MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR (Penelitian di Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Molowahu Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo) HARIS MAHMUD Dosen PGSD Universitas Negeri Gorontalo Abstrak Rendahnya keterampilan berbicara siswa yang mempengaruhi kemampuan dasar lainnya, memotivasi guru untuk berupaya meningkatkannya melalui berbagai kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode belajar yang sesuai dari pengamatan yang dilaksanakan terlihat bahwa 38 % siswa memiliki kemampuan dalam berbicara. Berdasarkan hal ini, maka penelitian ini dilaksanakan di kelas V MIM Molowahu Kecamatan Tibawa dengan jumlah 14 orang. Hasil penelitian ini menujukan bahwa metode lingkungan sebagai sumber belajar dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Hal ini nampak pada hasil siklus dengan rincian pada oservasi awal 5orang (38 %), siklus I 9 orang (54 %) dan siklus II 11 (77 %). Dari seluruh pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan kelas ini , diakui banyak hambatan yang ditemui. Oleh sebab itu diharapkan hasil penelitian ini bukanlah akhir, tetapi justru merupakan awal dari usaha untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa sebagai salah satu kemampuan dasar yang perlu dimiliki siswa dalam pembelajaran. Kata kunci : Keterampilan Berbicara, Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
LATAR BELAKANG PENELITIAN Pada pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar memiliki empat aspek atau ruang lingkup yaitu keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan mendengarkan di sekolah dasar meliputi kemampuan memahami bunyi bahasa, perintah, dongeng, drama, petunjuk, denah, pengumuman, berita, dan konsep materi pelajaran. Keterampilan berbicara meliputi kemampuan mengungkapkan pikiran,perasaan dan informasi secara lisan mengenai perkenalan, tegur sapa, pengenalan benda, fungsi anggota tubuh, kegiatan bertanya, percakapan, bercerita, deklamasi, memberi tanggapan, pendapat/saran, dan diskusi. Keterampilan membaca meliputi keterampilan memahami teks bacaan melalui membaca nyaring, membaca, membaca lancar, membaca puisi, membaca dalam hati, membaca intensif, dan sekilas. Keterampilan menulis meliputi kemampuan menulis permulaan, dikte, mendeskripsikan benda, mengarang, menulis surat, undangan, dan ringkasan paragraf (DEPDIKNAS, 2006). Berbicara merupakan keterampilan yang perlu dikuasai anak sebagai implementasi dari pemahaman pengetahuan yang ia pelajari. Tarigan, (1987: 15) berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari Tarigan, (1981: 3). Berbicara juga berkenaan dengan pemahaman terhadap apa yang dikatakan atau dibicarakan. Jerome Bruner (dalam semiawan, 1998: 123) menekankan pentingnya orang tua dan guru dalam membangun lingkungan komunikasi anak. Pada observasi awal peneliti pada siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Molowahu Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo, terdapat beberapa siswa yang sulit untuk berbicara ketika diberi tugas untuk melakukan tes wawancara. Dipilihnya lingkungan sebagai sumber belajar, merupakan salah satu tehnik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Pada pembelajaran dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, proses interaksi antar teman-teman dalam memecahkan masalah akan terlihat, hal ini dapat dibuktikan ketika pembelajaran berlangsung semuanya aktif. Berdasarkan halhal yang telah dikemukakan, maka peneliti melakukan penelitian tentang: “Meningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Pada Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Molowahu Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo. KAJIAN PUSTAKA 1. Bentuk – Bentuk Berbicara Haryadi dan Zamzani (1999: 95) “Wilayah berbicara biasanya dibagi menjadi dua bidang, yaitu: 1) berbicara terapan atau funsional (the speech art), dan 2) pengetahuan dasar berbicara (the
specch science)”. Dengan kata lain, berbicara dapat ditinjau sebagai seni dan sebagai ilmu. Berbicara sebagai seni menekankan penerapanya sebagai alat komunikasi dalam masyarakat, dan yang menjadi perhatianya antara lain: (a) berbicara di muka umum, (b) diskusi kelompok, (c) debat. Sedangkan berbicara sebagai ilmu menelaah hal-hal yang berkaitan dengan: (a) mekanisme berbicara dan mendengar, (b) latihan dasar tentang ujaran dan suara, (c) bunyi-bunyi bahasa, (d) patologi ujaran. Pengetahuan tentang ilmu atau teori berbicara sangat menunjang kemahiran serta keberhasilan seni dan praktek berbicara. Konsep dasar pendidikan berbicara mencankup tiga kategori, yaitu: a) hal-hal yang berkenaan dengan hakekat atau sifat-sifat dasar ujaran, b) hal-hal yang berhubungan dengan proses intelektual yang diperlukan untuk mengembangkan kemampuan berbicara , c) hal-hal yang memudahkan seseorang untuk mencapai keterampilan berbicara. Agar seluruh anak dapat terlibat dalam kegiatan berbicara, hendaklah selalu diingat bahwa hakekatnya berbicara itu berhubungan dengan kegiatan berbicara yang lain seperti menyimak, membaca dan menulis. Tarigan (1993: 19) menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambanglambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi dan interprestasi untuk memperoleh informasi menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang tidak yang tidak disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Sebagai aspek keterampilan berbahasa, mendengarkan merupakan suatu kegiatan yang diperlukan dalam berkomunikasi antar anggota masyarakat. Suatu komunikasi dikatakan berhasil apabila pesan yang disampaikan pembicara dapat dipahami dengan baik oleh pendengar sesuai dengan maksud pembicara tersebut. Dengan demikian, mendengarkan merupakan suatu keterampilan berbahasa yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia sehari-hari baik di lingkungan formal maupun non formal. 2. Tahap Perkembangan Bicara Anak SD Vygotsky dalam Moeslichatoen (2004: 18) “terdapat tiga tahap perkembangan bicara anak yang menentukan tingkat perkembangan berpikir dengan bahasa yaitu: (a) tahap eksternal, (b) egosentris, dan (c) internal”. Tahap pertama, tahap eksternal merupakan tahap berpikir dengan bahasa yang disebut berbicara secara eksternal. Maksudnya, sumber berpikir anak datang dari luar dirinya. Sumber itu terutama berasal dari orang dewasa yang memberi pengarahan anak dengan cara tertentu. Tahap kedua, yaitu tahap egosentris merupakan tahap dimana pembicaraan orang dewasa tidak lagi menjadi persyaratan. Tahap ketiga, merupakan tahap berbicara sesuai secara internal. Akselerasi perkembangan bicara anak terjadi sebagai hasil perkembangan fungsi simbolis. Bila pengembangan simbol bahasa telah berkembang, maka hal ini memungkinkan anak memperluas kemampuan memecahkan persoalan yang dihadapi dan memungkinkan anak belajar dari bahasa orang lain. Proses simbolik juga diwujudkan dalam bermain imajinatif, misalnya ketika anak bermain dengan mobil-mobilan sambil memainkan mobil itu menyuarakan bunyi mobil. Hal ini dimungkinkan karena anak sudah memiliki gambaran mental tentang mobil yang berjalan. Demikian pula kecepatan dalam menirukan semakin meningkat. Kemampuan berbicara anak dapat dikembangkan melalui kegiatan bermain menurut Moelichatoen (2005: 85) yang bertujuan: (a) Menguasai bahasa reseptif. Mendengar dan memahami apa yang didengar meliputi: memahami perintah, menjawab pertanyaan, mengikuti urutan peristiwa. (b) Menguasai bahasa ekspresif yang meliputi: menguasai kata-kata baru, menggunakan pola bicara orang dewasa. (c) Berkomunikasi secara verbal dengan orang lain, berbicara sendiri atau berbicara kepada orang lain. (d) Keasyikan menggunakan bahasa. Bahan dan peralatan yang dapat dipergunakan dalam kaitan perkembangan keterampilan bahasa represif adalah segala sesuatu yang dapat mengembangkan gambaran mental tentang apa yang didengar seperti suara burung, suara mobil dan sebagainya. Bahan dan peralatan yang dapat dipergunakan dalam kaitan pengembangan keterampilan bahasa ekspresif meliputi benda-benda yang ada di sekitar anak dengan cara,menyebutkan menyebutkan nama- nama benda tersebut (kata benda), dengan menyebutkan perilaku orang seperti berjalan, berlari, meloncat (kata kerja) dan dengan kata-kata yang menyatakan perasaan seseorang seperti senang, susah, bahagia (kata sifat, kata keadaan). Bahan dan peralatan yang dapat dipergunakan dalam kaitan penguasaan cara berkomunikasi dengan orang lain dilaksanakan melalui kegiatan bermain drama misalnya pergi ketoko buku. Kegiatan ini akan mendorong anak untuk menggunakan kata-kata yang mencakup nama toko, buka dan tutup, macam-macam buku. Jadi diperlukan sudut baca yang dirancang oleh anak sendiri. 3. Pengertian Lingkungan
Lingkungan dalam pembelajaran dapat diartikan sebagai “segala sesuatu yang ada di sekolah atau tempat tinggal siswa yang termasuk di dalamnya mahluk hidup maupun benda mati yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar”, dengan maksud lebih lanjut bahwa lingkungan tersebut dapat menjadi obyek pengamatan, sarana atau tempat melakukan percobaan/penyelidikan dan sebagai tempat mendapatkan informasi. Maka dengan pengertian tersebut “lingkungan” merupakan sesuatu yang sangat penting baik sebagai wahana maupun sebagai objek pembelajaran. Pembelajaran yang menjadikan lingkungan sebagai sumber objek belajar dapat memberikan pengalaman nyata dan langsung kepada peserta didik. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap diterima dan diingat siswa. Siswa harus mengonstruksi pengetahuan sendiri dan memberi makna melalui pengalaman yang nyata. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar akan membuat anak merasa senang dalam belajar . Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus di luar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indra), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasikan, membuat tulisan, membuat gambar/denah dan sebagainya. Pemilihan sumber belajar yang bervariasi di SD sangat diperlukan sebab anak-anak usia SD sangat memerlukan beragam sumber belajar. “Pembelajaran yang baik memerlukan sebanyak mungkin sumber belajar untuk memperkaya pengalaman belajar anak” (Depdiknas, 2003: 18). Anak SD berada pada tahapan perkembangan yang juga harus diantisifasi pada waktu mereka belajar. Misalnya anak-anak usia SD mempunyai ketertarikan yang kuat terhadap apa saja yang mereka temui dilingkungannya. Apa yang langsung dialaminya (didengar, dilihat, dan dirasakan) merupakan pengayaan kongnitif, emosi, dan perkembangan sosial yang memperluas dan memperkuat akumulasi perkembangan selanjutnya. Ketertarikan anak terhadap kondisi tersebut menuntut guru untuk menjadikan lingkungan sebagai sumber belajar (hands-on exsperience) METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang menggunakan teknik Observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Data hasil penelitian diolah secara deskriptif degan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menelaah semua data yang telah terkumpul, baik melalui observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. 2. Meredaksi data dengan membuang dengan membuang data yang tidak relevan dengan masalah penelitian, kemudian memilah-milah data serta mengklarifikasi berdasarkan permasalahan penelitian, misalnya data tentang pembelajaran yang difokuskan meningkatkan keterampilan berbicara dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar. 3. Menyajikan data, yakni dengan mengorganisasikan dan menyusun data yang telah diredaksi ke dalam satuan-satuan pembelajaran meliputi wawancara dengan narasumber. Hal ini untuk memudahkan peneliti untuk memahami dan menyimpulkan data penelitian. 4. Menyimpulkan data, yakni membuat kesimpulan berdasarkan data yang telah tersusun. Pengumpulan data ini, kemudian diikuti dengan pengecekan keabsahan data dengan cara (a) meninjau ulang hasil catatan (b) bertukar pikiran dengan teman sejawat dengan guru. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Observasi Awal Observasi awal ini dilakukan di kelas V Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Molowahu Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo, dalam rangka melakukan pengamatan terhadap keterampilan berbicara siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia. Pengamatan ini dipokuskan terhadap keterampilan berbicara, sehingga dapat diperoleh data dari jumlah siswa seluruh sebanyak 14 orang yang memiliki keterampilan berbicara hanya 4 orang. Hasil Pengamatan Keterampilan Berbicara Dengan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Dari Aspek Siswa Observasi Awal Aspek Yang Di Amati N o
Nama Siswa
Lafal M
1
Ramdan Djafar
V
K M
Kefasihan B M
F
K F V
Pemahaman B F
T V
K T
B T V
2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4
Rafik Toini Rahman Teki Zikran Hasan Nawir Hasan Rifki Huju Rahmat Tuna Zakaria Ahmad Mohamad Toma Arlin Hasan Mastin Mansur
V
V V
V V
V V V
V V V
V
V V
V
V
V V
V
V V
Sintia Malik V 6
V
V
V
V V
4
V
V
V
Sisil Toma
V V
V
Alya Toini
Jumlah
V
V
4
3
V
V
V
V
V
7
4
4
5
5
Keterangan : A = Lafal M : Memiliki KM : Kurang memiliki BM : Belum memiliki B = Kefasihan F : Fasih KF : Kurang fasih BF : Belum fasih C = Pemahaman T : Tepat KT : Kurang tepat BT : Belum tepat Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada aspek lafal untuk kriteria memiliki 28.57%, kurang memiliki 42.85%, belum memiliki 28.57%. Aspek kefasihan untuk kriteria fasih 21.42%, kurang fasih 50%, belum fasih 28.57%. Aspek pemahaman untuk kriteria tepat 28.57%, kurang tepat 35.71% , belum tepat 35.71%. Berdasarkan data tersebut diperoleh gambaran tentang keterampilan berbicara siswa yang akan diupayakan peningkatanya. Oleh karena itu dipersiapkan segala sesuatu yang akan digunakan dalam pelaksanaan kegiatan siklus I. Untuk lancarnya kegiatan dimaksud peneliti memperjelas tujuan pembelajaran yang dicapai. 2. Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus I a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti bersama guru mitra melakukan diskusi untuk merancang pelaksanaan tindakan dalam meningkatkan keterampilan berbicara dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar pada siswa kelas V MIM Molowahu Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo. Hal-hal yang dilaksanakan bersama guru mitra adalah: 1. Menyusun sekenario pembelajaran 2. Menyiapkan materi pelajaran 3. Menyusun skenario penelitian berupa lembar pengamatan kegiatan guru dan siswa. b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan kelas dalam meningkatkan ketampilan berbicara dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar pada siswa kelas V MIM Molowahu Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo dilaksanakan pada tanggal 27 Mei tahun 2011
dengan alokasi waktu masing-masing siklus I (2 x 35 menit). Jumlah siswa yang mengikuti kegiatan belajar mengajar sebanyak 14 orang. c. Tahap Pemantauan dan Evaluasi 1) Hasil Pengamatan Kegiatan Guru dalam Pembelajaran Pengamatan dilakukan oleh guru mitra terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan peneliti untuk meningkatkan keterampilan berbicara dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar.
Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Pada Proses Pembelajaran Siklus I N
Aspek yang diamati
Kualifikasi
o 1 IPra Pembelajaran 1Kesiapan ruang, alat dan media pembelajaran 2Memeriksa kesiapan siswa IMembuka Pelajaran
P 2
P
V
V V
V
V V
I 1Kesesuaian Kegiatan apersepsi dengan materi ajar 2Menyampaiakan Kompetensi (tujuan) yang akan dicapai IKegiatan Inti Pembelajaran II APenguasaan Materi pelajaran 1Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran 2Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan 3Menyampaikan materi ajar sesuai dengan hierarki balajar 4Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan BPendekatan strategi/ pembelajaran 1Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai 2Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa 3Melaksanakan pembelajaran secara runtut 4Menguasai Kelas 5Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual 6Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif 7Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah dialokasikan CPemanfaatan Media pembelajaran/sumber belajar 1Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media 2Menghasilkan pesan yang menarik 3Menggunakan media secara efektif dan efisien 4Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media DPembelajaran yang menantang dan memacu keterlibatan siswa 1Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran 2Merespon positif partisipasi siswa 3Memfasilitasi terjadinya interaksi guru, siswa, dan sumber belajar 4Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa 5Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif 6Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar EPenilaian proses dan hasil belajar 1Memantau kemajuan belajar 2Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan) FPenggunaan bahasa
V V V V V
V
V
V
V V
V
V
V V V
V V V
V V V
V
1Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar 2Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar 3Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai I Penutup
V
V V
1Melakukan refleksi pembelajaran dengan melibatkan siswa 2Menyusun rangkuman dengan melibatkan siswa 3Melakukan tindak lanjut Persentasi
V V V
V V V
Dari hasil pengamat kegiatan, terdapat beberapa langkah yang dapat dilaksanakan dengan kriteria baik yakni kegiatan menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar, menumbuhkan partisipasi aktif dalam pembelajaran, melakukan penilaian , melakukan refleksi pembelajaran dengan melibatkan siswa, menyusun rangkuman dan akhir, kegiatan belajar mengajar siklus I yang terdiri dari dua langkah yakni evaluasi dan menutup pelajaran dapat terlaksana dengan baik. Pengamat dua dalam aktifitas proses pembelajaran, kesesuaian dengan apersepsi, kesiapan ruang, alat dan media pembelajaran, memeriksa kesiapan siswa, menujukan penguasaan materi, mengaitkan materi dengan realita kehidupan, mempasilitasi terjadinya interaksi guru dan siswa, memantau kemajuan belajar, menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar, melakukan repleksi pembelajaran dengan melibatkan siswa, dan menyusun rangkuman, dan akhir, kegiatan belajar mengajar siklus I yang terdiri dari dua langkah yakni evaluasi dan menutup pelajaran dapat terlaksana dengan baik. Hasil Pengamatan Keterampilan Berbicara Dengan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Dari Aspek Siswa Siklus I Aspek Yang Diamati Nama Siswa
Lafal
Kefasihan
M M V
K M
Rafik Toini Rahman Teki Zikran Hasan Nawir Hasan Rifki Huju Rahmat Tuna Zakaria Ahmad Mohamad Toma Arlin Hasan Mastin Mansur Alya Toini Sintia Malik Sisil Toma
V V
V
Jumlah
8
Ramdan Djafar
B
Pemahaman
F F
K
B
F
T T
V V
V V
V
V
V V
V
V V V
V V
V
V
V
V V V
V V
V V
B
V
V V
K T
V V
V
V
V
V V
V
3
3
V
6
5
V V 3
5
V
5
4
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada aspek lafal untuk kriteria memiliki 57.14%, kurang memiliki 21.42%, belum memiliki 21.42%. Aspek kefasihan untuk kriteria fasih 42.85%, kurang fasih 35.71%, belum fasih 21.42%. Aspek pemahaman untuk kriteria tepat 35.71%, kurang tepat 35.71%, belum tepat 28.57%. Dari jurnal pengamat diperoleh beberapa hasil pengamatan, sebagai berikut: 1. Adanya pemahaman siswa tentang tujuan pembelajaran, berdampak pada peningkatan setiap aspek yang diamati/dinilai. 2. Siswa sangat antusias dalam melakukan wawancara.
3. Kerjasama dalam kelompok nampak sekali pada saat melakukan pertanyaan kepada narasumber 4. Keterampilan berbicara siswa terarah pada pembelajaran, walaupun masih ada yang menggunakan bahasa daerah tanpa disadari. Dari repleksi bersama terungkap bahwa masih beberapa aspek dari keterampilan berbicara yang perlu ditingkatkan, serta cara guru dalam melaksanakan pembelajaran. Berdasarkan hal-hal di atas, maka dirasa sangat perlu untuk melaksanakan siklus II. 3. Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus II a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini, peneliti bersama guru mitra menyusun rancangan kegiatan perbaikan yang ditemui baik kekurangan pada diri peneliti melakukan kegiatan belajar mengajar atau hasi belajar siswa yang cenderung belum mencapai indikator yang diharapkan. b. Tahap Tindakan Pelaksanaan tindakan kelas siklus II sama seperti kegiatan tindakan kelas siklus I namun lebih menitik beratkan pada aspek-aspek yang mengalami kendala pada kegiatan tindakan kelas siklus I terutama dari segi keaktifan anggota tim untuk menyusun daftar wawancara serta melakukan wawancara dengan narasumber. c. Tahap Pemantauan dan Evaluasi 1) Hasil Pengamatan Kegiatan Guru dalam Pembelajaran Pada aspek ini guru mitra melakukan pengamatan kembali terhadap proses belajar mengajar yang dilakukan peneliti di kelas V yang berjumlah 14 orang dengan materi yang samaseperti yang dilaksanakan pada kegiatan belajar mengajar siklus I. Sebelum peneliti melakukan pembelajaran, telah dilakukan perbaikan dan penyempurnaan rencana pembelajaran bersama guru mitra berdasarkan hasil analisis dan refleksi pada siklus I yang dianggap kurang, maka dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh guru mitra terhadap pelaksanaan kegiatan belajar mengajar telah menujukan hasil yang baik. Dari 13 aspek yang diamati pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar ternyata telah menujukan hasil yang diharapkan. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Pada Proses Pembelajaran Siklus II No I 1 2 II 1 2 III A 1 2 3 4 B 1 2 3 4 5 6 7 C
Aspek yang diamati Pra Pembelajaran Kesiapan ruang, alat dan media pembelajaran Memeriksa kesiapan siswa Membuka Pelajaran Kesesuaian Kegiatan apersepsi dengan materi ajar Menyampaiakan Kompetensi (tujuan) yang akan dicapai Kegiatan Inti Pembelajaran Penguasaan Materi pelajaran Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan Menyampaikan materi ajar sesuai dengan hierarki balajar Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan Pendekatan strategi/ pembelajaran Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa Melaksanakan pembelajaran secara runtut Menguasai Kelas Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah dialokasikan Pemanfaatan Media pembelajaran/sumber belajar
Kualifikasi P1 P2 V V
V V
V
V V
V
V
V V V
V
V
V
V
V V V
V
V
1 2 3 4 D 1 2 3 4 5 6 E 1 2 F 1 2 3 IV 1 2 3
Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media Menghasilkan pesan yang menarik Menggunakan media secara efektif dan efisien Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media Pembelajaran yang menantang dan memacu keterlibatan siswa Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran Merespon positif partisipasi siswa Memfasilitasi terjadinya interaksi guru, siswa, dan sumber belajar Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar Penilaian proses dan hasil belajar Memantau kemajuan belajar Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan) Penggunaan bahasa Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai Penutup Melakukan refleksi pembelajaran dengan melibatkan siswa Menyusun rangkuman dengan melibatkan siswa Melakukan tindak lanjut Persentasi
V V V
V V V V V V V V
V V V
V V V
V V V
Dari hasil pengamat satu kegiatan awal untuk kesiapan ruang, alat dan media pembelajaran, kesesuaian apersepsi dengan materi dilaksanakan dengan kriteria baik dan untuk kegiatan menujukan penguasaan materi, melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi, melaksanakan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa, melaksanakan pembelajaran yang telah dialokasikan, merespon positif partisipasi siswa, memantau kemajuan siswa dapat memeriksa kesiapan siswa dilaksanakan dengan baik. Dari hasil pengamat kegiatan , terdapat pula beberapa langkah yang dapat dilaksanakan dengan kriteria baik yakni kegiatan menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar, menumbuhkan partisipasi aktif dalam pembelajaran, melakukan penilaian, melakukan refleksi pembelajaran dengan melibatkan siswa, menyusun rangkuman, dan akhir, kegiatan belajar mengajar siklus II yang terdiri dari dua langkah yakni evaluasi dan menutup pelajaran serta menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai, dapat terlaksana dengan baik. Pengamat dua dalam aktifitas proses pembelajaran, kesesuaian dengan apersepsi, kesiapan ruang, alat dan media pembelajaran, memeriksa kesiapan siswa, menujukan penguasaan materi, mengaitkan materi dengan realita kehidupan, mempasilitasi terjadinya interaksi guru dan siswa, memantau kemajuan belajar, menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar, melakukan repleksi pembelajaran dengan melibatkan siswa, dan menyusun rangkuman, dan akhir, kegiatan belajar mengajar siklus II yang terdiri dari dua langkah yakni evaluasi dan menutup pelajaran dapat terlaksana dengan baik. Hasil Pengamatan Keterampilan Berbicara Dengan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Dari Aspek Siswa Siklus II Aspek Yang Di Amati No
1 2 3 4 5
Nama Siswa
Ramdan Djafar Rafik Toini Rahman Teki Zikran Hasan Nawir Hasan
Lafal M
KM
V V V
V
Kefasihan BM
F
KF
V V
V
V
T
KT
V V V
BT V
V V
V
BF
Pemahaman
V
6 7 8 9 10 11 12 13 14
Rifki Huju Rahmat Tuna Zakaria Ahmad Mohamad Toma Arlin Hasan Mastin Mansur Alya Toini Sintia Malik Sisil Toma Jumlah
V V
V V
V
V V
V V V
V
V V V
V
V
V
2
1
9
V V V
V 11
V V V V
3
2
9
V
3
2
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada aspek lafal untuk kriteria memiliki 78.57%, kurang memiliki 14.28%, belum memiliki 7.14%. Aspek kefasihan untuk kriteria fasih 64.28%, kurang fasih 21.42%, belum fasih 14.28%. Aspek pemahaman untuk kriteria tepat 64.28%, kurang tepat 21.42%, belum tepat 14.28%. Dari jurnal pengamat diperoleh beberapa hasil pengamatan, sbb: 1. Kejelasan tema yang dibahas, serta banyak berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, mendorong siswa untuk aktif dalam pembelajaran. 2. Kebebasan yang diberikan guru kepada siswa menyangkut keterampilan berbicara, sangat membantu siswa dalam berpartisipasi aktif, walaupun kalimat yang diucapkan belum tersusun secara sistematis. 3. Kerjasama yang baik antara guru kelas sebagai peneliti, dan guru mitra merupakan indikator yang mempengaruhi peningkatan setiap aspek diamati/dinilai. Dari refleksi bersama terungkap disertai data yang telah diuraikan di atas, jelas bahwa peningkatan yang diharapkan telah mencapai sesuai indikator yang telah ditetapkan. Pada siklus II sudah dapat diukur keterampilan berbicara siswa secara rata-rata dan hasilnya sudah dapat digambarkan sebagaimana dapat dilihat pada tabel 6 berikut: Hasil Pengamatan Observasi Awal , Siklus I, dan Siklus II
Hasil Observasi
1. Observasi Awal 2. Siklus I 3. Siklus II
Rata-Rata (%)
28.57% 57.14% 78.57%
Dari tabel 6 di atas nampak bahwa siklus I mencapai rata-rata 57.14% atau meningkat 40.81% dari hasil observasi awal, siklus II mencapai rata-rata 78.57% atau meningkat 34.10% dari observasi awal ini berarti bahwa terdapat peningkatan dalam setiap siklus. Jadi dapat disimpulkan dalam setiap kegiatan yang dilakukan pada setiap siklus terjadi peningkatan siswa yang memiliki keterampilan berbicara. PEMBAHASAN Indikator kinerja yang ditetapkan adalah apabila apabila siswa memiliki keterampilan berbicara meningkat dari 4 orang (28.57%) menjadi 11 orang (78.57%) dari 14 orang siswa. Berdasarkan standar tersebut, penelitian tindakan kelas ini menujukan hasil seperti yang terlampir pada observasi awal yakni 4 orang (28.57%, siklus I 8 orang (57.14%), siklus II 11 orang (78.57%) dari jumlah siswa 14 orang. Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang perlu dimiliki siswa, hal ini disebabkan berbicara merupakan pelahiran maksud, ide, tanggapan, ataupun pertanyaan dari seseorang terhadap objek yang dipelajari. Berdasarkan jurnal pengamatan dan refleksi bersama maka pada observasi awal diperoleh data sekaligus kelemahan-kelemahan, antara lain: Siswa kurang dilatih dalam berbicara dalam proses pembelajaran. Metode mengajar guru kurang bervariasi, sehingga siswa kurang termotivasi dalam belajar.
Rendahnya pengetahuan siswa terutama dalam hal keterampilan berbicara. Tata cara menyusun daftar partanyan ataupun berbicara kurang dipraktekkan dalam pembelajaran.
Atas dasar refleksi ini, peneliti sebagai guru kelas berdiskusi dengan guru mitra untuk menyatukan persepsi dalam membantu siswa pada keterampilan berbicara. Adapun hasil dari kerjasama tersebut menyangkut: Pemberian kesempatan kepada siswa untuk berbicara, sambil diberi bimbingan bagaimana pelafalan bunyi bahasa, penggunaan intonasi dan pemilihan kata dan ungkapan. Melalui lingkungan sebagai sumber belajar untuk berwawancara dengan narasumber, semua siswa memperoleh waktu berbicara dengan cara menyebut nama siswa sambil memberi penguatan agar siswa terampil dalam berbicara. Dalam pembelajaran keterampilan berbicara, seorang guru perlu memahami konsep-konsep dasar pendidikan berbicara yang mencakup tiga kategori, yaitu: 1) hal-hal yang berkenaan dengan hakikat atau sifat-sifat dasar ujaran; 2) hal-hal yang berhubungan dengan proses intelektual yang diperlukan untuk mengembangkan kemampuan berbicara; 3) hal-hal yang memudahkan seseorang untuk mencapai keterampilan berbicara. Tampa memahami konsep dasar berbicara, guru akan menganggap keterampilan berbicara adalah mata pelajaran yang berdidri sendiri, di sisi lain pada hakikatnya berbicara adalah hasil dari kemampuan menyimak, membaca dan menulis. Substansi dari pembelajaran berbicara, adalah mengukur sejauh mana pengetahuan yang diberikan guru dapat merubah pengetahuan dan tingkah laku siswa sesuai dengan kompetensi dasar yang ada pada kurikulum. Dari analisa rata-rata persentasi siswa pada keterampilan berbicara, diperoleh siklus I meningkat 57.14% dari observasi awal, siklus II meningkat 78.57% dari observasi awal. Dari hasil yang dicapai pada siklus kedua, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis tindakan yang menyatakan: “jika guru menggunakan keterampilan berbicara menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, maka hasil belajar siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Muammadiyah Molowahu Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo akan meningkat”.
KESIMPULAN 1. Telah tercapai peningkatan secara signifikan pada keterampilan berbicara di kelas V Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Molowahu Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo. 2. Metode pendekatan lingkungan sebagai sumber belajar merupakan metode yang sangat efektif dalam meningkatkan keterampilan berbicara. 3. Hipotesis yang menyatakan : “ jika guru menggunakan keterampilan berbicara melalui lingkungan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia ,maka hasil belajar siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Molowahu akan meningkat , teruji kebenaranya.
DAFTAR PUSTAKA Agumpena jawa tengah http://agumpenajateng.net/2009/04/08/ pemamfaatan lingkungan sebagai sumber belajar/i-da.-ii/#i xxzziDHifungK9 Aminuddin. 1997. Kapita Selekta Pembelajaran. Depdiknas Arikunto.1990. Kapita Selekta Pembelajaran. Depdiknas Azies dan Alwasilah. 2000. Pendidikan Bahasa Indonesia. Jakarta Donar Santi, 2009. Pendidikan Anak Usia Dini. Indeks Haryadi dan Zamzami, 1999. Pendidikan Keterampilan Berbahasa di SD. Depdiknas Moeslichatoen. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini. Rineka Cipta Semiawan, 1998. Perkembangan Peserta Didik. Depdiknas Spondek dan Saracho, 1994. Materi dan pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta. Suyadi. 2009. Ternyata Anakku Bisa Kubuat Genius. Power Books Sutikno,Sobry. 2007. Menggagas Pembelajaran Efektif dan Bermakna, NTP Press Sagala Syaiful. 2008. Kosep dan Makna Pembelajaran, Alfabeta Sanjaya Wina. 2009. Srategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Pranada Mediya Group Slameto.2006. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Salameto. 1995 . Perekembangan Belajar Peserta Didik. Depdiknas Santi Danar. 2008. Pendidikan Anak Usia Dini. Indeks Sudjana. 2003. Kapita Selekta Pembelajaran. Depdiknas Sumardi. 1992. Pendidikan Keterampilan Berbahasa SD. Jakarta Suyadi. 2009. Ternyata Anakku Bisa Kubuat Genius. Power Books Tarigan, 1993. Pendidikan Bahasa Indonesia SD. Indeks Winkel. 1989. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Depdiknas. //http :brbrata blog plasa.com/ 2008/09/27/ Srtategi dan model-model-pembelajaran bahasa –Indonesia-di-sekolah-dasar-/2