KERAGAAN EMPAT VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI PADA KEGIATAN PENDAMPINGAN SLPTT KEDELAI DI PROVINSI RIAU Studi Kasus Desa Rumbai Jaya Kecamatan Kempas Kabupaten Indragiri Hilir Nurhayati, Ahmad Nirwan, dan Umar Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau Jl. Kaharuddin Nasution Km 10 No 341 Pekanbaru Riau email :
[email protected]
ABSTRAK Pengkajian ini bertujuan untuk melihat keragaan pertumbuhan dan hasil kedelai dengan pendekatan PTT serta sebagai tempat pembelajaran bagi petani di lahan pasang surut. Pengkajian ini dilaksanakan di Desa Rumbai Jaya, Kecamatan Kempas, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau pada bulan Mei sampai Agustus 2010. Pendampingan BPTP pada kegiatan SL-PTT kedelai berupa display varietas pada 60% unit LL (15 unit LL dari 25 LL). Demplot PTT seluas 0,25 Ha dilaksanakan di lahan petani dengan melibatkan kelompok tani. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa keragaan tanaman kedelai cukup baik. Varietas Grobogan memperlihatkan hasil lebih tinggi pada demplot PTT sebesar 2,2 t/ha. Responsi petani terhadap SL-PTT kedelai cukup baik dan mereka dapat belajar dari LL. Penerapan komponen teknologi melalui pendekatan PTT dapat meningkatkan hasil kedelai. Komponen teknologi PTT kedelai yang paling dominan menjadi pertimbangan petani untuk diterapkan dalam budi daya kedelai adalah varietas unggul bersertifikat, ameliorasi lahan, pemupukan berimbang, dan pengendalian hama secara terpadu. Kata kunci: kedelai, SL-PTT, lahan pasang surut
ABSTRACT Perormance of four new varieties of soybean on integrated crop management field school assistance in Riau Province: Case study in Rumbai Jaya Village Kempas Subdistrict, Indragiri Hilir Regency. The aim of this study is to know the variability of growth and production of soybean with PTT approach as well as a place of learning for farmers in tidal land. The assessment was conducted in the Rumbai Jaya Village Kempas Sub-District Indragiri Hilir Regency during the dry season from May to August 2010. Riau AIAT assistancy on the activities of soybean SLPTT were variety display 60% of LL unit (15 of 25 LL units) and PTT demonstration plots covering 0.25 ha in Indragiri Hilir regency, conducted in farmers' fields by involving farmer groups. From the results of this assessment indicated that the variability of soybean plants was quite good and good growth. Burangrang variety showed the highest production in the activities of demonstration plots at 2.2 tons/ha. The response of farmers to SL-PTT pretty good and soybean farmers can learn from LL, that the PTT technology can increase soybean production. The most dominant soybean PTT technology components for soybean cultivation applied are the use of certified varieties, soil amelioration, balanced fertilization and integrated pest management. Keywords: soybean, Integrated Crop Management Field School, tidal
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013
131
PENDAHULUAN Di Provinsi Riau pada tahun 2005, luas panen kedelai 2.829 ha dengan produksi 2.923 ton dengan produktivitas 1,03 t/ha. Dibandingkan dengan rata-rata nasional (1,3 t/ha) dan hasil di tingkat penelitian (1,7–3,2 t/ha), produktifitas kedelai di Riau masih rendah. Beberapa sentra produksi kedelai di Riau adalah Kabupaten Rokan Hilir, Rokan Hulu, Indragiri Hilir, dan Kampar dengan luasan masing-masing 947; 820; 572; dan 404 ha (Anonimus 2008). Sebagai bagian dari program revitalisasi pembangunan pertanian, pemerintah berupaya meningkatkan produksi kedelai nasional menuju swasembada 2015. Program ini harus didukung oleh semua pihak yang terkait dalam proses produksinya. Pengalaman menunjukkan bahwa tingkat produksi kedelai ditentukan oleh luas areal tanam dan produktivitas. Peluang peningkatan produksi melalui perbaikan teknologi masih terbuka lebar, mengingat produktivitas kedelai di tingkat petani masih rendah (1,3 t/ha) dengan kisaran 0,6–2,0 t/ha sementara teknologi yang tersedia mampu menghasilkan kedelai 1,7– 3,2 t/ha. Untuk meningkatkan produksi kedelai, pemerintah telah mencanangkan program peningkatan produksi kedelai. Salah satu strategi yang ditempuh adalah meningkatkan produktivitas yang kini baru mencapai 1,3 t/ha, sementara di tingkat penelitian telah mencapai 2,0–2,5 t/ha. Dalam hal ini inovasi teknologi memegang peranan penting. Kabupaten Indragiri Hilir termasuk salah satu sentra produksi kedelai di Riau dengan luas panen rata-rata 736 ha pada tahun 2010, produktivitas 15,4 t/ha dan produksi 113.044 ton (BPS 2011). Produktivitas kedelai di tingkat petani masih rendah, berkisar antara 1,1–1,25 t/ha, sementara hasil kedelai pada demplot di lokasi pendampingan SLPTT 1,45–2,2 t/ha. Rendahnya produktivitas kedelai di tingkat petani karena belum semua rekomendasi teknologi diterapkan dengan baik. Hasil penelitian di beberapa lokasi menunjukkan bahwa varietas unggul kedelai yang dibudidayakan dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) mampu meningkatkan produktivitas dan efisiensi input produksi. Penggunaan benih yang tidak unggul atau asal-asalan berpengaruh negatif terhadap produktivitas kedelai (Roesmiyati et al. 1998). Benih bermutu tinggi merupakan komponen utama produksi yang perlu mendapat perhatian (Arsyad dan Saleh 2000). Penggunaan benih VUB kedelai, PHT, pemupukan, aspek panen dan aspek pascapanen dalam proses poduksi kedelai telah banyak diteliti (Harnawo dan Basuki 1988). Dalam rangka mendukung program P2BN diintroduksikan Sekolah Lapang (SL)-PTT kedelai yang merupakan program Departemen Pertanian. Di Provinsi Riau, sasaran produktivitas kedelai dalam pelaksanaan SL-PTT adalah 1,62 t/ha. SL-PTT adalah sekolah yang seluruh proses belajar mengajar dilakukan di lapangan. Tiap unit SL-PTT kedelai terdiri dari satu kelompok tani atau sekitar 10 ha dan 1 ha di dalamnya merupakan laboratorium lapang (LL) sebagai media pembelajaran bagi petani, penyuluh, petugas, dan peneliti. Pada tahun 2010, di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, terdapat Program SL-PTT Kedelai seluas 750 ha yang terbagi ke dalam 25 unit sekolah lapangan. Tujuan pendampingan SL-PTT kedelai adalah mendorong petani mendampingi kegiatan SL–PTT dan mendapatkan 1–2 VUB kedelai spesifik lokasi, sesuai dengan preferensi petani.
132
Nurhayati et.al: Keragaan empat varietas unggul baru kedelai pada pendampingan SLPTT
METODOLOGI PENELITIAN Pengkajian dilaksanakan di Desa Rumbai Jaya, Kecamatan Kempas, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau pada bulan Mei sampai Agustus 2010, di lahan pasang surut. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau mendampingi 60% unit SL PTT (15 unit LL kedelai). Pada setiap LL, BPTP mendisplaykan seluas 0,05 ha, dengan demikian total displai seluas 0,75 ha. Varietas yang didisplaykan adalah Anjasmoro, Agromulyo, Kaba dan Burangrang. Selain dalam bentuk display varietas kedelai, juga ada demplot PTT kedelai seluas 0,25 ha yang menerapkan paket teknologi budi daya kedelai dengan pendekatan PTT sebagai tempat pembelajaran bagi petani. Varietas yang ditanam pada demplot PTT adalah Detam I, Detam II, Grobogan, dan Anjasmoro. Sementara dari bantuan BLBU petani menanam varietas Anjasmoro di lokasi SLPTT. Dalam pelaksanaan SL-PTT dilakukan pelatihan secara berjenjang mulai dari Pemandu Lapang I (PL I) di tingkat provinsi sebagai training of master trainer (TOMT), PL II di tingkat kabupaten sebagai training of trainer (TOT), hingga pemandu lapang yang terdiri dari penyuluh lapangan (PPL) di tingkat kecamaan/desa. Pelatihan dan bimbingan kepada petani diselenggarakan oleh pemandu lapang. Nara sumber pelatihan SL PTT kedelai adalah peneliti BPTP Riau. Komponen teknologi PTT kedelai meliputi varietas unggul baru yang sesuai dengan keinginan masyarakat, benih ditanam dua biji/lubang (40 kg/ha). Jarak tanam 40 cm antarbarisan dan 10 cm dalam barisan. Cara tanam, dibuat lubang larikan atau ditugal sedalam 3–5 cm, kemudian benih dimasukkan dalam lubang, kemudian dibuat lubang pupuk 10 cm dari lubang tanam sedalam 5–10 cm. Uji tanah menggunakan PUTK untuk menentukan dosis pupuk spesifik lokasi. Pengendalian OPT berdasarkan konsep PHT, penanganan panen dan pascapanen sesuai anjuran. Demplot bertujuan untuk percepatan adopsi teknologi, terutama VUB di luar lokasi SL-PTT. Karakter agronomis yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah polong isi, jumlah polong hampa, bobot 100 biji, dan hasil biji.
HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi pengkajian merupakan areal pasang surut, tanah sebagian besar terdiri dari gambut, endapan sungai, dan rawa. Desa Rumbai Jaya mempunyai lahan yang subur, potensial untuk pertanian, dan memiliki topografi datar. Penanaman kedelai baik pada demplot PTT, display varietas dan bantuan BLBU telah dilakukan pada pertengahan Mei 2010. Varietas yang didisplaykan adalah Anjasmoro, Agromulyo, Kaba dan Burangrang. Pada kegiatan display varietas, benih kedelai dan rekomendasi teknologi berasal dari BPTP (Badan Litbang Pertanian), sedangkan saprodi berasal dari bantuan langsung pupuk (BLP). Selain dalam bentuk display varietas, juga ada demplot PTT kedelai seluas 0,25 ha yang menerapkan paket teknologi budi daya kedelai dengan pendekatan PTT sebagai tempat pembelajaran bagi petani. Varietas yang ditanam pada demplot PTT adalah Detam 1, Detam 2, Grobogan, dan Anjasmoro. Pada kegiatan demplot PTT, baik rekomendasi teknologi maupun penyedian benih dan saprodi berasal dari BPTP Riau. Sementara dari bantuan BLBU digunaka petani untuk menanam varietas Anjasmoro di lokasi SLPTT. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013
133
Komponen teknologi pada demplot PTT adalah benih bermutu dan berlabel, pemupukan berdasarkan PUTK, dan pengendalian hama terpadu. Penanaman dengan cara tugal, jarak tanam 40 cm x 15 cm dengan dua biji per lubang. Pupuk yang digunakan adalah 500 kg Dolomit, 200 kg Ponska, dan 50 kg SP 36 /ha. Pupuk Dolomit diberikan sebelum tanam, sedangkan pupuk Ponska dan SP36 diberikan setelah tanaman berumur 10 HST. Seluruh pupuk diberikan dengan cara disebar. Keragaan Agronomis Pertumbuhan tanaman kedelai hingga berumur sekitar 20 HST, baik di lokasi LL maupun di luar LL, terganggu akibat hujan sehingga daya kecambah benih di lahan yang agak tinggi mencapai 80–90%, namun pada lahan yang agak rendah 70–80%. Penyulaman dilakukan terutama pada lahan yang lebih rendah yang sempat tergenang air. Hama yang muncul adalah ulat grayak (Spodoptera litura) yang menyerang pada stadia pemasakan polong. Hasil pengamatan di lapang menunjukkan bahwa kerusakan daun tanaman akibat ulat grayak tidak menyebabkan penurunan hasil. Hama tersebut selalu muncul dan merupakan hama utama yang menyerang pertanaman kedelai di lahan pasang surut. Keragaan tanaman Anjasmoro, Agromulyo, Kaba dan Burangrang cukup bagus, demikian juga varietas Anjasmoro di area SLPTT. Petani awalnya lebih menyukai varietas Anjasmoro karena berbiji besar, warna biji kuning mengkilat, tahan pecah, dan hasil lebih tinggi, namun setelah adanya display varietas petani lebih menyukai varietas Grobogan yang memiliki hasil mencapai 1,1 t/ha (Tabel 1). Tabel 1. Hasil kedelai pada kegiatan display VUB di Desa Rumbai Jaya Varietas pembanding (eksisting)
Displai VUB Nama VUB Anjasmoro Argomulyo Kaba Grobogan
Produktivitas (t/ha) 1,0 1,1 0,9 1,1
Tingkat adaptabilitas Tinggi Sedang Sedang sedang
Varietas
Produktivitas (t/ha)
Anjasmoro
1,1
Pertanaman kedelai SL-PTT dengan teknik budi daya anjuran PTT mempunyai vigor yang lebih baik. Hal ini disebabkan oleh adanya penambahan pupuk kandang dan dolomit. Pada pertanaman kedelai tanpa pupuk kandang dan dolomit terlihat gejala kekurangan unsur Ca/Mg di mana warna daun kedelai kekuningan. Menurut Taufiq et al. (2009), bahwa kekahatan Mg menyebabkan terjadinya perubahan warna tepi daun menjadi kekuningan, daun gugur, dan pertumbuhan tanaman terganggu. Tanggap tanaman kedelai terhadap pengapuran disebabkan oleh dinetralkannya Al dan tersedianya Ca dan Mg yang cukup (Soepardi 1993). Tanaman kedelai pada demplot PTT lebih tinggi pada varietas Anjasmoro, rata-rata 63 cm. Jumlah cabang produktif hampir seragam untuk semua varietas, yaitu berkisar antara 4–5 cabang. Bobot 100 biji (kadar air 12%) tertinggi terdapat pada varietas Grobogan yaitu 17,6 g dan hasil tertinggi juga pada varietas Grobogan, yaitu 2,2 t/ha (Tabel 2).
134
Nurhayati et.al: Keragaan empat varietas unggul baru kedelai pada pendampingan SLPTT
Tabel 2.
Keragaan agronomis demplot PTT pada SL-PTT kedelai. Desa Rumbai Jaya, Kecamatan Kempas, 2010 Parameter
Keragaan Tinggi tanaman (cm) Jumlah cabang produktif Bobot 100 biji (g) Hasil (t/ha)
Detam 1 baik 56 cm 4 14,50 1,45
Varietas Detam 2 Grobogan baik baik 52 62 5 4 12,8 17,6 1,6 2,2
Anjasmoro baik 63 5 14,8 1,72
Pada Tabel 1 dan Tabel 2 terlihat bahwa hasil kedelai pada demplot PTT lebih tinggi dibandingkan dengan displai varietas. Pada displai varietas, hasil kedelai berkisar antara 0,9–1,2 t/ha, sedangkan pada demplot PTT berkisar 1,45–2,2 t/ha. Hal ini disebabkan karena pada demplot PTT diterapkan komponen teknologi sesuai anjuran, yaitu penggunaan varietas unggul, benih bermutu baik, pemupukan yang sesuai, pemberian pupuk kandang dan dolomit yang mampu meningkatkan produktivitas kedelai di lahan pasang surut. Untuk meningkatkan hasil kedelai pada tanah masam dapat dilakukan dengan mengembangkan varietas toleran tanah masam dan memperbaiki sifat fisik–kimia tanah dengan pengapuran, pemupukan, dan pengelolaan bahan organik (Widjaja Adhi, 1993). Pemberian pupuk kandang dan dolomit selain dapat meningkatkan kesuburan tanah juga menyebabkan perubahan pH tanah menjadi lebih baik dan nilai kritis pH tanah untuk kedelai adalah 4,0–5,5 (Follet et al. 1981). Menurut Taufiq dan Manshuri (2005), tanpa pengapuran hasil kedelai pada lahan masam tidak meningkat meskipun tanaman telah dipupuk N, P dan K. Respons Petani Respons petani terhadap SL-PTT kedelai cukup baik sebagai tempat pembelajaran. Artinya petani dapat belajar dari LL bahwa penerapan komponen teknologi melalui PTT meningkatkan hasil kedelai. Dengan adanya laboratorium lapang sebagai tempat demplot SL-PTT kedelai, semua komponen teknologi PTT telah diketahui oleh petani. Petani memberikan respon positif karena sejak awal kegiatan, mulai dari perencanaan sampai penerapan komponen teknologi, selalu dilibatkan. Komponen teknologi PTT kedelai yang paling dominan menjadi pertimbangan petani untuk diterapkan dalam budi daya kedelai adalah 1) varietas unggul bersertifikat, 2) ameliorasi lahan, 3) pemupukan, dan 4) pengendalian hama terpadu.
KESIMPULAN 1. Keragaan Anjasmoro, Agromulyo, Kaba dan Burangrang cukup bagus, demikian juga varietas Anjasmoro di area SLPTT. Petani awalnya lebih menyukai dengan varietas Anjasmoro karena berbiji besar, warna biji kuning mengkilat, tahan pecah, dan hasil lebih tinggi. Namun setelah adanya display varietas, petani lebih menyukai varietas Grobogan dengan hasil mencapai 2,2 t/ha. 2. Respons petani terhadap SL-PTT kedelai cukup baik dan petani dapat belajar dari
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013
135
Laboratorium Lapang dan penerapan komponen teknologi melalui Pendekatan PTT dapat meningkatkan hasil kedelai. 3. Komponen teknologi PTT kedelai yang paling dominan menjadi pertimbangan petani untuk diterapkan dalam budi daya kedelai adalah penggunaan varietas unggul bersertifikat, ameliorasi lahan, pemupukan sesuai anjuran, dan pengendalian hama secara terpadu.
DAFTAR PUSTAKA Anonimus, 2008. Laporan Tahunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hotikultura Provinsi Riau, Pekanbaru BPS, 2011. Indragiri Hilir dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Indragiri Hilir, Tembilahan. Harnawo, D dan N. Basuki, 1988. Viability Status of Soybean Seed Produced from Different Phosphorus and Potash Fertilizer Application. Agrivita, 12(2).20–22 Roesmiyanti, F. Kasijadi, Suyamto, E. Retnaningtyas dan S. Yuniastuti, 1998. Paket Teknologi Budidaya Kedelai Spesifik Lokasi, di Jawa Timur dalam Rakitan Teknologi Budidaya Kedelai mendukung Gema Palagung di Jawa Timur. Buletin: Teknologi dan Informasi Pertanian. Vol 6, 2003. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur. Follet RH, LS Murphy and RL. Donahoe. 1981. Ferilizers and soil amandements. Prentice hall, Inc, London Soepardi, G. 1993. Kesuburan tanah di Indonesia. Institut Pertanian Bogor. Bogor Taufiq A dan AG Manshuni. 2005. Pemupukan dan pengapuran pada varietas kedelai toleran lahan sulfat masam di Lampung. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. Vol 24 No 3. 2005. Puslitbangtan. Deptan. Bogor. Taufiq A., Marwoto, F. Rozi, I M. Jana Mejaya. 2009. Peningkatan Produksi Kedelai di Lahan Pasang Surut: Penerapan PTT Kedelai di Lahan Pasang Surut Tipe C Jambi. Balitkabi. Malang. Widjaya Adhi IPG. 1993. Pengapuran tanah masam untuk kedelai. Dalam Kedelai. Badan Litbang. Puslitbangtan. Bogor.
136
Nurhayati et.al: Keragaan empat varietas unggul baru kedelai pada pendampingan SLPTT