STRATEGI PEMBERDAYAAN PERIKANAN DAN KELAUTAN BERBASIS MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN 1) Prof. Dr. IR. H.M Havidz Aima,MS. 2) Ir. Riswandi, MSi. 3)
LATAR BELAKANG
Dengan semakin menipisnya sumberdaya daya hutan, berkurangnya lahan budidaya pertanian, terdegradsinya sumberdaya hutan serta semakin menipisnya potensi sumberdaya dari bahan tambang maka diharapan ke depan potensi sumberdaya perikanan dan kelautan menjadi salah satu "prime mover"dalam pengembangan
perekonomian bangsa Indonesia bila dikelola dengan baik dan benar (Rokhmin dkk, 2001).
Indonesia sebagai negara kepulauan, memiliki potensi yang luar biasa.
Setidaknya tercatat 17.480 pulau dengan panjang garis pantai 95.181 km. Sejak Deklarasi Juanda, secara yuridis formal, laut Indonesia bertambah secara signifikan karena laut antar pulau menjadi laut nusantara , ditambah dengan pengakuan ZEE
sejauh 200 mil dari titik pantai terluar. Dengan demikian, saat ini terdata bahwa luas laut Indonesia 5,8 juta km2 yang terdiri atas: (!) perairan tentorial 0,3 juta km2, (2) perairan nusantara 2,8 juta km2, dan (3) perairan ZEE 2,8 juta km2. Kondisi perairan yang disebutkan di atas, sebagai tempat (niche) kehidupan ikan, udang, dan berbagai macam mahluk perairan lainnya, didukung pula oleh tanaman
mangrove yang terluas di dunia yaitu seluas 4,5 juta ha atau seluas 22,8 persen dari4uas mangrove dunia yang tercatat 19,7 ha. Selain itu, wilayah Indonesia merupakan pertemuan tiga lempengan tektonik dunia sehingga banyak terdapat cekungan minyak (60 cekungan) dan 70 persen di laut dengan cadngan minyak 9,1 juta barrel dan sebagian di lepas pantai (offshore). Pendek kata, potensi perairan dan kelautan Indonesia benar-benar sungguh luar biasa, mufat dari perikanan, minyak, gas, mineral, pariwisata pantai, energy terbarukan, gelombang, pasang surut, ocean thermal, energy convertion, transportasi, industri maritim, sampai dengan harta karun.
1) Materi Seminar Sehari pad Temu Alumni University Brawijaya Malang Angkatan 1974 - 2010, Minggu 24 Oktober 2010.
2) Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Persada Indonesia-YAI 3) asubid Evaluasi Pembangunan, Bappeda Propinsi Jambi.
Dari aspek perikanan saja, maximum sustainable yield 6,4 juta ton per tahun, dengan total allowable catch (yang bolch ditangkap) sebanyak 5.12 juta ton per tahun, sedangkan produksi saat ini baru mencapai 4,7 juta ton per tahun. Namun demikian. Indonesia sebagai negara berkembang, dengan pendapatan
per kapita yang masih relatif rendah tentu saja berimplikasi terhadap rcndahnya tanggungjawab sosial masyarakat, masih kurangnya kepedulian terhadap lingkungan yang ditandai dengan tingkat pencemaran yang relatif tinggi, over ekploitasi pada perairan tertentu, belum permanennya tata ruang, dan masih relatif rendahnya kualitas SDM yang ditandai dengan masih rendahnya penguasaan akan teknologi kelautan. Permasalahan lain yang masih ditemui adalah masih relatif kecilnya dana pembangunan, kebijakan yang belum sepenuhnya berpihak kepada masyarakat berpenghasilan rendah, konflik dengan negara lain tentang pulau terluar, pencurian ikan oleh nelayan asing dan lain sebagainya. Ini semua menanti tenaga muda radikal yang mempunyai integritas dan komitmen yang tinggi untuk membangun bangsa dan negara. Sumberdaya Perikanan dan kelautan Indonesia diharapkan dapat memberikan kontribusi dan manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan perekonomian
masyarakat baik untuk generasi sekarang maupun generasi yang akan datang. Jangan sampai masyarakat khususnya petani dan nelayan hanya berperan sebagai penonton, tidak dapat memanfatkan sumberdaya tersebut secara optimal, ataupun dalam pengelolaanya dilakukan dengan cara-cara yang kurang tepat sehingga pemanfataan sumberadaya perikanan dan kelautan tidak dapat berkelanjutan dan menimbulkan konflik secara vertikal maupun horizontal.
Untuk dapat mewujudkan pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan seperti konsep di atas, maka salah satu konsep yang sangat relevan diimplementasikan adalah pengeloaan yang berbasis pada/di masyarakat dan pengelolaan yang memperhatikan aspek kelestarian lingkungan atau pengelolaan yang berkelanjutan. PENGEMBANGAN BERBASIS MASYARAKAT (PBM)
Komunitas/masyarakat memiliki adat istiadat, nilai-nilai sosial maupun
kebiasaan yang berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya. Perbedaan dalam hal-hal 1) Materi Seminar Sehari pad Temu Alumni Universitas Brawijaya Malang Angkatan 1974 - 2010, Minggu 24 Oktober2010.
2) Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Persada Indonesia-YAI 3) asubid Evaluasi Pembangunan, Bappeda Propinsi Jambi.
tersebut menyebabkan terdapatnya perbedaan pula dalam praktek-praktek pemanfaatan sumberdaya alam. Oleh karena itu, dalam proses pengelolaan sumberdaya perlu
memperhatikan masyarakat dan kebudayaannya, baik sebagai bagian dari subjek maupun objek pengelolaan tersebut. Dengan memperhatikan hal ini dan tentunyajuga kondisi fisik dan alamiah dari sumberdaya, proses pcngelolaannya diharapkan dapat
menjadi lebih padu, lancar dan efektif serta diterima oleh masyarakat setempat. Proses pengelolaan sumberdaya ada baiknya dilakukan dengan lebih memandang situasi dan kondisi lokal agar pendekatan pengelolaannya dapat disesuaikan dengan kondisi lokal daerah yang akan dikelola. Pandangan ini tampaknya relevan untuk dilaksanakan di Indonesia dengan cara memperhatikan kondisi
masyarakat dan kebudayaan serta unsur-unsur fisik masing-masing wilayah yang mungkin memiliki perbedaan disamping kesamaan. Dengan demikian, strategi pengelolaan pada masing-masing wilayah akan bervariasi sesuai dengan situasi setempat. Yang perlu diperhatikan adalah nilai-nilai dan norma-norma yang dianut oleh suatu masyarakat yang merupakan kearifan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. Peran serta masyarakat dalam pengelolaan ini lebih dikenal dengan istilah pengelolaan berbasis masyarakat (PBM) atau community based management (CBM).
Menurut Carter (1996) Community-Based Resource Management (CBRM)
didefmisikan sebagai suatu strategi untuk mencapai pembangunan yang berpusat pada manusia, dimana pusat pengambilan keputusan mengenai pemanfaatan sumberdaya secara berkelanjutan di suatu daerah terletak'berada di tangan organisasi-organisasi dalam masyarakat di daerah tersebut. Selanjutnya dikatakan bahwa dalam sistem pengelolaan ini, masyarakat diberikan kesempatan dan tanggung jawab dalam melakukan pengelolaan terhadap sumberdaya yang dimilikinya, dimana masyarakat sendiri yang mendefinisikan kebutuhan, tujuan dan aspirasinya serta masyarakat itu pula yang membuat keputusan demi kesejahteraannya.
Sedangkan Nikijuluw (2002) mendefinisikan PBM sebagai suatu proses pemberian wewenang, tanggung jawab dan kesempatan kepada masyarakat untuk mengelola sumberdayanya (dalam bukunya Nikijuluw lebih menitikberatkan pada pengelolaan perikanan) sendiri dengan terlebih dahulu mendefinisikan kebutuhan dan 1) Materi Seminar Sehari pad Temu Alumni Universitas Brawijaya Malang Angkatan 1974 - 2010, Minggu 24 Oktober 2010.
2) Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Persada Indonesia-YAI 3) asubid Evaluasi Pembangunan, Bappeda Propinsi Jambi.
keinginan, tujuan serta aspirasinya. Lebih lanjut Nikijuluw (2002) mengemukakan bahwa PBM menyangkut pula pemberian tanggung jawab kepada masyarakat sehingga mereka dapat mengambil keputusan yang pada akhirnya menentukan dan berpengaruh pada kesejahteraan hidup mereka.
Jadi, dapat disimpuikan bahwa pengelolaan yang bcrbasis masyarakat
(PBM/CBM) adalah suatu sistem pengelolaan sumberdaya alam di suatu tempat dimana masyarakat lokal di tempat tersebut terlibat secara aktif dalam proses pengelolaan sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya. Pengelolaan di sini meliputi berbagai dimensi seperti perencanaan, pelaksanaan, serta pemanfaatan hasil-hasilnya. Langkah-Langkah PBM
Sesuai dengan petunjuk teknis pengelolaan berbasis masyarakat (PBM) yang diacu COREMAP-LIPI (1991) terdapat 10 langkah kegiatan dalam implementasi PBM: (1)
Persiapan
Dalam persiapan ini terdapat tiga kegiatan kunci yang harus dilaksanakan, yaitu (i) sosialisasi rencana kegiatan dengan masyarakat dan kelembagaan lokal yang ada, (ii) pemilihan/pengangkatan motivator (key person) desa, dan (iii)
penguatan kelompok kerja yang telah ada/pembentukan kelompok kerja baru. (2)
Perencanaan
Dalam melakukan perencanaan pengelolaan berbasis masyarakat ini terdapat tujuh ciri perencanaan yang dinilai akan efektif, yaitu (i) proses perencanaannya berasal dari dalam dan bukan dimulai dari luar, (ii) merupakan perencanaan
partisipatif, termasuk keikutsertaan masyarakat lokal, (iii) berorientasi pada tindakan (aksi) berdasarkan tingkat kesiapannya, (iv) memiliki tujuan dan luaran
yang jelas, (v) memiliki kerangka kerja yang fleksibel bagi pengambalian keputusan, (vi) bersifat terpadu, dan (vii) meliputi proses-proses untuk pemantauan dan evaluasi.
1) Materi SeminarSehari padTemu Alumni Universitas Brawijaya Malang Angkatan 1974 - 2010, Minggu 24 Oktober 2010. 2) Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Persada Indonesia-YAI 3) asubid Evaluasi Pembangunan, Bappeda Propinsi Jambi.
(3)
Persiapan Sosial
Untuk mendapalkan dukungan dan partisipasi masyarakat secara penuh, maka
masyarakat harus dipersiapkan secara sosial agar dapat (i) mengutarakan aspirasi serta pengetahuan Iradisional dan kearifannya dalam menangani isu-isu lokal yang merupakan aturan-aturan yang harus dipatuhi, (ii) mengetahui keuntungan dan kerugian yang akan didapat dari setiap pilihan intervensi yang diusulkan
yang dianggap dapat berfungsi sebagai jalan keluar untuk menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi, dan (iii) berperanserta dalam perencanaan dan pengimplementasian rencana tersebut. (4)
Penyadaran Masyarakat
Dalam rangka menyadarkan masyarakat, terdapat tiga kunci penyadaran
masyarakat dalam PBM, yaitu (i) penyadaran tentang nilai-nilai ekologis ekosistem pesisir dan manfaat pengelolaan secara lestari, (ii) penyadaran tentang konservasi, dan (iii) penyadaran tentang potensi ekonomi lokal yang memungkinkan untuk dikembangkan. (5)
Analisis Kebutuhan
Untuk melakukan analisis kebutuhan terdapat tujuh langkah pelaksanaannya,
yaitu: (i) PRA dengan melibatkan masyarakat lokal, (ii) identifikasi situasi yang dihadapi di lokasi proyek, (iii) analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (SWOT) (iv) identifikasi masalah-masalah yang memerlukan tindak
lanjut, (v) identifikasi pemanfaatan kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan di masa depan, (vi) identifikasi kendala-kendala yang dapat menghalangi implementasi yang efektif dari rencana-rencana tersebut, dan (vii) identifikasi strategi yang diperlukan untuk mencapai tujuan kegitan. (6)
Pelatihan Keterampilan Dasar
Dalam pelaksanaan pelatihan keterampilan dasar terdapat delapan kegiatan pokok yang harus dilaksanakan, yaitu (i) pelatihan mengenai perencanaan 1] Materi Seminar Sehari pad Temu Alumni Universitas Brawijaya Malang Angkatan 1974 - 2010, Minggu 24 Oktober 2010. 2) Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Persada Indonesia-YAI 3] asubid Evaluasi Pembangunan.. Bappeda Propinsi Jambi.
pengelolaan sumberdaya, (ii) keterampilan tentang dasar-dasar manajemen keuangan, (iii) keterampilan tentang tata buku dan audit, (iv) pelatihan teknis yang berkaitan dengan usaha mikro dan prasarana, (v) peranserta masyarakat dalam pemantauan dan pengawasan, (vi) pelatihan dasar tentang pengamatan
sumberdaya, (vii) pelatihan pemantauan kondisi sosial ekonomi dan ekologi, dan (viii) orientasi mengenai pengawasan dan pelaksanaan ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan pelestarian sumberdaya.
(7)
Pcnyusunan
Rencana
Pengelolaan
Sumberdaya
Terpadu
Dan
Berkelanjutan
Terdapat lima langkah penyusunan rencana pengelolaan sumberdaya terpadu dan berkelanjutan, yaitu: (i) mengkaji permasalahan, strategi dan kendala yang akan dihadapi dalam pelaksanaan pengelolaan sumberdaya, (ii) menentukan sasaran dan tujuan penyusunan rencana pengelolaan, (iii) membantu
pelaksanaan pemetaan oleh masyarakat, (iv) mengidentifikasi hak guna atas sumberdaya yang ada, dan (v) melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan sertadalam pemantauan pelaksanaan rencana tersebut. (8)
Pengembangan Ekonomi Lokal
Dalam proses ini terdapat lima langkah pengembangan, yaitu (i) menentukan jenis-jenis usaha yang akan dikembangkan, (ii) melengkapi studi kelayakan masing-masing pilihan, khususnya dengan penelitian pasar, (iii) memberdayakan/membentuk kelompok ekonomi mikro, (iv) memberikan
pelatihan teknis dan manajemen usaha, dan (v) mengusahakan pembiayan bagi usaha-usaha pilihan melalui penyediaan dana awal, peningkatan akses ke berbagai sumber dana dan mengkaji kemungkinan pengembangan koperasi. (9)
Pengembangan Fasilitas Sosial
Terdapat dua kegiatan pokok dalam pengembangan fasilitas sosial ini, yaitu: (i) melakukan perkiraan atau analisis tentang kebutuhan prasarana yang dibutuhkan
1) Materi Seminar Sehari pad Temu Alumni Universitas Brawijaya Malang Angkatan 1974 - 2010, Minggu 24 Oktober 2010.
2) Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Persada Indonesia-YAI 3] asubid Evaluasi Pembangunan, Bappeda Propinsi Jambi.
untuk
membantu pengembangan
ekonomi
lokal,
penyusunan
rencana
pengelolaan dan pelaksanaan pengelolaan berbasis masyarakat, serta (ii) meningkatkan kemampuan (keterampilan)
lembaga-lembaga desa yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan langkah-langkah penyelamatan sumberdaya dan pembangunan prasarana. (10)
Pendanaan
Pendanaan merupakan bagian terpenting dalam proses implementasi PBM.
Oleh karena itu, peran pemerintah selaku penyedia pelayanan diharapkan dapat memberikan alternatif pembiayaan sebagai dana awal perencanaan dan
implementasi PBM. Namun demikian, dana swadaya masyarakat diharapkan dapat menjadi tumpuan pelaksanaan PBM selanjutnya terlebih bilamana
kegiatan ekonomi lokal telah memberikan manfaat bagi masyarakat setempat. Kesepuluh proses implementasi PBM tersebut di atas tidak bersifat absolut,
tetapi dapat disesuaikan dengan karakteristik wilayah, sumberdaya dan masyarakat setempat, terlebih bilamana di wilayah tersebut telah terdapat kelembagaan lokal yang memberikan peran positif bagi pengelolaan sumberdaya dan pembangunan ekonomi masyarakat sekitarnya.
Co-Manajemen : Kolaborasi Pengelolaan Perikanan
^
Keterlibatan pemerintah dalam pengelolaan sumberdaya perikanan secara
penuh atau parsial sama prinsipnya dengan keterlibatan pada sektor ekonomi lain yaitu untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat dan perlindungan sumberdaya perikanan (Nikijuluw,2002).
Jentoft (1989) menyebutkan ada 3 alasan mengapa pemerintah perlu terlibat dalam pengelolaan perikanan yaitu:
1. Alasan Efisiensi: Sumberdaya perikanan (perikanan tangkap) bersifat "open acsess"
dan "public provety" yang pemanfaatannya membawa akibat
eksternalitas (khususnya ekternalitas negatif) dan deplesi terhadao sumberdaya. 1] Materi Seminar Sehari pad Temu Alumni Universitas Brawijaya Malang Angkatan 1974 - 2010, Minggu 24 Oktober 2010. 2) Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Persada Indonesia-YAI
3) asubid Evaluasi Pembangunan, Bappeda Propinsi Jambi.
Untuk itu perlu peran pemerintah mengatur pemanfaatannya agar dampak eksternalitas negatif dan deplesi dapat dikurangi.
2. Alasan Keadilan: Jika pemerintah tidak ikut campur tangan maka pemodal kuat
akan mengambil manfat secara berlebihan dan memboarkan nelayan/petani ikan kecil/tradisional dalam kemiskinan dan kemelaralan. Selanjutnya pada saat
ketimpangan sudah semakin lebar dan matang dan sulit diatasi dapat menjadi sumber konflik.
3. Alasan Administrasi: Pemerintah berhak menjalankan administrasi dengan
otoritas dan kemampunnya. Dengan ini pemerinth dapat melaksanakan peran dan fungsi dalam pengelolaaan sumberdaya perikanan. Demikian pula dengan
kehadiran pemerintah yang sangat diperlukan untuk menjalankan kegiatankegiatan yang memang yang memang tidak langsung menhasilkan keuntungan ekonomi. Artinya tanpa insentif tidak ada pihak swasta yang mau melakukannya
Lawson (1984) dalam Nikijuluw (2002) menyebutkan pemerintah juga
mempunyai kelemahan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan antara lain: kegagalan dalam mencegah kelebihan eksploitasi SDP karena keterlambatan dalam pelaksanan peraturan yang telah ditetapkan, kesulitan dalam penegakan huk-ym, kemampuan dan keberhasilan masyarakat
dalam menghindar dari peraturan, kebijakan yang kurang
tepat dan tidak jelas serta terkadang bertentangan, administrasi yang tidak efisien, wewenang terbagi kepada beberapa lembag serta data dan informasi yang kurang tepat.
Dengan adanya keterbatasan pemerintah tersebut perlu mengikutkan berbagai pihak atau lembaga terkait serta masyarakat, salah satunya dalm bentuk co-manajemn Co-manajemen
perikanan dapat
diartikan
sebagai pembagian atau
pendistribusian tanggung jawab dan wewnang antara pemerintah dan masyarakat lokal dalam mengelola perikanan (Nikijuluw, 2002). Secara umum bisa dikatakan bahwa manfaat yang ingin dicapai setiap pelaku melalui Co-manajemen perikanan adalah status pengelolaan perikanan yang lebih tepat, lebih efisien serta lebih adil dan merata 1] Materi Seminar Sehari pad Temu Alumni Universitas Brawijaya Malang Angkatan 1974 - 2010, Minggu 24 Oktober 2010. 2) Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Persada Indonesia-YAI 3] asubid Evaluasi Pembangunan, Bappeda Propinsi Jambi.
(tujuan utama co-manajemen). Sedangkan tujuan sekunder dari co-manajemen adalah: 1) Jalan kearah tcnvujudnya pembangunan berbasis masyarakat 2) cara untuk
mewujudkan pengambilan keputusan secara desentralisasi sehingga dapat mcmberiklan hasil yang efektif dan 3)mekasnisme untuk mencapai visi dan tujuan nelayan lokal serta menguarngi konflik antar nelayan melalui proses demokrasi partisipatif. Nielsen (1996) mengelompokan kolaborasi yang terjadi antara pemerintah
dan masyarakat (dalam arti luas) menjadi 5 hirarki Co-manajemen yaitu (l)intrukksi, (2)konsultasi, (3) kooperatif, (4) advokasi dan (5) informatif. Namun menurut Pomeroy dan Berkes (1997) terdapat 10 tingkatan atau
bentuk co-manajemen yang disusun berdasar partisipasi yang paling rendah hingga
yang paling tinggi dari masyarakat. Bila tanggung jawab dan wewenag masyarakat rendah pada suatu bentuk co-manajemen maka tanggung jawab dan wewenang
pemerintah semakin tinggi, begitu pula sebaliknya. Kesepuluh bentuk co-manajemen tersebut adalah:
1. Masyarakat hanya memberikan informasi pada pemerintahdan informasi tersebut digunakan bahan perumusan kebijakan 2. Masyarakat dikunsoltasi olej pemerintah
3. Masyarakat & pemerintah saling bekerjasama
4. Masyarakat & pemerintah saling berkomunikasi 5. Masyarakat & pemerintah saling bertukar informasi 6. Masyarakat & pemerintah salin memberi nasehat dan saran 7. Masyarakat & pemerintah melakukan kegiatan atau aksi bersama 8. Masyarakat & pemerintah bermitra
9. Masyarakat melakukan pengawasan terhadap peraturan yang dibuat pemerintah
10. Masyarakat lebih berperan dalam melakukan koordinasi anatar lokasi atau antar daerah dan hal tersebut didukung oleh pemerintah.,
1) Materi Seminar Sehari pad Temu Alumni Universitas Brawijaya Malang Angkatan 1974 - 2010, Minggu 24 Oktober 2010. 2) Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Persada Indonesia-YAI 3) asubid Evaluasi Pembangunan, Bappeda Propinsi Jambi.
PENGELOLAAN/PEMBANGUNAN BERBASIS LINGKUNGAN
Sunberdaya perikanan dan kelautan yang terdapat di perairan darat (inland waters), pesisir dan laut perlu dimanfaalkan sebesar-sebesarnya bagi kesejahteraan umat manusia. Namim dalam pengelolaanya jangan menyebabkan kerusak, kepunahan dan
pencemaran lingkungan. Banyak ayat yang terdapat dalam Al-Quran yang memesankan kepada kita agar selalu menjaga lingkungan dan jangan membuat kerusakan di muka bumi ini anatara lain dalam (QS:Arrum ayat 41) " Telah nampak kerusakan di darat
dan laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan
kepada mereka sebag'tan dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ( ke jalan yang benar)
juga
Al-Quran (QS:Assyu'ara
ayat
151
dan
152)
"....dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati batas, yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan".
Menurut Bengen (2003) di dunia terdapat 3 kelompok/model/pandangan
dalam pengelolaan SDA yaitu kelompok "deep enviment" yang berpandangan bahwa SDA yang ada sedikit atau bahkan tidak boleh diapa-apain, kedua kelompok "economic
frointer" yang berpandangan bahwa SDA yang ada di dunia ini boleh dimanfaatakan secara ekstrim demi pencapaian tujuan ekonomi, sedangkan kelompok ketiga adalah
yang mengkomodasi kedua pandangan yang bersebrangan atau kelompok "Rasional resources/sustaiable development. Pandangan ketiga ini lebih berfkir realistis dengan alasan manusia memerlukan SDA untuk keperluan hidupnya, SDA ada yang bersifat
''renewable " yang pada tingkat tertentu dalam memulihkan stock/populasi dari SDA alam tersebut, sedangkan SDA yang"unrenewable" dalam pemanfaatannya perlu
kehati-hatian yang tinngi sehingga tidak habis sambii menunggu alternatif pengganti SDA tersebut.
Ada dua makna yang terkandung dari pembangunan sumberdaya Alam
(SDA) perikanan dan kelautan berbasis lingkungan dalam hal ini yaitu: pertama,
berbasis lingkungan berarti pembangunan harus diseuaikan potensi dan daya dukung SDA yang dimiliki (Bengen, 2000). Sedangkan arti kedua pengelolaan/pembangunan berbasis lingkungan merujuk kepada
defenisi yang dibuat oleh
Comission
Enviromental Develovment (WCED, 1987) yang menyeimbangkan antara aspek
1] Materi Seminar Sehari pad TemuAlumni Universitas Brawijaya Malang Angkatan 1974 - 2010, Minggu 24 Oktober 2010. 2) Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Persada Indonesia-YAI 3) asubid Evaluasi Pembangunan, Bappeda Propinsi Jambi.
i
ekonomi, lingkungan (ekologis) dan sosial yang lebih populer disebui dengan
"pembagunan berkelanjutan atau sustainable development". Menurut WLCD (1987) bahwa pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa merusak atau menurunkan kemampuan generasi mcndatang untuk memeunhi kcbutuhannya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pembangunan
berkelnjutan hanya dapat dicapai dengan memperhatikan 3 aspek (pilar) secara seimbang yaitu aspek lingkungan (ekologi), ekonomi dan sosial
Pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan berbasis lingkungan sering disebut dengan pengelolaan berbasis ekologis merupakan salah satu aspek dari
pengeloaan sumberdaya alam yang berkelanjutan. Menurut WCED (1987) bahwa pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa merusak atau menurunkan kemampuan generasi mendatang untuk memeunhi kebutuhannya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pembangunan berkelanjutan
hanya dapat dicapai dengan memperhatikan 3aspek (pilar) secara seimbang yaitu aspek lingkungan (ekologi), ekonomi dan sosial
Ketiga aspek ini bila bersinergi akan dapat saling menunjang, sebagai contoh hasil penelitian Martosubroto dan Namin (1979) dalam Supriharyono (2000)
menyatakan adanya hubungan antara banyaknya tanaman bakau di pantai/estauria dengan produksi udang. Ng (1985) dalam Supriharyono (2000J yang melakukan penelitian di semenanjung Malaysia Barat dengan tutupan mangrove 96 % menghasilakn hasil tangkapan ikan 2-4 kali lebih bajryak dari pada hasil tangakapn ikan di semenajnung Timur Malaysia yang hampir tidak adanya mangrovenya. Ini membuktikan dengan mempertahankan ekosistem mangrove (memertahankan
lingkungan mangrove) akan berdampak pada peningkatan pendapatan nelayan (ekonomi) dan kehidupan sosial juga akan lebih kondusif dan nyaman karena penghasilan masyarakat mencukupi. Karifan lokal yang merupakan aspek sosial yang berkembang seperti "Sasi" di Maluku akan berdampak semakin meningkatnya pupulsi ikan dan biota air lainnya karena adanya larangan menangkap ikan pada musim tertentu
yang memberikan kesempatan ikan untuk tumbuh dan berkembangbiak, ini pada gihrannya akan meningkatkan hasil tangkapan ikan. Di Jambi sebenarnya juga ada kearifan masyarakat nelayan/petni ikan perairan umum denagn membuatn kawasan
1) Materi Seminar Sehari pad Temu Alumni Universitas Brawijaya Malang Angkatan 1974 - 2010, Minggu 24 Oktober 2010.
2) Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Persada Indonesia-YA1 3) asubid Evaluasi Pembangunan, Bappeda Propinsi jambi.
12
"lubuk larangan". Lubuk larangan ini sebenamya tidak berbeda jauh dengan "Sasi" di Maluku, tetapi kegiatannya dilakukan di sungai, lubuk atau perairan umum lainnya. PENGEMBANGAN
SUMBERDAYA
PERIKANAN
DAN
KELAUTAN
BERKELANJUTAN
Seperti telah disampaikan dimuka bahwa pembangunan/pengembangan secara berkelanjutan ditinjau dari paham pemanfaatan SDA merupakan jalan tengah anatara "deep enviromenta!" dan "frointer economic". Sedangkan ditinjau dari aspeknya merupakan kombinasi antara aspek ekonomi, lingkungan dan sosial secara berimbang. 1. Aspek Lingkungan
Pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan (inland waters, pesisir dan laut) secara ekologi dianggap berkelanjutan jika kawasan tersebut mampu (Rohkmin, 2004):
> Basis (ketersediaan stok) sumberdaya alamnya dapat dipelihara secara stabil > Pembuangan limbah tidak melebihi kapasitas asimilasi lingkungan
> Pemanfaatan sumberdaya tidak dapat diperbaharui diiringi dengan upaya pengembangan bahan substitusinya secara memadai
> Menghindari kerusakan lingkungan
> Mempertahankan biodiversity^dan plasma nutfah Secara ekologi ada 5 persyaratan* agar pengelolaan sumberdaya perikanan dan
kelautan (inland waters, pesisir dan laut) baik pada tingkat kabupaten/kota, propinsi, negara atau dunia, berlangsung secaraberkelanjutan :
Pertama adalah perlu adanya keharmonisan ruang {spatial harmony) untuk kehidupan manusia dan kegiatan pembangunan yang dituangkan dalam peta tata ruang suatu wilayah hendaknya dipilah menjadi 3 zona : Preservasi : Konservasi : Pemanfaatan (20 %)
:
(20 %)
:
(60 %)
Kedua adalah bahwa tingkat/laju {rate) pemanfaatan sumberdaya dapat pulih (seperti sumberdaya perikanan dan hutan mangrove) tidak boleh melebihi kemampuan pulih (renewable capacity) dari sumberdaya tersebut dalam kurun waktu tertentu.
1) Materi Seminar Sehari padTemu Alumni Universitas Brawijaya Malang Angkatan 1974 - 2010, Minggu 24 Oktober 2010. 2) Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Persada Indonesia-YAI
3) asubid Evaluasi Pembangunan, Bappeda Propinsi Jambi.
1j
Dalam terminologi pengelolaan sumberdaya perikanan, kemampuan pulih termaksud lazim disebut potensi lestari {Maximum Sustainable Yield, MS)),
sedangkan dalam pengelolaan hutan mangrove biasanya dinamakan sebagai jatah tebangan yang diperbolehkan (Total Allowance Harvest, TAH) Estimasi Stock Sumberdaya Ikan di Perairan
St = So + (G + R + I) - ( F + M + E ), dimana; St =
Stok ikan setelah waktu-t
So=
Stok ikan saat ini ( Tahun dimulai pemanfaatan sumberdaya Perikanan)
G=
Pertumbuhan Individu, R= Recruitment
I =
Imigrasi (Stok yang masuk karena perpindahan)
M = Mortalitas alamiah,
E
=
F = Mortalitas karena penangkapan
Emigrasi (Stok keluar karena perpindahan)
Ketiga, jika kita mengeksploitasi bahan tambang dan mineral (sumberdaya tidak dapat pulih) harus dilakukan dengan cara-cara yang tidak merusak lingkungan agar tidak mematikan kelayakan usaha (viability) sektor pembangunan (ekonomi) lainnya.
Sebagian keuntungan (economic rent) dari usaha pertambangan tersebut hendaknya diinvestasikan untuk:
• mengembangkan bahan (sumberdaya) substitusinya dan kegiatan-kegiatan ekonomi yang berkelanjutan (sustainable economic activities)
->
perikanan, pertanian, industri pengolahan
produk
perikanan
dan
pertanian, pariwisata,
• industri rumah tangga (home industries) berbasis sumberdaya dapat pulih
Keempat, ketika kita membuang limbah ke lingkungan pesisir dan lautan, maka : • jenis limbah yang dibuang bukan yang bersifat B3 (Bahan Berbahaya Beracun), tetapi jenis limbah yang dapat diuraikan di alam (biodegradable) termasuk limbah organik dan unsur hara.
• Jumlah limbah non- B3 yang dibuang ke laut tidak boleh melebihi kapasitas asimilasi lingkungan laut.
1) Materi Seminar Sehari pad Temu Alumni Universitas Brawijaya Malang Angkatan 1974 - 2010, Minggu 24 Oktober 2010.
2) Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Persada Indonesia-YAI 3) asubid Evaluasi Pembangunan, Bappeda Propinsi Jambi.
14
•
Semua limbah B3 tidak diperkenankan dibuang ke lingkungan alam (termasuk
pesisir dan lautan), tetapi harus diolah di fasilitas Pengolahan Limbah B3.
Kelima. manakala kita memodifikasi bentang alam pesisir dan lautan untuk
membangun dennaga {jetty), pemecah gelombang (breakwaters), pclabuhan laut, hotel, anjungan minyak (oil rigs), marina, dan infrastruktur lainnya, maka : •
Harus menyesuaikan dengan karakteristik dan dinamika alamiah lingkungan pesisir dan lautan, seperti pola arus, pasang surut, sifat geologi dan geomorfologi (sediment budget), serta sifat biologis dan kimiawi,
•
merancang dan membangun kawasan pesisir dan laut sesuai dengan kaidahkaidah alam (design
and construction with nature)
Pembangunan berkelanjutan
menghendaki perbaikan kriteria kelayakan
suatu program atau proyek pembangunan :
•
Penggunaan
discount rate
serendah
mungkin
untuk
kegiatan-kegiatan
pembangunan yang menyangkut pemanfaatan sumberdaya alam yang vital bagi kelestarian ekosistem / kelangsungan hidup manusia.
•
Memasukkan (to internalize) kerusakan lingkungan (environmental damage or
loss) dan kerugian sosial (social cost) sebagai komponen biaya dalam analisis manfaat dan biaya" •
Menerapkan prinsip kehati-hatian {precautionary principles) untuk kegiatan-
kegiatan pembangunan yang dampak negatifnya sangat signifikan atau tidak terpulihkan (irreversible), 1. Aspek Ekonomi
Dari aspek ekonomi pembangunan sumberbaya perikanan dan kelautan dianggap berkelanjutan bila mampu (Rohkmin, 2004): > Menghasilkan barang danjasa secara berkesinambungan > Memelihara pemerintahan dan utang luar negeri pada tingkat yang terkendali.
1) Materi Seminar Sehari pad Temu Alumni Universitas Brawijaya Malang Angkatan 1974 - 2010, Minggu 24 Oktober 2010. 2) Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Persada Indonesia-YAI 3] asubid Evaluasi Pembangunan, Bappeda Propinsi Jambi.
35
> Menghindarkan ketidakseimbangan yang ekstrim antar sektor r
Memberikan nilai tambah
3. Aspek Sosial
Dari aspek ekonomi pembangunan sumberbaya perikanan dan kelautan
dianggap berkelanjutan bila mampu (Rohkmin, 2004): > Memenuhi kebutuhan dasar (sandang, pangan, perumahan, kesehatan dan
pendidikan) seluruh penduduknya terpenuhi. >
Terjadi distribusi pendapatan dan kesempatan berusaha dan penyerapan
tenaga verjasecar adil secara add >
Kesetaraan gender
> Terdapat akuntabilitas dan partisipasi politik > Partisipasi masyarakat lokal (PBM)
STRATEGI PENGEMBANGAN
Strategi merupakan alat atau cara untuk mencapai hal yang diinginkan baik bersifat normatif ataupun dapat diukur. Salah satu cara menetukan strategi adalah melalui analisa SWOT, yaitu
suatu analisis kualitatif yang digunakan untuk
mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk memformulasikan strategi suatu kegiatan fRangkuti, 2000). Analisis ini didasarkan pada logika untuk memaksimalkan kekuatan dan peluang namun secara bersamaaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman (Marimin, 2004).
Sedangkan pengembangan menurut (Rustiadi, 2004) merupakan suatu proses perbaikan yang berkesinambungan pada masyarakat, sistem sosial dan sumberdaya alam menuju kehidupan yang lebih baik atau lebih manusiawi. Lebih lanjut juga disebutkan bahwa pengembangan juga sering disebut dengan "pemberdayaan".
Sehingga dengan demikian dapat ditarik suatu pengertian bahwa "Strategi pengembangan perikanan dan kelautan berbasis masyarakat dan lingkungan adalah cara untuk mencapai hal yang diinginkan baik normatif maupun terukur untuk
perbaikan yang bekesinambungan
suatu masyarakat sistem sosial dan sumberdaya
perikanan dan kelautan yang berbasis masyarakat dan lingkungan (ekologi).
1) Materi Seminar Sehari pad Temu Alumni Universitas Brawijaya Malang Angkatan 1974 - 2010, Minggu 24 Oktober 2010. 2} Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Persada Indonesia-YAI 3] asubid Evaluasi Pembangunan, Bappeda Propinsi Jambi.
Berdasarkan hasil analisis SWOT, terdapat beberapa strategi dalam
pengembangan wilayah pesisir dan laut teritorial yang harus memberkan peran yang lebih besar kepada masyarakat.
Matrik Hasil Analisis SWOT interna! Faktor
2. Pembgn. Plabuhan M, Sabak 3.Adanya DKP &SMKKelautan dan mulai adanya peran LSM & PT 4. Besamya minat masyarakat
Eksternal Faktor
Peluang (0)
berusaha dtbidang perikanan 5. Kemauan politik yang kuat
I.Dekat dengan pasar
2. Kebutuhan produk perikanan selalu meningkat
optimal (1) 2. Mengembangkan pangsa pasar produk perikanan (5)
cukup tinggi
5. Adanyaskim kredit&dana CD
Ancaman (T) 1. Degradasi lingkungan 2. Klaim terhadap produk perikanan
3. Persaingandengan produk yang sama dari negara lain 4. Pensurian ikan oleh nelayan
asing dan perampokan di but 5. Masihadanya egosektoral
1. Terbatasnya modal 2. Indikasi tangkap lebih 3. Rendahnya Sumberdaya manusia
4. Belum adanya data detail potensi 5. Kurangnya koordinasi
Strategi W-0
Strategi S-O 1. Pemanfaatan SDP secara
3. Teknolgt spesikasi lokasi 4. Harga produk perikanantertentu
Kelemahan (W)
Kekuatan (S) 1. Potensi SDP pesisir besar
1. Pemanfataan skim kredit &
bantuan modal secara optimal (9)
2. Peningkatan SDH dalam
pengembanagnSDP pesisir(4) 3. Kerjasama dengan berbagai 3. Penyusunan profit detail pihak untuk meningkatkan potensi SDP pesisir(10) produktivttas usaha perikanan (6)
Strategi S-T 1. Menerpkan sistem ramah
lingkungan usaha perikanan {8) 2. Heningkatkan stsndar mutu produk perikanan (3) 3. Peningkatan pengawasan & koordinasi antar intastansi dan
pihak (erkaft (7) 4. Peningkatankapsftas armada penangkapan ikan(2)
Matrik Analisis SWOT Pengembangan Perikanan di Wilayah Indonesia.
Strategi :merupakan alat atau cara untuk mencapai hal yang dinginkan baik bersifat normatif ataupun dapat diukur. Karena masih bersifat normatif, maka strategi
perlu dijabarkan dalam bentuk rencana aksi berupa program atau kegiatan dalam pengembangan perikanan dan kelautan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur 1. Strategi Pemanfaatan SDP Pesisir Secara Optimal (SI) 1). Pengaturan alat dan zona penangkapan ikan
1) Materi Seminar Sehari pad Temu Alumni Universitas Brawijaya Malang Angkatan 1974 - 2010, Minggu 24Oktober 2010.
2) Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Persada Indonesia-YAI 3) asubid Evaluasi Pembangunan, Bappeda Propinsi Jambi.
I /
1). Pengaturan alat dan zona penangkapan ikan 2). Pemasangan rumpon
3). Pemanfataan by catch secara optimal
4). Pembangunan hatchery (BBI Pantai)
2 Peningkatan Kapasitas Armada Penangkapan Ikan (S2)
1). Memberi bantuan dan fasilitasi untuk mendapatkan armada penangkap ikan bertonase besar (> 30 GT)
2). Optimalisasi peran TPI dan PPI
3. Peningkatan SDM Dalam Pengembangan SDP (S3) 1). Pelatihan atau kursus pengolahan hasil perikanan 2). Peningkatan kemampuan teknis penangkapan ikan 3). Pelatihan atau kursus budidaya pantai berwawasan lingkungan
4). Pelatihan atau kursus pengembangan pemasaran kompetitifProduk perikanan 5). Pelatihan pembuatan dan perawatan alat tangkap 4. Mengembangkan Pangsa Pasar Produk Perikanan (S4)
1). Pembinaan pelaku usaha perikanan kecil dan mencngah (perikanan rakyat) 2). Menumbuhkan budaya gemar makan ikan 5. Peningkatan Standar Mutu Produk Perikanan (S5)
1). Peningkatan Performence dan Mutu Produk Perikanan 2). Peningkatan Pengawasan dan Pengujian Produk Perikanan 3). Diversifikasi Produk Olahan
6. Peningkatan Koordinasi dan Pengawasan Antar Pihak Terkait(S6)
1). Mengkoordinasikan Setiap Kegiatan Pembangunan Masing-masing Sektor Baik Pemerintah Maupun Swasta
2). Melakukan Koordinasi &Pengawasan Mencegah Terjadinya Tindak Kriminalitas di Laut (Pencurian ikan oleh nelayan asing & rampok di laut)
1) Materi Seminar Sehari pad Temu Alumni Universitas Brawijaya Malang Angkatan 1974 - 2010, Minggu 24 Oktober 2010. 2) Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Persada Indonesia-YAI 3) asubid Evaluasi Pembangunan, Bappeda Propinsi Jambi.
IS
7 Kerjasama Dengan Berbagai Pihak Untuk Meningkatkan Produktivitas Usaha Perikanan (S7)
1). Uji coba penelitian usaha penangkapan, budidaya dan pengolahan hasil 2).Mendatangkan investor untuk menggarap SDP dan kelautan dengan mengikutkan masyarakat lokal (kemitraan)
8.Menerapkan Sistem Ramah Lingkungan pengelolaan SD Perikanan (S8) 1). Pelarangan penggunaan bahan, alat & cara terlarang dalam usaha perikanan
2). Penerapan sanitasi lingkungan pada setiap rantai produksi &pemasaran 3). Budidaya tambak sistem tradisional atau tradisional plus 4). Konservasi kawasan pesisir 5). Budidaya lebah madu
6). Coastal and Marine Protected Area (CMPA/DPL) 9. Pemanfaatan Skim Kredit dan Bantuan Modal Secara Optimal (S9)
1). Deregulasi untuk kemudahan mendapatkan kredit
2). Mengupayakan dana CD perusahaan untuk pengembangan usaha perikanan 3). Mengoptimalkan peran koperasi sebagai unit usaha simpan pinjam 4). Bantuan pakct bergulir (revolving) dan KUPEM
10. Penyusunan profil detail potensi sumberdaya perikanan pesisir (S10) 1). Penyusunan detail potensi perikanan dan pembuatan tata ruang
2). Penyusunan kelayakan teknis (tanah, air, oceanografi dan biologi)
3). Penyusunan kelayakan usaha kecil dan menengah perikanan pesisir
1) Materi Seminar Sehari pad Temu Alumni Universitas Brawijaya Malang Angkatan 1974-2010, Minggu 24 Oktober 2010. 2) Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Persada Indonesia-YAI 3) asubid Evaluasi Pembangunan, Bappeda Propinsi Jambi.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran, (QS:Arrum ayat41), (QS:Assyu'ara ayat 151 dan 152)
Aziz, KA. M.BoerJ.Widodo. N.Namin, M.H. Amarullah. B.Hasym, A. Jamali. Dan B.E Priyono. 2001. Potensi, pemanfaatan dan peluang pengembangan sumberdaya
ikan laut di periaran Indonesia. Kerjasama Komnas Pengkajian Sumberdaya Ikan Laut dengan Laboratorio MSP Perikanan FPIK IPB.
[BKSDA] Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jambi. 2006. " Pengelolan Cagar Alam Hutan Bakau Pantai Timar Jambi". Disampaikan pada disampaikan pada Lokakarya MCRMP Jambi. Jambi 13-14 Desember 2006 Bengen. 2003. Warta Pesisir. PKSPL IPB.
Bengen. 2002. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut Serta Prinsip Pengelolaanya. PKSPL IPB
Carter, J.A. 1996. Introductory Course on Integrated Coastal Zone Management (Training Manual). Pusat Penelitian Sumberdaya Alam dan Lingkungan Universitas Sumatera Utara, Medan dan Pusat Penelitian Sumberdaya Manusia dan Lingkungan Universitas Indonesia, Jakarta; Dalhousie University, Environmental Studies Centres Development in Indonesia Project.
COREMAP-LIPI. 1997. Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Berbasis Masyarakat. Dokumen buah kerjasama antara Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi, Proyek Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang dan PT. ECOLINK UTAMA
C:/dmkec/kec.tjt.apr. 2006
[DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi . Penataan Ruang Wilayah Pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Kerjasama DKP Provinsi Jambi dengan CV. Cakra Karya Persada Jambi
Jentoft. 1989. Fisheries Co-Management. Delegating Government Responsisibility to Fsieherment Organization" Marine Policy.
King,M. 1995. Fisheries Biology., assessment and management. Blackwell Science Ltd. Chapter Fisheries Manangement
Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi; Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Grasindo. Jakarta.
Nielsen. J.R and Sen. 1996. Fieheries Co-Management: A Comparative Analisys. Marine Policy.
1) Materi Seminar Sehari pad Temu Alumni Universitas Brawijaya Malang Angkatan 1974 - 2010, Minggu 24 Oktober 2010. 2] Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Persada Indonesia-YAI
3) asubid Evaluasi Pembangunan, Bappeda Propinsi Jambi.
20
Nikijuluw, V.P.H. 2002. Rezim Pengelolaan sumberdaya.VT. Pustaka Cidesindo Pomeroy, R.S. and Berkes. 1994. Fisheries Co-management and Small-scale Fisheries : A Policy Brief ICLRAM, Manila. Soegiarto. 1976. Pedoman Umum Pengelolaan Wilayah Pesisir. Lembaga Oseanologi Nasional, Jakarta. Rangkuit.. F. 2000. Analisis SWOT. Teknik Membedah Kasus Bisnis. . PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Riswandi. 2006. Analisis Kebijakan Pengembanagan Perikanan di Wilayah Pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi. PS-SPL IPB. Bogor Rokhmin, D. Rais, J., Ginting, S.P., dan Sitepu, M.J. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan secara Terpadu. Cetakan Kedua : ISBN 979-408381-X. PT. PRADNYA PARAMITA, Jakarta.
Rohkmin.2004. Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu Untuk Mewujudkan Pembangunan Kelautan Berkelanjutan. Makalah Kuliat Perdana SPS-SPL IPB. Rustiadi, E. Saefudin, S dan Panuju D.R. 2004. Perencanaan dan Pengembangan
Wilayah. Edisi 10 Dfesember 2004. Diktat. Fakultas Pertaninan I{B. Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
[WCED]. 1987. Comission Enviromental Develovment. Our Common Future. Oxford University Press.New York White, A.T., L.Z. Hale, Y. Renard, and L. Cortesi.
1994.
Collaborative and
Community Based Management of Coral Reefs : Lessons from Experience. Kumarian Press, Inc., USA. 130 p.
1) Materi Seminar Sehari pad Temu Alumni Universitas Brawijaya Malang Angkatan 1974 - 2010, Minggu 24 Oktober 2010. 2) Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Persada Indonesia-YAI 3) asubid Evaluasi Pembangunan, Bappeda Propinsi Jambi.