HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN PERANGKAT DESA DENGAN KEAKTIFAN KADER KESEHATAN DALAM MENJALANKAN KEGIATAN POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAKI KABUPATEN SUKOHARJO
SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Disusun Oleh : Tri Hantoro NIM : ST 13075
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini saya : Nama
: Tri Hantoro
NIM
: ST 13075
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1.
Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di Stikes Kusuma Husada Surakarta maupun perguruan tinggi lain
2.
Skripsi ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain. Kecuali Tim Pembimbing dan masukan Tim Penguji
3.
Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka
4.
Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Surakarta,
September 2015
Yang membuat pernyataan,
( Tri Hantoro ) NIM : ST 13075
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, petunjuk dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal skripsi dengan judul “ Hubungan antara dukungan perangkat desa dengan keaktifan kader kesehatan dalam menjalankan kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo “ dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun sebagai tahapan akhir setelah peneliti melakukan penelitian dan merupakan syarat memperoleh derajat Sarjana Keperawatan. Skripsi ini dapat terselesaikan berkat dukungan, bimbingan dan bantuan dari semua pihak, oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada : 1.
Dra. Agnes Sri harti, M.Si, selaku Ketua STIKES Kusuma Husada Surakarta
2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. 3.
Atiek Murharyati, S.Kep. Ns., M.Kep, selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan masukan dan dorongan dalam penyusunan penelitian ini.
4.
Ika Subekti Wulandari, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan masukan dan dorongan dalam penyusunan penelitian ini.
5.
Dr. Puji Hastuti, selaku Kepala Puskesmas Baki Sukoharjo yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian pada instansi yang Ibu pimpin.
6.
Civitas Akademik Program Studi S1 Keperawatan yang telah membantu dalam proses penelitian ini
iv
7.
Istri yang telah memberikan dukungan dan motivasi, serta kasih saying yang tiada terkira dalam setiap langkah kaki penulis Penulis mengharapkan masukan dan saran demi sempurnanya skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat dijadikan bahan studi dan bermnafaat bagi kita semua.
Surakarta, September 2015
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAM JUDUL ...................................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................
ii
SURAT PERNYATAAN ......................................................................................
iii
KATA PENGANTAR ...........................................................................................
iv
DAFTAR ISI..........................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL..................................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................
xi
ABSTRAK .............................................................................................................
xii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang................................................................................
1
B. Rumusan Masalah...........................................................................
4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................
5
D. Manfaat Penelitian ..........................................................................
5
E. Keaslian Penelitian .........................................................................
7
TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori................................................................................
11
B. Kerangka Teori ...............................................................................
29
C. Kerangka Konsep............................................................................
30
D. Hipotesis .........................................................................................
30
vi
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ...........................................................................
31
B. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................
31
C. Populasi dan Sampel......................................................................
31
D. Definisi Operasional ......................................................................
33
E. Alat Penelitian dan Pengumpulan Data .........................................
34
F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data............................................
38
G. Etika Penelitian..............................................................................
40
BAB IV HASIL PENELITIAN
BAB V
A. Karakteristik Responden.................................................................
42
B. Analisis Univariat ...........................................................................
43
C. Analisis Bivariat .............................................................................
45
PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden.................................................................
46
B. Dukungan Perangkat Desa..............................................................
48
C. Keaktifan Kader Kesehatan ............................................................
50
D. Hubungan Perangkat Desa Dengan Keaktifan Kader Kesehatan...
52
BAB VI PENUTUP A. Simpulan.........................................................................................
56
B. Saran ..............................................................................................
56
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Teori ..............................................................................
29
Gambar 2. Kerangka Konsep ..........................................................................
30
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Definisi Operasional ......................................................................
33
Tabel 3.2. Kisi – Kisi Kuesioner Pengetahuan ...............................................
34
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Umur Responden ..........................................
42
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden .................................
43
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Masa Kerja Responden .................................
43
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Dukungan Perangkat Desa ...........................
44
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Keaktifan Kader ............................................
44
Tabel. 4.6. Ringkasan Uji Kendall Tau ...........................................................
45
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Jadwal Penelitian
Lampiran 2
Permohonan Ijin Menjadi Responden Penelitian
Lampiran 3
Kesediaan Menjadi Responden
Lampiran 4
Kuesioner Penelitian
Lampiran 5
Data Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 6
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 7
Data Penelitian
Lampiran 8
Hasil Analisis Data Penelitian
xi
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 Tri Hantoro Hubungan Antara Dukungan Perangkat Desa Dengan Keaktifan Kader Kesehatan Dalam Menjalankan Kegiatan Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo Abstrak
Posyandu merupakan wahana pemberdayaan masyarakat yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan bimbingan dari petugas Pusat Kesehatan Masyarakat, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya. Posyandu memerlukan dukungan penuh dari Perangkat Desa sebagai pihak yang memiliki kewenangan wilayah. Sedangkan pembinaan secara teknis dilakukan oleh Puskesmas setempat. Kegiatan sehari – hari Posyandu digerakkan oleh kader kesehatan yang terdiri atas unsur – unsur kelompok masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan perangkat desa dengan keaktifan kader kesehatan dalam menjalankan kegiatan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo. Penelitian deskriptif korelasi dengan sample 154 kader kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Baki Sukoharjo. Variabel yang diamati adalah dukungan perangkat desa dan keaktifan kader kesehatan. Analisis data penelitian menggunakan korelasi kendall Tau. Dukungan perangkat desa di wilayah kerja Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo sebagian besar adalah sedang (62%). Keaktifan kader kesehatan dalam menjalankan kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo sebagian besar adalah sedang (66%). Terdapat hubungan dukungan perangkat desa dengan keaktifan kader kesehatan dalam menjalankan kegiatan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo (rhitung = 0,646; pvalue = 0,000). Kata kunci: Peran Perangkat Desa, Keaktifan, Kader Kesehatan Daftar Pustaka: 21 (2003- 2015)
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Deklarasi Alma Ata 1978 merupakan bentuk kesepakatan bersama antara 140 negara (termasuk Indonesia), adalah merupakan hasil Konferensi Internasional Pelayanan Kesehatan primer (Primary Health Care) di kota Alma Ata, Kazakhstan. Konferensi Internasional “Primary Health Care” ini disponsori oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan organisasi PBB untuk Anak (UNICEF). Isi pokok deklarasi ini, bahwa Pelayanan Kesehatan Primer (Dasar) adalah merupakan startegi utama untuk pencapaian kesehatan untuk semua (Health for all) ( Kementerian Kesehatan RI, 2011). Sebagai bentuk perwujudan hak asazi manusia. Deklarasi Alm Ata ini selanjutnya terkenal dengan Kesehatan semua atau “Healrth for all”. Deklarasi Alma Ata juga menyebutkan bahwa untuk mencapai kesehatan untuk semua adalah melalui Pelayanan Kesehatan Dasar, yang sekurang – kurangnya mencakup 8 pelayanan dasar, yaitu pendidikan kesehatan (Health Education), peningkatan penyediaan makanan dan gizi (Promotion of food supplies and proper nutrition), penyediaan air bersih dan sanitasi dasar (Adequate supply of safe water and basic sanitation), pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana (Material and child care, including family planning), imunisasi (Immunization against the major infectious diseases), pencegahan dan pemberantasan penyakit endemik (
1
2
Prevention and control of laocally endemic diseases), pengobatan penyakit – penyakit umum (Appropriate treatment of common diseases and injuries), penyediaan obat esensial (Provision essential drugs). Dari 8 pelayanan kesehatan dasar tersebut diatas, pendidikan kesehatan (sekarang promosi kesehatan) ditempatkan pada urutan pertama. Ini berarti bahwa sejak Konferensi Alma Ata tahun 1978, para delegasi 140 negara tersebut telah mengakui pentingnya peran promosi kesehatan dalam mencapai kesehatan untuk semua (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Berdasarkan Deklarasi Alma Ata 1978 tersebut, prioritas upaya pelayanan kesehatan bergeser dari kuratif menjadi preventif dan promotif. Dalam upaya preventif dan promotof tersebut diperlukan suatu upaya pemberdayaan masyarakat yang baik. Semua Negara penggagas Deklarasi Alma Ata 1978 sepakat untuk menciptakan suatu lembaga berbasis masyarakat yang bertujuan untuk mengawal upaya preventif dan promotif. Di Indonesia, lembaga tersebut dikenal dengan istilah Pos Pelayanan Terpadu atau Posyandu (Kementerian Kesehatan Ri, 2011). Posyandu adalah system pelayanan yang dipadukan antara satu program dengan program lainnya yang merupakan forum komunikasi pelayanan terpadu dan dinamis seperti halnya program Keluarga Berencana (KB) dengan kesehatan atau berbagai program lainnya yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat (Dinkesprov Jawa Tengah, 2010). Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat terpadu, hal ini bertujuan untuk
3
memberikan kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat karena di posyandu tersebut masyarakat dapat memperoleh pelayanan lengkap pada waktu dan tempat yang sama ( Depkes RI, 1990 ). Posyandu dipandang sangat bermanfaat bagi masyarakat namun keberadaannya di masyarakat kurang berjalan dengan baik, oleh karena itu pemerintah mengadakan revitalisasi posyandu. Revitalisasi posyandu merupakan upaya pemberdayaan posyandu untuk mengurangi dampak dari krisis ekonomi terhadap penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak. Kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam menunjang upaya mempertahankan dan meningkatkan status gizi serta kesehatan ibu dan anak melalui peningkatan kemampuan kader, manajemen dan fungsi posyandu (Depdagri, 2009). Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2007 dalam pengembangan Posyandu perlu dilakukan dengan Upaya Kesehatan Bersumber
Daya
Masyarakat
(UKBM).
UKMB
adalah
wahana
pemberdayaan masyarakat yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan bimbingn dari petugas Pusat Kesehatan Masyarakat, lintas sector dan lembaga terkait lainnya (Widagdo, 2007). Mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2007 ini, Posyandu memerlukan dukungan penuh dari Perangkat Desa sebagai pihak yang memiliki kewenangan wilayah. Sedangkan pembinaan
4
secara teknis dilakukan oleh Puskesmas setempat. Dalam melaksanakan kegiatan sehari – hari, Posyandu digerakkan oleh kader kesehatan yang terdiri atas unsur – unsur kelompok masyarakat. Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo memiliki 14 desa sebagai wilayah kerja dari keseluruhan desa terdapat 150 Posyandu Balita. Tingkat keaktifan
kegiatan
Posyandu
sangat
bervariatif.
Berdasarkan
studi
pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dengan teknik wawancara sederhana pada pertengahan bulan Februari 2012 terhadap 10 kader kesehatan pada Posyandu yang merupakan kategori aktif dan baik menurut penilaian Puskesmas, didapatkan data bahwa 7 kader (70%) menyatakan aktif pada semua kegiatan sedangkan 3 kader (30%) menyatakan kurang aktif karena merasa kurang mendapat perhatian dan motivasi dari pemangku kepentingan didaerahnya yaitu perangkat desa berupa supervise yang dilakukan oleh perangkat desa untuk membantu pelaksanaan Posyandu di desa, menggalang hubungan baik dengan kader serta memperhatikan kebutuhan finansial pelaksanaan Posyandu misalnya pemberian dana untuk pemberian gizi pada balita dan lain-lain. Pada studi pendahuluan ini juga dilakukan wawancara dengan 3 orang perangkat desa. Seluruh perangkat desa yang diwawancarai menyatakan sangat mendukung sangat mendukung kegiatan posyandu. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan antara dukungan Perangkat
5
Desa Dengan Keaktifan Kader Kesehatan Dalam Menjalankan Kegiatan Posyandu balita di wilayah Kerja Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo.”
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “apakah ada hubungan antara dukungan perangkat desa dengan keaktifan kader kesehatan dalam menjalankan kegiatan Posyandu balita di wilayah kerja Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo ?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dukungan perangkat desa dengan keaktifan kader kesehatan dalam menjalankan kegiatan Posyandu Balita di wilayah kerja Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk : a. Mendeskripsikan dukungan perangkat desa di wilayah kerja Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo b. Mendeskripsikan keaktifan kader kesehatan dalam menjalankan kegiatan posyandu balita di wilayah kerja Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo.
6
c. Menganalisis hubungan antara dukungan perangkat desa dengan keaktifan kader kesehatan dalam menjalankan kegiatan Posyandu balita di wilayah kerja Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo.
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut : 1.
Bagi puskesmas Puskesmas dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai rujukan untuk menentukan kebijakan – kebijakan dalam peningkatan keaktifan kader kesehatan.
2.
Bagi institusi pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan literatur mengenai faktor – faktor apa sajakah yang berhubungan dengan keaktifan kader kesehatan dalam menjalankan kegiatan Posyandu Balita.
3.
Bagi peneliti lain Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumber data untuk memotivasi pelaksanaan penelitian yang lebih baik dimasa mendatang.
4.
Bagi peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman dalam bidang manajemen Posyandu Balita.
7
E. Keaslian Penelitian Sepanjang pengetahuan peneliti, belum ada penelitian serupa yang dilaksnakan di Wilayah Kerja Puskesmas Baki. Adapun penelitian – penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah sebagai berikut : No. 1
2
Nama Peneliti Prihatini dan Erna (2003)
Wahyuna (2008)
Judul
Metode
Sample
Hasil
Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Kader terhadap Cakupan Posyandu balita di wilayah Puskesmas Jenggot Kecamatan Pekalongan Selatan Kota Pekalongan
explanatory research dengan pendekatan Cross Sectional
Kader aktif sebanyak 109 responden
Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Posyandu Lansia Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Kader Dalam Pemberian
Eksperimenta kader Posyandu l dengan Lansia rancangan penelitian one yang group pretest berada diwilayah – posttest kerja design. Puskesma s Kauman yang berjumlah
Hasil penelitian menunjukkan rata – rata umur responden 35 tahun, terdapat 54,1% kader berumur <35 tahun, tingkat pendidikan terbesar SLTA (34,9%), STLP dan SD 29,4%. Mata pencaharian 60% sebagai buruh batik/konveksi, penghasilan 51,4% di bawah UMR. Tingkat pengetahuan kader 57,8% baik, sikap kader 58,7% baik dan praktik kader 50,5% kurang baik sedangkan cakupan posyandu 60,6% baik. Ada hubungan yang bermakna antara praktik dengan cakupan posyandu ( p = 0,03 ). Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah : (1) Terdapat pengaruh pendidikan kesehatan tentang posyandu lansia terhadap pengetahuan kader di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Kauman Ngawi. Pengetahuan kader setelah pemberian pendidikan kesehatan lebih
8
60 orang
Pelayanan Di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Kauman Ngawi
3
Dimas (2009)
Hubungan antara dukungan Keluarga Dengan Motivasi Keaktifan Kegiatan Posyandu di Kelurahan Tugu Barat, Semarang
Desain kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan pengalaman – pengalaman yang dialami seseorang dalam kehidupanny a. pendekatan fenomenolog is dan melibatkan 3 surveyor sebagai objek penelitian dan menggunaka n teknik sampel (purposive sampling.
baik daripada sebelum pemberian pendidikan kesehatan, dan (2) terdapat pengaruh pendidikan kesehatan tentang Posyandu Lansia terhadap sikap kader dalam pemberian pelayanan di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas Kauman Ngawi. Sikap kader setelah pemberian pendidikan kesehatan lebih baik daripada sebelum pemberian pendidikan kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu bekerja tentang posyandu yaitu tempat pelayanan kesehatan, perkembangan dan tempat berkumpul tenaga medis.
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Landasan Teori 1. Dukungan Upaya Kesehatan a. Pengertian Dukungan upaya kesehatan adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh pihak/orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi social tertentu (Kozier, 2007) b. Peran Organisasi Dalam Kesehatan Dewasa ini pembangunan dibidang kesehatan telah mengalami perkembangan yang begitu pesat, serta kesehatan sudah menjadi sebuah hal yang harus diutamakan dibandingkan dengan kebutuhan lainnya. Melihat kondisi yang demikianlah sudah seharusnya bukan hanya tenaga kesehatan saja yang menjadi penanggung jawab semua masyarakat. Siapapun masyarakat tersebut secara individu atau berkelompok mempunyai tanggung jawab yang sama besarnya dengan tenaga kesehatan terhadap upaya menciptakan terwujudnya kesehatan masyarakat itu sendiri.
9
10
Organisasi merupakan unit yang ada di masyarakat. Ini berarti organisasi merupakan kelompok yang secara langsung berhadapan dengan anggota organisasi selama 24 jam penuh. Menurut MUbarok cit Kolid (2010) peran organisasi adalah mampu mengenal masalah kesehatan, mampu membuat keputusan tindakan, mampu melakukan perawatan pada anggota organisasi yang sakit, mampu memodifikasi lingkungan rumah, dan mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada. Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, organisasi mempunyai peran dan tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan yang meliputi : 1) Mengenal masalah kesehatan Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak berarti dan karena kesehatanlah seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan sehat dan perubahan – perubahan yang dialami anggota keluarganya. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung akan menjadi perhatian dari orang tua atau pengambil keputusan dalam keluarga (Suparjitno cit Kolid, 2010). Mengenal menurut Notoadmojo (2007) diartikan sebagai pengingat sesuatu yang sudah dipelajari atau diketahui sebelumnya. Sesuatu
11
tersebut adalah sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Dalam mengenal masalah kesehatan keluarga haruslah mampu mengetahui tentang sakit yang dialami pasien. 2) Memutuskan tindakan yang tepat bagi masyarakat Peran ini merupakan upaya organisasi yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan organisasi, dengan pertimbangan siapa diantara organisasi yang mempunyai keputusan untuk memutuskan tindakan yang tepat (Notoatmodjo, 2007). Kolid (2010) menyatakan kontak organisasi dengan sistem akan melibatkan lembaga kesehatan professional ataupun praktisi lokal dan sangat bergantung pada : 1) Apakah masalah dirasakan oleh organisasi ? 2) Apakah kepala organisasi merasa menyerah terhadap masalah yang dihadapi satu anggota organisasi ? 3) Apakah kepala organisasi takut akibat dari terapi yang dilakukan terhadap salah satu anggota organisasinya ? 4) Apakah kepala organisasi percaya terhadap petugas kesehatan ? 5) Apakah organisasi mempunyai kemampuan untuk menjangkau fasilitas kesehatan dan memberikan perawatan terhadap organisasi yang sakit.
12
Beberapa organisasi akan membebaskan orang yang sakit dari peran atau tanggung jawabnya secara penuh, pemberian perawatan secara fisik merupakan beban paling berat yang dirasakan organisasi (Friedman cit Kolid, 2010). Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa organisasi memiliki keterbatasan dalam mengatasi masalah perawatan organisasi. Dirumah organisasi memiliki kemampuan dalam melakukan pertolongan pertama. Untuk mengetahui dapat dikaji : 1) Apakah organisasi aktif dalam ikut merawat pasien ? 2) Bagaimana organisasi mencari pertolongan dan mengerti tentang perawatan yang diperlukan pasien ? 3) Bagaimana sikap organisasi terhadap pasien ? (Aktif mencari informasi tentang perawatan terhadap pasien ) 4) Memodifikasi lingkungan organisasi untuk menjamin kesehatan organisasi 5) Pengetahuan organisasi tentang sumber yang dimiliki disekitar lingkungan rumah 6) Pengetahuan
tentang
pentingnya
sanitasi
lingkungan
dan
manfaatnya 7) Kebersamaan dalam meningkatkan dan memelihara lingkungan ruamh yang menunjang kesehatan 8) Menggunakan pelayanan kesehatan
13
Kolid (2010), pada organisasi tertentu bila ada anggota organisasi yang sakit jarang dibawa ke Puskesmas tapi ke mantra atau dukun. Untuk mengetahui kemampuan organisasi dalam memanfaatkan sarana kesehatan perlu dikaji tentang : 1) Pengetahuan organisasi tentang fasilitas kesehatan yang dapat dijangkau organisasi 2) Keuntungan daria danya fasilitas kesehatan 3) Kepercayaan organisasi terhadap fasilitas kesehatan yang ada 4) Apakah fasilitas kesehatan dapat terjangkau oleh organisasi Tenaga kesehatan dapat menjadi hambatan dalam usaha organisasi dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. Hambatan yang dapat muncul terutama komunikasi (Bahasa) yang kurang dimengerti oleh petugas kesehatan. Pengalaman yang kurang menyenangkan dari organisasi ketika berhadapan dengan petugas kesehatan. c. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Organisasi Menurut Kolid (2010), dukungan organisasi merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap perilaku positif. Faktor – faktor utama yang mempengaruhi dukungan organisasi meliputi : kelas sosial, bentuk – bentuk organisasi, latar belakang organisasi, tahap siklus kehidupan organisasi, model – model peran peristiwa situasional – khususnya masalah – masalah kesehatan atau sakit.
14
2. Pemerintahan Desa a. Pengertian Desa adalah merupakan perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur – unsur fisiografis, social, ekonomis politik, kulturak setempat dalam hubungan dan pengaruh timbale balik dengan daerah lain. Sutarjo Kartohadikusumo (2007) menyatakan bahwa desa merupakan kesatuan hukum tempat tinggal suatu masyarakat yang berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri merupakan pemerintahan terendah dibawah camat. Ogburn dan Nimkoff (2009) menyatakan bahwa desa adalah kesatuan organisasi kehidupan social didalam daerah terbatas. Sedangkan
menurut UU No. 22 tahun 1999 tentang
pemerintahan desa, yang dimaksud desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan Nasional dan berada di daerah kabupaten. Sedangkan menurut UU no. 5 tahun 1979, desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung dibawah Camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
15
b. Desa di Indonesia Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas – batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Desa
bukanlah
bawahan
kecamatan,
karena
kecamatan
merupakan bagian dari perangkat daerah kabupaten/kota, dan desa bukan merupakan bagian dari perangkat daerah. Berbeda dengan Kelurahan, Desa memiliki hak mengatur wilayahnya lebih luas. Namun dalam perkembangannya, sebuah desa dapat diubah statusnya menjadi kelurahan (Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005). c. Kewenangan desa adalah : 1. Menyelenggarakan
urusan
pemerintahan
yang
sudah
ada
berdasarkan hak asal usul desa 2. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa, yakni urusan pemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan pelayanan masyarakat. 3. Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota 4. Urusan pemerintahan lainnya yang diserahkan kepada desa
16
d. Pemerintahan Desa Desa memiliki pemerintahan sendiri. Pemerintahan Desa terdiri atas Pemerintah Desa (yang meliputi Kepala Desa dan Perangkat Desa) dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Adapun perangkat desa terdiri dari (Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005): 1) Kepala Desa Kepala
Desa
merupakan
pimpinan
penyelenggaraan
pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Basan Permusyawaratan Desa (BPD). Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 tahun, dan dapat diperpanjang lagi untuk satu kali masa jabatan. Kepala Desa juga memiliki wewenang menetapkan Peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD. Kepala Desa dipilih langsung melalui Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) oleh penduduk desa setempat. 2) Perangkat Desa Perangkat Desa bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Perangkat Desa terdiri dari Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya. Salah satu perangkat desa adalah Sekretaris Desa, yang diisi dari Pegawai Negeri Sipil. Sekretaris Desa diangkat oleh Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota atas nama Bupati/Walikota (Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005).
17
Perangkat Desa lainnya diangkat oleh Kepala Desa dari penduduk desa, yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa, Perangkat
desa
juga
mempunyai
tugas
untuk
mengayomi
kepentingan masyarakatnya. 3) Badan Permusyawaratan Desa Badan Permusyawatan Desa (BPD) merupakan lembaga perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintah desa. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah. Anggota BPD terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama, dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. Masa jabatan anggota BPD adalah 6 tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk 1 kali masa jabatan berikutnya. Pimpinan dan Anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa. BPD berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat (Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005). e. Keuangan Desa Penyelenggaraan urusan pemerintahan desa yang menjadi kewenangan desa didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa ( APB Desa ), bantuan pemerintah dan bantuan pemerintah daerah. Penyelenggaraan urusan pemerintah daerah yang diselenggarakan oleh
18
pemerintah desa didanai dari APBD. Penyelenggaraan urusan pemerintah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa. Sumber Pendapatan Desa terdiri atas (Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005): 1) Pendapatan Asli Desa, antara lain terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa (seperti tanah kas desa, pasar desa, bangunan desa), hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong. 2) Bagi hasil Pajak Daerah Kabupaten/Kota 3) Bagian dari Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah 4) Bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan 5) Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat 6) Pinjaman Desa APB Desa terdiri atas bagian Pendapatan Desa, Belanja Desa dan Pembiayaan. Rancangan APB Desa dibahas dalam musyawarah perencanaan
pembangunan desa. Kepala Desa bersama BPD
menetapkan APB Desa setiap tahun dengan Peraturan Desa. 3. Kader Kesehatan a. Definisi Secara umum istilah kader kesehatan yaitu kader yang dipilih oleh masyarakat tadi menjadi penyelenggara Posyandu. Kader
19
kesehatan dinamakan juga promoter kesehatan desa (prokes) adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh dari masyarakat dan bertugas mengembangkan masyarakat (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2007). b. Tujuan Pembentukan Kader Dalam rangka mensukseskan pembangunan nasional, khusu dibidang kesehatan, bentuk pelayanan kesehatan diarahkan pada prinsip bahwa masyarakat bukanlah sebagai objek akan tetapi merupakan subjek dari pembangunan itu sendiri. Pada hakekatnya kesehatan dipolakan mengikut sertakan masyarakat secara aktif dan bertanggung jawab. Keikutsertaan masyarakat dalam meningkatkan efisiensi pelayanan adalah atas dasar terbatasnya daya dan adanya dalam
operasional
pelayanan
kesehatan
masyarakat
akan
memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat seoptimal mungkin. Pola pikir yang semacam ini merupakan penjabaran dari karsa pertama yang berbunyi, meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya dalam bidang kesehatan (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2007). Menurut Dinkes Provinsi Jawa Tengah (2007), kader yang dinamis dengan pendidikan rata – rata tingkat desa ternyata mampu melaksanakan beberapa hal yang sederhana, akan tetapi berguna bagi masyarakat sekelompoknya meliputi :
20
1) Pengobatan ringan / sederhana, pemberian obat cacing pengobatan terhadap diare dan pemberian larutan gula garam, obat – obatan sederhana dan lain – lain. 2) Penimbangan dan penyuluhan gizi 3) Pemberantasan penyakit menular, pencarian kasus, pelaporan vaksinasi,
pemberian
distribusi
obat/alat
kontrasepsi
KB
penyuluhan dalam upaya menanamkan NKKBS. 4) Penyediaan dan distribusi obat/alat kontrasepsi KB penyuluhan dalam upaya menanamkan NKKBS. 5) Penyuluhan
kesehatan
dan
bimbingan
upaya
keberhasilan
lingkungan, pembuatan jamban keluarga dan sarana air sederhana. 6) Penyelenggaraan dana sehat dan pos kesehatan desa dan lain - lain c. Dari Segi Pemasaran Perilaku kesehatan tidak terlepas dari pada kebudayaan masyarakat. Dalam upaya untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat harus pula diperhatikan keadaan sosial budaya masyarakat. Sehingga untuk mengikut sertakan masyarakat dalam upaya pembangunan khususnya dalam bidang kesehatan, tidak akan membawa hasil yang baik bila prosesnya melalui pendekatan dengan edukatif yaitu, berusaha
menimbulkan
kesadaran
untuk
dapat
memecahkan
permasalahan dengan memperhitungkan sosial budaya setempat. Dengan terbentuknya kader kesehatan, pelayanan kesehatan yang
21
selama ini dikerjakan oleh petugas kesehatan saja dapat dibantu oleh masyarakat. Dengan demikian masyarakat bukan hanya merupakan objek pembangunan, tetapi juga merupakan mitra pembvangunan itu sendiri. Selanjutnya dengan adanya kader, maka pesan – pesan yang disampaikan dapat diterima dengan sempurna berkat adanya kader, jelaslah bahwa pembentukan kader adalah perwujudan pembangunan dalam bidang kesehatan (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2007). d. Tugas Kegiatan Kader Menurut Dinkes Provinsi Jawa Tengah (2007), tugas kegiatan kader akan ditentukan, mengingat bahwa pada umumnya kader bukanlah tenaga professional melainkan hanya membantu dalam pelayanan kesehatan. Dalam hal ini perlu adanya pembatasan tugas yang diemban, baik menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan. Adapun kegiatan pokok yang perlu diketahui oleh dokter, kader dan semua pihak dalam rangka melaksanakan kegiatan – kegiatan baik yang menyangkut didalam maupun diluar Posyandu antara lain : 1) Kegiatan yang dapat dilakukan kader di Posyandu adalah : a) Melaksanakan pendaftaran b) Melaksanakan penimbangan bayi dan balita c) Melaksanakan pencatatan hasil penimbangan d) Memberikan penyuluhan e) Memberi dan membantu pelayanan
22
f)Merujuk 2) Kegiatan yang dapat dilakukan kader diluar Posyandu KBKesehatan adalah : a) Bersifat yang menunjang pelayanan KB, KIA, Imunisasi, Gizi dan penanggulangan diare b) Mengajak ibu – ibu untuk datang pada hari kegiatan Posyandu 3) Kegiatan yang menunjang upaya kesehatan lainnya yang sesuai dengan permasalahan yang ada : a) Pemberantasan penyakit menular b) Penyehatan rumah c) Pembersihan sarang nyamuk d) Pembuangan sampah e) Penyediaan sarana air bersih f) Menyediakan sarana jamban keluarga g) Pembuatan sarana pembuangan air limbah h) Pemberian pertolongan pertama pada penyakit i) Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) j) Dana sehat k) Kegiatan pengembangan lainnya yang berkaitan dengan kesehatan 4) Peranan Kader diluar Posyandu KB-Kesehatan a) Merencanakan kegiatan, antara lain :
menyiapkan dan
23
melaksanakan survey, mawas diri, membahas hasil survey, menyajikan dalam Musyawarah Masyarakat Desa (MMD), menentukan masalah dan kebutuhan kesehatan masyarakat desa, menentukan
kegiatan
penanggulangan
masalah
kesehatan
bersama masyarakat, membahas pembagian tugas menurut jadwal kerja. b) Melakukan komunikasi, informasi dan motivasi wawancara muka (kunjungan), alat peraga dan percontohan c) Menggerakkan masyarakat, mendorong masyarakat untuk gotong royong, memberikan informasi dan mengadakan kesepakatan kegiatan apa yang akan dilaksanakan dan lain – lain d) Memberikan pelayanan yaitu : membagi obat, membantu mengumpulkan bahan pemeriksaan, mengawasi pendatang didesanya dan melapor, memberikan pertolongan pemantauan penyakit, memberikan pertolongan pada kecelakaan dan lainnya e) Melakukan pencatatan, yaitu : KB atau jumlah Pus, jumlah peserta aktif, dsb f) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) : jumlah ibu hami, vitamin A yang dibagikan dan sebagainya g) Imunisasi : jumlah imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bagi ibu hamil dan jumlah bayi dan balita yang diimunisasikan
24
h) Gizi : jumlah bayi yang ada, mempunyai Kartu Menuju Sehat (KMS), balita yang ditimbang dan yang naik timbangan i) Diare : jumlah oralit yang dibagikan, penderita yang ditemukan dan dirujuk j) Melakukan pembinaan mengenai lima program keterpaduan KBkesehatan dan upaya kesehatan lainnya. 5) Persyaratan menjadi kader Menurut Dinkes Provinsi Jawa Tengah (2007) bahwa pembangunan dibidang kesehatan dapat dipengaruhi dari keaktifan masyarakat dan pemuka – pemukanya termasuk kader, maka pemilihan calon kader yang akan dilatih perlu mendapat perhatian. Secara disadari bahwa memilih kader yang merupakan pilihan masyarakat dan mendapat dukungan dari kepala desa setempat kadang – kadang tidak gampang. Namun bagaimanapun proses pemilihan kader ini hendaknya melalui musyawarah dengan masyarakat, sudah barang tentu para pamong yang dapat dipertimbangkan untuk pemilihan calon kader. a) Dapat baca, tulis dengan bahasa Indonesia b) Secara fisik dapat melaksanakan tugas – tugas sebagai kader c) Mempunyai penghasilan sendiri dan tinggal tetap di desa yang bersangkutan
25
d) Aktif dalam kegiatan – kegiatan social maupun pembangunan desanya e) Dikenal masyarakat dan dapat bekerjasama dengan masyarakat calon kader lainnya dan berwibawa f)Sanggup membina paling sedikit 10 KK untuk meningkatkan keadaan kesehatan lingkungan g) Diutamakan telah mempunyai keterampilan 4. Posyandu a. Definisi Posyandu adalah suatu forum komunikasi alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nila strategi dalam pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan Keluarga Berencana dan kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) (Effendy, 2005). b. Tujuan penyelenggaraan Posyandu Menurut Depkes (2007) tujuan diselenggarakan Posyandu adalah untuk : 1) Mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran
26
2) Mempercepat penerimaan NKKBS 3) Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kegiatan kesehatan dan lainnya yang menunjang, sesuai dengan kebutuhan c. Kegiatan Posyandu Posyandu dapat dikembangkan dari pos penimbangan, pos imunisasi, poas KB Desa, Pos Kesehatan ataupun pembentukan yang baru. Satu posyandu sebaiknya melayani seratus (100) balita / 700 penduduk atau disesuaikan dengan kemampuan petugas dan keadaan setempat, geografis, jarak antara rumah, jumlah kepala keluarga dalam kelompok dan sebagainya. Posyandu sebaiknya berada pada tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat dan ditentukan sendiri. Dengan demikian kegiatan posyandu dapat dilaksanakan dipos pelayanan yang sudah ada, rumah penduduk, balai desa, tempat pertemuan RK/RT atau ditempat khusus dibangun masyarakat. Penyelenggaraan
dilakukan
dengan
“pola
sebagaimana diuraikan antara lain : 1) Meja 1 : Pendaftaran 2) Meja 2 : Penimbangan bayi dan anak balita 3) Meja 3 : Pengisian KMS ( Kartu Menuju Sehat ) 4) Meja 4 : Penyuluhan perorangan
lima
meja”
27
5) Meja 5 : Pelayanan tenaga professional meliputi pelayanan KIA, KB, Imunisasi dan pengobatan, serta pelayanan disesuaikan dengan kebutuhan setempat d. Dukungan Pemerintah Terhadap Pelaksanaan Program Terpadu Kegiatan posyandu merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Sebagai regulator dan fasilitator, pemerintah
wajib
memberikan
fasilitasi
–
fasilitasi
untuk
pengembangan kegiatan pengembangan. Departemen Kesehatan dan Departemen Dalam Negeri berjalan bersama dalam pengembangan program Psoyandu. Departemen Kesehatan sebagai pemegang regulasi bidang kesehatan bertugas menyiapkan dukungan berupa pendapingan petugas serta penyiapan program – program yang berdampak pada upaya promotof dan preventif bidang kesehatan (Widagdo, 2007). Sedangkan Departemen Dalam Negeri bertanggung jawab dalam pemberdayaan birokrasi dan masyarakat di daerah. Pemerintah daerah, yang dalam hal ini adalah pemerintahan desa beserta perangkatnya sebagai
pemegang
otoritas
di
daerah
menjalankan
fungsi
pengembangan Posyandu dengan memberikan dukungan : 1) Motivasi Perangkat Desa senantiasa menggerakkan masyarakat untuk mengembangkan
Posyandu.
Perangkat
Desa
harus
mampu
meyakinkan masyarakat untuk menjadi kader kesehatan yang
28
berorientasi apda tugas pengembangan pemberdayaan kesehatan masyarakat. 2) Birokrasi Perangkat Desa sebagai pemegang otoritas di wilayah desa harus mempermudah layanan birokrasi terkait dengan program – program promosi kesehatan yang dikelola oleh kader kesehatan dengan tujuan untuk meningkatkan cakupan keberhasilan program. 3) Finansial Perangkat Desa dapat mengusulkan alokasi anggaran untuk memajukan Posyandu dalam pembahasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Hal ini sebagai wujud dukungan Pemerintah Desa dalam pengembangan Posyandu. 4) Sarana Prasarana Sarana Prasarana merupakan faktor penting dalam menjalankan program
posyandu.
Pemerintah
Desa
melalui
perangkatnya
berkewajiban untuk mengkoordinir sumber daya masyarakat guna pengadaan sarana dan prasarana Posyandu.
29
B. Kerangka Teori Faktor – Faktor lain : - Karakteristisk responden - Pengetahuan - Motivasi
Dukungan Perangkat Desa : - Motivasi - Birokrasi - Finansial - Sarana Prasarana
Keaktifan Kader
-
Kegiatan Posyandu Pendaftaran Penimbangan Pengisian KMS Penyuluhan Pelayanan Profesional
Keterangan : : Diteliti : Tidak diteliti Sumber : Kartohadikusumo (2007) & Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa
Gambar 1. Kerangka Teori
30
C. Kerangka Konsep Variabel Independen Dukungan Perangkat Desa
Variabel Dependen Keaktifan Kader Dalam kegiatan Posyandu
Gambar 2. Kerangka Konsep
D. Hipotesis Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya (Arikunto, 2010). Hipotesis penelitian ini adalah “Ada Hubungan antara dukungan perangkat desa dengan keaktifan kader kesehatan dalam menjalankan kegiatan Posyandu balita di wilayah kerja Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo.”
31
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi. Deskripstif Korelasi adalah yaitu desain penelitian yang mendeskripsikan variabel bebas dan terikat, kemudian melakukan analisis hubungan antara kedua variabel (Arikunto, 2010). Pendekatan yang digunakan adalah Cross Sectional dimana peneliti bertujuan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu), selain itu peneliti menilai secara stimulant pada satu saat sehingga tidak ada follow up (Arikunto, 2010).
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2015.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang
31
32
ingin diteliti (Arikunto, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua Kader Kesehatan aktif Posyandu Balita di wilayah kerja Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo sejumlah 250 orang. 2. Sampel Sampel adalah bagian populasi yang dipilih dengan teknik sampling tertentu untuk memenuhi atau mewakili populasi (Arikunto, 2010). Teknik sampling pada penelitian ini menggunakan stratified random sampling yaitu metode pemilihan sampel dengan cara membagi populasi ke dalam kelompok kelompok yang homogeny yang disebut strata, dan kemudian sampel diambil secara acak dari tiap strata tersebut. Untuk menentukan besar sampel dengan jumlah populasi <1000 digunakan rumus (Nursalam, 2007) :
n= Keterangan : n
: Jumlah Sampel
N
: Jumlah Populasi
D
: Tingkat kepercayaan (signifikasi) 0,05
n= n= n=
33
n = 153,84 Dengan populasi ( N = 250 ) maka didapatkan besar sampel sebanyak 153,84 orang dan dibulatkan menjadi 154 responden. 3. Kriteria Sampel a. Kriteria Inklusi 1) Kader kesehatan yang masih aktif mengikuti kegiatan posyandu Balita. 2) Kader kesehatan yang bersedia menjadi responden penelitian. b. Kriteria Eksklusi Kader kesehatan pada saat penelitian tidak berada di tempat.
D. Definisi Operasional
Variabel Dukungan perangkat desa
Keaktifan kader posyandu
Tabel 3.1. Definisi Operasional Definisi operasional Alat ukur Bentuk dukungan seluruh Kuesioner perangkat desa di wilayah kerja Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo dalam meningkat pengembangan kegiatan Posyandu yang dirasakan oleh para Kader Kesehatan. Dukungan Perangkat Desa terdiri dari motivasi, birokrasi, financial, sarana dan prasarana Bentuk pelaksanaan Kuesioner kewajiban kader terhadap kegiatan Posyandu
Hasil ukur Kategori dukungan a. Tinggi: >X + 1 SD b. Sedang: X + SD sd X – 1 SD c. Rendah: <X–1 SD
Skala Ordinal
Kategori keaktifan a. Tinggi: >X + 1 SD b. Sedang: X + SD sd X – 1 SD c. Rendah: <X–1 SD
Ordinal
34
E. Alat Penelitian dan Pengumpulan Data 1. Jenis Instrumen Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner yang mengukur variabel bebas maupun variabel terikat. Untuk mengukur dukungan dan keaktifan, masing – masing digunakan kuesioner yang terdiri dari 20 pertanyaan dengan Likert Scale dengan empat opsi jawaban yaitu “Sangat setuju, setuju, kurang setuju dan tidak setuju”. Adapun kisi – kisi alat kuesioner pengetahuan adalah sebagai berikut : Tabel 3.2. Kisi – Kisi Kuesioner Penelitian Variabel
Dimensi
Independen
Dukungan Perangkat Desa
Dependen
Keaktifan Kader Kesehatan
Indikator Motivasi Birokrasi Finansial Sarana dan Parasarana Keaktifan melaksanakan kegiatan Posyandu
Nomer Pertanyaan 1–5 6 – 10 11 – 15 16 – 20 1 – 15
Sebelum digunakan, kuesioner diujicobakan pada 20 Kader Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo yang tidak digunakan sebagai responden pada penelitian utama. Setelah itu dilakukan uji validitas dan reliabilitas sebagai berikut : a. Uji Validitas Uji Validitas merupakan tingkat kemampuan suatu instrumen untuk
mengungkapkan
sesuatu
yang
menjadi
sasaran
pokok
pengukuran yang dilakukan dengan instrument tersebut (Arikunto,
35
2010). Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut mampu mengukur apa saja yang hendak diukur. Untuk mengetahui validitas tiap item dari instrumen dengan menggunakan rumus korelasi yang dikemukakan oleh Pearson yang dikenal dengan rumus korelasi Product Moment yaitu sebagai berikut :
r xy =
Keterangan : R = Koefisien X = Skore setiap pertanyaan N = Jumlah Sampel Y = Skore total pertanyaan Ketentuan : Jika r
x y>
r tabel pada taraf siginifikansi 5% berarti item
kuesioner valid, dan jika r
x y<
r tabel pada taraf signifikasi 5% item
kuesioner tersebut tidak valid. Perhitungan uji validitas instrumen ini dilakukan dengan Program SPSS for Windows very 16.00. Hasil uji validitas kuesioner dukungan perangkat desa diperoleh nilai rxy antara 0,475 hingga 0,880. Nilai r tabel pada taraf signifikansi 5% dengan jumlah sample 20 adalah 0,444. Nilai rxy semua item kuesioner dukungan perangkat desa ternyata lebih besar dari rtabel, sehingga
36
disimpulkan 20 item pertanyaan kuesioner dukungan perangkat desa adalah valid. Selanjutnya hasil uji validitas kuesioner keaktifan kader kesehatan diperoleh nilai rxy antara 0,455 hingga 0,845. Nilai rxy semua item kuesioner keaktifan perangkat desa ternyata lebih besar dari rtabel, sehingga disimpulkan 15 item pertanyaan kuesioner keaktifan kader kesehatan adalah valid. b. Uji Reliabilitas Uji Rekiabilitas digunakan untuk menguji sejauh mana alat ukur relative konsisten apabila pengukuran diulang dua kali atau lebih. Suharsini (2007) untuk menguji reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini digunakan rumus koefisien alpha Crombach dengan rumus :
RI= Keterangan : K
= Banyaknya item
Si2 = Jumlah varian item St2 = Varian Total Setelah harga r
1
diketahui, kemudian diinterpretasikan dengan
indeks korelasi : 0,800
11
<0,800 berarti tinggi : 0,400
37
Hasil uji reliabilitas kuesioner dukungan perangkat desa diperoleh nilai r11 sebesar 0,944 dan kuesioner keaktifan kader kesehatan diperoleh nilai r11 sebesar 0,909. Kedua kuesioner memiliki nilai r11 lebih besar dari 0,6 sehingga disimpulkan kedua kuesioner yaitu dukungan perangkat desa dan keaktifan kader kesehatan adalah reliabel. 2. Pengumpulan Data Penelitian Pengumpulan data merupakan langkah awal dalam mendapatkan penelitian. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan tahapan prosedur sebagai berikut : a. Tahap Persiapan Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan penyusunan proposal, mengurus perijinan penelitian, penjajagan dan sosialisasi di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo. b. Tahap Uji Coba Instrumen Uji coba kuesioner dilakukan pada 20 Kader Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo yang tidak digunakan sebagai responden pada penelitian utama. c. Tahap Pengambilan Data Data diukur dengan kuesioner. Setelah mendapatkan ijin penelitian, peneliti mencari data calon responden. Setelah responden ditentukan, peneliti
memberikan
penjelasan
kepada
responden
dan
akan
38
memberikan kuesioner serta membuat perjanjian kapan kuesioner dapat ditarik. Setelah kuesioner terisi, kuesioner langsung ditarik oleh peneliti untuk dilakukan tabulasi data. d. Pengolahan Data Pada tahap ini dilakukan pengolahan data dan analisis data untuk membuktikan hipotesis penelitian. e. Penulisan Setelah semua data terkumpul dan dianalisa, tahap selanjutnya adalah pelaporan hasil penelitian. Pada tahap ini hasil penelitian dilaporkan sekaligus dibahas kesesuaiannya dengan beberapa tinjauan pustaka. Laporan diakhiri dengan bagian kesimpulan dan saran.
F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer dengan langkah –langkah sebagai berikut (Santjaka, 2011) : a. Editing Peneliti melakukan koreksi data untuk melihat kebenaran pengisian dan kelengkapan jawaban dalam kuesioner yang diberikan. Editing dilakukan di tempat pengumpulan data, agar jika terjadi kekurangan dapat segera dilengkapi.
39
b. Coding Mengklasifikasi jawaban yang ada dalam kuesioner menurut macamnya, dengan jalan menandai masing-masing jawaban dengan kode berupaangka, kemudian dimasukkan dalam lembaran tabel kerja sesuai nomor responden yang telah diberikan agar lebih mudah dibaca. c. Tabulating Memasukkan data – data hasil penelitian ke dalam tabel – tabel sesuai dengan kriteria. d. Entry data Proses memasukkan data dalam komputer melalui program komputer.
2. Analisis Data a. Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan untuk menganalisis tiap – tiap variable penelitian. Hasil analisis univariat ditampilkan dalam bentuk analisis deskriptif yang meliputi jumlah, mean, median dan persentase. Hasil penelitian juga ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik (Sugiyono, 2007).
40
b. Analisis Bivariat Uji statistik pada penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis Kendal Tau dengan bantuan program SPSS ver 16.00 dengan pertimbangan untuk meminimalkan human error. Pemilihan teknik uji korelasi Kendal Tau dengan pertimbangan bahwa variabel penelitian berskala ordinal atau rangking (Sugiyono, 2007). Adapun rumus Kendal Tau adalah :
Keterangan : n = Jumlah Data Interpretasi dari uji Kendal Tau adalah hipotesis diterima bila taraf signifikasi yang diperoleh lebih kecil dari taraf signifikasi P = 0,05 (Arikunto, 2010)
G. Etika Penelitian 1. Lembar Persetujuan ( Informed Content ) Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden yang diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian serta manfaat penelitian. Bila subyek menolak, maka peneliti tidak memaksa tetap menghormati hak – hak subyek (Anwar, 2008).
41
2. Tanpa Nama ( Anonymity ) Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti tidak akan mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data yang diisi subyek, tetapi lembar tersebut hanya diberi kode tertentu (Anwar, 2008). 3. Kerahasiaan (Confidentiality) Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian (Anwar, 2008).
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Responden Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan perangkat desa dengan keaktifan kader kesehatan dalam menjalankan kegiatan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini dilakukan terhadap 154 Kader Kesehatan aktif di wilayah kerja Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo. Selanjutnya gambaran karakteristik responden penelitian adalah sebagai berikut. 1. Distribusi Frekuensi Umur Responden Hasil pengumpulan data umur responden diperoleh umur terendah adalah 23 tahun dan tertinggi 40 tahun. Selanjutnya distribusi responden ditampilkan pada tabel 4.1 sebagai berikut. Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Umur Responden Umur Frekuensi Persentase (%) 23 - 30 tahun 79 51 31 – 40 tahun 75 49 Jumlah 154 100
No 1 2
Distribusi frekuensi umur responden menunjukkan rata-rata adalah berumur 23-30 tahun sebanyak 79 responden (51%) dan sisanya berumur 31 – 40 tahun sebanyak 75 responden (49%). 2. Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden Distribusi pendidikan responden ditampilkan pada tabel 4.2 sebagai berikut.
42
43
No 1 2 3
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden Pendidikan Frekuensi Persentase (%) SMP 27 18 SMA 117 76 Perguruan tinggi 10 6 Jumlah 154 100 Distribusi frekuensi pendidikan responden menunjukkan distribusi
tertinggi adalah SMA sebanyak 117 responden (76%) dan distribusi terendah adalah perguruan tinggi sebanyak 10 responden (6%). 3. Distribusi Frekuensi Masa Kerja Responden Hasil pengumpulan data masa kerja menunjukkan masa kerja terendah adalah 1 tahun dan terlama adalah 9 tahun. Selanjutnya distribusi masa kerja responden ditampilkan pada tabel 4.3 sebagai berikut.
No 1 2
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Masa Kerja Responden Masa Kerja Frekuensi Persentase (%) 1 – 4 tahun 96 62 5 - 9 tahun 58 38 Jumlah 154 100 Distribusi frekuensi masa kerja responden menunjukkan distribusi
tertinggi adalah 1 – 4 tahun sebanyak 96 responden (62%) dan sisanya adalah 5 – 9 tahun sebanyak 58 responden (38%).
B. Analisis Univariat 1. Dukungan Perangkat Desa Data dukungan perangkat desa diperoleh 20 item pertanyaan dukungan perangkat desa. Selanjutnya berdasarkan jawaban responden terhadap dukungan perangkat dibagi dalam tiga kategori yaitu rendah,
44
sedang,
dan
tinggi.
Selengkapnya
distribusi
dukungan
keluarga
ditampilkan pada tabel berikut. Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Dukungan Perangkat Desa No Dukungan Perangkat Desa Frekuensi Persentase (%) 1 Rendah 23 15 2 Sedang 95 62 3 Tinggi 36 23 Jumlah 154 100 Distribusi frekuensi dukungan perangkat desa menunjukkan distribusi tertinggi adalah sedang yaitu sebanyak 95 responden (62%) dan distribusi terendah adalah rendah sebanyak 23 responden (15%). 2. Keaktifan Kader Kesehatan Data keaktifan kader kesehatan diperoleh 15 item pertanyaan keaktifan kader kesehatan. Selanjutnya berdasarkan jawaban responden terhadap keaktifan kader dibagi dalam tiga kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Selengkapnya distribusi keaktifan kader ditampilkan pada tabel berikut.
No 1 2 3
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Keaktifan Kader Keaktifan Kader Kesehatan Frekuensi Persentase (%) Rendah 24 16 Sedang 102 66 Tinggi 28 18 Jumlah 154 100 Distribusi frekuensi keaktifan kader kesehatan menunjukkan
distribusi tertinggi adalah sedang yaitu sebanyak 102 responden (66%) dan distribusi terendah adalah rendah sebanyak 24 responden (16%).
45
C. Analisis Bivariat Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dukungan perangkat desa dengan keaktifan kader kesehatan dalam menjalankan kegiatan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo. Pengujian analisis dalam penelitian ini menggunakan uji Korelasi Kendall Tau pada tingkat signifikansi 5%. Selengkapnya hasil analisis Korelasi Kendall Tau ditampilkan pada tabel berikut. Tabel. 4.6. Ringkasan Uji Kendall Tau Hubungan Dukungan perangkat desa dengan keaktifan kader kesehatan
rhitung
p-value
Keputusan
0,646
0,000
H0 ditolak
Hasil uji Korelasi Kendall Tau hubungan dukungan perangkat desa dengan keaktifan kader kesehatan diperoleh nilai rhitung 0,646 dengan nilai signifikansi p-value 0,000. Nilai signifikansi penelitian (p-value) lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) sehingga keputusan uji adalah H0 ditolak. Berdasarkan keputusan uji maka kesimpulan penelitian adalah terdapat hubungan dukungan perangkat desa dengan keaktifan kader kesehatan dalam menjalankan kegiatan posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo.
BAB V PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden 1. Distribusi Umur Distribusi frekuensi umur responden menunjukkan rata-rata adalah berumur 23-30 tahun (51%). Distribusi umur responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah kelompok yang telah memasuki masa kedewasaan. Erikson (Wong, 2003) menyebutkan bahwa seseorang pada 20-40 tahun tergolong kelompok dewasa pertengahan (young and middle adult hood), dimana kemampuan seseorang dalam membagi tugas antara tugas pribadi dan pekerjaan telah berjalan dengan baik serta didukung oleh tingkat emosi yang telah stabil. Responden yang berusia 20-40 tahun dianggap telah mampu
membagi tugas antara kebuhan
pribadinya dengan kebutuhan keluarga termasuk mencukupi dan merawat anggota keluarganya. 2. Distribusi Pendidikan Distribusi frekuensi pendidikan responden menunjukkan distribusi tertinggi
adalah
SMA
(76%).
Distribusi
pendidikan
repsonden
menunjukkan sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, dimana sebagian besar adalah SMA. Tingkat pendidikan mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menerima atau memahami suatu pengetahuan. Selanjutnya pemahaman seseorang tersebut tentang
46
47
pengetahuan berdampak pada sikap terhadap hal yang ada pada pengetahuan tersebut. Notoatmojo (2003) menyatakan bahwa tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dan juga dalam motivasi kerjanya akan berpotensi daripada mereka yang berpendidikan lebih rendah atau sedang. 3. Distribusi Masa Kerja Distribusi frekuensi masa kerja responden menunjukkan distribusi tertinggi adalah 1 – 4 tahun (62%). Lama kerja menunjukkan waktu yang dilalui seseorang dalam bekerja yang dihitung mulai bekerja dalam suatu organisasi dan menduduki jabatan tertentu. Lama kerja seorang kader kesehatan akan mempengaruhi tingkat kesiapan dalam menjalankan tugas yang
akan
diembannya.
Namun
adanya
faktor-faktor
lain
yang
mempengaruhi pelaksanaan tugas sebagai kader kesehatran seperti pengetahuan dan ketrampilan kader kesehatan menyebabkan, lama kerja seorang kader kesehatan tidak selalu menyebabkan kader kesehatan tersebut semakin baik dalam menjalankan tugas yang diembannya. Hal tersebut sebagaimana dihasilkan dalam penelitian Devy (2008) tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan dalam pelaksanaan protrap pemasangan kateter uretra di RSUD Dr. Sayidiman Magetan. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa lama kerja perawat tidak memiliki hubungan
48
yang signifikan dengan kemampuan perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan dalam pelaksanaan protrap pemasangan kateter uretra.
B. Dukungan Perangkat Desa Distribusi frekuensi dukungan perangkat desa menunjukkan distribusi tertinggi adalah sedang (62%). Dukungan perangkat desa adalah dukungan seluruh perangkat desa di wilayah kerja Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo dalam meningkat pengembangan kegiatan Posyandu yang dirasakan oleh para Kader Kesehatan. Dewasa ini pembangunan dibidang kesehatan telah mengalami perkembangan yang begitu pesat, serta kesehatan sudah menjadi sebuah hal yang harus diutamakan dibandingkan dengan kebutuhan lainnya.Melihat kondisi yang demikianlah sudah seharusnya bukan hanya tenaga kesehatan saja yang menjadi penanggung jawab semua masyarakat. Siapapun masyarakat tersebut secara individu atau berkelompok mempunyai tanggung jawab yang sama besarnya dengan tenaga kesehatan terhadap upaya menciptakan terwujudnya kesehatan masyarakat itu sendiri. Organisasi merupakan unit yang ada di masyarakat. Ini berarti organisasi merupakan kelompok yang secara langsung berhadapan dengan anggota organisasi selama 24 jam penuh. Menurut Mubarok cit Kolid (2010) peran organisasi adalah mampu mengenal masalah kesehatan, mampu membuat keputusan tindakan, mampu melakukan perawatan pada anggota
49
organisasi yang sakit, mampu memodifikasi lingkungan rumah, dan mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada. Perangkat desa merupakan pelopor kegiatan di pedesaan. Kaitan peran perangkat desa terhadap kegiatan kader kesehatan didesa sebagaimana dikemukakan oleh Laksmono (2007) terdapat empat peran yang seharusnya dilakukan oleh perangkat desa yaitu Pertama, perangkat desa selalu mengadakan peninjauan terhadap pelaksanaan kegiatan Posyandu dan mengikuti kegiatan lain, sehingga kader akan malu kalau tidak turut. Kedua, perangkat desa selalu memberi tugas kepada kader dalam pelaksanaan kegiatan Posyandu yang dirasa oleh para kader sebagai suatu perhatian yang dapat merupakan dorongan bagi kader untuk selalu melakukan kegiatan Posyandu. Ketiga, kebiasaan perangkat desa untuk selalu mau memperbaiki hubungan dengan kader, misalnya suatu ketika kader berbuat kesalahan maka kader tersebut mendapat teguran yang sangat keras, namun di lain kesempatan perangkat desa tersebut telah baik kembali. Keempat, kebiasaan perangkat desa untuk selalu memberi petunjuk ketika menghadiri kegiatan Posyandu juga mempunyai pengaruh yang sama dengan tiga karakteristik sebelumnya dan bersifat menguatkan pernyataan-pernyataan tersebut. Aplikasi pelaksanaan peran perangkat desa di wilayah kerja Puskesmas Baki telah dilakukan dengan baik. Hal tersebut khususnya diwujudkan dengan besarnya perhatian perangkat desa terhadap kegiatan posyandu baik posyandu balita maupun posyandu lansia. Peran atau tindakan yang sering dilakukan oleh perangkat desa antara lain melakukan peninjauan terhadap kegiatan kader
50
kesehatan, pemberian support baik secara motivasional maupun financial, serta membantu komunikasi antara kader dengan masyarakat. Penelitian menunjukkan bahwa dukungan perangkat desa sebagian besar adalah sedang (62%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rewanti (2013) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan keaktifan kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tareran Kecamatan Tareran Kabupaten Minahasa Selatan. Penelitian ini menunjukkan bahwa pendampingan perangkat desa terhadap kader posyandu adalah baik.
C. Keaktifan Kader Kesehatan Distribusi frekuensi keaktifan kader kesehatan menunjukkan distribusi tertinggi adalah sedang (66%). Kader adalah anggota masyarakat yang dipilih dari dan oleh masyarakat setempat yang disetujui oleh LPMD. Dalam melaksanakan kegiatannya dan bertanggung jawab pada masyarakat melalui LPMD, jadi kader adalah bentuk ketenagaan yang dimiliki oleh masyarakat dan bukan aparat sektor, yang mau dan mampu bekerja secara sukarela. Kader Posyandu adalah anggota masyarakat yang mau bekerja secara sukarela, dan mau meluangkan waktunya untuk melaksanakan kegiatan UPGK, serta mampu menggerakkan masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan tersebut (Depkes RI, 2001). Menurut Sugiono (2008), kader Posyandu adalah anggota masyarakat yang bekerja sukarela, mampu melaksanakan kegiatan program gizi dan mampu menggerakkan masyarakat
51
untuk ikut serta dalam kegiatan perbaikan gizi sesuai fungsinya di tengah – tengah masyarakat sebagai penyampai informasi dan kader Posyandu sepantasnya adalah anggota masyarakat yang dapat diterima oleh masyarakat sekitarnya. Akan sesuai bila yang menjadi kader adalah merupakan tokoh mayarakat. Keaktifan kader kesehatan adalah bentuk pelaksanaan kewajiban kader terhadap kegiatan Posyandu. Tingkat keaktifan kader kesehatan dalam melaksankaan kegiatan posyandu dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur dan tingkat pendidikan kader. Distribusi frekuensi umur responden menunjukkan rata-rata adalah berumur 23-30 tahun (51%). Tingkat umur responden berhubungan dengan kemampuan kader dalam mengatur tugas dan antara tugas pribadi dan tugas sosialnya sebagai kader kesehatan. Kemampuan mengatur waktu antara kepentingan pribadi dan kepentingan social di masyarakat menyebabkan sebagian besar kader mampu meluangkan waktunya untuk melaksanakan tugas sebagai kader posyandu sehingga keaktifannya menjadi baik. Faktor lain adalah pendidikan responden. Tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah SMA. Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh responden menyebabkan responden mampu memahami pentingnya tugas yang harus mereka emban sebagai kader kesehatan. Pemahaman tentang tugas dan fungsinya sebagai kader kesehatan meningkatkan motivasi kader kesehatan dalam melaksanakan tugasnya, sehingga dengan tingkat pendidikan yang baik
52
tersebut keaktifan kader kesehatan dalam melaksanakan kegiatan posyandu semakin baik.
D. Hubungan Perangkat Desa Dengan Keaktifan Kader Kesehatan Hasil uji Korelasi Kendall Tau hubungan dukungan perangkat desa dengan keaktifan kader kesehatan diperoleh nilai rhitung 0,646 dengan nilai signifikansi p-value 0,000. Kesimpulan penelitian adalah terdapat hubungan dukungan perangkat desa dengan keaktifan kader kesehatan dalam menjalankan kegiatan posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo. Perangkat desa merupakan penggerak utama kegiatan di desa. Perangkat desa sangat berperan terhadap pelaksanaan posyandu di pedesaan yaitu dengan
memberikan
motivasi, kemudahan birokrasi, dukungan
finansial, serta pemenuhan sarana dan prasarana posyandu. Dukungan yang diberikan oleh perangkat desa tersebut, disatu sisi akan meningkatkan minat kader kesehatan untuk melaksanakan kegiatan posyandu, sedangkan kemudahan birokrasi, dukungan finansial dan pemenuhan sarana prasarana kegiatan posyandu memudahkan kader dalam melaksanakan tugasnya dalam menggerakkan posyandu di desa (Widagdo, 2007). Meningkatkan dukungan perangkat desa tersebut akan diikuti oleh peningkatan motivasi dan kemudahan kader desa dalam melaksanakan kegiatan posyadu, sehingga keaktifan mereka dalam kegiatan posyandu juga semakin meningkat.
53
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2015 adalah meningkatnya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud, melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia. (Depkes RI, 2009) Keikutsertaan masyarakat dalam meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan terutama dalam upaya penyelenggaraan kesehatan adalah dengan adanya pelaksanaan Posyandu. Namun dari hasil pemantauan perkembangan posyandu menunjukkan penurunan mutu kerja yang ditandai dengan meningkatnya jumlah posyandu strata pratama. Kondisi ini terjadi disebabkan kader yang tidak aktif melaksanakan kegiatan posyandu. Keaktifan kader sangat menentukan kualitas fungsi dan kinerja posyandu, karena unsur utama dalam pelayanan posyandu adalah kader (Merah bangsawan, 2010). Napas posyandu adalah kader, dan rupanya sosok kader adalah gambaran yang lebih tepat dan paling ideal untuk menjelaskan visi Depkes 2010-2014 “Masyarakat Yang Mandiri Dalam Hidup Sehat”. Dibayangkan, jika seluruh masyarakat mempunyai sepersepuluh sifat dan semangat kader; maka setiap pintu akan mengingatkan dirinya sendiri untuk menimbang anak di
Posyandu,
mengimunisasi
anaknya,
memeriksakan
kehamilannya,
54
menjalankan KB, melaksanakan pola makan gizi seimbang. Hasilnya? Posyandu akan digerakkan oleh masyarakat dan menjadi jalan yang bebas hambatan. (Jaladri, 2010) Depkes RI (2008) mengemukakan bahwa kegiatan posyandu merupakan
tanggung
jawab
bersama
antara
pemerintah
dan
masyarakat.Sebagai regulator dan fasilitator, pemerintah wajib memberikan fasilitasi
–
fasilitasi
untuk
pengembangan
kegiatan
pengembangan.
Departemen Kesehatan dan Departemen Dalam Negeri berjalan bersama dalam pengembangan program Psoyandu. Departemen Kesehatan sebagai pemegang regulasi bidang kesehatan bertugas menyiapkan dukungan berupa pendapingan petugas serta penyiapan program – program yang berdampak pada upaya promotof dan preventif bidang kesehatan.Sedangkan Departemen Dalam Negeri bertanggung jawab dalam pemberdayaan birokrasi dan masyarakat di daerah. Pemerintah daerah, yang dalam hal ini adalah pemerintahan desa beserta perangkatnya sebagai pemegang otoritas di daerah menjalankan fungsi pengembangan Posyandu dengan memberikan dukungan berupa motivasi, birokrasi, financial, dan sarana prasarana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan dukungan perangkat desa dengan keaktifan kader kesehatan dalam menjalankan kegiatan posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo. Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yaitu penelitian Laksmono (2007) tentang Ciri-ciri kepala desa yang berpengaruh terhadap peran serta kader
kesehatan
dalam
meningkatkan
kinerja
posyandu.
Penelitian
55
menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kader kesehatan adalah 1) kebiasaan perangkat desa dalam melakukan supervise kegiatan posyandu selalu memberikan petunjuknya pada kader, 2) kebiasaan perangkat desa untuk selalu memberi perhatian seperti dicukupinya kebutuhan operasional/uang transport 3) selalu menggalang hubungan baik dengan kader dan 4) selalu mempertimbangkan kemampuan kader sebelum memberi perintah.
BAB VI PENUTUP
A. Simpulan 1. Dukungan perangkat desa di wilayah kerja Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo sebagian besar adalah sedang (62%) 2. Keaktifan kader kesehatan dalam menjalankan kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo sebagian besar adalah sedang (66%). 3. Terdapat hubungan dukungan perangkat desa dengan keaktifan kader kesehatan dalam menjalankan kegiatan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo (rhitung = 0,646; p-value = 0,000).
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan,
maka
peneliti dapat menyampaikan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi Kader Kesehatan Kader kesehatan hendaknya meningkatkan kemampuannya mengatur waktunya, sehingga kebutuhan pribadi dan kebutuhan untuk menjalankan tugasnya sebagai kader kesehatan dapat sejalan dengan seiring, tanpa terjadi tumbuhkan yang dapat merugikan salah satu diantaranya. 2. Bagi Perangkat Desa Perangkat desa hendaknya senantiasa memperhatikan kondisi kader
56
57
kesehatan di desanya dengan meningkatkan pendampingan, peningkatan sarana dan prasarana kesehatan, serta mengupayakan memberikan insentif sehingga motivasi dan kinerja kader kesehatan di desa meningkat. 3. Bagi Puskesmas Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan petugas puskesmas untuk senantias menjaga keaktifan kader kesehatan serta berupaya untuk lebih meningkatkannya dengan lebih banyak melakukan kegiatan pendampingan dan pemberian motivasi kepada kader kesehatan di desa. 4. Bagi Ilmu Keperawatan Hasil penelitian ini dapat mendukung teori kesehatan masyarakat yaitu tentang hubungan dukungan perangkat desa terhadap keaktifan kader kesehatan desa. 5. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan pijakan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut, yaitu dengan menambah faktor-faktor yang berhubungan dengan keaktifan kader kesehatan misalnya faktor pemberian insentif, tingkat pendidikan kader, pengetahuan kader, sikap kader dan lain sebagainya sehingga diketahui faktor apakah yang paling dominant berhubungan dengan keaktifan kader kesehatan desa.
DAFTAR PUSTAKA
Ananto. 2009. Motivasi Individu. Jakarta : Majalah Psikologi Vol 2 (21) Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Azwar. 2010. Perilaku Manusia. Jakarta : Rineka Cipta. Depdagri. 2009. Revitalisasi Posyandu. Jakarta : Depdagri. Depkes RI. 1990. Pengembangan Posyandu. Jakarta : Depkes RI. Depkes RI. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan. Jakarta : Depkes RI. Dimas, J. 2009. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Keaktifan Kegiatan Posyandu di Kelurahan Tugu Barat, Semarang. Tersedia pada : www.undip.ac.id. On-line : 3 Februari 2015. Dinkesprov Jawa Tengah. 2010. Profil Kesehatan Jawa Tengah. Tersedia pada : www.dinkes.jateng.go.id. On-line : 3 Februari 2015. Effendy. 2005. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta. Kartohadikusumo. 2007. Sosiologi Desa. Tersedia pada : www.wikipedia.com. On-line : 4 Februari 2015. Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pengembangan Primary Health Care. Tersedia : www.depkes.go,id. On-line : 4 Februari 2015. Kolid, M. 2010. Upaya Kesehatan. Tersedia pada : www.komunitasku.com. On-line : 4 Februari 2015. Kozier. B. 2007. Fundamental of Nursing. Toronto : Mosby. Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam, 2007. Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Ognurn dan Nimkoff. 2009. Perkembangan Desa. www.wikipedia.com On-line : 4 Februari 2015.
Tersedia
pada
: