PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK AGROINDUSTRI
Oleh : ASRI ANDRIANI F34103093
2008 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK AGROINDUSTRI SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh: ASRI ANDRIANI F34103093 Disetujui, Bogor, Mei 2008
Dr. Ir. Suprihatin, Dipl-Ing.
Dr. Ir. Dwi Setyaningsih, MSc.
Pembimbing Akademik I
Pembimbing Akademik II Mengetahui,
Dr. Ir. Muhammad Romli, MScSt Ketua Departemen Teknologi Industri Pertanian
SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Asri Andriani NRP
: F34103093
Menyatakan bahwa Skripsi dengan judul “PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN
LEMBAGA
SERTIFIKASI
PRODUK
AGROINDUSTRI” merupakan karya tulis saya pribadi dengan arahan dari dosen pembimbing akademik, kecuali dengan jelas disebutkan rujukannya.
Penulis
Asri Andriani F34103093
RIWAYAT HIDUP Asri Andriani, dilahirkan di Jakarta pada tanggal 1 Mei 1985 sebagai anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Ade Sahib Muin dan Ariyati Suani. Dan memiliki seorang kakak bernama Dea. Penulis memulai pendidikan dasar di SD YAPENKA dan melanjutkan pendidikan ke SLTPN 68 Jakarta tahun 1997 sampai tahun 2000. Lalu penulis melanjutkan pendidikannya di SMUN 6 Jakarta. Pada tahun 2003, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, Fakultas Teknologi Pertanian, Depatemen Teknologi Industri Pertanian melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama melaksanakan pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri sebagai Badan Khusus dari tahun 2004 sampai tahun 2005. Pada tahun 2006 penulis melaksanakan Praktek Lapang di PTPN VIII KERTAJAYA Banten dengan judul “Mempelajari Aspek Proses Produksi Dan Pengolahan Limbah Di PTPN VIII ( Perkebunan Kelapa Sawit Kertajaya )”. Penelitian untuk tugas akhir dilaksanakan pada tahun 2007 di Departemen Teknologi Industri Pertanian dengan judul “Perumusan Strategi Pengembangan Lembaga Sertifikasi Produk Agroindustri”.
Asri Andriani F34103093. Perumusan Strategi Pengembangan Lembaga Sertifikasi Produk Agroindustri. Di bawah bimbingan Suprihatin dan Dwi Setyaningsih. 2008.
RINGKASAN Penandatanganan kesepakatan ekonomi antara Indonesia dengan negaranegara lain di dunia, seperti Asean Free Trade Area (AFTA), Asia Pacific Economy Cooperation (APEC) dan World Trade Organization (WTO) telah membuat arus barang, jasa dan informasi menjadi hampir tidak terbatas. Masing– masing negara yang menandatangani perjanjian tersebut bebas melakukan transaksi tanpa ada halangan tarif dan proteksi, kecuali hambatan teknis perdagangan yang disyaratkan oleh suatu negara. Hambatan teknis tersebut selanjutnya dapat diwujudkan dalam bentuk penerapan standar dalam perdagangan. Melalui penerapan standar dalam perdagangan, diharapkan dapat meningkatkan kinerja produsen sehingga dapat menghasilkan produk yang bermutu, persaingan yang sehat dalam perdagangan, terpeliharanya kelestarian lingkungan hidup serta memberikan perlindungan kepada masyarakat dan konsumen. Namun, kecenderungan yang terjadi saat ini, konsumen lebih memilih barang yang harganya lebih murah yang belum tentu terjamin keamanannya. Sikap tersebut, selain dilatarbelakangi faktor melemahnya daya beli masyarakat juga disebabkan budaya mutu yang masih kurang. Salah satu standar mutu yang berlaku di Indonesia adalah Standar Nasional Indonesia (SNI). Agar mampu bersaing, agroindustri juga sangat berkepentingan untuk menghasilkan produkproduk yang bermutu serta memenuhi persyaratan-persyaratan mutu, seperti SNI. Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) merupakan lembaga dibawah Komite Akreditasi Nasional (KAN) yang berfungsi untuk melakukan pengawasan pelaksanaan SNI. Dalam pendirian LSPro, suatu lembaga harus memenuhi beberapa persyaratan yang telah ditetapkan. Departemen Teknologi Industri Pertanian memiliki visi untuk menjadi LSPro-Agroindustri yang bertaraf internasional yang berkontribusi pada pengembangan agroindustri dalam negeri. Seiring menuju pencapaian visi tersebut, maka perlu dilakukan formulasi sistem lembaga sertifikasi produk agroindustri yang baik, dengan mengetahui faktor pendukung dan penghambat pengembangan lembaga sertifikasi produk agroindustri, yang kemudian dilakukan perumusan strategi yang dibutuhkan oleh LSPro-Agroindustri. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dilakukan studi perumusan strategi pengembangan lembaga sertifikasi produk agroindustri dengan memperhatikan faktor internal dan eksternal yang dimiliki oleh LSProAgroindustri. Studi ini mempunyai tujuan mengidentifikasi dan menganalisis faktor internal dan eksternal dalam pengembangan LSPro-Agroindustri. Studi ini dimulai dengan studi pustaka untuk mempelajari dan mengumpulkan data serta informasi yang diperlukan. Analisa situasi (SWOT) digunakan untuk mengidentifikasi faktor lingkungan eksternal dan internal yang mempengaruhi strategi pengembangan sertifikasi produk agroindustri. Berdasarkan hasil identifikasi, diformulasikanlah strategi sertifikasi produk agroindustri. Tahap ini akan menghasilkan alternatif strategi sertifikasi produk
agroindustri. Kemudian alternatif strategi tersebut disusun dan disebarkan melalui kuisioner untuk meminta pendapat responden mengenai alternatif strategi yang terbaik. Rangkaian studi diakhiri dengan tahap pemilihan strategi prioritas dengan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) menggunakan program Expert Choice 2000. Dalam pendiriannya LSPro harus memiliki dokumen mutu, berbadan hukum dan memiliki tempat sekretariat yang tetap serta telah menerapkan sistem mutu minimal selama tiga bulan. Untuk dapat memperoleh pangakuan atau sertifikat akreditasi, suatu lembaga sertifikasi produk harus menerapkan sistem mutu sesuai dengan pedoman BSN 401-2001 tentang Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Produk. Prosedur akreditasi lembaga sertifikasi produk mencakup hal-hal berupa pemberian informasi tentang akreditasi, pengajuan permohonan, pembentukan tim asesor, audit kecukupan, asesmen lapangan dan pembuatan laporan asesmen, pengkajian laporan asesmen, dan penetapan akreditasi. Dalam rangka strategi pengembangan LSPro-Agroindustri, maka dilakukan analisa SWOT yang mengkaji faktor-faktor internal berupa kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) serta faktor-faktor eksternal berupa peluang (opportunity) dan ancaman (threat) yang dimiliki LSPro-Agroindustri. Dari analisa SWOT tersebut, diperoleh beberapa alternatif strategi. Alternatif strategi yang diperoleh, diolah menjadi sebuah kuisioner. Dari hasil kuisioner tersebut, dilakukan metode AHP menggunakan program Expert Choice untuk mendapatkan strategi yang paling penting. Berdasarkan hasil analisis SWOT dan teknik AHP pada model penentuan strategi menunjukkan bahwa strategi memanfaatkan dan mengoptimumkan sumber daya yang ada (SDM, fasilitas, sistem, dan kelembagaan) untuk berkontribusi dalam peningkatan daya saing melalui perbaikan sistem jaminan mutu produk agroindustri, terpilih menjadi alternatif strategi sebagai prioritas utama untuk pengembangan LSPro-Agroindustri dengan nilai bobot paling tinggi yaitu sebesar 0.411. Hal tersebut menjadi faktor terpenting yang patut dipertimbangkan untuk mengambil strategi yang tepat, karena pendirian LSPro-Agroindustri adalah sebagai implementasi kepedulian TIN dalam bentuk unit usaha jasa yang dapat memanfaatkan banyak SDM ahli dalam bidang agroindustri di Teknologi Industri Pertanian, dengan harapan dapat terus dimanfaatkan dan dikembangkan agar mampu membantu para produsen di bidang agroindustri
Asri Andriani. F34103093. Strategy Formulation of Products Certification Institution Agroindustry Development. Supervised by Suprihatin and Dwi Setyaningsih. 2008.
Summary Economics agreement between Indonesia with other countries in the world, such as Asean Free Trade Area (AFTA), Asia Pacific Economy Cooperation (APEC) and World Trade (WTO) makes unlimited products, services, and information flow. Every country who has signed the agreement, it’s free to do the transaction without any rate barriers and protection, except for the technical trade barriers which made by the country. Technical barriers can be implemented in form of trade’s standard. It was except with the implemented of trades standard will increase the producers effort in producing quality products, healthy competition in trade, maintain the environmental conservation you give a protection to society and consumers. However, nowadays, lots of consumers prefer to choose cheaper products that doesn’t safety guarantee. This attitudes, was caused by the weakness buying capacity in society and less quality culture. One of the quality standard rules in Indonesia was Indonesia National Standard (SNI). To have the compete ability, the agroindustry also have the importance to produce quality products and fulfilled the quality requirements, like Indonesia National Standard (SNI). Product Certification Institution (LSPro) was under the National Accreditation Committee (KAN), which functioned to do the supervision of SNI realization. In founding LSPro, on institute has to fullfilled some of the requirements that has been settled. Department of Agriculture Industry Technology has a vision to be LSPro with international standard and contributes in development of agroindustry in country. To achieve this vision, we have to make a good formulation of agroindustry products certification institute. We also have to know the supporting factors and the obstacles of agroindustry products certification institute development, so we can develop the strategy formulation needed for the LSPro-Agroindustry. Because of that problem, we did a research of strategy formulation for the development of agroindustry product certification institute and paying attention to the internal and external factors of LSProAgroindustry. This research has a purpose to identify and analyze the internal and external factors in development LSPro-Agroindustry. Research begins with the literature study to learn, gathering data and gain needed information. Analysis of situation (SWOT) used to identify the internal and external environment factors that affected the strategy of development product certification agroindustry. Based on identification results, we formulated the strategy of agroindustry product certification. This phase will produce an alternative strategy will be arranged in orderly and distribute. In questioner, ask respondent opinion about the best alternative strategy. Research ended with selection phase of priority strategy with AHP method (Analytical Hierarchy Process) using Expert Choice 2000 program. In founding LSPro has to posses quality document, have law firm and posses a fixed place of secretariat who has implement the quality system
minimum for three months. To get an accreditation certificate, a product certification institute has to implement quality standard appropriate with BSN 401-2001, a guideline about the general requirements of Product Certification Institute. Accreditation produce of Product Certification Institute including lots of things such as accreditation information, submission application, formation of assessor, sufficiency audit, field assessment, production of assessment report, investigation of assessment report and accreditation decree. In developing the strategy of LSPro-Agroindustry, we did the SWOT analysis, which examine the internal factors like strength and weakness also external factors such as opportunity and threat of LSPro-Agroindustry. From the SWOT analysis, we gain several alternative strategies being processed into questioner. To get the most important strategy, the result from questioner will be processed with AHP method using Expert Choice 2000 program. Based on SWOT analysis and AHP method on a definite strategy model, it shows that strategy exploit and optimize resources that already exits (human resources, facilities, system, and institutional). It will contribute in increasing compete ability through the improvement of guarantee systems in agroindustry product quality. The improvement of guarantee system in agroindustry product quality was chosen to be the most important alternative of development LSPro-Agroindustry because of its highest score (0.411). It was the most important factor that we should considerate to get the appropriate strategy. Founding LSPro-Agroindustry is one of Department Agriculture Industry Technology implementation in service area, which can be exploit lots of expert human resources in agroindustry. We hope that it can be used and developed to help of all agroindustry producer area.
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK AGROINDUSTRI”. Sehubungan dengan selesainya penelitian dan laporan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Suprihatin, Dipl-Ing dan Dr. Ir. Dwi Setyaningsih, MSc. selaku pembimbing akademik, yang telah memberikan pengarahan, saran, motivasi, informasi dan bimbingan yang sangat berguna kepada penulis; 2. Dr. Ir. Sukardi, MM. sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis ; 3. Mama Ariyati dan Papa Ade yang selalu memberikan motivasi, doa, materi, dan semangat ; 4. Ir. Angga Yuhistira, yang telah memberikan saran, informasi dan bimbingan yang sangat berguna kepada penulis; 5. Ir. Budhi Dharmadi selaku Dirjen Perindustrian yang telah memberikan saran dan masukan ; 6. Ibu Zakiyah selaku Kepala dari Badan Sertifikasi Nasional yang memberikan masukan dan saran kepada penulis; 7. Kakak Dea, mbak Santi, Maryam yang memberikan motivasi, doa, dan dukungannya kepada penulis ; 8. Dita dan Nina sebagai teman seperjuangan satu bimbingan untuk bantuan dan motivasinya ; 9. Bapak Bastaman, Dr. Tun, Bu Theresia dan Pak Budya, sebagai upline bisnis yang telah memberikan perhatian, doa, dan motivasi ; 10. Vicno, Mas Mustafa, Tedy, Iwa, Reza, Gilang, K Jerry, K Iyas, K Adriel yang selalu memberikan motivasi, doa, bantuan dan dorongan kepada penulis ; 11. Seluruh teman-teman TIN angkatan 2003 dan 2002, atas bantuan, juga dukungannya kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa tidak ada kesempurnaan pada skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan memberikan pengetahuan bagi yang membacanya.
Bogor, Mei 2008
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i DAFTAR ISI......................................................................................................... iii DAFTAR TABEL ................................................................................................. v DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii I.
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1 A. LATAR BELAKANG ................................................................................ 1 B. TUJUAN PENELITIAN ............................................................................ 3 C. RUANG LINGKUP ................................................................................... 4 D. MANFAAT PENELITIAN ........................................................................ 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 5 A. PRODUK AGROINDUSTRI ..................................................................... 5 B. SERTIFIKASI PRODUK ........................................................................... 5 C. LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK ...................................................... 9 D. STRATEGI ............................................................................................... 10 E. MANAJEMEN STRATEGI ..................................................................... 12 F. LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL ................................ 14 G. ANALISIS SWOT .................................................................................... 18 H. PROSES HIRARKI ANALITIK .............................................................. 20 III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................................. 23 A. KERANGKA PEMIKIRAN..................................................................... 23 B. PENDEKATAN SISTEM ........................................................................ 24 1. Analisa Kebutuhan ............................................................................... 25 2. Formulasi Permasalahan ....................................................................... 25 3. Identifikasi Sistem ................................................................................ 26 4. Pengembangan Alternatif Strategi ........................................................ 30 5. Pemilihan Strategi Prioritas .................................................................. 31 C. TATA LAKSANA ................................................................................... 33 1. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 34 2. Penentuan Responden ........................................................................... 34
3. Metode Pengolahan dan Analisis Data ................................................. 34 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 36 A. GAMBARAN TENTANG LSPro-Agroindustri ...................................... 36 B. ANALISIS SISTEM STRATEGI ............................................................ 51 1. Analisis Kebutuhan............................................................................... 51 2. Formulasi Permasalahan ....................................................................... 52 3. Identifikasi Sistem ................................................................................ 52 a. Visi dan Misi .................................................................................... 52 b. Lingkungan internal dan eksternal LSPro-Agroindustri ................. 53 c. Identifikasi Matriks EFI, EFE dan IE ............................................. 62 C. PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBAGAN LSPro-Agroindustri..... 69 1. Pengembangan alternatif strategi.......................................................... 69 2. Pemilihan Strategi Prioritas .................................................................. 73 3. Tampilan Model Penentuan Strategi Pengembangan LSProAgroindustri .......................................................................................... 78 V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 80 A. KESIMPULAN ........................................................................................ 80 B. SARAN ..................................................................................................... 81 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 82 LAMPIRAN......................................................................................................... 85
DAFTAR TABEL Tabel 1. Jenis Sistem Sertifikasi Produk Berdasarkan Elemennya....................... 9 Tabel 2. Matriks SWOT ...................................................................................... 19 Tabel 3. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal ............................................. 28 Tabel 4. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan ....................... 29 Tabel 5. Matriks EFI ........................................................................................... 29 Tabel 6. Matriks EFE .......................................................................................... 30 Tabel 7. Skala Komparasi Saaty ......................................................................... 32 Tabel 8. Ruang Lingkup SNI di LSPro-Agroindustri ......................................... 44 Tabel 9. Faktor Internal dan Eksternal LSPro-Agroindustri TIN ....................... 62 Tabel 10. Matriks EFI Departemen TIN dalam Pengembangan Strategi LSProAgroindustri TIN ……………………………………….......................64 Tabel 11. Matriks EFE Departemen TIN dalam Rangka Pembentukan LSProAgroindustri .......................................................................................... 66 Tabel 12. SWOT LSPro Agroindustri TIN .......................................................... 72 Tabel 14. Hasil Perhitungan Agregrat Level 2 (kriteria) Penentuan Strategi ...... 76 Tabel 15. Hasil Perhitungan Agregat Level 3 (alternatif) ....................................77
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kegiatan Akreditasi Lembaga Penilaian Kesesuaian .......................... 7 Gambar 2. Diagram Kerangka Pemikiran ........................................................... 23 Gambar 3. Matriks dengan tiga tahap pelaksanaan............................................. 24 Gambar 4. Diagram tahap identifikasi faktor-faktor perumusan strategi ........... 27 Gambar 5. Matriks SWOT .................................................................................. 31 Gambar 6. Diagram Kegiatan Studi .................................................................... 33 Gambar 7. Langkah-langkah Penentuan Strategi Pengembangan LSPro ........... 35 Gambar 8. Standar acuan LSPro ......................................................................... 37 Gambar 9. Keterkaitan Antar Unit dalam Bisnis Proses LSPro Agroindustri .... 39 Gambar 10. Rancangan Struktur Organisasi Operasional LSPro-Agroindustri ... 41 Gambar 11. Diagram Proses Sertifikasi Produk ................................................... 50 Gambar 12. Matriks Internal-Eksternal (Rangkuti, 2006) .................................... 67 Gambar 13. Matriks Internal-Eksternal LSPro-Agroindustri ............................... 68 Gambar 14. Struktur Hirarki Model Penentuan Strategi Pengembangan LSProAgroindustri ...................................................................................... 75 Gambar 15. Form Pembuatan Hirarki AHP Model Penentuan Strategi .............. 78 Gambar 16. Form Pembobotan Hirarki AHP Model Penentuan Strategi ............ 78 Gambar 17. Grafik Prioritas Elemen pada Hirarki AHP Penentuan Strategi ..... 79 Gambar 18. Form Hasil Pembobotan Hirarki AHP Penentuan Strategi ............... 79
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Ruang Lingkup LSPro-Agroindustri............................. 86 Lampiran 2. Hasil Kuesioner Ruang Lingkup LSPro-Agroindustri .................. 89 Lampiran 3. Saran dan Pendapat Responden Terhadap LSPro-Agroindustri ..... 97 Lampiran 4. Kuesioner Penilaian Rating ........................................................... 98 Lampiran 5. Kuesioner Penilaian Rating Faktor Internal ................................... 99 Lampiran 6. Kuesioner Penilaian Rating Faktor Eksternal............................... 100 Lampiran 7. Kuesioner Penilaian Bobot ........................................................... 101 Lampiran 8. Hasil Kuesioner Rating Faktor Internal dan Faktor Eksternal ..... 103 Lampiran 9. Hasil Kuesioner Pembobotan Terhadap Faktor Internal dan Eksternal ....................................................................................... 104 Lampiran 10. Tabulasi Hasil Pembobotan Terhadap Faktor Internal dan Eksternal ................................................................................ 109 Lampiran 11. Kuesioner Analytical Hierarchy Process ..................................... 110 Lampiran 12. Hasil Kuesioner Analytical Hierarchy Process ........................... 118 Lampiran 13. Hasil Perhitungan Kuesioner AHP dengan Expert Choice .......... 133 Lampiran 14. Verifikasi Dan Validasi ................................................................ 136
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Penandatanganan kesepakatan ekonomi antara Indonesia dengan negara-negara lain di dunia, seperti Asean Free Trade Area (AFTA), Asia Pacific Economy Cooperation (APEC) dan World Trade Organization (WTO) telah membuat arus barang, jasa, dan informasi menjadi hampir tidak terbatas. Masing–masing negara yang menandatangani perjanjian tersebut bebas melakukan transaksi tanpa ada halangan tarif dan proteksi, kecuali hambatan teknis perdagangan yang disyaratkan oleh suatu negara. Hambatan teknis tersebut selanjutnya dapat diwujudkan dalam bentuk penerapan standar dalam perdagangan. Melalui penerapan standar dalam perdagangan, diharapkan dapat meningkatkan kinerja produsen sehingga dapat menghasilkan produk yang bermutu, persaingan yang sehat dalam perdagangan, dan memberikan perlindungan
kepada
masyarakat
dan
konsumen.
Namun,
kegiatan
standardisasi di Indonesia sampai saat ini belum banyak diketahui, dipahami, dan diimplementasikan oleh sebagian besar masyarakat, baik pelaku usaha, industri, dan konsumen di Indonesia. Kegiatan standardisasi ini perlu dimasyarakatkan terus menerus guna mengantisipasi berlakunya liberalisasi perdagangan khususnya AFTA. Hal ini dikarenakan seiring berlakunya AFTA (Asean Free Trade Area) tahun 2003, Indonesia semakin dibanjiri oleh produk-produk impor. Produk-produk impor dengan mudah beredar di toko, pasar swalayan, dealer, dan beberapa tempat usaha lainnya. Kondisi ini sangat mempengaruhi pasar dalam negeri. Para pengusaha harus berpikir keras bagaimana bisa memproduksi barang bermutu dengan harga bersaing, sedangkan di sisi lain kecenderungan yang terjadi saat ini, konsumen lebih memilih barang yang harganya lebih murah yang belum tentu terjamin keamanan, kesehatan, atau dampak negatif terhadap lingkungan. Perubahan sikap tersebut, selain dilatar belakangi faktor melemahnya daya beli masyarakat juga disebabkan budaya mutu yang masih kurang.
Mewujudkan kesadaran akan pentingnya mutu suatu produk tidaklah mudah, dibutuhkan kesadaran para produsen untuk memproduksi barang sesuai dengan standar minimal yang telah ditentukan. Oleh karena itu, salah satu cara menghadapi persaingan perdagangan yang semakin sengit di dunia internasional, penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) merupakan bagian dalam mengantisipasi perkembangan persaingan tersebut. SNI diharapkan dapat dikembangkan secara terus menerus yang pada akhirnya dapat menjadi brand tidak hanya di pasar dalam negeri tapi juga di pasar internasional. Pelaksanaan Standar Nasional Indonesia (SNI) dilakukan oleh lembaga sertifikasi produk, laboratorium penguji, dan lembaga inspeksi. Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro), laboratorium penguji, dan lembaga inspeksi tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai lembaga/laboratorium yang diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). Lembaga-lembaga sertifikasi produk tersebut utamanya melaksanakan sertifikasi terhadap produk-produk yang termasuk dalam lingkup SNI. Agroindustri merupakan salah satu prioritas yang perlu dikembangkan dalam
pembangunan
nasional
Indonesia.
Pengembangan
subsektor
agroindustri dimaksudkan untuk memanfaatkan seoptimal mungkin peluang sektor pertanian dan sektor-sektor lain yang terkait dalam rangka meningkatkan nilai tambah produk pertanian. Hal ini dimaksudkan agar dihasilkan produk-produk agroindustri yang bermutu serta memenuhi persyaratan-persyaratan mutu, seperti SNI sehingga produk agroindustri dapat bersaing. Teknologi Industri Pertanian (TIN) dibawah Institut Pertanian Bogor memiliki visi untuk mengembangkan produk-produk agroindustri agar dapat bersaing dalam perdagangan nasional maupun internasional. Salah satu caranya adalah dengan merencanakan ikut berpartisipasi sebagai Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) Agroindustri. Sertifikasi termasuk dalam kegiatan bisnis jasa yang dilakukan untuk mendapatkan laba (keuntungan). Kegiatan yang dilakuakan adalah dengan menjual jasa sertifikasi. Sebagai suatu bisnis, lembaga sertifikasi juga mengalami persaingan dengan lembaga sertifikasi lainnya sehingga harus
memiliki strategi bisnis agar dapat mengungguli pesaingnya. Dalam pendirian Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) Agroindustri di Teknologi Industri Pertanian (TIN) dapat mengatasi ancaman eksternal dan merebut peluang yang ada. Proses analisis, perumusan, dan evaluasi strategi-strategi itu disebut perencanaan strategi. Tujuan utama dari perencanaan strategi adalah agar perusahaan dapat melihat secara objektif kondisi-kondisi internal dan eksternal sehingga dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal. Jadi, perencanaan strategi penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan memiliki produk atau jasa yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan optimal dari sumber daya yang ada.
B. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mempelajari faktor pendukung dan penghambat pengembangan lembaga sertifikasi produk agroindustri di Departemen Teknologi Industri Pertanian menggunakan matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI) dan matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE). 2. Merumuskan alternatif strategi yang dibutuhkan Departemen Teknologi Industri Pertanian dalam pengembangan lembaga sertifikasi produk agroindustri
menggunakan
matriks
SWOT
(Strength-Weaknesses-
Opportunities-Threats). 3. Pemilihan prioritas alternatif strategi menggunakan matriks pendapat dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP).
C. RUANG LINGKUP Penelitian yang dilakukan meliputi identifikasi kondisi, persyaratan, dan ruang lingkup yang diperlukan dalam rangka pendirian Lembaga Sertifikasi Produk Agroindustri (LSPro-Agroindustri). Selain itu, penelitian ini juga menganalisis faktor pendukung dan penghambat internal maupun eksternal LSPro-Agroindustri. Berdasarkan analisis tersebut, dilakukan
perumusan alternatif strategi pengembangan usaha sertifikasi produk menggunakan matriks SWOT (Strength-Weaknesses-Opportunities-Threats). Selanjutnya dilakukan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk mendapatkan prioritas alternatif strategi terbaik yang dapat membantu pengembangan LSPro-Agroindustri.
D. MANFAAT PENELITIAN 1. Memberikan bahan masukan dalam perancangan dan pendirian suatu lembaga sertifikasi produk agroindustri. 2. Memberikan alternatif strategi dalam mendukung langkah dan arah pengembangan usaha jasa sertifikasi produk agroindustri yang akan didirikan oleh Departemen Teknologi Industri Pertanian. .
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. PRODUK AGROINDUSTRI Agroindustri merupakan pengusahaan pengolahan bahan mentah hasil pertanian dari tumbuhan dan hewan. Agroindustri adalah kegiatan industri yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku, merancang dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut. Dengan demikian, agroindustri meliputi kegiatan industri pengolahan hasil pertanian, industri peralatan dan mesin serta industri jasa sektor pertanian (Austin, 1981). Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia, bidang agroindustri yang berbasiskan pertanian merupakan usaha yang menguntungkan strategis untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Terlebih sekarang ini, krisis ekonomi yang melanda Indonesia, menyebabkan sektor-sektor industri dan perbankan mengalami pertumbuhan yang negatif kecuali sektor pertanian yang tumbuh sebesar 0.2% pada tahun 1998 (Biro Pusat Statistik, 1998). Menurut Saragih (2001), agroindustri adalah industri yang memiliki keterkaitan ekonomi (baik secara langsung maupun tidak langsung) yang kuat dengan komoditas pertanian. Keterkaitan langsung mencakup hubungan komoditas pertanian sebagi bahan baku (input) bagi kegiatan agroindustri maupun kegiatan pemasaran dan perdagangan yang memasarkan produk akhir agroindustri. Keterkaitan tidak langsung berupa kegiatan ekonomi lain yang mnyediakan bahan baku (input) lain di luar komoditas pertanian, seperti bahan kimia, bahan kemasan dan lain sebagainya beserta kegiatan ekonomi yang memasarkan dan memperdagangkannya.
B. SERTIFIKASI PRODUK Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya. Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan, menerapkan dan merevisi standar, yang dilaksanakan secara tertib dan bekerjasama dengan semua pihak. Standar Nasional Indonesia (SNI), adalah standar yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional dan berlaku secara nasional (Badan Standarisasi Nasional, 2006). Penerapan SNI pada dasarnya bersifat sukarela, artinya kegiatan dan produk yang tidak memenuhi ketentuan SNI tidak dilarang. Namun untuk keperluan melindungi kepentingan umum, keamanan negara, perkembangan ekonomi nasional, dan pelestarian fungsi lingkungan hidup, pemerintah dapat saja memberlakukan SNI tertentu secara wajib. Standar Nasional Indonesia untuk produk yang berkaitan dengan kepentingan keselamatan, keamanan, kesehatan
dan
kelestarian
fungsi
lingkungan
hidup,
diberlakukan
penerapannya secara wajib oleh instansi teknis, yang selanjutnya disebut sebagai SNI wajib. Pemberlakuan SNI wajib ditetapkan oleh menteri yang berwenang terhadap sebagian atau keseluruhan spesifikasi teknis dan atau parameter dari produk dalam SNI yang berkaitan dengan kepentingan keselamatan, keamanan, kesehatan masyarakat atau pelestarian fungsi lingkungan hidup dan atau dengan dasar pertimbangan ekonomis (Badan Standarisasi Nasional, 2006). Badan Standardisasi Nasional (BSN) merupakan lembaga pemerintah non departemen dengan tugas pokok mengembangkan dan membina kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian di Indonesia. Badan ini mengambil alih fungsi dari Dewan Standardisasi Nasional (DSN). Untuk menyelenggarakan kegiatan akreditasi dan sertifikasi di Indonesia BSN dibantu oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). KAN
mempunyai tugas pokok
untuk
memberikan akreditasi kepada lembaga-lembaga sertifikasi (yang antara lain mencakup sistem mutu, produk, personel, pelatihan, sistem manajemen lingkungan, sistem Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) dan sistem pengelolaan hutan lestari, laboratorium penguji/laboratorium kalibrasi serta inspeksi dan akreditasi bidang standardisasi lainnya sesuai dengan
kebutuhan, dan memberikan saran pertimbangan kepada kepala BSN dalam menetapkan sistem akreditasi dan sertifikasi sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1 (Badan Standarisasi Nasional, 2006). Komite Akreditasi Nasional (KAN) dapat menugaskan institusi baik pemerintah maupun non pemerintah yang memenuhi pedoman yang ditetapkan BSN untuk melakukan penilaian terhadap pemohon akreditasi. KAN bertugas pula untuk memperjuangkan diterimanya sertifikat yang diterbitkan oleh laboratorium, lembaga inspeksi dan lembaga sertifikasi yang telah diakreditasi oleh KAN di tingkat internasional (Badan Standarisasi Nasional, 2006).
Gambar 1. Kegiatan Akreditasi Lembaga Penilaian Kesesuaian (Badan Standarisasi Nasional, 2006) Sertifikasi produk merupakan kegiatan penerbitan jaminan tertulis oleh pihak yang independen untuk menyatakan bahwa suatu produk telah memenuhi persyaratan acuan (Badan Standarisasi Nasional, 2006). Adapun obyektif sertifikasi produk, yaitu : •
Memberikan keyakinan bagi publik bahwa suatu produk telah memperhatikan keselamatan, kesehatan, dan kelestarian lingkungan.
•
Membentuk kepercayaan konsumen, pengguna dan pihak berkepentingan lain tentang pemenuhan persyaratan tertentu.
•
Memfasilitasi produsen untuk meningkatkan penerimaan pasar terhadap produk mereka. Suardi (2001) menjelaskan bahwa sertifikasi merupakan bentuk
pengakuan dari pihak yang independen terhadap suatu perusahaan yang sudah menerapkan sistem manajemen mutu yang dipersyaratkan. Adanya sertifikasi ini akan memberikan bukti bahwa standar benar-benar diterapkan sehingga dapat mengurangi audit pihak ke dua yang sering menyita banyak waktu dari perusahaan yang bersangkutan. Suardi (2001) juga menjelaskan bahwa pihak yang memberi sertifikasi adalah badan yang telah mendapatkan akreditasi bahwa ia layak memberikan serifikat. Proses sertifikasi didahului dengan adanya audit dan audit yang dilaksanakan oleh badan sertifikasi adalah audit pihak ke tiga. Tujuan dari audit pihak ke tiga adalah untuk menilai kesesuaian sistem perusahaan dengan standar sitem yang dipersyaratkan. Sertifikasi adalah rangkaian kegiatan penerbitan sertifikat terhadap barang dan atau jasa. Sertifikat adalah jaminan tertulis yang diberikan oleh lembaga/laboratorium yang telah diakreditasi untuk menyatakan bahwa barang, jasa, proses, sistem atau personel telah memenuhi standar yang dipersyaratkan. Suatu barang yang sudah disertifikasi ditandai dengan adanya tanda SNI yang dibubuhkan pada barang kemasan atau label yang menyatakan telah
terpenuhinya
persyaratan
Standar
Nasional
Indonesia
(Badan
Standarisasi Nasional, 2006). Menurut Pedoman Standarisasi Nasional (PSN) 302 – 2006, sertifikasi produk mempunyai tiga manfaat fundamental yang telah dibuktikan, yaitu : a. sertifikasi produk diperlukan untuk mengatasi kekhawatiran konsumen dan semua pihak yang berkepentingan, melalui pembentukan kepercayaan yang terkait dengan pemenuhan persyaratan; b. sertifikasi produk dapat dipergunakan oleh pemasok untuk menunjukkan keterlibatan pihak ketiga kepada pasar; dan c. sertifikasi produk tidak harus memerlukan sumber daya yang berlebihan dan mengakibatkan harga produk menjadi lebih mahal.
Terdapat tujuh macam sistem sertifikasi produk, yaitu sistem 1a, sistem 1b, sistem 2, sistem 3, sistem 4, sistem 5, dan sistem 6. Ketujuh sistem sertifikasi
tersebut
memiliki
elemennya
masing-masing
yang
dapat
dipergunakan dengan kombinasi tertentu untuk membangun suatu sistem sertifikasi yang spesifik. Elemen-elemen tersebut dapat diterapkan dalam kombinasi lain untuk membentuk tambahan sistem (Pedoman Standarisasi Nasional 302 – 2006). Tabel 1. Jenis Sistem Sertifikasi Produk Berdasarkan Elemennya No
Elemen Sistem Sertifikasi Produk
Sistem Sertifikasi Poduk 1a
1b
2
3
4
5
6
1.
Seleksi, sampling sesuai kebutuhan
√
√
√
√
√
√
2.
Determinasi karakteristik
√
√
√
√
√
√
√
3.
Evaluasi
√
√
√
√
√
√
√
4.
Keputusan sertifikasi
√
√
√
√
√
√
√
5.
Lisensi (penetapan)
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
6. Surveilan a. Pengujian atau inspeksi sampel dari pasar b. Pengujian atau inspeksi sampel dari pabrik
√ √
c. Audit sistem mutu dikombinasikan dengan pengujian acak atau inspeksi d. Asesmen proses produksi atau jasa
√
(Sumber : Pedoman Standarisasi Nasional 302 – 2006)
C. LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK Lembaga sertifikasi produk (LSPro) adalah suatu lembaga atau institusi atau badan usaha yang melakukan sertifikasi produk kepada perusahaan yang telah mampu menghasilkan suatu produk yang sesuai dengan Standard Nasional Indonesia (Masyarakat Standarisasi Indonesia, 2003). Menurut Komite Akreditasi Nasional (2005), lembaga sertifikasi produk dapat mensubkontrakkan seluruh kegiatan pengujiannya kepada
laboratorium terakreditasi, namun lembaga sertifikasi produk tersebut harus mempunyai tenaga ahli yang mampu mengevaluasi hasil uji sesuai standar SNI. LSPro harus mengkualifikasi sendiri evaluatornya melalui tim panel. Lembaga sertifikasi produk dapat menggunakan laboratorium penguji yang memiliki metode pengujian selain yang ada dalam SNI setelah metode pengujian tersebut divalidasi dan hasilnya equivalen dengan metode pengujian yang tercantum dalam standar, dan disetujui oleh KAN. Untuk mendapat pengakuan atau sertifikat akreditasi, lembaga sertifikasi produk harus menerapkan sistem mutu sesuai dengan BSN 15 tahun 1992 tentang kriteria umum lembaga sertifikasi yang melakukan sertifikasi produk. Lembaga sertifikasi produk harus mempunyai dokumen mutu yang terdiri dari panduan mutu, prosedur kerja, instruksi kerja, dan formulir; memiliki badan hukum di Indonesia dan tempat sekretariat yang tetap; harus memiliki ijin usaha dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk lembaga sertifikasi produk asing; serta telah menerapkan sistem mutu minimal selama tiga bulan (Masyarakat Standarisasi Indonesia, 2003). Lembaga sertifikasi produk harus melalui suatu tahapan akreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). Prosedur akreditasi lembaga sertifikasi produk mencakup hal-hal berupa pemberian informasi tentang akreditasi yang dilakukan oleh KAN; pengajuan permohonan dari lembaga sertifikasi yang bersangkutan untuk diakreditasi dengan melampirkan dokumen mutu dan persyaratan lain yang diperlukan; pembentukan tim asesor oleh sekertariat KAN; audit kecukupan terhadap dokumen mutu pemohon oleh tim asesor; asesmen lapangan dan pembuatan laporan asesmen oleh tim asesor; pengkajian laporan asesmen oleh panitia teknis yang ditunjuk oleh KAN; serta penetapan akreditasi oleh tim manajemen KAN (Masyarakat Standarisasi Indonesia, 2003). Proses akreditasi akan berlangsung kurang lebih tiga bulan. Proses akreditasi dapat dilakukan dengan surat menyurat kecuali kegiatan audit. Penilaian pengawasan akan dilakukan secara berkala oleh KAN ke lembaga sertifikasi produk yang telah diakreditasi satu tahun sekali. Sertifikat akreditasi berlaku tiga tahun, setelah itu lembaga sertifikasi produk harus
mengajukan permohonan ulang untuk memperpanjang status akreditasinya (Masyarakat Standarisasi Indonesia, 2003).
D. STRATEGI Strategi
merupakan
alat
untuk
mencapai
tujuan.
Dalam
perkembangannya, konsep mengenai strategi ini terus berkembang. Menurut Chandler (1962) strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya. Sedangkan menurut Porter (1985) strategi adalah alat yang sangat penting untuk mencapai keunggulan bersaing. Menurut Glueck (1993), strategi di definisikan sebagai suatu kesatuan rencana yang luas dan lengkap yang mengaitkan keunggulan bersaing perusahaan dengan tantangan lingkungan, dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan perusahaan dapat tercapai. Strategi pemasaran adalah suatu logika pemasaran yang mengandung unit bisnis yang diharapkan dapat mencapai sasaran pemasarannya. Strategi pemasaran terdiri dari pengambilan keputusan mengenai biaya pemasaran dari perusahaan, bauran pemasaran dan alokasi pemasaran dalam hubungannya dengan para pesaing yang mengincar sasaran konsumen yang sama, tidak hanya pada sasaran konsumen. Strategi setiap perusahaan tidak akan sama tergantung pada besar, posisi perusahaan dalam industri, sasaran, peluang, dan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Strategi pemasaran akan menentukan keuntungan yang dapat diraih perusahaan (Kotler, 1997). Ada beberapa macam informasi yang perlu diperhatikan agar dapat memilih strategi pemasaran terbaik. Pertama, strategi harus konsisten dengan sasaran. Kedua, masalah dan peluang mengenai kebutuhan konsumen, ukuran pasar, dan kemampuan mendapatkan laba harus ditentukan dari analisis situasi. Akhirnya, masalah dan peluang yang berkaitan dengan penerapan strategi harus dipertimbangkan. Dalam hal strategi-strategi kebutuhan selektif, kemampuan untuk menerapkan suatu strategi dengan berhasil dapat diteliti lewat analisis persaingan (Guiltinan, 1992).
Menurut Hunger (2001), strategi perusahaan adalah rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana perusahaan akan mencapai misi dan tujuannya. Penempaan misi perusahaan, penetapan sasaran organisasi dengan mengingat kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara cepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai merupakan pengertian strategi menurut Steiner (1997). Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti. Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan (Hamel,1995). Menurut Pearch dan Robinson (1997), strategi dipengaruhi oleh tingkat organisasi bisnis. Organisasi bisnis ini dibagi dalam dua kategori, yaitu: 1. Organisasi yang memiliki satu bidang usaha, maka strateginya memiliki dua tingkat yaitu tingkat korporat dan fungsional. 2. Organisasi yang memiliki lebih dari satu bidang usaha, maka tingkatan strategi memiliki tiga tingkat, yaitu tingkat korporat, unit bisnis dan fungsional. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi strategi bisnis biasanya dibagi ke dalam faktor internal dan eksternal. Permasalahan yang timbul pada faktor internal adalah bahwa terdapat kekuatan dan kelemahan yang nyata dalam suatu bisnis atau perusahaan. Faktor-faktor eksternal dilain pihak merupakan daya tarik dari industri atau pasar yang akan mengarahkan suatu strategi mencapai suatu kesuksesan tertentu. Permasalahan yang sering muncul di arena persaingan adalah bahwa faktor eksternal ini merupakan peluang sekaligus ancaman bagi keberhasilan suatu bisnis (Cahyono, 1995).
E. MANAJEMEN STRATEGI Manajemen strategi dapat didefinisikan sebagai seni dan pengetahun untuk merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai obyektifnya. Fokus dalam manajemen strategi terletak pada memadukan manajemen, pemasaran, keuangan, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi (David, 2001). Manajemen strategi meliputi pengamatan lingkungan, perumusan strategis
(perencanaan
strategis
atau
perencanaan
jangka
panjang),
implementasi strategis, dan evaluasi serta pengendalian. Manajemen strategis menekankan pada pengamatan evaluasi peluang dan ancaman lingkungan dengan melihat kekuatan dan kelemahan perusahaan (Hunger, 2001). Pearch dan Robinson (1997) menyatakan bahwa manajemen strategi adalah sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan atau formulasi dan pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran perusahaan. Dan manfaat manajemen strategi adalah sebagai berikut : 1. Formulasi strategi meningkatkan kemampuan perusahaan dalam mencegah masalah. 2. Keputusan strategi bebasis kelompok akan dapat ditarik dari berbagai alternatif terbaik. Proses manajemen strategi menghasilkan keputusan yang lebih bagus karena interaksi kelompok dalam perusahaan. 3. Menghasilkan variasi strategis yang lebih banyak. Selain itu, prediksi beerdasarkan perspektif anggota kelompok dapat meningkatkan seleksi atas berbagai pilihan strategi. 4. Dilibatkannya karyawan dalam formulasi strategi akan meningkatkan pemahaman mengenai hubungan produktivitas dan bonus dalam setiap rencana strategi sehingga mampu meningkatkan motivasi. 5. Penolakkan atas perubahan dapat dikurangi. Partisipasi dalam formulasi strategi akan membuat proses pengambilan keputusan menjadi demokratis dan jauh dari kesan otoriter.
Manajemen strategi terdiri dari analisis, keputusan dan aksi yang diambil oleh organisasi untuk menciptakan dan mempertahankan keunggulan kompetitif. Atribut kunci dalam manajemen strategi, yaitu : 1. Mengarahkan organisasi dalam mencapai tujuan dan sasarannya. 2. Melibatkan semua stakeholder dalam pengambilan keputusan. 3. Membutuhkan penggabungan perspektif jangka pendek dan jangka panjang . 4. Menyadari trade-off antara efisiensi dan efektifitas.
F. LINKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL 1. Lingkungan Internal Menurut Pearce dan Robinson (1997) kekuatan adalah suatu sumber daya, keterampilan, atau keunggulan-keunggulan lain yang relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar, yang dilayani atau ingin dilayani oleh perusahaan. Lingkungan internal meliputi produksi, sumber daya manusia, keuangan dan pemasaran. Menurut David (2001) bidang fungsional yang menjadi variasi dalam analisis internal adalah : a. Manajemen Manajemen merupakan suatu tingkatan sistem pengaturan yang mencakup sitem produksi, pemasaran, pengelolaan sumber daya manusia dan keuangan. Fungsi manajemen terdiri dari lima aktivitas dasar, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, penunjukkan staf dan pengendalian b. Pemasaran Pemasaran diuraikan sebagai proses menetapkan, mengantisipasi, menciptakan, dan, memenuhi kebutuhan serta keinginan pelanggan terhadap produk dan jasa. Ada sembilan dasar fungsi pemasaran, yaitu : (1) analisis pelanggan, (2) membeli sediaan, (3) menjual produk jasa, (4) merencanakan produk dan jasa, (5) menetapkan harga, (6) distribusi, (7) riset pemasaran, (8) analisis peluang, (9) tanggung jawab sosial.
c. Keuangan Menetapkan kekuatan dan kelemahan keuangan sangat penting untuk merumuskan strategi secara efektif, dengan cara menghitung likuiditas, solvabilitas, modal kerja profitabilitas, pemanfaatan harta, arus kas dan modal perusahaan. Faktor-faktor kleuangan adalah bagian terbesar dari asset perusahaan. d. Produksi dan operasi Produksi dan operasi memiliki nilai tinggi sebagai senjata persaingan dalam strategi perusahaan secara keseluruhan. Karena aktivitas produksi/operasi merupakan bagian terbesar dari aset manusia dan modal. Kekuatan dan kelemahan dalam lima fungsi produksi/operasi, yaitu proses, kapasitas, sediaan, tenaga kerja, dan mutu yang dapat diartikan sebagai sukses atau gagalnya dalam suatu usaha. e. Penelitian dan Pengembangan Dalam lingkungan internal, selain dilakukan analisis bisnis juga penting melakukan analisis struktur organisasi perusahaan. Struktur organisasi merupakan hubungan di dalam suatu perusahaan atau bentuk formal peraturan-peraturan dan hubungan orang, sehingga pekerjaan dapat diarahkan mencapai tujuan. 2. Lingkungan eksternal Lingkungan eksternal terdiri dari variabel-variabel berupa peluang dan ancaman yang berada diluar organisasi dan tidak langsung ada dalam pengendalian jangka pendek oleh manajemen puncak (Hunger, 2001). Menurut Pearce dan Robinson (1997), lingkungan eksternal terdiri dari tiga kategori, yaitu : 1. Lingkungan umum Lingkungan umum merupakan suatu tingkatan dalam lingkungan eksternal organisasi yang menyusun faktor-faktor yang memiliki ruang lingkup luas dan faktor tersebut pada dasarnya diluar dan terlepas dari operasi perusahaan. Lingkungan umum terdiri dari faktor politik, ekonomi, sosial, dan teknologi.
a. Faktor politik Faktor politik ini meliputi peraturan-peraturan, undang-undang, dan kebijaksanaan pemerintah baik di tingkat nasional, propinsi, maupun daerah yang menentukan beroperasinya perusahaan. b. Faktor ekonomi Faktor ekonomi merupakan variabel-variabel yang mempengaruhi arah ekonomi, yaitu : siklus ekonomi, tingkat inflasi, kebijakan moneter, fiskal, tingkat suku bunga, neraca pembayaran dan pertumbuhan ekonomi. c. Faktor sosial Faktor sosial yang mempengaruhi suatu perusahaan mencakup keyakinan, nilai, sikap, opini yang berkembang dan gaya hidup dari orang-orang di lingkungan perusahaan beroperasi. Faktor-faktor tersebut dikembangkan dari kondisi kultur, ekologi, pendidikan, dan etnis. d. Faktor teknologi Faktor teknologi harus diperhatikan, dikarenakan untuk mendorong inovasi serta dapat memungkinkan terciptanya inovasi baru dalam teknik produksi/operasi. 2. Lingkungan Operasional Lingkungan operasional terdiri dari empat, yaitu pelanggan, tenaga kerja, pamasok, dan pesaing. Penjelasan masing-maisng adalah sebagai berikut : Pelanggan adalah individu, rumah tangga yang membeli barang atau jasa untuk dikonsumsi. Perusahaan harus tanggap terhadap keinginan pelanggan, sehingga dapat mengetahui pola permintaan dan perilaku pelanggan, agar perusahaan dapat mengembangkan strategi persaingan yang tepat untuk mempertahankan dan merebut pelanggan (Kotler, 1997) Pemasok adalah perusahaan bisnis dan individu-individu yang menyediakan sumber daya yang diperlukan oleh perusahaan dan para pesaing untuk memproduksi barang dan jasa. Perkembangan harga dan
ketersediaan semua faktor produksi yang digunakan dalam perusahaan akan mempengaruhi strategi yang diterapkan oleh perusahaan. (Kotler,1997). Pesaing adalah perusahaan lain yang menawarkan barang atau jasa yang merupakan substitusi dekat satu sama lain. Mengenal dan memonitor
perkembangan
pesaing
adalah
hal
penting
bagi
peerencanaan pemasaran yang efektif agar dapat terus bertahan dan meningkatkan usahanya serta memperoleh loyalitas dan kepuasan pelanggan (Kotler,1997). 3. Lingkungan Industri Lingkungan industri adalah tingkatan dari lingkungan eksternal organisasi yang menghasilkan komponen-komponen yang secara normal memiliki implikasi yang relatif lebih spesifik dan langsung terhadap operasionalisasi perusahaan. Lingkungan industri teerdiri dari hambatan masuk, kekuatan pemasok, kekuatan pembeli, ketersediaan substitusi dari persaingan antar perusahaan. Menurut Porter dalam David (2001), sifat persaingan dalam suatu industri dapat dilihat sebagai gabungan dari lima kekuatan : a) Perseteruan diantara perusahaan yang bersaing. Hal ini biasanya paling berpengaruh, strategi yang dijalankan oleh suatu perusahaan dapat berhasil jika strategi itu menyediakan keunggulan bersaing atas strategi yang dijalankan oleh perusahaan pesaing. b) Masuknya pesaing baru. Hal ini akan meningkatkan intensitas persaingan diantara perusahaan. Akan tetapi adanya hambatan masuk seperti skala ekonomi, teknologi dan pengetahuan khusus, loyalitas pelanggan dan lainnya merupakan serangan balik oleh perusahaan yang bertahan dan kejenuhan potensial pasar. c) Potensi pengembangan produk pengganti. Dalam berbagai industri, perusahaan bersaing ketat dengan produsen pengganti industri lain. Tekanan persaingan dari produk pengganti meningkat jika harga relatif dari produk pengganti turun dan jika biaya konsumen untuk pindah turun.
d) Kekuatan menawar dari pemasok. Hal ini akan mempengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industri terutama jika jumlah pemasok banyak, dan sedikit bahan baku pengganti yang baik, atau jika biaya pengganti sangat tinggi. e) Kekuatan menawar dari konsumen. Jika pelanggan jumlahnya banyak dan terkonsentrasi atau jika konsumen membeli dengan jumlah banyak, maka kekuatan menawarnya merupakan kekuatan utama yang mempengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industri.
G. ANALISIS SWOT Analisis SWOT adalah metode yang umum digunakan dalam analisis situasi. Analisis situasi merupakan cara untuk mendapatkan suatu kemampuan strategi antara peluang-peluang eksternal dan kekuatan-kekuatan internal serta ancaman-ancaman eksternal dan kelemahan internal. Hasil analisis yang dilakukan, akan mempengaruhi implementasi dari keputusan strategis pada saat ini maupun yang akan datang (Wheelen dan Hunger, 2000) Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah matrik SWOT. Matrik ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan, dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Berdasarkan analisis lingkungan eksternal dan internal perusahaan didapatkan empat set kemungkinan alternatif strategis yang terangkum dalam matrik SWOT. Marimin
(2004)
menyatakan
bahwa
analisis
SWOT
mempertimbangkan faktor lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan perusahaan) serta lingkungan eksternal (peluang dan ancaman perusahaan) yang dihadapi dalam dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan, sehingga dari analisis tersebut dapat diambil suatu keputusan strategi suatu perusahaan.
Wheelen dan Hunger (1992) menyatakan bahwa analisis SWOT digunakan untuk melihat situasi lingkungan perusahaan. Lingkungan perusahaan terdiri dari dua bagian, yaitu : 1. Lingkungan internal yang terdiri dari struktur perusahaan, budaya, perusahaan dan sumberdaya yang dimiliki perusahaan, yang mencakup aspek pemasaran, produksi, keuangan, personalia serta penelitian dan pengembangan. 2. Lingkungan eksternal yang meliputi lingkungan terpisah (remote environment), lingkungan industri (industry environment) dan lingkungan operasi (operating environment). Analisis terhadap lingkungan internal akan mengidentifikasikan kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) yang dimiliki perusahaan. Sedangkan analisis lingkungan eksternal akan dapat mengidentifikasikan peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang berada pada lingkungan sekitar perusahaan. Setelah mempelajari hasil identifikasi SWOT, maka dapat dianalisis lebih lanjut dengan memasukkan profil perusahaan ke dalam proses pembentukkan strategi untuk mendapatkan berbagai formulasi strategi yang sesuai dengan kondisi identifikasi lingkungan tersebut (Rangkuti, 2006). Tabel 2. Matriks SWOT Internal
Eksternal
STRENGTH (S)
WEAKNESS (W)
Tentukan 5-10
Tentukan 5-10
faktor-faktor kekuatan
faktor-faktor kelemahan internal
internal
OPPORTUNITIES (O)
STRATEGY S-O
Tentukan 5-10
Ciptakan
faktor peluang eksternal
menggunakan kekuatan untuk
meminimalkan
memanfaatkan peluang
untuk memanfaatkan peluang
THREATHS (T)
STRATEGY S-T
SRTATEGY W-T
Tentukan 5-10
Ciptakan
faktor ancaman eksternal
menggunakan kekuatan untuk
meminimalkan kelemahan dan
mengatasi ancaman
menghindari ancaman
Sumber : Rangkuti (1997)
strategi
strategi
STRATEGY W-O yang
yang
Ciptakan
Ciptakan
strategi
yang
kelemahan
strategi
yang
Menurut Rangkuti (1997), analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisa ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threaths). Menurut Rangkuti (1997) dengan menggunakan matriks SWOT terdapat empat kelompok strategi yang akan dipilih yaitu : a. Strategi WT (Weaknesses – Threats) Tujuan strategi WT adalah untuk mengatasi sebanyak mungkin hambatan yang timbul dengan tidak menonjolkan kelemahan perusahaan. b. Strategi WO (Weaknesses – Opportunities) Tujuan strategi WO adalah untuk memanfaatkan semaksimal mungkin peluang yang ada untuk mencegah melemahnya posisi perusahaan dalam persaingan dengan menutupi sebanyak mungkin kelemahan perusahaan. c. Strategi ST (Strengths – Threats) Tujuan strategi ST adalah untuk mengatasi hambatan yang timbul dengan mengandalkan kekuatan perusahaan semaksimal mungkin. d. Strategi SO (Strengths – Opportunities) Tujuan strategi SO adalah untuk memperkuat posisi perusahaan dalam persaingan dengan cara memanfaatkan kekuatan perusahaan semaksimal mungkin untuk memperoleh peluang pasar seluas-luasnya.
H. PROSES HIRARKI ANALITIK Proses hirarki analitik (Analytical Hierarchy Process) adalah model yang memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk membangun gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka masing-masing dan memperoleh pemecahan yang diinginkan darinya. Proses ini juga memungkinkan orang menguji kepekaan hasilnya terhadap perubahan informasi. AHP dirancang untuk menampung sifat
alamiah manusia daripada memaksakan cara berpikir yang mungkin berlawanan dengan hati nurani (Saaty, 1991). AHP memasukkan pertimbangan dan nilai-nilai pribadi secara logis. Proses ini bergantung pada imajinasi, pengalaman dan pengetahuan untuk menyusun hirarki suatu masalah dan pada logika, intuisi, dan pengalaman untuk memberi pertimbangan. Setelah diterima dan diikuti, AHP menunjukan bagaimana
menghubungkan
elemen-elemen
dari
bagian
lain
untuk
memperoleh hasil gabungan. Saaty (1991) mengatakan proses hirarki analitik merupakan metode atau alat yang dapat digunakan oleh seorang pengambil keputusan untuk memahami kondisi suatu sistem, membantu melakukan prediksi dan pengambilan keputusan. AHP merupakan metode yang memodelkan prioritas permasalahan yang tidak terstruktur seperti dalam bidang ekonomi, sosial, dan ilmu-ilmu manajemen. Kelebihan metode ini adalah sederhana dan tidak banyak asumsi. Metode ini cocok untuk menyalesaikan permasalahan yang bersifat strategis dan makro. Menurut Kadarsah (1998) proses pengambilan keputusan pada dasarnya adalah memilih suatu alternatif. Peralatan utama AHP adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu masalah kompleks dan tidak terstruktur dipecahkan ke dalam kelompokkelompoknya. Kemudian kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki. Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, strategi, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hirarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut, kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut (Marimin, 2004). Beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam proses penjabaran tujuan hirarki menurut Mangkusubroto dan Trisnadi (1987) adalah (1) setiap
aspek dari tujuan yang lebih tinggi tercakup dalam sub tujuan tersebut, (2) perlu menghindari terjadinya pembagian yang terlalu banyak, baik dalam arah lateral maupun vertikal, (3) melakukan tes kepentingan, karena kriteriakriteria harus relevan dengan tujuan. Menurut Dyer dan Ernest (1991) proses hirarki analitik merupakan salah satu metode yang dapat digunakan oleh pengambil keputusan untuk memahami kondisi suatu sistem dan membantu dalam melakukan prediksi untuk pengambilan keputusan. Dan AHP dapat mensintesis semua pertimbangan untuk memperoleh perangkat prioritas menyeluruh. Alasan pemilihan metode ini, pertama AHP merupakan proses yang sederhana yang digunakan untuk menganalisis problema yang komplek, memodelkan problema yang tidak terstruktur dari problema pemasaran. Kedua, AHP akan menunjukkan prioritas untuk suatu kriteria dan alternatif yang diturunkan dari hasil komparasi berpasangan dengan cara menentukan dan menginterpretasikan konsistensi dari penilaian pendapat kualitatif ke pendapat kuantitatif. Ketiga, AHP menghargai subyektifitas pendapat responden.
III. METODE PENELITIAN
F. KERANGKA PEMIKIRAN 1. Sertifikasi Mutu Produk Berlakunya AFTA (Asean Free Trade Area) tahun 2003 di Indonesia mengakibatkan membanjirnya produk-produk impor dari negara lain. Kondisi ini sangat mempengaruhi pasar dalam negeri. Untuk mewujudkan kondisi dimana produk-produk yang dihasilkan memiliki mutu yang baik agar kebutuhan
konsumen
terpenuhi,
dibutuhkan
kesadaran
para
pengusaha/produsen untuk memproduksi barang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Pemerintah telah menunjuk beberapa lembaga, termasuk di antaranya adalah lembaga sertifikasi produk, untuk melakukan pengawasan terhadap pemberlakuan dan pengawasan SNI wajib. Lembaga sertifikasi produk (LSPro) yang ditunjuk harus memenuhi persyaratan sebagai lembaga yang diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). Gambar 2 menunjukkan keterkaitan LSPro dengan jaminan mutu produk
Lembaga Akreditasi (KAN) Menilai kompetensi Studi Perancangan Sistem Sertifikasi Produk Agroindustri
Lembaga Sertifikasi Produk Menilai kesesuaian produk Produk Jaminan bagi konsumen Produsen
SNI
Gambar 2. Diagram Kerangka Pemikiran
2. Perencanaan Strategi Pengembangan LSPro Perencanaan strategi merupakan proses penyusunan perencanaan jangka panjang. Proses ini banyak menggunakan analitis. Kegiatan yang paling penting dalam proses analisis adalah memahami seluruh informasi yang terdapat pada perusahaan. Menurut David (2001), strategi dapat dirumuskan tiga tahapan kerangka kerja dengan matriks sebagai model analisisnya (Gambar 3). Tahap 1 : The Input stage External Factor Evaluation (EFE) Matrix
Internal Factor Evaluation (IFE) Matrix
Tahap 2 : The Marketing Stage Internal-External (IE) Matrix
Weaknesses-Strengths Threats-Opportunities (SWOT) Matrix
Tahap 3 : The Decision Stage Analitical Hierarchy Process (AHP)
Gambar 3. Matriks dengan tiga tahap pelaksanaan
B. PENDEKATAN SISTEM Pendekatan sistem merupakan suatu cara pemecahan masalah yang diawali penentuan kebutuhan. Identifikasi kebutuhan memberi gambaran mengenai faktor penting untuk menyelesaikan masalah. Pendekatan sistem mampu memecahkan masalah yang kompleks yang memiliki sejumlah peubah. Permasalahan diubah menjadi suatu model, sehingga lebih mudah dipecahkan (Eriyatno,1999).
Tujuan dan fokus pendekatan sistem berawal pada rancangan sistem secara keseluruhan. Tujuan pendekatan sistem adalah untuk mendapatkan suatu gugus alternatif sistem yang layak untuk mencukupi kebutuhankebutuhan yang telah diidentifikasi dan diseleksi. Perumusan strategi terdiri dari beberapa langkah yang terstruktur. Sistem perumusan strategi pengembangan lembaga sertifikasi produk agroindustri di TIN melalui beberapa tahap analisa, yaitu : analisa kebutuhan, identifikasi sistem, formulasi masalah, pengembangan alternatif strategi dan pemilihan strategi prioritas.
1. Analisa Kebutuhan Analisa kebutuhan merupakan permulaan pengkajian suatu sistem. Analisa selalu menyangkut interaksi antara respon yang timbul dari seorang pengambil keputusan terhadap jalannya sistem. Analisa ini dapat meliputi hasil suatu survey, pendapat seorang ahli, diskusi, observasi lapang dan sebagainya. Pada tahap analisa kebutuhan, dapat ditentukan komponen-komponen tersebut merupakan stakeholder dalam sistem yang mempunyai kebutuhan berbeda-beda sesuai dengan tujuannya masing-masing dan saling berinteraksi satu sama lain serta berpengaruh terhadap keseluruhan sistem yang ada.
2. Formulasi Permasalahan Tahapan setelah analisa kebutuhan adalah formulasi permasalahan. Dalam perkembangannya, LSPro-Agroindustri memerlukan analisis yang mendalam terutama berhubungan dengan aspek bisnis dan sosialisasi akan kewajiban SNI kepada masyarakat yang bergerak dalam bidang agroindustri. Analisis tersebut bertujuan untuk mengurangi atau menghindari resiko kesalahan dalam perkembangan LSPro-Agroindustri selanjutnya, sehingga resiko kegagalan pun dapat dihindari. Hasil analisis dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pendiri LSPro-Agroindustri apakah LSPro tersebut layak untuk didirikan dan dijalankan.
3. Identifikasi Sistem Identifikasi sistem merupakan tahap awal dalam perumusan strategi pengembangan lembaga sertifikasi produk. Tahapan identifikasi sistem ini merupakan tahap masukan dalam perumusan strategi. Identifikasinya terdiri dari : a. Identifikasi visi, misi LSPro Agroindustri untuk menentukan arah tujuan yang akan dicapai. b. Identifikasi lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan lembaga sertifikasi produk agroindustri di TIN. •
Faktor-faktor lingkungan internal terdiri dari sumber daya manusia, operasi (fasilitas fisik), keuangan, sistem informasi, networking (pemasaran).
•
Faktor-faktor lingkungan eksternal terdiri dari : 1) Lingkungan Umum, meliputi : sosial, ekonomi, pemerintah / politik , teknologi. 2) Lingkungan Industri, meliputi : persaingan diantara perusahaan sertifikasi, masuknya pesaing baru, potensi pengembangan sertifikasi.
Analisis terhadap lingkungan internal dalam identifikasi sistem akan menghasilkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh LSPro Agroindustri, sedangkan analisis terhadap lingkungan eksternal akan menghasilkan peluang dan ancaman yang akan dihadapi LSPro Agroindustri dalam pengembangan sertifikasi produk agroindustri. Tahap dalam perumusan strategi dapat dilihat pada Gambar 4. c. Identifikasi Matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI) dan Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) Faktor-faktor strategi dari lingkungan internal dan eksternal yang telah diidentifikasi dimasukkan ke dalam matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI) dan Evaluasi Faktor Eksternal (EFE). Matriks EFI untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh LSPro-Agroindustri sedangkan matriks EFE untuk mengetahui peluang dan ancaman yang
akan dihadapi LSPro-Agroindustri nantinya yang akan mempengaruhi berlangsungnya usaha sertifikasi produk agroindustri.
Identifikasi faktorfaktor yang memepengaruhi pengembangan usaha: 1. Visi dan Misi 2. Internal : a. SDM b. Keuangan c. Fasilitas d. Sistem Informasi e. Networking 3. Eksternal : 1. Lingkungan Umum a. sosial b. ekonomi c. pemerintah d. teknologi 2. Lingkungan Industri a. Persaingan diantara perusahaan b. Masuknya pesaing baru c. Potensi pengembangan sertifikasi produk
Output analisis faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pengembangan usaha 1. Tujuan usaha 2. Internal : a. Kekuatan b. Kelemahan 3. Eksternal : a. Peluang b. Ancaman
Analisis faktorfaktor yang mempengaruhi pengembangan usaha
Analisis output faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pengembangan usaha 1.
2.
Matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI) Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)
Gambar 4. Diagram tahap identifikasi faktor-faktor perumusan strategi Menurut David (2004), langkah-langkah yang digunakan secara umum dalam bentuk EFI dan EFE adalah : 1. Menyusun daftar faktor-faktor utama yang mempunyai dampak penting (Critical success factor) pada aspek internal dan eksternal perusahaan yang ditempatkan pada kolom pertama. 2. Penilaian bobot (weight) setiap faktor strategis internal serta variabel dalam struktur industri, penentuan bobot dengan cara mengajukan identifikasi faktor strategi internal dan eksternal tersebut menggunakan metode “Paired Comparison”. Metode ini memberi pilihan terhadap
bobot tiap faktor penentu internal dan eksternal. Dalam menentukan bobot setiap variabel digunakan skala, dengan keterangan sebagai berikut : 1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Faktor strategis internal
A
B
C
...
Total
A B C ... Total 3. Menentukan
bobot
setiap
variabel
yang
diperoleh
dengan
menggunakan proporsi nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel denngan menggunakan rumus : Xi Ai
= n
∑ Xi i =1
Keterangan : Ai = bobot variabel ke-i n = jumlah variabel
i = 1,2,3,.....,n Xi = Nilai variabel ke-i
Total bobot yang diberikan harus sama dengan 1.0. Pembobotan kemudian akan ditempatkan pada kolom kedua matriks EFI-EFE.
Tabel 4. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan Faktor strategis eksternal
A
B
C
...
Total
A B C ... Total
4. Menentukan peringkat (rating) terhadap variabel-variabel hasil analisis situasi LSPro-Agroindustri, dimana nilai skala pada kekuatan adalah 1 = tidak kuat, 2 = cukup kuat, 3 = kuat dan 4 = sangat kuat. Nilai skala pada kelemahan adalah 1 = lebih lemah, 2 = sedang, 3 = tidak lemah dan 4 = sangat tidak lemah. 5. Pada matriks EFE skala nilai peluang adalah 1 = respon sangat superior, 2 = respon diatas rata-rata, 3 = respon rata-rata dan 4 = respon dibawah rata-rata. Nilai skala pada ancaman adalah 1 = respon dibawah rata-rata, 2 = respon rata-rata, 3 = respon diatas rata-rata dan 4 = respon sangat superior. 6. Setiap peringat (rating) dikalikan dengan masing-masing bobotnya pada tiap variabel sehingga diperoleh skor. 7. Jumlah skor ditambahkan untuk menetukan total skor organisasi. Bentuk matriks EFI dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Matriks EFI Faktor strategi Internal Kekuatan : 1. 2. .. n Kelemahan : 1. 2. .. n Total
Bobot (A)
Rating (B)
Skor (A x B)
8. Total skor dapat berkisar antara 1,0 sampai 4,0 dengan nilai rata-rata 2,5. Total skor dibawah 2,5 menunjukkan bahwa organisasi tersebut memiliki posisi internal yang lemah, dan skor 2,5 menunjukkan bahwa posisi internal dan eksternal organisasi pada tingkat rata-rata. Sedangkan total skor diatas 2,5 menunjukkan bahwa organisasi tersebut memiliki posisi internal dan eksternal yang kuat. Matriks EFE dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Matriks EFE Faktor strategi Eksternal
Bobot (A)
Rating (B)
Skor (A x B)
Peluang : 1. 2. .. n Ancaman : 1. 2. .. n Total
Tujuan akhir dari identifikasi sistem yaitu menghasilkan spesifikasi yang terperinci tentang peubah yang menyangkut rancangan dan proses kontrol yang ditentukan dan ditandai dengan adanya kriteria jalannya sistem akan membantu dalam evaluasi alternatif sistem (Eriyatno, 1999).
4. Pengembangan Alternatif Strategi Pengembangan alternatif strategi menggunakan matriks SWOT (Streght-Weakness-Opportunities-Threats)
untuk
mengetahui
berbagai
alternatif strategi yang dapat digunakan oleh LSPro-Agroindustri (TIN). Matriks SWOT menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi LSPro-Agroindustri dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Dari matriks ini akan terbentuk empat kemungkinan alternatif strategi. Gambar 5 adalah diagram matrik SWOT dan kemungkinan strategi yang sesuai.
STRENGTHS-S
WEAKNESS-W
Faktor-faktor
Faktor-faktor
Kekuatan
kelemahan
OPPORTUNITIES-O
STRATEGI S-O
STRATEGI W-O
Faktor-faktor
Gunakan kekuatan
Atasi kelemahan
peluang
untuk memanfaatkan
dengan
peluang
memanfaatkan peluang
THREATS-T
STRATEGI S-T
STRATEGI W-T
Faktor-faktor
Gunakan kekuatan untuk
Meminimalkan
menghindari ancaman
kelemahan dan
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Ancaman
menghindari ancaman
Gambar 5. Matriks SWOT
5. Pemilihan Strategi Prioritas Penyusunan strategi prioritas bertujuan untuk menentukan strategi yang paling baik yang dapat dijalankan oleh LSPro-Agroindustri. Penggunaan AHP bertujuan untuk menyederhanakan persoalan yang kompleks dan proses pengambilan
keputusannya
dipercepat.
Secara
grafis,
AHP
dapat
dikonstruksikan sebagai diagram bertingkat, yang dimulai dengan goal / sasaran, lalu kriteria level pertama, subkriteria dan akhirnya alternatif. Dalam penyelesaian AHP digunakan bantuan program Expert Choice 2000. Prinsip kerja dari AHP itu sendiri, yaitu : 1) Penyusunan Hirarki Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hirarki.
2) Penilaian Kriteria dan Alternatif Pemilihan alternatif strategis yang dapat menjadi prioritas strategi untuk dilaksanakan sesuai dengan tingkat kepentingan dan keadaan usaha adalah dengan menggunakan matriks pendapat dengan metode komparasi berpasangan. Tahap penyusunan matriks pendapat, yaitu : •
Perbandingan berpasangan (AHP) Penyusunan matriks pendapat dilakukan untuk menentukan tingkat kepentingan (bobot) dari elemen-elemen keputusan yang ada pada setiap hirarki keputusan dengan cara melakukan penilaian pendapat. Penilaian pendapat dilakukan dengan teknik komparasi berpasangan, yaitu membandingkan setiap elemen dengan elemen lainnya pada setiap tingkat skala komparasi Saaty (skala 1-9). Skala 1-9 adalah skala
yang
terbaik
dalam
mengkuantifikasi
pendapat,
yaitu
berdasarkan akuraasinya yang ditunjukkan denngan nilai RMS (Root Men Squarel) dan MAD (Median Absolute Deviation). Skala
komparasi Saaty dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Skala Komparasi Saaty Tingkat Kepentingan
Definisi
1
Sama penting
3
Sedikit lebih penting
5
Jelas lebih penting
7
Sangat jelas lebih penting
9
Pasti/mutlak lebih penting Jika ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan
2,4,6,8 1/(1-9) Sumber : Saaty (1991)
Kebalikan nilai tingkat kepentingan dari skala 1-9
C. Tata Laksana Studi dimulai dengan studi pustaka untuk mempelajari dan mengumpulkan data serta informasi yang berhubungan dengan tujuan studi. Data dan informasi dikumpulkan untuk keperluan analisa aspek-aspek yang berkaitan dengan pendirian lembaga sertifikasi poduk agroindustri. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Diagram kegiatan studi secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 6.
MULAI Daftar Persyaratan LSPro
Studi Pustaka dan Pengumpulan Data
Identifikasi Persyaratan
Formulasi Sistem Sertifikasi Produk Agroindustri dan Pemenuhan Persyaratan LSPro
Identifikasi Prosedur Aplikasi Sertifikasi LSPro
Pendirian dari Sertifikasi LSPro
Perumusan Masalah
• Pedoman BSN 401-2001 • Dokumen mutu • Badan hukum • Izin usaha • Sistem mutu
Model Sistem Sertifikasi Produk Agroindustri • Panduan mutu • Prosedur Dokumen • Instruksi kerja Mutu • Formulir
Data dan Informasi Prosedur Aplikasi Sertifikasi LSPro
Formulasi Strategi Pengembangan LSPro
Analisa Situasi SWOT
Gambar 6. Diagram Kegiatan Studi
Strategi Pengembangan LSPro
1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari pengisian kuesioner oleh para responden dan hasil wawancara langsung dengan orangorang yang ahli dalam bidang sertifikasi produk. Data sekunder diperoleh dari pengumpulan data serta informasi dari Badan Standarisasi Nasional (BSN) dan berbagai sumber pustaka, laporan, artikel, data statistik dari instansiinstansi pemerintah, swasta, dan publikasi lain yang dianggap relevan dengan ruang lingkup penelitian.
2. Penentuan Responden Penentuan responden berdasarkan pemahamannya mengenai lembaga sertifikasi produk. Pengisian kuesioner dilakukan oleh para responden yang berkaitan dengan Komite Akreditasi Nasional (KAN), Badan Sertifikasi Nasional (BSN), Departemen Perindustrian, dan LSPro-Agroindustri.
3. Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode pengolahan data dilakukan dengan menggunakan matriks SWOT untuk menetapkan alternatif strategi pengembangan sertifikasi produk agroindustri. Alternatif strategi yang diperoleh terdiri dari empat kelompok strategi, yaitu strategi ST, strategi SO, strategi WT, dan strategi WO. Pada tahap selanjutnya, data primer yang diperoleh dari pengisian kuesioner oleh para responden akan di data dan diolah menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan bantuan software expert choice 2000 untuk mendapatkan strategi pengembangan yang terbaik dari beberapa
alternatif strategi pengembangan LSPro-Agroindustri.
MULAI
Studi pendahuluan Pengambilan data untuk penentuan strategi pengembangan
SWOT
Pengolahan Data
Penentuan Hirarki Awal
Pengambilan Data untuk Pembobotan
Pengolahan Data dengan Metode AHP (Expert Choice 2000)
Uji Konsistensi
Penulisan Laporan
Selesai
Gambar 7. Langkah-langkah Penentuan Strategi Pengembangan LSPro
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. GAMBARAN TENTANG LSPro-Agroindustri 1. Persyaratan LSPro Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) harus memiliki dokumen mutu yang terdiri dari panduan mutu, prosedur, instruksi kerja, dan formulir. Selain itu, lembaga sertifikasi harus berbadan hukum dan memiliki tempat sekretariat yang tetap serta telah menerapkan sistem mutu minimal selama tiga bulan. LSPro-Agroindustri berada di bawah Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, saat ini sedang berada dalam tahap persiapan dan penyempurnaan dokumen mutu tersebut. LSPro-Agroindustri TIN harus menerapkan sistem mutu sesuai dengan pedoman BSN 401-2000 tentang Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Produk, untuk dapat memperoleh pengakuan atau sertifikat akreditasi. Pedoman ini merupakan pangganti dari pedoman BSN 15-1992 tentang Kriteria Umum Lembaga Sertifikasi yang Melakukan Sertifikasi Produk. Pedoman BSN 401-2000 sendiri merupakan adopsi dari dokumen ISO/IEC Guide 65 : 1996. Pedoman BSN 401-2000 menetapkan persyaratan yang harus diikuti untuk menjamin lembaga sertifikasi melaksanakan sistem sertifikasi pihak ketiga secara konsisten dan dapat diandalkan. Dengan demikian, baik forum nasional maupun internasional dapat menerimanya dengan baik sekaligus memacu perdagangan internasional. Persyaratan yang terdapat dalam pedoman ini merupakan kriteria umum bagi organisasi yang melaksanakan sistem sertifikasi produk. Dalam pedoman BSN 401-2000 terdapat lima belas butir pokok yang dijelaskan dalam masing-masing butir penjelasnya. Tiga butir pokok awal menjabarkan tentang ruang lingkup dan acuan dari pedoman tersebut, serta definisi yang berlaku. Hal-hal yang berkaitan dengan lembaga sertifikasi dan kelengkapannya dijabarkan dalam sebelas butir lainnya dalam pedoman ini,
mulai dari butir ke empat sampai dengan butir ke lima belas. Butir-butir tersebut menjelaskan tentang lembaga sertifikasi; personel lembaga sertifikasi; perubahan persyaratan sertifikasi; naik banding, keluhan, dan perselisihan; permohonan sertifikasi; persiapan evaluasi; evaluasi; laporan evaluasi; keputusan sertifikasi; surveilan; penggunaan lisensi, sertifikat, dan tanda kesesuaian; serta keluhan terhadap pemasok. Gambar 8 menunjukan standar yang harus diacu oleh LSPro. Persyaratan LSPro [PBSN 401 (ISO/IEC Guide 65)] Skema Sertifikasi
Determinasi Kesesuaian Produk dgn SNI
[PSN 302 (ISO/IEC Guide 67)]
Assesmen pemeliharaan validasi kesesuaian
PSN 304 (ISO/IEC Guide 28)
Review Sampling
Pengujian / Inspeksi
Assesmen sistem mutu
Assesmen proses produksi
SNI 19-17025 SNI 19-17020 PSN 305 (ISO/IEC Guide 53)
ISO/IEC Guide 19011 ISO/IEC Guide 62
Penilaian Desain Penetapan
Sistem manajemen mutu
PSN 306 SNI 19-9001 (ISO 9001)
Surveillance
Corrective Actions PSN 307 (ISO/IEC Guide 27)
Gambar 8. Standar Acuan LSPro (Komite Akreditasi Nasional, 2005)
Menurut Komite Akreditasi Nasional (2005), ada beberapa aspek kompetensi yang harus dibuktikan oleh LSPro : •
Pengoperasian jasa sertifikasi : Legalitas, kaitan kelembagaan, serta pengorganisasian dan manajemen pelayanan sertifikasi secara non diskrimatif, bebas tekanan, bebas konflik kepentingan, serta tidak berpihak pada pihak tertentu
•
Kemampuan pelaksanaan sertifikasi : (a) tanggung jawab terhadap keputusan sertifikasi; (b) skema sertifikasi; (c) kemampuan teknis serta obyektifitas pelaksanaan sertifikasi; (d) ketentuan lisensi; (e) pelaksanaan surveilan
•
Pengelolaan kepentingan pihak-pihak terkait : (a) stabilitas finansial; (b) integritas pernyataan kesesuaian (sertifikat dan tanda kesesuaian) yang diterbitkan; (c) liabilitas; (d) kemampuan menjaga kepercayaan pelanggan, kerahasiaan, naik banding, keluhan, dan perselisihan.
2. Bisnis Proses LSPro-Agroindustri Berdasarkan aspek kompetensi tersebut bisnis proses LSProAgroindustri menggambarkan sistem yang dimiliki oleh LSPro-Agroindustri yang membedakannya dengan LSPro lainnya. LSPro-Agroindustri di Departemen Teknologi Industri Pertanian memiliki dua lingkup sistem utama, yaitu lingkup proses dan lingkup manajemen. Lingkup proses terdiri dari pelayanan pelanggan, pengembangan sistem dan personel, perencanaan operasional pelaksanaan sertifikasi, serta monitoring dan evaluasi. Lingkup manajemen terdiri dari kepegawaian atau personalia dan keuangan LSPro. Kedua lingkup tersebut merupakan rangkuman dari keseluruhan proses dan manajemen dalam LSPro-Agroindustri TIN. Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan setiap unit tertuang dalam dokumentasi LSPro-
Agroindustri TIN yang terdiri dari panduan mutu, prosedur pelaksanaan, instruksi kerja, dan formulir. Gambar 9 menggambarkan arus informasi antar dan unit antar lingkup dalam kesatuan bisnis proses LSPro-Agroindustri di Departemen Teknologi Industri Pertanian. Pelanggan berada di luarnya. Pelanggan
Pelayanan Pelanggan
Kepegawaian (Personalia) Pengembangan Sistem dan Personel
Pelaksanaan Sertifikasi
Perencanaan Operasional
Monitoring dan Evaluasi
Keuangan LSPro Keterangan : Arus Informasi
Lingkup Proses
Hubungan Personalia
Lingkup Manajemen
Gambar 9. Keterkaitan Antar Unit dalam Bisnis Proses LSPro Agroindustri TIN (Anindita, 2008)
3. Organisasi di LSPro-Agroindustri LSPro harus memiliki organisasi yang jelas, oleh karena itu LSProAgroindustri menyatakan legalitas dan struktur organisasinya. LSProAgroindustri tidak akan melakukan diskriminasi terhadap pelanggan, menjaga obyektivitas dan kenetralannya dalam mengeluarkan keputusan sertifikasi, serta akan menyediakan sumber daya personal dan keuangan yang memadai dalam menjaga kemandiriannya. LSPro-Agroindustri menjelaskan tentang sumberdaya personal dan keuangannya.
Komite dewan pembina terdiri dari seorang ketua dan beberapa anggotanya. Dewan Pembina terdiri dari perwakilan semua pihak yang berkepentingan terhadap aktivitas sertifikasi LSPro-Agroindustri, antara lain kepala Departemen TIN, kepala LSPro-Agroindustri, bidang penelitian dan pengembangan produk agroindustri, bidang akademik, bidang pengusahaan produk agroindustri, dan bidang keahlian khusus sesuai dengan ruang lingkup akreditasi. Dewan Pembina LSPro-Agroindustri bertanggung jawab untuk penerapan sertifikasi produk, merumuskan dan mengatur kebijakan yang berhubungan dengan kegiatan LSPro-Agroindustri, mengawasi kebijakan pendaftaran dan keuangan secara umum, serta membentuk sub komite khusus jika diperlukan. Kepala LSPro-Agroindustri, dibantu oleh jajaran operasionalnya, akan mempertanggungjawabkan operasional sertifikasinya langsung kepada ketua dewan pembina. Kepala LSPro-Agroindustri mengatur penyelenggaraan, pengendalian, serta pemeliharaan sistem manajemen dan operasi teknis LSPro-Agroindustri. Kepala divisi operasional mengatur kegiatan administrasi
dan
operasional. Kepala divisi jaminan sistem bertanggung jawab dalam pelaksanaan, pengendalian dan pemeliharaan sistem sertifikasi produk. Keduanya bertanggung jawab langsung kepada kepala LSPro-Agroindustri. Personal operasional tetap LSPro-Agroindustri terdiri dari personal auditor dan tenaga ahli yang direkrut serta dipekerjakan secara tetap serta bagian administrasi. Personal operasional tidak tetap terdiri dari personal auditor yang direkrut dan dipekerjakan tidak tetap, tenaga ahli yang direkrut dan dipekerjakan secara tidak tetap, karyawan lain yang dipekerjakan secara tidak tetap (sesuai kebutuhan). Personal pendukung sistem manajemen LSProAgroindustri terdiri dari personal yang juga merupakan karyawan Departemen TIN yang diperuntukkan urusan keuangan dan akutansi, urusan kepegawaian, dan personal laboratorium. Gambar 10 menggambarkan rencana struktur dari organisasi LSPro-Agroindustri.
KOMITE DEWAN PEMBINA Ketua Dewan Pembina Anggota Dewan Pembina Kepala Lembaga Sertifikasi Produk
Divisi Jaminan Sistem
Divisi Operasional
Kepala Divisi
Kepala Divisi
Panitia Teknis (Expert Panel) Operasional LSPro
Administrasi dan Keuangan
Auditor/Analisis
Koordinator dan Anggota
Gambar 10. Rancangan Struktur Organisasi Operasional LSPro-Agroindustri
4. Ruang Lingkup Sertifikasi LSPro-Agroindustri Secara umum suatu LSPro harus memiliki ruang lingkup akreditasi berdasarkan kelompok produk. Penentuan ruang lingkup awal ini melalui suatu jajak pendapat (kuesioner) di kalangan Departemen Teknologi Industri Pertanian sendiri dan responden yang terkait dengan sertifikasi. Ada tiga bagian dalam kuesioner yang diajukan. Bagian pertama disusun dengan tujuan mengetahui sejauh mana pengetahuan responden tentang jaminan mutu, khususnya Standar Nasional Indonesia (SNI). Bagian kedua dari kuesioner bertujuan untuk memperoleh penilaian terhadap dua puluh produk yang telah ditentukan sebagai ruang lingkup sertifikasi produk. Bagian ketiga bertujuan
memperoleh saran dari responden berkaitan dengan LSPro-Agroindustri di Departemen Teknologi Industri Pertanian. Bagian pertama kuesioner terdiri dari lima pertanyaan. Pertanyaan pertama menanyakan perlunya jaminan mutu terhadap suatu produk. Seluruh responden (100%) menjawab bahwa jaminan mutu terhadap suatu produk perlu, untuk memberikan kepastian mutu produk kepada konsumen dan mendorong perbaikan kualitas produk. Pertanyaan kedua menanyakan pengetahuan responden tentang prosedur pemberian jaminan mutu terhadap suatu produk. Jumlah responden (66.7%) mengetahui prosedur pemberian jaminan mutu terhadap suatu produk, yaitu melalui mekanisme sertifikasi produk berdasarkan standar yang berlaku, misalnya SNI. Sisanya (33.3%) belum mengetahui prosedur tersebut. Pertanyaan ketiga menanyakan penilaian responden tentang pentingnya peran SNI dalam memberikan kepastian mutu terhadap suatu produk. Berturut-turut, sebanyak 60%, 33.3%, dan 6.7% responden menyatakan bahwa peran SNI sangat penting, penting, dan biasa saja karena SNI merupakan standar mutu produk, akan tetapi belum semua produk diwajibkan menerapkan SNI. Pertanyaan keempat menanyakan perlunya tanda SNI pada produk yang beredar di pasar. Berturut-turut, sebanyak 50%, 23.3%, dan 20% responden menyatakan bahwa adanya tanda SNI pada produk sangat perlu, perlu, dan tidak perlu, sedangkan sisanya (6.7%) tidak menyatakan pendapatnya. Pencantuman tanda SNI pada suatu produk menyatakan bahwa produk tersebut telah memenuhi standar, akan tetapi tidak semua produk ditetapkan wajib memenuhi SNI. Pertanyaan kelima menanyakan pentingnya tanda SNI terhadap keputusan responden dalam membeli suatu produk. Berturut-turut, sebanyak 36.7%, 46.7%, 6.7% dan 10% responden menyatakan bahwa tanda SNI sangat penting, penting, biasa saja, dan tidak penting terhadap keputusan mereka dalam membeli suatu produk. Pada produk tertentu yang bertanda SNI, tanda tersebut menjamin bahwa produk tersebut memiliki kualitas sesuai standar, akan tetapi pada kenyataanya masih ditemukan produk yang tidak sesuai mutunya. Bagian kedua dari kuesioner merupakan penentuan ruang lingkup awal sertifikasi produk yang akan diterapkan oleh LSPro-Agroindustri Dari dua
puluh produk, yaitu teh celup, biji kopi, biji kakao, gula kristal putih, air minum dalam kemasan (AMDK), minuman teh dalam kemasan, tepung terigu, tepung sagu, minyak atsiri, garam beryodium, minyak goreng, margarin, biodiesel, etanol, minyak bakar, sabun, kosmetika, pupuk organik, pupuk anorganik, dan fitofarmaka, dinilai oleh sejumlah responden. Kedua puluh produk tersebut dipilih berdasarkan potensi yang dimiliki dan wajib atau tidaknya SNI atas produk yang bersangkutan. Responden menilai produkproduk tersebut dari segi nilai komersil, tren persaingan, dan ketersediaan sumber daya yang dimiliki oleh Departemen Teknologi Industri Pertanian. Berdasarkan hasil kuesioner tersebut, terpilih sepuluh produk yang menduduki peringkat teratas. Hasil dari kuesioner dapat dilihat pada Tabel 8. Sepuluh produk tersebut dapat dijadikan awal ruang lingkup sertifikasi LSProAgroindustri. Apabila di masa mendatang LSPro-Agroindustri ingin memperluas ruang lingkup sertifikasi produknya, hal ini dapat diajukan kembali kepada pihak Komite akreditasi Nasional (KAN). Contoh kuesioner dan hasil kuesioner secara terperinci dari para responden dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2. Bagian ketiga dari kuesioner merupakan pertanyaan terbuka untuk mendapatkan masukan yang berguna dalam perancangan sistem sertifikasi produk agroindustri LSPro-agroindustri di Departemen Teknologi Industri Pertanian. Saran dan pendapat dari para responden secara terperinci dapat dilihat pada Lampiran 3. Saran yang diberikan oleh beberapa responden dapat dirangkum menjadi beberapa hal, yaitu : •
mempersiapkan sumber daya manusia yang handal, terutama untuk kegiatan analisa;
•
mempersiapkan sarana dan fasilitas uji yang memadai;
•
membentuk manajemen yang profesional dan berkomitmen tinggi;
•
memanfaatkan jaringan alumni;
•
perlunya dukungan dari pemerintah dan instansi terkait; dan
•
perlunya promosi yang kuat kepada konsumen.
Tabel 8. Ruang Lingkup SNI di LSPro-Agroindustri No
Nama Produk
No SNI
SNI Wajib
1
Minyak Goreng
01-37412002
v
2
Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)
05-35531994
v
3
Sabun (mandi cair)
06 – 4085 1996
4
Minyak Atsiri (nilam)
06 – 2385 1998
5
Teh Celup (hijau)
01-43241996
6
Minuman Teh Dalam Kemasan
01-31431992
7
Biji Kopi
01 – 2907 1999
8
Biji Kakao
01 – 2323 2002
9
Kosmetika (lipstick)
16 – 4769 1998
10
Gula Kristal Putih
01-31402001
Ruang Lingkup Standar ini menetapkan spesifikasi minyak goreng meliputi warna, bau, rasa, kadar air, asam lemak bebas, cemaran logam Standar ini menetapkan persyaratan uji bau, warna, rasa, pH, kekeruhan, cemaran logam, dll Standar ini menetapkan spesifikasi sabun mandi cair dengan persyaratan dan kriteria uji meliputi keadaan, pH, alkali bebas, bahan aktif, bobot jenis dan cemaran mikroba. Standar ini menetapkan spesifikasi minyak nilam dengan persyaratan dan kriteria uji yang meliputi warna, bobot jenis, indeks bias, bilangan asam, bilangan eter, kelarutan dalam etanol 90%, minyak lemak dan zat-zat asing. Standar ini menetapkan spesifikasi persyaratan uji meliputi rasa, warna, jenis kertas pulp Standar ini menetapkan spesifikasi persyaratan uji meliputi kadar gula, zat warna, pH, rasa, penampakan Standar ini menetapkan spesifikasi biji kopi dengan persyaratan uji biji berbau busuk, kadar air, kadar kotoran, serangga hidup, dll Standar ini menetapkan spesifikasi persyaratan uji serangga hidup, kadar air, kadar kotoran, biji berbau asap, kadar biji pecah, kadar benda asing, kotoran mamalia Standar ini menetapkan spesifikasi lipstick sebagai kosmetik dengan persyaratan dan kriteria uji yang meliputi penampakan, suhu lebur, pewarna, pengawet, cemaran mikroba Standar ini menetapkan persyaratan uji rasa, warna, bau, abu, jumlah gula sebagai sukrosa, cemaran logam
(Sumber : Badan Standarisasi Nasional, 2006)
5. Proses Sertifikasi Produk di LSPro-Agroindustri a. Permohonan Sertifikasi LSPro-Agroindustri menjelaskan tata cara pengajuan permohonan sertifikasi. Permohonan sertifikasi dari pelanggan akan ditangani oleh bagian administrasi. Kepala LSPro-Agroindustri memiliki wewenang menentukan pelaksanaan sertifikasi.
LSPro-Agroindustri mensyaratkan formulir permohonan resmi diisi dengan lengkap dan ditandatangani oleh wakil pemohon yang berwenang, dengan melampirkan ruang lingkup sertifikasi yang dimohon serta pernyataan bahwa pemohonan setuju untuk memenuhi persyaratan sertifikasi dan memberikan informasi yang diperlukan untuk evaluasi produk yang akan disertifikasi. Pemohon memberikan informasi jenis perusahaan, nama, alamat, dan status hukum serta definisi produk yang akan disertifikasi, sistem sertifikasi, dan standar yang digunakan untuk produk yang akan disertifikasi jika diketahui pemohon. b. Kaji Ulang Permohonan Sertifikasi LSPro-Agroindustri melaksanakan kaji ulang permohonan sertifikasi, tender atau kontrak dan menjelaskan bagaimana cara melakukannya sehingga dapat memberikan jaminan kepada pelanggan. Kaji ulang terhadap permohonan sertifikasi, tender dan kontrak dilakukan pada saat ada permintaan pengujian atau kontrak pengujian dari pelanggan. Kepala divisi operasional memiliki tanggung jawab dan wewenang untuk melakukan kaji ulang permohonan sertifikasi, tender dan kontrak. Sarana fisik dan kompetensi personel yang diperlukan untuk kegiatan sertifikasi
diidentifikasi.
Apabila
LSPro-Agroindustri
tidak
dapat
melakukan sertifikasi yang diminta, maka LSPro-Agroindustri akan menginformasikannya kepada pelanggan atau apabila memungkinkan akan mensubkontrakkan inspeksi atau pengujian tertentu kepada subkontraktor yang telah ditunjuk. Kepala divisi operasional memastikan persetujuan pelanggan terhadap metode dan sumber daya yang dimiliki LSProAgroindustri. Kepala LSPro-Agroindustri melakukan kontrak dengan pelanggan apabila telah terjadi kesepakatan terhadap persyaratan yang diajukan kedua belah pihak. Setiap perubahan dan atau amandemen terhadap kontrak yang telah dilakukan dikaji ulang dan diinformasikan kepada pihak yang terkait.
c. Evaluasi LSPro-Agroindustri melaksanakan evaluasi dalam rangka sertifikasi produk. Sebuah tim audit yang akan melakukan kegiatan evaluasi akan ditunjuk dalam rangka sertifikasi produk. Untuk mengetahui kesiapan dokumen-dokumen perusahaan pelanggan, maka diperlukan kunjungan pra evaluasi. Jika setelah diperiksa ditemukan kekurangan kritis, maka evaluasi ditunda dan dilakukan pengujian ulang untuk dokumentasi ulang. Jika dapat diterima, dilakukan perbaikanperbaikan yang diperlukan sebelum masuk proses evaluasi formal. Tim audit akan memeriksa perbaikan ketidaksesuaian yang ditemukan pada saat pra evaluasi. Ketidaksesuaian dikategorikan dalam kategori kritis, mayor, minor, dan observasi. Jika ditemukan ketidaksesuaian, maka proses ditunda. Jika dapat diterima, dilakukan pengujian. Jika hasil pengujian baik dan bukti-bukti pendukung yang relevan cukup, maka proses selanjutnya dibawa ke rapat keputusan sertifikasi. Apabila tidak dapat diterima, maka dilakukan perbaikan ulang. d. Pelaporan Hasil Evaluasi LSPro-Agroindustri melaporkan hasil evaluasi dalam rangka sertifikasi produk. Sebuah tim audit yang akan melakukan kegiatan evaluasi ditunjuk dalam rangka sertifikasi produk. Hasil
pelaksanaan
evaluasi
berupa
temuan
ketidaksesuaian
didokumentasikan dengan baik. Apabila dapat diterima, maka selanjutnya akan dibawa ke dalam rapat keputusan sertifikasi di mana akan diputuskan diberikan atau tidaknya sertifikat kesesuaian. e. Keputusan Sertifikasi LSPro-Agroindustri menjelaskan pelaksanaan pengambilan keputusan rangka sertifikasi produk. Kepala divisi jaminan sistem memiliki tanggung jawab dan wewenang untuk menyelenggarakan rapat keputusan sertifikasi. Jika dalam rapat keputusan sertifikasi semua laporan dapat diterima, maka sertifikat akan diterbitkan. Jika tidak, sertifikasi akan dihentikan dan dilakukan aplikasi ulang.
Selain memiliki mutu produk yang konsisten dengan standar (SNI), untuk mendapatkan sertifikat produk, perusahaan pelanggan harus telah menerapkan sistem manajemen mutu sesuai dengan SNI 19-9000 dan telah membayar biaya sertifikasi yang telah ditentukan. f. Surveilan LSPro-Agroindustri melaksanakan surveilan dalam rangka sertifikasi produk. Surveilan merupakan kegiatan penilaian kesesuaian yang dilakukan secara sistematik dan berulang sebagai dasar untuk memelihara validitas pernyataan kesesuaian. Sebuah tim audit yang akan melakukan kegiatan surveilan akan ditunjuk dalam rangka sertifikasi produk. Setelah penerimaan sertifikat, akan dilakukan kunjungan survailen dalam waktu sekurang-kurangnya enam bulan selama tiga tahun. Jika dalam kunjungan surveilan ditemukan ketidaksesuaian yang dikategorikan dalam kategori kritis, mayor, minor, dan observasi, maka ketidaksesuaian tersebut harus diperbaiki dalam jangka waktu yang telah ditentukan. g. Ketentuan Berkaitan Dengan Sertifikat Dan Logo LSPro-Agroindustri menjelaskan ketentuan yang berkaitan dengan sertifikat dan logo, meliputi penangguhan, pencabutan, dan pembatalan sertifikat kesesuaian yang sekiranya diberikan kepada pelanggan. Manajemen LSPro-Agroindustri memiliki tanggung jawab dan wewenang dalam menentukan hal yang berkaitan dengan penangguhan, pencabutan, dan pembatalan sertifikat kesesuaian. Sertifikat mungkin ditangguhkan untuk waktu tertentu apabila laporan ketidaksesuaian tidak diselesaikan dalam batas waktu yang telah ditentukan, terdapat kontroversi dengan pelanggan lain terhadap aturan pelaksanaan LSPro-Agroindustri, maupun terdapat keluhan pelanggan atau pihak terkait yang tidak diselesaikan sebagaimana mestinya. LSPro-Agroindustri akan mengkonfirmasikan penangguhan sertifikat secara tertulis kepada pelanggan yang bersangkutan dan menerangkan kondisi dimana penangguhan dapat dibatalkan. Pada masa akhir penagguhan, dilakukan sebuah pemeriksaan untuk menentukan apakah kondisi yang ditunjukkan dalam perbaikan untuk memberlakukan kembali
sertifikat sudah terpenuhi. Apabila kondisi terpenuhi, maka pelanggan akan dikonfirmasikan tentang pemberlakuan kembali sertifikatnya. Apabila kondisi tidak terpenuhi, maka sertifikat akan dicabut. Biaya yang dikeluarkan
oleh
LSPro-Agroindustri
dalam
penangguhan
dan
pemberlakuan kembali sertifikat akan dikenakan kepada pelanggan. Sebuah sertifikat akan dapat dicabut apabila pelanggan tidak memenuhi tindakan yang harus diambil dalam kasus penangguhan atau pelanggan gagal memenuhi kewajiban pembayaran kepada LSProAgroindustri. LSPro-Agroindustri memiliki wewenang untuk mencabut sertifikat dengan jalan memberitahukan secara tertulis kepada pelanggan. Pelanggan dapat mengajukan sanggahan keluhan secara tertulis. Tidak ada pengembalian pembayaran biaya penilaian. Pencabutan sertifikat akan dipublikasikan oleh LSPro-Agroindustri. Sertifikat dapat dibatalkan apabila pelanggan tidak bersedia untuk memperbaharui sertifikat atau perusahaan tidak beroperasi lagi. Tidak ada pengembalian biaya penilaian. Pencabutan sertifikat akan dipublikasikan oleh LSPro-Agroindustri. h. Keluhan Terhadap Pemasok LSPro-Agroindustri
mengajukan
pengaduan
terhadap
pemasok
mengenai kesesuaian produk dengan persyaratan standar yang terkait apabila terjadi temuan penyimpangan yang mempengaruhi kesesuaian parsyaratan sertifikasi. Pemasok merupakan pihak yang bertanggung jawab untuk menjamin bahwa produk memenuhi dan jika dapat diterapkan, tetap memenuhi persyaratan yang dipakai sebagai dasar sertifikasi. Kepala divisi jaminan sistem membuat surat keluhan terhadap pemasok atas temuan penyimpangan. Bagian administrasi menyampaikan surat keluhan tersebut kepada pemasok. Rekaman tindakan yang diambil diarsipkan dengan baik. i. Tindakan Koreksi Dan Pencegahan LSPro-Agroindustri melakukan tindakan koreksi bila teridentifikasi adanya pekerjaan yang tidak sesuai atau menyimpang dari kebijakan dan
prosedur di dalam sistem mutu. Prosedur tindakan pencegahan ditetapkan dan diperlukan bertujuan untuk memberikan pedoman peyelenggaraan tindakan pencegahan ketidaksesuaian pada sistem manajemen mutu. Tindakan
koreksi
dimulai
dengan
suatu
penyelidikan
untuk
menentukan akar permasalahan, meniadakan masalah dan mencegah terjadinya kembali. Kepala divisi operasional mempunyai tanggung jawab dan wewenang untuk melakukan tindakan koreksi. Kepala divisi jaminan Sistem mempunyai tanggung jawab dan wewenang untuk melakukan tindakan pencegahan berupa tindakan yang diperlukan untuk mencegah ketidaksesuaian yang potensial dan penyelesaian pengaduan. Laporan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi tindakan pencegahan disampaikan kepada Kepala LSPro-Agroindustri untuk ditindaklanjuti. Tindakan koreksi diawali dengan identifikasi faktor utama penyebab ketidaksesuaian.
Selanjutnya
kepala
divisi
operasional
akan
mengidentifikasi tindakan koreksi potensial dan menghubungi supervisor. Supervisor akan menghubungi analis, dilanjutkan dengan pemeriksaan pekerjaan dan cara kerja. Pemantauan dilakukan sampai diperoleh hasil yang efektif. Audit internal dilakukan apabila ketidaksesuaian atau penyimpangan tersebut menimbulkan keraguan dan beresiko pada bisnis. Tindakan pencegahan diawali dengan identifikasi rekaman dan dokumen ketidaksesuaian yang pernah terjadi dalam kurun waktu tertentu, pengaduan, dan kaji ulang. Selanjutnya kepala divisi jaminan sistem membuat perencanaan tindakan pencegahan dan penjadwalannya dalam jangka satu tahun. Rencana kegiatan tindakan didiskusikan sesuai dengan tingkatan personel yang terlibat. Tindakan pencegahan sesuai dengan akar permasalahan dilakukan dan dievaluasi untuk memprediksi peluang terjadinya ketidaksesuaian. Kepala divisi jaminan sistem melaporkan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi tindakan pencegahan kepada Kepala LSPro-Agroindustri dan mendiskusikan laporan dalam setiap level person.
PEMOHON - Informasi - Pemohonan
- Informasi - Formulir LSPro-
Pengambilan Contoh
Asesmen Verifikasi Inspeksi
Lab Uji Hasil Asesmen / verifikasi, inspeksi
Hasil Uji
Pengkajian oleh Tim Evaluasi Tidak
Hasil Pengkajian Ya Keputusan Sertifikasi
Tidak
Ya Penyerahan Sertifikat Gambar 11. Diagram Proses Sertifikasi Produk
B. ANALISIS SISTEM STRATEGI Analisis sistem adalah perumusan strategi pengembangan usaha untuk LSPro-Agroindustri di Departemen Teknologi Industri Pertanian. Tahapan ini digunakan untuk mengetahui kebutuhan para pelaku sistem, mengetahui permasalahan yang mendasari sistem, serta gambaran umum sistem yang akan disusun. Analisis ini perlu dilakukan untuk mengurangi atau menghindari resiko kesalahan dalam pendirian LSPro-Agroindustri sehingga kegagalan pun dapat dihindari. Tahapan analisis sistem ini terdiri dari analisa kebutuhan, formulasi permasalahan, dan identifikasi sistem.
1. Analisa Kebutuhan Analisa kebutuhan merupakan permulaan pengkajian dari suatu sistem. Analisis ini akan dinyatakan dalam kebutuhan-kebutuhan yang ada, baru kemudian dilakukan tahapan pengembangan terhadap kebutuhan-kebutuhan yang dideskripsikan. Analisis kebutuhan selalu menyangkut interaksi antara respon yang timbul dari seorang pengambil keputusan terhadap jalannya sistem. Analisis ini dapat meliputi hasil suatu survei, pendapat ahli, diskusi, observasi lapangan dan sebagainya (Marimin, 2004). Pelaku yang berpengaruh dan berperan dalam pengembangan LSProAgroindustri TIN adalah : •
Kalangan Departemen Teknologi Industri Pertanian yang memiliki keahlian mengenai sertifikasi produk
•
Pihak yang terkait serta para nara sumber di bidang sertifikasi produk. Berdasarkan hasil wawancara dengan para pelaku, diperoleh analisa
kebutuhan sebagai berikut : •
Mempersiapkan sumber daya manusia yang handal, sarana, dan fasilitas uji yang memadai
•
Perlunya dukungan dari pemerintah dan instansi terkait
•
Perlunya promosi yang kuat kepada konsumen akan pentingnya sertifikasi.
2. Formulasi Permasalahan Sejalan dengan perkembangan kemampuan nasional di bidang standardisasi dan dalam mengantisipasi era globlalisasi perdagangan dunia, LSPro-Agroindustri TIN yang akan didirikan merupakan lembaga sertifikasi dibawah binaan KAN (Komite Akreditasi Nasional) yang merupakan lembaga independen yang bertugas melakukan akreditasi terhadap produk, ingin mengembangkan usahanya agar mampu mengahadapi usaha sertifikasi yang semakin kompetitif. Lingkungan yang demikian menyebabkan LSProAgroindustri memerlukan sistem yang dapat digunakan untuk mengatasi trend perubahan yang terjadi di lingkungan bisnis sertifikasi. Untuk memperkirakan dampaknya terhadap strategi yang akan digunakan oleh LSPro-Agroindustri untuk mewujudkan visinya, maka diperlukan perumusan strategi dalam pengembangan usaha sertifikasi. Hasil dari analisis tersebut akan dapat digunakan oleh LSPro-Agroindustri TIN dalam menentukan kebijaksanaan dan sasaran usaha jangka panjang, agar dapat bersaing dalam lingkungan usaha yang kompetitif tersebut.
3. Identifikasi Sistem a. Visi dan Misi Visi adalah suatu pandangan yang jauh tentang perusahaan; tujuantujuan perusahaan dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Sedangkan misi adalah tujuan dan alasan mengapa perusahaan ada. Visi dan misi dalam bentuk tertulis belum dimiliki oleh LSProAgroindustri. Meskipun demikian penulisan mengenai visi dan misi secara tersirat dapat dijabarkan oleh pakar dari LSPro. Berdasarkan hasil wawancara digambarkan bahwa : Visi :
Menjadi LSPro-Agroindustri yang bertaraf internasional yang berkontribusi pada pengembangan agroindustri dalam negeri.
Misi :
Menilai kesesuaian sistem jaminan mutu dan produk agroindustri terhadap standar, guna menjamin perdagangan bebas (fair trade) yang adil dan saling menguntungkan.
Visi dan misi digunakan sebagai acuan dalam perumusan strategi pengembangan lembaga sertifikasi produk. Perumusan visi dan misi akan menghasilkan tujuan jangka panjang maupun jangka pendek yang akan dicapai oleh LSPro-Agroindustri TIN. Menurut Chandler (1962) strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya.
b. Lingkungan Internal dan Eksternal LSPro-Agroindustri Menurut Wheelen dan Hunger (1992), analisis situasi atau lingkungan usaha merupakan suatu cara untuk mendapatkan suatu kemampuan strategis dengan mengintegrasikan antara peluang-peluang yang ada dengan kemampuan atau kekuatan-kekuatan yang dimiliki perusahaan, untuk dapat mengatasi atau mengantisipasi kemungkinan adanya ancaman dari luar perusahaan dan mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada. Secara umum analisis lingkungan usaha dapat dibagi menjadi lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Hasil yang diperoleh dari analisis lingkungan ini akan memberikan gambaran tentang kondisi usaha saat ini, sehingga dapat memberikan gambaran tentang kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki LSPro-Agroindustri TIN. 1) Analisis Lingkungan Internal Analisis lingkungan usaha internal dari suatu perusahaan merupakan suatu proses memadukan kekutan dan kelemahan internal perusahaan, yang meliputi sumber daya manusia, kondisi keuangan, fasilitas, sarana informasi, dan networking. Kekuatan merupakan sumber kemampuan
yang
dimiliki
perusahaan
terhadap
pesaingnya.
Sedangkan kelemahan merupakan keterbatasan perusahaan dalam hal sumber daya dan kemampuan manajemen yang sangat mempengaruhi kinerja perusahaan. a. Sumber Daya Manusia LSPro-Agroindustri di Departemen Teknologi Industri Pertanian memiliki SDM yang memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam
bidang agroindustri, baik dalam quality asessment (QA) maupun quality control (QC), serta personel dalam bidang sertifikasi
produk yang berkompeten. Sumber daya manusia di LSProAgroindustri memiliki keahlian dalam pengujian dan analisis produk agroindustri, serta para personel yang bekerja secara profesional. Sumber daya manusia adalah aset utama LSProAgroindustri untuk mencapai visinya. Oleh karena itu pembinaan SDM
untuk
meningkatkan
kualitasnya
senantiasa
menjadi
perhatian utama. b. Kondisi Keuangan (Finansial) Menurut Umar (2003) alokasi penggunaan dana merupakan faktor penting dalam investasi. Evaluasi aspek finansial meliputi (i) struktur dan sumber pembiayaan proyek yang akan dibangun (ii) penyusunan anggaran investasi, yaitu jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan mengoperasikan proyek (iii) prakiraan jumlah
standar
biaya
produksi
(iv)
kemampuan
proyek
menghasilkan keuntungan dan (v) analisa break even point (BEP). Saat ini kondisi keuangan masih bersifat tertutup dan masih direncanakan, karena modal awal yang dibutuhkan tidaklah sedikit untuk
pengembangan
LSPro-Agroindustri,
apalagi
untuk
pengembangannya lebih lanjut. Oleh karena itu dibutuhkan kerja sama dengan Departemen dan institusi terkait. Dalam bisnis jasa tentu akan dilihat keuntungan yang diperoleh secara finansial tanpa melupakan tujuannya untuk membantu UKM (Usaha Kecil Menengah) yang bergerak dalam bidang agroindustri untuk mendapatkan sertifikasi. c. Fasilitas Pendirian LSPro-Agroindustri harus didukung oleh laboratorium uji
kompeten.
LSPro-Agroindustri
dapat
menggunakan
laboratorium internal milik LSPro-Agroindustri sendiri ataupun subkontrak dengan laboratorium yang independent. LSProAgroindustri TIN memiliki fasilitas laboratorium internal yang
dikelola secara profesional sesuai ISO/IEC 17025, hal ini dapat menjadi kekuatan bagi LSPro-Agroindustri. Namun, LSProAgroindustri masih memerlukan kerja sama dengan laboratoriumlaboratorium lain yang terakreditasi untuk pengujian produkproduk agroindustri, yang belum tercakup dalam ruang lingkup di laboratorium
pengujian
di
Departemen
Teknologi
Industri
Pertanian. d. Sarana Informasi Sarana informasi sangat penting untuk pengembangan LSProAgroindustri di TIN, agar LSPro-Agroindustri dapat dikenal luas oleh masyarakat dan pengusaha yang bergerak dalam bidang agroindustri. Berbicara tentang kemampuan LSPro-Agoindustri TIN dalam pemasaran atau promosi jasa sertifikasi produk, dapat dikatakan masih kurang dan membutuhkan banyak dukungan untuk mensosialisasikan arti penting mutu produk agroindustri. e. “Networking” Dalam rangka pengembangan LSPro-Agroindustri, tentu saja mitra kerja sama atau networking memegang peranan penting. Tujuan dari pengembangan networking, supaya LSPro-Agroindustri dapat dikenal luas dan mendapatkan dukungan, terutama networking dengan lembaga yang berkaitan dengan sertifikasi produk agroindustri. Adanya networking dengan lembaga terkait akan memudahkan LSPro-Agroindustri untuk mengembangkan jasanya. Selain itu dengan networking dapat membantu sumbangan dana yang dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja LSPro-Agroindustri. LSPro-Agroindustri di Departemen Industri Pertanian memiliki mitra kerja pemerintah antara lain dengan Perguruan Tinggi (Institut Pertanian Bogor), Departemen Pertanian, mitra kerja swasta dengan beberapa perusahaan bidang agroindustri.
2) Analisis Lingkungan Eksternal Lingkungan eksternal terdiri dari faktor-faktor berupa peluang dan ancaman. Dengan melakukan pengamatan lingkungan eksternal, perusahaan akan memiliki kemampuan untuk dapat memperkirakan perubahan yang mungkin akan terjadi, sehingga perusahaan dapat mengantisipasinya dengan baik. Lingkungan eksternal yang diamati meliputi lingkungan umum dan industri. a. Lingkungan Umum Lingkungan umum adalah suatu lingkungan yang berada di luar usaha dan terlepas dari sistem opeasional usaha. Faktor-faktor lingkungan umum meliputi : sosial, ekonomi, pemerintah, dan teknologi. •
Faktor Sosial Arus globalisasi dan iklim perdagangan bebas di era 21 menimbulkan Indonesia semakin dibanjiri oleh produk-produk impor. Saat ini produk-produk tersebut dengan mudahnya beredar, dan para konsumen memiliki kecenderungan memilih barang yang harganya lebih murah yang belum tentu terjamin keamanan, kesehatan, atau berdampak negatif terhadap lingkungan. Perubahan sikap tersebut, selain dilatar belakangi oleh faktor melemahnya daya beli masyarakat juga disebabkan budaya mutu di Indonesia yang masih kurang. Adanya tanda SNI menandakan bahwa produk tersebut dijamin mutunya baik dari segi kesehatan, keamanan, keselamatan, teknis maupun proses produksinya yang ramah lingkungan. Namun, masih banyak masyarakat yang kurang mengetahui, memahami, bahkan melihat tanda SNI saat membeli barang. Hal tersebut dapat dimaklumi, karena SNI memang belum dapat diketahui dan dipahami secara luas di lingkungan masyarakat. Kondisi tersebut merupakan tantangan yang harus dihadapi bersama dan banyak pihak yang harus ikut berperan serta mensosialisasikannya. Penghargaan terhadap jaminan
mutu produk agroindustri oleh sebagian masyarakat dan pengusaha yang masih rendah, dapat menjadi ancaman berkembangnya LSPro-Agroindustri. •
Faktor Ekonomi Agroindustri
pada
dasarnya
merupakan
industri
yang
memberikan nilai tambah pada produk pertanian dalam arti luas. Dalam menghadapi persaingan perdagangan yang semakin sengit di dunia internasional, penerapan SNI merupakan salah satu cara untuk mengantisipasi perkembangan persaingan
tersebut.
Dalam
rangka
upaya
pemulihan
perekonomian Indonesia, perlu dibangun dan dikembangkan standar nasional yang diterapkan pada setiap produk. Sehingga kepercayaan masyarakat terhadap produk dalam negeri akan berkembang dan dapat mengubah paradigma standar mutu itu sendiri. Ditetapkannya SNI tidak hanya bertumpu pada kepentingan konsumen Indonesia, tetapi terutama pada kepentingan serta selera konsumen luar negeri. Berbicara tentang citra mutu pada akhirnya berkaitan langsung dengan daya saing produk yang bersangkutan. Citra yang baik akan membuat produk lebih mudah menembus pasar internasional. Adanya tuntutan masyarakat luar dan dalam negeri yang peduli terhadap mutu produk agroindustri ini dapat menjadi peluang bagi LSProAgroindustri. •
Faktor Pemerintah Dalam
era
perdagangan
bebas,
subsektor
agroindustri
merupakan salah satu prioritas yang perlu dikembangkan dalam pembangunan nasional. Kebijakan pemerintah Indonesia untuk menghadapi persaingan perdagangan yang semakin sengit di dunia internasional dengan memberlakukannya SNI dan terusmenerus berusaha mengembangkan SNI sebagai sarana untuk menjamin kualitas suatu produk.
Penerapan SNI pada dasarnya bersifat sukarela, artinya kegiatan dan produk yang tidak memenuhi ketentuan SNI tidak dilarang. Namun untuk keperluan melindungi kepentingan umum, keamanan negara, perkembangan ekonomi nasional, dan
pelestarian
fungsi
lingkungan
hidup,
pemerintah
memberlakukan SNI tertentu secara wajib. Pemberlakuan SNI wajib dilakukan melalui penerbitan regulasi teknis oleh instansi pemerintah yang memiliki kewenangan untuk meregulasi kegiatan dan peredaran produk (regulator). Hal ini tertuang dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik
Indonesia
No.818/MPP/Kep/12/2002
tentang
penunjukan lembaga sertifikasi produk, laboratorium penguji, dan lembaga inspeksi dalam rangka pemberlakuan dan pengawasan SNI wajib. •
Faktor Teknologi Perkembangan teknologi yang begitu cepat, secara tidak langsung menuntut LSPro-Agroindustri menggunakan fasilitas laboratorium dengan teknologi yang lebih canggih. Apalagi perkembangan LSPro yang sejenis di dalam dan luar negeri saat ini memiliki teknologi yang lebih baik. Hal ini dapat menjadi ancaman bagi LSPro-Agroindustri. Saat ini LSProAgroindustri memiliki beberapa fasilitas laboratorium, yaitu laboratorium proses, laboratorium lingkungan, laboratorium bioproses, laboratorium computer, laboratorium pengemasan dan penyimpanan.
b. Lingkungan Industri •
Persaingan diantara perusahaan sertifikasi Keberadaan lembaga sertifikasi produk yang telah diakreditasi oleh KAN masih sedikit jumlahnya ± 19 LSPro di seluruh Indonesia, baik milik pemerintah maupun swasta (ANTARA, 2007). Dari beberapa lembaga sertifikasi produk yang telah
beroperasi, masih sedikit jumlahnya yang memiliki ruang lingkup khusus produk agroindustri. Peluang yang ada ini ingin dimanfaatkan oleh Departemen Teknologi Industri Pertanian, seiring dengan salah satu tujuannya yaitu memberikan kontribusi terhadap kemajuan sektor agroindustri Indonesia. Agar persaingan LSPro lebih sehat, Komite Akreditasi Nasional (KAN) memiliki asesor (auditor) dan panitia teknis KAN untuk menilai kompetensi LSPro dari beberapa aspek, yaitu kemampuan penetapan kebijakan dan stabilitas keuangan, kemampuan
pengoperasian,
kemampuan
teknis
dalam
melaksanakan penilaian, dan tanggung jawab dalam keputusan sertifikasi. •
Masuknya pesaing baru Identifikasi pesaing bertujuan untuk mengetahui keadaan persaingan usaha sertifikasi saat ini dan masa yang akan datang.
Identifikasi
pesaing
menganalisis
secara
detail
bagaimana persaingan merebut perhatian klien dan target pemasaran, promosi, termasuk strategi pesaing dalam hal harga, dan promosi. Persaingan dalam LSPro dapat menjadi motivasi masing-masing LSPro untuk meningkatkan kinerjanya dalam sertifikasi agar lebih baik, sehingga ruang lingkup LSPro akan terfokus pada keahliannya dan ruang lingkup LSPro akan makin terbatas dan spesifik. •
Potensi pengembangan sertifikasi Pada dasarnya penerapan SNI bersifat sukarela, artinya kegiatan atau produk yang tidak memenuhi ketentuan SNI tidak dilarang. Namun, untuk keperluan melindungi kepentingan umum, keamanan negara, perkembangan ekonomi nasional, dan
pelestarian
fungsi
lingkungan
hidup,
pemerintah
memberlakukan SNI tertentu secara wajib. SNI wajib perlu dilakukan secara berhati-hati untuk menghindari sejumlah dampak,
yaitu
menghambat
persaingan
yang
sehat,
menghambat inovasi, dan menghambat perkembangan Usaha Kecil Menengah (UKM). Penilaian kesesuaian SNI yang bersifat sukarela berfungsi sebagai pengakuan, sedangkan SNI yang bersifat wajib penilaian kesesuaiannya merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh semua pihak yang terkait. Pengembangan standar nasional diupayakan mengacu dan tidak menduplikasi standar internasional. Penetapan regulasi teknis termasuk pemberlakuan standar wajib tidak boleh dimaksudkan untuk atau berdampak menimbulkan hambatan perdagangan yang berlebihan. Oleh karena itu sejauh dapat mencapai tujuannya, suatu regulasi teknis harus mengacu pada standar internasional. Apabila untuk keperluan yang sah penerapan ketentuan teknis yang berbeda dengan standar internasional tidak dapat dihindarkan, maka rencana regulasi teknis tersebut harus
diumumkan
(notification)
untuk
mermberikan
kesempatan bagi semua pihak di negara anggota WTO lain. Penilaian kesesuaian terhadap produk dari luar negeri harus sama dengan penilaian kesesuaian bagi produk dalam negeri, dan tidak menerapkan perlakuan yang diskriminatif bagi negara yang berbeda. Persepsi akan pentingnya standar dan penilaian kesesuaian produk pada tingkat industri atau pelaku usaha, semakin lama semakin meningkat. Hal ini terlihat dari permintaan industri untuk memperoleh standar pada produknya tahun 2007 mencapai 600, sedangkan kemampuan dari LSPro hanya mampu memenuhi 200 saja. Produk yang paling banyak diminta adalah produk elektronik, makanan, dan kimia. Selain itu, permintaan untuk pembuatan SNI untuk produk semakin meningkat dibandingkan tahun-tahun yang lalu (ANTARA, 2007).
Berbicara tentang persepsi masyarakat terhadap standar dan penilaian kesesuaian, hingga saat ini kesadaran masyarakat di dalam memproduksi dan atau mengkonsumsi suatu produk belumlah didasarkan atas pengetahuan terhadap standar/mutu produknya melainkan masih didasarkan atas pertimbangan harga. Namun, saat ini dengan adanya kampanye, program edukasi, dan kurikulum pelatihan sertifikasi yang dilakukan pemerintah kepada masyarakat, sedikit demi sedikit terjadi peningkatan
kesadaran
masyarakat
akan
standar
mutu,
kesehatan, dan kepedulian terhadap lingkungan. Hal ini dapat dijadikan peluang yang baik untuk LSPro-Agroindustri untuk mengembangkan fungsinya. Dapat dilihat bahwa potensi pengembangan sertifikasi akan besar, karena persepsi masyarakat terhadap standar mutu mulai meningkat dan adanya kerjasama internasional antara BSN dengan badan sertifikasi internasional seperti Organization for Standardization (ISO), Codex Alimentarius Commission
(CAC), produk-produk agroindustri yang akan diekspor harus memenuhi standar internasional yang telah disepakati, begitu juga produk-produk impor yang akan masuk ke Indonesia membutuhkan seritifikasi untuk mendapat pengakuan. Dengan demikian LSPro-Agroindustri akan memegang peranan penting dalam perdagangan. Outuput
analisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
strategi
pengembangan usaha LSPro-Agroindustri, menggunakan matriks EFI dan EFE, selain itu juga digunakan metode SWOT. Analisis SWOT mengkaji faktor-faktor internal berupa kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesess) yang dimiliki Departemen Teknologi Industri Pertanian dalam rangka pengembangan LSPro-Agroindustri. Faktor-faktor eksternal berupa peluang (opportunities) dan ancaman (threats) juga dikaji menggunakan analisis SWOT. Output analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi strategi pengembangan LSPro-Agroindustri tersebut dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Faktor Internal dan Eksternal LSPro-Agroindustri TIN Faktor A. Internal Kekuatan (Strengths) A. Pengetahuan dan pengalaman SDM dalam agroindustri, QA/QC dan sertifikasi produk B. Fasilitas laboratorium dan sistem mutu (ISO/IEC 17025) yang tersedia C. Kelembagaan yang "credible" dan komitmen dalam pengembangan agroindustri Kelemahan (Weaknesses) D. LSPro agroindustri belum dikenal secara luas E. Ruang lingkup sertifikasi produk masih terbatas F. Kemampuan dalam pemasaran / promosi jasa sertifikasi produk G. Networking dengan lembaga terkait belum terbentuk/berkembang B. Eksternal Peluang (Opportunities) A. Tuntutan masyarakat (luar dan dalam negeri) terhadap mutu produk agroindutri meningkat B. Kebutuhan agroindustri untuk meningkatkan daya saing melalui perbaikan mutu produk C. Kebijakan pemerintah dalam pengembangan agroindustri sebagai subsektor unggulan / prioritas Ancaman (Threats) D. Penghargaan terhadap jaminan mutu / mutu produk oleh sebagian masyarakat agroindustri rendah E. Peningkatan biaya QA/QC lebih tinggi dibanding dengan benefits yang diperoleh F. Perkembangan LSPro sejenis yang lebih baik di dalam dan luar negeri Sumber : Kuesioner diolah (2008)
c. Identifikasi Matriks EFI dan EFE Dapat diketahui dari hasil wawancara dengan pihak yang terkait dengan sertifikasi, diperoleh beberapa faktor internal dan eksternal. Dari faktor-faktor tersebut kemudian dilakukan penyusunan kuesioner untuk disebarkan kepada para ahli. Pendapat ahli tersebut kemudian diolah dengan menggunakan metode perbandingan berpasangan, sehingga didapatkan faktor internal dan eksternal yang dominan dalam LSPro-
Agroindustri di TIN dan juga dapat digunakan untuk mengetahui posisi LSPro-Agroindustri TIN saat ini. Setelah
mengidentifikasi
faktor-faktor
internal-eksternal,
maka
dilanjutkan dengan memberikan rating dan bobot pada faktor tersebut sehingga dapat diketahui apakah posisi internal dan eksternal perusahaan dalam keadaan kuat, sedang, atau lemah. Rating menunujukkan apakah faktor tersebut merupakan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang besar atau kecil. Bobot menunjukan prioritas kepentingan faktor tersebut bagi perusahaan menggunakan perbandingan berpasangan.
Matriks Evaluasi Faktor Internal (Matriks EFI) Matriks EFI digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting (Umar, 2005). Evaluasi terhadap faktor internal dalam rangka pengembangan
LSPro-Agroindustri
TIN
dilakukan
dengan
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Faktor kekuatan
yang
dimiliki
LSPro-Agroindustri
TIN
dalam
rangka
pengembangannya antara lain pengetahuan dan pengalaman SDM dalam agroindustri (QA/QC) dan sertifikasi produk, fasilitas laboratorium dan sistem mutu (ISO/IEC 17025) yang tersedia, kelembagaan yang credible dan komitmen dalam pengembangan agroindustri. Faktor kelemahan yang dimiliki LSPro-Agroindustri TIN dalam pengembangan LSPro antara lain LSPro agroindustri belum dikenal secara luas, ruang lingkup sertifikasi produk masih terbatas, kemampuan dalam pemasaran/promosi jasa sertifikasi produk masih kurang, networking dengan lembaga terkait belum terbentuk atau berkembang. Berdasarkan identifikasi faktor internal, diperoleh total skor sebesar 2.54. Perhitungan secara kuantitatif terhadap identifikasi faktor internal dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Matriks EFI Departemen TIN dalam Pengembangan Strategi LSPro-Agroindustri TIN Faktor Strategi Internal Kekuatan (Strengths) : A. Pengetahuan dan pengalaman SDM dalam agroindustri, QA/QC dan sertifikasi produk B. Fasilitas laboratorium dan sistem mutu (ISO/IEC 17025) yang tersedia C. Kelembagaan yang "credible" dan komitmen dalam pengembangan agroindustri Kelemahan (Weaknesses) : D. LSPro agroindustri belum dikenal secara luas E. Ruang lingkup sertifikasi produk masih terbatas F. Kemampuan dalam pemasaran/ promosi jasa sertifikasi produk G. Networking dengan lembaga terkait belum terbentuk/berkembang Total
Bobot Faktor (BF)
Rating (R)
Skor (BF * R)
0.183
3.2
0.586
0.114
2.6
0.296
0.155
2.6
0.403
0.117
2.4
0.281
0.136
2.6
0.354
0.155
1.8
0.279
0.141
2.4
0.338
1.000
-
2.54
Sumber : Kuesioner diolah (2008)
Nilai variabel kekuatan dari yang terbesar hingga yang terkecil adalah sebagai berikut : 1. Pengetahuan dan pengalaman SDM dalam agroindustri, QA/QC dan sertifikasi produk (0.586); 2. Kelembagaan yang "credible" dan komitmen dalam pengembangan agroindustri (0.403); 3. Fasilitas laboratorium dan sistem mutu (ISO/IEC 17025) yang tersedia (0.296). Nilai variabel kelemahan dari yang paling berpengaruh adalah sebagai berikut : 1. Ruang lingkup sertifikasi produk masih terbatas (0.354); 2. Networking dengan lembaga terkait belum terbentuk / berkembang (0.338); 3. LSPro agroindustri belum dikenal secara luas (0.281); dan
4. Kemampuan dalam pemasaran / promosi jasa sertifikasi produk (0.279); Secara umum total skor dari analisa sebesar 2.54 menunjukan bahwa kondisi internal LSPro-Agroindustri termasuk kuat karena berada diatas rata-rata 2.50. LSPro-Agroindustri dapat memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi kelemahan internal dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya.
Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (Matriks EFE) Matriks EFE digunakan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi faktor-faktor eksternal perusahaan yang dapat mempengaruhi perusahaan. Evaluasi terhadap faktor eksternal dalam rangka pengembangan LSProAgroindustri TIN dilakukan dengan mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapinya. Peluang yang dapat dimanfaatkan oleh LSProAgroindustri TIN antara lain tuntutan masyarakat (luar dan dalam negeri) terhadap mutu produk agroindustri meningkat, kebutuhan agroindustri untuk meningkatkan daya saing melalui perbaikan mutu produk, kebijakan pemerintah
dalam
pengembangan
agroindustri
sebagai
subsektor
unggulan/ prioritas. Faktor ancaman yang dihadapi oleh LSProAgroindustri dalam rangka pengembangan LSPro antara lain penghargaan terhadap jaminan mutu / mutu produk oleh sebagian masyarakat agroindustri rendah, peningkatan biaya QA/QC lebih tinggi dibanding dengan benefits yang diperoleh, perkembangan LSPro sejenis yang lebih baik di dalam dan luar negeri. Berdasarkan identifikasi faktor eksternal, diperoleh total skor sebesar 2.32. Perhitungan secara kuantitatif terhadap identifikasi faktor eksternal dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Matriks EFE Departemen TIN dalam Rangka Pembentukan LSPro-Agroindustri Faktor Eksternal
Bobot Faktor (BF)
Rating (R)
Skor (BF * R)
0.204
2.4
0.490
0.204
2.6
0.530
0.187
2.6
0.486
0.150
2.0
0.300
0.150
1.8
0.270
0.103
2.4
0.247
1.000
-
2.32
Peluang (Opportunities) : A. Tuntutan masyarakat (luar dan dalam negeri) terhadap mutu produk agroindustri meningkat B. Kebutuhan agroindustri untuk meningkatkan daya saing melalui perbaikan mutu produk C. Kebijakan pemerintah dalam pengembangan agroindustri sebagai subsektor unggulan / prioritas Ancaman (Threats) : D. Penghargaan terhadap jaminan mutu / mutu produk oleh sebagian masyarakat agroindustri rendah E. Peningkatan biaya QA/QC lebih tinggi dibanding dengan benefits yang diperoleh F. Perkembangan LSPro sejenis yang lebih baik di dalam dan luar negeri Total Sumber : Kuesioner diolah (2008)
Nilai variabel peluang dari yang terbesar hingga yang terkecil adalah sebagai berikut : 1. Kebutuhan agroindustri untuk meningkatkan daya saing melalui perbaikan mutu produk (0.530); 2. Tuntutan masyarakat (luar dan dalam negeri) terhadap mutu produk agroindustri meningkat (0.490); dan 3. Kebijakan pemerintah dalam pengembangan agroindustri sebagai subsektor unggulan / prioritas (0.486). Nilai variabel ancaman dari yang paling berpengaruh adalah sebagai berikut : 1. Penghargaan terhadap jaminan mutu / mutu produk oleh sebagian masyarakat agroindustri rendah (0.300); 2. Peningkatan biaya QA/QC lebih tinggi dibanding dengan benefits yang diperoleh (0.270); dan
3. Perkembangan LSPro sejenis yang lebih baik di dalam dan luar negeri (0.247). Secara umum total skor analisis matriks EFE adalah sebesar 2.32. Hal ini menunjukan bahwa pengaruh eksternal yang dihadapi LSProAgroindustri berada pada posisi dibawah rata-rata.
Matriks Internal Eksternal (Matriks IE) Menurut
Rangkuti
(2006),
Matriks
Internal-Eksternal
dikembangkan dengan parameter-parameter yang meliputi kekuatan internal perusahaan dan pengaruh eksternal yang dihadapi, tujuannya adalah untuk memperoleh strategi bisnis di tingkat korporat yang lebih detail. Matriks Internal-Eksternal menurut Rangkuti (2006) dapat dilihat pada Gambar 12. Skor EFI (Internal Factor Evaluation) 4,0
4,0
3,0
2,0
3
2
1
1,0
Growth
Growth
Rentrenchment
Konsentrasi melalui integrasi vertical
Konsentrasi melalui integrasi horizontal
Strategi Turn-around
3,0
5
Skor EFE
Stability
(External Factor Evaluation)
6 Growth Konsentrasi melalui integrasi horizontal
Hati-hati
Captive company atau Divestment
Stability Tak ada perubahan Profit strategy
2,0
9
8
7
Rentrenchment
Growth
Growth
Rentrenchment
Diversifikasi konsentrik
Diversifikasi konglomerat
Bangkrut atau likuidasi
1,0
Gambar 12. Matriks Internal-Eksternal (Rangkuti, 2006)
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari matriks EFI dan EFE pada tabel 10 dan tabel 11, dapat disusun matriks Internal-Eksternal. Nilai yang didapat dari matriks EFI sebesar 2.54 dan hasil yang didapat dari matriks EFE sebesar 2.32 sehingga LSPro-Agroindustri mendapatkan posisi (2,54 ; 2,32). Posisi LSPro-Agroindustri pada sel 5 menggambarkan bahwa LSPro-Agroindustri berada pada posisi penerapan strategi pertumbuhan dan strategi stabilitas (growth strategy and stability strategy). Growth strategy yang merupakan pertumbuhan perusahaan itu sendiri sedangkan stability strategy adalah strategi yang ditetapkan tanpa mengubah arah
strategi yang telah ditetapkan. Posisi LSPro-Agroindustri pada matriks IE dapat dilihat pada Gambar 13. Skor IFE (Internal Factor Evaluation) 4,0 4,0
3,0
3,0
2,0
1
2
3
4
5
6
7
8
1,0
Skor EFE (External Factor Evaluation)
2,0
(2,54 ; 2,32) 9
1,0 Sumber : Kuesioner diolah (2008)
Gambar 13. Matriks Internal-Eksternal LSPro-Agroindustri LSPro-Agroindustri termasuk late mover dalam bidang sertifikasi produk. Oleh karena itu strategi pertumbuhan yang dapat diterapkan adalah melakukan upaya pengembangan dan peningkatan kualitas jasa. Menurut Rangkuti (2006), strategi pertumbuhan melalui integritas horizontal adalah suatu kegiatan untuk memperluas perusahaan dengan
cara membangun perusahaan di lokasi yang lain dan meningkatkan jenis produk serta jasa. Dalam rangka pengembangan strategi LSProAgroindustri, strategi pengembangan melalui integritas horizontal untuk LSPro-Agroindustri TIN lebih mengarah kepada memperluas ruang lingkup produk yang disertifikasi, fasilitas, teknologi lewat pengembangan internal maupun eksternal melalui kerjasama dengan instansi lain yang terkait. Strategi ini salah satunya dapat diterapkan dengan pelaksanaan subkontrak kegiatan pengujian maupun inspeksi LSPro-Agroindustri kepada laboratorium penguji atau lembaga inspeksi yang memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
C. PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBAGAN LSPro-Agroindustri 1. Pengembangan Alternatif Strategi Untuk mengetahui berbagai alternatif strategi yang dapat digunakan oleh LSPro-Agroindustri TIN dilakukan pengembangan alternatif strategi menggunakan matriks SWOT (Streght-Weakness-Opportunities-Threats). Matriks SWOT pengembangan strategi LSPro-Agroindustri TIN dapat dilihat pada Tabel 12. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats) (Rangkuti, 2006). Untuk mencapai tujuan pengembangan LSPro Agroindustri diperlukan strategi baik yang bersifat umum maupun spesifik. Dari analisis SWOT yang dilakukan, telah dirumuskan 4 (empat) alternatif strategi yang dinilai dapat ditempuh untuk mencapai visi dan misi LSPro Agroindustri TIN, yaitu : •
Memanfaatkan dan mengoptimumkan sumber daya yang ada (SDM, fasilitas, sistem, dan kelembagaan) untuk berkontribusi dalam peningkatan daya saing melalui perbaikan sistem jaminan mutu produk agroindustri
•
Mengembangkan networking dengan lembaga terkait (Departemen, Dinas, Pemda) dalam pengembangan agroindustri melalui sertifikasi produk
•
Melakukan sosialisasi dan promosi mengenai arti penting mutu produk agroindustri
•
Melakukan pengembangan diri secara kontinyu untuk dapat memberikan pelayanan yang lebih baik secara efisien, mencakup pengembangan ruang lingkup
sertifikasi,
pengembangan
sistem
promosi/pemasaran,
pengembangan kerjasama dengan instansi terkait. Alternatif strategi pemasaran disusun berdasarkan interaksi dari faktorfaktor eksternal dan internal LSPro-Agroindusti. Strategi pemasaran yang dihasilkan dan interaksi faktor eksternal dan internal LSPro-Agroindustri terdiri dari empat kombinasi formulasi, yaitu formulasi strategi SO, WO, ST, dan WT. a) Strategi S-O Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan menggabungkan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang sebesarbesarnya (Rangkuti, 2006). Pada dasarnya formulasi strategi ini merupakan formulasi strategi yang paling ideal karena hanya faktor positif yang menjadi bahan pertimbangan. Dari hasil wawancara dan pengamatan, kekuatan LSPro-Agroindustri terletak pada pengetahuan dan pengalaman SDM dalam agroindustri baik QA/QC dan sertifikasi produk, fasilitas laboratorium dan sistem mutu (ISO/IEC 17025) yang
tersedia,
kelembagaan
yang
"credible"
dan
komitmen
dalam
pengembangan agroindustri. Peluang LSPro-Agroindustri adalah tuntutan masyarakat (luar dan dalam negeri) terhadap mutu produk agroindutri meningkat, kebutuhan agroindustri untuk meningkatkan daya saing melalui perbaikan mutu produk, kebijakan pemerintah dalam pengembangan agroindustri sebagai subsektor unggulan / prioritas.
Berdasarkan kekuatan dan peluang yang ada, maka strategi yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan dan mengoptimumkan sumber daya yang ada (SDM, fasilitas, sistem, dan kelembagaan) untuk berkontribusi dalam peningkatan daya saing melalui perbaikan sistem jaminan mutu produk agroindustri. b) Strategi W-O Perumusan strategi ini diarahkan pada usaha untuk mendapatkan keuntungan dari peluang yang ada untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari LSPro-Agroindustri. Kelemahan dari LSPro-Agroindustri yaitu LSPro agroindustri belum dikenal secara luas, ruang lingkup sertifikasi produk masih terbatas, kemampuan dalam pemasaran/ promosi jasa sertifikasi produk, networking dengan lembaga terkait belum terbentuk/ berkembang. Strategi yang dapat diambil adalah dengan mengembangkan networking dengan lembaga terkait (Departemen, Dinas, Pemda) dalam pengembangan agroindustri melalui sertifikasi produk. c) Strategi S-T Strategi ini menggunakan kekuatan perusahaan untuk mengatasi ancaman yang mungkin terjadi (Rangkuti, 2006). Ancaman yang sangat berpengaruh pada perkembangan LSPro-Agroindustri adalah penghargaan terhadap jaminan mutu / mutu produk oleh sebagian masyarakat agroindustri rendah. Selain itu ada beberapa ancaman lain, yaitu peningkatan biaya QA/QC lebih tinggi dibanding dengan benefits yang diperoleh dan perkembangan LSPro sejenis yang lebih baik di dalam dan luar negeri. Untuk mengatasi ancaman tersebut adalah dengan strategi melakukan sosialisasi dan promosi mengenai arti penting mutu produk agroindustri.
Tabel 12. SWOT LSPro Agroindustri TIN Kekuatan (S) Kelemahan (W) FaktorInternal
Faktor Eksternal
Peluang (O)
1. Pengetahuan dan pengalaman SDM dalam agroindustri, QA / QC dan sertifikasi produk 2. Fasilitas laboratorium dan sistem mutu (ISO / IEC 17025) yang tersedia 3. Kelembagaan yang "credible" dan komitmen dalam pengembangan agroindustri
Strategi S-O
1. Tuntutan masyarakat (luar dan dalam negeri) terhadap mutu produk agroindutri meningkat 2. Kebutuhan agroindustri untuk meningkatkan daya saing melalui perbaikan mutu produk 3. Kebijakkan pemerintah dalam pengembangan agroindustri sebagai subsektor unggulan / prioritas Ancaman (T)
Memanfaatkan dan mengoptimumkan sumber daya yang ada (SDM, fasilitas, sistem, dan kelembagaan) untuk berkontribusi dalam peningkatan daya saing melalui perbaikan sistem jaminan mutu produk agroindustri
1. Penghargaan terhadap jaminan mutu / mutu produk oleh sebagian masyarakat agroindustri rendah 2. Peningkatan biaya QA/QC lebih tinggi dibanding dengan benefits yang diperoleh 3. Perkembangan LSPro sejenis yang lebih baik di dalam dan luar negeri
Melakukan sosialisasi dan promosi mengenai arti penting mutu produk agroindustri
Sumber : Analisis SWOT (2008)
Strategi S-T
1. LSPro agroindustri belum dikenal secara luas 2. Ruang lingkup sertifikasi produk masih terbatas 3. Kemampuan dalam pemasaran/promosi jasa sertifikasi produk 4. Networking dengan lembaga terkait belum terbentuk atau berkembang
Strategi W-O Mengembangkan networking dengan lembaga terkait (Departemen, Dinas, Pemda) dalam pengembangan agroindustri melalui sertifikasi produk
Strategi W-T Melakukan pengembangan diri secara kontinyu untuk dapat memberikan pelayanan yang lebih baik secara efisien, mencakup pengembangan ruang lingkup sertifikasi, pengembangan sistem promosi / pemasaran, pengembangan kerjasama dengan instansi terkait
d) Strategi W-T Strategi ini dilakukan untuk meminimalkan kelemahan yang dimiliki dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan (Rangkuti, 2006). Pada dasarnya strategi ini hanya bersifat bertahan dalam arti LSPro-Agroindustri meminimumkan kelemahan dan berusaha untuk menghindari ancaman. Berdasarkan beberapa ancaman yang ada, strategi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pengembangan diri secara kontinyu untuk dapat memberikan
pelayanan
yang
lebih
baik
secara
efisien,
mencakup
pengembangan ruang lingkup sertifikasi, pengembangan sistem promosi / pemasaran, pengembangan kerjasama dengan instansi terkait.
2. Pemilihan Strategi Prioritas Model penentuan strategi pengembangan LSPro-Agroindustri ini dilanjutkan dengan teknik AHP (Analitical Hierarchy Process). Masingmasing elemen pada tiap level dalam struktur hirarkinya juga didapatkan melalui studi literatur, wawancara dengan para pakar serta melalui pengisian kuesioner. AHP memiliki banyak keunggulan dalam menjelaskan proses pengambilan keputusan, karena dapat digambarkan secara grafis, sehingga mudah dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan. Dengan AHP, proses keputusan kompleks dapat diuraikan menjadi keputusan-keputusan lebih kecil yang dapat ditangani lebih mudah. Selain itu, AHP akan menguji kosistensi penilaian, bila terjadi penyimpangan yang terlalu jauh dari nilai konsistensi sempurna, maka hal ini menunjukan bahwa penilaian perlu diperbaiki, atau hirarki harus distruktur ulang (Marimin, 2004). Prinsip
penilaian
dengan
menggunakan
teknik
AHP
adalah
membandingkan tingkat kepentingan atau prioritas antara satu elemen dengan elemen lain yang berada pada tingkatan / level yang sama berdasarkan hasil perbandingan lainnya. Rentang penilaian yang diberikan oleh responden (pakar) adalah sesuai dengan skala 1 sampai 9 yaitu nilai yang dikeluarkan oleh Saaty, dengan metode perbandingan berpasangan (pairwaise comparison) dalam teknik AHP (Analitical Hierarchy Process) Penilaian tersebut
dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan sertifikasi. Selain itu, nilai inconsistency ratio dari setiap level masing-masing pakar harus kurang dari 0,1. Apabila nilainya lebih besar dari 0,1 maka dilakukan revisi penilaian atau pemberian bobot kembali oleh pakar yang bersangkutan. Dari analisis SWOT yang dilakukan (Tabel 13), telah dirumuskan 4 (empat) alternatif strategi yang dinilai dapat ditempuh untuk mencapai visi dan misi LSPro Agroindustri TIN, yaitu : •
Memanfaatkan dan mengoptimumkan sumber daya yang ada (SDM, fasilitas, sistem, dan kelembagaan) untuk berkontribusi dalam peningkatan daya saing melalui perbaikan sistem jaminan mutu produk agroindustri.
•
Mengembangkan networking dengan lembaga terkait (Departemen, Dinas, Pemda) dalam pengembangan agroindustri melalui sertifikasi produk.
•
Melakukan sosialisasi dan promosi mengenai arti penting mutu produk agroindustri.
•
Melakukan pengembangan diri secara kontinyu untuk dapat memberikan pelayanan yang lebih baik secara efisien, mencakup pengembangan ruang lingkup
sertifikasi,
pengembangan
sistem
promosi/pemasaran,
pengembangan kerjasama dengan instansi terkait. a) Penyusunan Hirarki Awal Struktur hirarki dari model penentuan strategi pengembangan LSProAgroindustri dapat dilihat pada Gambar 14, Goal (level 1) atau penentuan sasaran yang ingin dicapai, adalah untuk memperoleh strategi pengembangan LSPro-Agroindustri yang terbaik. Kriteria (level 2) dari struktur hirarki AHP adalah potensi dampak / manfaat (benefit), biaya yang diperlukan (cost), dan waktu pencapaian (time). Level 3 dari struktur AHP strategi pengembangan LSPro-Agroindustri adalah
alternatif
strategi.
Terdapat
empat
alternatif
strategi,
yaitu
memanfaatkan dan mengoptimumkan sumber daya yang ada (SDM, fasilitas, sistem, dan kelembagaan), mengembangkan networking dengan lembaga
terkait (Departemen, Dinas, Pemda), sosialisasi dan promosi, melakukan pengembangan diri secara kontinyu. Pada dasarnya, keempat alternatif strategi tersebut dapat dilakukan oleh para pengambil keputusan. Namun, melalui teknik AHP ini pengambil keputusan dapat mengetahui prioritas alternatif strategi terbaik berdasarkan bobot atau peringkat dari perhitungannya. Perhitungan
pembobotan
setiap
kriteria
dilakukan
dengan
menggunakan software Expert Choice 2000 dimana hasil perhitungannya langsung dapat diperoleh setelah memasukkan masing-masing bobot oleh tiap pakar. Strategi Pengembangan LSPro-Agroindustri
potensi dampak / manfaat (benefit)
• • • •
SDM Networking Sosialisasi Pengembangan
biaya yang diperlukan (cost)
• • • •
SDM Networking Sosialisasi Pengembangan
Goal
waktu pencapaian tujuan (time)
• • • •
SDM Networking Sosialisasi Pengembangan
Gambar 14. Struktur Hirarki Model Penentuan Strategi Pengembangan LSPro-Agroindustri Struktur hirarki pada Gambar 14 didapatkan dari pendapat seorang pakar LSPro mengenai strategi pengembangan LSPro-Agroindustri. Pendapat pakar tersebut membentuk hirarki AHP dari setiap elemennya. Selain itu, penentuan alternatif strategi pengembangan LSPro-Agroindustri juga dilakukan dengan wawancara dengan pakar dan studi literatur.
Kriteria
Alternatif
b) Output Penentuan Strategi Pengembangan LSPro-Agroindustri Menurut Suryadi dan Ramdhani (1998), bahwa setelah penyusunan hirarki awal selesai dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan perbandingan antara elemen-elemen dengan memperhatikan pengaruh elemenelemen pada level di atasnya. Pembagian pertama dilakukan untuk elemenelemen pada level atribut dengan memperhatikan level diatasnya, yaitu goal dan tujuan utama. Setelah hirarki terbentuk, mulai disebarkan kuesioner kepada lima pakar yang terkait dengan LSPro. Bobot nilai elemen pada setiap levelnya diperoleh dari pengisian kuesioner oleh pakar. Setiap bobot elemen tersebut diolah melalui software Expert Choice 2000. Untuk verifikasi dan validasinya dapat dilihat pada Lampiran 13. Teknik AHP (Analitical Hierarchy Process) tersebut memberikan hasil perhitungan berupa urutan prioritas berdasarkan peringkat dari masing-masing elemen tiap levelnya. Hasil perhitungan agregat pada analisis faktor (level 2) dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Hasil Perhitungan Agregrat Level 2 (kriteria) Penentuan Strategi Level 2 (Kriteria) 1 Benefit 2 Cost 3 Time
Bobot 0.548 0.222 0.230 1.000 Sumber : Kuesioner diolah dengan Expert Choice (2008)
Peringkat 1 3 2
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, kriteria benefit (potensi dampak atau manfaat) merupakan faktor yang paling utama yang harus dipertimbangkan dalam analisis penentuan strategi pengembangan LSProAgroindustri dengan nilai bobot paling tinggi yaitu sebesar 0.548. Hal tersebut menjadi faktor terpenting yang patut dipertimbangkan untuk mengambil strategi yang tepat, karena manfaat dari pendirian LSPro-Agroindustri adalah sebagai implementasi kepedulian TIN dalam bentuk unit usaha jasa yang dapat memanfaatkan banyak SDM ahli dalam bidang agroindustri di Teknologi Industri Pertanian, dengan harapan dapat terus dimanfaatkan dan
dikembangkan agar mampu membantu para produsen di bidang agroindustri. Sedangkan urutan faktor lain berdasarkan perhitungan tersebut adalah kriteria time (waktu) pada urutan kedua dengan nilai bobot sebesar 0.230, kriteria cost (biaya) pada urutan terakhir dengan nilai bobot sebesar 0.222. Tahap berikutnya, responden diminta untuk memberikan penilaian terhadap tingkat kepentingan alternatif strategi ditinjau dari tiga kriteria benefit, cost, dan time. Hasil perhitungan agregrat pada level 3 (alternatif
strategi) dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Hasil Perhitungan Agregat Level 3 (Alternatif) Level 3 (Alternatif) 1 SDM 2 Networking 3 Sosialisasi 4 Pengembangan
Bobot 0.411 0.216 0.164 0.210 1.000 Sumber : Kuesioner diolah dengan Expert Choice (2008)
Berdasarkan
hasil
perhitungan
tersebut,
Peringkat 1 2 4 3
altenatif
strategi
1
(Memanfaatkan dan mengoptimumkan sumber daya yang ada (SDM, fasilitas, sistem, dan kelembagaan) untuk berkontribusi dalam peningkatan daya saing melalui perbaikan sistem jaminan mutu produk agroindustri terpilih
menjadi
alternatif
strategi
sebagai
prioritas
utama
untuk
pengembangan LSPro- Agroindustri dengan nilai bobot paling tinggi yaitu sebesar 0.411. Sedangkan urutan alternatif strategi berikutnya berdasarkan perhitungan tersebut adalah alternatif strategi 2 (Mengembangkan networking dengan lembaga terkait (Departemen, Dinas, Pemda) dalam pengembangan agroindustri melalui sertifikasi produk) pada urutan kedua dengan nilai bobot sebesar 0.216, alternatif strategi 4 (Melakukan pengembangan diri secara kontinyu untuk dapat memberikan pelayanan yang lebih baik secara efisien, mencakup pengembangan ruang lingkup sertifikasi, pengembangan sistem promosi/pemasaran, pengembangan kerjasama dengan instansi terkait) pada urutan ketiga dengan nilai bobot sebesar 0.210 dan alternatif strategi 3 (Melakukan sosialisasi dan promosi mengenai arti penting mutu produk agroindustri) pada urutan terakhir dengan nilai bobot sebesar 0.164.
3. Tampilan
Model
Penentuan
Strategi
Pengembangan
LSPro-
Agroindustri Analisis
penentuan
strategi
pengembangan
LSPro-Agroindustri
tersebut dapat digunakan oleh user (pengguna) di dalam Expert Choice, mulai dari pembuatan hirarkinya, pembobotan elemen untuk setiap levelnya, hingga memperoleh urutan prioritas alternatif strategi. Tampilannya dapat dilihat pada Gambar 15 sampai dengan Gambar 18.
Gambar 15. Form Pembuatan Hirarki AHP Model Penentuan Strategi
Gambar 16. Form Pembobotan Hirarki AHP Model Penentuan Strategi
Gambar 17. Grafik Prioritas Elemen Pada Hirarki AHP Penentuan Strategi
Gambar 18. Form Hasil Pembobotan Hirarki AHP Penentuan Strategi
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan LSPro diwajibkan memiliki ruang lingkup akreditasi berdasarkan kelompok produk. Penentuan ruang lingkup awal ini melalui suatu jajak pendapat di kalangan Departemen Teknologi Industri Pertanian (TIN) sendiri dan responden yang terkait dengan sertifikasi. Dari dua puluh produk terpilih sepuluh produk yang menduduki peringkat teratas yaitu minyak goreng, air minum dalam kemasan (AMDK), sabun, minyak atsiri, teh celup, minuman teh dalam kemasan, biji kakao, biji kopi, kosmetika, gula kristal putih. Dalam rangka pengembangan LSPro-Agroindustri telah dilakukan identifikasi faktor internal dan eksternal. Nilai yang didapat dari identifikasi matriks EFI sebesar 2.54 dan matriks EFE sebesar 2.32 sehingga LSProAgroindustri mendapatkan posisi (2,54 ; 2,32). Posisi LSPro-Agroindustri (pada sel 5) menggambarkan bahwa LSPro-Agroindustri berada pada posisi penerapan strategi pertumbuhan dan strategi stabilitas (growth strategy and stability strategy). Oleh karena itu strategi pertumbuhan yang dapat diterapkan
adalah melakukan upaya pengembangan dan peningkatan kualitas jasa. Strategi
pengembangan
melalui
integritas
horizontal
untuk
LSPro-
Agroindustri TIN lebih diarahkan kepada memperluas pasar, fasilitas, teknologi melalui pengembangan internal maupun eksternal melalui kerjasama dengan instansi lain yang terkait, misalnya departemen perindustrian, departemen pertanian,dan pemerintah daerah. Strategi terbaik untuk pengembangan LSPro-Agroindustri dilakukan dengan analisis SWOT dan teknik AHP dengan bantuan software expert choice 2000. Hasil analisis SWOT dan teknik AHP pada model penentuan
strategi menunjukkan bahwa strategi memanfaatkan dan mengoptimumkan sumber daya yang ada (SDM, fasilitas, sistem, dan kelembagaan) untuk berkontribusi dalam peningkatan daya saing melalui perbaikan sistem jaminan mutu produk agroindustri terpilih menjadi alternatif utama. Berdasarkan perhitungan yang diperoleh, pengembangan LSPro-Agroindustri ini memiliki nilai bobot paling tinggi yaitu sebesar 0.411. Hal tersebut menjadi faktor
terpenting yang patut dipertimbangkan untuk mengambil strategi yang tepat, karena pendirian LSPro-Agroindustri adalah sebagai implementasi kepedulian Departemen Teknologi Industri Pertanian (TIN) dalam bentuk unit usaha jasa yang dapat memanfaatkan banyak SDM ahli dalam bidang agroindustri dengan harapan dapat terus dimanfaatkan dan dikembangkan agar mampu membantu para pelaku usaha di bidang agroindustri
B. Saran LSPro-Agroindustri perlu dikembangkan di Departemen Teknologi Industri Pertanian (TIN) guna meningkatkan perannya dalam pengembangan agroindustri di Indonesia. Strategi pengembangan LSPro-Agroindustri perlu memprioritaskan kriteria benefit (manfaat) dan memanfaatkan sumberdaya yang ada, terutama sumber daya manusia
DAFTAR PUSTAKA Anindita, R.E. 2008. Perancangan Sistem Sertifikasi Produk Agroindustri. Skripsi. Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. ANTARA. 2007. Lembaga Sertifikasi Produk. www.antara.co.id (akses Mei 2008). Austin, J.E. 1981. Agoindustrial Project Analysis. The John Hopkins University Press. London. Badan Standarisasi Nasional. 2006. (a) Penilaian Kesesuaian (b) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 102 Tahun 2000 : Tentang Standarisasi Nasional (c) Tentang Badan Standarisasi Nasional dan Komite Akreditasi Nasional (d) Penerapan Standar Nasional Indonesia. www.bsn.or.id (akses : November, 2007). Biro Pusat Statistik (BPS). 1998. Neraca Nasional dan Pendidikan Regional Statistik Indonesia. Jakarta. Cahyono, B.T. 1995. Manajemen Strategi Analysis Bisnis Nasional dan Multinasional. Penerbit IPWI. Jakarta. Chandler, C. 1962. Strategy and Structure : Chapters in the History of American Industrial Enterprice. Chambrige: The MIT Press. Darwis, A.A., B. Djatmiko, Eriyatno, D. Somaatmadja, A. T. Toyib, S, Hardjo, S. Wijandi, Kuswandi dan E. G. Sa’id. 1983. Pengembangan Agroindustri di Indonesia. Institut Pertanian Bogor. Bogor. David, R.F. 2001. Manajemen Strategis. Terjemahan : PT. Index Kelompok Gramedia. Jakarta. Dyer, R.F. dan Forman. 1991. An Analytic Approach to Marketing Decisions. Prentice-Hall International, Inc. New Jersey. Eriyatno. 1999. Ilmu Sistem Meningkatkan Mutu dan Efektifitas Manajemen. IPB Press. Bogor. Glueck, W.J. dan L.R. Jauch. 1993. Manajemen Strategi dan Kebijakan Perusahaan. Terjemahan : Erlangga. Jakarta. Guiltinan, J.P. dan G.W. Paul. 1992. Strategi dan Program Manajemen Pemasaran. Terjemahan : Agus Maulana Erlangga. Jakarta.
Hamel, G. dan C.K. Prahalad. 1995. Kompetensi Masa Depan. Terjemahan : PT. Binarupa Aksara. Jakarta. Hunger, J.D. dan T.L. Wheelen. 2001. Manajemen Strategis. Terjemahan : Andi Yogyakarta. Yogyakarta. Kadarsah, S. dan M.A. Ramdhani. 1998. Sistem Pendukung Keputusan Suatu Wacana Struktural Idealisasi dan Implementasi Konsep Pengambilan Keputusan. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Komite Akreditasi Nasional (KAN). 2005. Kebijakan Komite Akreditasi Nasional Bidang Akreditasi Lembaga Sertifikasi Produk : DPLS 01 Revisi 0. KAN. Jakarta. Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian. Terjemahan : Erlangga. Jakarta. Mangkusubroto, K. Dan C.L. Trisnadi. 1987. Analisa Keputusan : Pendekatan Sistem Dalam Manajemen Usaha dan Proyek. Ganeca Exact. Bandung. Masyarakat Standarisasi Indonesia (MASTAN). 2003. Tentang Akreditasi Lembaga Sertifikasi Produk. www.mastan.or.id (akses : September 2007). Marimin. 2004. Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. PT Grasindo. Jakarta. Pearce, J.A. dan R.B. Robinson. 1997. Manajemen Strategik Formulasi, Implementasi dan Pengendalian. Terjemahan: Binarupa Aksara. Jakarta. Pedoman Standarisasi Nasional (PSN). 2006. PSN 302 – 2006 : Penilaian Kesesuaian – Ketentuan Umum Penggunaan Tanda Kesesuaian Produk Terhadap SNI. BSN. Jakarta. Porter, M.E. 1985. Competitive Advantage : Creating and Sustaining Superior Performance. New York: The Free Press. Rangkuti, F. 1997. Riset Pemasaran. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Rangkuti, F. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Saaty, T.L. 1991. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. Terjemahan: Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta. Saragih. 2001. Agribisnis Berbasis Peternakan. Pustaka Wirausaha. Bogor. Steiner, G.A. dan J.B. Meiner. 1997. Kebijakan dan Strategi Manajemen. Terjemahan : Erlangga. Jakarta.
Suardi, R. 2001. Sistem Manajemen Mutu ISO 9000 : 2000. PPM. Jakarta. Wheelen, T.L, and J.D. Hunger. 1992. Strategic Management and Buissiness Policy. Fourth Edition. Addison-Wesley publishing Company. Taufiq, M. 2005. Mempelajari Sistem Operasional Lembaga Sertifikasi di Sucofindo International Certification Services (SICS) dan Analisa SWOT SICS sebagai LSSHACCP. Skripsi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Umar, H. 2005. Strategic Management in Action : Konsep, Teori, dan Teknik Menganalisis Manajemen Strategis Strategic Business Unit Berdasarkan Konsep Michael R. Porter, Fred R. David, dan Wheelen-Hunger. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Umar, H. 2003. Studi Kelayakan Proyek : Teknik Menganalisa Kelayakan Rencana Bisnis Komprehensif. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.