PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TENTANG PRO DAN KONTRA ABORSI Nurhayati Tine Dosen Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRAK Pendidikan agama Islam berisi tentang penjelasan konsep-konsep hukum Islam, HAM baik itu yang berhubungan secara vertikal maupun secara horizontal “hablum minal allah wa hablum minannas” yang dalam prinsip penerapannya bersumber pada Alqur’an, Hadis, Ijtihad, Qiyas dan ijma’. Aborsi hakikatnya adalah melawan sunnatullah dalam masalah reproduksi umat manusia sehingga setiap metode memiliki efek samping yang berbahaya sebagai salah satu bentuk peringatan Allah SWT untuk tidak mengubah-ubah sunnah ciptaannya. Abortus atau lebih dikenal dengan istilah keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar rahim. Aborsi memang merupakan problem sosial yang terkait dengan paham kebebasan (freedom/liberalism) yang lahir dari paham sekularisme yaitu pemisahan agama dari kehidupan. Terlepas dari masalah ini, hukum aborsi itu sendiri memang wajib dipahami dengan baik oleh kaum muslimin, baik kalangan medis maupun masyarakat umumnya. Sebab bagi seorang muslim, syari’at islam merupakan standar bagi seluruh perbuatannya. Selain itu terkaitan dengan syari’at islam adalah kewajiban seorang muslim sebagai konsekwensi keimanan terhadap islam. “Maka demi Tuhanmu, mereka pada hakikatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu (muhamad) sebagai pemutus perkara yang mereka perselisihkan di antara mereka”. (QS. Annisaa; 65). Kata-kata kunci: pendidikan, Hukum Islam, Aborsi A. PENDAHULUAN Aborsi secara umum adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) sebelum buah kehamilan tersebut mampu untuk hidup di luar kandungan (JNPK-KR, 1999). Secara lebih spesifik, ensiklopedia Indonesia memberikan pengertian aborsi sebagai berikut: “pengakhiran kehamilan sebelum masa gestasi 28 minggu atau sebelum janin mencapai berat 1.000 gram”. Defenisi lain menyatakan, aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Aborsi merupakan suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh (kapita seleksi kedokteran,edisi 3. h. 260). Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi, yaitu: (1) aborsi spontan/alamiah atau abortus spontaneous, artinya berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma. (2) aborsi buatan/sengaja atau Abostus provocatus criminalis adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak). (3) aborsi terapeutik/medis atau abortus provocatus therapeutic adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi medik. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah yang dapat
membahayakan baik calon ibu maupun janin yang dikandungnya. Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang dan tidak tergesa-gesa. Kalau kehamilan lebih muda, lebih mudah dilakukan. Makin besar makin lebih sulit dan resikonya makin banyak bagi si ibu, cara-cara yang dilakukan di klinik-klinik aborsi itu bermacam-macam, biasanya tergantung dari besar kecilnya janinnya. Abortus untuk kehamilan sampai 12 minggu biasanya dilakukan dengan (MR)/menstrual regulation yaitu dengan penyedotan (semacam alat penghisap debu yang biasa, tetapi 2 kali lebih kuat). Pada janin yang lebih besar (sampai 16 minggu) dengan cara dilatasi dan curettage. Sampai 24 minggu disini bayi sudah besar sekali, sebab itu biasanya harus dibunuh lebih dahulu dengan meracuni dia. Misalnya dengan cairan garam ang pekat seperti saline. Dengan jarum khusus, obat itu langsung disuntikkan ke dalam rahim, ke dalam air ketuban sehingga anaknya keracunan, kulitnya terbakar, lalu mati. B. PEMBAHASAN Aborsi Menurut Hukum Islam Abdurrahman Al Bagdadi (1998) dalam bukunya emansipasi adakah dalam Islam halaman 127-128 menyebutkan bahwa aborsi dapat dilakukan sebelum atau sesudah ruh (nyawa) ditiupkan. Jika dilakukan setelah ditiupkannya ruh, yaitu setelah 4 (empat) bulan masa kehamilan, maka semua ulama ahli fiqih (fuqaha) sepakat akan keharamannya. Tetapi para ulama fiqih berbeda pendapat jika aborsi dilakukan sebelum ditiupkannya ruh. Sebagian memperbolehkan dan sebagiannya mengharamkannya. Yang memperbolehkan aborsi sebelum peniupan ruh, antara lain Muhammad Ramli (w. 1596 M) dalam kitabnya An-Nihayah dengan alasan karena janin sedang mengalami pertumbuhan. Yang mengharamkan aborsi sebelum peniupan ruh antara lain Ibnu Hajar (w. 1567 M) dalam kitabnya At-Tahfah dan Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya ‘Ulumuddin. Bahkan Mahmud Syaltut, mantan rektor Universitas Al-Azhar Mesir berpendapat bahwa sejak bertemunya sel sperma dengan ovum (sel telur) maka aborsi adalah haram, sebab sudah ada kehidupan pada kandungan yang sedang mengalami pertumbuhan dan persiapan untuk menjadi mahluk baru yang bernyawa yang bernama manusia yang harus dihormati dan dilindungi eksistensinya. Akan makin jahat dan besar dosanya, jika aborsi dilakukan setelah janin bernyawa dan akan lebih besar lagi dosanya kalau bayi yang baru lahir dari kandungan sampai dibuang atau dibunuh (Masjfuk Zuhdi, 1993, Masail Fiqiyah Kapita Selekta Hukum Islam,halaman 81; M. Ali Hasan, 1995. Masail Fiqhyah al-Haditsah pada masalah-masalah komtemporer Hukum Islam, halaman 57; Cholil Uman, 1994. Agama Menjawab tentang berbagai Masalah Abad Modern, halaman 9193; Mahjuddin, 1990, Masailul Fiqhiyah berbagai kasus yang dihadapi hukum Islam masa kini, halaman 77-79). Pendapat yang disepakati fuqaha, yaitu bahwa haram hukumnya melakukan aborsi setelah ditiupkannya ruh (empat bulan), didasarkan pada kenyataan bahwa peniupan ruh terjadi setelah 4 bulan masa kehamilan. Abdullah bin Mas’ud berkata bahwa: “Rasulullah saw., telah bersabda: sesungguhnya setiap kamu terkumpul kejadiannya dalam perut ibumu selama 40 hari dalam bentuk “nutfah”,kemudian dalam bentuk “alaqah” selama itu pula, kemudian dalam bentuk “mudghah” selama itu pula,kemudian ditiupknnya ruh kepadanya”. (HR. Bukhari Muslim, Abu Dawud, Ahmad dan Tarmidzi). Maka dari itu, aborsi setelah kandungan berumur 4 bulan adalah haram, karena berarti membunuh mahluk yang sudah bernyawa. Dan ini termasuk dalam kategori pembunuhan yang keharamannya antara lain didasarkan pada dalil-dalil syar’I berikut:
Firman allah swt., “dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena kemiskinan. Kami akan memberikan rizki kepada mereka dan kepadamu”.(QS. Al-An’am:151), “dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut miskin. Kami akan memnberikan rizki kepada mereka dan kepadamu.” (QS. Al-Isra’; 33), “dan apabila bayi-bayi yang dikubur hiduphidup itu ditanya karena dosa apakah ia dibunuh”. (QS. At-Takwir: 8-9). Berdasarkan dalil-dalil ini maka aborsi adalah haram pada kandungan yang bernyawa atau telah berumur 4 bulan, sebab dalam keadaan demikian berarti aborsi itu adalah suatu tindak kejahatan pembunuhan yang diharamkan Islam. Adapun aborsi sebelum kandungan berumur 4 bulan, seperti telah diuraikan di atas, para fuqaha berbeda pendapat dalam masalah ini. Akan tetapi menurut pendapat Abdul Qadim Zallum (1998) dan Abdurrahman Al Bagdadi (1998), hukum syara’yang lebih rajih (kuat) adalah sebagai berikut. Jika aborsi dilakukan setelah 40 hari atau 42 hari dari usia kehamilan dan pada saat permulaan pembentukan janin, maka hukumnya haram. Dalam hal ini hukumnya sama dengan hukum keharaman aborsi setelah peniupan roh kedalam janin. Sedangkan pengguran kandungan yang usianya belum mencapai 40 hari, maka hukumnya boleh (ja’iz) dan tidak apaapa. (Abdul Qadim Zallum, 1998, beberapa problem kontemporer dalam pandangan Islam: Kloning, Transplantasi organ, Abortus, bayi tabung, penggunaan organ tubuh buatan, defenisi hidup dan mati, halaman 45-56; Abdurrahman Al Baqdadi 1998, emansipasi wanita dalam Islam, halaman 129). Dalil syar’I yang menunjukkan bahwa aborsi haram bila usia janin 40 hari atau 40 malam adalah hadis nabi saw berikut; “Jika nutfah (gumpalan darah) telah lewat 42 malam, maka Allah mengutus seorang malaikat padanya, lalu dia membentuk nutfah tesebut; dia membuat pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, dagingnya dan tulang belulangnya. Lalu malaikat itu berupa bertanya (kepada Allah), ya Allah, apakah dia (akan engkau tetapkan) menjadi laki-laki atau perempuan? Maka Allah kemudian member keputusan…” (HR. Muslim dari Ibnu Mas’ud RA). Dari riwayat lain rasulullah bersabda: “Jika Nutfah telah lewat empat puluh malam…” Hadis diatas menunjukkan bahwa permulaan penciptaan janin dan penampakkan anggota-anggota tubuhnya adalah setelah melewati 40 atau 42 malam. Dengan demikian penganiyaan terhadapnya adalah suatu penganiayaan terhadap janin yang sudah mempunyai tanda-tanda sebagai manusia yang terpelihara darahnya (mas’shumud dam). Tindakan penganiayaan tersebut merupakan pembunuhan terhadapnya. Berdasarkan uraian diatas, maka pihak ibu si janin, bapaknya ataupun dokter diharamkan menggugurkan kandungan ibu tersebut bila kandungannya telah berumur 40 hari. Siapa saja dari mereka yang melakukan pengguguran kandungan, berarti telah berbuat dosa dan telah melakukan tindak kriminal yang mewajibkan pembayaran diyat bagi janin yang gugur yaitu seorang budak laki-laki atau perempuan atau sepersepuluh diyat manusia sempurna (10 ekor onta) sebagaimana telah diterangkan dalam hadits shahih dalam masalah tersebut. Rasululullah saw: “Rasulullah saw., memberi keputusan dalam masalah janin dari seorang perempuan bani lihyan yang gugur dalam keadaan mati dengan satu ghurrah yaitu seorang budak laki-laki atau perempuan…” (HR.Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah RA) (Abdul Qadim Zallum, 1998). Umat islam percaya bahwa Alquran adalah undang-undang paling utama bagi kehidupan manusia. Allah berfirman: “kami menurunkan Alquran kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu. (QS. 16: 89). Jadi jelaslah bahwa ayat-ayat yang terkandung di dalam Alquran mengajarkan semua umat tentang hukum yang mengendalikan perbuatan manusia. Tidak ada
satupun ayat di dalam Alquran yang menyatakan bahwa aborsi boleh dilakukan oleh umat islam. Sebaiknya banyak sekali ayat-ayat yang menyatakan bahwa janin dalam kandungan sangat mulia. Dan banyak ayat-ayat yang menyatakan bahwa hukuman bagi orang-orang yang membunuh sesame manusia adalah sangat mengerikan. Pertama; manusia berapa pun kecilnya adalah ciptaan Allah yang mulia. Agama islam sangat menjunjung tinggi kesucian kehidupan. Banyak sekali ayat-ayat dalam Alquran yang bersaksi akan hal ini. Dan sesungguhnya kami telah memuliakan umat manusia.(QS. 17:70). Kedua; membunuh atu nyawa sama artinya dengan membunuh semua orang. Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan menyelamtakan semua orang. Di dalam agama islam, setiap tingkah laku kita terhadap nyawa orang lain, memiliki dampak yang sangat besar. Firman Allah swt: Barangsiapa yang membunuh membunuh seorang manusia, bukan karena sebab-sebab yang mewajibkan hukum qishash atau bukan karena kerusuhan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara keselamatan nyawa seorang manusia, maka seolah-olah dia telah mmelihara keselamatan nyawa manusia semuanya.” (QS. 5. 32). Ketiga; Umat islam dilarang melakukan aborsi dengan alasan tidak memiliki uang yang cukup atau takut akan kekurangan uang. Banyak calon ibu yang masih muda beralasan bahwa karena peghasilannya masih belum stabil atau tabungannya belum memadai, kemudian ia merencanakan untuk menggugurkan kandungannya. Alangkah salah pemikirannya. Ayat Alquran mengingatkan akan firman Allah dan bunyinya: dan janganlah kamu membunuh anakanakmu karena takut melarat. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu juga. Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa besar.”(QS. 17.31). keempat; aborsi adalah membunuh. Membunuh berarti melawan terhadap perintah Allah. Membunuh berarti melakukan tindakan criminal. Jenis aborsi yang dilakukan dengan tujuan menghentikan kehidupan bayi dalam kandungan tanpa alas an medis dikenal dengan istilah “abortus provokatus kriminalitas” yang merupakan tindakan kriminal, tindakan yang melawan Allah. Alquran menyatakan: Adapun hukuman terhadap orang-orang yang berbuat keonaran terhadap Allah dan rasulnya dan membuat bencana kerusuhan di muka bumi ialah dihukum mati, disalib atau dipotong tangan dan kakinya secara bersilang atau diasingkan dari masyarakatnya. Hukuman yang demikian itu sebagai suatu penghinaan untuk mereka di dunia dan di akhirat mereka mendapat siksaan yang pedih.”(QS. 5: 26). Kelima; sejak kita masih berupa janin, Allah sudah mengenal kita. Sejak kita masih sangat kecil dalam kandungan ibu, Allah sudah mengenal kita. Alquran menyatakan: Dia lebih mengetahui keadaanmu, sejak mulai diciptakannya unsur tanah dan sejak kamu masih dalam kandungan ibumu.” (QS. 53:32) jadi, setiap janin telah dikenal Allah dan janin yang dikenal Allah itulah yang dibunuh dalam proses aborsi. Keenam; tidak ada kehamilan yang merupakan “kecelakaan” atau kebutuhan. Setiap janin yang terbentuk adalah merupakan rencana Allah. Allah menciptakan manusia dari tanah, kemudian menjadi segumpal darah dan menjadi janin. Semua ini tidak terjadi secara kebetulan. Alquran mencatat firman Allah: selanjutnya kami dudukan janin itu dalam rahim menurut kehendak kami selama umur kandungan. Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim ibumu sebagai bayi. (QS. 22. 5) dalam ayat ini malah ditekankan akan pentingnya janin dibiarkan hidup “selama umur kandungan”. Tidak ada ayat yang mengatakan untuk mengeluarkan janin sebelum umur kandungan apalagi membunuh janin secara paksa. Ketujuh; nabi muhamad saw., tidak pernah menganjurkan aborsi. Bahkan dalam kasus hamil diluar nikah sekalipun nabi sangat menjunjung tinggi kehidupan. Hamil diluar nikah berarti hasil perbuatan zina. Hukum islam sangat tegas terhadap para pelaku zina. Akan tetapi nabi Muhammad saw sepertu dikisahkan dalam al-hudud tidak memerintahkan wanita yang hamil diluar nikah untuk menggugurkan kandungannya; datanglah
kepadanya (nabi yang suci) seorang wanita dari ghamid dan berkata: “utusan Allah, aku telah berzina, sucikanlah aku.” Dia (nabi) yang suci menampiknya. Esok harinya dia berkata, utusn Allah kenapa engkau menampikku? Mungkin engkau menampikku seperti engkau menampik Ma’is. Demi Allah, aku telah hamil.”nabi berkata, baiklah jika kamu bersikeras, maka pergilah samapi anak itu lahir.” Ketika wanita itu melahirkan datang bersama anaknya (terbungkus) kain buruk dan berkata: “inilah anak yang kulahirkan.” Jadi, hadis ini menceritakan bahwa walaupun kehamilan itu terjadi karena zina (diluar nikah) tanpa janin itu harus dipertahankan sampai waktunya tiba. Bukan dibunuh secara keji. Fatwa tersebut berdasarkan pada dalil-dalil alquran, hadis, kaidah fiqh dan berbagai pendapat ulama sebagai berikut: a. Katakanlah: marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh tuhanmu, yaitu janglah kamu mempersekutukan sesuatu dengan dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak dan jangnalah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami akan member rezeki kepadamu an kepada mereka dan jangnlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan keji, baik yang Nampak diantaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwayang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar. Demikian itu yang diperintahkan oleh tuhanmu kepadamu supaya kamu memahamiNya.” (QS. Al-an’am: 151) b. “dan jangnlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang akan member rezeki kepada mereka dan kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa besar.” (QS. Al-Isra:31) c. Dan hamba-hamba tuhan yang maha penyayang itu ilah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk tuhan mereka. Dan orang-orang ang berkata: ya tuhan kami, jauhkalah azab jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebiasaan yang kekal”. Sesungguhnya jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman. Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain berserta Allah dan membunuh jiwa yang diharamkan allah membunuhnya kecuali dengan alas an yang benar. Dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya), yakni akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang ang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal shaleh; aka kejahatan mereka diganti dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha pengampun lagi maha penyayang. Dan orang yang bertaubat dan mengerjakan amal shaleh, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya.” (QS. Al-Furqan:63-71) d. “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya kami menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, kemudian dari segmpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak pernah sempurna, agar kami jelaskan kepada kamu dan kami tetapkan dalam rahim, apa yang kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian dengan berangsur-angsur kamu sampailah kepada kedewasaan dan diantara kamu ada yang diwafatkan dan ada pula dia antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai ikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu apapun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan amu lihat bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.” (QS. Al-Hajj: 5).
e. “dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging, kemudian kami jadikan dia mahluk yang berbentuk lain. Maka maha suci Allah pencipta yang paling baik.” (QS. Al-Mu’minun: 12-14) HUKUM dan HAM Pertentangan moral dan agama merupakan masalah terbesar yang sampai sekarang masih mempersulit adanya kesepakatan tentang kebajikan penanggulangan masalah aborsi. Oleh karena itu, aborsi yang illegal dan tidak sesuai dengan cara-cara media masih tetap berjalan dan tetap merupakan maslah besar yang masih mengancam perempuan dalam masa reroduksi. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan, baik secara teknologi maupun hukum sampai saat ini, para dokter kini harus berhadapan dengan adanya hak otonomi pasien. Timbulnya berbagai pembicaraan dan undang-undang soal hak otonomi perempuan membuat hak atas diri sendiri ini memasuki area wacana soal aborsi, atau penentuan dari pihak perempuan yang merasa berhak juga untuk menentukan nasibnya sendiri terhadap kehamilan yang tidak diinginkannya. Namun, bila dilihat dari sisi ara pelaku kesehatan ini, seorang dokter pada waktu lulus, sudah bersumpah untuk akan tetap selalu menghormati setiap kehidupan insane mulai dari saat pembuahan sampai saat meninggal. Karenanya, tindakan aborsi ini sangat bertentangan dengan sumpah dokter sebagai pihakyang selalu menjadi pelaku utama dalam hal aborsi. a. Pengguguran atau aborsi dianggap suatu pelanggaran pidana Dilihat dari segii hukum, masih ada perdebatan-perdebatan dan pertentangan dari yang pro dan kontra soal persepsi atau pemahaman mengenai undang-undang yang ada sampai saat ini. Baik dari UU kesehatan, UU praktik kedokteran, kitab undang-undang hukum pidana (KUHP), UU pengahapusan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan UU hak asasi manusia (HAM). Di Indonesia adapun ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan soal aborsi dan penyebabnya dapat dilihat pada: KUHP bab XIX asal 229, 346 - 349: Pasal 229:barangsiapa dengan sengaja mengobati seorang perempuan atau menyuruhnya supaya diobati dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama 4 tahun atau denda banyak 3 juta rupiah. Pasal 346: seorang perempuan yang dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama 4 tahun. Pasal 347: 1) barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang perempuan tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana dengan penjara paling lama 12 tahun. 2) jika perbuatan itu mengakibatkan matina perempuan tersebut, diancam dengan pidana paling lama 15 tahun. Pasal 348: 1) barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang perempuan dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 tahun 6 bulan. 2) jika perbuatan itu mengakibatkan matina perempuan tersebut dengan pidana penjara 7 tahun.
Pasal 349: jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan pasal 346 ataupun membantu melakukan salah satu kejahatan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan. UU HAM, pasal 53 ayat 1: Setiap anak sejak dalam kandungan berhak untuk hidup, memperhatikan hidup dan meningkatkan taraf kehidupannya. Pada penjelasan UU kesehatan pasal 15 dinyatakan sebagai berikut: (1) Tindakan media dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alas an apapun dilarang, karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma kesusilaan dan norma kesopanan. Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu atau janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu. Untuk masyarakat agar dihimbau untuk: 1. Sedapat mungkin menghindari hubungan suami isteri pada pasangan yang tidak/belum menikah 2. Bagi para suami isteri yang tidak merencanakan untuk menambah jumlah ana, agar mengikuti program KB 3. Bagi para pekerja seks komersial agar selalu menggunakan kondom pada saat melakukan hubungan intim 4. Meningkatkan pengetahuan agama agar selalu terhindar dari perbuatan yang dilarang oleh agamanya. 5. Menurut pada pemerintah agar meberikan tindakan hukuman yang seberat-beratnya pada para pemerkosa atau pelaku tindakan pelecehankekerasan seksual lainnya, agar para kriminal maupun calon pelaku kriminal ini berpikir panjang untuk melakukan tindakan-tindakan tersebut. Kritik Islam Terhadap Kemungkinan Legalisasi Aborsi Dalam Amandemen UU No. 23/1992 DPR dalam waktu dekat ini akan melakukan revisi UU No. 20/1992 tentang kesehatan sebagai salah satu prioritas RUU. Dari rancangan yang diajukan komisi IX, ada banyak hal baru ang dalam UU no.23/1992 belum ada. Antara lain penyesuaian dengan UU otonomi daerah tentang kesehatan remaja, kesehatan reproduksi, perluasan peran masyarakat, antisipasi kemajuan teknologi kedokteran dan wajib Negara menanggung biaya pelayanan medis bagi orang miskin (Kartono Mohamad, Isu Abortus dalam RUU kesehatan. Salah satu hal yang kontrovesial dan mengobarkan prokontra hebat adalah adanya kemungkinan legalisasi aborsi dalam RUU tersebut, khususnya pada bab kesehatan reproduksi. Dalam pasal 63 disebutkan pemerintah wajib melindungi perempuan dari penghentian kehamilan yang tidak bermutu, tidak aman, tidak bertanggung jawab. Ini dapat ditafsirkan, bahwa pemerintah berkewajiban menyediakan segala sarana dan fasilitas aborsi asalkanaborsi yang aman (safe abortion) yaitu yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang professional. Dalam pasal 61 c dikatakan bahwa perempuan berhak; menentukan sendiri kapan dan berupa sering ingin berproduksi. Secara implisit, pasal ini membuka penafsiran
mengenai bahwa perempuan berhak menentukan untukhamil atau tidak dan kalaupun ingin hamil, wanita berhak menentukan untuk hamil atau tidak, dan kalaupun ingin hamil, wanita berhak menetukan apakah akan hamilnya akan dilanjutkan atau diakhiri yang tentunya dengan jalan aborsi. Pasal-pasal itulah antara lain yang meledakkan pro kontra ditengah masarakat. Mereka yang kontra yaitu majelis agama di Indonesia dan sejumlah LSM yang dikoordinir oleh LSM Komnas Gerakan Sayang Kehidupan. Pada tanggal 22 Januari 2003 membuat pernyataan bersama yang intinya menolak upaya legalisasi aborsi tersebut. Alas an yang dipkai oleh kalangan ini utamanya tertuju kepada masalah moralitas. Sementara itu pihak yang pro, yang selalu mendesak untuk melegalkan aborsi disuarakan oleh kalangan seperti yayasan kesehatan perempuan, perkumpulan keluarga berencana Indonesia (PKBI) dan lain-lain. Alas an utama yang dikemukakan kalangan ini adalah untuk meminimalkan efek dari akibat aborsi tidak aman/ilegal oleh tenagatenaga media yang tidak memiliki kualifikasi yang memadai yang seringkali menimbulkan kematian. Selain itu juga sebagai pilihan alternatif bagi warga Negara dalam menghadapai masalah kehamilan yang tidak di inginkan. Bintaro Siswayanti, Amandemen UU Legalisasi aborsi untuk peningkatan kualitas kehidupan perempuan: upaa mengejar baying-banyang. Laporan ini bertujuan menjelaskan 3 hal berikut yang berkaitan dengan rencana amandemen tersebut, yaitu: a. Kritik islam terhadap kemungkinan legalisasi aborsi dalam amandemen UU/1992. b. Jaminan kesehatan masyarakat dalam syari’ah islam c. Hukum aborsi menurut syariah islam dan kritik islam. Upaya segelintir pihak yang bermaksud melegalisasi aborsi melalui amandemen UU 23/1992 tersebut wajib dihentikan dan digagalkan, karena erupakan kemungkaran yang nyata yang sangat bertentangan dengan aqidah dan syari’ah islam. Kemungkaran upaya hina tersebut dapat dibuktikan melalui poin-poin kritikan sebagai berikut ini: Konsep safe abortion adalah batil pihak pro aborsi mengatakan bahwa aborsi berkontribusi 11% terhadap angka kematian Ibu di Indonesia yang besarnya 307 orang setiap 100.000 kelahiran. Maka mereka memandang bahwa agar angka kematian ibu turun, aborsi yang tidak aman harus diubah menjadi aborsi yang aman (safe abortion) yang dilakukan oleh tenaga media yang professional, bukan oelh tenaga yang tak profsional. Konsep safe abortion ini bathil, sebab aborsi tetap haram walaupun aman. Pihak pro aborsi berhujjah bahwa aborsi itu dilakukan dmi mengurangi kematian ibu. Bukankah ini tujuan yang mulia. Jawabnya benar bahwa akibat haruslah dikurangi. Tapi aborsi tidak boleh dijadikan alat untuk mengurangi angka kematian ibu itu,sebab itu berarti menempuh jalan yang haram untuk menuju sesuatu yang halal. Islam tidak menyetujui prinsip menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan (the and justifiles means) yang sangat sekularistik itu. Legalisasi aborsi bukan sekedar masalah kesehatan reproduksi local Indonesi, tapi sudah termasuk salah satu pemaksaan gaya hidup kapitalis sekuler yang selalu diropagandakan Negara-negara barat yang kafir, terutama amerika serikat,melalui badanbadan dunia seperti PBB. Jadi, upaya legalisasi aborsi bukan inisiatif murni pihak-pihak yang pro aborsi, melainkan sudah menjadi agenda global barat untuk mensekulerkan umat islam diseluruh dunia. Hal itu dapat dibuktikan dari fakta bahwa isu legalisasi borsi telah menjadi isu glogal yang diserukan lembaga-lembaga international kepada kepemrintah disetipap Negara.
Serangkaian konvensi international mengenai jaminan hak atas kesehatan reproduksi telah ditandantangani pemerintah Indonesia, yang hasilnya tertuang dalam undang-undang no.7 tahun 1984 tentang ratifikasi konveksi penghapusan segala bentuk diskriminasi population and development) dikairo, mesir tahun 1994 yang menyepakati visi 20 tahun untuk membina keluarga berencana, kesehatan reproduksi, pencegahan HIV/AIDS, pemberdayaan perempuan dan upaya-upaya pembangunan terkait lainnya. Oleh karena itu, pemerintah disetiap Negara dibawah badan PBB diharapkan untuk melaksanakan rencana tersebut dalam skala kebijakan nasionalnya masing-masing. Juga non blok (GNB) menandatangani Beijing Message pada konferensi dunia ke empat tentang menyetarakan pria dan perempuan dalam kerangka hak asasi dan menghapus segala bentuk bagi perempuan untuk berpartisipasi dalam setiap kesempatan. (Kompas, 49/1995, dan Idqua: pesan Beijing dari GNB dan Adqua). Kesimpulan Aborsi bukan sekedar masalah medis atau kesehatan masyarakat, namun juga problem social yang muncul karena manusia mengekor pada peradaban barat. Maka pemecahannya haruslah dilakukan secara konfrehensif fundamental radikal yang intinya adalah dengan intitusi peradaban barat yang bertentangan dengan islam untuk kemudian digantikan dengan peradaban islam yang manusiawi dan adi. Daftar Pustaka
Luthans,F.1981.Organizational Behavior. New York: McGraw-Hill Book Company, Inc. Owens, R.G. 1981. Organizational Behavior in Education. 2nd Edition.Englewood Cliffs. New Yersey: Prentice-Hall,Inc. Robbins, S.P, 1982. The Administrative Process. 2nd Edition. New Delhi: Prentice-Hall of India.