PENGARUHPENDIDIKANKESEHATANTENTANGPENYALA HGUNAAN NARKOBA DENGAN METODE BERMAIN PERAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS X DISMA NEGERI 1 SUKOHARJO SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawaatan
Oleh : PURYANTO NIM. ST 13058
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
i
SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : PURYANTO NIM
: ST 13058
Dengan ini menyatakan bahwa : 1) Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada Surakarta maupun diperguruan tinggi lain. 2) Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan Tim Penguji. 3) Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka. 4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karyaini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Surakarta, 1 Agustus 2015 Yang membuat pernyataan
Puryanto NIM ST 13058
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya, sehingga dapat tersusun laporan penelitian ini dan hanya kepada-Nya kami serahkan pujian, sanjungan dan hanya kepada-Nya pula kami menyembah. Saya menyadari sepenuhnya bahwa laporan penelitian ini dapat tersusun berkat bimbingan dan bantuan dari banyak pihak. Ucapan terima kasih yang tidak terhingga saya sampaikan kepada : 1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si selaku ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh studi lanjut S-1 Keperawatan. 2. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku ketua prodi S-1 keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. 3. Ibu Meri Oktariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku penguji yang telah memberikan saran dan masukan demi sempurnanya skripsi ini. 4. Ibu Happy Indri Hapsari,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing utama yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan petunjuk kepada penulis. 5. Ibu Prihantini SST.,M.Kes selaku pembimbing pendamping yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan petunjuk kepada penulis.
iii
6. Bapak Dr. Endro Suprayitno, Sp.KJ, M.Si selaku direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta yang telah memberikan ijin belajar untuk menempuh studi lanjut S-1 Keperawatan di STIKes Kusuma Husada Surakarta. 7. Bapak Drs. Darno selaku kepala SMA Negeri 1 Sukoharjo yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 8. Istriku yangtercinta, Dik Warsiti yang selalu memberikan dukungan baik moral maupun spiritual. 9. Rekan-rekan seperjuangan Prodi S-1 Keperawatan angkatan ST 13 yang senasib dan sepenanggungan. 10. Rekan-rekan bangsal Samba di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta yang banyak memberikan dukungan. 11. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Semoga jasa dan budi baik yang telah diberikan kepada saya selalu mendapatkan balasan dengan balasan yang lebih baik dan berlipatganda. Harapan saya, semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua. Kritik saran saya tunggu demi perbaikan karya saya ke depan. Terima kasih.
Surakarta, 01 Agustus 2015
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman Judul.........................................................................................
i
Lembar Pengesahan ..............................................................................
ii
Surat Pernyataan Orisinalitas ..................................................................
iii
Kata Pengantar ........................................................................................
iv
Daftar Isi..................................................................................................
vi
Daftar Tabel ............................................................................................
ix
Daftar Gambar.........................................................................................
xi
Daftar Lampiran ....................................................................................
xii
Abstrak ..................................................................................................
xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...................................................................
1
1.2. Rumusan Masalah..............................................................
7
1.3. Tujuan Penelitian ...............................................................
7
1.4. Manfaat Penelitian .............................................................
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori....................................................................
10
2.2. Keaslian Penelitian.............................................................
38
2.3. Kerangka Teori ..................................................................
39
2.4. Kerangka Konsep...............................................................
40
2.5. Hipotesis ............................................................................
40
v
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancanganpenelitian........................................
41
3.2. Populasi dan Sampel........................................................
42
3.3. Tempat dan Waktu Penelitian..........................................
44
3.4. Variabel, Definisi Operasional dan skala Pengukuran ....
44
3.5. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ..................
46
3.6.Uji Validitas dan Uji Reliabilitas .....................................
49
3.7. Tehnik Pengolahan ..........................................................
53
3.8. Analisa Data ....................................................................
54
3.9. Etika Penelitian ..................................................................
56
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1.1 Analisa Univariat .........................................................
58
4.1.2 Analisa Bivariat ...........................................................
62
BAB V PEMBAHASAN 5.1. Tingkat pengetahuan dan sikap kelompok perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol sebelum dilakukan perlakuan.........................................................
67
5.2. Tingkat pengetahuan dan sikap kelompok perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol setelah dilakukan perlakuan .......................................................
68
5.3. Perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap kelompok perlakuan/eksperimen sebelum dan setelah perlakuan ..
vi
69
5.4. Perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap kelompok perlakuan/eksperimen sebelum dan setelah perlakuan ..
72
5.5. Perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap kelompok perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol setelah perlakuan .......................................................................
74
5.6. Keterbatasan Penelitian .................................................
77
BAB VI PENUTUP 6.1. Simpulan ........................................................................
78
6.2. Saran ...............................................................................
79
Daftar Pustaka Daftar Lampiran
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran .......
44
Tabel 3.2. Kisi-kisi Pendidikan Kesehatan tentang Penyalahgunaan narkoba ...............................................................................
48
Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia..............................
58
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..............
58
Tabel 4.3. Distribusi Data Asal Sumber Informasi ...............................
58
Tabel 4.4. Distribusi Data Pernah Tidaknya Anak Mencoba Narkoba59 Tabel 4.5. Data pre-test tentang pengetahuan .......................................
59
Tabel 4.6. Data pos-test tentang pengetahuan.......................................
60
Tabel 4.7. Data pre-test tentang sikap ...................................................
61
Tabel 4.8. Data pos-test tentang sikap ..................................................
61
Tabel 4.9. Data analisa bivariat tingkat pengetahuan kelompok perlakuan/eksperimen sebelum dan sesudah perlakuan .....
62
Tabel 4.10. Data analisa bivariat kategori sikap kelompokperlakuan/ eksperimen sebelum dan sesudah perlakuan ........................
62
Tabel 4.11. Data analisa bivariat tingkat pengetahuan kelompokkontrol sebelum dan sesudah perlakuan ...........................................
63
Tabel 4.12. Data analisa bivariat kategori sikap kelompok kontrol sebelum dan sesudah perlakuan ..............................................................
viii
63
Tabel 4.13. Data bivariat tingkat pengetahuan kelompokperlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol sesudah perlakuan ..............................................................................
64
Tabel 4.14. Data bivariat kategori sikap kelompokperlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol sesudah perlakuan ...................................
ix
65
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka Teori .................................................................
39
Gambar 2.2. Kerangka Konsep .............................................................
40
Gambar 3.1. Rancangan Penelitian Quasi Eksperimen .........................
41
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ijin Permohonan Studi Pendahuluan Penelitian. Lampiran 2. Surat Balasan Ijin Permohonan Studi Pendahuluan Penelitian. Lampiran 3. Surat Ijin Permohonan Uji Validitas Dan Reliabilitas. Lampiran 4. Surat Keterangan Telah Melakukan Uji Validitas Dan Reliabilitas. Lampiran 5. Surat Permohonan Ijin Penelitian. Lampiran 6. Surat Balasan Ijin Penelitian. Lampiran 7. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian. Lampiran 8. Permohonan Menjadi Responden. Lampiran 9. Persetujuan Untuk Menjadi Responden. Lampiran 10. Lembar Kuesioner Penelitian. Lampiran 11. Satuan Acara Penyuluhan. Lampiran 12. Satuan Acara Penyuluhan Bermain Peran. Lampiran 13. Lembar Konsultasi. Lampiran 14.Data Validitas dan Reliabilitas. Lampiran 15.Data Karakteristik Responden. Lampiran16.Data Pengetahuan. Lampiran 17.Data Sikap. Lampiran 18.Hasil Olah Data SPSS Lampiran19.Dokumentasi Penelitian.
xi
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
Puryanto Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Penyalahgunaan Narkoba DenganMetode Bermain Peran Terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswa Kelas X di SMA Negeri 1 Sukoharjo ABSTRAK Pengguna narkoba di Indonesia mengalami tren peningkatan dari tahun ke tahun. Salah satu cara untuk mengatasinya dengan meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa mengenai narkoba melalui pendidikan kesehatan dengan metode bermain peran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyalahgunaan narkoba dengan metode bermain peran terhadap pengetahuan dan sikap siswa kelas X di SMA Negeri 1 Sukoharjo. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan quasi eksperimen dengan desain Pre-test dan post-test non equivalen control groupdesign dengan teknik purposive sampling dengan jumlah 80 responden. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan Chi-Square. Hasil analisa data tidak ada perbedaan tingkat pengetahuan kelompok perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol setelah perlakuan dengan nilaipValue 0,522>0,05. Tidak ada perbedaan sikap kelompok perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol setelah perlakuan dengan nilai p-Value 0,762>0,05. Tidak ada perbedaan pendidikan kesehatan tentang penyalahgunaan narkoba dengan metode bermain peran terhadap tingkat pengetahuan dan sikap siswa apabila dilaksanakan pada kelompok besar dengan jumlah sasaran 40 responden dan dalam proses belajarnya tidak melibatkan siswa untuk memerankan atau mendemonstrasikan tingkah laku manusia. Kata Kunci:Pendidikan Kesehatan, Penyalahgunaan Narkoba, Bermain Pengetahuan, Sikap Daftar Pustaka: 38 (2005-2014)
xii
Peran,
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA 2015
Puryanto Effect of Health Education of Drug Abuse with the Role Play Method on Knowledge and Attitude of the Students in Grade X of State Senior Secondary School 1 of Sukoharjo ABSTRACT The number of drug users in Indonesia has actually increased for the recent years. One way to resolve this problem is by improving students knowledge and attitude abaut drugs through health education with the role play method. The objective of the research is to investigate the effect of the health education of drug abuse with the role play method on the knowledge and attitude of the students in Grade X of State Senior Secondary School 1 of Sukoharjo. This research used the quasi experimental quantitative method with the pre-test and post-test non equivalent control group design. The samples of research consisted of 80 persons and the were taken by using the purposive sampling technique. The data of research were analyzed by using the Chi-square test. The result of this research shows that following the treatment, the knowledge level of the experimental and control groups was not different as indicated by the p-Value = 0.522 which was greater than 0.05 and the attitude of the experimental and control groups was not different as shown by the p-Value 0.762 which was greater than 0.05. Thus, there was not any difference of the health education of drug abuse with the role play method on the level of knowledge and attitude of students if the target was in the large group i.e. 40 respondents and the learning process did not involve the students to play or demonstrate human behavior.
Keywords: Health Education, Drug Abuse, Role Play, Knowledge, Attitude References: 38 (2005-2014)
xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Istilah Narkoba adalah singkatan dari narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya (Badan Narkotika Nasional/BNN, 2007). Masalah gangguan penggunaan narkoba merupakan problema kompleks yang penatalaksanaanya melibatkan banyak bidang keilmuan(medik dan nonmedik).Penatalaksanaan
seseorang
dengan
ketergantungan
narkobamerupakan proses yang panjangyang memakan waktu relatif cukup lama
dan
melibatkan
berbagai
pendekatan
dan
latar
belakang
profesi.Gangguan penggunaan narkoba merupakan masalah bio-psikososial-kultural yang sangat rumit sehingga perlu ditanggulangi secara multidisipliner dan lintas sektoraldalam suatu program yang menyeluruh (komprehensif)serta konsisten (Lamp.SK MENKES No 422, 2010). Gangguan penggunaan narkoba merupakan masalah yang menjadi keprihatinan
dunia
Immunodeficiency
Internasional
Virus/Acquaired
disamping Immune
masalah
Deficiency
Human Syndrome
(HIV/AIDS), kekerasan, kemiskinan, pencemaran lingkungan, pemanasan global dan kelangkaan pangan. World Health Organizationmemperkirakan bahwa jumlah penyalahgunaannarkoba di dunia pada tahun 2012 sekitar 243 juta orang (Iskandar, 2014).
1
2
Pengguna narkoba di Indonesia mengalami tren peningkatan dari tahun ke tahun. Fakta tersebut dapat dilihat dari data statistik prevalensi penyalahgunaan narkoba di Indonesia. Pada tahun 2008 ada 1,99 %,pada tahun 2011 ada 2,32%, pada tahun 2013 meningkat lagi ada 2,56% pada tahun 2015 diperkirakan akan meningkat menjadi 2,80 % dari jumlah penduduk (Iskandar, 2014). Kasus pengguna narkoba di Jawa Tengah juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.Fakta tersebut dapat dilihat dari data tindak pidana narkoba diJawa Tengah. Menurut data Direktorat Tindak Pidana Narkoba pada tahun 2007 ada 645 kasus, pada tahun 2008 ada 753 kasus, pada tahun 2009 ada 1.038 kasus, pada tahun 2010 ada 1.122 kasus dan pada tahun 2011 ada 1.493 kasus.Penyalahgunaan narkoba berdasarkan pendidikan pada tahun 2012 sebagai berikut: Sekolah Dasar ada 504 orang, Sekolah Menengah Pertama ada 1.499 orang, Sekolah Menengah Atas ada 3.957 orangdanPerguruan Tinggi ada 236 orang (BNN,2012). Remaja akan menjadi sangat beresiko tinggi terhadap penyalahgunaan narkoba apabila tidak berada dalam pengawasan orang tua, tidak bisa berkomunikasi dengan orang tua, pengendalian diri/kepercayaan diri/harga diri yang rendah, tidak mau mengikuti aturan/norma/tata tertib, suka cari sensasi, bergaul dengan pengguna narkoba,memiliki anggota keluarga penyahguna narkoba, merasa dikucilkan dan sulit menyesuaikan diri, rendah penghayatan spiritualnya, praktik pengasuhan orang tua yang efektif akan
3
memiliki efek perlindungan yang kuat pada penggunaan narkoba oleh remaja (Waluyo,2007). Pada awalnya, remaja yang mengkonsumsi narkoba biasanya diawali dengan perkenalan dengan rokok. Kebiasaan merokoksudah menjadi kebisaan remaja saat ini.Dari kebiasaan inilah, pergaulan terus meningkat, apalagi ketika remaja tersebut bergabung ke dalam lingkungan orang-orang yang sudah menjadi pecandu narkoba. Awalnyacuma mencoba, lalu akan mengalami ketergantungan (Purba, 2013). Pemakai narkoba memiliki perbedaan dengan orang yang tidak memakai mulai dari gaya hidup, sikap dan tingkah laku sehari-hari. Pemakai narkoba tersebut mudah sekali dikenali meliputi secara fisik, emosi dan perilaku. Secara fisik meliputi: berat badan menurun drastis, mata terlihat cekung dan merah, muka pucat, bibir kehitaman, buang air besar dan kecil kurang lancar, sembelit atau sakit perut tanpa alasan /penyebab yang jelas. Secara emosi meliputi: sangat sensitif dan cepat bosan, bila ditegur atau dimarahi, dia malah menunjukkan sikap membangkang, emosinya naik turun dan tidak ragu untuk memukul orang atau berbicara kasar terhadap anggota keluarga atau orang disekitarnya. Secara perilaku meliputi: malas dan sering melupakan tanggung jawab dan tugas-tugas rutinnya, menunjukkan sikap tidak peduli dan jauh dari keluarga, sering bertemu dengan orang tidak dikenal keluarga, pergi tanpa ijin dan pulang lewat tengah malam, suka berbohong dan ingkar janji dengan berbagai alasan, jalan sempoyongan(Kabain, 2007).
4
Banyak sekali akibat atau dampak buruk dari penyalahgunaan narkoba baik bagi diri sendiri,bagi keluarga maupun bagi masyarakat.Bagi diri sendiri adalah fungsi otak dan perkembangan remaja terganggu, mulai dari ingatan, perhatian, persepsi, perasaan dan perubahan pada motivasinya.Bisa juga menimbulkan ketergantungan, overdosis bahkan bisa kematian, gangguan pada organ seperti: hati, ginjal, paru-paru, jantung, lambung, reproduksi, tertular HIV/AIDS, hepatitis, tubercolosis dan masih banyak lagi(Waluyo, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Manoj, S, menyatakan bahwa dalam rangka untuk membuat program pencegahan alkohol yang efektif harus dimulai dari sekolah menengah pertama (SMP) dan dilanjutkan sekolah menengah atas (SMA) ditambah kurikulum pendidikan kesehatan yang ada atau sebagai program pelengkap, menggunakan teori perilaku yang kuat yang bertujuan untuk mempengaruhi perilaku daripada hanya membangun pengetahuan, memanfaatkan dukungan kelompok sebaya, membangun ketahanan khusus,membangun penolakan masyarakat terhadap konsumsi alkohol, melibatkan dukungan masyarakat dan memanfaatkan komponen media massa aktif (Manoj, 2006). Badan Narkotika Kabupaten (BNK) Sukoharjo, yang sejak tahun 2011, telah berubah nama menjadi Tim Pencegahan Penanggulangan Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika (Tim P4GN), merupakan salah satu mitra BNN yang mana tugasnya adalah melayani masyarakat dalam hal pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan narkoba khususnya di
5
Kabupaten Sukoharjo.Beberapa strategi yang sudah dilakukan antara lain adalah dengan melakukan programpenyuluhan tentang narkoba.Program ini salah satunya dilakukan di sekolah, khususnya Sekolah Menengah Tingkat Atas se-Kabupaten Sukoharjo (BNK Sukoharjo, 2011). Pendidikan
kesehatan
adalah
suatu
kegiatan
atau
usaha
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau induvidu.Dengan adanya pesan tersebut maka diharapkan masyarakat, kelompok atau induvidu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik.Pengetahuan tersebut akhirnya diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku sasaran (Notoatmodjo, 2007). Penelitian yang berkaitan dengan pengaruh pendidikan kesehatan tentang narkoba dilakukan di SMA Negeri 5 Pematang, Siantar, Sumatera Utara dengan judul pengaruh pendidikan kesehatan tentang narkoba terhadap pengetahuan dan sikap dengan hasil pada kelompok perlakuan ada peningkatan pengetahuan dari 7,86 menjadi 13,56 setelah diberikan pendidikan kesehatandan peningkatan sikap dari 46,16 menjadi 58,28, sedangkan pada kelompok kontrol tidak ditemukan perubahan signifikan pada pengetahuan dan sikap (Purba, 2013). Dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan perlu adanya suatu metode yang sesuai agar para pendengar dapat memahami dengan baik, aktif, tidak pasif dan tidak cepat bosan dalam mendengarkan pendidikan kesehatan sampai selesai. Salah satu metode yang melibatkan pendengarnya aktif,
6
tidak pasif adalah bermain peran. Metode bermain peran adalah metode yang baik untuk merubah sikap sesuai yang diperankan (Maulana, 2009). Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan bermain peran pernah dilakukan di SMP Muhammadiyah 4 Tangerang dengan judul pengaruh metode role playing terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep gerak pada tumbuhan dengan kesimpulan bahwa penggunaan metode bermain peran membawa pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar biologi siswa (Khaerani, 2010). Berdasarkanstudi pendahuluanyang dilakukan peneliti pada tanggal 13 Januari 2015 di SMA Negeri 1 Sukoharjo adalah salah satu sekolah favorit dengan akreditasi A.Sekolah ini terletak di tengah kota, dekat dengan alunalun,pasar tradisional, pasar modern (mall) dan hotel atau tempat penginapan. Disamping itu tidak terlalu jauh terdapat pabrik alkohol (ciu), terminal, kampus, pusat-pusat hiburan malam mulai bermunculandanjuga berbatasan langsung dengan kota besar Surakarta, selain itu tiap tahun ada kasus narkoba yang tertangkap di Sukoharjo, yang semua itu menjadi rawan terjadi pengedaranpenyalahgunaan narkoba. Berdasarkan data dari gurudan karyawan tata usaha SMA Negeri 1 Sukoharjo bahwa belum pernah ada penyuluhan tentang penyalahgunaan narkoba dengan metode bermain peran kepada siswa, yang pernah ada penyuluhan dengan cara ceramah. Dari hasil wawancara dengan 5 siswa kelas X didapatkan hasil bahwa 5 siswa itu belum pernah mendapat penyuluhan
dengan
metode
bermain
peran.
Menurut
pendapat
7
siswapenyuluhan tentang narkoba dengan bermain peran ini sangat menarik karena
umumnya
penyuluhan
itu
dengan
metode
ceramah
yang
menyebabkan cepat bosan dan monoton. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentangpengaruh pendidikan kesehatan tentang penyalahgunaan narkoba dengan metode bermain peran terhadap pengetahuan dan sikap siswa kelas X di SMA Negeri 1 Sukoharjo. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalahbagaimana pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyalahgunaan narkoba dengan metode bermain peran terhadap pengetahuan dan sikap siswa kelas X di SMA Negeri 1 Sukoharjo? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyalahgunaan narkoba dengan metode bermain peran terhadap pengetahuan dan sikap siswa kelas X di SMA Negeri 1 Sukoharjo. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui karakteristik responden di SMA Negeri 1 Sukoharjo. 2.
Mengetahui
tingkatpengetahuandansikapkelompokperlakuan/
eksperimendankelompok kontrolsebelumdilakukanperlakuan.
8
3.
Mengetahuitingkatpengetahuandansikapkelompokperlakuan/ eksperimen dankelompok kontrol setelah dilakukan perlakuan.
4.
Mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap kelompok perlakuan/eksperimen sebelum perlakuan dan setelah perlakuan.
5.
Mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap kelompok kontrol sebelum perlakuan dan setelah perlakuan.
6.
Mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap kelompok perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol setelah perlakuan.
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat bagi masyarakat Hasil
penelitian
pengetahuan tentang
ini
diharapkan
dapat
menambah
tingkat
penyalahgunaan narkoba, sehingga masyarakat
termotivasi untuk berpartisipasi aktif dalam upaya penanggulangan dan pencegahan penyalahgunaan narkoba. 1.4.2. Manfaat bagi Istitusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan dan bahan kajian pada Institusi pendidikan guna meningkatkan kualitas pendidikan 1.4.3. Manfaat bagi peneliti lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi penelitian tentang penyalahgunaan narkoba.
9
1.4.4. Manfaat bagi peneliti Memenuhisalahsatupersyaratanakademisgunamemperoleh
gelar
Sarjana KeperawatandiSekolahTinggi IlmuKesehatanKusuma Husada Surakarta.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Pendidikan kesehatan 1.
Pengertian Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau induvidu. Dengan adanya pesan tersebut maka diharapkan masyarakat, kelompok atau induvidu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut akhirnya diharapkan dapat
membawa
akibat
terhadap
perubahan
perilaku
sasaran
(Notoatmodjo, 2007). Pendidikan kesehatan merupakan suatu proses yang mempunyai masukan (input) dan keluaran (output). Suatu proses pendidikan kesehatan yang menuju tercapainya tujuan pendidikan yakni perubahan perilaku, dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor tersebut adalah faktor masukannya
sendiri/sasaran
pendidikan,
faktor
metode,
faktor
materi/pesannya, pendidik /petugas yang melakukannya dan alat-alat bantu pendidikan yang dipakai (Notoatmodjo, 2007).
10
11
2.
Media/alat bantu pendidikan Alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pengajaran/pendidikan. Alat bantu ini lebih sering disebut sebagai alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu di dalam proses pendidikan/pengajaran (Notoatmodjo, 2007). Secara
garis
besar
alat
bantu
pendidikan
menurut
Notoatmodjo(2011), dikelompokkan menjadi : a.
Alat bantu lihat (visual aids) Alat ini berguna menstimulasi indrapenglihatan pada waktu terjadinya proses pendidikan. Alat bantu pendidikan ini ada dua bentuk yaitu : 1) Alat bantu pendidikan yang tidak diproyeksikan, seperti gambar, peta, bagan, bola dunia, boneka dan sebagainya. 2) Alat yang diproyeksikan, seperti slide, film, film strip dan sebagainya.
b.
Alat bantu dengar (audio aids) Alat bantu dengar adalah alat yang dapat menstimulasi indra pendengar, misalnya pita rekaman dan radio.
c.
Alat bantu lihat dengar (audio visual aids) Alat bantu pendidikan yang dalam penggunaannya menstimulasi indra penglihatan dan pendengaran, seperti televisi dan radio.
12
Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan, media dikelompokkan menjadi : 1) Media cetak (booklet, leaflet, flyer, flipchart, rublik atau tulisan pada surat kabar, poster dan foto). 2) Media elektronik (televisi, radio, video, slide dan film strip). 3) Media papan (billboard). (Menurut Notoadmodjodalam Suiraoka & Supariasa, 2012)
2.1.2. Metode bermain peran a. Pengertian MenurutYamin (2005), bermain peran adalah metode yang melibatkan interaksi antara dua siswa atau lebih tentang suatu topik atau situasi. Siswa melakukan peran masing-masing sesuai tokoh yang dilakoni, mereka berinteraksi sesama mereka dalam melakukan peran. Bermain peran adalah metode yang melibatkan interaksi antara dua siswa atau lebih tentang suatu topik atau situasi. Siswa melakukan peran masing-masing sesuai
tokoh
yang dilakoninya, mereka
berinteraksi sesama mereka dalam melakukan suatu peran tertentu (Khaerani, 2010). b. Tujuan Menurut Djamarah& Zain (2006), tujuan dari bermain peran adalah a.
Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain.
b.
Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab.
13
c.
Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara spontan.
d.
Merangsang kelas untuk berfikir dan memecahkan masalah.
c. Tahapan bermain peran Menurut Uno(2007), prosedur bermain peran terdiri atas sembilan langkah, yaitu: a.
Pemanasan (warning up) Dengan memperkenalkan kepada siswa apa itu metode bermain peran.
b.
Memilih peran Dengan menentukan siapa yang akan bermain peran dan mengelompokkan sebagai kelompok pemain peran. Kemudian membahas materiyang akan diperankan.
c.
Menyiapkan pengamat (observer) Dengan menunjuk beberapa siswa sebagai pengamat dan mengelompokkannya sebagai kelompok observer.
d.
Menata panggung. Dengan mendiskusikan dengan siswa bagaimana peran itu akan dimainkan dan apa saja kebutuhan yang diperlukan untuk bermain peran.
e.
Memainkan peran Permainan peran dimulai.
14
f.
Diskusi dan evaluasi Dengan meminta kelompok observer untuk mendiskusikan permainan peran yang sudah diperankan oleh siswa dari kelompok pemain peran dan melakukan evaluasi dengan mempresentasikan hasil diskusi.
g.
Memainkan peran ulang Setelah evaluasi selesai, dilanjutkan dengan memainkan permainan ulang atau peran kedua. Seharusnya pada permainan kedua ini akan berjalan lebih baik.
h.
Diskusi dan evaluasi kedua Dalam diskusi dan evaluasi pada langkah kedelapan, pembahasan diskusi dan evaluasi kedua lebih baik dari yang pertama.
i.
Berbagi pengalaman dan kesimpulan Siswa diajak untuk berbagi pengalaman tentang tema permainan peranyang telah dilakukan dan dilanjutkan dengan membuat kesimpulan.
d. Kelebihan bermain peran Menurut Djamarah & Zain (2006), kelebihan bermain peran adalah a.
Siswa melatih dirinya untuk melatih, memahami dan mengingat isi bahan yang akan diperankan.
b.
Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan kreatif.
c.
Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina sebaikbaiknya.
15
d.
Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya.
e.
Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain.
f.
Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan tumbuh bibit seni dari sekolah.
e. Kelemahan bermain peran Menurut Djamarah& Zain (2006), kelemahan bermain peran yaitu: a.
Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain peran mereka menjadi kurang kreatif
b.
Banyak memakan waktu baik waktu persiapan dalam rangka pemahaman isi bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan pertunjukkan.
c.
Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit menjadi kurang bebas.
d.
Sering kelas lain terganggu oleh suara pemain dan para penonton yang kadang-kadang bertepuk tangan, dan lain-lain.
2.1.3. Narkoba 1.
Pengertian Istilah narkoba sesuai dengan surat edaran Badan Narkotika Nasional (BNN) No. SE /03/IV/ 2002 adalah singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya. Narkoba yaitu zat-zat alami
16
maupun kimiawi yang jika dimasukkan ke dalam tubuh dapat mengubah pikiran, suasana hati, perasaan dan perilaku seseorang (BNN, 2007). Pengertian lebih jelasnya sebagai berikut: a. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baiksintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan
rasa nyeri
dan dapat
menimbulkan
ketergantungan (UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika). b. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental perilaku (UU No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika). c. Bahan Adiktif lainnya adalah bahan lain bukan narkotika atau psikotropika
yang
penggunaannya
dapat
menimbulkan
ketergantugan (Waluyo, 2007). d. Minuman Beralkohol adalah minuman yag mengandung etanol dan diproses dari bahan hasil pertanian atau secara sintetis yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi destilasi atau fermentasi tanpa destilasi, maupun yang diproses dengan cara mencampur konsentrat dengan etanol atau dengan cara pengenceran minuman yang mengandung etanol (Waluyo, 2007).
17
2. Penggolongan narkoba Dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika dan Undang-Undang
Nomor
5
tahun
1997
tentang
Psikotropika,
penggolongan jenis-jenis narkoba berikut didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku (Waluyo, 2007). a.
Narkotika 1) Narkotika golongan I Berpotensi sangat tinggi menyebabkan ketergantungan tidak digunakan untuk terapi pengobatan, Contoh : heroin, kokoin dan ganja. 2) Narkotika golongan II 3) Berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan. Digunakan sebagai terapi pengobatan sebagai pilihan terakhir, Contoh : morfin, petidin, metadon. 4) Narkotika golongan III Berpotensi ringan menyebabkan ketergantungan dan banyak digunakan sebagai terapi pengobatan, Contoh : kodein.
b.
Psikotropika 1) Psikotropika golongan I Amat kuat menyebabkan ketergantungan dan tidak digunakan terapi pengobatan, Contoh : MDMA (ektasi), LS.
18
2) Psikotropika golongan II Kuat menyebabkan ketergantungan,digunakan amat terbatas pada terapi pengobatan, Contoh : amfetamin, metamfetamin (shabu), fensiklidin dan ritalin. 3) Psikotropika golongan III Potensi
sedang
menyebabkan
ketergantungan,
banyak
digunakan sebagai terapi pengobatan, Contoh : pentobarbital, flunitrazepam. 4) Psikotropika golongan IV Potensi ringan menyebabkan ketergantungan dan sangat luas digunakan sebagai terapi pengobatan, Contoh : diazepam, klobazam, fenobarbital, barbital, klorazepam, klordiazepoxide dan nitrazepam (nipam, pil koplo, BK / koplo, DUM, MG, lexo, rohyp, dan lain – lain). c.
Bahan adiktif lainnya 1) Alkohol Alkohol adalah zat aktif yang terdapat dalam berbagai jenis minum-minuman keras. 2) Inhalan / solven Inhalan yaitu gas atau zat yang mudah menguap yang terdapat pada berbagai keperluan pabrik, kantor dan rumah tangga.
19
3) Nikotin Nikotin adalah salah satu zat yang terdapat pada tembakau yang merupakan zat paling adiktif di dunia. 4) Kafein Kafein merupakan zat perangsang yang terdapat pada kopi. 3. Jenis-jenis narkotika Menurut BNN (2007), jenis narkotika yang sering disalahgunakan sebagai berikut : 1. Narkotika a. Heroin dan morfin dikenal dengan nama putaw atau PTW Bentuk : berupa serbuk. Efek : menimbulkan rasa kantuk, lesu, penampilan dungu, jalan mengambang, rasa sakit seluruh badan, badan gemetar,jantung berdebar-debar, susah tidur, nafsu makan berkurang, mata berair dan hidungnya selalu ingusan/berlendir, tertular hepatitis, HIV/AIDS, menimbulkan kematian bila over dosis. b. Ganja dikenal dengan nama mariyuana, hashish, gelek, budha stick, cimeng Bentuk : berupa tanaman yang dikeringkan. Efek : denyut jantung cepat, nafsu makan bertambah, daya tahan menghadapi masalah menjadi lemah, malas, apatis, kehilangan semangat
belajar
maupun
bekerja,
persepsi
waktu
dan
20
pertimbangan intelektual maupun moral terganggu, dalam waktu lama menyebabkan kanker paru-paru. c. Cocain Bentuk : berupa bubuk, daun coca, buah coca, cocain cristal. Efek : tidak gairah kerja, tidak bisa tidur, halusinasi, tidak nafsu makan, berbuat dan berfikir tanpa tujuan, merasa cemas dan gelisah berlebihan, dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah/stroke, bila over dosis dapat menyebabkan kematian. 2. Psikotropika a. Ekstasi dikenal dengan nama Inex, XTC, huge drug, yupier drug, essence,clarity, butterfly, black heart, ice Bentuk : Berupa tablet dan kapsul warna-warni. Efek : Peningkatan detak jantung dan tekanan darah, rasa senang yang berlebihan, rasa percaya diri meningkat, setelah itu merasa cemas, tidak mau diam/hiperaktif, susah tidur, sakit kepala, pusing, gemetaran, pecahnya pembuluh darah/stroke, bila overdosisbisa menyebabkan kematian. b. Methamphetamine dikenal shabu atau ubas Bentuk : berupa cristal. Efek : tidak mau diam/hiperaktif, rasa percaya diri meningkat, rasa ingin diperhatikan orang lain, nafsu makan menurun, susah tidur,jantungberdebar-debar,
tekanan
darah
mengalami gangguan pada fungsi sosial dan pekerjaan.
meningkat,
21
c. Obat penenang yang dikenal obat tidur, pil koplo, BK, nipam, valium, lexotan dan lain-lain. Bentuk : berupa tablet. Efek : bicara menjadi pelo, jalannya jadi sempoyongan, persepsi terganggu, memperlambat kerja otak, gangguan pernafasan dan jantung.
Penggunaan
campuran
dengan
alkohol
akan
menghasilkan kematian. Gejala putus zat bersifat lama dan serius, sakit kepala, cemas, tidak bisa tidur, halusinasi, mual,muntah dan kejang. 3. Jenis bahan adiktif lainnya a. Alkohol Efek : memperlambat kerja sistem syaraf pusat, memperlambat reflex motorik, menekan pernafasan, denyut jantung dan mengganggu penalaran dan penilaian. Menimbulkan perilaku kekerasan, meningkatkan resiko kecelakaan lalu lintas. Gejala putus zat mulai dari hilangnya nafsu makan, sensitif, tidak dapat tidur, kejang otot, halusinasi dan bahkan kematian. b. Zat yang mudah menguap/solven dikenal lem aica aibon, thinner, bensin, spiritus. Efek : begitu dihisap langsung masuk darah dan segera ke otak. Memperlambat kerja otak dan sistem syaraf pusat. Menimbulkan perasaan senang, pusing, penurunan kesadaran, gangguan penglihatan dan pelo. Problem kesehatan terutama merusak otak,
22
ginjal, paru-paru, sumsum tulang dan jantung. Kematian timbul akibat otak kekurangan oksigen, berhentinya pernafasan dan gangguan pada jantung. c. Zat yang menimbulkan halusinasi dikenal jamur, kotoran kerbau, sapi, kecubung Efek : bekerja pada sistem syaraf pusat untuk mengacaukan kesadaran dan emosi pengguna. Perubahan pada proses berfikir, hilangnya kontrol, hilang orientasi dan depresi. Karena halusinasi bisa menimbulkan kecelakaan. 4. Akibat penyalahgunaan narkoba a.
Bagi diri sendiri 1) Fungsi otak dan perkembangan normal remaja terganggu, mulai dari ingatan, perhatian, persepsi, perasaan dan perubahan pada motivasinya. 2) Menimbulkan ketergantungan, over dosis, gangguan organ tubuh, seperti: hati, ginjal, paru-paru, jantung, lambung, reproduksi serta gangguan jiwa. 3) Perubahan pada gaya hidup dan nilai-nilai agama, sosial dan budaya, misalkan tindakan asusila, asosial bahkan anti sosial. 4) Akibat jarum suntik yang tidak steril dapat terkena HIV/AIDS, radang pembuluh darah,hepatitis B dan C.
23
b.
Bagi keluarga 1) Orang tua menjadi malu, sedih, merasa bersalah, marah, bahkan kadang-kadang sampai putus asa. 2) Suasana kekeluargaan berubah menjadi tidak terkendali karena sering terjadi pertengkaran, saling mempersalahkan, marah, bermusuhan, dan lain-lain. 3) Uang dan harta habis terjual, serta masa depan anak tidak jelas karena putus sekolah dan menganggur.
c.
Bagi masyarakat 1) Lingkungan menjadi rawan terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. 2) Kriminalitas dan kekerasan meningkat. 3) Ketahanan kewilayahan menurun (Waluyo, 2007).
5. Ciri-ciri penyalahguna narkoba Menurut Kabain (2007), ciri-ciri penyalahguna narkoba adalah sebagai berikut : a) Perubahan fisik dan lingkungan sehari –hari 1) Berat badan turun drastis. 2) Mata terlihat cekung dan merah, muka pucat dan bibir kehitam-hitaman. 3) Tangan penuh dengan bintik-bintik merah seperti bekas gigitan nyamuk dan ada tanda bekas luka sayatan, goresan dan perubahan warna kulit di tempat bekas suntikan.
24
4) Buang air besar dan kecil kurang lancar. 5) Sembelit atau sakit perut tanpa ada alasan yang jelas. b) Perubahan emosi 1) Sangat sensitif dan cepat bosan. 2) Bila ditegur atau dimarahi, dia malah menunjukkan sikap membangkang. 3) Emosinya naik turun dan tidak ragu untuk memukul orang atau berbicara kasar terhadap anggota keluarga atau orang disekitarnya. 4) Nafsu makan tidak menentu. c) Perubahan perilaku 1) Malas dan sering melupakan tanggung jawab dan tugas-tugas rutinnya. 2) Menunjukkan sikap tidak peduli dan jauh dari keluarga. 3) Sering bertemu dengan orang yang tidak dikenal keluarga, pergi tanpa ijin dan pulang lewat tengah malam. 4) Suka mencuri uang di rumah, sekolah, tempat kerja dan menggadaikan barang–barang berharga di rumah, barangbarang berharga miliknya, selalu kehabisan uang. 5) Waktunya di rumah kerapkali dihabiskan di kamar tidur, kloset, gudang, kamar mandi atau tempat-tempat sepi lainnya. 6) Takut air jika terkena akan terasa sakit, karena itu mereka menjadi malas mandi.
25
7) Sering batuk-batuk atau pilek berkepanjangan, biasanya terjadi pada saat gejala putus zat. 8) Sikapnya cenderung manipulatif dan tiba-tiba tampak manis bila ada maunya seperti saat membutuhkan uang untuk membeli obat. 9) Sering berbohong dan ingkar janji dengan berbagai macam alasan. 10) Bicara pelo atau cedal. 11) Jalan sempoyongan. 12) Sering menguap. 13) Mengeluarka air mata , keringat berlebihan. 14) Sering mengalami mimpi buruk. 15) Mengalami nyeri kepala, nyeri sendi. 6. Pencegahan penyalahgunaan narkoba 1.
Pencegahan primer a) Pencegahan primer yaitu pencegahan yang ditujukan kepada : 1) Anak-anakdangenerasimudayangbelum pernahmenyalahgunakan narkoba. 2) Semuasektor masyarakat yang berpotensi membantu generasi muda untuk tidak menyalahgunakan narkoba. b) Kegiatan Kegiatan
pencegahan
primer
terutama
dilaksanakan
dalambentuk penyuluhan, penerangan dan pendidikan, seperti :
26
1) Penyuluhan tatap muka, ceramah, diskusi,sarasehan dan seminar. 2) Leaflet, brosur, spanduk, poster dan sticker. 3) Penyuluhan dengan memasukkan informasi tentang bahaya narkoba ke dalam kegiatan-kegiatan masyarakat, seperti : arisan, pengajian dan lain-lain. 4) Pendidikan pencegahan dengan memasukkan ke dalam kurikulum sekolah, seperti: pelajaran pendidikan agama. 5) Pendidikan orang tua tentang mengasuh anak yang baik dan pencegahan penyalahgunaan narkoba. 6) Kegiatan alternatif atau pengganti, Contoh : olah raga, kesenian, keagamaan, kerajinan tangan, hobby, kelompok bermain dan lain-lain. 2. Pencegahan sekunder a) Pencegahan sekunder yaitu pencegahan yang ditujukan kepada : 1) Anak-anak atau generasi muda yang sudah mulai mencobacoba(ekperimental) dalam menyalahgunakan narkoba. 2) Sektor-sektor masyarakat yang dapat membantu anakanak,generasimuda berhenti dari menyalahgunakan narkoba. b) Kegiatan Kegiatan pencegahan sekunder menitikberatkan pada kegiatan deteksi secara dini terhadap anak yang menyalahgunakan narkoba,
konseling
perorangan
dan
keluarga
pengguna,
27
bimbingan sosial melalui kunjungan rumah. Penerangan dan pendidikan pencegahan tentang bahaya narkoba dan pendidikan pengembangan induvidu seperti ketrampilan berkomunikasi, ketrampilan menolak tekanan teman sebaya dan ketrampilan mengambil keputusan yang baik tetap terus dilakukan. 3. Pencegahan Tertier a) Pencegahan tertier ditujukan pada : 1) Korban narkoba atau bekas korban narkoba. 2) Sektor-sektor masyarakat yang bisa membantu bekas korban narkoba untuk tidak menggunakan lagi. b) Kegiatan Kegiatan pencegahan tertier dilaksanakan dalam bentuk bimbingan sosial dan konseling terhadap yang bersangkutan, keluarga serta kelompok sebaya, penciptaan lingkungan sosial yang
menguntungkan
bekas
korban
untuk
mantapnya
kesembuhan, pengembangan minat, bakat dan ketrampilan kerja, pembinaan orang tua, keluarga, teman sebaya, para guru dan masyarakat dimana korban tinggal, agar siap menerima bekas korban dengan baik, memperlakukannya dengan wajar dan turut membina dan mengawasinya jangan sampai bekas korban kembali
menyalahgunakan
(Waluyo, 2007).
narkoba
lagi
(kambuh
lagi)
28
7. Cara menghindari diri dari narkoba Menurut Waluyo (2007), cara untuk menghindari dari narkoba adalah a.
Siapkan mental/diri untuk menolak apabila ditawari narkoba.
b.
Hati-hati dalam memilih teman bergaul, karena teman yang baik tidak akan menjerumuskan pada hal-hal yang tidak baik.
c.
Belajar berkata “tidak” apabila ditawari dengan alasan yang tepat dan kalau terus memaksa tinggalkan tempat itu.
d.
Tingkatkan prestasi untuk mewujudkan cita-cita dan kembangkan bakat yang ada demi masa depan.
e.
Lakukan kegiatan-kegiatan yang positif untuk mengisi waktu luangmu dengan menyalurkan hobi dan yang dapat membuat lebih mandiri.
f.
Tingkatkan iman dan taqwa.
8. Tempat yang rawan pada peredaran narkoba Resiko penyalahgunaan narkoba semakin bertambah dengan makin luasnya tempat-tempat yang digunakan untuk praktek perdagangan narkoba. Tempat-tempat yang rawan antara lain : a.
Kampus dan sekolah Kampus dan sekolah merupakan sasaran empuk pemasaran narkoba karena menjanjikan keuntungan yang menggiurkan bagi pengedarnya. Para siswa atau mahasiswa biasanya diberi contoh gratis atau paket hemat selama beberapa waktu, lalu kalau sudah
29
mulai ketergantungan subsidi dihentikan dan pengedar mulai mematok harga tinggi. b.
Diskotik, Bar, Pub, Karaoke Sudah menjadi rahasia umum bila tempat hiburan semacam itu menjadi sarang dari pedagang narkoba. Perdagangan ada yang sembunyi-sembunyi dan ada pula yang terang-terangan.
c. Terminal Bus, Bandara, Stasiun d. Hotel Hotel identik dengan transaksi narkoba dalam partai besar, namun tidak menutup kemungkinan kebutuhan narkoba untuk digunakan sendiri juga bisa dipenuhidi tempat seperti ini (Purba, 2013).
2.1.4. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Mubarak, 2007). 2. Tingkat Pengetahuan Notoatmodjo (2007), menyebutkan bahwa pengetahuan yang tercakup dominan kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan, sebagai berikut :
30
a.
Tahu (know) Tahu (know) diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah nengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b.
Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar
tentang
objek
yang
diketahui
dan
dapat
menginterprestasi materi tersebut secara benar. c.
Aplikasi (aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
d.
Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e.
Sintesis(synthesis) Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan
bagian-bagian
dalam
suatu
bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis ini suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada.
31
f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Mubarak
(2007),
menyebutkan
bahwa
pengetahuan
seseorang
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : a) Pendidikan Makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya dan sebaliknya. b) Pekerjaan Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak secara langsung. c) Umur Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis (mental) taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa. d) Minat Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk
32
mencoba suatu hal dan pada akhirnya akan memperoleh pengetahuan yang mendalam. e) Pengalaman Pengalaman menyenangkan secara psikologis akan menimbulkan kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaan seseorang dan akhirnya dapat pula membentuk sikappositif dalam kehidupan seseorang. f) Kebudayaan Lingkungan sekitar Kebudayaan dimana seseorang hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap. g) Informasi Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru. 4. Kriteria Pengetahuan Menurut Riwidikdo pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yaitu : a. Baik
= (x) > mean + 1SD.
b. Cukup = mean – 1SD ≤ x ≤ mean + 1SD c. Kurang= (x) < mean – 1SD
33
2.1.5. Sikap 1. Pengertian Menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. MenurutSujanto(2006),sikap merupakanarahdaripada energi psikis umum atau libido yang menjelma dalam bentuk orientasi manusia terhadap dunianya. Tiap orang mengadakan orientasi terhadap dunia sekitarnya, namun dalam mengadakan orientasi setiap orang memiliki cara yang berbeda. Arah orientasi manusia terhadap dunianya ini dapat keluar ataupun kedalam. 2. Komponen sikap Menurut Niven dalam Wisudiyanto (2008), ada 3 komponen yang membentuk sikap yaitu : a. Komponen Kognitif Pengetahuan tentang objek tertentu. b. Komponen Afektif Melibatkan perasaan senang dan tidak senang serta perasaan emosional lain sebagai akibat proses evaluatif yang dilakukan.
34
c. Komponen Perilaku Sikap selalu diikuti dengan kecenderungan untuk berpola perilaku tertentu. 3. Tingkatan sikap Menurut Notoatmodjo (2007), sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu : a.
Menerima (Receiving) Menerima
diartikan
bahwa
seseorang
atau
subjek
mau
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah. b.
Merespon (Responding) Menanggapi diartikan memberi jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c.
Menghargai (Valuing) Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus. Dalam arti membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau memengaruhi orang lain.
35
d.
Bertanggung Jawab (Responsible) Sikap yang paling tinggi tindakannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap Menurut Azwar (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi sikap adalah: a.
Pengalaman Pribadi Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
b.
Pengaruh orang lain yang dianggap penting Pada umumnya, induvidu cenderung untuk memiliki sikap yang komformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dankeinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebaut.
c.
Pengaruh Kebudayaan Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakat, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman induvidu-induvidu masyarakat asuhannya.
36
d.
Media Massa Dalam pemberitaan surat kabar, radio maupun media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif cenderung dipengaruhi sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap konsumennya.
e.
Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama
sangat
menentukan
sistem
kepercayaan,
tidaklah
mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap. f.
Emosional Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau penyaluran bentuk mekanisme pertahanan ego.
5. Sifat Sikap a.
Sikap Positif Terdapat
kecenderungan
untuk
mendekati,
menyenangi,
mengharapkan objek tertentu. b.
Sikap Negatif Terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, tidak menyukai objek tertentu (Wawan&Dewi, 2011).
37
6. Cara pengukuran sikap Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai objek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang favourable. Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisi halhal negatif mengenai objek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap objek sikap. Pernyataan seperti ini disebut pernyataan yang unfavourable. Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favourable dan unfavourable dalam jumlah yang seimbang. Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak semua negatif yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung sama sekali objek sikap (Azwar, 2005).
38
2.2. KEASLIAN PENELITIAN Tabel 2.1 Keaslian Penelitian MetodePenelitian
Nama Peneliti
Judul Penelitian
HasilPenelitian
Mardiani Purba, 20013
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Narkoba Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja di SMA Negeri 5 Pematang Siantar tahun 2013
Menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode quasi eksperimen dengan rancangan kontrol group design with pretest dan post-test. Uji analisa data dengan paired test.
Menunjukkan pada kelompok perlakuan ada peningkatan pengetahuan tentang narkoba dari 7,86 menjadi 13,56 setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan nilai p = 0,000 dan ada peningkatan sikap dari 46,16 menjadi 58,28 dengan nilai p = 0,000. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak ditemukan perubahan yang signifikan pada pengetahuan dan sikap tentang narkoba.
Cahya khaerani, 2010
Pengaruh metode role playing terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep gerak pada tumbuhan
Menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode quasi eksperiman sampel diambil secara purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes hasil belajar dan hasilnya diuji melalui statistik tes “t“.
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung sebesar 6,61 sedangkan t tabel pada taraf signifikan 0,05 sebesar 1,99. Maka dapat disimpulkan bahwa Ha yang menyatakan ada pengaruh metode bermain peranterhadap hasil belajar biologi siswa diterima dan disetujui. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode bermain peran membawa pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar biologi siswa.
39
2.3. KERANGKA TEORI Faktor yang mempengaruhi:
Pendidikan kesehatan tentang narkoba : 1. 2. 3. 4. 5.
Pengertian Penggolongan Jenis narkoba Akibat/dampak Ciri-ciri pengguna 6. Pencegahan 7. Caramenghindari diri 8. Tempat yang rawan narkoba
1. 2. 3. 4. 5.
Pengalaman Pribadi Pengaruh Orang Lain Kebudayaan Media massa Lembaga Pendidikan/Agama 6. Faktor Emosional
Metode : Pendidikan Kesehatan
1. Bermain peran 2. Ceramah
Faktor yang mempengaruhi: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Pendidikan Pekerjaan Umur Minat Pengalaman Kebudayaan Lingkungan sekitar Informasi
Sikap Siswa : 1. 2. 3. 4.
Menerima Merespon Menghargai Bertanggung jawab
Pengetahuan Siswa : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Tahu Memahami Aplikasi Analisis Sintesis Evaluasi
Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber : Mubarak (2007), BNN (2007), Wawan &Dewi (2011), Purba(2013), Suiraoka & Supariasa (2012), Notoatmodjo (2007),
40
Waluyo (2007), Khaerani (2010).
2.4. KERANGKA KONSEP
Variabel pengganggu
1. Informasi 2. Pengalaman pribadi
Variabel bebas/independen
Variabel terikat/dependen
Pengaruh pendidikan kesehatan Pengetahuan dan tentang penyalahgunaan narkoba sikap siswa dengan metode bermain peran Gambar 2.2 Kerangka Konsep
2.5. HIPOTESIS PENELITIAN Hipotesis merupakan suatu pernyataan tentang hubungan yang diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris (Hidayat, 2007). Hipotesis penelitian ini yaitu : Ho artinya tidak ada pengaruh antara pendidikan kesehatan tentang narkoba dengan bermain peran terhadap pengetahuan dan sikap siswa kelas X di SMA Negeri 1 Sukoharjo.
41
Ha artinya ada pengaruh antara pendidikan kesehatan tentang narkoba dengan bermain peran terhadap pengetahuan dan sikap siswa kelas X di SMA Negeri 1 Sukoharjo.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian quasi eksperimenyaitu penelitian yang kondisinya meniru penelitian eksperimen murni tetapi tidak semua variabel yang relevan dapat dimanipulasi dan dikendalikan (Azwar, 2013). Penelitian ini menggunakan desain Pre-test dan post-test non equivalen control groupdesignyaitu suatu desain yang penggunaannya hampir sama dengan pre-test post-test controlgrup design, tetapi dalam desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dapat dipilih secara random. Desain ini diawali dengan memberikan pre-test pada kedua kelompok, setelah itu diberikan intervensi hanya kepada kelompok eksperimen dan selanjutnya diberikan post-test pada kedua kelompok tersebut (Sugiyono, 2010). O1
X
O2 O3
O4
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian Quasi Eksperimen
Keterangan : O1 = Kelompok perlakuan/eksperimen pre-test sebelum diberi pendidikan kesehatan dengan metode bermain peran. O2 = Kelompok perlakuan/eksperimen post-test sesudah diberi pendidikan kesehatan dengan metode bermain peran.
42
43
O3 = Kelompok
kontrol pre-test sebelum diberi pendidikan kesehatan
dengan metode ceramah. O4 = Kelompok
kontrol post-test sesudah diberi pendidikan kesehatan
dengan metode ceramah. X = Perlakuan
3.2. Populasi dan Sampel 3.2.1. Populasi Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2011). Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam penelitian (Siswanto,2012). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas Xdi SMA Negeri 1 Sukoharjo berjumlah 376 siswa. 3.2.2. Sampel Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007). Sampel merupakan sebagian dari populasi yang karaktertistiknya hendak diselidiki (Siswanto,2012). Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan teknikpurposive sampling yaitu suatu
penentuan sampel dengan menggunakan pertimbangan tertentu, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang dikenal sebelumnya (Sugiyono, 2010).
44
Kriteria sampel dalam hal ini meliputi : a. Kriteria inklusi Kriteria inklusi adalah karakteristik umum dari subjek penelitian yang layak untuk dilakukan penelitian. Kriteria inklusi penelitian ini adalah usia 15-16 tahun b. Kriteria eksklusi Kriteria eksklusi adalah karakteristik umum dari subjek penelitian yang tidak dapat digunakan untuk penelitian. Kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah 1. Responden dalam keadaan sakit. 2. Responden tidak berada di tempat penelitian. Besarnya sampel dari penelitian ini digunakan rumus : n= Keterangan :
1+ ( )2
n = Jumlah sampel. N = Jumlah populasi. d = Tingkat signifikasi. n=
376
1+376(0,1)2
n = 78,99 bila dibulatkan menjadi 80
Jadi jumlah sampel yang digunakan sebanyak 80 responden.
45
3.3.
Tempat dan Waktu Penelitian
3.3.1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Sukoharjo, pemilihan tempat penelitian ini karena belum ada penelitian serupa sebelumya di sekolah tersebut. 3.3.2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13 Februari 2015.
3.4. Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran
Variabel Variabel independen/ bebas: Pendidikan kesehatan tentang penyalahgu naannarkoba
Tabel 3.1 Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Definisi Parameter/Indikator Alat Ukur Operasional Penilaian dan skor Memberikan 1. Memberikan informasi atau pendidikan kesehatan pesan tentang tentang narkoba narkoba dengan dengan metode metode bermain bermain peran, yang peran dan dimainkan oleh tim ceramah peneliti danlamanya bermain peran ± 60 menit. 2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang narkoba dengan metode ceramah dengan slide laptop selama ± 60 menit.
Skala Data -
46
Variabel Variabel dependen : Pengetahuan
Variabel dependen : Sikap
Definisi Operasional Pemahaman responden tentang penyalahgunaan narkoba.
Tanggapan responden tentang penyalahgunaan narkoba.
Parameter/Indikator Alat Ukur Penilaian dan skor Menggunakan Kuesioner kuesioner dengan jumlah pertanyaan 15 dalam bentuk multiplechoice dengan skoring benar nilai 1 dan salah nilai 0. Dengan kategori : Baik = (x) >mean+ 1SD Cukup = mean – 1SD ≤ x ≤ mean + 1SD. Kurang = (x) < mean1SD. Menggunakan kuesioner Kuesioner dengan jumlah pertanyaan 15 dengan skalaLikert. Pertanyaan positif (favorable) berjumlah 8 dengan skoring : Sangatsetuju = 4Setuju = 3 Tidak setuju =2 sangat tidak setuju=1 Pertanyaan negatif (unfavorable)berjumlah 7 dengan skoring : Sangat tidak setuju=4tidak setuju = 3 setuju = 2 sangat tidak setuju = 1 Hasil ukur adalah Nilai tertinggi 60 Nilai terendah 15 Bila dikonversikan dalam 0-100 dengan rumus 100
A = total skore B = skore Sikap positif jika nilai total ≥ nilai mean Sikap negatif jika nilai total < .
Skala Data Ordinal
Nominal
47
Variabel
Definisi Operasional Variabel 1. Responden perancu/ yang telah pengganggui mendapatkan nformasi informasi tentang narkoba sebelumya sehingga sudah mengerti tentang penyalahgu naan narkoba
Parameter/Indikator Penilaian dan skor Cara ukur : menggunakan 1 item pertanyaan tentang sumber informasi. Hasil ukur : 1. Belum pernah dapat informasi 2. Pernah dapat informasi dari : a. Koran/majalah b. Televisi. c. Radio. d. Internet. e. Penyuluhan kesehatan. f. Dari lainnya.
pengalaman pribadi
2. Responden yang pernah mencoba narkoba
Alat Ukur
Skala Data
Kuesioner
Nominal
Cara ukur dengan Kuesioner menggunakan 1 item pertanyaan tentang pernah mencoba narkoba. Hasil ukur : 1. Ya/ pernah mencoba narkoba. 2. Tidak pernah mencoba narkoba.
Nominal
3.5. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data 3.5.1. Alat Penelitian Peneliti menggunakan alat untuk menunjang pengumpulan data yaitu: laptop, kamera, alat perekam, kuesioner, buku
tulis,
ballpoint,
pensil,
untuk
mencatat
penghapus
dan
lain-lain,
yang digunakan
informasi yang dianggap penting untuk keperluan penelitian yang didapat dilapangan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebar kuesioner kepada responden. Kuesioner disebarkan pada kelompok perlakuan/
48
eksperimen sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan tentang narkoba dengan metode bermain peran. Kelompok kontrol kuesioner disebarkan sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan tentang narkoba dengan metode ceramah. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini dibuat sendiri oleh peneliti dan kuesioner ini merupakan kuesioner tertutup (closed ended question) yang mempunyai keuntungan mudah mengoreksi jawaban responden, juga mudah diolah atau ditabulasi dan responden tidak membuat jawaban lain. Multiple
Choice
untuk
pengetahuan dan Likert scale untuk sikap. Kuesioner untuk menggali pengetahuan disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori dan terdiri dari 15 pertanyaan multiple choice. Kuesioner pengetahuan menggunakan pernyataan positif (favorable). Jika jawaban benar mendapat nilai 1 dan jawaban salah mendapat nilai 0. Kuesioner sikap disusun sendiri oleh peneliti dengan 15 pertanyaan berskala Likert. Pernyataan positif (favorable) jika jawaban sangat setuju mendapatkan nilai 4, jawaban setuju mendapatkan nilai 3, jawaban tidak setuju mendapatkan nilai 2 dan jawaban sangat tidak setuju mendapatkan nilai 1. Penyataan negatif (unfavorable) jika jawaban
sangat
setuju
mendapatkan
nilai
1,
jawaban
setuju
mendapatkan nilai 2, jawaban tidak setuju mendapatkan nilai 3 dan jawaban sangat tidak setuju mendapatkan nilai 4. Isi kuesioner terdiri dari pengetahuan tentang pengertian narkoba, penggolongan narkoba, jenis
49
narkoba, akibat narkoba, tempat yang rawan narkoba, cara menghindari diri dari narkoba serta sikap siswa terhadap narkoba. Kuesioner untuk menggali informasi dan pengalaman pribadi disusun sendiri oleh peneliti dengan mengetahui data identitas responden. Kuesioner terdiri dari 5 pertanyaan. Tabel 3.2 Kisi-kisi soal pertanyaan tentang penyalahgunaan narkoba Pernyataan Pernyataan Variabel Indikator favorabel nonfavorabel 1,2,3,4,5,6,7,8,9,1 Dependen Pengetahuan 0,11,12,13,14, 15 Dependen
Sikap
1,2,3,4,5,6,7,8
9,10,11,12,13, 14,15
Jumlah skore 15 60
3.5.2. Cara Pengumpulan Data Sebelum melakukan penelitian, peneliti meminta ijin kepada Kepala Sekolah dan mendapatkan ijin pada tanggal 13 Februari 2015 pada waktu sore hari pada jam pelajaran pramuka. Atas bantuan guru pembimbing pramuka 80 calon responden dikumpulkan di lapangan dan dibagi menjadi dua kelompok. Kemudian kedua kelompok masuk ke dalam ruang kelas yang berbeda, untuk menghindari tukar menukar informasi dan pengalaman. Calon responden kelompok pertama dengan perlakuan pendidikan kesehatan dengan metode bermain peran dengan jumlah 40 responden dan kelompok kedua dengan perlakuan pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dengan jumlah 40 responden.
50
Sebelum dilakukan pendidikan kesehatan tentang penyalahgunaan narkoba dengan metode ceramah, peneliti melakukan pre-test terlebih dahulu. Peneliti membagi lembar persetujuan (informed consent) dan membagikan kuesioner pada responden, kemudian menjelaskan tentang cara pengisiannya. Responden diminta untuk mengisi kuesioner sampai selesai kemudian kuesioner diambil oleh peneliti. Setelah itu peneliti melakukan pendidikan kesehatan tentang penyalahgunaan narkoba dengan metode ceramah selama ± 60 menit, setelah selesai peneliti membagikan kuesioner untuk melakukan post-test pada kelompok kontrol. Kemudian peneliti ke kelompok perlakuan/eksperimen yang berada di kelas yang berbeda. Sebelum dilakukan pendidikan kesehatan dengan metode bermain peran, peneliti melakukan pre-test terlebih dahulu. Peneliti membagi lembar
persetujuan
(informed
consent)
dan
membagikan kuesioner pada responden, kemudian menjelaskan tentang cara pengisiannya. Responden diminta untuk mengisi kuesioner sampai selesai kemudian kuesioner diambil oleh peneliti. Setelah itu peneliti melakukan pendidikan kesehatan tentang penyalahgunaan narkoba pada kelompok perlakuan/eksperimen dengan bermain peran selama ± 60 menit yang dilakukan oleh tim peneliti, setelah selesai peneliti membagikan kuesioner eksperimen.
untuk
melakukan
post-test
pada
kelompok
perlakuan/
51
3.6.
Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
3.6.1. Uji Validitas Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkantingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto dalam Saputri, 2012). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya hendak diukur. Uji validitas akan dilakukan di SMA Negeri 3 Sukoharjo dengan jumlah 30 responden. Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus
pearson product momen.
Pernyataan dikatakan valid apabila rhitung > rtabel (0,361) dengan nilai taraf signifikan 5% dengan rumus : (ΣXY) − (ΣY)
Keterangan :
{(NΣΣ − (ΣX )}{ ΣΣ − (ΣY) }
r = product momen. N = Jumlah teruji. Y = Skor total. X = Nilai tiap pertanyaan. Hasil uji validitas telah dilakukan di SMA Negeri 3 Sukoharjo dengan responden berjumlah 30 responden pada tanggal 3 Februari 2015. Kuesioner pengetahuan sebelum dilakukan uji validitas sebanyak 22 pertanyaan. Hasil uji validitas pada kuesioner pengetahuan, diketahui memiliki koefisiensi korelasi terendah 0,115 dan tertinggi 0,787. Dari harga tersebut terdapat 3 pertanyaan yang harganya dibawah 0,361 sehingga dinyatakan tidak valid. Pertanyaan tersebut adalah nomor 6
52
(0,148), 13 (0,115) dan 18 (0,141). 3 pertanyaan tersebut selanjutnya dihapus dan tidak digunakan untuk penelitian sehingga jumlah kuesioner pengetahuan dalam penelitian ini ada 19 pertanyaan yang siap diujikan ke responden. Kuesioner sikap sebelum dilakukan uji validitas berjumlah 22 pertanyaan. Hasil uji validitas pada kuesioner sikap, diketahui memiliki koefisiensi korelasi terendah
0,116 dan tertinggi 0,795. Dari harga
tersebut terdapat 5 pertanyaan yang harganya di bawah 0,361 sehingga dinyatakan tidak valid. Pertanyaan tersebut adalah nomor 9 (0,236), 12 (0,225), 13 (0,343), 18 (0,293), 19 (0,116). 5 pertanyaan tersebut selanjutnya dihapus dan tidak digunakan untuk penelitian sehingga jumlah kuesioner sikap dalam penelitian ini ada 17 pertanyaan yang siap diujikan ke responden. 3.6.2. Uji Reliabilitas Reliabilitas instrumen cukup
menunjukkan dapat
pada
dipercaya
suatu
untuk
pengertian
digunakan
bahwa
sebagai
alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto dalam Saputri, 2012). Uji reliabilitas instrumen ini, Chronbach yang dapat digunakan
peneliti menggunakan Alpha baik untuk instrumen
yang
jawabannya berskala maupun bersifat dikotomis (hanya mengenal jawaban
yang
benar
dan
salah).
Dengan
menggunakan
53
AlphaChronbach, kuesioner dikatakan reliabel apabila nilai alpha> 0,7 (Priyatno, 2012). Rumus yang digunakan adalah : Keterangan : 11 =
11
=
−1
∝2
1 − ∝2
Reliabilitas instrumen.
K = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal. ∝2= Jumlah varian butir.
∝2 = Jumlah varian total.
Kuesioner pengetahuan yang sudah valid sebanyak 19 pertanyaan
kemudian dilakukan uji reliabilitas dan didapatkan 15 pertanyaan yang reliabel dengan harga alpha cronbach sebesar 0,849, kemudian dibandingkan dengan nilai alpha yaitu 0,7. Karena harga alpha cronbach> 0,7, maka disimpulkan bahwa kuesioner pengetahuan sudah reliabel. 4 pertanyaan yang tidak reliabel kemudian dihapus dari kuesioner. Pertanyaan tersebut adalah nomor 7 (0,352), 11 (0,304), 15 (0,356) dan 21 (0,278). Kuesioner sikap yang sudah valid sebanyak 17 pertanyaan kemudian dilakukan uji reliabilitas dan didapatkan 15 pertanyaan yang reliabel dengan harga alpha cronbach sebesar 0,871, kemudian dibandingkan dengan nilai alpha yaitu 0,7. Karena harga alpha cronbach> 0,7, maka disimpulkan bahwa kuesioner sikap sudah reliabel. 2 pertanyaan yang tidak reliabel kemudian dihapus dari kuesioner. Pertanyaan tersebut adalah nomor 8 (0,358) dan 20 (0,357).
54
3.7. Teknik Pengolahan Data Setelah data terkumpul, maka langkah yangdilakukan berikutnya adalah pengolahandataadalah : 3.7.1 Editing Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Pada penelitian ini semua responden menjawab semua pertanyaan yang diberikan. 3.7.2 Coding Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap
data
yang
terdiri
atas
beberapa
kategori.
Pada
pengetahuan bila benar nilai 1, bila nilai salah 0, sedangkan untuk sikap pernyataan positif (favorable) jika jawaban sangat setuju mendapatkan nilai 4, jawaban setuju mendapatkan nilai 3, jawaban tidak setuju mendapatkan nilai 2 dan jawaban sangat tidak setuju
mendapatkan
nilai
1. Penyataan
sikap negatif
(unfavorable) jika jawaban sangat setuju mendapatkan nilai 1, jawaban
setuju mendapatkan
nilai 2, jawaban
tidak
setuju
mendapatkan nilai 3 dan jawaban sangat tidak setuju mendapatkan nilai 4. 3.7.3. Entry Data Data entry adalah kegiatan memasukkan
data
yang telah
dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputer,
55
kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontigensi. 3.7.3 Tabulating Tabulating
merupakan
proses
mengklarifikasi
data
menurut
kriteria tertentu sehingga frekuensi dari masing-masing item.
3.8. Analisis Data 3.8.3. Analisis Univariat Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk menganalisa tiap variabel dari hasil penelitian, disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase. Analisis univariat dalam penelitian ini adalah karakteristik responden di SMA Negeri 1 Sukoharjo, tingkat pengetahuan dan sikap kelompok perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol sebelum dilakukan perlakuan dan tingkat pengetahuan dan sikap kelompok perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol setelah dilakukan perlakuan. 3.8.4. Analisis Bivariat Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui keterkaitan dua variabel. Analisa ini digunakan untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap kelompok perlakuan/eksperimen sebelum dan sesudah perlakuan, mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap kelompok kontrol sebelum dan sesudah perlakuan dan untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap
kelompok
perlakuan/eksperimen
perlakuan.
dan
kelompok
kontrol
setelah
56
Menganalisa data secara bivariat untuk menguji perbedaan tingkat pengetahuan pada kelompok perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol sebelum dan setelah perlakuan dengan menggunakan Marginal Homogenity. Marginal Homogenity merupakan statistik nonparametrik berpasangan dengan tabel 2 x > 2 yaitu untuk tabel kelompok perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol dengan kategori nilai baik, nilai cukup, nilai kurang. Menganalisa data secara bivariat untuk menguji perbedaan sikap pada kelompok perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol sebelum dan setelah perlakuan dengan menggunakan uji Mc Nemar. Mc Nemar merupakan statistik nonparametrik berpasangan dengan tabel 2 x 2 yaitu untuk tabel kelompok perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol dengan kategori sikap positif dan sikap negatif. Menganalisa data secara bivariat untuk menguji
perbedaan
tingkat
pengetahuan
pada
kelompok
perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol setelah perlakuan dengan menggunakan Kolmogorov Smirnov.Kolmogorov Smirnov
merupakan
statistik nonparametrik tidak berpasangan dengan tabel 2 x konstanta. Menganalisa data secara bivariat untuk menguji perbedaan sikap kelompok perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol setelah perlakuan dengan menggunakan Chi-Square. Chi-Square merupakan statistik nonparametrik tidak berpasangan dengan tabel 2 x2, dengan syarat nilai ekspektisinya (ExpectedCount) adalah > 5. Kaidah keputusannya yaitu jika nilai signifikan p-Value > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, dan sebaliknya jika nilai signifikan p-Value < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
57
3.9. Etika Penelitian Peneliti membuat
informed consent
atau
surat persetujuan
menjadi responden terlebih dahulu dengan menuliskan jati diri, identitas diri, tujuan penelitian, serta permohonan kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian. Pelaksanaan penelitian ini mendapat ijin dari STIkes Kusuma Husada Surakarta, kepala sekolah SMA Negeri 1 Sukoharjo dan dari responden sendiri melalui informed consent yang terjamin rahasianya. Pelaksanaan penelitian khususnya jika yang menjadi subjek penelitian adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga penelitian akan dilaksanakan benar-benar menjunjung tinggi kebebasan manusia.Penelitian ini menekankan pada masalah etika yang meliputi : 1. Informed Consent (persetujuan) Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya.
2. Anonimity (tanpa nama)
58
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan
dalam
penggunaan
subjek
penelitian
dengan
cara
tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. 3. Confidentiality (kerahasiaan) Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya (Hidayat, 2007).
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Analisis Univariat 4.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia 15 th 16 th Total
Tabel 4.1. Distribusi responden berdasarkan usia Frekuensi Persentase 33 41,3 47 58,8 80 100
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa responden terbanyak pada usia 16 tahun. 4.1.2. Karakteristik responden berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.2. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase Laki-laki 20 25,0 Perempuan 60 75,0 Total 80 100 Tabel
4.2
menunjukkan
responden
terbanyak
berjenis
kelaminperempuan. 4.1.3. Distribusi Asal Sumber Informasi Tabel 4.3. Distribusi data asal sumber informasi Sumber Informasi Frekuensi Persentase Koran/Majalah 1 1,3 Televisi 13 16,3 Internet 28 35,0 Radio 14 17,5 Penyuluhan 22 27,5 Lainnya 2 2,5 Total 80 100
59
60
Tabel 4.3 menunjukkan sumber informasi tentangterbanyak adalah dari internet. 4.1.4. Mencoba atau tidak mencoba Tabel 4.4. Distribusi data pernah tidaknya anak mencoba narkoba Jenis Kelamin Frekuensi Persentase Tidak Pernah 79 98,8 Pernah 1 1,3 Total 80 100 Tabel 4.4 menunjukkan responden terbanyak tidak pernah mencoba narkoba. 4.1.5. Deskripsi Data Pengetahuan Data pengetahuan diperoleh dengan kuesioner sebanyak 15 item. Hasil jawaban responden kemudian ditabulasi sebagaimana terlihat pada lampiran. Berdasarkan tabulasi data, kemudian dijumlahkan sehingga diperoleh data tentang pengetahuan. a. Data Pre-test Data pre-test tentang tingkat pengetahuan responden dari kelompok kontrol dan kelompok perlakuan (eksperimen) diperoleh hasil deskripsi sebagai berikut: Tabel 4.5 Data pre-test tentang pengetahuan Kelompok
Mean
SD
Kontrol
11,95
1,19
Eksperimen
11,98
0,94
Nilai Min Max 9 14 10
14
Tingkat pengetahuan Kurang Cukup Baik 5 34 1 12,5% 85% 2,5% 2 38 0 5% 95% 0,0%
61
Dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan responden kedua kelompok sebelum dilakukan perlakuan mayoritas tingkat pengetahuan pada
kategori cukup pada kelompok kontrol dan
perlakuan/eksperimen. b. Data Pos-test Data pos-test tentang tingkat pengetahuan responden dari kelompok kontrol dan kelompok perlakuan (eksperimen) diperoleh hasil deskripsi sebagai berikut: Tabel 4.6 Data pos-test tentang pengetahuan Kelompok
Mean
SD
Kontrol
13,13
1,38
Eksperimen
13,35
1,47
Nilai Min Max 9 15 9
15
Tingkat pengetahuan Kurang Cukup Baik 4 29 7 10,0% 72,5% 17,5% 2 24 14 5,0% 60,0% 35.0%
Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan kedua kelompok
setelah
dilakukan
perlakuan
mayoritas
tingkat
pengetahuan pada kategori cukup pada kelompok kontrol dan perlakuan/eksperimen. 4.1.6. Deskripsi DataSikap Data sikap diperoleh dengan kuesioner sebanyak 15 item. Hasil jawaban responden kemudian ditabulasi sebagaimana terlihat pada lampiran. Berdasarkan tabulasi data, kemudian dijumlahkan sehingga diperoleh data tentang sikap responden.
62
a. Data Pre-test Data pre-test tentang sikap responden dari kelompok kontrol dan kelompok perlakuan (eksperimen) diperoleh hasil deskripsi sebagai berikut: Tabel 4.7 Data pre-test tentang sikap Kelompok
Mean
SD
Kontrol
49,68
2,88
Eksperimen
48,78
3,63
Nilai Min Max 45 57 38
56
Tingkat Sikap Positif Negatif 24 16 60,0% 40,0% 24 16 60,0% 40,0%
Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sikap kedua kelompok sebelum dilakukan perlakuanmayoritas dengan sikap kategori positif pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan (eksperimen). b. Data Pos-test Data pos-test tentang sikap responden dari kelompok kontrol dan kelompok perlakuan (eksperimen) diperoleh hasil deskripsi sebagai berikut: Tabel 4.8 Data pos-test tentang sikap Kelompok
Mean
SD
Kontrol
49,60
2,67
Eksperimen
49,80
2,53
Nilai Min Max 43 53 43
53
Tingkat Sikap Positif Negatif 33 7 82,5% 17,5% 34 6 85,0% 15,0%
Dari tabel 4.8 dapat diketahui bahwa sikap kedua kelompok setelah dilakukan perlakuanmayoritas dengan sikap kategori positif pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan/eksperimen
63
4.2. Analisis Bivariat 4.2.1. Perbedaantingkat perlakuan/eksperimen
pengetahuan
dan
sikap
kelompok
sebelum dan sesudah perlakuan.
Tabel 4.9. Data analisa bivariat tingkat pengetahuan kelompok perlakuan/eksperimen sebelum dan sesudah perlakuan. Tingkat Pengetahuan Baik Cukup
Pre-test 0 38
Pos-test 14 24
Kurang
2
2
p-Value 0,02
Dari tabel 4.9 diatas menunjukkan hasil uji perbedaan skor pre-test dan pos-test pengetahuan pada kelompok perlakuan/eksperimen dengan menggunakan uji Marginal Homogeniti diperoleh nilai p-Value sebesar 0,02. Karena harga signifikansi yaitu 0,05, maka dapat dilihat bahwa harga Signifikansi < 0,05 (0,02 < 0,05 ). Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan pada kelompok perlakuan/eksperimen sebelum dan sesudah perlakuan terdapat perbedaaan. Tabel 4.10 Data analisa bivariat kategori sikap kelompokperlakuan/eksperimen sebelum dan sesudah perlakuan. Kategori Sikap Positif Negatif
Pre-test 24 16
Pos-test 34 6
p-Value 0,013
Dari tabel 4.10 di atas menunjukkan hasil uji perbedaan skor pre-test dan pos-test sikap pada kelompok perlakuan dengan menggunakan uji Mc Nemar diperoleh nilai p-Value sebesar 0,013. Karena harga signifikansi yaitu 0,05, maka dapat dilihat bahwa harga Signifikansi < 0,05 (0,013 < 0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa sikap padakelompok
64
perlakuan/eksperimen sebelum
dan sesudah
perlakuan terdapat
perbedaan. 4.2.2. Perbedaantingkat pengetahuan dan sikap kelompok kontrol sebelum dan sesudah perlakuan. Tabel 4.11 Data analisa bivariat tingkat pengetahuan kelompok kontrol sebelum dan sesudah perlakuan. Tingkat Pengetahuan Baik Cukup
Pre-test 1 34
Pos-test 7 29
Kurang
5
4
p-Value 0,09
Dari tabel 4.11 di atas menunjukkan hasil uji perbedaan skor pretest dan pos-test pengetahuan pada kelompok kontrol dengan menggunakan uji Marginal Homogeniti diperoleh nilai p-Value sebesar 0,09. Karena harga signifikansi yaitu 0,05, maka dapat dilihat bahwa harga Signifikansi > 0,05 (0,09 > 0,05 ). Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah perlakuan tidak terdapat perbedaan. Tabel 4.12 Data analisa bivariat kategori sikapkelompok kontrol sebelum dan sesudah perlakuan. Kategori Sikap Positif Negatif
Pre-test 24 33
Pos-test 16 7
p-Value 0,004
Dari tabel 4.12 di atas menunjukkan hasil uji perbedaan skor pretest dan pos-test sikap pada kelompok kontrol dengan menggunakan uji Mc Nemar diperoleh nilai p-Value sebesar 0,004. Karena harga signifikansi yaitu 0,05, maka dapat dilihat bahwa harga Signifikansi
65
<0,05 (0,004 < 0,05). Jadi dapat disimpulkan sikap kelompok kontrol sebelum dan sesudah perlakuan terdapat perbedaan. 4.2.3. Perbedaan
tingkat
pengetahuan
dan
sikap
kelompok
perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol sesudah perlakuan. Tabel 4.13 Data bivariat tingkat pengetahuan kelompok perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol sesudah perlakuan. Tingkat Pengetahuan Baik Cukup Kurang
Kontrol 7 29 4
Eksperimen 14 24 2
p-Value 0,522
Dari tabel di atas menunjukkan hasil uji perbedaan skor pos-test pengetahuan pada kelompok perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol
sesudah
perlakuan
dengan
menggunakan
uji
KolmogorovSmirnov diperoleh nilai p-Value sebesar 0,522. Karena harga signifikansi yaitu 0,05, maka dapat dilihat bahwa harga Signifikansi > 0,05 (0,522 > 0,05 ). Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan kelompok perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol sesudah perlakuan tidak ada perbedaan. Tabel 4.14 Data bivariat kategori sikapkelompok perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol sesudah perlakuan. Kategori Sikap Positif Negatif
Kontrol 33 7
Eksperimen 34 6
p-Value 0,762
Dari tabel di atas menunjukkan hasil uji perbedaan skor pos-test sikap pada kelompok perlakuan/eksperimendan kelompok kontrol sesudah perlakuan dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai
66
p-Value sebesar 0,762. Karena harga signifikansi yaitu 0,05, maka dapat dilihat bahwa harga Signifikansi > 0,05 (0,762>0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa sikap kelompok perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol sesudah perlakuan tidak ada perbedaan.
BAB V PEMBAHASAN
4.1. Tingkat pengetahuan dan sikap Kelompok perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol sebelum dilakukan perlakuan Berdasarkan data hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 13 Februari 2015 di SMA Negeri 1 Sukoharjo, sebelum dilakukan perlakuan baik kelompok perlakuan/eksperimen maupun kelompok kontrol mayoritas dengan tingkat pengetahuan cukup. Kelompok kontrol ada 5 (12,5%) responden kategori kurang, 34 (85,0%) responden kategori cukup, 1 (2,5%) responden kategori baik. Kelompok perlakuan/eksperimen ada 2 (5,0%) responden kategori kurang dan 38 (95,0%) responden kategori cukup. Kurangnya pengetahuan tentang penyalahgunaan narkoba karena kurangnya mencari informasi tentang narkoba baik lewat majalah, penyuluhan, media massa, televisi dan sebagainya. Bagoes (2010), mengatakan bahwa pengetahuan didefinisikan sebagai keahlian dan keterampilan yang diperoleh oleh seseorang melalui pengalaman atau pendidikan, pemahaman teoritis atau praktis dari suatu subjek. Selaras dengan pernyataan Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan yang bervariasi dapat disebabkan karena kemampuan belajar setiap orang yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2010). 67
68
Sikap siswa sebelum dilakukan perlakuan baik pada kelompok perlakuan/eksperimen maupun kelompok kontrol mayoritas bersikap positif. Kelompok kontrol ada 24 (60,0%) responden dengan sikap positif dan 16 (40,0%) responden dengan sikap negatif. Kelompok eksperimen ada 24 (60,0%)responden dengan sikappositif dan 16 (40,0%) responden dengan sikap negatif. Adanya sikap negatif dari responden karena kurangnya minat dalam mencari informasi tentang narkoba. Pengetahuan yang kurang akan berdampak pada sikap yang negatif karena kurang mengetahui cara mencegah penyalahgunaan narkoba, sehingga mengurangi minat dalam ikut mencegah penyalahgunan narkoba. Hal ini didukung oleh teori bahwa sikap tertentu terhadap suatu objek menunjukkan pengetahuan orang terhadap objek sikap yang bersangkutan (Wawan & Dewi, 2011). Menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. 4.2. Tingkat pengetahuan dan sikap Kelompok perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol setelah dilakukan perlakuan Berdasarkan data hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 13 Februari 2015 di SMA Negeri 1 Sukoharjo, setelah dilakukan perlakuan baik kelompok perlakuan/eksperimen maupun kelompok kontrol mayoritas
69
dengancukup.Kelompok kontrol ada 4 (10,0%) responden kategori kurang, 29 (72,5%) responden kategori cukup, 7 (17,5%) responden kategori baik. Kelompok perlakuan/eksperimen ada 2 (5,0%) responden kategori kurang, 24 (60,0%) responden kategori cukup, 14 (35,0%) responden kategori baik. Faktor yang mempengaruhi meningkatnya pengetahuan adalah faktor usia, yaitu bertambahnya usia seseorang akan mengalami berubahnya aspek fisik dan mental seseorang (Mubarak, 2012). Usia dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang karena semakin cukup usia, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Wawan & Dewi, 2011). Sikap siswa setelah dilakukan perlakuan baik pada kelompok perlakuan/eksperimen maupun kelompok kontrol mayoritas bersikap positif. Kelompok kontrol ada 33 (82,5%) responden dengan sikap positif dan 7 (17,5%) responden dengan sikap negatif. Kelompok eksperimen ada 34 (85,0%)responden dengan sikappositif dan 6 (15,0%) responden dengan sikap negatif. Pengalaman pribadi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sikap seseorang. Teori menyebutkan untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Media massa juga berpengaruh terhadap sikap seseorang baik itu koran, majalah, televisi, internet dan lain-lain. Dalam pemberitaan media cetak atau elektronik, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, sehingga berpengaruh terhadap
70
sikap konsumennya (Wawan & Dewi, 2011). Selain faktor pengalaman pribadi dan media massa, ada tahap motivasi yang merubah seseorang setelah mengikuti pendidikan kesehatan benar-benar merubah perilaku sehari-hari (Azwardalam Susilo, 2011). 4.3. Perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap Kelompok perlakuan/ eksperimen sebelum dan setelah perlakuan Hasil uji perbedaan skor pre-test dan pos-test pengetahuan pada kelompok
perlakuan/eksperimen
dengan
menggunakan
uji
Marginal
Homogeniti diperoleh nilai p-Value sebesar 0,02. Karena harga signifikansi yaitu 0,05, maka dapat dilihat bahwa harga Signifikansi < 0,05 (0,02< 0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan pada kelompok perlakuan/eksperimen terdapat perbedaaan, artinya ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode bermain peran terhadap tingkat pengetahuan siswa kelas X di SMA Negeri 1 Sukoharjo. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Khaerani(2010), bahwa penggunaan metode bermain peran membawa pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar biologi siswa. Pengetahuan sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek (Wawan &Dewi, 2011). Siswa kelas X di SMA Negeri 1 Sukoharjo pada saat dilakukan pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode bermain peran sangat antusias dan memperhatikan dengan seksama sehingga dapat menambah skor pengetahuan.
71
Menurut Yamin (2005), bermain peran adalah metode yang melibatkan interaksi antara dua siswa atau lebih tentang suatu topik atau situasi. Siswa melakukan peran masing-masing sesuai tokoh yang dilakoni, mereka berinteraksi sesama mereka dalam melakukan peran. Kelebihan bermain peran antara lain: siswa melatih dirinya untuk memahami dan mengingat isi bahan yang akan diperankan, siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan kreatif, kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina sebaik-baiknya, siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya, bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain, bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan tumbuh bibit seni dari sekolah (Djamarah & Zain, 2006). Keuntungan bermain peran adalah sebagai berikut: segera mendapat perhatian, membantu rasa percaya diri peserta, membantu anggota memperoleh pengalaman yang dialami orang lain, membangkitkan semangat untuk pemecahan masalah (Maulana, 2009). Hasil uji perbedaan skor pre-test dan pos-test sikap pada kelompok perlakuan dengan menggunakan uji Mc Nemar diperoleh nilai p-Value sebesar 0,013. Karena harga signifikansi yaitu 0,05, maka dapat dilihat bahwa harga Signifikansi < 0,05 (0,013 < 0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa sikap pada kelompok eksperimen terdapat perbedaan, artinya ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyalahgunaan narkoba dengan menggunakan
72
metode bermain peran terhadap sikap siswa kelas X diSMA Negeri 1 Sukoharjo. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Qirom (2014), bahwa metode pembelajaran role playing yang lebih berpengaruh terhadap sikap nasionalisme daripada metode ceramah bervariasi. Pendidikan kesehatan merupakan suatu kegiatan yang dapat meningkatkan sikap dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Adnani, 2011). Pengetahuan akan berpengaruh terhadap sikap seseorang karena pengetahuan akan terus bertambah sesuai dengan proses pengalaman yang dialami (Mubarak, 2012). Proses kognitif dapat terjadi pada saat induvidu memperoleh informasi mengenai objek sikap. Sikap dapat terjadi karena pengalaman langsung, media massa, pengaruh orang lain yang dianggap penting, lembaga pendidikan, faktor emosional (Azwar, 2005). Metode bermain peran ini digunakan jika ada dalam kondisi berikut: peserta mempunyai kemampuan untuk memakainya, bertujuan membantu peserta memahami suatu masalah, ingin mencoba mengubah sikap peserta, pengaruh emosi dapat membantu penyajian masalah, digunakan untuk pemecahan masalah (Maulana, 2009). 4.4. Perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap Kelompok kontrol sebelum dan setelah perlakuan Hasil uji perbedaan skor pre-test dan pos-test pengetahuan pada kelompok kontrol dengan menggunakan uji Marginal Homogeniti diperoleh nilai p-Value sebesar 0,09. Karena harga signifikansi yaitu 0,05, maka dapat
73
dilihat bahwa harga Signifikansi > 0,05 (0,09>0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan, artinya tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyalahgunaan narkoba dengan menggunakan metode ceramah terhadap pengetahuan siswa kelas X di SMA Negeri 1 Sukoharjo. Siswa kelas X di SMA Negeri 1 Sukoharjo pada saat dilakukan pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode ceramah kurang antusias. Ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seorang pembicara didepan sekelompok pengunjung atau pendengar (Maulana, 2009). Kekurangan dari metode ceramah antara lain: menghalangi respon dari pendengar, hanya sedikit pengajar yang dapat menjadi pembicara yang baik, pembicara harus menguasai pokok pembicaraan, dapat menjadi kurang menarik, pembicara kurang dapat memanfaatkan pendengar, sulit digunakan untuk anak-anak, daya ingat biasanya terbatas, biasanya hanya satu indra yang dipakai, pembicara tidak selalu dapat menilai reaksi pendengar (Maulana, 2009). Penelitian ini pernah dilakukan sebelumnya oleh Nugraheni (2012) efektifitas metode pembelajaran role playing lebih tinggi dibandingkan dengan metode ceramah. Hasil uji perbedaan skor pre-test dan pos-test sikap pada kelompok kontrol dengan menggunakan uji Mc Nemar diperoleh nilai p-Value sebesar 0,004. Karena harga signifikansi yaitu 0,05, maka dapat dilihat bahwa harga Signifikansi < 0,05 (0,004<0,05). Jadi dapat disimpulkan sikap kelompok
74
kontrol terdapat perbedaan,artinya ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyalahgunaan narkoba dengan menggunakan metode ceramah terhadap sikap siswa kelas X di SMA Negeri 1 Sukoharjo. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Purba (2010), bahwa penggunaan metode ceramah tentang narkoba membawa pengaruh peningkatan sikap dari 46,16 menjadi 58,28 dengan nilai p = 0,000. Sedang pada kelompok kontrol tidak ada perubahan yang signifikan. Hasil penelitian lain yang sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Silasa (2012), bahwa ada pengaruh penyuluhan kesehatan metode ceramah terhadap sikap remaja di SMA Negeri 1 Baraka. Menurut Sujanto (2006), sikap merupakan arah daripada energi psikis umum atau libido yang menjelma dalam bentuk orientasi manusia terhadap dunianya. Tiap orang mengadakan orientasi terhadap dunia sekitarnya, namun dalam mengadakan orientasi setiap orang memiliki cara yang berbeda. Arah orientasi manusia terhadap dunianya ini dapat keluar ataupun kedalam. Festinger dalam teorinya mengemukakan bahwa sikap individu itu biasanya konsisten satu dengan yang lain dan dalam tindakannya juga konsisten satu dengan yang lain. Menurut Festinger apa yang dimaksud dengan komponen kognitif ialah mencakup pengetahuan, pandangan, kepercayaan,tentang lingkungan, tentang seseorang atau tentang tindakan. Pengertian disonansi adalah tidak cocoknya antara dua atau tiga elemen kognitif. Hubungan antara elemen satu dengan elemen lain dapat relevan tetapi juga tidak relevan (Wawan & Dewi, 2011).
75
4.5. Perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap Kelompok perlakuan/ eksperimen dan kelompok kontrol setelah perlakuan Hasil uji perbedaan skor pos-test pengetahuan pada kelompok perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol sesudah perlakuan dengan menggunakan uji KolmogorovSmirnov diperoleh nilai p-Value sebesar 0,522. Karena harga signifikansi yaitu 0,05, maka dapat dilihat bahwa harga Signifikansi> 0,05 (0,522>0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan kelompok perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol sesudah perlakuan tidak ada perbedaan, artinya tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyalahgunaan narkoba dengan menggunakan metode bermain peran terhadap pengetahuan siswa kelas X di SMA Negeri 1 Sukoharjo. Menurut
beberapa
teori
seharusnya
metode
bermain
peran
memberikan hasil yang lebih baik dari metode ceramah tetapi dalam penelitian ini dengan hasil yang berbeda, ini bisa saja terjadi karena bermain peran cocok untuk kelompok kecil dengan sasaran kurang dari 15 orang (Notoatmodjo, 2007). Pada penelitian ini respondennya berjumlah 40 responden yang termasuk dalam kelompok besar. Bermain peran dengan kelompok besar banyak sekali hambatan atau kendala dalam komunikasi. Hambatan-hambatan dalam komunikasi akan mengganggu efektifitas proses komunikasi. Faktor tersebut yaitu faktor ekologis meliputi
waktu yang
diijinkan pada penelitian ini sore hari sehingga ruangan kurang terang cahanyanya, diluar ada suara gaduh siswa lain yang sedang latihan pramuka
76
dan siswa yang latihan pramuka sudah mulai pulang sehingga mengganggu konsentrasi siswa yang didalam. Faktor lainnya yaitu faktor penerima pesan dalam
menafsirkan
pesan
yaitu
munculnya
kesalahpahaman
dalam
menarsirkan pesan dapat disebabkan oleh perbedaan latar belakang dan perbedaan reaksi emosional antar siswa (Fajar dalam Nurdianti, 2014). Selain itu pada penelitian ini yang bermain peran adalah tim dari peneliti sedangkan siswa hanya sebagai penonton. Seharusnya siswa yang bermain peran karena pada dasarnya metode bermain peran merupakan model pembelajaran
yang
melibatkan
siswa
untuk
memerankan
atau
mendemontrasikan tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan masalah sosial. Permainan peran ini memberikan pendekatan untuk melibatkan murid-murid dalam proses belajar mereka sendiri terhadap penjelasan konsep diri, evaluasi perilaku, dan meluruskan perilaku tersebut dengan kenyataan (Darwyan dalam Wahyudin, 2014). Hasil
uji
perbedaan
skor
pos-test
sikap
pada
kelompok
perlakuan/eksperimendan kelompok kontrol sesudah perlakuan dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai p-Value sebesar 0,762. Karena harga signifikansi yaitu 0,05, maka dapat dilihat bahwa harga Signifikansi > 0,05 (0,762>0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa sikap kelompok perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol sesudah perlakuan tidak ada perbedaan, artinya tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyalahgunaan narkoba dengan menggunakan metode bermain peran terhadap sikap siswa kelas X di SMA Negeri 1 Sukoharjo.
77
Beberapa teori mengatakan bahwa bermain peran menghasilkan lebih baik dari ceramah, tetapi hasil dalam penelitian ini adalah bahwa tidak ada pengaruh metode bermain peran terhadap sikap siswa kelas X di SMA Negeri 1 Sukoharjo. Hal ini bisa saja terjadi karena banyaknya faktor yang mempengaruhi sikap. Faktor perubah sikap itu adalah faktor penerima pesan meliputi sifat kepribadian seseorang tidak berhubungan dengan mudahnya seseorang untuk dibujuk, meski demikian anak-anak lebih mudah dibujuk daripada orang dewasa. Faktor lainnya yaitu arah perhatian dan penafsiran responden, pesan akan berpengaruh pada penerima bergantung dari persepsi dan penafsirannya (Wawan & Dewi, 2011). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Diliani (2011) bahwa tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode role play yang signifikan rerata perilaku terhadap personal hygiene. 4.6. Keterbatasan Penelitian Peneliti menyadari bahwa dalam proses pelaksanaan maupun hasil penelitian ini masih mempunyai banyak keterbatasan, antara lain: 1.
Angket yang digunakan dalam pengambilan data ini masih minim sehingga belum bisa dikatakan mewakili tingkat pengetahuan maupun sikap dari para responden. Karena itu, hal ini menjadi salah satu keterbatasan dalam penelitian ini.
78
2.
Dalam penelitian ini para responden tidak ditempatkan pada ruangan khusus sehingga gangguan dari luar sangat besar yang berupa suara-suara yang mengganggu, belum lagi konsentrasi responden yang terpecah karena teman-teman sudah mulai pulang.
3.
Kelompok dalam penelitian ini termasuk kelompok besar dengan jumlah 40 responden. Dengan kelompok besar banyak sekali hambatanhambatan dalam komunikasi yang akan mengganggu dalam efektifitas proses komunikasi.
BAB VI PENUTUP
6.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis sebagaimana telah diuraikan di atas, maka kesimpulan penelitian ini sebagai berikut: 1.
Karakteristik siswa SMA Negeri 1 Sukoharjo dari segi umur mayoritas berumur 16 tahun, mayoritas berjenis kelamin perempuan, mayoritas siswa memperoleh informasi tentang narkoba dari internet dan sebagian besar tidak pernah mencoba narkoba.
2.
Tingkat pengetahuan sebelum dilakukan perlakuan mayoritas memiliki kategori cukup, (95%) pada kelompok perlakuan/eksperimen dan (85%) pada kelompok kontrol, kategori sikap sebelum dilakukan perlakuan mayoritas memiliki sikap positif, (60,0%) pada kelompok perlakuan/ eksperimen dan (60,0%) pada kelompok kontrol.
3.
Tingkat pengetahuansetelah dilakukan perlakuan mayoritas memiliki kategori cukup, (60,0%) pada kelompok perlakuan/eksperimen dan (72,5%) pada kelompok kontrol, kategori sikap setelah dilakukan perlakuan mayoritas memiliki sikap positif, (85,0%) pada kelompok perlakuan/ eksperimen dan (82,5%) pada kelompok kontrol.
4.
Terdapat perbedaan tingkat pengetahuankelompok perlakuan/eksperimen sebelum dan setelah perlakuan (p-Value 0,02). Terdapat perbedaan kategori sikap kelompok perlakuan/eksperimen sebelum dan setelah perlakuan (p-Value 0,013).
79
80
5.
Tidak ada perbedaan tingkat pengetahuan siswa kelompok kontrol sebelum dan setelah perlakuan (p-Value 0,09).Terdapat perbedaan sikap siswa kelompok kontrol sebelum dan setelah perlakuan ( p-Value 0,004).
6.
Tidak
ada
perbedaan
tingkat
pengetahuan
kelompok
perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol setelah perlakuan (p-Value 0,522). Tidak ada perbedaan sikap kelompok perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol setelah perlakuan (p-Value 0,762).
6.2. Saran Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka pada penelitian ini dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut: 6.2.1. Bagi Institusi Sekolah Diharapkan sekolah dapat meningkatkan metode pendidikan yang sesuai dalam memberikan penyuluhan terhadap para siswa tentang bahaya narkoba dan perilaku negatif lainnya. Dengan metode tertentu yang sesuai, maka akan dapat memberikan efek positif terhadap siswa, yaitu peningkatan pengetahuan dan sikap siswa. 6.2.2. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian tersebut masih perlu dikaji ulang. Untuk itu peneliti yang akan datang dapat melakukan penelitian yang sama dengan topik permasalahan pada penelitian ini. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
81
1.
Dalam
menyusun
angket
yang
akan
digunakan
untuk
mengumpulkan data agar lebih detail dan rinci, sehingga dapat mewakili tingkat pengetahuan dan sikap responden. 2.
Pada penelitian berikutnya supaya responden ditempatkan pada ruangan khusus sehingga gangguan dari luar yang berupa suarasuara yang mengganggu dapat diminimalisir dan pemilihan waktu yang tidak mendekati waktu pulang agar perhatian responden tidak terpecah karena ada teman yang sudah pulang.
3.
Kelompok yang digunakan adalah kelompok kecil dengan sasaran < 15 responden, sehingga hambatan dalam komunikasi dapat ditekan dan responden sebaiknya dilibatkan secara aktif dalam bermain peran.
DAFTAR PUSTAKA
Adnani. (2011). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Nuha Medika. Azwar. (2005). Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta: Lyberty. Badan Narkotika Nasional. (2007).Mengenal Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta: B.N.N. Badan Narkotika Nasional. (2012). Data Tindak Pidana Narkoba Provinsi JawaTengah Tahun 2007-2011. Diakses pada tanggal 20 Desember 2014, dari http://www.bnn.go.id. Badan
Narkotika Kabupaten Sukoharjo. (2011). Tahun 2011 Adalah TahunPenyuluhan Buat BNK. Diakses pada tanggal 20 Desember 2014, dari http://bnksukoharjo.wordpress.com.
Bagoes. (2010). Filsafah Pengetahuan. Jakarta: EGC. Diliani. (2011). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Role Play Terhadap Perilaku Personal Hygiene Pada Anak Kelas III Di SD PandakI, Bantul. Diakses pada tanggal 5 Juli 2005, dari http://www.stikesaisyiyah.ac.id. Djamarah & Zain. (2006).Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Iskandar. (2014). Diskriminasi Pengguna Narkoba Di Indonesia. Diakses pada tanggal 20 Desember 2014, dari http://www.bnn.go.id. Kabain. (2007). Jenis-Jenis Napza Dan Bahayanya. Semarang: PT. Bengawan ilmu. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013)Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 35 Tahun2009 Tentang Narkotika. Jakarta: Kemenkes.R.I. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 422/MENKES/SK/III/2010 Tentang Pedoman Penatalaksanaan Medik Gangguan Penggunaan Napza. Jakarta: Kemenkes.R.I. Khaerani. (2010).Pengaruh Metode Role playing Terhadap Hasil BelajarBiologi Siswa Pada Konsep Gerak Pada Tumbuhan.Diakses pada tanggal 20 Desember 2014, dari http://www.repository.uinjkt.ac.id. 82
Liem. (2010).Efektifitas Pelatihan Anti Narkoba Dengan Metode Reflektif Terhadap Pemahaman Dan Intense Penyalahgunaan Narkoba Pada MuridSMA Kelas X.Diakses pada tanggal 20 Desember 2014, darihttp://jurnalusd.ac.id. Macaulay, Griffin, Gronewold, et al. (2005). Parenting Practices And Adolescent Drug-Releted Knowledge, Attitudes, Norms And Behavior. Journal Of Alcohol And Drug Education. 49.2, 67-68. Diakses pada tanggal 15 Desember 2014, dari http://www.search.proques.com. Manoj & Sharma. (2006).making effective alcohol education intervention forhigh schools. journal of alcohol and drug education. 50.2, 1-4.Diakses pada tanggal 15 Desember 2014, dari http://www.search.proques.com. Maulana. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC. Mubarak. (2007).Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses BelajarMengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Mubarak. (2012). Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. Notoatmodjo. (2007).Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:Rineka Cipta. Notoatmodjo.(2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi (Edisi Revisi 2010). Jakarta: Rineka Cipta. Nugraheni. (2014). Efektifitas Metode Role Playing Dan Ceramah Terhadap Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas XI IPS Di SMA Negeri I PleretBantul. Diakses pada tanggal 15 Juni 2015, dari http://eprints uny.ac.id. Nurdianti. (2014). Analisis Faktor-Faktor Hambatan Komunikasi DalamSosialisasi Program Keluarga Berencana Pada Masyarakat Kebon Agung Samarinda. Diakses pada tanggal 15 Desember 2015, dari http://ejournal ilkom.fisip-unmul.ac.id. Purba. (2013).Pengaruh Pendidikan KesehatanTtentang Narkoba Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Di SMA Negeri 5 Pematang, SiantarTahun 2013.Diakses pada tanggal 15 Desember 2014, dari http://www.repository.usu.ac.id.
Qirom. (2014). Pengaruh Metode Role Play Dan Ceramah BervariasiTerhadap Sikap Nasionalisme Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran IPSDi SD Negeri 2 Sentolo Dan SD Negeri 3 Sentolo. Diakses pada tanggal 10 Juni 2015, dari http://eprints uny.ac.id. Riwidikdo. (2009).Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Cendekia Press. Silasa. (2012). Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap PengetahuanDan Sikap Remaja Tentang Narkoba Di SMA Negeri 1 BarakaKabupaten Enrekang. Diakses pada tanggal 10 Juni 2015, dari http://jurnal stikesnh.ac.id. Siswanto. (2012).Strategi dan Langkah-langkah Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sugiyono. (2009).Metode Penelitian Pendidikan Kualitatifdan R&D. Bandung: Alfabeta.
Pendekatan
Kuantitatif,
Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suiraoka&Supariasa. (2012).Media Pendidikan Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sujanto. (2006). Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Susilo. (2011). Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Uno. (2007). Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Aksara Bumi. Wahyudin. (2014). Meningkatkan Minat Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode Bermain Peran Pada Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Materi Kisah Nabi Muhammad SAW. Diakses pada tanggal 15 Juni 2015, dari http://jurnal iainbanten.ac.id. Waluyo.
(2007).Pedoman Pelaksanaan P4GN Melalui Peran Serta KepalaDesa/Lurah Babinkamtibmas Dan PLKB Di Tingkat Desa/Kelurahan. Jakarta: Badan Narkotika Nasional.
Wawan& Dewi. (2011).Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika. Yamin. (2005).Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press.