MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI MODEL STUDENT ACHIVEMENT DIVISIONS (STAD) DI KELAS IV SDN 41 HULONDALANGI KOTA GORONTALO Sriwahyuni Djafar, Elmia Umar, Nurhayati Tine1 ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah Penggunaan Model Pembelajaran (STAD) Dapat Meningkatkan hasil belajar pada materi sistem pemerintahan pusat pada pelajaran PKn Siswa kelas IV SDN 41 Hulondalangi Kota Gorontalo?” Sedangkan tujuan peneltian adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem pemerintahan melalui model student divisions (STAD) dikelas IV SDN 41 Hulondalangi Kota Gorontalo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada observasi awal hanya sebanyak 10 siswa (47,62%) dari 21 siswa yang ada dikelas IV SDN 41 Hulondalangi. Yang tuntas belajar, sedangkan 11 siswa (52,38%) tidak tuntas dalam belajar. Pada siklus II jumlah ini mengalami peningkatan menjadi 19 siswa (90,47%) dari jumlah siswa yang ada yang memiliki hasil belajar sesuai yang diharapkan. Berdasarkan hasil penelitiann tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada materi sistem pemerntahan pusat dikelas IV SDN 41 Hulondalangi Kota Gorontalo dapat meningkat. Kata Kunci : Hasil belajar, model Student Achievement Divisions (STAD)
1
Sriwahyuni Djafar Selaku Mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar UNG; Dra. Elmia Umar, M.Pd selaku Dosen Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Gorontalo; Nurhayati Tine, S.Pd.I, M.H.I selaku Dosen Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Gorontalo
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkansatu sama lain. Belajar menunjukkan kepada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai
penerima
pelajaran
(siswa),
sedangkan
mengajar
menunjukkan
kepada apa yang harus dilakukan oleh seorang guru yang menjadi pengajar. Jadi belajar mengajar merupakan proses interaksi antara guru dan siswa pada saat proses pengajaran. Proses pengajaran akan berhasil selain ditentukan oleh kemampuan guru dalam menentukan metode dan alat yang digunakan dalam pengajaran, juga ditentukan oleh minat belajar siswa. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi setiap sekolah pada umumnya adalah rendahnya mutu pendidikan. Dan usaha peningkatan kualitas pendidikan terus dilaksanakan secara sistematis. Pembaharuan pendidikan tersebut merupakan upaya sadar yang sengaja dilakukan dengan tujuan memperbaiki praktek pendidikan dengan sungguh-sungguh. Upaya peningkatan mutu pendidikan salah satunya adalah dengan menciptakan kurikulum yang lebih memberdayakan peserta didik. Untuk itu, perlu dirancang sebuah kurikulum yang berorientasi pada pencapaian tujuan pendidikan nasional yakni melahirkan manusia yang berkualitas dan berkompeten Selain itu, mutu pendidikan juga sangat ditentukan oleh pendekatanpendekatan yang digunakan para guru dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Ketepatan dalam menggunakan pendekatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan dapat membangkitkan motivasi dan minat siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan, juga terhadap proses dan hasil belajar siswa. Siswa akan mudah menerima materi yang diberikan oleh guru
apabila pendekatan pembelajaran yang digunakan tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajarannya. Menurut Syah (2004: 244), Pendekatan pembelajaran yang baik adalah pendekatan yang disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan, kondisi siswa, sarana yang tersedia serta tujuan pengajarannya. Dalam kondisi seperti ini guru masih menggunakan metode konvesional yang mana pembelajaran masih berpusat pada guru misalnya di SD Negeri 41 Waktu belajar siswa dihabiskan untuk mendengarkan ceramah dari guru, menghafalkan materi dan menulis saja. Hal ini akan menyebabkan siswa menjadi pasif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan hasil belajar yang dicapai menjadi kurang optimal. Hal ini bisa dilihat dari hasil belajar akhir semester satu siswa rata-rata kelas IV SD Negeri 41 hanya terdapat 10 siswa (47,62%) dari 21 siswa yang ada di kelas IV SDN 41 Hulondalangi Kota Gorontalo yang tuntas belajar, sedangkan 11 siswa (52,38%) tidak tuntas dalam belajar belum memiliki hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan pada latar belakang permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem pemerintahan pusat melalui model Student Achievement divisions (STAD) dikelas IV SDN 41 Hulondalangi Kota Gorontalo ” a. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah penggunaan model Pembelajaran (STAD) dapat Meningkatkan hasil belajar pada materi sistem pemerintahan pusat
Pada Pelajaran PKn Siswa kelas IV SDN 41
Hulondalangi Kota Gorontalo?
b. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem pemerintahan pusat
melalui model Student Achievement
divisions (STAD) dikelas IV SDN 41 Hulondalangi Kota Gorontalo. c. Manfaat penelitian ini berupa manfaat teoritis dan praktis ( siswa, guru, sekolah dan peneliti )
KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN a. Pengertian Belajar Menurut Benyamin Bloom dalam Sudjana (2004:50-54) belajar adalah perubahan tingkah laku yang meliputi ranah kognitif yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi, ranah afektif yaitu penerimaan, reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi serta ranah psikomotorik yaitu gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual atau ketepatan, gerakan-gerakan skill dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Belajar pada dasarnya merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mencapai perubahan tingkah laku sebagai hasil dari belajar. Terkait dengan pengertian belajar, beberapa ahli mendefinisikannya sebagai berikut, Hamalik (2003:36) mengemukakan bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Hadiat (2006:1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan yang dilakukan untuk memperbaiki tingkah laku ke arah yang baik melalui proses belajar yang dilakukan secara kontinu. Berdasarkan definisi ini jelas bahwa belajar merupakan suatu proses kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada
itu yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan. b. Belajar dan Pembelajaran Belajar dan pembelajaran merupakan konsep yang saling berkaitan. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku akibat interaksi dengan lingkungan. Proses perubahan tingkah laku merupakan upaya yang dilakukan secara sadar berdasarkan pengalaman ketika berinteraksi dengan lingkungan. Pola tingkah laku yang terjadi dapat dilihat atau diamati dalam bentuk perbuatan reaksi dan sikap secara mental dan fisik (Methakomaka, 2009: 99). Tingkah laku yang berubah sebagai hasil proses pembelajaran mengandung pengertian luas, mencakup pengetahuan, pemahaman, sikap, dan sebagainya. Perubahan yang terjadi memiliki karakteristik: (1) perubahan terjadi secara sadar, (2) perubahan dalam belajar bersifat sinambung dan fungsional, (3) tidak bersifat sementara, (4) bersifat positif dan aktif, (5) memiliki arah dan tujuan, dan (6) mencakup seluruh aspek perubahan tingkah laku, yaitu pengetahuan, sikap, dan perbuatan. c. Prinsip-Prinsip Belajar Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:42-50) seseorang akan dikatakan telah mengalami proses belajar apabila memenuhi prinsip-prinsip belajar sebagai berikut: a) Perhatian dan motivasi. b) Keaktifan c) Keterlibatan langsung (pengalaman) d) Pengulangan
e) Tantangan f) Balikan dan penguatan g) Perbedaan individual d. Hasil Belajar Wahyuningsih (2009 : 1) mengemukakan bahwa hasil belajar tidak dapat dipisahkan dari berbuatan belajar, karena belajar merupakan suatu proses, sedangkan hasil belajar adalah hasil dari proses pembelajaran tersebut. Dalam konteks ini belajar merupakan suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dll. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan di dalam proses belajar. e. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Salah satu strategi pembelajaran kooperatif yang efektif adalah Student Teams Achievement Divisions (STAD). STAD terdiri dari rangkaian pembelajaran yang sederhana, belajar kooperatif dalam memadukan kemampuan kelompokkelompok dan kuis-kuis disertai penghargaan yang diberikan kepada kelompokkolompok yang anggotanya paling sukses melampaui nilai mereka sendiri
sebelumnya. model STAD adalah model pembelajaran kooperatif dimana siswa dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan perbedaan akademik, ras, jenis kelamin dan sebagainya sehingga tercipta kelompok belajar yang heterogen. Tiap anggota tim menggunakan lembar anggota akademik, dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim. Secara Individual atau tim tiap minggu atau tiap dua minggu dilakukan evaluasi oleh guru untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari. Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara individu atau tim yang meraih prestasi tinggi atau memiliki skor sempurna diberi penghargaan. Pada pembelajaran metode kooperatif ini keberhasilan kelompok ditentukan oleh prestasi belajar kelompok tersebut. Sehingga agar semua prestasi anggota kelompok tinggi, diperlukan kerjasama diantara anggota dalam memahami materi yang telah diajarkan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. f. Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat membentuk diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang dilandasi oleh UUD 1945. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Depdiknas (2005: 34) bahwa: Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang secara umum bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia, sehingga memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan yang
memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. g. Kajian Penelitian Yang Relevan Penelitian tentang peningkatan Hasil belajar Siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu Sudrajat tahun 2007 dalam tesisnya yang berjudul penerapan model kooperative STAD dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA pada siswa kelas VI SD Cikarang Jababeka Bekasi menyimpulkan bahwa model pembelajaran Kooperative tipe STAD mampu meningkatkan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar siswa secara signifikan melalui 2 siklus penelitian. Pada siklus I hasil belajar siswa menunjukkan bahwa dari 20 siswa terdapat 13 siswa (65%) yang memiliki hasil belajar yang tinggi. Pada siklus II hal tersebut mengalami peningkatan menjadi 18 siswa (90%) dari 20 siswa yang ada di VI SD Cikarang Jababeka Bekasi h. Hipotesis Tindakan Hipotesis dalam penelitian ini jika dalam pembelajaran guru menggunakan model STAD maka hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn di kelas IV SD Negeri 41 akan meningkat. i. Indikator Kinerja Adapun yang menjadi keberhasilan penelitian ini apabila 80 % siswa yang diteliti pada Kelas kelas IV SD Negeri 41 menunjukan peningkatan hasil belajar, maka penelitian dinyatakan berhasil.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a. Hasil Penelitian Siklus I Hasil capaian yang diperoleh pada siklus I ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Tetapi karena belum mencapai indikator kinerha yang diharapkan maka kegiatan penelitian ke siklus yang ke II dengan fokus pada beberapa hal yang belum optimal dilaksanakan pada siklus I. b. Hasil Penelitian Siklus II Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pada siklus II menunjukkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Tingkat capaian persentase siswa yang mengalami peningkatan motivasinya meningkat dari siklus sebelumnya. Mencermati tingkat motivasi
yang telah mencapai
standar yang diharapkan maka penelitian disepakati untuk tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya. c. Pembahasan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan strategi pembelajaran kooperative tipe STAD ternyata mampu meningkatkan hasil belajar siswa untuk belajar. Dalam konteks ini siswa pada umumnya sangat tertarik dengan proses pembelajaran tipe STAD yang difasilitasi guru. Hal ini terlihat dari antusiasme siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran
berlangsung sangat kondusif dan siswa sangat aktif dalam menjawab pertanyaan yang diajukan guru baik secara individual maupun secara kelompok. Beberapa siswa terlihat kritis dalam menyoroti materi sistem pemerintahan pusat yang mereka sering lihat, dan mereka sangat aktif dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan guru dan berusaha untuk mandiri dalam menyelesaikan tugas tersebut. Sebagian siswa yang sebelumnya tidak betah belajar sekarang terlihat aktif dalam dalam kegiatan diskusi secara kelompok atau klasikal. Mereka mengerjakan kuis sebagai salah satu ciri pembelajaran
STAD dengan baik. Kondisi ini
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dalam belajar mengalami peningkatan yang sangat signifikan dan siswa pada umumnya berusaha untuk memahami dan menyelesaikan tugas yang diberikan guru Terkait dengan temuan penelitian ini maka pembelajaran kooperative tipe STAD dapat dijadikan sebagai acuan dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
KESIMPULAN DAN SARAN a.
Kesimpulan
a)
Hasil belajar siswa
dapat ditingkatkan melalui penggunaan model
pembelajaran kooperative tipe STAD. b)
Pada observasi awal hanya sebesar hanya sebanyak 10 siswa (47,62%) dari 21 siswa yang ada di kelas IV SDN 41 Hulondalangi Kota Gorontalo yang tuntas belajar, sedangkan 11 siswa (52,38%) tidak tuntas dalam belajar, pada siklus I hal ini mengalami peningkatan 15 siswa (71.43%). Pada siklus II jumlah ini mengalami peningkatan menjadi 19 siswa (90,47%) dari 21 siswa yang ada di SDN 41 Hulondalangi Kota Gorontalo yang memiliki hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan
b.
Saran Berdasarkan simpulan di atas maka dikemukakan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Optimalisasi hasil yang dicapai untuk meningkatkan hasil belajar siswa dapat dilakukan guru dengan menggunakan pembelajaran kooperative tipe STAD. 2. Implemetasi pembelajaran kooperative tipe STAD dalam pembelajaran perlu disesuaikan dengan tujuan dan karakteristik siswa secara komprehenship untuk mengoptimalkan peningkatan hasil belajar siswa. 3. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini hendaknya merupakan tindakan koreksi terhadap pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, khususnya terkait dengan peningkatan hasil belajar siswa. 4. Perlu diadakan penelitian lanjutan untuk mengkaji berbagai aspek yang berkaitan dengan upaya untuk mengembangkan hasil belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA Anneahira. 2009. Pengertian Hasil belajar Menurut Para Ahli (Online) Tersedia di http://www.anneahira.com/pengertian-hasil -belajar-menurut-para-ahli. htm. (Download) 15 Pebruari 2012 Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT Rieka Cipta Curran Lorna, 2005, Strategi Pembelajaran, Jakarta.. Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press Gunarsa. Singgih.D.1990. Dasar Dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: PT Bpk Gunung Mulia Indramunawar. 2010. Hasil belajar. (Online) tersedia dihttp://indramunawar. blogspot.com /2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-definisi.html. (Download. 2 Pebruari 2012.) Hamalik.2009. Makalah Konsep Pendidikan IPS dan Karakteristik Pendidikan IPS di SD. (Online) Tersedia dihttp://beduatsuko.blogspot.com/2009/02/makalah-konsep-pendidikanips-dan.html. (Download) 15 Pebruari 2012 Muhibbin Syah. 2004. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: BPK
Sardiman. A.M. 2000. Interaksi dan Hasil belajar Mengajar. Jakarta: CV. Rajawali Slameto. 2004. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Slavin, R. E. 2008. Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice. Boston: Asiman and Schuster Co. Slaving. 2005. Cooperative Learning. Jakarta: Bumi Aksara. Sunarto. 2009. Pengertian Hasil belajar. (Online) Tersedia di. http:// sunartombs. wordpress.com/2009/01/05/pengertian-hasil -belajar/. (Download) 15 Pebruari 2012 Sutisna. 2010. Evaluasi Hasil belajar. (Online) Tersedia dihttp://sutisna. com/ artikel/artikel-ilmu-sosial/evaluasi-hasil -belajar/. (Download) 15 Pebruari2012 Suparno, Paul. 2007. Teori Belajar. Jakarta: Balai Pustaka Suryabrata, Sumadi. 2001. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press Tabrani Rusyan. 1989. Pembelajaran Kooperatif. Bandung. Sinar Baru Wahyuningsih. 2009. Kesuksesan dalam mencapai Hasil belajar (Online) tersedia di http://ipiems.com/index.php?option=com_content&view=article&id=33 :kesuksesan-dalam-mencapai-hasil -belajar&catid=1:halaman-depan& Itemid = 36. (Download) 15 Pebruari2012 Willis Dahar. 1988. Psikologi belajar. Jakarta: PT Raja Grasindo Persada Wordpress. 2008. Pengertian Belajar dan Perubahan Perilaku dalam Belajar. (Online) Tersedia di http://cafestudi061.wordpress.com/ 2008/09 /11/ pengertian- belajar-dan-perubahan-perilaku-dalam-belajar/ . (Download) 29 Mei 2011