STRATEGIC MANAGEMENT Five Force Model of Competition untuk Industri Hulu Minyak Kelapa Sawit tahun 2014
Dosen Pembimbing Prof. Dr. Rudy C. Tarumingkeng
Tugas Pribadi (Ujian Akhir Semester) Dibuat oleh : Lie Robert Iskandar
NIM: 01-2014-028
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN SEMESTER II UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA KAMPUS III – JAKARTA 2015
DAFTAR ISI DAFTAR ISI........................................................................................................... i BAB 1 ..................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN 1.1. Manfaat Pengembangan Bisnis Perkebunan Kelapa Sawit ...................... 2 1.2. Industri Perkebunan Kelapa Sawit Asian Agri Grup ...Error! Bookmark not defined. 1.3. Filosofi Bisnis Perusahaan ....................................................................... 3 1.4. Produk turunan Kelapa Sawit................................................................... 4 1.5. Proses Produksi ........................................................................................ 5 BAB 2 ..................................................................................................................... 6 2.1. Teori Persaingan Industri (Five Forces Model – Michael E. Porter) ....... 7 BAB 3 ..................................................................................................................... 8 3.1. Persaingan Industri ................................................................................... 9 3.2. Five Forces Model Competition Analysis .............................................. 10 3.4. Analisis Keunggulan Kompetitif............................................................ 11 BAB 4 Kesimpulan dan Saran ............................................................................ 12 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13
i
BAB 1 PENDAHULUAN Industri Kelapa Sawit di Indonesia telah berkembang pesat dengan dukungan pertumbuhan perkebunan yang sangat pesat pula hingga mencapai lebih dari 6.3 juta hektar yang terdiri dari sekitar 60% yang diusahakan oleh Perkebunan besar dan 40% oleh Perkebunan rakyat. Pertumbuhan Perkebunan Sawit ini tidak terlepas dari politik ekspansi pada akhir 1970 an disertai pengenalan PIR sebagai sarana untuk menggerakkan keikut sertaan rakyat dalam budidaya perkebunan sawit. Pertumbuhan pesat juga terjadi pada ke dua jenis pengusahaan yaitu perkebunan besar dan perkebunan rakyat. Sampai dengan tahun 2007 tercatat 965 perusahaan dengan luas perkebunan 3.753 juta hektar yang dimiliki oleh perkebunan Negara Swasta Nasional dan Asing. Sementara Perkebunan rakyat telah mencapai 2,565 juta hektar, suatu perkembangan yang luar biasa mengingat pada awal pengenalanya hanya 3.125 hektar (1979) yang hanya mewakili 1,20% saja dari total Perkebunan Sawit yang ada ketika itu. Akhir-akhir ini industri Kelapa Sawit cukup marak dibicarakan, karena dunia saat ini sedang ramai-ramainya mencari sumber energi baru pengganti minyak bumi yang cadangannya semakin menipis. Salah satu alternatif pengganti tersebut adalah energi Bio Diesel dimana bahan baku utamanya adalah minyak mentah Kelapa Sawit atau yang lebih dikenal dengan nama Crude Palm Oil (CPO). Bio Diesel ini merupakan energi alternatif yang ramah lingkungan, selain itu sumber energinya dapat terus dikembangkan, sangat berbeda dengan minyak bumi yang jika cadangannya sudah habis tidak dapat dikembangkan kembali. 1.1. Manfaat pengembangan industry Perkebunan Kelapa Sawit Industri Kelapa Sawit berpotensi menghasilkan perkembangan Ekonomi dan Sosial yang signifikan di Indonesia. Kelapa Sawit merupakan produk pertanian paling sukses kedua di Indonesia setelah Padi, dan merupakan ekspor pertanian terbesar. Industri ini menjadi sarana meraih nafkah dan perkembangan ekonomi bagi sejumlah besar masyarakat miskin di industri Kelapa Sawit berpotensi menghasilkan perkembangan ekonomi dan sosial yang signifikan di Indonesia.
1
permintaan dunia akan Minyak Sawit diperkirakan akan semakin meningkat di masa depan,minyak sawit menawarkan prospek ekonomi yang paling menjanjikan bagi Indonesia. 1.2. Industri Perkebunan Kelapa Sawit (Asian Agri Grup) Industri yang dianalisa dengan menggunakan Five Force Model of Competition pada kesempatan kali ini adalah industri hulu Kelapa Sawit dengan produk turunannya yaitu crude palm oil (CPO) dan Palm Kernel (PK), industri ini merupakan Integrasi antara unit Perkebunan dan unit Pabrik. Adapun Perusahaan yang akan kita bahas adalah Asian Agri yang merupakan salah satu produsen minyak Kelapa Sawit terbesar di Asia dengan kapasitas produksi per tahun mencapi 1 juta ton. Saat ini, Asian Agri mengelola 28 perkebunan Minyak Kelapa Sawit dengan 19 pabrik pengilangan Minyak Kelapa Sawit. Perusahaan memiliki total area perkebunan Kelapa Sawit sebesar 160.000 hektar, yang mana 60.000 hektar diantaranya dikembangkan oleh para petani kecil di bawah Plasma/Skema KKPA. Asian Agri Grup merupakan salah satu Perusahaan Perkebunan yang menginduk kepada RGE (Royal Golden Eagle) yang bisnis unitnya terdiri atas grup perusahaan kelas dunia yang fokus pada industri pengelolaan sumber daya alam. Perusahaan-perusahaan dibawah RGE mengubah sumber daya alam dasar menjadi produk setengah jadi dan produk jadi yang dapat meningkatkan hidup jutaan orang di dunia. Dengan total aset lebih dari 12 Miliar US Dolar dan melibatkan lebih dari 50.000 tenaga kerja di seluruh dunia, RGE dikelola menjadi empat bisnis grup utama yaitu: -
Serat, Pulp dan Kertas – APRIL (Asia Pacific Resources International Limited)
-
Industri perkebunan Kelapa Sawit – Asian Agri
-
Bubur pulp dan serat viscose – Sateri Holdings Limited
-
Pengembangan sumber daya energi – Pacific Oil & Gas
Perusahaan
menerapkan
kebijakan
anti
pembakaran
lahan,
manajemen
pengendalian hama yang terintegrasi, pelestarian kelembapan tanah dan praktik-
2
praktik ramah lingkungan lainnya. Melalui PT Inti Indosawit Subur salah satu anak perusahaan, Asian Agri adalah anggota Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO), sebuah inisiatif dari berbagai pemangku kepentingan global yang mempromosikan pertumbuhan dan penggunaan kelapa sawit yang berkelanjutan. Kelapa sawit adalah produk yang sangat serba guna dengan penggunaan mulai dari produk makanan dan bahan-bahan masakan, kosmetik, perlengkapan mandi, minyak pelumas, serta biofuel. Oleh karena harganya yang kompetitif dan daya guna yang tinggi, kelapa sawit menikmati pangsa pasar yang paling tinggi di pasar minyak konsumsi dunia. 1.3. Filosofi Bisnis Filosofi bisnis Perusahaan dipandu oleh prinsip "Triple Bottom Line", yakni tanggung jawab kepada masyarakat, bumi dan laba. Masyarakat -
Berkontribusi kepada pengembangan sosial ekonomi melalui pendidikan, pelayanan kesehatan, infrastruktur masyarakat dan mata pencaharian yang berkelanjutan.
-
Praktek bisnis yang adil terhadap masyarakat yang bekerja sama dengan perusahaan.
Bumi Mempraktekkan
pengembangan
yang
berkelanjutan
untuk
menghasilkan
pertumbuhan yang berkesinambungan dalam jangka pendek dan panjang. Laba Memaksimalkan laba bagi para pemangku kepentingan sambil terus berkontribusi untuk pertumbuhan sosial dan ekonomi regional.
3
1.4. Produk Turunan Kelapa Sawit
Gambar 1.1 Produk Turunan Kelapa Sawit. 1.5. Proses Produksi Kelapa Sawit Asian Agri Grup melalui anak perusahaannya PT. Asianagro Agungjaya membangun pabrik biodiesel yang berlokasi di Dumai, Riau dengan menyerap investasi sebesar Rp 350 miliar. Pabrik ini mulai beroperasi pada 2008, mengolah CPO menjadi Biodiesel dengan kapasitas produksi awal sekitar 200.000 ton per tahun dan akan dinaikkan bertahap hingga kapasitas penuh 400.000 ton. Selain membangun pabrik biodiesel di Dumai, Perusahaan juga akan membangun satu unit pabrik biodiesel di Marunda Jakarta, dengan kapasitas produksi 200.000 ton per tahun. Pabrik tersebut mampu memproduksi biodiesel dengan tingkat kemurnian 100% sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif tanpa campuran minyak bumi. Untuk menjamin pasokan bahan baku CPO, perusahaan mengandalkan produksi dari hasil kebun sendiri.
4
KERNELS
PLANTATIONS
FRUIT IN
NUT CRACKING
FRUIT CAGE
KERNEL OUT
COMPANY MILL POWER
SHELLS PRESSING
STERILISING
KERNEL DRYING
KERNEL CRUSHING PLANT
EMPLOYEES' DOMESTIC POWER
NUTS
THRESHING
STRIPPED BUNCHES
POWER GENERATION
FIBRES CLARIFICATION
PURE OIL
DRYING SLUDGE
FERTILISER
PURIFYING
OIL STORAGE TANK
CENTRIFUGING EFFLUENT TREATMENT
Gambar 1.2 Flow Chart Kegiatan Operasional Kebun
5
OIL OUT
Gambar 1.3 Flow Chart Kegiatan Operasional Pabrik Penjelasan Proses Produksi di Pabrik a. Pengangkutan tandan buah segar (TBS)
Pengangkutan TBS dari Tempat Pemungutan Hasil ke Pabrik Pengolahan Minyak
Kelapa
Sawit
dengan
memakai
truk
kemudian
dilakukan
penimbangan di jembatan timbang untuk mengetahui jumlah ton TBS yang diterima di pabrik. Setelah penimbangan, dilakukan sortasi TBS di lantai sortasi yaitu untuk mengetahui fraksi TBS yang akan diolah. Selanjutnya TBS dimasukkan ke dalam lori berkapasitas 4.5 ton TBS. b. Perebusan TBS
Lori yang telah diisi TBS ditarik/didorong untuk dimasukkan ke dalam ketel rebusan. Sistem perebusan adalah perebusan tiga puncak dengan tekanan 3 (tiga) bar selama 85 menit. Jumlah ketel rebusan (sterilizer) ada 4 (empat). c. Penebahan dan pengadukan buah
Buah rebus dari rebusan dipindahkan ke tippler melalui rail track dan transfer carriage yang selanjutnya dituang ke bunch elevator. Tandan akan masuk ke thresher drum dengan putaran 23 rpm dan tandan buah akan terbanting
6
sehingga brondolan lepas dari janjangan. Melalui kisi-kisi, brondolan akan masuk under thresher conveyor, lalu diteruskan ke fruit elevator dan didistribusikan ke setiap unit digester oleh fruit distributing conveyor. Tandan kosong terdorong keluar dan masuk melalui empty bunch conveyor dibawa ke empty bunch hopper untuk diangkut ke lapangan sebagai pupuk. d. Pengadukan
Di dalam digester, brondolan dilumatkan dengan pisau-pisau pengaduk yang berputar, sehingga daging buah terlepas dari nut. Pada proses pelumatan buah ini, minyak dibebaskan dan secara kontinyu keluar melalui lubang digester. Suhu pengadukan antara 90-95ºC dan tidak boleh > 100ºC untuk menghindari terjadinya emulsi yang dapat menyulitkan pemisahan pada klarifikasi. Selain itu dapat mengurangi efektivitas pelumatan pisau digester. e. Pengempaan dan ekstraksi minyak
Pada proses pengempaan, minyak diekstraksi dari massa adukan. Alat kempa berupa kempa hidrolis atau kempa ulir yang bertekanan sekitar 1000 psi. Massa yang keluar dari digester secara bertahap dan melalui pisau pelempar dimasukkan ke dalam press (mesin pengempa).
Putaran tekanan screw
ditahan oleh cone, massa diperas dan melalui lubang-lubang strainer minyak dipisahkan dari serabut dan nut. f.
Pemurnian dan penjernihan minyak sawit Minyak dari crude oil tank dipompakan ke stasiun klarifikasi untuk proses selanjutnya yaitu proses pemurnian minyak dan proses pengambilan minyak dari sludge oil.
g. Pengolahan inti
Campuran ampas dan nut yang keluar dari screw press (cake press) diproses untuk mendapatkan cangkang dan inti sawit.
Di dalam cake breaker
conveyor, press cake dicacah, sehingga dapat terlepas dan mudah dipisahkan antara nut dan serabutnya. Press cake dimasukkan ke dalam depericarper dan ampas/fibre terhisap ke fibre cyclone dan diangkut oleh conveyor sebagai bahan bakar ketel uap, sedangkan nut akan masuk ke dalam nut polishing drum. Nut keluar dari nut polishing drum selanjutnya masuk ke dalam nut silo
7
oleh hisapan nut transport fan. Kemudian nut diumpankan ke ripple mill untuk dipecah menjadi cangkang dan inti.
8
Gambar 1.4 Pengambilan hasil panen.
Gambar 1.5 Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit.
9
Gambar 1.6 Memasukan Tandan Buah Segar (TBS) ke dalam Stasiun perebusan untuk pemisahan buah.
Gambar 1.7 Produk turunan dari Kelapa Sawit.
10
BAB 2 TEORI FIVE FORCES MODEL 2.1. Peluang dan Ancaman, Model Persaingan Industri (Five Forces Model – Michael E. Porter) Industri merupakan kumpulan perusahaan yang menawarkan berbagai barang atau jasa yang satu sama lain dapat memuaskan kebutuhan yang sama bagi konsumen, misalnya industri otomotif, industri properti, maupun industri komoditas. Untuk dapat beroperasi, bertahan dan berkembang dalam suatu industri, perusahaan yang termasuk dalam industri tersebut harus memiliki strategi. Salah satu strategi dasar yang harus dimiliki perusahaan yaitu mengidentifikasi peluang dan ancaman dalam suatu industri.
Gambar 2.1 Porter’s Five Forces Model
11
BAB 3 ANALISA STRATEGI FIVE FORCES MODEL COMPETITION 3.1. Persaingan dalam industri ini dapat disimpulkan cenderung kuat. Faktor-faktor penyebab persaingan dalam industri itu kuat apabila: 1.
Pembeli baik nasional maupun internasional dapat memilih dengan mudah darimana mereka ingin membeli, karena Minyak Kelapa Sawit ini juga diproduksi oleh Negara Malaysia. Berdasarkan data Office of Chief Economist Bank Mandiri, Pada tahun 2014 Indonesia dan Malaysia memberikan kontribusi sebesar 85% dari seluruh pasakon Minyak Sawit mentah dunia. Produksi Minyak Sawit Indonesia pada tahun 2014 sebesar 25,4 juta ton dan Malaysia sekitar 18,2 juta ton. Tabel 1.1 Pangsa Produksi CPO Dunia Negara 2012/213
2013/2014
Indonesia
48,2%
50,3%
Malaysia
37,1%
35,8%
Thailand
2,9%
3,1%
Nigeria
1,9%
1,8%
49,085
50,805
Total (,000 ton)
Sumber: Oil World yang dikutip dari Office of chief economist Bank Mandiri 2.
Produk atas Industri ini merupakan barang komoditas.
3.
Perusahaan dalam industri ini membutuhkan biaya tetap (fixed costs) dan biaya penyimpanan yang tinggi karena jumlah produksinya dalam hitungan Metric ton.
4.
Beberapa kompetitor memiliki ukuran dan kekuatan yang sama dan secara jumlah kompetitor juga dapat terbilang banyak.
5.
Exit Barrier tinggi karena masih banyak perusahaan yang mempertahankan perusahaannya walaupun mengalami kerugian.
12
Faktor penyebab persaingan dalam industri lemah karena: -
Pertumbuhan tingkat permintaan sedang naik dikarenakan terjadi akselarasi pengolahan produk hulu Kelapa Sawit menjadi bahan bakar alternatif (Bio Diesel), permintaan Bio Diesel sedang mengalami peningkatan untuk memenuhi kebutuhan pasar.
3.2. Potensi masuknya pesaing baru dapat disimpulkan sangat kuat. Ancaman masuknya pemodal lain kuat dikarenakan: 1.
Ada banyak pemodal yang sanggup memenuhi persyaratan modal dan barrier masuk industri ini dikarenakan margin keuntungan yang tinggi atas industri ini.
2.
Permintaan pasar dalam produk turunan Kelapa Sawit juga besar sehingga grafik permintaan bahan mentah dalam industri ini semakin naik.
3.
Kebanyakan Perusahaan dalam industri ini melakukan ekspansi usaha baik untuk memperoleh lahan perkebunan Kelapa Sawit yang baru maupun ekspansi produk turunannya (Industri Hilir).
Ancaman masuknya pemodal lain lemah karena: -
Saat ini Perusahaan sudah menikmati biaya produksi yang dikeluarkan, terutama dalam hal kapasitas produksi, perusahaan juga sudah memiliki jaringan Supplier dan Customer sendiri, selain itu industri ini juga membutuhkan modal yang sangat tinggi sehingga sulit bagi pesaing baru untuk menirunya.
-
Barang subtitusi Industri Minyak Nabati lain seperti Kedelai dan Biji Bunga Matahari menjadi industri yang menghasilkan barang subtitusi terhadap produk turunan industri hulu Minyak Kelapa Sawit (Minyak Goreng).
-
Kebijakan yang saling tumpang tindih antara Pemerintah pusat dan daerah, seperti ijin pembukaan lahan yang kadang membuat para pelaku bisnis baru ragu-ragu dalam bertindak yang dapat mengakibatkan biaya besar.
-
Infrastruktur yang belum memadai terutama pelabuhan ekspor. Diprediksikan dengan pertumbuhan lahan Kelapa Sawit yang signifikan (jika tidak didukung adanya penambahan kapasitas pelabuhan baik perluasan atau penambahan pelabuhan baru) maka industri Kelapa Sawit dalam 10 tahun bisa terganggu
13
karena akan banyak hasil produksi yang tidak dapat diekspor, sementara daya tampung dalam negeri akan semakin terbatas apalagi jika program bio diesel pemerintah tidak dapat berjalan seperti yang diharapkan. -
Tumbuhnya industri hilir tidak secepat pertumbuhan industri kelapa sawit itu sendiri, mengakibatkan nilai jual hasil minyak kelapa sawit Indonesia bernilai rendah. Ekspor Indonesia baru 42% yang sudah berupa produk turunan kelapa sawit, sedangkan ekspor industri Kelapa Sawit Malaysia sudah 80% lebih berupa produk turunan.
-
Kondisi internal dan eksternal dalam dalam industri perkebunan Kelapa Sawit juga sangat banyak berpengaruh bagi para pemodal baru, antara lain: a. Faktor Internal: -
Perusahaan mempunyai kemampuan dan ketersediaan tenaga kerja yang baik untuk pemanenan tanaman kelapa sawit eksisting maupun untuk penanaman kembali tanaman Kelapa Sawit baru.
-
Manajemen mempunyai proyeksi produktivitas yang dihasilkan dari tanaman baru yang akan ditanam kembali.
b. Faktor Eksternal: -
Ketersediaan bibit Kelapa Sawit yang bermutu.
-
Tingkat permintaan produk CPO dunia.
-
Proyeksi dan trend pergerakan harga CPO dunia.
3.3. Kompetisi dengan barang subtitusi dari luar industri hulu Minyak Kelapa Sawit menjadi kuat karena: 1.
Tahun 2014 banyak pembeli yang melakukan pembelian barang subtitusi karena melimpahnya produksi Minyak Kedelai dan Minyak Biji Bunga Matahari.
2.
Minyak Nabati dari Kedelai dan Biji Bunga Matahari lebih baik bagi kesehatan tubuh dibandingkan dengan Minyak Goreng Kelapa Sawit.
3.
Harga yang bersaing pun membuat para pembeli Minyak Goreng berpindah ke Minyak Kedelai dan Biji Bunga Matahari sehingga menurunkan tingkat permintaan Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel (PK).
14
Supplier. Kemampuan Supplier (Petani) dalam menyediakan bahan baku untuk industri hulu Minyak Kelapa Sawit sangatlah lemah. Hal ini dikarenakan secara garis besar, industri hulu Minyak Kelapa Sawit sudah terintegrasi dengan perkebunan Kelapa Sawit yang siap memberikan supply Tandan Buah Segar setiap waktu, selain itu juga dikarenakan lokasi industri ini cenderung jauh dari kota sehingga hasil dari para supplier biasanya dijual ke pabrik pengolahan yang dekat dengan mereka untuk menghemat biaya pengangkutan bahan baku. 3.4. Beberapa faktor lain yang membuat bargaining power Supplier dalam industri ini lemah yaitu: 1.
Barang yang disupply merupakan komoditas,
2.
Industri dapat membeli dari supplier lain dengan harga yang tidak berbeda jauh,
3.
Jumlah supplier yang banyak dan proporsi penguasaan pasar setiap supplier tidak terlalu besar,
4.
Industri merupakan konsumen utama dari banyak supplier.
Buyer. Kemampuan Buyer di lingkup Nasional kurang terasa bila dibandingkan dengan pasar Internasional. Hal ini dikarenakan posisi Indonesia sebagai salah satu penghasil Minyak Kelapa Sawit terbesar dunia. Seperti yang terjadi pada tahun 2014 yang lalu, terjadi penurunan ekspor yang pada akhirnya menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi harga pasar Crude Palm Oil (CPO) dunia. Beberapa faktor lain yang memperkuat bargaining power Buyer seperti: 1.
Produk industri ini adalah standar.
2.
Biaya yang dikeluarkan Buyer untuk membeli produk substitusi sangat murah.
3.
Produk ini dijual ke banyak Buyer.
4.
Buyer dapat menunda untuk membeli produk dari industri ini.
5.
Buyer sangat sensitif terhadap harga dan biaya untuk mendapatkannya.
15
Tabel 1.2 Five Forces Model of competition untuk industri hulu Minyak Kelapa Sawit pada tahun 2014.
Subtitute products
Supplier
Buyers Company
Rival Firms
New Entrants
16
3.5. Analisis Keunggulan Kompetitif Perusahaan -
Perusahaan sudah memiliki jaringan Supplier dan Customer tersendiri,
-
Industri ini membutuhkan modal yang tinggi sehingga sulit bagi pesaing baru untuk meniru,
-
Perusahaan juga mempunyai kemampuan dan ketersediaan tenaga kerja yang mumpuni untuk melakukan pemanenan tanaman Kelapa Sawit eksisting maupun untuk penanaman kembali tanaman Kelapa Sawit baru (replanting),
-
Perusahaan telah memiliki divisi tersendiri yang khusus mengelola pembibitan unggul sehingga perusahaan tidak perlu melakukan pembelian bibit dari luar,
-
Pesaing potensial sukar memperoleh pangsa pasar karena existing brand Perusahaan sudah mapan,
-
Sulitnya mendapatkan ijin pembukaan lahan baru bagi Pesaing potensial,
-
Perusahaan masih memiliki lahan cadangan berkualitas yang masih belum tertanami.
17
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan. Kompetisi Perusahaan dengan kompetitor dalam industri ini sangat kuat walaupun kadang menjadi lemah terutama oleh faktor permintaan barang dalam jumlah besar. Perusahaan harus siap dalam menanggapi serangan kompetitor baik dari segi harga maupun biaya produksi dan penyimpanan. Selain itu dari faktor masuknya pemain baru dalam industri ini sangat kuat artinya banyak para pemodal yang memiliki potensi untuk berkembang dalam industri ini. Perusahaan harus mempertahankan kestabilan dan melakukan ekspansi untuk bertahan dari ancaman tersebut. Unsur five force lainnya adalah barang subtitusi dari luar industri yang kuat mempengaruhi jumlah permintaan dan harga barang industri ini. Supplier mempunyai bargaining power yang lemah dikarenakan modal investasi perusahaan yang besar telah menopang sebagian besar bahan dasar industri ini. Buyer memiliki bargaining power yang kuat terutama buyer dari pasar Internasional dikarenakan kemudahan mereka untuk mengakses barang subtitusi dan buyer juga mampu melakukan penundaan terhadap pembelian Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel (PK).
Saran. 1. Areal perkebunan Perusahaan sebaiknya lebih di perluas/dimaksimalkan dengan cadangan lahan yang masih kosong untuk segera ditanami, sehingga dapat lebih berkembang dari segi produksi Tandan Buah Segar. 2. Perusahaan harus lebih meningkatkan mutu produksinya sehingga dapat bersaing dengan Negara penghasil CPO lainnya. 3. Sebaiknya Pemerintah pusat dan daerah bekerja sama dalam pembangunan industri Kelapa Sawit yang sangat berpotensi menjadi sektor unggulan didunia.
18
4. Untuk
mendapatkan
pengembangan/ekstensifikasi
hasil pabrik
yang serta
efektif jalur
perlu
dilakukan
transportasinya
untuk
mendapatkan efektifitas dan efisiensi kerja yang lebih baik dalam memproduksi CPO. 5. Perusahaan merangkul para Petani Swadaya yang berada disekitar Kebun dan Pabrik sebagai bentuk kerja sama, selain tetap melakukan kerja sama dengan Petani Plasma yang telah terbina selama 25 tahun.
Sumber: 1. Oil World yang dikutip dari Office of Chief Economist Bank Mandiri tahun 2014; 2. Laporan Keuangan tahun 2013-2014 Asian Agri Grup; 3. Franky O. Widjaja (Golden Agri Resources), Derom Bangun (mantan ketua Gapki) dan Sahat M. Sinaga, “Peluang dan Tantangan Industri Minyak Sawit Indonesia”, International Palm Oil Exhibition - Hotel Grand Melia Jakarta, Jakarta, 16 Oktober 2014; 4. Endang S. Gumbira, Ketua MAKSI (Masyarakat Perkelapa Sawitan Indonesia), “Orientasi Penelitian dan Pengembangan Produk Hilir Kelapa Sawit: Tantangan Kerjasama Akademik – Bisnis – Government yang berkelanjutan”, Hotel Grand Melia Jakarta, Jakarta, 17 Oktober 2014.
19