i
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG DOKUMENTASI KEPERAWATAN DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM PENDOKUMENTASIAN PROSES KEPERAWATAN DI PUSKESMAS KARTASURA DAN PUSKESMAS BAKI
SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh : Aprilina Dian Kusumaningrum NIM. ST.13004
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
ii
ii
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN iiii STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
APRILINA DIAN KUSUMANINGRUM HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG DOKUMENTASI KEPERAWATAN DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM PENDOKUMENTASIAN PROSES KEPERAWATAN DI PUSKESMAS KARTASURA DAN PUSKESMAS BAKI Abstrak
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan harus menunjukkan sikap profesional kepada seluruh pasien yang dirawatnya. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan memandang pasien sebagai pusat perhatian. Sikap dan tingkah laku dalam memberikan pelayanan keperawatan meliputi rasa empati, kepedulian, menghargai orang lain dan tenggang rasa. Pengetahuan tinggi yang dimiliki perawat sebagai sarana mencapai profesionalisme keperawatan, melalui pengetahuannya maka keperawatan tersebut diharapkan mempercepat proses perubahan atau transisi menuju yang lebih baik Tujuan dari penelitian ini secara umum untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang dokumentasi keperawatan dengan sikap perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan di Puskesmas Kartasura Dan Puskesmas Baki Penelitian dilakukan pada perawat di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki. Analisis data dengan menggunakan uji statistik chi square dengan signifikansi 0,05. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan perawat yang bekerja di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki mayoritas termasuk kedalam kategori baik yaitu 34 orang atau 70,8 %. Sikap perawat tentang proses pendokumentasi keperawatam mayoritas masuk dalam kategori baik yaitu 36 orang atau 75 %.Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang dokumentasi keperawatan dengan sikap perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan di Puskesmas Kartasura Dan Puskesmas Baki dengan nilai chi square (c2) sebesar 13,445 lebih besar chi square tabel 5,99 dengan signifikansi 0,001 lebih kecil dari 0,05. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan pihak manajemen puskesmas dalam upaya meningkatkan kualitas perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan Kata kunci: Tingkat Pengetahuan, Sikap Perawat Daftar Pustaka : 39 (2001 – 2014)
iii
iv
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA 2015 Aprilina Dian Kusumaningrum Correlation between Nurses’ Knowledge Level of Nursing Documentation and Their Attitude on Nursing Process Documentation at Community Health Center of Kartasura and Community Health Center of Baki ABSTRACT When extending nursing care, a nurse should show his or her professional attitudes to all of the clients he or she takes care. He or she views the clients as the center of attention. The attitudes and behaviors when extending the nursing care include feeling of empathy, concern, respect for others, and tolerance. High knowledge level is a medium for him or her to achieve the nursing professionalism, and through the knowledge the nursing care extended is expected to accelerate the healing process or the transition to a better state. The objective of this research is to investigate the correlation between the nurses’ knowledge level of nursing documentation and their attitude on the nursing process documentation at Community Health Center of Kartasura and Community Health Center of Baki. This research was conducted at the two aforementioned Community Health Centers. The data of research were analyzed by using the Chi square Test at the significance level of 0.05. The result of research shows that 34 nurses (70.8%) employed at the two Community Health Centers had a good knowledge level. 34 nurses (75%) had a good attitude on the nursing process documentation. Thus, there was a correlation between the nurses’ knowledge level of nursing documentation and their attitude on the nursing process documentation at Community Health Center of Kartasura and Community Health Center of Baki as indicated by the value of Chi-square (c2) = 13.445 which was greater than the value of the Chi-square table = 5.99 with the significance level of 0.001 which was less than 0.05. Thus, the result of this research was expected to give inputs to the management of the two Community Health Centers in an effort of improving the quality of their nurses in the nursing process documentation. Keywords: Nurses, knowledge level, attitude References: 39 (2001 – 2014)
v
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul:
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG DOKUMENTASI KEPERAWATAN DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM PENDOKUMENTASIAN PROSES KEPERAWATAN DI PUSKESMAS KARTASURA DAN PUSKESMAS BAKI
Oleh Aprilina Dian Kusumaningrum NIM. ST. 13004 Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 7 Agustus 2015 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan
Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
Meri Oktariani, S.Kep., Ns., M.Kep. NIK. 200981037
Rufaida Nur Fitriana, S.Kep., Ns. NIK. 201187098
Penguji
Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep. NIK. 201279102 Surakarta, 7 Agustus 2015 Ketua Program Studi S-1 Keperawatan
Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep. NIK. 201279102
vi
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Aprilina Dian Kusumaningrum
NIM
: ST.13004
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (Sarjana), baik di STIKES Kusuma Husada Surakarta maupun di perguruan tinggi lain. 2. Skripsi ini adalah gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing dan masukan tim penguji. 3. Dalam skripsi ini tidak terdapt karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka. 4. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Surakarta,
Juli 2015
Yang membuat pernyataan,
Aprilina Dian Kusumaningrum NIM ST. 13004
vii
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdullilah puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat, Taufiq dan Hidayah-Nya, sehingga penulis berhasil menyelesaikan Skripsi dengan judul: ”Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Dokumentasi Keperawatan Dengan Sikap Perawat Dalam Pendokumentasian Proses Keperawatan di Puskesmas Kartasura dan Puskesma Baki”. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat serta para pengikutnya sampai akhir nanti. Amin. Penulisan Skripsi ini dilaksanakan dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Keperawatan di STIKES Kusuma Husada Surakarta. Pembuatan Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih kepada: 1. Drs Agnes Sri Harti, M.Si. selaku Ketua STIKES Kusuma Husada Surakarta. 2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns. M.Kep. selaku Ketua Program Studi Ilmu KeperawatanSTIKES Kusuma Husada Surakarta sekaligus selaku Penguji Skripsi. 3. Meri Oktariani, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Pembimbing Utama Skripsi ini terima kasih atas segala bantuan dan masukan bagi penulis. 4. Rufaida Nur Fitriana, S.Kep. Ns. selaku Pembimbing PendampingKusuma Husada Surakartaterima kasih atas segala bantuan dan masukan bagi penulis.
viii
5. Kepala Puskesmas Kartasura dan Baki beserta staff terutama sie Imunisasi dan KIA. 6. Seluruh staf pengajar yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu dan segenap karyawan STIKES Kusuma Husada Surakarta. 7. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu penulis baik langsung maupun tidak langsung. Akhirnya, sebagai manusia biasa penulis menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan, baik yang disengaja ataupun tidak, sehingga Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi perbaikan. Semoga Skripsi ini bermanfaat dan mendapatkan ridho dari Allah SWT. Amin. Wassalaamu ‘alaikum warrohma tullahi wabbarrokatuh.
Sukoharjo,
Juli 2015
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
iii
SURAT PERNYATAAN ................................................................................
iv
ABSTRAK .......................................................................................................
v
KATA PENGANTAR .....................................................................................
vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xiii
BAB I
PENDAHULUAN .........................................................................
1
1.1 Latar Belakang........................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................
8
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................
9
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................
9
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................
11
2.1 Tinjauan Teori ........................................................................
11
2.1.1 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) ..................
11
2.1.2 Perawat dan Keperawatan ............................................
16
2.1.3 Pendokumentasian Keperawatan .................................
19
2.1.4 Sikap.............................................................................
31
2.1.5 Pengetahuan .................................................................
36
BAB II
x
2.2 Keaslian Penelitian .................................................................
41
2.3 Kerangka Berpikir ..................................................................
42
2.4 Kerangka Konsep ...................................................................
43
2.5 Hipotesis .................................................................................
43
BAB III METODE PENELITIAN ...............................................................
44
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian..............................................
44
3.2 Populasi dan Sampel...............................................................
44
3.3 Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran ..........
45
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................
46
3.5 Alat Penelitian dan Cara Penelitian ........................................
47
3.6 Teknik Pengolatan Data dan Analisis Data ............................
51
3.7 Etika Penelitian .......................................................................
54
HASIL PENELITIAN....................................................................
56
4.1 Analisis Univariat ...................................................................
56
4.1.1 Karakteristik Responden ..............................................
56
BAB IV
4.1.2 Tingkat Pengetahuan Perawat tentang Dokumentasi
BAB V
Keperawatan.................................................................
58
4.1.3 Sikap Perawat tentang Dokumentasi Keperawatan .....
58
4.2 Analisis Bivariat .....................................................................
59
4.2.1 Analisis Chi Square......................................................
59
PEMBAHASAN ............................................................................
62
5.1 Demografi ...............................................................................
62
5.1.1 Usia ..............................................................................
62
5.1.2 Pendidikan ....................................................................
63
xi
5.2 Tingkat
Pengetahuan
Perawat
tentang
Dokumentasi
Keperawatan ...........................................................................
65
5.3 Sikap Perawat tentang Dokumentasi Keperawatan ................
67
5.4 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan tentang Dokumentasi Keperawatan dengan Sikap Perawat dalam PendokumentasianProses Keperawatan di Puskesmas Kartasura dan
BAB VI
Puskesmas Baki ......................................................................
68
PENUTUP ......................................................................................
71
6.1 Simpulan .................................................................................
71
6.2 Saran .......................................................................................
71
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Keaslian Penelitian ...................................................................
41
Tabel 3.1
Definisi Operasional ................................................................
46
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ..........................................................................................
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ................................................................................
Tabel 4.3
57
Tingkat
Pengetahuan
Perawat
tentang
57
Dokumentasi
Keperawatan.............................................................................
58
Tabel 4.4
Sikap Perawat dalam Pendokumentasian Proses Keperawatan
59
Tabel 4.5
Hubungan antara Tingkat Pengetahuan tentang Dokumentasi Keperawatan dengan Sikap Perawat dalam PendokumentasianProses Keperawatan di Puskesmas Kartasura dan
Tabel 4.6
Puskesmas Baki........................................................................
60
Hasil Uji Bivariat dengan Chi Square ......................................
60
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Keaslian Berpikir .....................................................................
42
Gambar 2.2
Kerangka Konsep Penelitian ....................................................
43
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Jadwal Penelitian
Lampiran 2
Surat Ijin Pendahuluan
Lampiran 3
Surat Ijin Penelitian
Lampiran 4
Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 5
Surat Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 6
Kuesioner
Lampiran 7
Daftar Responden
Lampiran 8
Tabulasi Tingkat Pengetahuan
Lampiran 9
Tabulasi Sikap Perawat
Lampian 10
Distribusi Frekuensi
Lampiran 11
Hasil Analisis SPSS
Lampiran 12
Lembar Konsultasi
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Menurut Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat serta didukung oleh pendapat Satrianegara (2014) dan Effendy (2008) yang telah mendefinisikan Pusat Kesehatan Masarakat atau Puskesmas adalah suatu kesatuan kesehatan fungsional
yang langsung memberikan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terintegrasi kepada masyarakat di wilayah kerja tertentu dalam usaha-usaha kesehatan pokok melalui Unit Pelayanan Teknis Daerah yang mengurusi bidang pelayanan kesehatan. Peran puskesmas adalah sebagai penanggungjawab penyelenggaraan upaya kesehatan untuk jenjang pertama diwilayah kerjanya masing-masing (Satrianegara, 2014). Demikian juga peran Puskesmas Kartasura berperan penting dalam pembangunan kesehatan, guna mencapai keberhasilannya dalam pembangunan kesehatan tersebut berbagai upaya bidang kesehatan diselenggarakan secara menyeluruh, berjenang dan terpadu di wilayah Kecamatan Kartasura. Setiap puskesmas memiliki visi dam misi, adapun visi dari Puskesmas Kartasura adalah terwujudnya Kecamatan Kartasura sehat tahun 2015 maksudnya masyarakat Kartasura hidup dalam lingkungan yang sehat dan berperilaku bersih dan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil, merata dan terjangkau serta memiliki derajat kesehatan setinggi-tingginya. Untuk 1
2
mencapai visi, ada 4 misi, yaitu menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian masyarakat untuk dapat berperilaku hidup sehat, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau, serta memelihara dan meningkatkan kesehatan
kesehatan
individu,
keluarga
dan
masyarakat
beserta
lingkungannya (Profil Puskesmas Kartasura, 2010). Setiap instansi pelayanan publik memiliki program guna menjalankan fungsi dan perannya. Program puskemas merupakan rencana komprehensif yang meliputi penggunaan sumber daya untuk masa yang akan datang dalam bentuk yang terintegrasi dan program kegiatan yang diperlukan sesuai jadwal dalam mencapai tujuan puskesmas (Satrianegara, 2014). Program Puskesmas Kartasura adalah pelayanan kesehatan kuratif, preventif, promotif dan rehabilitatif. Pelayanan kesehatan kuratif merupakan suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit,
pengurangan
penderitaan
akibat
penyakit,
pengendalian
penyakit,atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin. Pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit. Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang
lebih
mengutamakan
kegiatan
yang
bersifat
promosi
kesehatan. Pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang
3
berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya. Perkembangan dunia kesehatan saat ini, memungkinkan pelayanan yang lebih cepat bagi masyarakat dari sisi pencatatan data, pencatatan keuangan, fungsi manajemen, informasi klinis atau terkait kesehatan untuk mendukung proses diagnosis, pengobatan, pemantauan dan perawatan pasien. Oleh sebab itu peran tenaga medis atau perawat sangat penting (Nursalam, 2013). Perawat merupakan tenaga kesehatan yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia, teregister dan diberi kewenangan untuk
melaksanakan
praktik
keperawatan
sesuai
dengan
peraturan
perundang-undangan (Dermawan dan Riyadi, 2010). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI NOMOR HK.02.02/MENKES/ 148/I/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat, menjelaskan perawat dituntut untuk mampu menentukan kriteria dalam menilai
rencana
keperawatan,
menilai
tingkat
pencapaian
tujuan,
mengidentifikasi perubahan-perubahan yang diperlukan, mengevaluasi data permasalahan
keperawatan,
serta
mendokumentasikan
dalam
proses
keperawatan. Perawat perlu memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesional termasuk keterampilan teknikal dan interpersonal, hal ini guna memenuhi tuntutan dan mengikuti perkembangan yang terjadi (Sumarni, dkk, 2014). Perawat dituntut untuk mampu menentukan kriteria dalam menilai rencana
keperawatan
yaitu
dengan
menentukan
prioritas
diagnosa
4
keperawatan pasien. Perawat dituntut mampu menilai tingkat pencapaian tujuan yaitu perawat mampu menentukan kemajuan atau kurangnya kemajuan pasien kearah pencapaian tujuan. Perawat dituntut mampu mengidentifikasi perubahan-perubahan yaitu perawat meninjau kriteria hasil pasien dan mengidentifkasi indikator yang relevan guna memantau perubahan status kesehatan pasien (Christensen and Kenny, 2009) Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan kesehatan yang tersedia selama 24 jam secara berkelanjutan selama masa perawatan pasien. Dengan demikian pelayanan keperawatan memegang peranan penting dalam upaya menjaga dan meningkatkan kualitas pelayanan di puskesmas ataupun rumah sakit (Dermawan, 2012). Proses pelayanan keperawatan kepada pasien selama 24 diperlukan suatu pendokumentasian keperawatan. Dokumentasi keperawatan tidak hanya merupakan dokumen sah tetapi juga instrumen untuk melindungi pasien, dan perawat secara sah. Dokumentasi merupakan suatu informasi lengkap meliputi status kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan keperawatan serta respons pasien terhadap asuhan yang diterimanya (Dermawan, 2012). Dengan demikian dokumentasi keperawatan mempunyai porsi yang besar dari catatan klinis pasien yang menginformasikan faktor tertentu atau siatusi yang terjadi selama asuhan dilaksanakan. Oleh karena itu, perawat diharapkan dapat bekerja sesuai dengan standar profesional (SEA-NURS, 2003). Catatan pasien berisikan informasi yang mengidentifikasi masalah, diagnosa keperawatan dan medik, respons pasien terhadap asuhan
5
keperawatan yang diberikan dan respon terhadap pengobatan serta berisi beberapa rencana untuk intervensi lebih lanjutan (Dermawan, 2012). Selain itu dokumentasi asuhan keperawatan juga merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan asuhan keperawatan yang berguna untuk kepentingan pasien, perawat dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis sesuai dengan tanggung jawab perawat (Nursalam, 2013). Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan harus menunjukkan sikap profesional kepada seluruh pasien yang dirawatnya. Sikap merupakan konsep paling penting dalam psikologi sosial yang membahas unsur sikap baik sebagai perawat (Wawan dan Dewi, 2010). Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek (Sunaryo, 2013). Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan memandang pasien sebagai pusat perhatian. Sikap dan tingkah laku dalam memberikan pelayanan keperawatan meliputi rasa empati, kepedulian, menghargai orang lain dan tenggang rasa. Pemahaman perawat tentang nilai, klien, dan profesional akan sangat membantu dalam proses pelayanan kesehatan atau yang lainnya (Wawan dan Dewi, 2010). Perawat bertanggung jawab atas pelayanan kesehatan pasien selama duapuluh empat jam, maka sikap dan perilakunya berpengaruh terhadap persepsi pasien terhadap dirinya (Gaffar, 2009). Selain sikap perawat terhadap faktor lain yang berhubungan dengan proses pendokumentasian keperawatan yaitu pengetahuan yang dimiliki
6
perawat itu sendiri. Pengetahuan tinggi yang dimiliki perawat sebagai sarana mencapai profesionalisme keperawatan, melalui pengetahuannya maka keperawatan tersebut diharapkan mempercepat proses perubahan atau transisi menuju yang lebih baik (Nursalam, 2013). Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula (Wawan dan Dewi, 2010). Kinerja perawat dalam melakukan dokumentasian tentu tidak terlepas dari tingkat pengetahuannya terhadap sistem pendokumentasian keperawatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa kinerja seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan tersebut antara lain, yaitu pendidikan, pengalaman, pelatihan, dan lingkungan (Notoatmodjo, 2007).
Begitu pula pengetahuan perawat terhadap
dokumentasi keperawatan yang dapat dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan
perawat,
pengalaman
perawat,
pelatihan
terkait
pendokumentasian yang pernah diikuti, dan juga lingkungan tempat perawat tinggal atau bekerja (Dermawan, 2012). Berdasarkan
hasil
studi
pendahuluan
dilihat
dalam
upaya
pengembangan kesehatan masyarakat, pengetahuan dan keterampilan perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian dirasakan belum optimal. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa perawat di Puskesmas Kartasura dan
7
Puskesmas Baki dengan tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Studi pendahuluan ini dilakukan lima orang perawat Puskesmas Kartasura dan 5 perawat rawat inap di Puskesmas Baki, keseluruhan berpendidikan tingkat Sekolah Perawat Kesehatan. Kemampuan perawat Puskesmas Kartasura dalam proses pendokumentasian diketahui 2 perawat yang belum memahami tentang dokumentasi keperawatan seperti mengenai dasar-dasar dokumentasi keperawatan. Sedangkan perawat Puskesmas Baki diketahui ada 3 perawat yang
kurangnya
kesadaran
perawat
akan
pentingnya
dokumentasi
keperawatan menyebabkan pencatatan terkadang tidak lengkap. Menurut Dermawan (2012) kesalahan dalam membuat atau pengisian dokumentasi yang tidak lengkap akan membuat informasi tentang riwayat pasien menjadi kabur. Berdasarkan temuan hasil studi pendahuluan ini peneliti tertarik untuk mengetahui
tingkat
keperawatan
serta
pengetahuan dikaitkan
perawat
dengan
tentang pendokumentasian
sikap
perawat
Sumarni,
et
dalam
proses
pelaksanaannya. Berdasarkan
hasil
penelitian
al
(2014)
telah
menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan perawat terhadap tindakan pendokumentasian keperawatan. Andryani (2012) menemukan ada hubungan antara pengetahuan perawat dengan diagnosa keperawatan pasien hipertensi serta sikap perawat dengan diagnosa keperawatan pasien hipertensi. Zakiyah (2011) dalam hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap dan pendidikan perawat berpengaruh terhadap praktik pendokumentasian asuhan keperawatan.
8
Perawat yang mempunyai sikap baik dan perawat dengan latar belakang pendidikan keperawatan cenderung melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan dengan baik (Sumarni, dkk. 2014). Perawat yang mempunyai sikap yang baik akan berfikir dan dan mempunyai keyakinan bahwa dirinya harus bekerja dengan baik. Pendidikan dapat meningkatkan kemampuan dan kualitas seseorang, sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi
pula keinginan untuk
mengaplikasikan pengetahuannya dalam bekerja (Nursalam, 2013). Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara tingkat pengetahuan tentang dokumentasi keperawatan dengan sikap perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki.
1.2. Rumusan Masalah Kemampuan perawat dalam melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan masih rendah, hal ini disebabkan karena pengetahuan dan sikap perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan belum sepenuhnya optimal. Kegiatan pendokumentasian keperawatan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : tingkat pendidikan, pengalaman, pengetahuan, dan pelatihan dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka rumusan masalahnya sebagai berikut : “Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang dokumentasi keperawatan
9
dengan sikap perawat dalam pendokumentasian proses
keperawatan di
Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki?”.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Mempelajari hubungan antara tingkat pengetahuan tentang dokumentasi
keperawatan
dengan
sikap
perawat
dalam
pendokumentasian proses keperawatan di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan perawat tentang dokumentasi keperawatan di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki. 2. Untuk mengetahui gambaran sikap perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki. 3. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang dokumentasi
keperawatan
dengan
sikap
perawat
dalam
pendokumentasian proses keperawatan di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki. 1.4. Manfaat Penelitian Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi pihak perawat dalam pengambilan keputusan guna menentukan sikap dalam pendokumentasian proses keperawatan. Bagi pihak lain, diharapkan dapat
10
membantu pihak lain dalam penyajian informasi untuk mengadakan penelitian serupa. Manfaat hasil penelitian ini diantaranya adalah: 1.4.1. Bagi Puskesmas Sebagai bahan masukan bagi instansi pelayanan kesehatan khususnya Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki tentang pentingnya pendokumentasian
proses
keperawatan
guna
menjaga
dan
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. 1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan Dapat digunakan sebagai sumber bacaan penelitian selanjutnya untuk meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan khususnya tentang pendokumentasian proses keperawatan. 1.4.3. Bagi Peneliti Lain Bagi peneliti lain melakukan penelitian lanjut dengan menambahkan faktor selain pengetahuan yang berhubungan dengan sikap perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan. 1.4.4. Bagi Manajemen Puskesmas Sesuai
dengan
wewenang
yang
dimiliki
puskesmas
dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan kesehatan maka diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas, diharapkan penelitian ini memberikan masukan pihak manajemen puskesmas dalam meningkatkan kualitas pegawai baik medis maupun non medis khususnya perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) 2.1.1.1 Definisi Ada beberapa pendapat yang mendefinisikan hampir sama tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) diantaranya Azwar (2008) puskesmas adalah unit pelaksanaan fungsional
yang
berfungsi
sebagai
pusat
pembangunan
kesehatan, pusat pembinaan masyarakat, serta sebagai pusat pelayanan kesehatan, tingkat pertama untuk masyarakat di wilayah
kerjanya
yang
dalam
melaksanakan
berbagai
kegiatannya diselenggarakan secara menyeluruh dan terpadu. Menurut Satrianegara (2014) puskesmas adalah suatu kesatuan kesehatan fungsional yang merupakan pengembangan kesehatan masyarakat
masyarakat disamping
yang
juga
membina
memberikan
peranserta
pelayanan
secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat pada Ketentuan Umum disebutkan Puskesmas
adalah
fasilitas
pelayanan
kesehatan
yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya 11
12
kesehatan
perseorangan
tingkat
pertama,
dengan
lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa puskesmas
adalah
suatu
kesatuan
organisasi
kesehatan
fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan teradu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. 2.1.1.2 Tujuan dan Tugas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas, pembangunan kesehatan yang
diselenggarakan
di
Puskesmas
bertujuan
untuk
mewujudkan masyarakat yang: 1. memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat; 2. mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu 3. hidup dalam lingkungan sehat; dan 4. memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014, Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan
13
kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. 2.1.1.3 Fungsi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas merumuskan fungsi Puskesmas adalah penyelenggaraan unit kesehatan masyarakat tingkat pertama di wilayah kerjanya dan penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya. Dalam menyelenggarakan fungsi, Puskesmas berwenang untuk: 1. melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan; 2. melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan; 3. melaksanakan
komunikasi,
informasi,
edukasi,
dan
pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan; 4. menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain terkait; 5. melaksanakan
pembinaan
teknis
terhadap
jaringan
pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat; 6. melaksanakan
peningkatan
manusia Puskesmas;
kompetensi
sumber
daya
14
7. memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan; 8. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan; dan 9. memberikan masyarakat,
rekomendasi termasuk
terkait dukungan
masalah
kesehatan
terhadap
sistem
kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 menjelaskan dalam menyelenggarakan fungsinya, Puskesmas berwenang untuk: 1. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif, berkesinambungan dan bermutu; 2. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan preventif; 3. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat; 4. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung; 5. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja sama inter dan antar profesi; 6. melaksanakan rekam medis; 7. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses Pelayanan Kesehatan;
15
8. melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan; 9. mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan 10. melaksanakan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan Sistem Rujukan. 2.1.1.4 Ruang Lingkup Pelayanan Menurut Satrianegara (2014) pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan yang menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif
(upaya
pencegahan),
promotif
(peningkatan
kesehatan), dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Menurut Efendi dan Makhfudli (2009) pelayanan kesehatan
kuratif
serangkaian
merupakan
kegiatan
penyembuhan
suatu
pengobatan
penyakit,
kegiatan
yang
pengurangan
dan/atau
ditujukan
untuk
penderitaan
akibat
penyakit, pengendalian penyakit,atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin. Menurut Efendi dan Makhfudli (2009) pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu
masalah
kesehatan/
penyakit. Pelayanan
kesehatan
promotif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan. Pelayanan kesehatan rehabilitatif
16
adalah kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya. 2.1.2 Perawat dan Keperawatan 2.1.2.1 Pengertian Perawat Menurut Gaffar (2009) perawat (nurse) berasal dari bahasa latin yaitu kata nutrix yang berarti merawat atau memelihara. Kusnanto (2008) mendefinisikan perawat adalah seseorang (seorang profesional) yang mempunyai kemampuan, tanggung jawab dan kewenangan melaksanakan pelayanan/ asuhan
keperawatan
pada
berbagai
jenjang
pelayanan
keperawatan. Suwignyo (2007) mengartikan perawat adalah suatu
profesi
yang
mempunyai
fungsi
autonomi
yang
didefinisikan sebagai fungsi profesional keperawatan yaitu membantu mengenali dan menemukan kebutuhan pasien yang bersifat segera. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perawat adalah tenaga kesehatan yang secara langsung berhubungan dengan pasien. 2.1.2.2 Fungsi Perawat Menurut Notoatmodjo (2007) fungsi adalah suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan perannya, fungsi dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada. Gaffar (2009) menjelaskan fungsi perawat dalam melakukan pengkajian pada
17
individu sehat maupun sakit dimana segala aktifitas yang di lakukan berguna untuk pemulihan. Menurut Gaffar (2009) terdapat 3 fungsi perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan pada pasien, yaitu: 1. Fungsi Independen Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan
dan
elektrolit,
pemenuhan
kebutuhan
nutrisi,
pemenuhan kebutuhan aktivitas dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri. 2. Fungsi Dependen Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini biasanya silakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.
18
3. Fungsi Interdependen Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan di antara satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyai penyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari
dokter
ataupun
lainnya,
seperti
dokter
dalam
memberikan tindakan pengobatan bekerjasama dengan perawat dalam pemantauan reaksi onat yang telah diberikan. 2.1.2.3 Pengertian Keperawatan Menurut Nursalam (2013) keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional berupa pemenuhan kebutuhan dasar yang diberikan kepada individu yang sehat maupun sakit yang mengalamí gangguan fisik, psikis, dan sosial agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. Bentuk pemenuhan kebutuhan dasar dapat berupa meningkatkan kemampuan yang ada pada individu, mencegah, memperbaiki, dan melakukan rehabilitasi dari suatu keadaan yang dipersepsikan sakit oleh individu. Dermawan dan Riyadi (2010) mengartikan keperawatan adalah pelayanan profesional yang merupakan bagian integral
19
dari
pelayanan
kesehatan.
Asmadi
(2008)
mengartikan
keperawatan adalah bantuan bagi umat manusia yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan yang optimal. Berdasarkan pendapat di atas disimpulkan keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan profesional bagian integral dari layanan kesehatan berbasis ilmu dan kiat keperawatan
berbentuk
komprehensif
yang
layanan
bertujuan
bio-psiko-sosio-spiritual
bagi
individu,
keluarga,
kelompok, masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup keseluruhan proses kehidupan manusia. 2.1.3 Pendokumentasian Keperawatan 2.1.3.1 Pengertian Dokumen adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum. Pendokumentasian adalah pekerjaan mencatat atau merekam peristiwa dan objek maupun aktivitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting (Dermawan, 2012). Pendokumentasian dalam keperawatan mencakup informasi lengkap tentang status kesehatan
pasien,
kebutuhan
pasien,
kegiatan
asuhan
keperawatan serta respon pasien terhadap asuhan yang diterimanya (Nursalam, 2013). Dokumentasi keperawatan adalah catatan yang memuat seluruh informasi yang dibutukan untuk menentukan diagnosis keperawatan, menyusun rencana keperawatan, melaksanakan
20
dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang disusun secara sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan hukum (Mitsha, 2009). 2.1.3.2 Tujuan Menurut
Dermawan
(2012)
tujuan
dari
dokumentasi
keperawatan sebagai berikut: 1. Sebagai sarana komunikasi a. Membantu
koordinasi
asuhan
keperawatan
yang
diberikan oleh tim kesehatan. b. Mencegah informasi yang berulang terhadap pasien atau anggota tim kesehatan atau mencegah tumpang tindih, bahkan sama sekali tidak dilakukan untuk mengurangi kesalahan
dan
meningkatkan
ketelitian
dalam
memberikan asuhan keperawatan. c. Membantu tim perawat dalam menggunakan waktu sebaik-baiknya. 2. Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat Sebagai upaya melindungi pasien terhadap kualitas pelayanan keperawatan yang diterima dan perlindungan terhadap keamanan perawat dalam melaksanakan tugasnya, maka perawat diharuskan mencatat segala tindakan yang dilakukan terhadap pasien. Hal ini penting berkaitan dengan langkah antisipasi terhadap ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan dan kaitannya dengan aspek
21
hukum yang dapat dijadikan setle concern, artinya dokumentasi
dapat
digunakan
untuk
menjawab
ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diterima secara hukum. 3. Sebagai informasi statistik Data
statistik
dari
dokumentasi
keperawatan
dapat
membantu merencanakan kebutuhan di masa mendatang baik SDM, sarana, prasarana dan teknis. 4. Sebagai sarana pendidikan Dokumentasi asuhan keperawatan dilaksanakan secara baik dalam
proses
belajar
mengajar
untuk
mendapatkan
pengetahuan dan membandingkannya, baik teori maupun praktik lapangan. 5. Sebagai sumber data penelitian Informasi yang ditulis dalam dokumentasi dapat digunakan sebagai sumber data penelitian. Hal ini erat kaitannya
dengan
yang
dilakukan
terhadap
asuhan
keperawatan yang diberikan, sehingga melalui penelitian dapat diciptakan satu bentuk pelayanan keperawatan dan kebidanan yang aman, efektif dan etis. 6. Sebagai jaminan kualitas pelayanan kesehatan Melalui dokumentasi yang dilakukan dengan baik dan benar, diharapkan asuhan keperawatan yang berkualitas
22
dapat dicapai, karena jaminan kualitas merupakan bagian dari program pengembangan pelayanan kesehatan. 7. Sebagai sumber data perencanaan asuhan keperawatan berkelanjutan Dokumentasi akan didapatkan data yang aktual dan konsisten mencakup seluruh kegiatan keperawatan yang dilakukan melalui tahapan kegiatan proses keperawatan. 2.1.3.3 Manfaat dan Pentingnya Menurut
Dermawan
(2012)
dokumentasi
keperawatan
mempunyai makna penting bila dilihat dari berbagai aspek: 1. Hukum Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan profesi keperawatan, di mana perawat sebagai pemberi jasa dan pasien sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi diperlukan sewaktu-waktu. Dokumentasi tersebut dapat dipergunakans ebagai barang bukti di pengadilan. 2. Jaminan mutu (kualitas pelayanan) Pencatatan data pasien yang lengkap dan akurat, akan memberikan kemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah pasien, hal ini akan membantu meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. 3. Komunikasi Dokumentasi keadaan pasien merupakan alat perekam terhadap masalah yang berkaitan dengan pasien. Perawat
23
atau tenaga kesehatan lain akan bisa melihat catatan yang ada dan sebagai alat komunikasi yang dijadikan pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan. 4. Keuangan Semua tindakan keperawatan yang belum, sedang, dan telah diberikan dicatat dengan lengkap dan dapat digunakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya keperawatan. 5. Pendidikan Isi pendokumentasian menyangkut kronologis dari kegiatan asuhan keperawatan yang dapat digunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi keperawatan. 6. Penelitian Data yang terdapat dalam dokumentoasi keperawatan mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan atau objek riset dan pengembangan profesi keperawatan. 7. Akreditasi Melalui dokumentasi keperawatan dapat dilihat sejauhmana peran dan fungsi keperawatan dalam memberikan askep kepada pasien. 2.1.3.4 Tahapan Dokumentasi Keperawatan Menurut Potter dan Perry (2010) proses keperawatan merupakan pendekatan untuk pemecahan masalah yang
24
memampukan perawat untuk mengatur dan memberikan asuhan keperawatan. Ada 5 langkah proses asuhan keperawatan, yaitu : 1. Pengkajian Menurut Potter dan Perry (2010) langkah pertama dari proses keperawatan yaitu pengkajian, dimulai perawat menerapkan
pengetahuan
dan
pengalaman
untuk
mengumpulkan data tentang pasien. Pengkajian dan pendokumentasian yang lengkap tentang kebutuhan pasien dapat meningkatkan efektivitas asuhan keperawatan yang diberikan, melalui hal-hal berikut: a. Menggambarkan kebutuhan pasien untuk membuat diagnosis keperawatan dan menetapkan prioritas yang akurat sehingga perawat juga dapat menggunakan waktunya dengan lebih efektif. b. Memfasilitasi perencanaan intervensi. c. Menggambarkan kebutuhan keluarga dan menunjukkan dengan tepat faktor-faktor yang akan meningkatkan pemulihan pasien dan memperbaiki perencanaan pulang. d. Memenuhi obligasi profesional dengan mendokumentasikan informasi pengkajian yang bersifat penting. 2. Diagnosa Keperawatan Menurut
Potter
dan
Perry
(2010)
diagnosa
keperawatan adalah proses menganalisis data subjektif dan
25
objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan melibatkan proses berpikir kompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medik, dan pemberi pelayanan kesehatan lain. Adapun tahapannya: a. Menganalisis dan menginterpretasi data. b. Mengidentifikasi masalah klien. c. Merumuskan diagnosa keperawatan. d. Mendokumentasikan diagnosa keperawatan. 3. Perencanaan Menurut Potter dan Perry (2010) perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. Adapun tahapannya, yaitu : a. Mengidentifikasi tujuan klien. b. Menetapkan hasil yang diperkirakan. c. Memilih tindakan keperawatan. d. Mendelegasikan tindakan. e. Menuliskan rencana asuhan keperawatan 4. Implementasi Menurut Potter dan Perry (2010) implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
26
diperlukan
untuk
mencapai
tujuan
dan
hasil
yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan. Tahapannya yaitu : a. Mengkaji kembali klien/pasien. b. Menelaah dan memodifikasi rencana perawatan yang sudah ada. c. Melakukan tindakan keperawatan. 5. Evaluasi Menurut Potter dan Perry (2010) langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien terhadap tindakan
keperawatan
dan
kemajuan
klien
kearah
pencapaian tujuan. Adapun tahapannya, yaitu : a. Membandingkan respon klien dengan kriteria. b. Menganalisis alasan untuk hasil dan konklusi. c. Memodifikasi rencana asuhan. d. Syarat Dokumentasi Keperawatan 2.1.3.5 Peran Perawat dalam Pedokumentasian Proses Keperawatan Peran perawat sebagaimana kita ketahui adalah salah satunya dokumentasi sebagai pertanggungjawaban keperawatan, Akan tetapi akhir-akhir ini tanggung jawab perawat tehadap dokumentasi sudah berubah, Akibatnya, isi dan fokus dari dokumentasi telah dimodifikasi, oleh karena perubahan tersebut, maka perawat perlu menyusun suatu model dokumentasi yang
27
baru, lebih efisien dan lebih bermakna dalam pencatatan dan penyimpanannya, Komponen yang digunakan mencakup tiga aspek (Christence and Kenny, 2009): 1. Komunikasi Kapan saja perawat melihat pencatatan kesehatan, perawat memberi dan menerima pendapat dan pemikiran, Lebih efektif penyaluran ide tersebut, perawat memerlukan keterampilan
dalam
menulis.
Semakin
kompleknya
pelayanan keperawatan, peningkatan kualitas keperawatan, perawat tidak hanya dituntut untuk meningkatkan mutu pelayanan, tetapi dituntut untuk dapat mendokumentasikan secara benar. Keterampilan dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang dan yang akan dikerjakan oleh perawat. 2. Proses Keperawatan Perawat memerlukan keterampilan dalam mencatat proses keperawatan yang merupakan metode yang tepat untuk pengambilan keputusan yang sistematis, problema solving dan riset lebih lanjut, format proses keperawatan merupakan kerangka atau dasar keputusan dan tindakan termasuk juga pencatatan hasil berfikir dan tindakan keperawatan. Pengkajian ulang dan evaluasi respon klien
28
terhadap tindakan keperawatan medis dapat sebagai petunjuk dan kesinambungan dalam proases keperawatan, dan dapat sebagai petunjuk adanya perubahan dari setiap tahap. Pendokumentasian proses keperawatan yang efektif adalah dengan penggunaan standar terminologi (pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi). 3. Standar Dokumentasi Perawat memerlukan standar dokumentasi memperkuat pola pencatatan, sebagai petunjuk/pedoman praktik pendokumentasian dalam memberikan tindakan keperawatan. 2.1.3.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi Perawat dalam Pendokumentasian Proses Keperawatan Pendokumentasian proses keperawatan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting, karena dapat menjadi bukti bahwa segala tindakan perawat telah dilaksanakan secara profesional dan legal sehingga dapat melindungi klien selaku penerima jasa pelayanan dan perawat selaku pemberi jasa pelayanan keperawatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan, adalah (Prihartin, 2007): 1. Karakteristik perawat a. Tingkat pendidikan Latar belakang pendidikan mempengaruhi pendokumentasian proses keperawatan. Saat ini pendidikan perawat dituntut minimal tingkat sarjana.
29
b. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan
perawat
pendidikan
tambahan
yang tinggi tentang
dan
mendapat
pendokumentasian
keperawatan akan lebih trampil dalam mendokumentasikan proses keperawatan dibandingkan yang hanya mengandalkan ilmu pendidikan formal tanpa diperdalam lebih lanjut. c. Pengalaman Perawat
yang
lama
bekerja
bidang
keperawatan
pengalaman banyak dalam keperawatan lebih trampil dalam mendokumentasikan proses keperawatan, karena sudah terbiasa dengan masalah yang ditemukan sehingga untuk menuangkannya dalam bentuk tulisan lebih mudah. d. Sikap perawat Sikap
perawat
tentang
pendokumentasian
proses
keperawatan sangat diperlukan dalam keberhasilan dokumentasi keperawatan, karena perawat yang tidak memperhatikan standar dokumentasi keperawatan yang baik menjadi faktor penyulit pencapaian dokumentasi yang memuaskan yang dapat dijadikan bahan rujukan bagi profesi kesehatan lain.
30
2. Faktor Lingkungan a. Waktu Seringkali perawat menghabiskan waktu 35 – 40 menit untuk pencatatan per shift. Logisnya, keparahan kondisi pasien akan menentukan pencatatan. Pada kenyataannya, perawat menghabiskan paling banyak waktunya dalam pencatatan duplikatif, pengulangan perawatan rutin dan observasi. Akibatnya, tertalu sering observasi atau dialog spesifik
yang
signifikan
tidak
tercatat
karena
keterbatasan waktu. b. Penghargaan Penghargaan dari pengelola serta lingkungan kerja diperlukan
untuk
meningkatkan
motivasi
perawat
melaksanakan dokumentasi keperawatan. c. Fasilitas Penyediaan fasilitas pendokumentasian berupa formulis pendokumentasian
yang
tidak
rumit
dan
mem-
bingungkan, membantu perawat dalam melakukan dokumentasi proses keperawatan. d. Beban kerja Beban kerja yang terlalu tinggi menyebabkan perawat tidak
punya
waktu
dokumentasi keperawatan.
lagi
untuk
melaksanakan
31
e. Supervisi/Pengawasan Supervisi diperlukan untuk memantau/menilai hasil dokumentasi dan memberikan pengarahan atas pendokumentasian yang dilakukan. 2.1.4 Sikap 2.1.4.1 Pengertian Menurut Azwar (2012) sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Wawan dan Dewi (2011) mengartikan sikap (attitude) merupakan konsep paling penting dalam psikologi sosial yang membahas unsur sikap baik sebagai individu maupun kelompok. Notoatmodjo (2007) mengartikan sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. 2.1.4.2 Komponen Sikap Menurut Notoatmodjo (2007) sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu: (1) keyakinan ide dan konsep terhadap objek (2) kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap objek, dan (3) kecenderungan bertindak (trend to behave). Ketiga komponen ini secara bersma-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Menurut Wawan dan Dewi (2011)
32
struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu: 1. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan terutama apabila menyangkut masalah yang kontroversial. 2. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan
aspek
paling
penting
bertahan
terhadap
pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. 3. Komponen
konatif
merupakan
aspek
kecenderungan
berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang Berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. 2.1.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Menurut
Wawan
dan
Dewi
(2011)
faktor-faktor
yang
mempengaruhi terbentuknya sikap: 1. Pengalaman pribadi Pengalaman pribadi merupakan dasar pembentukan sikap karena telah meninggalkan kesan yang kuat.
33
2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting Seseorang cenderung memiliki sikap konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. 3. Pengaruh kebudayaan Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah. 4. Media massa Pemberitaan media massa dalam pemberitaan disampaikan secara obyektif yang seharusnya secara faktual, sehingga mengakibatkan pengaruh terhadap sikap seseorang. 5. Lembaga pendidikan dan agama Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika konsep tersebut mempengaruhi sikap. 6. Emosional Kadang kala sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. 2.1.4.4 Tingkatan Sikap Menurut Azwar (2012), menguraikan beberapa tingkatan sikap diantaranya: 1. Menerima (receving) Menerima, diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang di berikan (objek). Misalnya
34
sikap orang terhadap dapat dilihat dari kesadaran dan perbuatan terhadap ceramah-ceramah. 2. Merespon (Responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang di berikan adalah suatu indikasi dari sikap, karena mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut. 3. Menghargai (Valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah. Adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya: seorang ibu yang mengajak ibu yang lain (tetangganya, saudaranya dan sebagainya) untuk pergi pergi menimbangkan anaknya ke Posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak. 4. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah menunjukkan siakp yang paling tinggi, misalnya: seorang ibu mau menjadi apseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri. Sikap mungkin terarah pada benda, orang, tetapi juga peristiwa pandangan, lembaga, norma dan nilai.
35
2.1.4.5 Pengukuran Sikap Menurut Azwar (2013) dijelaskan salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku seseorang adalah masalah pengungkapan (assessment) atau pengukuran (measurement) sikap. Sikap merupakan respon evaluatif yang dapat berbentuk positif maupun negatif. Hal ini berarti bahwa dalam sikap terkandung adanya preferensi atau rasa suka tak suka terhadap suatu objek sikap. Berdasarkan pendapat Sunaryo (2014) penelitian sikap ini menggunakan skala Likert dikenal dengan teknik Summated Ratings yaitu pengukuran sikap dimana subjek diminta untuk mengindikasikan
tingkat
kesetujuan
atau
ketidaksetujuan
terhadap masing-masing pernyataan. Sesuai pendapat Azwar (2013) proses pengungkapan sikap merupakan proses yang rentan terhadap berbagai kemungkinan kesalahan dikarenakan sikap itu sendiri merupakan suatu konstrak hipotetik atau konsep psikologis yang tidak mudah untuk dirumuskan secara operaisonal.
Oleh
karena
itulah,
untuk
mengurangi
kemungkinan adanya kesalahan pengukuran skala sikap harus dirancang
dengan
sungguh-sungguh
dan
ditulis
dengan
mengikuti kaidah penyusunan yang berlaku. Menurut Azwar (2014) pengukuran sikap seseorang berdasarkan respon positif (favorable). Bida dalam suatu skala terdapat sebanyak k item, maka skor individu akan bergerak
36
antara (1 x k = k) sampai dengan (5 x k = 5k). Makin mendekati 5k maka skor individu dapat diinterpretasikan semakin positif atau semakin favorable. Sebaliknya, semakin mendekati k maka sikapnya semakin negatif atau semakin tak favorable. 2.1.5 Pengetahuan 2.1.5.1 Pengertian Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Ngatimin (2010) menjelaskan pengetahuan adalah sebagai ingatan atas bahan-bahan yang telah dipelajari dan mungkin ini menyangkut tentang mengikat kembali sekumpulan bahan yang luas dari hal-hal yang terperinci oleh teori, tetapi apa yang diberikan menggunakan ingatan akan keterangan yang sesuai. Pudjawidjana (2005) mengartikan pengetahuan adalah reaksi dari manusia atas rangsangannya oleh alam sekitar melalui
persentuhan
melalui
objek
dengan
indera
dan
pengetahuan merupakan hasil yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan sebuah objek tertentu. Beberapa
pengertian
pengetahuan
di
atas
dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui yang diperoleh dari persentuhan panca indera terhadap objek tertentu. Pengetahuan pada dasarnya merupakan
37
hasil dari proses melihat, mendengar, merasakan, dan berfikir yang menjadi dasar manusia dan bersikap dan bertindak. 2.1.5.2 Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007) secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu): 1. Tahu (know) Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan. 2. Memahami (comprehension) Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. 3. Aplikasi (application) Aplikasi
diartikan
apabila
orang
yang
telah
memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. 4. Analisis (analysis) Analisis
adalah
kemampuan
seseorang
untuk
menjabarkan dan / atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam
38
suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah membedakan atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram terhadap pengetahuan atas objek tersebut. 5. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang merangkum/meletakkan satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. 6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau normanorma yang berlaku di masyarakat. 2.1.5.3 Cara Memperoleh Pengetahuan Menurut
Wawan
dan
Dewi
(2011)
cara
memperoleh
pengetahuan yaitu: 1. Cara kuno a. Cara coba salah (trial and error) Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila
39
kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba lagi sampai masalah itu dapat dipecahkan. b. Cara kekuasaan atau otoritas Pengetahuan yang bersumber dari pimpinan yang berkuasa memiliki otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu
atau
membuktikan
kebenarannya
baik
berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri. c. Berdasarkan pengalaman pribadi Upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu. 2. Cara modern Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau metodologi penelitian. 2.1.5.4 Pengukuran Pengetahuan Menurut Nursalam (2013) pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian atau responden. Arikunto (2006) menjelaskan kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatannya yaitu: Tingkat pengetahuan baik bila skor
: 76 % - 100 %
Tingkat pengetahuan cukup bila skor
: 56 % -75 %
Tingkat pengetahuan kurang bila skor
: < 56%
40
2.1.5.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Wawan dan Dewi (2011) faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan yaitu: 1. Faktor Internal a. Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberkan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat
dan
mengisi
kehidupan
untuk
mencapai
keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk
mendapat
informasi
seperti
hal-hal
yang
menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. b. Pekerjaan Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama
untuk
menunjang
kehidupannya
dan
keluarganya. c. Umur Umur dapat mempengaruhi seseorang, semakin cukup umur tingkat kemampuan, kematangan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan menerima informasi. 2. Faktor Eksternal a. Faktor lingkungan Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar
manusia
dan
pengaruhnya
yang
dapat
41
mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. b. Sosial budaya Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
2.2 Keaslian Penelitian Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan: Tabel 2.1 Keaslian Penelitian Peneliti Sumarni, Utami, Elita (2014)
Judul Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Perawat tentang Pemberian Obat terhadap Tindakan Pendokumentasian Keperawatan
Metode Dekriptif korelasi Pendekatan cross sectional
Adryani, Irmayani, Kadir (2012)
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Perawat dalam Diagnosa Keperawatan pada Pasien Hipertensi di Instalasi Rawat Inap Lontara I RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makasar Hubungan Sikap dan Karakteristik Perawat dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Umum Sidoharjo
Metode non eksperimen Pendekatan cross sectional study
Zakiyah (2011)
Metode cross sectional
Hasil Penelitian Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan perawat terhadap tindakan pendokumentasian keperawatan. Ada hubungan yang signifikan antara sikap perawat terhadap tindakan pendokumentasian keperawatan. Ada hubungan antara pengetahuan perawat dengan diagnosa keperawatan pasien hipertensi serta sikap perawat dengan diagnosa keperawatan pasien hipertensi.
Ada hubungan antara sikap dan tingkat pendidikan perawat dengan pendokumentasian asuhan keperawatan.
42
2.3 Kerangka Berpikir Faktor-faktor yang mempengaruhi :
Faktor-faktor yang mempengaruhi : -
- Pengalaman pribadi - Pengaruh orang lain yang dianggap penting - Pengaruh kebudayaan - Media massa - Pendidikan dan agama - Emosional
Pendidikan Pekerjaan Umur Lingkungan Sosial budaya
Tingkat Pengetahuan
-
-
Sikap
Komponen Pengetahuan: Pengertian Tujuan Manfaat Tahapan dokumentasi : Pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, evaluasi Peran perawat pendokumentasian
-
Komponen Sikap: Menerima Merespon Menghargai Bertanggung jawab
Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber: Suwignyo (2007), Prihartin (2007) Potter dan Perry (2010), Azwar (2007), Wawan dan Dewi (2011)
43
2.4 Kerangka Konsep Variabel Independen
Variabel Dependen
Tingkat Pengetahuan Perawat
Sikap Perawat
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
2.5 Hipotesis Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Menurut Arikunto (2012) hipotesis nol (H0) sering disebut hipotesis statistik, karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji dengan perhitungan statistik. Hipotesis nol menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel atau tidak adanya hubungan variabel X dengan Y. Menurut Arikunto (2012) hipotesis kerja (Ha) sering disebut sebagai hipotesis alternatif yang menyatakan adanya hubungan antara variabel X dengan variabel Y atau adanya perbedaan antara dua kelompok. Ho :
Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang dokumentasi keperawatan dengan sikap perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki.
Ha :
Ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang dokumentasi keperawatan dengan sikap perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki.
44
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Menurut Arikunto (2012) deskriptif kuantitatif adalah untuk mengetahui gambaran masing-masing variabel dan mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel yang diteliti. Pendekatan yang digunakan adalah cross sectional. Menurut Notoatmodjo (2012) pendekanan cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat. Sebagai variabel independen adalah tingkat pengetahuan perawat tentang dokumentasi keperawatan dan variabel dependen adalah sikap perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan.
3.2 Populasi dan Sampel Sugiyono (2007) menjelaskan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas; obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, sedangkan Arikunto (2010) menjelaskan populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Populasi yang digunakan peneliti adalah perawat di Puskesmas Kartasura yaitu 24 orang dan perawat Puskesmas Baki yang berjumlah 24 orang.
44
45
Arikunto (2010) menjelaskan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, sedangkan Hidayat (2011) menjelaskan sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Pengambilan sampel penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki sejumlah 48 orang dengan teknik total sampling
adalah teknik
penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2007). Dari data di atas maka peneliti menentukan kriteria inklusi sebagai berikut: Kriteria inklusi yaitu karakteristik umum subjek penelitian pada populasi terjangkau. Jadi kriteria inklusinya adalah: 1. Sebagai perawat di Puskesmas Kartasura dan Baki 2. Bersedia menjadi responden. 3. Lama kerja lebih dari 1 tahun. Kriteria eksklusi yaitu subjek yang memenuhi kriteria inklusi harus dikeluarkan dari studi karena berbagai sebab. Jadi kriteria eksklusi adalah: 1. Perawat yang dalam tugas belajar. 2. Perawat yang sedang ijin atau cuti saat dilakukan penelitian ini.
3.3 Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian dari suatu penelitian (Arikunto, 2012).
46
3.3.1 Variabel Bebas (Independent Variable) Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab berubahnya variable dependent/terikat (Arikunto, 2012). Variabel independen ini adalah tingkat pengetahuan perawat tentang dokumentasi keperawatan. 3.3.2 Variabel Terikat (Dependent Variable) Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Arikunto, 2012). Variabel terikat (Dependent) ini adalah sikap perawat. Tabel 3.1 Definisi Operasional No
Variabel
1
Independen Pengetahuan
2
Dependen Sikap
Definisi Operasional
Alat Ukur
Parameter
Skala
Segala sesuatu yang dipahami oleh perawat tentang pendokumentasi an proses keperawatan
Kuesioner
Jumlah item 21 Skor tertinggi 21 Skor terendah 0 Dikategorikan Baik : 14 - 21 Cukup : 7 – 13 Kurang : 0 - 6
Ordinal
Sikap adalah persepsi atau keinginan untuk melakukan pendokumentasi an proses keperawatan
Kuesioner
Jumlah item 14 Ordinal Skor tertinggi 56 Skor terendah 14 Dikategorikan: Baik: total 35 - 56 Buruk: total 14 - 34
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian 3.4.1 Tempat Penelitian Pengertian
tempat
berdasarkan
kata
benda
menurut
Poerwodarminto (2004), tempat adalah ruang (bidang, rumah, daerah
47
dan sebagainya) yang didiami (ditinggali) atau ditempati. Sehingga tempat penelitian menunjukkan lokasi dilakukannya, penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Kartasura dan Puskesma Baki. Adapun alasan pemilihan tempat penelitian ini berdasarkan studi pendahuluan diketahui masih terdapat perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian proses keperawatan belum dilakukan secara optimal serta adanya keterbukaan dari semua pihak terutama perawat terhadap penelitian yang akan dilaksanakan. 3.4.2 Waktu Penelitian Menurut Poerwodarminto (2004) waktu atau masa adalah seluruh rangkaian
saat ketika proses, perbuatan, atau keradaan berada atau
berlangsung. Dengan demikian waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Februari 2015 sampai dengan Agustus 2015.
3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data 3.5.1 Alat Penelitian Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner atau angket. Menurut Notoatmodjo (2012) kuesioner atau angket adalah suatu cara pengumpulan atau suatu penelitian mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum (orang banyak). Kuesioner atau angket dalam penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan Saragih (2008) meliputi kuesioner tentang pengetahuan perawat tentang pendokumentasian keperawatan sebanyak 21 item dan kuesioner mengenai sikap perawat dalam
48
pendokumentasian proses keperawatan sebanyak 14 item dengan skala Likert. Kuesioner variabel tingkat pengetahuan perawat ini terdapat dua jawaban yaitu “Benar” atau “Salah”. Apabila jawaban “Benar” mendapat skor 1 dan “Salah” dengan skor 0. Tingkatan pengukuran pengetahuan perawat tentang dokumentasi keperawatan dibagi dalam 3 kategori sesuai pendapat Arikunto (2006) yaitu: 1) Baik
: apabila responden mampu menjawab dengan benar antara 14 – 21
2) Cukup
: apabila responden mampu menjawab dengan benar antara 7 - 13
3) Kurang : apabila responden mampu menjawab benar kurang 0 - 6 Kuesioner tentang sikap perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan terbagi menjadi 2 jenis yaitu pernyataan favorable (positif) dan unfavorable (negatif). Favorable merupakan pernyataan mendukung pelaksanaan dokumentasi keperawatan yang baik dan benar. Unfavorable merupakan pernyataan tidak mendukung pelaksanaan dokumentasi keperawatan yang baik dan benar. Adapaun skala likert penelitian ini yaitu: Favorable
Unfavorable
Sangat Setuju (SS) skor 4
Sangat Setuju (SS) skor 0
Setuju (S) skor 3
Setuju (S) skor 1
Netral (N) skor 2
Netral (N) skor 2
Tidak Setuju (TS) skor 1
Tidak Setuju (TS) skor 3
Sangat Tidak Setuju (STS) skor 0
Sangat Tidak Setuju (STS) skor 4
49
Adapun item pernyataan yang masuk kategori favorable adalah item nomer 2, 4, 6, 7, 10, 13, 14. Sedangkan item pernyataan unfavorable adalah item nomer 1, 3, 5, 8, 9, 11, 12. Tingkatan pengukuran sikap perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan dibagi dalam 2 kategori sesuai pendapat Azwar (2013) yaitu: 1) Baik
: apabila skor yang diperoleh responden antara 35 – 56 sampai dengan 100 % dari total skor.
2) Buruk
: apabila skor yang diperoleh responden kurang dari 14 – 34 dari total skor.
Kuesioner ini telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas oleh peneliti sebelumnya kepada 30 sampel atau responden dengan lokasi penelitian RSUD dr. H. Soemarno Sastroatmojo Kuala Kapuas. Berdasarkan uji validitas dengan menggunakan Product Moment Pearson untuk variabel tingkat pengetahuan diketahui nilai r hitung antara 0,489 – 0,872 sedangkan nilai r tabel adalah 0,361 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa 10 pertanyaan yang diajukan dinyatakan valid dengan dibuktikan nilai r hitung lebih besar dari r tabel. Demikian halnya dengan variabel sikap perawat diketahui nilai r hitung antara 0,397 – 0,758 sedangkan nilai r tabel adalah 0,361 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa 6 pertanyaan yang diajukan dinyatakan valid dengan dibuktikan nilai r hitung lebih besar dari r tabel. Dari semua pertanyaan dalam penelitian Saragih dijadikan acuan dalam
50
penyusunan kuesioner dalam penelitian saat sekarang ini, namun isi dan materi pertanyaan disesuaikan dengan kondisi dilapangan. Uji reliabilitas oleh peneliti sebelumnya menggunakan alpha cronbach’s masing-masing variabel diketahui nilai alpha cronbach’s 0,891 untuk variabel tingkat pengetahuan dan 0,822 untuk variabel sikap perawat. Oleh karena nilai alpha cronbach’s masing-masing variabel lebih dari 0,60 maka seluruh item kuesioner memberikan indikasi reliabel. Dapat diartikan bahwa variabel tingkat pengetahuan dan sikap perawat memiliki kemampuan konsistensi sebesar 89,1 % dan 82,8 % apabila pengukuran diulang. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Saragih (2008) dengan objek RSUD dr. H. Soemarno Sastroatmojo Kuala Kapuas dan agar tidak plagiat maka dalam hal jumlah item pertanyaan pada kuesioner yang telah disebarkan ditambah dari masing-masing variabel. Item pertanyaan variabel tingkat pengetahuan menjadi 21 item dan variabel sikap perawat adalah 14 item. Karena jumlah item yang berbeda dilakukan pengulangan pengujian instrumen. Adapun hasil uji validitas variabel pengetahuan penelitian ini adalah r antara 0,300 – 0,664 dan hasilnya lebih dari 0,284 maka dari 21 item seluruhnya adalah valid. Adapun hasil uji validitas variabel sikap penelitian ini adalah r antara 0,502 – 0,744 dan hasilnya lebih dari 0,284 maka dari 14 item seluruhnya adalah valid. Dengan uji reliabilitas masing masing variabel memiliki nilai cronbach alpha variabel pengetahuan 0,836 dan variabel
51
sikap perawat 0,881 dan dinyatakan lebih dari nilai kritis 0,60 dengan demikian kedua variabel dinyatakan reliabel. 3.5.2 Cara Pengumpulan Data 3.5.2.1 Data Primer Menurut Sugiyono (2012) data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung pada saat berlangsungnya penelitian. Data primer dalam penelitian ini berupa jawaban kuesioner yang telah disebarkan dan telah dijawab oleh responden. Pada tanggal 8 Juni 2015 peneliti datang langsung ke Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki untuk menyebarkan angket kepada responden penelitian. Tanggal 10 Juni 2015 mendatangi kedua puskesmas tersebut untuk mengambil jawaban kuesioner yang sudah diseberkan sebelumnya. Langkah selanjutnya dilakukan skoring dan tabulating untuk data persiapan analisis data. 3.5.2.2 Data Sekunder Menurut Sugiyono (2012) data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan pendukung sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti seperti hasil penelitian terdahulu, literatur, internet, peraturan perundangan, dan lain sebagainya. Adapun data sekunder dalam penelitian ini diantaranya
hasil
penelitian
terdahulu,
hasil
observasi,
wawancara, dokumentasi, buku-buku, literatur-literatur yang berkaitan dengan pokok permasalahan dalam penelitian ini.
52
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, kemudian dilanjutkan dengan pengolahan data yang meliputi: 3.6.1 Pengolahan data Menurut Notoatmodjo (2012), pengolahan data meliputi sebagai berikut: 3.6.1.1 Editing Memeriksa data yang terkumpul untuk meneliti kelengkapan jawaban responden yang diberikan yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada kesesuaian antara semua pertanyaan yang diberikan dengan jawaban. Memilahkan kuesioner yang telah dijawab dengan lengkap dan tidak lengkap. 3.6.1.2 Coding Memberi tanda pada alat peneliti untuk memudahkan dalam analisa data. Misalnya skala penilaian satu untuk jawaban benar dan nol untuk jawaban salah. Dan melakukan skoring pada kedua kuesiner berdasarkan ketentuan skala likert. 3.6.1.3 Entry data Merupakan kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontingensi. 3.6.1.4 Tabulating Memasukkan data jawaban responden dalam tabel sesuai dengan skor jawaban kemudian dimasukkan dalam master tabel yang telah disiapkan.
53
3.6.2 Analisis Data Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis. Apabila penelitiannya deskriptif, maka akan
menggunakan
statistik
deskriptif.
Statistika
deskriptif
(menggambarkan) adalah statistika yang membahas cara-cara meringkas, menyajikan, dan mendeskripsikan suatu data dengan tujuan agar mudah dimengerti dan lebih mempunyai makna. 3.6.2.1 Analisa univariat Penelitian analisis univariat digunakan untuk mengetahui menganalisi setiap variabel yang dinyatakan dengan sebaran frekuensi, baik secara angka-angka mutlak maupun secara persentase disertai dengan penjelasan kualitatif (Notoatmodjo, 2012). Rumus yang digunakan :
P=
F x100% N
Keterangan : P : Prosentase F : Frekuensi N : Jumlah responden 3.6.2.3 Analisis bivariat Analisis
bivariate
digunakan
untuk
mengetahui
hubungan antara dua variabel. Pengujian data dilakukan dengan Chi Square adalah salah satu jenis uji komparatif non parametris
54
yang dilakukan pada dua variabel, di mana skala data kedua variabel adalah ordinal dengan tingkat kepercayaan 95 % atau a = 5 % (Hidayat, 2011).
c =å 2
( f o- f e )2 fe
Dalam penelitian ini ditentukan tingkat kepercayaan 95 % atau α = 0,05 % dengan ketentuan: a. Jika P value > α maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti 0 berarti tidak ada hubungan antara
tingkat
pengetahuan tentang dokumentasi keperawatan dengan sikap perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki. b. Jika P value < α maka Ho ditolak dan Ha diterima berarti berarti ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang dokumentasi keperawatan dengan sikap perawat dalam pendokumentasian
proses
keperawatan
di
Puskesmas
Kartasura dan Puskesmas Baki.
3.7 Etika Penelitian Etika penelitian adalah etika yang mencakup norma untuk berperilaku, memisahkan apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak boleh dilakukan. Oleh karena itu yang perlu diperhatikan dalam penelitian ini berkaitan dengan etika penelitian keperawatan.
55
3.7.1 Informed consent Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. 3.7.2 Anonimiti (tanpa nama) Masalah
etika
keperawatan
merupakan
masalah
yang
memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responsen pada lembaran alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. 3.7.3 Confidentiality (kerahasiaan) Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalahmasalah lainnya. Semua informsi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil penelitian.
56
BAB IV HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang hubungan antara tingkat pengetahuan tentang dokumentasi keperawatan dengan sikap perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki. Berdasarkan data yang diambil selama 6 hari penelitian yaitu pada tanggal 8 Juni 2015 sampai dengan 13 Juni 2015 dengan 48 responden yang telah ditentukan sebagai sampel penelitian. Dari kegiatan penelitian didapatkan hasil sebagai berikut: 4.1 Analisis Univariat 4.1.1 Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini seluruh perawat yang bekerja di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki dan bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini dan memenuhi kriteria, sesuai dengan data yang telah dikumpulkan berikut disajikan karakteristik responden berdasarkan usia, dan pendidikan responden. 4.1.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Usia berkaitan dengan kedewasaan atau maturitas seseorang. Berdasarkan pendapat Kurnadi (2013: 180) rentang usia dapat dibagi menjadi tiga yaitu kurang dari 25 tahun, antara 25 – 40 tahun dan di atas 40 tahun. Hasil penelitian diketahui
56
57
bahwa karakteristik responden berdasarkan usianya adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia n = 48 No 1 2 3
Usia (tahun) < 25 25 – 40 > 40 Total
Frekuensi 3 42 3 48
Prosentase 6,3 % 87,6 % 6,3 % 100,0 %
Pada tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar perawat yang bekerja di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki berada pada rentang usia antara lebih dari 25 sampai dengan 40 tahun yaitu 42 orang atau 87,6 %. Sedangkan usia kurang dari 25 tahun yaitu 3 orang atau 6,3 % dan lebih dari 40 tahun terdapat 3 orang atau 6,3 %. 4.1.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Hasil penelitian diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan tinkat pendidikannya adalah sebagai berikut: Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan n = 48 No 1 2
Pendidikan Diploma Sarjana Total
Frekuensi 29 19 48
Prosentase 60,4 % 39,6 % 100,0 %
58
Pada tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar perawat yang bekerja di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki tamatan Ahli Madya Keperawatan atau Diploma sebanyak 29 orang atau 60,4 % dan yang lain tamat Sarjana sebanyak 19 orang atau 39,6 %. 4.1.2 Tingkat Pengetahuan Perawat tentang Dokumentasi Keperawatan Hasil distribusi responden tentang tingkat pengetahuan perawat mengenai dokumentasi keperawatan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. Tabel 4.3 Tingkat Pengetahuan Perawat tentang Dokumentasi Keperawatan n = 48 No 1 2
Tingkat Pengetahuan Cukup Baik Baik Total
Frekuensi 14 34 48
Prosentase 29,2 % 70,8 % 100,0 %
Pada tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar perawat yang bekerja di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki masuk dalam kategori tingkat pengetahuan yang baik yaitu 34 orang atau 70,8 %, terdapat 14 orang perawat atau 29,2 % masuk dalam kategori pengetahuan yang cukup baik. 4.1.3 Sikap Perawat tentang Dokumentasi Keperawatan Hasil
distribusi
responden
tentang
sikap
perawat
mengenai
pendokumentasian proses keperawatan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
59
Tabel 4.4 Sikap Perawat dalam Pendokumentasian Proses Keperawatan n = 48 No 1 2
Sikap Buruk Baik Total
Frekuensi 12 36 48
Prosentase 25,0 % 75,0 % 100,0 %
Pada tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar perawat yang bekerja di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki masuk dalam kategori memiliki sikap yang baik dalam proses pendokumentasian keperawatan yaitu 36 orang atau 75 %, dan terdapat 12 orang perawat atau 25 % masuk dalam kategori memiliki sikap yang buruk dalam proses pendolumentasian keperawatan.
4.2 Analisis Bivariat 4.2.1 Analisis Chi Square Pengujian
hubungan
antara
tingkat
pengetahuan
tentang
dokumentasi keperawatan dengan sikap perawat dalam pendoku mentasian proses keperawatan di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki menggunakan uji statistik che square (c2) dapat dilihat hasilnya sebagai berikut:
60
Tabel 4.5 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Dokumentasi Keperawatan Dengan Sikap Perawat Dalam Pendokumentasian Proses Keperawatan di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki Tingkat Pengetahuan Cukup baik
Sikap Perawat Buruk Baik 9 5 18,8 % 10,4 % 3 6,3 % 12 25 %
Baik Jumlah
31 64,6 % 36 75 %
Jumlah 14 29,2 % 32 70,8 % 48 100,0 %
Berdasarkan tabel di atas maka di antara tingkat pengetahuan perawat tentang dokumentasi keperawatan dikatakan cukup baik dengan sikapnya buruk terdapat 9 orang atau 18,8 % sedangkan 5 orang atau 10,4 % perawat memiliki sikap baik. Selanjutnya tingkat pengetahuan perawat tentang dokumentasi keperawatan dikatakan baik dengan sikap buruk terdapat 3 orang atau 6,3 % dab 31 orang atau 64,6 % lainnya memiliki sikap baik. Tabel 4.6 Hasil Uji Bivariat dengan Chi Square
Chi Square
Value 13,445
Df 1
p value 0,000
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa nilai chi square (c2) sebesar 13,445 dengan p value 0,000. Berdasarkan ketentuan di bab sebelumnya bahwa jika P value lebih dari α maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti 0 berarti tidak ada hubungan antara
tingkat
61
pengetahuan tentang dokumentasi keperawatan dengan sikap perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki. Sebaliknya jika P value kurang dari α maka Ho ditolak dan Ha diterima berarti berarti ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang dokumentasi keperawatan dengan sikap perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki. Berdasarkan ketentuan tersebut diketahui bahwa p value 0,000 kurang dari 0,05 berarti Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti 0 berarti tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang dokumentasi keperawatan dengan sikap perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki Dilihat dari perolehan c2 sebesar 13,445 dibanding dengan nilai c2 tabel dengan 5,99. Pembandingan ini menggunakan derajat bebas = 2. Maka nilai kritiknya pada tabel sebaran chi-square adalah 5,99 artinya c2 hitung > c2 tabel atau 13,445 > 5,99. Dengan demikian Hipotesis Null tidak bisa diterima.
62
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Demografi 5.1.1 Usia Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar perawat yang bekerja di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki berada pada rentang usia antara lebih dari 35 tahun yaitu 23 orang atau 47,9 %. Menurut Mubarak (2011), semakin dewasa usia seseorang maka tingkat berfikirnya akan semakin matang. Semakin matang seseorang maka semakin banyak pula pengalaman dalam hidup, sehingga semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya. Hal ini didukung oleh pendapat Siagian (2012) bahwa umur terkait dengan kedewasaan dalam melakukan pekerjaan maupun kematangan psikologisnya, semakin lanjut umur seseorang maka semakin meningkat kematangan psikologisnya dan kedewasaan dalam menyelesaikan pekerjaan. Dengan demikian, perawat yang mempunyai usia lebih tua umumnya lebih bertanggung jawab dan lebih teliti dibanding dengan usia muda, hal ini kemungkinan disebabkan usia yang lebih muda kurang berpengalaman. Didukung pula penelitian yang dilakukan Zakiyah (2011) yang menunjukkan bahwa sebagian besar perawat yang berusia 29-55 tahun mempunyai prosentase paling besar.
62
63
Usia berhubungan dengan usia kerja, kekuatan fisik dan kecerdasan intelektual maupaun emosional. Kemampuan seorang perawat dalam berpikir kritis dalam melakukan asuhan keperawatan selama usia dewasa dengan banyaknya kasus dan pengalaman yang di peroleh (Potter & Perry, 2010). 5.1.2 Pendidikan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa 29 orang perawat yang bekerja di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki atau 60,4 % memiliki tingkat pendidikan Diploma. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) pendidikan yaitu sebuah proses pembelajaran bagi setiap individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek tertentu dan spesifik. Pengetahuan yang diperoleh secara formal tersebut berakibat pada setiap individu yaitu memiliki pola pikir, perilaku dan akhlak yang sesuai dengan pendidikan yang diperolehnya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Adryani, dkk. (2012) yang diketahui bahwa pendidikan yang paling dominan adalah Diploma sebanyak 41 orang atau 75,9 % dari keseluruhan sampel yaitu 54 orang. Demikian juga yang dilakukan oleh Sumarni, dkk. (2014) yang diketahui bahwa dari 58 orang responden terhadap 50 orang atau 86,2 % berpendidikan akhir Diploma. Dengan pendidikan tinggi maka dapat mempengarui tingkat pengetahuan seseorang dalam berbagai hal. Menurut PPNI (2003) pendidikan tinggi
64
keperawatan Indonesia dimulai dari pendidikan jenjang diplima tiga keperawatan dan atau mendapatkan pengetahuan yang sama dengan jenjang S1 keperawatan. Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pendidikan yang diterima. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik pula tingkat pengetahuannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan
seseorang
semakin
banyak
pula
pengetauan
yang
dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang dengan tingkat pendidikannya rendah akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Mubarak, dkk. 2007). Sumarni, dkk (2014) menjelaskan pendidikan perawat yang tinggi memegang peran penting dalam mempengaruhi sikap perawat tentang
pendokumentasian
keperawatan.
Pendidikan
dapat
mempengaruhi seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam keperawatan. Saragih dan Rumapea (2011) terkait dengan kebijakan manajemen rumah sakit menganggap bahwa D3 dan S1 Keperawatan dianggap memiliki standar kemampuan yang seimbang sehingga manajemen lebih memilih D3 Keperawatan dengan pertimbangan gaji yang relatif lebih kecil. Alasan manajemen itu bertentangan dengan pendapat bahwa pendidikan yang tinggi dari seorang perawat akan memberi pelayanan yang optimal.
65
Sejalan dengan teori Notoatmojo (2012) yaitu latar belakang pendidikan yang dimiliki perawat mungkin dapat dijadikan sebagai faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan bagi seorang perawat, karena pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor yang salah satunya adalah tingkat pendidikan sehingga semakin tinggi pendidikan maka akan semakin baik pula tingkat pengetahuannya.
5.2 Tingkat Pengetahuan Perawat tentang Dokumentasi Keperawatan Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan yang baik mengenai dokumentasi keperawatan yaitu 34 orang atau 70,8 %. Hal ini menunjukkan bahwa skor jawaban responden antara 7 - 13 memiliki jawaban yang benar. Hal ini diasumsikan bahwa perawat yang bekerja di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki sudah memahami tentang dokumentasi keperawatan. Pengetahuan perawat di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki masuk kategori baik dalam pemahaman dokumentasi keperawatan diantaranya mengenai pengertian dokumentasi keperawatan, tujuan dari dokumentasi keperawatan, manfaat dan kepentingan. Pemahaman yang baik dalam hal strategi dokumentasi pengkajian, diagnose, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dari keperawatan. Serta peran perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan. Menurut Damayanti (2013) pengetahuan pelaksanaan pendokumentasian harus dimiliki oleh berbagai profesi tenaga kesehatan salah satunya adalah perawat. Seorang perawat mempunyai peran dalam
66
melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan dalam rekam medis. Menurut Nuryani dan Susanti (2014) pengetahuan perawat menentukan tindakan perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien, sehingga tindakan perawat yang dilandasi oleh pengetahuan akan memberikan pelayanan yang lebih baik dibandingkan dengan perawat yang melakukan tindakannya tanpa didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan perawat juga sangat berperngaruh terhadap kelengkapan pengisian dokumentasi asuhan keperawatan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Adryani, dkk. (2012) menunjukkan bahwa 33 responden (61,1%) menyatakan perawat memiliki pengetahuan yang baik dalam diagnosa keperawatan pasien hipertensi dan 25 responden (46,3%) memiliki pengetahuan cukup serta 8 responden (14,8%) yang memiliki diagnosa keperawatan pasien hipertensi kurang baik. Demikian halnya didukung juga dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Agung Pribadi (2008),melakukan penelitian tentang
pengetahuan perawat dengan pelaksanaaan dokumentasi asuhan keperawatan di RSUD Kelet, dapat diketahui bahwa perawat yang melaksanakan dokumentasi asuhan keperawatan baik, memiliki faktor pengetahuan baik sebanyak 13 orang lebih besar dibanding perawat yang memiliki faktor pengetahuan tidak baik sebanyak 5 orang, sebaliknya perawat yang melaksanakan dokumentasi asuhan keperawatan tidak baik memiliki faktor
67
pengetahuan baik sebanyak 3 orang lebih kecil dibanding perawat memiliki faktor pengetahuan tidak baik sebanyak 10 orang. 5.3 Sikap Perawat tentang Dokumentasi Keperawatan Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar perawat yang bekerja di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki masuk dalam kategori memiliki sikap yang baik dalam proses pendokumentasian keperawatan yaitu 36 orang atau 75 %, dan terdapat 12 orang perawat atau 25 % masuk dalam kategori memiliki sikap yang buruk dalam proses pendolumentasian keperawatan. Menurut Zakiyah (2011) menjelaskan suatu sikap yang dipunyai individu mengenai pekerjaannya dihasilkan dari persepsi mereka terhadap pekerjaannya, didasarkan pada faktor lingkungan kerja, gaya supervisi, kebijakan dan prosedur Hal ini sesuai dengan teori sikap yang mengatakan bahwa
melalui tindakan dan belajar, seseorang akan mendapatkan
kepercayaan dan sikap terhadap sesuatu yang pada giliranya akan mempengarui perilaku. Teori perubahan perilaku mengatakan berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu tergantung kepada kebutuhan. Perilaku dilatar belakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan. Menurut Azwar (2012), sikap seseorang adalah predisposisi untuk memberikan tanggapan terhadap rangsangan lingkungan yang dapat membimbing tingkah laku orang tersebut. Sikap merupakan salah satu komponen dalam faktor predisposisi terbentuknya perilaku. Menurut Efendi dan Makhfudli (2009), sikap adalah reaksi atau respon tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum tentu menunjukan suatu
68
tindakan atau aktivitas, akan tetapi menjadi predisposisi sebuah tindakan. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Adryani, dkk. (2012) menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa 32 responden (59,3%) mempunyai diagnosa keperawatan pasien hipertensi baik dan 23 responden (42,6%) memiliki sikap baik serta 9 responden (16,7%) yang memiliki diagnosa keperawatan pasien hipertensi kurang baik. Temuan Zakiyah (2011) hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap dan pendidikan perawat berpengaruh terhadap praktik pendokumentasian asuhan keperawatan.
5.4 Hubungan
antara
Tingkat
Pengetahuan
tentang
Dokumentasi
Keperawatan dengan Sikap Perawat dalam Pendokumentasian Proses Keperawatan di Puskesmas Kartasura Dan Puskesmas Baki Hasil penelitian menunjukkan nilai chi square (c2) sebesar 16,269 lebih besar c2 tabel 5,99 dengan p value 0,001 lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti ada hubungan antara
tingkat pengetahuan tentang dokumentasi
keperawatan dengan sikap perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki. Dengan demikian hipotesis alternatif (ha) yang diajukan terbukti kebenarannya. Hal ini menunjukkan kecenderungan semakin baik
pengetahuan
perawat
di
Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki, maka semakin baik pula sikap perawat dalam proses pendokumentasian hasil keperawatannya.
69
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Utami dan Supratman (2009) yang telah membuktikan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dan sikap perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pasien. Didukung pula oleh Zakiyah (2011) menunjukkan bahwa sikap dan pendidikan perawat berpengaruh terhadap praktik pendokumentasian asuhan keperawatan. Perawat yang mempunyai sikap baik dan perawat dengan latar belakang pendidikan S1 keperawatan cenderung melakukan pendoku-mentasian asuhan keperawatan dengan baik. Perawat yang mempunyai sikap yang baik akan berfikir dan dan mempunyai keyakinan bahwa dirinya harus bekerja dengan baik. Pendidikan dapat meningkatkan kemampuan dan kualitas seseorang, sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula keinginan untuk mengaplikasikan pengetahuannya dalam bekerja. Pendidikan
perawat
yang
tinggi
memegang
peran
penting
dalam
mempengaruhi sikap perawat tentang pendokumentasian keperawatan. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan. Ketiga hasil penelitian di atas semakin menguatkan hasil penelitian yang peneliti lakukan, bahwa pengetahuan memiliki hubungan dengan sikap seseorang. Berdasarkan pengamatan Adryani, dkk. (2012), berasumsi bahwa antara pengetahuan dan sikap perawat sangat mempengaruhi diagnosa keperawatan pasien hiertensi sehingga dalam memberikan pelayanan, perawat harus memiliki wawasan yang luas dan perawat harus bersikap profesional agar tercipta harapan-harapan yang diinginkan baik perawat itu sendiri
70
maupun klien. Sadiman (2007) menyatakan bahwa pengetahuan akan membutuhkan kepercayaan yang selanjutnya akan memberikan dasar bagi pengembangan selanjutnya dan menentukan sikap terhadap objek. Menilik beberapa penelitian terdahulu yang di sajikan di atas, peneliti telah membuktikan dalam penelitian ini bahwa pengetahuan ada hubungannya dengan sikap perawat
dalam pelaksanaan
proses pendokumentasian
keperawatan pada pasien. Semakin tinggi pengetahuan perawat tentang dokumentasi keperawatan maka semakin baik pula sikap perawat dalam pelaksanaan proses pendokumentasian keperawatan pada pasien
71
BAB VI PENUTUP
6.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan serta paparan pembahasan pada bab sebelumnya, maka peneliti dapat memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Tingkat pengetahuan perawat yang bekerja di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki mayoritas termasuk kedalam kategori baik yaitu 34 orang atau 70,8 %. 2. Sikap perawat tentang proses pendokumentasi keperawatam mayoritas masuk dalam kategori baik yaitu 36 orang atau 75 %. 3. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang dokumentasi keperawatan dengan sikap perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan di Puskesmas Kartasura Dan Puskesmas Baki dengan nilai chi square (c2) sebesar 16,269 lebih besar chi square tabel 5,99 dengan signifikansi 0,001 lebih kecil dari 0,05.
6.2 Saran Berdasarkan simpulan di atas maka peneliti dapat memberikan beberapa saran sebagai berikut: 6.2.1 Bagi Puskesmas Diharapkan
Puskesmas
Kartasura
dan
Puskesmas
Baki
selalu
membimbing dan mengarahkan pada seluruh tenaga kesehatan 71
72
khususnya perawat tentang pentingnya pendokumentasian proses keperawatan guna menjaga dan meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.
Bimbingan
yang
maksudkan
dapat
pendampingan
sampai
perawat
paham
mengenai
berbentuk proses
pendokumentasian keperawatan 6.2.2 Bagi Institusi Pendidikan Dokumentasi keperawatan yang dilaksanakan secara baik dan benar akan membantu para mahasiswa dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan pengetahuan dan membandingkannya baik teori maupun praktik.. 6.2.3 Bagi Peneliti Lain Diharapkan dalam melakukan penelitian dengan pokok permasalahan yang hampir mirip, maka perlu menambahan variabel, jumlah responden, lokasi penelitian untuk menekankan tingkat pengetahuan perawat tentang dokumentasi keperawatan dengan sikap perawat dalam proses pendokumentasian keperawatan. 6.2.4 Bagi Manajemen Puskesmas Sesuai
dengan
wewenang
yang
dimiliki
puskesmas
dalam
menyelenggarakan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi tentang pembangunan kesehatan maka diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan pihak manajemen puskesmas dalam upaya meningkatkan kualitas pegawai baik medis maupun non medis khususnya perawat dalam
73
pendokumentasian proses keperawatan dengan mengikutsertakan para perawat secara periodik untuk mengikuti pendidikan maupun pelatihan mengenai proses pendokumentasian keperawatan.
74
DAFTAR PUSTAKA
Agung Pribadi, 2008. “Analisis Pengaruh Faktor Pengetahuan, Motivasi, dan Persepsi Perawat tentang Supervisi Kepala Ruang terhadap Pelaksanaan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di RSUD Kelet Provinsi Jawa Tengah di Jepara”. Tesis. Tidak dipublikasikan. Andryani, I.E., Imayani, dan Kadir, A. 2012. “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Perawat dalam Diagnosa Keperawatan pada Pasien Hipertensi di Instalasi Rawat Inap Lontara I RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar”. Jurnal Ilmu Keperawatan. Vo 1 No 5. Pp 1-8. Arikunto, S. 2012. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC. Azwar, S. 2008. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. _______. 2012. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Christensen, J.P., and Kenney, W.J. 2009. Proses Keperawatan : Aplikasi Model Konseptual. Ed. 4. Alih bahasa Yuyun Yuningsih dan Yasmin. Jakarta: EGC. Dermawan, D. Dan Riyadi, S. 2010. Keperawatan Profesional. Magelang: Gosyen Publishing. Dermawan, D. 2012. Proses Keperawatan : Penerapan Konsep dan Kerangka Kerja. Magelang: Gosyen Publishing. Effendy, F. Dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Effendy, N. 2008. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Ed 2. Jakarta : EGC. Gaffar, L.O. J. 2009. Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC. Hidayat, A.A.A. 2011. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Kusnanto. 2008. Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta. EGC
75
Mitsha, Aaron. 2009. Documentation of nursing care current practices and perceptions of nurses in a teaching hospital in Saudi Arabia. Stellenbosch University. Mubarak, I. W., & Chayatin, N. 2011. Ilmu Keperawatan Komunitas I: Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba medika. Ngatimin, Rusli. 2010. Diktat Kuliah Ilmu Perilaku Kesehatan. Makassar: Yayasan PK3. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. __________________. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. 2013. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat Potter, P. A., and Perry, A. G. 2010. Fundamental Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Poerwadarminta, W.J.S., 2004. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Prihartin, E. 2007. “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keberhasilan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Ruang Keperawatan Umum PAV Kartika RSPAD GS Jakarta”. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Jakarta: UI Riwidikdo, H. 2010. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendika Press. Saragih, E. Sondang. 2008. “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Perawat dengan Pelaksanaan Dokumen Keperawatan di RSUD Dr. H. Soemarno Sastroatmojo Kuala Kapuas”. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya. Saragih, Rosita dan Rumapea, Natalina. 2011. “Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Melakukan Cuci Tangan di Rumah Sakit Columbia Asia Medan”. Jurnal Ilmu Keperawatan. Vol 3, No. 1 Tahun 2011. Universitas Darma Agung Medan : Medan. Satrianegara, F.M. 2014. Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan: Teori dan Aplikasi dalam Pelayanan Puskesmas dan Rumah Sakit. Jakarta: Salemba Medika.
76
SEA-NUR. 2003. “Dokumentasi”. Materi Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK. 001/1.2. pp 316-332. Siagian, P. Sondang. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. _______. 2007. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sumarni, E.E.S., Utami, G.T., dan Elita, V. 2014. “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Perawat tentang Pemberian Obat Terhadap Tindakan Pendokumentasian Keperawatan”. Jurnal Ilmu Keperawatan. Vol 2 No 6. Pp 1-7. Sunaryo. 2013. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: ECG. Suwignyo, G. 2007. Manajemen Kinerja Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta: Sagung Seto. Umar, Husein. 2001. Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Utami, Y.W. dan Supratman. 2009. “Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Perawat Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pasien di BRSUD Sukoharjo”. Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol. 2 No. 2, Juni 2009: 69-74 Wawan, A. dan Dewi, H. 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika. Zakiyah, A. 2011. “Hubungan Sikap dan Karakteristik Perawat Dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Umum Sidoarjo”. Jurnal Ilmu Keperawatan. Vol 2 No 4. Pp 1-8.