dengan menggunakan program Super Decision dan Microsoft Exce 2007.
26
3. PROFIL PERUSAHAAN Sejarah Pendirian dan Perkembangan Perusahaan CV. Babelan Agro Sejahtera (BAS) yang berlokasi di Kampung Kedaung Desa Kedung Jaya Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi didirikan pada tahun 2003. Informasi tentang sulitnya mendapatkan ikan yang dialami petani ikan di Bekasi dipahami oleh Abdul Qodir, SP – yang kemudian menjadi Direktur CV. BAS - sebagai peluang pasar pakan ikan. Inilah yang menjadi inspirasi dirintisnya usaha pengolahan pakan ini. Motivasi lainnya, yaitu turut mengangkat potensi daerah sekaligus membantu menyediakan lapangan kerja bagi orang lain di sekitar tempat tinggalnya. Potensi bahan baku pakan ikan di daerah Bekasi dan sekitarnya cukup banyak, yaitu terdapat bahan baku pakan ikan seperti ikan kering yang tak layak konsumsi sebagai produk sampingan perikanan tangkap dan produk sampingan atau limbah agroindustri seperti dedak, bungkil kelapa, bungkil sawit, dan bahan lainnya. Hal ini sejalan dengan upaya untuk mewujudkan pakan ikan berbasis bahan baku lokal. Ketika memulai usaha, modal awal yang digunakan sangat minim, yaitu sebesar Rp. 15 juta. Modal itu digunakan untuk membeli peralatan sederhana dan pembelian bahan baku. Mesin pembuatan pakan ikan masih menyewa. Awalnya kapasitas produksi hanya sekitar 300 kilogram per hari. Untuk memasarkan produknya, diawali dengan promosi door to door, dari petani ikan yang satu ke petani ikan lainnya. Masa-masa sulit tersebut dilalui sekitar tiga tahun. Setelah bergerilya dari satu bank ke bank lainnya, akhirnya dana pinjaman berhasil didapat dari Bank Mandiri pada tahun 2006. Dana tersebut dipergunakan untuk membeli mesin produksi. Setelah itu kapasitas produksi usahanya meningkat tajam, sehingga sehari bisa memproduksi 600 kilogram pakan ikan. Kerjasama dengan Bank Mandiri terus berlanjut, bahkan pada pertengahan 2010, Abdul Qodir mendapat penghargaan dari Bank Mandiri sebagai wirausaha yang sukses dan dengan produk yang unik. Mengusung merek dagang Babelan Agro Sejahtera, pakan ikan produksinya telah mendapatkan tempat di kalangan para petani. Sebagian besar produknya dipasarkan di daerah Bandung dan Cianjur, yakni petani ikan di Waduk Cirata. Sebagian kecil di Bekasi. Untuk memenangkan pesaingan, perusahaan menerapkan strategi harga dibawah rata-rata harga pasar namun dengan kualitas produk yang standar bahkan sedikit di atas rata-rata. Saat ini ratarata produksi mencapai sekitar 600-700 kg per hari dengan omset penjualan sekitar Rp. 50 juta per bulan. Naiknya harga pakan ikan sejak tahun 2011 sampai saat ini membuat petani ikan di Waduk Cirata mengalami kesulitan dalam membeli pakan ikan yang umumnya dipasarkan dengan harga di atas Rp. 5.600,00 per kg membuka peluang pengembangan pasar pakan ikan bagi produk CV BAS yang masih mampu menjual dengan harga di bawah Rp.4.600,00 per kg. Para petani ikan yang tergabung dalam koperasi mencoba mengajak kerjasama pemasaran pakan ikan
27 Modal dan Aset Perusahaan Modal Usaha Awalnya usaha ini dilakukan dengan modal sendiri yang kecil dan didukung dana investasi dari seorang Saudara sebesar Rp. 15 juta. Dengan modal yang kecil, produksi ikan dilakukan dengan peralatan seadanya dan bahkan mesin yang digunakan masih menyewa. Pada awalnya lahan yang diatasnya didirikan bangunan sederhana untuk pembuatan pakan ikan adalah lahan milik mertua. Selanjutnya setelah mencoba mengajukan pinjaman ke beberapa bank, CV. Babelan Agro Sejahtera berhasil mendapatkan pinjaman dari Bank Mandiri. Sampai saat ini, Bank Mandiri telah mengucurkan pinjaman sebanyak 3 (tiga) kali sebagaimana tercantum pada Tabel 12 berikut. Tabel 12. Besar pinjaman yang diberikan Bank Mandiri kepada CV. BAS No. 1. 2. 3.
Tahun 2006 2008 2010
Besar Pinjaman (Rp) 30.000.000,00 50.000.000,00 60.000.000,00
Kesulitan mendapatkan pinjaman dialami CV, BAS hanya terjadi pada tahap awal. Pinjaman yang kedua dan ketiga relative mudah karena sudah ada kepercayaan. Bahkan saat ini Bank Mandiri telah menawarkan pinjaman yang keempat meskipun pinjaman yang ketiga yang didapat tahun 2010 sampai saat penelitian ini dilakukan belum lunas angsurannya. Aset Perusahaan Sejak akhir tahun 2011 CV. Babelan Agro Sejahtera telah memiliki lahan sendiri dengan luas 500 m2. Di atas lahan tersebut berdiri bangunan permanen untuk pabrik pakan dengan spesifikasi sebagaimana tertera pada Tabel 13 berikut. Tabel 13. Lahan dan Bangunan Perusahaan No. 1. 2.
Lahan dan Bangunan Lahan Bangunan Bangunan Utama Teras Ruang Oven Bangunan oven
Luas (m2) 500
Harga (Rp. Juta) 50
12x8
Tahun pembelian /pembangunan 2010 2009 akhir
50 12x2 4x8 1.2x6.8
21
2009 akhir 2011 akhir 2011 akhir
Sampai dengan tahun 2009 bangunan utama didirikan di atas lahan mertua, setahun kemudian lahan tersebut dibeli, dan pada tahun 2011 akhir bangunan telah dilengkapi dengan ruang oven. Aset berupa sejumlah alat dan mesin sebagai tercantum pada Tabel 14 sebagai berikut :
28 Tabel 14. Mesin dan peralatan produksi pakan ikan No. 1. 2. 3. 4. 5. 5. 6. 7.
Nama Mesin dan Alat Mesin giling 1 Mesin giling 2
Kapasitas Daya Sumber energi Tahun Harga Produksi (Watt) pembelian (Rp juta) 150 kg / jam 10000 Listrik PLN Awal 2011 6 150 kg / jam 23 pk Listrik Diesel Pertengahan 8 2011 Mesin cetak pakan 100 kg / jam 10000 Listrik PLN Agt 2009 40 150 kg / jam Alat pendingin 30 kg / 5 mnt 250 Listrik PLN 0.6 Oven dilengkapi 90 kg / 30 mnt Kayu bakar Akhir 2011 dengan Blower 350 Listrik PLN Timbangan(2 unit) 500 kg 2003 & 2011 1.6 Mesin jahit Listrik PLN 2010 0.75 Sekop
Secara bertahap, mesin dan alat produksi mengalami peningkatan, sehingga kapasitas produksi meningkat dan kualitas produk juga meningkat. Persalahan yang menonjol adalah belum adanya mesin pencampur dan sering terjadi kerusakan pada mesin cetak ikan. Pengusaha menyadari hal ini, namun upaya untuk mengatasinya, yakni pengadaan mesin pencampur dan penambahan mesin cetak pakan ikan memerlukan investasi yang besar. Hal ini sampai sekarang belum bisa di atasi. Namun tawaran pinjaman dari bank mandiri dan sumber modal sendiri telah diancangkan untuk mengatasi masalah tersebut. Perkembangan Asset Perusahan Sebagaimana digambarkan di atas, asset milik perusahan terus berkembang sejalan dengan perkembangan usaha dan meningkatnya kepercayaan dari Bank Mandiri. Data perkembangan asset dapat disajikan pada Tabel 15 sebagai berikut : Tabel 15 Perkembangan aset perusahaan Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Nama aset Mesin dan peralatan, bangunan non permanen Mesin dan peralatan, bangunan non permanen Mesin dan peralatan, bangunan non permanen Mesin dan peralatan, bangunan permanen seluas 120 m2 Mesin dan peralatan, lahan 500 m2bangunan permanen seluas 120 m2 Mesin dan peralatan, Lahan 500 m2 dan bangunan seluas 160 m2 Mesin dan peralatan, Lahan 500 m2 dan bangunan seluas 160 m2
Sejak 2006, perusahaan melakukan investasi mesin dan peralatan. Fokus tersebut terus dilakukan sampai dengan tahun 2008. Sejak 2009, perusahaan mulai melakukan investasi bangunan dengan membuat bangunan pabrik yang permanen meskipun di atas lahan pinjaman. Selanjutnya pada tahun 2010 lahan yang dipinjam tersebut dibeli, bahkan termasuk lahan sekitarnya hingga lahan yang dimiliki seluas 500 m2. Terakhir pada akhir tahun 2011 yang lalu, bangunan diselesaikan, yakni bangunan atau ruangan oven seluas 32 m2, berikut membangun alat oven permanen.
29 Proses Produksi Bahan Baku Pakan Ikan Komposisi bahan baku yang digunakan dalam pembuatan pakan ikan mengalami beberapa kali pergantian. Tepung ikan, dedak, dan vitamin merupakan bahan pakan yang tetapu ada, sedangkan yang lainnya mengalami pergantian. Penyebab pergantian adalah tuntutan peningkatan kualitas pakan, masalah ketersediaan pasokan, dan masalah teknik pembuatan. Bahan baku pakan ikan merupakan produk sampingan perikanan tangkap dan agroindustri yang berasal dari Bekasi dan sekitarnya. Pengadaan bahan baku dilakukan dengan cara pesan antar dan sebagian lagi membeli sendiri. Formulasi pakan ikan yang dilakukan CV. BAS menggunakan metode diagonal (Pearson’s Square).. Data pembelian bahan baku pakan ikan berikut formulasi (komposisi) pakan ikan dapat dilihat pada Tabel 16 berikut : Tabel 16 Pembelian bahan baku pembuatan pakan ikan dan formulasinya. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Nama Bahan Ikan kering Bungkil sawit Bungkil kopra Bungkil Kedelai Tepung Susu Dedak Vitamin Minyak ikan
Cara pembelian
Asal Bekasi, Jakarta Tangerang Tangerang Tangerang Cikarang Babelan Pulogadung Pulogandung
Pesan antar Beli sendiri Beli sendiri Beli sendiri Pesan antar Beli sendiri Beli sendiri Beli sendiri
Frekuensi pembelian
kapasitas pembelian
mingguan 2 mingguan 2 mingguan 2 mingguan 2-3 mingguan 3 harian 50 kg 50 kg
1.5 -2 ton 1 ton 1 ton 1.5 1.5 ton 1 ton 2 mingguan 2 mingguan
Harga Komposisi satuan (%) (Rp/kg) 3.500 2.300 2.300 3700 4.500 2.100 12.000 7.000
25 16 16 18 5 35 0.5 0.5
Kelangsungan dan perkembangan bisnis pakan ikan sangat tergantung dari manajemen pasokan bahan baku, baik dari aspek kuantitas, kualitas, maupun kontinuitas. Bahan baku yang terdiri dari 8 bahan tersebut belum dapat dikelola dengan baik – sebagaimana terlihat pada Tabel 17. Tabel 17 Keadaan Pasokan Bahan Baku Pakan Ikan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Nama Bahan Ikan kering Bungkil sawit Bungkil kopra Bungkil Kedelai Tepung Susu Dedak Vitamin Minyak ikan
Kuantitas memenuhi memenuhi memenuhi memenuhi memenuhi memenuhi memenuhi memenuhi
Keadaan Pasokan Kualitas kurang kurang kurang kurang kurang memenuhi memenuhi memenuhi
Kontinuitas Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Memenuhi Memenuhi Memenuhi
Catatan : keadaan kurang untuk kualitas berarti kadang-kadang memenuhi dan kadang-kadang kurang memenuhi keadaan kurang untuk kontinuitas berarti pasokan kadang-kadang kurang dari jumlah yang dipesan.
Nampak pada Tabel 16, bahwa hanya 3 bahan baku yang benar-benar baik keadaan pasokannya, yakni dedak, vitamin, dan minyak ikan. Bahan baku
30 lainnya sebanyak 5 (lima), yaitu ikan kering, bungkil sawit, bungkil kopra, bungkil kedelai, dan tepung susu secara kuantitas memenuhi, namun kadangkadang kualitasnya kurang memenuhi dan belum tentu kontinu. Pengadaan bahan baku ikan kering belum stabil, baik dari sisi kualitas,dan kontinuitas. Kondisi ini terjadi karena ikan kering yang dijadikan bahan baku adalah ikan-ikan kecil dan cacat yang tidak layak konsumsi yang dikumpulkan dari para nelayan. Sisi lain aktivitas perikanan tangkap sangat tergantung dari musim. Hasil tangkapan nelayan yang tidak menentu berimbas pada tidak stabil jumlah ikan kecil dan cacat. Selama ini, bahan baku ini menjadi andalan CV. BAS untuk mendapatkan sumber protein pakan ikan yang memadai dengan harga murah. Upaya menambah sumber bahan baku ini telah dilakukan, namun belum sesuai kebutuhan. Upaya untuk mengatasi masalah kualitas ikan kering, yakni kadar air yang masih tinggi telah ada upaya yaitu dengan mengeringkan lagi bahan baku ikan kering, karena biasanya kadar airnya masih perlu diturunkan. Sedangkan untuk mengatasi masalah kuantitas, perusahaan mengambil langkah untuk menambah stok tepung ikan dalam jumlah yang layak yakni dengan membeli ikan kering dalam jumlah besar pada saat barang tersedia dan segera mengeringkan dan menggiling menjadi tepung ikan. Masalah kontinuitas masih menjadi masalah yang belum bisa diatasi secara optimal. Upaya untuk mencari alternatif bahan baku pakan ikan berbasis lokal dan produk sampingan masih terus dilakukan. Saat survey ini dilakukan misalnya, CV. BAS mencoba menggunakan tepung bulu ayam sebagai substitusi tepung ikan dan sekaligus meningkatkan kandungan protein pakan ikan. Beberapa kali percobaan dengan variasi kandungan tepung bulu ayam telah dicoba, namun belum memenuhi kualifikasi teknis, yakni tepung bulu ayam belum bisa tercampur dengan baik, sehingga pelet mudah pecah. Spesifikasi Produk Pakan ikan yang diproduksi CV. BAS adalah jenis pakan ikan yang tenggelam. Memproduksi pakan ikan yang tenggelam memerlukan teknologi yang lebih sederhana dibandingkan pakan ikan yang terapung. Dengan demikian total investasi mesin-mesin pengolahan pakan ikan tenggelam lebih kecil dibanding total investasi mesin-mesin pengolahan pakan ikan terapung. Pakan ikan yang tenggelam ini sering dikhawatirkan petani ikan karena dianggap tidak dimakan ikan. Untuk mengatasi kekhawatiran tersebut, pemberian pakan perlu jadwal yang tepat sehingga ketika pakan ditebar ke kolam, ikan dalam keadaan membutuhkan pakan sehingga pakan tersebut tidak sempat tenggelam karena langsung dimakan ikan. CV. BAS memproduksi pakan ikan dalam bentuk pelet dengan panjang 1 cm dan diameter 3 m dan 2.5 mm. Variasi diameter ini dapat dipenuhi dengan mengganti komponen mesin cetak ikan, yaitu berupa lempengan besi tempat keluarnya pelet. Mencetak pelet dengan diameter 2.5 mm memerlukan waktu yang lebih lama dibanding mencetak pelet dengan diameter 3 mm. Pelet dengan dua macam diameter tersebut memiliki komposisi kandungan nutrisi yang sama. Pelet produksi CV. BAS memiliki kandungan protein kasar sebesar 25 persen. Kandungan protein sesungguhnya berkisar 27-30 %, namun untuk menjaga kemungkinan penurunan kualitas selama distribusi, perusahaan menyatakan kandungan proteinnya sebesar 25 persen. Untuk keperluan budidaya ikan,
31 paremeter nutrisi yang paling penting dalam pakan ikan adalah protein. Dalam pemasaran pakan ikan, kandungan protein inilah yang seringkali menjadi tolok ukur kualitas pakan ikan. Dengan komponen bahan baku dan formulasi yang dibuat, pakan ini cukup memadai untuk pemeliharaan ikan di dalam jaring apung yang meliputi ikan patin, ikan bawal dan ikan nila. Pernah ada petani ikan lele yang mencobanya, tapi kurang cocok, karena kadar proteinnya kurang sehingga lambat dalam pembesaran ikan lele. Produk dengan hanya satu macam kandungan protein seperti ini menyebabkan keterbatasan pasar. Dengan demikian, perlu melakukan strategi pengembangan produk untuk memperluas jangkauan pasar. Tahapan Proses Produksi Pakan ikan yang memerlukan 8 bahan baku yang diproduksi dengan tahapan proses pengolahan sebagaimana terlihat pada gambar 5.
Ikan Rucah Kering
Bahan Baku Lainnya
Bahan Baku Lainnya terdiri dari : 1. Bungkil kelapa atau Bungkil sawit 2. Dedak 3. Tepung susu 4. Vitamin 5. Minyak Ikan
Pengeringan Penggilingan I
Tepung Ikan
Penimbangan
Pencampuran
Penggilingan II
Pencetakan
Pendinginan
Pengemasan
Pelet Ikan Gambar 5. Tahapan Proses Pengolahan Pakan Ikan
32 1. Pengeringan Pengeringan dilakukan untuk menurunkan kadar air bahan baku berupa ikan rucah kering sebelum digiling. Meskipun ikan dibeli dalam keadaan kering, namun sering kali tingkat kekeringannya belum cukup, sehingga perlu dikeringka lagi. Dalam keadaan matahari bersinar terang, proses pengeringan dilakukan dengan menjemur ikan di lantai jemur. Namun demikian oven juga diperlukan untuk mempercepat pengeringan. Dalam kondisi sinar matahari tidak bersinar terang, misal ketika mendung atau hujan atau pada sore/malam hari, pengeringan sangat mengandalkan oven. Oven yang dipakai berjumlah satu unit. Oven ini masih bersifat tradisional, mirip seperti tungku besar, menggunakan bahan bakar kayu. Oven ini sengaja dipilih karena disekitar lokasi banyak tersedia bahan bakar kayu, sehingga biaya energi lebih murah. 2. Penggilingan I Penggilingan I adalah penggilingan ikan kering menjadi tepung ikan. Penggilingan dilakukan dengan mesin giling bertenaga listrik. 3. Penimbangan Semua bahan baku ditimbang sesuai dengan komposisi bahan yang telah ditetapkan sebagai persiapan untuk pencampuran. 4. Pencampuran Semua bahan baku yang telah disiapkan sesuai dengan berat yang ditentukan dicampur di atas lantai dengan menggunakan sekop. Pencampuran ini masih dilakukan secara manual, belum menggunakan mesin pencampur (mixer) bertenaga listrik. Menurut perhitungan pengelola, mencampur secara manual cukup efektif dan lebih ekonomis dibanding dengan mesin. Investasi mesin pencampur dinilai oleh pemilik belum layak dilakukan. 5. Penggilingan II Penggilingan tahap ke-2 dilakukan untuk menghaluskan semua bahan baku pakan yang telah dicampur. Seperti pada penggilingan I, penggilingan ke-2 juga menggunakan mesin bertenaga listrik. 6. Pencetakan Semua bahan baku yang telah dicampur dan digiling dimasukkan ke mesin cetak pakan ikan bertenaga listrik. Pakan ikan berbentuk silinder dengan panjang 1 cm dan diameter 2 -3 mm. Mesin ini memiliki kapasitas 100 kg/jam untuk pakan ikan berdiameter 2 mm dan 150 kg/jam untuk pakan ikan berdiameter 3 mm. 7. Pendinginan Pakan ikan yang tekah dicetak dalam keadaan panas, sehingga perlu didinginkan. Alat pendingin pakan ikan ini sederhana, dan merupakan rakitan dari pemilik usaha ini. Prinsip kerjanya adalah pakan ikan yang baru dicetak dalam keadaan panas didinginkan dengan cara dikipasi. Kipas yang digunakan adalah kipas angin biasa. Alat ini bisa mengatur sedemikian rupa sehingga pakan ikan yang masih panas dapat dikipasi secara berurutan seperti air yang mengalir. 8. Pengemasan Pakan ikan yang telah dingin dikemas dengan karung plastic dan dijahit dengan mesin jahit karung bertenaga listrik. Masing-masing kemasan berisi pakan ikan seberat 50 kg. Pakan ikan jadi berupa pelet.
33 Kapasitas Produksi Berdasarkan fasilitas bangunan, alat dan mesin pengolahan, serta produktivitas tenaga kerja, CV. BAS mampu memproduksi pakan ikan sebesar 1 ton per hari. Namun rata-rata produksi hanya 600 – 700 kg per hari. Upaya untuk meningkatkan kapasitas produksi telah dilakukan, yakni dengan cara meningkatkan kapasitas mesin untuk meningkatkan produktivitas, menambah jumlah tenaga kerja untuk meningkatkan kapasitas penanganan bahan dan operasional alat dan mesin, dan meningkatkan kualitas manajemen pasokan bahan baku untuk mendapatkan bahan baku dalam jumlah yang cukup, berkelanjutan, dan berkualitas. Permasalahan yang masing sering muncul dalam upaya peningkatan kapasitas produksi adalah : 1. Pengadaan Bahan baku belum stabil – sebagaimana telah diuraikan di atas. 2. Mesin pencetak pakan ikan terkadang rusak Proses pembuatan pakan ikan terkadang harus berhenti karena kerusakan mesin pencetak pakan ikan. Kerusakan akan semakin menghambat bila tidak bisa ditangani sendiri. Selama ini pakan ikan yang telah dicampur harus segera dicetak maksimal 2 hari. Lebih dari itu mutu produk menurun. Upaya untuk mengatasi ini adalah dengan menambahkan campuran pakan lama (lewat dua hari) sedikit demi sedikit ke dalam campuran pakan baru atau menambahkan tepung susu pada campuran pakan lama. Upaya yang didambakan adalah menambah mesin cetak pakan dengan kualitas yang lebih baik. Bila memiliki 2 unit mesin cetak, maka bila rusak satu masih bisa didikapai yang satunya lagi, sehingga produksi tidak terhenti. 3. Permintaan pasar pakan ikan masih fluktuatif. Dalam situasi tidak ada kendala bahan baku – terutama tepung ikan dan tidak kendala kerusahan mesin cetak ikan, bukan berarti pakan ikan akan leluasa untuk diproduksi. Ada permasalahan lain yang masih terjadi, yaitu permintaan pasar yang fluktuatif. Dalam setahun permintaan pasar pakan ikan memiliki masa ramai pada bulan April – November dan masa agak sepi pada bulan Desember – Maret. Terutama pada masa agak sepi inilah perusahaan tidak bisa leluasa mengoptimalkan kapasitas produksi karena permintaan pasar yang terbatas. Hal ini memang masih menjadi kelemahan dalam pemasaran pakan ikan ini yang masih mengandalkan produksi berdasarkan order dan jaringan distribusi yang sangat tetbatas. Pengendalian Mutu Pakan Ikan Mutu pakan ikan sangat tergantung dari mutu bahan baku. CV. BAS menggunakan bahan baku berbasis produk lokal dan produk sampingan perikanan tangkap dan agroindustri. Pilihan ini menuntut pengendalian mutu yang ketat. Upaya yang dilakukan adalah melakukan pemeriksaan terhadap bahan baku yang akan dipakai. Untuk mendapat bahan baku, ada 2 cara yang selama ini berlangsung, yakni CV.BAS secara pro aktif mencari bahan baku, atau merespon tawaran bahan baku dari pemasok. Berdasarkan pengetahuan dan pengalaman, pengelola CV.BAS secara empiris dapat menduga kualitas bahan baku. Sedangkan untuk lebih akurat, dilakukan uji laboratorium terhadap kandungan nutrisi bahan baku. Bahan baku yang perlu mendapat perhatian serius adalah ikan
34 kering. Begitu sampai di perusahaan, kadar air ikan kering harus diperiksa. Bila kurang kering, ikan harus segera dikeringkan atau dioven dan kemudian digiling. Pengendalian mutu selama proses yang perlu dilakukan adalah perlunya senantiasa menjaga kebersihan ruangan proses dan antisipasi penundaan proses produksi akibat kerusakan mesin. Kerusakan mesin yang kadang terjadi adalah mesin cetak, sehingga bahan baku yang telah dicampur terlambat dicetak. Keterlambatan pencetakan pakan ikan ini akan menurunkan kualitas pakan secara serius. Bila proses produksi berjalan normal, selama ini tidak ada permasalahan yang berarti pada kualitas produk. Pengusaha masih berpatokan bahwa pakan yang dihasilkan telah cukup memadai sebagai pakan ikan bagi petani ikan dan jarang terhaji complain dari pelanggan. Namun demikian karena masih sedikit jumlah pengusaha pakan ikan skala kecil dan ketatnya persaingan dengan pengusaha pakan ikan besar, sudah seharusnya pengusaha berpikir tentang standarisasi kualitas pakan ikan. Termasuk diversifikasi produk pakan ikan berdasar kandungan nutrisi sebagai upaya untuk merebut pangsa pasar yang lebih besar.
Tenaga Kerja Idealisme pengusaha untuk merekrut tenaga kerja putus sekolah atau berpendidikan hanya lulus SD yang ada di sekitar lokasi tentu memiliki resiko. Resikonya adalah ketrampilan pekerja juga kurang memadai sehingga harus melatih dan mendampingi secara ketat. Sampai saat ini, kendali perusahaan masih sepenuhnya dipegang oleh pemilik. Sehari hari pemilik mengurus pengadaan bahan baku, keuangan, pemasaran dan mengendalikan produksi. Pernah dicoba untuk mendelegasikan sebagian pengeloaan usaha kepada salah satu pekerja, tapi belum sesuai dengan harapan. Sampai saat ini semua pekerja masih berada pada kualifikasi operator. Sisi lain, ada permasalahan secara mental, terutama pekerja yang masih bujangan. Kebiasaan begadang pada saat hajatan, nonton layar tancep, dan nonton dangdut masih sering dillakukan. Bila hal ini terjadi, pekerja malas bekerja pada saat malam hari, bahkan juga malas bekerja saat siang hari. Dilihat dari jumlah tenaga kerja, CV. BAS memiliki perkembangan meskipun tidak pesat. Sejak usaha dimulai tahun 2003, perkembangan jumlah tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 18 sebagai berikut : Tabel 18 Perkembangan jumlah tenaga kerja No. 1. 2. 3. 4.
Tahun 2003-2006 2007 2008-2009 2010-2012
Banyaknya Tenaga Kerja 2 3 4 5
Catatan : Pemilik yang sekaligus direktur tidak dihitung sebagai tenaga kerja
Saat ini dengan jumlah pekerja sebanyak 5 orang, operasional produksi dijalankan dengan 2 shift, yaitu shift siang melibatkan 3 orang pekerja dan shift malam melibatkan 2 pekerja. Pekerja shift malam diberikan upah 2 kali lipat
35 daripada pekerja shift siang. Pekerja shift siang melakukan pekerjaan utama berupa penggilingan, pencetakan, dan pendinginan Pekerja shif malam melakukan pekerjaan utama yaitu pengeringan dan penggilingan.
Pemasaran. Pakan ikan yang diproduksi CV. BAS adalah pakan ikan tenggelam dengan kadar protein sebesar 24 %. Besaran kadar tersebut merupakan kadar protein pakan ikan yang dinyatakan kepada pembeli. Kadar yang sebenarnya dari hasil pemeriksaan lebih tinggi 2-3 %. Sedangkan kalau dari hasil perhitungan formulasi pakan ikan, kadarnya mencapai 29.196 %. Pernyataan kadar protein dibawah kadar yang sebenarnya tersebut untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya penurunan kadar protein selama distribusi. Pakan ikan yang diproduksi dengan merek dagang Babelan Agro Sejahtera dipasarkan di daerah Bandung dan Cianjur, yakni petani ikan di Waduk Cirata dan Saguling. Umunya merupakan petani ikan bawal, patin, dan nila. Daerah tersebut merupakan sentra petani ikan jaring apung. Konsumen di kedua wilayah tersebut biasanya memesan pakan ikan lewat telepon dan produk diantar oleh CV. BAS. Sebagian dipasarkan di Bekasi dan Bogor. Saat dilakukan penelitian CV. BAS sedang diajak kerja sama distribusi oleh sebuah koperasi petani ikan di Bandung dan agen di daerah Klaten Jawa Tengah. Pemasaran pakan ikan semuanya berdasarkan pesanan. Untuk luar daerah Bekasi, seluruh pesanan diantar oleh CV. BAS. Sedangkan pembeli dari Bekasi mengambil barang dengan kendaraan sendiri. Saat ini, pakan ikan dengan jenis dan kualitas yang sama dengan CV. BAS dan beredar di Waduk Saguling dan Cirata dijual dengan harga Rp.5.500,00Rp.5.700,00 per kg. Sedangkan CV. BAS masih mampu menjual pakan ikan dengan harga Rp.4.500,00 per kg. Melihat perbedaan harga yang sangat signifikan tersebut, potensi pasar pakan ikan murah bermutu yang diproduksi oleh CV. BAS masih besar. Hal ini terutama bila dikaitkan dengan keluhan petani ikan akan semakin mahalnya harga pakan ikan. Saat penelitian ini dilakukan, telah ada permintaan kerjasama distribusi pakan ikan, yakni dari koperasi petani ikan di daerah Bandung dan agen pakan ikan di daerah Klaten Jawa Tengah. Melihat potensi tersebut, perusahaan harus segera mengambil langkahlangkah perbaikan kinerja pemasarannya. Perusahaan perlu melakukan strategi intensif, yaitu penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Minimasi Biaya Bahan Baku Pakan ikan yang diproduksi oleh perusahaan besar umumnya memiliki harga yang relative mahal. Sebagai industri kecil pakan ikan yang harus berkompetisi dengan industri besar dalam memasarkan produknya, CV. BAS berupaya memproduksi pakan ikan dengan kualitas standar dan harga jual yang murah sebagai strateginya. Standar pakan ikan yang utama adalah kandungan
36 protein, yaitu sebesar 25 %. Pakan kualitas standar dan harga murah diharapkan mampu menjawab keluhan petani ikan akan mahalnya harga pakan ikan. Untuk mewujudkannya, maka biaya operasional perusahaan harus ditekan. Karena biaya operasional perusahaan didominasi oleh biaya pengadaan bahan baku dengan proporsi lebih dari 70 persen, maka biaya pengadaan bahan baku harus dapat ditekan semaksimal mungkin. Hal yang bisa dilakukan oleh CV. BAS adalah mengevaluasi formula bahan baku penyusun pakan ikan, sedemikian rupa hingga kualitas bahan baku tetap mampu memenuhi standar kualitas pakan ikan dan biaya pengadaannya lebih kecil. Untuk itu dilakukan analisis minimasi biaya bahan baku dengan metode simpleks. Metode simpleks sebagai salah satu metode di dalam programa linier diimpelementasikan dalam kasus ini dengan sistematika sebagai berikut : 1. Formulasi persoalan Tujuan : Minimasi Biaya Pembelian Bahan Baku Variabel Keputusan : Persentase masing-masing bahan baku pakan ikan, yaitu tepung ikan, bungkil sawit, bungkil kelapa, bungkil kedelai, tepung susu, dedak, vitamin, dan minyak ikan. Kendala : Batas minimal kandungan protein Batas maksimal komponen tepung ikan, bungkil sawit, bungkil kelapa, bungkil kedelai, tepung susu, dedak, vitamin, dan minyak ikan. Jumlah kandungan vitamin dan minyak ikan 2. Tabel Hasil Observasi Bahan Baku Pakan Ikan Hasil observasi bahan baku pakan ikan dapat disajikan pada Tabel 19 berikut. Tabel 19. Hasil Observasi Bahan Baku Pakan Ikan Bahan Baku Harga (X) (Rp/kg) Tepung Ikan (X1) 3500 Bungkil sawit/kopra (X2) 2300 Bungkil kedelai (X3) 3700 Tepung susu (X4) 4500 Dedak (X5) 2100 Vitamin (X6) 12000 Minyak Ikan (X7) 7000 Batas Minimal Kandungan Protein
Kandungan Protein (%) 50 21 46 32 10
Batasan Kandungan Bahan Pakan Ikan (%) maksimal 100 maksimal 25 maksimal 35 maksimal 10 maksimal 35 sama dengan 0.5 Sama dengan 0.5
29.196
Catatan : Kandungan protein dan batasan kandungan bahan pakan ikan mengacu kepada berbagai sumber dan CV.BAS Batas minimal kandungan protein mengacu kepada hasil perhitungan kandungan protein hasil formulasi CV.BAS yang menggunakan metode diagonal. Kandungan protein merupakan indikator standar kualitas pakan yang utama. Sebelum dihitung, CV BAS menyatakan bahwa pakan ikan produksinya mengandung protein sebesar 25 %, meskipun hasil uji laboratorium menunjukkan angka antara 27-30 %. Setelah dihitung berdasarkan kandungan protein masing-masing bahan baku, ternyata kandungan protein pakan sebesar 29,196 %. Angka ini kemudian dipakai sebagai standar kandungan protein minimal dalam proses perhitungan minimasi biaya bahan baku pakan ikan.
37 3. Formulasi Model Matematis Berdasarkan formulasi permasalahan dan hasil observasi di atas, maka dapat disusun formulasi model matematis sebagai berikut : Min Z = 3500X1 + 2300X2 + 3700X3 + 4500X4 + 2100X5 + 12000X6 + 7000X7 Batasan : 1. Minimal kandungan protein 50X1 + 21X2 + 46X3 + 32X4 + 10X5 >= 29.196 2. Jumlah kandungan X1 + X2 + X3 + X4 + X5 + X6 + X7 = 100 3. Maksimal komponen tepung ikan X1 <= 100 4. Maksimal komponen bungkil sawit/kopra X2 <= 25 5. Maksimal komponen bungkil kedelai X3 <= 35 X4 <= 10 6. Maksimal komponen tepung susu 7. Maksimal komponen dedak X5 <= 35 8. Jumlah komponen vitamin X6 = 0.5 9. Jumlah komponen minyak ikan X7 = 0.5 10. Batasan non negative X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7 > 0 4. Perhitungan Data dihitung dengan modul linier programming yang ada dalam di software POMforWINDOWS. Hasil olah data dengan software POMforWINDOWS disajikan dalam gambar 6. Linear Programming Result X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
3500
2300
3700
4500
2100
12000
7000
Constraint 1
50
21
46
32
10
0
0
>=
29,196
0
Constraint 2
1
1
1
1
1
1
1
=
100
-3500
Constraint 3
1
0
0
0
0
0
0
<=
100
0
Constraint 4
0
1
0
0
0
0
0
<=
25
1200
Constraint 5
0
0
1
0
0
0
0
<=
35
0
Constraint 6
0
0
0
1
0
0
0
<=
10
0
Constraint 7
0
0
0
0
1
0
0
<=
35
1400
Constraint 8
0
0
0
0
0
1
0
=
,5
-8500
Constraint 9
0
0
0
0
0
0
1
=
,5
-3500
1
1
1
1
1
1
1
>=
0
0
39
25
0
0
35
,5
,5
Minimize
Constraint 10 Solution->
RHS
Dual
277000
Gambar 6. Hasil olah data minimasi bahan baku pakan ikan dengan software POMforWINDOWS Baris solution pada gambar 6 menunjukkan persentase masing-masing bahan pakan ikan dan harganya. Selanjutnya hasil olah data tersebut dibandingkan dengan formulasi pakan ikan yang diterapkan CV. BAS seperti terlihat pada Tabel 20.
38 Tabel 20 Perbandingan formulasi dan harga pakan ikan sebelum dan sesudah minimasi Nama Bahan Pakan
Harga (Rp/kg)
Perbandingan komposisi dan harga Sebelum Minimasi
Setelah Minimasi
Tepung Ikan Bungkil sawit/kopra
3500
Komposisi (%) 25.00
harga (Rp) 875.00
Komposisi (%) 39.00
Harga (Rp) 1365.00
2300
16.00
368.00
25.00
575.00
Bungkil Kedelai
3700
18.00
666.00
0.00
0.00
Tepung Susu
4500
5.00
225.00
0.00
0.00
Dedak
2100
35.00
735.00
35.00
735.00
12000
0.50
60.00
0.50
60.00
7000
0.50
35.00
0.50
35.00
Vitamin Minyak ikan
Jumlah 100 2964.00 100.00 2770.00 Catatan : Dalam prakteknya bungkil sawit dan bungkil kopra dipakai salah satu, tergantung ketersediaan bahan di pasar.
Nampak pada Tabel 20 bahwa sebelum dilakukan minimasi dengan programa linier, komposisi pakan ikan yang diterapkan di perusahaan, yaitu tepung ikan, bungkil sawit/bungkil kopra, bungkil kedelai, tepung susu, dedak, vitamin, dan minyak ikan masing-masing dengan proporsi 25 %, 16 %, 18 %, 5 %, 35 %, 0.5 %, dan 0.5 % memerlukan biaya bahan pakan ikan sebesar Rp. 2964,00/kg, Selanjutnya setelah dilakukan proses minimasi dengan tetap mempertimbangkan kecukupan kandungan nutrisi pakan ikan komposisinya menjadi tepung ikan, bungkil sawit/bungkil kopra, dedak, vitamin, dan minyak ikan masing-masing dengan proporsi 39 %, 25 %, 35 %, 0.5 %, dan 0.5 % memerlukan biaya bahan pakan ikan sebesar Rp. 2770,00/kg. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa harga pakan ikan CV. BAS masih sangat kompetitif, sehingga tetap dapat mempertahankan harga, bahkan dapat menurunkan harga. Dengan demikian CV. BAS masih memiliki kesempatan besar untuk bersaing dengan perusahaan lain dari sisi harga. Strategi tersebut perlu didukung dengan upaya mencari alternatif bahan baku lainnya, terutama yang berada di sekitar lokasi perusahaan. Manajemen pasokan perlu dibenahi agar bahan baku berbasis lokal dan produk sampingan bisa didapatkan secara lebih stabil dan terjamin, sehingga resiko kekurangan bahan baku dan mutu bahan baku yang rendah dapat di atasi.
Identifikasi Lingkungan Internal dan Eksternal Perkembangan perusahaan sangat dipengaruhi oleh sejauh mana manajemen mengambil keputusan secara tepat. Keputusan yang tepat membutuhkan informasi yang berkualitas, baik informasi terkait dengan lingkungan internal maupun eksternal perusahaan. Hal ini penting karena perkembangan perusahaan dipengaruhi oleh lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal aktivitas operasional CV. BAS mencakup kekuatan dan kelemahan yang ada dalamnya, sedangkan lingkungan eksternal mencakup peluang yang dapat diraih dan ancaman yang mungkin terjadi.
39 Lingkungan Internal Bidang Operasi CV. BAS a. Kekuatan 1) Harga Jual Produk Kompetitif Pakan ikan yang beredar di pasaran umumnya merupakan produksi perusahaan besar dengan harga yang relative mahal. Pakan ikan dengan kandungan protein sekitar 24 persen, umumnya dijual dengan harga tidak kurang dari Rp.5.500,00 per kg untuk pakan ikan tengelam dan untuk pakan ikan apung tidak kurang dari Rp.7000,00 per kg. Dengan harga sebesar Rp.4.500,00 per kg diharapkan pakan ikan produksi CV. BAS memiliki keunggulan untuk bersaing. Hasil minimasi biaya bahan baku pakan ikan yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa biaya bahan baku masih dimungkinkan untuk dikurangi bila CV.BAS melakukan pengaturan kembali formulasi pakan ikannya yang didukung dengan upaya pengelolaan pasokan yang lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa harga jual produk yang kompetitif ini masih menjadi kekuatan CV. BAS yang dapat diandalkan. 2) Bahan Baku berbasis lokal dan produk sampingan Salah satu penyebab mahalnya harga pakan ikan produksi perusahaan besar adalah karena bahan baku utamanya, yakni sumber protein yang berupa tepung ikan masih tergantung pada impor yang harganya cenderung semakin mahal. Dengan memproduksi bahan baku berbasis lokal dan produk sampingan, CV. BAS mampu menekan biaya bahan baku yang proporsinya mencapai sekitar 74 % dari total biaya. Hasil analisis minimasi menunjukkan bahwa bahan baku berbasis lokal dan produk sampingan ini harus dipertahankan bahkan dikembangkan untuk mendapatkan formulasi pakan ikan yang berkualitas dengan harga yang murah. Hal ini akan memberikan kesempatan yang lebih besar bagi perusahaan untuk mempertahankan biaya bahan baku yang rendah sebagai faktor penting dalam mewujudkan strategi operasi untuk meningkatkan daya saing produk. b. Kelemahan 1) Kapasitas Produksi Terbatas CV. BAS sebenarnya mampu memproduksi pakan ikan sebanyak 1 ton per hari. Hal ini didasarkan kemampuan alat dan mesin, serta produktivitas tenaga kerja. Selain itu produksi sebanyak itu memang kadang-kadang dilakukan untuk memenuhi pesanan. Namun demikian kapasitas produksi sebesar 1 ton per hari tentu masih sangat terbatas bila dibandingkan dengan peluang pasar yang seharusnya biasa diraih. Ini tentu menjadi kelemahan bagi CV. BAS bila akan memperluas pasar. Kelemahan yang masih ada pada CV. BAS adalah keadaan salah satu mesin, yaitu mesin cetak pakan ikan yang terkadang rusak hingga waktu produksi tertunda. Hal ini semakin menurunkan kapasitas produksi. Sisi lain kapasitas produksi juga dibatasi oleh pasokan bahan baku yang belum stabil.
40 2) Jaringan Distribusi Terbatas Perusahaan besar umumnya memiliki jaringan distribusi luas dan kuat serta memberikan kemudahan tempo pembayaran kepada petani ikan. Sementara jaringan distribusi CV. BAS masih terbatas dan belum punya kemampuan memberikan kemudahan tempo pembayaran. Distribusi produk belum menjalin kerjasama dengan agen dan kelompok petani ikan. Jaringan distribusi yang masih terbatas ini menjadi kendala yang serius bagi CV. BAS untuk meningkatkan kapasitas produksinya. Bila permasalahan terkait mesin produksi bisa diatasi dan pasokan bahan baku bisa dikelola dengan baik, tidak dengan sendirinya CV. BAS leluasa meningkatkan kapasitas produksinya mengingat daya serap pasar masih terbatas akinat jaringan distribusi yang masih terbatas. Lingkungan Eksternal Bidang Operasi CV. BAS a. Peluang 1) Potensi pasar pakan ikan murah bermutu masih besar Keluhan petani ikan terhadap mahalnya harga pakan ikan sudah lama terjadi. Akhir-akhir ini keluhan tersebut semakin sering terdengar karena harga pakan terus naik. Petani ikan sangat mengharapkan adanya pakan bermutu standar dengan harga yang lebih murah. CV. BAS mendapatkan informasi tersebut bukan hanya dari media, tapi secara langsung di lapangan ketika rutin menjual produknya dan kadang-kadang mempromosikan produknya. Peluang ini dapat dijadikan CV. BAS untuk mengembangkan bisnisnya. Apalagi kenaikan harga pakan ikan diprediksi akan masih terus terjadi. 2) Terbukanya peluang kerjasama distribusi dengan koperasi dan agen Salah kunci sukses pengusaha besar dalam memasarkan produknya adalah karena menjalin kerjasama dengan agen yang tersebar di sentrasentra petani ikan. Peluang ini terbuka untuk CV. BAS bila ingin mengembangkan pemasaran produknya. Permintaan kerjasama distribusi pakan ikan sudah diajukan oleh sebuah koperasi petani ikan dengan berkunjung langsung ke CV.BAS. Selain itu juga perseorangan yang mengajukan permintaan sebagai agen. Peluang ini harus segera ditindaklanjuti bila CV. BAS akan mengembangkan usahanya. b. Ancaman 1) Jaringan Distribusi Pesaing luas dan ada kemudahan pembayaran Perusahaan pesaing yang umumnya merupakan perusahaan besar memiliki jaringan distribusi yang luas, kuat dan memberikan kemudahan pembayaran membuat CV.BAS sulit menembus pasar pakan ikan, terutama di sekitar Waduk Saguling dan Waduk Cirata yang menjadi lokasi utama pemasaran karena merupakan sentra petani ikan jarring apung. Sampai saat ini CV. BAS belum mampu mengimbangi keunggulan yang dimiliki perusahaan pesaing tersebut, sehingga merupakan ancaman yang berarti.
41 2) Pasokan Bahan Baku Utama belum stabil Bahan baku utama pakan ikan adalah bahan baku yang menjadi sumber protein, yaitu tepung ikan, bungkil kedelai, bungkil sawit, dan bungkil kopra. Selama ini kualitas bahan baku tersebut belum stabil sehingga perusahaan terkadang harus mencari sumber bahan baku alternatif yang memenuhi standar mutu. Selain itu, meskipun secara kuantitas terpenuhi, kadang-kadang bahan baku belum tentu tersedia secara kontinu. Kontinuitas pasokan ikan kering sebagai bahan baku tepung ikan tergantung kelancaran aktivitas perikanan tangkap yang harus mempertimbangkan musim dan cuaca kurang. Bungkil sawit, kopra, dan kedelai – meskipun dalam kadar yang lebih ringan masalahnya, kadang-kadang ada masalah dengan kontinuitas.
Analisis Matriks IFE Faktor-faktor yang menyusun matriks IFE adalah faktor-faktor internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan. Faktor kekuatan bidang operasi CV. BAS terdiri dari : Harga Produk Kompetitif dan Bahan baku berbasis lokal dan produk sampingan. Sedangkan faktor kelemahan terdiri dari : kapasitas produksi terbatas dan jaringan distribusi terbatas. Hasil analisis matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 Hasil analisis matriks IFE Faktor Internal
Bobot (A)
Rating (B)
Skor (AxB)
KEKUATAN 1.Harga Jual Produk Kompetitif
0,3
4
1.20
2.Bahan Baku berbasis lokal dan produk sampingan
0,25
4
1.00
KELEMAHAN 1.Kapasitas Produksi Terbatas
0,20
2
0,40
2.Jaringan Distribusi Terbatas
0,25
2
0,50
1,00
12
3.10
TOTAL
Berdasarkan hasil perhitungan Matriks IFE pada Tabel 14, bahwa factor harga produk kompetitif (1.20) lebih kuat dibanding Bahan baku berbasis lokal dan produk sampingan (1.00). Tanpa harga produk yang kompetitif, pakan ikan produksi CV.BAS tidak akan mampu memiliki daya saing. Bila harganya sama dapat dipastikan petani ikan akan memilih pakan ikan produksi perusahaan besar karena lebih dipercaya. Pada faktor kelemahan, jaringan distribusi yang terbatas (0.50) lebih perlu mendapat perhatian dibanding kapasitas produksi terbatas (0.40). Hal ini dikarenakan untuk meningkatkan kapasitas perlu didahului dengan jaminan pasar. Jaminan pasar dapat terwujud bila jaringan distribusi diperbaiki. Bobot skor total matriks IFE adalah 3.10. Hal ini menunjukkan bahwa CV. BAS memiliki posisi internal yang kuat, artinya bahwa perusahaan telah mampu
42 menggunakan kekuatan yang dimiliki dan mengatasi kelemahan. Tentunya kondisi ini masih perlu dioptimalkan karena masih ada ruang untuk peningkatan.
Analisis Matriks EFE Matrik EFE berguna untuk mengetahui sebererapa besar faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi usaha CV.BAS. Faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman. Peluang CV. BAS adalah pangsa pasar pakan ikan murah bermutu masih luas dan kerjasama distribusi dengan koperasi dan agen. Sedangkan ancamannya adalah Jaringan distribusi pesaing luas dan ada kemudahan pembayaran dan pasokan bahan baku utama belum stabil. Hasil analisis matriks EFE dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Hasil analisis matriks EFE Faktor Eksternal
Bobot (A)
Rating (B)
Skor (AxB)
1. Potensi pasar pakan ikan murah bermutu masih besar
0,25
3
0,75
2. Kerjasama distribusi dengan koperasi dan agen
0,20
3
0,60
ANCAMAN 1. Jaringan distribusi pembayaran
0,25
2
0,50
0,30
2
0.60
1,000
11
2,45
PELUANG
pesaing luas dan ada kemudahan
2. Pasokan bahan baku Utama belum stabil TOTAL
Berdasarkan hasil perhitungan Matriks EFE pada Tabel. Dapat dilihat bahwa pada faktor peluang, potensi pasar pakan ikan murah bermutu masih besar (0.75) lebih tinggi skornya dibanding kerjasama distribusi dengan koperasi dan agen (0.60). Peluang pasar pakan ikan murah bermutu menjadi daya tarik sangat penting bagi CV.BAS ketika mulai merintis usahanya dan ketika akan mengembangkannya. Pada faktor ancaman, pasokan bahan baku utama belum stabil (0.60) menjadi ancaman yang lebih serius dibanding jaringan distribusi pesaing luas dan ada kemudahan pembayaran (0.5) dan. Bobot skor total diperoleh adalah 2,45. Hal ini menunjukkan bahwa CV. BAS memiliki posisi eksternal rata-rata (sedang), artinya bahwa perusahaan ini memiliki kemampuan merespon tergolong cukup dan belum menggunakan secara optimal peluang-peluang yang ada untuk mengatasi ancaman.
Analisis Matriks IE Matriks IE merupakan matrik yang menggabungkan bobot skor Matriks IFE dan Matriks EFE untuk melihat posisi sel CV. BAS. Jika posisi sel telah diketahui, maka diketahui pula strategi apa yang harus dilakukan oleh perusahaan.
43 Perhitungan Matriks IFE mununjukkan bahwa bobot skornya adalah 3.10 dan dari Matriks EFE didapatkan bobot skor 2,45. Hasil pemetaan matriks IE dapat dilihat pada Gambar 7. Skor Bobot Total IFE Kuat 3,0 – 4,0
Skor Bobot Total EFE
3.1
Sedang 2,0 – 2,99
Rendah 1,0 – 1,99
3,0
Lemah 1,0 – 1,99
1,0
2,0
0
4,0 Tinggi 3,0 – 4,0
Sedang 2,0 – 2,99
(I)
(II)
(III)
(IV)
(V)
(VI)
(VII)
(VIII)
(IX)
3,0
2.45 2,0
1,0
Gambar 7. Hasil matriks IE Bidang operasi CV. BAS menempati posisi sel IV, berarti menggambarkan bahwa posisi CV. BAS berada pada posisi grow and build (tumbuh dan membangun). Menurut David (2011) strategi yang tepat bagi usaha yang berada di sel ini adalah integrasi ke belakang, integrasi ke depan, atau integrasi horizontal, penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk.
Analisis Matriks SWOT Setelah dilakukan analisis matriks IFE dan EFE yang menghasilkan matriks IE – kemudian disusun matriks SWOT untuk merumuskan strategistrategi berdasarkan faktor-faktor internal dan eksternal yang telah teridentifikasi dari CV. BAS. Perumusan strategi operasi CV.BAS tercantum pada Tabel 23. Matriks strategi hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa strategi yang yang dapat dirumuskan sebagai hasil mempertimbangkan Kekuatan-Peluang, Kekuatan-Ancaman, Kelemahan-Peluang, dan Kelemahan-Ancaman adalah : 1. Mempertahankan harga jual (S1,O1,O2) 2. Peningkatan kapasitas produksi (S2,O1,O2) 3. Promosi berbasis harga murah (S1,T1) 4. Meningkatkan Stabilitas Pasokan Bahan Baku (S2,T2) 5. Penambahan Mesin Produksi (W1, O1) 6. Realisasi Kerjasama Distribusi (W2,O1,O2) 7. Pengembangan SCM (W1,W2,T1,T2) 8. Mengembangkan jaringan distribusi (W2,T1)
44 Tabel 23 Matriks strategi hasil analisis SWOT Eksternal 1. Internal
1. 2.
1. 2.
Kekuatan Harga Jual Produk Kompetitif Bahan Baku berbasis lokal dan produk sampingan Kelemahan Kapasitas Produksi Terbatas Jaringan Distribusi Terbatas
2.
Peluang Pangsa pasar pakan ikan 1. murah bermutu masih luas Kerjasama distribusi dengan koperasi dan agen 2.
Ancaman Jaringan Distribusi Pesaing luas dan ada kemudahan pembayaran Pasokan Bahan Baku Utama belum stabil
Mempertahankan harga jual (S1,O1,O2) Peningkatan kapasitas produksi (S2,O1,O2)
Meningkatkan daya saing produk berbasis harga murah (S1,T1) Meningkatkan Stabilitas Pasokan Bahan Baku (S2,T1,T2
Penambahan Mesin Produksi (W1, O1) Realisasi Kerjasama Distribusi (W2,O1,O2)
Pengembangan SCM (W1,W2,T1,T2) Mengembangkan jaringan distribusi (W2,T1)
Berdasarkan cakupan dari masing-masing strategi dan kemudian didiskusikan dengan pengelola CV. BAS, maka 8 strategi tersebut dapat diringkas menjadi 3 strategi. Strategi 1 digabung dengan strategi 3. Strategi 2 dan 5 digabungkan. Strategi 4, 6, 7, dan 8 digabungkan. Dengan demikian maka, strategi yang dapat dirumuskan menjadi 3, yaitu (1) mempertahankan harga jual (2) peningkatan kapasitas produksi, dan (3) pengembangan SCM. (1) Mempertahankan harga jual, Mempertahankan harga jual adalah strategi yang perlu dilakukan CV. BAS dalam menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman. Harga jual produk kompetitif (S1) harus dimanfaatkan untuk meraih pangsa pasar pakan ikan murah bermutu yang masih luas (O1) dan menghadapi ancaman jaringan distribusi pesaing yang luas dan memberikan kemudahan tempo pembayaran (T1). (2) Peningkatan Kapasitas Produksi Peningkatan kapasitas produksi adalah strategi operasi yang harus dijalankan oleh CV. BAS dalam rangka menggunakan kekuatan untuk meraih peluang, meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang dan menghadapi ancaman. Bahan baku lokal dan berbasis produk sampingan dengan kualitas standar dan harga murah harus digunakan untuk memacu peningkatan kapasitas produksi untuk meraih pangsa pasar pakan ikan murah berkualitas yang masih terbuka (O1) dan menjalin kerjasama dengan koperasi dan agen (O2). Selanjutnya Kapasitas produksi terbatas (W1) harus ditingkatkan untuk memanfaatkan pasar pakan ikan murah berkualitas yang masih terbuka (O1). (3) Pengembangan Suplly Chain Management (SCM) Pengembangan SCM adalah strategi operasi yang harus dilakukan dalam rangka menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang dan menghadapi ancaman, serta meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang dan menghadapi ancaman. Melalui pengembangan SCM, Bahan Baku berbasis lokal dan produk sampingan (S2) dapat digunakan untuk menghadapi ancaman pasokan bahan baku utama belum stabil (T2). Kapasitas produksi terbatas (W1) harus ditingkatkan dalam kerangka pengembangan SCM untuk menghadapi Jaringan Distribusi Pesaing luas dan ada kemudahan pembayaran (T1) dan pasokan bahan
45 baku yang belum stabil (T2). Melalui pengembangan SCM Jaringan Distribusi yang Terbatas (W2) dapat diatasi agar pemasaran produk lancar dan perusahaan mampu mengatasi ancaman pasokan bahan baku yang belum stabil (T2).
Analisis Pengembangan Strategi Operasi CV. BAS Penyusunan Konstruksi AHP Konstruksi AHP dalam perumusan strategi CV, BAS disusun menjadi 3 (tiga) level hirarki, yaitu : (1) Level pertama ditetapkan sebagai tujuan yang akan dicapai, yaitu strategi operasi yang optimal, (2) Level kedua kriteria-kriteria yang diperlukan untuk mencapai tujuan, yaitu biaya, kualitas, pengiriman, dan fleksibilitas, dan (3) alternatif-alternatif yang akan dievaluasi di bawah kriteria, yaitu mempertahankan harga, dan peningkatan kapasitas produksi, dan pengembangan SCM . Struktur hirarki pengembangan strategi operasi CV. BAS dapat dilihat pada gambar 8 berikut. STRATEGI OPERASI YANG OPTIMAL
Tujuan
Kriteria T uj u a Alternatif n Tuj ua n
Biaya
Mempertahankan Harga Produk
Kualitas
Fleksibilitas
Pengiriman
Peningkatan Kapasitas Produksi
Pengembangan SCM
Gambar 8 Konstruksi analisis hierarki proses
Strategi operasi yang optimal dirumuskan sebagai tujuan sebagaimana tujuan dari riset ini adalah untuk merumuskan strategi operasi untuk meningkatkan daya saing produk. Kriteria sebanyak 4 (empat) merupakan prioritas kompetitif dalam strategi operasi meliputi biaya(cost), kualitas (quality), fleksibilitas (flexibility), dan pengiriman (delivery). Keempat dimensi strategi tersebut bukanlah strategi yang saling meniadakan satu sama lain, tetapi merupakan satu kesatuan yang terpadu dan saling memperkuat. Alternatif yang terdiri dari 3 (tiga) strategi, yaitu mempertahankan harga, dan peningkatan kapasitas produksi, dan pengembangan SCM merupakan hasil dari analisis SWOT. Prioritas Kriteria dan Strategi Berdasarkan data kuisioner yang kemudian diolah dengan software decision, hasil dari AHP dapat disajikan pada gambar 9. a. Prioritas Kriteria Strategi Operasi CV. BAS
super
46 Sebagaimana terlihat pada Gambar 9, bahwa dari 4 (empat) kriteria yang harus diperhatikan dalam menjalankan strategi operasi, masing-masing memiliki bobot yang berbeda dengan urutan prioritas, yaitu kualitas (0.473), pengiriman (0.230), fleksibilitas (0.184), dan biaya (0.113). STRATEGI OPERASI YANG OPTIMAL
Tujuan
Kriteria T uj u a n Alternatif Tuj ua n
Biaya (0.113)
Mempertahankan Harga Produk (0.225)
Kualitas (0.473)
Pengiriman (0.230)
Peningkatan Kapasitas Produksi (0.215)
Fleksibilitas (0.184)
Pengembangan SCM (0.560)
Gambar 9 Hasil analisis hierarki proses
Strategi biaya adalah produksi dan distribusi sebuah produk dengan biaya terendah dan sumber daya tersisa (waste resources) yang minimum. Strategi ini mencerminkan prioritas perusahaan pada efisiensi biaya agar mampu berkompetisi berbasis pada biaya. Strategi kualitas didefinisikan sebagai aktivitas perusahaan untuk memproduksi produk yang sesuai dengan spesifikasi atau memenuhi kebutuhan konsumen. Strategi fleksibilitas didefinisikan sebagai kemampuan untuk merespon perubahan cepat dalam produk, jasa dan proses. Sedangkan strategi pengiriman didefinisikan sebagai keandalan dalam memenuhi jadwal pengiriman yang diminta dan dijanjikan, atau kecepatan dalam merespon pemesanan konsumen Kriteria kualitas dengan bobot terbesar menunjukkan bahwa kualitas pakan ikan produksi CV. BAS merupakan hal yang harus mendapat perhatian utama dalam persaingan, apalagi bersaing dengan produk dari perusahaan besar yang biasanya lebih dipercaya standar kualitasnya dibanding usaha kecil. Kriteria ini menuntut perusahaan harus memproduksi produk yang sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan konsumen, yaitu kandungan protein tidak kurang dari 25 %, warna yang lazim, dan bau yang lazim. Kriteria kedua adalah pengiriman. CV. BAS harus berupaya semaksimal mungkin untuk mengirim pakan ikan sesuai waktu yang diminta petani ikan atau dijanjikan CV. BAS secara tepat waktu. Hal ini penting untuk menjaga kualitas layanan kepada pelanggan. Kriteria fleksibilitas terkait dengan kemampuan merespon perubahan dalam produk dan proses. Pengiriman dan fleksibilitas sering menjadi 2 kriteria dalam strategi operasi yang harus dperhatikan CV. BAS dalam waktu bersamaan ketika merespon pesanan konsumen yang menuntut jumlah lebih besar dari kapasitas standar dan waktu penyelesaian dan pengiriman yang lebih cepat. CV. BAS punya mekanisme kerja lembur untuk merespon
47 pesanan yang melebihi kapasitas normal. Sedangkan untuk pengiriman CV. BAS mampu mengirim dengan alat transportasi yang ada. Biaya sebagai kriteria dengan prioritas terakhir yang harus dipertimbangkan dalam strategi operasi CV. BAS. Aktivitas yang menonjol untuk mewujudkan kriteria ini adalah pada pengadaan bahan baku yang berbasis lokal dan produk sampingan perikanan tangkap dan agroindustri. CV. BAS berupaya semaksimal mungkin untuk mendapatkan bahan baku berkualitas dengan harga murah karena hal ini menjadi senjata untuk bersaing. Tapi sisi lain untuk memenuhi kriteria kualitas yang sesuai, pengiriman yang cepat, dan pesanan yang fleksibel, CV. BAS kadang-kadang harus menambah biaya. b. Prioritas Strategi Operasi CV. BAS. Tiga aternatif strategi operasi CV. BAS masing masing memiliki bobot yang berbeda seperti terlihat pada Gambar 9. Untuk mengimplementasikannya, prioritas strategi operasi CV. BAS disesuaikan dengan skornya dengan urutan sebagai berikut : pengembangan SCM (0.560), mempertahankan harga (0.225) dan peningkatan kapasistas produksi (0.215). Implementasi 3 (tiga) strategi operasi tersebut adalah sebagai berikut : 1). Pengembangan SCM Pengembangan SCM adalah strategi yang relevan dengan lingkungan internal mencakup kekuatan dan kelemahan, serta lingkungan eksternal perusahaan mencakup peluang dan ancaman. Hasil analisis matriks IE dalam analisis SWOT, dimana bidang operasi CV. BAS menempati posisi sel IV, berarti menggambarkan growth and build (tumbuh dan membangun). Menurut David (2011) strategi yang tepat bagi usaha yang berada di sel ini adalah integrasi ke belakang, integrasi ke depan, atau integrasi horizontal, penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk. Pemberian prioritas pertama terhadap pengembangan SCM bagi CV. BAS dalam menerapkan strategi operasi yang optimal untuk meningkatkan daya saing produknya ini sejalan dengan hasil analisis matriks IE di atas. Rekomendasi analisis minimasi biaya produksi bahwa reformulasi pakan ikan dapat dilakukan dan mampu menurunkan biaya pembelian bahan baku memerlukan dukungan pasokan bahan baku yang lebih stabil. Upaya menstabilkan pasokan bahan baku merupakan bagian sangat penting dalam pengembangan SCM. Berdasarkan uraian di atas ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam melaksanakan strategi pengembangan SCM, yaitu : Meningkatkan kualitas manajemen pasokan bahan baku untuk menjamin kuantitas, kualitas, dan kontinuitas pasokan. Perbaikan perencanaan persediaan bahan baku, untuk mewujudkan tingkat persediaan bahan baku yang optimal sehingga meminimalkan resiko kekurangan dan kelebihan bahan baku. Menambah mesin cetak pakan ikan dan memperbaiki pemeliharaannya untuk menghindari tertundanya waktu proses sehingga terhindar dari resiko kerusakan pakan dan tertundanya waktu pemenuhan pesanan. Membangun jaringan distribusi dengan segera menindaklanjuti permintaan kerjasama yang diajukan oleh koperasi petani ikan dan agen, serta membuka jaringan lainnya untuk pengembangan pasar.
48
Mengindentifikasi resiko-resiko SCM meliputi pengadaan bahan baku, penanganan bahan selama berada di pabrik, dan distribusi produk serta merumuskan langkah antisipasinya. 2). Mempertahankan harga produk Sampai saat ini pasar pakan ikan masih didominasi perusahaan besar dengan harga relative mahal. Dengan demikian mempertahankan harga produk agar mampu berkompetisi di pasar adalah pilihan strategi yang harus dilakukan. Berdasarkan analisis minimasi biaya bahan baku, strategi ini masih dapat dipertahankan, bahkan bila diperlukan harga masih mungkin diturunkan. Implementasi strategi ini relative mudah dilakukan karena selama ini CV. BAS telah berkomitmen untuk menjual produk dibawah ratarata harga pasaran. Mengacu kepada rekomendasi David (2011), strategi mempertahankan harga produk ini harus didukung dengan integrasi ke depan, dengan memperbaiki manajemen pasokan agar kuantitas, kualitas, dan kontinuitas bahan baku terjamin. Kaitannya dengan distribusi produk, perusahaan perlu melakukan integrasi ke belakang dan pengembangani pasar. Petani ikan yang masih sering mengeluhkan harga pakan ikan yang cenderung semakin mahal sebagai bukti masih terbukanya pasar perlu dijadikan sasaran promosi agar lebih mengenal pakan ikan murah bermutu yang diproduksi CV. BAS. 3). Peningkatan Kapasitas Produksi Bagi CV. BAS, peningkatan kapasitas produksi dapat dilakukan bila ada jaminan pasar dan jaminan pasokan bahan baku yang menjadi bagian utama dari strategi pengembangan SCM. Bila hal itu telah dilakukan maka dalam jangka pendek, peningkatan kapasitas produksi dapat dilakukan dengan meningkatkan produksi sampai dengan kemampuan optimal yang bisa dicapai yaitu 1 ton per hari. Bila ini dapat dilakukan, maka CV. BAS akan dapat meningkatkan kapasitas produksinya minimal 40 persen. Dalam jangka menengah CV. BAS dapat meningkatkan kapasitas produksi dengan menambah jumlah mesin produksi sekaligus mengoptimalkan ruangan pabrik. Dalam jangka panjang, peningkatan kapasitas produksi memerlukan perluasan pabrik. Hal ini masih dimungkinkan mengingat luas bangunan baru sekitar 32 persen dari total luas lahan yang telah dimiliki. Prioritas strategi operasi tersebut nampak cukup realistis. Pengembangan SCM mendapat prioritas pertama karena menjadi syarat utama dalam melakukan peningkatan kapasitas produksi yang mendapat prioritas ketiga. Sedangkan mempertahankan harga jual produk yang mendapat prioritas kedua merupakan persyaratan yang harus dipenuhi dalam strategi operasi untuk meningkatkan daya saing. Impementasi ketiga macam strategi operasi tersebut harus mempertimbangkan empat kriteria, dengan urutan prioritas adalah : (1) kualitas, (2) pengiriman, (3) fleksibilitas, dan (4) biaya. Implementasi dari strategi dengan mempertimbangkan 4 kriteria tersebut dapat dijelaskan dengan matriks sebagai mana ditunjukkan pada Tabel 24 berikut :
49 Tabel 24. Matriks Implementasi Strategi berdasar kriteria Strategi 1 : Pengembangan SCM Kriteria 1 : Kualitas
Pengembangan SCM dilakukan dengan pengendalian kualitas bahan baku, proses, dan produk jadi.
Strategi 2 : Mempertahankan Harga Jual Harga jual dipertahankan dengan cara minimasi biaya bahan baku dengan tetap memperhatikan standar kualitas.
Kriteria 2 : Pengiriman
Pengembangan SCM terutama hubungannya dengan pelanggan antara lain diwjudkan dengan pengiriman produk kepada pelanggan tepat waktu
Harga jual tetap harus dipertahankan dengan tetap melalukan pengiriman produk tepat waktu sesuai kesepakatan dengan pelanggan
Peningkatan kapasitas produksi perlu dibarengi dengan upaya menjaga pengiriman produk tepat waktu, dengan meningkatkan kinerja produksi dan pemasaran.
Kriteria 3 : Pengembangan SCM harus Fleksibilitas dilakukan secara fleksible dalam menghadapi ketidakstabilan pasokan, mengantisipasi permasalahan produksi, dan merespon permintaan pelanggan.
Dalam hal biaya operasional naik karena menerapkan fleksibilitas, harga jual tetap dipertahankan untuk menjaga hubungan dengan pelanggan, meskipun margin keuntungan berkurang
Peningkatan kapasitas produksi dengan tetap menjaga fleksibilitas perlu didukung oleh manajemen bahan baku yang baik, produktivitas tenaga kerha, dan kehandalan mesin produksi.
Kriteria 4 : Biaya
Minimasi biaya dengan tetap menjaga kualitas produk dan layanan perlu dilakukan dalam rangka mempertahankan harga jual produk
Peningkatan kapasitas produksi yang didukung oleh peningkatan manajemen bahan baku, produksi, dan pemasaran, harus memperhatikan minimasi biaya.
Pengembangan SCM tetap harus memperhatikan penghematan biaya operasional, namun demikian penambahan biaya harus dipersiapkan bila diperlukan dalam pengembangan SCM.
Strategi 3 : Peningkatan Kapasitas Produksi Peningkatan kapasitas produksi harus didukung oleh ketersediaan baku dengan kualitas yang standar serta penetrasi dan pengembangan pasar yang menginginkan pakan ikan murah berkualitas.
Implementasi strategi operasi untuk meningkatkan daya saing produk memerlukan dukungan biaya yang cukup besar. CV. BAS memiliki kesempatan untuk itu. Selain dengan modal sendiri, CV. BAS dapat memanfaatkan dana dari perbankan. Perusahaan ini telah mendapat kepercayaan dari Bank Mandiri dan bakan telah mendapat tawaran pinjaman dari Bank Mandiri karena telah tiga kali mendapat pinjaman dari Bank tersebut dan lancar dalam pengembalian. Penghargaan yang didapatkan oleh pemilik usaha ini sebagai wirausahawan yang sukses semakin memperkuat kepercayaan Bank tersebut.
Implikasi Penelitian Penelitian ini menggunakan 3 alat analisis, yaitu analisis minimasi, analisis SWOT, dan AHP. Hasil dari penelitian ini adalah reformulasi pakan ikan dengan biaya yang lebih kecil, pemetaan bidang operasi CV. BAS ke dalam sel IV matriks IE, 3 rumusan strategi operasi hasil matriks SWOT, dan penyusunan prioritas strategi yang mempertimbangkan prioritas kriteria hasil AHP. Implikasi teoritis dalam penelitian ini adalah :
50 1. Analisis minimasi dengan metode simpleks sebagai salah satu alat analisis dalam program linier dalam formulasi pakan ikan terbukti mampu menghasilkan formulasi pakan ikan baru dengan kualitas yang sama atau lebih baik dan dengan biaya yang lebih kecil bila dibandingkan dengan metode yang dipakai oleh perusahaan, yaitu metode square pearson. Hal sesuai dengan kelebihan yang dimiliki program linier, yaitu kemampuan menyusun formulasi pakan ikan dengan jumlah bahan baku yang lebih banyak dan biaya minimal. 2. Penggunaan program linier dalam identifikasi faktor internal dalam analisis SWOT dilakukan sebagai upaya memperkuat informasi, sehingga analisis SWOT tidak hanya berdasarkan hasil identifikasi berbasis analisis kualitatif, tapi juga analisis kuantitatif. Penggunaan analisis kuantitatif dalam analisis SWOT sejalan dengan riset strategi operasi yang dilakukan, terutama dikaitkan dengan fungsi-fungsi dasar manajemen operasi seperti fungsi kapasitas, fungsi persediaan, dan fungsi kualitas. 3. Analisis SWOT yang digunakan dalam penelitian ini dapat memetakan bidang operasi CV. BAS pada posisi grow and build (tumbuh dan membangun). Selanjutnya dari analisis SWOT dapat disusun matriks strategi yang menghasilkan 8 strategi, yaitu : (1) Mempertahankan harga jual, (2) Peningkatan kapasitas produksi, (3) Promosi berbasis harga murah, (4) Meningkatkan Stabilitas Pasokan Bahan Baku, (5) Penambahan Mesin Produksi (6) Realisasi Kerjasama Distribusi, (7) Pengembangan SCM, (8) Mengembangkan jaringan distribusi 4. Penggunaan SWOT dan AHP dalam riset ini memiliki dua makna, pertama rumusan strategi dalam analisis SWOT dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam menyusun konstruksi model AHP, dimana dalam penelitian ini untuk memudahkan implementasi AHP, 8 strategi hasil matriks SWOT di ringkas menjadi 3 strategi. Kedua, dalam rumusan strategi sebagai output dari analisis SWOT, perlu prioritas dalam implementasinya. Penentuan prioritas ini dilakukan dengan AHP. Implikasi manajerial dari penelitian ini bagi pengelola CV. BAS adalah : 1. Reformulasi pakan ikan yang mengubah proporsi penggunaan bahan baku pakan yang dapat mengurangi biaya bahan baku meneguhkan strategi CV. BAS untuk menjual produk dengan harga di bawah rata-rata harga pasar. Hasil ini perlu ditindak lanjuti dengan perbaikan manajemen pasokan bahan baku agar kuantitas, kualitas, dan kontinuitas pasokan terjamin. 2. Posisi bidang operasi CV. BAS yang berada pada sel IV yang berarti tumbuh dan membangun perlu ditindaklanjuti oleh CV. BAS agar menerapkan strategi integrasi ke belakang, integrasi ke depan, atau integrasi horizontal, penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk. 3. Tiga rumusan strategi operasi yang dihasilkan dari matriks SWOT, yakni mempertahankan harga jual produk, peningkatan kapasitas produksi, dan pengembangan SCM perlu diimplementasikan agar perusahaan mampu menggunakan kekuatan dan meminimalkan kelemahan guna memanfaatkan peluang dan mampu menghadapi ancaman. 4. Rumusan prioritas strategi operasi dan prioritas kriteria operasi hasil AHP memberikan panduan kepada perusahaan agar strategi operasi yang terlebih dahulu diimplementasikan adalah pengembangan SCM. Selanjutnya dengan
51 tetap mempertahankan harga jual produk, perusahaan mulai melakukan peningkatan kapasitas produksi. Dengan demikian peningkatan kapasitas produksi berbasis SCM yang berkualitas dan harga jual produk yang tetap dipertahankan dapat dilakukan sebagai bekal untuk melakukan penetrasi pasar dan pengembangan pasar, serta pengembangan produk.
5 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Reformulasi pakan ikan menghasilkan perubahan komposisi penggunaan bahan baku, yaitu komposisi awal adalah tepung ikan, bungkil sawit/bungkil kopra, bungkil kedelai, tepung susu, dedak, vitamin, dan minyak ikan masingmasing dengan proporsi 25 %, 16 %, 18 %, 5 %, 35 %, 0.5 %, dan 0.5 % memerlukan biaya bahan pakan ikan sebesar Rp. 2964,00/kg, dan komposisi setelah minimasi adalah tepung ikan, bungkil sawit/bungkil kopra, dedak, vitamin, dan minyak ikan masing-masing dengan proporsi 39 %, 25 %, 35 %, 0.5 %, dan 0.5 % memerlukan biaya bahan pakan ikan sebesar Rp. 2770,00/kg. Hasil ini menunjukkan bahwa strategi penjualan produk dengan harga di bawah rata-rata harga pasar masih dapat dipertahankan.. 2. Bidang operasi CV. BAS berada pada sel IV matriks Internal Eksternal. berarti menggambarkan growth and build (tumbuh dan membangun) yang memberikan panduan kepada perusahan untuk melakukan strategi integrasi ke belakang, integrasi ke depan, atau integrasi horizontal, penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk 3. Matriks SWOT menghasilkan 3 rumusan strategi operasi, yaitu mempertahankan harga jual produk, peningkatan kapasitas produksi , dan pengembangan SCM 4. Hasil AHP memberikan urutan prioritas implementasi strategi : pengembangan SCM (0.560), mempertahankan harga (0.225), dan peningkatan kapasistas produksi (0.215). Implementasi strategi tersebut harus memperhatikan 4 kriteria dengan urutan prioritas : Kualitas (0.473), Pengiriman (0.230), Fleksibilitas (0.180), dan Biaya (0.113),
Saran 1. Pasokan bahan baku utama pakan ikan yang belum stabil dan jaringan distribusi yang terbatas yang selama ini menjadi masalah dalam pengembangan usaha perlu segera diatasi sebagaimana telah diuraikan dalam implikasi manajerial. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan oleh CV. BAS agar rencana untuk melakukan pengembangan bisnis dapat segera dilakukan 2. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah harga pakan ikan yang cenderung semakin mahal adalah secara bertahap mengubah bahan baku pakan ikan berbasis impor dan produk utama menjadi berbasis bahan baku lokal dan produk sampingan, dengan tanpa mengabaikan standar
52 kualitasnya. Upaya tersebut memerlukan dukungan nyata dari segenap pemangku kepentingan industri pakan ikan. 3. Pengembangan SCM yang menjadi salah satu rumusan strategi operasi dalam analisis SWOT dan mendapat prioritas pertama dalam AHP perlu ditindaklanjuti dengan riset-riset yang mendalam tentang SCM, baik yang terkait dengan kinerja, resiko, juga model SCM-nya. Dalam lingkup yang lebih luas riset tentang model industri pakan ikan berbasis lokal dan produk sampingan menarik untuk dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA Abbas, BS, Herman RT, Shinta. 2008. Analisis Produksi Menggunakan Model Optimasi Linear Programming Pada PT. MAST. Jurnal Piranti Warta. 11(3): 469-482. Anatan, L. 2006. Pengaruh Lingkungan Bisnis, Strategi Operasi, dan Teknologi sebagai Variabel Pemoderasi terhadap Kinerja Operasional Perusahaan : Studi pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia, Jurnal Widya Manajemen dan Akuntansi, 6 (3) 339-365 Austin, JE. 1981. Agroindustrial Project Analysis, Maryland (US): The Johns Hopkins University Press Baltimore. Azwar ZI. 2010. Dorong Ketersediaan Pakan Murah, [internet]. [diunduh 2013 Juni 26]. Tersedia dari http://www.mediaindonesia.com. [BP4K] Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Kabupaten Bogor. 2011. Teknologi Pembuatan Pellet Ikan. Bogor (ID): BP4K Kabupaten Bogor Bastaman B. 2011. Strategi operasional untuk meningkatkan pendapatan dan nilai tambah usaha dodol buah studi kasus : PD “X” Kabupaten Garut Jawa Barat. [Tesis]. Bogor (ID) : Program Studi Industri Kecil dan Menengah Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Carter W dan Milton FU. 2009. Akuntansi Biaya. Edisi Keempat Belas. Krista, penerjemah. Jakarta (ID): Salemba Empat. Terjemahan dari Accounting Cost David FR. 2011. Manajemen Strategis Konsep. Buku 1 Edisi 12. Sunardi D, penerjemah. Jakarta (ID): Penerbit Salemba Empat. Terjemahan dari Strategic Management. Dimyati TT, Dimyati A. 1992. Operations Research. Bandung (ID): Sinar Baru. Ellitan L dan Anatan L. 2008. Manajemen Strategi Operasi : Teori dan Riset di Indonesia. Bandung (ID): Alfabeta. Faubiany V. 2008. Kajian Sanitasi di Tempat Pendaratan dan Pelelangan Ikan Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke serta Pengaruhnya terhadap Kualitas Ikan Didaratkan. [Skripsi]. Bogor (ID): Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Gaspersz, V, 2005. Production Planning and Inventori Control. Jakarta (ID) : Vincent Fondation dan PT. Gramedia Pustaka Utama. Gaspersz V, 2011. Ekonomi Manajerial. Bogor (ID): Vinchristo Publication.
53 Grant RM. Analisis Strategi Kontemporer. Edisi Kedua. Secokusumo T, penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari Contemporary Strategy Analysis Gusrina 2008. Budidaya Ikan untuk SMK. Jakarta (ID): Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Halim A. 2007. Akuntansi Biaya. Edisi Keempat. Yogyakarta (ID): Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Yogyakarta. Handajani H, Widodo W. 2010. Nutrisi Ikan. Malang (ID): UMM Press. Heizer J, Render B. 2009. Manajemen Operasi. Buku 1 Edisi 9. Chriswan Sungkono, penerjemah. Jakarta (ID): Penerbit Salemba Empat. Terjemahan dari Operations Management Hermawan TA, Gunawan, Mahon YC. 2009. Decision Support System Tool untuk Penyelesaian Permasalahan Linear Berbasis Simplex dan Revised Simplex [Makalah]. Yogyakarta (ID): Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009 (SNATI 2009): F54-60 Indradjaya DD. 2009. Pakan Lokal Terserap 20 Persen. [internet]. [diunduh 2013 Juni 26]. Tersedia dari http://www.agromaret.com/arsip/162 Indradjaya DD. 2012, Prospek Industri Pakan Ikan Cerah pada Tahun 2013, [internet]. [diunduh 2013 Juni 26]. Tersedia dari http://www.industri.kontan.co.id. Ismarsudi. 2010. Kajian Optimasi Produksi dan Strategi Pengembangan Usaha Produk Fish Jelly (Studi Kasus Pada PT “XP” di Jakarta). [Tesis]. Bogor (ID): Program Studi Industri Kecil dan Menengah Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. James T. 2011. Operations Strategy. [ebook]. [diunduh 2012 Februari 6]. Tersedia dari http://www.Bookbonn.com. Marimin, Maghfiroh N. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Rantai Pasok. Bogor (ID): IPB Press Mulyono. 2007. Riset Operasi. Edisi Revisi. Jakarta (ID): Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Murtidjo BA.2007. Pedoman Meramu Pakan Ikan. Yogyakarta (ID): Kanisius. Porter ME. 1985. Competitive Advantage,Creating and Sustaining Superior Performance. New York (US): The Free Press Purba D. 2010. Optimasi Usaha Pengolahan Ikan Skala Menengah di Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. [Tesis]. Bogor (ID): Program Studi Teknologi Kelautan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Rochman NT, Sa’id EG, Daryanto A, Nuryanto N. 2011. Analysis of Indonesian Agroindustri Competitiveness in Nanotechnology Development Perspective Using SWOT-AHP Method. International Journal of Business and Management 6(8): 235-244 Rangkuti F. 2008. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. Render B, Stair RM Hanna ME. 2009. Quantitative Analysis for Management. Tenth Edition. New Jersey (US): Pearson Prentice Hall. Saaty TL. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. Setiono L, penerjemah. Jakarta (ID): PT. Pustaka Binaman Pressindo. Terjemahan dari: Decision Making for Leaders: The Analitical Hierarchy Process for Decisions in Complex World.
54 Suroso E. 2009. Model Integrasi Lingkungan Bisnis – Strategi Operasi – Kinerja Perusahaan. Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Menengah Besar di Tasikmalaya. Jurnal Siasat Bisnis. 13(1) 43–59 Sriharti, Sukirno. 2003. Penembangan Sistem Produksi Pakan Ikan di Pilot Plant Pakan UPT BPTTG LIPI Subang. Jakarta (ID): Pusat Penelitian Informatika LIPI. Sukria HA,Krisnan R. 2009. Sumber dan ketersediaan Bahan Baku Pakan di Indonesia. Bogor (ID): IPB Press. Taha HA. 2007. Operations Research : an Introduction. eighth edition. New Jersey (USA): Pearson Education. Undang-undang RI Nomor 31 Tahun 2004 Junto Undang-undang Nomor 45 tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Wheelen, Thomas L, David JD. 2010. Strategic Management and Business Policy. Twelfth Edition. New Jersey (US): Prentice Hall. Widodo AA, Prisantoso BI, Mahulete RT. 2010, Jenis dan Distribusi Ukuran Ikan Hasil Tangkap Sampingan (Bycatch) pada Perikanan Tuna Samudra Pasifik,. Jakarta (ID): Dewan Riset Nasional kerjasama dengan Badan Riset Kelautan dan Perikanan Kementrian Kelautan dan Perikanan.
55
Lampiran 1 Outline Profil Perusahaan 1. Sejarah Perusahaan Waktu Pendirian Latar Belakang Pendirian Perusahaan Dinamika Bisnis Awal Pendirian Perkembangan Bisnis 2. Modal dan Aset PerusahaanAspek Keuangan Modal Usaha Aset Perusahaan Perkembangan Aset Perusahaan 3. Proses Produksi Bahan Baku Pakan Ikan Spesifikasi Produk Tahapan Proses Produksi Pakan Ikan Kapasitas Produksi Pengendalian Mutu Pakan Ikan 4. Tenaga Kerja Jumlah Tenaga Kerja Manajemen Tenaga Kerja 5. Aspek Pemasaran Wilayah Pemasaran Peluang Pengembangan Pasar
56 Lampiran 2 Informasi Bahan Baku Pakan Ikan 1. Nama dan Harga Bahan, Suplyer, Cara, Frekuensi dan Jumlah Pembelian No.
Nama Bahan Harga Satuan (Rp/Kg)
Nama dan Asal Pemasok
Cara pembelian
Frekuensi pembelian
Jumlah per pembelian (kg)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
2. Data Harga, Kandungan Nutrisi, dan Batasan Kandungan Nutrisi Bahan baku
No. Nama Bahan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Kandungan (%)
Harga (Rp/Kg)
Protein
Lemak Karbohidrat
Batasan (%) Serat
Maks
Min
57 Lampiran 3 Identifikasi Lingkungan Internal dan Eksternal
Kekuatan :
………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………
Kelemahan
………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………
Peluang :
………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………
Ancaman :
………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………
58 Lampiran 4 Kuisioner AHP 1. Konstruksi AHP MODEL KEPUTUSAN DENGAN ANALISIS HIRARKI PROSES STRATEGI OPERASI YANG OPTIMAL
Tujuan
Kriteria T uj u a n Alternatif Tuj ua n
Biaya
Kualitas
Pengiriman
Fleksibilitas
n
Pengembangan SCM
Mempertahankan Harga Produk
Peningkatan Kapasitas Produksi
Model kasus : Penilaian Prioritas Strategi Operasi CV. Babelan Agro Sejahtera Bekasi. Kriteria : Kriteria yang digunakan dalam pemilihan strategi operasi adalah : 1. Biaya Semua biaya terkait proses produksi, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya energi, biaya penyusutan, dan sebagainya. 2. Kualitas Mencakup pengendalian mutu bahan baku, proses, dan produk jadi 3. Pengiriman (Delivery) Keandalaan dan kecepatan dalam pengiriman dan distribusi produk 4. Fleksibilitas. Fleksible dalam perubahan volume produk dan spesifikasi produk, Alternatif 1. Strategi Pengembangan SCM (Supply Chain Management) Mencakup hubungan dengan pemasok, penyimpanan dan penanganan bahan baku, bahan selama proses, penanganan dan pengiriman produk jadi. 2. Strategi Mempertahankan harga produk. 3. Strategi Peningkatan Kapasitas Produksi.
59 Lanjutan Lampiran 4 2. Kuisioner PENILAIAN PRIORITAS DALAM STRATEGI OPERASI CV. BABELAN AGRO SEJAHTERA BEKASI DENGAN METODE ANALISIS HIRARKI PROSES
Petunjuk : Bapak/Ibu dimohon untuk memberikan penilaian terhadap setiap perbandingan berpasangan berdasarkan pengetahuan, intuisi, dan pengalaman, dengan cara menyilang salah satu angka penilaian tingkat kepentingan. Skala : Tingkat Kepentingan
Definisi
1
Kedua elemen sama pentingnya
3
Elemen yang satu sedikit lebih penting dibandingkan elemen lainnya.
5
Elemen yang satu lebih penting dibandingkan elemen lainnya.
7
Elemen yang satu sangat lebih penting dibandingkan elemen lainnya.
9
Elemen yang satu mutlak lebih penting dibandingkan elemen lainnya.
2,4,6,8
Nilai-nilai tengah diantara dua penilaian
Bentuk Perbandingan Berpasangan : Elemen X
9 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Elemen Y
Skala sisi kiri digunakan jika elemen X lebih penting dibanding elemen Y Skala 1 digunakan jika elemen X sama penting dibanding dengan elemen Y Skala sisi kanan digunakan jika elemen Y lebih penting dibanding elemen X
60 Lanjutan lampiran 4 Identifikasi Responden 1.
Nama : ………………………………………………………………………………
2.
Umur : ………………………………………………………………………………
3.
Pendidikan (Nama PT, Program Studi dan Tahun Lulus) S-1 : ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… S-2 : ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… S-3 : ……………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………
4.
Pengalaman di bidang Agribisnis/Agroindustri (bisa lebih dari satu) : a. Praktisi/Pelaku
b. Konsultan
c. Akademisi
1. TUJUAN – KRITERIA Dalam rangka mencapai tujuan “STRATEGI OPERASI YANG OPTIMAL”, di antara kriteria berikut mana yang lebih penting dan berapa besar tingkat kepentingannya ?
Biaya
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kualitas
Biaya
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pengiriman
Biaya
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Fleksibilitas
Kualitas
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pengiriman
Kualitas
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Fleksibilitas
Pengiriman
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Fleksibilitas
61 Lanjutan Lampiran 4 2. KRITERIA - ALTERNATIF a. Dengan mempertimbangkan criteria “BIAYA”, di antara alternatif strategi berikut, mana yang lebih penting dan berapa besar tingkat pengaruhnya ? Pengembangan SCM
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Mempertahankan Harga Produk
Pengembangan SCM
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Peningkatan Kapasitas Produksi
Mempertahankan Harga Produk
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Peningkatan Kapasitas Produksi
b. Dengan mempertimbangkan criteria “KUALITAS”, di antara alternatif strategi berikut, mana yang lebih penting dan berapa besar tingkat pengaruhnya ? Pengembangan SCM
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Mempertahankan Harga Produk
Pengembangan SCM
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Peningkatan Kapasitas Produksi
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Peningkatan Kapasitas Produksi
Mempertahankan
Harga Produk
c. Dengan mempertimbangkan criteria “PENGIRIMAN”, di antara alternatif strategi berikut, mana yang lebih penting dan berapa besar tingkat pengaruhnya ? Pengembangan SCM
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Mempertahankan Harga Produk
Pengembangan SCM
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Peningkatan Kapasitas Produksi
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Peningkatan Kapasitas Produksi
Mempertahankan
Harga Produk
62 Lanjutan lampiran 4 d. Dengan mempertimbangkan criteria “FLEKSIBILITAS” di antara alternatif strategi berikut, mana yang lebih penting dan berapa besar tingkat pengaruhnya ? Pengembangan SCM
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Mempertahankan Harga Produk
Pengembangan SCM
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Peningkatan Kapasitas Produksi
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Peningkatan Kapasitas Produksi
Mempertahankan
Harga Produk
63 Lampiran 5 Hasil Olah Data AHP 1. Data Responden-01-AQ a. Matriks Perbandingan dan Prioritas Kriteria Berdasarkan “Tujuan”, serta Inconsistency Index-nya
b. Matriks Perbandingan dan Prioritas Alternatif berdasarkan “kriteria biaya”, serta Inconsistency Index-nya
64
65
2. Data Responden-02-HB
66
67
68
3. Responden-3-IZ
69
70
4. Responden-4-RL
71
72
73
5. Olah Data Gabungan 4 Responden a. Matriks Perbandingan dan Prioritas Kriteria berdasarkan Tujuan
b. Matriks Perbandingan dan Prioritas Alternatif berdasarkan Kriteria
74
75 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Klaten Jawa Tengah pada tanggal 25 Februari 1971, dari pasangan Bapak Abu Yazid dan Ibu Sri Sulastri, sebagai anak kedua dari empat bersaudara, dengan nama lengkap Muhammad Ikhwan Rahmanto,. Lulus pendidikan dasar di SD Negeri Tanjung II pada tahun 1983, kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di SMP 1 Delanggu dan SMA 3 Solo, masing-masing diselesaikan pada tahun 1986 dan 1989. Selanjutnya mulai tahun 1990, penulis menempuh pendidikan tinggi pada Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan mengambil program studi Teknologi Industri Pertanian, dan diselesaikannya pada bulan Februari 1997. Tahun 2010 penulis menjalani Tugas Belajar pada Program Studi Ilmu Manajemen dengan peminatan Manajemen Produksi dan Operasi, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dengan sponsor BPPS Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional RI. Setelah lulus S1, yakni pada bulan Juni 1997, penulis mulai bekerja pada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Islam “45” Bekasi. Selain itu, pada institusi yang sama, penulis juga menjadi staf pengajar tidak tetap pada Program Studi Agribisnis. Selanjutnya sejak Bulan Februari 1988, Penulis diangkat sebagai Dosen Tetap Yayasan Pendidikan Islam “45” hingga saat ini. Selain menjadi staf pengajar, penulis juga terlibat sebagai tim peneliti untuk berbagai kegiatan kajian dan sebagai tenaga ahli dalam berbagai bentuk kegiatan Pemberdayaan Masyarakat, baik di tingkat daerah maupun nasional. Penulis menikah dengan Galuh Murti Dewati S.Sos pada tanggal 6 Juli 1999, dan saat ini telah mendapat amanah 3 (tiga) anak perempuan, yaitu Mufida Arifah Ikhwan (lahir 14 Januari 2001), Zahida Munifah Ikhwan (lahir 7 Juli 2002), dan Qotrunnada Karimah Ikhwan (lahir 17 Agustus 2009).