PENTINGNYA PENDIDIKAN SENI DI SEKOLAH DASAR Elmia Umar Dosen Universitas Negeri Gorontalo Abstract Art education is considered very important to develop students creativity. As a component to develop emotional quotient, art education functioned to balance right and left brain. Developing emotional quotient is as important as that of Intellectual quotient. This article explains how important art education in elementary school is. Key Words: art education , emotional quotient PENDAHULUAN Sekolah dasar merupakan jenjang awal jalur pendidikan formal tingkat bawah. Oleh karena itu, sekolah dasar merupakan pondasi bagi sekolah lanjutan. Apabila pondasimya kuat maka akan berhasillah pendidikan di sekolah lanjutan. Tetapi apabila sebaliknya, pondasinya goyah maka pendidikan di sekolah lanjutan juga akan gagal. Oleh karna itu, pendidikan di sekolah dasar harus lebih utama di perhatikan. Di sekolah dasar diajarkan beberapa mata pelajaran, di antaranya Matematika, IPS, IPA/Sains, PPKn, Bahasa Indonesia, Agama, KTK (Kerajinan Tangan dan Kesenian), Olahraga, dan Muatan Lokal. Kesemua mata pelajaran tersebut di ajarkan oleh guru di kelas, kecuali mata pelajran Agama dan Olahraga. Oleh karna itu guru sekolah dasar mempunyai tugas yang sangat berat. Hal ini di sebabkan kerna setiap mata pelajaran mempunyai karakteristik tertentu yang tidak semua guru memahami semua karakteristik tersebut. Namun setiap guru wajib mengajarkan beberapa mata pelajaran.. Seperti yang di jelaskan di atas bahwa guru kelas mengajarkan beberapa mata pelajaran. Karena itu guru sering memilah pelajaran yang di anggap penting. Mata pelajaran yang ujiannya bersifat tulisan dalam UAS itu di anggap penting. Mana yang tidak bersifat tulisan dalam UAS sering tertinggalkan misalnya pelajaran KTK. Hal ini mungkin di sebabkan karena guru mengejar target yang di tuntut pemerintah. Setiap mata pelajaran yang ikut UAS harus lulus dengan angka 4,25 ke atas. Karena itu guru merasa hal itu sangat penting di capai karena berhubungan dengan kelulusan siswa. Sebenarnya perhatian pemerintah terhadap pelajaran KTK sangat besar. Hal ini dapat kita lihat pada jumlah pelajaran, pada kurikulum 1994 jumlah pelajaran hanya 2 jam dalam satu minggu, tetapi pada kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Tahun 2006 berjumlah 4 jam. Hal ini membuktikan bahwa pemerintah merasa pelajaran KTK adalah pelajaran yang perlu di perhatikan. Pembelajaran mata pelajaran KTK terbagi dua yaitu 2 jam untuk kerajinan tangan dan 2 jam lagi untuk kesenian. Jadi mata pelajaran KTK di ajarkan selama 4 jam satu minggu. Namun pelajaran ini sering tertingal atau di terabaikan oleh guru. Hal ini di sebabkan karena berbagai hal di antaranya adalah: 1. Selain guru mengejar target, guru juga tidak memiliki keahlian dalam mengajarkan berbagai mata pelajaran kesenian seperti seni musik, seni rupa dan seni tari. Hal ini memerlukan tenaga yang profesianal, sedangakan kemampuan guru terbatas. 2. Tenaga guru sudah banyak terkuras mengajarkan berbagai mata pelajaran pokok seperti IPA/Sains, IPS, PPKn, dan Bahasa Indonesia. Jadi mata pelajaran lainnya tidak terlaksana dengan baik. KAJIAN PUSTAKA 1. Pengertian Pendidikan Seni suryosubroto (1980) mengatakan bahwa pendidikan merupakan usaha yang sengaja dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnay sebagai warga negara/masyarakat dengan memilih isi (materi), strategi kegiatan, dan teknik penilaian yang sesuai. Selanjutnya Partowisastro (1983) mengemukakan bahwa pendidikan adalah suatu proses suatu aktivitas da suatu rangsangan, yang di arahkan kepada memprodusir
perubahan-perubahan tingkah laku dari seseorang yang di inginkan sesuai dengan tujuan-tujuan dari pendidikan. Idris (1990) juga mengemukakan pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosianal kea rah alam dan sesama manusia. Sebagai komponen kebudayaan baik seni maupun pendidikan mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan perubahan pandangan hidup masyarakat. Perubahan di bidang seni dan pendidikan terjadi teruatama sejak lahirnya konsep baru di bidang ilmu pengetahuan dan filsafat. Seni adalah salah satu konsep yang sulit untuk di definisikan. Karena sulitnya, sering seni di artikan sebagai konsep metafisik, padahal pada dasarnya seni adalah fenomena organis serta dapat di ukur. Seperti pernapasan, seni memiliki unsur- unsur irama. Senipun mempunyai unsure ekspresif seperti bahasa. Seni menyangkut proses persepsi, pikiran, dan fisik. Seni bukannya prinsip yang bisa mengatur dan harus di terapkan dalam kehidupan, melainkan suatu mekanisme yang apabila kita abaikan kita sendiri yang celaka. Tanpa mekanisme tersebut manusia kehilangan keseimbangan, bahkan masyarakat dan nilai spiritualnya akan berantakan. Hal ini akan menimbulkan tekanan emosional pada manusia, yang pada akhirnya dapat meledak ke arah kurang baik (negatif). Sebagai contoh : kenakalan /kebrutalan anak remaja yang di tandai dengan banyaknya perkelahian, adalah salah satu bentuk luapan emosi yang tertekan. Penekanan terjadi sebagai akibat dari mekanisme yang tidak seimbang. Sementara perkembangan fisiknya berlangsung, keseimbangan emosi/mentalnya tidak tersalurkan. Pencegahan yang dapat di lakukan salah satunya melalui pemanfaatan berbagai kegiatan seni. Di karenakan begitu kompleksnya ruang lingkup seni, beberapa tokoh mencoba mendefinisikan apa seni itu. Seni bukannya suatu yang dapat di raba atau di nikmati saja, seperti yang kita lihat di museum atau galeri, melainkan sesuatu yang di ciptakan manusia untuk menyenangkan inderanya. Dari hasil ciptaan manusia tersebut terdapat hierarki yang menentukan kualitas dari hasil seni. Makin tinggi kualitas hasil seninya, makin dapat menarik indera kita dan pada akhirnya akan menyenangkan kita. Berikut ini di sampaikan beberapa definisi seni yang di tulis oleh beberapa ahli yakni si antaranya : Schopenhaer dalam Rasjoyo (1994), seni adalah suatu usaha untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan. Selanjutnya Thomas Munro mengatakan seni adalah alat buatan manusia untuk menimbulkan efek-efek psikologis atas manusia lain yang melihatnya. Kihajar Dewantara mengatakan seni merupakan perbuatan manusia yang timbul dari perasaanya dan bersifat indah sehingga dapat menggerakkan jiwa dan perasaan manusia. Alexander Baumgarten mengemukakan bahwa seni adalah suatu perwujudan yang memberikan suatu rasa hidmat terhadap orang lain atas keindahan dan wujud karya tersebut. Sedangkan menurut Popo Iskandar seni adalah alat pengutaraan suara batin si pencipta dalam kesadaran hidup berkelom[pok. Herbert Read yang di kutip Endang Tarjo (2004) menjelaskan keindahan adalah suatu kesatuan hubungan formal dari pengamatan yang menimbulkan rasa senang. Dari berbagai pendapat para ahli di atas dapat di simpulkan bahwa pendidikan seni adalah suatu usaha yang sengaja dan terencana di lakukan sehingga dapat menggerakkan jiwa dan perasaan manusia agar bermanfaat bagi kepentingn hidupnay sebagai seorang individu dan sebagai warga negara/masyarakat. 2. Fungsi Seni Menurut Muharram E dan Warti Sundaryati (1992), peranan seni itu adalah sebgai kebutuhan dan sebagai terapi, ungkapan, dan komunikasi a. Seni sabagai kebutuhan Dalam memenuhi kebutuhan hidup, manusia biasanya melengkapi dirinya dengan berbagai peralatan dan perlengkapan sebagai penunjang atau pelengkap untuk menyempurnakan pekerjaan. Beberapa kegiatan yang di lakukan yang biasa di lengkapi dengan alat dan perlengkapan tersebut di antaranya upacara keagaman, alatalat perlengkapan rumah tangga dan kebutuhab jegiatab sehari-hari. Seni di sini
memiliki peranan social karya seni telah mampu melayani kebutuhan dan keperluan masyarakat. b. Seni Sebagai Terapi, Ungkapan, dan Komunikasi Seni sebagai terapi yaitu seni dapat di pergunakan sebagai alat penangkal, pengobatan, alat hiburan/bersantai. Contohnya, melukis, berkarya, menciptakan lagu, membuat puisi, drama yang di tujukan untuk keperluan hiburan atau bersantai melepaskan ekses-ekses dalam batinnya. Peranan lain adalah seni pergunakan untuk obat pelipur lara. Melalui seni manusia mengungkapkan pengalaman-pengalaman emosinya demi kepuasan atau obat ajaib dan pelarian. Teori yang menyatakan wujud karya seni sebagai hasil ungkapan atau ekspresi di dasarkan pada anggapan bahwa hakikat seni adalah perwujudan dan pernyataan, karya seni terwujud karena dorongan batinnya ingin mengungkapkan ‘pengalaman hidupnya’. Sebagai ungkapan gagasan, karya seni di anggap sebagai salah satu jalan atau media bagaimana manusia dapat menuangkan buah pikirannya dalam suatu wujud yang nyata yang dapat di tanggapi atau di pergunakan oleh orang lain. Wujud karya ini dapat juga sebagai ungkapan “intuisi” manusia atas ranggapan alam sekitaernya, yang tercetus dan berasal dari perasaan-perasaan yang mendorong secara tidak di sadari, sebagai naluri, dan melahirkan suatu wujud karya. Cirri karya ini adalah umumnya ideal. Seni sebagai alat komunikasi di maksudkan sebagai alat pesan yang ingin di informasikan kepada orang lain, kepada masyarakat, baik berbentuk buah pikiran, perasaan, keinginan maupun segala harapan. Dapat juga sebagai pernyataan kritik ketidaksetujuan ketidaksepahaman seperti biasanya di ungkapkan dalam bentuk kartun atau nyanyian dan drama modern. Berikut ini dapat di kemukakan beberapa konsep pendidikan seni yang pernah ada antara lain Gerakan reform : Gerakan reform adalah usaha pembaharuan di bidang konsep pendidikan seni, yang mengutamakan kebebasan ekspresi sebagai cara untuk memberi peluang kepada anak didik mengembangkan kemampuan yang ada pada dirinya. Gerakan ini bermaksud untuk mendewasakananak didik bukan hanya pada segi intelektualnya saja, akan tetapi menghendaki “supaya anak-anak belajar dari perbuatan aktif” melalui kegiatan seni, sekaligus untuk melatih kedua tangannya supaya syaraf dari otak kanan dan otak kiri ikut terlatih dalam menjalankan fungsinya. Konsep Pendidikan Seni Untuk Apresiasi Konsep pendidikan seni untuk apresiasi di pelopori oleh Alfred Lichtwart dan Konrad Lange, dengan pemikiran bahwa “persepsi” anak-anak terhadap seni dan keindahan perlu di kembangkan melalui penghayatan langsung, baik melalui kegiatan menggambar maupun kegiatan observasi, dengan mengunjungi obyek-obyek seni seperti museum, sanggar seniman, pameran dan sebagainya. Karena obyek seni sangat terbatas, lahirlah kemudian “Picture Study”, yaitu kegiatan apresiasi yang menggunakan gambar-gambar reproduksi. Tujuannya adalah mengembangkan kepekaan apresiasi pada anak-anak terhadap karya seni agar cita rasa anak terpengaruh oleh unsur-unsur isi dari karya tersebut dan menyenangi hasil seni. Konsep Pendidikan Seni Untuk Pembentukan Konsepsi Konsep ini bermula dari pemikiran bahwa “menggambar adalah alat untuk mengungkapkan pikiran”. Gambar adalah bahasa, suatu cara untuk melahirkan dan mengembangkan ide. Menggambar suatu obyekberarti menterjemahkan persepsi ke dalam bahasa visual. Kegiatan menggambar adalah mengorganisasikan sensasi indrawi sehingga menghasilkan impresi yang dapat di interpretasikan. Menggambar merupakan kegiatan mental dan pikir yang dapat membentuk konsep. Konsep ini memandang seni pada proses kegiatannya yang terkait dengan kemampuan kognitif. Pencetus konsep ini adalah Walter Sargent. Konsep Pendidikan Seni Untuk Pertumbuhan Mental dan Kreatif Pada dasrnya konsep Lowenfeld ini bermaksud menjelaskan terjadinya pertumbuhan mental dan kreatif diri anak didik, di mana kegiatan seni merupakan sarana bagi “processing-nya”,. Baginya, anak adalah idealnya, sedangkan seni adalah sarananya. Konsep Seni Sebagai Keindahan
Konsep keindahan di kembangkan dari peniruan obyek-obyek yang terseleksi. Criteria dari obyek yang akan di tiru adalah keindahan. Yang seni adalah yang indah dan yang indah adalah yang seni. Seni di katakan sebagai identik dengan keindahan. Konsep ini berasal dari Yunani yang bersumbar dari filsafat antro pomorfis, yaitu filsafat hidup yang memuja segala nilai-nilai kemanusiaan. Menurut konsep ini manusia di dealisasikan sebagai kulminasi dari proses alamiah. Konsep Seni Sebagai Imitasi Konsep seni imitasi iniberasal dari Estetika Plato yang artinya meniru. Menurut konsep ini yang di sebut kegiatan seni adalah kegiatan meniru alam, dan setiap hasil seni haruslah tiruan dari bentuk alam. Sebuah lukisan dapat di kategorikan karya seni apabila merupakan duplikat dari alam. Konsep Seni sebagai Hiburan yang Mnyenangkan Konsep seni berpendapat bahwa hasil seni harus dapat menghibur/ menyenagkan pengamat. Jika tidak demikian maka hasil tersebut bukan karya seni. Kesenangan dari pengamat menjadi tuntutan dari hasil seni. Pengamat akan puas jika dapat mengikuti “ceritera” yang tertuang dalam hasil seni baik itu dalam wujud bentuk, musik atau tarian. Itu berarti pengamat dapat menangkap pesan atau ide penciptanya. Dalam pendidikan seni di Sekolah Dasar, konsep pendidikan seni di arahkan pada pada pembentukan sikap, sehingga terjadi keseimbangan intelektual dan sensibilitas, rasional, dan irasional, akal pikiran dan kepekaan emosi.konsep ini menempatkan seni sebagai sarana dalam pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. PEMBAHASAN Pendidikan yang di berikan di sekolah dapat di kelompokkan atas tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Setiap pengjaran yang di lakukan selalu mengacu kepada tiga ranah tersebut. Tidak ada satu mata pelajaranpun yang hanya mementingkan kemampuan otak saja, namun sikap dan keterampilan selalu di perhatikan. Namun jika kita persentasekan, setiap mata pelajaran tidak memiliki persentase yang sama atas pembentukan IQ (Intellectual Quotient) atau EQ (Emotional Quotient). Ada beberapa mata pelajaran yang persentase pembentukan IQnya seperti IPS, Sains. Matematika dan sebagainya. Namun ada mata pelajaran yang pembentukan EQnya lebih banyak yaitu pada mata pelajaran KTK. Namun pembentukan IQ dan EQ haruslah seimbang. Oleh karena itu, semua mata pelajaran wajib di ajarkan dengan benar. 1. Menyeimbangkan Otak Kiri dan Otak Kanan Nurtain (2000) menyatakan bahwa prosesm kerja otak terbagi dua yaitu otak belahan kanan dan otak belahan kiri. Kesemua belahan itu mempunya fungsi yang berbeda. Oleh karena itu kita harus mengisi kedua belahan otak tersebut. Orang yang memanfaatkan kedua belahan otak ini cebderung seimbang dalam setiap aspek kehidupan. Belajar terasa sangat menyenangkan dan mudah bagi mereka karena mereka mempunyai pilihan untuk menggunakan bagian otak yang di perlukan dalam setiap pekerjaan yang sedang mereka hadapi. Sebagian besar komunikasi di ungkapkan dalam bentuk verbal atau tertulis yang keduanya merupakan spesialisasi dari otak kiri. Bidang-bidang pendidikan, bisnis dan sains termasuk pengisian otak kiri. Untuk menyeimbangkannya perlu di isi otak kanan dengan musik dan estetika dalam pengalaman belajar siswa dan memberikan umpan balik positif yang membuat otak lebih efektif. Emosi positif mendorong ke arah kekuatan otak yang mengarah kepada keberhasilan, kehormatan diri yang lebih tinggi. Jika otak kiri dan otak kanan seimbang maka dapat menghilang rasa stress dan kesehatan mental yang buruk. Siswa dapat belajar dengan senang, gembira, mampu berekspresi dan sebagainya. Rasa jenuh dalam menghadapi pelajaran terobati. Oleh karena itu pelajaran KTK khususnya kesenian perlu di ajarkan dalam rangka menyeimbangkan otak kiri. 2. Membina Kreativitas Siswa Salah satu kelebihan yang di berikan oleh Tuhan kepada manusia adalah akal atau pikiran. Dengan ini manusia selalu mencari jalan dan kemungkinan baru, bahkan dengan akal pikiran manusia dapat membuata barang dan menggunakan barang. Hal inilah yang di sebut dengan kreativitas. Dalam pelajaran KTK, khususnya keterampilan, siswa di ajarkan membuat atau khususnya kerajinan siswa di latih merancang suatu keterampilan sederhana. Di sini
siswa mampu membuat dan menciptakan sesuatu yang indah sesuai dengan kemampuannya. Jika hal ini berjalan dengan baik maka siswa dapat menghasilkan barang sedrhana yang berguna dalam kehidupan sehari-hari. Masing-masing siswa akan membuat dan berlomba menghasilkan karya mereka yang terbaik. Hal ini merangsang kreativitas atau daya cipta siswa terhadap barang. 3. Sebagai Hiburan Seperti yang telah di jelaskan di atas bahea di sekolah dasar di ajarkan beberapa mata peljaran setiap hari. Sekurang-kurangnya empat buah mata pelajaran dalam satu hari. Pada umumnya mata pelajaran tersebut membentuk IQ. Oleh karena itu pelajaran KTK sebagai selingan untuk menghibur, menghilangkan ketegangan otak dan kelelahan dalam berpikir. Dalam mata pelajaran ini mereka bersenang-senang, gembira dan bermain sambil berkreasi. Oleh karena itu pelajaran KTK dapat mengobati kelelahan otak siswa. Hal ini sesuai dengan sifat anak-anak yaitu sengan bermain. Bagi mereka bermain merupakan kegembiraan dan kesibukan yang penting. Dalam berkarya kegiatan seni dapat menimbulkan kegembiraan. Kegembiraan anak nampak dan terlihat di sebabkan oleh keaktifan atau kesempatan anak untuk berekspresi, berlomba, melakukan eksperiman, dan berkomunikasi. Selain mendapat kegembiraan, anakanak akan mendapatkan kebahagiaan dan kepuasan batin. 4. Mengembangkan potensi yang ada dalam diri siswa. Sebenarnya dalam setiap diri manusia ada rasa seni yang di bawa sejak lahir. Hal ini kita lihat dari anak kecil yang baru saja pandai berdiri ketika mendengarkan musik mereka selalu bergoyang, berajojing. Tanpa di sadarinya pada setiap mendengar musik selalu mereka lakukan. Dan ketika mereka beranjak besar mulai pandai berkata, apabila mendengar musik mereka bersenandung dan menirukan irama lagu. Bertambah besar, ketika mereka pandai memegang pensil atau kayu, mereka selalu melakukan kegiatan mencoret-coret baik di dinding, di halaman, di kertas atau di mana saja. Hal ini membuktikan bahwa dalam diri anak ada potensi seni lukis. Namun potensi tersebut tidak terarahjan di sekolah karena kekurangn keahlian guru dalam mengajarkannya. Guru kurang memiliki keahlian dalam menggambar dan dalam bernyanyi. Oleh karena itu, mata pelajaran KTK perlu di ajarkan oleh seorang guru yang ahli.
SIMPULAN Pendidikan dan pengajaran yang di berikan di sekolah selalu mencakup tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Kesemua itu mengacu pada pembentukan IQ dan EQ. Antara IQ dan EQ hendaklah seimbang. Untuk menyeimbangkannya di perlukan pengajaran KTK dengan benar. Di antara pentingnya mata pelajaran KTK tersebut adalah : 1. menyeimbangkan otak kiri dan otak kanan, 2. membina kreativitas siswa, 3. sebagai hiburan dan, 4. mengembangkan potensi yang ada dalam diri anak. DAFTAR PUSTAKA Endang Tarjo. 2004. Strategi Belajar Mengajar. Depdikbud: Jakarta. Idris Zahara. 1981. Dasar-dasar kependidikan. Padang: Angkasa Rya. Partowisastro, Koestoer. 1983. Dinamika Dalam Psikologi Pendidikan. Jakarta: IKAPI. Rasjoyo. 1994. Pendidikan Seni Rupa. Jakarta: Erlangga. Suryosubroto. 1990. Proses Belajar Mengajar di Sekolah Dasar.Jakarta: Aksara Muharram E dan Warti Sundaryati. 1992. Pendidikan Seni. Depdikbud: Jakarta