HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP PENDIDIK DALAM PERTOLONGAN PERTAMA PADA SISWA YANG MENGALAMI SINKOP DI SD KECAMATAN MOJOLABAN KABABUPATEN SUKOHARJO
SKRIPSI “Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan”
Oleh : Romadhona Nur Hidayat NIM S10041
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 i
i
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil ‘aalamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “ Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Pendidik dalam Pertolongan Pertama pada Siswa yang Mengalami Sinkop di SD Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo”. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Penulis menyadari tanpa adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak skripsi ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Orang Tua tercinta bapak Sartono dan Ibu Tutik Handayani, yang selalu mendoakan, memberikan motivasi dan pengorbanannya baik dari segimoril, materi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2.
Ibu Dra. Agnes Sri Harti, Msi. selaku ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3.
Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Kepala Program Studi S1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
4.
Ibu bc. Yeti Nurhayati, M.Kes, selaku pembimbing I yang telah memberikan banyak masukan dan bimbingan serta arahan dalam penyusunan skripsi ini.
5.
Bapak Lucky Erlandi Pranianto, S.kep., Ns, selaku pembimbing II yang telah memberikan banyak masukan, bimbingan serta arahan dalam penyusunan skripsi ini.
iv
6.
Bapak Oktavianus, S.Kep., Ns, selaku pembimbing dalam penyusunan proposal skripsi yang telah membimbing dengan penuh kesabaran dan memberikan motivasi bagi penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
7.
Seluruh partisipan yang telah berperan dalam penelitian ini dan telah berkenan untuk menjadi partisipan yang tidak dapat disebutkan satu – persatu.
8.
Seluruh staf pengajar dan akademik Prodi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah membantu penulis.
9.
Bapak Drs. Suratnoroto Selaku Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Sukoharjo yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di Sekolah Dasar Kecamatan Mojolaban kabupaten Sukoharjo.
10. Ibu Puji Hastuti, S.Pd Selaku Kepala Sekolah SD Negeri Laban 01 yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SD Negeri Laban 01. 11. Bapak Sunarno, S.Pd Selaku Kepala Sekolah SD Negeri laban 02 yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SD Negeri Laban 02. 12. Bapak Suparna, S.Pd.I Selaku Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah GUPPI Laban yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Madrasah Ibtidaiyah GUPPI Laban.
v
13. Kakak-kakak tercinta, (Mas Goro dan Mbak Lilis) yang selalu memberikan motivasi dan dana bagipenulis, sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. 14. Adik-adik tersayang (Dik Ana dan Dik Ani) yang selalu mendoakan, memberikan motivasi dan seemangat kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. 15. Sahabat PAIDI (Pino, Azis, Irawan, Indro) dan teman – teman seperjuangan dan seangkatan yang tak pernah berhenti memberikan semangat, motivasi dan dukungan kepada penulis. 16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu – persatu dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan dari berbagai pihak. Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat.
Surakarta, 13 Juni 2014
Romadhona NIM. S10041
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .........................................................................................i LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................ii SURAT PERNYATAAN ..................................................................................iii KATA PENGANTAR .......................................................................................iv DAFTAR ISI ......................................................................................................vii DAFTAR TABEL .............................................................................................xi DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xii DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xiii ABSTRAK .........................................................................................................xv ABSTRACT .......................................................................................................xvi BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ......................................................................1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................4 1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................5 1.3.1 Tujuan Umum ..............................................................5 1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................5 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................5 1.4.1 Peneliti .........................................................................5 1.4.2 Institusi Pendidikan ......................................................5 1.4.3 Masyarakat ...................................................................6 1.4.4 Peneliti Lain .................................................................6
vii
1.5 Keaslian Penelitian ................................................................6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori ......................................................................9 2.1.1 Pendidik .......................................................................9 2.2.1 Siswa ...........................................................................10 2.3.1 Pengetahuan.................................................................10 2.4.1 Sikap ............................................................................15 2.5.1 Sinkop ..........................................................................20 2.2 Kerangka Teori .....................................................................26 2.3 Kerangka Konsep .................................................................27 2.4 Hipotesis Penelitian ..............................................................27
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
28
3.2 Populasi dan Sampel
28
3.2.1 Populasi
28
3.2.2 Sampel
29
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
30
3.3.1 Tempat Penelitian ........................................................30 3.3.2 Waktu Penelitian .........................................................30 3.4 Variabel, Definisi, dan Skala Pengukuran
31
3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
31
3.5.1 Alat Penelitian .............................................................31 3.5.2 Cara Pengumpulan Data ..............................................32
viii
3.5.3 Tahap Pengumpulan Data ...........................................32 3.5.4 Tahap Pelaksanaan ......................................................33 3.5.5 Uji Validitas dan Reliabilitas ......................................33 3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data
36
3.6.1 Pengolahan data ...........................................................36 3.6.2 Analisa Data ................................................................37 3.7 Etika Penelitian
37
3.7.1 Informed Consent ........................................................37 3.7.2 Anonymity ....................................................................38 3.7.3 Confidentiality .............................................................38 BAB IV
HASIL PENELITIAN 4.1 Analisa Univariat ..................................................................39 4.1.1 Karakteristik Responden .............................................39 4.1.2 Tingkat Pengetahuan tentang Sinkop
41
4.1.3 Sikap Pertolongan Pertama Sinkop
41
4.2 Analisa Bivariat ....................................................................42 4.2.1 Analisis Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Pertolongan Pertama Sinkop
BAB V
42
PEMBAHASAN 5.1 Tingkat Pengetahuan tentang Sinkop
45
5.2 Sikap Pertolongan Pertama Sinkop
46
5.3 Analisis Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan
ix
Sikap Pertolongan Pertama Sinkop BAB VI
47
PENUTUP 6.1 Simpulan
49
6.1.1 Tingkat Pengetahuan tentang Sinkop
49
6.1.2 Sikap Pertolongan Pertama Sinkop
49
6.1.3 Analisis Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Pertolongan Pertama Sinkop 6.2 Saran
49 49
6.2.1 Institusi Pendidikan
49
6.2.2 Pelayanan Kesehatan
50
6.2.3 Masyarakat
50
6.2.4 Peneliti Lain
50
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
Judul Tabel
Halaman
1.1
Keaslian Penelitian
6
3.1
Variabel, Definisi Operasional, dan Skala
31
Pengukuran 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Usia
39
Responden di SD Kecamatan Mojolaban 4.2
Distribusi Frekuensi Karakteristik Jenis Kelamin
40
Responden di SD Kecamatan Mojolaban 4.3
Distribusi Frekuensi Karakteristik Masa Kerja
40
Responden di SD Kecamatan Mojolaban 4.4
Distribusi Frekuensi Karakteristik Pelatihan
41
UKS Responden di SD Kecamatan Mojolaban 4.5
Tingkat pengetahuan tentang Sinkop di SD
41
Kecamatan Mojolaban 4.6
Sikap Pertolongan Pertama Sinkop di SD
41
Kecamatan Mojolaban 4.7
Hasil uji korelasi gamma tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap pendidik dalam pertolongan pertama sinkop
xi
42
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar
Judul Gambar
Halaman
2.1
Hubungan Sikap dengan Perilaku
16
2.2
Pengaruh Sikap Terhadap Diri Sendiri
20
2.3
Skema Kerangka Teori
26
2.4
Skema Kerangka Konsep
27
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Jadwal Penelitian
Lampiran 2
: F.01 Usulan Topik Penelitian
Lampiran 3
: F.02 Pengajuan Persutujuan Judul
Lampiran 4
: F.04 Pengajuan Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 5
: F.05 LembarOponent
Lampiran 6
: F.06 Lembar Audience
Lampiran 7
: Permohonan Pengantar Untuk Studi Pendahuluan
Lampiran 8
: Permohonan Ijin Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 9
: Balasan Surat Ijin Uji Validitas dan Reliablitas
Lampiran 10 : Surat Permohonan Calon Responden Lampiran 11 : Surat Pernyataan Persetujuan (Informed Consent) Lampiran 12 : Kuesioner Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 13 : Hasil Analisis SPSS Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 14 : F.07 Pengajuan Ijin Penelitian Lampiran 15 : Permohonan Ijin Penelitian Lampiran 16 : Surat Izin Penelitian / Survey Lampiran 17 : Surat Permohonan Calon Responden Penelitian Lampiran 18 : Surat Pernyataan Persetujuan (Informed Consent) Lampiran 19 : Kuesioner Penelitian Lampiran 20 : Hasil Analisis SPSS Penelitian Lampiran 21 : Balasan Surat Penelitian
xiii
Lampiran 22 : Poster Lampiran 23 : Dokumentasi Lampiran 24 : Lembar Konsultasi Pembimbing Utama Lampiran 25 : Lembar Konsultasi Pembimbing Pendamping Lampiran 26 : Lembar Konsultasi Penguji
xiv
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014
Romadhona Nur Hidayat Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Pendidik dalam Pertolongan Pertama pada Siswa yang Mengalami Sinkop di SD Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo ABSTRAK
Jatuh pingsan (sinkop) adalah hilangnya kesadaran dan kontrol otot untuk sesaat (beberapa detik hingga beberapa menit) yang menyebabkan seseorang terjatuh secara mendadak. Pertolongan pertama sinkop dipengaruhi oleh pengetahuan yang baik dan sikap dalam pertolongan yang tepat dan cepat. Pertolongan pertama sinkop di Sekolah Dasar (SD) banyak dilakukan oleh pendidik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap pendidik dalam pertolongan pertama pada siswa yang mengalami sinkop. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif korelasional dengan desain cross-sectional. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini pendidik yang bekerja di SD Negeri Laban 01, 02 dan MI GUPPI di Kelurahan Laban Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo yang berjumlah30 sampel. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode cluster sampling. Penelitian ini menggunakan uji Korelasi Gamma. Hasil didapatkan nilai korelasi gamma 0,506 dengan p value 0,041 (p < 0,05). Dengan demikian kekuatan hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap pendidik dalam pertolongan pertama pada siswa yang mengalami sinkop di SD Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo termasuk dalam kategori sedang dan arah korelasi + (positif) yaitu searah. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap pendidik dalam pertolongan pertama pada siswa yang mengalami sinkop. Dengan demikian diharapkan pendidik dapat bekerja sama dengan instansi kesehatan yang berada di wilayahnya untuk mewujudkan pelatihan tentang kesehatan kususnya terampil dalam penanganan sinkop. Kata Kunci: Pendidik, Sinkop, Pengetahuan, Sikap. Daftar Pustaka : 37 (2000 – 2013)
xv
BACHELOR DEGREE PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA SCHOOL OF HEALTH OF SURAKARTA 2014
Romadhona Nur Hidayat The Correlation between Knowledge Level and Attitude of Educators in First Aids for Students Experiencing Syncope at Primary Schools of Mojolaban Sub-district, Sukoharjo Regency ABSTRACT
Syncope is defined as transient loss of consciousness and postural tone (several seconds to several minutes) which causes one to fall suddenly. The first aids for those experiencing syncope are affected by good knowledge and attitude in appropriate and quick aids. The first aids for the syncope students at Primary Schools are done by teachers.The objective of this research is to investigate the correlation between knowledge level and attitude of educators in first aids for students experiencing syncope. This research used the correlational quantitative method with the crosssectional design. The samples of the research were taken by means of the cluster random sampling. They were educators as many as 30 of State Primary School Laban 01, State Primary School Laban 02, and Islamic Primary School GUPPI of Laban ward, Mojolaban sub-district, Sukoharjo regency. The data of the research were analyzed by using Gamma Correlation Test. The result of the analysis shows that the value of Gamma correlation test is 0.506 with the value of p = 0.041 which is smaller than 0.05. Thus, the strength of the correlation between knowledge level and attitude of educators in first aids for the students experiencing syncope at Primary Schools in Mojolaban subdistrict, Sukoharjo regency belongs to moderate category and the direction of correlation is positive or unidirectional. The result of research shows that there is a correlation between knowledge level and and attitude of educators in first aids for the students experiencing syncope at Primary Schools in Mojolaban sub-district, Sukoharjo regency. Therefore, the educators are expected to cooperate with health institutions in their regions to materialize training on health particularly the skills for handing syncope. Keywords: Educators, syncope, knowledge, and attitude References: 37 (2000 – 2013)
xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kebanyakan orang pernah jatuh dalam suatu keadaan pingsan. Penyebabnya adalah panas disertai dehidrasi, tekanan emosi, posisi tubuh yang naik mendadak seperti dari jongkok ke berdiri, sakit perut, berdiri terlalu lama, kehilangan darah, batuk-batuk, nyeri saat buang air kecil, pengobatan tertentu, merosotnya kadar gula darah (hipoglikemi) dan gangguan jantung (Saubers 2011). Penyebab pingsan dapat dikatakan tidak secara pasti, karena ada kekurangan darah dalam otak, hingga terlalu sedikit memperoleh zat asam. Tanda – tanda adanya perasaan pingsan adalah kram, terlihat gugup, menguap dan menelan, kulit pucat, lembab, ingin muntah dan perasaan pusing melayang – layang, serta rasa mendengung di telinga (Steven 2000). Di Amerika diperkirakan 3% dari kunjungan pasien digawat darurat disebabkan oleh sinkop dan merupakan 6% alasan seseorang datang kerumah sakit. Angka rekurensi dalam 3 tahun diperkirakan 34%. Sinkop sering terjadi pada orang dewasa, insiden sinkop meningkat dengan meningkatnya umur. Hamilton mendapatkan sinkop sering pada umur 15-19 tahun, lebih sering pada wanita dari pada laki-laki, sedangkan pada penelitian Framingham mendapatkan kejadian sinkop 3% pada laki-
1
2
laki dan 3,5% pada wanita, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan wanita. Penelitian Framingham di Amerika Serikat tentang kejadian sinkop dari tahun 1971 sampai 1998 (selama 17 tahun) pada 7814 individu, bahwa insiden sinkop pertama kali terjadi 6,2/1000 orang/tahun. Sinkop yang paling sering terjadi adalah sinkop vasovagal (21,1%), sinkop kardiak (9,5%) dan 36,6% sinkop yang tidak diketahui penyebabnya. Sedangkan di Eropa dan Jepang kejadian sinkop adalah 1-3,5%. Sinkop vascular merupakan penyebab sinkop yang terbanyak, kemudian diikuti oleh sinkop kardiak (Alimurdianis 2010). Pemicu umum untuk sinkop dalam beberapa posisi penurunan frekuensi berdiri adalah rasa sakit (12,77%), bau (10,64%), ketakutan (8,51%), dan melihat darah (4,26%). Sementara di terlentang dan posisi duduk, bau (50% dan 18,75%, masing-masing), dan rasa sakit (16,67% dan 12,50%, masing-masing) adalah pemicu umum. Sinkop situasional terlihat pada berdiri (17,12%) dan posisi duduk (4,5%). Micturation (16,22%) adalah pemicu umum di antara berbagai penyebab sinkop situasional, sedangkan batuk (12,50%), tertawa (6,25%), dan buang air besar (6,25%) yang ditemui dalam posisi duduk. Pemicu lain seperti gerakan kepala, kurang tidur, melihat darah, keracunan alkohol, angkat berat, membaca, konsentrasi, gelisah, bermain, dan membersihkan telinga yang jarang, berdiri terlalu lama (35.59%) adalah keadaan umum, mendahului episode syncopal, terutama sambil berdiri dalam antrian dikeramaian, terutama di musim panas (Khadilkar 2013).
3
Jatuh pingsan biasanya terjadi secara mendadak. Pingsan dapat disebabkan akibat penderita terlalu lama berada di bawah terik sinar matahari. Gejala ringan yang sering terjadi pada penderita sinkop adalah kelelahan yang menyeluruh, sakit kepala atau pusing, mata berkunang – kunang, haus, nafas sesak dan pendek. Pingsan bisa juga disebabkan penyakit luar (cuaca angin panas) atau penyakit dalam yaitu emosi atau keterkejutan (Sukanta 2008). Seseorang yang mengalami sinkop dapat diatasi dengan cara yang sederhana.
Pasien
dibaringkan
dengan
kaki
ditinggikan
untuk
memperbaiki aliran darah ke otak, jaga agar aliran darah di sekitar cukup baik, dan longgarkan pakaiannya. Pasien yang kemudian terlihat sadar langsung diberikan minuman manis untuk menaikkan tingkat gula darahnya, jika seseorang kehilangan kesadaran dan belum siuman, segera lakukan pertolongan pertama dan bawa ke rumah sakit (Smith 2006). Kejadian pingsan biasa terjadi di sekolah – sekolah seperti SD, SMP, dan SMA atau sekolah lainnya yang mengadakan upacara rutin setiap hari senin. Referensi diatas telah menyebutkan bahwa pingsan banyak terjadi karena penderita terpapar langsung dengan sinar matahari, oleh karena itu perlunya pembekalan bagi setiap guru untuk dapat menangani kasus pingsan yang terjadi pada siswanya. Studi pendahuluan yang dilakukan di SD Negeri Laban 01 Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo didapatkan informasi dari kepala sekolah bahwa setiap upacara bendara hari senin ada kurang lebih 3
4
siswa yang mengalami pingsan atau sinkop dalam satu bulan. Menurut kepala sekolah penanganan tentang kesehatan lebih banyak dilakukan oleh guru olahraga. Hal ini berkaitan dengan peran dan fungsi dari guru olahraga merangkap sebagai guru Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Tugas guru UKS adalah melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan dan kejadiankejadian yang membahayakan siswanya di sekolah. Kejadian pingsan dan kecelakaan pada siswa di sekolah dapat terjadi sewaktu-waktu. Oleh karena itu semua guru sebaiknya mampu menguasai penatalaksanaan siswa yang mengalami pingsan di sekolah. Penguasaan suatu tindakan dipengaruhi oleh beberapa hal salah satunya adalah pengetahuan. Pengetahuan yang lebih luas akan mempengaruhi sikap untuk berubah atau menetap (Gunarsa 2008). Uraian
diatas
melandasi
penulis
untuk
meneliti
tentang
pengetahuan pendidik terhadap penanganan pertama pada siswa yang mengalami sinkop di SD Laban, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo.
1.2
Rumusan Masalah Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap pendidik dalam pertolongan pertama pada siswa yang mengalami sinkop ?
5
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap pendidik dalam pertolongan pertama pada siswa yang mengalami sinkop di SD kecamatan mojolaban Kabupaten Sukoharjo. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Mengidentifikasi tingkat pengetahuan pendidik tentang pertolongan pertama sinkop. 1.3.2.2 Mengidentifikasi sikap pendidik dalam pertolongan pertama pada siswa yang mengalami sinkop. 1.3.2.3 Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap pendidik dalam pertolongan pertama pada siswa yang mengalami sinkop.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1 Peneliti Peneliti dapat mengetahui apakah tingkat pengetahuan pendidik tentang sinkop memiliki hubungan dengan sikap pendidik dalam melakukan pertolongan pertama saat terjadi sinkop dan peneliti dapat memberikan pendidikan kesehatan terhadap subyek penelitian. 1.4.2 Institusi Pendidikan Menambah literatur tentang penelitian, sehingga dapat menambah pengetahuan dalam institusi.
6
1.4.3 Masyarakat Menambah pengetahuan tentang pertolongan pertama yang harus dilakukan saat terjadi sinkop dan masyarakat dapat mengaplikasikan. 1.4.4 Peneliti Lain Peneliti lain dapat mengetahui hasil dari penelitian yang dilakukan serta dapat menambah pengetahuan peneliti tersebut. Peneliti lain dapat melakukan penelitian yang sama dengan responden yang berbeda tempat, sehingga hasil penelitian dapat dibandingkan.
1.5
Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang terkait dengan Penangan Sinkop Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Penelitian Satish V. Khadilkar, Rakhil S. Yadav dan Kamlesh A Jagiasi
Judul Are syncope in sitting and supine position different ? Body positions and syncope : A study of 111 patients
Metode Penelitian ini menggunakan studi prospektif
Hasil Hasil penelitian bahwa sinkop dapat terjadi pada semua posisi tubuh dan lebih dari satu posisi pada pasien individu.
Birsen Arici, Mirjam Maeder, Philipp Schuetz, Beat Mueller dan Werner C.Albrich
Potential Role of Biomarkers in the Management of Syncope
Penelitian ini menggunakan studi observasional
Hasil bahwa peneliti menemukan biomarker yang berkorelasi dengan efek samping dengan demikian dapat meningkatkan penilaian risiko pada pasien dengan sinkop.
7
Penelitian Glend L. Sumner, M.D., F.R.C.P(C ), M. Sarah Rose, Ph.D., Mary Lou Koshman, R.N., Debbie Ritchie, R.N., and Robert S. Sheldon, M.D., Ph. D., F.R.C.P. (C)
Judul Recent History of Vasovagal Syncope in a Young, Referral-Based Population Is a Stronger Predictor of Recurrent Syncope Than Lifetime Syncope Burden
Metode Penelitian ini menggunakan studi kohort retrospektif
Hasil hasil penelitian Jumlah kejadiansinkoppada tahun sebelumevaluasi klinisadalah prediktor terbaikdarisinkopkek ambuhan. rekuensisinkopvasov agalpada tahun sebelumpresentasikli nisungguldengan totalseumur hidupnomorsinkopse bagai prediktorsinkopkeka mbuhanpada tahunberikutnya. Sejarahtidaksinkopdi bandingkan dengansinkoppada tahun sebelumnyadikaitkan dengan probabilitas1tahun7 % dibandingkan dengan 46% untuksinkopkekamb uhan
Jonathan A. Bolles, MD, Philip J. Gentlesk, MD, Paul C. Lewis, PhD, Ronald D. Ross, MD, PhD, Robert E. Eckart, DO
Resource Utilization in the Management of Young Patients with Syncope in a Combat Theater of Operations
Penelitian ini menggunakan Retrospektif review
Hasil penelitian bahwa mayoritas kasus sinkop dalam dewasa muda menyebabkan risiko kematian. Hasil dari penelitian mengidentifikasi 848pasien dengansinkop. Sebagian besar (80,8%) berada di bawahusia 40. HasildiagnostikEKG
8
adalah 2,0%. Dalam<40 tahun, tidak adakepalaCTatauEch ocardiogramstransth oracicyangmengiden tifikasipenyebabsink op.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Teori
2.1.1 Pendidik 2.1.1.1 Pengertian Undang-Undang No. 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional mengkarakteristikan bahwa guru termasuk kelompok tenaga kependidikan
khususnya
tenaga
pendidik
yang
bertugas
untuk
membimbing, mengajar, dan atau melatih pesera didik (Surya 2004). Guru
sebagai
pengajar
atau
pendidik
harus
mempunyai
“pemahaman” (understanding) agar (1) dapat melihat hubungan-hubungan dalam perilaku manusia yang menurut pandangan sepintas tidak nampak, (2) menjelaskan perilaku dari berbagai aspek dan titik pandang, mengembangkan kesadaran peranan faktor-faktor penting dalam perilaku, menemukan sebab-sebab perilaku, dan (3) membuat prediksi-prediksi yang akurat mengenai perilaku. Seorang guru akan terperangkap dalam reaksi terhadap perilaku anak didik sebagai akibat latar belakang atau karena aspek-aspek lain yang bermakna apabila tanpa pemahaman (Ali 2007).
9
10
2.2.1 Siswa 2.2.1.1 Pengertian Siswa adalah peserta didik pada satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pada umumnya siswa adalah remaja masih belajar di sekolah menengah atau perguruan tinggi. Rata-rata remaja menyelesaikan sekolah lanjutan pada usia kurang lebih 18 tahun. Siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu (Megawati 2010).
2.3.1 Pengetahuan 2.3.1.1 Pengertian Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu obyek. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo 2003). Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya (Wawan & Dewi 2011). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior) (Wawan & Dewi 2011).
11
2.3.1.2 Tingkat pengetahuan Tingkat pengetahuan seseorang ada 6 tingkatan, yaitu : a.
Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat memori yang telah ada sebelumnya.
b.
Memahami (Comprehention) Memahami artinya suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan secara benar.
c.
Aplikasi (Application) Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun pada kondisi riil (nyata).
d.
Analisis (Analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau menyatakan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu dengan yang lainnya .
e.
Sintesis (Synthesis) Sintesis adalah menunjukkan suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian dari keseluruhan yang baru.
12
f.
Evaluasi (Evaluation) Evalusi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu (Notoadmodjo 2003).
2.3.1.3 Cara memperoleh pengetahuan Ada beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan, yaitu : a.
Cara Tradisional 1) Cara Coba Salah (Trial and Error) Cara coba salah ini dipakai orang sebelum kebudayaan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan “kemungkinan” dalam memecahkan masalah dan apabila “kemungkinan” ini tidak berhasil maka akan dicoba lagi. 2) Cara kekuasaan atau otoritas Sumber pengetahuan cara ini dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas baik berupa pimpinan-pimpinan masyarakat formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintah, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta yang empiris maupun pendapat sendiri. 3) Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan dihadapi masa lalu.
yang
13
b.
Cara modern dalam memperoleh pengetahuan Cara ini disebut juga dengan metode penelitian atau suatu metode penelitian ilmiah dan lebih popular (Notoadmodjo 2003).
2.3.1.4 Proses perilaku “Tahu” Proses perilaku ada 5, yaitu : a. Awareness (kesadaran) Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). b. Interest (merasa tertarik) Dimana individu mulai menaruh perhatian dan tertarik pada stimulus. c. Evaluation (menimbang-nimbang) Dimana individu akan mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya. d. Trial Dimana individu ini mulai mencoba perilaku baru. e. Adaption Adaptasi dan sikap individu terhadap stimulus (Wawan & Dewi 2011). 2.3.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan a. Faktor Internal Faktor internal dibagi menjadi 3, yaitu : 1) Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang
14
menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaanya. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. 2) Pekerjaan Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan akan tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, menyita waktu, berulang dan banyak tantangan. 3) Umur Usia adalah umur individu yang terhitung saat lahir sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Wawan & Dewi 2011). b. Faktor eksternal Faktor eksternal dibagi menjadi 2, yaitu : 1) Faktor lingkungan Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
15
2) Sosial budaya Sistem
sosial
budaya
yang
ada
pada
masyarakat
dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi (Wawan & Dewi 2011). 2.3.1.6 Kriteria tingkat pengetahuan Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu : a. Baik : 76 % - 100 % b. Cukup : 56 % - 75 % c. Kurang : < 56 % (Arikunto 2006).
2.4.1 Sikap 2.4.1.1 Pengertian Sikap adalah pikiran dan perasaan yang mendorong seseorang bertingkah laku ketika seseorang menyukai atau tidak menyukai sesuatu. Sikap sendiri mengandung tiga komponen yaitu : kognisi, emosi dan perilaku serta bisa konsisten dan bisa juga tidak, tergantung permasalahan apa yang mereka hadapi (Poespodihardjo 2010). Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan (Maulan 2009). Sikap atau “attitude” digunakan untuk menunjukkan status mental individu. Sikap individu selalu diarahkan kepada suatu hal atau objek
16
tertentu dan sifatnya masih tertutup. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang tertutup tersebut. Sifat yang tertutup, sikap juga bersifat sosial, dalam arti bahwa sikap kita hendaknya dapat beradaptasi dengan orang lain. Sikap menuntun perilaku kita sehingga kita akan bertindak sesuai dengan dengan sikapyang kita ekspresikan. Kesadaran individu untuk menentukan tingkah laku nyata dan perilaku yang mungkin terjadi itulah yang dimaksud dengan sikap. Individu memiliki sikap terhadap bermacam-macam objek, mungkin benda, orang, peristiwa, pemandangan, norma, nilai, lembaga dan sebagainya. Sikap menunjukkan adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap menuntun perilaku seseorang sehingga seseorang akan bertindak sesuai dengan sikap. Berikut ini gambar hubungan sikap dengan perilaku.
STIMULUS
PROSES STIMULUS
REAKSI TINGKAH LAKU TERBUKA
SIKAP (TERTUTUP) Gambar 2.1 Hubungan sikap dengan perilaku (Sunaryo 2004)
17
Sikap masih merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, bukan pelaksana motif tertentu. Sikap itu belum merupakan tindakan atau aktifitas, tetapi merupakan suatu kecenderungan (predisposisi) untuk bertindak terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek tersebut (Sunaryo 2004). 2.4.1.2 Objek dan komponen sikap Objek-objek sikap adalah segala sesuatu yang ada dalam diri individu sendiri dan dapat juga berasal dari lingkungan fisik serta lingkungan sosial. Komponen-komponen sikap adalah : kognitif, afektif dan konatif (Poespodihardjo 2010). a.
Komponen kognitif ( komponen perceptual ) Komponen yang berisi kepercayaan yang berhubungan persepsi individu terhadap objek sikap dengan apa yang dilihat dan diketahui, pandangan, keyakinan, pikiran, pengalaman pribadi, kebutuhan emosional, dan informasi dari orang lain.
b.
Komponen afektif (komponen emosional). Komponen ini menunjukkan dimensi emosional subjektif individu terhadap objek sikap, baik bersikap positif (rasa senang) maupun negatif (rasa tidak senang). Reaksi emosional banyak dipengaruhi oleh apa yang kita percayai sebagai sesuatu yang benar terhadap objek sikap tersebut.
18
c.
Komponen konatif (komponen perilaku). Komponen ini merupakan predisposisi atau kecenderungan bertindak terhadap objek sikap yang dihadapinya (maulana 2009).
2.4.1.3 Fungsi sikap Sikap memiliki lima fungsi, yakni sebagai berikut : a.
Fungsi instrumental, yaitu sikap yang dikaitkan dengan alasan praktis atau manfaat dan menggambarkan keadaan keinginannya atau tujuan.
b.
Fungsi pertahanan ego, yaitu sikap yang diambil untuk melindungi diri dari kecemasan atau ancaman harga dirinya.
c.
Fungsi nilai ekspresi, yaitu sikap yang menunjukkan nilai yang ada pada dirinya. Sistem nilai individu dapat dilihat dari sikap yang diambil individu yang bersangkutan.
d.
Fungsi pengetahuan, Setiap individu memiliki motif untuk ingin tahu, ingin mengerti, ingin banyak mendapat pangalaman dan pengetahuan, yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.
e.
Fungsi penyesuaian sosial, yaitu sikap yang diambil sebagai bentuk adaptasi dengan lingkungannya (Maulana 2009).
2.4.1.4 Pembentukan dan perubahan sikap Pembentukan dan perubahan sikap dapat disebabkan oleh situasi interaksi kelompok dan situasi komunikasi media.Semua kejadian tersebut mendapatkan pengalaman dan pada akhirnya akan membentuk keyakinan, perasaan
serta
kecenderungan
berperilaku.
Beberapa
cara
membentuk atau mengubah sikap individu adalah sebagai berikut :
untuk
19
a. Adopsi Suatu cara pembentukan dan perubahan sikap melalui kegiatan yang berulang dan terus menerus sehingga lama-kelamaan secara bertahap akan diserap oleh individu. b. Differensiasi Terbentuk dan berubahnya sikap karena individu telah memiliki pengetahuan, pengalaman, inteligensi dan bertambahnya umur. Hal yang pada awalnya dipandang sejenis, sekarang dipandang tersendiri dan lepas dari jenisnya sehingga membentuk sikap tersendiri. c. Integrasi Sikap terbentuk secara bertahap, diawali dari pengetahuan dan pengalaman terhadap objek sikap tertentu. d. Trauma Pembentukan dan perubahan sikap terjadi melalui kejadian yang tiba-tiba dan mengejutkan sehingga menimbulkan kesan mendalam. e. Generalisasi Sikap terbentuknya dan berubah karena pengalaman traumatik pada individu terhadap hal tertentu dapat menimbulkan sikap tertentu (positif atau negatif) terhadap semua hal (Maulana 2009).
20
Berikut gambar pengaruh sikap terhadap diri individu. FAKTOR INTERNAL • Fisiologis (sakit, lapar, haus) • Psikologis (minat dan perhatian)
OBJEK SIKAP SIKAP
FAKTOR EKSTERNAL • Pengalaman • Situasi • Norma • Hambatan • Pendorong
REAKSI
Gambar 2.2 Pengaruh sikap terhadap diri sendiri (Maulana 2009).
2.5.1 Sinkop 2.5.1.1 Pengertian Sinkop yaitu hilangnya kesadaran secara sementara yang di sebabkan oleh menurunnya sirkulasi darah ke otak atau terhentinya fungsi normal otak (Callaham &barton 1997). Jatuh pingsan adalah hilangnya kesadaran dan kontrol otot untuk sesaat (beberapa detik hingga beberapa menit) yang menyebabkan seseorang terjatuh secara mendadak (Saubers 2011).
21
Penyebab sinkop dapat di katakan tidak secara pasti, karena ada kekurangan darah dalam otak, sehingga otak terlalu sedikit memperoleh zat asam. Tanda – tanda adanya perasaan pingsan adalah kram, terlihat gugup, menguap dan menelan, kulit pucat, lembab, ingin muntah dan perasaan pusing melayang – layang, serta rasa mendengung di telinga (Steven 2000). Penyebab sinkop dipengaruhi oleh stimulus yang menghasilkan respon berlebihan di bagian sistem syaraf yang mengatur fungsi-fungsi tubuh yang di kontrol syaraf tak sadar seperti detak jantung dan aliran darah. Respon yang terpicu di karenakan tekanan jantung dan tekana darah merosot tajam, sehingga mengurangi aliran darah ke otak, menyebabkan korban jatuh pingsan (Saubers 2011). 2.5.1.2 Penyebab sinkop Tanda-tanda pingsan yaitu suatu lingkungan yang panas disertai dehidrasi, posisi tubuh yang naik mendadak seperti dari jongkok ke berdiri, sakit perut, berdiri terlalu lama, kehilangan darah, buang air kecil disertai nyeri, hipoglikemi dan gangguan jantung (Saubers 2011). Penyebab sinkop juga dipengaruhi oleh segala bentuk emosi, seperti ketakutan, sakit, terkejut, melihat darah, atau melihat peristiwa kecelakaan (Stevens dkk 2000). Sinkop dibagi 5 bagian besar menurut etiologinya : a. Neurally mediated syncopal syndromes : sinkop vasovagal, sinkop sinus karotis, sinkop situasional (sinkop karena adanya perdarahan akut, sinkop akibat batuk, bersin)
22
b. Disfungsi otonom : sindromedisfungsi otonom primer (disfungsi otonom murni, atropi sistem multipel, penyakit parkinson dengan disfungsi otonom) c. Sinkop akibat aritmia jantung : disfungsi nodus SA, gangguan konduksi atrioventrikular. d. Penyakit struktural jantung atau kardio pulmoner e. Serebrovaskuler : subclavian steal syndrome (Dewanto dkk 2009). 2.5.1.3 Anamnesis Anamnesis sinkop meliputi episode sinkop yang mencakup; faktor pencetus, aktivitas sebelum terjadinya sinkop, posisi pasien (berdiri, duduk atau tidur) saat serangan sinkop dapat membantu membedakan sinkop kardiogenik
atau
nonkardiogenik.Klinisi
juga
disarankan
untuk
mengumpulkan informasi mengenai gejala-gejala sebelum timbulnya sinkop. Rasa ingin pingsan, kepala terasa ringan, vertigo, kelemahan, diaforesis, perasaan tidak nyaman di perut, mual, penglihatan kabur, pucat dan parestesia sering terjadi sebelum sinkop. Sepertiga dari pasien (terutama lansia) hanya menampilkan sedikit gejala prodromal, bahkan ada yang tidak mengalaminya. Pada kasus kasus demikian biasanya diikuti oleh trauma fisik, misalnya terjatuh. Riwayat pengobatan harus diteliti dengan seksama, terutama obatobat yang sering dihubungkan dengan penyebab sinkop, antara lain : a. Obat-obat yang menurunkan tekanan darah
23
b. Obat-obat yang mempengaruhi curah jantung c. Obat-obat yang memperpanjang interval Q-T (sepertiga dari setiap siklus detak jantung) d. Obat-obat yang mempengaruhi kesadaran 2.5.1.4 Pemeriksaan fisik dan penunjang a. Pemeriksaan jantung yang menyeluruh dan lengkap dapatmemberikan gambaran mengenai etiologi sinkop. b. Tanda-tanda vital. c. Pemeriksaan
neurologis
sebagai
barometer
perbaikan
ataupun
perburukan gejala. Status mental biasanya normal. d. Identifikasi trauma e. Beberapa pemeriksaan bedside dapat membantu menunjukkan sumber sinkop f. Pemeriksaan EKG 12 sadapan 2.5.1.5 Pemeriksaan neurologi Pemeriksaan neurologis pada sinkop meliputi jenis gangguannya yaitu, disfungsi autonom, gangguan serebrovaskuler, nonsyncopal attact, dan evaluasi psikiatrik. Pada disfungsi autonom, sistem saraf autonom tidak mampu menyesuaikan pada perubahan posisi sehingga menyebabkan hipotensiortostatik dan sinkop. Derajat sinkop didasarkan pada lamanya pasien dapat berdiri sebelum akhirnya duduk. Hipotensi dan gangguan miksi merupakan jenis disfungsi otonom lainnya (Dewanto dkk 2009).
24
Gangguan serebrovasculer juga merupakan salah satu tanda penyebab terjadinya sinkop. Gangguan tersebut dikarenakan steal syndromes dan TIA. Steal syndrom ini terjadi stenosis pada bagian proximal arteri subclavicula (ditandai dengan bruit pada leher bawah dan penurunan tekanan darah serta volume nadi lengan ipsilateral) yang dapat menyebabkan aliran retrograd arteri vertebralis ke bawah saat lengen di gerakkan (Ginsberg 2007). TIA (Transient Ischemic Attack) merupakan gangguan fungsi otak singkat yang reversibel akibat hipoksia serebral (Corwin 2009). Nonsyncopal attact menjadi pemicu terjadinya sinkop meliputi epilepsi yang disebabkan oleh lepasnya listrik paroksismal dalam neuron serebral yang menyebabkan berbagai pola klinis berbeda termasuk sinkop (Rubenstein dkk 2007). Katapleksi juga termasuk ke dalam nonsyncopal attact. Penderita katapleksi mengalami serangan tiba-tiba dan hilangnya kelenturan otot temporal pada tubuh, sehingga seluruh otot lurik dalam tubuh terpengaruh dan bisa memicu terjadinya sinkop (Rafknowledge 2004). Jenis nonsyncopal attact yang terakhir adalah drop attact yang merupakan kehilangan tonus otot yang tiba-tiba (Ginsberg 2007). 2.5.1.6 Penatalaksanaan a. Penatalaksanaan sederhana Baringkan pasien terlentang dengan kaki ditinggikan untuk memperbaiki aliran darah ke otak. Jaga agar aliran udara disekitar cukup baik, dan kendurkan pakaiannya. Bila yakin bahwa pasien
25
sepenuhnya sadar, tawarkan minuman manis untuk menaikkan gula darahnya. Bila pasien kehilangan kesadaran dan belum siuman dalam 3 menit, segera lakukan pertolongan pertama dan bawalah ke rumah sakit (Smith 2006). b. Indikasi rawat Pertimbangan merawat pasien sinkop di rumah sakit didasarkan pada 2 tujuan, yaitu tujuan diagnosis, dan terapi. Kasus sinkop yang pada evaluasi awal belum diketahui penyebabnya dapat di rawat di rumah sakit. Pasien yang telah didiagnosis pada evaluasi klinis awal, keputusan merawat pasien di rumah sakit tergantung pada prognosis dari etiologi yang mendasari sinkop dan perawatan yang dibutuhkan. Terapi yang di dapatkan pada pasien sinkop meliputi terapi non farmakologis
(pencegahan
sekunder,
ekspansi
volume,
latihan
ortostatik) dan pengobatan farmakologis seperti penyakit-β, agonis-α dan alat pacu jantung (Dewanto 2009).
26
2.2 Kerangka Teori Gejala/Tanda-tanda
Penyebab
• Terlihat Gugup, pucat
• Lingkungan panas disertai dehidrasi
• Sering menguap dan
• Posisi tubuh yang naik
menelan
mendadak seperti dari jongkok
• Rasa mendengung di
ke berdiri
telinga • Segala bentuk emosi,
• Sakit perut
seperti
• Berdiri terlalu lama
ketakutan,terkejut.
• Kehilangan darah • Belum sarapan • Melihat darah atau melihat peristiwa kecelakaan. • Pusing melayang-layang Sinkop
Pengetahuan
Sikap
Penatalaksanaan Sinkop Sederhana
Keterangan :
Farmakologi s
: Tidak termasuk dalam komponen penelitian : Komponen penelitian Gambar 2.3 Skema Kerangka Teori (Annisa 20012)
27
2.3 Kerangka Konsep Pengetahuan Pendidik tentang Sinkop
Sikap Pendidik dalam Prnanganan Sinkop
Gambar 2.4 Skema Kerangka Konsep (Wawan&Dewi 2011)
2.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah proposisi keilmuan yang dilandasi oleh kerangka konseptual penelitian dan merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang dihadapiserta dapat diuji kebenarannya berdasarkan fakta empiris. Hipotesis yang digunakan adalah H1 Ho : Tidak ada hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap terhadap pertolongan pertama sinkop H1 :
Ada
hubungan
tingkat
pengetahuan
dengan
sikap
terhadap
pertolongan pertama sinkop Hipotesis dalam Penelitian ini Adalah Ada hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap terhadap pertolongan pertama sinkop.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif korelasional yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antarvariabel (Nursalam 2011). Hubungan dalam penelitian ini menggunakan hubungan Kausal yaitu hubungan yang bersifat sebab akibat (Sugiono 2010). Penelitian korelasional biasanya dilakukan bila variabel-variabel yang diteliti dapat diukur secara serentak dari suatu kelompok subjek. Desain pada penelitian ini adalah cross-sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam 2011).
3.2
Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi Populasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam 2011). Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto 2010).
28
29
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pendidik yang bekerja di Sekolah Dasar Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo sebanyak 448 responden. 3.2.2 Sampel Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sedangkan sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi yang ada (Nursalam 2011). Sampel pada penelitian ini adalah poendidik yang berada di SD Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo dengan kriteria inklusi sebagai berikut: 1. Pendidik yang berada di SD Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo Kriteria eksklusi Pendidik yang berada di SD kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo sebagai berikut: 1.
Pendidik yang sakit pada saat pembagian kuesioner
2.
Pendidik yang sedang cuti Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SD Kecamatan
Mojolaban Kabupaten Sukoharjo sebanyak 30 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan Cluster Sampling yaitu pengelompokan sampel berdasarkan wilayah atau lokasi penelitian dengan karakteristik yang berbeda (Nursalam 2011).
30
Dalam penelitian ini sampel yang akan diambil adalah Seluruh Pendidik di SD yang berada di Kelurahan Laban, kecamatan mojolaban kabupaten Sukoharjo yang memenuhi kriteria eksklusi dan inklusi sebanyak 30 responden. Pada masing-masing SD diambil sampel sebagai berikut untuk SD Laban 01 diambil 11 Responden, SD Laban 02 diambil 10 Responden dan SD Madrasah Ibtidaiyah GUPPI Laban diambil 9 Responden. Semua Sekolah Dasar tersebut berada di satu desa yaitu di Desa Laban Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.
3.3
Tempat dan Waktu Penelitian
3.3.1 Tempat Penelitian Tempat Penelitian dilakukan di beberapa Sekolah Dasar yang berada di Kecamatan Mojolaban yaitu di SD Laban 01, Laban 02 dan Madrasah Ibtidaiyah GUPPI Laban. 3.3.2 Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan 4 Desember 2013 sampai 12 Mei 2014
31
3.4
Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran Tabel 3.1 DefinisiOperasional
Nama Variabel Independen Pengetahuan tentang penanganan pertama sinkop
Pengertian
Indikator
Merupakan pemahaman pendidik tentang penanganan sinkop
Tingkat pengetahuan
Dependen Sikap pendidik dalam managemen sikop
Merupakan respon pendidik tentang penanganan sinkop
Managemen sinkop
3.5
Score i.Kategori Kurang yaitu menjawab benar < 56% dari yang diharapkan ii.Kategori cukup yaitu menjawab benar 56%75%dari yang diharapkan iii.Kategori Baik yaitu menjawab benar 76%-100% dari yang diharapkan i.Kategori Kurang skor < 26 ii.Kategori Cukup skor 26-30 iii.Kategori Baik skor >30
AlatUkur
Skala
Kuesioner
Ordinal
Kuesioner
Ordinal
Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
3.5.1 Alat Penelitian Instrumen penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah jenis pengukuran dengan mengumpulkan data secara formal kepada subjek untuk menjawab pertanyaan secara tertulis (Nursalam 2011). Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah closedended questions yaitu kuesioner yang sudah tersedia jawabannya sehingga responden tinggal memilih (Nursalam 2011). Penelitian ini menggunakan 2 jenis kuesioner sesuai dengan 2 variabel yang akan dihubungkan.
32
Kuesioner tersebut meliputi kuesioner pengetahuan pendidik tentang managemen sinkop dengan 15 pertanyaan dan kuesioner tentang sikap pendidik dalam manajemen sinkop dengan 10 pertanyaan. 3.5.2 Cara Pengumpulan Data 3.5.2.1 Data primer Data primer adalah data atau kesimpulan fakta yang dikumpulkan secara langsung pada saat berlangsungnya penelitian. Data primer dalam penelitian ini adalah data yag diambil dari subyek peneliti yang diukur sesudah pemberian kuesioner tentang pertolongan pertama
pada
siswanyang mengalami sinkop. 3.4.1.1 Data sekunder Data sekunder adalah data yang ada di SD kecamatan mojolaban kabupaten sukoharjo, literatur yang relevan dan sumber lain yang mendukung penelitian ini. 3.5.3 Tahap Pengumpulan Data Sebelum melakukan tahap pertama, peneliti melakukan langkah awal, yaitu tahap orientasi meliputi pengajuan surat ijin kepada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Sukoharjo. Tahap pertama, peneliti mempersiapkan materi dan konsep yang mendukung penelitian ini dengan membaca berbagai referensi dan jurnal. Peneliti mencari literatur lain untuk mendalami topik penelitian ini. Tahap kedua, peneliti melakukan studi pendahuluan untuk mengetahui angka kejadian sinkop di SD Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.
33
Tahap ketiga, peneliti menyusun proposal yang sebelumnya sudah dikonsultasikan kepada pembimbing I dan pembimbing II. Tahap keempat, peneliti melakukan revisi proposal penelitian sebelum melaksanakan penelitian yang kemudian dikonsultasikan kembali kepada pembimbing I dan pembimbing II. Tahap kelima, peneliti mengajukan permohonan izin kepada UPTD dan SD Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. 3.5.4 Tahap Pelaksanaan Tahap pertama, peneliti menetapkan objek penelitian dengan pemilihan sampel yaitu semua pendidik yang bekerja di SD laban 01,laban 02 dan SD MI GUPPI Desa Laban Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Tahap kedua, peneliti melakukan pengambilan data dengan cara melakukan pengukuran tingkat pengetahuan dan sikap. Tahap ketiga, peneliti melakukan pengambilan data pertolongan pertama pada siswa yang mengalami sinkop. Tahap keempat, peneliti membuat laporan hasil penelitian. 3.5.5 Uji Validitas dan Reliabilitas 3.5.5.1 Uji validitas Uji validitas menggunakan rumus Pearson product moment, setelah itu diuji dengan menggunakan uji t dan baru dilihat penafsiran dari indeks korelasi. Untuk tα = 0,05 derajat kebebasan. Jika nilai t hitung > t tabel berarti valid dan jika t hitung < t tabel maka tidak valid (Hidayat 2007). Uji validitas dilakukan di SDN Wirun 03, Wirun 04, dan Wirun 05
34
Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo dengan menggunakan 30 responden. Rumus Pearson product moment:
ݎ௧௨ =
݊(ߑ)ݔ∑( ି)ݕݔ. (∑)ݕ
ඥ(݊. ߑ ݔଶ − (∑)ݔଶ ). (݊. ߑ ݕଶ − (ߑ)ݕଶ )
݇݁݊ܽ݃݊ܽݎ݁ݐ:
ݎ௧௨ = koefisien korelasi ߑݔ ߑy n
= jumlah skor item = jumlah skor total item = jumlah responden
Uji validitas pada kuesioner tingkat pengetahuan tentang sinkop pada 30 responden, didapatkan hasil dari 36 item pernyataan, 15 item diantaranya dinyatakan valid karena nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel dengan taraf signifikasi 5% (0,361). Sedangkan 21 item pernyataan, yaitu item pernyataan no 2, 6, 8, 10, 16, 17, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 34, 35, dan 36 dinyatakan tidak valid karena r hitung lebih kecil dari nilai r tabel. Sama halnya dengan kuesioner tingkat pengetahuan tentang sinkop, pada kuesioner sikap pertolongan pertama sinkop juga dilakukan uji validitas. Dari 20 item pernyataan 10 diantaranya dinyatakan tidak valid, yaitu item pernyataan no 1, 2, 6, 11, 12, 13, 14, 17, 18 dan 20. Item pernyataan dari kedua kuesioner yang telah dinyatakan tidak valid,
35
selanjutnya tidak diikutsertakan dalam item pernyataan kuesioner penelitian ini. 3.5.5.2 Reliabilitas Reliabilitas merupakan suatu instrumen yang cukup dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik, metode item varian yang digunakan untuk mengukur reliabilitas adalah cronbach alpa. Uji Cronbach’s alpha dapatdigunakan pada tes yang respon terhadap item yang diberi skor dikotomi (skor 0 atau 1) maupun terhadap item skor bukan dikotomi (misal skor 1 sampai 4) (Azwar 2012). Kuesioner dianggap reliabel apabila nilai alpha 0,7 (Priyatno 2012). Rumus uji Cronbach alpha :
ݎଵଵ = ൬
݇
݇−1
൰ ቆ1 −
∑ߪ21 ߪ2݅
ቇ
Keterangan:
ݎଵଵ
∑ߪଵଶ ∑ߪଶ ܭ
= Reliabilitas instrumen = Jumlah varians butir = Varian total = banyaknya soal
Setelah didapat nilai hasil uji reliabilitas, maka nilai tersebut dibandingkan dengan nilai uji reliabilitas tabel. Jika nilai uji reliabilitas tabel lebih besar dari nilai uji reliabilitas tabel maka pernyataan dinyatakan reliabel.
36
Hasil uji reliabilitas yang telah dilakukan, maka kuesioner tingkat pengetahuan tentang sinkop dengan sikap pertolongan pertama sinkop dinyatakan reliabel. Hal ini ditunjukkan dari nilai r hitung tingkat pengetahuan = 0,881 dan r hitung sikap pertolongan sinkop = 0,885 lebih besar dari nilai r tabel = 0,364 yang berarti kedua kuesioner layak digunakan.
3.6
Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data
3.6.1 Pengolahan Data meliputi : 3.6.1.1 Editingataumengedit
data,
dimasukanuntukmengevaluasikelengkapan,
konsistensidankesesuaian
kriteria
data
yang
diperlukanuntukmenguncihipotesisataumenjawabtujuanpenelitian. 3.6.1.2 Codingataumengkode data merupakansuatumetodeuntukmengobservasi data
yangdikumpulkanselamapenelitiankedalam
cocokuntukkeperluananalisisterhadaphasilobservasi Dalampenelitianini
coding
simbol yang
yang
dilakukan.
dilakukandenganmenggunakanangka
1,2,3danseterusnya. 3.6.1.3 Entri data merupakan proses memasukkan data kedalam computer. 3.6.1.4 Tabulasimerupakan proses mengklasifikasikan data menurut criteria tertentusehinggafrekuensidarimasing-masing item.
37
3.6.2 Analisa Data 3.6.2.1 Analisa univariat Analisaunivariatadalahanalisa dilakukanuntukmenganalisistiapvariabel
yang darihasilpenelitian
yang
disajikandalambentukdistribusi yang dinarasikan (Notoatmodjo, 2005). Analisa univariat dilakukan untuk menjelaskan variabel pengetahuan, sikap dan karakteristik responden yang meliputi Umur, Jenis Kelamin, Masa Kerja dan Pelatihan UKS. Variabel pengetahuan, sikap, Umur Jenis kelamin, Masa Kerja dan Pelatihan UKS dijelaskan menggunakan distribusi frekuensi dengan ukuran presentase atau proporsi. 3.6.2.2 Analisa bivariat Analisabivariatadalahanalisis
yang
dilakukanuntukmengetahuiketerkaitanduavariabel, untukmengetahuihubunganantarapengetahuan dan sikap pendidik dalam penanganan pertama sinkop dilakukanuji Korelasi Gamma yaitu uji yang digunakan untuk menguji korelasi dua variabel dimana kedua variabel yang dihubungkan adalah variabel ordinal (Dahlan 2008).
3.7
Etika Penelitian Masalah etika yang harus diperhatikan antara lai adalah sebagai berikut :
3.7.1 Informed Consent Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden peneliti dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consenttersebut
38
diberikan senelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menanda tangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut antara lain: partisipasi perawat, tujuan dilakukanya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain. 3.7.2 Anonymity (tanpa nama) Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. 3.7.3 Confidentiality (kerahasiaan) Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Pada BAB ini akan diuraikan hasil penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap pendidik dalam pertolongan pertama pada siswa yang mengalami sinkop di Sekolah Dasar (SD) Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Berdasarkan data yang diambil selama 7 hari penelitian yaitu pada tanggal 5 mei 2014 sampai 12 Mei 2014 dengan 30 responden yang telah memenuhi kriteria. Dari kegiatan penelitian, didapatkan hasil sebagai berikut :
4.1
Analisis Univariat
4.1.1 Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini terdiri dari pendidik yang berada di SD Kecamatan Mojolaban yang telah sesuai kriteria yang diinginkan peneliti dan memiliki karakteristik yang beragam. Sesuai dengan hasil penelitian, diperoleh data karakteristik responden sebagai berikut : 4.1.1.1 Usia responden Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Usia Responden di SD Kecamatan Mojolaban (N=30) No 1 2 3
Usia Responden (Tahun) 24-34 35-45 46-56 Total
39
Frekuensi 12 10 8 30
Persentase (%) 40,0 33,3 26,7 100
40
Pada tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berada pada usia 24–34 tahun, yaitu 40%. 4.1.1.2 Jenis kelamin responden Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Jenis Kelamin Responden di SD Kecamatan Mojolaban ( N=30) No 1 2
Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Total
Frekuensi 15 15 30
Persentase (%) 50% 50% 100%
Pada Tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa jumlah responden penelitian berdasarkan jenis kelamin memiliki frekuensi yang sama yaitu 50% jenis kelamin Laki-laki dan 50% jenis kelamin Perempuan. 4.1.1.3 Masa kerja responden Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Masa Kerja Responden di SD Kecamatan Mojolaban (N=30) No 1 2 3
Masa Kerja (Tahun) 1-10 11-21 22-32 Total
Frekuensi 18 3 9 30
Persentase (%) 60% 10% 30% 100
Pada tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai masa kerja antara 1-10 tahun, yaitu 60%.
41
4.1.1.4 Pelatihan UKS Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pelatihan UKS di SD Kecamatan Mojolaban (N=30) No 1 2
Pelatihan UKS Ya Tidak Total
Frekuensi 6 24 30
Persentase (%) 20% 80% 100
Pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang tidak mengikuti pelatihan UKS, yaitu 80%. 4.1.2 Tingkat Pengetahuan tentang Sinkop Tabel 4.5 Tingkat Pengetahuan tentang Sinkop di SD Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo (N=30 ) No 1 2 3
Kategori Tingkat Pengetahuan Baik Cukup Kurang Total
Frekuensi
Presentase (%)
12 14 4 30
40,0% 46,7% 13,3% 100
Pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan cukup tentang sinkop, yaitu 46,7%. 4.1.3 Sikap Pertolongan Pertama Sinkop Tabel 4.6 Sikap Pertolongan Pertama Sinkop di SD Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo (N=30) No 1 2 3
Kategori Sikap Baik Cukup Kurang Total
Frekuensi 6 19 5 30
Persentase (%) 16,7% 63,3% 20,0% 100%
42
Pada tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki sikap yang cukup, yaitu 63,3% dalam penatalaksanaan sinkop.
4.2
Analisa Bivariat
4.2.1 Analisis Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Pendidik dalam Pertolongan Pertama pada Siswa yang Mengalami Sinkop antara variabel dependen dan independen. Tabel 4.7 Hasil Uji Korelasi Gamma tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap pendidik dalam pertolongan pertama sinkop (N=30) No 1 2 3
Pengetahuan Baik Cukup Kurang Total
Baik 2 2 0 4
Sikap Cukup Kurang 8 2 7 5 1 3 16 10
Total 12 14 4 30
r 0,506
Pada tabel 4.7 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik dengan sikap yang Cukup, yaitu ada 8 responden. Hasil pengujian korelasi gamma dengan tingkat kesalahan 5 % didapatkan nilai korelasi gamma 0,506 dengan p= 0,041. Karena nilai p < 0,05 maka Ho di tolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap terhadap pertolongan pertama sinkop. Berdasarkan nilai uji korelasi Gamma sebesar 0,506 maka kekuatan hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap pendidik dalam pertolongan pertama pada siswa yang mengalami sinkop di SD Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo termasuk dalam kategori sedang dan arah korelasi +
p 0,041
43
(positif) yaitu searah. Hal ini berarti semakin baik tingkat pengetahuan tentang sinkop, berarti semakin baik pula sikap pendidik dalam pertolongan pertama pada siswa yang mengalami sinkop.
BAB V PEMBAHASAN
Pada bab ini akan membahas hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada pendidik di Sekolah Dasar (SD) yang berada di kecamatan Mojolaban. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap terhadap pertolongan pertama sinkop. Penelitian ini seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat pengetahuan pendidik tentang sikap dalam pertolongan pertama pada saat terjadi sinkop di SD Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 5 mei 2014 sampai 12 mei 2014 dengan jumlah responden sebanyak 30 responden pendidik yang mengajar di SD LABAN 01, LABAN 02 dan MI GUPPI Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Hasil penelitian ini menguraikan tingkat pengetahuan pendidik dalam pertolongan pertama pada siswa yang mengalami sinkop di SD kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukogharjo, sikap pendidik dalam pertolongan pertama siswa yang mengalami sinkop di SD Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo dan hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap pendidik dalam pertolongan pertama pada siswa yang mengalami sinkop di SD Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Pembahasan hasil penelitian dapat kita lihat di bawah ini :
44
45
5.1
Tingkat Pengetahuan pendidik dalam pertolongan pertama pada siswa yang mengalami sinkop di SD Kecamatan MojolabanKabupaten Sukoharjo Tingkat pengetahuan tentang sinkop di SD kecamatan Mojolaban pada kategori cukup sebanyak 14 (46,7%) pendidik dan tingkat pengetahuan kategori baik sebanyak 12 (40%) pendidik, sedangkan 4 (13,3%) pendidik memiliki kategori kurang. Responden yang memiliki pengetahuan baik mampu mengetahui, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi sedangkan responden yang memiliki pengetahuan yang cukup hanya mampu mengetahui dan memahami saja keusioner yang diberikan oleh peneliti mengenai pengertian, penyebab, tanda dan gejala sinkop yang ditujukan dengan kemampuan responden menjawab 72,9 % menjawab benar. Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek. Ada beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan yaitu cara tradisional dan cara modern dalam memperoleh pengetahuan (Notoatmodjo 2003). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior) (Wawan & Dewi 2011). Berdasarkan teori dan penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukan bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh para pendidik tentang sinkop memiliki kategori cukup dan baik hal ini dikarenakan beberapa pendidik ada yang sudah mengetahui pengertian, tanda dan gejala dan
46
faktor-faktor penyebab dari sinkop. Menurut salah satu responden yang memiliki kategori baik mengatakan pernah mengikuti pelatihan dari petugas kesehatan. Pelatihan yang diikuti oleh peserta diharapkan dapat meningkatkan kemampuannya, baik dalam pengetahuan, keterampilan maupun sikap (Notoatmodjo 2003).
5.2
Sikap pendidik dalam pertolongan pertama pada siswa yang mengalami
sinkop
di
SD
Kecamatan
Mojolaban
Kabupaten
Sukoharjo. Sikap adalah pikiran dan perasaan yang mendorong seseorang bertingkah laku ketika seseorang menyukai atau tidak menyukai sesuatu. Sikap mengandung tiga komponen, yaitu kognisi, emosi dan perilaku serta konsistenan atau justru sebaliknya,tergantung permasalahan apa yang mereka hadapi (Poespodiharjo 2010). Ada beberapa cara untuk membentuk atau mengubah sikap individu yaitu Adopsi, Differensiasi, Integrasi, Trauma dan Generalisasi (Maulana 2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap antara lain, pengetahuan, pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, serta pengaruh kebudayaan (Azwar 2005). Sebanyak 19 pendidik (63,3%) melaksanakan sikap yang cukup dalam melakukan pertolongan pertama pada siswa yang mengalami sinkop. Sikap yang cukup tersebut ditandai dengan pendidik yang bisa mengerjakan soal melebihi skor yang sudah ditentukan oleh peneliti. Sikap
47
menunjukkan adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap juga menuntun perilaku seseorang sehingga seseorang akan bertindak sesuai dengan sikap (Sunaryo 2004). Berdasarkan teori dan penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa sikap pendidik dalam pertolongan pertama pada siswa yang mengalami sinkop memiliki kategori cukup. Hal ini ditandai dengan rata-rata pendidik hanya mampumenjawab soal dengan score ≤ 28,2 dari klasifikasi dan beberapa responden sdah tahu bagaimana melakukan pertolongan pertama pada siswa yang mengalami sinkop.
5.3
Hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap pendidik dalam pertolongan pertama siswa yang mengalami sinkop di SD Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Analisa bivariat pada penelitian ini, yaitu menghubungkan tingkat pengetahuan pendidik dengan sikap dalam pertolongan pertama pada saat terjadi sinkop. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap pendidik terhadap pertolongan pertama siswa yang mengalami sinkop di SD kecamatan mojolaban kabupaten sukoharjo. Sebanyak 8 pendidik memiliki tingkat pengetahuan baik dengan sikap pendidik yang cukup dalam pertolongan pertama sinkop. Adanya hubungan antara kedua variabel ditunjukkan dari hasil perhitungan uji korelasi Gamma dengan tingkat kesalahan 5% didapatkan nilai korelasi
48
Gamma = 0,506 termasuk dalam kategori sedang dan arah korelasi + (positif) yaitu searah dan nilai p = 0,041. Karena nilai p < 0,05 maka Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap pendidik dalam pertolongan pertama siswa yang mengalami sinkop di SD kecamatan mojolaban. Pendidik di SD kecamatan mojolaban sudah memahami dengan cukup tentang sinkop. Hal ini ditunjukkan dalam pengisian kuesioner tingkat
pengetahuan
dengan
menjawab
benar
72,9%,
sehingga
pengetahuan yang cukup mempengaruhi sikap yang akan dilakukan dalam pertolongan
pertama
sinkop.
Sedangkan
sikap
para
responden
menunjukkan dalam kategori cukup. Hal ini dapat diketahui pada pengisian kuesioner terbanyak masuk pada kategori cukup, yaitu sebesar 63,3% atau sebanyak 19 orang pendidik. Tindakan seseorang dipengaruhi oleh sikap dan pengetahuannya (Sunardi 2004). Sebagai informasi yang di simpan dalam ingatan, pengetahuan didapatkan dari serangkaian proses pengolahan informasi. Pengetahuan yang lebih luas akan mempengaruhi sikap untuk berubah atau menetap (Gunarsa 2008).
BAB VI PENUTUP
6.1
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
6.1.1 Tingkat pengetahuan pendidik dalam pertolongan pertama pada siswa yang mengalami sinkop di SD Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo sebagian besar berada pada kategori cukup, yaitu 46,7 % atau sebanyak 14 pendidik. 6.1.2 Sikap pendidik dalam pertolongan pertama pada siswa yang mengalami sinkop di SD Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo Sebagian besar berada pada kategori cukup, yaitu 63,3% atau sebanyak 19 pendidik. 6.1.3 Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap pendidik dalam pertolongan pertama pada siswa yang mengalami sinkop di SD Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.
6.2
Saran
6.2.1 Institusi Pendidikan Institusi pendidikan diharapkan dapat bekerjasama dengan Instansi kesehatan yang berada di wilayahnya untuk mewujudkan pelatihan tentang
49
50
kesehatan kususnya terampil dalam penanganan sinkop. Sehingga kesehatan serta keselamatan siswa terjaga dengan baik. 6.2.2 Pelayanan Kesehatan Perawat dan tenaga kesehatan lain dapat melakukan pendidikan kesehatan ke Sekolah Dasar dan masyarakat di Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap pendidik dalam pertolongan pertama siswa yang mengalami sinkop. 6.2.3 Masyarakat Masyarakathendaknya memperoleh pendidikan kesehatan tentang sinkop sehingga masyarakat mampu mengetahuai dan melaksanakan pertolongan pertama sinkop. 6.2.4 Peneliti Lain Peneliti lain dapat melakukan penelitian terkait sinkop dengan mengubah metode maupun jenis penelitian. Peneliti lain dapat melakukan penelitian dengan topik yang sama dengan responden yang berbeda, sehingga hasil penelitian dapat dibandingkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad 2007, Ilmu & Aplikasi pendidikan, PT Imperial Bhakti Utama, Bandung. Alimudianis 2010, Diagnosis dan Penatalaksanaan sinkop kardiak, Sub Bagian Kardiologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakltas kedokteran UNAND, Padang. Annisa 2012, ‘Hubungan Antara Pola Asuh Ibu dengan Perilaku Bullying Remaja’, Fakultas Ilmu Kedokteran UI, Jakarta. Arikunto, S 2010, Prosedur penelitian Suatu pendekatan praktik, Jakarta, PT Rineka Cipta. Azwar, S 2012, ‘Metode Penelitian’, Yogyakarta, Pustaka Pelajar. Azwar, S 2005, Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya, edisi kedua, Pustaka Pelajar, Yogyakarta Callahan, Barton, Schumaker 1997, Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan gawat Darurat Medis, Binarupa Aksara, Jakarta. Corwin, Elisabeth J 2009, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta. Dahlan, M.S 2008, Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Deskriptif, Bivariat dan Multvariat di Lengkapi Dengan Menggunakan SPSS, Salemba Medika, Jakarta. Dewanto, Suwono, Priyanto dan Turana, Yuda 2009, Panduan Praktis Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Syaraf, EGC, Jakarta. Dharma, K, K 2011, Metodologi penelitian keperawatan pedoman melaksanakan dan menerapkan hasil penelitian, Jakarta Timur, CV. Trans Info Media. Ginsberg, Lionel 2007, Lecture Notes Neurologi, Erlangga, Jakarta. Gunarsa, Singgih 2008, Psikologi Perawatan, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta. Handoko, T.H 2003 Manajemen Personalia & Sumber Daya Manusia Edisi Kedua, BPFE, Yogyakarta.
Hidayat 2007, Metode penelitian keperawatan dan teknik analisa data, Salemba medika, Jakarta. Khadilkar, Satish V, Rakhil S Yadov, Kamlesh A Jagrasi 2013, ‘Are Syncopes In Sitting and Supine Position Different? Body Positions and Syncope : A Study Of III Patients’, Indra Original Articel. Kumala, Poppy 1999, Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer, EGC, Jakarta. Maulana, Heri J 2009, Promosi Kesehatan, EGC, Jakarta. Megawati 2010, ‘Perbedaan Self Confidence Siswa SMP yang Aktif dan Tidak Aktif Dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) Di SMPN 1 Perbaungan’, Skripsi, Sarjana Psikologi, Fakultas Psikologi, Sumatera Utara. Notoatmodjo,S 2003 Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta, Rineka Cipta. Nursalam 2011, Konsep dan penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta. Perry & Potter 2000, Buku Saku Ketrampilan dan Prosedur Dasar, Alih bahasa Monica Ester, EGC, Jakarta. Poespodihardjo, Widodo Ari S 2010, Beyond Borders Communication Modernity and Histori, STIKOM The London School Of Public Relation, Jakarta. Potter, PA. & Perry A.G 2005, Fundamental of Nursing, Concepft, Process and Partice 4 th eds st Louis, Mosby. Priyatno, D 2012, Belajar praktis analisis parametrik dan non parametrik dengan spss, Penerbit gava media, Yogyakarta. Rafknowledge 2004, Insomnia dan Gangguan Tidur Lainnya, Gramedia, Jakarta. Rivai, V, Mulyadi, D 2010, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta, Raya Grafindo Persada. Rubenstein, Wayne and Bradley, Jhon 2007, Lecture Note Kedokteran Klinis, Erlangga, Jakarta. Saubers, Nadin 2011, Semua yang Harus Anda Ketahui Tentang P3K, Mitra Setia, Yogyakarta. Smith, Tony 2006, Dokter Di Rumah Anda, Dian Rakyat, Jakarta. Steven dkk 2000, Ilmu Keperawatan, EGC, Jakarta.
Sugiyono 2013, Statistk untuk penelitian, Penerbit Alfabeta, Bandung. Sukanta, Putu Oka 2008, Pijat Akupresur Untuk Kesehatan, Penebar Plus, Jakarta Sunardi, Euis 2004, Mengasuh dengan Hati Tantangan yang menyenangkan, PT Elex Media Komputindo, Jakarta. Sunaryo 2004, Psikologi Untuk Keperawatan, EGC, Jakarta. Surya, Mohamad 2004, Bunga Rampai Guru dan Pendidikan, Balai Pustaka, Jakarta Wawan, A & Dewi M 2011, Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Manusia, Nuha Medika, Yogyakarta.